123542374-vertigo
description
Transcript of 123542374-vertigo
BAB I
DEFINISI
Vertigo ialah ilusi bergerak. Ada yang menyebutnya halusinasi gerakan.
Penderita merasakan lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam,
atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal tidak. Gerakan pada
vertigo umumnya gerakan berputar; namun sesekali dijumpai kasus dimana
gerakan bersifat linier (garis lurus); tubuh seolah – olah didorong atau ditarik
menjauhi bidang vertikal.
Vertigo disebabkan oleh gangguan atau kelainan atau penyakit pada
sistem vestibular. Sering vertigo disertai oleh gangguan sistem otonom, seperti
rasa mual, pucat, keringat dingin, muntah, perubahan denyut nadi dan tekanan
darah, diare.
VERTIGO 1
BAB II
VERTIGO SENTRAL dan VERTIGO PERIFER
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum
atau otak) atau di perifer ( telinga dalam atau saraf vestibular). Kita pelu
membedakan kedua jenis vertigo ini, karena terapi dan prognosisnya dapat
berbeda.
Vertigo Sentral
Gangguan di batang otak atau di serebelum biasanya merupakan
penyebab vertigo jenis sentral . untuk menentukan apakah gangguan berada di
batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik. Banyak penderita yang mengeluhkan rasa lemah. Kita perlu
membedakan antara kelemahan yang disebabkan oleh gangguan di batang
otak.
Gangguan atau disfungsi serebelum kadang-kadang sulit ditentukan.
Misalnya stroke selebelar gejalanya dapat menyerupai gangguan vestibular
perifer. Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan
koordinasi. Penderita gangguan selebelar mungkin mempunyai kesulitan
dalam melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-
turut (dysdiadochokinesia).
Percobaan tunjuk-hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksa
dan kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk
dan terlihat adanya ataksia. Penderita vertigo jenis perifer dapat melakukan
percobaan tunjuk hidung secara normal.
Gangguan berjalan dapat dijumpai pada kelainan sentral dan juga pada
gangguan vestibular jenis perifer. Dengan demikian gangguan berjalan tidak
dapat digunakan sebagai pembeda antara vertigo sentral dari vertigo perifer.
VERTIGO 2
Neoplasma tumbuhnya lambat, dengan demikian gangguan fungsi vesti-
bular yang diakibatkannya perjalanannya lambat. Biasanya manifestasinya
ialah gangguan keseimbangan.
Penyebab vaskular lebih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi
vaskular berulang, TIA dan stroke.
Vertigo Perifer
Lamanya vertigo berlangsung
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna.
Serangan dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Bila kepala
bergerak, misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah menjatah barang
di rak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik dan kemudian
mereda.
Vertigo posisional benigna paling sering penyebabnya ialah idiopatik
(tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya
baik, gejala akan menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam dapat dijumpai pada
Penyakit Meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit Meniere mempunyai
trias gejala, yaitu : ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan
tinitus.
Rasa penuh di telinga atau rasa telinga tertekan biasanya ditemukan
pula. Mula-mula gangguan pendengaran ialah pada frekuensi yang rendah dan
berfluktuasi, dengan eksaserbasi, yang bersamaan waktunya dengan episode
vertigo serta peningkatan tinitus. Usia penderita biasanya di antara 30-60 tahun
pada permulaan munculnya penyakit, namun didapat variasi yang besar. Pada
sekitar 30-50% akhirnya kedua telinga terlibat.
VERTIGO 3
Biasanya penyakit Meniere dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis.
Pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan adanya penurunan
pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “tandem” dengan mata tertutup.
(Berjalan tandem ialah berjalan dengan telapak kaki lurus ke depan. Bila
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk
garis lurus ke depan).
Ketajaman pendengaran perlu diperiksa, misalnya dengan pemeriksaan
audiometri. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan beratnya penurunan
ketajaman pendengaran serta untuk mengikuti perjalanan penyakit.
Pemeriksaan elektronistagmografi sering memberikan bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vestibular perifer. Perjalanan yang khas daripada
penyakit Meniere ialah terdapat kelompok serangan – serangan vertigo yang
diantarai (diselingi) oleh masa remisi.
Didapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti, tidak kambuh
lagi pada sebagian terbesar penderitanya, dan meninggalkan penderitanya
dengan cacat pendengaran berupa tuli (berbagai tingkatan) dan tinitus; dan
sewaktu – waktu penderitanya mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita yang mengidap sifilis stadium
2 atau stadium 3 yang dini mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit Meneire. Jadi kita harus memeriksa kemungkinan sifilis pada tiap
penderita penyakit Meniere.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari atau sampai
beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lega, namun tidak bebas
sama sekali dari gejala, bila ia berbaring diam.
VERTIGO 4
Fungsi pendengaran tidak terganggu neuroniitis vestibular
Neuronitis vestibular ini mungkin disebabkan oleh virus. Infeksi virus
pada saraf vestibular. Penyakit ini jarang berulang. Padsa pemeriksaan fisik
mungkin dijumpai nistagmus, yang menjadi lebih besar amplitudonya bila
pandangan dilirikkan menjauhi telinga yang terkena. Penyakit ini akan mereda
secara gradual dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan
total beberapa penderita, namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vestibular berbagai tingkatan. Tambahan pula beberapa penderita
timbul vertigo posisional benigna.
Pada penderita serangan vertigo yang mendadak haurs ditelusuri
kemungkinan stroke cerebelar. Nistagmus yang bersifat fiksasi visual, yaitu
mata memandang kepada benda tidak bergerak. Dan nistagmus dapat berubah
arah bila arah pandangan arah berubah.
Nistagmus perifer pada neoronitis vestibular lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan mengurang bila
dilakukan fiksasi visual. Pada nistagmus perifer, nistagmus akanberkurang bila
kita memfiksasi pandangan kita ke suatu benda.
Contoh penyebab vertigo oleh gangguan sistem vestibular yang perifer
ialah : mabok kendaraan, neuronitis vestibular, vertigo posisional benigna,
penyakit Meniere vertigo pasca trauma.
Contoh gangguan di sentral (batang otak, sersbelum) yang dapat
menyebabkan vertigo ialah : iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
VERTIGO 5
BAB III
PENYEBAB VERTIGO dan LETAK LESI
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Berikut ini
dikemukakan beberapa di antaranya :
Labirin, telinga dalam
- Vertigo posisional paroksismal benigna (kupulolitiasis ?)
- Pasca trauma
- Penyakit Meniere
- Labirintitis (viral, bakterial)
- Toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- Okulasi peredaran darah di labirin
- Fistula labirin
Saraf otak ke VIII
- Neuritis iskemik (misalnya pada diabetes melitus)
- Infeksi, inflamasi (misalnya oleh sifilis, herpes zoster)
- Neuronitis vestibular
- Neuroma akustik
- Tumor lainnya di sudut serebelo-pontin (misalnya meningioma, metastase)
Telinga luar dan tengah
- Otitis media
- Tumor
SENTRAL
Supratentorial
- Trauma
VERTIGO 6
- Epilepsi
Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasilar
VERTIGO 7
BAB IV
PEMERIKSAAN PENDERITA dengan KELUHAN
VERTIGO
Terapi yang rasional membutuhkan diagnosis yang akurat. Tidak jarang
terjadi, bahwa walaupun kita telah melakukan segala upaya, kita tidak dapat
menentukan diagnosis penyebab. Saat ini tersedia berbagai ragam tes yang
canggih, demikian juga tes mengenai fungsi vestibular. Namun, kita masih
banyak dapat ditolong oleh pengambilan anamnesis yang baik serta
pemeriksaan fisik yang saksama.
