Kegawatdaruratan Kardio
-
Upload
dian-utami -
Category
Documents
-
view
206 -
download
18
Embed Size (px)
description
Transcript of Kegawatdaruratan Kardio

KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER
1. ASISTOL
Definisi
Tidak adanya aktivitas jantung secara elektrik dan/atau mekanis.
Presentasi
Biasanya asistol didahului dengan aritmia lainnya. Stimulasi vagal yang
disebabkan oleh insuflasi rongga perut pada operasi laparoskopi atau tekanan
intraokular yang berlebihan, terkadang menjadi pemicu awal terjadinya asistol.
Patofisiologi
Asistol primer memiliki prognosis buruk. Hal ini biasanya merupakan efek
sekunder terhadap kondisi lain seperti hipoksia, hipokalemia, hiperkalemia atau
hipokalemia, asidosis, serta infark miokard.
Diagnosis Banding
Terputusnya hubungan dengan monitor
Bradikardia yang berat
Ventrikel fibrilasi
Tegangan yang rendah pada EKG
Penanganan Segera Yang Perlu Dilakukan
Konfirmasi asistol pada sadapan EKG yang lainnya
Melakukan resusitasi jantung paru
Membantu membuka saluran napas (intubasi endotrakeal)
Epinefrin (1 mg IV setiap 3-5 menit)
Vasopresin (40 U dalam 10 menit pertama pada resusitasi jantung paru)
Atropin (1 mg setiap 3-5 menit untuk tiga dosis)
1

Pemeriksaan Diagnostik
Elektrokardiogram
Echokardiogram
Penanganan Selanjutnya
Terapi keadaan yang mendasari terjadinya asistol seperti hipoksia, asidosis
dan sebagainya
Sodium bikarbonat diperlukan dalam penanganan asidosis metabolik
Pemasangan pacu jantung transkutaneus atau transvenous sementara
Faktor Resiko
Hipoksia
Ketidakseimbangan elektrolit (contohnya hiperkalemia)
Hipovolemia
Hipotermia
Operasi mata
Hipersensitivitas sinus karotis
Keadaan lain yang mendasari terjadinya gangguan konduksi jantung
Pencegahan
Identifikasi keadaan awal yang mendasari, seperti hipoksia, asidosis, dan aritmia.
Pertimbangan Khusus
Transcutaneus pacing tidak terbukti secara pasti mempengaruhi kelangsungan
hidup kecuali pada pemasangan yang dini. Untuk mengakhiri resusitasi, ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Parameter yang paling umum
digunakan sebelum mengakhiri resusitasi yakni:
• Resusitasi dilakukan lebih dari 30 menit tanpa terputus
• Asistol ditemukan secara dini
• Usia lanjut yang disertai dengan penyakit penyerta/komorbid yang berat.
2

• Pastikan bahwa pasien normotermik sebelum resusitasi diakhiri.
2. TAMPONADE JANTUNG
Definisi
Tamponade jantung ialah keadaan akumulasi cairan pada ruang perikardium yang
terjadi secara akut. (Jumlah cairan normal pada ruang perikardium ialah 25-50
mL). Peningkatan cairan pada ruang perikardium terjadi secara bertahap disertai
waktu untuk adanya kompensasi. Oleh sebab itu, tamponade jantung bisa terjadi
tanpa adanya tanda-tanda tamponade.
Presentasi
Sesak napas (dispneu)
Sesak pada saat berbaring (ortopneu)
Takikardi
Distensi vena jugularis
Bunyi jantung terdengar menjauh
Pulsus paradoksus (sistolik turun hingga 10 mmHg pada saat inspirasi)
Beck’s Triad (kecil, berhentinya suara jantung, peningkatan tekanan vena,
serta penurunan tekatan arteri).
Patofisiologi
Adanya tekanan dari luar jantung yang menyebabkan penurunan preload
ventrikel.
Diagnosis Banding
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan tamponade jantung ialah:
Infark miokardial akut
Perdarahan setelah operasi
Diseksi aorta
Iatrogenik seperti insersi kateter
Penyakit jaringan ikat
Uremia3

