KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3...

138
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Transcript of KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3...

Page 1: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM

MEMBENTUK PERILAKU BERIBADAH

PADA ANAK

Studi Kualitatif Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Mengenai Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak Dalam Membentuk Perilaku Beribadah Ritual Khususnya

Sholat Fardhu Lima Waktu dan Aktivitas Belajar Membaca Al Quran Pada Anak

Disusun Oleh :

FATMAH NUR 10080000044

Bidang Kajian Manajemen Komunikasi

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2005

Page 3: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak

Dalam Membentuk Perilaku Beribadah Pada Anak

Studi Kulaitatif Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Mengenai Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak Dalam Membentuk Perilaku Beribadah Yakni Sholat

Wajib Lima Waktu dan Aktifitas Belajar Membaca Al Quran Pada Anak

Disusun Oleh:

FATMAH NUR 10080000044

Bidang Kajian Manajemen Komunikasi

Bandung 7 Februari 2006

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II Hj.Rini Rinawati Dra.,M.Si. Prima Mulyasari S.Sos.,M.Si

Mengetahui:

Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunilkasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung

Anne Maryani Dra.,M.Si.

Page 4: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

ABSTRAK

Perilaku beribadah yang konsisten pada anak merupakan tanggung jawab orang tua khususnya ibu. Dalam membentuk perilaku beribadah pada anak, yakni ibadah sholat wajib 5 waktu dan aktivitas belajar membaca Al Quran, ibu dihadapkan pada pilihan metode yang tepat, khususnya metode komunikasi yang digunakan. Komunikasi persuasi merupakan salah satu metode dalam membentuk perilaku beribadah pada anak. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana komunikasi persuasi ibu dan anak dalam membentuk perilaku beribadah yang dilaksanakan anak atas kesadarannya sendiri dan mampu konsisten dalam pelaksanaanya.

Ibu Zubaidah dan anaknya Azzahra merupakan pasangan ibu dan anak yang dijadikan objek penelitian ini. Komunikasi persuasi yang dilakukan pasangan objek penelitian ini dalam membentuk perilaku beribadah anak dijadikan sumber data primer dalam penelitian ini. Dimana data primer ini diperoleh melalui wawancara pada keduanya dan observasi seputar kegiatan beribadahnya sehari-hari. Memerlukan waktu kurang lebih 5 bulan dalam pengumpulkan data-data primer ini. Mulai dari orientasi awal dengan keluarga ibu Zubaidah sampai dengan observasi yang dilakukan peneliti.

Melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan interaksi simbolik, peneliti menginterpretasikan semua data-data penelitian, sehingga mendapat hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Yang mana adik Azzahra telah melaksanakan sholat 5 waktu dan belajar membaca Al Quran tanpa terpaksa berdasarkan pemahamannya atas ibadah. Hanya saja pelaksanaan sholat dan membaca Al Quran masih terus dipantau oleh ibunya. Pemahaman ibadah pada Azzahra berasal dari upaya ibunya dalam membentuk perilaku beribadah tanpa menggunakan paksaan, kekerasan dan juga sanksi-sanksi.

Upaya ibu dan pelasaknaan ibadah oleh anak dipengaruhi oleh pemaknaan atas ibadah oleh keduanya. Dimana peneliti menyimpulkan komunikasi persuasi ibu dan anak dalam membentuk perilaku beribadah pada anak memang mampu membuat anak melaksanakan sholat dan mengaji tanpa merasa terbebani dan tidak terpaksa melaksanakannya. Namun makna atas ibadah yang dipahami anak masih belum mampu membentuk perilaku beribadah itu dengan istiqomah, karena anak masih sesekali meninggalkan ibadahnya dengan atau tanpa alasan yang jelas.

i

Page 5: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

KATA PENGANTAR

Bismillahirahamanirrahim, Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah Swt Sang Pencipta

Alam dan Pemberi Rahmat dan Hidayah yang tidak terhingga serta Salawat dan

Salam yang dilimpahkan pada junjungan kita Muhammad Rasulullah Saw.

sebagai pintu ilmu dan Ali A.s sebagai kuncinya serta keluarga dan sahabat yang

dicintainya. Akhirnya penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul

Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak dalam Membentuk Perilaku Beribadah Pada

Anak, yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana

Strata 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, namun dengan kerendahan hati, penulis selalu terbuka atas

kritik dan saran guna memperbaiki wawasan dan ilmu pengetahuan penulis

kedepan. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat besar dan kecil bagi

penulis khususnya dan pada pihal lain yang membutuhkan informasi seputar

masalah skripsi ini umumnya.

Dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan bantuan baik berupa pengarahan, bimbingan, motivasi dan juga

bantuan lainnya dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan

ii

Page 6: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

berjuta terima kasih atas bantuan-bantuan pada penulis. Terima kasih ditujukan

kepada:

1. Yang tercinta umi Syarifah Zainab dan abah Muda Syufatri terima

kasih atas kesempatan, dukungan, doa dan harapan yang tidak putus

buat keberhasilan anaknya, LUV U !.

2. Yang tersayang bang Iman, abang satu-satunya, sekaligus mentor,

pelindung dan yang menjaga Inthan di Bandung serta teman terbaik

sepanjang masa. Thanks Bro! U doin’ great.

3. Yang terkasih Jida, Jidi, Aunti, Mican sekeluarga, Ace sekeluarga.

Thanks for the laptop nti, mican untuk semua nasehatnya dan menjadi

pendengar yang baik. Jida terima kasih atas jiwa yang penuh inspirasi

serta cinta I LUV U. Jidi penguat bathin kami sekeluarga.

4. Yang terhormat ibu Hj. Rini Rinawati Dra., M.si. dan keluarga selaku

dosen pembimbing I atas bimbingan, arahan, waktu, tenaga dan

pikirannya membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Yang terhormat ibu Prima Mulyasari S.Sos., M.si. dan keluarga selaku

dosen pembimbing II atas arahan dan kontribusinya yang buat penulis

kurang merasakan tekanan.

6. Yang terhormat Ibu Anne Maryani Dra., M.s.i dan Ibu Dede Lilis S.sos

serta Ibu Ike Junita E. S.sos., Msi selaku Ketua Bidang Kajian dan

seketaris Bidang Kajian Manajeman Komunikasi Fikom Unisba.

iii

Page 7: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

7. Yang terhormat Bapak Wawang Kuswanto Drs., M.si. , terima kasih

atas ilmu dan semua masukannya termasuk menjadi motivator

penelitian kualitatif buat anak ManKom.

8. Seluruh dosen Fikom Unisba khususnya bidang kajian Manajeman

Komunkasi

9. Seluruh civitas akademika Fikom Unisba, atas kelancaran birokrasi,

informasi dan pengolahan nilai dan data, meskipun kadang kala

prosedur menyulitkan

10. Yang terhormat Bapak H. Ir. Abdurahman dan Ibu Zubaidah dan

adik Aza atas kesediannya menjadi objek penelitian serta partisipasi

yang sangat baik serta dukungan sprituil dan morilnya.

11. Yang terhormat Bapak Septiawan S. Drs.M.Si terimakasih atas

semua masukan dan dorongan yang membuat PD.

12. Buat semua sahabat terbaik sepanjang masa, Eldha, Santi (hope u

find ur soulmate), intan, dila, weni, Amel (teman curhat abiz) Ulan

(sorry hon, qta duluan.. nyusul ya!), Iin, Ega, Linda dan Mia.

13. Thanks to semua anak asrama IPMKR cant say one by one key!

14. Seluruh anak kosan di sukaluyu I 57. dian, teh Tanti, Rina, Endah,

Wulan.

15. Seluruh teman seperjuangan baik dari Tanjungpinang, Kijang, satu

kontrakan, satu kosan juga teman-teman di kampus, dan seluruh teman-

teman tan yang terlewatkan sorry! Serta seluruh orang-orang yang

iv

Page 8: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

memberikan kontribusinya pada hidup tan. Kalian semuanya sangat

menginspirasi.

Semoga Allah Swt membalas bantuan dari semua pihak sebagai amal dan

ibadah yang tulus ikhlas, Amin ya Rabbal’alamin.

Akhir kata semoga skripsi ini mampu memenuhi kebutuhan akan

informasi atas komunikasi persuasi ibu dan anak dalam membentuk perilaku

beribadah pada anak. Dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila kata

dan tulisan yang menyinggung pihak lain.

Billahitaufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa

Barakaatuh.

Bandung, Februari 2006

Penulis

v

Page 9: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 6

1.5 Kegunaan Penelitian ........................................................... 7

1.6 Fokus Peneliitian ................................................................. 8

1.7 Pengertian Istilah ................................................................. 9

1.8 Kerangka Pemikiran ............................................................ 10

1.9 Metodologi Penelitian ......................................................... 15

1.9.1 Metodologi Penelitian ............................................. 15

1.9.2 Tahapan Penelitian .................................................. 18

1.10 Sasaran Penelitian ............................................................... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ............................................ 23

2.1.1 Pengertian Komunikasi ........................................... 23

2.1.2 Tujuan Komunikasi ................................................. 24

2.1.3 Fungsi-fungsi Komunikasi ...................................... 27

2.1.4 Unsur-unsur Komunikasi ........................................ 28

2.2 Komunikasi Persuasi Dalam Tatanan Komunikasi

Persuasi ..................................................................... ......... 30

2.2.1 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi ......................... 30

2.2.2 Komunikasi Persuasi Dalam Komunikasi

vi

Page 10: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

Antarpribadi .................................................... ....... 31

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Persuasi................. 31

2.2.2.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi Persuasi .... ...... 34

2.2.2.3 Hambatan Komunikasi Persuasi ........... ...... 37

2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ........................ ...... 37

2.3.1 Komunikasi Persuasi Dalam Perspektif Islam . ....... 41

2.4 Hubungan Ibu dan anak dalam Membentuk

Perilaku Beribadah Pada Anak............................................. 43

2.4.1 Tinjauan Tentang Ibu .............................................. 43

2.4.2 Tanggung Jawab dan Peran Ibu Dalam

Membentuk Perilaku Beribadah Pada Anak …. ....... 46

2.4.3 Tinjauan Tentang Anak ........................................... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Kualitatif ............................................... 52

3.2 Pendekatan Interaksi Simbolik ............................................ 56

3.3 Tahapan Penelitian .............................................................. 62

3.4 Fokus Penelitian .................................................................. 65

3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 66

3.5.1 Wawancara .............................................................. 67

3.5.2 Observasi ................................................................. 67

3.5.3 Studi Kepustakaan ................................................... 68

BAB IV OBJEK PENELITIAN

4.1 Pemlilihan Objek Penelitian ................................................ 69

4.2 Seputar Keluarga Ibu Zubaidah dan Anaknya

Sebagai Pasangan Objek Penelitian .................................... 71

4.2.1 Sebagai Keluarga Islami ......................................... 72

4.2.2 Kelancaran Komunikasi Dalam Keluarga ............... 73

4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ....................... 74

vii

Page 11: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

4.3 Seputar Ibadah sholat Fardhu Lima Waktu dan

Aktifitas Membaca Al Quran .............................................. 76

BAB V ANALISIS

5.1 Analisis Proses Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak

Dalam Memberikan Pemahaman Beribadah pada Anak .... 81

5.2. Analisis Upaya Ibu dalam Menyampaikan Pesan Pada

Anak Berdasarkan Pemaknaan Ibu Atas Ibadah ................. 87

5.3. Analisis Tanggapan Anak dalam Memaknai Ibadah

(Sholat 5 waktu dan Belajar Membaca Al Quran)

Melalui Pesan yang Disampaikan Ibu ................................ 93

5.4. Analisis Peneliti atas Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak

dalam Membentuk Perilaku Beribadah pada Anak. ............ 97

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ......................................................................... 103

6.2 Saran .................................................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 106

LAMPIRAN ................................................................................................... 109

viii

Page 12: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pasangan Sasaran Penelitian ......................................................... 22

Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Dua Paradigma Interkasi

Simbolik ........................................................................................ 58

ix

Page 13: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap keluarga dan orang tua memiliki format dan metode tersendiri

dalam mendidik anak-anak mereka. Namun setiap orang tua sepakat bahwa

dalam mendidik anak, kondisi psikologis anak tetap harus terjaga, jangan sampai

secara mental anak menderita dalam mendidik dan membentuk pribadi anak. Ibu

merupakan orang yang paling perduli pada kondisi mental anak. Dan juga ibu

merupakan orang yang paling intens membangun jiwa dan keimanan anak.

Dalam menanamkan nilai-nilai yang kadang kurang dipahami oleh anak,

banyak sekali halangan dan hambatannya, karena kurangnya pemahaman anak

akan suatu hal. Maka tindak-tindak alternatif seringkali menjadi senjata akhir

orang tua dalam memasukkan nilai-nilai yang wajib pada anak.

Dalam keluarga yang Islami, seorang anak pasti akan di perkenalkan

pada bentuk-bentuk ibadah yang biasanya dilakukan orang tuanya. Tentu saja

melalui tahapan-tahapan tertentu berdasarkan umur dan tingkat pemahaman

anak. Sholat dan membaca Al Quran adalah bentuk ibadah awal yang di

perkenalkan orang tua pada anak. Disini orang tua khususnya ibu akan

menanamkan pemahaman akan sholat dan membaca Al Quran berdasarkan

tingkat keimanan dan kemampuan komunikasi yang dimiliki ibu. Kemampuan

komunikasi yang dimiliki ibu serta pemahaman ibu akan pentingnya nilai ibadah

itu akan mempengaruhi cara dan metode ibu dalam membentuk perilaku

beribadah pada anak.

Page 14: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

2

Menanamkan nilai dan membentuk perilaku pada anak merupakan

kewajiban orang tua. Mengapa kemudian ibu menjadi sosok yang memegang

peranan dalam membentuk perilaku anak, ini dikarenakan kedekatan emosional

ibu pada anak dan kemampuannya dalam mengerti anak-anaknya. Ibu memiliki

naluri mengajak anaknya melakukan sesuatu tanpa menimbulkan banyak

pertentangan pada anak. Selain itu ibu di nilai sebagai orang yang paling dekat

dengan anaknya sejak awal kehamilan. Sehingga, sudah dapat dipastikan bahwa

tugas dan kewajiban ibu dalam membentuk moral dan perilaku anak menjadi

begitu signifikan.

Dalam membentuk perilaku anak dalam beribadah khususnya,

kemampuan dan metode komunikasi yang digunakan ibu sangat penting.

Bagaimana ibu menjalin komunikasi dengan anaknya, merupakan titik awal

kebiasaan anak dan ibu dalam terus berinteraksi dan berkomunikasi. Selain

kemampuan komunikasi dan metode komunikasi yang dimiliki ibu, pemahaman

ibu akan nilai dan perilaku yang akan ditananamkan pada anak juga sangat

berpengaruh pada keberhasilan proses.

Pemahaman ibu atas seberapa penting ibadah, dan juga pemahaman ibu

pada diri anaknya yang akan memudahkan ibu dalam membentuk perilaku

ibadah, sehingga menjadi bagian dari diri anak. Pemahaman ibu nantinya akan

saling mempengaruhi dengan pemaknaan yang akan timbul antara ibu dan anak.

Keduanya saling mempengaruhi dalam proses pemberian makna atas tindakan

yang ibu lakukan dan perilaku anak yang dipengaruhi oleh ibu. Melalui interaksi

yang menimbulkan penafsiran atas simbol-simbol yang dihasilkan keduanya

Page 15: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

3

nanti akan mempermudah proses komunikasi atau bahkan mempersulit karena

perbedaan penafsiran terhadap sesuatu.

Dunia anak idealnya bersih dari tindakan-tindakan yang agresif dan

pemaksaan. Anak di didik dalam lingkungan yang penuh dengan kasih sayang

dan toleransi seyogyanya. Meskipun dalam kenyataan sering kita jumpai hal-hal

yang bertolak belakang. Sikap yang toleran inilah yang kemudian lekat pada

jiwa anak, yakni sebuah sikap tanpa paksaan atau tekanan.

