2.1 Karsinoma Paru - eprints.umm.ac.id
Transcript of 2.1 Karsinoma Paru - eprints.umm.ac.id
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karsinoma Paru
2.1.1 Definisi
Karsinoma paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis
tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat
disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas
(Robbin 2017). Menurut Underwood karsinoma paru merupakan abnormalitas
dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru.
2.1.2 Epidemiologi
Di Indonesia, karsinoma paru termasuk dalam 3 besar karsinoma terbanyak.
karsinoma paru merupakan karsinoma dengan prevalensi terbanyak yang diderita
oleh pria. Berdasarkan data dari RS kanker Dharmais Jakarta, prevalensi dari
karsinoma paru dari tahun 2014 hingga 2016 selalu meningkat, dimana pada
tahun 2014 terdapat 117 kasus dengan 38 kematian, tahun 2015 terdapat 163
kasus dengan 39 kematian, tahun 2016 terdapat 165 kasus dengan 62 kematian,.
(Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS kanker Dharmais, 2014-2016).
Puncak usia pada laki-laki terjadi pada kelompok usia 65 tahun sementara pada
perempuan terjadi pada kelompok usia 50 tahun. Jumlah kasus mulai meningkat
di kelompok usia 45 tahun baik pada laki-laki maupun perempuan. Sebagian besar
(57,1%) tidak diketahui stage pada saat pertama kali kunjungan dan 26,2 %
subjek datang dengan stage 4, sementara pada penelitian sebelumnya subjek laki-
6
laki maupun perempuan sebagian besar datang dengan stage lanjut (87,50% dan
93,62%) dan stage yang tidak diketahui atau tidak ada catatan dalam rekam medik
subjek sebanyak 9,15% (Jurnal respirologi Indonesia, 2019).
2.1.3 Diagnosis
2.1.3.1 Anamnesis
Anamnesis dapat didapatkan dengan menanyakan gejala yang dialami oleh
pasien. Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering
(60-70%) pada karsinoma paru.
Keluhan suara serak menandakan telah terjadi kelumpuhan saraf atau
gangguan pada pita suara. Gejala sistemik yang juga kadang menyertai adalah
penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu makan menurun, demam
hilang timbul. Gejala yang berkaitan dengan gangguan neurologis (sakit kepala,
lemah/parese) sering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau tulang
belakang. Nyeri tulang sering menjadi gejala awal pada karsinoma yang telah
menyebar ke tulang (kemenkes RI, 2016).
2.1.3.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status)
penderita yang menurun, penemuan abnormal terutama pada pemeriksaan fisik
paru benjolan leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran hepar atau tanda
asites, nyeri ketok di tulang. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan
7
pada karsinoma paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar tumor dan
penyebarannya. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) supraklavikula, leher
dan aksila menandakan telah terjadi penyebaran ke KGB atau tumor di dinding
dada, kepala atau lokasi lain juga menjadi petanda penyebaran. Sesak napas
dengan temuan suara napas yang abnormal pada pemeriksaan fisik yang didapat
jika terdapat massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis. Venektasi (pelebaran
vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan
berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior (SVKS). Sindroma Horner
sering terjadi pada tumor yang terletak si apeks (pancoast tumor). Thrombus pada
vena ekstremitas ditandai dengan edema disertai nyeri pada anggota gerak dan
gangguan sistem hemostatis (peningkatan kadar D-dimer) menjadi gejala telah
terjadinya bendungan vena dalam (DVT). Tandatanda patah tulang patologik
dapat terjadi pada karsinoma yang bermetastasis ke tulang. Tanda-tanda gangguan
neurologis akan didapat jika karsinoma sudah menyebar ke otak atau tulang
belakang (Kemenkes RI, 2016).
2.1.3.3 Pemeriksaan Pencitraan
Foto thorax AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien
dengan kecurigaan terkena karsinoma paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini,
lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan
penanganan dapat ditentukan. Jika pada foto thorax ditemukan lesi yang dicurigai
sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT scan thorax wajib dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut (Kemenkes RI, 2015).
8
CT scan thorax dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk
mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru
yang terlibat secara tepat. CT scan thorax dapat diperluas hingga kelenjar adrenal
untuk menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut. (Kemenkes RIs,
2015).