Tekanan positif pada akhir ekspirasi (“Auto-peep”)
Penanganan Segera Yang Perlu Dilakukan
Pada saat ditemukan hipotensi, perikardiosintesis perlu segera dilakukan
Pemasangan cairan intravena untuk meningkatkan preload
Pertahankan detak jantung untuk pertahankan curah jantung
Pertahankan sinus ritme normal
Pemeriksaan diagnostik
Gambaran elektrik alternans pada EKG (variasi antara R-wave axis
dengan pulsus alternans)
Gambaran globular jantung pada foto radiografi dada
Akumulasi cairan pada pemeriksaan echokardiografi
Tekanan diastolik sama pada keempat ruang jantung
Penanganan selanjutnya
Pesiapkan operasi perikardiektomi
Penggunaan ketamin untuk induksi pada anestesi umum (dapat membantu
untuk mempertahankan detak jantung dan tekanan darah)
Pertahankan ventilasi spontan hingga kantong perikardium dibuka
Pertimbangkan rendahnya volume tidal dengan ventilasi yang tinggi untuk
menurunkan tekanan intrathorakal
Jagalah detak jantung tetap tinggi
Pertahankan preload yang adekuat
Faktor Resiko
Trauma
Infark miokardial
Penyakit jaringan ikat
Uremia
Pencegahan4

Kontrol uremia
Deteksi dini dan kontrol perdarahan pada operasi jantung
Hati-hati terhadap resiko melukai jantung pada saat implantasi dan
pelepasan elektroda pacu jantung
Deteksi dini serta kritikal intervensi untuk keberhasilan menejemen
Pertimbangan Khusus
Pneumothoraks dan perforasi jantung dapat terjadi pada saat kardiosintesis
Edema pulmonal dan gangguan sistolik global dapat terjadi setelah
tamponade
Risk
3. TRAUMA JANTUNG
Definisi
Adanya penetrasi atau trauma tumpul pada miokardium
Presentasi
Sesak napas (dispneu)
Takikardi
Nyeri dada
Flail chest
Patofisiologi
Trauma tumpul yang berat memberikan tekanan tinggi yang seringkali
menyebabkan kerusakan pada organ dalam rongga thoraks.
Diagnosis Banding
Kontusio paru dan kontusio miokardium
Pneumothorax
Disrupsi Esofagus
Laserasi Miokardium
5

Diseksi aorta thorakalis
Laserasi koronaria
Kerusakan pada diafragma
Penanganan Segera
Menilai jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi (Airway, Breathing,
Circulation)
Memberikan tambahan O 2 yang diperlukan untuk mempertahankan
oksigenasi.
Meminta konsultasi bedah untuk pemasangan chest tube dan/
perikardiosentesis
Pembedahan darurat, cardiopulmonary bypass mungkin diperlukan.
Manajemen suportif.
Pemeriksaan diagnostik Radiografi dada
CT Scan
Bronkoskopi
Esofagoskopi
Transesophageal echocardiography (TEE)
Penanganan Selanjutnya
Konsultasi bagian bedah untuk operasi eksplorasi dada jika memungkinkan
Evaluasi trakea dan bronkus untuk menyingkirkan cedera paru-paru secara
bersamaan
Gunakan teknik isolasi paru-paru yang diperlukan untuk mengoptimalkan
ventilasi.
Faktor Resiko : trauma
6

Pencegahan
Meskipun trauma jantung merupakan fenomena yang tidak dapat dicegah, namun
pengenalan dini dan diagnosis patologi yang mendasari diikuti dengan intervensi
secara tepat waktu merupakan kunci keberhasilan penanganan.
Pertimbangan Khusus
Penggunaan nitrous oksida haruslah dihindari pada pasien yang menjalani
pembedahan akibat trauma karena kemungkinan terjadi pneumotoraks yang tidak
terdiagnosis. Diperlukan kewaspadaan terhadap gangguan ventilasi paru-paru
yang terjadi akibat tension pneumothorax. Tingkat keterlibatan jantung harus
diantisipasi pada cedera tumpul, untuk itu EKG harus dipantau terus menerus
pada periode pasca operasi.
4. GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Definisi
Gangguan struktural atau fungsional jantung dengan gangguan kemampuan
ventrikel untuk mengisi (diastolik) atau memompa darah (sistolik). Menurut New
York Heart Association (NYHA), tingkat keparahan gagal jantung kongestif
diklasifikasikan menjadi:
Kelas I: gejala gagal jantung terjadi pada tingkat aktivitas yang akan
membatasi individu normal
Kelas II: gejala gagal jantung terjadi dengan tenaga (aktivitas) biasa
Kelas III: gejala gagal jantung terjadi dengan kurang dari tenaga biasa
(aktivitas ringan)
Kelas IV: gejala HF terjadi pada saat istirahat
Presentasi
7

