116661172-revisi-makalah
-
Upload
reza-hariansyah -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of 116661172-revisi-makalah
SEMINAR ILMIAH
PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU 2012
-PEMANFAATAN KULIT BUAH MANGGIS SEBAGAI OBAT HERBAL DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS-
SUB TEMA :MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT LAINNYA
TOPIK : HERBAL MEDICINE
Oleh :
NILNA MAYA SHOFIANA (125070501111008)
BIMA ANUGRAH PUTRA (5127400403)
LINA ZAHROTUS SAJIDAH (125070500111013)
ISMAL HAKIM AL.K (NIM)
DIAN INDRAWATI S (125070507111004)
RENI TANIA (1125506607)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Alam nusantara ini, sejak dulu memang terkenal dengan tanaman yang
banyak mengandung obat. Salah satunya, yang baru-baru ini ditemukan adalah
manggis. Tahukah anda tentang multi manfaat manggis, si ratu buah tropis, yang
kadang tumbuh liar di hutan dan pegunungan? Tahukah anda tentang rahasia
dahsyat manggis, yang kadang para petani kita terasa enggan membudidaya
karena masa berbuah membutuhkan waktu lebih dari 10 (sepuluh) tahun?
Tahukah anda mengapa buah manggis disebut Queen of Fruits (Ratu dari Segala
Buah)? Adakah suatu zat yang terkandung sehingga pohon manggis ini bisa hidup
mencapai usia 200 tahun?
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, salah satunya dalam jus
buah dan sirop/sari buah. Secara tradisional, kulit buah dimanfaatkan sebagai
pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Bahkan dewasa ini ditemukan, bahwa kulit manggis mengandung
khasiat dahsyat yang bisa mengobati beberapa penyakit yang berbahaya.
Hasil penelitian menurut Dr. Berna Elya, peneliti di Departemen Farmasi
Universitas Indonesia menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis digunakan
sebagai antihistamin, antiinflamasi, menekan sistem saraf pusat, dan penurun
tekanan darah tinggi. Yang tidak kalah hebatnya, kulit manggis ternyata bisa
mengobati dan mencegah diabetes. Inilah beberapa khasiat dari manggis, terutama
pada bagian kulit yang ternyata bisa menjadi obat mujarab. Pada kesempatan yang
indah ini, kelompok kami secara khusus membahas tentang peran kulit manggis
untuk penyakit diabetes. Dalam Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 mencatat
bahwa di daerah perkotaan penyakit diabetes melitus merupakan penyebab
kematian ke-2. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui obat untuk
mencegah diabetes tersebut.Dalam makalah ini, akan diuraikan bagaimana kulit
manggis menjadi obat serta kandungan gizi kulit manggis untuk mengobati
penyakit diabetes.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan dunia diabetes melitus merupakan salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh penduduk dunia. Diabetes adalah
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin, atau penyakit akibat terganggunya proses metabolisme gula darah
di dalam tubuh, sehingga kadar gula dalam darah menjadi tinggi. Kadar
gula dalam darah penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl
dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Sedangkan pada
orang normal kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl. Penyakit ini
disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, pola makan keliru, kurang gerak
atau kurang aktivitas, stres, dan ada beberapa kasus disebabkan oleh faktor
keteurunan (genetika).
Diabetes adalah penyebab nomor satu dari gagal ginjal di dunia. Selain itu
setiap tahun ia bertanggung jawab untuk 5% atau 5 juta kebutaan pada
orang dewasa dan satu juta amputasi anggota tubuh. Diabetes juga
merupakan penyebab penting penyakit jantung, stroke dan katarak.
Diabetes merupakan ’silent killer disease’ /pembunuh diam-diam karena
sering tanpa ada gejala awal. Gejala awal yang paling umum adalah rasa
haus. Biaya saat ini mengobati diabetes dan komplikasinya di dunia
diperkirakan US $ 215 sampai miliar dolar amerika. Penyakit ini paling
cepat berkembang di negara-negara berkembang. Diabetes menyebabkan
kematian 6 setiap menit dan satu dari 20 kematian di dunia adalah karena
diabetes. Setiap tahun diperkirakan 3,2 juta orang di dunia mati akibat
diabetes. Diabetes di Asia adalah lima kali rata-rata pada populasi putih.
