PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian...

114
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Transcript of PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian...

Page 1: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERSI – INTROVERSI

DENGAN COPING STRATEGY

DALAM MENGHADAPI TUGAS AKHIR PADA WASANA PRAJA

DI INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

JATINANGOR – SUMEDANG

SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menempuh Ujian Sarjana Pada

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

Disusun Oleh :

RIYANDA UTARI

10050003023

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2009

Page 3: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

”Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”

��������� ���������� ���������� ���������� �����

Page 4: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

����

Motto :

”Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata,

padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas”.

(Ali bin Abi Thalib)

����

����

Page 5: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

i

ABSTRAK

RIYANDA UTARI (10050003023). “Hubungan tipe kepribadian ekstroversi – introversi dengan coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir pada wasana praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor-Sumedang”.

Latar belakang masalah dari penelitian ini diangkat dari fenomena mengenai tekanan (stres) yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir saat menyusun Tugas Akhir pada umumnya. Keberhasilan dari suatu instansi pendidikan salah satunya dapat dilihat dalam meluluskan mahasiswa dengan kualitas terbaik. Keadaan stres merupakan suatu keadaan yang wajar dialami individu untuk mendapatkan keseimbangan dan merupakan bentuk cara beradaptasi dalam menghadapi lingkungan. Hal ini yang salah satunya terjadi pada mahasiswa tingkat akhir Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dimana harus menyelesaikan perkuliahan dengan pemadatan kurikulum pendidikan dan percepatan kelulusan. Dalam keadaan stres seorang individu dapat menggunakan berbagai coping strategy untuk menghadapinya dan hal tersebut tidak terlepas pada kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing individu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kecenderungan tipe kepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir pada wasana praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor. Adapun kegunaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi IPDN khususnya dalam memberikan arahan bagi praja wasana yang mengalami hambatan dalam menggunakan coping strategy terhadap stres yang dibutuhkan dalam menghadapi Tugas Akhir. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir IPDN sebanyak 100 orang praja wasana. Alat ukur yang digunakan adalah Eysenck Personality Inventory (EPI) dan Ways of Coping the Revised Version.Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi Koefisien Kontingensi dengan uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 16.0. Hasil dari penelitian ini adalah adanya korelasi antara tipe kepribadian ekstroversi dan introversi dengan coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir dengan C = 0,33 dan Cmax = 0,707 dan berada pada tahap korelasi sedang.

Page 6: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

ii

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas rahmat dan karunia-Nya

yang tiada henti mengiringi penulis dalam menjalani pendidikan di Fakultas

Psikologi Universitas Islam Bandung hingga akhirnya penelitian ini dapat

diselesaikan. Penelitian ini penulis beri judul “Hubungan tipe kepribadian

ekstroversi – introversi dengan coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir

pada wasana praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor-

Sumedang”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan

penelitian ini hingga mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Dengan

segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, kritik,

bimbingan dan do’a yang diberikan kepada penulis.

Penulis mengucapkan ucapan terima kasih secara khusus kepada :

1. Ibu Dr. Endang Pudjiastuti, M.Pd, sebagai pembimbing I.

2. Ibu Dra. Endah Nawangsih, M.Psi, sebagai pembimbing II.

3. Dr.Umar Yusuf, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

Bandung.

4. Ibu Dra. Lilim Halimah, selaku dosen wali.

5. Ibu Dra. Dewi Sartika, M.Si, yang telah bersedia memberikan masukan, saran,

dan kritik bagi perbaikan penelitian ini.

6. Seluruh Staff, Karyawan, dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam

Bandung

Page 7: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

iii

7. Rektor serta Praja wasana IPDN yang telah bersedia membantu penulis dalam

pembuatan penelitian ini.

8. Sahabat terbaikku Ferry Febrian Bahar, S.T., dan keluarga, terima kasih atas

dukungan tiada henti dan kesediaannya mendengarkan keluh kesah penulis

selama pembuatan penelitian ini.

9. Teman-teman terbaik dan seperjuangan yang selalu mendukung dan

memberikan warna selama pembuatan penelitian ini Mega, Nita, Natasya, Sisi,

Tania, Kokoy, Noniek, Vira, Tiwi, Fenti.

10. Seluruh teman-teman angkatan 2003 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kekompakan kita saat kuliah,

mudah-mudahan kita semua bisa bertemu kembali.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

dukungan dan do’a yang diberikan pada penulis untuk dapat menyelesaikan

penelitian ini.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini, karena itu

kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan oleh penulis. Semoga skripsi ini

dapat memberikan sumbangan ilmu bagi pembaca dan penulis sendiri pada

khususnya.

Bandung, Februari 2009

Penulis

Page 8: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

iv

LEMBAR PENGESAHAN

����������� ����������

��������

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERSI – INTROVERSI

DENGAN COPING STRATEGY

DALAM MENGHADAPI TUGAS AKHIR PADA WASANA PRAJA

DI INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

JATINANGOR – SUMEDANG

Bandung, Februari 2009

Universitas Islam Bandung

Fakultas Psikologi

Menyetujui :

Dr.Endang Pudjiastuti, M.Pd

Pembimbing I

Dra. Endah Nawangsih, M.Psi

Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Umar Yusuf, M.Si

Dekan Fakultas Psikologi

Page 9: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………

DAFTAR TABEL………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………...

1.2 Identifikasi Masalah…………………………………...

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………………………...

1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………..

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Teori Kepribadian……………………………………..

2.1.1 Struktur Kepribadian…………………………….

2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Kepribadian

Ekstroversi-Introversi……………………………

2.1.2.1 Prinsip Biologis………………………….

2.1.2.2 Prinsip Metodologis……………………..

2.1.2.3 Prinsip Belajar/Empiris………………….

2.1.2.4 Prinsip Dinamika/Struktural…………….

2.1.3 Definisi Kepribadian Ekstroversi-Introversi…….

2.1.4 Ciri-ciri Kepribadian Ekstroversi-Introversi……

2.1.5 Kekuatan dan Kelemahan Tipe Ekstroversi dan

Introversi...............................................................

2.2. Pengertian Stres.............................................................

2.2.1 Proses Pengalaman Stres.......................................

2.2.2 Respon Stres..........................................................

2.2.2.1 Akibat Fisik...............................................

i

ii

iv

vii

1

8

10

10

11

12

17

18

19

20

20

23

24

27

28

29

32

33

Page 10: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

vi

2.2.2.2 Akibat Emosional......................................

2.2.2.3 Akibat pada Perilaku.................................

2.2.3 Sumber Stres…………………………………….

2.2.4 Strategi Penanggulangan Stres

(Coping Strategy)………………………………..

2.2.5 Hubungan Antar Fungsi Coping Strategy………

2.2.6 Hubungan Stres dan Strategi Penanggulangan

Stres……………………………………………...

2.2.7 Hambatan dalam Coping Strategy………………

2.3 Institut Pemerintahan Dalam Negeri…………………..

2.3.1 Sejarah IPDN……………………………………

2.3.2 Visi dan Misi IPDN……………………………...

2.3.3 Tujuan IPDN…………………………………….

2.3.4 Mahasiswa IPDN………………………………..

2.4 Kerangka Pikir………………………………………...

2.4.1 Skema Berpikir………………………………….

2.5 Hipotesis Penelitian……………………………………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian………………………………….

3.1.1 Metode Penelitian……………………………….

3.1.2 Variabel Penelitian………………………………

3.2 Definisi Operasional Variabel…………………………

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……………………….

3.4 Alat Ukur………………………………………………

3.4.1 Eysenck Personality Inventory…………………..

3.4.2 Ways of Coping The Revised Version…………...

3.5 Prosedur Penelitian……………………………………

3.6 Teknik Analisis………………………………………..

3.7 Teknik Pengolahan Data………………………………

3.7.1 Kriteria Uji Hipotesis……………………………

3.7.2 Hipotesis Statistik……………………………….

33

34

35

36

41

43

45

46

46

48

49

50

50

54

54

55

55

55

56

58

59

59

61

64

66

66

68

69

Page 11: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Sampel……………………………...

4.1.1 Hasil Test Tipe Kepribadian Ekstroversi -

Introversi ………………………………………

4.1.2 Hasil Test Coping Strategy……………………...

4.2 Hasil Pengolahan Data………………………………...

4.2.1 Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi antara

Tipe Kepribadian Ekstroversi-Introversi dengan

Coping Strategy………………………………….

4.2.2 Pembahasan berdasarkan Hasil Kontingensi Tipe

Kepribadian Ekstroversi-Introversi dengan

Coping Strategy………………………………….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……………………………………………

5.2 Saran…………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

71

71

72

72

72

74

78

79

DAFTAR TABEL

Page 12: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

viii

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Ikhtisar Pandangan Eysenck

Life Event Scale

Harga maksimum Cmax untuk berbagai m

Kecenderungan Tipe Kepribadian

Kecenderungan Coping Strategy

Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi

Hubungan antar Tipe Kepribadian Ekstroversi-Introversi

dengan Coping Strategy

17

43

67

71

72

72

74

Page 13: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

1BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama hidup setiap orang pasti mengalami stres. Terdapat berbagai

sumber stres dalam kehidupan, baik dari lingkungan maupun dari dalam diri

seseorang. Betapa banyak contoh orang-orang yang mengalami stres yang dapat

dilihat dalam hidup sehari-hari, dari stres ringan sampai stres berat.

Kata stres yang berasal dari bahasa latin (strictus) ini didefinisikan oleh

J.P Chaplin (488 : 2002) sebagai suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun

psikologis. Penyebab mengapa orang menjadi stres, jawabannya akan berbeda

untuk masing-masing orang. Adapun sumber stres dapat timbul dari manapun

seiring dengan perjalanan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, salah

satunya dapat bersumber dari pendidikan yang dijalaninya.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pilihan pekerjaan utama saat ini

bagi sebagian orang untuk dijadikan pegangan hidup. PNS memiliki jaminan

pekerjaan dengan kemungkinan Putus Hubungan Kerja (PHK) yang kecil. Selain

itu, dengan menjadi pegawai negeri, seseorang dapat memiliki status sosial yang

diperhitungkan. Saat ini di Indonesia dengan menjadi PNS seseorang memiliki

mata pencaharian tetap, sehingga banyak cara dapat di tempuh untuk dapat

menjadi PNS.

Beberapa lembaga pendidikan memberi jaminan bagi para alumninya

menjadi PNS. Salah satu dari lembaga pendidkan itu adalah Institut Pemerintahan

Dalam Negeri (IPDN).

Page 14: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

2IPDN merupakan sekolah pemerintah yang didirikan sejak jaman Hindia

Belanda pada tahun 1920 dan telah mengalami perubahan nama beberapa kali.

IPDN bertujuan mencetak para pegawai pemerintahan yang memiliki wawasan

luas, profesional, demokratis serta memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Beberapa perbedaan IPDN dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya

adalah :

1. Lebih banyaknya peluang untuk dapat diterima sebagai peserta didik yang

selanjutnya disebut praja, karena penerimaan dilakukan sesuai kebutuhan PNS

bagi masing-masing propinsi yang ada.

2. Para alumninya akan langsung ditugaskan didaerah asal pendaftaran dengan

status PNS.

3. Selama menjalani pendidikan di IPDN, praja harus tinggal dalam asrama,

dengan sistem pendidikan terpadu yakni sistem pengajaran, pelatihan dan

pengasuhan. Pengajaran dimaksudkan untuk memberikan ilmu pemerintahan

dan ilmu yang dibutuhkan oleh seorang calon PNS yang nantinya akan

menjadi seorang pamong atau yang melayani masyarakat. Pelatihan untuk

memberikan ketrampilan yang mereka butuhkan, sedangkan pengasuhan

untuk mengasah nurani mereka sehingga dapat berperilaku yang baik.

Pendidikan di IPDN harus ditempuh selama 4 tahun dengan 4 tingkatan.

Sebutan bagi praja untuk masing-masing tingkat adalah Muda Praja untuk

tingkat I, Madya Praja tingkat II, Nidya Praja tingkat III dan Wasana Praja tingkat

IV.

Page 15: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

3Praja IPDN sempat diberitakan oleh media masa dengan rentetan kasus

kekerasan yang dilakukan oleh senior terhadap juniornya serta beberapa kasus

lainnya yang diberitakan semenjak tahun 1990 – 2005 terdapat 35 kasus yang

berakhir dengan kematian praja dan hanya 10 kasus yang terungkap (Dikutip dari

: www.detik.com). Hal ini membuat Presiden Republik Indonesia mengambil

kebijakan untuk meminta semua pihak menerima keputusan pemerintah agar

menunda proses penerimaan praja baru IPDN tahun ajaran 2007/2008 (Dikutip

dari : Surat Kabar Media Indonesia: 10/04/07). Hal ini dimaksudkan untuk

memutuskan relasi antara junior dan senior satu angkatan. Saat ini yang tersisa

hanya tiga angkatan yaitu tingkat I (muda praja), III (nindya praja) dan IV

(wasana praja).

Dalam rangka memenuhi keputusan pemerintah, maka saat ini IPDN

bermaksud melakukan percepatan kelulusan bagi tingkat III (nindya praja) dan IV

(wasana praja). Oleh karena itu, pada bulan Juni 2008 lalu diselenggarakan

wisuda kelulusan bagi praja IPDN dan pada bulan Maret 2009 akan

diselenggarakan kembali wisuda kelulusan untuk angkatan berikutnya. Hal ini

membuat perubahan pada sistem pembelajaran dan bimbingan bagi praja IPDN

sebab dalam waktu yang singkat wasana praja sebagai praja tingkat akhir harus

mempersiapkan Tugas Akhir mereka sebagai syarat kelulusan dengan tetap

mengikuti perkuliahan yang harus diambil. Sebagai konsekuensi dari adanya

perubahan kurikulum, wasana praja pemadatan kurikulum pendidikan yang

semula harus dijalani selama 4 tahun atau 8 semester, saat ini mereka harus

menjalaninya dengan 3,5 tahun atau 7 semester saja dengan bobot kuliah yang

Page 16: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

4sama dan waktu bimbingan yang singkat sehingga mereka harus dapat

menyesuaikan dan mengatur strategi dalam menghadapi tekanan dari institusi

tersebut. Proses bimbingan yang singkat tersebut dipotong oleh liburan hari raya

yang memakan waktu satu bulan dan liburan semester, sehingga waktu yang ada

semakin sempit dan terbatas.

Selain itu, mahasiswa IPDN menjalankan wisuda secara bersama – sama,

dengan kata lain wasana praja harus dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan

waktu yang telah ditentukan dan bersama-sama dengan rekan lainnya

menjalankan ujian Komprehensif atau Sidang Sarjana. Apabila mereka tidak dapat

melaksanakan ujian maka mereka akan turun tingkat atau harus mengulang

kembali tahun depan, sedangkan apabila Tugas Akhir mereka dikerjakan secara

tidak sungguh-sungguh dan berakibat pada nilai sidang yang rendah maka praja

harus mengikuti Sidang Susulan dan hal tersebut akan menambah tekanan pada

praja, sebab pada saat teman-teman mereka telah menjadi sarjana dan hanya

menunggu dilaksanakannya wisuda, maka praja yang mengulang harus menunggu

terlebih dahulu sidang susulan yang dilaksanakan beberapa minggu setelah sidang

teman-temannya dilaksanakan.

Perilaku yang muncul pada wasana praja di IPDN dalam menghadapi

tugas akhir beragam. Dari hasil wawancara, terdapat wasana praja yang tampak

bersemangat dalam melaksanakan bimbingan, meskipun harus berkali-kali

mengganti judul dan tidak menyerah, mengunjungi perpustakaan setidaknya

empat kali dalam seminggu untuk menambah referensi dan bertanya mengenai

kemajuan Tugas Akhir pada teman-temannya yang lain, berusaha menerima

Page 17: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

5secara positif situasi tersebut dan berpikir bahwa semuanya harus dilalui dan ia

tidak sendirian menghadapinya dan berusaha membuat suasana menyenangkan

dengan teman-temannya untuk menjernihkan pikiran sejenak sambil berdiskusi.

Hasil wawancara terhadap 43 wasana praja, didapatkan beberapa orang

praja wasana merasa kebijakan pemadatan kurikulum tersebut sebagai beban,

seolah – olah batas waktu yang diberikan oleh IPDN menjadi ancaman karena

merasa ketakutan tidak mampu menjalankan tepat waktu. Terkadang merasa

bosan dan jenuh saat Tugas Akhir dirasakan tidak memiliki kemajuan, merasa

tidak berminat untuk menambah referensi dan enggan bertanya pada teman-

temannya karena hanya akan menambah pikirannya saja dan tidak membantu apa-

apa. Untuk itu mereka lebih senang menyendiri dan merenungi keadaan dirinya,

mudah tersinggung, cepat marah dan lelah, meskipun pada dasarnya ia sangat

senang bergaul dengan teman-temannya. Namun dalam hal membicarakan Tugas

Akhir ia merasa sulit dan malas. Sedangkan yang lainnya merasakan hal tersebut

bukan berarti tidak menjadi beban, namun mereka merasa hal tersebut adalah

tantangan yang harus dihadapi dan mereka merasa dapat melakukannya dengan

pandangan optimis, namun ia merasa butuh untuk berdiskusi dengan teman-

temannya walaupun ia merasa apabila dengan merenung dan mencari informasi

sendiri dapat ia lakukan dan ia lebih merasa nyaman apabila ia menghadapi

permasalah sendirian, namun dalam Tugas Akhir sebaliknya.