• Dispnea
• Kelelahan
• Edema
Patofisiologi
Untuk gagal jantung sistolik, sekitar 50% kasus adalah idiopatik. Penyebab
lainnya adalah miokarditis, penyakit jantung iskemik, penyakit infiltrative
(amiloidosis), kardiomiopati peripartum, hipertensi, infeksi HIV, penyakit
jaringan ikat, penyalahgunaan zat, obat (misalnya, doxorubicin). Faktor resiko
gagal jantung diastolik ialah kardiomiopati hipertrofik, restriktif dan sebaliknya
mirip dengan gagal jantung sistolik.
Diagnosis Banding
Iskemia miokard
Patologi pada paru yang terjadi secara primer
Kardiomiopati
Penanganan Segera
Tingkatkan FiO2 untuk mempertahankan oksigenasi.
Pemberian loop diuretic (furosemide 20-40 mg IV)
Mempertimbangkan pemberian ACE inhibitor (enalapril 2.5 mg IV setiap
6 jam)
Mempertimbangkan pemberian nitrogliserin (infus mulai 0.5
mcg/kg/min, peningkatan setiap 3-5 menit untuk efek yang diinginkan)
Mempertimbangkan pemberian nesiritide (2 mcg/kg IV bolus, kemudian
0,01 mcg/kg/menit maksimum 0,03 mcg/kg/min)
8

Mempertimbangkan pemberian beta-blockers esmolol 500 mcg/kg (lebih
dari 1 menit kemudian 50 mcg/kg/menit maksimum 300 mcg/kg/min)
Mempertimbangkan pemberian digoxin 0.125–0.25 mg IV
Jika pasien sadar dan dapat mengkonsumsi obat-obatan oral,
pertimbangkan pemberian angiotensin II reseptor Blocker (candesartan)
Aldosterone antagonis (spirinolactone)
Pemeriksaan Diagnostik
Foto toraks menunjukkan kardiomegali, baris Kerley B, efusi pleura
EKG untuk mengevaluasi perubahan iskemik atau hipertrofik
Ekokardiogram untuk mengevaluasi fungsi jantung
Serum brain natriuretic peptide (BNP) (meningkat pada gagal jantung)
Penanganan Selanjutnya
Koreksi penyakit sistemik yang berkontribusi
Modifikasi gaya hidup
Hentikan penggunaan obat-obatan yang terlibat dalam gagal jantung
Khusus manajemen untuk gagal jantung yang refrakter terhadap terapi
farmakologis:
Intra-aorta balon pompa
Perangkat pembantu ventrikel kiri
Transplantasi jantung
Faktor Resiko
Penyakit arteri koroner
Merokok
Hipertensi
9

Obesitas
Penyakit katup jantung
Pencegahan
Hati-hati manajemen cairan pada pasien beresiko gagal jantung kongestif
Pertimbangan Khusus
Defibrilator jantung digunakan untuk mendeteksi dan mengobati aritmia yang
terkait dengan gagal jantung dan dapat juga digunakan untuk terapi sinkronisasi
jantung melalui biventricular pacing. Pembungkus jantung telah digunakan dalam
upaya mencegah kerusakan lebih lanjut dari fungsi jantung dengan cara
mencegah pelebaran lebih lanjut dari ventrikel.
5. DISRITMIA: FIBRILASI ATRIUM
Definisi
Irama jantung yang tidak teratur dengan tidak adanya gelombang P pada EKG.
Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering terjadi..
Presentasi
Mungkin tanpa gejala
Palpitasi
Nyeri dada / angina
Gagal jantung kongestif
Sinkop
Serangan iskemik transien
Patofisiologi
Fibrilasi atrium sering terlihat pada pasien dengan jantung normal. Hal ini juga
terkait dengan konsumsi alkohol yang berlebihan, hipertensi, hipertiroid, dan
10