Di indonesia diabetes melitus sudah mulai menjamur, Sekitar 8 juta
penduduk Indonesia pada tahun 2009 mengidap diabetes (menurut data
WHO). Dan akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa pada tahun
2025. Di Jakarta, survey terhadap pengidap diabetes menunjukkan bahwa 1
dari 8 orang mengidap diabetes. Indonesia menempati peringkat empat
Negara dengan jumlah penerita diabetes terbanyak didunia. Angka
prevalensi penderita diabetes tanah air berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk
Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Yang mengejutkan, angka prevalensi
pre-diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk
Indonesia. Berarti, jumlah penduduk indonesia yang terkena diabetes akan
meningkat dua kali lipat dalam beberapa waktu mendatang. Hal ini dapat
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat indonesia baik dalam
masalah kesehatan, perekonomian dan sosial masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
2.1.Bagaimana pemanfaatan kulit manggis sebagai obat herbal dalam
menurunkan kadar glukosa darah pa ada penderita diabetes
melitus?
2.2. Apa saja zat yang terkandung dalam kulit manggis sebagai obat
herbal bagi penderita diabetes melitus?
3. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penulisan
ini sebagai berikut:
3.1. Menemukan alternatif baru dalam mengurangi kadar glukosa
dalam darah pada penderita diabetes melitus.
3.2. Mengetahui zat dalam kulit manggis yang dibutuhkan sebagai obat
herbal penderita diabetes melitus.
4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah disebutkan sebelumnya, maka
manfaat penulisan ini adalah :
4.1. Memanfaatkan kembali limbah kulit manggs sebagai obat herbal
untuk penderita diabetes melitus.
4.2. Mengurangi kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus
dengan obat herbal.
4.3. Mendeskripsikan zat dalam kulit manggis yang dibutuhkan untuk
penyembuhan penyakit diabetes melitus.
TELAAH PUSTAKA
1. Kondisi Kesehatan Indonesia
Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang
sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit
penyakit. Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi
konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu
modal produksi atau prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat
beraktivitas yang produktif.
Dimensi konsumsi menjelaskan manfaat sehat sebagai kondisi yang
dibutuhkan setiap manusia untuk dinikmati sehingga perlu disyukuri.
Dimensi ini melahirkan pemahaman upaya manusia untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah
kesehatan. Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan
masyarakat oleh petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar
pemahaman yang kuat. Implikasinya akan terjadi semakin jauh
kesenjangan pemahaman konsep penyakit dan masalah kesehatan antara
petugas kesehatan dan masyarakat sehingga gagal dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Indonesia
memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat beraneka ragam,
prospektif, dan dapat diandalkan. Namun, kesehatan masyarakat kita justru
begitu memprihatinkan. Berbagai macam kasus kesehatan bermunculan,
baik kasus baru maupun lama, benar-benar mengancam masa depan
bangsa. Merupakan fakta yang tidak dapat terbantahkan jika melihat
kondisi kesehatan masyarakat membuat kita miris. Begitu banyaknya
pemberitaan terkait isu mahalnya biaya kesehatan, semakin tingginya
angka penderita diabetes melitus, wabah penyakit menular, serta
permasalahan-permasalahan lain yang menuntut perhatian kita. Begitu
kompleksnya permasalahan yang diangkat ini mengharuskan kita untuk
memandang secara utuh seluruh permasalahan tersebut, bukan parsial.
Tidak hanya sebagai permasalahan klinis semata, namun permasalahan
masyarakat secara keseluruhan.
Jika ditelaah kembali, permasalahan kesehatan hanyalah efek kumulatif
dari berbagai persoalan kehidupan. Diabetes melitus contohnya, tidak
lepas dari pola makan dan gaya hidup yang salah.
2. Diabetes Melitus
2.1. Definisi dan Klasifikasi
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: diabaínein, tembus atau pancuran
air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia
dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia
kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari:
a. defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya
b. defisiensi transporter glukosa.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang
jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di
mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin.
Klasifikasi utama diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 dan
diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 biasanya terjadi pada
aanak-anak ( <40 tahun) dan meliputi 5% dari seluruh kasus sedangakn
diabetes melitus tipe 2 biasanya terjadi pada paruh baya ( > 40 tahun)
dengan puncak onset pada usia 60 tahun dan meliputi 95% dari seluruh
kasus. Hampir 50% kasusu diabete melitus tipe 2 tidak terdiagnosis
dikarenakan gejalanya sering tidak disadari dan fase prekliniknya
berlangsung selama 5-10 tahun.
