18 bulan.docx

26
PENERAPAN METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION DENGAN PENDEKATAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 4 BUGBUG KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH : NI WAYAN DANGIN NPM 09.1.128

Transcript of 18 bulan.docx

Page 1: 18 bulan.docx

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED INTRODUCTIONDENGAN PENDEKATAN INQUIRY UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJARSISWA DI SD NEGERI 4 BUGBUG

KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH :

NI WAYAN DANGINNPM 09.1.128

JURUSAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANAGAMA HINDU AMLAPURA

2013

Page 2: 18 bulan.docx

UPACARA TIGA OTON

OLEH :

NI WAYAN DANGINNPM 09.1.128

JURUSAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANAGAMA HINDU AMLAPURA

2013

Page 3: 18 bulan.docx

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Dengan segala kerendahan hati dihaturkan puji syukur kehadapan Ida

Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha-Nya maka

makalah ini dapat diselesaikan. Penyusunan tulisan ini sangat berat dirasakan

mengingat keterbatasan, baik dalam ilmu pengetahuan, pengalaman, serta fasilitas

lainnya, akan tetapi disadari bahwa penyelesaian ini bukanlah semata-mata atas

usaha sendiri, melainkan berkat dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun

material.

Untuk itulah pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. I Wayan Gama, M.Si, Ketua STKIP Agama Hindu Amlapura

yang telah banyak memberikan semangat maupun dorongannya.

2. Dosen pembimbing mata kuliah yang telah banyak memberikan bimbingan

dan petunjuk dengan sepenuh hati..

3. Bapak / Ibu dosen lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu

yang telah memberikan semangat maupun dorongan demi terlaksananya

penulisan makalah ini.

Disadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, banyak

terasa kekurangannya dan kelemahannya baik dalam tata bahasa maupun

susunannya.

Page 4: 18 bulan.docx

Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi sempurnanya karya ini. Dan sebagai akhir kata mudah-mudahan

karya tulis yang sederhana ini ada manfaatnya bagi para pembaca.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Amlapura, Februari 2013

penulis

Page 5: 18 bulan.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..............................................................

1.2 Rumusan Masalah.........................................................

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................

2.1 Tinjauan Upacara..........................................................

2.2 Tinjauan Yadnya...........................................................

2.3 Upacara Tiga Oton........................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................

3.2 Saran..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: 18 bulan.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ajaran agama Hindu dibangun dalam tiga kerangka dasar, yaitu tattwa,

susila, dan acara agama. Ketiganya adalah satu kesatuan integral yang tak

terpisahkan serta mendasari tindak keagamaan umat Hindu. Tattwa adalah aspek

pengetahuan agama atau ajaran-ajaran agama yang harus dimengerti dan dipahami

oleh masyarakat terhadap aktivitas keagamaan yang dilaksanakan. Susila adalah

aspek pembentukan sikap keagamaan yang menuju pada sikap dan perilaku yang

baik sehingga manusia memiliki kebajikan dan kebijaksanaan, wiweka jnana.

Sementara itu aspek acara adalah tata cara pelaksanaan ajaran agama yang

diwujudkan dalam tradisi upacara sebagai wujud simbolis komunikasi manusia

dengan Tuhannya. Acara agama adalah wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang

Widdhi Wasa dan seluruh manifestasi-Nya. Pada dasarnya acara agama dibagi

menjadi dua, yaitu upacara dan upakara. Upacara berkaitan dengan tata cara

ritual, seperti tata cara sembahyang, hari-hari suci keagamaan (wariga), dan

rangkaian upacara (eed). Sebaliknya, upakara adalah sarana yang

dipersembahkan dalam upacara keagamaan.

Dalam fenomena keberagamaan Hindu di Bali, acara agama tampaknya

lebih menonjol dibandingkan dengan aspek lainnya. Acara agama yang seringkali

juga disebut upacara atau ritual keagamaan merupakan pengejawantahan dan

tattwa dan susila agama Hindu. Acara agama meliputi keseluruhan dari aspek

Page 7: 18 bulan.docx

persembahan dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi

Wasa yang disebut yadnya. Pada dasarnya yadnya dalam agama Hindu dapat

dibagi menjadi dua, yakni nitya karma dan naimittika karma. Nitya yadnya adalah

yadnya yang dilaksanakan sehari-hari, misalnya yadnya sesa atau mesaiban.

