elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami...

159
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Transcript of elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami...

Page 1: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG TUA

DENGAN KONSEP DIRI REMAJA TUNA DAKSA DI SLB-D/YPAC SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Sidang Sarjana

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

Semester Ganjil Tahun Akademik 2010-2011

Dosen Pembimbing I : Dr. Endang Pudjiastuti, M.Pd.

Dosen Pembimbing II : Hj. Reni Adijanti Soemitro, Dra,Msi

Di Susun oleh :

Nama : Shinta Utami

NPM : 10050003154

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2010

Page 3: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG

TUA DENGAN KONSEP DIRI REMAJA TUNADAKSA DI SLB-D/YPAC

SURAKARTA

Nama : Shinta Utami

NPM : 10050003154

Bandung, December 2010

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Menyetujui,

Dr. Endang Pudjiastuti, M.Pd Hj. Reni A Soemitro, Dra, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

DR. Umar Yusuf, S.Psi.,M.Si., Psikolog

Dekan Fakultas Psikologi

Page 4: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

i

ABSTRAK

Shinta Utami (10050003154). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua dengan Konsep Diri Pada Remaja Tunadaksa Di SLB/D-YPAC Surakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan para ahli klinis terhadap reaksi orang tua yang mengetahui anaknya mengalami kecacatan, ada dua tahapan reaksi sampai mereka menyadari dan berusaha untuk dapat menerima kecacatan anaknya. Tahap pertama, mereka mengalami shock, mengalami goncangan batin dan tidak mempercayai kenyataan kecacatan yang diderita anaknya. Tahap kedua, mereka sering merasa bersalah dan menyangkal kenyataan yang dihadapinya. Berdasarkan data Pusdatin Departemen Sosial tahun 2007, jumlah penyandang cacat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Susan V.Rezen dan Carl Hausman (1985) menyebutkan beberapa reaksi psikologis yang biasa timbul pada mereka yang cacat, yaitu menolak, melakukan proyeksi, marah, merasa depresi (tertekan) dan akhirnya mereka baru bisa menerima kenyataan akan keadaan dirinya. Keadaan ini tidak terlepas dari bagaimana lingkungan menerima dan mempengaruhinya. Hurlock (1986) mengatakan bahwa cacat fisik yang ada pada diri seseorang dapat menimbulkan perasaan malu dan rendah diri sehingga hal ini membuat orang tersebut memiliki konsep diri negatif.

Penelitian ini dilaksanakan di SLB-D/YPAC Surakarta dengan populasi sebanyak 40 orang dan sampel sebanyak 32 orang. Metode penelitian yang digunakan untuk menguji Variabel X (Persepsi terhadap penerimaan orang tua) dan Variabel Y (Konsep diri) adalah uji koefisien korelasi Rank Spearman.

Hasil perhitungan korelasi Variabel X (Penerimaan orang tua) dengan Variabel Y (Konsep diri) sebesar 0,634. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara persepsi terhadap penerimaan oarang tua dengan konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta. Adapun arah persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri adalah positif. Dengan demikian kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua terhadap konsep diri adalah sebesar 40,17 % artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua memberikan kontribusi sebesar 40,17 % terhadap konsep diri.

Page 5: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ .....iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 10

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 12

1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis………………...…................................... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis……………………………………………. 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Tentang Remaja ............................................................... 13

2.1.1 Pengertian Remaja ................................................................. 13

2.1.2 Batasan Usia Remaja ............................................................. 14

2.1.3 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja .................................... 15

2.2 Persepsi Penerimaan Orang Tua ..................................................... 16

2.2.1 Pengertian Persepsi ................................................................ 16

2.2.2 Persepsi anak Tunadaksa Terhadap Orang Tua ..................... 19

2.2.3 Pengertian Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak .............. 20

2.2.4 Aspek- aspek Penerimaan Orang Tua .................................... 22

2.2.5 Sikap Orang Tua Terhadap Anak Tunadaksa ........................ 25

2.3 Konsep Diri .................................................................................... 26

2.3.1 Pengertian Konsep Diri ..................................................... ….26

2.3.2 Komponen- Komponen Konsep Diri ................................ …. 29

Page 6: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

vii

2.3.3 Pembentukan Konsep Diri ................................................ … 30

2.3.4 Sumber-Sumber Konsep Diri………………………………..33

2.3.5 Ciri-ciri Konsep Diri..………………………..……………...34

2.3.6 Perkembangan Konsep Diri.………….. ……………….……35

2.3.7 Konsep Diri Sebagai Aspek Kepribadian……....……………37

2.3.8 Konsep Diri Anak Tunadaksa…………………..……….......38

2.4 Tunadaksa ....................................................................................... 40

2.4.1 Pengertian Tunadaksa……...……………………………......40

2.4.2 Klasifikasi Tunadaksa………………………………….........40

2.4.3 Penyebab Tunadaksa…………………………….................. 46

2.4.4 Karakteristik Tunadaksa...…………………………………..48

2.4.5 Perkembangan Fisik Tunadaksa……...…………………......49

2.4.6 Perkembangan Kognitif Tunadaksa….….…………….........49

2.4.7 Perkembangan Emosi Tunadaksa………………………...... 50

2.4.8 Perkembangan Sosial Tunadaksa...…………..……………..50

2.4.9 Perkembangan Kepribadian Tunadaksa………………......... 51

2.5 Hubungan Antara Persepsi Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep

Diri Pada Remaja Tunadaksa .......................................................... 51

2.6 Kerangka Pikir……………………………………………………. 55

2.6.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................. ….58

2.7 Hipotesis Penelitian………………………………………………. 59

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 60

3.1.1 Metode Penelitian……………………............……………… 60

3.1.2 Variabel Penelitian……………………............……..……… 60

3.2 Operasional Variabel ....................................................................... 61

3.2.1 Variabel Pertama Persepsi Penerimaan Orang Tua…………. 61

3.2.2 Variabel Kedua Konsep Diri...................................................61

3.3 Alat Ukur ......................................................................................... 62

3.3.1 Skala Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua....................62

Page 7: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

viii

3.3.2 Skala Konsep Diri.............................................…………….. 63

3.4 Populasi dan Sampel........................................................................64

3.4.1 Subjek Penelitian.....................................................................64

3.5 Prosedur Penelitian...........................................................................66

3.5.1 Tahap Persiapan ..................................................................... 66

3.5.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ................................................ 67

3.5.3 Tahap Pengumpulan Data ...................................................... 69

3.5.4 Tahap Pengolahan Data .......................................................... 69

3.5.5 Tahap Pembahasan ................................................................. 70

3.5.6 Tahap Akhir ............................................................................ 70

3.6 Perhitungan Statistik.........................................................................70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 73

4.2 Hasil Dan Pengolahan Data.............................…………………… 74

4.2.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Dengan Konsep Diri ............................................................... 74

4.2.2 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Aspek Memahami Kebutuhan Anak Dengan Konsep Diri .... 75

4.2.3 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Aspek Bersikap Adil Dengan Konsep Diri ............................ 77

4.2.4 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Aspek Tidak Menyalahkan Anak Dengan Konsep Diri ......... 79

4.2.5 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Aspek Sikap Protektif Dengan Konsep Diri ........................... 81

4.2.6 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Aspek- Aspek Persepsi

Terhadap Penerimaan Dengan Konsep Diri ........................... 83

4.2.7 Hasil Pengujian Median (Me) Antara Persepsi Terhadap

Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep Diri ........................ 84

4.3 Pembahasan………… …………………...………………………..84

Page 8: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………………………………………………..………91

5.2 Saran……………………………………………………………....92

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................93

LAMPIRAN

Page 9: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Dengan

Konsep Diri.......................................................................................................76

2. Tabel 4.2 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek

Memahami Kebutuhan Anak Dengan Konsep Diri...........................................78

3. Tabel 4.3 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek

Bersikap Adil Dengan Konsep Diri...................................................................80

4. Tabel 4.4 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek

Tidak Menyalahkan Anak Dengan Konsep Diri...............................................82

5. Tabel 4.5 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek

Sikap Protektif Dengan Konsep Diri................................................................83

6. Tabel 4.6 Visualisasi Hasil Korelasi Antara Persepsi Terhadap Penerimaan

Orang Tua Dengan Konsep Diri........................................................................85

7. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Median Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Dengan Konsep Diri..........................................................................................85

Page 10: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Validitas Variabel Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua........1

2. Lampiran Validitas & Reliabilitas Variabel Persepsi Terhadap Penerimaan

Orang Tua.........................................................................................................3

3. Lampiran Validitas Variabel Konsep diri.........................................................6

4. Lampiran Validitas & Reloabilitas Variabel Konsep diri.................................8

5. Lampiran Data Item Yang Dipakai Dalam Perhitungan.................................11

6. Lampiran Item Positif & Negatif Variabel Persepsi Terhadap Penerimaan

Orang Tua.......................................................................................................15

7. Lampiran Item Positif & Negatif Variabel Konsep Diri.................................19

8. Lampiran Alat Ukur Konsep Diri...................................................................23

9. Lampiran Alat Ukur Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua...................27

10. Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk

Pengukuran......................................................................................................30

Page 11: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena kebesaran

dan kasih saying yang tiada henti-hentinya setiap waktu, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap

Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep Diri Remaja Tunadaksa Di SLB-D/YPAC

Surakarta”. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, berkat perjuangannyalah

kita semua disini.

Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang sarjana Fakultas

Psikologi Universitas Islam Bandung. Penulis menyadari selama proses penyelesaian skripsi

ini menghadapi hambatan dan rintangan yang tidak dapat dihindari. Syukur Alhamdulillah

berkat bimbingan, bantuan, sumbangan pikiran dan dorongan dari berbagai pihak yang selalu

menyertai penulis, akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi ini walaupun masih jauh

dari kesempurnaan yang diharapkan.

Wassalamualaikum Wr Wb

Bandung, Oktober 2010

Penulis

Page 12: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kesempatan untuk

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa, rahmat dan salam tercurah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan

Orang Tua Dengan Konsep Diri Remaja Tunadaksa Di SLB-D/YPAC Surakarta” ini,

bertujuan untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat kelulusan Sarjana Psikologi di Universitas

Islam Bandung.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan

dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk berada di dunia

ini, menerima berkah dan rahmat dalam menjalani kehidupan yang dititipkan-Nya, dan

selalu belajar bersabar atas cobaan-Nya.

2. Keluarga Tercinta : H. Roehminta R ayahanda tercinta, Hj. Balkis Ibunda tercinta, serta

adik-adiku Rizky Dwi Prasojo, Nena Triyani, Iva Amirah. Keluarga yang selalu

memberikan dorongan, kasih sayang, perhatian dan doanya selama penyusunan skripsi

ini, dan yang selalu mengingatkan penulis untuk tidak pernah menyerah.

Page 13: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

iv

3. DR. Endang Pudjiastuti, M.Pd, selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Hj. Reni Adijanti Soemitro, Dra,Msi, selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini,

tak henti-hentinya memberikan masukan dan saran, serta mau meluangkan waktu untuk

berdiskusi.

5. Yuli Aslamawati, Dra. selaku Dosen wali yang selalu memberikan dukungan dan

dorongannya selama masa kuliah sampai penyusunan skripsi ini.

6. Umar Yusuf, Drs., M.Si., Psikolog. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

Bandung.

7. Ny. Hartatie Moesianto, Pengurus YPAC yang sangat membantu dalam memberikan

informasi, kerjasama dan bimbingannya.

8. Sahabat-sahabatku : Sandy Paul, Puri suantri, Okta Meridiana, Suci, Vikky Veatura

Arifin, atas saran yang diberikan, dukungan, dan semangat serta solusi yang tak kunjung

usai.

9. Teman-teman angkatan 2003 Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

10. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang telah

memberikan ilmu yang bermaanfaat bagi penulis dan banyak membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 14: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

v

Dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari masih terdapat

banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran

yang membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

semua.

Alhamdulillahirabbil‘alamin

Wassalamualaikum Wr Wb

Bandung, Oktober 2010

Penulis

Page 15: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

1 Bab I Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan di

bentuk belum lah lengkap tanpa seorang anak. Kelahiran anak merupakan

dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Diharapkan, kelahiran anak

yang masih dalam kandungan bisa selamat, sehat dan tidak mengalami cacat

apapun. Namun saat penantian akan hadirnya penerus keluarga tersebut dapat

berubah menjadi menjadi kekecewaan saat mengetahui bahwa anak yang mereka

lahirkan tidak sempurna atau memiliki suatu kelainan. Reaksi umum yang terjadi

pada orang tua yang mengetahui anaknya mengalami kecacatan adalah sedih,

kecewa, merasa bersalah, menolak atau marah – marah (Cartwright, 1984 ; 280 ).

Hasil penelitian yang dilakukan para ahli klinis terhadap reaksi orang tua yang

mengetahui anaknya mengalami kecacatan, ada dua tahapan reaksi sampai mereka

menyadari dan berusaha untuk dapat menerima kecacatan anaknya. Tahap

pertama, mereka mengalami shock, mengalami goncangan batin dan tidak

mempercayai kenyataan kecacatan yang diderita anaknya. Tahap kedua, mereka

sering merasa bersalah dan menyangkal kenyataan yang dihadapinya. Reaksi dari

perasaan tersebut muncul dalam bentuk pertanyaan seperti “ mengapa kami

dicoba?, apakah kami melakukan kesalahan?”, dan masih banyak lagi pertanyaan

yang muncul dalam benak para orangtua. Begitu juga dengan anak itu sendiri

mereka tentunya tidak menginginkan dilahirkan dengan tubuh yang cacat.

Page 16: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

2 Bab I Pendahuluan

Berdasarkan data Pusdatin Departemen Sosial tahun 2007, jumlah penyandang

cacat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada 2004, jumlahnya 2.063.840

orang, tahun 2006 sebesar 2.810.212 atau naik 746.372 (36%). Pada 2007 jumlah

penyandang cacat 3.063.559 atau naik 253.347 orang (9%). Dan Pada 2006

jumlah penyandang cacat di Indonesia diperkirakan mencapai 3,11 persen dari

populasi penduduk atau sekitar 6,75 juta, sementara Badan Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan angka tersebut bisa mencapai 10 persen atau sekitar 20

juta jiwa. Dan di solo sendiri terdapat sekitar 1600 jiwa penyandang cacat.

Susan V.Rezen dan Carl Hausman (1985) menyebutkan beberapa reaksi

psikologis yang biasa timbul pada mereka yang cacat, yaitu menolak, melakukan

proyeksi, marah, merasa depresi (tertekan) dan akhirnya mereka baru bisa

menerima kenyataan akan keadaan dirinya. Keadaan ini tidak terlepas dari

bagaimana lingkungan menerima dan mempengaruhinya. Hurlock (1986)

mengatakan bahwa cacat fisik yang ada pada diri seseorang dapat menimbulkan

perasaan malu dan rendah diri sehingga hal ini membuat orang tersebut memiliki

konsep diri negatif.

Pengertian tunadaksa menurut hasil seminar Nasional, Puskurandik,

Balitbang, Depdikbud (dalam Mangunsong, 1998) adalah anak yang menderita

cacat akibat poliomyelitis, akibat kecelakaan, akibat keturunan, cacat sejak lahir,

kelayuan otot – otot, akibat peradangan otak dan kelainan motorik yang

disebabkan kerusakan pusat syaraf. Peneliti memilih subyek tunadaksa karena

kecacatan fisik umumnya sangat mudah diketahui atau dilihat oleh orang lain

sehingga akan banyak orang yang memberi tanggapan pada keadaan fisik mereka

dan secara tidak langsung fisik seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya.

Page 17: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

3 Bab I Pendahuluan

Definisi tunadaksa menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah

Luar Biasa, tunadaksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan

“daksa“ berarti tubuh. tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu

sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam

fungsinya yang normal. Secara umum, perkembangan manusia dapat dibedakan

dalam aspek psikologis dan fisik. Aspek fisik merupakan potensi yang

berkembang dan harus dikembangkan oleh individu, Pada anak-anak tunadaksa,

potensi itu tidak utuh karena ada bagian yang tidak sempurna. Secara fisik anak

tunadaksa secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali

bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh

oleh kerusakan itu dan dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, tunadaksa

biasanya menggantinya dengan bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada kerusakan

pada tangan kanan, sebagai gantinya tangan kiri akan lebih berkembang. Keadaan

tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik.

Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak

tersebut. Ditinjau dari aspek psikologis, remaja tunadaksa cenderung merasa

malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.

Musjafak dalam bukunya Othopedagogik Anak Tunadaksa (1995:72)

menyebutkan bahwa pada sekelompok anak yang memiliki keterbatasan sangat

berat, mereka tidak dapat menggunakan tangannya untuk mengambil suatu

barang, tidak dapat duduk, bangun dari duduk pun dibantu orang lain. Kelompok

lain mereka masih dapat berjalan meskipun tidak stabil dan menggunakan alat-alat

bantu. Kondisi seperti tersebut kadang-kadang menjadikan anak frustrasi dan

malu. Frustrasi dan malu yang berlebihan dapat mengganggu penyesuaian diri

Page 18: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

4 Bab I Pendahuluan

anak sehingga mereka merasa terisolasi dari lingkungan masyarakat. Kesendirian

sebagai akibat rasa rendah diri merupakan tantangan dalam melakukan sosialisasi

dan penerimaan diri akan kelainan yang dimilikinya. Masalah tersebut muncul

akibat kelainan fisik yang dimiliki remaja tunadaksa yang memang berbeda bila

dibandingkan dengan remaja normal pada umumnya.

Ketika peneliti melakukan observasi di SLB/D-YPAC Surakarta, remaja

tunadaksa bersikap biasa saja seperti anak normal pada umumnya. Tampak tidak

ada sikap minder, malu dan rendah diri ketika berinteraksi. Sejauh yang peneliti

amati disana mereka memang memiliki keterbatasan fisik dan motorik yang

menyebabkan terbatasnya ruang gerak mereka tetapi kondisi tersebut tidak

membuat mereka merasa frustrasi, malu, perasaan rendah diri dan kurang dapat

bergaul. Justru sebaliknya, hal ini dapat terlihat ketika peneliti berada diantara

mereka, remaja tunadaksa tersebut begitu ramahnya menyambut kedatangan

peneliti. Ada diantara mereka yang tersenyum ramah, ada yang memberi salam

dan melambaikan tangan, bahkan ada yang langsung menyalami peneliti

meskipun dengan tertatih, beberapa diantara mereka begitu cekatan menggunakan

alat bantu yang dimilikinya seperti kursi roda dan tongkat. Begitu juga ketika

peneliti menanyakan nama dan kegiatan mereka, mereka sangat antusias dalam

menjawabnya. Sebut saja M salah satu siswa disana ketika berusia 4 tahun terkena

poliomyelitis, M sangat kooperatif ketika peneliti bertanya seputar kehidupan

sosialnya. M mengatakan dirumah dia juga bergaul dengan tetangga-tetangganya

yang sebaya dengannya yang tidak mengalami kecacatan seperti dirinya. M

mengatakan ketika kecil teman-temannya sering mengejeknya “pincang” tapi hal

itu tidak membuat M sedih dan lantas tidak mau lagi bergaul dengan mereka.

Page 19: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

5 Bab I Pendahuluan

Biasanya M menanggapinya dengan mengejek balik mereka atau menjulurkan

lidah. Begitu juga dengan Y yang cacat juga dikarenakan terkena poliomyelitis

ketika berumur 5 tahun Y juga sangat ramah ketika peneliti bertanya seputar

kehidupannya. Y mengatakan di rumah Y diperlakukan sama dengan adik-

adiknya dalam hal disiplin meskipun dalam beberapa hal Y mendapat toleransi

karena keadaannya, Y mengatakan kondisi fisiknya tidak membuatnya minder

atau rendah diri , Y juga menceritakan ia ingin sekali melanjutkan sekolahnya

sampai ke perguruan tinggi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada orang tua, para

pengajar dan kepala sekolah disana diperoleh keterangan bahwa siswa yang

bersekolah disana dapat bersosialisasi dengan baik, baik dengan sesama teman-

teman yang memiliki kondisi yang sama maupun dengan teman –teman mereka

yang normal. Hanya saja dikarenakan mereka memiliki keterbatasan fisik

beberapa hal menyulitkan mereka seperti berolah raga, menggunakan tangga, akan

tetapi hal tersebut tidak langsung menghentikan mereka melakukan hal tersebut,

mereka tetap mampu melakukan hal itu.

Menurut penuturan orang tua mereka, anak mereka mengalami kesulitan

dalam beraktifitas ketika bermain dengan anak-anak normal atau sepupu-

sepupunya akan tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi minder atau rendah

diri bila bergaul dengan mereka, memang ada beberapa teman yang suka

mengejek kecacatan yang dimiliki mereka akan tetapi respon yang diberikan

biasanya mereka hanya tertawa atau menjulurkan lidah dan kembali bermain.

Menurut beberapa orang tua, mereka juga sering mengikuti lomba – lomba yang

Page 20: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

6 Bab I Pendahuluan

diadakan baik itu dilingkungan sekitar maupun di lingkungan sekolah. Sedangkan

menurut pengajar dan kepala sekolah, mereka mengatakan bahwa anak didik

mereka memiliki rasa percaya diri yang baik. Hal ini dapat diketahui dari

pengamatan bila ada yang melakukan penelitian ke sekolah tersebut dan

melibatkan anak didik mereka, para siswa tersebut sangat membuka diri dan tidak

merasa takut berhadapan dengan orang yang baru mereka kenal. Dan masih dari

penuturan orang tua mereka, anak mereka sudah bisa menerima kekurangan yang

mereka miliki walaupun pada awalnya mereka sedih dan terkadang

mempertanyakan mengenai kecacatannya.

Fenomena yang dipaparkan di atas, sekilas dapat terlihat bagaimana

perkembangan sosial anak tunadaksa yang berada di sekolah tersebut.

Berdasarkan sikap positif dan perilaku yang ditampilkan mereka, peneliti menarik

kesimpulan bahwa remaja tunadaksa disana memiliki konsep diri yang positif.

Menurut Burns (1993), konsep diri yang positif berarti memiliki rasa percaya diri

yang tinggi, penerimaan diri yang positif , serta penghargaan diri yang positif.

Hal tersebut diatas sangat menarik perhatian peneliti untuk diteliti.

Menariknya disini adalah bagaimana terbentuknya konsep diri positif pada remaja

tunadaksa tersebut dengan melihat kondisi kecacatan yang mereka miliki. Seperti

yang diketahui lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial anak sehingga

memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak.

Pada anak yang mempunyai kelainan sangat membutuhkan kehadiran dan

perhatian orangtuanya. Kehadiran dan perhatian orang tua tersebut dibutuhkan

Page 21: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

7 Bab I Pendahuluan

dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan mereka dalam hubungan sosial dan

mengambil keputusan sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa

orang tua yang meiliki anak tunadaksa mengenai bagaimana sikap mereka dalam

menerima kehadiran anak mereka yang cacat. Pada awalnya, mereka sulit

menerima keadaan anak mereka yang cacat. Mereka masih sedih, malu dan

kecewa dengan kehadiran anak tersebut. Namun hal ini tidak berlangsung lama,

orang tua itu segera menyadari bahwa sikap menyesali tersebut tidak baik bagi

perkembangan anak mereka selanjutnya. Penyesalan terus menerus tidak akan

mengubah keadaan anak mereka. Pada akhirnya, para orang tua tersebut sudah

dapat menerima dengan tulus kehadiran anak mereka yang tunadaksa didalam

keluarga tersebut. Mereka berusaha memberikan perhatian, kasih sayang serta

perlakuan yang sama dengan saudara mereka yang lainnnya. Perhatian itu berupa

mengantar dan menjemput mereka ke sekolah, membantu mereka apabila

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah, membantu mereka agar

mandiri, menerapkan disiplin dan juga mendapat perlakuan yang sama dengan

saudaranya yang lain.

Menurut Rogers (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) bahwa penerimaan

merupakan dasar bagi setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya,

semua pengalaman-pengalamannya yang baik maupun yang buruk. Menurut

Corsini dan Marsella (1983 :26) untuk berkembang seseorang membutuhkan

penerimaan dari orang lain sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Jika

kebutuhan itu terpenuhi maka akan mengembangkan penghargaan yang positif

Page 22: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

8 Bab I Pendahuluan

terhadap dirinya dan akhirnya akan mengarahkan pada pembentukan konsep diri

positif.

Dari apa yang diuraikan diatas, tentang konsep diri positif yang dimiliki oleh

remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta serta tentang bagaimana sikap

orangtua mereka yang bisa menerima kehadiran anaknya yang cacat. Berdasarkan

fenomena diatas peneliti ingin mengetahui seberapa erat hubungan antara konsep

diri positif pada remaja tunadaksa tersebut dengan sikap penerimaan orang tua

mereka.

Menurut Hurlock (1978 :4), konsep diri adalah pemahaman ataupun

gambaran seseorang mengenai dirinya dan konsep diri tidak terbentuk begitu saja

tetapi merupakan hasil dari pengaruh yang terus menerus dan timbal balik antara

seseorang dengan lingkungannya, khususnya lingkungan keluarga yaitu orang tua.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pembentukan konsep diri yaitu

persepsi, persepsi individu itu sendiri mengenai sikap orang lain terhadap dirinya.

Pada seorang anak , ia mulai berfikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah

ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orangtua,guru atau

teman-temannya.

Dari hal diatas dapat peneneliti simpulkan bahwa konsep diri seseorang

sangat bergantung pada persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain

terhadap dirinya. Khusunya dalam penelitian ini bagaimana remaja tunadaksa

mempersepsikan sikap penerimaan orangtuanya terhadap mereka.

Page 23: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

9 Bab I Pendahuluan

Menurut Morgan dan kawan-kawan (1986 :107 ) persepsi merupakan

pengalaman sensoris yaitu pengalaman yang dialami individu melalui

penglihatan,pendengaran dan perasaan serta informasi yang ada dilingkungan

yang secara otomatis masuk kedalam proses pemikiran individu dan

diinterpretasikan.

Bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu sangat dipengaruhi oleh

beberapa hal salah satunya kebutuhannya saat itu. Individu akan mempersepsikan

positif sikap orang lain terhadap dirinya karena sesuai dengan kebutuhannya saat

itu. Pada remaja tunadaksa yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang

dari orang tuannya akan mempersepsikan positif terhadap sikap penerimaan

orangtuanya karena hal itu sesuai dengan kebutuhannya saat itu. Dari data yang

diperoleh ,sebagian besar remaja tunadaksa menyatakan bahwa kedua

orangtuanya sayang pada mereka, perhatian pada mereka dan suka membantu

mengerjakan PR dirumah.

Dari semua uraian diatas peneliti ingin melihat seberapa erat hubungan antara

konsep diri positif pada remaja tunadaksa tersebut dengan sikap penerimaan orang

tua mereka yang dipersepsikan oleh anak tunadaksa tersebut. Sehingga peneliti

tertarik untuk mengambil judul penelitiannya sebagai berikut : “Hubungan

antara Persepsi terhadap Penerimaan Orang tua dengan Konsep Diri

Remaja Tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta”.

Page 24: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

10 Bab I Pendahuluan

1.2 Identifikasi Masalah

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak. Anak

cacat, khususnya anak tunadaksa sangat membutuhkan perhatian dan bimbingan

yang lebih dari orangtuanya, hal ini karena kekurangan yang ada pada mereka

mau tak mau membutuhkan perhatian khusus pada mereka sehingga diharapkan

anak tersebut dapat merasa nyaman dilingkungan yang normal. Penerimaan yang

tulus dan penuh kasih sayang dari lingkungan terutama dari keluarga yaitu kedua

orang tuanya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya.