A. Anamnesis (riwayat penyakit)
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kata-kata yang digunakan
penderita untuk menyatakan vertigo atau gangguan keseimbangan lainnya
beragam. Malah banyak penderita yang kurang dapat mengemukakan
keluhannya secara tepat dan rinci. Para penderita dengan keluhan vertigo
harus dinyatakan apakah ada pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu vertigo. Pada kelainan
vertigo posisional benigna, vertigo muncul bila penderita berbaring pada satu
sisi atau sisi lainnya dan berlangsung singkat. Ada penderita yang vertigonya
tercetus bila ia menengadah. Hal ini dapat dijumpai pada iskemia atau
insufisiensi vertebrobasilar.
Penting ditanyakan keadaan apa lagi, selain perubahan posisi, yang
dapat membuat gejala vertigo bertambah berat. Ada juga penderita yang
beberapa hari atau minggu sebelumnya menderita vertigo. Vertigo ini kemudian
mereda. Namun, penderita diganggu oleh perasaan tidak stabil, keseimbangan-
nya terganggu. Penderita merasa seperti berada di kapal, di ombang-ambing
oleh ombak.
VERTIGO 8
Input (masukan) visual adalah sesuatu yang penting. Sesekali ditemukan
penderita yang mengeluhkan bahwa masukan visual saja sudah cukup untuk
mencetuskan vertigo. Namun, mayoritas penderita tidak mempunyai gejala
dramatis sedemikian. Paling sedikit masukan visual hanya menyebabkan
sensasi tidak enak yang lemah.
Ada penderita yang merasa puyeng di lapangan yang kurang
penerangan. Ia merasa lebih baik di dalam ruangan yang ramai. Ada pula
penderita yang mengemukakan bahwa keluhannya bertambah buruk bila
masukan visual berlebihan, misalnya bila ia berdiri di pinggir jalan yang ramai
dengan kendaraan bermotor yang berlampu di malam hari. Semua efek visual
ini mungkin menggambarkan perubahan interaksi visual-vestibular.
1. Rasa tidak stabil
Keluhan ini sering dijumpai pada gangguan vestibular. Penderita menjadi
takut dan tidak mau berjalan atau berdiri. Pada gangguan vestibular akut
penderita menjadi sangat tidak stabil. Keadaan ini menjadi lebih buruk bila
fiksasi penglihatan dihilangkan, misalnya dalam kegelapan.
Lain halnya dengan gangguan serebelum. Ataksia dan ketidakseim-
bangan tidak dipengaruhi oleh atau malah bertambah buruk oleh fiksasi visual.
Menghilangkan petunjuk somato-sensorik, misalnya masukan proprio-
septif, dapat memperburuk rasa tidak stabil. Contoh dari kehidupan sehari-hari
misalnya ialah waktu kita berdiri di atas kasur yang empuk di tempat tidur untuk
mengganti bola lampu yang putus di kegelapan. Juga bila kita berjalan di
permukaan yang tidak rata.
2. Disorientasi (orientasi terganggu)
Suatu keadaan yang dapat menggangu penderita dengan gangguan
vestibular ialah rasa disorientasi. Disorientasi ini dapat berupa tidak mengetahui
mana bagian atas dan mana bagian bawah. Bila penderita menyelam, dimana
VERTIGO 9
petunjuk lain tidak ada, maka risiko tenggelam amat besar akibat disorientasi
yang dialaminya itu.
3. Osilopsia (oscillopsia)
Osilopsia merupakan suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak
bergerak maju mundur. Hal ini merupakan keadaan yang normal pada situasi
tertentu, misalnya bila kepala digoyangkan kuat –kuat. Osilopsia dapat dijumpai
pada berbagai penyakit. Penting untuk menentukan jenis osilopsia yang dialami
serta keadaan yang mencetuskannya. Hal ini dapat membantu menentukan
lebih akurat dasar neurologi ilusi ini.
Jenis osilopsia yang paling banyak difahami ialah osilopsia oleh kelainan
refleks vestibulo-okular (ROV). Ini dapat diakibatkan oleh hipo- atau hiper-
aktivitas ROV.
Ada penderita yang aparat vestibular perifernya rusak, misalnya oleh
oleh antibiotika jenis amiloglikosid. Penderita ini mengeluhkan bahwa
pendangannya menjadi kabur dan objek yang dilihat tampaknya berpantulan ke
atas dan ke bawah, bila ia berjalan atau bila ia sedang naik kendaraan.
Ketajaman visusnya normal bila ia tidak bergarak. Penyebabnya ialah
hilangnya ROV, refleks yang membantu mata mempertahankan posisi tertentu
terhadap lingkungan.
4. Nausea dan muntah
Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek) dan bila
berat dapat mengakibat muntah. Keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer
dan kurang pada penyakuit serebelar.
Kita selidiki kualitas serta perjalanan keluhan penderiya. Kita usahakan
unyuk memperoleh informasi mengenai kapan keluhan mulai, bagaimana
mulainya, faktor yang mencetuskannya serta faktor yang dapat meringankan
keluhan.
VERTIGO 10
Adanya vertigo merupakan petunjuk yang kuat bahwa yang terganggu
ialah sistem vestibular. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga – dalam
umumnya timbul mendadak. Permukaan yang gradual cenderung berasal dari
susunan saraf pusat.
Vertigo yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dicurigai berasal dari
susunan saraf pusat, atau setidak-tidaknya retrolabirin, seperti neuronitis oleh
virus. Umumnya dikatan bahwa lebih sentral letaknya kelainan, lebih lama
berlangsungnya keluhan vertigo. Bila puyeng meningkat bila penderita berubah
posisi, hal ini menunjukkan bahwa gangguan ada di sistem vestibular, baik
perifer maupun yang sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, hal
ini dicurigai akibat adanya disfungsi otolit, seperti yang dijumpai pada vertigo
posisional paroksismal benigna.
B. Pemeriksaan
Hubungan saraf antara inti vestibular di batang otak dengan inti saraf
penggerak bola mata, yaitu saraf okulomotor ( saraf kranial III ), saraf trokhlear
( IV ) dan abdusens ( VI ) bertanggung jawab atas terjadinya nistagmus, bila
vestibular di rangsang. Jenis nistagmus yang terjadi dapat memberi petunjuk
mengenai letak lesi yang menyebabkan vertigo.
Nistagmus ialah gerak involunter yang bersifat ritmik daripada bola mata
Nistagmus dapat bersifat horisontal, rotator atau vertikal. Gerakan bola
mata pada nistagmus mempunyai 2 komponen, yaitu gerakan lambat ke satu
arahyang berlawanan. Gerakan sekunder yang cepat ini lebih mudah di deteksi.
Itu sebabnya arah gerak yang cepat ini dianggap sesuai kesepakatan sebagai
arh nistagmus. Misalnya bila arah gerak lambat nistagmus hotisontal adalah ke
kiri, sedang arah gerakan cepat ke kanan, disebut bahwa arah nistagmus
idalah ke kanan.
