106918090-Kegawatdaruratan-Medis
-
Upload
aisha-mutiara -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of 106918090-Kegawatdaruratan-Medis
Kegawatdaruratan Medis
Pengertian Keadaan Gawat Daruratan Medis
Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara istilah “gawat” dan “darurat”, namun
umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai satu-kesatuan. Dalam dunia medis, suatu
keadaan disebut gawat apabila sifatnya mengancam nyawa namun tidak
memerlukan penanganan yang segera. Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai
pada penyakit-penyakit yang sifatnya kronis.
Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan penanganan yang segera.
Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun penanganan yang lambat
bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa seseorang. Biasanya keadaan darurat dapat
dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut.
Keadaan gawat dan darurat dapat juga terjadi bersamaan. Dalam hal ini, nyawa pasien
benar-benar dalam keadaan yang mengkhawatirkan dan diperlukan penanganan yang segera
terhadapnya. Contoh untuk kasus ini adalah seseorang yang telah menderita penyakit jantung
dalam waktu yang lama dan tiba-tiba saja mendapatkan serangan jantung (heart attack).
Pada keadaan gawat darurat medik didapati beberapa masalah utama, yaitu:
1. Penode waktu pengamatan/pelayanan relatif singkat
2. Perubahan klinis yang mendadak
3. Diperlukannya mobilitas petugas yang tinggi
Hal-hal di atas menyebabkan tindakan dalam keadaan gawat darurat memiliki risiko
tinggi bagi pasien berupa kecacatan bahkan kematian.
Keadaan Medis yang Mengancam Jiwa
Hypersensitivity Reactions
Beberapa obat yang diberikan pada pasien yang menjalani bedah mulut dapat beraksi
sebagai antigenic stimuli, memicu reaksi alergi. Dari empat tipe dasar reaksi hipersensitiviti ,
hanya tipe I (immediate hypersensitivity) yang dapat menyebabkan kondisi akut dan
mengancam jiwa. Reaksi alergi tipe I diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE) antibodies.
Respon inisiasi tipe I sebelumnya tampak pada antigen yang terlihat pada system immune.
Manifestasi keparahan hipersensitiviti tipe I adalah dermatologic. Reaksi pada kulit dan
mukosa yang terlokalisir yaitu pruritus (itching), erythema, urticaria, dan angioderma.
Walaupun reaksi kulit dan mukosa tidak berbahaya, tapi ini merupakan indikasi serius
manifestasi alergi yang dapat terjadi. Lesi pada kulit biasnya timbul dalam menit sampai jam,
timbul cepat setelah pemberian obat antigenic. Reaksi alergi yang terjadi pada saluran
pernafasan lebih serius dan agresive. Keterlibatan jalan nafas ditandai oleh desah (wheezing),
adanya kontraksi otot halus bronchial (bronchospasm) dan terdapat inflamasi mukosa jalan
nafas. Pasien akan mengeluh dyspenia dan dapat menjadi cyanotic. Angioderma yang terdapat
pada vocal cords menyebabkan obstruksi jalan nafas sebagian atau seluruhnya. Pasien biasanya
tidak dapat berbicara dan mengeluarkan suara bernada tinggi.
Secara umum anaphylaxis merupakan reaksi hipersensitivitas yang paling sering,
umumnya terjadi dalam beberapa detik atau menit setelah pemberian parental obat antigenic.
Banyak tanda dan symptom adanya anaphylaxis, tetapi yang paling penting untuk
penatalaksanaan secara dini yaitu gangguan kardiovaskular dan saluran pernafasan. Reaksi
anphylaxis pada pasien ditandai dengan mengeluh malaise atau perasaan mendekati ajal.
Manifestasi kulit yang langsung terjadi yaitu flushing, urticaria, dan puritus pada wajah dan
badan. Nausea and vomiting, abdominal cramping, dan urinary incontinence dapat terjadi.
Pada pernafasan ditandai oleh dyspenia dan wheezing. Cyanosis kuku dan mukosa akan timbul
jika pertukaran udara tidak mencukupi. Gangguan kardiovaskular yang terjadi adalah
tachycardia dan palpitation. Obstruksi laringeal yang disebabkan oleh vocal cord edema dapat
menyebabkan kematian.