Klasifikasi diabetes melitus dibagi berdasarkan etiologinya. Klasifikasi
yang dipakai di Indonesia sesuai dengan klasifikasi menurut American
Diabetes Association (ADA) 2003 terbagi dalam empat kategori yaitu :
a. DM tipe 1 : Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut.
b. DM tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
c. DM Tipe Lain-lain : defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
karena obat atau zat kimia, infeksi, imunologi (jarang), sindroma
genetik.
d. Diabetes melitus gestasional
2.2. Etiologi dan Patogenesis
Diabetes melitus dapat terjadi sebagai akibat dari ganggan genetik,
penyakit iatrogenik akibat steroid, kondisi endokrin seperti
hiperpituitarisma atau hipertiroidisma serta kerusakan sel-sel pulau-pulau
lengerhans akibat inflamasi, kanker, atau pasaca bedah. Pada DM tipe 2
terjadi penurunan jumlah resptor insulin pada permukaan sel target dan
penurunan aktivitas post resptor walaupun produksi insulin tetap bejalan.
Akibatnya kemampuan sel untuk mengggunakan insulin berkuarang
sehingga glukosa yang masuk ke sel akan berkurang dan glukosa di dalam
pembuluh darah meningkat. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin pada DM 2sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
beberapa faktor banyak berperan, seperti obesitas terutama yang bersifat
sentral, kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat serta
keturunan (herediter).
Homeostastia glukosa diatur oleh tiga proses yang berhubungan yaitu
produksi glukosa di hati, pengguna glukosa oleh otot, dan sekresi insulin.
Kadar glukosa darah yang meningkat akan memicu sekresi insulin. Insulin
akan berinteraksi denagn sel target dan berikatan dengan resptor insulindi
permukaan sel target. Insulin dibutuhkan otot, lemak, dan hati agar
jaringan-jarinagn tersebut mendapat asupan glukosa dari darah.
Kekurangan insulin atau kerja insulin akan meningkatkan akumulasi
glukosa dalm cairan jaringan dan darah.
Insulin tidak dibutuhakan di sistem saraf pusat maka penyandang DM
tidak terkontrol yang mengalami kekurangan insulin atau penurunan
aktivitas insulin tetap dapat menggunakn karbohidrat dalam kadar normal
di otak dan sistem saraf. Namun, jaringan lain tidak mendapat asupan
glukosa yang cukup. Peningkatan produksi glukosa darah pada
penyandang DM merupakan kombinasi dari kurangnya penggunaan
glukosa dan produksi berlebihan glikogenesisi dan metabolisme lemak.
2.3 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala klinik khas dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis klinis umumnya kan dipikirkan apabila ada
keluhan-keluhan yang dijumpai seperti poliura, plodipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Keluhan lain
dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria, dan pruvutivus pada wanita.
Menurut Perkumpulan Endrojologi Indonesia (PERKENI) 2006, diagnosis
DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik
ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah
cukup menegakkan diagnosis DM. Kedua, jiak keluhan klasik ditemukan,
dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl. Ketiga, bila ada
keraguan perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan
mengukur kadar glukosa darah 2 jam setelah minum 75 gr glukosa.
Sampel darah untuk pemeriksaan glukosa darah dapat diambil dari darah
vena atau kapiler. Sebagai patokan, untuk pemeiksaan darah dalam
menegakkan diagnosis DM dapat dilihat pada tabel dari konsensus
pengolahan DM tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2006.
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dL)
Bukan DMBelum pasti
DMDM
Kadar
glukosa
darah sewktu
(mg/dL)
Plasma vena < 100 100 -199 ≥ 200
Darah kapiler < 90 90 -199 ≥ 200
Kadar
glukosa
darah puasa
(mg/dL)
Plasma vena <100 100 – 125 ≥ 126
Darah kapiler <90 90 - 99 ≥ 110
Sumber: Soegondo S, Rudianto A, Manaf A, Subekti I, Pranoto A, Arsana
PM, Permana H. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Meliyus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta : PB PERKENI 2006.
Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah yang diharapkan
serta kadar lipid mencapai kadar yang diharapkan demikian pula status
gizi dan tekanan darah penderita diabetes melitus.
3. Manggis
3.1. Klasifikasi dan Deskripsi Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah
tropika yang diyakini berasal dari kepulauan nusantara. Tumbuh hingga mencapai
7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis berwarna merah keunguan
ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah
Gambar I. Buah manggis (Garcinia mangostana L.)