Beratnya nistagmus juga bervariasi. Pada derajad I nistagmus hanya
muncul bila mata dilirikkan ke arah komponen cepat. Pada derajad II nistagmus
VERTIGO 11
sudah terjadi bila mata memandang lurus ke depan. Pada derajad III nistagmus
telah muncul walaupun mata dilirikkan ke arah yang berlawanan dengan arah
komponen cepat.
Bila memeriksa apakah ada nistagmus, penderita disuruh mengikuti
gerak jari pemeriksa, dari satu sisi ke sisi lainnya, atau dari atas ke bawah, dari
samping bawah ke samping atas.
Gejala objektif daripad vertigo ialah adnya nistagmus
Bila didapatkan keluhan vertigo kita harus mencari adanya nistagmus
dengan memeriksa gerakan bola mata. Nistagmus mempunyai ciri sesuai
gerakannya, misalnya “ jerk” dan pendular, menurut bidang gerakannya
( horisontal, rotatoar, vertikal, campuran ), arah gerakan, amplituda dan
lamanya nistagmus berlangsung. Pengaruh sikap kepala perlu diperhatikan.
Sebagai peganagn sederhana gejala berikut dapat dianggap berasal dari
susunan saraf pusat ( sentral ), yaitu : nistagmus yang vertikal murni, nistagmus
yang berubah arah, nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo.
Nistagmus yang rotatoar umum didapatkan pada gangguan vestibular perifer.
Nistagmus dapat lebih mudah dievaluasi dengan menggunakan lensa
Frenzel. Ini ialah suatu kacamata dengan lensa positif 20 dioptri. Lensa ini
membuat penderita tidak dapat memfiksasi pandangan, dan memeriksa dapat
menilai gerak mata penderita dengan lebih mudah ( kaca pembesar ).
Pada tes penunjang, kita melihat respons terhadap rangsang
( stimulus ), misalnya rangsang kalori, rotasi, galvanik.
Pemeriksaaan fisik juga ditujukan untuk mendeteksimkelainan lain yang
berguna dalam menentukan etiologi, misalnyaadanya asimetri tekanan darah
ortostatik, adanya bising pada auskultasi di leher dan kepala, gerakan leher
yang terbatas abnormal, anomalikongenital serta penyakit lain yang dapat
menyebabkan rasa puyeng.
Kita juga memperhatikan adanya kelainan neurologi yang disebabkan
oleh gangguan di batang otak atau serebelum. Cara berjalan, berdiri, dan
VERTIGO 12
koordinasi cenderung menjadi abnormal pada penderita yang sedang dilanda
vertigo.
1. Tes Romberg yang dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang
lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya
( tandem ). Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Tes ini
berguna menilai adanya disfungsi sistem vestibular. Orang yang normal mampu
berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka dan kemudian dengan
mata tertutup merupakan skrinning yang sensitif buat kelainan keseimbangan.
Uemura dkk. 1977 mengemukakan bila seseorang mampu berdiri pada salah
satu kaki tungkai dengan mata ditutup, keseimbangan dapat dianggap normal
dan tes vestibular lainnya tidak perlu dilakukan atau tidak ada manfaatnya.
2. Tes melangkah di tempat ( stepping test )
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50
langkahdengan kecepatan seperti berjalan biasa. Sebelumnya dikatakan
kepadanya bahwa ia harus berusaha agar tetap di tempat, dan tidak beranjak
selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.
Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter
atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah tunjuk ( past-pointing )
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh
telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat
lengannya tinggi-tinggi ( sampai vertikal ) dan kemudian kembali ke posisi
semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk ( deviasi ) demikian
juga dengan gangguan serebelar. Tes ini dilakukan dengan lengan kanan dan
lengan kiri. Di samping penderita disuruh mengangkat lengannya tinggi-tinggi,
VERTIGO 13
dapat pula dilakukan dengan menurunkan ke bawah sampai vertikal, dan
kemudian kembali ke posisi semula.
4. Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita
dengan gangguan sistem vestibular dapat dilakukan Manuver Nylen-Barany
atau disebut juga Manuver Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di
tempat tidur penderita. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di
pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajatdi bawah horisan, kepala
ditorehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala melihat lurus, dan
diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap
membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat sekiranya mincul nistagmus.
Diperhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama berlangsung, serta
jenis nistagmus. Kepada penderita ditanyakan apa yang dirasakannya. Apakah
vertigo yang dialaminya pada tes ini serupa dengan vertigo yang dialaminya.
Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapatkan masa laten selama
sekitar 2 - 30 detik. Yang dimaksud masa laten di sini ialah nistagmus tidak
segera timbul begitu kepala mengambil posisi yang kita berikan. Nistagmus
baru muncul setelah beberapa detik berlalu, yaitu sekitar 2 - 30 detik. Kita kata-
kan masa laten untuk terjadinya nistagmus ialah 2 - 30 detik. Pada lesi
vastibular yang perifer didapatkan masa laten. Pada lesi vestibular yang sentral
tidak didapatkan masa laten. Nistagmus segera muncul. Pada lesi perifer
vertigo biasanya berat; lebih berat daripada lesi sentral.
Pada lesi perifer nistamus akan cape. Maksudnya ialah setelah
beberapa saat nistagmus akan berkurang dan kemudian berhenti, walaupun
kepala masih tetap dalam posisinya. Pada lesi sentral nistamus tidak berku-
rang, tidak menjadi cape. Pada lesi yang perifer, bila manuver ini diulang-ulang,
jawaban nistagmus akan mengurang dan kemudian tidak muncul lagi. Terdapat
habituasi. Pada lesi sentral nistagmus akan tetap timbul pada manuver ini, dan
tidak menjadi cape atau mereda. Tidak didapatkan habituasi.
VERTIGO 14
5. Tes Kalori
Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini
membutuhkan peralatan yang sederhana. Dapat diperiksa ke dua telinga.
Kepekaan penderita terhadap rangsang kalori bervariasi, karenanya lebih baik
dimulai dengan stimulasi yang ringan dengan harapan telah terinduksi
nistagmus dengan rasa vertigo yang ringan dan tidak disertai nausea atau
muntah. Stimulasi yang lebih kuat selalu dapat diberikan bial penderita ternyata
kurang sensitif.
Cara melaksanakan tes kalori
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60
derajat. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi
vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran
konveksi yang diakibatkan oleh endolimf), Tabung suntik berukuran 20 ml
dengan ujung jarum yang dilindungi dengan karet dengan ukuran nomor 15 diisi
dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7 derajat di bawah suhu badan). Air
disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 ml per detik. Dengan
demikian gendangan telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Bola mata
penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus
ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang
disuntikkan lebih dingin dari suhu badan). Arah gerak dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3 – 5 kali per detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung dicatat.
Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita, namun
biasanya berlangsung antara ½ - 2 menit. Setelah beristirahat selama 5 nemit,
telinga kedua dites.
Hal penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada
kedua sisi, yang pada keadaan normal ialah hampir serupa. Pada sekitar 5%
orang yang normal stimulasi minimal tidak akan mencetuskan nistagmus. Pada
penderita sedemikian 5 ml air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat,
VERTIGO 15
sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal
ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2 – 2 ½ menit. Bila
sekiranya tidak timbul nistagmus, dapat kemudian disuntikkan 20 ml air es
selama 30 detik. Bila stimulasi ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka
dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes kalori ini mudah dilaksanakan dan mudah diinterpretasi. Tes ini
memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal, hipoaktif atau
tidak berfungsi. Kita bandingkan sensitivitas labirin pada kedua sisi.
