18

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Triaseberasal dari bahasa prancis trierbahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triaseyang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGDsetiap tahunnya. Sistem triase mulai 1

description

m

Transcript of 18

Page 1: 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Triaseberasal dari bahasa prancis trierbahasa inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triaseyang berarti sortir. Yaitu proses

khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk

menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim

digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan

berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya

manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang

yang memerlukan perawatan di UGDsetiap tahunnya. Sistem triase mulai

dikembangkan mulai pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan

UGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan

penanganan segera.(Oman, 2008)

Diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal

pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga dalam

penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Pemisahan yang

dimaksud disebut triase. (Oman,2008)

1

Page 2: 18

Triase harus dilakukan dengan cepat dan akurat maka diperlukan

perawat yang berpengalaman dan kompeten dalam melakukan triase.

Perawat triase sebaiknya mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang

memadai karena harus terampil dalam pengkajian serta harus mampu

mengatasi situasi yang komplek dan penuh tekanan sehingga memerlukan

kematangan profesional untuk mentoleransi stress yang terjadi dalam

mengambil keputusan terkait dengan kondisi akut pasien dan menghadapi

keluarga pasien. (Elliott et al, 2007)

Triase dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah

pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersedia serta kemungkinan hidup

pasien.(Pusponegoro, 2010)

1.2 Tujuan Pembahasan

Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang

diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis

sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama

secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/I

dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih

pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana

2

Page 3: 18

pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar

mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat.

Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah

1. Mengetahui definisi triase.

2. Mengetahui tujuan triase.

3. Mengetahui alur triase pasien di IGD.

4. Mengetahui cara mengklasifikasi pasien gawat darurat.

5. Mengetahui cara anamnesis triase.

6. Mengetahui prioritas terapi berdasarkan jenis kegawatdaruratan.

Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga

sangat diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini.

Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.

3

Page 4: 18

1.3 Metode dan Teknik

Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode

yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana,

dimana kami menggunakan metode dan teknik secara deskriptif dimana tim

penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya

setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang masalah yang

akan dibahas setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai

sumber tersebut disimpulan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan

dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.

4

Page 5: 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TRIASE

Definisi Triase

Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus

dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,

peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih

atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan

menetapkan prioritas penanganannya. (Kathleen dkk, 2008)

Triase adalah usaha pemilahan pasien menurut tingkat keparahan

cedera atau kesakitannya, dan memprioritaskan pengobatan menurut

ketersediaan sumber daya dan kemungkinan pasien bisa bertahan hidup.

(Sphere, 2006)

5

Page 6: 18

Tujuan Triase

Tujuan dari triase adalah memilih dan menggolongkan semua pasien

yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganannya dan disaat

pertama perawat menilai pasien perawat juga melakukan tindakan

diagnostik, sehingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan

pasien tidak terlalu lama.(Brooker, 2008)

Prinsip dan Tipe Triase

Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triase diberlakukan sistem

prioritas, prioritas adalah penentuan penyeleksian mana yang harus

didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman

jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan:

a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban.

b. Menilai kebutuhan medis.

c. Menilai kemungkinan bertahan hidup.

d. Menilai bantuan yang memungkinkan.

e. Memprioritaskan penanganan definitif.

f. Tag warna.

6

Page 7: 18

Prinsip dalam Pelaksanaan Triase

Prinsip triase berdasarkan Making the Right Decision A Triage

Curriculum (1995) :

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu

Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit

yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di

departemen kegawatdaruratan.

2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat

Intinya, ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam

proses interview.

3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat

direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang

akurat.

4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi

Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara

akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien

7

Page 8: 18

tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur

diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk

suatu pengobatan.

5. Tercapainya kepuasan pasien

a. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat

menetapkan hasil secara serempak dengan pasien

b. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan

penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status

kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.

c. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan

keluarga atau temannya.

Pengambilan keputusan dalam proses triase dilakukan berdasarkan

Making the Right Decision A Triage Curriculum (1995):

a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit.

b. Dapat mati dalam hitungan jam.

c. Trauma ringan.

d. Sudah meninggal.