Pada anak tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta yang sebagian besar

anaknya memiliki konsep diri yang positif , seberapa erat hubungan antara

konsep diri yang positif pada anak tunadaksa itu dengan persepsi mereka terhadap

penerimaan orang tua yang ingin diteliti oleh peneliti. Menurut Dra. Fransisca

Iriani Roesmala Dewi, M.Si. dalam disertasinya yang berjudul “Rehabilitasi

Psikososial: Pembentukan Konsep Diri dan Kemandirian Remaja Cacat Fisik”

mengatakan bahwa kepribadian anak tunadaksa dapat berkembang dengan baik

bilamana ada pengertian, perhatian dan sikap menerima dari orang – orang yang

ada dilingkungannya terutama orangtuanya.

Apabila para orang tua yang memiliki anak tunadaksa bisa menerima dengan

tulus kehadiran anak mereka yang cacat maka hal itu akan dapat mengarahkan

pada pembentukan konsep diri yang positif.

Dalam penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana sikap penerimaan orang

tua pada anaknya yang tunadaksa. Sikap penerimaan yang ditampilkan oleh orang

tua kemudian dipersepsikan oleh anak tunadaksa tersebut. Sebagian besar anak

Page 25: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

11 Bab I Pendahuluan

tunadaksa tersebut mempersepsikan positif terhadap sikap penerimaan orang tua

mereka.

Adapun yang dimaksud dengan persepsi terhadap penerimaan orangtua

adalah pandangan anak tunadaksa terhadap penerimaan orang tuanya termasuk

perlakuan dan sikap penerimaan orang tua dalam memberikan perhatian dan

bimbingan sehubungan dengan pendidikan anaknya maupun tentang bagaimana

orang tua menerima kehadiran anak tunadaksa tersebut di dalam keluarga.

Konsep diri menurut Hurlock (1999:58) menyangkut gambaran fisik dan

psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan wajah atau penampakan lahiriah

(appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan

cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang

berbeda serta prestise yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat

psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan emosional.

Sedangkan definisi anak tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau

terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan

sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit,

kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (White House

Conference,1931).

Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah yang akan diangkat

oleh peneliti adalah : “ Seberapa Erat Hubungan antara persepsi terhadap

penerimaan orang tua dengan konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-

YPAC Surakarta?”.

Page 26: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

12 Bab I Pendahuluan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa erat

hubungan antara persepsi penerimaan orangtua dengan konsep diri pada remaja

tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

orangtua yang memiliki anak cacat tentang bagaimana sikap penerimaan tulus dari

mereka dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak mereka.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis

kepada disiplin ilmu Psikologi, khususnya Psikologi perkembangan khususnya

bagi perkembangan anak-anak tunadaksa, sehingga dapat berguna atau menjadi

masukan bagi peneliti lain.

Page 27: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

13 Bab II Tinjauan Teoritis

BAB II

Tinjauan Teoritis

2.1 Tinjauan Tentang Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Menurut Piaget (dalam Muhammad Ali dan M. Astori. 2006 : 9)

mengatakan bahwa: Remaja masih suatu usia dimana individu menjadi

terintegrasi kedalam masyarakat dewasa dan suatu usia dimana anak tidak merasa

bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan masa transisi yang

mengiginkan sesuatu yang baru, menurut Monhr (dalam Muhammad Ali dan

m. Assori. 2002 : 10) “Remaja masih belum mampu menguasai fisik maupun

psikisnya”. Namun yang perlu ditentukan disini adalah bahwa fase remaja

merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa umat potensial.

Adapun menurut Andi Mappiare (1982 : 12) “Remaja adalah kelompok manusia

yang penuh potensi”. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2001 : 137) “remaja

adalah periode peralihan kemasa dewasa” dimana mereka seyogyanya mulai

mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa”. Sedangkan menurut Sofyan S

Willis (1994) “Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke

masa”. Menurut Piaget (dalam Elizabeth, H,1991 :206), Secara psikologis masa

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang

yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak integritas dengan masyarakat (dewasa).

Page 28: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

14 Bab II Tinjauan Teoritis

Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja, anatara lain,

puberteit, Adolescentia dan Youth. Istilah Puberteit dan Adolescentia berasal

dari bahasa latin yang berarti :

Puberteit : usia dewasa (the age of manhord) atau masa pertumbuhan rambut di

daerah tulah “pubic”(diwilayah kemaluan).

Adolescentia : tumbuh ke arah kematangan. Kematangan disini tidak hanya

berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psikologis.

2.1.2 Batasan Usia Remaja

Mengenai batasan usia remaja itu sendiri, para ahli memasukannya dalam

beberapa periode E. Hurlock (1973 : 2), membagi masa remaja menjadi dua

periode, yaitu :

1. Remaja awal (Early Adolescence), yaitu untuk usia 17 tahun untuk wanita dan

14 tahun untuk pria.

2. Remaja akhir ( late adolescence), yaitu mulai usia 17-21 tahun.

Andi Mappiare (1982 :27), dalam bukunya berjudul psikologi

perkembangan remaja, membagi usi remaja yang disesuaikan dengan keadaan di

Indonesia,yaitu :

1. Remaja awal, yaitu usia antara 12/13 – 17/18 tahun.

2. Remaja akhir, yaitu usia antara 17/18 – 21/22 tahun.

Menurut E.Hurlock (1990 :207), mengatakan bahwa masa remaja ini

disebut pula sebagai masa transisi, yang mana akan terjadi suatu perubahan

individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam periode ini, remaja mulai

Page 29: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

15 Bab II Tinjauan Teoritis

meninggalkan kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku dan sikap kekanak-kanakan

menuju tingkah laku dan sikap yang matang . hal ini disebabkan karena pengaruh

terhadap keadaan fisik dan psikisnya, maka dalam masa remaja ini perlu adanya

usaha atas kesiapan untuk mengalami perubahan-perubahan tersebut.

2.1.3 Tugas- tugas Perkembangan Remaja

Andi Mappiere (1982) membagi tugas-tugas perkembangan remaja pada

umumnya adalah sebagai berikut :

1. Menerima keadaan jasmani. Pada remaja diharapkan dapat menerima keadaan

diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri ; bukan khayalan dan

impian. Mereka diharapkan memelihara keadaan jasmaninya, wajah,

kekuatan/kelembutan yang dimilikinya sendiri.

2. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya

antara dua jenis kelamin. Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai

sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial terutama

ditekankan pada hubungan (relasi) antara dua jenis kelamin yang merupakan

suatu kewajaran remaja saling mencari pasangan.

3. Menerima keadaan sesuai dengan jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti

kaumnya. Dalam masa remaja ini, diharapkan mereka menerima keadaan diri

sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya masin-

masing.

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Tugas perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dari

ketergantungan emosional seperti masa kanak-kanak, anak sangat bergantung

Page 30: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

16 Bab II Tinjauan Teoritis

emosinya pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Dalam masa remaja

seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung semacam

ini.

5. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan

dengan ekonomi/keuangan. Tugas perkembangan ini merupakan satu diantara

tugas perkembangan remaja yang penting mengingat mereka kelak akan hidup

sebagai orang dewasa.

6. Mendapatkan perangkap nilai-nilai hidup dan falsafah hidup. Para remaja

diharapkan memiliki standar-standar pikir, sikap, perasaan dan prilaku yang

dapat menuntun dan mewarnai berbagai aspek dalam masa dewasa dan masa

depannya.

2.2 Persepsi Penerimaan Orang Tua

2.2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan hal yang penting karena pandangan seseorang

terhadap orang lain tidaklah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Seseorang

cenderung melihat orang lain sebagaimana yang diinginkannya. Individu

sebenarnya tidak melihat realitas tapi menginterpretasikan realitas dan

menyebutnya sebagai realitas( Robbins, 1988 : 32 ).

Menurut Morgan dan kawan-kawan ( 1987 : 107 ), Persepsi merupakan

pengalaman sensoris yaitu pengalaman yang dialami individu melalui

penglihatan, pendengaran dan perasaan serta semua informasi yang ada di

lingkungan tidak secara otomatis masuk ke dalam proses pemikiran individu dan

Page 31: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

17 Bab II Tinjauan Teoritis

diinterpretasikan. Jadi sehubungan dengan adanya struktur kognitif pada manusia,

maka ada proses seleksi terlebih dahulu terhadap informasi yang masuk.

Berdasarkan batasan-batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan suatu proses aktif yang menyeleksi, menerima dan mengorganisasikan

seluruh pengalaman yang didapatkan di lingkungan untuk kemudian

diinterpretasikan. Selain itu persepsi bukan hanya hasil pengindraan saja tetapi

juga merupakan hasil pengalaman individu. Karena persepsi merupakan hasil

pengalaman, maka objek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh

subjek yang berbeda.

Robbins ( 1988 : 57 ) menyebutkan 3 faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang sehingga hal yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh orang

yang berlainan. Ketiga faktor tersebut adalah :

a. Karakteristik personal dari orang yang mempersepsikan.

Bila seseorang melihat objek dan menginterpretasikan benda yang dilihatnya

maka interpretasinya sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya seperti

nilai, sikap, kebiasaan, motivasi, minat, harapan, kebutuhan dan pengalamannya.

b. Karakteristik target yang dipersepsikan.

Kesan-kesan seseorang terhadap orang lain seringkali dihubungakan dengan

karakteristik-karakteristik yang individu perlihatkan. Bila orang lain menampilkan

sikap-sikap yang menolong, ramah dan murah senyum, maka seseorang akan

menilainya sebagai orang yang baik hati. Jadi bagaimana orang lain dipersepsikan

dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik yang menyertainya. Namun

Page 32: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

18 Bab II Tinjauan Teoritis

karakteristik-karakteristik yang sesungguhnya dimiliki orang lain itu tidak akan

dirasakan oleh individu bila tidak mempersepsikan hal tersebut.

c. Kontek situasi yang mana terjadi persepsi.

Faktor situasional seperti waktu, lokasi, penerangan, cuaca dan seting-seting lain

dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang akan mempersepsikan bahwa

pertemuan yang akan dihadirinya merupakan penentu dalam meningkatkan

karirnya.

Dalam mempersepsikan lingkungan akan mengakibatkan pula unsur

interpretasi terhadap lingkungan sebagai objek persepsi. Khusus bagi persepsi

terhadap lingkungan sosial akan menyangkut sumber yang kompleks, yaitu :

a. Individu yang melakukan persepsi, yang memiliki karakteristik-karakteristik

individual.

b. Lingkungan sosial , yang lebih tertuju pada individu lain sebagai objek

persepsi.

Jadi dalam mempersepsikan individu, selain penampilan fisik, akan

menyangkut juga atribut-atribut dalam batas perilaku, kecenderungan-

kecenderungan psikologis individu dan lain-lain. Adapun tujuannya tak lain untuk

mecari tahu dan berfikir tentang orang lain, berdasarkan ini kemudian individu

mengevaluasikan karakteristik dirinya termasuk penilaian terhadap segenap

kualitas yang dimilikinya.

Page 33: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

19 Bab II Tinjauan Teoritis

2.2.2 Persepsi anak Tunadaksa Terhadap Orang Tua

Istilah persepsi yang digunakan adalah persepsi dalam arti yang luas yang

mempelajari cara-cara individu memaknakan informasi yang masuk ke dalam

kognisinya. Untuk mengerti tentang sesuatu yang ada di lingkungan individu,

haruslah ada objeknya, yang dapat berupa benda ataupun orang lain. Persepsi

yang objeknya orang lain, disebut dengan ”persepsi sosial” atau “persepsi

interpersonal”. Osgood ( dalam Joesoef Noesyirwan, 1981 ) menjelaskan

persepsi sosial sebagai berikut :

“Persepsi seseorang menyangkut organisasi informasi tentang orang-orang dan pemberian ciri-ciri kepada individu seringkali berdasarkan petunjuk yang samar-samar. Ciri-ciri ini menampilkan konstansi, meskipun terlihat variasi dalam pemberian ciri-ciri itu terlihat selektif (terpilih) dalam arti, bahwa ciri-ciri itu dipengaruhi oleh keadaan psikologis perseptor. Proses organisasi informasi adalah fleksibel, suatu kumpulan informasi yang sama dapt tersusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda. Dengan demikian maka persepsi sosial mengenai sejumlah proses-proses yang tampil antara penyajian informasi tentang seseorang dan kesadaran tentang orang itu”.

Bila dihubungkan dengan masalah penelitian ini, berdasarkan uraian di

atas dapat dijelaskan bahwa perlakuan dan sikap tertentu dari orang tua yang

secara terus menerus yang diterima oleh anak akan menjadi kumpulan informasi

bagi perseptor (anak tunadaksa). Informasi ini akan mengoraganisasikan dan

menghasilkan pemberian ciri-ciri, pemeberian ciri-ciri ini terjadi secara aktif dan

selektif yang berarti dipengaruhi keaadan psikologis perseptor sebagai

keseluruhan, dengan motivasi dan sikap-sikap yang relevan terhadap rangsang

(stimulusnya). Yang dimaksud dengan konstansi pada ciri-ciri adalah persepsi

individu tentang individu yang dipersepsi. Dalam hal ini ciri-ciri tetaplah lebih

banyak dipersepsikan dengan tepat, namun sebagai hal yang dianggap ada, ciri-

Page 34: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

20 Bab II Tinjauan Teoritis

ciri tersebut membantu menjelaskan variasi-variasi tingkah laku. Sedankan

penyeleksian berguna untuk dapat menarik dan menyusun kesimpulan-kesimpulan

dari informasi yang diperoleh sedemikian rupa, sehingga perseptor mempunyai

suatu gambaran yang terorganisasi tentang orang yang dipersepsikannya.

Mengenai perlakuan dan sikap orang tua yang sebagaimana dijelaskan

oleh Johnson dan Medinnus (1974 : 201) bahwa akan dipersepsikan sebagai

ciri-ciri yang menetap pada orang tua oleh anaknya. Sehingga anak mempunyai

gambaran yang terorganisir tentang orang tuanya. Dengan demikian apa yang

dipersepsikan dari orang tuanya akan meliputi persepsi terhadap perlakuan dan

sikap orang tua dalam memberikan perhatian dan bimbingan sehubungan dengan

pendidikan anaknya maupun tentang bagaimana orang tua menerima kehadiran

anak-anaknya dalam keluarga.

2.2.3 Pengertian Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua dalam lingkungan keluarga memegang tanggung jawab dan

peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. Perlakuan yang diberikan

oleh orang tua terhadap anaknya akan memberikan dampak bagi anak. Menurut

Gordon (1999 : 14) semua orang tua adalah pribadi-pribadi yang dari masa ke

masa mempunyai dua perasaan yang berbeda terhadap anak-anak mereka

menerima dan tidak menerima. Menurut Johnson dan Medinnus (1967 : 362)

penerimaan didefinisikan sebagai pemberian cinta tanpa syarat sehingga

penerimaan orang tua terhadap anaknya tercermin melalui adanya perhatian yang

kuat, cinta kasih terhadap anak serta sikap penuh kebahagiaan mengasuh anak.

Coopersmith (1967 : 165) mengatakan bahwa penerimaan orang tua

Page 35: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

21 Bab II Tinjauan Teoritis

terungkap melalui “perhatian pada anak, kepekaan terhadap kepentingan anak,

ungkapan kasih sayang dan hubungan yang penuh kebahagiaan dengan anak”.

Serta pernyataan Coopersmith dalam Walgito (1993 : 10 – 11) menyatakan pula

penerimaan orang tua dicerminkan dalam perhatian orang tua terhadap anak,

tanggap kebutuhan dan keinginan anak, adanya kasih sayang dan kehangatan orang

tua dengan anak.

Ditambahkan pula oleh Hurlock (1978 : 204), konsep penerimaan orang

tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang anak. Orang tua yang menerima

akan memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan

minat. Anak yang diterima umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif,

ramah, loyal, secara emosional stabil, dan gembira.

Untuk dapat berkembang secara penuh, sesorang memerlukan penerimaan

yang penuh dari orang lain. Jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan yang

tulus atau tanpa syarat dari orang lain akan menyulitkannya berfungsi secara baik

dalam kehidupannya. Demikian pula hubungan anak dengan orang tuanya, yang

mana orang tua memiliki perasaaan yang sangat disepelekan apabila tidak

mendapat penerimaan yang baik dari anak-anakanya, demikian pula sebaliknya,

seperti yang dikatakan oleh Rogers (1971 : 64) “...difficulities in functioning are

caused by the lack of unconditional acceptance by others...”. Seseorang akan

merasa tidak diterima orang lain jika orang tersebut tidak mendapkan penerimaan

yang baik pula oleh lingkungan yang ada disekitarnya.

Rogers (1971) juga mengatakan bahwa penerimaan merupakan dasar bagi

setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya, semua pengalaman-

pengalamannya yang baik maupun yang buruk. Dengan kata lain seseorang

Page 36: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

22 Bab II Tinjauan Teoritis

memerlukan situasi yang menghormati dan menghargai tanpa adanya persyaratan.

Oleh karena itu penerimaan dari orang lain merupakan aspek yang penting dalam

kehidupan kita.

Menurut Corsini dan Marsella (1983 : 26) untuk berkemmbang

seseorang membutuhkan penerimaan dari orang lain sesuai dengan pengalaman

yang dimilikinya. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka ia akan mengembangkan

penghargaan yang positif terhdap dirinya dan akhirnya akan mengarahkan pada

pembentukan konsep diri yang positif.

Menurut Symond (1949) :

“Parental acceptance of the child, of course, plays a large part in warmth. The behaviour of children who are accepted has been described as good- natured, considerate, cheerfull, cooperative, and emotionally stable”.

Menurutnya penerimaan orang tua terhadap anaknya, tentunya mampu

menciptakan kehangatan. Tingkah laku anak-anak yang diterima akan dapat

digambarkan sebagai anak yang baik hati, baik budi, dapat bekerjasama dan

memiliki emosi yang stabil.

2.2.4 Aspek-Aspek Penerimaan Orang Tua

Berdasarkan teori Rogers (1971 : 34), seseorang merasa akan diterima bila

orang lain di lingkungan sekitarnya dipersepsikan menampilkan sikap-sikap

seperti yang dijabarkan di bawah ini :

a. Menghargai pendapat yang dikemukakannya.

b. Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam dirinya tanpa syarat,

pendapat ataupun penilaian.

Page 37: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

23 Bab II Tinjauan Teoritis

c. Memandang sebagi orang yang berharga dan tidak mempermasalahkan

kondisi, tingkah laku ataupun perasaan yang melatar belakangi.

d. Mengharagi dan menyukai sebagai orang yang mempunyai persaan-persaaan

sendiri.

e. Menghargai secara keseluruhan tidak hanya dalam situasi tertentu saja.

f. Tidak memandang rendah dirinya.

g. Tidak berusaha untuk menguasai maupun mengaturnya.

h. Tidak mengabaikan keberadaannya.

Orang tua yang menerima anaknya akan menempatkan anaknya pada posisi

penting dalam keluarga dan mengembangkan hubungan emosional yang hangat

dengan anak. Porter (1954) dalam Johnson dan Medinnus (1967 : 355)

mengungkap aspek-aspek penerimaan orang tua terhadap anak sebagai berikut:

a. Menghargai anak sebagai individu dengan segenap perasaan mengakui hak-hak

anak dan memenuhi kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan.

b. Menilai anaknya sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara

keunikan anaknya tanpa batas agar mampu menjadi pribadi yang sehat

c. Mengenal kebutuhan-kebutuhan anak untuk membedakan dan memisahkan diri

dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri

d. Mencintai anak tanpa syarat.

Menurut Zuck dalam Darling-darling (1982 : 49) aspek-aspek yang

terdapat dalam diri orang tua yang menerima anaknya adalah sebagai berikut :

a. Memperlihatkan kecemasan yang minimal dalam kehadiran anak

b. Memperlihatkan keadaan membela diri yang minimal tentang

keterbatasan anak

Page 38: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

24 Bab II Tinjauan Teoritis

c. Tidak ada penolakan yang jelas pada anak maupun membantu perkembangan

kepercayaan yang lebih.

Menurut Jersild (1968) sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya

adalah suatu keadaan dari anak yang diinginkan orang tua, tidak melihat kondisi

dari anak tersebut dan mencintainya. Dalam hal ini ada beberapa macam bentuk

sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya, yaitu :

a. Memahami Kebutuhan Anak

Kondisi orang tua yang memahami kebutuhan anak merupakan bentuk

penerimaan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan akan perhatian,

uang, benda atau bantuan dari orang lain.

b. Bersikap Adil

Orang tua yang selalu bersikap adil dan tidak membanding-bandingkan anak

yang satu dengan anak yang lain. Hal ini juga menunjukan adanya sikap

penerimaan. Orang tua seharusnya memahami bahwa pada dasarnya manusia

itu beda, ada yang lebih pandai, ada yang kondisi fisiknya normal. Orang tua

tidak sepatutnya membandingkan anaknya dengan anak-anak yang lain.

c. Tidak Menyalahkan Anak

Kritikan yang baik tentu akan membawa dampak yang positif. Karena

seseorang yang dikriktik akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya

berdasarkan kritikan yang telah disampaikan kepadanya. Kritikan diharapkan

dapat menjadi motivator bagi anak untuk mencapai hasil yang optimal.

Timbulnya kritikan yang terus menerus karena orang tua beranggapan yang

dilakukan dan diperbuat anak selalu kurang baik akan menumbuhkan perasaan

pada anak bahwa dirinya kurang dicintai orang tua.

Page 39: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

25 Bab II Tinjauan Teoritis

d. Sikap Protektif

Sikap Protektif yang dilakukan orang tua merupakan suatu bentuk penerimaan

pada anak, misalnya orang tua selalu memperhatikan anak, memenuhi segala

kebutuhnanya, ingin selalu dekat dengan anak dan melindungi anak dari segala

bentuk bahaya.

Jersild juga menambahkan kondisi lain yang merupakan tanda-tanda dari

penerimaan orang tua adalah menyediakan waktu di rumah, adanya keutuhan di

dalam keluarga dan adanya kasih sayang.

2.2.5 Sikap Orang Tua Terhadap Anak Tunadaksa

Pada umumnya orang tua sukar untuk menyembunyikan perasaan-

perasaannya meskipun tidak diucapkan atau tampak. Sikap yang banyak dilihat

pada keluarga yang mempunyai anak tidak normal, menurut Bakwin & Harry M.

D (1960) adalah sebagai berikut :

a. Acceptance (Menerima)

Merupakan sikap yang seharusnya ada pada setiap orang tua. Setidak-tidaknya

harus dikembangkan, karena sikap ini menandakan perhatian orang tua terhadap

anak dan mencintai anak dalam kondisi apapun. Karakteristik lain adalah sabar,

selalu menciptakan hubungan yang erat,hangat serta tidak mudah marah jika anak

memperlihatkan perasaan kurang senang.

b. Overprotectiveness

Sikap yang biasa muncul karena kondisi anak yang lemah, menderita penyakit

kronis, cacat tubuh atau anak tunggal. Karakteristik yang muncul berupa kasih

Page 40: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

26 Bab II Tinjauan Teoritis

sayang dan perlindungan yang berlebihan atau tidak wajar, selain itu anak sangat

di manja serta kemauannya selalu dituruti.

c. Rejection

Dapat muncul karena misalnya orang tua merasa bukan nasibnya untuk

mempunyai anak cacat. Over rejection terlihat pada tindakan disiplin yang

berlebihan, hukuman yang keras, pukulan atau caci maki. Akibatnya anak merasa

tidak aman, cemas, keras kepala, hyperactive dan tidak patuh.

d. Perfectionist

Kebanyakan orang tua merasa tidak tenang kalau diketahui bahwa dalam hatinya

ia menolak anaknya. Untuk itu dicarikan alasan yang dapat memaafkan dirinya.

Dasar dari sikap ini adalah perasaan yang tidak senang terhadap anaknya itu, tidak

menghendaki anaknya dalam keadaan demikian dan ia tidak sabar

menghadapinya.

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Pengertian Konsep Diri

Stuart dan Sundeen (Keliat, 1992 dalam Sandra : 1989) mengatakan

bahwa konsep diri adalah sesuatu ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksinya dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.

Menurut Burns (Pudjijogyanti, 1988) Konsep diri adalah hubungan

antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Cawagas (1990)

Page 41: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

27 Bab II Tinjauan Teoritis

menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan

dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian,

kegagalan dan sebagainya. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

konsep diri merupakan sikap dan pandangan individu terhadap keseluruhan

keadaan dirinya. Konsep diri seseorang merupakan dirinya sendiri dari titik

pandangannya sendiri. Artinya setiap individu selalu melakukan persepsi-persepsi

terhadap kejadian-kejadian yang ada dilingkungannya dan kemudian menjadi

penentu penting dari respon terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, konsep

diri menunjukkan bagaimana cara seseorang memandang dan merasakan dirinya

sendiri.

Seperti yang dikemukan oleh Ralmy dan Rogers (Burns, 1993 : 46) “

“Konsep diri digambarkan sebagai objek persepsi, dipilih dari lapangan persepsi totalnya. Rogers menambahkan aspek konseptualisasi diri menjadi suatu konsep yang dikembangkan oleh pemikiran reflektif dari bahan-bahan yang diamati yang masih mentah dari budaya yang lainnya”. Disekitar bahan-bahan yang diamati dan konsep-konsep, berkumpulah sikap-sikap

evaluatif dan bersikap mempengaruhi sehingga masing-masing menjadi baik atau

buruk. Bahan-bahan evakuatif ini diinternalisasikan.

R.B Burns (1993) mengemukakan bahwa suatu konsep diri yang positif

dapat disamakan dengan evaluasi yang positif, penghargaan diri yang positif dan

penerimaan diri yang positif. Sebaliknya konsep diri yang negatif menjadi

sinonim dengan evaluasi yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri dan

tiadanya perasaan menghargai dan penerimaan diri.

Untuk lebih memperjelas pengertian mengenai konsep diri ini maka akan

dijelaskan pengertian konsep diri menurut Jersild yang mana pemikirannya akan

Page 42: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

28 Bab II Tinjauan Teoritis

digunakan dalam penelitian ini. Jersild (1965) mengungkapkan pengertian

konsep diri sebagai berikut :

The self, as it finally evalues, it made of all that goes into a person’s experiance. It is a person’s “innerword”. It is a composite of a person thoughts and feelings, striving and hopes, fear and fantasies, his view of he is, what he has been, what he might become and his attitudes pertaining to his worth” (Jersild dalam E.B Hurlock, 1974 : 21 “) Menurutnya konsep diri merupakan gabungan dari pemikiran , usaha, harapan dan

kekhwatiran dan angan-angan individu. Pandangan individu mengenai dirinya

saat ini, masa lalu, masa yang akan datang serta sikap-sikap yang menyokong

penilaian dirinya.

Masih menurut Jersild pengertian “I”, “Me” and “The Self” adalah

sebagai berikut :

“The adolescens self is the essence of his existannce as known to him”

Kemudian dilanjutkan :

“The self as known include all the ideas and feelings a persons has regarding the properties of body, the qualities of his mind and his personal characteristic it includes his believes values and conviction”. Berdasarkan kutipan di atas Jersild menekankan bahwa “The self “

merupakan esensi dari exsistensi bagi dirinya. Jadi tercakup disini ide-ide,

perasaan-perasaan keadaan fisiknya, kualitas cara berfikirnya dan karakteristik

pribadinya yang termasuk kepercayaannya, nilai-nilai serta keyakinan yang

dimilikinya.