Dari uraian diatas, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa reaksi wasana

praja dihadapkan dengan kondisi ini tentunya berbeda-beda. Ada wasana praja

yang merasa tertantang menyelesaikan studinya dan mulai merubah cara belajar

Page 18: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

6dan menyusun jadwal bimbingan dan target serta merasa bersyukur bahwa dengan

demikian ia akan lebih cepat mendapatkan gelar diploma yang diharapkannya

serta menjadi PNS, namun ada pula wasan praja yang merasa tertekan, bingung

harus memulai dari mana, kesulitan untuk menyusun strategi agar antara

perkuliahan dan tugas akhir kedua-duanya dapat diselesaikan dengan baik.

Dari hasil wawancara, dalam menyusun strategi saat menghadapi stimulus

berupa pemadatan kurikulum yang berdampak pada percepatan Tugas Akhir yang

harus mereka lakukan dalam waktu yang singkat, terdapat wasana praja yang

menanggulangi rasa tertekan (stres) dengan memperluas sosialisasi sehingga ia

mendapatkan banyak masukan dan referensi dari teman-temannya, optimis, lebih

agresif, lebih banyak berbicara dan mengutarakan pendapat untuk berdiskusi dan

mau menerima pendapat dari orang lain. Namun ada pula wasana praja yang lebih

senang untuk berdiam diri menghadapi masalahnya, kurang senang berdiskusi

mengenai permasalahannya dengan orang lain dan menganggap menghindari

orang lain merupakan langkah terbaik dalam menghadapi permasalahan.

Dengan munculnya berbagai reaksi wasana praja dalam menghadapi

Tugas Akhir menunjukkan bahwa mereka menghayati situasi tertekan tersebut

secara bermacam-macam. Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir, para wasana

praja seharusnya dapat menemukan strategi dalam menghadapi tekanan atau stres

yang dihadapi sehingga ia dapat menyelesaikan tugas perkuliahan dan bimbingan

Tugas Akhir dengan baik dan optimal.

Cara penanggulangan stres yang digunakan individu menurut Lazarus

dan Folkman (1976) adalah cara penanggulangan stres yang berpusat pada emosi

Page 19: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

7atau cara penanggulangan stres yang berpusat pada masalah. Cara seorang

individu dalam menyusun strategi pada saat menghadapi tekanan dengan individu

yang lainnya tidak terlepas dengan tipe kepribadian masing-masing individu

tersebut.

Dikaitkan dengan tipe kepribadian, untuk mendapatkan hasil yang

maksimal pada Tugas Akhir wasana praja harus memiliki strategi yang tepat

sesuai dengan kecenderungan tipe kepribadian yang dimilikinya, sebab dengan

demikian wasana praja dapat mengetahui pendekatan yang digunakan dalam

melakukan pekerjaan berupa Tugas Akhir dengan tepat.

Tipe kepribadian yang menunjukkan kecenderungan berorientasi ke luar

dirinya disebut dengan Exstroversion sedangkan sebaliknya, individu yang

memiliki kecenderungan berorientasi ke dalam dirinya dan tidak terlibat jauh

dengan lingkungan di luar dirinya disebut dengan Introversion (J.P.Chaplin, 183 :

2002).

Tokoh yang meneliti secara khusus mengenai tipe kepribadian dalam

konteks ekstroversi-introversi ini salah satunya adalah Eysenck, yang membagi

dua tipe kepribadian manusia yakni Ekstroversi atau individu yang beroritentasi

ke luar dari dirinya, lingkungan objek, dan Introversi atau individu yang lebih

berorientasi ke dalam dirinya atau lingkungan subjek (Suryabrata, 2007).

Dari pengamatan dan informasi yang didapatkan di atas peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih jauh mengenai “Hubungan tipe kepribadian ekstroversi –

introversi dengan coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir pada wasana

praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor.”

Page 20: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

81.2 Identifikasi Masalah

IPDN sebagai sekolah pemerintahan yang saat ini sedang berhadapan

dengan masalah yang terjadi akibat kekerasan yang dilakukan oleh praja junior

kepada praja senior dan sebaliknya, tengah berupaya untuk membuat kebijakan

baru yang salah satunya berupa pemadatan kurikulum yang disertai percepatan

masa kuliah bagi wasana praja sebagai praja tingkat akhir. Kebijakan tersebut

menuntut wasana praja untuk dapat menyesuaikan diri dengan bentuk membuat

strategi dalam menghadapi Tugas Akhir dan perkuliahan yang dipadatkan,

sehingga keduanya dapat berjalan dengan hasil yang maksimal.

Syarat untuk dapat bersama-sama lulus dengan rekan – rekan yang lain

tanpa harus mengulang sidang sarjana dan mendapatkan nilai perkuliahan yang

optimal dapat menimbulkan situasi stres bagi praja yang tidak dapat menemukan

strategi dalam menghadapi permasalahan yang ada, terutama apabila strategi

tersebut tidak sejalan dengan kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh

masing-masing praja.

Lazarus (1976), menyatakan bahwa strategi penanggulangan stres yang

muncul berpusat pada masalah lebih sering digunakan untuk menghadapi stres

yang muncul akibat suatu pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian Bachrach

(1983) bahwa individu yang dapat mengendalikan lingkungan lebih menggunakan

strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dibandingkan dengan

mereka yang merasa tidak dapat menanggulangi lingkungannya.

Kebijakan IPDN menuntut wasana praja untuk dapat menggunakan coping

strategy yang berpusat dari masalah, yaitu dapat merumuskan masalah, membuat

Page 21: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

9beberapa alternatif jalan keluar, mempertimbangkan kemungkinan atau kerugian

setiap alternatif tersebut, dan memilih alternatif yang terbaik. Untuk dapat

menggunakan strategi tersebut seseorang hendaknya di dukung oleh

kecenderungan tipe kepribadian yang memungkinkannya berinteraksi dengan

lingkungan, hal ini disebabkan dalam memilih alternatif serta membuat alternatif

jalan keluar, seseorang membutuhkan masukan dan informasi dari lingkungan, ia

pun harus peka terhadap lingkungan di sekitarnya.

Individu akan senantiasa berperilaku sesuai dengan kecenderungan tipe

kepribadiannya, begitu pula dalam hal memilih coping strategy. Tipe kepribadian

dibagi dalam dua kelompok besar oleh H.J Eysenck yakni tipe kepribadian

Ekstroversi, yang berorientasi pada dunia objek diluar dirinya dan tipe

kepribadian Introversi yang berorientasi pada dunia subjek ke dalam dirinya.

sehingga coping strategy yang berpusat pada masalah akan sejalan apabila

seorang individu memiliki kecenderungan tipe kepribadian ekstroversi.

Dari uraian di atas, penulis ingin mengetahui apakah seberapa erat

hubungan antara tipe kepribadian ekstroversi-introversi dengan coping strategy

dalam menghadapi Tugas Akhir pada wasana praja di Institut Pemerintahan

Dalam Negeri Jatinangor-Sumedang.

Page 22: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

101.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan gambaran

secara empirik mengenai hubungan tipe kepribadian ekstroversi dan tipe

kepribadian introversi dengan coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir

pada wasana praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan coping

strategy seperti apakah yang ditampilkan oleh wasana praja dalam menghadapi

stres pelaksanaan Tugas Akhir sehubungan dengan tipe kepribadiannya.

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi IPDN khususnya bagian Pengasuhan tingkat wasana praja dalam

memberikan bimbingan dan pengarahan khususnya bagi wasana praja yang

mengalami hambatan dalam menggunakan coping strategy yang dibutuhkan untuk

menghadapi Tugas Akhir.

Page 23: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

11

Page 24: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

11BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Teori Kepribadian

Terdapat banyak ahli yang membicarakan mengenai teori kepribadian,

salah satunya ialah H.J Eysenck. Ia dilahirkan di Jerman pada tahun 1916, dan di

sana ia mendapatkan pendidikannya pertama kali. Pada tahun 1934, karena

tekanan gerakan Nazi Ia meninggalkan Jerman dan pindah ke Inggris. Di sinilah

dia melanjutkan studinya, dan pada tahun 1940 dia berhasil memperoleh gelar

Ph.D. dalam psikologi di Universitas London.

Selama perang dunia kedua dia bertugas di Mill Hill Emergency Hospital,

yaitu Rumah Sakit Jiwa yang merawat penderita-penderita gangguan jiwa yang

kebanyakan terdiri dari para militer, dan di sinilah berkembang dengan pesat

psikiatri sosial. Setelah perang selesai ia diangkat menjadi dosen dalam mata

kuliah Psikologi pada Universitas London dan direktur Departemen Psikologi

pada Lembaga Psikiatri, yang meliputi Masley Hospital dan Bethlem Royal

Hospital, dan di tempat-tempat tersebutlah kebanyakan penelitian Eysenck

dilakukan. Pada tahun 1949-1950 dia datang di Amerika Serikat sebagai guru

besar tamu di Universitas California. Pada tahun 1954 di ditunjuk sebagai guru

besar psikologi di Universitas London (Suryabrata, 287 : 2007).

Secara garis besar, pada karya-karya Eysenck nampak jelas pengaruh

Spearman serta buah pikiran Thurstone. Dimana terlihat dalam langkah-langkah

penelitiannya, yaitu sebelum mengkonstruksikan teori kepribadian, ia berusaha

mencari dimensi kepribadian melalui analisa faktor. Pendekatan yang banyak

Page 25: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

12digunakan dalam membahas analisa faktor ini adalah deduktif dan induktif namun

ia lebih menyukai pendekatan secara deduktif karena menurutnya akan

memberikan hasil yang lebih sempurna.

Dalam pandangan Eysenck, individu mendapatkan keaslian (originality),

terutama apabila dipandang dari segi metodologis. Ia tidak membatasi diri pada

bidang dan cara yang sudah dipakai oleh ahli-ahli yang terlebih dahulu, tetapi

menggunakan berbagai metode yang belum dipakai oleh ahli sebelumnya, yang

dipandangnya dapat mengenai sasaran. Dia mengkombinasikan tradisi ahli-ahli

psikologi Inggris yang menggunakan metode kuantitatif dengan studi mengenai

gejala-gejala kepribadian dalam rangka psikiatri (Suryabrata, 288 : 2007).

Di dalam merumuskan pendapatnya mengenai tingkah laku manusia,

Eysenck memilih konsepsi-konsepsi yang disederhanakan dan bercorak

operasional. Dia yakin, bahwa di masa yang akan datang teori dan eksperimen

harus bergandengan tangan, dan dengan demikian banyak kelemahan dapat

diatasi. Hal ini dapat ditempuh dengan membuat perumusan yang sederhana dan

bercorak operasional.

2.1.1 Struktur Kepribadian

Eysenck berpendapat bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu

banyak mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini

dikombinasikan dengan analisisnya, yaitu dengan analisis faktor, telah

menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh sejumlah kecil dimensi-

Page 26: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

13dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas. Di sini akan

dikemukakan hal tersebut secara singkat.

Pandangan Eysenck yang luas dan menyeluruh mengenai kepribadian

nampak menjelma pada kenyataan, bahwa pendapatnya banyak mengandung

persamaan dengan berbagai definisi dalam bidang ini, pada khususnya dengan ahli

lainnya seperti Allport. Eysenck memberikan definisi kepribadian sebagai

berikut:

“Personality is the sum-total of actual or potencial behavior-patterns of the organism as determined by heredity and environment; it originates and develops throught the functional interaction of the four main sectors (character), the affective sector (temperament), and the somatic sector (constitution).”

(Suryabrata, 290 : 1983)

Seperangkat pola tingkah laku organisme baik aktual maupun potensial

yang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan, yang berkembang secara

alamiah melalui interaksi fungsional dan sektor – sektor pembentuknya dimana

pola-pola tingkah laku ini terorganisasi.

Berdasarkan definisi tersebut, terdapat 4 aspek yang memegang peranan

penting dalam munculnya tingkah laku individu, yaitu :

• Karakter

Adalah suatu bentuk tingkah laku konatif yang relatif stabil dan

berlangsung terus menerus.

• Temperamen

Adalah suatu bentuk tingkah laku afektif yang relatif stabil dan

berlangsung terus menerus

Page 27: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

14• Intelektual

Adalah bentuk tingkah laku yang kognitif yang relatif stabil dan

berlangsung terus menerus

• Fisik

Adalah bentuk konfigurasi tubuh dan neuronendikrinologis yang relatif

stabil dan berlangsung terus menerus.

Hal yang utama dalam pandangan Eysenck mengenai tingkah laku adalah

pengertian-pengertian sifat (trait) dan tipe (type). Menurut Eysenck sifat (trait)

berperan dalam sebuah rangkaian tingkah laku saat berhubungan dengan

lingkungan dan diulang dalam berbagai macam situasi secara bersamaan.

Sedangkan tipe lebih luas cakupannya dari trait (Theories of Personality, 1967).

Secara lebih terperinci, Eysenck berpendapat bahwa kepribadian tersusun

atas tindakan – tindakan, disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan

hirarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya. Diurut dari yang paling

tinggi sampai pada yang paling rendah dan khusus, yaitu :

1. Type

Yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum dan luas serta

mencakup banyak kejadian atau kemungkinan perilaku.

2. Trait

Yaitu merupakan Habitual Response yang paling berhubungan satu sama

lain yang cenderung ada pada individu tertentu.

Page 28: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

153. Habitual Response

Yakni memiliki corak yang lebih umum daripada spesifik response, yaitu

respon-respon yang berulang-ulang terjadi apabila individu menghadapi

kondisi atau situasi yang sejenis.

4. Spesific Response

Yaitu tindakan atau respon yang paling berhubungan satu sama lain yang

cenderung ada pada individu tertentu.

Dari keempat hal ini yang paling banyak mendapatkan perhatian dari

Eysenck adalah pengertian Trait dan Type. Walaupun Eysenck membuat definisi

mengenai sifat – sifat (traits) secara eksplisit, perhatian pokoknya tertuju pada

dimensi-dimensi dasar atau tipe-tipe kepribadian. (Dikutip dalam situs :

http://tahsinul.wordpress.com/kepribadian).

Penelitian Eysenck dalam mengkaji pandangannya tersebut salah satunya

pada 700 tentara yang neurotis, yang memberikan kesimpulan diketemukannya

dimensi-dimensi kepribadian pokok yakni “neuroticism” dan “introversion-

ekstroversion”, pada mulanya terdiri dari 39 item mengenai kepribadian yang

sebagian besar merupakan deskripsi mengenai sifat-sifat kepribadian tersebut,

seperti bebas, sedikit energi, apatis, depresif, penakut, dan sebagainya.

Hasil dari penelitian ialah bahwa tentara-tentara neurotis, pada umumnya

adalah orang-orang yang kurang sempurna baik dalam keadaan psikis maupun

jasmaninya; intelegensi, kemauan, penguasaan emosi, ketepatan sensoris,

kemampuan untuk berusaha semuanya di bawah normal. Mereka mudah

Page 29: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

16terpengaruh, kurang tetap pendirian, lamban dalam tindakan dan pikiran, dan

cenderung untuk menekankan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Eysenck menduga, selain terdapat tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert pada dari hasil penelitiannya tersebut, faktor keturunan memegang

peranan dalam hal “neuroticism”. Namun hasil penelitian tidak menunjukkan hal

hasil yang signifikan. Oleh sebab itu, sesuai dengan pandangannya mengenai

struktur kepribadian, dia mengemukakan bahwa apabila intelegensi merupakan

faktor (g) pada aspek kognitif, exstroversion -introversion merupakan faktor (g)

pada aspek afektif, maka “neuroticm” merupakan faktor (g) pada aspek konatif.

Dengan kata lain, neurotik merupakan ketidaksempurnaan dalam kemampuan atau

ketepatan pada perbuatan bermotif. (Suryabrata, 292 : 2007)

Selanjutnya, menurut Eysenck, agar “sifat”memiliki fungsi haruslah

didefinisikan secara operasional atau disertai prosedur pengukuran tertentu.

Adapun kegunaan “sifat” adalah untuk membuat identifikasi dimensi-dimensi

dasar atau tipe-tipe kepribadian. (Suryabrata, 292 : 2007).

Dalam mempermudah pandangan Eysenck, dapat dilihat dari tabel Ikhitar

Pendapat Eysenck di bawah ini :

Page 30: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

17TABEL 2.1. Ikhtisar Pandangan Eysenck

Faktor Dimensi

Kepribadian

Dimensi

Kognitif

Dimensi

Afektif

Dimensi

Konatif

Dimensi

Somatif

g Tipe

Intelegensi/

Ideologi

Ekstrovert-

Introvert Neuroticsm -

c Trait Attitude - - -

s Habitual

Response Habitual Opinion - - -

e Spesific

Response Spesific Opinion - - -

2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Kepribadian Exstroversion -Introversion

Kebanyakan orang mengenal istilah ekstroversi dan introversi dari

psikiater Swiss bernama C. G. Jung, seorang bekas murid Sigmund Freud.