2.1.4 Penentuan Stadium Ca paru
Tumor Primer (T) Tx tumor primer tidak dapat ditentukan dengan hasil radiologi
dan bronkoskopi tetapi sitologi sputum atau bilasan bronkus positif (ditemukan
sel ganas)
T0 tidak tampak lesi atau tumor primer Tis Carcinoma in situ
T1 ukuran terbesar tumor primer ≤ 3 cm tanpa lesi invasi intra bronkus yang
sampai ke proksimal bronkus lobaris
T1a Ukuran tumor primer ≤ 2 cm
T1b Ukuran tumor primer > 2 cm tetapi ≤ 3cm
T2 ukuran terbesar tumor primer > 3 cm tetapi ≤ 7 cm, invasi intrabronkus
dengan jarak lesi ≥ 2 cm dari distal karina, berhubungan dengan atelektasis atau
pneumonitis obstruktif pada daerah hilus atau invasi ke pleura visera
T2a Ukuran tumor primer > 3cm tetapi ≤ 5 cm
T2b Ukuran tumor primer > 5cm tetapi ≤ 7 cm
T3 Ukuran tumor primer > 7 cm atau tumor menginvasi dinding dada termasuk
sulkus superior, diafragma, nervus phrenikus, menempel pleura mediastinum,
9
pericardium. Lesi intrabronkus ≤ 2 cm distal karina tanpa keterlibatan karina.
Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif di paru. Lebih dari
satu nodul dalam satu lobus yang sama dengan tumor primer.
T4 Ukuran tumor primer sembarang tetapi telah melibatkan atau invasi ke
mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah besar, karina, nervus laring,
esophagus, vertebral body. Lebih dari satu nodul berbeda lobus pada sisi yang
sama dengan tumor (ipsilateral).
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)
Nx Metastasis ke KGB mediastinum sulit dinilai dari gambaran radiologi
N0 Tidak ditemukan metastasis ke KGB
N1 Metastasis ke KGB peribronkus (#10), hilus (#10), intrapulmonary (#10)
ipsilateral
N2 Metastasis ke KGB mediastinum (#2) ipsilateral dan atau subkarina (#7)
N3 Metastasis ke KGB peribronkial, hilus, intrapulmoner, mediastinum
kontralateral dan atau KGB supraklavikula
Metastasis (M)
Mx Metastasis sulit dinilai dari gambaran radiologi
M0 Tidak ditemukan metastasis
M1 Terdapat metastasis jauh
10
M1a Metastasis ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura ganas, efusi
pericardium
M1b Metastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, atau KGB leher, aksila,
suprarenal, dll) (Kemenkes RI 2016).
2.1.5 Klasifikasi histologi menurut WHO
Non-small-cell lung cancer/NSCLC, karsinoma paru jenis ini merupakan
karsinoma yang biasanya berasal dari sel-sel kelenjar di bagian luar paru. Jenis
karsinoma paru NSCLC yang paling umum adalah adenokarsinoma. karsinoma
paru non-sel kecil bisa juga berasal dari sel tipis datar yang disebut sel skuamosa,
dinamakan karsinoma sel skuamosa paru atau karsinoma epidermoid. Tipe
karsinoma paru non-sel kecil yang paling jarang ditemukan adalah karsinoma sel
besar (large sel). Karsinoma yang termasuk jenis ini di antaranya yaitu sarkoma
dan sakromatoid (Ashby, 2014).
Small-cell lung cancer/SCLC, sel-sel yang melapisi bronkus di pusat paru
adalah sumber umum dari karsinoma paru sel kecil. Tipe utama dari karsinoma
paru golongan ini adalah karsinoma sel kecil dan karsinoma sel kecil kombinasi.
Untuk tipe terakhir disebut kombinasi karena biasanya melibatkan sel skuamosa
atau sel glandular. karsinoma paru sel kecil (SCLC) hampir seluruhnya
disebabkan oleh kebiasaan merokok dan biasanya menyebar lebih cepat
dibandingkan dengan karsinoma paru non-sel kecil (NSCLC) (Ashby, 2014).