8

Page 9: 18

Tipe Triase di Rumah Sakit

Ada beberapa macam sistem triase (Iyer, 2004), yaitu:

a. Tipe 1: Traffic Director or Non Nurse

Hampir sebagian besar berdasarkan sistem triase.

Dilakukan oleh petugas yang tak berijazah.

Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa

sakitnya.

Tidak ada dokumentasi.

b. Tipe 2: Cek Triase Cepat

Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat atau

dokter.

Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan

utama.

Evaluasi terbatas.

Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih seirus atau

cedera mendapat perawatan pertama.

c. Tipe 3: Comprehensive Triase

9

Page 10: 18

Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan

berpengalaman.

4 sampai 5 sistem kategori.

Beberapa tipe sistem triaselainnya (Iyer, 2004):

a. Traffic Director

Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan

utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak

mendesak”.Tidak ada tes diagnostik permulaan yang diintruksikan

dan tidak ada evaluasi yang dilakukan sampai tiba waktu

pemeriksaan.

b. Spot Check

Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama

dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien

dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu

“gawat darurat”, “mendesak”, atau “ditunda”. Dapat dilakukan

beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area

perawatan tertentu atau di ruang tunggu.Tidak ada evaluasi ulang

yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.

10

Page 11: 18

c. Comprehensive

Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan

melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase.Data

dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan

kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan

objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien

ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus

dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit 

Klasifikasi dan Penentuan Prioritas

Pada kasus kegawatdaruratan, kita harus dapat mengatur alur

pasien yang baik, terutama pada jumlah ruang yang terbatas,

memperioritaskan pasien terutama untuk menekan jumlah morbiditas

dan mortalitas, yang terakhir adalah pelabelan/pengkategorian. (Reisner,

2007)

a) Emergency (Merah/P1)

Penderita yang harus mendapatkan penanganan dengan segera dan

mengancam nyawa misalnya kasus trauma berat, akut miokard infark,

sumbatan jalan nafas, tension pneumotorak, luka bakar disertai trauma

inhalasi.

11

Page 12: 18

b) Urgent (Kuning/P2)

Penderita tidak gawat tapi darurat atau tidak darurat tetapi gawat,

misalnya pada kasus cedera vertebra, fraktur terbuka, trauma capitis

tertutup, appendicitis akut.

c) Non Urgent (Hijau/P3)

Penderita tidak mengancam nyawa dan tidak perlu mendapatkan

penanganan dengan segera misalnya luka lecet, luka memar, demam.

Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage

didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang

mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang

terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard, ENA tahun 1999,

penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan

psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan

kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan.Hal-hal

yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang

cenderung berulang atau meningkat keparahannya .

Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai

penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa

12

Page 13: 18

yang timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam

sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi (Wijaya, 2010) :

a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan

yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.

b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi

memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan

.

c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan

oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan,

Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat

meninggal/cacat.

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi:

Tabel 1. Klasifikasi Triase

Klasifikasi Keterangan

Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam

nyawa/adanya gangguan ABC

dan perlu tindakan segera,

misalnya cardiac arrest,

13

Page 14: 18

penurunan kesadaran, trauma

mayor dengan perdarahan hebat.

Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa

tetapi tidak memerlukan tindakan

darurat. Setelah dilakukan di

resusitasi maka ditindaklanjuti

oleh dokter spesialis. Misalnya,

pasien kanker tahap lanjut,

fraktur, sickle cell, dan lainnya.

Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam

nyawa tetapi memerlukan

tindakan darurat. Pasien sadar,

tidak ada gangguan ABC dan

dapat langsung diberikan terapi

definitif. Untuk tindak lanjut

dapat ke poliklinik, misalnya

laserasi, fraktur minor/tertutup,

sistitis, otitis media dan lainnya.

Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa

dan tidak memerlukan tindakan

14

Page 15: 18

gawat. Gejala dan tanda klinis

ringan asimptomatis. Misalnya,

penyakit kulit, batuk, flu, dan

sebagainya.

(Iyer, 2004)

Tabel 2.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

Klasifikasi Keterangan

Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi

vital, perlu resusitasi dan tindakan

bedah segera, mempunyai

kesempatan hidup yang besar.