Sebaliknya, naimittika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan secara berkala

atau pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat piodalan, rerahinan, dan hari

raya keagamaan Hindu lainnya (Tim, 2005). Akan tetapi sejauh ini masih banyak

pihak yang meragukan bahwa acara agama yang tampak dominan di Bali, adalah

bertentangan dengan isi kitab suci Weda. Oleh karena itu dalam makalah ini akan

diuraikan tentang acara agama Hindu yaitu tentang Upcara Tiga Oton atau lebih

dikenal dengan nama upacara plukutus sasih, atau delapan belas bulanan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yiatu :

1. Bagaimana Tinjuan tentang Upacara?

2. Bagaimana Tinjauan umum tentang yadnya?

3. Bagaimana Upacara Tiga Oton Sebenarnya?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari Rumusan Masalah di atas dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Tinjuan tentang Upacara.

2. Untuk mengetahui Tinjauan umum tentang yadnya

3. Untuk mengetahui Upacara Tiga Oton Sebenarnya

Page 8: 18 bulan.docx

BAB II

PRMBAHASAN

2.1 Tinjauan Tentang Upacara

2.1.1 Pengertian Upacara

Upacara keagamaan yang bersifat religius yang merupakan usaha yang

bertujuan untuk mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau

makhluk halus lainya yang mendiami alam gaib. Sistem religius ini dilaksanakan

dan melambangkan konsep-konsep yang terkandung dalam suatu sistem

kepercayaan. Sistem upacara merupakan wujud dari tingkah laku dari suatu religi.

Seluruh sistem upacara terdiri dari beraneka macam upacara yang bersifat harian,

musiman atau kadangkala. Masing-masing upacara terdiri dari kombinasi berbagai

macam unsur seperti : berdoa, bersaji (maturan), berkorban, makan bersama,

menari dan menyanyi (makidung), berprosesi, berseni sakral (drama suci),

berpuasa, bertapa, bersemadi dan sebagainya. Tata urutan dari acara-acara

tersebut adalah sudah merupakan buatan manusia sejak zaman dahulu kala, dan

merupakan ciptaan akal manusia.

Beberapa sumber mengatakan Upacara merupakan kegiatan manusia untuk

menghubungkan diri dengan Hyang Widhi. Upacara juga merupakan bagian dari

Tri Kerangka Dasar Agama Hindu selain Tattwa dan Etika. Secara etimologi,

upacara berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata Upa dan Cara. Upa

memiliki arti sekeliling atau menunjuk segala, Cara berarti gerak atau aktivitas

Page 9: 18 bulan.docx

sekeliling kehidupan umat manusia atau aktivitas umat manusia dala upaya dan

usaha menghubungkan diri dan menyatu dengan Hyang Widhi.

Jadi upacara merupakan bagian dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu,

dan upacara merupakan salah satu wujud nyata aktivitas manusia untuk

mendekatkan diri kepada Hyang Widhi.

2.1.2 Upacara Dalam Agama Hindu

Upacara dalam agama Hindu dilihat dari fungsinya merupakan alat yang

membantu umat Hindu dalam mengadakan konsentrasi pikiran atau pemusatan

pikiran. Dan juga merupakan sarana bagi umat Hindu di dalam mengadakan

hubungan dengan Hyang Widhi. Upacara adalah salah satu cara yang dilakukan

oleh umat Hindu untuk menghubungkan dirinya dengan Hyang Widhi. Cara yang

dilakukan untuk menghubungkan diri ada yang sederhana dan nyata. Upacara

adalah salah satu pelaksanaan dari yadnya. Dalam melaksanakan suatu upacara

digunakan sarana yang disebut upakara.

Pelaksanaan Upacara dilakukan berulang untuk sebagian atau

keseluruhannya dalam suasana religius lahir dan bathin. Sehingga upacara

merupakan bagian yang sangat penting dan tidak mungkin diabaikan begitu saja.

Upacara pada dasarnya adalah pemberian yang tulus ikhlas untuk

kepentingan bersama, karena ternyata bahwa manusia harus bertindak dan berbuat

sesuatu yang melambangkan komunitasnya dengan Tuhan.

Page 10: 18 bulan.docx

2.2 Tinjauan Yadnya

2.2.1 Pengertian Yadnya dan Dasar Hukumnya

Yadnya adalah korban suci yang dilakukan secara tulus ikhlas dengan

tidak mengikat diri pada hasilnya.