Namun yang mengembangkan ekstroversi dan introversi lebih lanjut secara

mendetail adalah Eysenck dan melaksanakan penyelidikannya yang pertama,

yaitu variabel yang menggambarkan kontras antara exstroversion dan introversion

(Suryabrata, 292-293 : 2007).

Eysenck mengkonsepkan kepribadian manusia dalam tiga faktor atau

supertraits, yaitu ekstroversion – introversion, stabilitas emosi dan

ketidakstabilitasan emosi (neurotisme), serta psikotisme. Pembahasan disini lebih

Page 31: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

18menitikberatkan pada ekstroversion – introversion (Theories of Personality,

1967).

Adapun pengertian dari Ekstroversion adalah satu kecenderungan untuk

mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada ke dalam diri sendiri.

Sedangkan Introversion merupakan kecenderungan yang merupakan kebalikan

dari Ekstorversion yakni mengarahkan kepribadian lebih banyak ke dalam diri

sendiri daripada ke dunia di luar dirinya (J.P.Chaplin, 183 : 2002).

Dalam membahas teori selanjutnya, Eysenck membahas menitikberatkan

pada adanya 4 (empat) prinsip dasar, yaitu :

2.1.2.1 Prinsip Biologis

Prinsip ini merupakan ciri khas dari pendapatnya, dalam hal ini faktor

somatik dinyatakan secara eksplisit dalam teori eysenck. Perhatiannya pada faktor

somatik ini, timbul berdasarkan pengalaman praktis selama bertugas di rumah

sakit, dimana ia menemukan faktor somatik khususnya bentuk tubuh/ konstitusi

memeiliki keterkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan kejiwaan.

Dalam membahas kepribadian, Eysenck berkeyakinan bahwa tingkah laku

mempunyai dasar biologis yang lengkap. Dalam hal ini melibatkan dua dimensi

biologis yaitu :

Page 32: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

191. Emosionalitas, neuroticism dan instabilitas.

2. Ekstrovert-Introvert juga dipengaruhi oleh faktor keturunan yang bersifat

biologis pada manusia.

Emosionalitas, neuroticism, dan instabilitas dipengaruhi oleh susunan

syaraf otonom, sedangkan introversi-ekstroversi dasarnya dipengaruhi oleh

susunan syaraf pusat.

2.1.2.2 Prinsip Metodologis

Dalam mempelajari kepribadian manusia, Eysenck mengembangkan

metode “criterion analisis”. Metode ini merupakan gabungan antara metode

“Hypoteticodeductive” dengan teknik “Analisis Faktor”.

Ia bertitik tolak pada keyakinan mengenai suatu faktor dasar sebagai

dimensi-dimensi kepribadian, selanjutnya ia mengumpulkan faktor-faktor dasar

tersebut dengan satu set ukuran yang diperkirakan mempunyai kaitan dengan

faktor dasar tersebut. Selanjutnya dicari dua kelompok yang dalam faktor dasar

tersebut berbeda satu dengan lainnya dan akhirnya dilakukan pengolahan data

melalui teknik analisis faktor dengan metode statistiknya “Multivariant

Statistics”.

Perkembangan selanjutnya, Eysenck mencoba mengumpulkan data yang

dimaksud melalui tes tulisan, tes pertama yang ia ciptakan adalah tes yang diberi

nama Maudsley Personality Inventory (MPI) pada tahun 1959. Tujuan utama dari

tes ini adalah agar dapat mengukur neuroticism, ekstroversi dan introversi. Pada

Page 33: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

20tahun 1963, ia membuat alat tes dengan tujuan yang sama yaitu, Eysenck

Personality Inventory (EPI).

2.1.2.3 Prinsip Belajar/Empiris

Eysenck mengarahkan teorinya pada keyakinan adanya prinsip belajar

dalam kepribadian manusia. Dimana ia banyak diwarnai oleh pemikiran Pavlov

dan Hull terutama tentang adanya proses conditioning. Ia menggunakan prinsip

ini dengan tujuan agar dapat mengungkap indikasi dari stuktur kepribadian

sekaligus dapat memprediksikan dinamika kepribadiannya.

Menurutnya walaupun manusia memiliki faktor predisposisi sebagai bukti

adanya pengaruh hereditas yang cukup kuat, tetapi akan ada faktor belajar yang

juga berpengaruh dalam perkembangan kepribadiannya. Jadi faktor belajar sangat

berpengaruh terhadap terjadinya pola kepribadian dan kepribadian dapat

direstrukturisasi berdasarkan hukum-hukum belajar tersebut.

2.1.2.4 Prinsip Dinamika/Struktural

Dalam membahas tentang dinamika dan struktur kepribadian, Eysenck

lebih menitikberatkan pada istilah tipe daripada trait. Istilah tipe digunakan untuk

menjelaskan trait yang dimiliki individu yang menjadi karakteristik perilaku

individu tersebut dan membentuk struktur kepribadiannya.

Page 34: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

21Eysenck selanjutnya mengembangkan teori kepribadiannya ke dalam dua

dimensi kepribadian, yaitu :

1. Emotionality (Stable-Unstable)

2. Type of Personality (Introvert-Ekstrovert)

Dimensi kepribadian menjelaskan posisi kecenderungan individu

sehubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya.

Pembagian Stable-Unstable maupun introvert-Ekstrovert dipandang

sebagai dua kutub yang membentuk skala kontinum. Oleh karena itu, individu

dapat berada pada posisi pertama pada garis kontinum yang menunjukkan

kecenderungan kepribadian ataupun emosionalitas individu. Seperti yang

dikatakan oleh Eysenck :

“... it is not implied that everyone must be either a raving extravert or

with drawn introvert, but merely that everyone can find on thus particular

continuum or dimention”.

Dengan demikan, kekuatan seseorang dalam bertingkah laku sesuai

dengan posisi yang ditempati individu dalam skala tersebut.

Menurut Eysenck, kepribadian seseorang tidak ada yang murni introvert

maupun ekstrovert, tetapi dapat bergerak dari satu kutub yang satu ke kutub yang

lainnya. Adapun untuk melihat kepribadian individu, kita hanya bisa melihat sifat

yang lebih dominan, apakah sifat introvert atau ekstrovert sehingga kita dapat

menggolongkan individu ke dalam tipe kepribadian introvert atau ekstrovert.

Page 35: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

22Pengelompokkan kepribadian ke dalam dua kecenderungan kepribadian

introvert-ekstrovert didasarkan atas perbedaan dalam respon-responnya,

kebiasaan-kebiasaannya dan sifat-sifatnya yang biasa ditampilkan oleh individu

dalam melakukan relasi interpersonal. Selanjutnya, kedua kecenderungan

kepribadian introvert-ekstrovert tersebut dapat dibedakan berdasarkan komponen-

komponen sebagai berikut:

a. Aktifitas sosial (Social Activity)

Banyaknya energi yang dikeluarkan intensitas aktivitas seseorang dalam

konteks sosial, waktu yang dipergunakan dalam pergaulan sosial dan banyak

sedikitnya ia berbicara.

b. Kemampuan berinteraksi sosial (Social Facility)

Keterampilan sosial dan interpersonal, kualitas kepemimpinan, dominasi

dan keterampilan berbicara yang dimiliki individu.

c. Impulsifitas (Ristacking and Adventuresomeness)

Spontanitas dan fleksibilitas dalam perilaku sosial. Perbedaan hambatan

sosial dan pengendalian diri.

d. Disposisi dalam tindakan (Non Introspective Tendencies)

Preferensi dalam bertindak, obyektivity, reflectiveness, introspeksi diri dan

pengungkapan diri.

Page 36: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

23Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Shapiro dan Alexander (1969)

ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang afiliatif pada kecenderungan

kepribadian introversi dan ekstroversi apabila tidak berada dalam kondisi stres.

Namun, pada saat dihadapkan pada situasi stres, reaksi individu ekstrovert

cenderung mencari orang lain untuk menyelesaikan masalahnya, sedangkan

individu ekstrovert cenderung menghabiskan waktunya seorang diri. Penemuan

ini sejalan dengan beberapa penelitian lain yang menggambarkan perbedaan yang

menonjol antara kedua kecenderungan kepribadian dalam hal melakukan aktivitas

sosial.

Eysenck, memberikan banyak sumbangan dari segi metodologis. Banyak

perumusan-perumusan teoritis yang telah ada sebelumnya telah diuji

kebenarannya. (Suryabrata, 2003)

2.1.3 Definisi Kepribadian Ekstroversi -Introversi

Menurut Eysenck, introvert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian

introversi – ekstroversi dengan karakteristik watak yang tenang, pendiam, suka

menyendiri, suka termenung, dan menghindari resiko.

Eysenck juga mengatakan dalam teorinya, bahwa ekstrovert adalah satu

ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi dengan karakteristik watak

peramah, suka bergaul, ramah, suka menurutkan kata hati, dan suka mengambil

resiko.

Page 37: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

24Peneliti menyimpulkan bahwa ekstrovert adalah suatu tipe kepribadian

berdasar sikap jiwa terhadap dunianya yang dipengaruhi oleh dunia objektif,

orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, dan tindakannya lebih

banyak ditentukan oleh lingkungan.

Sedangkan introvert adalah suatu tipe kepribadian berdasar sikap jiwa

terhadap dunianya, yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya terutama

tertuju ke dalam.

2.1.4 Ciri – ciri Kepribadian Ekstroversi - introversi

Ekstrovert dan introvert digambarkan oleh Eysenck adalah sebagai

berikut:

“The typical extravert is sociable, likes parties, has many friends, needs to have people to talk to, and does not like reading or studying by himself. He craves excitement, takes chances, often sticks his neck out, acts on the spur of the moment, and is generally an impulsive individual. He is fond of practical jokes, always has a ready answer, and generally likes change; he is carefree, easy-going, optimistic, and likes to “laugh and be merry.” He prefer to keep moving and doing things, tends to be aggressive and lose his temper easily; together his feelings are not kept under tight control, and he is not always a reliable person”(Theories of Personality, 370 : 1967).

Tipe ekstroversi adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai banyak

teman, membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka membaca atau belajar

sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering

menentang bahaya, berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka

menurutkan kata hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu siap menjawab, dan

biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan (easy going),

Page 38: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

25optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam

melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya,

semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat

dipercaya.

“The typical introvert is a quiet, retiring sort of person, introspective, fond of books rather than people; he is reserved and distant except to intimate friends. He tends to plan ahead. “looks before he leaps” and distrusts the impulse of the moment. He does not like excitement, takes matters of everday life with proper seriousness, and likes a well-ordered mode of life. He keeps his feelings under close control, seldom behaves in an aggressive manner, and does not lose his temper easily. He is reliable, somewhat pessimistic, and places great value on ethical standars (Theories Of Personality, 370- 371 : 1967).

Sedangkan yang khas dari introvert adalah tenang, lebih suka menarik diri

atau mengucilkan diri, gemar membaca buku – buku daripada bergaul dengan

orang lain, suka membuat jarak dan kurang ramah terhadap orang lain kecuali

dengan teman akrabnya, cenderung untuk merencanakan terlebih dahulu dalam

melakukan sesuatu dengan semboyan “melihat dahulu sebelum meloncat”,

memiliki prasangka-prasangka terhadap kejadian di sekitarnya. Dia tidak

menyukai kegembiraan, menghadapi kehidupan sehari-hari dengan penuh

kegembiraan, menghadapi kehidupan sehari – hari dengan serius dan menyukai

cara hidup yang teratur. Perasaan-perasaannya dijaga dengan ketat di bawah

kontrol kesadaran dirinya, jarang menunjukkan tindakan agresif, tidak mudah

dirangsang amarahnya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dipercaya, agak

pesimis dan umumnya menempatkan nilai – nilai yang tinggi atas standar etika.

Page 39: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

26Dalam menurunkan teorinya, Eysenck juga menyinggung mengenai

Neurotik.

“The typical high N scorer as being an anxious, worrying individual, moody and frequently deprressed. He is likely to sleep badly, and to suffer from various psychosomatic disorders. He is overly emotional, reacting too strongly to all sorts of stimuli, and finds it difficult to get back on an even keel after each emotionally arousing experience. His strong emotional reactions interfere with his proper adjustment, making him react inirrational, sometimes rigid ways…If the high N individual has to be described in one word, one might say that he is a worrier; his main characteristic is a constant preoccupation with things that might go wrong; and a strong emotional reaction of anxiety to these thoughts. The stable individual, on the other hand, tends to respond emotionally only slowly and generally weakly, and to return to baseline quickly after emotional arousal; he is usually calm, even-tempered, controlled and unworried (Theories of Personality, 371 : 1967).”

Seseorang dengan tingkat kecemasan yang tinggi, memiki ketakutan yang

besar, mood tidak tentu dan mudah terserang depresi. Ia seringkali sulit tidur, dan

terserang gejala psikosomatik. Emosional, bereaksi sangat kuat terhadap stimulus

yang ia hadapi, dan sulit kembali kepada keadaan normal setelah menghadapi

tekanan pengalaman yang begitu kuat. Kekuatan emosinya membuat ia kesulitan

dalam beradaptasi, dan bertidak secara irasional, dan berhubungan secara kaku

dengan lingkungannya..Apabila individu dengan kecemasan yang tinggi akan

masuk pada satu lingkungan, maka orang lain akan berkata bahwa ia sangat

khawatir; ia memiliki pemikiran yang konstan bahwa sesuatu yang ia lakukan

salah dan ia menunjukkan kekuatan emosinya dalam bereaksi sebagai bentuk

kecemasan yang ia rasakan. Seseorang yang memiliki emosi yang stabil akan

berperilaku sebaliknya, cepat kembali kepada keadaan normal setelah mengalami

goncangan, tenang, terkontrol dan tidak cemas.

Page 40: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

27

2.1.5 Kekuatan dan Kelemahan Tipe Introversi dan Ekstroversi

Kedua kecenderungan tipe kepribadian introversi dan ekstroversi

memiliki kekuatan dan kelemahan, baik dalam hal penyesuaian diri secara

psikologis maupun sosial. Ini berarti masing-masing kekuatan dari tipe

kepribadian dapat menjadi kelemahan jika dilakukan secara berlebihan.

Dari hasil penelitian Eysenck diperoleh beberapa hal sebagai berikut :

Orang dengan tipe ekstrovert akan memperlihatkan kecenderungan untuk

mengembangkan gejala histeris dan hypocondriasis. Dalam bergaul mudah

terbawa arus, senang merasa tidak puas dan suka memiliki kecenderungan untuk

tidak tetap pendiriannya. Terlalu optimis sehingga sering menilai prestasi yang

dicapainya secara berlebihan. Bahaya bagi orang ekstrovert ini ialah apabila

ikatan kepada dunia luar terlampau kuat, ia akan tenggelam di dalam dunia

subjektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.

Orang introvert akan memperlihatkan kecenderungan untuk

mengembangkan gejala ketakutan yang akut dan depresi, ada kecenderungan

obsesi dan syaraf otonomnya labil. Dalam bergaul mudah terluka, merasa rendah

diri sehingga kecenderungan menilai rendah prestasi dirinya, penuh dengan

lamunan – lamunan dan cenderung untuk mempertahankan pendiriannya. Bahaya

yang dihadapi oleh tipe introvert ilaha apabila jarak dengan dunia objektifnya

terlalu jauh, maka orang lain akan lepas dari dunia objektifnya.

Page 41: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

282.2 Pengertian Stres

Pada umumnya istilah stres tidak asing pada percakapan sehari-hari, istilah

ini biasanya digunakan pada saat seseorang mengalami desakan akibat keinginan

yang tidak terpenuhi atau pada saat seseorang mengalami tekanan dari

lingkungannya. Stres berasal dari bahasa latin “Strictus” yang berarti ketat (tight)

atau “sempit” (narrow) dan stingere, yang memiliki arti “mengetatkan” (tigthten).

Stres dapat pula diartikan sebagai suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun

psikologis (J.P. Chaplin, 488 : 2002).

Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau

respon yang dialami seseorang. Definisi stres dari stimulus terfokus pada kejadian

di lingkungan seperti misalnya bencana alam, kondisi berbahaya, penyakit, atau

berhenti dari kerja. Definisi ini menyangkut asumsi bahwa situasi demikian

memang sangat menekan tapi tidak memperhatikan perbedaan individual dalam

mengevaluasi kejadian. Sedangkan definisi stres dari respon mengacu pada

keadaan stres, reaksi seseorang terhadap stres, atau berada dalam keadaan di

bawah stres (Lazarus & Folkman, 1976).

Beberapa definisi lainnya dari para ahli diantaranya :

“Stress occurs where there are demands on the person which tax or exeed

his adjustive resources.”

“Stres muncul ketika ada tuntutan-tuntutan terhadap pribadi seseorang

yang membebani/melampaui kemampuannya dalam menyesuaikan diri.”

(Lazarus, 1976 : 42)

Page 42: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

29“Stres is a process in which environmental demands tax or exceed the

adaptive capacity of an organism, resulting in psychological and

biological changes that may places an individual at risk for disease”.