Tentu saja sikap tanpa paksaan ini tidak berarti bahwa orang tua

khususnya ibu kehilangan kendali atas pendidikan dan perkembangan anak

secara keseluruhan. Sikap toleran yang dimaksud adalah sikap yang menghargai

anak juga pendapat dan keinginan meraka. Dimana dalam mendidik dan

menanamkan nilai-nilai yang penting dilakukan dengan cara yang lebih santun

dan manusiawi.

Hal ini tentu saja tidak serta-merta mengendurkan semangat orang tua

khususnya ibu dalam memasukkan nilai agama dalam diri anak. Sebagian ibu

menganggap ibadah merupakan sebuah keharusan dan kewajiban yang tidak

dapat ditawar, sehingga ibu sejak awal menanamkan nilai bahwa ibadah harus

dilaksanakan dengan alasan yang beraneka ragam. Tentunya disini kita bertemu

pada sebuah problematika dimana seorang ibu menempuh cara-cara atau metoda

tertentu dalam membentuk perilaku beribadah pada anak dengan menggunakan

pendekatan pemaknaan atas ibadah.

Pemberian makna atas ibadah sehingga pelaksanaan ibadah dilakukan

tanpa paksaan. Namun pada kenyataannya, anak sering kali menafsirkan ibadah

sebagai kewajiban yang membebankan. Pada titik poin inilah terlihat peran

Page 16: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

4

sebuah metode komunikasi dalam membentuk perilaku beribadah pada anak.

Ada dua metode komunikasi yang lazim digunakan, pertama yaitu metode

komunikasi koersif yang bersifat instruktif dan atau paksaan (Effendy, 2001:45).

Sedangkan metode yang kedua adalah metode komunikasi persuasif yang

bersifat bujukan dan imbauan.

Kedua metode di atas memiliki dampak jangka pendek dan jangka

panjang yang relatif berbeda. Komunikasi koersi mampu membentuk perilaku

beribadah pada anak dengan cepat dan mudah. Karena melibatkan otoritas ibu

yang tentunya selalu dapat dan harus ditaati. Namun pemahaman dan

pemaknaan anak pada proses pelaksanaan ibadah mampu membuat anak

dikemudian hari tidak konsisten (istiqamah) atas ibadahnya, karena pelaksanaan

ibadah yang tidak dilandasi pemahaman yang baik dan kokoh atas ibadah yang

dilakukan. Inilah membuat kurangnya kesadaran dan motivasi atas diri anak itu

sendiri.

Lain halnya pada metode komunikasi persuasi, dampak yang demikian

dapat diminimalisasikan bahkan dihilangkan. Pada metode ini, anak akan

beribadah atas dasar pamahamannya dan pemaknaanya pada ibadah itu sendiri,

yang menghasilkan motivasinya sendiri untuk melaksanakan ibadah. Memang

menerapkan metode komunikasi persuasi dalam membentuk perilaku beribadah,

dinilai sulit dan memakan waktu yang relatif lama.

Akan muncul banyak sekali kendala dan hambatan mengingat sulitnya

menyamakan pemahaman dan pemaknaan atas perilaku beribadah antara ibu dan

anak. Dimana ibu harus menggunakan banyak pendekatan untuk menumbuhkan

motivasi dalam diri anak itu, sehingga melaksanakan ibadah khususnya sholat

Page 17: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

5

fardhu 5 waktu dan membaca Al Quran. Yang tentu saja dalam umur anak kedua

ibadah itu masih dikategorikan belajar.

Bagaimana komunikasi persuasi ibu dan anak mampu membentuk

perilaku beribadah pada anak, di sini akan ditelaah melalui penafsiran dan

pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada proses pembentukan perilaku

beribadah pada anak, khususnya simbol-simbol yang bersifat imbauan dan

bujukan. Bagaimana proses persuasi yang dilakukan ibu dalam membentuk

perilaku beribadah pada anak dimaknai dengan tepat oleh anak. Kemudian anak

menafsirkan dan memaknai perilaku beribadahnya sebagai apa, inilah yang

kemudian akan kita ketahui melalui penelitian yang menggunakan metode

kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah maka peneliti mengecilkan ruang

permasalahan melalui sebuah rumusan. Peneliti merumuskan permasalahan yang

akan diteliti menjadi:

“Bagaimana proses komunikasi persuasi ibu kepada anak dapat membantu anak

dalam memaknai ibadah, sehingga mampu membentuk perilaku beribadah

anak yang konsisten (istiqomah) berdasarkan kesadaran anak sendiri?”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti menjabarkan masalah

melalui beberapa pertanyaan penelitian, antara lain:

Page 18: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

6

1. Bagaimana proses komunikasi persuasi ibu dan anak dalam

memberikan pemahaman beribadah pada anak?

2. Bagaimana upaya ibu dalam menyampaikan pesan imbauan (ajakan)

kepada anak berdasarkan pemaknaan ibu atas ibadah, sehingga anak

melaksanakan ibadah (sholat dan belajar membaca Al Quran) secara

konsisten atas kesadarannya sendiri?

3. Bagaimana anak memaknai ibadah ( Sholat 5 waktu dan belajar

membaca Al Quran) melalui pesan imbauan (ajakan) yang

disampaikan ibu, sehingga anak melaksanakan ibadah secara

konsisten atas keinginannya sendiri ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ditetapkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan

penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi persuasi antara ibu dan anak

dalam memberikan pemahaman beribadah pada anak.

2. Untuk mengetahui upaya ibu menyampaikan pesan imbauan (ajakan)

pada anak berdasarkan pemaknaan ibu atas ibadah, sehingga anak

melaksanakan ibadah secara konsisten atas keinginannya sendiri.

3. Untuk mengetahui tanggapan anak dalam memaknai ibadah melalui

pesan imbauan (ajakan) yang disampaikan ibu, sehingga anak

melakasanakan ibadah secara konsisten atas keinginannya sendiri.

1.5 Kegunaan Penelitian

Page 19: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

7

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu dipergunakan dan

bermanfaat tidak hanya bagi peneliti tetapi juga bagi orang lain yang membaca

dan membutuhkan informasi seputar masalah yang diangkat dan berdasarkan

metode yang digunakan peneliti. Yang mana peneliti membagi kegunaan

penelitian ini pada dua aspek yakni:

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis disini maksudnya hasil penelitian ini nantinya

dapat membantu memberikan referensi bagi peneliti lainnya yang akan

meneliti sebuah fenomena yang serupa atau seputar masalah yang sama.

Juga menambah pengetahuan yang ilmiah mengenai masalah yang

diangkat dengan metode yang digunakan peneliti, yakni studi kulaitatif

dengan pendekatan interaksiosme simbolik mengenai komunikasi

persuasi.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan paktis ini maksudnya hasil dari penelitian ini nantinya

dapat dipergunakan sebagai acuan atau referensi bagi pihak-pihak lain

yang memerlukan informasi ilmiah seputar masalah komunikasi ibu dan

anak dalam membentuk perilaku beribadah anak, agar dapat diterapkan

dalam mendidik dan mempersiapkan keimanan anak khususnya dalam

membentuk perilaku beribadah yakni sholat wajib 5 waktu dan aktifitas

membaca Al Quran pada anak. Hasil penelitian ini diharapkan berguna

bagi setiap ibu yang menerapkan dan menanamkan nilai-nilai agama,

norma, keimanan atau apapun pada anak tanpa melalui proses

pemaksakan kehendak oleh ibu atau orang tua.

Page 20: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

8

1.6 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dirancang guna menghindari pembahasan yang

melebar dan keluar dari masalah utama yang diangkat oleh peneliti. Selain itu

fokus penelitian juga didesain untuk memberikan arah yang pasti dalam sebuah

penelitian guna mendapatkan informasi yang jelas, spesifik dan detail.

Memberikan perincian masalah yang akan diteliti dan memfokuskan kegiatan

peneliltian pada suatu area pengamatan dan penelitian yang lebih spesifik. Yang

mana peneliti menetapkan beberapa hal yang menjadi fokus penelitian, yaitu:

1. Perilaku beribadah lebih difokuskan dan dikhususkan pada pelaksanaan

ibadah ritual yang telah diketahui dan dipahami anak usia sekolah dasar.

Spesifikknya ialah sholat wajib lima waktu dan aktifitas membaca Al

Quran yang intensitasnya dibatasi minimal 1 kali seminggu.

2. Konteks ibadah disini adalah proses belajar praktek dan pelaksanaan

sholat wajib lima waktu dan aktifitas membaca Al Quran itu sendiri.

Tentu kedua ibadah ini masih dalam tahap belajar bukan pendalaman

ataupun memiliki konsekuensi hukum yang wajib dikerjakan. Karena

anak masih dalam usia belum baligh.

3. Komunikasi persuasi terjadi dalam komunikasi antar pribadi antara ibu

dan anak, yang mana usia anak yang belum baligh dan masih duduk di

sekolah dasar. Dan berdasarkan status dan peranan ibu dan anak, maka

komunikasi yang dilakukan cendrung merupakan komunikasi horizontal.

4. Penelitian difokuskan pada sasaran penelitian yang basis keluarganya

merupakan keluarga yang Islami. Jadi paling tidak ibu dan bapaknya

Page 21: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

9

telah memahami dan menerapkan syari’at Islam dalam pola asuh anak

juga pada kehidupan keluarga dengan baik.

1.7 Pengertian Istilah

1. Komunikasi atau communication bahasa Inggrisnya berasal dari kata latin

communis yang berarti sama. Komunikasi menyarankan bahwa satu pikiran,

satu makna, satu pesan yang dianut secara sama (Mulyana, 2001:41-42).

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson menyebutkan komunikasi sebagai

proses memahami dan berbagi makna (Mulyana,2001:69).

2. Sementara komunikasi persuasi menurut Onong U. E (1979) adalah proses

mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan

manipulasi psikilogis, sehingga orang tersebut bertindak atas kehendaknya

sendiri (Effendy,1979).

3. Perilaku yaitu tindakan yang jelas dan dapat diamati (Devito, 1997:447).

4. Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan melaksanakan

perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Lainnya ibadah

diartikan sebagai beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt,

karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus, yaitu:

5. Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal

yang dilaksanakan dengan niat ibadah (LPPKID, 2001:1).

6. Ibadah dalam arti khusus adalah perbuatan yang dilaksanakan dengan tata

cara yang telah ditetapkan oleh Rasullah s.a.w (LPPKID, 2001:1).

Page 22: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

10

1.8 Kerangka Pemikiran

Interaksi antara ibu dan anak merupakan interaksi yang kodrati yakni

proses interaksi yang terjadi oleh setiap manusia untuk pertama kalinya yakni

mulai dari dalam kandungan. Dengan demikian interaksi yang terjadi antara ibu

dan anak merupakan sebuah interaksi yang selalu melibatkan emosional dan

interaksi yang intensif (Djamarah, 2004:56).

Sebuah hadist yang meriwayatkan tanggung jawab orang tua, dalam

kasus ini ibu untuk mengajarkan anaknya segala sesuatu kebaikan dengan budi

pekerti. Seperti dikutip Djamarah (2004:29) hadist yang diriwyatkan oleh Abdur

Razzaq Sa’id bin Mansur yang menuliskan sabda Rasulullah Saw sebagai

berikut:

“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan didiklah mereka

dengan budi pekerti yang baik” (HR.Bukahri&Muslim).

Berdasarkan hadist di atas dalam menbentuk perilaku beribadah maka

komunikasi persuasi merupakan metode komunikasi yang paling ideal dalam

membentuk perilaku beribadah pada anak. Tentu saja tak terlepas dari kelebihan

dan kekurangan dari komunikasi persuasi itu sendiri.

Komunikasi persuasi ibu dan anak merupakan proses komunikasi

antarpribadi yang bertujuan mempengaruhi perilaku anak, tepatnya membentuk

perilaku anak dalam melaksanakan ibadah khususnya sholat dan membaca Al

Quran. Yang mana dalam proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan ibu

dan anak menggunakan metode persuasi, ibu memberi pengaruh pada anak

khususnya dalam mempresepsi pesan dan perilaku ibadah itu sendiri.

Page 23: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

11

Komunikasi antar pribadi menurut Liliweri memiliki salah satu cirinya

yakni bentuk akibat, yang mana komunikasi antar pribadi mempunyai akibat

yang disengaja atau tidak. Yang mengakibatkan suatu hasil yang direncanakan

atau tidak. Liliweri menyebutkan dalam bukunya Komunikasi Antar Persona

bahwa komunikasi antarpribadi merupakan tindakan persuasi manusia (Liliweri,

1991:15). Lebih lanjut Liliweri menjelaskan komunikasi persuasi dengan

mengutip dari Sunarjo (1983), yang mengatakan komunikasi persuasi

merupakan teknik untuk mempengaruhi manusia dengan

memanfatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari

komunikan yang hendak dipengaruhi (Liliweri, 1991:40).

Semenetara itu Onong U. E mendefinisikan komunikasi persuasi dalam

kamus komunikasi sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan

orang dengan menggunakan manipulasi psikolgis, sehingga orang tersbut

bertindak atas kehendaknya sendiri (Effendy,1986:46). Berdasarkan esensi dari

persuasi itu sendiri maka imbauan atau bujukan merupakan hal yang identik

dalam proses komunikasi persuasi.

Berkaitan dengan komponen pesan persuasi, didalamnya terdapat

organisasi pesan, struktur pesan dan imbauan pesan. Dalam proses komunikasi

antar persona yang dilakukan ibu dan anak, organisasi pesan dan struktur pesan

sering kali terabaikan dan kurang dipergunakan dengan baik dan benar.

Sementara imbauan pesan merupakan komponen penting dari komunikasi

persuasi ibu dan anak. Ada lima jenis imbauan pesan dalam komunikasi persuasi

antara lain:

Page 24: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

12

1. Imbauan Rasional; didasarkan pada anggapan bahwa manusia itu pada

dasarnya adalah makhluk rasional, yang baru bereaksi pada imbauan

emosional, bila imbauan rasional tidak ada. (Penggunaan pendekatan

logis atau penyajian bukti).

2. Imbauan Emosional; menggunakan pernyataan yang menyentuh emosi

komunikan.

3. Imbauan Takut; pesan yang menggunakan istilah-istilah yang

mencemaskan, mengancam, atau meresahkan.

4. Imabuan Ganjaran; imbauan yang menjanjikan tentang sesuatu yang

menguntungkan komunikan.

5. Imbauan Motivasional; pesan yang disusun untuk mendorong seseorang

atau sekelompok orang berpendapat, bersikap dan berperilaku yang

sesuai dengan yang diharapkan komunikator.

Teori Self Disclosure atau yang lebih dikenal dengan “Johari Window”

berasumsi bahwa setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa

mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang

lain. Dimana dalam teori ini ada empat bingkai, yang setiap bingkainya

menggambarkan setiap sisi dari setiap manusia.

Bingkai pertama, disebut bidang terbuka yang menggambarkan

keterbukaan dalam berinteraksi. Bingkai kedua, disebut bidang buta yakni orang

lain lebih mengetahui diri kita dibanding diri kita sendiri. Bingkai ketiga adalah

bidang tersembunyi yaitu, dimana kita menyembunyi bagian dari diri kita

sehingga tidak diketahui orang lain. Sementara bingkai keempat disebut bidang

Page 25: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

13

tak dikenal yakni suatu sisi dalam diri kita yang tak kita ketahui dan tak juga

diketahui orang lain.

Penelitian ini menggunakan pendekatan interaksi simbolik. Dalam

interaksi simbolik terdapat beberapa nama yang memberikan asumsi yang

berbeda satu dengan lainnya. Sebut saja Blumer dan Mead yang asumsinya atas

interaksi simbolik paling sering digunakan peneliti dalam berbagai penelitian

interaksi simbolik.