11
2.1.6 Patofisiologis karsinoma paru
Patogenesis terjadinya karsinoma paru dikaitkan dengan perubahan pada
tingkat gen. Terjadinya karsinoma paru didasari dari tampilnya gen supresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi) atau penyisipan (insersi) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau erbB2 berperan dalam anti
apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah/programmed cell death).
Pada kasus keganasan, perubahan tampilan gen ini menyebabkan sel sasaran,
yaitu sel paru berubah menjadi sel tumor dengan sifat pertumbuhan otonom
sehingga bias menimbulkan keganasan (Amin, 2014).
Rokok selain sebagai inisiator, juga merupakan promoter dan progresor, dan
rokok diketahui sangat berkaitan dengan terjadinya tumor paru dan berpotensi
berkembang menjadi karsinoma paru. Dengan demikian tumor merupakan
penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian
menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain (Amin,
2014).
2.1.7 Faktor Resiko
Merokok merupakan faktor risiko utama dari
karsinoma paru. Seorang perokok lebih berisiko 10 hingga 20 kali terkena karsin
oma paru atau meninggal akibat karsinoma paru tersebut dibanding dengan orang
yang tidak merokok. Merokok juga menyebabkan karsinoma laring, mulut,
12
tenggorokan, esofagus, kandung kemih, ginjal, pankreas, serviks, dan juga acute
myeloid leukemia. Merokok dari bekas rokok orang lain (secondhand smoker)
juga mengakibatkan karsinoma paru (CDC, 2010). Risiko karsinoma paru akan
meningkat apabila orang tua ataupun saudara pernah menderita penyakit
karsinoma paru. Bisa karena di dalam keluarga saling berbagi kebiasaan, misalnya
merokok. Bisa juga karena tinggal di dalam lingkungan yang sama di mana ada
karsinogen, yaitu gas radon. Selain itu, bisa juga karena penyakit ini diturunkan
dalam gen mereka (CDC, 2010).
2.1.8 Pencegahan Karsinoma Paru
Menurut CDC (2010), pencegahan dari karsinoma paru ada empat,yaitu :
1. Berhenti Merokok Dengan berhenti merokok, akan menurunkan risiko
terjadinya karsinoma paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok
sama
sekali.Semakinlamaseseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik
kesehatannya diband ng mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko
bagi mereka yang nberhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan
mereka yang tidak pernah merokok.
2. Menghindari menghisap rokok orang lain ( secondhand smoke)
3. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon Menurut EPA
( Environmental Protection Agency)
4. Setiap rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak.
13
5. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak Dengan mengkonsumsi
buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari karsinoma
paru.
2.2 Foto Polos Thorax
2.2.1 Definisi
Foto thorax adalah pemeriksaan radiologi/pencitraan cepat dan tanpa rasa
sakit yang menggunakan gelombang elektromagnetik tertentu untuk membuat
gambar struktur di dalam dan sekitar dada. Pemeriksaan ini dapat membantu
mendiagnosis dan memantau kondisi seperti pneumonia, gagal jantung, tumor
paru paru, tuberkulosis, sarkoidosis, dan jaringan parut paru, yang disebut
fibrosis. Dokter juga dapat menggunakan foto thorax untuk melihat seberapa baik
perawatan tertentu bekerja dan untuk memeriksa komplikasi setelah prosedur atau
operasi tertentu.(National Institute of Helath, 2016).
2.2.2 Kegunaan Foto Thorax
Adapun indikasi untuk melakukan pemeriksaan foto thorax, yaitu:
1. Foto thorax rutin yang dilakukan pada seseorang yang mempunyai riwayat
kontak dengan penderita TB paru, pada general medical check up, dan
pada pemeriksaan berkala pada pekerja yang terpapar polusi.
2. Terdapat gejala yang menimbulkan kecurigaan adanya lesi di rongga dada.
14
3. Terdapat gejala umum yang menimbulkan kecurigaan adanya lesi di rongga
dada, seperti demam yang tidak diketahui penyebabnya (FUO), juga untuk
mengetahui apakah terdapat metastasis keganasan ke paru (Djojodibroto,
2018).
2.2.3 Cara Penggunaan Foto Thorax
Foto paru standar pada orang dewasa adalah foto posteroanterior (PA).