Pada dasarnya konsep diri berfungsi sebagai penyaring dari yang dilihat

maupun didengar dari individu. Konsep diri berfungsi untuk menyeleksi

pengalaman individu akan persepsi, penilaiaan dan tingkah laku individu sesuai

dengan pengalaman yang diterimanya. Menurut Eastwood Atwater dalam buku

Page 43: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

29 Bab II Tinjauan Teoritis

Psychology of Adjustment (1990), konsep diri akan mendukung Belief yang

dimiliki individu mengenai dirinya.

2.3.2 Komponen-komponen Konsep Diri

Terdapat tiga komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Jersild,

antara lain adalah :

a. Persepsi (Perceptual Component), yaitu persepsi individu tentang penampilan

fisiknya, baik tentang dirinya sendiri maupun kesan orang lain yang dipersepsikan

kembali oleh individu yang bersangkutan. Tercakup didalamnya “ Sex

Appropreateness” dan “ Self Attractiveness” bagi seorang pria atau wanita.

Kemampuan ini ditandai oleh beberapa karakteristik yaitu apakah individu

menolak atau menerima bagian tubuhnya, perasaan menarik atau serasi, perasaan

terhadap stamina kesehatan; persepsi tentang kesan orang lain terhadap

penampilan dirinya. Hal ini sering disebut konsep diri fisik.

b. Konsepsi (conceptual Component), yaitu meliputi konsepdirinya yang khas

(unik) termasuk didalamnya latar belakang dan asal usul serta masa depannya. Ini

sering disebut komponen-komponen konsep diri psikologis yang tersusun dalam

bentuk kualitas penyusunan hidup, seperti kejujuran (honesty), Percaya diri ( Self

Confidance), kebebasan (Independence), Keberanian (Courage).

c. Kesikapan ( Attitudinal Component). Yaitu perasaan seseorang tentang status

hari ini (Present Status) dan prospek masa depannya ( Future Prospect),

penghargaan diri ( Self Esteem ), sikap terhadap diri, penyesalan diri, perasaan

bangga, perasaan malu. Karakteristik ini akan berkembang tatkala individu

memasuki masa remaja dan dewasa, yaitu keyakinan, pendirian, nilai-nilai, cita-

cita, aspirasi dan pandangan hidup.

Page 44: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

30 Bab II Tinjauan Teoritis

Ketiga komponen tersebut termasuk aspek-aspek yang saling berkaitan

satu sama lainnya, saling mendukung sehingga membentuk suatu gambaran yang

utuh (suatu konsep diri) pada individu yang bersangkutan.

2.3.3 Pembentukan Konsep Diri

Setiap manusia adalah unik. Setiap individu yang lahir merupakan

organisme yang belum mengerti tentang dirinya, namun siap untuk memnpelajari

dirinya. Konsep diri tidak dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil

pengolahan individu dalam mengamati pengalamannya. Proses perkembangan

konsep diri manusia, merupakan suatu kesinambungan yang tak kunjung berakhir

sejak manusia lahir sampai meninggal. Perkembangan ini merupakan proses

menjadi. Dalam usahanya untuk membedakan diri dan bukan diri, individu

bertumpu pada pemahamannya mengenai diri dan dunianya baik yang bersifat

fisik, mental, sosial maupun spritual.

Menurut Jersild, konsep diri seseorang diletakan dasarnya pada saat-saat

dini kehidupannya dan menjadi dasar tingkah lakunya dikemudian hari. Secara

garis besar, konsep diri itu merupakan pengamatan seseorang tentang diri sendiri

dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman anak didalam lingkungannya.

Konsep diri ini dipengaruhi dan dipupuk, khususnya oleh lingkungan dan orang-

orang yang menjadi andalan anak.

Menurut Joan Rais (1995), konsep diri itu sebetulnya terbentuk

berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya.

Pada seorang anak, ia mulai belajar berfikir dan merasakan dirinya seperti apa

yang telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orang

tuanya, gurunya atau teman-temannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

Page 45: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

31 Bab II Tinjauan Teoritis

konsep diri merupakan produk sosial. Konsep diri berkembang melalui interaksi

sosialnya. Persepsi seseorang, sikap seseorang dan penghargaan seseorang

terhadap dirinya. Anak akan mempersepsikan dirinya seperti persepsi orang lain

terhadap dirinya dan ia akan menghargai dirinya seperti orang lain menghargai

dirinya pula.

Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang

individu, seperti lingkungan, bagaimana reaksi orang lain terhadap dirinya atau

tingkah lakunya, bagaimana pujian-pujian atas segala prestasi yang dibuatnya

ataupun segala hukuman atas segala kesalahan –kesalahan akan membentuk suatu

konsep tentang dirinya sendiri. Pada penelitian ini, peneliti akan melihat

bagaimana pembentukan konsep diri pada seorang remaja, karena pada masa ini

merupakan masa yang paling tepat untuk berkembangnya suatu konsep diri.

Dalam buku Hurlock (1999 :235), menjelaskan ada beberapa kondisi

yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu :

1. Usia Kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang dewasa,

mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan

diri dengan baik. Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-

anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung

berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

2. Penampilan Diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun

perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan

sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya,

Page 46: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

32 Bab II Tinjauan Teoritis

daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri

kepribadian dan menambahkan dukungan sosial.

3. Kepatutan Seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan prilaku membantu remaja

mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri

dan hal ini memberi akibat buruk pada prilakunya.

4. Nama dan Julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya

buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.

5. Hubungan Keluarga

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota

keluarga akan mengindentifikasikan dengan orang ini dan mengembangkan pola

kepribadian yang sama.

6. Teman- teman Sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara.

Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep

teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk

mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.

7. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam

tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaaan individualis dan indentitas

yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang

sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui

akan kurang mempunyai perasaan indentitas dan individualis.

Page 47: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

33 Bab II Tinjauan Teoritis

8. Cita-cita

Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami

kegagalan, sehingga timbul perasaan yang tidak mampu. Remaja yang realistik

tentang kemampuannnya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada

kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih

besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.

2.3.4 Sumber-sumber Konsep Diri

Menurut Burns (1993 :188), konsep diri tidak muncul begitu saja. Untuk

memiliki suatu konsep diri, individu harus memandang dirinya sebagai sebuah

aspek yang jelas berbeda dan mampu menjadi sadar terhadap perspektif-perspektif

lainnya. Hanya dengan cara yang demikianlah dia dapat sadar terhadap evaluasi-

evaluasi dari orang lain terhadap dirinya.

Berdasarkan sumber pembentukan konsep diri, terdapat lima buah sumber

yang tampaknya sangat penting, meskipun nilai penting relatifnya berlainan pada

periode-periode yang berbeda di dalam jangaka kehidupannya. Kelima sumber itu

adalah :

1. Diri fisik dan citra tubuh

Merupakan evaluasi terhadap diri fisik sebagai suatu objek yang jelas-jelas

berbeda. Citra diri juga melibatkan suatu perkiraan dan evaluasi tentang alat-

alat fisik didalam hubungannya dengan norma-norma sosial dan umpan balik

dari orang lain.

2. Bahasa dan perkembangan diri

Page 48: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

34 Bab II Tinjauan Teoritis

Perkembangan bahasa membantu perkembangan dari konsep diri, karena

penggunaan “saya”,”dia” dan “mereka” berguna untuk membedakan diri

(self) dengan orang-orang lainnya.

3. Umpan balik dari orang-orang yang dihormati

Yaitu umpan balik yang ditafsirkan dari lingkungannya tentang bagaimana

orang-orang lain yang dihormatinya memandang pribadi tersebut dan tentang

bagaimana pribadi tadi secara relatif ada dibandingkan norma-norma dan

nilai-nilai masyarakat yang bermacam-macam.

Sedangkan dua sumber lainnya yaitu identifikasi dengan model peran seks

streotip yang sesuai dan perlakuan orang tua terhadap anaknya.

2.3.5 Ciri-ciri Konsep Diri

Konsep diri merupakan aspek yang sangat penting dalam pola kepribadian

individu, dimana baik buruknya kepribadian seseorang dapat dilihat dari tanda-

tanda yang nampak pada dirinya sebagai manifestasi konsep dirinya. Individu

yang memiliki kepribadian yang memadai, menunjukan bahwa konsep dirinya

positif, sedangkan individu yang memiliki kepribadian tidak memadai

menunjukan bahwa konsep dirinya negatif.

William D. Brook dan Philip Emmert (Jalaluddin Rakhmat,1988

:118), tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif, yaitu :

1. Ia yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah

2. Merasa setara dengan orang lain

3. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,keinginan,

perilaku yang seluruhnya diakui oleh rasa malu.

4. Ia menerima pujian tanpa rasa malu.

Page 49: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

35 Bab II Tinjauan Teoritis

5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-

aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

Sedangkan ciri-ciri konsep diri yang negatif adalah :

1. Ia peka terhadap kritik

2. Ia responsif sekali terhadap pujian

3. Ia terlalu kritis, tidak sanggup mengakui dan menghargai orang lain.

2.3.6 Perkembangan Konsep Diri

Ketika lahir anda tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan

tentang diri anda sendiri, dan tidak memiliki pengharapan pada diri anda sendiri

dan tidak memiliki penilaian diri sendiri lebih jauh, anda tidak sadar bahwa anda

adalah yang terpenting dari lingkungan anda (Kaplan,1993).

Konsep diri tidak begitu saja ada dalam diri individu. Konsep diri

berkembang secara perlahan melalui proses yang panjang, sejak usia dini. Secara

umum perkembangan konsep diri bisa dilihat dari beberapa sudut pandang (

Loundon & Britta,1984), yaitu :

1. Self Appraisal

Pendekatan ini mengemukakan bahwa konsep diri terbentuk dari bagaimana

individu itu memandang dirinya sendiri. Konsep diri berkembang

berdasarkan pola-pola perilaku yang dominan.

2. Reflected Appraisal

Konsep diri terbantuk berdasarkan penilaian yang didapatkan dari luar atau

lingkungan sekitarnya.

Page 50: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

36 Bab II Tinjauan Teoritis

3. Social Comparison

Pendekatan ini merupakan gabungan dari dua buah pandangan yang

menyatakan bahwa konsep diri terbentuk dari apa yang dirasakan mengenai

dirinya sendiri dengan apa yang dinilai oleh orang lain terhadap dirinya.

4. Blased Scanning

Konsep diri terbentuk melalui proses pencarian legalitas dari lingkungan

terhadap aspirasi yang dimiliki individu.

Masih menurut Loundan & Britta, Konsep diri tersusun atas 2 tahapan :

1. Konsep diri primer, dimana konsep diri terbentuk atas dasar pengalamannya

terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri.

Pengalaman-pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota keluarga

dirumah, dari orang tua , paman ataupun misalnya saudara sekandung lainnya.

Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara

dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya. Sedangkan konsep tentang

bagaimana perannya, aspirasi-aspirasinya ataupun tanggung jawabnya dalam

kehidupan ini, banyak ditentukan atas dasar didikan tekanan-tekanan yang datang

dari orang tuanya.

2. Konsep diri sekunder, banyak ditentukan oleh konsep diri primernya.

Maksudnya apabila konsep diri primer yang dipunyai seseorang adalah bahwa ia

tergolong sebagai orang yang pendiam, penurut,tidak nakal atau tidak suka

membuat suatu keributan, maka ia akan cenderung pula memilih teman bermain

yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dipunyai itu dan teman-teman barunya

itulah yang nantinya menunjang terbentuknya konsep diri sekunder.

Page 51: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

37 Bab II Tinjauan Teoritis

Masa remaja merupakan masa yang tepat untuk berkembangnya suatu set

konsep diri, yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian, tingkah laku

sosial anak serta masa depan anak sebagai individu dewasa. Konsep diri seorang

anak pada masa ini selain banyak dipengaruhi oleh kelompok sebaya juga

dipengaruhi oleh harapan-harapan sosial dan kemungkinan-kemungkinan yang

realistis dari masa depannya.

Hurlock (1999 :207) memberikan ciri-ciri masa remaja sebagai periode

yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan masa remaja sebagai usia

bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari indentitas diri, masa remaja

sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak

realistik dan masa remaja sebagai masa ambang masa dewasa.

Ciri-ciri dari masa remaja tersebut menimbulkan perasaan aneh dan

sangat menegangkan yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan aneh dan ganjil

serta merasa berbeda dengan orang lain. Perasaan ini dapat menimbulkan perasaan

puas dan tidak puas terhadap dirinya, perasaaan tidak puas dengan keadaan

fisiknya yang menunjukkan bahwa remaja menolak tubuhnya sendiri. Situasi

sangat mempengaruhi citra fisiknya yang menjadi dasar konsep diri. Menurut

Erikson (Clara R.P, 1988 :42) keadaan fisik pada masa remaja merupakan

sumber pembentukan identitas dan konsep diri.

2.3.7 Konsep Diri Sebagai Aspek Kepribadian

Konsep diri merupakan inti dari kepribadian yang mengendalikan

individu dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Winarno Surachmand,1980.

Page 52: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

38 Bab II Tinjauan Teoritis

“ Konsep aku merupakan kepribadian yang penting artinya, oleh karena tingkah laku dan aspirasi seseorang banyak dipengaruhi oleh konsep akunya. Sifat konsep aku senantiasa membawa pengaruh pada tingkah laku manusia dan berfungsi sebagai Guilding Principles”.

Allpord( E.Hurlock, 1974 :20) Mengatakan :

“ The personality pattern is composed of a core or center of gravity, called the concept of self, and integrated system of learned responses, called trait “.

Pola kepribadian terdiri dari dua komponen, yaitu konsep diri dan sifat-

sifat. Dua komponen tersebut saling berhubungan, dimana konsep diri diibaratkan

sebagai poros, sedangkan sifat-sifat diibaratkan sebagai jari-jari yang

mengelilinginya. Demikian pula kepribadian individu, yang mana konsep diri

bertindak sebgai inti dan sifat-sifat sebagai kecendrungan reaksi individu dalam

penyesuaian sosial dan personal, yang berkembang dan dipengaruhi langsung oleh

inti. Sedangkan sifat-sifat yang ditampilkan individu dalam berprilaku merupakan

pencerminan konsep dirinya.

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa konsep diri merupakan

aspek yang sangat penting dalam pola kepribadian individu, dimana baik

buruknya kepribadian seseorang dapat dilihat dari tanda-tanda yang nampak pada

dirinya sebagai manisfestasi konsep dirinya.

2.3.8 Konsep Diri Anak Tunadaksa

Nampak atau tidaknya kondisi tunadaksa, menunjukan pengaruh

terhadap perkembangan kepribadian individu, terutama mengenai gambaran

tubuhnya. Kecacatan fisik umumnya sangat mudah diketahui atau dilihat orang

lain, meskipun ada variasinya. Kelainan fisik tersebut ada yang menyolok tetapi

ada juga yang tidak mudah terlihat oleh orang lain. Ada kesulitan yang begitu

Page 53: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

39 Bab II Tinjauan Teoritis

jelas dan berat sehingga mudah mengundang rasa kasihan, akan tetapi ada pula

kelainan yang akibat kesulitannya tidak jelas. Faktor nampak dan tidaknya

kelainan ini memiliki pengaruh yang demikian besar dalam menentukan sikap

anak tunadaksa terhadap lingkungannya.

Anak-anak tunadaksa pada umumnya menunjukan sikap rendah diri,

cemas, dan agresif. Hal demikian berhubungan dengan gambaran diri yang

dimilikinya. Disamping itu pengaruh ketunadaksaan terhadap perkembangan

kepribadian individu ditentukan juga oleh nilai psikologis bagian tubuh yang

mengalami kelainan tersebut.

Menurut burns (1993 : 350) : “kondisi penyakit dapat mengakibatkan

terjadinya ketidakberdayaan seseorang untuk mengatasi dan menyesuaikan

dirinya pada pengalaman dan tingkah lakunya”. Penyakit disini dapat berupa

penyakit mental maupun fisik. Pada anak tunadaksa dapat dimasukan pada

penyakit fisik.

Menurut Hurlock (1974), kekurangan ffisik yang dialami remaja dapat

menjadi sumber dan rasa rendah diri. Perasaan rendah diri ini timbul dari rasa

ketidaksempurnaan seseorang dari satu segi kehidupan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunadaksa memiliki

perasaan rendah diri dikarenakan kecacatan mereka dapat langsung terlihat oleh

orang lain dan banyak orang akan memberikan tanggapan terhadap kecacatannya

hal ini menunjukan konsep diri yang negatif.

Page 54: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

40 Bab II Tinjauan Teoritis

2.4. Tunadaksa

2.4.1. Pengertian Tunadaksa

Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah

Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan

“daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literatur cacat tubuh atau kerusakan tubuh

tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul

“Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan

kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.

Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada

sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu

pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi

pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran,

menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita)

Jadi dapat disimpulkan tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu

sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang , otot, dan sendi dalam

fungsinya yang normal

2.4.2. Klasifikasi Tunadaksa

Menurut Frances G. Koening tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan

a. Club foot ( kaki seperti tongkat)

b. Club hand (tangan seperti tongkat)

c. Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki)

Page 55: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

41 Bab II Tinjauan Teoritis

d. Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menrmpel satu dengan yang

lainnya)

e. Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai dimuka)

f. Spina bifida ( sebagian sumsum tulang belakang tidak tertutup)

g. Cretinism (kerdil/katai)

h. Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal)

i. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)

j. Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)

k. Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)

l. Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)

m. Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tertentu)

n. Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang)

o. Coxa valga (gangguan pad sendi paha)

p. Sypillis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)

2. Kerusakan pada waktu kelahiran

a. Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)

b. Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)

3. Infeksi

a. Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga menjadi kaku)

b. Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang belakang akibat bakteri)

c. Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)

d. Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang)

e. Still’s disease ( radang pada tulang)

f. Tuberculosis pada lutut atau paha

Page 56: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

42 Bab II Tinjauan Teoritis

4. Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik

a. Amputasi

b. Kecelakaan akibat luka bakar

c. Patah tulang

5. Tumor

a. Oxoxtosis ( tumor tulang )

b. Osteosis fibrosa cystic ( kista yang berisi cairan)

6. kondisi-kondisi lainnya

a. flatfeet (telapak kaki rata)

b. kyphosis ( bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung)

c. Lordosis ( bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung)

d. Perthe’s disease (sendi paha rusak)

e. Ricket (tulang lunak karena nutrisi)

f. Scilosis (tulang belakang berputar, bahu dan paha miring)

Pada dasarnya kelainan pada anak tuna daksa dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian besar, yaitu

a. Kelainan pada system serebral (cerebral system disorders). Penggolongan

anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada

letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan

sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan

bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum

merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat

pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan

Page 57: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

43 Bab II Tinjauan Teoritis

lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral palsy

(CL).

Cerebral palsy dapat diklasifikasikan menurut :

(a) derajat kecacatan

(b) topograpi anggota badan yang cacat dan

(c) Sisiologi kelainan geraknya.

Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan,

cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan

golongan berat.

1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat,

berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat

tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.

2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus

untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan

alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu

penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan

pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus

dirinya sendiri.

3. Golongan berat : anak Cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan

perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak

dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Page 58: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

44 Bab II Tinjauan Teoritis

Penggolongan Menurut Tipografi Dilihat dari tipografi yaitu banyaknya

anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam)

golongan, yaitu:

1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri,

sedangkan kaki kanan dan keduanya tangannya normal.

2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama,

misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.

3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.

4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraple-

gia).

5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan

dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya.

Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebut

triplegia.

Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerak dilihat dari

segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik), anak Cerebral palsy

dibedakan menjadi:

1. Spastik.

Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian

ataupun seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau

kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu

menjadi berkurang.

Page 59: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

45 Bab II Tinjauan Teoritis

2. Athetoid.

Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat

digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan.

Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi gerak.

3. Ataxia.

Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,. Kekakuan

memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau

berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat

keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut terkatup terlebih

dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.

4. Tremor.

Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai adanya

gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga tampak seperti

bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan

bibir.

5. Rigid.

Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik,

gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.

6. Tipe Campuran.

Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP

sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya

memiliki satu jenis/tipe kecacatan.

Page 60: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

46 Bab II Tinjauan Teoritis

b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)

Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka

didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan

yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.

Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:

a. Poliomylitis.

Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil

dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum

tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.

b. Muscle Dystrophy.

Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita

muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi

kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja,

atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebab terjadinya muscle distrophy

belum diketahui secara pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru

kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu

gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika

berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu

berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.

2.4.3. Penyebab Tunadaksa

Penyebab Tuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat

menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan

tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada

Page 61: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

47 Bab II Tinjauan Teoritis

system musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing

kerusakan timbulnya berbeda-beda.

Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa

sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.

A. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase, kerusakan terjadi pada

saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:

a. Trauma, Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung

sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi,

sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.

b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat

tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.

c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem

syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.

d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat

mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu

jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan

mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.

e. Faktor keturunan

f. Usia ibu pada saat hamil

g. Pendarahan pada waktu hamil

h. Keguguran yang dialami ibu.

B. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat

menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:

Page 62: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

48 Bab II Tinjauan Teoritis

a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga

bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan

terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf

pusat mengalami kerusakan.

b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami

kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.

c. Pemakaian anestasi (obat bius) yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan

karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat

mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan

struktur ataupun fungsinya.

C. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelah kelahiran

adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap

selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan

setelah bayi lahir adalah:

a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.

b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.

c. Anoxia/hipoxia.

d. Trauma

2.4.4. Karakteristik Tunadaksa

Anak Tuna Daksa Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif.

Demikianlah ada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi

oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan

perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.

Page 63: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

49 Bab II Tinjauan Teoritis

Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah

diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik

tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tuna daksa antara lain:

a. Kelainan perkembangan/intelektual.

b. Gangguan pendengaran.

c. Gangguan penglihatan.

d. Gangguan taktik dan kinestetik.

e. Gangguan persepsi

f. Gangguan emosi.

2.4.5. Perkembangan Fisik Tunadaksa

Secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali

bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh

oleh kerusakan itu. Dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, anak tunadaksa

biasanya dikompensasikan oleh bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada

kerusakan pada tangan kanan, sebagai kompensasinya tangan kiri akan lebih

berkembang.

2.4.6. Perkembangan Kognitif Tunadaksa

Proses adaptasi induvidu terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Keadaan

anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan

motorik. Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan

anak tersebut. Anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi. Hal

Page 64: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

50 Bab II Tinjauan Teoritis

inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak inteligensi

anak tunadaksa, Menurut Lee (1931);

1. IQ mereka berkisar antara 35–138 (range)

2. Rata-rata IQ mereka 57 (mean)

3. Yang lainnya :

a. Anak polio IQ 92

b. Anak TBC tulang IQ 88

c. Anak cacat congenital IQ 61

d. Anak Spastis IQ 69

e. Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74

2.4.7. Perkembangan Emosi Tunadaksa

Anak yang tunadaksa sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara

bertahap sebagi anak tunadaksa dan anak yang tunadaksa setelah besar

mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak dan sulit diterima anak karena

itu suatu kemunduran. Dukungan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan

emosi anak.

2.4.8 Perkembangan Sosial Tunadaksa

Sikap lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri

anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap

lingkungannya. Jika masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan

Page 65: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

51 Bab II Tinjauan Teoritis

merasa dirinya tidak berguna. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa

menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat.

2.4.9. Perkembangan Kepribadian Tunadaksa

Dalam hal ini anak-anak tunadaksa memiliki beberapa hambatan :

1. Masalah penyesuaian diri dan mempertahankan konsep diri.

2. Hambatan yang terletak antara tujuan ( goal ) dan keinginan untuk mencapai

tujuan tersebut.

Perkembangan kepribadian anak tunadaksa dipengaruhi oleh beberapa

hal :

a. Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan.

b. Usia ketika ketunadaksaan itu terjadi

c. Nampak atau tidaknya kondisi ketunadaksaan

d. Dukungan keluarga dan masyarakat pada anak tunadaksa.

e. Sikap masyarakat terhadap anak tunadaksa.

2.5 Hubungan antara persepsi penerimaan orang tua dengan konsep diri

pada remaja tunadaksa

Kehadiran anak dalam keluarga, merupakan harapan dan dambaan terbesar

bagi orang tua. Setiap anak dalam keluarga menginginkan agar ia diterima oleh

orang tuanya secara apa adanya dan anak tidak dituntut memenuhi harapan dari

orang tuanya. Anak akan bahagia apabila diterima dan diberi kasih sayang oleh

orang tuanya. Sebaliknya, apabila anak selalu diremehkan, disalahkan dan kurang

Page 66: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

52 Bab II Tinjauan Teoritis

mendapat perhatian dari orang tua maka anak akan cenderung untuk menarik diri.

Bagi anak yang kurang sempurna pertumbuhannya (cacat), penerimaan orang tua

sangat berarti untuk membentuk konsep diri yang positif.

Agar seorang anak tunadaksa dapat berkembang secara maksimal maka

orang tua diharapkan mampu memahami kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan

oleh anak tuna daksa, misalnya kebutuhan akan kasih sayang, diperhatikan,

kehangatan dan kebersamaan dari orang tua. Orang tua yang menerima keadaan

anaknya akan menunjukkan sikap empati, penuh kasih sayang dan mau mengerti

terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki anaknya. Sedangkan orang tua yang

belum mampu menerima anaknya, diekspresikan dengan kurangnya perhatian,

mencaci dan terlalu mengawasi.

Penolakan orang tua dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain karena

anak yang dilahirkan tidak sesuai harapan orang tua , baik dalam hal jenis kelamin

maupun anak tidak sepandai yang diinginkan orang tua. Sikap orang tua ada yang

menerima dan ada pula yang menolak kehadiran anak ditengah-tengah kehidupan

keluarga mereka. Hurlock (1978 : 215) menyatakan hubungan keluarga di rumah

dapat terganggu oleh kehadiran seorang anak yang tidak dapat menyesuaikan diri

atau tidak sempurna secara fisik ataupun mental.

Orang tua yang menerima kehadiran anak mereka mampu menciptakan

dan menghidupkan suasana keluarga yang harmonis. Sebaliknya, penolakan orang

tua terhadap anak dapat menyebabkan timbulnya situasi permusuhan dan

ketegangan dalam keluarga. Darling-Darling ( 1982 : 53 – 56 ) menyatakan sulit

atau mudahnya orang tua menerima anaknya dipengaruhi oleh banyak hal yang

diantaranya yaitu penerimaan diri orang tua terhadap anaknya. Orang tua

Page 67: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

53 Bab II Tinjauan Teoritis

hendaknya dapat menerima keadaan kecacatan anaknya. Hal ini sangat perlu, agar

orang ua dapat memahami bagaimana mereka bersikap dan berperilaku pada anak

cacat. Yang pada intinya diperlukan penerimaan orang tua tanpa membeda-

bedakan anak yang satu dengan anak yang lain.

Anak tunadaksa yang telah diterima oleh orang tuanya akan mudah

menyukai dan menerima diri sendiri sehingga keadaan tersebut akan membantu

anak dalam pembentukan konsep dirinya.

Konsep diri yang positif akan terbentuk apabila dalam keluarga, turut merangsang

perkembangan harga diri anak tunadaksa akan penerimaan dirinya, yaitu anak

menyukai dan menerima kecacatan dirinya. Melalui perhatian dan kasih sayang

dari orang tua, maka anak tunadaksa merasakan ketentraman dan kenyaman yang

dicurahkan orang tua kepadanya.

Pengalaman seseorang dalam hubungan interpersonal penuh dengan

penghargaan dan penghormatan menuntut persyaratan tertentu, akan membuatnya

merasa diterima sesuai dengan kenyataan hidupnya sendiri. Pengalaman pertama

seseorang tentang penerimaan berasal dari lingkungan yang terdekat dengan

dirinya yaitu keluarga, khususnya kedua orang tuanya. Bagaimana sikap kedua

orang tua itu akan terus menerus membekas pada diri anak.