Pada penelitian ini, peneliti berperan dalam menafsirkan dan

mendefinisikan setiap simbol dalam interaksi yang diteliti. Yang mana menurut

Cooley dalam interaksi simbolik ini ada sebuah teori yakni; aku (I), “daku”

(me), “milikku” (mine), dan “diriku” (myself) atau biasa disebut teori diri

(Mulyana, 2002:73). Maksudnya disini secara ringkas interaksi simbolik

didasarkan atas tiga premis, yakni:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon

lingkungan, termasuk objek fisik (benda), objek sosial (perilaku

manusia) didasarkan pada makna yang dikandung komponen-

komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak lekat

pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.

3. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke

waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam

interaksi sosial (Mulyana,2002:71-72).

Penjelasan mengenai premis dari interaksi simbolik tersebut

menggambarkan bahwa setiap individu akan merespon dan menginterpretsikan

Page 26: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

14

segala perilaku sosial berdasarkan nilai subjektif pada dirinya. Yang dijelaskan

Mulyana dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif” menjelaskan

mengenai aliran yang diusung Mead ini bahwa:

Perilaku manusia berlangsung dengan mendefenisikan situasi yang memungkinkan manusia bertindak, yakni pandangan bahwa perilaku khas manusia adalah perilaku berdasarkan apa yang disimbolisasikan oleh situasi, inilah esesnsi dari pendekatan interaksi simbolik (Mulyana, 2002:93).

Dengan demikian penelitian memfokuskan pada proses pemaknaan oleh

ibu dan anak dalam komunikasi persuasi mengenai makna dari perilaku

beribadah ataupun pelaksanaan ibadah itu sendiri. Bagaimana ibu dan anak

menegosiasikan makna ibadah itu melalui penggunaan bahasa-bahasa yang

persuasi tentunya.

Pastinya pelaksanaan ibadah merupakan produk dari interaksi antara ibu

dan anak. Dan komunikasi persuasi antara ibu dan anak akan dilihat dan diteliti

dengan melihat interaksi yang menggunakan simbol-simbol dengan hasil atau

produk akhirnya berupa tujuan ibu dalam membentuk perilaku beribadah pada

anaknya

1.9 Metodologi Penelitian

1.9.1 Metodologi Penelitian

Metode dalam suatu penelitian besar sekali pengaruhnya terutama pada

hasil penelitian. Penggunaan metode yang relevan akan memungkinkan

mendapatkan hasil penelitian yang baik dan valid. Atas dasar pertimbangan

tersebut, peneliti menilai bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif yang meneliti permasalahan langsung dan terlibat dalam penelitian,

Page 27: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

15

merupakan metode yang tepat untuk melihat apakah komunikasi persuasi yang

digunakan oleh ibu dan anak sudah cukup berhasil atau tidak dalam membentuk

perilaku beribadah pada anak, khususnya dalam membantu anak memaknai

makna ibadah.

Penelitian kualitatif dikenal memiliki beberapa pendekatan, yang antara

lain fenomenologis, pendekatan etnografi untuk menelaah segi kebudayaan,

interaksi simbolik yang dinilai sangat lekat dengan studi komunikasi dan banyak

lagi lainnya.

Interaksi simbolik merupakan pendekatan yang digunakan peneliti

dengan pertimbangan bahwa perilaku ibu dan anak yang diteliti. Proses

komunikasi persuasi yang dilakukan merupakan proses pembentukan makna atas

ibadah bagi anak. Sehingga untuk meneliti perilaku beribadah pada ibu dan

anak, terlebih dahulu harus diketahui bagaimana anak dan ibu memaknai ibadah.

Selanjutnya makna ibadah pada keduanya yang akan membentuk dan

mempengaruhi perilaku pada ibu dan anak.

Dijelaskan Mulyana melalui pengalaman Charles H. Cooley bahwa

dalam mengamati perilaku manusia tidak boleh melihat dari luar tetapi harus

berupaya menangkap makna dan definisi yang dianut pihak yang diamati

(Mulyana,2002:75). Singkatnya interaksi simbolik dapat dijelaskan melalui

beberapa premis dibawah ini:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon

lingkungan, termasuk objek fisik (benda), objek sosial (perilaku

Page 28: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

16

manusia) didasarkan pada makna yang dikandung komponen-

komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak

lekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan

bahasa.

3. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu

ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan

dalam interaksi sosial (Mulyana,2002:71-72).

Sementara paham interaksi simbolik yang digunakan peneliti adalah

interaksi simbolik yang diusung oleh Herbert Blumer. Blumer merupakan yang

pertama kali menggunakan istilah interaksi simbolik. Ia dikenal sebagai

interaksionis simbolik dari mahzab Chicago yang termasuk dalam paradigma

kualitatif.

Blumer menjelaskan bahwa melalui penelitian interaksi simbolik dengan

paradigma kualitatif, peneliti akan meneliti perilaku manusia tidak untuk

digeneralisasikan dan peneliti juga akan cendrung mengguanakan introseksi

simpatetik. Selain itu juga menurut Blumer peneliti nantinya akan melihat

masalah melalui sudut pandang objek penelitian. Sehingga membuat peneliti

menggali infotmasi-informasi dari objek penelitian melalui kedekatnnya pada

objek penelitian. Sehingga membuat proses penelitian tidak terstruktur

(Ritzer,1992:225-229 dan Bryman,1988:94). Menurut Blumer interaksi

simbolik didasari oleh tiga asumsi yaitu:

1. Manusia berperilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki

hal-hal tersebut baginya.

Page 29: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

17

2. Makna hal-hal itu berasal dari, atau muncul dari, interaksi sosial yang

pernah dilakukan dengan orang lain.

3. Makna-makna itu dikelola dalam, dan diubah melalui, proses penafsiran

yang dipergunakan oleh orang yang berkaitan dengan hal-hal yang

dijumpai (Effendy, 2003:394).

Apabila melihat asumsi Blumer di atas, maka diketahui bahwa interaksi

antara ibu dan anak akan membantu anak memaknai ibadah yakni sholat dan

mengaji melalui komunikasi persuasi yang dilakukan keduanya. Berdasarkan

asumsi Blumer, perilaku sholat dan mengaji pada anak akan terbentuk

berdasarkan pemaknaan anak atas sholat dan mengaji.

Ibu memaknai perilaku beribadah tentu berbeda dengan anak memaknai

perilaku ibadah. Ibu memberikan makna pada ibadah sesuai dengan esensi

ibadah yang dipahami ibu baik secara umum maupun secara khusus, yaitu

kewajiban sebagai seorang islam yang apabila tidak dilakoni akan menimbulkan

konsekuansi baginya, yakni dosa yang akan di-hisab pada hari pembalasan di

akhirat nanti. Selain itu juga kesempatan mendapatkan pahala sebanyak

mungkin. Ibadah diyakini ibu sebagai media mendekatkan diri dengan

penciptanya.

Makna atas ibadah pada anak tentu saja akan sangat berbeda dengan ibu.

Dengan tingkat pemahaman anak atas ibadah dan kewajibanya sebagai seorang

muslim tentu bergantung pada usianya dan pengetahunannya.. Jadi wajar saja

kalau anak memaknai ibadah sebagai bentuk ketaatannya pada orang tua dan

kewajiban sebagai anak untuk mematuhi semua ajakan dan perintah orangtua

khususnya ibu. Selain itu ibadah dapat juga dimaknai anak sebagai beban dan

Page 30: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

18

tanggungjawab yang harus dilaksanakan dengan merelakan waktu anak yang

untuknya lebih baik dihabiskan untuk hal yang menyenangkannya.

Melalui penelitian ini pendefinisian ibadah atau pemaknaan atas ibadah

pada ibu dan anak yang terbentuk melalui komunikasi persuasi yang digunakan

ibu sebagai upaya membentuk perilaku ibadah anak akan ditelaah lebih dalam

guna mendapat hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian yang ada.

1.9.2 Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Pra-lapangan yaitu, peneliti menyiapkan segala sesuatunya sebelum

memulai penelitian langsung. Disini peneliti memilih dan menyeleksi

sasaran penelitian sesuai kriteria dan mulai melakukan interaksi-interaksi

dengan sasaran penelitian agar peneliti dapat dengan akrab dan leluasa saat

mengamati dan mewawancara objek atau sasaran penelitian. selain itu

peneliti juga mengumpulkan data-data pribadi sepasang ibu dan anak yang

akan menjadi sasaran penelitian. Antara lain latar belakang pendidikan anak

dan ibu serta status pekejaan ibu dan sebagainya yang dianggap penting dan

relevan sebagai penunjang data penelitian agar valid. Peneliti mengadakan

pendekatan secara kekeluargaan dengan objek penelitian dalam

mendapatkan kesedian pasangan ibu dan anak menjadi objek penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan yaitu, tahap dimana peneliti terjun langsung dan

mulai menggali dan mengumpulkan data dengan melalui 2 cara yakni:

a. Observasi, dimana peneliti mengumpulkan data dan informasi dengan

melihat dan mengamati setiap interaksi dan komunikasi yang

Page 31: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

19

dilakukan ibu dan anak dalam upaya membentuk perilaku beribadah

pada anak. Observasi akan dilakukan secara intensif guna

mendapatkan data-data yang akurat dan merupakan gambaran nyata

menyangkut masalah yang diteliti. Pengamatan atau observasi

dilakukan dengan melihat realita di lapangan bagaimana ibu dan anak

melakukan komunikasi persuasi dan juga seputar kebiasaan beribadah

anak dan ibu khususnya sholat dan aktifitas belajar membaca Al Quran

pada anak

b. Wawancara secara mendalam, yaitu mendapatkan dan mengumpulkan

data dan informasi seputar masalah dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang dirasa perlu oleh peneliti. Bentuk dan format dari

wawancara mendalam ini tidak terstruktur dan informal guna

mendapatkan data yang valid dan detail. Peneliti akan memberikan

sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.

Yang mana wawancara ini dilakukan dalam konteks non formal dan

tidak berstruktur. Pertanyaan yang sebelumnya sudah dibuat oleh

peneliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diformat dalam sebuah daftar

pertanyaan. Namun peneliti juga akan mencatat setiap pertanyaan yang

berkaitan dengan masalah namun tidak terdapat dalam pertanyaan.

3. Tahap Analisis Data atau dengan istilah lainnya Studi Kepustakaan, yakni

penggalian data dari sumber-sumber literatur dan dokumen-dokumen

lainnya baik yang bersifat ilmiah ataupun tidak ilmiah yang relevan dan

menunjang hasil penelitian.

Page 32: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

20

1.10 Sasaran peneltian

Penelitian kulalitatif yang dilakukan menggunakan sampling atau lebih

tepatnya objek penelitian berdasarkan kebutuhan penelitian yang memenuhi

konteks masalah penelitian. Moleng (2004:224) mengutip pendapat Lincoln dan

Guba, menjelaskan penelitian dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga

masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri.

Sehingga peneliti memilih menggunakan purposifve sampling (sampling

berdasarkan tujuan) yang termasuk kedalam non-probability sampling, yaitu

teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap

anggota populasi untuk dijadikan anggota sample (Riduwan, 2004:61) . Dimana

pengambilan sampling tidak berdasarkan kerandoman atau peluang, namun

dikarenakan teknik sampling ini biasa digunakan dalam penelitian kualitatif

(Mulyana, 2001:187).

Guna mengamati gejala atau masalah yang diteliti, maka peneliti

memilih sepasang ibu dan anak sebagai sasaran penelitian yang tentunya

memenuhi beberapa kriteria atau pertimbangan yang berkaitan dengan

kebutuhan penelitian. Diambilnya sepasang ibu anak sebagai objek atau sasaran

penelitian agar dapat merekam dan mendapatkan data yang berkaitan dengan

penelitian secara lebih spesifik dan detail. Ini sejalan dengan alasan yang

dijelaskan oleh Moleng (2004:224), bahwa tujuannya bukanlah memusatkan diri

pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam

generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam

ramuan konteks yang unik.

Page 33: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

21

Pemilihan sasaran penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan

tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian dan ditetapkan berdasarkan

fokus penelitian guna memudahkan peneliti dalam memilih sasaran penelitian

yang sesuai dengan konteks masalah. Maka berdasarkan fokus penelitian,

peneliti menetapkan kriteria atau pertimbangannya sebagai berikut:

1. Berasal dari keluarga yang Islami, ini dimaksudkan untuk mendapatkan

sasaran penelitian yang juga sejalan dengan penelitian yang mengangkat

masalah pentingnya ibadah sejak dini. Ibu yang mengerti dan paham esensi

ibadah dan tingkat keimanan yang relatif baik.

2. Tingkat pendidikan ibu yang baik, maksudnya pendidikan formal terakhir

yang dicapai oleh ibu. Kriteria ini di maksudkan untuk mendapatkan sasaran

atau objek penelitian dengan pemahaman intelektual yang baik dalam

membesarkan dan mendidik anaknya. Serta pendidikan dan usia anak yang

dianggap dapat mengerti dan mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Kedekatan antara ibu dan anak, maksudnya kedekatan antara ibu dan anak

dalam banyak hal terutama pola komunikasi yang baik dan kelancaran

komunikasi antara ibu dan anak.

Setelah banyak melakukan interaksi dan pencarian objek penelitian yang

sesuai, akhirnya peneliti menganggap sepasang ibu dan anak di bawah ini layak

menjadi sasaran penelitian.

Page 34: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

22

Tabel 1.1

Pasangan Sasaran Penelitian

Nama Pendidikan Umur

Ibu: Zubaidah D3(sarjana muda) 40 tahun

Anak: Syarifah Azzahra Kelas 4 SDN 02 Sukaluyu 9 tahun

Pilihan sasaran penelitian jatuh pada pasangan ibu Zubaidah dan anaknya

Azzahra selain dirasa profil mereka memenuhi kriteria juga pada kesedian

keluarga ibu Zubaidah. Sebelumnya peneliti mencoba mengamati dan

berinteraksi awal dengan keluarga ibu Zubaidah dan anaknya seputar masalah

yang diteliti guna mencocokan fokus penelitian dan kriteria sasaran penelitian

yang sudah ditetapkan. Keseluruhan proses pengambilan sasaran penelitian ini

masuk dalam tahapan penelitian pada tahap pra-lapangan.

Page 35: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan lahiriah manusia. Sejak lahir, manusia

telah diberi kemampuan berkomunikasi dengan tahapan dan cara yang berbeda-

beda. Inilah sebanya mengapa selama hidup setiap manusia pasti melakukan

komunikasi, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” yang bersumber

dari kata communis yang memiliki arti sama. Sama disini diartikan sebagai

kesamaan makna. (Effendy,2003:30) jika terdapat dua orang yang saling

berkomunikasi, maka komunikasi tersebut berlangsung dengan baik, selama

terdapat kesamaan makna antara satu sama lainya.

Selain Effendy, masih banyak lagi para ahli komunikasi lainnya

mendefinisikan pengertian komunikasi baik secara luas ataupun dalam arti yang

lebih sempit. Seperti yang disampaikan Geradl M. Miller bahwa komunikasi

terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan

niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku manusia (Devito,1997:231).

Dengan jelas bahwa Gerald membuat pengertian menjadi sempit ketika

dia mengatakan bahwa komunikasi dilakukan untuk perubahan perilaku.

Sementara lain halnya dengan Raymond S. Ross yang mendefinisikan

komunikasi sebagai:

Page 36: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

24

Intentional yaitu, suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna /respon dan pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud komunikator(Mulyana,2001:62).

Komunikasi yang dijelaskan di atas mengisyaratkan pada komunikasi

yang segaja dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Selain komunikasi

dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu, komunikasi juga merupakan

proses pertukaran atau pembentukan makna. Seperti yang dikemukan oleh

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss bahwa komunikasi adalah proses

pembentukan makna di antara dua orang atau lebih (Mulyana,2001:69).

Serupa dengan rekannya di atas Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson

menyebutkan komunikasi sebagai proses memahami dan berbagi makna

(Mulyana,2001:69). Keempat ahli ini menjelaskan esensi komunikasi sebagai

proses pertukaran makna, sementara John R. Wenburg dan William W. Wilmot

sepakat menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu usaha untuk memperolah

makna (Mulyana2001:68). Pengertian-pengertian komunikasi di atas selain

berorientasi pada pertukaran makna, juga berorientasi pada tindakan dengan

tujuan-tujuan tertentu.