Manggis (Garcinia mangostana L.) berdasarkan taksonominya
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
Buah manggis ( Garcinia mangostana L.), merupakan buah yang eksotik
karena memiliki warna yang menarik dan kandungan gizi yang tinggi,
karena itu buah manggis memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan.
Potensi manggis tidak hanya terletak pada buahnya saja, tetapi juga hampir
seluruh bagian dari buah manggis menyimpan potensi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Penggunaan tumbuhan manggis
diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Beberapa diantaranya
adalah peluruh haid, obat sariawan, penurun panas, disentri, mengobati
kanker, mencegah penyakit jantung, mengurang tekanan darah tinggi,
menyembuhkan asma, mengobati diabetes, menurunkan kolesterol,
mengatasi batu ginjal, pengencer darah, melawan tumor dan kanker, terapi
penderita HIV/AIDS, serta mengurangi resiko stroke.
3.2 Penelitian kulit manggis
Manggis telah banyak digunakan secara tradisional selama berabad-abad
di Asia untuk mengatasi berbagai masalak kesehatan, mulai dari infeksi
kulit, luka, hingga diare. Hingga saat ini pemanfaatan manggis secara
tradisional itu masih terus berlangsung. Untuk membuktikan khasiat itu,
berbagai riset telah dilakukan untuk memastikan bahwa manggis memang
berkhasiat.
Hampir semua riset menyebutkan kunci dari khasiat manggis terletak pada
kehadiran senyawa aktif xanthone, terutama pada alpha mangostin dan
gama mangostin. Senyawa aktif dari golongan phytochemical itu juga
ditemukan pada berbagai buah dan sayuran.
Xanthone adalah keluarga fitonutrien yang kaya akan antioksidan. Kadar
antioksidan pada manggis itu disinyalir lebih tinggi dari vitamin C dan E.
Pada buah manggis, xanthone berlimpah di bagian pericarp(kulit buah).
Daging buahnya juga mengandung xanthone. Berbagai riset di
mancanegara menunjukkan bahwa manggis memiliki 40 tipe xanthone
berbeda.
Sejauh ini, peran senyawa aktif xanthone masih terus diteliti. Xanthone
yang diperleh dengan jalan ekstraksi itu teah diuji coba ke hewan. Uji
klinis pada manusia masih belum banyak dilakukan sehingga belum
diketahui dosis efektifnya. Satu-satunya uji klinis yang pernah tercatat oleh
Jennifer Ferniza, peneliti dari Infinity to Health Sciences Inc. di Amerika
Serikat, yaitu pengujian xanthone hanya sebagai obat kumur. Hasilnya
memuaskan karena terbukti xanthone dapat bersifat sebagai antibakteri.
3.2.1 Penelitian Kulit Manggis di Indonesia
Penelitian akan kulit manggis di Indonesia memang belum banyak
dilakukan. Hal itu karena manggis lebih populer dikonsumsi sebagai buah,
bukan sebagai herbal. Penelitian yang dilakukan lebih banyak terfokus
untuk mengungkap kandungan senyawa manggis. Menurut Soedibyo
(2008) dalam Alam Sumber Kesehatan, senyawa xanthone,
mangostin,garsinone, flavonoid,dan tanin di buah manggis merupakan
senyawa bioaktif fenolik. Senyawa-senyawa itu diduga berperan dalam
menentkan jumlah antioksidan di manggis. Kulit buah manggis yang
mengandung senyawa xanthone memiliki fungsi antioksidan tinggi
sehingga dapat menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang
memicu munculnya penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, arthritis,
katarak dan diabetes mellitus.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Jurusan Farmasi, Universitas Andalas.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemberian senyawa alpha
mangostin dengan berbagai dosis pada mencit (dosis 30,100, dan 300
mg/kg berat badan) dapat menurunkan kadar kolesterol, trigliserida dan
LDL, serta meningkatkan kadar HDL darah mencit. Seperti halnya
senyawa xanthone sebagai antikanker, senyawa alpha mangostin dapat
dikembangkan menjadi obat antiarterosklerosis.