Penanganan dan pemindahan

bersifat segera yaitu gangguan

pada jalan nafas, pernafasan, dan

sirkulasi. Contohnya, sumbatan

jalan nafas, tension

pneumothoraks, syok hemoragik,

luka terpotong pada tangan dan

kaki, combutio (luka bakar)

15

Page 16: 18

tingkat II dan III > 25%.

Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau

fungsi vital bila tidak segera

ditangani dalam jangka waktu

singkat. Penanganan dan

pemindahan bersifat jangan

terlambat. Contohnya, patah

tulang besar, combutio (luka

bakar) tingkat II dan III < 25%,

trauma thoraks atau abdomen,

laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti

pelayanan biasa, tidak perlu

segera. Penanganan dan

pemindahan bersifat terakhir.

Contohnya, luka superficial, luka-

luka ringan.

Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan hidup sangat kecil,

luka sangat parah. Hanya perlu

terapi suportif. Contohnya henti

16

Page 17: 18

jantung kritis, trauma kepala

kritis.

(Iyer, 2004)

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan

Tingkat Keakutan

Kelas I Pemeriksaan fisik rutin

(misalnya memar minor);

dapat menunggu lama tanpa

bahaya.

Kelas II Non-urgent/ tidak mendesak

(misalnya ruam, gejala flu);

dapat menunggu lama tanpa

bahaya.

Kelas III Semi-urgent/ semi mendesak

(misalnya otitis media); dapat

menunggu sampai 2 jam

sebelum pengobatan.

Kelas IV Urgent/ mendesak (misalnya

fraktur panggul, laserasi berat,

asma); dapat menunggu

17

Page 18: 18

selama 1 jam.

Kelas V Gawat darurat (misalnya henti

jantung, syok); tidak boleh ada

keterlambatan pengobatan;

situasi yang mengancam

hidup.

(Iyer, 2004)

Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triase yang

mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk

tersebut meliputi (Iyer, 2004):

Nyeri hebat

Perdarahan aktif

Stupor / mengantuk

Disorientasi

Gangguan emosi

Dispnea saat istirahat

Diaforesis yang ekstrem

Sianosis

Tanda vital di luar batas normal

18

Page 19: 18

Simple Triage and Rapid Treatment (START)

Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi,

perfusi, dan status mental (RPM: R= status Respirasi; P= status

Perfusi; M= status Mental) untuk memastikan kelompok korban yang

memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin

diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong segera cepat

mengidentifikasi korban yang dengan risiko besar akan kematian

segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi di

ambulans. (Reisner, 2007)

Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi

kemampuan pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam

jiwa dan cedera ditindak lebih dahulu. (Saanin, 2006)

Anamnesis Triase

Anamnesis triase biasanya berfokus pada keluhan utama

pasien.Anamnesis ini mencakup uraian uraian tentang keluhan

tersebut, mekanisme cedera (jika ada), kapan masalah tersebut mulai

timbul, dan setiap tindakan yang sudah dilakukan sebelum pasien tiba

19

Page 20: 18

di UGD. Analisis keluhan utama pasien, atau analisis gejala, dapat

diingat dengan singkatan PQRST (Kathleen, dkk, 2008):

a. P:provokes (pemicu)

Apa yang memicu gejala tersebut? (membuat gejalanya

membaik/bertambah parah).

Apakah ada riwayat trauma?

b. Q: quality (kualitas)

Bagaimana gejala tersebut dirasakan? (biarkan pasien menguraikan

dengan kata-katanya sendiri).

c. R: radiation (penyebaran)

Dimana letak gejala tersebut?

Kemana gejala tersebut menyebar?

d. S:severity (intensitas)

Tentukan intensitas gejala dengan skala 1 hingga 10.

e. T: time (waktu)

Berapa lama anda mengalami gejala ini?

Apakah gejala ini pernah terjadi sebelumnya?

f. T: treatment (penanganan)

Penanganan yang dilakukan sebelum pasien tiba di UGD (termasuk

pemberian obat di rumah)?

20

Page 21: 18

Tindakan apa yang sebelumnya berhasil?