Pencegahan merupakan strategi paling baik. Selama interview pasien harus ditanyakan
mengenai sejarah alergi. Penatalaksanaan reaksi alergi tergantung pada keparahan dari tanda
dan gejalanya.
2.2 Chest Discomfort
chest discomfort timbul pada periode perioperative pada pasien yang memiliki penyakit
jantung ischemic. Ketidaknyamanan dari cardiac ischemia sering tampak seperti sensasi
memeras dengan dada terasa berat. Ini biasa terjadi pada lokasi retrosternal, berjalan sampai
bahu dan tangan.
2.3 Kesulitan pernapasan
1. hentikan semua perawatan gigi
2. posisikan pasien pada postur setengah miring
3. beri nitrogliserin sekitar 0,4 mg dalam bentuk tablet atau spray
4. masukkan oksigen
5. periksa denyut nadi dan tekanan darah
sembuh
6. asumsikan ada angina pectoris
7. berikan oksigen perlahan-lahan selama 5 menit
8. ubah perawatan gigi untuk mencegah kekambuhan
Sakit berlanjut 3 menit setelah TNG
6. berikan dosis TNG kedua
7. pantau tanda-tanda vital
Sakit berlanjut 3 menit setelah TNG kedua
8. beri dosis TNG kedua
9. pantau tanda2 vital
10. minta seseorang memberi bantuan medissembu
h
11. menuju kepada evaluasi medis sebelum perawatan gigi lebih lanjut
Sakit berlanjut 3 menit setelah TNG ketiga
12. asumsikan infarksi miokardial dalam progress
13. mulai jalur intravena dengan memasukkan larutan crystalloid 30 mL/jam
14. jika sakit menjadi parah, dapat dilakukan titrasi morfin sulfat (MS) 2 mg subkutan atau intravena setiap 3 menit sampai mulai membaik
15. bersiap untuk berpindah ke fasilitas gawat darurat, berikan bantuan hidup dasar, jika diperlukanPenanganan pasien dengan sakit dada ketika
bedah mulut
Beberapa pasien cenderung memiliki masalah pernapasan pada prosedur dental, pasien-
pasien ini termasuk pasien dengan asma atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD),
pasien dengan kecemasan yang hebat, pasien yang atopic dan mereka yang menggunakan
teknik sedative noninhalasi dengan obat yang menekan sistem pernapasan. Penanganan khusus
sebaiknya dilakukan untuk membantu mencegah terjadinya kedaruratan. Jika pasien ini tidak
ditangani dengan cepat, situasi dapat mengancam keselamatan jiwa.
i. Asma.
Pasien dengan riwayat asma dapat mengalami perubahan khusus jika mengalami stress
atau beberapa agen farmakologi yang mudah memicu masalah pernapasan. Dari kebanyakan
pasien dengan asma menyadari gejala yang ditandai dengan serangan bronchospasm.
Bersamaan dengan peningkatan bronchospasm, pasien menjadi hypoxic dan cyanotic, dan
akhirnya kehilangan kesadaran.
Manifestasi episode asma akut:
Ringan sampai berat
1. wheezing (dengan atau tanpa stetoskop)
2. dispnea (kesulitan bernafas)
3. takikardia
4. batuk
5. kecemasan
Parah
1. dispnea intens
2. sianosis pada membran mukosa dan jaringan bawah kuku
3. kemerahan pada wajah
4. kecemasan ekstrim
5. kebingungan mental
6. berkeringat
Masalah respiratori yang diakibatkan oleh alergi obat sulit dibedakan dengan yang
dihasilkan dari asma. Namun penanganan masalah respiratori sama pada satu kasus dengan
kasus lain.1. hentikan semua perawatan gigi
2. posisikan pasien pada postur duduk sepenuhnya
3. masukkan bronkodilator dengan spray (metaprotenol, isoprotenol, epinefrin)
4. masukkan oksigen
5. pantau tanda-tanda vital
Tanda dan gejala sembuh
Tanda dan gejala berlanjut
6. pantau selama penyembuhan di klinik
7. hentikan semua jalur intravena
8. Jangan berikan perawatan gigi lagi hingga dokter pasien tersebut menyetujui
6. beri epinefrin 0,3 mL dengan perbandingan intramuscular atau subkutan
7. mulailah jalur intravena dan masukkan larutan crystalloid (30 mL/jam)
8.pantau tanda-tanda vital
Tanda-tanda dan gejala tidak sembuh
9. hubungi bantuan medis
10. mulai memberi teofilin 250 mg intravena selama 10 menit dan kortison 100 mg intravena (atau ekivalen)
11. persiapkan perpindahan ke fasilitas gawat darurat
Penanganan pasien asma akut yang terjadi selama bedah mulut
ii. Hyperventilation
Penyebab paling banyak dari kesulitan pernapasan pada prosedur dental adalah
kecemasan yang ditandai dengan hyperventilation yang biasanya terlihat pada pasien berusia
belasan, dua puluhan dan tiga puluhan tahun dan dapat dicegah dengan mengendalikan
kecemasan tersebut. Dokter gigi sebaiknya sudah terbiasa dengan tanda-tanda ketakutan pasien
melalui tanya jawab, dan sebaiknya memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien. Pasien
dengan kecemasan yang luar biasa dapat ditangani dengan protokol yang mengurangi
kecemasan. Sebagai tambahan, diperlukan juga farmakologik anxiolysis.
