Lp Karsinoma Paru Fix

37
LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA PARU MAKALAH oleh Indra Kurniawan NIM 132310101021

description

karsinoma

Transcript of Lp Karsinoma Paru Fix

LAPORAN PENDAHULUANKARSINOMA PARU

MAKALAH

olehIndra KurniawanNIM 132310101021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

KARSINOMA PARU

1. Definisi PenyakitTumor paru adalah tumor gans pada paru, 95% tumor ganas ini bronkogenik karsinoma (Price and Wilsons, 1994)Proses kanker paru berasal dari saluran napas sendiri yang mengalami degenerasi maligna:a. Sel-sel bronkusb. Sel-sel alveolusc. Sel-sel mucusd. Jaringan ikat diluar pernapasanKanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru ( price, patofisiologi, 1995)2. Etiologi Kanker yang timbul secara langsung pada paru (kanker paru primer) dapat menimbulkan metastasis dibeberapa organ lain : otak, tulang, hati. Metastasis dari proses keganasan pada organ lain ( kanker paru sekunder), seperti:a. Kanker payudarab. Kanker serviksc. Kanker korpus uterid. Kanker testise. Kanker hati dan ususf. Kanker tulangg. Kanker kanker tiroidPada umumnya penyebab kanker belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar kanker dapat disebabkan karena diet atau pola makan dan kebiasan hidup, yaitu dapat terjadi karena adanya paparan atau inhalasi berkepanjangan dari suatu zat yang bersifat karsinogenik, genetik, dan virus yang dapat menyebabkan penyakit kanker tersebut. Faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru : a. Merokok Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap kesehtaan. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). b. Perokok pasif Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin banyak orang yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko terjadinya kanker paru akan semakin meningkat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler,2010). c. Polusi udara pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai dampak yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara mempunyai pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk dapat menyaring polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan bermotor. Kurangnya lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai keseimbangan lingkungan.d. Paparan zat karsinogen paparan terhadap zat karsinogenik, yaitu zat yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru mempunyai risiko yang sangat besar terhadap tingkat kejadian kanker paru. Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok. e. Diet beberapa faktor dari berbagai pola makan yang kurang sehat dapat meningkatkan terjadinya berbagai masalah kesehatan. Seperti makanan yang mengandung banyak bahan pengawet dan makanan yang terlalu instan dapat meningkatkan terjadinya kanker paru.f. Genetik pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. g. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat menjadi risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010). 3. PatofisiologiZat karsinogen yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang rangka.4. Tanda dan gejalaKanker paru primer dengan gejala tidak berbeda dengan TB paru, hanya saja:a. Kemunduran kondisi pasien berjalan cepat, misalnya batuk-batuk selama 1 bulan, berat badan turun > 5kg, nyeri dada/sesak napasb. Keadaan umum mundur secara cepatc. Tidak selalu dimulai dengan batuk, bisa dimulai dengan nyeri dada ataupun kemunduran keadaan umum, penurunan BB, dan sebagainyad. Salah satu ciri yang agak khas yaitu timbulnya nyeri dada maupun pada tempat-tempat metastasee. Nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura atau pneumoniaf. Batuk darah merupakan gejala umum lainnyag. Stridor lokal atau dispnea ringan atau mungkin diakibatkan obstruksi bronkush. Pembengkakan jari-jari

5. KomplikasiKomplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma paru antara lain:1. Hematotorak (darah pada rongga pleura)2. Empiema (nanah pada rongga pleura )3. Pneumotorak (udara pada rongga pleura )4. Abses paru5. Atelektasis (paru-paru mengerut )

6. Pemeriksaan penunjang1. Radiologi a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan likasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi pleura, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai dobling timenya. Doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time > 18 bulan, berarti tumornya benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid dan adanya klasifikasi yang tegas.Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium a. Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung dari :1. Letak tumor terhadap bronkus2. Jenis tumor3. Teknik mengeluarkan sputum4. Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari berturut-turut.5. Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar)Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi.b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru.d. Hispatologi. Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :1. Bronkoskopi. Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang letaknya perifer.2. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran > 2cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.3. Torakoskopi. Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi dari pada cara membuta (blind).4. Mediastinoskopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.5. Torakotomi. Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.e. Pencitraan 1. Ct-scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura2. MRI untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