Dasar hukum Panca Yadnya dalam agama Hindu disebut dengan Tri Rna.

Tri Rna adalah tiga jenis hutang yang dibayar melalui pelaksanaan suatu yadnya

yaitu Dewa Rna, Pitra Rna, Rsi Rna). Dewa Rna adalah hutang hidup dan mati

manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Berkat

yadnya beliau untuk menciptakan alam semesta ini beserta dengan segala isinya.

Atas jasa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan dunia beserta isinya ini manusia

menganggap dirinya mempunyai hutang yang disebut Rna. Karena hutang inilah

manusia merasa wajib membayar melalui pelaksanaan suatu Yadnya.

Dalam Bhagawadgita, Bab III, Sloka 12 dan 13 yaitu :

Sesungguhnya keinginan untuk mendapat kesenangan telah diberikan kepadamu oleh dewa-dewa karena yadnya-mu. Sedangkan ia yang telah memperoleh kesenangan tanpa memberi yadnya sesungguhnya adalah pencuri.

Ia yang memakan sisa yadnya akan terlepas dari segala dosa, tetapi ia yang hanya memasak makanan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya makan dosa

Dalam kitab Bhagawadgita, mengingatkan dan menyadarkan manusia

agar tidak lupa mengadakan yadnya sebagai wujud balas jasa kepada Hyang

Widhi. Dengan melakukan upacara berarti pula manusia setiap saat selalu

mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Rsi Rna adalah hutang pengetahuan kepada para maha Rsi yang telah

berjasa dalam mendapatkan atau menerima pengetahuan suci yang berupa wahyu-

Page 11: 18 bulan.docx

wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan adanya Rsi Rna akan

menimbulkan pelaksanaan Rsi Yadnya dalam Panca Yadnya.

Pitra Rna adalah kesadaran berhutang kepada orang tua (Ibu – Bapak) dan

para leluhur atas jasa-jasanya yang telah beryadnya menurunkan, memelihara dan

mendidik dari sejak dalam kandungan sampai kita bisa mandiri. Pitra Rna dapat

dibayar melalui pelaksanaan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya dalam Panca

Yadnya.

2.2.2 Bagian-bagian Panca Yadnya

Panca Yadnya adalah lima macam persembahan / pengorbanan suci yang

dilaksanakan secara tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa”.

Bagian-bagian Panca Yadnya itu adalah : (1) Dewa Yadnya, (2) Pitra Yadnya, (3)

Rsi Yadnya, (4) Bhuta Yadnya, (5) Manusa Yadnya. \

Dewa yadnya yaitu korban suci yang ditujukan kehadapan Tuhan / Ida

Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, Pitra Yadnya yaitu segala

sesuatu pengorbanan yang ditujukan kepada para leluhur dan kepada yang

mendahuluinya, Rsi Yadnya yaitu suatu pengorbanan yang ditujukan kepada

orang-orang suci dari pimpinan agama yang sudah medwijati, Bhuta Yadnya yaitu

segala sesuatu pengorbanan yang ditujukan kepada para Buta dan segala makhluk

ciptaan Tuhan yang lebih rendah dari manusia. Manusa Yadnya yaitu segala

sesuatu pengorbanan yang ditujukan untuk pemeliharaan umat manusia mulai dari

dalam kandungan sampai akhir hidup manusia.

Page 12: 18 bulan.docx

2.3 Upacara Tiga Oton

Tiga Oton atau delapan belas bulan mengandung dua unsure angka yaitu 3

dan 18. angka tiga dalam agama Hindu banyak dikaitkan dengan Tiga Lapisan

Bumi ini yaitu Bhur Loka (alam manusia), Bhuwah Loka (alam leluhur) dan Swah

Loka (alam dewa/Tuhan). Atau dapat pula dikaitkan dengan Trikona, yakni

Utpatti, Sthiti, dan Pralina, yakni perputaran dari kelahiran, kehidupan dan

kematian yang berlangsung terus di alam semesta atau Bhuwana Agung sebagai

kehendak-Nya dalam wujud Sada-Siwa. Sedangkan angka 18 jika diuraikan

adalah angka 1 dan 8, yang jika dijumlahkan menjadi 9. Angka 9 sering dikaitkan

dengan adanya Dewa-Dewa (manifestasi Tuhan/ Ida Sanghyang Widhi) menurut

arah mata angina  / Dewata Nawa Sanga, yaitu: Ishwara (timur) Mahesora

(tenggara), Brahma (selatan), Rudra (barat-daya), Mahadewa (barat), Sangkara

(barat-laut), Wisnu (utara), Sambhu (timur laut) dan Tripurusha (tengah-tengah).