Manifestasi pertama dari sindrom hyperventilation adalah ketidakmampuan
memperoleh cukup udara. Pasien bernapas dengan cepat (tachypnea) dan menjadi terganggu.
Peredaran udara yang cepat meningkatkan eliminasi CO2 melalui paru-paru. Pasien dapat
dengan cepat menjadi alcalotic, dan mengalami sensasi “tingling” pada jari-jari tangan dan
kaki, serta regio perioral, dan dapat mngalami konvulsi otot. Kadang terjadi juga kehilangan
kesadaran.
Penanganan sindrom hiperventilasi
1. Mengakhiri semua perawatan gigi dan menghilangkan benda asing dari mulut
2. Posisi pasien di kursi di hampir sepenuhnya posisi tegak
3. Mencoba untuk menenangkan pasien secara lisan
4. Pasien diberikan CO2 yang diperkaya, dari kantong kecil
5. Jika gejalanya menetap atau memburuk, administrasikan diazepam 10 mg IM atau IV
perlahan-lahan sampai kecemasan berkurang, atau administrasikan midazolam 5 mg IM atau IV
perlahan-lahan sampai kecemasan berkurang
6. Memantau terus gejala-gejala yang ditunjukkan pasien
7. Lakukan semua bedah mulut lebih lanjut dengan tetap mengurangi kadar kecemasan
iii. Aspirasi benda asing
Aspirasi benda asing ke dalam saluran pernapasan selalu menjadi masalah potensial
selama bedah oral dan prosedur gigi lainnya. Hal ini terutama terjadi jika pasien diposisikan
telentang atau semi-tegak di kursi atau cukup dibius untuk menghilangkan refleks muntah. jika
materi yang menyumbat sangat besar, pasien biasanya tidak dapat menghasilkan suara apapun
dan menjadi sangat cemas. Sianosis segera muncul, diikuti dengan kehilangan kesadaran.
Penanganan pasien ini tergantung pada tingkat obstruksi jalan napas. Pasien dengan
refleks sumbat yang utuh dan sebagian menghalangi jalan napas harus diizinkan untuk
menghilangkan benda asing dengan dibatukan. Jika materi tidak keluar, pasien harus diberikan
oksigen tambahan dan dikirim ke fasilitas kedaruratan untuk dilakukan laryngoscopy atau
bronkoskopi. Yang benar-benar tersumbat utuh tapi pasien dalam keadaan bangun, harus
dilakukan abdominal thrust atau manuver Heimlich sampai berhasil atau kesadaran hilang. Jika
seorang pasien memiliki refleks gag yang berkurang akibat sedasi atau karena jalan napas
terhalangi sepenuhnya dan kehilangan kesadaran, abdominal thrusts harus dilakukan dengan
pasien dalam posisi telentang. Setelah setiap tembakan dari tekanan, pasien harus segera
dimiringkan ke samping dan dokter harus menyapu mulut dengan jari untuk menghapus objek
apapun yang mungkin terdorong keluar. Jika pasien tidak bertukar udara, BLS bahu dimulai.