7. Terapi yang dilakukanUntuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan kanker paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi..(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

Penatalaksanaan pada kanker paru dapat dilakukan dengan :a. Pembedahan.Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara :1) Toraktomi eksplorasi.Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. 2) Pneumonektomi (pengangkatan paru).Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.4) Resesi segmental.Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.5) Resesi baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es). 6) Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris.

b. RadiasiPada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut.1) klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.2) klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.3) klien kanker bronkus dengan sel oat.4) klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :a) Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.b) Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.

c. KemoterapiKemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat-obat berikut.1) Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine.2) Etoposide dan Cisplatin3) Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.d. ImunoterapiBanyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan.d. Terapi Lasere. Torakosentesis dan Pleurodesis.

8. pathway

9. Penatalaksanaan KeperawatanA. Pengkajian keperawatana. IdentitasNama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.

b. Riwayat kesehatan1) Riwayat kesehatan sekaranga) Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darahb) Malaisec) Anorexiad) Badan makin kuruse) Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luasf) Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik

2) Riwayat kesehatan dahulua) Terpapar asap rokokb) Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besic) Konsumsi bahan pengawet3) Riwayat kesehatan keluargaRiwayat keluarga penderita kanker

c. Data dasar pengkajian pasienPemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.1) Aktifitas / istirahatGejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea akibat aktivitas.Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)

2) Sirkulasi Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi / disritmia3) Integritas egoGejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat / potensi keganasan.Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang4) EliminasiGejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi / jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.5) Makanan / cairanGejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)6) Nyeri / kenyamananGejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)Nyeri abdomen hilang timbul.

7) Pernafasan.Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry. Serak, paralysis pita suara.Riwayat merokokTanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.8) Keamanan.Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)9) Seksualitas.Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)10) Penyuluhan.Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.

d. Pengkajian fisik1) IntegumentPucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.2) Kepala dan leherPeningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.3) TelingaBiasanya tak ada kelainan4) MataPucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi5) Muka, hidung, dan rongga muluta) Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusib) Ketidakmampuan menelanc) Suara serak6) Thoraks dan paru-parua) Pernafasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat)b) Nafas dangkalc) Penurunan otot aksesoris pernafasand) Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputume) Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi7) System Kardiovakulera) Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pada sat istirahat)b) Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)8) Abdomen Bising usus meningkat / menurun9) System urogenitalPeningkatan frekuensi atau jumlah urine10) System reproduksiGinekomastia, amenorrhea, impotensi11) System limfatikPembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)12) System muskuluskeletal a) Penurunan kekuatan ototb) Jari-jari tubuh (clubbing fingers)13) System persrafanPerubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi

e. Data psikologiskegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.B. Diagnosa keperawatan1.Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas sekret/sputum, sekresi darah2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut pada dada pasien 4. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman kematian5. Pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

C. Perencanaan keperawatanNO.DIAGNOSATUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas sekret/sputum, sekresi darahSetelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan kepatenan jalan napas. Dengan kriteria hasil :1) Klien akan menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi tambahan2) Klien akan melaporkan secret mudah dikeluarkan

1) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi napas dan adanya secret2) Bantu klien dan intruksikan untuk napas dalam dan batuk efektif dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi3) Observasi jumlah dan karakter sputum4) Lakukan penghisapan bila batuk lemah atau ronki tidak hilang dengan upaya batuk. Hindari penghisapan ETT dan OTT yang dalam pada klien pneunomektomi bila mungkin5) Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500ml/hari) dalam toleransi jantung6) Kaji nyeri / ketidaknyamanan dan lakukan latihan pernapasan7) Gunakan oksigen humidifikasi / nebulixer ultrasonic. Berikan cairan tambahan secara IV sesuai indikasi8) Beri bronkodilator, ekspektoran, atau analgesic sesuai indikas

1) Pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas2) Posisi duduk memkungkinkan eksansi paru maksimal dan penekanan upaya batuk membantu untuk memobilisasi / membuang sekret 3) Adanya sputum yang kental, berdarah, purulen memerlukan pengobatan lebih lanjut4) Penghisapan meningkatkan resiko hipoksia dan kerusakan mukosa. Penghisapan trakeal secara umum kontraindikasi pada klien pneunomektomi untuk menurunkan resiko rupture jahitan bronchial5) hidrasi adekuat untuk meningkatkan pengeluaran secret6) mendorong klien untuk bergerak, batuk lebih efektif, dan napas dalam untuk mencegah kegagalan pernafasan7) memberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran sekret.8) menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, meningkatkan upaya pengeluarn secret melalui pengenceran dan penurunan viskositas serta penghilangan ketidaknyamanan

2Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasisetelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan perbaikan pertukaran gas. Dengan kriteria hasil :1) Klien akan menunjukkan hasil GDA dalam rentang batas normal2) Kulit akan bebas dari gejala distress pernapasan3) Klien akan memperhatikan perbaikan status mental

1) Catat frekuensi kedalaman pernapasan, kesukaran bernapas. Observasi penggunaan otot bantu pernapasan, napas bibir, perubahan kulit / membrane mukosa, misalnya pucat, sianosis.2) Auskultasi paru3) Selidiki perubahan status mental / tingkat kesadaran

4) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat bantu pernapasan5) Ubah posisi dengan sering, tempatkan pasien dalam posisi duduk, dan atau berbaring

6) Dorong / bantu latihan napas dalam7) Kaji respon klien terhadap aktivitas, dorong periode istirahat atau batsi aktivitas sesuai toleransi klien8) Berikan oksigen tambahan dengan humidifikasi sesuai indikasi9) Pantau AGD, oksimetri nadi. Catat kadar Hb

1) pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensi awal terhadap kerusakan jaringan paru.2) konsolidasi dan berkurangnya aliran udara pada sisi menunjukkan area paru yang terlibat3) dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi seperti pergeseran mediastinal bila disertai dengan takipnea, takikardia, deviasi trakea4) obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi dan mengganggu pertukaran gas5) memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret6) meningkatkan ventilasi dan oksigenasi maksimal dan mencegah atelektasis7) peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dan stress mengakibatkan peningkatan dispnea dan perubahan tanda vital8) memaksimalkan sediaan oksigen9) penurunan PO2 tau peningkatan PCO2 daat menunjukkan kebutuhan untuk dukungan ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen

3gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut pada dada pasienSetelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan skala nyeri klien berkurang. Dengan kriteria hasil :1) Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.2) Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.

1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 10.2) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.3) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.4) Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.5) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi

1) Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.2) Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi3) Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.4) Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.

5) Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

4Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman kematianSetelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan cemas dapat berkurang atau hilang. Kriteria hasil :1) Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah2) Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat3) Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi

1) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.2) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.3) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.4) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.5) Libatkan pasien / orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa / pengobatan6) Berikan kenyamanan fisik pasien.

1) Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.2) Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.3) Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.4) Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi.5) Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.6) Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap

5pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan pemenuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :1). Nafsu makan pasien akan kembali normal2). Menunjukan pemahaman kebutuhan diet individu3). Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium normal

1) Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, riwayat mual/muntah2) Pastikan pola diet pasien, yang disukai/tak disukai3) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi4) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet

1) berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat2) membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus. Pertimbangkan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet3) menambah nafsu makan pasien apabila makanan yang dibuat oleh orang terdekat atau keluarga adalah makanan kesukaan pasien 4) memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk metabolik dan diet.

Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?related=1) diakses pada tanggal 12 mei 2015 pukul 10.00 wibCarpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC.Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.( http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-kankerparu/kankerparu.pdf)Stoppler, M.C.2010.Lung Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth/ [Accesed on 20 April 2010] Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1015-21.