Penerimaan yang baik akan terus membekas pada diri anak dan akan

mempengaruhi anak dalam melakukan hubungan interpersonal nantinya, tetapi

penerimaan yang tidak baik juga akan mempengaruhi anak dalam melakukan

hubungan interpersonalnya dengan orang lain. Pola penerimaan seperti ini

membuat seseorang dapat menerima realitanya, semua pengalamannya, yang baik

maupun yang buruk (Corsini & Marsella, 1983 :411).

Page 68: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

54 Bab II Tinjauan Teoritis

Rogers (1971 :151) juga berpendapat bahwa :

“..if a person accepted, fully accepted and in this accpetance there is no judgement, only compassion and sympathy, the individual is able to come to grips with himself, to develove the courage to give up his defenses and face his true self, once an experiences a fully awareness, fully accepted, that it can be with effectively like any other reality”.

Jika hubungan yang dipersepsikan oleh seseorang penuh dengan penerimaan,

dihargai sebagai orang yang berharga akan mengembangkan persepsi terhadap diri

sendiri yang lebih realitas, lebih percaya diri dan menguasai diri, penerimaan

tersebut dapat membantunya dalam proses menerima diri sendiri. Seseorang yang

dapat menerima dirinya sendiri akan dapat mengembangkan potensi-potensi yang

ada dalam dirinya dengan lebih baik, karena dalam hal ini anak tuna daksa tidak

akan takut akan kekurangan-kekurangannya, mereka tidak takut orang lain akan

menolaknya, mereka dapat bersikap apa adanya karena orang lain dapat menerima

kelebihan dan kekurangannya. Bila seseorang merasakan hubungan yang bebas

dari pendapat dan penilaian, semakin memudahkan seseorang mencapai titik

dimana anak tersebut dapat memebuat keputusannya sendiri tanpa

menggantungkan diri pada orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa persepsi anak tunadaksa pada “penerimaan”

atau “penolakan” orang tuanya dapat mempengaruhi perkembangan diri anak

tersebut. Anak mempersepsikan positif sikap penerimaan orang tuanya sebagai

suatu penerimaan yang tulus terhadap dirinya akan dapat memebentuk

perkembangan konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika anak mempersepsikan

negatif penerimaan orang tuanya sebagai suatu penolakan maka akan membentuk

konsep diri yang negatif.

Page 69: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

55 Bab II Tinjauan Teoritis

Corsini dan Marsella (1983) juga menambahkan bahwa untuk

berkembang seseorang membutuhkan penerimaan dari orang lain sesuai dengan

pengalaman yang dimilikinya. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka anak akan

mengembangkan penghargaan yang positif terhadap dirinya dan akhirnya akan

mengarahkan pada pembentukan konsep diri yang positif pula.

2.6 Kerangka pikir

Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang menerimanya apa adanya

akan menjelma menjadi orang yang kuat, yakin akan dirinya serta dapat menjalani

hidup dengan segala perubahan yang terjadi dan dapat tampil dengan penuh

percaya diri. Penerimaan yang dirasakan seseorang bisa membuat kepercayaan

dan harga dirinya berkembang, ia dapat menjalani hidup penuh keyakinan

terhadap diri sendiri dalam menghadapi masalah yang ada (Rogers, dalam

Adams, 1965).

Pengalaman pertama seseorang tentang penerimaan berasal dari

lingkungan yang terdekat dengan dirinya yaitu lingkungan keluarga, khususnya

orang tua. Bagaimana sikap penerimaan orang tua ini akan terus membekas pada

anak. Penerimaan yang baik dan yang buruk akan terus menempel pada diri anak

dan akan mempengaruhi dalam melakukan hubungan interpersonalnya nantinya.

Pola penerimaan seperti ini memebuat seseorang dapat menerima realitanya,

semua pengalamannya, baik maupun buruk (Corsini & Marsella, 1983).

Selanjutnya Rogers (1965) mengatakan bahwa jika hubungan yang

dipersepsikan oleh seseorang penuh dengan penerimaan, dihargai sebagai orang

yang berharga akan mengembangkan persepsi terhadap diri yang lebih realistis,

lebih percaya diri dan menguasai diri. Penerimaan tersebut dapat memebantunya

Page 70: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

56 Bab II Tinjauan Teoritis

dalam proses menerima diri sendiri. Seseorang yang dapat menerima dirinya

sendiri akan dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya

dengan lebih baik karena ia tidak takut akan kekurangan-kekurangannya. Ia tidak

takut bahwa ia akan ditolak oleh orang lain, ia dapat bersikap apa adanya karena

orang lain dapat menerima kelebihan maupun kekurangannya dan hal yang

tersebut diatas merupakan ciri-ciri konsep diri positif.

Suatu kondisi yang mengandung “penerimaan” akan dirasakan seseorang

bila ia dapat mempersepsikannya sebagai penerimaan dan suatu kondisi

penerimaan bisa saja dirasakan penolakan oleh orang yang mempersepsikannya.

Seseorang dalam mempersepsikan sikap orang lain terhadap dirinya akan

berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri orang yang mempersepsikannya.

Karena pada dasarnya konsep diri itu sendiri terbentuk dari persepsi mengenai

orang lain terhadap dirinya. Seseorang yang mempersepsikan sikap-sikap yang

ditampilkan oleh orang lain tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri itu sendiri, yaitu karakteristik personal dari orang yang

mempersepsikan, karakteristik target yang dipersepsikan serta suatu konteks

situasi saat terjadinya persepsi.

Pada anak tunadaksa yang memiliki karakteristik personalnya berupa

kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya,

sedangkan karakteristik targetnya adalah sikap penerimaan orang tua misalnya

selalu mengantar dan menjemput anak kesekolah dan mengikutsertakan anak

dalam kegiatan orang tua yang memeperbolehkan membawa serta anak mereka.

Anak tunadaksa akan mempersepsikan positif sikap penerimaan orang tua

tersebut karena sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan anak tersebut,

Page 71: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

57 Bab II Tinjauan Teoritis

sebaliknya anak tunadaksa bisa saja mempersepsikan negatif sikap penerimaan

orang tuanya karena anak tidak membutuhkan sikap penerimaan yang ditampilkan

orang tuanya.

Berdasarkan apa yang dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

positif atau negatifnya seseorang remaja tunadaksa dalam mempersepsikan

penerimaan orang tuanya dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri anak

tersebut. Anak mempersepsikan positif sikap penerimaan orang tuanya akan dapat

mengembangkan konsep diri yang positif. Sebaliknya bila anak mempersepsikan

negatif penerimaan orangtuanya maka akan mengembangkan konsep diri yang

negatif.

Lebih jelasnya peneliti akan membuat suatu bagan kerangka pemikiran

tentang hubungan yang terbentuk antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

dengan konsep diri remaja tunadaksa.

Page 72: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

58 Bab II Tinjauan Teoritis

2.6.1 Skema Kerangka Berpikir

Skema Kerangka Berpikir

Remaja Tunadaksa

Mempersepsikan Penerimaan Orang Tua Positif

Sikap Menerima Orang Tua Meliputi :

a. Memahami Kebutuhan Anak b. Bersikap Adil c. Tidak Menyalahkan Anak d. Sikap Protektif

Membentuk Konsep Diri Yang Positif

Page 73: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

59 Bab II Tinjauan Teoritis

2.7 Hipotesis Penelitian

Dari rumusan permasalahan dan berdasarkan teori yang ada, maka peneliti

mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

“ Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

dengan konsep diri remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta “.

Page 74: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

60 Bab III Metode Penenlitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metodologi penelitian

korelasional, dimana penelitian korelasional bertujuan menentukan apakah

terdapat hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh

korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel

adalah suatu konsep yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai

(Kuncoro, 2003 : 9 ). Adapun hubungan antar variabel yang akan diteliti adalah :

“ Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep

Diri Pada Remaja Tunadaksa “.

3.1.2 Variabel Penelitian

Di dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah :

1. Persepsi terhadap penerimaan orang tua sebagai variabel pertama ( x )

2. Konsep diri sebagai variabel kedua ( Y )

Page 75: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

61 Bab III Metode Penenlitian

3.2 Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Pertama : persepsi Penerimaan Orang Tua

Persepsi penerimaan orang tua merupakan bagaimana individu

memaknakan penerimaan orang tuanya dalam hal perlakuan dan sikap penerimaan

orang tua dalam memberikan kenyamanan, perhatian, penghargaan, bantuan,

dapat diandalkan dan juga memberikan perhatian dan bimbingan sehubungan

dengan pendidikan anaknya maupun tentang bagaimana orang tua menerima

kehadiran anak-anaknya dalam keluarga. Persepsi penerimaan orang tua

dioperasionalisasikan sebagai skor melalui bentuk-bentuk sikap dari orang tua

yaitu memahami kebutuhan anak, bersikap adil, tidak menyalahkan anak dan

bersikap protektif.

3.2.2 Variabel Kedua : Konsep Diri

Konsep diri yang menunjukan sejauh mana remaja tunadaksa

mempersepsikan penampilan fisiknya, baik tentang dirinya sendiri maupun kesan

orang lain yang dipersepsikan kembali oleh individu yang bersangkutan

(perceptual component), konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, latar

belakangnya, serta masa depannya (conceptual component), serta pikiran yang

dimiliki seseorang mengenai dirinya, sikapnya terhadap status dirinya saat ini,

masa depan, self esteem, perasaan bangga, perasaan malu (attitudinal component).

Nilai konsep diri yang diperoleh adalah nilai total dari skala konsep diri

dengan menggunakan skala sikap dari Likert.

Page 76: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

62 Bab III Metode Penenlitian

3.3 Alat Ukur

Pada penelitian ini, terdapat dua macam data yang dikumpulkan yaitu

data mengenai penerimaan orang tua dan konsep diri remaja tunadaksa, sehingga

penelitian ini menggunakan dua macam alat ukur, yaitu skala persepsi penerimaan

orang tua dan skala konsep diri pada remaja tunadaksa yang mengikuti pendidikan

di SLB/D-YPAC Surakarta, sebagai berikut :

3.3.1 Skala Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Skala ini mengungkap tentang persepsi terhadap penerimaan orang tua

terhadap anak tunadaksa. Alat Ukur Persepsi penerimaan orang tua ini diambil

berdasarkan konsep teori Arthur T. Jersild, mengenai bentuk sikap penerimaan

orang tua terhadap anaknya yang kemudian dipersepsi oleh anak tunadaksa

tersebut. Angket ini terdiri dari 40 item yang mengukur 4 aspek dari persepsi

terhadap penerimaan orang tua. Aspek –aspek yang diukur melalui angket tersebut

adalah aspek memahami kebutuhan anak, aspek bersikap adil, aspek tidak

menyalahkan anak dan aspek sikap protektif. Berdasarkan skala Likert yang dibuat

menjadi lima tingkatan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat

tidak setuju (Suharsimi, 1995 : 142).

Penyebaran item dalam angket adalah sebagai berikut :

NO ASPEK INDIKATOR ITEM POSITIF

ITEM NEGATIF

1 Memahami Kebutuhan Anak

Memperhatikan Anak 9, 24 36, 13

Memenuhi Segala Kebutuhan Anak

4, 32 18, 40

Memperhatikan Perkembangan Minat Anak

28, 30 11, 20

Page 77: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

63 Bab III Metode Penenlitian

2 Bersikap Adil

Tidak Membandingkan Anak Yang satu Dengan Yang Lainnya

26, 15 38, 17

Menghargai Pendapat Yang Dikemukakannya dan Menghargai nya sebagai orang yang mempunyai persaan-persaaan sendiri.

22, 2 27, 34

3 Tidak Menyalahkan Anak

Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam dirinya tanpa syarat, pendapat ataupun penilaian

5, 10 1, 3

Tidak memandang rendah dirinya & tidak mengabaikan keberadaanya

6, 12 7, 21

4 Sikap Protektif

Tidak Berusaha mengatur maupun menguasainya

8, 16 29, 33

Melindungi dari Bahaya 39, 14 25, 19

Mencintai anak tanpa syarat 23, 31 35, 37

Pada angket ini, subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban ( sangat

setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ). Setiap item memiliki

nilai tertentu, yaitu 5-4-3-2-1 untuk item positif dan untuk item negatif 1-2-3-4-5

(Singarimbun, 1995 : 102 & 110). Berdasarkan hal tersebut, maka data yang

diperoleh akan berskala ordinal, yaitu skala berjenjang yang menggolongkan

subjek menurut jenjangnya tanpa memperhatikan jarak antara golongan yang satu

dengan yang lain (Sutrisno Hadi, 1990 :93).

3.3.2 Skala Konsep Diri

Nilai konsep diri adalah skor seluruh item yang diperoleh dari hasil

pengukuran melalui skala – skala konsep diri yang didasari oleh konsep Jersild

mengenai konsep diri. Angket tersebut terdiri dari 50 item yang mengukur 3 aspek

dari konsep diri. Aspek-aspek yang diukur melalui angket tersebut adalah

Perceptual Component , Conceptual component dan Attitudinal Component.

Page 78: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

64 Bab III Metode Penenlitian

Berdasarkan skala Likert yang dibuat menjadi lima tingkatan yaitu sangat stuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju (Suharsimi, 1995 :142 ).

NO ASPEK INDIKATOR Item Positif Item Negatif

1 Perceptual Component

Sex Appropreateness 10, 19 26, 36

Self Attractiveness 30, 14 7, 24

2 Conceptual Component

Honesty (Kejujuran) 17, 32 40, 21

Self Confidance (Kepercayaan Diri)

38, 3 12, 22

Independence (Kemandirian)

9, 5 28, 34

Courage ( Keberanian) 39, 20 18, 33

3 Attitudinal Component

Present Status 1, 2 16, 27

Future Prospect 37, 35 29, 11

Self Esteem 25, 4 13, 23

Pride 31, 15 6, 50

Perasaan Malu 45, 41 47, 42

Self Reproach( Menyesali Diri)

44, 49 46, 48

Pada angket ini, subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban ( sangat

setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ). Setiap item memiliki

nilai tertentu, yaitu 5-4-3-2-1 untuk item positif dan untuk item negatif 1-2-3-4-5

(Singarimbun, 1995 : 102 & 110). Berdasarkan hal tersebut, maka data yang

diperoleh akan berskala ordinal, yaitu skala berjenjang yang menggolongkan

subjek menurut jenjangnya tanpa memperhatikan jarak antara golongan yang satu

dengan yang lain (Sutrisno Hadi, 1990 :93).

3.4 Populasi Dan Sampel

3.4.1 Subjek Penelitian

Page 79: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

65 Bab III Metode Penenlitian

Penelitian ini merupakan penelitian populasi sehingga sesama anggota

populasi menjadi subjek penelitian. Penelitian populasi yaitu penelitian yang

dilakukan terhadap lingkup yang luas dengan semua subjek penelitian dan

kesimpulan berlaku bagi semua subjek penelitian tersebut ( Suharsimi, 1995

:209).

Peneliti memilih subyek tunadaksa karena kecacatan mereka langsung

terlihat oleh orang lain sehingga akan banyak orang yang memberi tanggapan

pada keadaan fisik mereka, dimana tanggapan tersebut akan berpengaruh terhadap

konsep diri mereka. Adapun pengertian anak tunadaksa menurut hasil seminar

Nasional, Puskurandik, Balitbang, Depdikbud (dalam Mangunsong, 1998) adalah

anak yang

menderita cacat akibat polio myelitis, akibat kecelakaan, akibat keturunan,

cacatsejak lahir, kelayuan otot – otot, akibat peradangan otak,dan kelainan

motorik yang disebabkan oleh kerusakan pusat syaraf.

Penelitian ini dilakukan di SLB/D-YPAC Surakarta. Populasinya adalah

remaja tunadaksa yang bersekolah di SLB tersebut, dengan karakteristik sebagai

berikut :

1. Remaja berusia 17-21 tahun, karena berdasarkan asumsi bahwa pada masa ini

mereka mulai memperhatikan dirinya sendiri dan mengembangkan gambaran

mengenai dirinya.

2. Masih bersekolah, dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh

lingkungan sekolah terhadap proses pembentukan konsep dirinya dan adapa

dilihat sejauh mana pengaruh sekolah terhadap mereka.

Page 80: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

66 Bab III Metode Penenlitian

3. Tinggal bersama keluarga. Hal ini untuk melihat sejauh mana pengaruh

keluarga terhadap konsep diri mereka.

4. Satu-satunya penderita tundaksa di lingkungan keluarga

5. Memiliki konsep diri yang positif

Jumlah anggota populasi sebanyak 40 orang dan sampel yang terpakai

sebanyak 32 orang.

3.5 Prosedur penelitian

Tahapan –tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

3.5.1 Tahap Persiapan

1. Observasi lapangan terhadap obyek yang diamati peneliti

2. Melakukan studi kepustakaan

3. Menyusun usulan rancangan penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti

4. Menentukan variabel yang akan diteliti

5. Menetukan alat ukur yang akan dipergunakan, yang sesuai maksud, tujuan

dengan keadaan subjek yang diteliti

6. Menentukan sampel penelitian

7. Menghubungi instansi untuk mendapatkan perizinan pelaksanaan

pengambilan data, baik secara formal maupun informal.

8. Melakukan uji coba alat ukur, untuk mengetahui apakah alat ukur yang akan

dipergunakan valid dan reliabel untuk penelitian ini.

Page 81: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

67 Bab III Metode Penenlitian

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan

fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan

maksud yang dikenakan tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak

relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran, maka dikatakan tidak memiliki

validitas.

Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan

pengukuran. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan fungsi

ukurnya dengan tepat akan tetapi juga dengan kecermatan yang tinggi, yaitu

kecermatan dalam mendeteksi perbedaan - perbedaan kecil yang ada pada atribut

yang diukurnya.

Cara yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu alat ukur adalah

dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing - masing item

dengan skor total. Skor total adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan

semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan

berdasarkan ukuran statistik tertentu.

Validitas dilakukan pada setengah dari populasi agar mendapatkan daftar

pertanyaan yang dapat mewakili ,masing-masing sub indikator yang akan

menggambarkan konsep diri dan persepsi terhahadap penerimaan orang tua.

1. Validitas Angket

Page 82: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

68 Bab III Metode Penenlitian

Validitas Angket dengan menggunakan Content Validity dimana validasi

didapat jika melihat satu per satu isi (item) dari suatu angketdan hasil validasi

nantinya harus mampu mengukur variabel yang akan diukur oleh angket

tersebut, yakni Konsep diri dan persepsi terhadap penerimaan orang tua.

2. Reabilitas Angket

Reabilitas Angket dengan menggunakan setengah dari jumlah populasi.

Teknik korrelasi yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman, dengan

langkah - langkah dalam melakukan uji validitas sebagai berikut :

1. Mencatat skor item yang akan diuji

2. Menghitung dan merangking skor item

3. Mencari koefisien skor para responden pada item tersebut dengan

perhitungan :

22

222

2 yxdiyxrs

���

������

dimana: xNNX ���

���

12

32

yNNY ���

���

12

32

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi

�x = Faktor korelasi untuk X

�y = Faktor korelasi untuk Y

di = Perbedaan rangking yang diperoleh

Untuk menguji reliabilitas, ada beberapa tehnik yang dapat dipakai, salah

satunya yang dipakai oleh peneliti adalah tehnik belah dua (Split Half Method).

Yaitu dengan cara membagi item pernyataan menjadi dua belahan berdasarkan

Page 83: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

69 Bab III Metode Penenlitian

ganjil-genap. Item yang bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan item yang

bernomor genap sebagai belahan kedua. Adapun langkah-langkah pengujian

realibilitas adalah sebagai berikut :

a. Menyajikan alat ukur kepada sejumlah responden kemudian dihitung validitas

itemnya, item yang valid dikumpulkan dan yang tidak valid dibuang.

b. Membagi item-item yang valid menjadi 2 belahan, dengan cara item yang

bernomer genap sebagai belahan pertama dan item yang bernomer ganjil

sebagai belahan kedua.

c. Mencari total skor dari belahan pertama dan belahan kedua.

d. Mengkorelasikan skor kedua belahan dengan menggunakan tehnik korelasi

Spearman.

Dari langkah-langkah perhitungan diatas, akan menghasilkan korelasi

antar belahan, untuk mencari reliavilitas keseluruhan item ialah dengan

mengkorelasikan menggunakan rumus :

)(1

)(2

tt

tttotal r

rr�

Keterangan :

r total = Angka reliabilitas keseluruhan item

r n = Angka korelasi belahan pertama dan kedua

Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat

ukur dan ada tidaknya korelasi antara dua variabel atau lebih menurut Guilford

(dalam Harun al-rasyid 1994:46) adalah sebagai berikut :

a. < 0,20 = Derajat reliabilitas hampir tidak ada, hubungannya

lemah sekali.

Page 84: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

70 Bab III Metode Penenlitian

b. 0,21 – 0,40 = Derajat reliabilitas rendah, hubungan lemah.

c. 0,41 – 0,70 = Derajat reliabilitas sedang, hubungan cukup berarti.

d. 0,71 – 0,90 = Derajat reliabilitas tinggi, hubungan tinggi dan kuat.

e. 0,91 – 1,00 = Derajat reliabilitas tinggi sekali, hubungan sangat

tinggi dan kuat sekali.

3.5.3 Tahap Pengumpulan Data

Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta

kesediaan seluruh anggota penelitian untuk mengisi angket yang diberikan.

3.5.4 Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan skoring dan membuat tabulasi data-data yang telah diperoleh.

b. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji

hipotesis penelitian dan korelasi anatar variabel.

3.5.5 Tahap Pembahasan

a. Melakukan interpretasi hasil perhitungan statistik dan menguraikannya melalui

pembahasan berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang diajukan.

b. Merumuskan kesimpulan dari keseluruhan data dan analisa yang dilakukan dan

memberikan umpan balik berupa saran - saran.

3.5.6 Tahap Akhir

Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian secara

menyeluruh.

3.6 Perhitungan Statistik

Page 85: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

71 Bab III Metode Penenlitian

Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rank

Order Corelation atau korelasi tata jenjang Rank Spearman atau dalam

statistiknya disebut dengan “r s”, digunakan untuk mengukur asosiasi yang

menuntut kedua variable yang diukur sekurang - kurangnya dalam skala ordinal

(Sidney Siegel, 1994), dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17.0. Adapun

alasan digunakannya tehnik korelasi Rank Spearman ini di karenakan :

1. Data yang digunakan berpasangan.

2. Data yang digunakan berbentuk ordinal.

3. Data statistik berbentuk parametrik

Adapun analisa yang digunakan untuk mengukur korelasi antara dua

variable dengan menggunakan rumus : NN

dr is �

��� 3

2}{61

Keterangan : r s = Koefisien korelasi Rank Spearman

N = Menunjukan jumlah pasangan observasi antara suatu variabel terhadap variabel lain.

di= Perbedaan rangking yang diperoleh pada tiap pasangan observasi.

Untuk perangkingan terhadap dua atau lebih skor yang sama, maka

dipergunakan suatu faktor korelasi dalam perhitungan r s adapun rumusnya

sebagai berikut :

12

3 ttT ��

Dimana t = banyak observasi yang berangka sama pada suatu rangking tertentu.

Dengan demikian rumusnya menjadi :

Page 86: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

72 Bab III Metode Penenlitian

xNNx ������

123

2

yNNy ������

123

2

Dengan rumus rank spearman yang dikoreksi adalah :

22

222

2 yxdiyxrs

���

������

Menguji signifikasi r s

Untuk mengetahui signifikasi suatu harga sebesar harga observasi r s dengan

sampel N > 10 dapat ditetap kan dengan menghitung t, dengan rumus :

212

ss r

Nrt���

Kriteria penolakan

Kriteria penolakan Ho, yaitu jika thit < t tab dengan taraf signifikasi � = 0,05,

dengan dk = N-2. Untuk melihat ttab maka table yang harus dipergunakan adalah

tabel Cruitial Value’s of student s-t distribution (Table B, Siegel, 1988).

Untuk mengetahui koefisien determinasi digunakan rumus :

d = rs2 x 100 %

Page 87: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

73

Bab IV Hasil & Pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi terhadap

penerimaan orang tua dengan konsep diri di SLB-D/YPAC Surakarta. Pada bab

ini disajikan data dan hasil perhitungan statistik, pengujian hipotesis serta konsep-

konsep teoritis.

Perhitungan statistik dalam pengolahan data-data digunakan uji koefisien

korelsai Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara variabel, yaitu

Variabel X : persepsi terhadap penerimaan orang tua

Variabel Y : konsep diri

Selanjutnya variabel-variabel tersebut dihitung dalam perhitungan statistik,

perhitungan-perhitungan yang dilakukan meliputi: uji korelasi Rank Spearman (rs)

yaitu untuk mengukur korelasi antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

dengan konsep diri.

Untuk mengetahui hubungan dimensi-dimensi untuk mengukur korelasi antara

persepsi penerimaan orang tua dengan konsep diri digunakan korelasi rank

Spearman, sesuai dengan data hasil penelitian yang memiliki skala pengukuran

ordinal. Rumus korelasi rank spearman:

2 2 2

2 22i

s

X Y dr

X Y

� ��

� � �

� �

Page 88: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

74

Bab IV Hasil & Pembahasan

Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi penerimaan orang tua dengan

konsep diri

H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi penerimaan orang tua dengan

konsep diri

Kriteria pengujian

Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima

H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak

4.2 Hasil Dan Pengolahan Data

4.2.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Dengan

Konsep Diri

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan

menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang

Tua Dengan Konsep Diri

Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan Persepsi penerimaan orang tua dengan konsep diri

rs= 0,634 thit=4,49 ttab=2,04 d=40,17%

Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri

Page 89: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

75

Bab IV Hasil & Pembahasan

Analisa Hasil Statistik

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap

penerimaan orang tua dengan konsep diri sebesar 0,634. Nilai ini menunjukkan

kekuatan hubungan dari persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep

diri dapat digolongkan ke dalam tingkat hubungan erat yaitu berada pada interval

0,60–0,80. Adapun arah persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep

diri adalah positif, artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua yang baik akan

meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya. Berdasarkan nilai yang

disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (4,49) > dari t-tabel (2,04). Jadi

diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dengan taraf

signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi

terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri

Kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua terhadap konsep diri

adalah 40,17% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua memberikan

kontribusi sebesar 40,17% terhadap konsep diri.

4.2.2 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek

memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang

tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

Page 90: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

76

Bab IV Hasil & Pembahasan

H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

Kriteria pengujian

Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima

H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak

Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan

menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Memahami Kebutuhan Anak Dengan Konsep Diri

Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan

Persepsi penerimaan orang tua spek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

rs= 0,463 thit=2,86 ttab=2,04 d=21,437%

Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

Analisa Hasil Statistik

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

Page 91: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

77

Bab IV Hasil & Pembahasan

sebesar 0,463. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri dapat

digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat yaitu berada pada interval

0,40–0,60. Adapun arah hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri, artinya persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak yang baik akan

meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya. Berdasarkan nilai yang

disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,86) > dari t-tabel (2,04). Jadi

diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dengan taraf

signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi

terhadap penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep

diri.

Kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek memahami

kebutuhan anak adalah 21,437% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek memahami kebutuhan anak memberikan kontribusi sebesar 21,437%

terhadap konsep diri.

4.2.3 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek

bersikap adil dengan konsep diri

Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang

tua aspek bersikap adil dengan konsep diri

Page 92: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

78

Bab IV Hasil & Pembahasan

H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek bersikap adil dengan konsep diri

Kriteria pengujian

Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima

H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak

Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan

menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Bersikap Adil Dengan Konsep Diri

Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan Persepsi penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri

rs= 0,409 thit=2,45 ttab=2,04 D=16,705%

Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri

Analisa Hasil Statistik

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri sebesar 0,409. Nilai

Page 93: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

79

Bab IV Hasil & Pembahasan

ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek bersikap adil dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat

hubungan cukup erat yaitu berada pada interval 0,40–0,60. Adapun arah

hubungan persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan

konsep diri, artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil

yang baik akan meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya.

Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,45

> dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima.

Jadi hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%

dengan taraf signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan

antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep

diri.

Kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil

adalah 16,705% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap

adil memberikan kontribusi sebesar 16,705% terhadap konsep diri.

4.2.4 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek

tidak menyalahkan anak dengan konsep diri

Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang

tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri

H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri

Kriteria pengujian

Page 94: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

80

Bab IV Hasil & Pembahasan

Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima

H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak

Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan

menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Tidak Menyalahkan Anak Dengan Konsep Diri

Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan Persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri

rs= 0,447 thit=2,74 ttab=2,04 d=20,013%

Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri

Analisa Hasil Statistik

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri sebesar

0,447. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri dapat

digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat yaitu berada pada interval

0,40–0,60. Adapun arah hubungan persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek

Page 95: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

81

Bab IV Hasil & Pembahasan

tidak menyalahkan anak dengan konsep diri, artinya persepsi terhadap penerimaan

orang tua aspek tidak menyalahkan anak yang baik akan meningkatan konsep diri

yang baik pula dan sebaliknya. Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas

dapat dilihat nilai t-hitung (2,74) > dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan

pengujian Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dengan taraf signifikansi 5% (0.05) maka

terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek tidak menyalahkan dengan konsep diri.

Kontribusi penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak adalah

20,013% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek tidak

menyalahkan anak memberikan kontribusi sebesar 20,013% terhadap konsep diri.

4.2.5 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek

sikap protektif dengan konsep diri

Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang

tua aspek sikap protektif dengan konsep diri

H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

aspek sikap protektif dengan konsep diri

Kriteria pengujian

Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima

H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak

Hasil Perhitungan

Page 96: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

82

Bab IV Hasil & Pembahasan

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan

menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Sikap Protektif Dengan Konsep Diri

Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan

Persepsi terhadap penerimaan

orang tua aspek sikap protektif

dengan konsep diri

rs= 0,577 thit=3,87 ttab=2,04 d=33,286%

Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan konsep diri

Analisa Hasil Statistik

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap

penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan konsep diri sebesar 0,577.

Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap penerimaan

orang tua aspek sikap protektif dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam

tingkat hubungan cukup erat yaitu berada pada interval 0,40–0,60. Adapun arah

hubungan persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan

konsep diri, artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif

yang baik akan meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya.

Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (3,87)

Page 97: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

83

Bab IV Hasil & Pembahasan

< dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima.

Jadi hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%

dengan taraf signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan

antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan

konsep diri.

Kontribusi penerimaan orang tua aspek sikap protektif adalah 33,286%

artinya penerimaan orang tua aspek sikap protektif memberikan kontribusi sebesar

33,286% terhadap konsep diri.

4.2.6 Hasil perhitungan korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap

penerimaan orang tua dengan konsep diri

Dalam upaya mempermudah melihat hasil perhitungan korelasi antara

persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri, hasil perhitungan

tersebut divisualisasikan dalam tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Visualisasi Hasil Korelasi Antara Persepsi Terhadap Penerimaan

Orang Tua Dengan Konsep Diri

Variabel/Dimensi Hasil Perhitungan Kesimpulan

Aspek memahami kebutuhan anak rs =0.463; d = 21,437%

Ho ditolak; H1 diterima

Aspek Bersikap adil rs =0.409; d = 16,705% Ho ditolak; H1 diterima

Aspek tidak menyalahkan anak rs =0.447; d = 20,013%

Ho ditolak; H1 diterima

Aspek Sikap Protektif rs =0.577; d = 33,286% Ho ditolak; H1 ditolak

Page 98: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

84

Bab IV Hasil & Pembahasan

4.2.7 Hasil Pengujian Median (Me) Antara Persepsi Terhadap Penerimaan

Orang Tua dengan Konsep Diri

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Median Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

Dengan Konsep Diri

Penerimaan orang tua

Konsep Diri Positif

Frekuensi Persen Negatif 9 28,13 Positif 23 71,88 Total 32 100

Data yang diperoleh dari hasil pengujian median penerimaan orang tua

dengan konsep diri positif yaitu terdapat 9 orang (28,13%) responden yang

mempersepsikan negatif penerimaan orang tua dan untuk responden yang

memiliki persepsi positif penerimaan orang tua sebanyak 23 orang (71,88%)

memiliki konsep diri positif.

4.3 Pembahasan

Untuk dapat berkembang secara penuh, sesorang memerlukan penerimaan

yang penuh dari orang lain. Jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan yang

tulus atau tanpa syarat dari orang lain akan menyulitkannya berfungsi secara baik

dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil perhitungan statistik penelitian diperoleh

gambaran bahwa remaja tunadaksa yang memiliki persepsi positif terhadap

penerimaan orang tua sebesar 71,88%) ( 23 orang) lebih banyak dibandingkan

dengan remaja tunadaksa yang memiliki persepsi negatif terhadap penerimaan

Page 99: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

85

Bab IV Hasil & Pembahasan

orang tua sebesar 28,13 % (9 orang). Hal ini berarti bahwa sikap dan perlakuan

yang ditunjukkan orang tua dipersepsikan positif oleh mereka. Persepsi terbesar

yang diberikan terhadap sikap penerimaan orang tua ada pada dimensi sikap

protektifl hal ini dilihat oleh peneliti dari kontribusi terbesar yang diberikan

dimensi tersebut sebesar 33,286% terhadap konsep diri. Selain itu, peneliti juga

melihat hasil pernyataan yang diberikan mereka memperlihatkan bahwa remaja

tunadaksa mempersepsikan positif penerimaan orangtua mereka yang bersikap

protektif, mereka sangat membutuhkan sikap orang tua yang melindungi akan

tetapi tidak berusaha mengatur atau pun menguasainya dan mencintai mereka

tanpa syarat.

Sebaliknya , sebanyak 9 orang yang mempersepsikan negatif terhadap

penerimaan orang tua mereka berarti sikap dan perlakuan yang diberikan oleh

orang tua terhadap mereka tidak sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Rogers (1971) juga mengatakan bahwa penerimaan merupakan dasar bagi

setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya, semua pengalaman-

pengalamannya yang baik maupun yang buruk. Dengan kata lain seseorang

memerlukan situasi yang menghormati dan menghargai tanpa adanya persyaratan.

Oleh karena itu penerimaan dari orang lain merupakan aspek yang penting dalam

kehidupan kita.

Menurut Corsini dan Marsella (1983 : 26) untuk berkemmbang

seseorang membutuhkan penerimaan dari orang lain sesuai dengan pengalaman

yang dimilikinya. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka ia akan mengembangkan

Page 100: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

86

Bab IV Hasil & Pembahasan

penghargaan yang positif terhdap dirinya dan akhirnya akan mengarahkan pada

pembentukan konsep diri yang positif.

Menurut Symond (1949) :

“Parental acceptance of the child, of course, plays a large part in warmth.

The behaviour of children who are accepted has been described as good- natured,

considerate, cheerfull, cooperative, and emotionally stable”.

Menurutnya penerimaan orang tua terhadap anaknya, tentunya mampu

menciptakan kehangatan. Tingkah laku anak-anak yang diterima akan dapat

digambarkan sebagai anak yang baik hati, baik budi, dapat bekerjasama dan

memiliki emosi yang stabil.

Konsep diri berkaitan erat dengan penerimaan orang tua, hal ini akan

mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan dengan orang

lain. Setiap orang akan mendasarkan, membandingkan, merespon dan bentuk

perilaku lahir kemudian bertahap mengalami perubahan seiring dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan individu. Pembentukan konsep diri sangat

dipengaruhi oleh orang tuanya. Konsep diri juga akan dipelajari melalui kontak

dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai individu. Hal ini akan

membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian terhadap

pengalaman akan situasi tertentu

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi penerimaan orang tua

dengan konsep diri sebesar 0,634. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari

penerimaan orang tua dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat

Page 101: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

87

Bab IV Hasil & Pembahasan

hubungan erat. Adapun arah penerimaan orang tua dengan konsep diri adalah

positif, artinya penerimaan orang tua yang baik akan meningkatan konsep diri

yang baik pula dan sebaliknya.

Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung

(4,49) > dari t-tabel (2,04), maka terdapat hubungan yang signifikan antara

penerimaan orang tua dengan konsep diri. Kontribusi penerimaan orang tua

terhadap konsep diri adalah 40,17 % artinya penerimaan orang tua memberikan

kontribusi sebesar 40,17 % terhadap konsep diri.

Menurut Jersild (1968) sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya

adalah suatu keadaan dari anak yang diinginkan orang tua, tidak melihat kondisi

dari anak tersebut dan mencintainya. Dalam hal ini ada beberapa macam bentuk

sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya, yaitu :

a. Memahami Kebutuhan Anak

Kondisi orang tua yang memahami kebutuhan anak merupakan bentuk

penerimaan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan akan perhatian, uang,

benda atau bantuan dari orang lain. Dari hasil penelitian, koefisien korelasi

penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri

sebesar 0,463. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari penerimaan orang

tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri. Berdasarkan nilai yang

disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,85) > dari t-tabel (2,04),

maka terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua aspek

memahami kebutuhan anak

b. Bersikap Adil

Page 102: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

88

Bab IV Hasil & Pembahasan

Orang tua yang selalu bersikap adil dan tidak membanding-bandingkan

anak yang satu dengan anak yang lain. Hal ini juga menunjukan adanya sikap

penerimaan. Orang tua seharusnya memahami bahwa pada dasarnya manusia itu

beda, ada yang lebih pandai, ada yang kondisi fisiknya normal. Orang tua tidak

sepatutnya membandingkan anaknya dengan anak-anak yang lain. Dari hasil

penelitian, koefisien korelasi penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan

konsep diri sebesar 0,409. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari

penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri dapat digolongkan

ke dalam tingkat hubungan cukup erat. Berdasarkan nilai yang disajikan pada

tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,45) > dari t-tabel (2,04), maka terdapat

hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua aspek bersikap adil.

c. Tidak Menyalahkan Anak

Kritikan yang baik tentu akan membawa dampak yang positif. Karena

seseorang yang dikriktik akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya

berdasarkan kritikan yang telah disampaikan kepadanya. Kritikan diharapkan

dapat menjadi motivator bagi anak untuk mencapai hasil yang optimal. Timbulnya

kritikan yang terus menerus karena orang tua beranggapan yang dilakukan dan

diperbuat anak selalu kurang baik akan menumbuhkan perasaan pada anak bahwa

dirinya kurang dicintai orang tua.

Dari hasil penelitian, koefisien korelasi penerimaan orang tua aspek tidak

menyalahkan anak dengan konsep diri sebesar 0,447. Nilai ini menunjukkan

kekuatan hubungan dari penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak

dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat.

Page 103: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

89

Bab IV Hasil & Pembahasan

Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,74)

> dari t-tabel (2,04), maka terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan

orang tua aspek tidak menyalahkan anak.

d. Sikap Protektif

Sikap Protektif yang dilakukan orang tua merupakan suatu bentuk

penerimaan pada anak, misalnya orang tua selalu memperhatikan anak, memenuhi

segala kebutuhnanya, ingin selalu dekat dengan anak dan melindungi anak dari

segala bentuk bahaya.

Dari hasil penelitian, diperoleh koefisien korelasi penerimaan orang tua

aspek sikap protektif dengan konsep diri sebesar 0,577. Nilai ini menunjukkan

kekuatan hubungan dari penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan

konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat.

Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (3,87)

> dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima,

maka terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua aspek sikap

protektif .

Dari hasil penelitian terdapat 28,13% ( 9 orang) yang mempersepsikan

negatif penerimaan orang tua mereka akan tetapi mereka tetap memiliki konsep

diri yang positif. Setelah dilakukan wawancara terhadap subyek peneliti

menyimpulkan hal-hal lain selain penerimaan orang tua yang membuat subyek

memiliki konsep diri positif yaitu mereka mempunyai penilaian yang positif akan

diri mereka sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menerima keadaan diri

mereka dan tidak terpaku dengan keadaan fisik mereka, disamping itu mereka

Page 104: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

90

Bab IV Hasil & Pembahasan

juga tinggal dilingkungan yang mendukung yaitu lingkungan yang membuat

mereka merasa diterima dan dapat lebih mengembangkan potensi mereka seperti

terdapatnya sarana untuk mereka dalam kegiatan sehari-hari, misalnya mereka

dapat mengikuti teater, paduan suara dan les musik. faktor lain yang

menyebabkan terbentuknya konsep diri mereka positif yaitu mereka memiliki

kemampuan atau bakat tertentu seperti memiliki suara yang bagus, sangat piawai

memainkan alat musik atau memiliki kemampuan berbahasa asing sehingga

membuat mereka lebih percaya diri.

Adapun faktor lain yang dikemukakan diatas yang juga dapat

mempengaruhi konsep diri adalah lingkungan dimana anak tersebut tinggal dan

bersekolah. Perlakuan yang baik dari anggota keluarga, lingkungan

masyarakatnya serta teman-teman sekolah maupun teman bermain dirumah

mampu memberikan pengaruh baik terhadap konsep diri mereka. Hal tersebut

dapat membantu mereka dalam menerima keadaan diri mereka sendiri dan dapat

menumbuhkan kepercayaan diri mereka, menumbuhkan rasa bahwa mereka juga

mampu melakukan apa yang bisa dilakukan oleh anak lainnya yang tidak

memiliki keterbatasan fisik.

Page 105: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

91 Bab V Kesimpulan & Saran

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis, analisis deskriptif dan

pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar remaja tunadaksa di SLB-D/YPAC Surakarta

mempersepsikan positif penerimaan orang tuanya dan memiliki konsep diri

yang positif.

2. Dimensi- dimensi yang ada pada penerimaan orang tua juga mempunyai

hubungan yang positif terhadap konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-

YPAC Surakarta, terutama pada dimensi sikap protektif yang aspeknya

antara lain yaitu tidak berusaha mengatur maupun menguasainya, melindungi

dari bahaya dan mencintai anak tanpa syarat yang mempunyai korelasi

tertinggi diantara dimensi lainnya.

3. Terdapat hubungan yang erat antara persepsi terhadap penerimaan orang tua

dengan konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta.

Page 106: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

92 Bab V Kesimpulan & Saran

5.2 Saran

Dengan memperhatikan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini,

maka peneliti mengajukan saran- saran sebagai berikut:

1. Bagi Institusi hendaknya melakukan pertemuan rutin dengan orang tua untuk

membicarakan perkembangan berbagai hal yang berkaitan dengan intervensi anak

tunadaksa

2. Bagi Institusi hendaknya para guru bekerjasama dengan Psikolog untuk

menanamkan konsep diri yang positif terhadap kecacatan agar dapat menerima

dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan sekolah yang

kondusif sehingga dapat mendorong terciptanya interaksi yang harmonis.

3. Bagi orang tua agar dapat bekerjasama dengan institusi atau guru anak

tunadaksa demi membantu kemajuan perkembangan dan kemandirian anak

dirumah.

4. Bagi Orang tua hendaknya untuk lebih meningkatkan pengetahuan,

pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi anak yang memiliki ketunaan

sehingga dapat membantu orang tua untuk merencanakan masa depan dan

mengembangkan keterampilan dan lebih memahami dan mengerti dengan kondisi

anak yang mengalami ketunaan sehingga pengertian dan pemahaman orangtua

akan membentuk konsep diri yang positif bagi anak tunadaksa.

5. Bagi anak tunadaksa hendaknya lebih meningkatkan eksperesi diri, hal ini

dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan kesenian, keterampilan atau kerajinan,

dengan meningkatnya ekspresi diri diharapkan anak tunadaksa memiliki konsep

diri yang lebih positif.

Page 107: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Daftar Pustaka

93

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, T. Jersild. 1978. Child Psyhology, 7th Edition, Prentice Hall of India : New Delhi

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 1995. Manajemen Penelitian,Cetakan Ketiga,

Jakarta : PT.Rineka Cipta. Atwater, Eastwood. 1990. Psychology Of Adjustment. New Jersey : Prentice Hall,

Inc. Burns,R.B. 1993. Konsep diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku.

Jakarta: Arcan Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Coopersmith, S. 1967. The Antecedents Of Self Esteem. San Fransisco :

W.H.Freeman & Company Corsini, Raymond J& Anthony J. Marsella. 1983. Personalitiy Theories,

Research & Assesment, USA : F, E, Peacock Publisher Hurlock, EB. 1993. Perkembangan Anak.Jilid I, Edisi Keenam. Alih bahasa: dr.

Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga Johnson, R.C. & Medinnus, G.R. 1974. Child Psychology Behaviour and

Develovement. New York: John Willey and Sons inc Kaplan, R M, Sallis, J.F, Patterson, T.L. 1993. Health and Human Behaviour. New

York: McGrow-Hill Mappiere, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. LPSP3.

Jakarta : Universitas Indonesia Morgan, C.T, King R.A & Robinson, N.M. 1987. Introduction to Psychology.

London : McGraw Hill International Book Company Musjafak Assjari. 1995. Orthopedagogik Anak Tuna Daksa. Jakarta:

DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI PROYEK PENDIDIKAN TENAGA GURU

Pudjijogyanti, Clara R. 1995. Konsep Diri Dalam Pendidikan.Jakarta :PT. Arcan

Page 108: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Daftar Pustaka

94

Rahmat, Jalaluddin. 1991. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya

Soemantri, sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia

Stuart GW, Sundeen SJ. 1992. Principle and Practice of Psychiatric Nursing.

St.Louis Missouri. Mosby Year Book Inc

Page 109: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

3

Validitas variabel Penerimaan Orang Tua

Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan

1 0,417 Tolak Valid 51 0,155 terima tidak valid

2 0,515 Tolak Valid 52 0,544 Tolak Valid

3 0,470 Tolak Valid 53 0,603 Tolak Valid

4 0,303 terima tidak valid 54 0,559 Tolak Valid

5 0,494 Tolak Valid 55 0,404 Tolak Valid

6 0,558 Tolak Valid 56 0,488 Tolak Valid

7 0,595 Tolak Valid 57 0,445 Tolak Valid

8 0,787 Tolak Valid 58 0,557 Tolak Valid

9 0,802 Tolak Valid 59 0,452 Tolak Valid

10 0,298 terima tidak valid 60 0,368 terima tidak valid

11 0,523 Tolak Valid 61 0,569 Tolak Valid

12 0,472 Tolak Valid 62 0,517 Tolak Valid

13 0,603 Tolak Valid 63 0,576 Tolak Valid

14 0,585 Tolak Valid 64 0,689 Tolak Valid

15 0,500 Tolak Valid 65 0,557 Tolak Valid

16 0,540 Tolak Valid 66 0,637 Tolak Valid

17 0,500 Tolak Valid 67 0,571 Tolak Valid

18 -0,111 terima tidak valid 68 0,631 Tolak Valid

19 0,536 Tolak Valid 69 -0,258 terima tidak valid

20 0,185 terima tidak valid 70 0,713 Tolak Valid

21 0,510 Tolak Valid 71 0,487 Tolak Valid

22 0,438 Tolak Valid 72 0,481 Tolak Valid

23 0,506 Tolak Valid 73 0,523 Tolak Valid

24 0,541 Tolak Valid 74 0,458 Tolak Valid

25 -0,296 terima tidak valid 75 0,526 Tolak Valid

26 0,521 Tolak Valid 76 0,161 terima tidak valid

27 0,459 Tolak Valid 77 0,483 Tolak Valid

28 0,597 Tolak Valid 78 0,455 Tolak Valid

29 0,443 Tolak Valid 79 0,593 Tolak Valid

30 0,499 Tolak Valid 80 0,485 Tolak Valid

31 0,574 Tolak Valid 81 0,452 Tolak Valid

32 0,240 terima tidak valid 82 0,481 Tolak Valid

33 0,575 Tolak Valid 83 0,661 Tolak Valid

34 0,518 Tolak Valid 84 0,282 terima tidak valid

35 0,444 Tolak Valid 85 0,109 terima tidak valid

36 0,496 Tolak Valid 86 0,683 Tolak Valid

37 0,312 terima tidak valid 87 0,515 Tolak Valid

38 0,621 Tolak Valid 88 0,691 Tolak Valid

39 0,566 Tolak Valid 89 0,552 Tolak Valid

40 0,451 Tolak Valid 90 0,518 Tolak Valid

Page 110: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

4

41 0,424 Tolak Valid 91 0,478 Tolak Valid

42 0,455 Tolak Valid 92 0,171 terima tidak valid

43 0,384 terima tidak valid 93 0,438 Tolak Valid

44 0,476 Tolak Valid 94 0,462 Tolak Valid

45 0,689 Tolak Valid 95 0,635 Tolak Valid

46 0,764 Tolak Valid 96 0,538 Tolak Valid

47 0,531 Tolak Valid 97 0,275 terima tidak valid

48 0,575 Tolak Valid 98 0,281 terima tidak valid

49 -0,154 terima tidak valid 99 0,441 Tolak Valid

50 0,504 Tolak Valid 100 0,523 Tolak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa dalam variabel penerimaan orang

tua terdapat 18 item yang tidak valid yaitu item no4,no10,no18,no20, no25,

no32,no37,no43,no49, no51, no60, no69, no76, no84,no85, no92, no97, dan no98

tidak valid karena nilai r korelasinya lebih kecil dari r table (0,420). Sedangkan no

item lainnya valid karena nilai r korelasinya lebih besar dari r table (0,420)

Page 111: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

5

Reliabilitas variabel penerimaan orang tua

rstt 2(rstt) 1+rst rstot 0,886 1,772 1,886 0,940

Dari tabel perhitungan SPSS diketahui bahwa nilai reliabilitas untuk

variabel penerimaan orang tua sebesar 0,940, dengan demikian maka variabel

konsep diri reliabel karena lebih besar dari 0,7.

Reliabil ity Statistics

,90250a

,89950b

100

,886

,940,940

,939

ValueN of Items

Part 1

ValueN of Items

Part 2

Total N of I tems

Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms

Equal LengthUnequal Length

Spearman-BrownCoeff icient

Guttman Split-Half Coef f icient

The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004,VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009,VAR00010, VAR00011, VAR00012, VAR00013, VAR00014,VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019,VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024,VAR00025, VAR00026, VAR00027, VAR00028, VAR00029,VAR00030, VAR00031, VAR00032, VAR00033, VAR00034,VAR00035, VAR00036, VAR00037, VAR00038, VAR00039,VAR00040, VAR00041, VAR00042, VAR00043, VAR00044,VAR00045, VAR00046, VAR00047, VAR00048, VAR00049,VAR00050.

a.

The items are: VAR00051, VAR00052, VAR00053, VAR00054,VAR00055, VAR00056, VAR00057, VAR00058, VAR00059,VAR00060, VAR00061, VAR00062, VAR00063, VAR00064,VAR00065, VAR00066, VAR00067, VAR00068, VAR00069,VAR00070, VAR00071, VAR00072, VAR00073, VAR00074,VAR00075, VAR00076, VAR00077, VAR00078, VAR00079,VAR00080, VAR00081, VAR00082, VAR00083, VAR00084,VAR00085, VAR00086, VAR00087, VAR00088, VAR00089,VAR00090, VAR00091, VAR00092, VAR00093, VAR00094,VAR00095, VAR00096, VAR00097, VAR00098, VAR00099,VAR00100.

b.