Jika udara tidak dapat tertiup ke paru-paru, abdominal thrust harus dilakukan diikuti dengan
menyapu mulut dengan jari dan BLS. Dokter gigi yang terlatih dalam laryngoscopy bisa
melihat pada pangkal tenggorokan dan menggunakan forsep Magill untuk mencoba
menghilangkan zat-zat asing. Jika beberapa upaya untuk meringankan obstruksi gagal,
cricothyrotomy darurat mungkin diperlukan.
iv. Aspirasi isi lambung.
Aspirasi isi lambung ke saluran pernapasan bawah sering menimbulkan kesulitan
pernapasan yang serius. Zat partikulat dalam isi lambung menyebabkan gangguan fisik saluran
udara paru, tetapi biasanya keasaman dari lambung yang menghasilkan masalah yang lebih
serius. PH rendah asam lambung dapat dengan cepat menghancurkan jaringan paru-paru, dan
diikuti sindrom gangguan pernapasan, dengan transudation cairan ke alveoli paru-paru dan
hilangnya fungsi jaringan paru-paru. Untuk pasien dengan refleks muntah yang kurang
disebabkan oleh sedasi, pingsan atau anestesi topical di oropharynx yang paling berisiko untuk
aspirasi lambung. Para pasien yang dibius atau tidak sadar yang mengalami aspirasi sejumlah
besar materi lambung menunjukkan tanda-tanda kesulitan pernapasan, seperti tachypnea dan
wheezing. Takikardia dan hipotensi akan segera terjadi serta sianosis. Akhirnya terjadi
kegagalan pernafasan yang membutuhkan BLS dan membutuhkan baik intubasi dan pemberian
oksigen konsentrasi tinggi.
Pencegahan aspirasi lambung adalah dengan menginstruksikan kepada pasien untuk
menghindari makan atau minum selama 8 jam sebelum bedah oral di mana mereka akan dibius.
2.4 Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan tingkat kesadaran pada pasien merupakan hasil dari berbagai masalah
kesehatan. Tanpa membahas semua kemungkinan penyebab perubahan kesadaran, akan
dijelaskan kondisi umum yag terjadi yang dapat mengarah kondisi perubahan kesadaran akut
saat pasien menjalani prosedur bedah mulut.
2.4.1 Vasovagal syncope.
1. hentikan semua perawatan gigi
2. tempatkan pasien di sisi kanan secara horizontal
3. suction orofaring
Sekali muntah terjadi, tidak ada gejala aspirasi terjadi
Sekali muntah terjadi, ada gejala aspirasi
4. pantau tanda-tanda vital selama 30 menit
5. jika dugaan aspirasi terjadi, pindahkan ke fasilitas gawat darurat
4. minta seseorang memberi bantuan medis
5. berikan oksigen
6. mulai jalur intravena, dan berikan larutan crystalloid 150 mL/jam
7. pantau tanda-tanda vital
8. berikan intubasi endotrakeal
9. berikan teofilin 250 mg intravena perlahan-lahan
10. mulai bantuan hidup dasar, jika kesulitan bernafas
11. pindahkan ke fasilitas gawat darurat
Tanda-tanda hipoksia
Tidak ada tanda hipoksia
8. pindahkan ke fasilitas gawat darurat
Penanganan pasien yang muntah dengan aspirasi isi lambung
Merupakan penyebab paling umum dari hilangnya kesadaran sementara di klinik gigi.
Hal ini biasanya terjadi karena serangkaian peristiwa kardiovaskular yang dipicu oleh stres
emosional. Tahap awal dalam vasovagal syncopal episode adalah stres yang memicu
peningkatan pelepasan katekolamin yang menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah
perifer, takikardia, dan berkeringat. Pasien mungkin mengeluh merasa hangat, mual, dan
berdebar-debar. Penurunan tekanan darah arteri muncul, dengan penurunan yang sesuai dalam
aliran darah otak. Pasien mungkin akan mengeluh merasa pusing atau lemah. Upaya
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang memadai, tapi cepat
kembali seperti semula lagi, yang mengarah ke Bradycardia vagally. Setelah tekanan darah
turun di bawah level yang diperlukan untuk mempertahankan kesadaran, sinkop terjadi
Untuk mencegah reaksi vasovagal syncopal, harus dilakukan persiapan pasien yang
tepat. Pasien dengan kecemasan yang luar biasa harus dirawat dengan menggunakan protokol
pengurang kecemasan dan, jika perlu, diberi obat anxiolytic pretreatment. Perawatan bedah
mulut harus diberikan sementara pasien berada dalam posisi setengah telentang atau posisi
telentang sepenuhnya. Setiap gejala-gejala akan terjadinya episode syncopal harus segera
ditangani dengan menempatkan pasien dalam posisi telentang penuh atau posisi di mana kaki
lebih tinggi daripada jantung dan dengan menempatkan handuk basah yang dingin di dahi. Jika
pasien hypovolentilating dan lambat untuk memulihkan kesadaran, dapat digunakan stimulant
pernapasan seperti amonia aromatik. Jika kembalinya kesadaran lebih dari semenit, penyebab
lainnya dari kesadaran yang tertekan selain sinkop vasovagal harus dicari. Setelah sembuh dari
syncopal pasien sebaiknya dipulihkan di klinik. Pada kunjungan selanjutnya, sebelum
dioperasi, pasien memerlukan obat penenang dan mengurangi kecemasan.
