18
-
Upload
wenty-arbeii -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Triaseberasal dari bahasa prancis trierbahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triaseyang berarti sortir. Yaitu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukan perawatan di UGDsetiap tahunnya. Sistem triase mulai
dikembangkan mulai pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan
UGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan
penanganan segera.(Oman, 2008)
Diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal
pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga dalam
penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Pemisahan yang
dimaksud disebut triase. (Oman,2008)
1
Triase harus dilakukan dengan cepat dan akurat maka diperlukan
perawat yang berpengalaman dan kompeten dalam melakukan triase.
Perawat triase sebaiknya mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang
memadai karena harus terampil dalam pengkajian serta harus mampu
mengatasi situasi yang komplek dan penuh tekanan sehingga memerlukan
kematangan profesional untuk mentoleransi stress yang terjadi dalam
mengambil keputusan terkait dengan kondisi akut pasien dan menghadapi
keluarga pasien. (Elliott et al, 2007)
Triase dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah
pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersedia serta kemungkinan hidup
pasien.(Pusponegoro, 2010)
1.2 Tujuan Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang
diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis
sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama
secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/I
dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih
pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana
2
pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar
mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat.
Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah
1. Mengetahui definisi triase.
2. Mengetahui tujuan triase.
3. Mengetahui alur triase pasien di IGD.
4. Mengetahui cara mengklasifikasi pasien gawat darurat.
5. Mengetahui cara anamnesis triase.
6. Mengetahui prioritas terapi berdasarkan jenis kegawatdaruratan.
Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga
sangat diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini.
Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
3
1.3 Metode dan Teknik
Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode
yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana,
dimana kami menggunakan metode dan teknik secara deskriptif dimana tim
penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya
setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang masalah yang
akan dibahas setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai
sumber tersebut disimpulan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan
dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TRIASE
Definisi Triase
Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih
atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganannya. (Kathleen dkk, 2008)
Triase adalah usaha pemilahan pasien menurut tingkat keparahan
cedera atau kesakitannya, dan memprioritaskan pengobatan menurut
ketersediaan sumber daya dan kemungkinan pasien bisa bertahan hidup.
(Sphere, 2006)
5
Tujuan Triase
Tujuan dari triase adalah memilih dan menggolongkan semua pasien
yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganannya dan disaat
pertama perawat menilai pasien perawat juga melakukan tindakan
diagnostik, sehingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan
pasien tidak terlalu lama.(Brooker, 2008)
Prinsip dan Tipe Triase
Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triase diberlakukan sistem
prioritas, prioritas adalah penentuan penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan:
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban.
b. Menilai kebutuhan medis.
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup.
d. Menilai bantuan yang memungkinkan.
e. Memprioritaskan penanganan definitif.
f. Tag warna.
6
Prinsip dalam Pelaksanaan Triase
Prinsip triase berdasarkan Making the Right Decision A Triage
Curriculum (1995) :
1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit
yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawatdaruratan.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Intinya, ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam
proses interview.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat
direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang
akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
7
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur
diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk
suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien
a. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
b. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan
penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status
kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
c. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.
Pengambilan keputusan dalam proses triase dilakukan berdasarkan
Making the Right Decision A Triage Curriculum (1995):
a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit.
b. Dapat mati dalam hitungan jam.
c. Trauma ringan.
d. Sudah meninggal.
8
Tipe Triase di Rumah Sakit
Ada beberapa macam sistem triase (Iyer, 2004), yaitu:
a. Tipe 1: Traffic Director or Non Nurse
Hampir sebagian besar berdasarkan sistem triase.
Dilakukan oleh petugas yang tak berijazah.
Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa
sakitnya.
Tidak ada dokumentasi.
b. Tipe 2: Cek Triase Cepat
Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat atau
dokter.
Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan
utama.
Evaluasi terbatas.
Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih seirus atau
cedera mendapat perawatan pertama.
c. Tipe 3: Comprehensive Triase
9
Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman.
4 sampai 5 sistem kategori.
Beberapa tipe sistem triaselainnya (Iyer, 2004):
a. Traffic Director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan
utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak
mendesak”.Tidak ada tes diagnostik permulaan yang diintruksikan
dan tidak ada evaluasi yang dilakukan sampai tiba waktu
pemeriksaan.
b. Spot Check
Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama
dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien
dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu
“gawat darurat”, “mendesak”, atau “ditunda”. Dapat dilakukan
beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area
perawatan tertentu atau di ruang tunggu.Tidak ada evaluasi ulang
yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
10
c. Comprehensive
Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan
melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase.Data
dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan
kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan
objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien
ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus
dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit
Klasifikasi dan Penentuan Prioritas
Pada kasus kegawatdaruratan, kita harus dapat mengatur alur
pasien yang baik, terutama pada jumlah ruang yang terbatas,
memperioritaskan pasien terutama untuk menekan jumlah morbiditas
dan mortalitas, yang terakhir adalah pelabelan/pengkategorian. (Reisner,
2007)
a) Emergency (Merah/P1)
Penderita yang harus mendapatkan penanganan dengan segera dan
mengancam nyawa misalnya kasus trauma berat, akut miokard infark,
sumbatan jalan nafas, tension pneumotorak, luka bakar disertai trauma
inhalasi.