Hal ini ada dalam Lontar Arga Patra. Kedua angka tersebut pada dasarnya

mengisyaratkan tentang para dewa yang menguasai segala penjuru di alam

semesta ini. Dengan adanya para dewa tersebut maka alam ini menjadi seimbang.

Selain itu, para Dewa adalah manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang

diwujudkan dengan berbagai bentuk dan sifatnya.

Kemudian kata oton atau Otonan berasal dari urat kata wetu yang artinya

keluar atau lahir. Otonan sendiri mengandung pengertian sebagai hari kelahiran

berdasarkan wuku kalender Hindu Bali. Upacara Otonan ini biasanya diadakan

bersamaan dengan Sapta Wara, Panca Wara dan wuku yang sama.Upacara ini

bertujuan untuk menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan-keburukan yang

terdahulu, sehingga dalam kehidupan sekarang mencapai kehidupan yang lebih

Page 13: 18 bulan.docx

sempurna. Upacara Otonan bermakna sebagai ungkapan rasa syukur dan terima

kasih kepada Hyang Widhi atas berkah dan rahmat yang diberikan Nya. Satu oton

adalah 6 bulan atau 210 hari, sedangkan tiga oton yaitu 18 bulan atau plekutus

sasih. Sasih atau bulan pertemuan antara Sapta Wara, dan Panca Wara. Bulan

merupakan sinar yang menerngi saat kegelapan.

Upacara tiga oton biasanya diperuntukan untuk kelahiran manusia dan

peringatan upacara dewa yadnya yiatu ngenteg linggih. Untuk kelahiran manusia

upacara otonan bertujuan untuk menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan-

keburukan terdahulu, sehingga dalam kehidupan sekarang mencapai kehidupan

yang lebih sempurna. Banten atau upakara (sesajen) yang digunakan adalah

Prayascita, Parurubayan, Jajanganan, Tataban, Peras, Lis, Banten pesaksi ke bale

agung (Ajuman), Sajen turun tanah dan Sajen kumara. Adapun tata cara

pelaksanaan upacara tiga otonan adalah sebagai berikut :

Pandita / Pinandita sebagai pimpinan upacara melakukan pemujaan untuk

memohon persaksian terhadap Hyang Widhi Wasa dengan segala

manifestasinya.

Pemujaan terhadap Siwa Raditya (Suryastawa).

Penghormatan terhadap leluhur.

Pemujaan saat Otonan dan persembahyangan.

Selain seperti dijelaskan diatas, upacara Otonan juga bermakna sebagai

puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas segala berkah yang diberikan,

dan juga terdapat kepercayaan bahwa pada saat upacara Otonan itu, Tuhan dalam

manifestasinya sebagai Sang Hyang Dumadi (“roh dari orang yang Otonan”) akan

hadir dan diberikan ucapan syukur atas karunianya. Seluruh rangkaian upacara ini

Page 14: 18 bulan.docx

dilakukan dirumah (biasanya di “bale delod”) dan dipimpin oleh

Pinandita/Pemangku/orang yang dianggap tertua dalam keluarga. Upacara Tiga

Oton juga dapat dilakukan dengan alasan Mebayuh bertujuan untuk mengurangi

hal-hal buruk dalam hidup kita, membayar hutang di masa lalu, dan tentunya

memohon keselamatan. Sarana upacara Mebayuh dicari dari pewacakan menurut

hari lahirnya (Sapta Wara, Panca Wara dan Wukunya).

Untuk upacara ngenteg linggih, upacara tiga oton merupakan urutan

upacara terakhir dari rangkaian upacara ngenteg linggih. Adapun tahapan upacara

tiga oton ini yaitu : 1) Ngaturang ayah membuat sanganan pebangkit dan sarana

upakara plukutus sasih (tiga oton) pangentegan dan penutup upacara, 2)