2.4.2 Orthostaric hipotensi.
Penyebab umum lain terjadinya perubahan kondisi kesadaran sementara dalam prosedur
dental adalah hipotensi ortostatik. Masalah ini terjadi karena pengumpulan darah di system
saraf tepi yang tidak digerakkan cukup cepat untuk mencegah iskemia serebral ketika pasien
segera mencapai posisi tegak. Oleh karena itu pasien akan merasa pusing atau menjadi
syncopal. Pasien dengan hipotensi orthostatic yang tetap sadar biasanya akan mengeluh
palpitasi dan kelemahan umum. Kebanyakan individu yang tidak memiliki hypovolemic atau
hipotensi ortostatik akibat dari efek farmakologi obat-obatan seperti antihipertensi agent akan
cepat sembuh dengan posisi berbaring. Sekali gejala menghilang pasien pada umumnya dapat
duduk tegak (walaupun hal ini harus dilakukan perlahan-lahan) dan duduk di pinggir kursi
untuk beberapa saat sebelum berdiri. Tekanan darah dapat diperiksa di setiap posisi dan bisa
kembali normal sebelum mencapai postur yang lebih tegak.
Beberapa pasien memiliki kecenderungan untuk hipotensi ortostatik. Dalam populasi
ambulatori ini biasanya ditemukan pada pasien yang menerima obat sebagai berikut: obat-
obatan yang menghasilkan vasodilatasi perifer, seperti kebanyakan nondiuretic antihipertensi,
narkotik, dan banyak obat-obatan psikiatri dan obat-obatan yang mencegah denyut jantung
meningkat secara refleks, seperti beta-simpatik antagonis obatan (misalnya propranolol). Pasien
dengan hipotensi postural biasanya dapat ditangani dengan memberikan waktu lebih panjang
untuk mencapai posisi berdiri. Pada beberapa peningkatan ketika menjadi tegak lurus untuk
memberikan kompensasi reflex kardiovaskular agar terjadi. Jika pasien dibawah pengaruh
narkotika, suatu antagonis seperti naloxone mungkin diperlukan. Pasien dengan masalah berat
dengan hipotensi postural sebagai suatu hasil dari terapi obat harus dirujuk ke dokter untuk
kemungkinan perubahan regimen obatnya.
2.4.3 Epilepsi
Gangguan epilepsi idiopatik dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Walaupun jarang,
beberapa gangguan epilepsi, dari yang bersifat sekunder seperti kecelakaan yang dapat
menyebabkan kerusakan otak sampai penyalahgunaan ethanol dipercaya sebagai penyebabnya.