iskemia miokard. Dilatasi atrium dan fibrosis adalah perubahan utama yang
diamati.
Diagnosis Banding
Sinus takikardi
Takikardia atrium multifofal
Reentrant takikardia
Junctional takikardia
Atrial flutter
Penanganan Segera
DC kardioversi jika hemodinamik pasien tidak stabil
(Kontrol Rate)
Pemberian obat beta blocking (esmolol 500 mcg / kg selama 1 menit,
kemudian 50 mcg / kg / menit sampai maksimum 300 mcg / kg / menit)
Calcium channel blocker (diltiazem)
Amiodarone (150 mg IV selama 10 menit, kemudian 1 mg / menit IV
selama 6 jam, kemudian 0,5 mg / menit selama 18 jam.). Hati-hati pada
pemberian dosis secara bolus karena dapat menimbulkan hipotensi.
Digoxin 0,125-0,25 mcg IV
Pemeriksaan Diagnostik
EKG
Elektrofisiologi
Ekokardiogram
Monitor Holter
Penanganan Selanjutnya
Kontrol Ritme
Kardioversi (listrik atau kimia) 11

Amiodarone dalam kasus-kasus resisten
Elektrofisiologi dan cryoablation
Bedah ablasi
Pengendalian Faktor Resiko (Stroke)
Antikoagulasi dengan heparin dan warfarin
Faktor Risiko
Usia (8% terjadi pada usia di atas 80)
Operasi kardiotoraks terbaru (khususnya operasi katup)
Dilatasi atrium
Hipertiroidisme
Pria> Wanita
Merokok
Konsumsi alkohol
Penyakit arteri koroner
Stres
Pencegahan
Hindari penghentian beta-blocker akut perioperatif.
Menjaga elektrolit normal (terutama kalium dan magnesium).
Mengurangi stres.
Pertimbangan Khusus
12

Atrium fibrilasi meningkatkan risiko terjadinya stroke tujuh kali lipat.
Kardioversi hanya boleh dilakukan untuk atrium fibrilasi dengan onset
baru yakni kurang dari 48 jam atau jika dalam ekokardiogram
transesophageal (TEE) menunjukkan bukti tidak adanya trombus.
6. DISRITMIA: BRADIKARDI
Definisi
Denyut jantung kurang dari 60 kali per menit.
Presentasi
Hipotensi
Mual
Perubahan status mental
Edema paru
Nyeri dada
Patofisiologi
Bradikardi dapat terjadi akibat sekunder dari iskemia jantung, penyakit simpul
atrioventrikular, hipoksemia, asidosis, atau obat-obatan (misalnya, narkotika,
beta-blocker). Gangguan pada sinus node atau kelainan konduksi juga dapat
menyebabkan bradikardi. Akibat dari bradikardi dapat menyebabkan malperfusi
dari organ-organ tubuh.
Diagnosis Banding
Penggunaan beta blocker atau terapi kalsium channel blocker secara
berlebihan
Stimulasi vagal secara berlebihan
Penggunaan narkotika dengan dosis tinggi
13

Hipersensitivitas dari sinus karotis
Tekanan intraokular berlebihan
Peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik
Hipoksia
Asidosis
Tamponade jantung
Gangguan elektrolit
Penanganan Segera
Hentikan segala kemungkinan yang dapat menjadi penyebab bradikardi.
(Misalnya, selama operasi laparoskopi, meminta ahli bedah untuk mengurangi
tekanan intra-abdomen.)
Segera mulai transcutaneus pacing jika ada bukti hipoperfusi jaringan.
Pemberian atropin sambil mempersiapkan transcutaneus pacing (0,5 mg
IV, ulangi setiap 5 menit dengan dosis total 3 mg).
Pemeriksaan Diagnostik
EKG
Ekokardiogram
Angiogram (untuk menyingkirkan infark miokard akut sebagai penyebab)
Penanganan Selanjutnya
Lakukan transvenous pacing jika transcutaneus pacing gagal
Epinefrin (2-10 mikrogram / menit) atau infus dopamin (2-10 mikrogram /
kg / menit)
14