3.2.2 Penelitian Kulit Manggis di dunia
Penelitian manggis di mancanegara sudah berlangsung sejak dekade 1900-
an. Beberapa riset menunjukkan konsumsi beberapa varietas manggis
mujarab untuk diet nutrisi. Penelitian lain menyebutkan bahwa manggis
mampu berperan dalam mengatasi infeksi dan meningkatkan kekebalan
tubuh secara alami sehingga dapat membantu mengobati penyakit kanker,
antiinflamasi, hingga sklerosis. Sampai saat ini, penelitian-penelitian
mengenai khasiat manggis itu masih terus berjalan.
Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan telah mengisolasi xanthone
dan derivatnya dari kulit buah manggis (pericarp) di antaranya diketahui
adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin, gamma-mangostin, Garcinone
A, Garcinone B, C, D dan Garcinone E, maclurin , mangostenol. Sebuah
penelitian di Singapura menunjukkan bahwa sifat antioksidan pada
manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada
rambutan dan durian. Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya
kecuali pada buah manggis, karena itu manggis di dunia diberikan julukan
queen of fruit atau si ratu buah
METODOLOGI PENULISAN
A. Metode penelitian
Penelititan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang ditujukan
untuk memberikan gambaran dan pemecahan masalah yang ada. Metode
penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang ada , seperti
situasi yang dialami atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung,
pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sudah muncul,
kecenderunagn yang menampak, pertentangan yang sering meruncing dan
sebagainya (Effendi dan Singarimbum, 1989).
B. Objek penelitian
Yang menajdi objek dalam penelitian ini adalah kadar glukosa dalam
darah penderita diabetes.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus 2012 di Universitas Brawijaya
Malang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mengkaji literatur, buku, majalah yang
sesuai dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
2. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif
kualitatif.
ANALISIS DAN SINTESIS
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana terjadi
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin
(glukosuria). Kondisi semcam itu disebut diabetes tipe I. Dengan
demikian, penderita membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol
kadar gula dalam darahnya. Namun, diabetes yang lebih lazim dijumpai
adaah diabetes tipe II yang lebih disebabkan oleh gaya hidup tak sehat,
misalnya kurang konsumsi buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, dan
konsumsi makanan yang tinggi kalori dan lemak. Dalam kasus seperti itu,
tubuh dapat menghasilkan insulin, tetapi tidak cukup atau justru resisten
terhadap insulin. Tipe diabetes itu diperkirakan terjadi pada 80-90%
penderita diabetes secara keseluruhan. Risiko tinggi terkena diabetes tipe
II paling banya terjadi pada penderita obesitas atau kelebihan berat badan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya banyak
mengidap penyakit ini, Sekitar 8 juta penduduk Indonesia pada tahun 2009
mengidap diabetes (menurut data WHO). Dan akan meningkat menjadi
lebih dari 21 juta jiwa pada tahun 2025. Dari data tersebut penulis
bermaksud mengurangi kadar glukosa dalam darah penderita diabetes
dengan memebuat terobosan baru menggunakan obat herbal dari limbah
kulit manggis. Jus kulit manggis dapat mengurangi kadar glukosa dalam
darah penderita diabetes. Uji klinis oleh Jay K.Udani dan para peneliti dari
University of California, Los angeles (UCLA) School of Medicine
membuktikan bahwa jus kulit manggis berpotensi mencegah diabetes dan
penyakit kardiovaskular pada penderita obesitas. Penelitian yang dilakukan
pada 40 penderita obesitas usia 30-75 tahun itu, konsumsi 252 gr jus kulit
manggis dengan frekuensi dua kali sehari dapat mengurangi inflamasi.
Inflamasi alias peradangan itu merupakan prekursor kelainan
metabolisme yang memicu penyakit jantung, misalnya diabetes.
Selain itu, kadar indeks massa tubuh para penderita obesitas tersebut turun
setelah 4 dan 8 minggu konsumsi jus kulit manggis dengan dosis 128 dan
336 gr/hari. BMI merupakan standar yang digunakan untuk mengukur
keidealan berat badan. BMI diukur dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan tinggi tubuh dalam satuan meter persegi. Penderita
obesitas memiliki BMI lebih dari 30 kg/m².
Penurunan kadar glukosa darah tetap bertahap, konsumsi awal disarankan
sekitar 14 gr jus manggis per hari. Dosis itu kemudian ditingkatkan secara
bertahap selama beberapa minggu. Menurut penelitian Udani, konsumsi
jus manggis selama delapan minggu pada pasien yang ia teliti tidak
menunjukkan efek samping. Berikut adalah kandungan gizi dari 100 gram
buah manggis.