Biasanya pasien mempunyai gangguan epilepsi sebelum didiagnosa dan akan mendapatkan
obat-obatan antiseizure, seperti phenytoin(dilantin), fenobarbitol, atau asam valproic. Sangat
membantu untuk menemukan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kekambuhan, pasien
biasanya kompromi dengan obat anti-epilepsi dan frekuensi yang baru-baru terjadi dalam
episode kekambuhan. Pasien yang mengidap epilepsi terlihat seperti mempunyai kontrol yang
baik tentang penyakitnya, yang, jarang terjadi episode yang mempunyai durasi yang singkat
dan tidak mudah dipercepat oleh kecemasan, biasanya dapat menjalani bedah mulut dengan
aman dalam pengaturan ambulatorium. Bagaimanapun, menejemen pasien saat dan setelah
epilepsi bervariasi, berdasarkan pada tipe epilepsi yang terjadi. Kemampuan pasien untuk
bernafas harus sangat diperhatikan. Jika terlihat aliran udaranya tersumbat, kita harus berusaha
untuk membukanya, contoh dengan menempatkan kepala dalam ekstensi pertengahan (dagu
menjauhi dada) dan menggerakan mandibula jah dari faring. Jika pasien muntah atau terlihat
mempunyai masalah dengan pembuangan sekresi dari pernafasan, kepala pasien diposisikan ke
samping untuk mengeluarkan bahan yang dapat menyumbat agar dapat dikeluarkan dari mulut.
Jika memungkinkan, penyedotan volume tinggi dapat digunakan untuk mengeluarkan material
dari faring. Periode cepat dari apnea dapat terjadi, dimana tidak ada perawatan yang dilakukan
kecuali melancarkan jalan nafas. Bagaimanapun, apnea yang lebih dai 30 menit tergantung
pada teknik BLS yang dilakukan. Walau, sering dijelaskan bahwa biasanya penting,
penempatan benda di antara gigi untuk menghindari menggigit lidah itu berbahaya dan
biasanya tidak beralasan.
Epilepsi lanjutan atau perulangan tanpa periode penyembuhan antara mereka diketahui
sebagai status epilepticus. Masalah ini mempunyai peringatan yang beralasan tentang bantuan
emergensi dari luar karena dia tipe yang paling umum dari epilepsi yang menyebabkan
kematian. Terapinya termasuk pengukuran awal telah dijelaskan untuk epilepsi self-limitting.
Untuk tambahan, administrasi untuk benzodiapine telah diindikasikan. Benzodiapine suntik
yang tidak larut air seperti diazepam harus di berikan IV untuk memprediksi hasilnya, dimana
lebih sulit pada pasien epilepsi jika lewat jalan vena tidak tersedia. Sedangakn injeksi
benzodiapine larut air seperti mizadolam menyuguhakan alternatif yang lebih baik., karena
suntikannya dapat menghasilkan respon yang lebih cepat. Bagaimanapun, dokter yang
memberikan benzodiapin harus dipersiapkan untuk mendapatkan BLS, karena pasien mungkin
mendapatkan suatu periode apnea setelah menerima dosis besar dan cepat dari benzodiapine.
Setelah epilpesi berhenti, beberapa pasien biasanya kehilangan kesadaran.Tanda vital
harus dimonitor sangat hati-hati saat ini, dan pasien tidak boleh meninggalkan tempat praktik
kita setelah sepenuhnya sadar dan harus ada yang menemani.
Tremor, palpitasi dan cemas biasanya mendahului epilepsi disebabkan oleh efek
ethanol. Oleh karena itu, tampilan dari tanda-tanda ini pada pasien harus disadari oleh dokter
untuk menunda pengobatan sampai perawatan medis yang tepat telah dilakukan.Kontrol juga
dilakukan pada penggunaan benzodiazepin, dimana digunakan sampai efek samping dari
ethanol hilang. Epilepsi yang disebabkan oleh penyalahgunaan ethanol juga dirawat dengan
cara yang sama dengan epilepsi lain.
2.4.4 Diabetes Mellitus
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik dimana prognosis pasien jangka panjang
tergantung pada menjaga level serum glukosa mendekati normal. Penderita diabetes yang
bergantung insulin tapi tidak merawat dirinya dengan baik dapat meningkatkan resiko
ketoasidosis dan menyertai perubahan kesadaran, memerlukan perawatan gawat darurat.