2.1.2 Tujuan komunikasi

Joseph A. Devito (1997:30) dalam bukunya “Komunikasi antar

Manusia” menuliskan empat tujuan utama komunikasi yang dilakukan, baik

tujuan yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar. Tujuan-tujuan

komunikasi antara lain:

Page 37: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

25

1. Menemukan.

Maksud dari menemukan ialah menyangkut penemuan diri (personal discovery). Pada saat berkomunikasi dengan orang lain, kita belajar mengenai diri kita sendiri selian juga tentang orang lain.

2. Untuk Berhubungan.

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain. Membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial.

3. Untuk Meyakinkan.

Maksud meyakinkan disini dapat dilihat dari kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebgai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain.

4. Untuk Bermain.

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain. Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain (Devito, 1997:31-32).

Berdasarkan pendapat Devito diatas, kita ketahui bahwa komunikasi

selalu dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Bisa saja keempat tujuan di atas

saling mempengaruhi dan saling mendukung antara tujuan yang satu dengan

tujuan lainnya. Atau keempat tujuan diatas menjadi satu kesatuan dan terjadi

dalam sebuah proses komunikasi sekaligus.

Seperti pada saat melakukan komunikasi, komunikator selain mengenal

komunikan, komunikator juga tanpa sengaja menemukan sebuah motivasi atau

sifat pada dirinya yang kemudian dimanfaatkan untuk lebih mendekatkan diri

pada komunikan dan pada akhirnya mampu meyakinkan komunikan dalam

mengubah nilai, sikap, pendapat bahkan perilaku pada komunikan.

Page 38: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

26

Sebagai pencapaian akhir dari komunikasi seperti dijelaskan di atas,

Effendy kemudian mengemukan tujuan komunikasi antara lain:

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

c. Mengubah perilaku (to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat (to change the society) (Effendy,2003:55).

Tiga dari empat tujuan komunikasi diatas, kemudian dikenal dan di

identifikasikan sebagai efek dari komunikasi, yakni :

1. Efek kognitif, yaitu dampak yang mempengaruhi aspek intelektual,

berupa opini, pendapat, ide dan juga pandangan komunikan.

2. Efek afektif, yaitu dampak yang mempengaruhi perasaan dan

kecendrungan perilaku (sikap) pada komunikan.

3. Efek Behavioral, yaitu dampak yang merujuk pada perubahan perilaku

komunikan.

Dalam proses komunikasi yang dilakukan ibu dan anak, ketiga efek ini

menjadi target, yakni berupa perubahan pemahaman, sikap dan tentunya

perubahan perilaku pada anak sebagai klimaks yang diharapkan terjadi sekaligus

dalam proses komunikasi yang kontinyu.

2.1.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi

Selain memiliki tujuan-tujuan seperti yang dijelaskan di atas,

komunikasi juga dilakukan dengan beberapa fungsi. Beberapa ahli komunikasi

mengungkapkan banyak fungsi berdasarkan perspektifnya. William I. Gorden

Page 39: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

27

salah satu ahli komunikasi yang mengemukan empat fungsi komunikasi yang

kemudian dijelaskan oleh Deddy Mulyana. Yang mana keempat fungsi

komunikasi itu antara lain:

1. Komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

2. Komunikasi ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain. Namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

3. Komunikasi ritual

Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif, melaui acara-acara ritual tertentu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus seperti berdoa (sholat), lebaran adalah komunikasi ritual.

4. Komunikasi instrunmental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, dan keyakinan dan merubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga menghibur. Maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif) (Mulyana,2001:5-30).

Fungsi komunikasi instrumental merupaka komunikasi yang yang

mempunyai tujuan yang semuanya merujuk pada sifat persuasif. Dengan

demikian komunikasi persuasi mencakup pada wilayah komunikasi bertujuan

yang luas cakupannya.

2.1.4 Unsur-Unsur Komunikasi

Proses komunikasi terjadi setelah memenuhi beberapa unsur dalam

komunikasi. Sedikitnya dalam proses komunikasi terdiri atas 3 unsur yakni:

Page 40: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

28

1. Komunikator

Disebut juga sebagai sumber atau orang yang menyampaikan pesan.

Komunikator dalam jenis komunikasi tertentu bisa juga menjadi komunikan.

2. Komunikan

Komunikan ialah orang yang menerima pesan dari komunikator atau sumber

komunikasi. Dalam jenis komunikasi tertentu komunikan juga dapat berperan

ganda, yakni merangkap sebagai komunikator.

3. Pesan

Pesan merupakan sekumpulan simbol atau lambang yang memiliki arti.

Pesan dapat berupa simbol-simbol atau lambang-lambang secara verbal dan

juga non verbal.

Selain tiga unsur komunikasi diatas, dalam proses komunikasi juga

ditemui beberapa unsur penting lainnya yang menunjang terciptanya komunikasi

yang efektif. Para ahli menetapkan unsur-unsur komunikasi lainnya sebagai satu

kesatuan dari proses komunikasi. Unsur-unsur tersebut antara lain:

1. Media

Media merupakan alat dan sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan

dari komunikator pada komunikannya.

2. Efek (pengaruh)

Merupakan bentuk dini dari hasil proses komunikasi. Pengaruh atau efek juga

tidak kalah penting dari unsur komunikasi lainnya karena melalui efek

Page 41: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

29

komunikasi kita dapat melihat dan mengetahui hasil komunikasi yang kita

lakukan.

3. Umpan Balik

Biasa juga disebut feedback, yaitu informasi yang dikirimkan balik

kesumbernya (Clement&Frandsen,1976). Berupa tanggapan atau reaksi dari

komunikan terhadap pesan yang telah disampaikan oleh komunikator. Umpan

balik terbagi dua jenis , pertama umpan balik secara langsung dan kedua umpan

balik yang tertunda. Berdasarkan umpan balik ini, pembicara dapat

menyesuaikan, memodifikasi, memperkuat, mengubah isi atau bentuk pesannya

(Devito,1997:104).

4. Hambatan atau Gangguan

Berupa hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak berjalan

dengan lancar dan dapat mendistorsi tujuan dari komunikasi sehingga

menimbulkan kesalah pahaman dalam proses komunikasi.

2.2 Komunikasi Persuasi Dalam Tatanan Komuniaksi Antarpribadi

2.2.1 Tinjauan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk atau jenis

komunikasi. Dimana komunikasi antarpribadi juga dikenal dengan komunikasi

antarpersona. Devito menyebutkan komunikasi antarpribadi dalam bukunya

“The Interpersonal Communication Book” sebagai:

Page 42: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

30

The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback.

(Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan diantara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika) (Effendy, 2003:60).

Sesuai dengan definisi yang disampaikan Devito, komunikasi

antarpribadi memang merupakan komunikasi yang bersifat dialogis dengan

melibatkan dua orang atau dikenal sebagai komunikasi diadik. Seperti

komunikasi yang dilakukan ibu dan anak, dengan maksud dan tujuan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Sifat komunikasi antarpribadi yang dialogis ini

kemudian menjelaskan mengapa umpan balik dalam komunikasi antarpribadi

yang disebutkan oleh Devito merupakan umpan balik seketika.

Komunikasi antarpribadi juga lekat dan lebih dikenal dengan komunikasi

tatap muka, meskipun perkembangan teknologi akhirnya mulai mematahkan

pendapat yang demikian. Namun apapun bentuk komunikasi antarpribadi tidak

menyurutkan keampuhan komunikasi antarpribadi dalam mencapai tujuan

komunikasi. Karena dinilai sebagai komunikasi yang paling efektif dalam

mencapai tujuan komunikasi yakni, mengubah sikap, kepercayaan, opini dan

perilaku komunikan, maka komunikasi antarpribadi sering kali dipergunakan

untuk melancarkan komunikasi persuasif.

Liliweri menyebutkan ciri dari Komunikasi antarpribadi adalah kegiatan

komunikasi harus selalu mengandung tindakan persuasi (Liliweri1997:40).

Inilah yang kemudian melekatkan banyak elemen komunikasi antarpribadi yang

bersinggungan dengan elemen komunikasi persuasi. Bahkan komunikasi

persuasi biasanya hadir dalam komunikasi antarpribadi. Apalagi bentuk

Page 43: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

31

komunikasi intensif yang dilakukan oleh ibu dan anak, dapat dipastikan bahwa

komunikasi antarpribadi yang memegang peran penting pada hubungan ibu dan

anak, serta menjadi salah satu media pendidikan yang dilakukan ibu pada anak.

Kenneth & Anderson menyebutkan komunikasi persuasi sebagai proses

komunikasi antarpesona(Effendy,1983:103), ini berarti komunikasi persuasi

yang dilakukan ibu dan anak sudah jelas berada dalam situasi komunikasi

antarpribadi yang dialogis dan tatap muka. Semua unsur atau elemen

komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak ini merupakan unsur dan

elemen komunikasi antarpribadi.

2.2.2 Komunikasi Persuasi Dalam Komunikasi Antarpribadi

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Persuasi

Sebelum mengetahui lebih lanjut dan dalam komunikasi persuasi ada

baiknya kita ketahui dahulu apa sebenarnya persuasi itu. Jika ditelaah dari asal

kata persuasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yakni persuassion.

Yang mana asal kata persuassion berasal dari bahasa latin persuasio yang

memiliki arti ajakan, himbauan, bujukan atau rayuan. Yang kemudian selalu

digunakan oleh orang dalam melakukan komunikasi yang memiliki tujuan

tertentu. Drs. R.A. Sastroputro mendefinisikan persuasi sebagai:

Persuasi merupakan salah satu metode komunikasi sosial dalam penerapannya menggunakan teknik atau cara tertentu, sehingga dapat menyebabkan orang bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati, dengan suka rela dan tanpa merasa dipaksa oleh siapapun (Sastroputro, 1998:246). Selain Sastroputro yang mendefinisikan sebagai metode komunikasi, ada

juga ahli yang menjelaskan persuasi sebagai kegiatan psikologis dalam usaha

Page 44: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

32

mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku orang banyak (Roekomy,

1992:2).

Dalam upaya pembentukan perilaku ibadah yang dilakukan oleh ibu pada

anak, persuasi dipilih sebagai upaya menggugah anak agar melaksanakan

ibadah atas keinginan anak sendiri tentu berdasarkan pemahamannya atas ibadah

itu sendiri. Jika didekatkan pada dua definisi diatas maka terlihat jelas bahwa ibu

melakukan upaya atau teknik membentuk perilaku ibadah anak dengan

mempengaruhi psikologis anak sehingga melaksanakan ibadah sengan senang

hati dan suka rela sebagai wujud dari pemahaman anak atas ibadah.

Karena peran persuasi mengubah pengetahuan, sikap, dan atau tingkah

laku seseorang adalah mirip dengan proses pendidikan dan berarti merupakan

tujuan umum dari komunikasi (Whalen,2005:61). Maka persuasi kerap

disandingkan dan menjadi bagian dari komunikasi. Sehingga komunikasi

persuasi telah menjadi satu kesatuan dalam upaya menyukseskan tujuan

seseorang melakukan komunikasi.

Secara jelas telah diketahui makna persuasi baik secara etimologis

maupun uraian para ahli, sehingga sudah sedikit tergambarkan pengertian dari

komunikasi persuasi. Baik para ahli komunikasi maupun bukan ahli komuniaksi

mendefinisikan komunikasi persuasi sesuai dengan pemahaman dan konteks

komunikasi persuasi yang diketahui dan diyakininya. . Salah satunya

komunikasi persuasi dikemukan oleh Kenneth & Anderson diterrjemahkan oleh

Effendy sebagai:

Proses komunikasi antarpersona dimana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diingikan komunikator (Effendy, 1981:103).

Page 45: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

33

Pengertian di atas memperkuat dan sangat sesuai dengan kegiatan

komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak dengan tujuan terbentuknya

perilaku beribadah pada anak, yakni sebuah aktivitas komunikasi antarpersona

yang menggunakan simbol tertentu yang akan mempengaruhi pemahaman anak

pada ibadah, sehingga nantinya diharapkan anak mampu melaksanakan ibadah

sesuai keinginan ibu dan kesadaran anak.

Sesuai dengan definisi di atas, ibu sebagai komunikator akan kerap kali

menggunakan lambang-lambang yang biasa disebut pesan dalam mempengaruhi

kognisi anak, yakni pemahaman anak pada makna sholat fardhu lima waktu dan

juga aktifitas baca Al Quran sebelum kemudian mampu melaksanakannya

dengan konsisten. Upaya ibu dalam mempengaruhi dan membentuk perilaku ini

merupakan sebuah kegiatan komunikasi yang mengharuskan ibu sebagai

komunkator memahami dan melakoni terlebih dahulu ibadah sebelum mengikut

sertakan anaknya.

Namun proses ini jelas tidak mudah karena menyangkut kontribusi ibu

yang sangat besar sebagai komunikator dengan kredibilitas yang sempurna di

mata anak. Sepaham dengan yang dikutip Jalaludin Rakhmat atas kegiatan

komunikasi persuasi menurut Aristoteles tetang pentingnya karakteristik

komunikator, yaitu:

Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik dari pada orang lain : ini berlaku pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar pendapat penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuasaan persuasinya: sebaliknya karakteristiknya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya (Rakhmat 2001:255)

Page 46: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

34

Melalui kutipan Rakhmat di atas, dapat disimpulkan peran penting

seorang komunikator atau persuader dalam keberhasilan komunikasi persuasi.

Peran penting ibu kembali menjadi perhatian dalam kaitannya memilih metode

persuasi dalam membentuk perilaku beribadah anak yang notabene tugas

penting ibu dalam terus membina akhlak dan aqidah anak. Barangkali kedekatan

dan hubungan emosional antara ibu dan anak merupakan salah satu faktor

penting dalam keberhasilan komunikasi persuasi yang dilakukan ibu.

2.2.2.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi Persuasi

Ada beberapa prinsip-prinsip komunikasi persuasi yang dikemukan Dedy

Jamaludin dalam bukunya Komunikasi Persuasif antara lain:

1. Prinsip Identifikasi Kebanyakan orang mengabaikan ide, opini atau sudut pandang sekalipun diketahuinya. Betul bila hal-hal tersebut mempengaruhi hasrat, rasa, harapan dan aspirasi pribadinya. Pesan yang disampaikan harus anda susun dengan memperhatikan kepentingan khalayak.

2. Prinsip Tindakan Orang jarang menerima gagasan yang terpisah dari tindakan, bila tindakan yang diambil oleh penganjur ide maupun tindakan yang diyakini bisa membuktikan kebenaran ide itu, sekalipun sarana tindakan diberikan, orang cendrung menganggap enteng imbauan untuk mengerjakannya.

3. Prinsip Familiaritas dan Kepercayaan Kita hanya menerima ide yang disampai orang yang kita percayai. Orang yang mempengaruhi kita atau hanya mengambil opini dan sudut pandang yang disampaikan individu, perusahaan atau lembaga yang kita anggap terpecaya. Sekalipun pendengar mempercayai pembicara, dia mungkin tidak mendengar dan mempercayai.

4. Prinsip kejelasan situasi harus jelas bagi kita, tidak membingungkan. Hal-hal yang diatas, dibaca, atau didengar yang membentuk kesan-kesan haruslah jelas. Bukan hal memungkin munculnya berbagai interpretasi. Orang cendrung melihat sesuatu sebagai hitam putih untuk berkomunikasi, anda harus menggunakan kata-kata, simbol-simbol dan stereotip-stereotip yang dipahami dan mendapat respon pendengar (Malik,1994:132-133).

Page 47: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

35

Keempat prinsip di atas dalam aplikasinya sehari-hari dapat berbeda-

beda sesuai dengan tujuan komunikasi persuasi dan konteks komunikasi

persuasi. Prinsip pertama misalnya mengusung ide kejelian seorang persuader

untuk lebih mengetahui komunikan agar lebih efektif proses persuasinya.