6. Elektronistagmografi
Pada tes kalori, yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi vestibular,
pemeriksa harus mengobservasi gerak bola mata penderita. Gerakan dan arah
nistagmus serta lamanya nistagmus berlangsung harus diamati. Karena
pengamatan dilakukan oleh pemeriksa, kesalahan yang manusiawi dapat
terjadi. Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan ini dikembangkan
pemeriksaan elektronistagmografi.
Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke liang
telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dapat dicatat pada
kertas, menggunakan teknik yang mirip dengan elektrokardiografi.
7. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang
memainkan peranan penting, yaitu : sistem visual, vestibular, dan
somatosensorik. Dengan tes posturografi dapat dievaluasi sistem visual,
vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap, yaitu
sebagai berikut :
Tahap 1. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan
pun dalam keadaan biasa (normal).
Tahap 2. Pada tahap ini pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat
berdiri terfiksasi (serupa dengan tes Romberg).
VERTIGO 16
Tahap 3. Pada tahap ini pandangan melihat pemandangan yang bergoyang,
dan ia berdiri pada tempat yang terfiksasi.
Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat
digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
Tahap 4. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri
digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input
somatosensorik dari badan bagian bawah diganggu.
Tahap 5. Mata ditutup dan tempat berpijak digoyang.
Tahap 6. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan
berpijak juga bergoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau ;
tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya
untuk input (informasi)
VERTIGO 17
BAB V
BEBERAPA KELAINAN dengan GEJALA VERTIGO
A. Vertigo Posisional Benigna (VPB)
Vertigo posisional ialah vertigo yang timbul bila kepala mengambil posisi
atau sikap tertentu. Vertigo posisional benigna dikenal juga dengan nama
vertigo posisional paroksismal yang benigna atau vertigo postural atau
kupulolitiasis. Dari vertigo yang berasal dari kelainan perifer, maka VPB-lah
yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar 30%. Pada penyakit ini ,perubahan
posisi krpala, terlebih nila telinga yang terlibat ditempatkan di sebelah bawah,
menimbulkan vertigo yang berat yang berlangsung singkat. Sindrom ini ditandai
oleh episode vertigo yang berat yang berlangsung singkat (berapa detik atau
menit) yang disertai oleh nausea (rasaenek) dan muntah.
Serangan vertigo dapat dicetuskan oleh perubahan sikap, misalnya bila
penderita berguling di tempat tidur, menolehkan kepala, melihat ke bawah,
menegadah. Vertigo dapat muncul pada tiap perubahan kepala namun
biasanya paling berat pada sikap berbaring pada sisi dengan telinga yang
terlibat berada di sebelah bawah.Vertigo disertai oleh rasa tidak seimbang yang
berat, namun penderita jarang sampai kehilangan kontrol dari sikapnya dan
jatuh.
Vertigo akan mereda bila penderita terus mepertahankan sikap atau
posisi yang mencetuskannya, namun penderita umumya segera mengubah
sikap atau posisinya untuk menghindari sensasi yang tidak menyenangkan ini.
Sekiranya penderita terus mempertahankan sikapnya pada sikap yang memicu
vertigo (misalnya menoleh ke kiri), intensitas vertigo akan berkurang dan
kemudian mereda.
Bila manuver ini diulang berurut, misalnya menoleh ke kiri respons
semakin berkurang, vertigo semakin melemah kemudian mereda. Lain halnya
dengan vertigo posisional yang disebabkan oleh kelainan sentral (misalnya di
VERTIGO 18
batang otak atau serebelum) tidak didapatkan respons yang mengurang atau
habituasi. Jawaban vertigo atau nistagmus hampir sama atau tidak berubah.
Pada vertigo posisional yang perifer, vertigo tidak segera muncul begitu
diambil posisi yang memicu. Didapatkan waktu laten yang berlangsung
beberapa detik. Pada vertigo posisi yang berasal dari kelainan di sentral,
vertigo atau nistagmus langsung timbul begitu posisi diubah. Namun, keluhan
subjektif mungkin lebih ringan pada vertigo posisional yang sentral.
Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit vertigo posisional benigna sangat bervariasi. Pada
sebagian besar kasus gangguan menghilang secara spontan dalam kurun
waktu beberapa minggu, namun dapat kambuh setelah beberapa waktu, bulan
atau tahun kemudian. Ada pula penderita yang hanya satu kali mengalaminya.
Sesekali dijumpai penderita yang kepekaannya terhadap vertigo posisional
berlangsung lama.
Serangan vertigo umumnya berlangsung singkat, kurang dari satu menit.
Namun, bila ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama,
sampai beberapa menit. Bila serangan vertigo datang bertubi-tubi, hal ini
mengakibatkan penderitanya merasakankepalanya menjadi terasa ringan,
merasa tidak stabil, atau rasa mengambang yang menetap selama beberapa
jam atau hari.
VPB sering dijumpai pada kelompok usia menegah, pada usia 40-an
tahun dan 50-an tahun. Wanita agak lebih sering dari pada pria. VPB jarang
dijumpai pada anak atau orang yang sangat tua. Nistagmus kadang dapat
disaksikan waktu terjadinya VPB dan biasanya bersifat torsional (rotatoar).
Dengan rekaman elektronistagmografi nistagmus ini dapat direkam dan
sianalisa. Pada keadaan remisi ENG-nya menjadi normal.
Penyebab (etiologi)
VERTIGO 19
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).
Beberapa kasus VPB dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala
atau leher, infeksi telinga tengah atau operasi stapedektomi. BanyakB yang
timbul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang
berada dikupula bejana semisirkular posterior. Deposit ini menyebabkan bejana
menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi
kepala yang berubah.
Penatalaksanaan VPB
Bila kiya telah menegakan diagnosis, krpada penderita perlu dijelaskan
mengenai kelainannya serta prognosis yang umumnya baik. Vertigo yang berat,
yang kadang-kadang sampai membangunkan penderitanya dari tidur, membuat
mereka menjadi cemas dan takut dan sering memikirkan bahwa ia mjngkin
menderita penyakit yang berat, seperti tumor, stroke atau penyakit jantung.
Walaupun VPB suatu kelainan yang benigna, gejala yang
ditimbulkannya dapat terasa berat dan menakutkan atau mencemaskan.
Sepertiga dari penderita melaporkan bahwa serangan-serangan masih muncul
sampai kurun waktu lebih dari satu tahun. Kemungkinan bahwa serangan akan
berulang perlu diinformasikan kepada penderita sehingga mereka tidak takut
atau cemas.
B. Neuronitis Vestibular
Neuronitis vestibular ditandai oleh serangan vertigo yang mendadak dan
berat, sering disertai nausea (enek), muntah dan rasa cemas. Gejala
memburuk bila kepala bergerak atau posisi berubah. Terdapat nistagmus
spontan, dengan fase lambat ke arah telinga yang abnormal. Pada tes kalori
didapatkan penurunan eksaitibilitas pada telinga yang sakit.