Walaupun seorang penderita diabetes yang ketergantungan dengan insulin mungkin akan
menderita masalah jangka panjang karena tingginya tingkat serum glukosanya, situasi gawat
darurat yang dialami adalah hypoglikemia hasil dari suatu ketidakcocokan dosis insulin dan
serum glukosa. Hipoglikemi parah adalah situasi emergensi yang biasa dihadapi oleh dokter
gigi keika sedang melakukan bedah mulut pada pasien diabetes. Konsentrasi serum glukosa
pada pasien diabetes menunjukkan suatu keseimbangan antara pengaturan insulin, glukosa
ditempatkan ke serum dari berbagai sumber gula seperti makanan dan glukoneogenesis dari
jaringan adiposa, otot, dan penyimpanan glukosa. Aktivitas fisik adalah prinsip pokok oleh
serum glukosa mana yang diturunkan. Oleh karena itu tingkat glukosa darah dapat turun drastis
karena :
1. Meningkatkan pengaturan insulin
2. Menurunkan pemasukan makanan tinggi kalori
3. Meningkatkan metabolisme glukosa (contoh: olahraga, infeksi, dan stress)
Masalah dengan hipoglikemi selama perawatan dental biasanya meningkat karena
pemasukan kalori pasien turun secara akut, suatu infeksi atau kisaran metabolik yang
meningkat disebabkan oleh kecemasan. Jika pasien tidak berkompensasi dengan penurunan
glukosa yang ada oleh penurunan dosis insulin biasa, hasilnya adalah hypoglikemia. Walaupun
pasien mengidap oral hipoglikemia juga bisa mempunyai masalah dengan hipoglikemia, tingkat
glukosa darah mereka berubah-ubah biasanya kurang diumumkan daripada diabetes yang
bergantung pada insulin, jadi mereka mudah sekali untuk menjadi penderita hypoglikemia
parah.
Banyak pasien pengidap diabetes biasanya mendapat informasi yang jelas tentang
penyakitnya dan mereka dapat mendiagnosi hipoglikemia mereka sendiri sebelum menjadi
lebih parah. Pasien biasanya merasa lapar, mual atau pusing atau mungkin juga menimbulkan
sakit kepala. Dokter gigi mungkin menilai jika pasien menjadi lethargic, dengan menurunnya
spontanitas dalam pembicaraan dan kemampuan untuk konsentrasi. Pada hipoglikemia yang
lebih parah, pasien menjadi lebih diaphorexic atau mempunyai tachikardi, piloereksi, atau
peningkatan kecemasan dan menunjukkan kelakuan yang tidak umum. Pasien biasanya menjadi
stuporous atau pingsan.
Hipoglikemia parah pada pasien diabetes biasanya dihindari dengan desain pengukuran
untuk menjaga tingkat glukosa darah pada titik ternormal atau secara temporer di bawah
normal Selama wawancara riwayat kesehatan, dokter gigi harus mempunyai ide yang
cemerlang dari derajat penanganan pasien diabetes. Jika pasien tidak rutin mengatur kadar gula
darahnya dalam urine atau darah, maka dokternya harus dihubungi agar dapat bisa menentukan
waktu perawatan dengan tepat dan aman.
Jika pasien diabetes menunjukkan kurang kadar gula darahnya atau gejala dari
hipoglikemia tampak, semua prosedur yang dilakukan harus berhenti dan pasien harus
mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat tinggi seperti beberapa bungkus permen, segelas
jus buah atau makanan yang mengandung gula. Jika pasien gagal untuk ditingkatkan, menjadi
tidak sadar, atau tak bisa mengonsumsi gula lewat mulut, akses vena harus dilakukan dan
sebuah ampule (50ml) dari 50% glukosa dalam air dapat diatur lewat IV selama 2 sampai 3
menit. Jika akses vena tidak bisa dilakukan, 1 mg dari glukagon dapat lewat IM. Jika 50%
glukosa dan glukagon tidak ada, sebuah 0,5 Ml dosis dari 1:1000 efinefrin dapat lewat SC dan
diulang setiap 15 menit jika dibutuhkan.
Seorang pasien yang tampak baru sembuh dari suatu episode hipoglikemi harus istirahat di
ruang praktek selama 1 jam, dan gejala l, kehamilan, disembuhkan dengan glukosa lewat oral.
Pasien harus ditemani sampai rumah dengan instruksi dan bagaimana menghindari episode
hipoglikemi selama perwatan dental selanjutnya.
2.4.5 Disfungsi Tyroid
Hipertiroidism dan hypotiroidism adalah gangguan perkembangan secara perlahan
dimana dapat menghasilkan suatu perubahan tingkat kesadaran tapi jarang menyebabkan gawat
daruratan. Keadaan yang paling umum di dalam ambulans, biasanya pasien yang tampak sehat
dapat menjadi emergensi gangguan tiroid ketika suatu krisis tiroid terjadi.