Stres merupakan suatu proses untuk memenuhi kebutuhan suatu

lingkungan dalam rangka beradaptasi, yang membuat perubahan baik

psikis maupun biologis sehingga menghindarkan seseorang pada suatu

penyakit.

(Cohen, Kessler & Gordon, 1995, dalam Personality Contempory Theory

and Research, 2005 )

Dari asal kata tersebut dapat diambil pengertian bahwa stres

mencerminkan adanya perasaan tertekan atau ketegangan otot-otot tubuh dan yang

mungkin juga menyebabkan nafas yang menyesakkan yang merupakan suatu

reaksi yang mungkin dimunculkan oleh orang-orang yang berada di bawah

tekanan atau stres.

2.2.1 Proses Pengalaman Stres

Stres merupakan persepsi yang dinilai seseorang dari sebuah situasi atau

peristiwa. Sebuah situasi yang sama dapat dinilai positif, netral atau negatif oleh

orang yang berbeda. Penilaian ini bersifat subjektif pada setiap orang. Oleh karena

itu, seseorang dapat merasa lebih stres daripada yang lainnya walaupun

mengalami kejadian yang sama. Selain itu, semakin banyak kejadian yang dinilai

sebagai stresor oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang

mengalami stres yang lebih berat.

Page 43: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

30Menurut Lazarus (1967) dalam melakukan penilaian tersebut ada dua

tahap yang harus dilalui, yaitu :

1.Primary Appraisal

Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu

peristiwa yang dialami individu. Peristiwa tersebut dapat dipersepsikan positif,

netral, atau negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari

kemungkinan adanya harm, threat, atau challenge.

• Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang

terjadi.

• Threat adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang

didapat dari peristiwa yang terjadi.

• Challenge merupakan tantangan akan kesanggupan untuk mengatasi dan

mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi.

Primary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu:

1. Goal relevance; yaitu penilaian yang mengacu pada tujuan yang dimiliki

seseorang, yaitu bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan

personalnya.

2. Goal congruence or incongruenc; yaitu penilaian yang mengacu pada

apakah hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut

konsisten dengan keinginan individu atau tidak, dan apakah hal tersebut

menghalangi atau memfasilitasi tujuan personalnya. Jika hal tersebut

Page 44: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

31menghalanginya, maka disebut sebagai goal incongruence, dan sebaliknya

jika hal tersebut memfasilitasinya, maka disebut sebagai goal congruence.

3. Type of ego involvement; yaitu penilaian yang mengacu pada berbagai

macam aspek dari identitas ego atau komitmen seseorang.

2. Secondary appraisal

Secondary appraisal merupakan penilaian mengenai kemampuan individu

melakukan coping, beserta sumber daya yang dimilikinya, dan apakah individu

cukup mampu menghadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang

terjadi.

Secondary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu:

1. Blame and credit: penilaian mengenai siapa yang bertanggung jawab atas

situasi menekan yang terjadi atas diri individu.

2. Coping-potential: penilaian mengenai bagaimana individu dapat

mengatasi situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya.

3. Future expectancy: penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu

individu mungkin berubah secara psikologis untuk menjadi lebih baik atau

buruk.

Pengalaman subjektif akan stres merupakan keseimbangan antara primary dan

secondary appraisal. Ketika harm dan threat yang ada cukup besar, sedangkan

kemampuan untuk melakukan coping tidak memadai, stres yang besar akan

Page 45: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

32dirasakan oleh individu. Sebaliknya, ketika kemampuan coping besar, stres dapat

diminimalkan.

2.2.2 Respon Stres

Stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah

membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator

terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.

Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:

1. Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,

detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

2. Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif

individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,

pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang

mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan

sebagainya.

4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan

situasi yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang

menekan.

Saat mempersepsikan sesuatu sebagai stres, bagian otak yang menangani

pikiran mengirimkan sinyal ke sistem saraf melalui hipotalamus. Sistem saraf lalu

mempersiapkan tubuh untuk menghadapi stres tersebut. Terjadi perubahan detak

Page 46: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

33jantung dan tekanan darah, serta pupil melebar. Juga ada hormon dan zat-zat

kimia yang dikeluarkan/disekresi, seperti adrenalin. Sekresi adrenalin ini yang

membuat tubuh siap, namun jika terjadi berkepanjangan akan menimbulkan

kerugian, diantaranya :

2.2.2.1 Akibat fisik

Dapat terjadi penyakit terkait stres, sebagai contoh penyakit jantung dan

pembuluh darah (kardiovaskuler) akibat meningkatnya tekanan darah yang

merusakkan jantung dan pembuluh darah (arteri) serta meningkatnya kadar gula

darah. Di paru-paru dapat terjadi asma dan bronkhitis (radang saluran

pernapasan). Jika terjadi hambatan fungsi pencernaan, dapat timbul penyakit

seperti tukak/ulkus, kolitis (radang usus besar) dan diare kronik (menahun). Stres

juga berperan dalam menghambat pertumbuhan jaringan dan tulang yang akan

menyebabkan dekalsifikasi (berkurangnya kalsium) dan osteoporosis (tulang

keropos). Sistem kekebalan tergangggu melalui berkurangnya kerja sel darah

putih, sehingga badan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Akibat lain adalah

meningkatnya ketegangan otot, kelelahan dan sakit kepala.

2.2.2.2 Akibat emosional

Karena pelepasan dan kekurangan norepinefrin (noradrenalin) yang kronis

dapat terjadi depresi. Yang juga berperan adalah pikiran bahwa hidup ini buruk

dan tidak akan menjadi lebih baik. Akibatnya timbul perasaan tak berdaya dan

ketakmampuan, merasa gagal dan kepercayaan diri jatuh. Orang yang terkena

Page 47: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

34depresi cenderung menarik diri dari pergaulan dan menyendiri yang pada

gilirannya hanya menambah depresinya. Juga anxietas (kecemasan yang

berlebihan) dan ketakutan sangat sering terjadi jika seseorang terus-menerus

mempersepsikan adanya ancaman. Orang yang stres berkepanjangan akan

menunjukkan sisnisme, kekakuan pendirian, sarkasme, dan iritabilitas (mudah

tersinggung).

2.2.2.3 Akibat pada perilaku

Sering terjadi perubahan perilaku akibat dorongan untuk mencari

pelepasan; bertempur atau lari. Masalahnya, perilaku yang dipilih sering

merugikan, misalnya "perilaku adiktif" (kecanduan) akibat usaha untuk

meredakan atau melarikan diri dari stres yang menyakitkan. Alkohol, obat-obatan,

merokok, dan makan berlebihan sering dijadikan alat untuk membantu

menghadapi stres. Padahal efeknya hanya berlangsung sementara dan akibat

penggunaan jangka panjang akan merusak badan dan pikiran atau jiwa.

Sayangnya, pikiran dapat menolak/menyangkal akibat jangka panjang itu untuk

sekadar memenuhi kepuasan sesaat. Perilaku lainnya yang terlihat adalah

menunda-nunda, perencanaan yang buruk, tidur berlebihan dan menghindari

tanggung jawab. Taktik ini malah merugikan karena menimbulkan masalah baru

bagi individu tersebut.

(Dikutip dari http://www.geocities.com/almarams/Stres.htm).

Page 48: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

352.2.3 Sumber Stres

Penyebab stres terkadang mudah untuk dideteksi, tetapi ada yang sulit

untuk diketahui. Ada yang mudah untuk dihilangkan, ada yang sulit atau bahkan

tidak bisa dihindari. Tiga sumber utama adalah lingkungan, badan, dan pikiran.

Lingkungan selalu membuat seseorang harus memenuhi tuntutan dan

tantangan, karenanya merupakan sumber stres yang potensial. Individu

mengalami bencana alam, cuaca buruk, kemacetan lalu-lintas, dikejar waktu,

masalah pekerjaan, rumah tangga, dan hubungan antar manusia. Juga kita dituntut

untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi keuangan, pindah kerja, atau

kehilangan orang yang kita cintai.

Sumber stres kedua adalah tuntutan dari tubuh untuk menyesuaikan diri

terhadap perubahan faali yang terjadi. Contohnya: perubahan yang terjadi waktu

remaja, perubahan fase kehidupan akibat fluktuasi hormon dan proses penuaan.

Selain itu, datangnya penyakit, makanan yang tidak sehat, kurang tidur dan olah

raga akan mempengaruhi respons terhadap stres.

Potensi stres utama juga datang dari pikiran yang terus-menerus

menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan. Interpretasi terhadap

peristiwa-peristiwa yang terjadi menentukan apakah stres atau tidak. Pikiran-

pikiran yang menyebabkan stres sering bersifat negatif, penuh kegagalan,

katastrofik, hitam-putih, terlalu digeneralisasi, tidak berdasarkan fakta yang

Page 49: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

36cukup, dan terlalu dianggap pribadi (Dikutip dari

http://www.geocities.com/almarams/Stres.htm).

2.2.4 Strategi Penanggulangan Stres (Coping Strategy)

Strategi Penanggulangan Stres umumnya digunakan sebagai aspek utama

dalam menjelaskan hubungan antara stres dengan tingkah laku individu

menghadapi stres. Strategi penanggulangan stres dipandang sebagai faktor

penyeimbang yang membantu individu menyesuaikan diri terhadap tekanan yang

dialami. Pada dasarnya strategi penanggulangan ditujukan untuk mengurangi atau

menghilangkan stres yang ditimbulkan oleh masalah yang ada.

Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan

merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau

eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki

individu. Coping yang dilakukan ini berbeda dengan perilaku adaptif otomatis,

karena coping membutuhkan suatu usaha, yang mana hal tersebut akan menjadi

perilaku otomatis lewat proses belajar.

Coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan,

tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan

merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak

semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif

untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan

Page 50: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

37menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat

dikuasainya.

Menurut Lazarus & Launier, 1978 dalam (Personality Contemporary

Theory and Researchc, 2005), dalam melakukan coping, ada dua strategi yang

dibedakan menjadi :

1.Coping yang berpusat pada masalah

Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah sama dengan

strategi yang ditujukan untuk memecahkan masalah. Strategi diarahkan untuk

mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres melalui perubahan reaksi yang

menyulitkan dengan lingkungan. Penanggulangan ini biasanya dilakukan terhadap

situasi yang dinilai dapat diubah. Strategi penanggulangan ini sering ditujukan

untuk merumuskan masalah, membuat beberapa alternatif jalan keluar,

mempertimbangkan kemungkinan atau kerugian setiap alternatif tersebut, memilih

alternatif yang terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak.

Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah bukan hanya

sekedar pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan proses analisa

objektif terutama difokuskan pada lingkungan. Sedangkan strategi

penanggulangan stres yang berpusat pada masalah merupakan proses analisa yang

objektif, terutama difokuskan pada masalah termasuk juga strategi yang diarahkan

ke dalam diri sendiri.

Page 51: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

382. Coping yang berpusat pada emosi

Strategi yang berpusat pada emosi berfungsi untuk mengatur respon

emosional terhadap masalah. Strategi penanggulangan ini sebagian besar terdiri

dari proses kognitif yang ditujukan untuk mengurangi tekanan emosional dan

termasuk strategi-strategi seperti penghindaran, pengurangan, membuat jarak,

perhatian yang selektif, perbandingan yang positif. Banyak dari strategi-strategi

ini diturunkan dari teori dan penelitian pada proses-proses defensif dan digunakan

pada setiap kejadian yang menimbulkan stres. Sebagian kecil strategi

penanggulangan stres ini terdiri dari strategi kognitif yang ditujukan untuk

menambah tekanan emosional. Beberapa individu perlu merasa lebih buruk,

seperti mengalami tekanan dan menyalahkan diri atau bentuk lain dari

menghukum diri (self punishment) sebelum mendapatkan perasaan lega.

Bentuk kognitif tertentu dari strategi penanggulangan stres yang berpusat

pada emosi mengarah pada perubahan cara pemaknaan suatu kejadian tanpa

mengubah situasi objektif. Strategi ini sama dengan penilaian kembali (appraisal).

Namun, tidak semua penilaian kembali bersifat defensif dan dimaksudkan untuk

mengatur emosi. Strategi penanggulangan ini digunakan untuk memelihara

harapan dan optimisme, menyangkut fakta dan akibat yang mungkin dihadapi,

menolak untuk mengalami hal terburuk dan bereaksi seolah-olah apa yang terjadi

tidak menimbulkan masalah dan sebagainya. Proses ini memberi kemungkinan

untuk suatu interpretasi yang menipu diri dan distorsi reaksi. Penipu yang berhasil

dapat terjadi tanpa adanya kesadaran (Lazarus & Folkman, 1976).

Page 52: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

39Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam

menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya.

Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping dalam

menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus,

1976). Terkadang individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara

bersamaan, namun tidak semua strategi strategy pasti digunakan oleh individu.

Para peneliti menemukan bahwa penggunaan strategi emotion focused coping oleh

anak-anak secara umum meningkat seiring bertambahnya usia mereka

Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al. mengenai kemungkinan variasi

dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan emotion focused

coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan coping strategy yang

muncul, yaitu :

a. Coping strategy berpusat pada masalah

1. Confrontative coping; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi,

dan pengambilan resiko.

2. Planful problem solving; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

Page 53: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

40b. Coping strategy berpusat pada emosi

1. Self-control; usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi

yang menekan.

2. Distancing; usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti

menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau

menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap

masalah sebagai lelucon.

3. Positive reappraisal; usaha mencari makna positif dari permasalahan

dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-

hal yang bersifat religius.

4. Accepting responsibility; usaha untuk menyadari tanggung jawab diri

sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya

untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih

bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun

strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung

jawab atas masalah tersebut.

5. Escape/avoidance; usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari

dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain

seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.

6. Seeking social support; yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan

emosional dan bantuan informasi dari orang lain.

Page 54: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

41 Berdasarkan fungsi penanggulangan tersebut (Lazarus, 75 :1976)

mengemukakan bahwa terdapat dua bentuk umum dari penanggulangan yang

meliputi bentuk direct action dan bentuk palliative (intrapsychic psychological

defence)

1. Direct Action terdiri dari empat bentuk strategi penanggulangan yaitu :

a. Mempersiapkan diri menghadapi kerusakan (preparing Againshann)

b. Agresi atau menyerang (Aggresion or attack)

c. Penghindaran (Avoidance)

d. Apatis atau tidak bereaksi (Apathy or in action)

2. Palliative terdiri dari dua bentuk strategi penanggulangan, yaitu :

a. Cara simptom terarah (Symptom directed modes)

b. Cara intrapsikis (Intrapsychic mode)

2.2.5 Hubungan Antar Fungsi Coping Strategy

Pada kenyataannya, individu tetap menggunakan strategi penanggulangan

stres yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat

pada emosi dalam menghadapi tuntutan internal dan atau eksternal dalam

kehidupan nyata (Lazarus & Folkman, 1967). Apabila individu dalam

menyelesaikan sumber masalah dengan korban perasaan yang besar maka

Page 55: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

42dikatakan tidak efektif, demikian juga dengan sumber masalahnya. Untuk

mencapai strategi penanggulangan stres yang efektif diperlukan penggunaan

kedua fungsi strategi penanggulangan tersebut (Lazarus & Folkman, 1967).

Lazarus & Folkman, menyatakan bahwa strategi penanggulangan stres

yang muncul berpusat pada masalah lebih sering digunakan untuk menghadapi

stres yang muncul akibat pekerjaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Bachrach

(1983) bahwa individu yang dapat mengendalikan lingkungan lebih menggunakan

strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah dibandingkan dengan

mereka yang merasa tidak dapat menanggulangi lingkungannya.

Dari hasil penelitian Lazarus, ada empat bentuk strategi penanggulangan

yang dominan dalam menghadapi stres dari lingkungan yaitu : Confrontative

coping, planful problem solving, accepting responsibility dan positive

reappraisal. Dalam menghadapi tekanan dari lingkungan di mana lingkungan

tersebut dapat diubah, individu akan menggunakan strategi penanggulangan stres

dan memusatkan perhatiannya untuk menghadapi, memecahkan masalah secara

terencana, menerimanya dan memilih aspek-aspek positif dari lingkungan

tersebut. Sebaliknya, bila individu dihadapkan pada lingkungan yang harus

diterimanya dan tidak dapat diubah, individu akan memusatkan diri atau menjaga

jarak (distancing).

Page 56: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

432.2.6 Hubungan Stres dan Strategi Penanggulangan Stres

Menurut Susan Folkman, reaksi individu terhadap suatu masalah atau

situasi yang ada sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaian individu terhadap

masalah tersebut. Individu yang menilai situasi negatif yang dihadapinya sebagai

suatu hal yang positif akan mempunyai derajat stress yang lebih rendah daripada

yang tidak menilai situasi negatif tersebut sebagai suatu hal yang positif.

Perbedaan individu dalam menilai masalah atau situasi yang dihadapinya akan

mempengaruhi pemilihan strategi penanggulangan stres (coping strategy) yang

digunakan. Hal ini berarti masing-masing individu akan berespon berbeda dalam

situasi stres yang sama.