Perlu rasanya kami kemukakan (lagi) bahwa vertigo disebabkan oleh
adanya asimetri dari fungsi sistem vestibular, dan asimetri ini biasanya
disebabkan oleh menurunnya fungsi vestibular di satu sisi. Ketajaman
VERTIGO 20
pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular, dan trs audiologo
adalah normal. Gangguan yang disebabkan oleh gangguan di batang otak,
seperti diplopia,disartria, sensibilitas berkurang, kelumpuhan, tidak dijumpai.
Vertigo umumnya berat dan disertai rasa enek (nausea), muntah.
Penderita terpaksa istirahat dan tidak bergerak. Vertigo mulainya mendadak,
nemun ada beberapa penderita yang mengemukakan bahwa beberapa jam
atau hari sebelumnya munculvertigo, mereka merasa berat di kepala atau
keseimbangannya terganggu, merasa sempoyongan. Penderita sering
mengemukakan adanya infeksi saluran nafas bagian atas sebelumnya, yang
tidak khas, dan mungkin disebabkan oleh virus. Vertigo yang akut ini biasanya
mereda setelah beberapa jam secara spontan,namun dapat kambuh lagi.
Vertigo yang berat serta gejala penyerta berkurang dalam waktu
beberapa hari. Namun, gangguan dengan intensitas yang menurun, yang
menjadi lebih berat bila melakukan gerakan yang cepat, masih berlangsung
beberapa minggu. Beberapa penderita mengalami sisa gangguan fungsi vesti
bular, yang mengakibatkan keadaan disekuilibrium yang kronis yang menjadi
lebih nyata bila penderita bergerak.
Pada penyakit ini didapatkan paresis bejana semisirkular horisontal satu
sisi. Pada tes kalori ditemukan respons yang menurun atau negatif pada satu
sisi. Hal ini merupakan gejala yang khas pada kelainan ini. Nistagmua yang
timbul pada pemeriksaan ENG ialah bersifat paretik, yaitu nistagmus spontans
terarah ke arah kontralateral dari sisi lesi. Respons pada tes kalori secara
gradual pulih menjadi normal. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada
kelompok usia 30-40 tahun. Penyebab neuronitis vestibular belum diketahui.
Mungkin oleh virus. Data mengenai penyakit ini masih kurang. Ada yang
memilih nama neuropati vestibular bagi kelainan ini. Pada sebagian terbesar
kasus, penyakit ini adalah benigna, dan sebuh sendiri.
C. Penyakit Meniere
VERTIGO 21
Penyakit Meniere ditandai oleh serangan vertigo yang berulang dan
berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa hari, disertai oleh tinitus
dan pekak progresif. Pada ¾ kasus penyakit pada usia 20 – 50 tahun, dan pria
lebih sering daripada wanita. Penyebabnya mungkin oleh meningkatnya volume
endolimf di ladirin (“endolymphatic hydrops”), namun mekanisme patogenesis
belum terungkap dengan baik. Penumpukan endolimf yang berlebihan ini
mungkin disebabkan oleh berkurangnya resorpsi oleh kantong endolimf.
Penyakit Meniere juga dinamai sebagai “hidrops endolimfatik”. Endolimf
berhubungan dengan bagian vestibular dan kokhlear dari telinga dalam.
Pada penyakit Meniere diduga bahwa volume endolimf yang meningkat
mengakibatkan membran labirin robek dan endolimf yang mempunyai kadar
kalium yang tinggi menjadi bercampur perilimf yang kadar kaliumnya rendah.
Robekan ini mengakibatkan gejala dari penyakit Meniere, yaitu : tinitus,
pendengaran berkurang, vertigo dan rasa tertekan atau rasa penuh di
telinga. Pada fase dini, menurunnya pendengaran berfluktuasi dan
pendengaran pulih kembali setelah robekan sembuh. Dengan melanjutnya
penyakit, menurunnya pendengaran bertambah berat dan dapat menetap.
Dengan bertambah buruknya pendengaran, maka vertigo cenderung menjadi
kurang berat. Penyakit Meniere biasanya melibatkan satu sisi telinga (pada kira
– kira 90% kasus). Kita mendengar dengan 2 telinga. Sering penderita tidak
mengeluhkan pendengaran yang berkurang.
Menurunnya pendengaran dapat dengan mudah dideteksi melalui
pemeriksaan yang sederhana, misalnya tes suara bisikan, detik jam atau
dengan menggunakan garpu tala. Walaupun pekak, penderita sering kurang
toleran terhadap suara yang keras pada telinga yang pekak ketimbang pada
telinga yang sehat (“recruitment”). Tinitus dapat mendahului serangan vertigo
pertama selama berminggu – minggu atau berbulan, atau hanya dirasakan
sewaktu serangan vertigo akut.
Sering, pada vase dini, tinitus bersifat intermiten, timbul terutama
sewaktu serangan. Namun, kemudian menjadi konstan, hanya intensitasnya
VERTIGO 22
yang meningkat sewaktu serangan. Bunyi tinitus bervariasi ; sering bernada
rendah, bergemuruh atau mendesis.
Gejala atau gangguan utama pada penyakit Meniere ialah vertigo.
Sewaktu serangan, penderita merasa atau melihat ruangan disekitarnya
berputar, atau ia sendiri terasa berputar di dalam ruangan yang diam. Sewaktu
serangan penderita tidak mampu duduk atau jalan karena rasa berputar yang
dialaminya. Ia terpaksa tidur diam, dengan kepala difiksasi pada posisi yang
menyenangkannya, menghindari segala gerakan kepala, sebab gerakan kepala
dapat memperburuk sensasi gerakan.
Pemeriksaan fisik sewaktu serangan akut berlangsung menunjukkan
adanya nistagmus spontan yang horizontal atau rotatoar atau keduanya.
Diantara serangan, atau di luar serangan, tidak didapatkan nistagmus spontan,
namun tes kalori biasanya menunjukkan adanya gangguan vestibular.
Gangguan pendengaran yang ringan kadang – kadang tidak terdeteksi
pada pemeriksaan fisik rutin. Pada pemeriksaan audiometri dapat ditemukan
hilangnya pendengaran daripada nada murni berfrekuensi rendah, yang
berfluktuasi, demikian juga didapatkan gangguan pada diskriminasi bahasa.
Sensitifitas terhadap bunyi yang keras dapat meningkat, yaitu menjadi
bertambah peka terhadap bunyi keras.
Gejala gangguan saraf otonom yang terkait dengan labirin, seperti pucat,
keringat dingin,enek (nausea) dan munta biasanya didapatkan. Bertambah
berat serangan vertigo, bertambah berat pula gangguan saraf otonom.
Frekuensi, berat serta lamanya serangan berbeda-beda antar penderita dan
juga pada penderita yang sama. Vertigo dapat timbul mendadak tanpa gejala
pemula atau dapat didahului oleh gejala pemula (aura). Aura dapat berbentuk
rasa penuh di telinga, tinitus yang menungkat ataau tuli yang bertambah, aura
kemudian diikuti oleh sensasi berputar. Bergantung pada beratnya serangan,
vertigo dapat berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam, Sering
manifestasi akut serangan berlangsung 1-3 ja. Selain tinitus, vertigo, pekak
serta gangguan otonom yang terkait, biasanya tidak dijumpai gejala neurologi
VERTIGO 23
lain pada penyakit Meniere. Pada permulaan serangan gerak nistagmus
biasanya ke arah telinga yang terlibat (iritatif), dan pada tahap lebih lanjut dari
serangan maka arah nistagmus ialah menjahui telinga yang terlibat (paralitik).
