Kegawatdaruratan Paru

24

Click here to load reader

Transcript of Kegawatdaruratan Paru

Page 1: Kegawatdaruratan Paru

KEGAWATDARURATAN PARU

Oleh :Priambodo Ilham A (J500080088)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Pembimbing :dr. Agus Suharto B. Sp.P

Page 2: Kegawatdaruratan Paru

PENDAHULUAN

Tujuan

Manusia memiliki 2 proses

pernafasanEksterna & interna Ventilasi paruDifusi O2 dan CO2 Transportasi O2 dan CO2 Pengaturan ventilasi oleh saraf

Latar belakang

Membahas mengenai kegawatdaruratan

paru

Diagnosis dan tatalaksana secara

cepat dan tepat

Page 3: Kegawatdaruratan Paru

Kegawatdaruratan paru

Suatu keadaan pertukaran gas dalam paru terganggu, atau suatu kegagalan paru dalam sirkulasi CO2

dan O2

hipoksemiahiperkarbia

Gangguan asam basa & Stress

oksidatif

Kerusakan Sel & nekrosis jaringan

Page 4: Kegawatdaruratan Paru
Page 5: Kegawatdaruratan Paru

Hemoptisis

Hemoptisis ringan  

Hemoptisis atau batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang

mengandung darah, akibat perdarahan dari saluran nafas dibawah laring atau

perdarahan yang keluar ke saluran nafas dibawah laring.

Hemoptisis sedang  

Hemoptisis masif 

+++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml

++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml

+ : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml

Page 6: Kegawatdaruratan Paru

Infeksi jaringan

parenkim pembuluh

darah pecah (aneurisma

rassmussen)

Kongesti aliran

darah vena pulmonalis kapiler

pecah

Pembentukan jaringan dan pembuluh

darah baru yg rapuh

mudah ruptur n pecah

Kelainan pada faktor pembekua

n darahMembran

basalis terganggu Good pastures

syndrome

Adanya kompresi yg menyebabkan kerusakan

parenkim paru dan pembuluh

darah

Page 7: Kegawatdaruratan Paru

Keadaan Hemoptisis Hematemesis

Keluhan yg munculRasa tidak enak ditenggorokan, ingin batuk

Mual, Stomach distress

OnsetDarah dibatukkan, dapat disertai dengan muntah

Darah dimuntahkan dapat disertai dengan batuk

Bentuk darah Berbuih Tidak Berbuih

Warna darah Merah segar Merah tua

IsiLeukosit, mikroorganisme, makrofag, hemosiderin

Sisa makanan

Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)

Riwayat penyakit dahulu

Menderita kelainan paruGangguan lambung, kelainan hepar

Anemi Kadang-kadang Selalu

Tinja Warna tinja normalWarna tinja bisa berwarna hitam

Page 8: Kegawatdaruratan Paru

Batuk dan ekspektorasi dahak bersifat mukopurulen atau purulen (adanya infeksi seperti bronkitis, pneumoni atau abses paru serta bronkiektasis)

Adanya riwayat kelainan katup jantung, adanya stenosis katup mitral. Perdarahan dari anastomosis

vena bronkopulmonal di dinding bronkus

Adanya batuk darah disertai hematuri akan menimbulkan kecurigaan kita adanya kelainan yang

disebabkan oleh Goodpastures syndrome atau Lupus erythematosus.

Adanya batuk darah pada penderita yang merokok dan telah berlangsung lama serta berumur lebih dari 40 tahun, akan mengarahkan perhatian kita

terhadap proses keganasan di paru

Page 9: Kegawatdaruratan Paru

Penatalaksanaan

Terapi konservatif Terapi konservatif Terapi definitif Terapi definitif

Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat atau posisi trendelenburgPemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis), misalnya vit. K, ion kalsium, trombin, Carbazochrome Na sulfonate (Adona), asam traneksamat

Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi & pemberian oksigen

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan, dengan pertimbangan 1.Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien2.Kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan operasi

Pertimbangan lain:1.batuk darah >600 cc / 24 jam dan perdarahan tidak berhenti2.batuk darah <600 cc / 24 jam dan tetapi >250 cc / 24 jam jam dgn kadar Hb <10 g%, batuk darah tetap berlangsung3.batuk darah <600 cc / 24 jam dan tetapi >250 cc / 24 jam, Hb <10 g%, 48 jam dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti

Page 10: Kegawatdaruratan Paru
Page 11: Kegawatdaruratan Paru

Pneumothorax

Suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam

pleura yang menyebabkan

kolapsnya paru yang terkena

Page 12: Kegawatdaruratan Paru

Pneumotoraks spontan

Pneumotoraks traumatik

Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik

Pneumotoraks traumatik iatrogenik Pneumotoraks traumatik

iatrogenik artifisial

Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental

Pneumotoraks spontan sekunder

Pneumotoraks spontan primer

Pneumotoraks Tertutup

Pneumotoraks totalis

Pneumotoraks parsialis

Pneumotoraks Ventil

Pneumotoraks Terbuka

Penyebab

Fistula

Luas Paru

Page 13: Kegawatdaruratan Paru

Pneumotoraks Ventil

Pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.

Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas

Page 14: Kegawatdaruratan Paru

Tanda Klinis

Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Mendadak dan memberat. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka

Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan

Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien, kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang, denyut jantung meningkat, adanya defiasi trakhea

Page 15: Kegawatdaruratan Paru

Penatalaksanaan

Observasi dan

Pemberian O2

Tindakan dekompresi

Tindakan bedah, torakoskopi

Pipa water sealed drainase (WSD)

Jarum abbocathMembuat hubungan dengan udara luar melalui kontra

ventil

Menusukkan jarum melalui dinding dada

Page 16: Kegawatdaruratan Paru

Status asmatikus

Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan terhadap stimuli.

Patofisiologi

Status asmaikus adalah serangan asma akut  yang sangat parah, berkepanjangan, dan tidak merespon terapi biasa secara memadai.

Page 17: Kegawatdaruratan Paru

Asma akut yang berat/status asmatikus merupakan tingkat penyakit yang berat yang memerlukan penanganan segera.

Kriteria Berat Gawat

Sesak napas saat istirahat

membungkuk kedepan

-

-

Kemampuan berbicara Sepatah kata

Kesadaran Agitasi Mengantuk/bingung

Respirasi > 30/menit -

Otot respirasi tambahan Retraksi M.inter costalis Gerakan torakoabdominal

paradoksal

Mengi Keras Tidak ada

Nadi/menit > 120 Bradikardi

Pulsus paradoksus (+), > 25 mmHg (-), kelelahan otot

PaO2< 60 mmHg -

PaCO2> 45 mmHg -

Sat. O2 (Udara) < 90% -

Page 18: Kegawatdaruratan Paru

Terapi awal :•O2 4-6 L/menit•Inhalasi/nebuliser B2 agonist tiap jam•Dexamethason 3x2 amp.iv•Aminofihin bolus/infus•B2 agonis SC/IMIIV kalau perlu

Penatalaksanaan

•Bila hasil evaluasi setelah 1 jam tak terlihat perbaikan:•Fisik: gejala berat, mengantuk, bingung•Arus Puncak Ekspirasi (APE) < 30% •PCO2 >45 mmHg•PO2 < 60 mmHgSegera masukkan ke ICU untuk perawatan intensif dan kemungkin intubasi serta ventilasi mekanik

Page 19: Kegawatdaruratan Paru

Edema Paru

Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang

intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan

kembali ke darah atau melalui saluran limfatik.

Edema paru dibedakan oleh karena sebab Kardiogenik dan Non Kardiogenik

Page 20: Kegawatdaruratan Paru
Page 21: Kegawatdaruratan Paru

Etiologi

Ketidak-seimbangan Starling Forces

Tak diketahui/tak jelas (Idiopatik)

Insufisiensi Limfatik

Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler

Page 22: Kegawatdaruratan Paru

Diagnosis

Pemeriksaan FisikSianosis sentral

Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih

Ronchi basah nyaring, Takikardia dengan S3 gallop

Elektrokardiografi

Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan

Page 23: Kegawatdaruratan Paru

Penatalaksanaan

Posisi ½ duduk.

Oksigen (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.

Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.

Nitrogliserin sublingual atau intravena

Aminophylline

Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai produksi urine 1 ml/kgBB/jam

Bila (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5 ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan hemodinamik

Page 24: Kegawatdaruratan Paru