Terdapat hasil dari penelitian Holmes & Rahe (1967) yang meneliti

derajat tingkat tekanan (stress) yang dialami seseorang dalam hidupnya, diurutkan

dari tingkat stres tertinggi sampai terendah (Personality Contemporary Theory and

Research, 459 : 2005). Hal tersebut dikenal dengan Life Event Scale, yang dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Life Event Scale

No. PERISTIWA KEHIDUPAN NILAI 1 Kematian suami istri 100 2 Perceraian 73 3 Hidup terpisah dalam perkawinan 65 4 Hukuman penjara 63 5 Kematian anggota keluarga dekat 636 Luka/sakit (diri sendiri) 537 Perkawinan 50 8 Dipecat dari pekerjaan 47 9 Rukun kemabali antara suami – istri 45

Page 57: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

4410 Pensiun 45 11 Perubahan kesehatan anggota keluarga 44 12 Kehamilan 40 13 Masalah seksual 3914 Mendapat anggota keluarga baru 3915 Penyesuaian kembali dalam bisnis 39 16 Perubahan situasi keuangan 38 17 Kematian teman dekat 37 18 Perubahan bidang pekerjaan 36 19 Penyitaan barang yang digadaikan 30 20 Perubahan tanggung jawab pada pekerjaan 2921 Masalah dengan keluarga suami/istri 2922 Prestasi Herat seseorang 28 23 Istri mulai atau berhenti bekerja 26 24 Mulai atau mengakhiri pendidikan 26 25 Perubahan kondisi kehidupan 25 26 Mengubah kebiasaan pribadi 24 27 Masalah dengan bos 2328 Pindah rumah 2029 Pindah sekolah 20 30 Pindah rekreasi 19 31 Perubahan kegiatan keagamaan 19 32 Perubahan kegiatan sosial 18 33 Perubahan kebiasaan tidur 1634 Perubahan kebiasaan makan 1535 Liburan 1336 Natal 12 37 Pelanggaran hukum ringan 11

Penelitian Anderson (1977) memberikan masukan mengenai derajat stres

yang dikaitkan dengan kecenderungan penggunaan strategi penanggulangan

tertentu. Menurutnya, bentuk strategi penanggulangan yang berpusat pada

masalah dan strategi penanggulangan yang berpusat pada emosi akan digunakan

dalam frekuensi yang berbeda, tergantung tinggi rendahnya derajat stres individu.

Page 58: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

45 Pada individu yang mempunyai derajat stres yang moderat, frekuensi

terbesar cenderung penggunaan strategi penanggulangan yang berpusat pada

masalah. Sebaliknya, pada individu yang mempunyai derajat stres yang tinggi

didominasi oleh frekuensi strategi penanggulangan yang berpusat pada emosi

yakni berusaha bertahan dan yang terpenting adalah mengatur tekanan emosi,

sedangkan untuk derajat stres yang rendah, frekuensi keduanya tampak sama

tinggi (Lazarus, 1967).

2.2.7 Hambatan dalam Coping Strategy

Terdapat tiga faktor yang menghambat individu dalam menghadapi

lingkungannya, yaitu yang berasal dari keterbatasan individu, batasan-batasan

lingkungan dan derajat ancaman.

Batasan dari individu mencakup nilai budaya yang diinternalisasikan,

keyakinan yang melarang tindakan dan perasaan tertentu yang dihasilkan dari

perkembangan sebagai individu yang unik.

Batasan dari lingkungan meliputi tuntutan persaingan untuk sumber-

sumber yang sama dan institusi yang merintangi usaha strategi penanggulangan.

Derajat ancaman yang tinggi menghambat efektifitas penggunaan sumber

daya strategi penanggulangan. Semakin besar ancaman maka penggunaan strategi

penanggulangan yang berpusat pada masalah menjadi semakin terbatas (Lazarus

dan Folkman, 1967).

Page 59: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

462.3 Institut Pemerintahan Dalam Negeri

2.3.1 Sejarah IPDN

Penyelenggaraan pendidikan kader pemerintahan di lingkungan

Departemen Dalam Negeri terbentuk melalui sejarah yang panjang. Perintisannya

dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1920 dengan

terbentuknya sekolah pendidikan Pamong Praja yang bernama Opleiding School

Voor Inlandsche Ambetenaren (OSVIA) dan Middlebare Opleiding School Voor

Inlandsche Ambetenaren (MOSVIA). Para lulusannya sangat dibutuhkan dan

dimanfaatkan untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda.

Dimasa kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraan pemerintah

Hindia Belanda dibedakan atas pemerintah yang langsung dipimpin oleh kaum

atau golongan pribumi yaitu Binnerlands Bestuur Corps (BBC) dan pemerintahan

yang tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan pribumi yaitu Inlands

Bestuur Corps (IBC)

Pada awal kemerdekaan RI sejalan dengan penataan sistem pemerintahan

yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 kebutuhan akan tenaga kader

pamong praja untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan baik pada

pemerintahan pusat maupun daerah semakin meningkat sejalan dengan tuntutan

perkembangan penyelenggaraan pemerintahan. Untuk memenuhi kebutuhan akan

kekurangan tenaga kader pamong praja, maka pada tahun 1948 dibentuklah

lembaga pendidikan dalam lingkungan Kementrian Dalam Negeri yaitu Sekolah

Menengah Tinggi (SMT) Pangreh Praja yang kemudian berganti nama menjadi

Page 60: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

47Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi Atas (SMPAA) di Jakarta

dan Makassar.

Pada tahun 1952, Kementrian Dalam Negeri menyelenggarakan Kursus

Dinas C (KDC) di Kota Malang, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan

pegawai golongan DD yang siap pakai dalam melaksanakan tugasnya. Seiring

dengan itu, pada tahun 1954 KDC juga diselenggarakan di Aceh, Bandung,

Bukittinggi, Pontianak, Makassar, Palangkaraya dan Mataram. Sejalan dengan

perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang semakin kompleks, luas dan

dinamis, maka pendidikan aparatur di lingkungan Kementrian Dalam Negeri

dengan tingkatan kursus dinilai sudah tidak memadai.

Berangkat dari kenyataan tersebut, mendorong pemerintah mendirikan

Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada tanggal 17 maret 1956 di

Malang, Jawa Timur. APDN di Malang bersifat APDN Nasional berdasarkan SK

Mendagri No. Pend. 1/20/56 tanggal 24 september 1956 yang diresmikan oleh

Presiden Soekarno di Malang, dengan Direktur Pertama Mr. Raspio

Woerjodiningrat. Mahasiswa APDN Nasional Pertama ini adalah lulusan KDC

yang direkrut secara selektif dengan tetap mempertimbangkan keterwakilan asal

provinsi selaku kader pemerintahan pamong praja yang lulusannya dengan gelar

Sarjana Muda (BA).

Pada perkembangan selanjutnya dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan

(IIP) yang berkedudukan di Kota Malang Jawa Timur berdasarkan Keputusan

Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.8

Tahun 1967. Peresmian berdirinya IIP di Malang ditandai dengan peresmian oleh

Page 61: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

48Presiden Soekarno pada tanggal 25 Mei 1967 dan pada tahun 1972 dipindahkan

ke Jakarta.

Perubahan nama dan dibentuknya menjadi dua bagian sekolah pemerintahan

selanjutnya beberapa kali terjadi yakni selain IIP di Jakarta, terdapat Akademi

Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Jatinangor pada tahun 1988 yang

diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Rudini dan berubah pada tahun 1992

menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).

Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara lain

yang mengatur bahwa suatu Departement tidak boleh memiliki dua atau lebih

perguruan tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama, maka mendorong

Departemen Dalam Negeri untuk mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP. Usaha

pengintegrasian STPDN ke dalam IIP secara intensif dan terprogram sejak tahun

2003 menjadi IPDN hingga sekarang.

2.3.2 Visi dan Misi IPDN

Institut Pemerintahan Dalam Negeri memilik Visi :

“Unggul dalam menyiapkan kader pamong praja yang berwawasan

negarawan, ilmuwan, profesional dan demokratis dengan berdasarkan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan memperhatikan Lingkungan lokal,

nasional dan global.”

Makna dari visi di atas adalah bahwa melalui penyelenggaraan pendidikan,

dilakukan pemberdayaan pemerintahan dalam negeri yang berkualitas, guna

Page 62: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

49mendukung penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan di pusat guna

memberikan pelayanan prima pada masyarakat luas.

Dari visi IPDN di atas, terdapat tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh lulusan IPDN yaitu :

• Kepemimpinan ( Leadership)

• Kepelayanan ( Stewardship)

• Kenegarawanan ( Statelmanship)

Adapun Misi dari IPDN adalah :

“Meningkatkan kualitas peserta didik sesuai dengan tuntutan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang berwawasan budaya dan

lingkungan serta meletakkan landasan pembentukan waktak dan kepribadian

pengalaman, nilai-nilai agama, budi pekerti yang luhur, memiliki wawasan dan

berjiwa kebangsaan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.”

2.3.3 Tujuan IPDN

IPDN memiliki tujuan yakni :

“Menyelenggarakan pendidikan kader pamong praja yang berwawasan

negarawan, ilmuan, professional, dan demokratis dengan berdasarkan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan memperhatikan lingkungan local,

nasional dan global sekaligus berfungsi sebagai lembaga kemampuan dan

keterampilan berbasis ilmu, seni dan etika dalam melaksanakan tugas kedinasan

pegawai negeri sipil.”

Page 63: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

502.3.4 Mahasiswa IPDN

Mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri disebut dengan Praja.

Terbagi menjadi empat tingkatan yakni Muda Praja (Tingkat I), Madya Praja

(Tingkat II), Nindya Praja (Tingkat III) dan Wasana Praja (Tingkat IV). Masing-

masing tingkatan dijalani selama satu tahun. Praja merupakan utusan dari wakil

daerah masing-masing di setiap provinsi di Indonesia dan mereka nantinya akan

mendapatkan gelar Diploma IV serta dikembalikan ke daerah masing-masing

untuk mengabdi.

2.4 Kerangka Pikir

Dalam dunia pendidikan, kemajuan dan perbaikan dalam bidang akademik

serta kualitas dari pendidikan yang diterapkan merupakan faktor penting dalam

evaluasi suatu Instansi Pendidikan. Oleh karena itu, banyak hal yang dilakukan

dalam rangka memperbaiki serta meningkatkan kualitas tersebut. Tujuan

utamanya ialah untuk memperoleh output berupa lulusan yang sesuai dengan

harapan dari Instansi dan masyarakat serta dapat berkompetensi di dunia kerja.

Hal inilah yang sedang dilakukan oleh Institut Pemerintahan Dalam Negeri

(IPDN), sebagai salah satu Perguruan Tinggi milik pemerintah yang lulusannya

merupakan utusan dari daerah seluruh propinsi di Indonesia yang dikirim ke

IPDN untuk dididik dan nantinya dapat bekerja dan mengabdi di daerahnya

kembali setelah lulus. Setelah diputuskan untuk mendapatkan perombakan

kurikulum oleh Presiden Republik Indonesia, IPDN melakukan penangguhan

Page 64: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

51dalam menerima calon siswa tahun ajaran 2007-2008, dan kembali melakukan

penerimaan untuk tahun ajaran 2008-2009.

Perubahan kurikulum tersebut berdampak pada lama pendidikan yang

harus dijalani oleh wasana praja. Hal ini dikarenakan IPDN bermaksud

meluluskan dengan cepat mahasiswa atau praja dengan kurikulum lama agar dapat

secara intensif menerapkan kurikulum baru yang diterapkan pada praja tingkat

Muda (I). Wasana praja yang seharusnya menjalani pendidikan dalam waktu 4

tahun harus bisa menempuhnya dalam waktu 3,5 tahun saja dengan konsekuensi

pemadatan kurikulum perkuliahan yang harus mereka selesaikan serta jumlah hari

libur yang lama sehingga proses bimbingan semakin sempit.

Dalam menghadapi situasi tersebut, sewajarnya seorang praja merasakan

suatu tekanan (stres), dengan kualitas yang berbeda-beda. Terdapat praja yang

menanggapinya dengan positif dan ada pula yang menanggapinya negatif. Hal ini

dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang

mencerminkan tipe kepribadiannya. Saat menghadapi stres seorang individu

membutuhkan strategi untuk mendapatkan keseimbangan kembali, sebab stres

merupakan suatu cara seorang individu beradaptasi dalam menghadapi perubahan

lingkungannya.

Menurut Lazarus (1976), stres dapat ditanggulangi dengan melihat dari

dua sudut pandang yaitu Strategi penanggulangan stres yang berpusat pada

masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi.

Dalam menghadapi tekanan Tugas Akhir dalam waktu yang dipersempit,

praja memiliki cara penanggulangan yang berbeda-beda. Praja yang memilih

Page 65: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

52strategi penanggulangan stres dengan berfokus pada masalah kebanyakan lebih

memilih untuk merumuskan masalah, membuat alternatif dari permasalah,

memilih alternatif yang terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk

bertindak.

Pada praja yang memilih strategi penanggulangan masalah yang berpusat

pada emosi cenderung untuk merasakan tekanan sebagai keadaan yang buruk atau

menyalahkan dirinya sendiri. Fungsi kognitif masih berperan dalam strategi ini,

namun lebih banyak ditujukan untuk menambah tekanan emosional dan bukan

mempermudah permasalahan bagi individu. Lazarus selanjutnya mengemukakan

bahwa strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah akan lebih

banyak berperan apabila berhadapan dengan stres yang muncul akibat pekerjaan,

dalam hal ini Tugas Akhir. Bagaimana individu memilih strategi pemecahan

masalah dalam menghadapi tekanan atau stres erat kaitannya dengan tipe

kepribadian dari masing-masing individu tersebut.

Eysenck (Suryabrata, 2007) membagi tipe kepribadian manusia dalam

kelompok besar menjadi dua yakni tipe kepribadian Ekstroversi, yakni

kecenderungan seseorang untuk dapat berinteraksi dan terlibat banyak dengan

lingkungan dan tipe kepribadian Introversi yakni kecenderungan yang lebih

banyak membawa seseorang ke dalam dirinya sehingga tidak ingin terlibat terlalu

banyak dengan lingkungan.

Kebijakan IPDN menuntut seorang wasana praja untuk dapat

menggunakan coping strategy yang berpusat pada masalah dan hal tersebut akan

didukung oleh kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki sehingga dapat

Page 66: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

53menunjang berjalannya coping tersebut seperti berinteraksi dengan lingkungan,

banyak mendapatkan masukan dalam menyusun perencanaan, terbuka dalam

mencari alternatif dalam menghadapi masalah, dan sebagainya. Dengan kata lain,

untuk dapat menggunakan coping strategy yang berorientasi pada masalah, tipe

kepribadian yang banyak ditampilkan ialah kecenderungan tipe kepribadian

ekstroversi, sedangkan dalam menggunakan coping strategy yang berorientasi

pada emosi, tipe kepribadian yang banyak ditampilkan ialah kecenderungan tipe

kepribadian introversi. Akan tetapi kedua coping berpeluang untuk dapat dipilih

oleh seorang individu dalam menghadapi masalah, dan hal ini merupakan salah

satu faktor yang membedakan keberhasilan individu yang satu dengan yang

lainnya dalam menghadapi stres.

Page 67: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

542.4.1 Skema Berpikir

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi di atas didapatkan hipótesis sebagai berikut :

1. Semakin memiliki tipe kepribadian ekstroversi seseorang maka coping

strategi yang cenderung digunakannya ialah yang berfokus pada masalah

2. Semakin memiliki tipe kepribadian introversi seseorang maka coping

strategi yang cenderung digunakannya ialah yang berfokus pada emosi.

Stressor wasana praja:1. Pemadatan kurikulum perkuliahan 2. Percepatan pelaksanaan sidang Tugas Akhir 3. Jadwal libur semester dan hari Raya yang

membuat terhambatnya jadwal bimbingan dengan dosen pembimbing

Tipe kepribadian Ekstroversi :• Berinteraksi dengan

lingkungan • Mendapatkan banyak

informasi dan masukan dari luar

• Berorientasi pada objek di luar dirinya dalam menghadapi masalah

Tipe kepribadian Introversi :• Menarik diri dari

lingkungan • Tidak banyak mendapat

informasi dari luar • Berorientasi pada diri

sendiri dalam menghadapi masalah

Berfokus pada masalah Berfokus pada emosi

Page 68: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

9

Page 69: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

9

Page 70: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

9

Page 71: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

55BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode

korelasional, yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

dua variabel dan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasional (Suharsimi,

2003). Dalam penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk mengetahui

adanya keterkaitan antara coping strategy dalam menghadapi tugas akhir pada

wasana praja di IPDN dengan tipe kepribadian ekstroversi-introversi.

Penelitian ini bersifat Ex-Post Facto yaitu penelitian hanya bersifat empiris

yang sistematik dimana peneliti tidak melakukan pengontrolan pada variabel-

variabel tetapi hanya mengamati sesuatu yang telah ada.

3.1.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :

1. Tipe Kepribadian Ekstroversi - Introversi

2. Coping Strategy menghadapi Tugas Akhir

Page 72: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

563.2 Definisi Operasional Variabel

1. Tipe Kepribadian Ekstroversi-Introversi

Ciri tipe kepribadian ekstroversi adalah mudah bergaul, suka pesta,

mempunyai banyak teman, membutuhkan teman bicara, tidak suka membaca,

mengambil tantangan, senang bergurau, selalu siap merespon stimulus, dan

sebagainya.