Bila serangan reda, tidak dijumpai lagi nistagmus.
Pada fase remisi (reda) tes kalori memberikan hasil hipofungsi organ
vestibular atau hasil tes dapat pula normal. Waktu melakukan tes kalori, penting
menanyakan apakah penderita mengalami vertigo yang sama dengan
seranganya. Sensasi yang dirasakan sewaktu tes kalori harus serupa dengan
sensasi vertigo yang dialami sewaktu serangan. Bila labirin tidak berreaksi
terhadap air es, atau bila vertigo yang dialami tidak serupa dengan vertigo
sewaktu serangan, maka penyakit yang lain dari Meniere harus
dipertimbangkan dan ditelusuri. Bila dijumpai pula keluhan nyeri kepala yang
mencolok, atau ditemukan kesadaran yang menurun atau serangan kejang,
maka harus dipikirkan penyakit SSP (Susunan Saraf Pusat) yang lain yang
mungkin lebih serius.
Mencegah Timbulnya Serangan
Setelah serangan mereda, dapat dilakukan upaya untuk mencegah
kambuh. Kambuhnya serangan sangat bervariasi, dapat setelah beberapa
minggu, bulan atau tahun. Hal ini memberi kesulitan di dalam penelitihan untuk
menentukan apakah sesuatu obat atau tindakan mempunyai manfaat. Ada
yang menganjurkan diit rendah garam dan diberi diuretik. Obat antihistamin dan
vasodilator mungkin pula memberikan efek tambahan yang baik.
D. Presbiastaksis (“ Presbyastaxis ”, disekuilibrium pada usia
lanjut)
Orang usia lanjut (diatas 65 tahun) serng mengeluhkan puyeng dan rasa
tidak stabil. Bila kita cari penyebabnya atau diagnosis klinis atau diagnosis
patologis khusus, sering kita tidak dapat menentukannya. Pada keadaan
VERTIGO 24
sedemikan, maka digunakan diagnosis disekuilibrium pada usia lanjut
(presbiastaksis).
Usia lanjut disertai oleh degenerasi statokonia (sakulus dan utrikulus),
neutoepitel vestibuler, ganglion vestibuler (Scarpa) dan serebelum. Belum
dapat dipastikan yang mana dari perubahan degeneratif ini yang menyebabkan
sensasi disekuilibrium. Pada penderita ini latihan vestibuler dan latihan gerak
dapat membantu.
Rasa tidak stabil yang berkepanjangan serta gangguan keseimbangan
mungkin dapat dibantu oleh obat supresan vestibular dengan dosis rendah,
untuk meningkatkan ambulasi (mobilisasi). Obat yang bermanfaat pada
presbiastaksis diantaranya ialah dramamine, prometazin, diazepam. Bila
memberikan obat, penderita harus dikelola. Tidak jarang masalahnya menjadi
lebih buruk oleh efek-samping obat. Latihan fisik, latihan jalan dapat
bermanfaat. Bila perlu diberi tongkat agar rasa percaya diriditingkatkan dan
kemungkinan jatuh dikurangi.
E. Vertigo oleh Trauma
Trauma kepala sering mengakibatkan vertigo. Trauma kepala juga dapat
mengakibatkan tinitus serta tuli, disebabkan oleh konkusi labirin. Labirin cukup
terlindung letaknya oleh tulang temporal, namun membran labirin peka
terhadap trauma. Mekanisme jejas diperkirakan banyak oleh robekan pada
membran labirin. Disrupsi makula dapat menyebabkan lepasnya otokonia
kedalam vestibula dan menimbulkan vertigo postural benigna. Bila serebelum,
batang otak dan saraf kranial ke VIII ikut terlibat, maka didapatkan gangguan
vestibular campuran, yaitu yang sentral dan perifer.
Sindrom vertigo oleh trauma dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu yang akut
dan kronis.
Vertigo yang akut
VERTIGO 25
Vertigo, nausea dan muntah dapat terjadi akut setelah trauma kepala.Ini
misalnya terjadi oleh paresis vertibuler unilateral yang mendadak (konkusi
labirin).Didapatkan vertigo dan nistagmus dengan komponen cepat menjauhi
sisi yang terkena. Keseimbangan terganggu dan dijumpai gejala menunjuk-
lewat (“past pointing”) ke arah sisi yang terkena. Gejala bertambah berat bila
kepala digerakkan dengan cepat dan memburuk bila telinga yang terlibat
berada pada posisi disebelah bawah. Gejala akan banyak mengurang selama
beberapa hari pertama dan kemudian pengurangan gejala berlangsung secara
lambat laun (gradual) selama minggu-minggu berikutnya. Sebagian besar
penderita akan menjadi bebas dari gejala dalam kurun waktu 1-6 bulan.
Vertigo posisional pasca trauma
Beberapa hari atau minggu setela jejas, penderita mungkin mengalami
kambuhnya serangan vertigo yang berlangsung singkat dan dicetuskan oleh
perubahan pada sikap kepala. Gejalanya serupa dengan gejala pada vertigo
posisional benigna. Pada penderita didapatkan serangan vertigo yang
mendadak dan berlangsung singkat disertai nausea yang dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala.
Prognosis vertigo posisional pasca trauma umumnya baik. Sebagian
terbesar penderitanya akan mengalami penyembuhan spontan dalam waktu 2
bulan dan hampir semua penderita telah sembuh selama kurun waktu 2 tahun
setelah jejas.
F. Sindrom Vertigo “Fisiologis”
Ada grjala vertigo yang dianggap “fisiologis” karena tidak disebabkan
oleh penyakit. Gejala vertigo sedemikian dapat disebabkan oleh : mabok
kendaraan, vertigo yang dicetuskan oleh rangsang visual dan vertigo
pada ketinggian. Bila masukan sinyal dari sistem vestibular, visual dan sistem
somatosensorik tidak serasi, maka dapat terjadi vertigo.
VERTIGO 26
1. Mabok kendaraan
Hal ini mungkin terjadi bila badan kita mengalami percepatan yang tidak
lazim dialaminya, atau bila terdapat ketidak sesuaian antara rangsang
vestibular dan visual yang diterima oleh otak. Mekanisme terjadinya mabok
kendaraan, antara lain, diduga karena badan mengalami percepatan yang tidak
lazim dialaminya; atau terdapat ketidak sesuaian antara rangsang vestibular
dan visual yang diterima oleh otak.
2. Vertigo yang dicetus oleh rangsang visual
Gejala ini dapat terjadi bila sensasi gerakan yang diterima oleh
penglihatan (visual) tidak diimbangi oleh input yang bersamaan pada sistem
vestibular dan somatosensorik.
3. Vertigo pada ketinggian
Ada orang yang takut bila berada pada ketinggian. Ada orang yang
mengalami vertigo bila berada pada ketinggian. Pada keadaan sedemikian
jarak antara subjek objek di bawahnya menjadi lebih besar. Adaptasi terhadap
ketidak cocokkan antara visual-vestibular menjadi terhambat, apalagi bila
penderita sudah takut lebih dahulu.
G. Obat yang vestibulotoksik
Banyak obat yang dapat mengganggu ssistem vestibular
(vestibulotoksik). Diantaranya dapat disebut : antibiotik aminoglikosid,
antikonvulsan, salisilat.