Disini ibu sebagai persuader dituntut untuk lebih jeli mengetahui anak

luar dan dalam. Paling tidak pengetahuan ibu tentang anaknya dapat menentukan

langakah-langkah tindakan yang cocok dalam membujuk dan mengarahkan anak

untuk melaksanakan sholat lima waktu serta membaca Al Quran.

Menurut prinsip pertama yang di atas ibu harus menyampaikan pesan-

pesan persuasi yang dapat dimengerti dengan baik oleh anak. Baik dari

penjelasan verbal maupun dengan peragaan atau hal-hal yang non verbal yang

mampu dicerna dan dipahami dengan baik oleh anak. Tidak mudah mungkin

akan menjelaskan bentuk ibadah yang sifatnya mengikat dan wajib tanpa

menunjukkan manfaat nyata bagi seorang anak.

Sementara prinsip yang kemukan Dedy yang kedua merujuk pada

tindakan konkrit dari pesan yang disampaikan persuader. Tentu saja disini ibu

akan bertindak sebagai tauladan dan mentor anak dalam membimbing dan

mengajak anak untuk melaksanakan ibadah. Ini tidak sulit, karena ibu yang

menginginkan anaknya untuk tekun beribadah pastilah ia akan menunjukan

ketekunan ibu beribadah.

Prinsip yang ketiga merupakan prinsip komunikasi persuasi yang

menguntungkan dalam proses komunikasi persuasi ibu dan anak. Tidak

diragukan lagi bahwa hubungan ibu dan anak merupakan hubungan yang paling

hakiki dan hubungan kodrati. Jadi kedekatan antara persuader yang diperani oleh

Page 48: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

36

ibu dengan komunikannya yaitu anak, sudah cukup menguntungkan bagi

keduanya karena kepercayaan yang ada diantara keduanya tidak perlu

dipermasalahkan lagi.

Prinsip komunikasi persuasi yang terakhir ialah kejelasan situasi dan

yang tidak membingungkan. Menghindari munculnya berbagai interpretasi ialah

penting bagi persuader agar tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan yang

diharapkan. Dalam upaya ibu mempersuasi anaknya agar tekun beribadah tentu

sebuah tujuan dan upaya yang jelas. Hanya saja maksudnya disini kondisi yang

dibangun oleh ibu dalam membujuk anaknya agar selalu beribadah khususnya

sholat dan mengaji harus dapat terlebih dahulu dipahami anak sebagai sesuatu

yang baik. Yang pada akhirnya setiap pesan yang disampaikan ibu dapat

dimengerti dan dipahami anak dengan tepat.

2.2.2.3 Hambatan Komunikasi Persuasi

Dalam unsur-unsur komunikasi di atas kita temui gangguan atau hambatan

dalam komunikasi. Khususnya hambatan pada komunikasi antarpribadi yang

bersifat dialogis. Karena komunikasi persuasi yang dibahas merupakan bagian

dari komunikasi antarpribadi maka gangguan atau hambatan komunikasi

persuasi dapat berupa hambatan atau gangguan yang juga ada pada komunikasi

antarpribadi. Hambatan dan gangguan yang muncul dapat menggeser dan

mengagalkan tujuan-tujuan dari komunikasi persuasi yang dilakukan oleh ibu.

Effendy (2003:46) mengklasifikasikan gangguan berdasarkan sifatnya menjadi

dua bagian, yaitu:

Page 49: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

37

a. Gangguan Mekanik, yang dimaksud gangguan mekanik ialah: gangguan

yang berupa suara-suara kegaduhan yang membuat komunikasi tidak

berjalan sebagaimana mestinya.

b. Gangguan Sematik, yaitu gangguan yang menyangkut isi pesan yang

disampaikan berupa pemakaian kata-kata, istilah yang menimbulkan

salah paham dan salah pengertian.

2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam

Dalam komunikasi kita mengenal beberapa prinsip komunikasi yang

dikemukan oleh para ahli komunikasi, demikian juga dalam agama Islam yang

mengatur setiap detail umat manusia di muka bumi ini. Islam juga mengenal

prinsip etika dalam berkomunikasi. Ada enam etika prinsip komunikasi yang

dipaparkan Djamarah dibawah ini antara lain:

a. Qawlan Karima (Perkataan yang Mulia) Islam mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam

berkomunikasi kepada siapa pun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam Al Quran yang berbunyi:

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaknya kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai umur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS.Al-Israa:23) Dalam ayat ini, Allah tidah hanya mengingatkan ajaran tauhid tetapi juga

memerintahkan kepada anak agar berbakti dan bertutur kata yang mulia pada orangnya.

Page 50: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

38

b. Qawlan Sadida (Perkataan yang Benar/Lurus)

Siapa pun menyukai orang yang jujur, karena ia dapat dipercaya untuk mengemban amanah yang diberikan. Tentang perkataan yang benar ini terdapat dalam Al Quran yang berbunyi:

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS.An-Nisaa:9)

Perkataan yang benar dan kejujuran sudah pasti diketahui setiap umat

Islam bahwa itu merupakan salah satu identitas Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulullah dan suri tauladan kita muslim dan muslimah.

c. Qawlan Ma’rufa (Perkataan yang Baik)

Perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas juga menjadi prinsip etika komunikasi dalam Islam, ini tercermin dalam ayat Al Quran dibawah ini:

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiring dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”. (QS.Al-Baqarah:263)

Dalam ayat diatas Allah memperingatkan bahwa perkataan yang baik

atau pantas dan pemberian maaf lebih baik dari pada pemberian sedekah yang diiringi dengan perkataan yang menyakitkan hati penerima. d. Qawlan Baligha (Perkataan yang Efektif/Keterbukaan)

Dalam konteks komunikasi, frase ini dapat diartikan sebagai komunikasi yang efektif. Pengertian didasarkan pada pengertian atas “perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” yang terdapat dalam Al Quran:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,

Page 51: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

39

dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS.An-Nisaa:63)

Ayat di atas memberikan isyarat bahwa komunikasi itu efektif bila

perkataan yang disampaikan itu berbekas pada jiwa seseorang. Dalam komunikasi keluarga berbekas di jiwa itu penting. e. Qawlan Layyina (Perkataan yang Lemah Lembut)

Islam mengajarkan komunikasi yang lemah lembut kepada siapa pun. Dalam keluarga, orang tua sebaiknya berkomunikasi pada anak dengan cara lemah lembut, jauh dari kekerasan dan permusuhan. Dengan menggunakan komunikasi yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat pada anak. Juga ia berusaha menjadi pendengar yang baik. Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam Al Quran berbunyi:

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS.Thaahaa:44)

f. Qawlan Maisura (Perkataan yang Pantas) Dalam komunikasi, baik lisan dan tulisan, dianjurkan untuk mengunakan

bahasa yang mudah, ringkas dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al Quran ditemukan istilah qawlan maisura yang merupakan salah satu tuntutan untuk melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan. Seperti pada ayat dibawah ini:

Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah pada mereka ucapan yang pantas”. (QS.Al-Israa:28)

Komunikasi yang baik lagi menyenangkan membuahkan kerinduan

dalam keakraban hubungan antara anak dan orang tuanya dalam sebuah keluarga (Djamarah, 2004:105-114).

Enam prinsip etika komunikasi yang dikemukan Djamarah di atas sangat

menggambarkan betapa Islam memiliki rujukan dan anjuran bagi setiap umatnya

untuk menjaga tutur kata dalam berkomunikasi. Sangat jelas tergambar dan

terpapar di atas bahwa komunikasi yang dilakukan pada siapa pun, baik dalam

Page 52: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

40

keluarga antara orang tua dan anak, tapi juga pada orang-orang yang diluar

lingkungan keluarga.

Etika komunikasi Islam ini terkadang dilupakan oleh banyak orang

khususnya umat Islam, yang sebenarnya jika dilakukan dapat memperkecil

kesenjangan antara kaya dan miskin, tua dan muda serta pintar dan bodoh.

Diperlukannya dan dianjurkannya komunikasi persuasi dalam kehidupan umat

islam membuat kita harus benar-benar menerapkan dalam setiap kegiatan

berkomunikasi dalam hidup kita.

Terutama pada aplikasi komunikasi dalam keluarga, karena proses

identifikasi yang berlangsung dalam keluarga membuat pentingnya nilai-nilai

kebaikan tumbuh dan berkembang dalam keluarga. Komunikasi persuasi yang

mulai diterap dalam membentuk perilaku beribadah pada anak diharapkan

kemudian menumbuhkan bibit-bibit toleransi yang besar pada diri anak.

2.3.1 Komunikasi Persuasi Dalam Perspektif Islam

Komunikasi persuasi kita kenal sebagai kebalikan dari komunikasi

koersif, yang mana komunikasi koersif sendiri diartikan oleh Phillip L. Husanker

dan Anthony J. Alessandra sebagai seni atau cara dalam berkomunikasi yang

menampilkan emosi, lewat suara dan gerak-gerik tubuh yang membuat

komunikan merasa takut, tunduk dan patuh (Effendy,1986:62).

Dengan demikian komunikasi persuasi merupakan cara komunikasi yang

tentunya bertolak belakang dari komunikasi koersif yang dijelaskan di atas.

Agama Islam mengatur segala tindak-tanduk dan pergerakan umat manusia

dimuka bumi, termasuk dalam hal mempengaruhi orang lain. Banyak tahapan

Page 53: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

41

dan cara yang diperkenalkan oleh agama Islam dalam mengajak dan

menghimbau orang untuk berbuat kebajikan dan beribadah.

Tentu salah satunya ialah metode komunikasi persuasi, yang kerap

diidentikkan dengan rayuan dan bujukan dengan menggunakan pesan-pesan

yang lebih santun dan manusiawi. Berkaitan dengan pesan yang disampaikan,

lebih tepatnya pesan-pesan verbal, didalam Al Quran menjelaskan bagaimana

ucapan dapat diperhalus melalui ayat dibawah ini yang:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimah yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan menjulang kelangit. Pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan- perumpamaan itu kepada manusia agar selalu ingat.” (QS.Ibrahim 14:24-25).

Dari kutipan ayat Al Quran di atas, secara eksplisit dapat kita pahami

bahwa Islam mengajarkan perumpaan-perumpaan kalimat yang baik dalam

berkomunikasi. Ini tentu saja menunjukan pada kita bahwa ujar dan tutur kata

yang santun merupakan bagian keimanan kita sebagai umat Islam. Ditambah

lagi dengan sikap dan perilaku Nabi besar kita Muhammad Rasulluah Saw yang

selalu menunjukkan dan mengajarkan akan kesopanan dan kebaikan dalam

segala aspek, apalagi dalam kaitannya mendidik dan membina anak.

Dalam kaitannya dengan kewajiban ibu mengajarkan dan membina

anaknya beribadah, Islam juga menganjurkan pada orang tua khususnya ibu

Page 54: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

42

untuk mengajarkan sesuatu dengan baik-baik pada anak-anaknya. Djamarah

(2004:29) mengutip hadist yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq Sa’id bin

Mansur tentang sabda Rasulullah saw :

“Ajarkanlah kebaikan pada anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan

budi pekerti yang baik” (HR.Bukhari&Muslim)

Dalam hadist lainnya yang dikutip Djamarah (2004:29) berasal dari Ibnu

Abbas r.a, Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersada:

“Diantara hak orang tua terhadap anaknya adalah mendidiknya dengan

budi pekerti yang baik dan memberikan nama yang baik” (HR.

Bukhari&Muslim).

2.4 Hubungan Ibu dan Anak Dalam Menbentuk Perilaku Beribadah

Pada Anak

2.4.1 Tinjauan Tentang Ibu

Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil yang di dalamnya terdapat

bagian dan anggota yang terikat pertalian darah dan bukan. Sebagai institusi,

keluarga memiliki tanggung jawab - tanggung jawab pada semua aspek

kehidupan. Termasuk pada fungsi pendidikan dan fungsi religius.

Terkait pada tanggung jawab dalam kehidupan dan juga keluarga, sebuah

hadist yang dipercaya menuliskan mengapa kemudian kita harus bertanggung

jawab atas sesuatu dalam hidup kita. Terlebih tanggung jawab yang dipegang

oleh orang tua sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga. Hadist yang tercatat

dalam panduan hadist umat Islam berbunyi sebagai berikut:

Page 55: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

43

“Kalian semua adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya, seorang pejabat adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suami dan anak-anaknya, dan kalian semua adalah pemimpin dan kalian akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadist di atas ditujukan pada setiap manusia yang secara kodrati

memiliki tanggung jawab dalam kehidupan pada kapasitasnya masing-masing.

Namun perhatian besar pada hadist di atas diperuntukkan pada tanggung jawab

keluarga khususnya bapak dan ibu. Masih merujuk pada hadist di atas,

diterangkan bahwa seorang istri dan juga ibu memiliki tanggung jawab atas

anak-anaknya, inilah kemudian mengapa peran ibu dalam proses pendidikan

khsususnya pendidikan agama pada anak menjadi sangat signifikan. Karena

menyangkut pertanggung jawabannya yang akan di-hisab pada hari akhir nanti.

Sebelum mengulas lebih dalam peran ibu dalam membentuk kepribadian

dan perilaku anaknya, ada baiknya kita telaah sedikit keistimewaan seorang ibu.

Beberapa ayat suci Al Quran menjelaskan betapa ibu sebagai sosok yang

istimewa bagi semua insan,salah satunya:

Artinya: “Kami perintahkan pada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula), mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan……” (QS.Al-Ahqaaf:15)

Ayat suci Al Quran di atas merupakan rujukan bagi semua umat Islam

dalam menyikapi dan memperlakukan orang tua khususnya ibu dalam kehidupan

sehari-hari. Penghargaan yang begitu tinggi atas ibu juga kemuliaan seorang ibu

yang membuat ibu menjadi bagian dari hidup setiap anaknya termasuk di

Page 56: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

44

dalamnya peran ibu dalam membentuk setiap perilaku anak khususnya perilaku

beribadah.

Selain ayat suci Al Quran yang tak diragukan keberannya di atas, hadist

sahih yang diakui semua umat Islam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

membuat ibu tiga kali lebih diutamakan dari pada ayah. Dimana Rasulullah Saw

menyebutkan ibu sebanyak tiga kali atas pertanyaannya “siapa yang paling

berhak menerima bakti?” setelah tiga kali Rasulullah Saw menyebut ibu, baru

beliau menyebutkan ayah yang kemudian berhak menerima bakti anak

(Hadi,1998:12).

Peran ibu yang komprehensif pada anak tidak berdasarkan atas hal-hal

yang sifatnya kodrati atau lahiriah, tetapi juga pada sifat-sifat utama yang

melekat pada seorang ibu, sifat yang penuh kasih sayang dan perhatian serta

kelembutan yang membuat ibu mengambil banyak tempat dihati anaknya.

Karena sesungguhnya anak merupakan bagian dari ibunya dan kelembutan ibu

lebih kuat pengaruhnya terhadap anak daripada ayah, (Naurah, 2005:16). Itulah

mengapa kapabilitas ibu dalam banyak hal terutama dalam hal keimanannya

menjadi kualitas utama seorang ibu.

Seorang ibu yang shalihah merupakan bibit unggul yang terdapat dalam

rumah karena dialah orang yang lebih banyak berinteraksi dengan anak-anaknya

(Naurah, 2005:16). Kelembutan seorang ibu biasanya akan terwujud dalam tata

cara ibu menanamkan nilai dan membentuk perilaku anak. Sikap yang toleransi

dan perlakuan lemah lembut dan kasih sayang penuh selalu hadir dalam setiap

upaya ibu membentuk perilaku dan menanamkan nilai-nilai.

Page 57: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

45

Kerap kita jumpai upaya ibu mempersuasi anaknya dalam menggiring

anaknya pada kebaikan. Termasuk pada proses komunikasi persuasi yang

digunakan ibu dalam upayanya membentuk perilaku beribadah yang konsisten

pada anak.