11
b) Urgent (Kuning/P2)
Penderita tidak gawat tapi darurat atau tidak darurat tetapi gawat,
misalnya pada kasus cedera vertebra, fraktur terbuka, trauma capitis
tertutup, appendicitis akut.
c) Non Urgent (Hijau/P3)
Penderita tidak mengancam nyawa dan tidak perlu mendapatkan
penanganan dengan segera misalnya luka lecet, luka memar, demam.
Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage
didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang
mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang
terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard, ENA tahun 1999,
penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan
psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan
kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan.Hal-hal
yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang
cenderung berulang atau meningkat keparahannya .
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
12
yang timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam
sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi (Wijaya, 2010) :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan
yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
.
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan
oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan,
Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat
meninggal/cacat.
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi:
Tabel 1. Klasifikasi Triase
Klasifikasi Keterangan
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam
nyawa/adanya gangguan ABC
dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest,
13
penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat.
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa
tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Setelah dilakukan di
resusitasi maka ditindaklanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya,
pasien kanker tahap lanjut,
fraktur, sickle cell, dan lainnya.
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam
nyawa tetapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan
dapat langsung diberikan terapi
definitif. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya
laserasi, fraktur minor/tertutup,
sistitis, otitis media dan lainnya.
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan
14
gawat. Gejala dan tanda klinis
ringan asimptomatis. Misalnya,
penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya.
(Iyer, 2004)
Tabel 2.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
Klasifikasi Keterangan
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi
vital, perlu resusitasi dan tindakan
bedah segera, mempunyai
kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan
pada jalan nafas, pernafasan, dan
sirkulasi. Contohnya, sumbatan
jalan nafas, tension
pneumothoraks, syok hemoragik,
luka terpotong pada tangan dan
kaki, combutio (luka bakar)
15
tingkat II dan III > 25%.
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam jangka waktu
singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contohnya, patah
tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25%,
trauma thoraks atau abdomen,
laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti
pelayanan biasa, tidak perlu
segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir.
Contohnya, luka superficial, luka-
luka ringan.
Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan hidup sangat kecil,
luka sangat parah. Hanya perlu
terapi suportif. Contohnya henti
16
jantung kritis, trauma kepala
kritis.
(Iyer, 2004)
Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan
Tingkat Keakutan
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin
(misalnya memar minor);
dapat menunggu lama tanpa
bahaya.
Kelas II Non-urgent/ tidak mendesak
(misalnya ruam, gejala flu);
dapat menunggu lama tanpa
bahaya.
Kelas III Semi-urgent/ semi mendesak
(misalnya otitis media); dapat
menunggu sampai 2 jam
sebelum pengobatan.
Kelas IV Urgent/ mendesak (misalnya
fraktur panggul, laserasi berat,
asma); dapat menunggu
17
selama 1 jam.
Kelas V Gawat darurat (misalnya henti
jantung, syok); tidak boleh ada
keterlambatan pengobatan;
situasi yang mengancam
hidup.
(Iyer, 2004)
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triase yang
mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk
tersebut meliputi (Iyer, 2004):
Nyeri hebat
Perdarahan aktif
Stupor / mengantuk
Disorientasi
Gangguan emosi
Dispnea saat istirahat
Diaforesis yang ekstrem
Sianosis
Tanda vital di luar batas normal
18
Simple Triage and Rapid Treatment (START)
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi,
perfusi, dan status mental (RPM: R= status Respirasi; P= status
Perfusi; M= status Mental) untuk memastikan kelompok korban yang
memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin
diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong segera cepat
mengidentifikasi korban yang dengan risiko besar akan kematian
segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi di
ambulans. (Reisner, 2007)
Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi
kemampuan pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam
jiwa dan cedera ditindak lebih dahulu. (Saanin, 2006)
Anamnesis Triase
Anamnesis triase biasanya berfokus pada keluhan utama
pasien.Anamnesis ini mencakup uraian uraian tentang keluhan
tersebut, mekanisme cedera (jika ada), kapan masalah tersebut mulai
timbul, dan setiap tindakan yang sudah dilakukan sebelum pasien tiba
19
di UGD. Analisis keluhan utama pasien, atau analisis gejala, dapat
diingat dengan singkatan PQRST (Kathleen, dkk, 2008):
a. P:provokes (pemicu)
Apa yang memicu gejala tersebut? (membuat gejalanya
membaik/bertambah parah).