Page 112: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Validitas Persepsi Terhadap Penerimaan Orang TuaNO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

1 4 5 1 2 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 2 4 4 3 1 4 4 4 3 3 4 4 4 5 2 4 4 4

2 5 2 1 2 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 1 4 4 4 2 2 4 4 4 5 2 4 4 3

3 4 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 2 4 3 2 1 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 3 4

4 1 1 2 4 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 4 5 2 2 2 4 4 3 4 2 5 2 2 2 2

5 5 5 5 3 5 4 3 3 3 5 4 5 5 3 3 3 2 5 4 5 2 2 2 4 4 2 5 2 5 4 2 5 2

6 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 3 5 5 3 3 3 2 5 4 5 2 2 2 4 4 2 5 2 1 4 2 5 2

7 4 4 4 4 4 5 5 4 5 2 2 4 4 5 4 4 5 2 5 4 4 5 4 2 4 5 5 5 5 4 5 4 4

8 4 5 5 3 4 3 5 5 3 5 1 5 5 5 4 4 5 2 5 4 4 4 4 2 2 4 5 5 5 4 4 4 4

9 2 5 2 3 4 5 4 3 3 2 2 4 4 5 5 4 5 1 5 5 5 4 4 2 2 4 4 5 5 4 5 5 5

10 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 3 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 2 2 4 5 5 3 4 4 4 4

11 4 5 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 2 2 4 5 5 5 4 4 4 4

12 4 5 4 3 5 4 4 4 4 3 5 5 5 5 3 3 2 5 5 4 5 2 2 2 5 2 3 2 5 3 3 3 3

13 3 5 4 4 4 3 3 3 4 1 3 5 5 5 3 3 5 5 3 1 5 5 5 2 5 2 5 4 5 2 5 4 5

14 4 5 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 5 4 4 4 5 4 1 3 5 4 4 2 5 2 4 2 2 4 4 4 4

15 4 1 4 4 4 3 3 3 2 3 1 5 5 3 3 3 2 5 5 2 2 2 2 4 4 2 5 2 5 4 2 5 2

16 1 1 4 3 3 3 3 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 2 3 2 4 4 1 2 4 4 4

17 1 5 1 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 5 2 2 2 4 4 4 2 2 1 4 3 2 2

18 5 2 1 4 2 2 1 4 2 2 3 5 4 2 5 2 4 5 2 5 5 4 3 2 2 5 5 4 5 4 5 4 5

19 1 3 4 2 1 2 1 4 2 2 2 5 5 4 4 4 2 5 1 5 2 2 2 4 4 2 5 2 1 4 2 5 2

20 1 2 3 2 2 1 1 2 1 1 1 3 2 4 1 2 4 4 1 1 5 5 3 2 5 2 1 3 1 2 1 2 2

Page 113: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68

2 1 4 4 4 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 3 3 2 3 3 1 3

2 1 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 5 3

2 1 4 4 4 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 4 1 5 3 3 3 3 3 3 3

3 5 2 4 4 4 2 1 1 1 3 3 3 1 1 5 5 1 1 1 1 5 3 1 1 5 4 1 1 1 3 5 1 2 2

3 5 2 4 4 2 1 1 5 5 3 3 3 1 4 5 5 1 1 1 5 5 1 4 1 5 5 1 4 1 3 5 1 5 2

3 5 2 4 4 2 1 2 4 4 3 3 3 1 4 5 5 1 1 1 5 5 1 4 1 5 5 1 4 1 3 3 1 2 2

2 5 4 3 3 2 2 2 4 4 5 4 4 5 5 2 3 4 5 4 2 5 4 5 5 3 4 5 4 4 2 2 4 2 3

2 4 4 3 3 3 4 2 5 5 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 2 2 4 5 5 2 4 4 4 4 2 2 4 3 3

2 5 4 3 3 4 5 2 4 4 4 5 4 5 5 2 4 5 4 4 2 2 4 5 5 2 4 5 5 5 2 2 4 3 3

3 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 2 3 5 5 4 2 2 4 5 5 2 4 4 4 4 2 4 4 5 4

3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4 2 2 4 5 5 2 4 4 4 4 4 4 5 4

3 2 2 4 4 2 1 4 5 5 4 4 4 1 4 5 5 1 1 1 3 3 3 2 1 5 5 2 5 5 3 5 1 2 2

2 2 5 4 5 1 2 4 3 3 1 1 5 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 3 3 3

3 1 5 5 5 1 1 2 4 5 4 4 4 5 4 2 2 5 4 4 2 2 2 4 2 5 4 4 4 4 3 5 4 4 4

3 5 2 3 4 2 1 1 5 5 4 4 4 1 4 5 2 1 1 1 1 5 1 4 1 1 5 1 4 1 3 2 1 2 2

2 2 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 5 3 3 3 3 2 3 3 3

4 2 2 3 3 4 4 4 1 1 3 3 3 1 1 5 2 1 1 1 2 5 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2

2 2 4 3 2 1 4 2 4 4 1 4 2 4 4 2 2 4 4 3 2 2 4 4 4 2 2 4 4 5 2 2 4 4 2

3 2 2 3 3 2 1 2 5 5 2 2 2 1 4 1 2 2 2 2 1 5 1 4 1 2 2 1 4 1 2 2 1 2 2

2 1 2 2 1 4 1 1 4 4 4 2 2 4 4 2 2 2 4 3 2 2 1 5 4 1 1 4 4 4 2 1 2 1 1

Page 114: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

3 1 3 2 2 3 3 3 2 2 1 4 1 2 2 2 2 3 2 2 1 4 2 1 1 3 4 2 4 4 2 1

3 2 3 5 4 4 4 3 2 3 2 3 5 5 3 2 2 4 2 4 2 2 2 5 1 2 2 1 4 2 1 4

3 3 3 2 2 2 5 4 4 5 1 1 5 5 4 2 2 4 4 5 1 4 4 1 4 2 2 1 3 4 3 5

5 1 5 5 4 5 4 2 4 5 1 3 5 4 3 2 2 2 5 2 5 4 5 1 4 2 4 5 4 2 2 3

4 5 2 5 5 3 3 3 2 5 4 4 5 2 2 4 4 2 5 2 5 4 2 5 2 3 4 2 4 4 2 3

4 5 2 4 4 4 4 2 4 4 2 2 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 4 2 4 2 3 5 4 4 2 2

4 5 2 4 4 4 4 2 4 3 2 3 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 4 4 4 2 2 5 4 4 3 3

3 2 2 4 4 4 4 2 4 4 5 2 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 3 1

3 1 2 4 4 4 4 2 4 4 5 2 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 2 4 4 2 2 4 4 4 3 3

4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 2 5 4 4 5 2 4 4 4 2 4

4 5 5 3 4 4 4 2 4 5 2 5 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 5 4 4 5 2 5 4 4 3 4

4 4 5 4 5 4 4 2 4 4 3 5 5 4 4 2 3 4 4 4 2 2 5 4 4 5 2 5 4 4 3 3

3 3 3 5 5 4 4 2 4 4 2 5 4 4 4 2 2 4 4 4 2 2 5 3 4 5 2 4 4 4 2 3

1 1 2 4 5 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 2 2 3 4 3 3 2 4 4 5 2 2 4 4 3 3 2

4 4 2 4 2 5 4 2 4 4 2 2 4 4 3 2 2 3 4 3 3 2 1 4 1 2 2 4 4 3 2 1

3 3 1 4 2 1 4 2 4 4 2 2 4 4 3 2 1 3 4 3 3 2 1 4 1 1 2 4 4 3 2 2

5 4 1 2 5 1 1 4 4 2 1 1 5 5 4 2 1 2 2 2 2 4 5 4 5 2 2 5 3 4 3 1

1 2 2 2 5 2 1 3 2 2 3 2 1 2 2 4 2 2 3 2 2 4 1 5 5 2 5 2 4 4 2 5

4 2 2 2 5 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 4 1 5 5 2 5 2 4 4 2 1

5 2 1 1 1 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 4 4 2 1

Page 115: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan

1 0,417 Tolak Valid 51 0,155 terima tidak valid

2 0,515 Tolak Valid 52 0,544 Tolak Valid

3 0,470 Tolak Valid 53 0,603 Tolak Valid

4 0,303 terima tidak valid 54 0,559 Tolak Valid

5 0,494 Tolak Valid 55 0,404 Tolak Valid

6 0,558 Tolak Valid 56 0,488 Tolak Valid

7 0,595 Tolak Valid 57 0,445 Tolak Valid

8 0,787 Tolak Valid 58 0,557 Tolak Valid

9 0,802 Tolak Valid 59 0,452 Tolak Valid

10 0,298 terima tidak valid 60 0,368 terima tidak valid

11 0,523 Tolak Valid 61 0,569 Tolak Valid

12 0,472 Tolak Valid 62 0,517 Tolak Valid

13 0,603 Tolak Valid 63 0,576 Tolak Valid

14 0,585 Tolak Valid 64 0,689 Tolak Valid

15 0,500 Tolak Valid 65 0,557 Tolak Valid

16 0,540 Tolak Valid 66 0,637 Tolak Valid

17 0,500 Tolak Valid 67 0,571 Tolak Valid

18 -0,111 terima tidak valid 68 0,631 Tolak Valid

19 0,536 Tolak Valid 69 -0,258 terima tidak valid

20 0,185 terima tidak valid 70 0,713 Tolak Valid

21 0,510 Tolak Valid 71 0,487 Tolak Valid

22 0,438 Tolak Valid 72 0,481 Tolak Valid

23 0,506 Tolak Valid 73 0,523 Tolak Valid

24 0,541 Tolak Valid 74 0,458 Tolak Valid

25 -0,296 terima tidak valid 75 0,526 Tolak Valid

26 0,521 Tolak Valid 76 0,161 terima tidak valid

27 0,459 Tolak Valid 77 0,483 Tolak Valid

28 0,597 Tolak Valid 78 0,455 Tolak Valid

29 0,443 Tolak Valid 79 0,593 Tolak Valid

30 0,499 Tolak Valid 80 0,485 Tolak Valid

31 0,574 Tolak Valid 81 0,452 Tolak Valid

32 0,240 terima tidak valid 82 0,481 Tolak Valid

33 0,575 Tolak Valid 83 0,661 Tolak Valid

34 0,518 Tolak Valid 84 0,282 terima tidak valid

35 0,444 Tolak Valid 85 0,109 terima tidak valid

36 0,496 Tolak Valid 86 0,683 Tolak Valid

37 0,312 terima tidak valid 87 0,515 Tolak Valid

38 0,621 Tolak Valid 88 0,691 Tolak Valid

39 0,566 Tolak Valid 89 0,552 Tolak Valid

40 0,451 Tolak Valid 90 0,518 Tolak Valid

41 0,424 Tolak Valid 91 0,478 Tolak Valid

42 0,455 Tolak Valid 92 0,171 terima tidak valid

43 0,384 terima tidak valid 93 0,438 Tolak Valid

VALIDITAS VARIABEL PENERIMAAN ORANG TUA

2

Page 116: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

44 0,476 Tolak Valid 94 0,462 Tolak Valid

45 0,689 Tolak Valid 95 0,635 Tolak Valid

46 0,764 Tolak Valid 96 0,538 Tolak Valid

47 0,531 Tolak Valid 97 0,275 terima tidak valid

48 0,575 Tolak Valid 98 0,281 terima tidak valid

49 -0,154 terima tidak valid 99 0,441 Tolak Valid

50 0,504 Tolak Valid 100 0,523 Tolak Valid

rstt 2(rstt) 1+rst rstot0,886 1,772 1,886 0,940

2

Page 117: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan

1 0,628 Tolak Valid 61 0,797 Tolak Valid

2 0,672 Tolak Valid 62 0,665 Tolak Valid

3 0,219 Terima Tidak valid 63 0,788 Tolak Valid

4 0,585 Tolak Valid 64 0,729 Tolak Valid

5 0,692 Tolak Valid 65 -0,238 Terima Tidak valid

6 0,046 Terima Tidak valid 66 0,754 Tolak Valid

7 0,122 Terima Tidak valid 67 0,839 Tolak Valid

8 0,784 Tolak Valid 68 0,709 Tolak Valid

9 0,573 Tolak Valid 69 0,722 Tolak Valid

10 0,749 Tolak Valid 70 0,067 Terima Tidak valid

11 0,178 Terima Tidak valid 71 0,558 Tolak Valid

12 0,624 Tolak Valid 72 0,777 Tolak Valid

13 0,696 Tolak Valid 73 0,731 Tolak Valid

14 0,061 Terima Tidak valid 74 0,785 Tolak Valid

15 0,592 Tolak Valid 75 0,464 Tolak Valid

16 0,792 Tolak Valid 76 0,672 Tolak Valid

17 0,751 Tolak Valid 77 0,716 Tolak Valid

18 0,378 Terima Tidak valid 78 0,608 Tolak Valid

19 0,854 Tolak Valid 79 0,265 Terima Tidak valid

20 0,160 Terima Tidak valid 80 0,651 Tolak Valid

21 0,606 Tolak Valid 81 0,707 Tolak Valid

22 0,762 Tolak Valid 82 0,555 Tolak Valid

23 0,762 Tolak Valid 83 0,377 Terima Tidak valid

24 0,899 Tolak Valid 84 0,416 Tolak Valid

25 0,173 Terima Tidak valid 85 -0,101 Terima Tidak valid

26 0,611 Tolak Valid 86 0,701 Tolak Valid

27 0,052 Terima Tidak valid 87 0,675 Tolak Valid

28 0,754 Tolak Valid 88 0,507 Tolak Valid

29 0,660 Tolak Valid 89 0,723 Tolak Valid

30 0,326 Tolak Valid 90 0,169 Terima Tidak valid

31 0,655 Tolak Valid 91 0,723 Tolak Valid

32 0,728 Tolak Valid 92 0,473 Tolak Valid

33 0,683 Tolak Valid 93 0,758 Tolak Valid

34 0,609 Tolak Valid 94 0,714 Tolak Valid

35 0,779 Tolak Valid 95 0,060 Terima Tidak valid

36 0,110 Terima Tidak valid 96 0,506 Tolak Valid

37 0,782 Tolak Valid 97 0,558 Tolak Valid

38 0,626 Tolak Valid 98 0,609 Tolak Valid

39 0,592 Tolak Valid 99 0,722 Tolak Valid

40 0,698 Tolak Valid 100 0,201 Terima Tidak valid

41 0,753 Tolak Valid 101 0,708 Tolak Valid

42 0,596 Tolak Valid 102 0,579 Tolak Valid

43 0,338 Terima Tidak valid 103 0,648 Tolak Valid

44 0,700 Tolak Valid 104 0,342 Terima Tidak valid

VALIDITAS VARIABEL KONSEP DIRI

7

Page 118: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

45 0,721 Tolak Valid 105 0,392 Terima Tidak valid

46 0,675 Tolak Valid 106 0,566 Tolak Valid

47 0,802 Tolak Valid 107 0,817 Tolak Valid

48 0,694 Tolak Valid 108 0,585 Tolak Valid

49 0,757 Tolak Valid 109 0,422 Tolak Valid

50 -0,002 Terima Tidak valid 110 0,334 Terima Tidak valid

51 0,497 Tolak Valid 111 0,690 Tolak Valid

52 0,781 Tolak Valid 112 0,561 Tolak Valid

53 0,647 Tolak Valid 113 0,695 Tolak Valid

54 0,776 Tolak Valid 114 0,356 Terima Tidak valid

55 0,193 Terima Tidak valid 115 0,582 Tolak Valid

56 0,639 Tolak Valid 116 0,164 Terima Tidak valid

57 0,769 Tolak Valid 117 0,567 Tolak Valid

58 0,180 Terima Tidak valid 118 0,616 Tolak Valid

59 0,686 Tolak Valid 119 0,755 Tolak Valid

60 0,185 Terima Tidak valid 120 0,070 Terima Tidak valid

rstt 2(rstt) 1+rst rstot0,919 1,838 1,919 0,958

7

Page 119: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

1 5 2 1 3 3 2 2 4 2 1 2 2 1 1 3 2 2 5 2 5 2 2 3

2 5 2 1 3 3 2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 5 2 5 2 2 2

3 1 2 1 3 3 2 2 3 1 2 5 2 1 5 3 2 2 5 1 5 2 2 2

4 1 2 1 3 3 2 2 3 1 5 2 2 1 5 5 2 2 5 1 5 2 2 2

5 2 5 1 2 1 2 2 1 1 2 5 2 1 5 2 2 5 5 2 5 1 1 2

6 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 5 2 1 5 4 2 1 5 2 5 2 2 3

7 4 5 4 4 1 4 4 3 1 4 3 3 1 1 4 4 3 5 1 4 5 4 5

8 3 3 5 3 1 5 3 3 1 3 2 3 2 5 1 3 5 5 3 3 5 3 2

9 3 4 5 3 1 5 3 5 1 3 1 3 3 1 1 3 5 5 3 3 5 3 2

10 5 4 5 5 4 4 3 5 5 5 1 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4

11 5 5 5 4 4 5 2 4 4 5 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 4

12 4 2 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 2 5 5 4 5 4 4 5 5 4

13 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 1 5 4 5 5 5 5 5 4 4

14 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 1 5 5 5 5 5 4 5 5 5

15 5 5 5 3 5 2 2 5 4 3 2 2 5 3 5 5 5 5 5 5 5 2 4

16 5 5 1 3 5 1 2 5 4 4 2 2 5 3 5 5 5 5 5 4 3 5 5

17 5 5 2 5 5 1 1 5 3 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 4 5 4

18 5 5 1 4 2 2 2 5 5 5 4 3 1 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5

19 5 5 1 4 5 2 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5

20 1 2 5 4 1 2 4 4 5 1 2 2 2 2 5 2 1 2 2 2 2 1 1

Validitas Konsep Diri

Page 120: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

2 2 4 1 4 1 2 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1

2 2 3 2 2 1 5 1 1 2 3 1 1 1 2 2 1 4 1 5 5 1 2 2

1 1 2 2 4 1 5 1 1 2 1 1 5 3 5 2 1 1 1 5 2 2 2 3

2 1 5 1 1 1 2 1 2 3 1 1 5 1 5 5 1 1 1 5 1 3 1 1

2 3 2 1 1 1 5 1 2 1 1 4 5 1 2 5 1 1 1 5 1 2 5 1

2 5 2 1 1 1 3 1 1 1 1 4 5 1 1 5 1 1 1 5 1 1 3 4

2 2 3 5 1 1 5 3 3 3 3 1 5 1 1 1 3 3 3 5 1 1 2 4

3 3 3 1 1 1 5 1 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 3

3 3 3 5 1 1 5 3 3 3 2 1 4 1 5 5 4 1 2 5 1 5 2 2

5 4 4 5 4 5 5 1 4 4 5 5 4 3 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5

5 5 5 5 2 2 5 1 5 4 4 5 4 3 5 5 5 4 4 5 2 5 5 4

3 5 5 3 3 3 5 1 1 3 4 5 4 2 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4

5 5 5 1 5 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 5

5 5 5 1 5 2 2 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5 4 4 5

5 1 5 1 5 1 5 5 4 5 3 4 1 4 5 5 5 5 1 5 5 4 5 4

5 1 5 1 5 5 4 5 4 5 3 5 1 5 5 5 1 5 1 5 5 4 5 5

5 5 5 1 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5

5 1 5 5 5 3 5 5 3 4 3 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 5 5

5 1 5 5 5 3 5 2 3 2 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4

2 1 5 5 1 2 1 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 5 2 1 1 2

Page 121: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71

1 1 1 1 1 3 1 1 2 2 5 5 5 1 4 4 4 2 1 4 2 1 5 4

1 3 5 4 1 3 2 1 2 2 5 2 5 1 5 4 4 5 1 2 1 1 2 5

1 2 5 1 1 3 1 5 2 2 5 2 5 1 4 4 4 5 1 2 3 2 2 4

1 5 5 1 1 5 2 5 2 5 5 2 1 1 5 2 4 4 1 4 1 3 2 1

5 3 5 1 1 1 2 5 5 1 5 4 1 1 1 2 4 5 4 1 3 2 3 1

1 5 5 1 1 1 5 5 1 1 1 4 1 2 1 4 4 5 4 1 2 2 4 4

1 3 3 3 3 1 5 5 1 3 5 3 1 2 1 4 4 5 1 4 2 2 4 1

1 3 1 1 1 1 5 5 1 1 5 4 2 5 1 4 4 2 1 1 2 2 4 1

1 5 4 1 3 5 5 4 1 2 4 5 3 5 5 4 4 5 5 5 2 2 4 4

5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 2 2 5 5

5 5 4 4 4 5 5 5 2 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5

5 5 4 5 2 5 5 3 5 3 5 3 3 3 5 5 5 4 5 5 2 5 5 5

5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 3 3 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5

5 5 4 4 4 5 5 4 2 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 3

5 5 5 1 4 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 3 4 1 5

1 5 1 2 1 5 5 1 5 5 5 5 2 5 4 5 4 1 2 5 5 5 1 5

5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 4 5 4

5 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 4 5 5

5 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 3 5 5

1 1 3 3 1 3 1 2 1 2 5 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 5 2

Page 122: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95

4 2 2 4 2 4 2 1 5 4 5 3 2 2 4 2 5 2 4 3 3 3 3 3

4 2 2 1 2 2 2 5 5 1 1 3 1 5 5 5 1 1 1 5 5 4 4 4

2 2 2 2 4 2 1 2 4 1 2 3 2 4 2 4 1 2 2 4 4 4 4 4

4 2 2 2 4 2 1 2 1 1 2 3 2 4 3 4 5 3 2 4 5 4 4 1

4 2 2 2 4 2 1 5 1 1 2 2 2 4 1 4 5 4 2 1 4 4 4 1

4 2 2 5 4 2 1 5 4 1 2 2 2 4 1 3 2 3 3 1 4 4 4 1

3 2 2 5 4 3 1 1 4 1 4 2 2 4 5 3 2 3 2 1 3 3 3 5

3 2 2 5 4 3 1 1 1 5 3 2 2 4 5 3 5 3 4 5 3 3 3 3

4 2 2 5 4 2 2 2 1 5 4 1 2 4 5 4 5 2 4 5 3 3 3 3

3 2 2 4 4 4 2 3 5 5 4 3 2 4 5 5 5 2 4 5 5 5 3 3

4 2 2 2 5 2 2 5 5 5 4 2 2 4 5 2 5 2 2 3 5 5 5 1

5 2 2 4 5 5 2 3 5 5 4 2 2 4 5 5 5 5 1 5 5 3 5 1

5 5 2 5 5 5 5 1 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1

5 2 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 1

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 1 5 5 5 5 1

5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 2

5 2 5 2 4 5 5 5 5 5 5 2 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2

5 5 5 5 4 5 5 1 5 5 5 3 5 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5

2 1 1 2 2 2 5 1 1 3 5 2 5 2 1 2 1 2 2 2 5 2 3 1

Page 123: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119

1 3 3 3 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 3 2 5 3 5 4 5 5 1 1

5 5 1 1 5 5 5 2 2 5 5 2 1 1 5 4 1 3 2 3 5 2 1 2

5 4 2 2 4 1 1 2 2 2 4 2 2 1 4 2 1 4 1 3 5 1 2 2

1 1 1 3 5 3 3 2 2 2 4 2 2 1 4 4 2 5 2 3 5 1 3 1

1 1 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 1 1 4 3 3 5 3 3 1 3 4 2

1 1 2 2 4 4 4 2 2 2 4 2 2 5 4 3 1 4 3 3 1 1 4 3

3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 1 5 5 4 1 1 5 1 5 1

3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 1 5 5 5 1 1 5 3 5 2

3 3 3 5 3 3 1 3 3 5 3 3 3 1 3 4 3 5 1 1 1 3 4 2

3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 5 3 3 3 1 5 3 5 5 5 5 2 4 3

3 3 3 5 5 3 3 3 3 3 5 3 3 5 1 4 4 5 5 5 5 3 3 3

3 3 3 5 3 3 3 5 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5 2 5 5 4 4 4

5 5 5 5 2 5 4 5 1 1 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 2 4 3 4

4 5 3 2 1 5 5 5 1 2 5 5 2 4 5 5 3 5 3 5 5 4 5 5

5 5 3 4 1 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 4 4 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4

5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4

5 5 5 5 5 5 4 5 1 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 1 1 3 3 3 1 5 5 1 5 5 5 5 2 2 4 2 5 2 2 3

Page 124: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

8

Validitas variabel Konsep Diri

Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan

1 0,628 Tolak Valid 61 0,797 Tolak Valid

2 0,672 Tolak Valid 62 0,665 Tolak Valid

3 0,219 Terima Tidak valid 63 0,788 Tolak Valid

4 0,585 Tolak Valid 64 0,729 Tolak Valid

5 0,692 Tolak Valid 65 -0,238 Terima Tidak valid

6 0,046 Terima Tidak valid 66 0,754 Tolak Valid

7 0,122 Terima Tidak valid 67 0,839 Tolak Valid

8 0,784 Tolak Valid 68 0,709 Tolak Valid

9 0,573 Tolak Valid 69 0,722 Tolak Valid

10 0,749 Tolak Valid 70 0,067 Terima Tidak valid

11 0,178 Terima Tidak valid 71 0,558 Tolak Valid

12 0,624 Tolak Valid 72 0,777 Tolak Valid

13 0,696 Tolak Valid 73 0,731 Tolak Valid

14 0,061 Terima Tidak valid 74 0,785 Tolak Valid

15 0,592 Tolak Valid 75 0,464 Tolak Valid

16 0,792 Tolak Valid 76 0,672 Tolak Valid

17 0,751 Tolak Valid 77 0,716 Tolak Valid

18 0,378 Terima Tidak valid 78 0,608 Tolak Valid

19 0,854 Tolak Valid 79 0,265 Terima Tidak valid

20 0,160 Terima Tidak valid 80 0,651 Tolak Valid

21 0,606 Tolak Valid 81 0,707 Tolak Valid

22 0,762 Tolak Valid 82 0,555 Tolak Valid

23 0,762 Tolak Valid 83 0,377 Terima Tidak valid

24 0,899 Tolak Valid 84 0,416 Tolak Valid

25 0,173 Terima Tidak valid 85 -0,101 Terima Tidak valid

26 0,611 Tolak Valid 86 0,701 Tolak Valid

27 0,052 Terima Tidak valid 87 0,675 Tolak Valid

28 0,754 Tolak Valid 88 0,507 Tolak Valid

29 0,660 Tolak Valid 89 0,723 Tolak Valid

30 0,326 Tolak Valid 90 0,169 Terima Tidak valid

31 0,655 Tolak Valid 91 0,723 Tolak Valid

32 0,728 Tolak Valid 92 0,473 Tolak Valid

33 0,683 Tolak Valid 93 0,758 Tolak Valid

34 0,609 Tolak Valid 94 0,714 Tolak Valid

35 0,779 Tolak Valid 95 0,060 Terima Tidak valid

36 0,110 Terima Tidak valid 96 0,506 Tolak Valid

37 0,782 Tolak Valid 97 0,558 Tolak Valid

38 0,626 Tolak Valid 98 0,609 Tolak Valid

39 0,592 Tolak Valid 99 0,722 Tolak Valid

40 0,698 Tolak Valid 100 0,201 Terima Tidak valid

Page 125: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

9

41 0,753 Tolak Valid 101 0,708 Tolak Valid

42 0,596 Tolak Valid 102 0,579 Tolak Valid

43 0,338 Terima Tidak valid 103 0,648 Tolak Valid

44 0,700 Tolak Valid 104 0,342 Terima Tidak valid

45 0,721 Tolak Valid 105 0,392 Terima Tidak valid

46 0,675 Tolak Valid 106 0,566 Tolak Valid

47 0,802 Tolak Valid 107 0,817 Tolak Valid

48 0,694 Tolak Valid 108 0,585 Tolak Valid

49 0,757 Tolak Valid 109 0,422 Tolak Valid

50 -0,002 Terima Tidak valid 110 0,334 Terima Tidak valid

51 0,497 Tolak Valid 111 0,690 Tolak Valid

52 0,781 Tolak Valid 112 0,561 Tolak Valid

53 0,647 Tolak Valid 113 0,695 Tolak Valid

54 0,776 Tolak Valid 114 0,356 Terima Tidak valid

55 0,193 Terima Tidak valid 115 0,582 Tolak Valid

56 0,639 Tolak Valid 116 0,164 Terima Tidak valid

57 0,769 Tolak Valid 117 0,567 Tolak Valid

58 0,180 Terima Tidak valid 118 0,616 Tolak Valid

59 0,686 Tolak Valid 119 0,755 Tolak Valid

60 0,185 Terima Tidak valid 120 0,070 Terima Tidak valid Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa dalam variabel konsep diri

terdapat 29 item yang tidak valid yaitu item no3, no6, no7, no11, no14,no18,

no20, no25,no27, no36, no43, no50, no55, no58, no60, no65, no70, no79,

no83,no85, no90,n095,no100, no104, no105, no110, no114, n0116, dan no120

tidak valid karena nilai r korelasinya lebih kecil dari r table (0,400). Sedangkan no

item lainnya valid karena nilai r korelasinya lebih besar dari r table (0,400)

Page 126: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

10

Reliabil ity Statistics

,97260a

,95860b

120

,919

,958,958

,950

ValueN of Items

Part 1

ValueN of Items

Part 2

Total N of I tems

Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms

Equal LengthUnequal Length

Spearman-BrownCoeff icient

Guttman Split-Half Coef f icient

The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004,VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009,VAR00010, VAR00011, VAR00012, VAR00013, VAR00014,VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019,VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024,VAR00025, VAR00026, VAR00027, VAR00028, VAR00029,VAR00030, VAR00031, VAR00032, VAR00033, VAR00034,VAR00035, VAR00036, VAR00037, VAR00038, VAR00039,VAR00040, VAR00041, VAR00042, VAR00043, VAR00044,VAR00045, VAR00046, VAR00047, VAR00048, VAR00049,VAR00050, VAR00051, VAR00052, VAR00053, VAR00054,VAR00055, VAR00056, VAR00057, VAR00058, VAR00059,VAR00060.

a.

The items are: VAR00061, VAR00062, VAR00063, VAR00064,VAR00065, VAR00066, VAR00067, VAR00068, VAR00069,VAR00070, VAR00071, VAR00072, VAR00073, VAR00074,VAR00075, VAR00076, VAR00077, VAR00078, VAR00079,VAR00080, VAR00081, VAR00082, VAR00083, VAR00084,VAR00085, VAR00086, VAR00087, VAR00088, VAR00089,VAR00090, VAR00091, VAR00092, VAR00093, VAR00094,VAR00095, VAR00096, VAR00097, VAR00098, VAR00099,VAR00100, VAR00101, VAR00102, VAR00103, VAR00104,VAR00105, VAR00106, VAR00107, VAR00108, VAR00109,VAR00110, VAR00111, VAR00112, VAR00113, VAR00114,VAR00115, VAR00116, VAR00117, VAR00118, VAR00119,VAR00120.

b.

Reliabilitas variabel konsep diri

rstt 2(rstt) 1+rst rstot 0,919 1,838 1,919 0,958

Dari tabel perhitungan SPSS diketahui bahwa nilai reliabilitas untuk

variabel konsep diri sebesar 0,958, dengan demikian maka variabel konsep diri

reliabel karena lebih besar dari 0,7.