2.4.2 Tanggungjawab dan Peran Ibu Dalam Membentuk Perilaku

Beribadah Anak

“Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun, dan

pukullah jika ia tidak shalat pada usia 10 tahun, dan pisahkan tempat

tidur mereka.” (HR Bukhari & Muslim)

Berdasarkan kutipan hadist di atas jelas sekali hadist ini diserukan

khusus bagi para orang tua untuk tekun dan mengerahkan energi penuh untuk

mengajarkan anak sholat. Diberikan tenggang waktu yang sangat panjang

kurang lebih 3 tahun untuk mengajarkan dan membentuk perilaku sholat pada

anak secara lemah lembut dan penuh toleransi.

Ini semakin membuktikan dalam Islam mengajak dengan kebaikan

menjadi prioritas dalam mendidik anak khususnya. Seperti yang selalu diserukan

oleh Islam pada setiap orang, khususnya keluarga dalam mendidik anak untuk

melakukan kebaikan yang akan tercermin dari perilaku orang tua dalam

mendidik anaknya. Orang tua lah yang memegang tanggung jawab atas semua

pendidikan sholat dan perbuatan kebaikan lainnya, seperti pada kutipan ayat Al

Quran ini yang mempertegas perintah sholat yang harus diterapkan pada anak,

berbunyi sebagai berikut:

Page 58: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

46

Artinya:

“Hai anakku, dirikan sholat dan suruhlah (manusia mengerjakan yang baik) dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah Swt)” (QS. Luqman:17).

Al Quran memang sudah seharusnya diajarkan pada anak-anak agar di

kemudian hari Al Quran dapat menjadi tuntunan bagi kehidupannya kelak.

Kewajiban mengajarkan Al Quran pada anak-anak sudah pasti pertama di

pegang oleh orang tua. Sebab itulah ibu khususnya disini sudah sejak awal harus

menerapkan aktivitas membaca Al Quran sebagai ibadah rutin yang sama hal

nya dengan sholat.

Menjadikan aktivitas membaca Al Quran sebagai ibadah yang akan

dilaksanakan anak dengan atau tanpa dorongan dari ibu. Akan lebih baik lagi

jika anak memahaminya dan melaksanakannya berdasarkan keinginannya

sendiri. Itu sebabnya anak perlu mengetahui bahwa paling tidak membaca Al

Quran merupakan keharusan bagi umat Islam, lebih baik lagi jika hafal dan

memahami isinya dengan baik. Keharusan akan berpegang pada Al Quran

banyak hadir dalam ayat-ayat Al Quran sendiri diantaranya:

Artinya: “kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan paranya: petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS.al-Baqarah:2)

Artinya: “kami turunkan kepadamu Alkitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS.an-Nahl:89)

Page 59: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

47

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab (Al Qu’an) dan dirikanlah sholat” (QS.al-Ankabuut:45.)

Selain perintah yang membaca dan menjadikan Al Quran pegangan ilmu,

Rasulullah Saw juga menyampaikan kemuliaan akan mengajari dan mempelajari

Al Quran. Dimana menurut sabda Nabi Muhammad Saw bahwa:

"Ajarkanlah anak-anak kamu tiga perkara: Mencintai Nabi kamu, dan mencintai keluarganya serta membaca al-Quran. Sebab para pembaca al-Quran berada di sisi Arasy Allah bersama-sama para anbiya'Nya dan ashfiya'Nya pada hari tiada naungan melainkan naungan Allah sahaja." (HR.Bukhari&Muslim)

“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkan kepada orang lain” (HR.Bukhari&Muslim).

Mengajarkan atau memberikan pemahaman akan pentingnya belajar Al

Quran memang selayaknya di mulai dari keluarga, apabila kedua orang tua

merasa tidak berkemampuan mengajarkannya atau merasa lebih baik

menyerahkan pelajaran membaca Al Quran pada orang yang lebih mahir,

pemahaman akan pentingnya Al Quran tetap berada pada peran orang tua

khususnya ibu. Sebuah tanggung jawab dunia dan akherat yang terletak di

tangan orang tua lagi lebih spesifiknya seorang ibu.

2.4.3 Tinjauan Tentang Anak

Sesungguhnya anak merupakan anugrah sebagai penerus keturunan

orang tuanya. Pada anak juga di berikan jalan-jalan untuk mendatangkan pahala

yang banyak dan juga dosa yang banyak. Tanggung jawab ini lah yang

Page 60: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

48

kemudian membuat orang tua ekstra hati-hati dalam mendidik dan membentuk

kepribadian anak.

Sebagai anggota keluarga, anak merupakan anggota yang kecil

partisipasinya dalam menentukan sebuah pilihan. Tentu saja sesuai dengan porsi

anak yang belum dapat dengan baik berfikir mana yang baik dan mana yang

benar. Perkembangan jiwa dan kepribadian anak bergantung pada peran orang

tua dan anggota keluarga lainnya. Seperti yang disampaikan Dra. Kartini

Kartono mengatakan sebagai berikut :

Keluarga memberikan pengaruh yang menentukan bagi pembentukan watak dan kepribadian anak. Keluarga sebaga unit sosial terkecil yang memberikan stempel dan fondasi dasar bagi perkembangan anak. Maka tingkah laku psikotis atau kriminal dari orang tua atau salah satu dari anggota keluarga, bisa memberikan pengaruh yang menular dan infeksius kepada lingkungannya, khususnya kepada anak-anak : (Kartini Kartono dalam Daradjat, 1990). Dari uraian pendapat ahli psikologis di atas memaksa orang tua harus jeli

dan teliti dalam membesarkan anak-anak mereka. Termasuk pada pola asuh dan

pola komunikasi yang diterapkan orang tua. Seperti dikatakan di atas, bahwa

tingkah laku orang tua memberi pengaruh pada perkembangan anak. Termasuk

di dalamnya menerapkan metode yang tidak memaksakan kehendak orang

tuanya. Mendidik anak dengan metode yang memberikan kebebasan terkontrol

pada anak. Seperti yang disampail Amirul Mu’minin Sayyidina Ali bin Abi

Thalib:

“Janganlah engkau memaksakan anak-anakmu sesuai dengan

pendidikanmu, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman

yang bukan zaman kalian” (al-Ha’iri,2004:153).

Page 61: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

49

Orang tua yang telah memikul begitu banyak tanggung jawab dan

peranannya pada anak, harus didukung kesadaran dan kewajiban anak pada

orang tuanya. Bahwa berlaku baik dan mematuhi orang tua merupakan sedikit

kewajiban anak pada orang tuanya. Selaku anak yang masih dalam tanggung

jawab orang tuanya, seorang anak memiliki kewajiban yang mutlak untuk

menghormati, mencintai serta berbakti pada orang tuanya, khususnya ibu disini.

Kewajiban lainnya adalah patuh pada orang tua dan melaksanakan

perintah atau memenuhi keinginan ibunya. Kewajiban anak yang masih dalam

usia sekolah dasar memang masih seputar hormat dan patuh pada ibunya.

Namun kepatuhan dan rasa hormat anak merupakan sebuah tanggung jawab

besar bagi seorang anak karena harus mengikuti segala perintah dan keinginan

orang tuanya yang belum tentu sesuai dengan keinginan anak. Kewajiban anak

ini harus dibarengi dengan peranan dan tanggung jawab ibu yang penuh pula.

Sehingga kelak akhlak dan perilaku beribadah anak menjadikan ciri dari

kepribadian anak yang islami.

Pendidikan anak memang memerlukan banyak energi, ilmu serta waktu

agar mencapai tujuan yang relatif berhasil dalam berbagai aspek. Perhatian dan

usaha penuh pada proses pendidikan anak khususnya pendidikan agama dan

moralnya sebagai bekal kepribadian yang kuat saat dewasa merupakan tugas

orang tua khususnya ibu. Seperti puisi yang kerap dikutip oleh para penulis buku

yang menggambarkan begitu pentingnya metode dan cara mendidik dalam

pendidikan anak baik secara mental, spiritual dan tingkah laku anak. Puisi

berjudul Children Learn What They Live hasil karya Dorothy Law Nolte, yang

berbunyi:

Page 62: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

50

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar

menemukan cinta dalam kehidupan (Ekomadyo,2005:1). Demikian jelasnya puisi di atas menggambarkan setiap metode yang

dilakukan dalam mendidik dan membesarkan anak akan mempengaruhi anak

dalam proses pebelajarannya. Metode persuasi yang diterapkan ibu dalam

membentuk perilaku anak ini juga dimaksukkan untuk membantu anak belajar

dengan sebuah iklim demokrasi dalam keluarga dan memberikan pelajaran pada

anak untuk tidak memaksakan kehedak dalam mencapai tujuan yang ia inginkan.

Page 63: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian kualitatif

Metodologi dalam sebuah penelitian merupakan kerangka yang

menyatukan objek, data, serta peneliti dalam sebuah penelitian, sehingga pada

akhirnya menemukan hasil yang tentunya valid dan bermanfaat. Lebih tepatnya

disebutkan Bogdan dan Taylor (1975) bahwa metodologi sebagai proses, prinsip

dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban

(Mulyana,2002:145). Selanjutnya Mulyana menambahkan dengan ungkapan

lain, metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian

(Mulyana,2002:145). Karena peran signifikan metodologi dalam penelitian,

maka peneliti harus cermat dalam memilih dan menggunakan metode penelitian.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu;

“penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis

simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, fenomenologis, studi kasus,

interpretatif, ekologis, dan deskriptif”. (Bogdan dan Biklen dalam Moleong,

2004)

Metode penelitian kualitatif yang juga dikenal sebagai metode penelitian

naturalistik, yang mampu melukiskan secara sistematik fakta yang ada secara

faktual, penelitian kualitatif bukanlah mencari suatu kebenaran mutlak.

Pendirian kualitatif mengakui adanya “dunia luar” akan tetapi itu tidak dapat

dikenal sepenuhnya secara mutlak. Ia melihat dunia itu dari segi pandangannya,

Page 64: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

52

atau bisa dari segi pandangan respondennya dan pandangan itu mungkin sekali

ada perbedaan dengan pandangan orang lain (Nasution,1996:6).

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kualitatif, yakni

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Bogdan dan

Taylor dalam Moleong, 2004). Untuk mengkaji lebih dalam terhadap istilah

penelitian kualitatif, maka perlu dikemukakan beberapa definisi. Penelitian

kualitatif disebut juga penelitian naturalistik dikarenakan situasi lapangan

penelitian bersifat “natural” atau wajar sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi,

diatur dengan eksperimen atau test. (Nasution, 2002:18)

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Yin, 2003:5). Oleh karena itu,

yang dilakukan oleh peneliti kualitatif banyak persamaannya dengan detektif

atau mata-mata, penjelajah atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan yaitu

untuk mempelajari manusia melalui pengumpulan data yang banyak. Penelitian

kualitatif bukan mencari “kebenaran” mutlak. Metode penelitian kualitatif

memiliki banyak ciri yang membedakannya dengan penelitian jenis lain.

Ciri-ciri penelitian Naturalistik atau kualitatif, (Nasution, 2003:9) sebagai

berikut:

1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”, peneliti

mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar,

sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.

Page 65: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

53

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian, peneliti adalah “key instrument”

atau alat penelitian utama. Dialah yang mengadakan sendiri pengamatan

atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku

catatan. Walaupun digunakan alat rekaman atau kamera, peneliti tetap

memegang peranan utama.

3. Sangat deskriptif, penelitian ini tidak menggunakan angka atau statistik.

4. Memperhatikan proses maupun produk, memperhatikan perkembangan

terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna, metode ini berusaha memahami sesuatu melalui

kelakuan manusia dalam konteks yang lebih luas.

6. Mengutamakan data langsung, peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk

mengadakan observasi wawancara.

7. Triangulasi, data atau informasi dari satu pihak harus dicek

kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian konteksktual, peneliti mengumpulkan dan mencatat

data yang sangat terinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian

dengan masalah yang diteliti.

9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, jadi

tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya akan tetapi

sebagai manusia yang setaraf.

10. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan

responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari

segi pendiriannya.

11. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.

Page 66: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

54

12. Sampling yang purposif, sampel biasanya sedikit atau dipilih menurut

tujuan (purpose) penelitian.

13. Menggunakan “audit trail”, penelitian diadakannya “audit trail” (trail

ialah mengikuti jejak atau melacak) untuk mengetahui apakah laporan

penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14. Partisipasi tanpa mengganggu, untuk memperoleh situasi yang “natural”

atau “wajar”, peneliti hendaknya jangan menonjolkan diri dalam

melakukan observasi.

15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian, analisis dengan sendirinya

timbul bila ia menafsirkan data yang diperolehnya.

16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Dalam ciri penelitian kualitatif di atas, dalam praktek di lapangan

peneliti mungkin tidak akan menggunakan ciri-ciri penelitian di atas semuanya

akan tetapi dipilih sesuai dengan yang ditemui nantinya di lapangan dan akan

disesuaikan dengan bentuk atau jenis penelitian kualititaf.

Metode penelitian kualitatif dipilih oleh peneliti sesuai dengan beberapa

manfaatnya yang dinilai oleh peneliti mewakili harapan dan keinginan peneliti

dalam penelitian ini. Yang mana manfaat-manfaat yang ada dalam penelitian

kualitatif antara lain:

1. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi

prosesnya.

2. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.

3. Untuk keperluan evaluasi

Page 67: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

55

4. Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah

banyak diketahui (Moleong. 2004:7).

Berdasarkan manfaat-manfaat yang terpapar di atas maka penelitian

kualitatif dianggap sangat cocok dan memenuhi kriteria dalam penelitian yang

dilakukan peneliti dalam melihat beberapa peran dan proses komunikasi persuasi

yang dilakukan ibu dalam menumbuhkan sebuah pemahaman terhadap perilaku

beribadah pada anak, sehingga anak melaksanakan ibadah atas keinginannya dan

kesadarannya sendiri.

3.2 Pendekatan Interaksi Simbolik

Dalam sebuah penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan

merupakan sebuah keharusan, di mana melalui pendekatan penelitian yang

digunakan kita dapat meneliti atau menelahaah sebuah permasalahannya atau

sebuah fenomena berdasarkan sudut pandang dari masalah ataupun dari

perspektif yang tentunya sesuai dengan masalah yang diteliti.

Penelitian kualitatif dikenal memiliki beberapa pendekatan, yang antara

lain fenomenologis, pendekatan etnografi untuk telaah segi kebudayaan,

interaksi simbolik yang dinilai sangat lekat dengan studi komunikasi dan banyak

lagi lainnya. Peneliti memilih menggunakan pendekatan interaksi simbolik pada

penelitian yang melibatkan proses komunikasi persuasi yang berlangsung pada

ibu dan anak dalam membentuk perilaku anak dalam beribadah, karena dilandasi

oleh esensi dari interaksi simbolik itu sendiri yaitu suatu aktivitas yang

merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang

diberi makna (Mulyana,2002:67).

Page 68: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

56

Berangkat dari sinilah kemudian peneliti mencoba meneliti proses

komunikasi persuasi ibu dan anak dalam membentuk perilaku beribadah anak

melalui kacamata atau sudut pandang interaksi simbolik. Yang mana ahli

interaksi simbolik George Herbert Mead menyebutkan bahwa inti dari teori

interaksi simbolik adalah tentang diri (Mulyana,2002:73). Lebih lanjutnya

dijelaskan Mulyana melalui pengalaman Charles H. Cooley bahwa dalam

mengamati perilaku manusia tidak boleh melihat dari luar tetapi harus berupaya

menangkap makna dan definisi yang dianut pihak yang diamati

(Mulyana,2002:75).

Singkatnya interaksi simbolik dapat dijelaskan melalui beberapa premis

dibawah ini:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon

lingkungan, termasuk objek fisik (benda), objek sosial (perilaku

manusia) didasarkan pada makna yang dikandung komponen-

komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak lekat

pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.

3. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke

waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam

interaksi sosial (Mulyana,2002:71-72).