Krisis tiroid datang tiba-tiba, eksaserbasi parah dari hipertiroidisme mungkin atau tidak
mungkin sebelumnya didiagnosis. Bisa dapat dipercepat oleh infeksi, operasi, trauma maupun
gangguan fisiologis atau stress. Predisposisi pasien untuk krisis tiroid biasanya mempunyai
gejala hipertiroidism, seperti tremor, takikardi, berat badan turun drastis, hipertensi, iritabilitas,
tidak tahan panas, dan exophtalmus, mereka biasanya sudah mendapat terapi sebelumnya.
Pasien yang diketahui mengidap hipertiroidisme biasanya punya konsultasi dulu dengan
dokter yang merawat sebelum semua prosedur bedah mulut. Penentuan adequat dari kontrol
produksi hormon tiroid yang berlebihan harus diperoleh dari dokter si pasien dan jika
dibutuhkan pasien diberikan obat anti-tiroid dan perawatan iodida sebelum pembedahan. Tanda
pertama dari kkrisis tiroid adalah meningkatnya temperatur dan denyut jantung. Hampir semua
tanda dan gejala umumnya dari hipertiroid yang tidak dirawat dapat muncul secara berlebihan.
Pasien menjadi lebih mudah iritasi, delirious, atau bahkan koma. Hipotensi, muntah dan diare
juga terjadi.
Perawatan dari krisis tyrotoxic dimulai dengan penghentian semua prosedur dan
pemberitahuan pada luar kerja praktik guna untuk pertolongan emergensi, Akses vena harus
bisa dilakukan, larutan kristal mulai pada kisaran moderate dan jaga pasien setenang mungkin.
2.4.6 Insufisiensi Adrenal
Insufisiensi adrenocortical primer (Addison Disease) atau kondisi medis lainnya dimana
adrenal korteks telah dihancurkan sangat jarang. Bagaimanapun, insufisiensi adrenal sekunder
sampai pelaksanaan eksogenus kortikosteroid biasanya jarang karena dari banyaknya kondisi
klinis yang dimana kortikosteroid terapetik diberikan. Pasien dengan insufisiensi adrenal
seringnya tidak diberikan informed concern tentang kebutuhan potensialnya untuk pengobatan
tambahan, dan yang dengan insufisiensi adrenal mungkin gagal untuk memberitahukan dokter
gigi bahwa mereka mengonsumsi kortikosteroid. Ini bukan suatu masalah, buatlah pasien agar
tidak stres secara fisiologi maupun emosi.
Bagaimanapun, bila pasien stres, supresi adrenal yang dihasilkan dari kortikosteroid
eksogen kortikosteroid dapat mencegah peningkatan jumlah dati kortikosteroid endogen yang
dibutuhkan untuk membantu tubuh bertemu dengan permintaan peningkatan metabolik. Pasien
berisiko untuk insufisiensi adrenal akut sebagai suatu hasil dari supresi adrenal yang umumnya
dikonsumsi paling tidak 20 mg kortisol setiap hari selama paling tidak, 2 minggu setiap saat
selama perencanaan awal prosedur bedah mulut. Bagaimanapun, dalam semua prosedur bedah
mulut yang dilakukan dibawah pengaruh anestesi lokal tau nitrogen oksida atau kortiko
tambahan jika dibutuhkan.
Manifestasi klinis awal dari krisis insufisiensi adrenal akut termasuk kebingunagn
mental, nausea, fatigue dan lemah otot. Jika kondisi memburuk, pasien dapat mengalami
kebingungan mental parah, nyeri punggung, abdomen, dan kaki, muntah dan hipotensi. Tanpa
perawatan, pasien akan mulai untuk kehilangan kesadaran, dengan koma yang mengawali stage
preterminal.
Manajemen dari krisis adrenal dimulai dengan memberhentikan semua perawatan
dental dan mengamati tanda-tanda vital. Jika pasien terlihat hipotensi, mereka langsung
diposisikan dengan kepala dibawah, kaki dinaikkan. Oksigen harus diberikan dan juga akses
vena. Sebuah dosis 100mg dari hidrokortison sodium suksinat harus diberikan IV. Cairan IV
diberikan secara cepat sampai hipotensi membaik. BLS harus dievaluasi.