Aminoglikosid
Gentamisin, amikasin, tobramisin, seperti halnya dengan streptomisin,
semuanya mempunyai efek vestibulotoksik. Gangguan vestibular yang
diakibatkannya dapat pula terjadi sebelum gangguan oditoar (pendengaran)
VERTIGO 27
mucul. Efek vestibulotoksik ini dapat terjadi pada dosis terapetik biasa. Bila
obat aminoglikosid ini digunakan bersama-sama dengan obat diuretik, maka
efek vestibulotoksik dan ototoksiknya menjadi meningkat.
Antikonvulsan
Obat antikonvulsan yang lazim digunakan dalam mengobati epilepsi
dapat mengganggu sistem vestibular pada dosis yang tinggi. Gejala yang
dijumpai dapat berupa nistagmus,vertigo, ataksia. Obat antikonvulsan yang
lazim digunakan ialah : fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, primidone. Bila
dosis dikurangi, maka gejala gangguan tersebut di atas berkurang atau
mereda.
Salisilat
Obat salisilat, misalnya aspirin, dapat menyebabkan tinitus (telinga
berdenging) dan vertigo. Gangguan pendengaran, seperti tuli, dapat pula
terjadi. Hal ini berkaitan dengan tingginya dosis yang digunakan,konsentrasi
obat salisilat di dalam darah. Bila dijumpai gejala ini, obat salisilat harus
dihentikan atau dosis diturunkan.
H. Tumor
Tumor neuroma akustik merupakan tumor yang paling sering
menyebabkan vertigo. Pada penderita neuroma akustik, sekitar 20% dari
penderitanya pernah mengeluhkan vertigo pada suatu waktu dari perjalanan
penyakitnya. Tumor yang berada di sudut serebelo-pontin ialah neuroma
akustik, meningioma, tumor epidermoid serta neoplasma lainnya. Gejala yang
ditimbulkan nya dapat berupa :
1. Ketajaman pendengaran berkurang (tuli), tinitus.
2. Nyeri kepala.
3. Rasa tidak seimbang (disekuilibrium), gangguan koordinasi.
VERTIGO 28
4. Melibatkan saraf otak yang berbatasan, misalnya wajah menjadi
baal, otot wajah menjadi lemah.
5. Gejala meningkatnya tekanan intrakranial.
Diagnosis di sudut serebelo-pontin dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan MRI atau CT-sken otak. Terapi dilakukan dengan pembedahan.
I. Stroke
Stroke atau bencana peredaran darah di otak dapat memberikan gejala
vertigo. Vertigo ini terutama dijumpai pada stroke yang melibatakan batang otak
atau serebelum, daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasilaris.
Stroke ini dapat ringan dan pulih kembali, namundapat juga berat dan
meninggalkan cacat atau menyebabkan kematian. Stroke yang ringan dan pulih
kembali disebut TIA atau RIND. TIA ialah singkatan dari Transient Ischemic
Atack atau serangan iskemia sepintas . Kata Tia digunakan bagi penyakait
stroke yang gejalanya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam. Bila
penyembuhan klinis sempurna terjadi dalam kurun waktu yang melebihi 24 jam
hal ini disebut RIND (singkatan dari reversible Ischemic Neurologic Deficits =
defisit neurologik iskemik yang reversibel).
Walaupun pada TIA dan RIND gejalanya pulih, kita harus waspada dan
memberikan terapi atau penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh
cukup besar, dan bila kambuh mungkin akan meninggalkan cacat.
Stroke di batang otak
Vertigo dan gangguan keseimbangan merupakan gejala yang sering
dijumpai pada stroke yang melibatkan batang otak. Biasanya pada keadaan ini
dijumpai pula gejala lainnya, seperti diplopia (melihat ganda), gangguan rasa di
muka atau di anggota gerak, anggota gerak menjadi lemah, bicara cadel,
ataksia,gangguan lapang pandang.
VERTIGO 29
Stroke di serebelum
Stroke di daerah yang didarahi oleh arteri serebelar inferior
posterior (PICA).
Stroke di serebelum dan didaerah yang didarahi oleh PICA dapat
memberikan gejala vertigo yang berat dan disekuilibrium. Gejala ini dapat
disalah-diagnosis sebagai neuritis vestibular yang lesinya lebih perifer
Gangguan lainnya seperti disartria (bicara cadel), gangguan rasa dan
gangguan lainnya yang sehubungan dengan disfungsi didaerah medula lateral,
mungkin tidak sitemukan bila infark stroke terbatas pada daerah hemisfer
serebelum.Kita harus hati-hati menangani stroke. Kita harus segera
membedakan apakah strokenya iskemik atau yang berdarah, sebab
penanganannya berbeda. Kita juga harus melakukan upaya agar stroke tidak
berulang.Dengan mengobati atau menanggulangi faktor risiko stroke, seperti
hipertensi, kelainan jantung, diabetes militus, kegemukan, meroko, kadar kol
esterol yang tinggi, maka kemungkinan timbulnya stroke atau berulangnya
stroke dapat dikurangi.
J. Migran basilar
Pada jenis migren ini, nyeri kepala dapat didahului atau disertai oleh
vertigo. Gejala vertigo dapat pula merupakan gejala yang mencolok dan tidak
usah disertai gejala iskemia sirkulasi posterior. Wanita, terutama pada usia
sekitar 30 – 40 tahun, lebih cenderung babi varian ini. Dalam 94 penderita
migran basilar, didapatkan bahwa 70% mengeluh vertigo. Pada 30% kasus
nyeri kepala danvertigo terjadi secara terpisah. Pada kasus sedemikian, obat
terhadap migren mungkin dapat menghilangkan vertigonya, misalnya
propanolol, amitryptilin, antagonis kalsium, obat penenang minor. Diamox
mungkin juga berkhasiat pada gejala ini.
VERTIGO 30
BAB VI
TERAPI pada VERTIGO
A. Obat
Vertigo diakibatkan oleh gangguan pada sistem vestibular. Penyebabnya
beragam. Vertigo ialah halusinasi gerakan. Penderita merasakan atau melihat
lingkungannya yang diam bergerak atau ia terasa bergerak terhadap
lingkunganya. Dengan obat kita dapat mengurangi atau menghilangkan gejala
vertigo. Banyak obat anti-vertigo yang dikenal. Dibawah ini dikemukakan
beberapa diantaranya.
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti-vertigo. Menekan
gejala vertigo bukanlah merupakan sifat yang umum daripada obat
antihistamin. Sifat anti-vertigo daripada obat antihistamin tidak berkaitan
dengan potensinya sebagai antagonis histamin. Aktifitas antihistamin yang
dapat meredakan vertigo (seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meklisin,
siklisin) nampaknya khas dan bukan hanya merupakan kemampuan menekan
pusat muntah di batang otak. Banyak obat anti-emetik (anti-muntah) yang
mempunyai sedikit saja kasiat dalam meringankan vertigo. Antihistamin yang
mempunyai sifat anti-vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan
saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik sentral ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat anti-vertigo.
Efek samping anti-kholinergik, seperti mulut kering dan penglihatan
menjadi kabur, kadang dijumpai dengan obat ini. Efek-samping yang umum
dijumpai dengan obat antihistamin ialah sedasi ( mengantuk). Pada penderita
dengan vertigo yang berat efek-samping mengantuk memberikan dampak
VERTIGO 31
yangpositif. Bagi mereka yang tidak ingin mengantuk dapat dipilih obat yang
mempunyai efek kantuk yang kurang.