Penempatan alat pacu jantung permanen
Faktor Risiko
Farmakologis (beta-blocker, calcium channel blockers, narkotika)
Alpha-agonis
Pada operasi mata
Pembedahan dekat sinus karotis (misalnya, endarterektomi)
Operasi laparoskopi
Usia
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan kolesterol
Merokok
Pengkonsumsi alkohol berat
Penggunaan obat rekreasi
Stres psikologis atau kecemasan
Pencegahan
Menjaga kadar elektrolit plasma dalam keadaan normal.
Penyuntikan sinus karotis dengan lidokain selama endarterektomi.
Menjaga tekanan intraokular atau tekanan intraabdomen.
Latihan penggunaan dari alpha-agonist agent.
Pertimbangan Khusus
Atropin bekerja di node atrioventrikular dan tidak efektif pada pasien dengan
transplantasi jantung atau untuk bradikardia yang disebabkan oleh blok di bawah
15

berkas His. Jika bradikardia disebabkan oleh terapi beta-blocker dapat diberikan
glukagon 3 mg IV dilanjutkan dengan infus 3 mg / jam.
7. DISRITMIA: TAKIKARDI DENGAN KOMPLEKS SEMPIT (NARROW
COMPLEX TACHYCARDIA)
Definisi
Denyut jantung > 100 kali per menit (mungkin teratur atau tidak teratur) dengan
kompleks QRS sempit (<120 msec)
Presentasi
Hipotensi
Palpitasi
Perubahan status mental
Nyeri dada
Edema paru
Patofisiologi
Kompleks QRS yang sempit menandakan aktivasi ventrikel yang cepat melalui
sistem His-Purkinje normal. Hal ini menunjukkan bahwa aritmia berasal dalam
atau di atas AV node (supraventricular). Takikardia dengan kompleks QRS yang
sempit merupakan sinus takikardi yang sering terjadi atau karena fenomena masuk
kembali.
Diagnosis Banding
Sinus takikardi
Atrial takikardi
Takikardia atrium multifocal
Reentrant takikardia (misalnya, Wolff-Parkinson-White syndrome)
Junctional takikardia
16

Fibrilasi Atrium
Atrial flutter
Penanganan Segera
Pemberian adenosin (6 mg cepat IV push, ulangi 12 mg × 2)
Pada takikardi kompleks sempit yang stabil, terapi keadaan yang
mendasari (demam, anemia, syok, sepsis, nyeri, dll).
Pada takikardi kompleks sempit yang stabil dan tidak teratur, kontrol
denyut jantung dengan diltiazem (15 mg IV selama 20 menit) atau
metoprolol (5 mg IV q 5 menit).
Pertimbangkan kardioversi DC jika hemodinamik yang tidak stabil.
Terapi aritmia yang tidak stabil dengan kardioversi listrik segera.
Pemeriksaan diagnostik
EKG
Pengujian elektrofisiologi
Ekokardiografi
Penanganan Selanjutnya
Jika pemberian adenosin gagal, dapat digunakan calcium channel blocker
lain atau menggunakan beta blocker untuk mengendalikan detak jantung.
Kardioversi kimia: diberikan procainamide (50 mg / menit IV, sampai
dengan dosis 18-20 mg / kg) atau amiodarone (5 mg / kg IV lebih dari 15
menit).
Gunakan kardioversi listrik untuk takikardia yang resisten terhadap
intervensi farmakologis dan / atau pada pasien yang hemodinamik tidak
stabil.
17

Faktor Risiko
Demam
Anestesi yang tidak memadai
Hipovolemia
Iskemia miokard
Hipertiroid
Obat vagolytic
Pencegahan
Menjaga normothermia.
Volume resusitasi.
Hindari penghentian beta-blocker perioperatif.
Hindari obat vagolytic (misalnya, atropin, pankuronium).
Pertimbangan Khusus
Takikardia reguler dengan kompleks yang sempit merupakan sinus
takikardi yang paling sering.
Takikardia ireguler dengan kompleks yang sempit mungkin terjadi pada
atrium flatter, fibrilasi atrium, atau takikardia atrium multifokal.
Rasa tidak nyaman pada dada yang terjadi secara transient, dyspneu, dan
flushing dapat terjadi pada penggunaan adenosin.
Pertimbangkan risiko stroke embolik sebelum kardioversi.
8. DISRITMIA: TAKIKARDIA KOMPLEKS LEBAR (WIDE COMPLEX
TACHYCARDIA)
Definisi
Denyut jantung lebih besar dari 100 kali per menit (mungkin teratur atau tidak
teratur) dengan kompleks QRS lebar (> 120 msec)
18