Page 127: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

NO 1 5 8 10 13 15 16 19 23 24 28 29 32 35 37 40 41 45 47 49 52 54 57 59 61 63 66 67 72 741 4 2 4 3 5 4 5 4 4 1 2 3 5 4 3 5 4 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 3 32 3 4 2 4 3 4 4 4 5 2 2 1 5 4 5 4 3 4 4 3 3 5 5 4 5 4 4 4 3 43 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 44 4 2 2 5 4 4 4 5 4 1 3 4 3 5 5 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 45 4 2 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 37 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 39 4 1 4 2 5 4 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 1 5 3 1 5 1 5 5 5 4

10 3 2 4 5 5 2 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 2 4 1 4 3 1 5 1 5 5 5 411 3 2 5 4 4 4 4 5 3 4 4 5 3 4 4 5 2 4 2 3 2 4 4 5 2 4 2 5 4 412 3 2 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 4 2 5 2 4 2 3 4 5 4 5 2 4 2 2 4 413 3 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 5 4 4 2 5 2 5 2 3 4 4 5 5 2 5 2 2 4 514 2 2 3 2 5 4 3 3 4 5 4 4 3 4 2 5 2 4 2 4 4 5 5 4 2 5 2 2 4 415 2 2 3 5 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 2 5 2 4 2 4 4 5 4 4 4 3 4 2 2 416 2 3 4 3 4 4 5 5 4 5 3 2 4 2 2 2 3 3 4 4 1 5 4 1 5 1 3 3 5 519 1 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 1 5 4 1 5 1 5 5 5 420 5 2 4 3 4 3 5 4 5 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 321 5 4 3 4 4 4 5 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 1 3 1 5 1 5 5 5 122 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 4 2 5 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 5 423 1 3 4 3 4 3 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 4 4 1 5 5 1 5 2 5 5 5 424 4 3 4 4 4 4 5 1 5 5 2 4 3 3 2 3 4 4 2 2 1 4 4 4 4 4 2 2 2 427 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 2 5 2 4 2 3 4 1 4 4 1 4 2 2 4 428 3 2 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 2 2 4 4 4 1 4 4 4 2 4 2 2 5 430 2 2 4 5 4 3 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 331 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 332 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 333 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 334 1 2 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 335 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 336 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 337 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 338 3 3 5 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 340 3 1 4 2 5 3 4 5 5 4 2 4 2 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Data Item Yang Di Pakai Dalam Perhitungan PenelitianVariabel Konsep Diri

Page 128: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Y76 77 81 82 86 89 91 93 98 99 101 103 107 108 111 113 118 119 skor 2 5 8 9 13 14 15 16 17 21 24 28 x1 31 333 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 1 169 5 5 5 3 4 5 5 4 4 5 4 5 54 5 54 4 4 4 5 5 4 3 4 4 5 2 3 3 4 4 5 5 183 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 54 4 43 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 172 3 4 5 5 5 5 4 4 1 5 3 4 48 4 33 3 3 5 4 4 5 1 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 166 3 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 53 5 43 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 165 2 3 3 3 4 4 4 3 4 5 2 3 40 4 23 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 5 4 5 5 4 5 3 160 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 45 4 23 5 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 171 5 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 4 48 5 33 3 4 4 3 3 3 4 4 4 5 3 5 4 4 5 5 2 168 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 51 5 32 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 166 3 3 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 49 4 42 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 170 3 3 3 4 5 5 4 3 4 3 5 5 47 4 32 2 3 1 3 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 5 3 3 164 4 4 3 3 4 5 4 4 5 3 4 4 47 4 42 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 164 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 4 55 4 24 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 5 170 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 39 4 33 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 168 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 43 4 43 5 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 5 5 4 4 5 175 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 51 3 43 3 3 3 3 3 3 4 3 3 5 5 3 3 3 4 3 3 162 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 4 48 3 45 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 5 5 173 5 4 3 4 5 3 5 4 3 4 5 4 49 3 42 2 1 5 3 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 5 5 5 171 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 5 50 4 43 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 169 3 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 53 4 42 2 5 2 4 3 2 4 5 4 5 3 3 2 4 3 4 4 160 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 5 54 4 42 2 3 4 5 3 3 5 4 4 2 4 5 4 5 4 4 2 161 4 4 5 5 1 1 5 4 1 4 3 1 38 3 42 5 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 164 5 4 3 2 4 2 2 5 3 2 2 1 35 3 43 3 3 3 4 3 2 4 4 4 2 3 2 4 5 4 5 4 159 3 3 3 4 4 3 4 4 1 4 3 1 37 4 43 3 3 3 4 4 3 4 5 2 4 4 5 5 5 4 3 3 166 3 5 3 4 2 3 2 4 3 4 3 4 40 4 43 3 3 3 4 3 2 5 5 2 3 5 4 4 3 4 3 4 162 5 2 3 4 3 4 3 2 1 2 2 3 34 4 43 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 4 5 5 168 3 3 3 4 3 4 3 5 4 3 3 4 42 5 43 3 3 3 3 3 3 4 4 5 2 5 2 5 2 5 5 5 160 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 40 4 43 3 3 3 5 3 3 5 4 5 1 4 5 5 4 4 4 3 163 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 33 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 4 4 4 158 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 3 3 47 4 33 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 5 5 4 5 4 165 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 5 44 4 33 3 3 3 5 3 3 4 4 4 2 4 2 4 2 4 5 5 159 3 3 4 4 3 3 1 1 2 2 3 3 32 4 43 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 5 4 5 5 5 5 163 4 5 5 3 1 2 1 2 3 2 1 1 30 4 4

Aspek memahami kebutuhan anak

Page 129: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

34 38 39 42 45 46 48 x2 53 54 56 58 63 64 66 70 x3 75 79 80 82 83 86 88 91 95 96 100 x4 total5 5 5 5 5 5 5 45 5 4 4 4 4 5 4 5 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 52 1864 5 3 3 5 5 4 37 5 4 4 3 3 4 5 4 32 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 53 1764 1 4 3 4 3 3 29 5 4 4 5 3 4 3 4 32 5 5 5 4 5 5 5 5 3 4 5 51 1605 4 3 3 5 4 4 37 5 4 4 4 3 5 3 3 31 5 4 3 5 3 4 3 3 3 5 3 41 1623 3 4 4 5 4 4 33 5 3 4 3 4 5 3 4 31 5 4 4 5 3 4 4 5 5 3 4 46 1505 3 3 4 4 3 3 31 4 3 3 4 1 4 3 3 25 4 4 4 5 5 2 1 2 3 3 1 34 1354 3 4 3 4 3 3 32 2 2 1 2 3 3 4 2 19 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 53 1525 4 4 3 5 4 4 37 5 3 3 2 4 4 3 5 29 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 52 1693 3 3 3 3 3 3 29 4 5 3 2 4 5 4 2 29 3 3 3 3 3 4 4 5 4 3 4 39 1463 3 4 3 4 3 3 30 5 4 5 4 4 4 3 1 30 4 3 4 5 2 4 4 4 4 3 5 42 1494 3 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 3 2 4 5 30 4 4 3 5 2 2 3 3 2 1 2 31 1434 3 4 4 4 4 4 33 5 4 2 3 3 3 4 2 26 4 3 3 5 5 2 4 3 5 3 4 41 1554 4 1 4 4 4 4 32 5 3 4 3 3 4 4 1 27 5 5 3 4 4 2 3 4 3 4 4 41 1394 3 3 4 4 3 3 32 5 3 4 3 4 4 5 5 33 5 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 46 1543 4 3 3 3 3 3 29 5 4 3 5 5 5 3 5 35 4 4 3 5 5 4 3 4 3 5 5 45 1604 4 3 4 3 2 4 31 5 2 2 2 1 1 2 2 17 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 46 1421 4 3 3 3 5 3 29 4 3 1 1 3 3 3 3 21 1 4 3 5 5 4 3 3 4 4 4 40 1395 3 5 4 4 4 4 37 5 5 4 5 5 5 3 5 37 5 3 3 5 5 1 3 3 4 5 4 41 1653 3 5 4 4 4 4 35 4 5 5 4 3 4 5 5 35 4 3 3 4 4 4 4 3 4 5 5 43 1664 5 3 5 4 4 4 37 5 4 4 4 4 5 5 5 36 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 43 1703 3 4 4 3 3 3 30 4 4 3 3 2 1 2 2 21 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 40 1293 4 4 4 4 4 4 34 5 4 2 2 1 3 2 2 21 5 4 4 1 3 4 4 4 3 2 3 37 1273 2 4 2 2 1 2 24 5 3 3 4 2 2 1 2 22 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 4 36 1194 4 5 4 4 4 2 35 4 3 2 3 1 2 2 1 18 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 47 1404 3 3 1 3 2 3 27 5 3 3 1 2 1 2 2 19 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 40 1204 4 4 4 1 2 2 30 4 3 3 3 5 3 3 3 27 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4 5 48 1474 2 3 4 3 2 1 27 5 4 3 4 3 3 4 4 30 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 42 1391 1 2 2 1 4 4 22 5 4 4 1 2 1 1 1 19 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 4 43 1323 3 3 1 2 2 1 22 5 3 2 4 3 2 2 4 25 5 5 3 3 5 4 4 3 1 2 2 37 1313 3 4 2 2 2 4 27 1 2 2 1 3 3 3 3 18 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 42 1314 3 4 2 1 2 4 28 5 2 1 3 2 1 1 2 17 4 4 4 4 5 5 3 2 1 1 2 35 1122 3 4 5 2 2 2 28 1 2 2 2 3 2 1 2 15 4 3 3 4 5 4 3 3 2 3 5 39 112

Variabel Penerimaan Orang TuaAspek bersikap adil Aspek tidak menyalahkan anak Aspek sikap protektif

Page 130: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

NO 1 5 8 10 13 15 16 19 23 24 28 29 32 35 37 40 41 45 471 4 2 4 3 5 4 5 4 4 1 2 3 5 4 3 5 4 3 32 3 4 2 4 3 4 4 4 5 2 2 1 5 4 5 4 3 4 43 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 5 5 4 4 5 34 4 2 2 5 4 4 4 5 4 1 3 4 3 5 5 2 4 4 45 4 2 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 3 4 3 4 2 4 27 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 29 4 1 4 2 5 4 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 4

10 3 2 4 5 5 2 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 211 3 2 5 4 4 4 4 5 3 4 4 5 3 4 4 5 2 4 212 3 2 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 4 2 5 2 4 213 3 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 5 4 4 2 5 2 5 214 2 2 3 2 5 4 3 3 4 5 4 4 3 4 2 5 2 4 215 2 2 3 5 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 2 5 2 4 216 2 3 4 3 4 4 5 5 4 5 3 2 4 2 2 2 3 3 419 1 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 2 4 2 4 2 4 2 420 5 2 4 3 4 3 5 4 5 4 4 4 2 3 3 4 3 4 221 5 4 3 4 4 4 5 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 422 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 4 2 5 223 1 3 4 3 4 3 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 424 4 3 4 4 4 4 5 1 5 5 2 4 3 3 2 3 4 4 227 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 2 5 2 4 228 3 2 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 2 2 4 430 2 2 4 5 4 3 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 4 331 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 4 232 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 233 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 4 4 234 1 2 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 235 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 2 4 236 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 237 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 4 2 4 2 4 238 3 3 5 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 240 3 1 4 2 5 3 4 5 5 4 2 4 2 3 2 3 3 4 2

Page 131: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

49 52 54 57 59 61 63 66 67 72 74 76 77 81 82 86 89 91 93 983 4 4 4 4 5 5 5 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 43 3 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 44 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 33 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 5 1 34 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 34 1 5 3 1 5 1 5 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 4 44 1 4 3 1 5 1 5 5 5 4 3 3 4 4 3 3 3 4 43 2 4 4 5 2 4 2 5 4 4 2 2 4 4 3 3 3 4 43 4 5 4 5 2 4 2 2 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 43 4 4 5 5 2 5 2 2 4 5 2 2 3 1 3 4 4 4 44 4 5 5 4 2 5 2 2 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 44 4 5 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 2 3 34 1 5 4 1 5 1 3 3 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 44 1 5 4 1 5 1 5 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 4 34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 34 4 1 3 1 5 1 5 5 5 1 5 5 5 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 2 2 5 4 2 2 1 5 3 4 4 4 44 1 5 5 1 5 2 5 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 4 42 1 4 4 4 4 4 2 2 2 4 2 2 5 2 4 3 2 4 53 4 1 4 4 1 4 2 2 4 4 2 2 3 4 5 3 3 5 44 1 4 4 4 2 4 2 2 5 4 2 5 2 2 3 4 3 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 54 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 5 54 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 54 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 4 44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

Variabel Konsep Diri

Page 132: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Y99 101 103 107 108 111 113 118 119 skor 2 5 8 9 13 14 15 16 17 21 24 284 3 2 4 4 4 4 3 1 169 5 5 5 3 4 5 5 4 4 5 4 54 5 2 3 3 4 4 5 5 183 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 44 3 2 3 2 4 3 3 3 172 3 4 5 5 5 5 4 4 1 5 3 43 2 2 2 2 4 3 3 3 166 3 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 54 4 4 2 4 4 4 5 5 165 2 3 3 3 4 4 4 3 4 5 2 33 4 5 4 5 5 4 5 3 160 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 171 5 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 44 5 3 5 4 4 5 5 2 168 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 44 3 3 3 3 3 4 2 2 166 3 3 4 4 4 3 4 5 5 5 5 44 4 3 3 3 4 2 4 4 170 3 3 3 4 5 5 4 3 4 3 5 54 2 3 2 4 4 5 3 3 164 4 4 3 3 4 5 4 4 5 3 4 44 3 3 3 3 3 4 3 3 164 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 43 4 3 3 3 3 3 4 5 170 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 44 3 3 3 3 4 3 4 4 168 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 33 4 3 4 5 5 4 4 5 175 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 53 5 5 3 3 3 4 3 3 162 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 44 4 3 3 3 4 2 5 5 173 5 4 3 4 5 3 5 4 3 4 5 44 2 3 2 4 4 5 5 5 171 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 54 3 3 3 3 3 4 4 4 169 3 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 54 5 3 3 2 4 3 4 4 160 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 54 2 4 5 4 5 4 4 2 161 4 4 5 5 1 1 5 4 1 4 3 14 4 4 4 4 2 4 4 4 164 5 4 3 2 4 2 2 5 3 2 2 14 2 3 2 4 5 4 5 4 159 3 3 3 4 4 3 4 4 1 4 3 12 4 4 5 5 5 4 3 3 166 3 5 3 4 2 3 2 4 3 4 3 42 3 5 4 4 3 4 3 4 162 5 2 3 4 3 4 3 2 1 2 2 34 3 4 2 4 4 4 5 5 168 3 3 3 4 3 4 3 5 4 3 3 45 2 5 2 5 2 5 5 5 160 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 45 1 4 5 5 4 4 4 3 163 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 2 4 2 4 2 4 4 4 158 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 3 34 2 4 4 5 5 4 5 4 165 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 54 2 4 2 4 2 4 5 5 159 3 3 4 4 3 3 1 1 2 2 3 34 2 4 5 4 5 5 5 5 163 4 5 5 3 1 2 1 2 3 2 1 1

Aspek memahami kebutuhan anak

Page 133: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

x1 31 33 34 38 39 42 45 46 48 x2 53 54 56 58 63 64 66 70 x3 75 79 80 82 83 86 88 9154 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5 4 4 4 4 5 4 5 35 5 5 5 5 5 5 5 554 4 4 4 5 3 3 5 5 4 37 5 4 4 3 3 4 5 4 32 5 5 5 4 5 5 5 448 4 3 4 1 4 3 4 3 3 29 5 4 4 5 3 4 3 4 32 5 5 5 4 5 5 5 553 5 4 5 4 3 3 5 4 4 37 5 4 4 4 3 5 3 3 31 5 4 3 5 3 4 3 340 4 2 3 3 4 4 5 4 4 33 5 3 4 3 4 5 3 4 31 5 4 4 5 3 4 4 545 4 2 5 3 3 4 4 3 3 31 4 3 3 4 1 4 3 3 25 4 4 4 5 5 2 1 248 5 3 4 3 4 3 4 3 3 32 2 2 1 2 3 3 4 2 19 4 5 5 5 4 5 5 551 5 3 5 4 4 3 5 4 4 37 5 3 3 2 4 4 3 5 29 5 5 5 5 5 5 4 549 4 4 3 3 3 3 3 3 3 29 4 5 3 2 4 5 4 2 29 3 3 3 3 3 4 4 547 4 3 3 3 4 3 4 3 3 30 5 4 5 4 4 4 3 1 30 4 3 4 5 2 4 4 447 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 3 2 4 5 30 4 4 3 5 2 2 3 355 4 2 4 3 4 4 4 4 4 33 5 4 2 3 3 3 4 2 26 4 3 3 5 5 2 4 339 4 3 4 4 1 4 4 4 4 32 5 3 4 3 3 4 4 1 27 5 5 3 4 4 2 3 443 4 4 4 3 3 4 4 3 3 32 5 3 4 3 4 4 5 5 33 5 4 4 5 4 5 3 451 3 4 3 4 3 3 3 3 3 29 5 4 3 5 5 5 3 5 35 4 4 3 5 5 4 3 448 3 4 4 4 3 4 3 2 4 31 5 2 2 2 1 1 2 2 17 5 4 3 5 4 4 5 349 3 4 1 4 3 3 3 5 3 29 4 3 1 1 3 3 3 3 21 1 4 3 5 5 4 3 350 4 4 5 3 5 4 4 4 4 37 5 5 4 5 5 5 3 5 37 5 3 3 5 5 1 3 353 4 4 3 3 5 4 4 4 4 35 4 5 5 4 3 4 5 5 35 4 3 3 4 4 4 4 354 4 4 4 5 3 5 4 4 4 37 5 4 4 4 4 5 5 5 36 4 3 4 4 4 4 4 438 3 4 3 3 4 4 3 3 3 30 4 4 3 3 2 1 2 2 21 3 4 4 4 3 4 3 335 3 4 3 4 4 4 4 4 4 34 5 4 2 2 1 3 2 2 21 5 4 4 1 3 4 4 437 4 4 3 2 4 2 2 1 2 24 5 3 3 4 2 2 1 2 22 3 3 3 4 3 4 3 340 4 4 4 4 5 4 4 4 2 35 4 3 2 3 1 2 2 1 18 4 4 4 4 4 4 4 534 4 4 4 3 3 1 3 2 3 27 5 3 3 1 2 1 2 2 19 3 4 3 4 4 4 3 442 5 4 4 4 4 4 1 2 2 30 4 3 3 3 5 3 3 3 27 4 4 3 5 4 4 5 540 4 4 4 2 3 4 3 2 1 27 5 4 3 4 3 3 4 4 30 4 4 3 4 4 4 3 348 4 3 1 1 2 2 1 4 4 22 5 4 4 1 2 1 1 1 19 5 5 3 3 4 4 3 447 4 3 3 3 3 1 2 2 1 22 5 3 2 4 3 2 2 4 25 5 5 3 3 5 4 4 344 4 3 3 3 4 2 2 2 4 27 1 2 2 1 3 3 3 3 18 4 4 4 4 4 4 3 332 4 4 4 3 4 2 1 2 4 28 5 2 1 3 2 1 1 2 17 4 4 4 4 5 5 3 230 4 4 2 3 4 5 2 2 2 28 1 2 2 2 3 2 1 2 15 4 3 3 4 5 4 3 3

Variabel Penerimaan Orang TuaAspek bersikap adil Aspek tidak menyalahkan anak Aspek sikap protektif

Page 134: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

95 96 100 x4 total5 2 5 52 1865 5 5 53 1763 4 5 51 1603 5 3 41 1625 3 4 46 1503 3 1 34 1355 5 5 53 1525 4 4 52 1694 3 4 39 1464 3 5 42 1492 1 2 31 1435 3 4 41 1553 4 4 41 1394 4 4 46 1543 5 5 45 1604 5 4 46 1424 4 4 40 1394 5 4 41 1654 5 5 43 1663 5 4 43 1704 4 4 40 1293 2 3 37 1274 2 4 36 1194 5 5 47 1403 4 4 40 1205 4 5 48 1474 4 5 42 1394 4 4 43 1321 2 2 37 1314 4 4 42 1311 1 2 35 1122 3 5 39 112

Page 135: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri

19

NO ASPEK INDIKATOR Item Positif Item Negatif

1 Perceptual Component

Sex Appropreateness

1. Saya memiliki tubuh yang indah

2. Saya Cantik/ tampan

3. Saya memiliki tubuh yang sehat

4. Saya menyukai tubuh saya

5. Teman-teman menyukai saya

6. Saya sering merasa sebagai orang yang kurang beruntung

7. Saya selalu merasa tubuh saya tidak sempurna

8. Tubuh saya tidak proporsional

9. Saya jelek

10. Ada bagian tubuh saya yang tidak saya sukai

Self Attractiveness

11. Banyak lawan jenis yang mendekati saya

12. Saya seseorang yang menarik

13. Saya seorang yang ramah

14. Saya mudah berteman dengan siapa saja

15. Menurut saya tubuh saya ideal

16. Saya susah berteman

17. Saya orang yang tidak menyenangkan dalam bergaul

18. Saya tidak terkenal dikalangan teman-teman saya

19. Teman- teman sering mengejek saya

20. Kekurangan saya membuat saya merasa tidak menarik

2 Conceptual Component

Honesty (Kejujuran)

21. Saya dapat dipercaya

22. Saya seorang yang jujur

23. Saya dapat menjaga rahasia yang diceritakan teman kepada saya

24. Saya tidak pernah mencontek

25. Saya selalu mengembalikan alat tulis atau barang yang saya pinjam

26. Saya sering menyalin PR teman

27. Saya sering berbuat curang untuk meraih sesuatu

28. Saya sering mencontek ketika ujian

29. Saya cenderung menghindar jika ketahuan bersalah

30. Saya sering terpengaruh teman-teman untuk berbuat yang tidak jujur

Self Confidance (Kepercayaan Diri)

31. Saya selalu yakin dalam semua hal yang saya lakukan

32. Saya mampu mengatasi masalah yang ada

33. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya

34. Saya menghargai kelebihan dan kekurangan yang ada dalm diri saya

35. Saya merasa dihargai teman-teman

36. Saya merasa takut berada ditengah-tengah orang yang tidak saya kenal

37. Saya sering merasa kesulitan menghadapi masalah-masalah yang saya hadapi

38. Saya merasa tidak berharga

39. Saya merasa terganggu jika ada orang yang memperhatikan saya

40. Saya tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain

Independence (Kemandirian)

41. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan tugas

46. Saya sering meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan sesuatu

47. Saudara saya sering

Page 136: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri

20

sehari-hari

42. Saya tidak perlu diantar untuk pergi kesuatu tempat

43. Saya tidak perlu diperintah untuk mengerjakan sesuatu

44. Saya mampu mengerjakan sesuatu seorang diri

45. Keputusan yang saya ambil berdasarkan pemikiran saya sendiri

membantu tugas rumah( mis : membersihkan tempat tidur, menyapu dll) saya

48. Jika ingin pergi kesuatu tempat saya harus diantar

49. Sulit bagi saya melakukan segala sesuatu sendirian

50. Saya tidak mampu menghadapi kesulitan sendirian

Courage ( Keberanian)

51. Saya selalu tersenyum pada orang yang baru saya kenal

52. Saya tidak takut mengakui kesalahan yang saya buat

53. Saya tidak takut berada sendirian dikeramaian

54. Saya berani mengemukakan pendapat saya dalam suatu diskusi

55. Bila ditunjuk sebagai ketua dalam suatu kelompok saya akan menerimanya

56. Saya tidak berani bertanggung jawab atas keputusan yang telah saya ambil

57. Berada dikeramaian adalah hal yang menakutkan bagi saya

58. Saya merasa sulit untuk meminta maaf kepada orang lain

59. Saya lebih sering menyendiri daripada berkumpul bersama teman

60. Saya takut jika disuruh tampil didepan orang banyak

3 Attitudinal Component

Present Status 61. Saya menerima diri saya apa adanya

62. Saya merasa dihargai teman-teman

63. Saya merasa bahagia

64. Saya siap menerima masa depan saya

65. Saya menghargai kepribadian yang saya miliki

66. Saya tidak bisa menerima kegagalan dengan sikap positif

67. Saya sering menyangkal keadaan fisik saya yang sebenarnya

68. Saya tidak mempunyai bakat apapun

69. Saya merasa belum optimal memanfaatkan diri saya

70. Saya takut hal-hal yang buruk menimpa saya

Future Prospect 71. Saya ingin sukses dalam segala hal

72. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya sampai perguruan tinggi

73. Saya tidak putus asa menghadapi masa depan

74. Keterampilan yang saya miliki

76. Saya tidak akan mempunyai kesempatan bekerja diperkantoran

77. Saya rasa tidak ada orang yang menginginkan berkeluarga dengan saya

78. Masa depan saya suram

79. Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan dimasa depan

80. Saya tidak akan punya kesempatan untuk

Page 137: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri

21

membuat saya tidak takut menghadapi masa depan saya

75. Keadaan fisik saya tidak akan menghalangi cita-cita saya

mengembangkan cita-cita saya

Self Esteem 81. Saya merasa dihargai teman-teman

82. Saya tidak memandang rendah diri saya

83. Saya merasa diri saya berharga

84. Kekurangan saya menjadi inspirasi saya untuk maju

85. Saya merasa pantas untuk dicintai

86. Saya merasa rendah diri 87. Saya selalu merasa

berbeda dari anak lainnya 88. Saya merasa tidak berguna 89. Saya merasa aktifitas saya

terhambat dengan adanya kekurangan saya

90. Saya merasa tidak diterima oleh lingkungan saya

Pride 91. Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki

92. Saya sering merasa menjadi orang hebat

93. Teman-teman selalu menyetujui usulan saya

94. Saya mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan usia

95. Saya memiliki prestasi disuatu bidang

96. Saya tidak memiliki banyak teman

97. Teman-teman tidak memperhatikan saya

98. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari saya

99. Saya tidak mempunyai prestasi dibidang apapun

100. Saya bukan anak yang dapat dibanggakan oleh orang tua saya

Perasaan Malu 101. Saya cepat menyesuaikan diri dilingkungan yang baru

102. Saya tidak malu untuk berbicara jika saya berada didalam suatu kelompok

103. Kekurangan saya tidak menjadi hambatan untuk berkenalan dengan orang baru

104. Saya cepat akrab dengan orang yang baru saya kenal

105. Saya tidak malu jika ada orang yang

106. Kekurangan saya membuat saya malu

107. Saya malu jika bertemu dengan orang yang memiliki tubuh normal

108. Saya malu berkenalan dengan orang baru

109. Sulit bagi saya berteman dengan anak yang normal

110. Saya merasa kecil dihadapan orang lain

Page 138: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri

22

memperhatikan saya

Self Reproach( Menyesali Diri)

111. Saya Bersyukur atas semua keadaan saya

112. Saya merasa puas dengan keadaan saya

113. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya

114. Saya tidak pernah merasa sebagai orang yang kurang beruntung

115. Saya merasa saya individu yang unik

116. Saya membenci diri saya

117. Kekurangan saya menyebabkan saya merasa tidak berdaya

118. Saya sering menyesali keadaan saya

119. Saya sering merasa iri dengan anak lain yang memiliki tubuh normal

120. Saya seorang yang tidak berguna

Page 139: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

15

NO ASPEK INDIKATOR Item Positif Item Negatif

1 Memahami Kebutuhan Anak

Memperhatikan Anak

1. Saya sering menghabiskan waktu bersama orang tua

2. Orang tua saya mendampingi saya belajar di rumah

3. Orang tua saya biasa menanyakan kegiatan saya disekolah

4. Saya merasa diperhatikan oleh orang tua saya

5. Orang tua saya memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik

6. Saya Merasa orang tua tidak memperhatikan saya dirumah

7. Apapun yang saya kerjakan dirumah Orang Tua saya tidak perduli

8. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan pengasuh/pembantu dirumah

9. Orang tua saya tidak pernah memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik

10. Orang tua saya tidak pernah menanyakan kegiatan saya disekolah

Memenuhi Segala Kebutuhan Anak

11. Saya ke sekolah diantar orang tua hampir setiap hari

12. Saya merasa kegiatan yang saya lakukan selalu mendapat dukungan dari orang tua

13. Semua kebutuhan saya dipenuhi orang tua

14. Jika saya sedang sedih atau mengalami kesulitan orang tua akan menghibur saya

15. Orang tua membantu saya dalam menyiapkan segala sesuatu keperluan sekolah

16. Saya merasa orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya lakukan

17. Orang tua jarang mengantar saya ke sekolah

18. Saya merasa orang tua tidak mengerti perasaan saya

19. Orang tua saya tidak akan memenuhi semua kebutuhan saya

20. Saya sering merasa semua keinginan saya tidak pernah direalisasikan orang tua

Memperhatikan Perkembangan Minat Anak

21. Orang tua sering mengingatkan saya jika saya malas belajar

22. Orang tua mendukung kegiatan yang saya minati

23. Orang tua saya memberikan saya kebebasan berkreatifitas

24. Orang tua selalu menasehati saya agar prestasi saya meningkat

25. Orang tua selalu menanyakan aktifitas saya setiap hari

26. Orang tua tidak pernah menasehati saya agar prestasi saya meningkat

27. Orang tua saya mengekang kebebasan saya berkreatifitas

28. Orang tua tidak pernah menanyakan kapan saya harus belajar, semua terserah saya

29. Orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya minati

30. Orang tua saya tidak peduli dengan yang saya kerjakan setiap hari nya

2 Bersikap Adil

Tidak Membandingkan Anak Yang satu Dengan Yang

31. Saya merasa memiliki hak yang sama dengan saudara saya yang

36. Saya merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain

Page 140: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

16

Lainnya lainnya

32. Saya tidak pernah merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain

33. Saya juga melakukan tugas-tugas di rumah (mis :mencuci piring,mebersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya

34. Orang tua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya yang lainnya

35. Saya mendapatkan hukuman yang sama jika saya berbuat salah

37. Saya sering merasa iri dengan saudara saya yang lain karena orang tua lebih memperhatikan mereka

38. Hukuman yang saya terima lebih berat daripada saudara saya yang lain

39. Orang tua sering membandingkan saya dengan saudara saya yang lain

40. Saya tidak perlu melakukan tugas –tugas dirumah (mis : mencuci piring, membersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya

Menghargai Pendapat Yang Dikemukakannya dan Menghargai nya sebagai orang yang mempunyai persaan-persaaan sendiri.

41. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan saya dan saudara- saudara saya yang lain

42. Orang tua selalu memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat saya

43. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan anak-anaknya

44. Saya dan orang tua sering bertukar pikiran jika ada masalah

45. Pendapat saya selalu dihargai orang tua

46. Pendapat saya sering diabaikan orang tua

47. Orang tua saya sering memaksakan kehendaknya kepada saya

48. Saya merasa orang tua menerapkan peraturan dirumah tanpa meminta pertimbangan kepada saya atau saudara-saudara saya yang lain

49. Orang tua sering memaksa saya melakukan nasehat atau saran tanpa mempertimbangkan pendapat saya

50. Saya merasa pendapat saya tidak pernah didengarkan orang tua

3 Tidak Menyalahkan Anak

Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam dirinya tanpa syarat, pendapat ataupun penilaian

51. Saya merasa orang tua menerima saya apa adanya

52. Orang tua sering membawa saya ke acara kantor atau keluarga diluar rumah

53. Orang tua tidak malu mengenalkan saya pada teman-temannya

54. Saya sering jalan-jalan bersama orang tua saya

55. Orang tua sering memuji saya didepan teman atau koleganya

56. Saya sering merasa menjadi beban kepada orang tua saya

57. Orang tua saya sering mengeluhkan keberadaan saya

58. Orang tua sering mengkritik keberadaan saya

59. Saya dianggap terlalu lemah oleh orang tua saya

60. Saya tidak pernah diajak dalam acara kantor atau bertemu teman-teman orang tua saya

Tidak memandang

61. Orang tua saya yakin akan kemampuan saya

66. Orang tua sering memperlakukan saya

Page 141: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

17

rendah dirinya & tidak mengabaikan keberadaanya

dalam melakukan tugas sekolah

62. Orang tua saya selalu menanyakan hal-hal yang baru saja saya lakukan di hari itu

63. Jika prestasi saya menurun orang tua membesarkan hati saya

64. Orang tua saya bangga terhadap saya

65. Saya mendapatkan perhatian yang sama dengan saudara saya yang lain

seakan-akan saya tidak mampu melakukan sesuatu

67. Saya merasa orang tua malu dengan keberadaan saya

68. Jika ada teman atau kolega orang tua saya selalu disembunyikan

69. Saya lebih sering menghabiskan waktu bersama pembantu/ pengasuh saya

70. Orang tua tidak peduli dengan keberadaan saya

4 Sikap Protektif

Tidak Berusaha mengatur maupun menguasainya

71. Orang tua membebaskan saya untuk berkreasi

72. Saya diijinkan untuk bermain bersama siapa saja

73. Saya diijinkan untuk mengikuti semua kegiatan yang saya sukai disekolah

74. Saya selalu bisa berdiskusi dengan orang tua tentang keinginan saya

75. Saya diberi kebebasan untuk berteman dengan siapa saja selama itu baik

76. Semua kegiatan saya diatur oleh orang tua

77. Saya merasa tidak diberi kebebasan dalam berteman

78. Orang tua membatasi kegiatan yang boleh saya ikuti di sekolah

79. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya membawa teman ke rumah

80. Apa yang sudah ditetap kan orang tua saya harus selalu dituruti

Melindungi dari Bahaya

81. Jika saya terjatuh orang tua langsung menolong saya

82. Saya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan yang berat

83. Saya merasa orang tua terlalu memperhatikan saya

84. Orang tua sering mengkhawatirkan saya jika saya berpergian keluar rumah

85. Jika saya sakit orang tua saya akan sangat resah

86. Jika saya sakit orang tua acuh tak acuh

87. Jika saya membutuhkan bantuan, orang tua tidak membantu saya

88. Orang tua tidak khawatir jika saya bermain diluar rumah

89. Jika saya bertengkar

dengan saudara saya orang tua membiarkan saja

90. Orang tua tidak terlalu

memperhatikan saya

Mencintai anak tanpa syarat

91. Orang tua tetap menyayagi saya meskipun fisik saya tidak sempurna

92. Orang tua saya tidak pernah mengkritik

96. Keadaan fisik saya sering kali membuat orang tua saya malu

97. Saya dilarang bermain diluar kamar jika ada

Page 142: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua

18

keadaan fisik saya

93. Orang tua saya senang bermain dengan saya

94. Orang tua saya tidak pernah malu untuk pergi berjalan-jalan keluar rumah dengan saya

95. Orang tua saya sering meluangkan waktu bersama saya dirumah

tamu

98. Saya sering mendengar orang tua saya mengeluhkan keberadaan saya

99. Saya sering dikritik oleh orang tua jika melakukan kesalahan

100. Jarang sekali saya bisa berpergian dengan orang tua saya

Page 143: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

27

ALAT UKUR KONSEP DIRI & PERSEPSI PENERIMAAN ORANG TUA

PETUNJUK PENGISIAN

Jawablah pernyataan-pernytaan di bawah ini sesuai dengan apa yang Anda

rasakan dan alami terhadap kedua orang tua Anda. Menjawabnya dengan cara

memberi tanda checklist ( √ ) pada salah satu kolom yang sesuai dengan pilihan

Anda :

DIMANA : SS : Sangat Setuju

S : Setuju

R : Ragu-ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Jawaban saudara tidak ada yang salah. Oleh karena itu, isilah pernyataan –

pernyataan tersebut dengan sebenar – benarnya sesuai dengan keadaan saudara

karena kerahasiaan jawaban anda dalam angket ini akan terjamin, sehingga tidak

perlu dikhawatirkan. Bekerjalah dengan teliti, jangan sampai ada nomor yang

terlewat.

TERIMAKASIH DAN SELAMAT BEKERJA

Page 144: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

28

ALAT UKUR KONSEP DIRI

[

NO

ITEM

SS

S

R

TS

STS

1. Saya mudah berteman dengan siapa saja

2. Menurut saya tubuh saya ideal

3. Saya menerima diri saya apa adanya

4. Saya selalu merasa tubuh saya tidak sempurna

5. Bila ditunjuk sebagai ketua dalam suatu kelompok saya akan menerimanya

6. Saya merasa takut berada ditengah-tengah orang yang tidak saya kenal

7. Saya tidak perlu diantar untuk pergi kesuatu tempat

8. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya

9. Saya tidak takut berada sendirian dikeramaian

10. Saya menghargai kelebihan dan kekurangan yang ada dalm diri saya

11. Saya memiliki tubuh yang indah

12. Saya sering terpengaruh teman-teman untuk berbuat yang tidak jujur

13. Saya selalu yakin dalam semua hal yang saya lakukan

14. Saya Cantik/ tampan

15. Tubuh saya tidak proporsional

16. Saya merasa terganggu jika ada orang yang memperhatikan saya

17. Saya sering meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan sesuatu

18. Saya seorang yang jujur

Page 145: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

29

19. Saya merasa tidak berharga

20. Saya tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain

21. Saya jelek

22. Saya mampu mengatasi masalah yang ada

23. Saya memiliki tubuh yang sehat

24. Ada bagian tubuh saya yang tidak saya sukai

25. Teman-teman menyukai saya

26. Saya tidak pernah mencontek

27. Saya sering merasa sebagai orang yang kurang beruntung

28. Saya merasa dihargai teman-teman

29. Saya dapat menjaga rahasia yang diceritakan teman kepada saya

30. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan tugas sehari-hari

31. Saya sering merasa kesulitan menghadapi masalah-masalah yang saya hadapi

32. Saya tidak berani bertanggung jawab atas keputusan yang telah saya ambil

33. Saya takut jika disuruh tampil didepan orang banyak

34. Kekurangan saya membuat saya merasa tidak menarik

35. Saya sering menyangkal keadaan fisik saya yang sebenarnya

36. Berada dikeramaian adalah hal yang menakutkan bagi saya

37. Saya dapat dipercaya

38. Saya tidak mempunyai bakat apapun

Page 146: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

30

39. Saya menyukai tubuh saya

40. Saudara saya sering membantu tugas rumah( mis : membersihkan tempat tidur, menyapu dll) saya

41. Saya susah berteman

42. Saya selalu mengembalikan alat tulis atau barang yang saya pinjam

43. Banyak lawan jenis yang mendekati saya

44. Teman- teman sering mengejek saya

45. Saya tidak putus asa menghadapi masa depan

46. Saya tidak akan punya kesempatan untuk mengembangkan cita-cita saya

47. Saya seseorang yang menarik

48. Saya merasa pantas untuk dicintai

49. Sulit bagi saya melakukan segala sesuatu sendirian

50. Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki

51. Kekurangan saya membuat saya malu

52. Saya Bersyukur atas semua keadaan saya

53. Saya orang yang tidak menyenangkan dalam bergaul

54. Saya tidak takut mengakui kesalahan yang saya buat

55. Keadaan fisik saya tidak akan menghalangi cita-cita saya

56. Sulit bagi saya berteman dengan anak yang normal

57. Saya seorang yang ramah

58. Saya tidak pernah merasa sebagai orang yang kurang beruntung

59. Saya merasa kecil dihadapan orang lain

Page 147: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

31

60. Saya takut hal-hal yang buruk menimpa saya

61. Saya malu jika bertemu dengan orang yang memiliki tubuh normal

62. Saya merasa dihargai teman-teman

63. Jika ingin pergi kesuatu tempat saya harus diantar

64. Saya tidak memiliki banyak teman

65. Saya sering merasa menjadi orang hebat

66. Saya tidak terkenal dikalangan teman-teman saya

67. Saya merasa tidak diterima oleh lingkungan saya

68. Saya malu berkenalan dengan orang baru

69. Keterampilan yang saya miliki membuat saya tidak takut menghadapi masa depan saya

70. Saya merasa sulit untuk meminta maaf kepada orang lain

71. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya sampai perguruan tinggi

72. Saya cepat akrab dengan orang yang baru saya kenal

73. Saya selalu merasa berbeda dari anak lainnya

74. Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan dimasa depan

75. Teman-teman tidak memperhatikan saya

76. Saya sering menyalin PR teman

77. Saya tidak malu jika ada orang yang memperhatikan saya

78. Teman-teman selalu menyetujui usulan saya

79. Saya sering berbuat curang untuk meraih sesuatu

80. Saya tidak memandang rendah diri saya

Page 148: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

32

81. Saya berani mengemukakan pendapat saya dalam suatu diskusi

82. Saya lebih sering menyendiri daripada berkumpul bersama teman

83. Saya tidak bisa menerima kegagalan dengan sikap positif

84. Keputusan yang saya ambil berdasarkan pemikiran saya sendiri

85. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari saya

86. Saya merasa dihargai teman-teman

87. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya

88. Saya tidak mampu menghadapi kesulitan sendirian

89. Saya merasa saya individu yang unik

90. Saya merasa diri saya berharga

91. Saya sering mencontek ketika ujian

92. Saya membenci diri saya

93. Kekurangan saya menyebabkan saya merasa tidak berdaya

94. Saya menghargai kepribadian yang saya miliki

95. Saya merasa puas dengan keadaan saya

96. Saya tidak akan mempunyai kesempatan bekerja diperkantoran

97. Saya cepat menyesuaikan diri dilingkungan yang baru

98. Saya sering menyesali keadaan saya

99. Saya rasa tidak ada orang yang menginginkan berkeluarga dengan saya

100. Saya tidak mempunyai prestasi dibidang apapun

101. Saya selalu tersenyum pada orang yang baru saya kenal

Page 149: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

33

102. Saya merasa tidak berguna

103. Saya tidak perlu diperintah untuk mengerjakan sesuatu

104. Saya sering merasa iri dengan anak lain yang memiliki tubuh normal

105. Saya tidak malu untuk berbicara jika saya berada didalam suatu kelompok

106. Saya mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan usia

107. Kekurangan saya menjadi inspirasi saya untuk maju

108. Saya seorang yang tidak berguna

109. Masa depan saya suram

110. Saya cenderung menghindar jika ketahuan bersalah

111. Saya memiliki prestasi disuatu bidang

112. Saya mampu mengerjakan sesuatu seorang diri

113. Saya merasa aktifitas saya terhambat dengan adanya kekurangan saya

114. Saya bukan anak yang dapat dibanggakan oleh orang tua saya

115. Saya siap menerima masa depan saya

116. Kekurangan saya tidak menjadi hambatan untuk berkenalan dengan orang baru

117. Saya merasa belum optimal memanfaatkan diri saya

118. Saya tidak memiliki banyak teman

119. Saya ingin sukses dalam segala hal

120. Saya merasa bahagia

Page 150: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

34

ALAT UKUR PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG TUA

[

NO

ITEM

SS

S

R

TS

STS

1. Orang tua selalu memberikan kesempatan saya untuk mengemukakan pendapat

2. Orang tua saya bangga terhadap saya

3. Orang tua saya biasa menanyakan kegiatan saya disekolah

4. Orang tua sering membawa saya ke acara kantor atau keluarga diluar rumah

5. Saya sering menghabiskan waktu bersama orang tua

6. Orang tua saya memberikan saya kebebasan berkreatifitas

7. Saya tidak pernah merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain

8. Orang tua saya mendampingi saya belajar di rumah

9. Saya dan orang tua sering bertukar pikiran jika ada masalah

10. Pendapat saya selalu dihargai orang tua

11. Saya sering merasa iri dengan saudara saya yang lain karena orang tua lebih memperhatikan mereka

12. Orang tua tidak pernah menanyakan kapan saya harus belajar, semua terserah saya

13. Orang tua saya memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik

14. Saya merasa orang tua menerima saya apa adanya

15. Orang tua mendukung kegiatan yang saya minati

16. Saya merasa pendapat saya tidak pernah didengarkan orang tua

17. Orang tua selalu menasehati saya agar prestasi saya meningkat

Page 151: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

35

18. Jika saya sedang sedih atau mengalami kesulitan orang tua akan menghibur saya

19. Orang tua tidak malu mengenalkan saya pada teman-temannya

20. Orang tua saya sering mengeluhkan keberadaan saya

21. Hukuman yang saya terima lebih berat daripada saudara saya yang lain

22. Saya merasa diperhatikan oleh orang tua saya

23. Orang tua sering membandingkan saya dengan saudara saya yang lain

24. Orang tua sering mengingatkan saya jika saya malas belajar

25. Orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya minati

26. Orang tua tidak pernah menasehati saya agar prestasi saya meningkat

27. Saya juga melakukan tugas-tugas di rumah (mis :mencuci piring,mebersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya

28. Orang tua selalu menanyakan aktifitas saya setiap hari

29. Orang tua sering memuji saya didepan teman atau koleganya

30. Semua kebutuhan saya dipenuhi orang tua

31. Jika prestasi saya menurun orang tua membesarkan hati saya

32. Orang tua saya tidak akan memenuhi semua kebutuhan saya

33. Saya sering jalan-jalan bersama orang tua saya

34. Saya sering merasa menjadi beban kepada orang tua saya

35. Orang tua saya mengekang kebebasan saya berkreatifitas

36. Orang tua sering mengkritik keberadaan saya

Page 152: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

36

37. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan anak-anaknya

38. Saya sering merasa semua keinginan saya tidak pernah direalisasikan orang tua

39. Saya mendapatkan perhatian yang sama dengan saudara saya yang lain

40. Jika ada teman atau kolega orang tua saya selalu disembunyikan

41. Saya lebih sering menghabiskan waktu bersama pembantu/ pengasuh saya

42. Saya merasa kegiatan yang saya lakukan selalu mendapat dukungan dari orang tua

43. Orang tua saya selalu menanyakan hal-hal yang baru saja saya lakukan di hari itu

44. Orang tua membebaskan saya untuk berkreasi

45. Saya selalu bisa berdiskusi dengan orang tua tentang keinginan saya

46. Jika saya terjatuh orang tua langsung menolong saya

47. Jika saya sakit orang tua saya akan sangat resah

48. Saya merasa orang tua tidak mengerti perasaan saya

49. Orang tua sering memperlakukan saya seakan-akan saya tidak mampu melakukan sesuatu

50. Orang tua sering mengkhawatirkan saya jika saya berpergian keluar rumah

51. Saya merasa orang tua malu dengan keberadaan saya

52. Saya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan yang berat

53. Jika saya bertengkar dengan saudara saya orang tua membiarkan saja

54. Orang tua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya yang lainnya

55. Orang tua tidak terlalu memperhatikan saya

Page 153: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

37

56. Orang tua tidak peduli dengan keberadaan saya

57. Semua kegiatan saya diatur oleh orang tua

58. Saya Merasa orang tua tidak memperhatikan saya dirumah

59. Saya dianggap terlalu lemah oleh orang tua saya

60. Saya diberi kebebasan untuk berteman dengan siapa saja selama itu baiK

61. Saya diijinkan untuk mengikuti semua kegiatan yang saya sukai disekolah

62. Jika saya sakit orang tua acuh tak acuh

63. Orang tua jarang mengantar saya ke sekolah

64. Saya merasa orang tua terlalu memperhatikan saya

65. Saya tidak perlu melakukan tugas –tugas dirumah (mis : mencuci piring, membersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya

66. Apapun yang saya kerjakan dirumah Orang Tua saya tidak perduli

67. Saya tidak pernah diajak dalam acara kantor atau bertemu teman-teman orang tua saya

68. Orang tua saya tidak peduli dengan yang saya kerjakan setiap hari nya

69. Saya diijinkan untuk bermain bersama siapa saja

70. Orang tua saya tidak pernah menanyakan kegiatan saya disekolah

71. Jika saya membutuhkan bantuan, orang tua tidak membantu saya

72. Orang tua tetap menyayagi saya meskipun fisik saya tidak sempurna

73. Saya ke sekolah diantar orang tua hampir setiap hari

74. Saya sering dikritik oleh orang tua jika melakukan kesalahan

Page 154: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

38

75. Orang tua sering memaksa saya melakukan nasehat atau saran tanpa mempertimbangkan pendapat saya

76. Jarang sekali saya bisa berpergian dengan orang tua saya

77. Orang tua saya tidak pernah malu untuk pergi berjalan-jalan keluar rumah dengan saya

78. Orang tua saya tidak pernah mengkritik keadaan fisik saya

79. Saya mendapatkan hukuman yang sama jika saya berbuat salah

80. Orang tua tidak khawatir jika saya bermain diluar rumah

81. Orang tua saya yakin akan kemampuan saya dalam melakukan tugas sekolah

82. Orang tua membantu saya dalam menyiapkan segala sesuatu keperluan sekolah

83. Saya sering mendengar orang tua saya mengeluhkan keberadaan saya

84. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan pengasuh/pembantu dirumah

85. Orang tua saya senang bermain dengan saya

86. Orang tua membatasi kegiatan yang boleh saya ikuti di sekolah

87. Saya dilarang bermain diluar kamar jika ada tamu

88. Apa yang sudah ditetap kan orang tua saya harus selalu dituruti

89. Keadaan fisik saya sering kali membuat orang tua saya malu

90. Orang tua saya sering meluangkan waktu bersama saya dirumah

91. Saya merasa memiliki hak yang sama dengan saudara saya yang lainnya

92. Saya merasa tidak diberi kebebasan dalam berteman

93. Saya merasa orang tua tidak mendukung kegiatan yang

Page 155: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran

39

saya lakukan

94. Pendapat saya sering diabaikan orang tua

95. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya membawa teman ke rumah

96. Orang tua saya sering memaksakan kehendaknya kepada saya

97. Saya merasa orang tua menerapkan peraturan dirumah tanpa meminta pertimbangan kepada saya atau saudara-saudara saya yang lain

98. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan saya dan saudara- saudara saya yang lain

99. Orang tua saya tidak pernah memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik

100. Saya merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain

Page 156: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran

40

ALAT UKUR KONSEP DIRI

NO ITEM SS S R TS STS 1. Saya menerima diri saya apa adanya 2. Saya merasa bahagia 3. Saya merasa dihargai teman-teman 4. Saya tidak memandang rendah diri saya 5. Keputusan yang saya ambil berdasarkan

pemikiran saya sendiri

6. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari saya 7. Saya susah berteman 8. Saya merasa dihargai teman-teman 9. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain

dalam melakukan tugas sehari-hari

10. Saya memiliki tubuh yang indah 11. Saya rasa tidak ada orang yang menginginkan

berkeluarga dengan saya

12. Saya sering merasa kesulitan menghadapi masalah-masalah yang saya hadapi

13. Saya merasa rendah diri 14. Menurut saya tubuh saya ideal 15. Teman-teman selalu menyetujui usulan saya 16. Saya tidak bisa menerima kegagalan dengan

sikap positif

17. Saya dapat menjaga rahasia yang diceritakan teman kepada saya

18. Berada dikeramaian adalah hal yang menakutkan bagi saya

19. Teman-teman menyukai saya 20. Saya berani mengemukakan pendapat saya

dalam suatu diskusi

21. Saya cenderung menghindar jika ketahuan bersalah

22. Saya tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain

23. Saya merasa aktifitas saya terhambat dengan adanya kekurangan saya

24. Teman- teman sering mengejek saya 25. Saya merasa dihargai teman-teman 26. Tubuh saya tidak proporsional 27. Saya sering menyangkal keadaan fisik saya

yang sebenarnya

28. Saudara saya sering membantu tugas rumah( mis : membersihkan tempat tidur, menyapu dll) saya

29. Saya tidak akan mempunyai kesempatan bekerja diperkantoran

30. Saya seorang yang ramah

Page 157: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran

41

31. Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki

32. Saya tidak pernah mencontek 33. Saya lebih sering menyendiri daripada

berkumpul bersama teman

34. Sulit bagi saya melakukan segala sesuatu sendirian

35. Keterampilan yang saya miliki membuat saya tidak takut menghadapi masa depan saya

36. Ada bagian tubuh saya yang tidak saya sukai 37. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya

sampai perguruan tinggi

38. Saya mampu mengatasi masalah yang ada 39. Saya tidak takut mengakui kesalahan yang

saya buat

40. Saya sering mencontek ketika ujian 41. Kekurangan saya tidak menjadi hambatan

untuk berkenalan dengan orang baru

42. Saya malu berkenalan dengan orang baru 43. 44. Saya Bersyukur atas semua keadaan saya 45. Saya cepat menyesuaikan diri dilingkungan

yang baru

46. Saya sering menyesali keadaan saya 47. Saya malu jika bertemu dengan orang yang

memiliki tubuh normal

48. Saya sering merasa iri dengan anak lain yang memiliki tubuh normal

49. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya 50. Saya tidak mempunyai prestasi dibidang

apapun

Page 158: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran

42

ALAT UKUR PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG TUA

NO ITEM SS S R TS STS 1. Saya sering merasa menjadi beban kepada

orang tua saya

2. Pendapat saya selalu dihargai orang tua 3. Orang tua saya sering mengeluhkan

keberadaan saya

4. Semua kebutuhan saya dipenuhi orang tua 5. Orang tua tidak malu mengenalkan saya pada

teman-temannya

6. Jika prestasi saya menurun orang tua membesarkan hati saya

7. Orang tua sering memperlakukan saya seakan-akan saya tidak mampu melakukan sesuatu

8. Saya selalu bisa berdiskusi dengan orang tua tentang keinginan saya

9. Orang tua saya mendampingi saya belajar di rumah

10. Saya sering jalan-jalan bersama orang tua saya

11. Orang tua tidak pernah menanyakan kapan saya harus belajar, semua terserah saya

12. Orang tua saya bangga terhadap saya 13. Orang tua saya tidak pernah memberikan

pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik

14. Saya merasa orang tua terlalu memperhatikan saya

15. Orang tua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya yang lainnya

16. Saya diberi kebebasan untuk berteman dengan siapa saja selama itu baik

17. Orang tua sering membandingkan saya dengan saudara saya yang lain

18. Saya merasa orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya lakukan

19. Orang tua tidak khawatir jika saya bermain diluar rumah

20. Orang tua saya tidak peduli dengan yang saya kerjakan setiap hari nya

21. Orang tua tidak peduli dengan keberadaan saya

22. Orang tua selalu memberikan kesempatan saya untuk mengemukakan pendapat

23. Orang tua tetap menyayagi saya meskipun fisik saya tidak sempurna

24. Orang tua saya memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik

Page 159: elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/Shintautami 10050003154_skr_2010...elibrary.unisba.ac.id

Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran

43

25. Jika saya sakit orang tua acuh tak acuh 26. Saya merasa memiliki hak yang sama dengan

saudara saya yang lainnya

27. Pendapat saya sering diabaikan orang tua 28. Orang tua sering mengingatkan saya jika saya

malas belajar

29. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya membawa teman ke rumah

30. Orang tua selalu menasehati saya agar prestasi saya meningkat

31. Orang tua saya sering meluangkan waktu bersama saya dirumah

32. Jika saya sedang sedih atau mengalami kesulitan orang tua akan menghibur saya

33. Apa yang sudah ditetap kan orang tua saya harus selalu dituruti

34. Saya merasa orang tua menerapkan peraturan dirumah tanpa meminta pertimbangan kepada saya atau saudara-saudara saya yang lain

35. Keadaan fisik saya sering kali membuat orang tua saya malu

36. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan pengasuh/pembantu dirumah

37. Jarang sekali saya bisa berpergian dengan orang tua saya

38. Hukuman yang saya terima lebih berat daripada saudara saya yang lain

39. Saya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan yang berat

40. Orang tua jarang mengantar saya ke sekolah