Betahistin
Betahistine mesylate (Merislon)
Betahistine di HCL (Betasere)
Senyawa betahistin ( suatu analog histamin), yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Betahistine mesylate ( Merislon) dapat diberi dengan dosis 6 mg ( = 1tablet ) -
12 mg, 3 kali sehari per oral.
Betahistine di HCL ( Betaserc ) dapat diberi 8 mg ( = 1 tablet ) 3 x sehari.
Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. Efek-samping betahistin ialah
gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “ rash” di kulit. Hati-hati
menggunakannya pada penderita dengan riwayat tukak peptik dan asma
bronkial.
Dimenhydrinate (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 -6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
( suntikan intramuskular dan intravena ). Dapat diberi dengan dosis 25 mg – 50
mg ( = 1 tablet ), 4 x sehari. Efek samping : mengantuk.
Diphenhydramine HCL (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg ( =
1 kapsul ) -50 mg, 4 x sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan. Efek
samping : mengatuk.
2. Antagonis kalsium
VERTIGO 32
Antagonis kalsium dapat juga berkasiat dalam mengobati vertigo dan
puyeng. Obat antagonis kalsium cinnarizine ( Stugerone ) dan flunarizine
( Sibelium ) sering digunakan untuk maksud ini. Antagonis kalsium mungkin
merupakan obat supresan vestibular, karena sel – rambut vestibular mengan-
dung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti antikholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
Cinnarizine (Stugerone)
Obat ini mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Philipzoon,
1962, melakukan penelitihan buta – ganda mengenai khasiat obat ini pada
stimulasi vestibular. Ia mendapatkan bahwa cinnarizine dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier.
Dosis cinnarizine biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 x sehari atau 1 x 75 mg
sehari. Bila perlu dosis ini dapat ditingkatkan. Efek – samping yang dapat
terjadi ialah rasa mengantuk ( sedasi ), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut
rasa kering dan “rash” kulit.
3. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak yang mempunyai sifat anti – emetik ( anti –
muntah ). Namun, tidak semua obat anti – emetik mempunyai khasiat anti-
vertigo atau anti mabok kendaraan. Misalnya, khlorpromazine ( Largactil ) dan
prokhloperazine ( Stemetil ) sangat efektif terhadap nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi, namun kurang berkhasiat terhadap vertigo dan mabok
kendaraan.
Promethazine ( Phenergan ) merupakan obat dari golongan fenotiazine
yangpaling efektif mengobati vertigo dan mabok kendaraan, sama khasiatnya
dengan obat antihistamin yang telah diperbincangkan terdahulu. Lama aktivitas
obat ini ialah 4 -6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg ( suntikan
intramuskular atau intravena ). Efek samping yang sering dijumpai ialah
VERTIGO 33
mengantuk ( sedasi ). Promethazine lebih sedikit kemungkinannya
menyebabkan efek – samping ekstrapiramidal dibanding obat fenotiazine
lainnya.
Khlorpromazine ( Largactil ) dapat diberikan pada penderita dengan
serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral,
intramuskular atau intravena. Dosis yang lazim ialah 25 mg ( = 1 tablet ) – 50
mg dan dapat diulang 3 – 4 x sehari. Efek – samping yang sering dijumpai ialah
mengantuk ( sedasi ).
4. Obat simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Efedrin merupakan
salah satu obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo.
Lama aktivitasnya ialah 4 - 6 jam dan dosis yang diberikan dapat 10 – 25 mg, 4
x sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti-
vertigo lainnya. Sifat stimulasi daripada efedrin dapat mengurangi efek sedatif
obat antivertigo lainnya. Efek samping yang sering dijumpai ialah insomnia, jan-
tung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah-gugup.
5. Obat penenang minor
Obat penenang minor, seperti lorazepam atau diazepam dapat diberikan
kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang
sering menyertai gejala vertigo. Dosis lorazepam dapat 0,5 – 1 mg dan
diazepam 2 – 5 mg, 2 – 3 x sehari.
6. Obat anti-kholinergik
Obat anti-kholinergik, yang aktif di sentral, dapat menekan aktivitas
sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo. Untuk maksud ini
skopolamin dapat diberikan. Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan
fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin
ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 x sehari.
VERTIGO 34
Lama terapi obat
Lamanya pengobatan bervariasi. Pada sebagian terbesar kasus terapi
dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Penderita yang kurang berrespons
terhadap satu obat anti-vertigo mungkin akan berrespons dengan obat lainnya.
Kombinasi obat dari berbagai golongan (misalnya prometazine 25 mg) dan
efedrin (25 mg) dapat mempunyai efek sinergistik dalam menekan vertigo.
B. Fisik
Vertigo merupakan gejala yang menakutkan dan mencemaskan
penderitanya. Setelah dokter mengetahui penyebabnya, yang pada
kebanyakan kasus tidak mengancam jiwa, hai ini perlu diinformasikan kepada
penderita agar kecemasannya dapat berkurang. Penderita dengan vertigo akut
perlu disuruh mengambil sikap diam ( misalnya berbaring diam, duduk
menyandar diam ) di tempat tidur, sebab perubahan posisi dangerakan kepala
dapat memperburuk gejala vertigo.
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Ia mampu menyesuaikan sinyal-sinyal vestibular,
visual dan proprioseptif. Itulah sebabnya, umumnya, vertigo akan berkurang
atau mereda, apapun penyebabnya, dalam kurun waktu beberapa hari. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan adaptasi susunan saraf pusat. Namun, kadang-
kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang
atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di
susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem visual atau
proprioseptifnya.
Vertigo yang bandel,demikian juga rasa tidak seimbang atau
disekuilibrium, merupakan masalah yang dapat membuat seseorang menjadi
tidak berdaya, tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Kadang-kadang
obat tidak banyak membantu. Penderita dengan gangguan vestibular yang
VERTIGO 35
bandel perlu pula menjajaki atau mencoba manfaat yang mungkin diperoleh
dari latihan fisik vestibular.
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi
gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap
gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambut laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dengan melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.
Semua gerakan tersebut di atas harus dilakukan hati – hati, secara
bertahap.
Contoh lain
VERTIGO 36
Duduk di pinggir tempat tidur, tungkai tergantung atau menapak di lantai.
Dengan cepat anda berbaring ke samping pada sisi anda (ke kiri atau ke sisi
kanan) tungkai diangkat ke tempat tidur. Tetap berada pada posisi ini selama
30 detik (anda mungkin akan mengalami vertigo, bila mampu tetap pertahankan
posisi anda). Kemudian anda kembali ke posisi semula, istirahat 30 detik.
Setelah itu ulangi lagi, sampai 3 kali. Latihan ini, yang dapat dilakukan pada
vertigo posisional, dapat dilakukan 2 – 3 kali sehari, tiap hari sampai vertigo
tidak didapatkan lagi.
VERTIGO 37
DAFTAR PUSTAKA
- Lumbantobing S.M . 2003. Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
- Sidharta P. MD. 1980. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta :
PT. Dian Rakyat.
- Widjaja D., Budiarto G., Baoezier F., Anggraeni R., Poerwadi T. 1994.
Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : Lab/UPF Ilmu Penyakit
Syaraf RSUD Dr. Soetomo.
VERTIGO 38