Teori interaksionisme simbolik atau penelitian interaksi simbolik tidak

hanya dibangun oleh ide-ide atau asumsi-asumsi dasar di atas, tetapi penelitian

ini juga dilatarbelakangi oleh dua paradigma yang berbeda yaitu dari paradigma

Page 69: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

57

kuantitatif (dikenal dengan sebutan klasik) dan paradigma kualitatif (dikenal

dengan sebutan konstruktivisme).

Dari banyak asumsi ide mengenai penelitian interaksi simbolik yang

dikemukakan atau dikembangkan oleh para ahli, kemudian peneliti menganggap

asumsi-asumsi yang dikemukan dan dikembangkan oleh Herbert Blumer yang

paling sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Herbert Blumer yang berasal

dari Mazhab Chicago termasuk ke dalam paradigma kualitatif.

Tabel di bawah ialah kutipan Ritzer (1992) dan Bryman (1988) yang

memperlihatkan perbedaan teori interaksi simbolik juga paradigma yang diusung

oleh Blumer dengan Manfrod H. Kuhn yang termasuk pada Mazhab Iowa, yang

mengusung paradigma kuantitatif. Keduanya memperlihatkan ciri dari masing-

masing yang merupakan pembentukan dasar teori interaksi simbolik berdasarkan

dari paradigma yang berbeda.

Table 3.1

Tabel Perbandingan Dua Paradigma Interkasi Simbolik

Teori Interaksi Simbolik versi Blumer / Paradigma Konstruktivis

Teori Interaksi Simbolik versi Kuhn / Paradigma Klasik

Untuk meneliti perilaku

manusia metode yang

digunakan peneliti tidak bisa

digeneralisasikan.

Blumer cendrung

menggunakan introseksi

simpatetik dalam penelitian

perilaku manusia.

Blumer mendorong peneliti

untuk menggunakan intuisinya

sehingga dapat mengambil dari

Kuhn menekankan kesatuan

metode ilmiah, di mana semua

metode ilmiah bertujuan pada

generalisasi.

Kuhn mendorong peneliti

untuk menolak teknik-teknik

yang tidak ilmiah.

Kuhn mendorong peneliti

untuk menggunakan indikator-

indikator perilaku yang tampak

untuk mengetahui apa yang

Page 70: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

58

sudut pandang objek yang

diteliti.

Blumer menerima konsep-

konsep kepekaan yang tidak

terlalu formal dan tidak

menggunakan konsep-konsep

operasional yang lebih ilmiah

untuk mendefinisikan dunia

nyata.

Blumer melihat besarnya

unsur-unsur yang tidak

diprediksikan dalam tindakan

manusia.

Blumer cendrung berfikir

dalam kerangka proses yang

berlangsung dan tidak

berstruktur.

Peneliti cendrung berasumsi

bahwa realitas sosial selalu

berubah dan merupakan hasil

konstruksi sosial yang

berlangsung antara para pelaku

dan institusi sosial.

Perumusan permasalahan yang

akan diteliti mungkin baru

“ditemukan” setelah melakukan

pengumpulan data di lapangan.

Instrument penelitian biasanya

tidak berstruktur pula.

Peneliti kualitatif

berkepentingan untuk

menemukan “suatu kebenaran”

sedang berlangsung dalam

benak para pelaku.

Kuhn lebih menyukai metode

ilmiah tradisional dengan

menggunakan variable-variabel

dan definisi-definisi

operasional yang diteliti.

Kuhn lebih cendrung berfikir

dalam kerangka yang lebih

statis dan berstruktur baik

dalam pentahapan proses

penelitian atau pun instrumen

pengumpulan data yang

dipergunakan.

Peneliti cendrung melihat

realitas sosial sebagai suatu

wujud statis, yang telah jadi

dan bisa diamati pada waktu

tertentu.

Peneliti cendrung terfokus

dalam usaha penemuan

‘kebenaran”, atau the truth,

yang berlaku umum untuk

fenomena yang diteliti.

Hubungan teori dengan data

empirik memberi konfirmasi

bagi teori.

Dalam analisis data,

dipergunakan single level

analysis (hanya pada level

individu saja, atau komunitas

saja).

Page 71: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

59

atau a truth mengenai

fenomena dalam konteks di

mana penelitian dilakukan.

Teori dimunculkan atas dasar

data empirik dan analisis data

yang dipergunakan adalah

mulai level analysis

(mengaitkan analisis pada

level-level berbeda).

(Ritzer, 1992:225-229 dan Bryman, 1988:94)

Blumer mengembangkan teori interaksi simbolik dengan mengemukakan

tiga asumsi dasar. Berdasarkan ide-ide dasar Blumer membantu peneliti

menetukan arah penelitian dan aspek dasar yang ingin diteliti oleh peneliti.

Ketiga pemikiran dasar Blumer tentang interaksi simbolik antara lain:

a. Manusia berperilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki

hal-hal tersebut baginya.

b. Makna hal-hal itu berasal dari, atau muncul dari, interaksi sosial yang

pernah dilakukan dengan orang lain.

c. Makna-makna itu dikelola dalam, dan diubah melalui, proses penafsiran

yang dipergunakan oleh orang yang berkaitan dengan hal-hal yang

dijumpai (Effendy, 2003:394).

Sesuai teori interaksionisme simbolik yang dikemukan Blumer baik pada

asumsi di atas dan pada tabel di atas, maka mendorong peneliti melakukan

penelitian dengan cendrung melihat dari sudut pandang objek penelitian.

Sehingga peneliti memandang perilaku pada ibu Zubaidah dan adik Azzahra

selaku objek penelitian berdasarkan pemaknaannya terhadap ibadah sholat dan

mengaji. Peneliti melakukan penelitian dengan terlebih dahulu membangun

Page 72: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

60

kedekatan dengan objek penelitian. Dengan demikian peneliti secara tidak

langsung menggunakan introseksi simpatetik dalam melakukan pengamatan.

Lebih lanjut apabila dikaitkan pada asumsi Blumer maka kemudian

pemahaman atau makna sholat dan mengaji itu akan dilihat oleh anak

berdasarkan pada interaksi sosialnya. Di sini interaksi sosial lebih sempit karena

terbatas pada keluarganya terutama ibunya. Tentunya perilaku beribadah

keluarga terutama ibu akan menjadi landasan anak dalam menemukan makna

ibadah. Sehingga penting dilihat di sini sejauh mana ibu memberikan contoh-

contoh konkrit dalam menjelaskan ibadah pada anak.

Kemudian kita akan menemukan asumsi Blumer yang berkaitan pada

anak setelah anak cukup melihat seputar ibadah yang dijumpai. Yang pada

akhirnya anak kemudian membuat makna ibadah berdasarkan pemahaman dan

kepentingan ibadah pada dirinya. Hal ini akan berperan penting dikemudian hari

pada saat anak akan melaksanakan ibadah sholat dan mengaji. Bagaimana ia

memandang sholat dan mengaji sebagai sebuah tanggung jawab, kewajiban,

kebutuhan atau hanya sekedar pemenuhan kepatuhan anak pada ibu dan yang

juga sebenarnya merupakan sebuah beban baginya, ataupun dapat menemukan

kemungkinan lainnya.

Berdasarkan pemahaman interaksionisme simbolik khususnya yang

dianut oleh Blumer, membantu peneliti melihat bagaimana ibadah dimaknai oleh

anak berdasarkan interaksi dan komunikasi dengan ibunya. Sehingga

berdasarkan makna yang ada pada anak dapat membentuk perilaku ibadah yang

konsisten.

Page 73: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

61

Makna ibadah yang ada pada anak akan berpengaruh pada perilaku

beribadahnya, karena menurut Blumer perilaku seseorang dipicu dari bagaimana

ia memandang sesuatu. Jadi apabila anak memandang bahwa sholat dan mengaji

sebuah kewajiban yang harus dijalani dengan atau tanpa alasan yang jelas, maka

anak akan melaksanakan sholat dan mengaji berdasarkan pandangan atau makna

yang ada dalam dirinya.

Lebih lanjut, Blumer menegaskan bahwa tindakan manusia adalah

bertujuan, untuk mewujudkan apa yang ada dalam pikirannya

(Mulyana,2002:153). Di sini apabila dikaitkan pada upaya ibu dalam

membentuk perilaku beribadah anak, pemahaman ibu dan makna yang ada pada

ibu atas ibadah sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan proses

komunikasi persuasi.

Apa yang dilakukan ibu dalam membentuk perilaku sholat dan mengaji

merupakan refleksi dari pemikiran ibu atas sholat dan mengaji baik sebagai

murni ibadah yang harus dilakukan individual ataupun juga sebagai tanggung

jawabnya dalam menanamkan nilai ibadah juga perilaku ibadah pada anaknya.

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang digunakan peneliti merupakan tahapan

penelitian kualitatif pada umumnya. Menurut Moleong (2004:127), ada tiga

tahap umum dalam penelitian kualitatif, yaitu antara lain:

1. Tahap Pra-lapangan

Merupakan persiapan awal sebelum peneliti mengambil dan

mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dalam tahap pra-lapangan

Page 74: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

62

ini ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum terlibat banyak

dengan sasaran penelitian yang juga bertindak sebagai informan dalam

penelitian ini. Tahap pra-lapangan digunakan oleh peneliti dalam

mendekatkan diri dan membangun interaksi dengan sasaran penelitian

dengan melakukan beberapa kontak awal seperti dijabarkan dibawah ini:

a. Pemilihan dan penetapan sasaran penelitian / informan.

Setelah peneliti menetapkan kriteria pasangan ibu dan anak yang

menjadi objek penelitian, dan men-survey beberapa keluarga sebagai

pasangan ibu dan anak yang dikenal peneliti. Yang mana kriteria dari

pasangan ibu dan anak yang dijadikan sebagai objek penelitian antara

lain; berasal dari keluarga yang Islami sehingga ibu paling tidak

memiliki pemahaman akan ibadah relataif baik, selanjutnya tingkat

pendidikan formal ibu yang sampai pada pendidikan tinggi yang akan

berimplikasi pada pola pikir ibu dalam mendidik anaknya. Kriteria

ketiga yaitu kedekatan hubungan ibu dan anak serta kelancaran

berkomunikasi keduanya. Dari ketiga Kriteria di atas maka peneliti

mencocokkan dan menetapkan ibu Zubaidah dan adik Azzahra

sebagai objek penelitian

b. Meminta kesediaan dan keizinan informan sebagai objek atau sasaran

penelitian.

Peneliti mulai melakukan pendekatan awal dengan keluarga bapak

H. Ir. Said Abdurahman sebagai kepala keluarga, ibu Zubaidah dan

anaknya sebagai objek penelitian. Meminta bantuan mereka dengan

bersedia dijadikan objek penelitian. Dan meminta waktu serta ruang

Page 75: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

63

yang cukup bagi peneliti untuk banyak berinteraksi dengan pasangan

objek penelitian.

c. Orientasi dengan sasaran atau objek penelitian.

Proses orientasi ini merupakan proses di mana peneliti membangun

situasi dan suasana yang kekeluargaan dengan ibu Zubaidah dan adik

Azzahra sebelum memulai penelitian. Proses di mana sebelum

mengumpulkan data-data melalui wawancara dan observasi, peneliti

mencoba lebih mengenal dan dekat dengan mereka agar leluasa

dalam mendapatkan data sesuai dengan kepentingan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan merupakan sebuah tahapan di mana

peneliti mengumpulkan data-data primer dari informan yang dilakukan

dengan terlibat langsung dengan informan dan juga sasaran penelitian.

Dalam tahap ini peneliti berperan serta dalam dalam mengumpulkan

data. Di sini peneliti sudah mulai terlibat secara intensif dalam

mengumpulkan data dan membangun kedekatan sehingga dengan leluasa

peneliti dapat mengamati dan bertanya dengan pasangan ibu dan anak.

Dalam tahap ini lah peneliti dengan intensif mendapatkan data-data dari

pasangan ibu dan anak melalui keseharian mereka dalam beribadah dan

bentuk serta proses komunikasi yang berlangsung. Tahap ini tidak

ditetapkan batasan waktu, karena tahap pekerjaan lapangan merupakan

tahap di mana peneliti mengumpulkan data, jadi waktu yang digunakan

sepanjang penelitian dan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Page 76: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

64

3. Tahap Analisis Data

Merupakan tahapan di mana peneliti mengolah dan

menginterpretasikan data yang dikumpul dengan beberapa cara. Tahap

ini lebih pada penjabaran dan penggunaan sumber kepustakaan dalam

menjabarkan hasil pengumpulan data. Dan melalui proses interpretasi

data yang juga akan dianalisis nantinya mendapatkan hasil kesimpulan

penelitian.

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dirancang guna menghindari pembahasan yang

melebar dan keluar dari masalah utama yang diangkat oleh peneliti. Selain itu

fokus penelitian juga di desain untuk memberikan arah yang pasti dalam sebuah

penelitian guna mendapatkan informasi yang jelas, spesifik dan detail.

Memberikan perincian masalah yang akan diteliti dan memfokuskan kegiatan

peneliltian pada suatu area pengamatan dan penelitian yang lebih spesifik. Yang

mana peneliti menetapkan beberapa hal yang menjadi fokus penelitian, yaitu:

1. Perilaku beribadah lebih difokuskan dan dikhususkan pada pelaksanaan

ibadah ritual yang telah diketahui dan dipahami anak usia sekolah dasar.

Spesifiknya ialah sholat wajib lima waktu dan aktifitas belajar membaca

Al Quran yang intensitasnya dibatasi minimal 1 kali seminggu.

2. Konteksnya ibadah disini adalah proses belajar praktek dan pelaksanaan

sholat wajib lima waktu dan aktifitas belajar membaca Al Quran. Tentu

kedua ibadah ini masih dalam tahap belajar bukan pendalaman ataupun

memiliki konsekuensi hukum yang wajib dikerjakan. Karena anak masih

Page 77: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

65

dalam usia belum baligh dan masih duduk di sekolah dasar maka

penelitian lebih diarahkan pada pemahaman anak dalam menjalankan

ibadah, tidak dipandang dari segi kesempurnaan ibadah yang sesuai

syar’i.

3. Komunikasi persuasi terjadi dalam komunikasi antar pribadi yakni

antara ibu dan anak, dan merupakan komunikasi persuasi yang sifatnya

kontinyu. Dan berdasarkan status dan peranan ibu dan anak, maka

komunikasi yang dilakukan cendrung merupakan komunikasi horizontal.

4. Penelitian difokuskan pada sasaran penelitian yang basis keluarganya

merupakan keluarga yang Islami. Jadi paling tidak ibu dan bapaknya

telah memahami dan menerapkan syari’at Islam dalam pola asuh anak

juga pada kehidupan keluarga dengan baik.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik yang biasa dilakukan para peneliti

kualitatif, yakni menggunkan tiga jenis teknik pengumpulan data, yang

antara lain sebagai berikut :

3.5.1 Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Mulyana,

2001:180). Wawancara ini dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi

yang tidak mungkin diperoleh melalui observasi. Melalui wawancara, peneliti

Page 78: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

66

bisa mendapatkan informasi yang mendalam sehubungan dengan hal-hal yang

ingin diteliti.

Peneliti menggunkan jenis wawancara yang tidak terstruktur atau

wawancara secara mendalam, yaitu mendapatkan dan mengumpulkan data dan

informasi seputar masalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dirasa

perlu oleh peneliti. Bentuk dan format dari wawancara mendalam ini tidak

terstruktur dan informal guna mendapatkan data yang valid dan detail.

Peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan

pertanyaan penelitian. Pertanyaan yang sebelumnya sudah dibuat dan

dipersiapkan oleh peneliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diformat dalam

sebuah daftar pertanyaan. Namun peneliti juga akan mencatat setiap pertanyaan

yang berkaitan dengan masalah diluar dari pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya.

3.5.2 Observasi

Dalam observasi ini peneliti mengumpulkan data dan informasi

dengan melihat dan mengamati setiap interaksi dan komunikasi yang

dilakukan ibu dan anak dalam upaya membentuk perilaku beribadah pada

anak. Observasi akan dilakukan secara intensif guna mendapatkan data-data

yang akurat dan merupakan gambaran nyata menyangkut masalah yang

diteliti. Observasi dilakukan dengan mencatat waktu dan kegiatan ibu dan

anak dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti. Observasi dilakukan

dalam kurun waktu selama penelitian, yakni dari bulan Juni – Oktober 2005.