Presentasi
Hipotensi
Perubahan status mental
Palpitasi
Nyeri dada
Patofisiologi Edema paru
Kompleks QRS yang melebar berarti aktivasi ventrikel lambat. Umumnya
aritmia berasal di luar sistem konduksi normal, tetapi mungkin berasal dari
ventrikel atau supraventricular. Ventrikel takikardi merupakan takikardi yang
sering terjadi pada takikardi dengan kompleks yang lebar.
Diagnosis Banding
Teratur
Ventrikel takikardi
Supraventrikular takikardia dengan konduksi menyimpang
Artefak
Paced rhythm dengan takikardia atrium (atrial sense, ventricular paced)
Tidak teratur
Fibrilasi atrium dengan aberrancy (bundle branch block),
Fibrilasi atrium dengan preexcitation (misalnya, Wolff-Parkinson-White
syndrome)
Takikardia ventrikel polimorfik
Penanganan segera
DC kardioversi jika hemodinamik tidak stabil
Reguler Rhythm
• Amiodarone (150 mg IV diberikan selama 10 menit, diulang sesuai
kebutuhan dengan total 2,2 g IV dalam 24 jam pertama) .
19

Ritme Yang Tidak Teratur
Procainamide (20 mg / menit IV hingga total 17 mg / kg)
Lidokain (1 mg / kg IV, dapat diulangi 0,5 mg / kg setiap 5 menit
sebanyak yang diperlukan dengan total 3 mg / kg)
Pemeriksaan diagnostik
EKG
Ekokardiogram
Pengujian elektrofisiologi
Penanganan Selanjutnya
Kardioversi digunakan untuk takikardi yang resisten terhadap intervensi
farmakologis, atau jika hemodinamik tidak stabil.
Jika pasien memiliki riwayat sindrom preexcitation (misalnya, Wolff-
Parkinson-White syndrome), atau adanya bukti preexcitation pada EKG
(misalnya adanya gelombang delta), procainamide adalah pengobatan
pilihan (20 mg / menit infus kontinu sampai aritmia ditekan, pasien
hipotensi, jika QRS melebar melampaui 50% keadaan awal, dosis
maksimum yang dapat diberikan 17 mg / kg).
Faktor Risiko
Usia > 50
Iskemia miokard (atau infark lama)
Jalur reentrant yang diketahui
Pencegahan
Menjaga agar elektrolit tetap normal (terutama kalium dan magnesium).
Hati-hati dengan obat anti-arrhythmic (Kelas I dan III).
20

Meminta konsultasi kardiologi untuk melakukan ablasi kateter.
Pertimbangkan Implantable cardiac defi brillator (ICD).
Ubah alat pacu jantung untuk ventricular paced, penghambatan
ventrikel-sensing, (VVI) atau atrial paced, penghambat atrium-sensing
(AAI)
Meskipun amiodarone adalah pengobatan alternatif, waspadalah terhadap
disritmia kompleks tidak teratur yang terjadi secara luas dengan
preexcitation karena dapat mengalami konversi ke ventrikel takikardia
atau ventrikel fibrilasi dengan penggunaan amiodarone.
Pertimbangan Khusus
Pemberian AV nodal blocker adalah kontraindikasi pada takikardi dengan
komplek yang lebar dan tidak teratur, terutama ketika etiologi tidak diketahui. Hal
ini terjadi karena dapat memicu terjadinya fibrilasi ventrikel dan kematian.
9. HIPERTENSI
Definisi
Pada pengukuran tekanan darah berulang didapatkan tekanan lebih besar dari
160/100.
Presentasi
Nyeri dada
Sakit kepala
Palpitasi
Stroke
Edema paru
Patofisiologi
21

Hipertensi terjadi akibat multifaktorial. Apapun yang meningkatkan preload,
afterload, atau kontraktilitas dapat menyebabkan hipertensi.
Diagnosis Banding
Anestesi yang tidak memadai kedalaman
Agitasi
Kesalahan vasopressor (pemberian secara sengaja atau overdosis)
Pheochromocytoma
Tirotoksikosis
Terjepitnya lintasan aorta
Peningkatan tekanan intrakranial
Transeksi dari sumsum tulang belakang atau di atas T5
Eklampsia dalam kehamilan
Setelah terapi electroconvulsive
Penanganan Segera
Meningkatkan kedalaman anestesi
Periksa apakah ada kesalahan dalam pengobatan
Pemberian nicardipine: Mulai 5 mg / jam IV dan meningkat sebesar 2,5
mg / jam setiap 5-15 menit. Dosis maksimum 15 mg / jam.
22