Apakah ada riwayat trauma?
b. Q: quality (kualitas)
Bagaimana gejala tersebut dirasakan? (biarkan pasien menguraikan
dengan kata-katanya sendiri).
c. R: radiation (penyebaran)
Dimana letak gejala tersebut?
Kemana gejala tersebut menyebar?
d. S:severity (intensitas)
Tentukan intensitas gejala dengan skala 1 hingga 10.
e. T: time (waktu)
Berapa lama anda mengalami gejala ini?
Apakah gejala ini pernah terjadi sebelumnya?
f. T: treatment (penanganan)
Penanganan yang dilakukan sebelum pasien tiba di UGD (termasuk
pemberian obat di rumah)?
20
Tindakan apa yang sebelumnya berhasil?
Tanyakan kepada pasien tentang riwayat alergi, obat-obat terakhir
yang digunakan, imunisasi (jika diperlukan), haid terakhir (jika
diperlukan), dan riwayat medis yang dulu.Cara pasien tiba di UGD
juga harus dicatat. (Kathleen, dkk, 2008)
Proses Triase
Alur dalam proses triase(Rowles, 2007) :
1) Pasien datang diterima petugas/paramedis UGD.
2) Diruang triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat
untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4) Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna:
a) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
21
Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt),
perdarahan internal, dsb.
b) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c) Minimal (hijau) Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi
minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar
derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna: merah, kuning, hijau, dan hitam.
22
f) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang
operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan
menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai
ditangani.
h) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah.
23
Dokumentasi Triase
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan
pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa
dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap
berharga dan penting. (Ciottone,2002) Dokumentasi asuhan dalam
pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus
dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan
serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan
demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari
catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau
situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu
catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar
profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap
suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. (Ciottone,2002)
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang datang melalui Unit
Gawat Darurat, sistem triase telah dikembangkan dan digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan prioritas pelayanan medis bagi pasien
dengan kondisi yang mengancam nyawa. Dalam hal ini manajemen
pelayanan kesehatan yang digunakan berbeda dengan manajemen pelayanan
kesehatan yang diterapkan pada kasus bencana massal karena dalam situasi
tersebut banyaknya jumlah korban umumnya melebihi sumber daya
kesehatan yang tersedia. Prinsip yang dianut bukan lagi pelayanan terbaik
untuk setiap individu, melainkan pelayanan terbaik untuk kebaikan bersama.
Untuk mencapai tujuan ini, kunci utamanya adalah pelaksanaan triase.
Triase berasal dari bahasa Perancis trier, yang artinya memilih. Hingga saat
ini beberapa sistem triase telah dikembangkan dan digunakan di seluruh
dunia dimana tujuan utama dari setiap sistem triase tersebut adalah
identifikasi secara cepat pasien yang memerlukan perawatan segera maupun
mereka yang kondisinya cukup stabil untuk dapat menunggu perawatan.
25
Triase yang tepat akan mengoptimalkan perawatan medis yang diberikan
dan meningkatkan keberhasilan perawatan.
3.2 Saran
Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi
para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah
berikutnya :
Kombinasikan metode pembuatan makalah berikut
Pembahasan yang lebih mendalam
Pembahasan secara tepat dan benar
Beberapa poin di atas merupakan saran kami berikan, apabila ada yang
ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini .
Demikianlah makalah ini disusun serta besar harapan nanti makalah ini
dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasisiwa fakultas kedokteran
UISU dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami terima kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah kami.
26
DAFTAR PUSTAKA
- Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. EGC : Jakarta
- Suryono, bambang dkk.2008.Materi Pelatihan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat ( PPGD ) dan Basic Life Support Plus ( BLS ).Yogyakarta :
Tim PUSBANKES
- Sjamsuhidajat R. Trauma dan Bencana. In : Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd
ed.Jakarta : ECG; 2010
- Sudiharto, Sartono. (2011). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
27
BIODATA PENULIS
BUDI SYUHADA MINIKAR
EMA SUSILAWATI
ADE HAJIZAH BR RITONGA
CHINDY AFISA
HENNI JUNIATI SIREGAR
IRMAYANI BR DAMANIK
MUHAMMAD TOHA RAMBE
NADIA KHARANI
NURUL HASANAH NST
PUTRI DIMAYANTI LUBIS
RIDO RAHMAD SAPUTRA
SUCI MASYIDAH
ROBBY SYAHPUTRA HRP
28