Pembuatan foto paru PA dilakukan dengan cara pasien berdiri, dan kaset film
menempel pada dada. Tabung rontgen di belakang pasien kira – kira berjarak 2
meter dari kaset. Dengan posisi ini, proyeksi jantung pada kset film mendekati
besar yang sesungguhnya karena pembesaran bayangan sangat minimal
dibandingkan dengan diagram foto yang dibuat dengan posisi Anteroposterior.
Agar skapula tidak menutupi lapangan paru, diusahakan supaya pasien pada posisi
tangan di pinggang dan siku ditarik kedepan. Pengambilan foto biasanya
dilakukan ketika pasien berada dalam inspirasi maksimal. selain foto posisi PA,
terdapat beberapa posisi foto thorax lainnya, diantaranya posisi lateral,
anteroposterior, oblik, dan lateral dekubitus (Djojodibroto, 2018).
Dalam mengidentifikasi hasil suatu pemeriksaan foto thorax, hal-hal yang perlu
diperhatikan:
1. Status rangka thorax termasuk iga – iga, pleura, dan kontur diafragma dan
saluran napas atas pada waktu memasuki dada.
15
2. Ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung,
aorta, kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus.
3. Tekstur dan derajat aerasi parenkim paru.
4. Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda
fibrosis, dan daerah konsolidasi (Wilson, 2016).
2.2.4 Gambaran Foto Thorax karsinoma Paru
Nodul soliter paru biasanya akan memberikan gambaran lesi berbentuk
seperti koin yang dikenal sebagai “coin lesion” dengan sekitar 50% bersifat ganas
(40% karena kanker paru primer, 10% oleh metastasis soliter). Sekitar 20-30%
kanker paru memberikan gambaran radiologi berupa nodul soliter.
Karsinoma sentral berbeda dengan nodul soliter paru, karsinoma paru
sentral biasanya memberikan gambaran radiografi berupa massa pada hilum, atau
paru kolaps dan konsolidasi di distal karsinoma. Gambaran berikut ini bisa
menjadi penanda ada karsinoma sentral paru yang menyebabkan obstruksi jalan
napas:
a. Golden S sign, menandakan adanya deviasi fissura di sekitar tumor
b. Pneumonia yang terbatas pada satu lobus (atau lebih, tergantung ada
letak obstruksi pada bronkus)
c. Pneumonia lokal yang menetap lebih dari 2 minggu atau kambuh pada
lobus yang sama
16
Pembesaran hilum merupakan gambaran radiografi umum adanya massa
hilum atau perihilum. Massa tumor dan pembesaran kelenjar limfe menyebabkan
gambaran hilum menjadi lebih opaque (Hollings & Shaw, 2016).
Gambaran radiografi lain yang biasanya menyertai adanya karsinoma paru
adalah kalsifikasi pada lesi, lesi berbentuk kavitasi, adanya lesi satelit, adanya
tanda metastasis ke tulang rusuk, serta pembesaran bayangan jantung akibat
adanya efusi pericardium (Sharma, et al., 2016). Selain gambaran khas yang telah
disebutkan, karsinoma paru bisa memberikan gambaran radiografi yang mirip
dengan kelainan atau penyakit lain sehingga memberikan gambaran berupa: cystic
airspace like presentation, pneumonia like presentation, pleural neoplasma like
presentation, TBC like presentation.
Dengan demikian, dokter harus bisa membedakan gambaran radiografi
karsinoma paru dengan gambaran penyakit yang mirip untuk bisa mendiagnosis
dengan cepat dan tepat (Cardinale, et al., 2016).
Gambar 1 Gambaran karsinoma paru pada pemeriksaan foto polos thorax
17
2.3 CT-Scan Thorax
2.3.1 Definisi
Computed Tomography atau CT-Scan merupakan prosedur pemeriksaan
untuk menunjang diagnosis suatu penyakit atau kelainan dalam tubuh dengan
menggunakan sinar-X. pemeriksaan CT-Scan umumnya menghasilkan pencitraan
berupa potongan melintang tubuh tetapi hasil pemeriksaan tersebut dapat diformat
ulang dalam berbagai bidang sehingga menghasilkan kesan pencitraan tiga
dimensi. Hasil pencitraan CT-Scan dinilai lebih baik daripada pemeriksaan foto
konvensional, terutama gambaran jaringan lunak dan pembuluh darah.