Ciri tipe kepribadian introversi adalah tenang, suka menarik diri, gemar

membaca buku, tidak senang bergaul dengan banyak orang, membuat jarak

dengan orang lain kecuali dengan teman akrabnya, menghadapi kehidupan dengan

penuh keseriusan, dan sebagainya.

Melalui tipe kepribadian yang digambarkan oleh Eysenck seperti di atas,

dapat membantu dalam memprediksi bagaimana kecenderungan tipe kepribadian

seseorang dalam menghadapi stimulus dari lingkungan.

2. Coping Strategy

• Coping yang berpusat pada masalah

Ciri dari coping yang berpusat pada masalah antara lain dengan

merumuskan masalah, membuat beberapa alternatif jalan keluar,

mempertimbangkan kemungkinan atau kerugian setiap alternatif tersebut,

memilih alternatif yang terbaik dan akhirnya mengambil keputusan untuk

bertindak.

Page 73: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

57Coping strategy yang berpusat pada masalah terdiri dari dua aspek yakni

Confrontative coping yakni dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan

yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko, dan Planful problem solving

yaitu dengan cara yang hati-hati, bertahap dan analitis.

• Coping yang berpusat pada emosi

Ciri dari coping strategy yang berpusat pada emosi antara lain

penghindaran, pengurangan, membuat jarak, perhatian yang selektif, dan

sebagainya.

Coping strategy yang berpusat pada emosi terdiri dari enam aspek yakni

Self control yaitu dengan mengatur perasaan ketika menghadapi situasi

yang menekan, Distancing yaitu dengan tidak terlibat dalam

permasalahan, Positive reappraisal yaitu mencari makna positif yang

biasanya melibatkan hal religius, Accepting responsibility yaitu dengan

menyadari akan tanggung jawab diri dalam masalah yang dihadapi,

Escape/avoidance yaitu dengan beralih pada hal lain seperti makan,

minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan dan Seeking social

support yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan dalam bentuk

bantuan dari orang lain.

Page 74: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

583.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yakni

pengambilan sampel dari populasi yang telah ditentukan dengan memiliki ciri-ciri

yang erat hubungannya dengan tujuan penelitian,yaitu :

1. Praja Wasana IPDN yang akan melaksanakan ujian Tugas Akhir.

2. Sampel sebanyak 100 orang dengan perhitungan sebagai berikut ;

Populasi penelitian berjumlah 950 orang dengan penentuan ukuran sampel

menggunakan rumus Slovin (1960) sebagai berikut :

950 n = 1 + 950 (0,1)2

n = 99,89 n = 100 orang

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

N n = 1 + N (e)2

Page 75: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

593.4 Alat Ukur

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data

berupa angket yang terdiri dari dua macam alat ukur untuk memperoleh data,

sebagai berikut :

3.4.1 Eysenck Personality Inventory

Alat test yang digunakan diciptakan oleh H.J. Eysenck dan dikenal

dengan nama Eysenck Personality Inventory (EPI). Alat test ini dibuat pada tahun

1963. Terdiri dari 114 item, yang dibagi dalam 3 bagian, yaitu : 48 item untuk

mengukur neuroticism atau stabilitas emosi, 48 item untuk mengukur introvert

dan ekstrovert dan 18 item sebagai lie scale yang terdiri dari 2 bagian, masing-

masing 9 item.

Adapun item-item yang digunakan dalam penelitian ini adalah item-item

yang telah diterjemahkan oleh Drs. Agus Sofyandi Kahfi dan hanya memfokuskan

kepada salah satu dimensi yang dikemukakan oleh Eysenck yaitu tipe kepribadian

Ekstrovert-Introvert dengan maksud untuk menyederhanakan dan membatasi area

permasalahan yang akan diteliti. Alat ukur ini terdiri dari 36 item untuk pria

termasuk diantaranya 9 item sebagai lie scale yang digunakan sebagai item

penentu apakah dapat dikategorikan pada satu tipe kepribadian ataupun tidak, dan

39 item untuk wanita termasuk termasuk diantaranya 9 item sebagai lie scale.

Pada saat mengisi lembar angket, responden diminta untuk menjawab

pertanyaan dengan memberikan tanda silang (x) pada pilihan “YA” atau

“TIDAK”. Subjek diharapkan memberikan jawaban dengan cepat sehingga

Page 76: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

60jawaban merupakan reaksi pertama subjek yang muncul setelah selesai membaca

pertanyaan. Setiap pertanyaan dijelaskan pula bahwa semua jawaban yang

diberikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah. Sebab, bentuk dari

pengukuran adalah non kognitif.

Pada setiap pertanyaan terdapat beberapa indikasi :

a) a.e untuk pertanyaan affiliative introversion

b) a.n untuk pertanyaan affiliative neuroticism

c) a.l untuk pertanyaan affiliative lie

d) n.e untuk pertanyaan non affiliative ekstraversion

e) n.n untuk pertanyaan non affiliative neuroticism

f) n.l untuk pertanyaan non affiliative lie

Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut :

JAWAB SKOR POIN

YA 1 AE AN AL

TIDAK 0 AE AN AL

YA 0 NE NN NL

TIDAK 1 NE NN NL

Dalam pengolahan, akan diperhatikan patokan-patokan yang telah

ditentukan yaitu :

1. Apabila subjek mendapatkan nilai � 5 untuk pertanyaan lie scale, maka

langkah selanjutnya nilai introvert-ekstrovert dapat dihitung, dan apabila

nilai < 5 maka nilai dari tes ini tidak dapat dihitung atau digagalkan.

Page 77: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

612. Untuk pertanyaan introvert-ekstrovert, subjek dikatakan memiliki

kecenderungan ekstravert bila nilai yang dicapai lebih dari nilai median.

Sebaliknya, dikatakan memiliki kecenderungan introvert bila nilai yang

dicapai kurang dari atau sama dengan nilai median.

3.4.2 Ways of Coping The Revised Version

Alat ukur kedua yang digunakan ialah Ways of Coping The Revised

Version. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur strategi penanggulangan stress

yang disusun oleh Lazarus dan Folkman (1984). Alat ukur ini sudah banyak

digunakan oleh para ahli. Salah satu Psikolog di Indonesia yang telah

menggunakan alat ukur ini dalam penelitiannya ialah Elmira N.S dengan reabilitas

alat ukur sebesar 0,814.

Alat ukur ini terdiri dari item pertanyaan yang dirancang untuk

mengetahui bentuk coping yang digunakan seseorang ketika menghadapi situasi

yang tidak menyenangkan atau menimbulkan stres. Bentuk coping terdiri dari dua

aspek utama yaitu strategi penanggulangan stres pada masalah dan strategi

penanggulangan stress yang berpusat pada emosi.

Angket ini disusun dalam skala reaksi, pada setiap item subjek dihadapkan

pada salah satu bentuk strategi penanggulangan stres dan subjek tersebut harus

menentukan seberapa sering memunculkan reaksi yang mencerminkan salah satu

pola penanggulangan stres tersebut. Adapun frekuensi seseorang dalam

memunculkan reaksi dinyatakan dalam salah satu dari empat pilihan yang

tersedia, yakni :

Page 78: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

62REAKSI SKOR

• Tidak pernah 1 • Kadang-kadang 2 • Agak sering 3 • Sering 4

Dalam alat ukur ini, setiap item memiliki skala 1 sampai 4, baik untuk

item yang mengukur strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi

maupun strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah. Skor didapat

dengan cara menjumlahkan seluruh nilai yang didapat dari setiap item. Setelah itu,

dibuat proporsi diantara kedua strategi coping dengan cara :

Jika presentasi yang diperoleh untuk item coping masalah lebih besar

dibandingkan dengan presentasi yang diperoleh untuk item coping emosi, maka

dapat dikatakan bahwa subjek memilih strategi penanggulangan stres yang

berpusat pada masalah, Begitu pula sebaliknya, apabila hasil presentase item

coping emosi lebih besar daripada item coping masalah, dapat dikatakan subjek

memilih strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi.

Skor pada coping masalah x 100% Skor maksimal coping masalah

Skor pada coping emosi x 100% Skor maksimal coping emosi

Page 79: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

63 Alat ukur ini terdiri dari 52 pertanyaan, diturunkan dari dua cara

penanggulangan stres yaitu yang berpusat pada masalah dan yang berpusat pada

emosi beserta sub aspeknya masing-masing.

VARIABEL ASPEK SUB ASPEK NOMOR ITEM

Strategi

Penanggulangan

Stres

Coping Strategi yang

berpusat pada

masalah

Planful Problem

Solving

1,20,30,39,40,43

Confrontative 2,3,13,21,26,37

Coping Strategi yang

berpusat pada emosi

Distancing 8,9,11,16,32,35

Self Control 6,10,27,34,44,49,50

Seeking Social

Support

4,14,17,24,33,36

Accepting

Responsibility

5,19,22,24

Escape

Avoidance

7,12,25,31,38,41,46,4

7,51,52

Positive

Appraisal

15,18,23,28,29,45,8

Page 80: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

643.5 Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menjalani tahapan-tahapan sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan permasalahan yang akan diteliti dengan menjaring

informasi berupa wawancara dengan individu yang terkait dengan

penelitian, seperti pengasuh praja, dosen, dan praja itu sendiri.

b. Mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan

penelitian, seperti surat kabar dan buku-buku yang mendukung

mengenai hal tersebut.

c. Mengajukan usulan penelitian

d. Menetapkan dan menyiapkan alat ukur untuk memperoleh data yang

dibutuhkan.

e. Mengurus perijinan dengan pihak Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Bandung.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Mempersiapkan dan menghitung kembali alat ukur yang akan

digunakan, yakni berupa angket.

b. Menetapkan jadwal pengambilan data

c. Mengumpulkan data kembali dan mempersiapkan untuk

pengolahan data.

Page 81: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

653. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan skoring dan membuat tabulasi data berdasarkan

kelompok data masing-masing.

b. Melakukan perhitungan statistik

c. Mengolah data dengan pengujian statistik yang sesuai untuk

kemudian melakukan pengujian hipotesis.

4. Tahap Pembahasan

a. Menganalisis data yang telah diolah berdasarkan teori serta

kerangka pikir yang telah ditetapkan.

b. Mengevaluasi hasil penelitian dan menyimpulkan hasil yang

diperoleh berdasarkan teori yang digunakan.

5. Tahap Akhir

a. Mengambil suatu kesimpulan dari hasil yang telah dianalisis, serta

mengajukan saran-saran yang bertujuan untuk menyempurnakan

penelitian.

b. Menyusun laporan penelitian, termasuk di dalamnya penyelesaian

dari Tugas Akhir.

Page 82: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

663.6 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan metoda statistik untuk menganalisis data

sebagai acuan dalam membuat evaluasi dan penarikan kesimpulan.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode statistik dalam mengolah data, sebagai

acuan dalam penarikan kesimpulan. Uji statistik yang digunakan yaitu Uji

Korelasi Koefisien Kontingensi dengan pertimbangan :

a) Data yang diperoleh berskala ordinal

b) Data dalam penelitian ini berpasangan

c) Teknik berbentuk non parametric

Pengolahan validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 16.0. Adapun

langkah – langkah yang digunakan dalam mengolah data berdasarkan metode

statistik yang digunakan yakni :

1. Mencari apakah Ho ditolak atau diterima dengan ketentuan Ho ditolak

apabila X2hit > X2

tab dengan dk = (b-1) (k-1)

2. Setelah diketahui apakah Ho ditolak atau diterima, selanjutnya mencari

derajat hubungan kedua variabel dengan rumus :

ntabhitC

+= 2

2

χχ

Page 83: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

673. Harga C yang telah didapatkan perlu dibandingkan dengan Koefisien

Kontingensi maksimum supaya dapat dipakai untuk menilai derajat

asosiasi antara variabel. Cmax dihitung oleh rumus :

mmC 1−=

Keterangan :

m = Harga minimum antara b dan k (minimum antara banyak b dan k)

Tabel 3.1 Harga Cmax untuk berbagai m

m C max

2 0,707

3 0,816

4 0,866

5 0,894

6 0,913

7 0,926

8 0,935

9 0,943

10 0,949

Ketentuan di atas menunjukkan semakin dekat harga C dengan Cmax

maka semakin besar derajat asosiasi antara variabel. Dengan kata lain faktor yang

satu makin berkaitan dengan faktor yang lain.

Page 84: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

68 Kriteria nilai C adalah sebagai berikut :

• C = 0 : Tidak ada korelasi

• 0 < C < 0,2 Cmax : Korelasi rendah sekali

• 0,2 Cmax < C < 0,4 Cmax : Korelasi rendah

• 0,4 Cmax < C < 0,6 Cmax : Korelasi sedang

• 0,6 Cmax < C < 0,8 Cmax : Korelasi tinggi

• 0,8 Cmax < C < 0,707 : Korelasi tinggi sekali

• C = Cmax = 0,707 : Korelasi sempurna

Keterangan :

0,2 Cmax = 0,1414

0,4 Cmax = 0,2828

0,6 Cmax = 0,4242

0,8 Cmax = 0,5656

3.7.1 Kriteria Uji Hipotesis :

Menolak Ho, apabila X2hit > X2tab pada taraf signifikansi � = 0,05 dan dk =

(b -1) (k – 1) dengan melihat pada tabel C.

Langkah – langkah dalam penggunaan Uji Chi-Kuadrat Asosiasi yakni :

1. Aturlah frekuensi-frekuensi observasi dalam suatu tabel kontingensi b x k

Dimana :

b = Banyak kategori yang terhadapnya satu variabel diskor

k = Banyak kategori yang terhadapnya satu variabel lain diskor

Page 85: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

692. Tentukan frekuensi sel harapan dengan menggunakan rumus ini :

Frekuensi sel harapan untuk selrc (Huruf r dan c singkatan dari lokasi-lokasi

baris dan kolom).

selrc = Jumlah Baris x Jumlah Kolom

Jumlah Seluruhnya (Total )

Hal tersebut dapat dilakukan setiap sel, namun dapat pula dengan

memanfaatkn derajat bebas df = (R-1) (C-1).

3. Hitunglah harga X2 dengan rumus :

��= =

−=

b

i

k

j ij

ijij

EEO

1 1

22 )(

χ

4. Dengan X2, hitunglah harga C.

5. Untuk menguji apakah ada observasi C memberikan petunjuk terdapat

asosiasi antara kedua variabel dalam populasi, tentukan kemungkinan yang

berkaitan dengan adanya suatu harga yang sama besarnya dengan X2 yang

diobservasi, dibawah Ho dengan db = (b-1) (k-1) dengan menggunakan tabel

C, jika kemungkinan itu = atau < �, maka Ho ditolak.

3.7.2 Hipotesis Statistik

Ho : X2hit < X2

tab : Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian ekstroversi-

introversi dengan coping strategy pada praja wasana di

Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Page 86: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

70H1 : X2

hit < X2tab : Terdapat hubungan antara tipe kepribadian ekstroversi-

introversi dengan coping strategy pada praja wasana di

Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Page 87: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Sampel

Dari hasil penentuan jumlah sampel, didapatkan 100 orang wasana praja

yang mewakili jumlah populasi 950 orang. Adapun hasil dari pengolahan data

yang didapat dari total sampel disajikan dalam tabel berikut ini :

4.1.1 Hasil Test Tipe Kepribadian Ekstroversi – Introversi

Berdasarkan data yang diperoleh dari alat ukur Eysenck Personality

Inventory (EPI) didapatkan persentase sampel yang memiliki tipe kepribadian

Introversi-Ekstroversi yakni

Tabel 4.1

Kecenderungan tipe kepribadian

Tipe kepribadian Persentase

Memiliki kecenderungan tipe

kepribadian Ekstroversi 66 %

Memiliki kecenderungan tipe

kepribadian Introversi 34 %

Sumber : olahan data statistik

Page 88: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

4.1.2 Hasil Test Coping Strategy

Berdasarkan hasil perolehan data dengan Ways of Coping The Revised

Version didapatkan praja wasana yang memiliki coping Strategi berpusat pada

masalah dan berpusat pada emosi antara lain :

Tabel 4.2

Kecenderungan coping strategy

Coping Strategy Persentase

Memiliki kecenderungan coping

strategy berpusat pada masalah

79 %

Memiliki kecenderungan coping

strategy berpusat pada emosi

21 %

Sumber : olahan data statistik

4.2 Hasil Pengolahan Data

4.2.1 Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi antara Tipe Kepribadian

Ekstroversi – Introversi dengan Coping Strategy

Tabel 4.3

Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi

Hasil Uji Kontingensi Signifikan

��= =

−=

b

i

k

j ij

ijij

EEO

1 1

22 )(

χntab

hitC+

= 2

2

χχ

X2tab

dk = 1 , � = 0,05

11,49 0,33 3,84

Sumber : olahan data statistik

Page 89: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

Berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

49,114,7

)4,714(6,27

)6,2721(6,13

)6,137(4,51

)4,5158()( 2222

=−+−+−+−=−Eij

EijOij

Signifikan :

05,01

84,32

==

=

α

χdk

tab

Hasil pengolahan data diperoleh X2hit = 11,49 dengan � = 0,05 dan dk = 1,

selanjutnya didapatkan X2tab = 3,84. Berdasarkan ketetapan yang ada yakni Ho

ditolak apabila X2hit > X2tab dimana 11,49 > 3,84, yang memiliki arti adanya

hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstroversi-introversi dengan

coping strategy pada praja wasana IPDN Jatinangor-Sumedang.