Tabel 2.Kandungan zat gizi dalam 100 gram buah manggis
Sumber: dr. Indah Sri Yuliatin.Dahsyatnya manggis. Jakarta : Tibbun Media
2012.
Kulit manggis bisa diolah untuk menjadi jus sehat yang berkhasiat. Berikut
langkah-langkah untuk membuat jus sehat :
Langkah 1 Jus sehat manggis
Komponen Zat Gizi Jumlah
Energi 34 kalori
Protein 0,6 gram
Lemak 1 gram
Karbohidrat 5,6 gram
Kalsium 7 mg
Fosfor 4 mg
Zat besi 1 mg
Natrium 7 mg
Kalium 19 mg
Vitamin B1 0,03 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Niasin 0,3 mg
Vitamin C 4,2 mg
Kadar abu 0,1 mg
Kadar air 87,6 mg
• Ambil 1 buah manggis yang matang.
• Kupas kulit bagian luar yang keras.
• Potong-potong seluruh bagian hingga menjadi kecil.
• Masukkan potongan kulit, buah, dan biji manggis ke dalam blender
bersama 150cc air.
• Saring jus manggis.
• Endapkan sekitar 5 menit lalu minum airnya dengan madu.
Langkah 2 Jus sehat manggis
• Ambil kulit buah manggis matang.
• Rendam dalam air selama minimal 1 jam.
• Cuci bersih.
• Kukus selama 3-5 menit.
• Masukkan kulit buah ke dalam blender bersama 150cc air.
• Saring jus mangis dengan kain halus. Hindari konsumsi serat kasar.
Di balik jus sehat, juga terdapat ramuan untuk penyakit-penyakit tertentu.
Ramuan-ramuan ini telah diresepkan oleh para dokter. Karena pada saat ini, kami
membahas peran kulit manggis untuk diabetes. Berikut langkah-langkah untuk
membuat ramuan.
Ramuan untuk diabetes
• Bahan : kulit manggis dan madu
• Cara meramu :
Ambil dua buah kulit manggis, buang kulit kerasnya, lalu remas-remas
kulit dalamnya dengan 1/3 air hangat.
• Aplikasi : Saring airnya lalu tambahkan madu. Minum 1-2 kali
sehari.
• Catatan
Konsumsi jus manggis jangan langsung dalam jumlah besar, tetapi
meningkat secara bertahap. Jika tidak, kadar gula malah meningkat.
Xantone adalah anti oksidan yang terdapat dalam kulit buah manggis
dengan kadar yang tinggi memiliki ini memiliki sifat baik dan bermanfaat,
sepert anti-diabetes dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga
penulis menggunakan kulit manggis sebagai obat herbal untuk mengurangi
kadar glukosa
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi melalui data kepustakaan serta dari hasil penelusuran
melalui internet, dapat disimpulkan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana
L.) mempunyai khasiat dalam bidang pengobatan herbal (Herbal Medicine). Hal ini
karena pada kulit buah manggis mengandung antioksidan xanthone yang bermanfaat
bagi tubuh terutama bagi penderita diabetes. Xanthone membantu menurunkan
tingkat gula darah penderita diabetes dengan cara mengurangi resistensi insulin
yang rusak pada orang yang mengidap diabetes. Dengan demikian, penderita
diabetes berangsur-angsur normal tingkat gula darahnya.
2. Saran
Dengan terselesaikannya tugas ilmiah ini,diharapkan adanya penelitian lebih
lanjut mengenai pengolahan kulit manggis secara tepat, agar diperoleh khasiat
maksimal dengan hasil yang efektif serta dengan biaya yang terjangkau bagi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Manggis.
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/manggis.pdf diakses
pada 14 Agustus 2012 Jam 12.04.
Anonim. 2012. Xanthone. http://en.wikipedia.org/wiki/Xanthone
diakses pada 14 Agustus 2012 Jam 11.39.
Endro, A. N. 2007. Dari Kulit Buah yang Terbuang hingga Menjadi
Kandidat suatu Obat.
http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/69Manggis_Agung
%20Baru.pdf diakses pada 14 Agustus 2012 Jam 11.48.
Indah S.Y. 2012. Dahsyatnya Manggis. Jakarta: Tibbun Media:95.
Mardiana, L. dkk. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta: Penebar
Swadaya:74.
Paramawati, Raffi. 2010. Dahsyatnya Manggis untuk Menumpas Penyakit. Jakarta: PT
AgroMedika Pustaka:96.