membangun tetaring, membuat lapan banten, Bale Pawedan, Bale Gong,

Gambang, Salonding, di pura tempat upacara, 3) Munggah sekar/Patenungan Desa

ring Bale Panti Pura Desa/Bale Agung, 4) Membangun atau membuat

Panggungan tempat stana Ida Bhatara-bhatari, 5) Matur Piuning langsung

ngelungsur Tirta pada Pura/Kahyangan, 6) Menghias panggungan pada pura yang

akan diupacarai, 7) Puncak Acara, membuat eteh-eteh sarana upakara bebanten,

Betara Kawedal/turun dari pasimpenan, Palinggih-palinggih ynng di enteg

dibuatkan lingga, Ida Bethara sami kairing Melis ke Segara / Pantai langsung

menghaturkan Banten Pakelem, kemudian Ida Betara Sami kairing ke tempat

Upacara untuk dihaturkan Upakara Bebanten Plukutus Sasih Pangentegan, Solah

Topeng Sidakarya, Solah Wayang Lemah. Solah Rejang 11 kempulan, Solah

Papendetan, Ngaturang gegitan lan kidung, 8) Besoknya ngaturang Sekar

Penganyar oleh masyarakat, di barengi dengan Solah Rejang 11 kempulan, Solah

Pemangku Papendetan, Ngaturang gegitan lan kidung, 9) Tetap Ngaturang Sekar

Page 15: 18 bulan.docx

Penganyar, Solah Rejang 11 kempulan, Solah Pemangku Papendetan.

dilangsungkan dengan Sembahyang Bersama, sorenya mantuk Bethara : Ida

Betara diusung ke tempat Pasimpenan atau Pura-Pura lain manut linggih Ida.

Jadi berdasarkan hal tersebut di atas, Upacara Tiga Oton mempunyai arti

peringatan hari kelahiran manusia atau upacara. yang bertujuan : 1) untuk

menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan-keburukan yang terdahulu, sehingga

dalam kehidupan sekarang mencapai kehidupan yang lebih sempurna, 2) sebagai

ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Hyang Widhi atas berkah dan

rahmat yang diberikan Nya, 3) sebagai wujud terima kasih dan bhakti atas telah

selamatnya kelahiran manusia atau suatu upacara yang telah dilaksanakan

sebelumnya, 4) wujud memohon keseimbangan alam kepada para Dewa yang

menguasai alam semesta ini sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi

Wasa, 5) memohon ketentraman dan kemakmuran pada Ida Sang Hyang Widhi

yang menguasai tiga alam, 6) sebagai penutup rangkaian upacara yang berkaitan

dengan pembangunan atau kelahiran seseorang.

Page 16: 18 bulan.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yaitu :

1. upacara merupakan bagian dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, dan

upacara merupakan salah satu wujud nyata aktivitas manusia untuk

mendekatkan diri kepada Hyang Widhi

2. Yadnya adalah korban suci yang dilakukan secara tulus ikhlas dengan

tidak mengikat diri pada hasilnya.

3. Upacara Tiga Oton mempunyai arti peringatan hari kelahiran manusia atau

upacara. yang bertujuan : 1) untuk menebus kesalahan-kesalahan dan

keburukan-keburukan yang terdahulu, sehingga dalam kehidupan sekarang

mencapai kehidupan yang lebih sempurna, 2) sebagai ungkapan rasa

syukur dan terima kasih kepada Hyang Widhi atas berkah dan rahmat yang

diberikan Nya, 3) sebagai wujud terima kasih dan bhakti atas telah

selamatnya kelahiran manusia atau suatu upacara yang telah dilaksanakan

sebelumnya, 4) wujud memohon keseimbangan alam kepada para Dewa

yang menguasai alam semesta ini sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang

Widhi Wasa, 5) memohon ketentraman dan kemakmuran pada Ida Sang

Hyang Widhi yang menguasai tiga alam, 6) sebagai penutup rangkaian

upacara yang berkaitan dengan pembangunan atau kelahiran seseorang.

Page 17: 18 bulan.docx

3.2 Saran

1. Setiap yadnya atau upacara tentunya memiliki makna yang mendalam

utamanya untuk kesejahteraan dan kemakmuran, hendaknya dapat

dilaksanakan dengan penuh keyakinan

Page 18: 18 bulan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Sarmini, Ni Luh, 2008. Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Upacara Mekebat Daun di Desa Pakraman Selat Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem. Skripsi, Tidak Diterbitkan. Amlapura : STKIp Agama Hindu Amlapura.

http://www.babadbali.com/pustaka/ibgwdwidja/ibd.php?id=58. Diakses tanggal 6 Februari 2013

http://iwbdenpasar.wordpress.com/tag/bali/ Diakses tanggal 6 Februari 2013