Berdasarkan hasil norma kontingensi dilihat dari nilai C yang diperoleh

yakni 0,33 dan Cmax = 0,707 menunjukkan tingkat korelasi sedang antara tipe

kepribadian ekstroversi-introversi dengan coping strategy pada wasana praja.

Artinya terdapat hubungan dalam menggunakan suatu coping strategy

berdasarkan tipe kepribadian praja wasana IPDN Jatinangor-Sumedang.

33,010084,3

49,11 =+

=C

Page 90: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

4.2.2 Pembahasan berdasarkan Hasil Kontingensi Tipe Kepribadian

Ekstroversi – Introversi dengan Coping Strategy

Tabel 4.4

Hubungan antara Tipe Kepribadian Ekstroversi-Introversi

Dengan Coping Strategy

Sumber : olahan data statistik

Berdasarkan perhitungan derajat kontingensi melalui SPSS 16.00

didapatkan data yang ditunjukkan pada tabel 4.7.

Wasana praja dengan tipe kepribadian cenderung ekstrovert yang

menggunakan coping strategy penanggulangan stres dalam hal ini berkaitan

dengan Tugas Akhir sebagai stressor yang berpusat pada masalah sebanyak 58

orang atau (89 %) sehingga lebih besar dari wasana praja dengan tipe ekstrovert

yang menggunakan coping strategy yang berpusat pada emosi sebanyak 7 orang

atau (11 %).

Coping strategy

Masalah Emosi Total

Kepribadian Ekstrovert Count 58 7 65

Expected Count 51.4 13.6 65.0

instrovert Count 21 14 35

Expected Count 27.6 7.4 35.0

Total Count 79 21 100

Expected Count 79.0 21.0 100.0

Page 91: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

Sedangkan wasana praja dengan tipe kepribadian cenderung introvert yang

menggunakan coping strategy penanggulangan stres yang berpusat pada masalah

sebanyak 21 orang atau 60 % yang berarti lebih besar dari coping strategy yang

berpusat pada emosi sebanyak 14 orang atau 40 %.

Tipe kepribadian ekstroversi merupakan tipe kepribadian yang memiliki

frekuensi yang terbesar yakni sebanyak 65 wasana praja atau 65 %, dan melebihi

tipe kepribadian introversi sebanyak 35 wasana praja atau sebesar 35 %. Dilihat

dari frekuensi atas kedua macam coping strategy dilihat bahwa pada masing-

masing coping strategy lebih cenderung berpusat pada masalah dalam hal

menghadapi stres dalam mengerjakan Tugas Akhir.

Dalam menghadapi Tugas Akhir, dari data yang diperoleh didapatkan

bahwa pada 89 % wasana praja memiliki kecenderungan tipe kepribadian

ekstroversi, yakni dengan karakteristik kepribadian menurut Eysenck, mudah

bergaul, menyukai suasana pesta yang ramai, memiliki relasi dengan banyak

orang, senantiasa membutuhkan orang lain untuk mengutarakan perasaan dan

pikirannya, tidak senang akan kesendirian sehingga lebih senang berkumpul dan

berada bersama orang lain di sekitarnya, menyenangi tantangan dalam hal ini

pemadatan kurikulum serta percepatan dalam kelulusan membuat mereka merasa

tertantang untuk dapat menyelesaikannya, senantiasa mencari jawaban akan setiap

permasalahan dan menyenangi perubahan yang terjadi di sekitarnya, lebih banyak

menggunakan coping strategy yang berpusat pada masalah, sehingga beberapa

teknik yang dipakai yakni dengan merumuskan masalah, membuat beberapa

Page 92: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

alternatif jalan keluar, mempertimbangkan kemungkinan atau kerugian setiap

alternatif tersebut serta memilih alternatif yang terbaik.

Sedangkan 21 % wasana praja dengan tipe kepribadian ekstroversi yang

memilih untuk menggunakan coping strategy yang berpusat pada emosi yaitu

dengan strategi seperti penghindaran, pengurangan, dan pembuatan jarak.

Wasana praja yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian introversi,

memiliki karakteristik lebih tenang, suka menarik diri atau mengucilkan diri,

senang untuk melakukan aktivitas yang tidak melibatkan banyak orang, menyukai

hidup yang teratur dan menghadapi kehidupan sehari-hari dengan serius.

Perolehan data menunjukkan bahwa, 60 % wasana praja dengan tipe kepribadian

introversi lebih banyak menggunakan coping strategy yang berpusat pada

masalah, sedangkan 40 % dari wasana praja dengan tipe kepribadian introversi

memilih untuk menggunakan coping strategy yang berpusat pada emosi.

Dengan demikian tipe kepribadian ekstroversi maupun introversi dapat

saja menggunakan coping strategy yang berpusat pada masalah maupun coping

strategy yang berpusat pada emosi. Menurut Eysenck, (dalam Suryabrata,2003)

bahwa tipe kepribadian seseorang tidak ada yang murni introversi ataupun

ekstroversi, tetapi bergerak dari satu kutub yang satu ke kutub yang lainnya.

Sehingga, dalam hal menggunakan coping strategy seorang praja wasana dapat

saja memilih sesuai dengan karakteristik dirinya, baik coping strategy yang

berfokus pada masalah maupun coping strategy yang berfokus pada emosi, namun

dalam hal Tugas Akhir yang merupakan bentuk dari suatu pekerjaan, coping

Page 93: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

71

strategy yang berpusat pada masalah lebih efektif digunakan oleh seorang

individu.

Terlihat dari data yang diperoleh bahwa wasana praja dengan tipe

kepribadian ekstrovert yang memilih menggunakan coping strategy berpusat pada

emosi lebih sedikit daripada wasana praja dengan coping strategy yang berpusat

pada masalah. Begitu pula dengan wasana praja yang memiliki kecenderungan

tipe kepribadian introvert yang memilih menggunakan coping strategy yang

berpusat pada emosi lebih sedikit daripada wasana praja yang menggunakan

coping strategy yang berpusat pada masalah.

Page 94: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

78BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pengolahan data serta pembahasan pada hasil yang didapatkan, maka

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara tipe kepribadian introvert-ekstrovert dengan

coping strategy dalam menghadapi Tugas Akhir pada praja wasana

Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor-Sumedang dengan

korelasi C = 0,33 dan Cmax = 0,707 dan berada pada tahap korelasi

sedang.

2. Wasana praja yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian ekstroversi

lebih banyak menggunakan coping strategy yang berpusat pada masalah

yakni 89 %.

3. Wasana praja yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian introversi

lebih banyak menggunakan coping strategy yang berpusat pada masalah

yakni 60 %.

4. Coping strategy yang paling banyak digunakan dalam hal mengerjakan

Tugas Akhir ialah coping strategy yang berpusat pada masalah.

Page 95: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

795.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan coping

strategy dengan tipe kepribadian ekstroversi-introversi dalam menghadapi Tugas

Akhir pada wasana praja di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor-

Sumedang, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi wasana praja agar dapat menggunakan coping strategy yang berfokus

pada masalah dalam menghadapi pekerjaan dengan bentuk pelaksanaan Tugas

Akhir, mengingat efektivitas Tugas Akhir lebih terlihat dengan menggunakan

coping strategy tersebut dibandingkan dengan coping strategy yang berpusat

pada emosi, serta nantinya dapat digeneralisasikan untuk menghadapi stres

dalam melaksanakan suatu pekerjaan di lapangan setelah menyelesaikan

pendidikan di IPDN.

2. Memberikan informasi bagi pihak IPDN bahwa kemungkinan alasan praja

banyak yang memilih untuk menggunakan coping strategy yang berpusat

pada masalah adalah peraturan yang diberikan oleh IPDN semenjak mereka

memulai pendidikan, dengan sistem pendidikan semi militer dan menuntut

mereka untuk menghadapi segala sesuatu tanpa bisa menolaknya. Oleh karena

itu bagi pihak IPDN disarankan untuk membuat pelatihan untuk terampil

dalam menggunakan strategi dalam menghadapi masalah, sehingga

kemampuan coping strategy yang berfokus pada masalah menjadi lebih baik

Page 96: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

DAFTAR PUSTAKA

A.D.Valerian,A.W.Barbara & H.J.Warren.2005.Personality Contempory Theory

and Research.Thomson.Wadsworth

Arikunto,Suharsimi.2003.Manajemen Penelitian.Cetakan keenam. Jakarta :

P.T.Asdi Mahasatya

Calvin S.Hall,etc.1976.Theories of Personality.Fourth Edition.United States of

America.John Wiley & Sons,inc

Chaplin,J.P.(terj.Kartini Kartono).2005.Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta :

P.T.Raja Grafindo Persada

Instruksi Presiden Republik Indonesia.10/04/2007.Surat Kabar Media

Indonesia.Bandung.

Lazarus,S.Richard.1976.Patterns of Adjustment.Third Edition.McGraw-Hill

Kogakusha,LTD.

Rosita, Euis. 2007. Skripsi : Hubungan antara Tipe Kepribadian ditinjau dari

teori kepribadian Eysenck dan Strategi Penanggulangan stres pada

petugas kesatuan pengamanan Lembaga Pemasyarakatan di LP

Sukamiskin Bandung, UNISBA.

Sevilla, Consuelo G, etc.1993 (Penerjemah :Alimuddin Tuwu). Pengantar Metode

Penelitian. Jakarta :UI-Press

Sudjana.1996.Metoda Statistika.Edisi keenam. Bandung. Tarsito.

Suryabrata, Sumadi.2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada

Page 97: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

Buku Laporan Pendidikan IPDN .2006/2007. Bandung : IPDN Press.

www.detik.com

http://www.geocities.com/almarams/stres.htm

http://tahsinul.wordpress.com/kepribadian

Page 98: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

WAYS OF COPING THE REVISED VERSION

PETUNJUK PENGISIAN

Dalam lembar berikut akan disajikan beberapa pertanyaan yang

menggambarkan berbagai cara atau reaksi yang digunakan seseorang untuk

mengatasi keadaan atau situasi yang tidak menyenangkan. Saudara diharapkan

memilih reaksi yang sesuai dengan pengalaman atau keadaan diri saudara

manakala mengalami situasi yang tidak menyenangkan atau menimbulkan

perasaan tertekan (stres) pada saat menghadapi Tugas Akhir di Institut

Pemerintahan Dalam Negeri.

Perlu diperhatikan bahwa saudara tidak perlu khawatir karena tidak ada

jawaban yang salah sejauh jawaban tersebut benar-benar menggambarkan

keadaan diri saudara sesungguhnya.

Cara menjawab adalah dengan memberi tanda silang (X) di bawah

alternative jawaban yang sesuai dan menggambarkan keadaan diri saudara.

• TP (Tidak Pernah), bila cara tersebut tidak pernah saudara gunakan

untuk mengatasi keadaan tidak menyenangkan yang saudara alami atau

perasaan tertekan (stress) berkaitan dengan situasi yang dituntut dalam

menghadapi Tugas Akhir di IPDN.

• KK (Kadang-kadang), bila cara tersebut kadang-kadang saudara gunakan

untuk mengatasi keadaan tidak menyenangkan yang saudara alami atau

perasaan tertekan (stress) berkaitan dengan situasi yang dituntut dalam

menghadapi Tugas Akhir di IPDN.

• AS (Agak Sering), bila cara tersebut agak sering saudara gunakan untuk

mengatasi keadaan tidak menyenangkan yang saudara alami atau perasaan

tertekan (stress) berkaitan dengan situasi yang dituntut dalam menghadapi

Tugas Akhir di IPDN.

• SR (Sering), bila cara tersebut tidak pernah saudara gunakan untuk

mengatasi keadaan tidak menyenangkan yang saudara alami atau perasaan

tertekan (stress) berkaitan dengan situasi yang dituntut dalam menghadapi

Tugas Akhir di IPDN.

Page 99: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

No. Reaksi saya bila menghadapi situasi yang tidak

menyenangkan atau situasi yang menimbulkan perasaan

tertekan (stres) adalah :

TP KK AS SR

1. Memusatkan perhatian pada sesuatu yang saya lakukan kemudian,

sebagai langkah selanjutnya.

2. Melakukan sesuatu yang saya pikir mungkin tidak akan

memberikan hasil, namun setidaknya saya melakukan sesuatu.

3. Mencoba untuk mengubah pikiran seseorang yang dianggap

bertanggung jawab terhadap masalah tersebut.

4. Membicarakan dengan orang lain untuk lebih mengetahui

keadaan.

5. Melakukan introspeksi terhadap diri sendiri

6. Membicarakan segala sesuatunya seperti apa adanya, sepanjang

hal itu tidak merugikan saya.

7. Mengharapkan akan terjadi keajaiban

8. Menganggap sebagai takdir, kadang-kadang nasib saya buruk

9. Jalan terus, seolah-olah tidak terjadi sesuatu apapun

10. Mencoba memendam perasaan sendiri

11. Mencoba melihat segala sesuatunya dari sisi baik/positif

12. Tidur lebih banyak daripada biasanya

13. Mengungkapkan rasa marah pada orang yang menyebabkan

timbulnya masalah.

14. Menganggap sudah selayaknya apabila saya menerima simpati

dan pengertian dari orang lain

15 Menghadapkan gagasan untuk melakukan sesuatu yang kreatif

16. Mencoba melupakan segala sesuatunya

17. Meminta bantuan dari tenaga profesional

18. Mengubah diri atau tumbuh untuk menjadi orang dengan cara

hidup yang lebih baik

19. Meminta maaf atau melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.

Page 100: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

20. Membuat rencana untuk bertindak dan menjalankannya.

21. Memperlihatkan perasaan saya apa adanya.

22. Menyadari bahwa saya sendirilah yang menimbulkan masalah

tersebut.

23. Merasa mendapatkan pengalaman yang lebih baik dibandingkan

sebelumnya.

24. Membicarakannya dengan orang lain yang mampu melakukan

tindakan nyata berkaitan dengan masalah tersebut.

25. Mencoba membuat perasaan menjadi lebih tenang dengan cara

makan, minum, merokok, menggunakan obat-obatan, meditasi,

dan tindakan sejenisnya.

26. Memanfaatkan peluang yang baik atau melakukan suatu tindakan,

walaupun hal ini mengandung resiko tinggi.

27. Mencoba untuk tidak bertindak tergesa-gesa mengikuti pikiran

yang muncul pertama kali.

28. Menemukan pemahaman baru.

29. Merenungkan kembali apa yang penting dalam kehidupan.

30. Mengubah sesuatu sehingga segalanya menjadi baik.

31. Umumnya menghindari diri dari orang lain

32. Tidak membiarkan persoalan itu mempengaruhi saya, saya tidak

mau memikirkan hal itu lebih banyak.

33. Meminta nasehat pada sanak saudara atau teman-teman yang saya

hormati.

34. Menjaga agar orang lain tidak mengetahui bagaimana buruknya

masalah itu.

35. Membuat situasinya menjadi lebih ringan, menolak untuk

bersikap terlalu serius mengenai hal itu.

36. Membicarakan kepada orang lain tentang apa yang saya rasakan.

37. Berpegang pada pendirian saya dan berjuang untuk hal yang saya

kehendaki.

Page 101: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

38. Menimpakan masalah tersebut kepada orang lain.

39. Melihat pengalaman masa lalu saat saya berada pada situasi

serupa.

40. Mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, karena itu saya

melipatgandakan usaha saya untuk bertindak.

41. Tidak mempercayai bahwa hal itu telah terjadi

42. Berjanji pada diri sendiri bahwa hal itu telah terjadi

43. Mengajukan beberapa alternatif pemecahan yang berbeda untuk

mengatasi masalah.

44. Mencoba menjaga perasaan saya, dengan tidak terlalu banyak

mencampuri hal-hal lain.

45. Mengubah sesuatu dalam diri saya.

46. Berharap bahwa keadaan akan berlalu atau selesai dengan

sendirinya.

47. Berkhayal tentang bagaimana hal itu dapat teratasi

48. Berdoa.

49. Mengkaji kembali apa yang akan saya ucapkan atau lakukan.

50. Berpikir tentang bagaimana seseorang yang saya kagumi

mengatasi suatu keadaan dan mencoba menirunya.

51. Menyerah pada keadaan

52. Sedapat mungkin mencoba untuk menghindari situasi yang

menyulitkan.

Page 102: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

EYSENCK PERSONALITY INVENTORY

Petunjuk Pengisian :

Berikut ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut perasaan,

perbuatan atau tingkah laku Saudara. Dibelakang setiap pertanyaan disediakan

tempat untuk menjawab YA atau TIDAK. Hendaknya Saudara mencoba

menentukan jawaban manakah yang paling tepat dengan yang Saudara rasakan

atau yang biasa Saudara lakukan. Bubuhkanlah tanda silang (X) pada kolom di

bawah huruf Y jika jawaban Saudara adalah YA dan bubuhkanlah tanda silang

(X) pada kolom di bawah huruf T jika jawaban Saudara adalah TIDAK.