Tanyakan kepada pasien tentang riwayat alergi, obat-obat terakhir

yang digunakan, imunisasi (jika diperlukan), haid terakhir (jika

diperlukan), dan riwayat medis yang dulu.Cara pasien tiba di UGD

juga harus dicatat. (Kathleen, dkk, 2008)

Proses Triase

Alur dalam proses triase(Rowles, 2007) :

1) Pasien datang diterima petugas/paramedis UGD.

2) Diruang triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat

untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.

3) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase

dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).

4) Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna:

a) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam

jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.

21

Page 22: 18

Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt),

perdarahan internal, dsb.

b) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi

tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi

terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan

terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.

c) Minimal (hijau) Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan

menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi

minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.

d) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan

meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar

derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.

e) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan

warna: merah, kuning, hijau, dan hitam.

22

Page 23: 18

f) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan

pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan

medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang

operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.

g) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan

medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan

menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai

ditangani.

h) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat

jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka

penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.

i) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar

jenazah.

23

Page 24: 18

Dokumentasi Triase

Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau

dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan

pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa

dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap

berharga dan penting. (Ciottone,2002) Dokumentasi asuhan dalam

pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus

dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.

Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status

kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan

serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan

demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari

catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau

situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu

catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar

profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap

suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. (Ciottone,2002)

24

Page 25: 18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang datang melalui Unit

Gawat Darurat, sistem triase telah dikembangkan dan digunakan untuk

mengidentifikasi dan menentukan prioritas pelayanan medis bagi pasien

dengan kondisi yang mengancam nyawa. Dalam hal ini manajemen

pelayanan kesehatan yang digunakan berbeda dengan manajemen pelayanan

kesehatan yang diterapkan pada kasus bencana massal karena dalam situasi

tersebut banyaknya jumlah korban umumnya melebihi sumber daya

kesehatan yang tersedia. Prinsip yang dianut bukan lagi pelayanan terbaik

untuk setiap individu, melainkan pelayanan terbaik untuk kebaikan bersama.

Untuk mencapai tujuan ini, kunci utamanya adalah pelaksanaan triase.

Triase berasal dari bahasa Perancis trier, yang artinya memilih. Hingga saat

ini beberapa sistem triase telah dikembangkan dan digunakan di seluruh

dunia dimana tujuan utama dari setiap sistem triase tersebut adalah

identifikasi secara cepat pasien yang memerlukan perawatan segera maupun

mereka yang kondisinya cukup stabil untuk dapat menunggu perawatan.

25

Page 26: 18

Triase yang tepat akan mengoptimalkan perawatan medis yang diberikan

dan meningkatkan keberhasilan perawatan.

3.2 Saran

Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi

para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah

berikutnya :

Kombinasikan metode pembuatan makalah berikut

Pembahasan yang lebih mendalam

Pembahasan secara tepat dan benar

Beberapa poin di atas merupakan saran kami berikan, apabila ada yang

ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini .

Demikianlah makalah ini disusun serta besar harapan nanti makalah ini

dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasisiwa fakultas kedokteran

UISU dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami terima kritik

dan saran demi kesempurnaan makalah kami.

26

Page 27: 18

DAFTAR PUSTAKA

- Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. EGC : Jakarta

- Suryono, bambang dkk.2008.Materi Pelatihan Penanggulangan Penderita

Gawat Darurat ( PPGD ) dan Basic Life Support Plus ( BLS ).Yogyakarta :

Tim PUSBANKES

- Sjamsuhidajat R. Trauma dan Bencana. In : Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd

ed.Jakarta : ECG; 2010

- Sudiharto, Sartono. (2011). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta:

CV. Sagung Seto.

27

Page 28: 18

BIODATA PENULIS

BUDI SYUHADA MINIKAR

EMA SUSILAWATI

ADE HAJIZAH BR RITONGA

CHINDY AFISA

HENNI JUNIATI SIREGAR

IRMAYANI BR DAMANIK

MUHAMMAD TOHA RAMBE

NADIA KHARANI

NURUL HASANAH NST

PUTRI DIMAYANTI LUBIS

RIDO RAHMAD SAPUTRA

SUCI MASYIDAH

ROBBY SYAHPUTRA HRP

28