Pemberian sodium nitroprusside untuk hipertensi akut, atau hipertensi
yang mengancam jiwa: Dosis mulai dari 0,3 mcg / kg / menit dan
ditingkatkan secara perlahan. Dosis maksimal 10 mcg / kg / menit.
Pemberian beta-blocker (labetolol 5 mg q 2 menit lebih disukai karena
memiliki efek alpha dan beta-blocking)
Pemeriksaan diagnostik
EKG
Ekokardiogram
Angiogram
Intra-arteri kateterisasi
Penanganan Selanjutnya
Long-acting beta-blocker
Hydralazine ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker
Clonidine
Anxiolytics
Faktor Risiko
Usia> 60
Pria> Wanita
Ras
Berat
Stres
23

Alkohol
Merokok
Riwayat Keluarga
Penyakit ginjal
Diabetes
Sleep apnea
Pencegahan
Pertahankan kedalaman anestesi yang memadai.
Hindari pemutusan yang cepat dari obat antihipertensi.
Pertimbangan Khusus
Besarnya peningkatan tekanan darah secara akut adalah lebih signifikan
dibandingkan dengan angka sistolik dan diastoliknya, namun tekanan sistolik >
220 mmHg dan tekanan diastoilik > 120 mmHg perlu ditangani secara tepat.
Tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20-30% dari tekanan darah
normal untuk mengompensasi pergeseran ke kanan dari kurva autoregulasi pada
pasien-pasien dengan hipertensi kronis.
Sodium nitroprusida memiliki onset dan offset yang sangat cepat, serta
dapat menghasilkan berbagai variasi tekanan darah. Kecepatan infus di atas 2
mcg/kgBB/menit akan berdampak pada akumulasi sianida dan dapat
mengakibatkan keracunan sianida. Pertimbangkan keracunan sianida pada pasien-
pasien yang mengalami gangguan kesadaran, asidosis metabolik yang tidak
diketahui penyebabnya, serta peningkatan PaO2 vena campuran. Takifilaksis juga
dapat terjadi.
10. HIPOTENSI
Definisi
24

Tidak ada kriteria yang diterima secara universal. Definisi yang diterima secara
umum meliputi:
• BP sistolik <80 mmHg
• MAP kurang dari 60 mm Hg
• Penurunan SBP atau MAP sebesar 20% dari baseline
Presentasi
Nyeri dada
Sesak napas
Mual
Perubahan status mental
Oliguria
Patofisiologi
Patofisiologi dari hipotensi adalah multifaktorial. Apa pun yang menurunkan
denyut jantung, preload, afterload, atau kontraktilitas dapat menyebabkan
hipotensi.
Diagnosis Banding
Anestesi yang dalam
Hipovolemia
Anestesi spinal / epidural
Tamponade jantung
Pnuemothorax
Gagal jantung akut
25

Endokrin disfungsi
Anafilaksis
Penanganan Segera
Pemberian cairan secara IV
Periksa apakah ada kesalahan dalam pengobatan.
Pemberian efedrin (5 mg IV bolus).
Pemberian fenilefrin (100 mcg IV bolus).
Pemberian epinefrin.
Tergantung pada etiologi yang dicurigai, pertimbangkan infus vasopresor
(misalnya, fenilefrin) atau inotrope dalam kasus-kasus refraktori
hipotensi.
Pemeriksaan diagnostik
EKG
Ekokardiogram
Angiogram
Intra-arteri kateterisasi
Penanganan Selanjutnya
Menetapkan diferensial diagnosis dan mengobati penyebab yang
mendasari jika diketahui.
Pertimbangkan infus vasopresin untuk hipotensi yang resisten
katekolamin (tingkat yang direkomendasikan adalah 0,01-0,04 unit /
menit).
Pemberian kortikosteroid (hidrokortison 100 mg IV) jika diduga adanya
insufisiensi adrenal.
Faktor Risiko
Dehidrasi
Usia > 65 tahun26

Terapi Beta blocker atau calcium channerl blocker
Analgesia neuroaksial
Penyakit jantung
Obat-obatan
Pencegahan
Memantau tingkat anestesi pada pasien yang telah dilakukan neuoaksial blok.
Pemberian obat vasodilatasi (misalnya fenitoin, protamine, vankomisin) secara
perlahan-lahan.
Pertimbangan Khusus
Hipotensi memiliki banyak etiologi. Menentukan diagnosis banding dengan cepat
dapat mempersempit pilihan terapi dan meningkatkan hasil terapi pasien.
27