Tidak perlu khawatir sebab semua jawaban yang Saudara berikan adalah

benar.

Kerjakanlah secepat mungkin, yakni dengan tidak membuang waktu

terlalu banyak untuk menjawab setiap pertanyaan. Berikanlah jawaban dengan

cepat sebagai reaksi spontan Saudara dalam menjawab pertanyaan, dengan kata

lain, Saudara tidak perlu melakukan proses berpikir terlalu lama. Untuk

menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan ini hanya diperlukan waktu beberapa

menit, silahkan Saudara membaca halaman berikutnya dan mulailah menjawab

pertanyaan. Atas kerjasama Saudara, Saya ucapkan terima kasih.

Page 103: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

A. UNTUK PRIA

No. Sy Pertanyaan Y T

1. ae Apakah anda sering menginginkan kegembiraan?

2. ae Apakah anda biasanya bersikap acuh tak acuh?

3. ae Apakah anda suka mengerjakan hal-hal yang mengandung

unsur tantangan?

4. al Jika anda telah berkata akan melaksanakan sesuatu, apakah

anda akan melakukannya meskipun sulit melaksanakan hal

tersebut?

5. ne Apakah pada umumnya, anda lebih senang membaca

daripada menemui orang lain?

6. ae Apakah biasanya anda, bisa membiarkan diri lepas dan

menyenangkan diri pada suatu pesta yang meriah?

7. ae Apakah orang lain menganggap anda sebagai orang yang

sangat bersemangat?

8. nl Apakah anda kadang-kadang tidka bisa menahan

kemarahan anda?

9. ae Apakah anda paling merasa tenang ketika berada bersama

orang lain?

10. ae Apakah anda menyukai luapan gairah dan hiruk pikukdi

sekitar anda?

11. ae Apakah anda akan sangat tidak bahagia jika dalam waktu

yang lama anda tidak dapat menemui orang banyak?

12. nl Apakah anda kadang-kadang mempunyai pikiran atau

gangguan yang tidak anda inginkan untuk diketahui orang

lain?

13. ae Apakah anda mau menyebut diri anda sendiri sebagai

orang yang percaya diri?

14. ne Apakah anda menemui kesulitan untuk menyenangkan diri

pada pesta yang meriah?

Page 104: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

15. ne Apakah anda bisa dengan mudah menghabiskan sebagian

hidup anda untuk pesta yang agak membosankan?

16. nl Apakah anda kadang-kadang membicarakan hal-hal yang

tidak anda ketahui?

17. ae Apakah anda suka berkelakar dengan orang lain?

18. ae Apakah anda biasanya tinggal dilatar belakang pesta dan

tampil bersama?

19. ae Apakah anda suka berbaur dengan orang lain?

20. nl Apakah anda kadang-kadang senang bergosip?

21. ae Apakah anda mau menyebut diri anda sendiri sebagai

orang yang acuh tak acuh atau masa bodoh?

22. ne Apakah anda lebih suka bekerja sendirian?

23. ae Apakah anda agak bersemangat?

24. al Apakah anda akan selalu memberitahukan segala sesuatu,

meskipun anda tahu bahwa jika disembunyikan anda tidak

akan ketahuan?

25. ae Apakah anda merasa tidak nyaman dengan segala sesuatu,

kecuali pakaian sehari-hari?

26. ae Apakah anda menyukai lelucon?

27. ae Apakah anda bersedia menjual sesuatu atau meminta

bantuan uang kepada orang lain untuk mengerjakan suatu

kebaikan?

28. nl Apakah anda suka terlambat dalam perjanjian atau

perkuliahan?

29. ne Apakah anda lebih suka tingla di rumah sendiri daripada

pergi ke suatu pesta?

30. ne Apakah anda suka merencanakan berbagai hal jauh hari

sebelum dikerjakan?

31. ne Apakah anda biasanya mengerjakan berbagai hal lebih baik

sendirian daripada membicarakannya dengan orang lain?

Page 105: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

32. nl Dari semua kenalan anda, adakah diantaranya yang benar-

benar anda tidak sukai?

33. ae Apabila anda berkenalan dengan kawan baru, apakah anda

biasanya yang memulai percakapan?

34. ne Apakah anda biasanya menahan diri untuk diri anda sendiri

kecuali dengan kawan-kawan anda?

35. ae Apakah anda suka berkelakar dan melontarkan cerita-cerita

lucu kepada kawan-kawan anda?

36. nl Apakah anda kadang-kadang berbicara mengenai hal-hal

yang tidak anda ketahui?

Page 106: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

Dengan Hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Studi di

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung, saya bermaksud mengadakan

penelitian di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Penelitian ini terdiri

atas dua alat test yakni Eysenck Personality Inventory (EPI) dan Ways of Coping

The Revised Version, yang digunakan untuk mengukur hubungan tipe kepribadian

dalam kaitannya dengan penyusunan strategi saat menghadapi Tugas Akhir pada

Wasana Praja IPDN. Oleh karena itu saya meminta bantuan Saudara untuk

bekerja sama dalam penelitian tersebut dengan memberikan jawaban yang sesuai

dengan keadaan Saudara.

Atas kerjasama dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Riyanda Utari

Harap di Isi :

Nama :

Usia :

Page 107: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

B. UNTUK WANITA

No. Sy Pertanyaan Y T

1 ae Apakah anda sering sekali mengharapkan kegembiraan?

2 ae Apakah anda menemui kesulitan untuk menjawab “tidak”?

3 ne Apakah anda berhenti dan berfikir dahulu sebelum

mengerjakan sesuatu?

4 al Jika anda telah berkata akan melaksanakan sesuatu, apakah

anda selalu akan menepatinya walau bagaimanapun

sulitnya untuk melaksanakan hal tersebut?

5 ae Apakah pada umumnya anda mengerjakan dan mengatakan

berbagai hal dengan cepat tanpa berfikir dahulu?

6 ae Apakah anda mengerjakan hampir segala sesuatu untuk

suatu tantangan?

7 ae Apakah anda sering mengerjakan berbagai hal menurut

keinginan yang muncul seketika?

8 nl Apakah anda kadang-kadang tidak bisa menahan

kemarahan anda?

9 ne Apakah pada umumny anda lebih suka membaca daripada

menemui orang lain?

10 ae Apakah anda suka sekali bepergian?

11 ae Apakah anda biasanya bisa membiarkan diri lepas dan

menyenangkan diri pada pesta yang meriah?

12 nl Apakah anda kadang-kadang mempunyai pikiran atau

gangguan yang tidak anda inginkan untuk diketahui oleh

orang lain?

13 ae Apakah orang lain menganggap anda sebagai orang yang

sangat bersemangat?

14 ae Apakah anda merasa sangat tenang bila bersama-sama

orang lain?

15 ne Apakah anda lebih suka menuangkan sesuatu pada buku

Page 108: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

ketimbang membicarakannya dengan orang lain?

16 nl Apakah anda kadang-kadang membicarakan hal-hal yang

tidak anda ketahui?

17 ne Apakah anda benci bila berada ditengah kerumunan yang

melontarkan lelucon terhadap satu sama lainnya?

18 ae Apakah anda suka mengerjakan hal-hal dimana anda

dituntut untuk bertindak cepat?

19 ae Apakah anda akan sangat tidak bahagia jika anda tidak bisa

menemui orang banyak pada sebagian besar waktu anda?

20 nl Apakah anda kadang-kadang senang bergosip?

21 ne Apakah anda menemui kesulitan untuk menyenangkan diri

anda pada pesta yang cukup meriah?

22 ae Apakah anda menyukai luapan gairah dan hiruk pikuk

disekitar anda?

23 ae Apakah anda biasanya tinggal di latar belakang pesta dan

tampil bersama?

24 al Apakah anda akan selalu memberitahukan segala sesuatu,

meskipun anda tahu bahwa jika disembunyikan, anda tidak

akan ketahuan?

25 al Apabila anda terlibat pertengkaran, apakah anda lebih suka

menghindar dan berdiam diri?

26 ae Apakah anda suka berbaur dengan orang lain?

27 ae Apakah anda mau menyebut diri anda sendiri sebagai

orang yang acuh?

28 nl Apakah anda orang yang suka terlambat dalam perjanjian

atau perkuliahan?

29 ae Apakah anda agak bersemangat?

30 ae Apakah anda mau menjual sesuatu atau meminta bantuan

uang untuk suatu perbuatan yang baik?

31 ne Apakah anda suka merencanakan berbagai hal secara

Page 109: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

cermat jauh sebelum sesuatu pekerjaan dilakukan?

32 nl Dari semua kenalan anda, adakah diantaranya yang benar-

benar tidak anda sukai?

33 ne Apakah anda lebih suka merencanakan daripada

mengerjakan berbagai hal?

34 ae Apakah anda kadang-kadang mengatakan hal yang pertama

terlintas dipikiran anda?

35 ne Apakah anda biasanya menahan diri, kecuali dengan

kawan-kawan yang sangat akrab?

36 nl Apakah anda kadang-kadang berbicara mengenai hal-hal

yang tidak anda ketahui?

37 ae Apakah anda sering menemukan kesulitan karena anda

mengerjakan berbagai hal tanpa dipikir dahulu?

38 ae Apakah anda suka berkelakar dan melontarkan cerita-cerita

lucu kepada kawan-kawan anda?

39 ae Apabila suatu rintangan menghalangi anda, apakah anda

akan tetap menganggap masih ada kesempatan bagi anda?

Page 110: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

A. Jawaban bagi Pria

1. YA

2. YA

3. YA

4. YA

5. TIDAK

6. YA

7. YA

8. TIDAK

9. YA

10. YA

11. YA

12. TIDAK

13. YA

14. TIDAK

15. TIDAK

16. TIDAK

17. YA

18. YA

19. YA

20. TIDAK

21. YA

22. TIDAK

23. YA

24. YA

25. YA

26. YA

27. YA

28. TIDAK

29. TIDAK

30. TIDAK

31. TIDAK

32. YA

33. TIDAK

34. YA

35. YA

36. TIDAK

Page 111: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

B. Jawaban bagi Wanita

1. YA

2. YA

3. TIDAK

4. YA

5. YA

6. YA

7. YA

8. TIDAK

9. TIDAK

10. YA

11. YA

12. TIDAK

13. YA

14. YA

15. TIDAK

16. TIDAK

17. TIDAK

18. YA

19. YA

20. TIDAK

21. TIDAK

22. YA

23. YA

24. YA

25. TIDAK

26. YA

27. YA

28. TIDAK

29. YA

30. YA

31. TIDAK

32. TIDAK

33. TIDAK

34. YA

35. TIDAK

36. TIDAK

37. YA

38. YA

39. YA

Page 112: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

LAMPIRAN

Page 113: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

NILAI LIE SCALE EKSTROVERSI INTROVERSI MASALAH EMOSI1 24 6 EKSTROVERSI 83.30% 69.10%2 23 5 EKSTROVERSI 59.60% 57.50%3 22 6 EKSTROVERSI 56.30% 54.20%4 23 5 EKSTROVERSI 75% 52.50%5 23 6 EKSTROVERSI 52.70% 51.60%6 21 5 INTROVERSI 52.70% 51.70%7 17 5 INTROVERSI 50.50% 45%8 25 7 EKSTROVERSI 55.60% 51.70%9 16 5 INTROVERSI 61.10% 50%10 24 7 EKSTROVERSI 53.40% 50%11 21 5 INTROVERSI 38.90% 38.3%12 23 7 EKSTROVERSI 61.10% 56.70%13 22 5 EKSTROVERSI 78.70% 76.70%14 21 5 INTROVERSI 52.70% 52.50%15 26 7 EKSTROVERSI 80.50% 55.80%16 18 6 INTROVERSI 69.40% 72.50%17 19 6 INTROVERSI 63.80% 53.30%18 18 5 INTROVERSI 36.10% 48.30%19 19 5 INTROVERSI 75% 72.50%20 28 7 EKSTROVERSI 80.50% 73.30%21 19 5 INTROVERSI 36.10% 50%22 22 6 EKSTROVERSI 61.10% 60.80%23 19 6 INTROVERSI 44.40% 58.30%24 25 6 EKSTROVERSI 50% 60%25 23 7 EKSTROVERSI 61.10% 45%26 26 7 EKSTROVERSI 83.30% 55.80%27 25 5 EKSTROVERSI 69.40% 55%28 22 6 EKSTROVERSI 72.20% 57.50%29 24 6 EKSTROVERSI 58.30% 45.80%30 21 5 INTROVERSI 44.40% 61.70%31 23 6 EKSTROVERSI 50% 58.30%32 24 6 EKSTROVERSI 72.20% 61.70%33 25 5 EKSTROVERSI 72.20% 39.10%34 23 6 EKSTROVERSI 50% 56.70%35 24 6 EKSTROVERSI 52.70% 57.50%36 20 6 INTROVERSI 52.80% 65.80%37 22 7 EKSTROVERSI 50% 54.20%38 22 7 EKSTROVERSI 58.70% 57.50%39 20 5 INTROVERSI 19.40% 21.60%40 19 5 INTROVERSI 8.30% 25.80%41 23 5 EKSTROVERSI 22.70% 20.80%42 25 8 EKSTROVERSI 44.40% 34.10%43 26 7 EKSTROVERSI 80.50% 72.50%44 28 8 EKSTROVERSI 83.30% 67.50%45 20 7 INTROVERSI 52.80% 45.80%46 16 5 INTROVERSI 44.40% 42.50%47 18 6 INTROVERSI 38.90% 37.50%48 21 5 INTROVERSI 50% 45.80%49 21 6 INTROVERSI 50.40% 48.30%50 23 5 EKSTROVERSI 77.80% 71.70%

NOCOPING STRATEGYTIPE KEPRIBADIAN

PERSENTASE KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERSI - INTROVERSIDAN COPING STRATEGY WASANA PRAJA PUTRA

Page 114: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1448_Fulltext.pdfkepribadian seperti apakah yang ditampilkan oleh praja wasana dalam menggunakan coping strategy dalam

51 24 5 EKSTROVERSI 77.80% 70.80%52 22 5 EKSTROVERSI 54.70% 50.80%53 22 6 EKSTROVERSI 55.60% 47.50%54 24 5 EKSTROVERSI 69.40% 45%55 24 7 EKSTROVERSI 72.70% 71.70%56 23 5 EKSTROVERSI 58.40% 55%57 24 6 EKSTROVERSI 63.90% 51.70%58 24 5 EKSTROVERSI 66.70% 55%59 22 5 EKSTROVERSI 69.40% 57.50%60 21 5 INTROVERSI 47.20% 50%61 21 5 INTROVERSI 58.60% 55.80%62 23 8 EKSTROVERSI 63.90% 59.20%63 22 6 EKSTROVERSI 48.90% 42.50%64 22 5 EKSTROVERSI 52.10% 48.30%65 24 8 EKSTROVERSI 52.10% 50.80%66 22 5 EKSTROVERSI 64.40% 54.20%67 24 7 EKSTROVERSI 44.40% 43.40%68 23 5 EKSTROVERSI 70.90% 69.20%69 22 5 EKSTROVERSI 53.60% 61.70%70 19 5 INTROVERSI 80.60% 72.50%71 23 6 EKSTROVERSI 72.20% 70.80%72 20 5 INTROVERSI 44.40% 41%73 15 6 INTROVERSI 44% 47%74 22 6 EKSTROVERSI 50.00% 45.00%75 19 5 INTROVERSI 75.00% 61.70%76 22 5 EKSTROVERSI 75.00% 73.30%77 18 5 INTROVERSI 78.00% 73.30%78 22 5 EKSTROVERSI 76% 75.00%79 23 5 EKSTROVERSI 55.60% 63.30%80 19 6 INTROVERSI 72.25 80.80%81 19 7 INTROVERSI 56.00% 50.80%82 24 6 EKSTROVERSI 80.50% 65%83 25 5 EKSTROVERSI 55.00% 51.60%84 23 6 EKSTROVERSI 54.40% 53.30%85 26 7 EKSTROVERSI 50.00% 48.30%86 21 5 INTROVERSI 30.60% 57.50%87 27 5 EKSTROVERSI 69% 56.70%88 19 5 INTROVERSI 66.70% 63.30%89 25 6 EKSTROVERSI 61.10% 59.20%90 24 5 EKSTROVERSI 66.70% 62.50%91 26 7 EKSTROVERSI 60.00% 55.80%92 22 8 EKSTROVERSI 63.00% 58.30%93 24 5 EKSTROVERSI 63.90% 48.30%94 25 5 EKSTROVERSI 58.30% 57.50%95 23 5 EKSTROVERSI 83.30% 57.50%96 23 7 EKSTROVERSI 94.40% 70%97 20 6 INTROVERSI 72.20% 80.80%98 19 7 INTROVERSI 83.30% 71.60%99 19 5 INTROVERSI 38.90% 45.30%100 21 5 INTROVERSI 86.10% 54.10%

Ket : Me = 1/2 (21 + 21)Me = 21