2.3.2 Kegunaaan CT Scan thorax
1. memeriksa temuan abnormal pada pemeriksaan foto thorax konvensional.
2. membantu mendiagnosis penyebab tanda dan gejala penyakit pada rongga
dada, misalnya batuk, sesak napas, nyeri dada, dan demam.
3. mendeteksi dan mengevaluasi tumor yang ada di dalam rongga dada,
termasuk tumor dari organ lain yang menyebar ke rongga dada.
4. menilai respon tumor terhadap pengobatan
5. membantu perencanaan radioterapi
6. mengevaluasi chest injury
7. mengevaluasi temuan abnormal pada pemeriksaan USG fetal (Lin, G., et
al. 2017).
18
CT-Scan thorax dapat memperlihatkan berbagai kelainan atau penyakit
pada rongga dada, misalnya: tumor jinak maupun ganas, tuberculosis, pneumonia,
bronchiectasis dan cystic fibrosis, inflamasi atau penyakit lain pada pleura,
penyakit paru kronik, dan kelainan kongenital. CT-Scan dada juga di beberapa
negara digunakan untuk screening karsinoma paru di beberapa negara.
(Radiologic Society of North America, 2016).
2.3.3 Gambaran CT-Scan Thorax Karsinoma Paru
Salah satu kelebihan CT-Scan thorax dibandingkan foto thorax
konvensional adalah kemampuan dalam menilai tumor secara lebih detail
sehingga ukuran dan tepi tumor dapat dinilai lebih jelas, begitu pula dengan
penilaian terhadap ada tidaknya kalsifikasi, kavitasi, dan lemak. selain itu,
penilaian terhadap attenuation dan ground-glass opacity pada CT-Scan dapat
membantu dalam membedakan sifat karsinoma, jinak atau ganas (Tripathi &
Zhen, 2015).
1. Ukuran
Semakin besar ukuran suatu tumor pada gambaran radiologis, maka
semakin besar kemungkinan tumor tersebut bersifat ganas. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Henschke et al pada tahun 2004 menemukan bahwa tidak
ada keganasan pada nodul dengan ukuran diameter di bawah 5 mm, dan
terdapat korelasi antara peningkatan ukuran dan peningkatan kejadian
keganasan (Tripathi & Zhen, 2015).
19
2. Tepi
Tepi diklasifikasikan sebagai tepi reguler dan halus, berlobus, atau
irregular. Tepi yang berlobus menandakan pertumbuhan yang tidak merata
dan biasanya dikaitkan dengan tanda-tanda keganasan meskipun dapat
ditemukan pada sekitar 25% kasus tumor jinak. Di sisi lain, meskipun tumor
dengan tepi reguler dan halus biasanya jinak, sekitar 21% tumor ganas juga
memberikan gambaran tepi yang reguler. Sedangkan tumor bertepi irregular
dengan tampilan corona radiata sign mengindikasikan adanya infiltrasi dan
distorsi tumor ke jaringan sekitarnya dan hampir dipastikan bersifat ganas
(Tripathi & Zhen, 2015).
3. Kalsifikasi
Kalsifikasi lebih sering ditemukan pada tumor jinak. Penelitian yang
dilakukan Fishman AP et al (2010) memperlihatkan sifat kalsifikasi pada
tumor jinak, yaitu laminasi, dense central, dan popcorn. sedangkan kalsifikasi
eksentrik merupakan karakteristik tumor ganas (Tripathi & Zhen, 2015).
4. Kavitasi
Kavitasi dapat ditemukan pada tumor jinak maupun ganas. sayangnya,
ketebalan dinding tidak dapat diandalkan untuk membedakan tumor jinak dan
ganas, meskipun kavitasi pada tumor ganas berdinding lebih tebal dan
irregular (Tripathi & Zhen, 2015).
20
5. Lemak di dalam karsinoma
Adanya lemak di dalam tumor merupakan tanda yang hampir memastikan
sifat tumor jinak. Hamartoma, lipoid pneumonia, lipoma merupakan contoh
lesi pada paru yang memberikan gambaran lemak di dalam lesi (Tripathi &
Zhen, 2015).
Gambar 2 Gambaran karsinoma paru CT Scan Thorax