Page 79: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

67

3.5.3 Studi Kepustakaan

Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa metode yang

digunakan sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari informan atau objek

penelitian melalui wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti

di lokasi penelitian, dan juga data-data hasil catatan pada saat

melakukan observasi pada objek penelitian.

b. Data Sekunder, yaitu data yang digunakan untuk membantu

menjelaskan data primer berupa arsip dan dokumen-dokumen yang

relevan dengan permasalahan penelitian.

Dalam memperoleh data skunder seperti pejelasan di atas, peneliti

memasukkan studi kepustakaan dalam membantu menjelaskan data-data

primer. Dalam studi kepustakaan, peneliti dibantu dengan dokumen-

dokumen, literatur serta buku-buku dan arsip-arsip yang relevan dangan

masalah yang diteliti. Studi kepustakaan juga membantu peneliti

menemukan beberapa data-data penting melalui penelitian-penelitian serupa

terdahulu.

Page 80: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

68

BAB IV

OBJEK PENELITIAN

4.1 Pemlilihan Objek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti, objek penelitian

dipilih dan ditentukan oleh peneliti sesuai kebutuhan. Ini dilakukan atas dasar

kepentingan penelitian yang bersifat natural. Jadi untuk mengamati sebuah

fenomena secara mendalam peneliti memilih sepasang ibu dan anak yang sesuai

kriteria untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Pemilihan sampling atau objek penelitian sesuai tujuan penelitian yang

biasa disebut purposif sampling termasuk kedalam non probability sampling,

yaitu merupakan teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang)

pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel (Riduwan,

2004:61). Dimana pengambilan sampling tidak berdasarkan kerandoman atau

peluang, namun dikarenakan teknik sampling ini biasa digunakan dalam

penelitian kualitatif (Mulyana, 2001:187). Melalui teknik sampling ini peneliti

menganggap dapat menemukan banyak temuan-temuan seputar masalah yang

diteliti.

Peneliti memulai memilih objek penelitian dengan beberapa syarat dan

kriteria yang dianggap mampu memperlancar dan mencapai tujuan penelitian.

Melalui kriteria yang ditetapkan inilah kemudian peneliti mulai mencari dan

menetapkan objek penelitian. Adapun kriteria yang ditetapkan hanya membantu

mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian, bukanlah sebuah

Page 81: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

69

keharusan dalam penelitian, yang apabila tidak dipenuhi akan membuat hasil

penelitian tidak valid.

Syarat dan kriteria yang ditetapkan peneliti dalam menentukan pasangan

ibu dan anak ini berguna dalam menjaring pasangan penelitian yang tepat dan

sesuai dengan masalah yang diteliti yang tertera dalam fokus penelitian. Adapun

kriteria atau pertimbangan yang ditetapkan peneliti dalam menentukan pasangan

ibu dan anak adalah sebagai berikut:

1. Berasal dari keluarga yang Islami, ini dimaksudkan untuk mendapatkan

sasaran penelitian yang juga sejalan dengan penelitian yang mengangkat

masalah pentingnya ibadah sejak dini. Ibu yang mengerti dan paham

esensi ibadah dan tingkat keimanan yang relatif baik.

2. Tingkat pendidikan ibu yang baik, maksudnya pendidikan formal

terakhir yang dicapai oleh ibu. Kriteria ini dimaksudkan untuk

mendapatkan sasaran atau objek penelitian dengan pemahaman

intelektual yang baik dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Serta

pendidikan dan usia anak yang dianggap dapat mengerti dan mampu

berkomunikasi dengan baik.

3. Kedekatan antara ibu dan anak, maksudnya kedekatan antara ibu dan

anak dalam banyak hal terutama pola komunikasi yang baik dan

kelancaran komunikasi antara ibu dan anak.

Sebelumnya ada beberapa calon pasangan ibu dan anak yang ditemui

oleh peneliti. Namun setelah disesuaikan dengan kriteria dan pertimbangan

pemilihan pasangan objek penelitian, maka akhirnya peneliti menetapkan

pasangan ibu Zubaidah dan anaknya Syarifah Azzahra sebagai pasangan ibu dan

Page 82: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

70

anak yang menjadi objek penelitian. Karena pasangan ini menurut paling

memenuhi semua kriteria yang ditetapkan peneliti. Ditambah dengan beberapa

kelebihan lainnya pada pasangan ini. Seperti kondisi keluarga yang dinilai

harmonis dan secara ekonomi tergolong pada keluarga sederhana yang

berkecukupan.

4.2 Seputar Keluarga Ibu Zubaidah dan Anaknya Sebagai Pasangan Objek

Penelitian

Ibu Zubaidah dan anak keduanya Syariffah Azzahra merupakan

cerminan format keluarga ideal Indonesia. Dimana satu keluarga terdiri dari

ayah, ibu dan 2 orang anak. Ibu Zubaidah berusia 46 tahun dengan pendidikan

terakhir sebagai Sarjana muda (D3) dan suaminya Bapak Ir. H. Said

Abdurrahman B.A berusia 50 tahun dan meraih gelar insinyur di sebuah

perguruan tinggi swasta di Bandung, menikah tahun 1990 di kota

Tanjungpinang, dan pindah ke kota Bandung tahun 1993 bertempat tinggal di Jl.

Rereng Suliga no.33 Sukaluyu, Bandung.

Keduanya bekerja menjalankan usaha keluarga sebagai pengusaha Travel

domestik serta haji dan umroh. Mereka memiliki dua orang anak, anak

pertamanya berumur 14 tahun bernama Said A. Husien, sekarang duduk di kelas

3 SMP. Dan anak keduanya berumur 10 tahun bernama Syarifah Azzahra yang

sekarang duduk dikelas 4 SDN 02 Sukaluyu Bandung.

Page 83: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

71

4.2.1 Sebagai Keluarga Islami

Sebuah keluarga Islami tercermin dari anggota keluarganya. Terutama

tercermin pada kepala keluarga yakni ayah. Keluarga Islami dapat dikatakan

sebagai sebuah keluarga yang menjalankan hukum-hukum Islam dalam setiap

urusan dalam keluarga. Contohnya pada perilaku sehari-hari setiap anggota

keluarga yang mencerminkan seorang muslim atau muslimah. Konkritnya sebut

saja anggota keluarga wanita yang menggunakan jilbab. Selain itu keluarga

Islami yang dapat dipandang dengan kasat mata terbukti dari peran ibu atau ayah

dalam keluarga dalam menegakkan nafas Islami pada anak-anak. Sebut saja

pada ibadah-ibadah wajib dan juga disunahkan.

Keluarga bapak Abdurrahman dapat dikategorikan Islami tercermin dari

sosok bapak yang menjadi tokoh masyarakat di daerah Sukaluyu. Beliau seorang

pak Haji yang menjadi kepala Rw dan menjadi imam masjid setempat. Serta

biasa memberikan kutbah-kutbah baik kutbah jumat atau lainnya pada masyrakat

sekitarnya. Bapak Abdurahman juga banyak memberikan bimbingan keagamaan

bagi masyarakat sekitar, kerabat dan siapa saja yang meminta nasehat spiritual

darinya dan ingin mempelajari Islam.

Sementara ibu Zubaidah selain sibuk membantu usaha suaminya, ia juga

menjadi ibu rumah tangga, beliau juga aktif dalam pengajian ibu-ibu setempat.

Pasangan suami istri ini menjadi panutan masyarakat setempat karena meski

relatif muda mampu menunjukkan eksistensi yang sangat besar dalam memberi

kontribusi pada masyarakat sekitar baik dalam bentuk kehidupan sosial dan juga

kehidupan beragama.

Page 84: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

72

Setelah peneliti banyak berdiskusi dengan keluarga bapak Abdurrahman

baik menyangkut materi penelitian dan juga seputar ilmu agama Islam, secara

subjektif, peneliti mengkategorikan keluarga ini sebagai keluarga Islami. Karena

memenuhi beberapa kriteria keluarga Islami yang ditetapkan peneliti secara

subjektif. Seperti tingkat pengetahuan agama pasangan suami istri terutama ilmu

agama suami yang sangat baik. Juga penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan

juga dalam menerapkan pada anak-anaknya, menunjukan bahwa keimanan ibu

dan ayah dalam keluarga yang sangat baik.

Sementara kedua anaknya merupakan anak-anak yang patuh dan berbakti

terlihat dari keseharian kedua anaknya yang nyaris sepi masalah kenakalan

remaja atau anak. Tentu saja penilain ini melalui pengamatan peneliti dan hasil

diskusi dengan bapak Abdurahman dan ibu Zubaidah.

4.2.2 Kelancaran Komunikasi Dalam Keluarga

Selama pengamatan yang dilakukan, peneliti melihat bentuk komunikasi

yang sangat wajar. Komunikasi antara anggota keluarga juga terjalin wajar serta

lancar. Keluarga bapak Abdurrahman dan ibu Zubaidah menggunakan bahasa

Indonesia dalam kesehariannya. Secara verbal, peneliti tidak menemukan

kejanggalan atau keanehan dalam keluarga ini berkomunikasi dan berinteraksi.

Masing-masing mampu menerima pesan dan memberikan pesan serta mampu

mencerna pesan dengan baik. Intonasi, nada suara serta perkataan yang

digunakan semuannya berada pada kondisi dan batas normal dan kewajaran.

Jika dilihat berdasarkan komunikasi antarpribadi yang dipergunakan

dalam komunikasi keluarga ini, peneliti melihat semua unsur komunikasi

Page 85: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

73

antarpibadi terpenuhi seperti; unsur sumber/penerima, pesan, umpan balik,

gangguan. Ditambah komunikasi antarpribadi yang berlangsung dalam keluarga,

sehingga kedekatan memberikan pengaruh yang baik dalam kelancaran

komunikasi. Namun apakah tujuan komunikasi yang dilakukan ibu Zubaidah

dan anak bungsunya yaitu dalam membentuk perilaku sholat anak dan rutinitas

mengaji anak tercapai, masih perlu ditelaah lebih dalam.

Kelancaran komunikasi dalam keluarga ini serta intensitas dalam

berkomunikasi khususnya antara ibu dan anak merupakan salah satu alasan

mengapa kemudian peneliti memilih keluarga ini. Ibu selain membantu suami

menjalankan usaha mereka yang berlokasi di rumah mereka, ibu Zubaidah

adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus semua kebutuhan keluarga.

Ditambanh keluarga ibu Zubaidah tidak memiliki pekerja rumah tangga (PRT)

yang membantunya, membuat hubungannya dengan anak-anaknya terjalin baik.

Terutama komunikasi yang terjalin antara ibu dan anaknya berlangsung mulus

tanpa halangan yang berarti. Secara keseluruhan peneliti menilai bahwa

komunikasi dalam keluarga bapak Abdurrahman berlangsung lancar dan baik.

4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Pendidikan agama baik untuk anak maupun anggota keluarga lainnya

dimulai dari pengetahuan-pengetahuan seputar hukum Islam dan kewajiban

umat Islam. Seperti ibadah sholat, puasa, mengaji, patuh pada orang tua, dan

pengetahuan Islam lainnya seperti sejarah para Rasul. Selain hal-hal yang

bersifat pengetahuan, pendidikan agama dalam keluarga bapak Abdurrahman

Page 86: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

74

juga dimulai dengan hal-hal yang selalu diamalkan dalam keluarga. Seperti

memulai dengan doa setiap melaksanakan kegiatan.

Ibu Zubaidah menerapkan pendidikan agama Islam pada anak-anak

dengan menggunakan metode persuasi dalam berbagai hal. Termasuk dalam

mengajarkan anak-anaknya sholat dan mengaji. Pendidikan agama anak-anak

ibu Zubaidah selain diterima dari pelajaran sekolah, ditambahkan oleh ibu

Zubaidah dan bapak Abdurrahman sendiri. Bahkan mereka meyakini bahwa

pendidikan agama anak-anak mereka akan lebih kokoh dan kuat bila

mendapatkan dari orangtuanya sendiri.

Mereka memberikan pendidikan agama selain melalui komunikasi verbal

namun juga dengan menjadi contoh pada anak-anak mereka. Perilaku yang akan

dicontohkan pada anak-anak dibantu dengan nasehat dan bujukan merupakan

metode pendidikan agama dalam keluarga ini.

Selaku keluarga kecil dengan anggota keluarga berjumlah 4 orang,

menurut ibu Zubaidah tidaklah begitu sulit dalam memberikan dan menerapkan

pendidikan agama baik pemahaman meyangkut keimanan juga hal-hal seputar

kewajiban pelaksanaan beribadah pada anaknya.

Sejauh pengamatan peneliti kedua anak ibu Zubaidah dan Bapak

Abdurrahman memang merupakan anak yang sangat patuh, ditambah kedua

anaknya menunjukan sikap yang santun, menunjukan bahwa pernyataan ibu

Zubaidah yang mengatakan bahwa pendidkan agama harus sudah dimulai dari

dini dan keluargalah yang berperan penting tampaknya mampu dibuktikan

sejauh ini.

Page 87: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

75

4.3 Seputar Ibadah sholat Fardhu Lima Waktu dan Aktifitas Membaca

Al Quran

Setalah menjelaskan seputar keluarga objek penelitian, peneliti

menganggap penting memberikan gambaran dan penjelasan ibadah yang akan

diteliti. Yang mana ibadah sholat dan aktifitas membaca Al Quran merupakan

bagian dari ibadah yang dilakukan keluarga bapak Abdurrahman.

Ibadah sholat dan mengaji dijelaskan dan dikaji berdasarkan seruan

wajibnya kedua ibadah tersebut yang tercantum dalam ayat suci Al Quran, dari

hadist-hadist, juga apabila di kaji melalui pengertiannya. Juga dijelaskan oleh

peneliti beberapa aspek yang berkaitan dengan sholat dan mengaji.

Kata ibadah merupakan kata yang tidak asing bagi semua orang.

Maknanya pun seragam dikenal menyangkut hal hubungan manusia dengan

Sang Khalik. Sebelum menjelaskan pengertian ibadah, ada baiknya kita tinjau

asal kata ibadah. Ibadah berasal dari bahasa Al Quran yakni Al abdiyah, Al

ubudiyaah dan menyampaikan arti taat dan tunduk (Hasanah,2002:24). Dari asal

kata ibadah inilah kemudian secara lebih jauh ibadah yang berawal dari taat dan

tunduk, dimanifestsikan dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan

melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, juga

beramal dengan yang diizinkan oleh syari’ Allah Swt (LPKID,2001:1).

Ketaatan dan kepatuhan umat Islam dalam melakasanakan ibadah

berawal pada pemahaman dan motivasi setiap individu, bisa saja terdapat

kesamaan, namun banyak juga terdapat perbedaan pada setiap individu. Ada

baiknya kita merujuk pada kitab suci Al Quran, dalam memberikan seruan

Page 88: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

76

beribadah seperti ayat dibawah ini yang menyebut betapa pentingnya mencintai

Allah Swt. :

Artinya: “Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak saudara-saudara, istri-istri kamu dan keluarga kamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, ialah yang lebih kamu cinta dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihatlah dijalan-Nya, maka tunggulah sampai aku mendatangkan keputusan…”. (QS.At-Taubah:24).

Ketiga ayat suci Al Quran secara eksplisit juga implisit menyerukan bagi

setiap umat Islam untuk tunduk menyembah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Selain kepatuhan dan ketundukan pada seruan Allah untuk menyembah-Nya, di

sana juga terdapat ayat yang menyerukan untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Ketiga ayat di atas kemudian menimbulkan kesimpulan yang menjelaskan

bahwa ibadah terbagi atas 2 unsur, seperti yang dikemukan Nur Hasanah, yaitu:

1. Ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada perintah Allah. Berpegang teguh pada apa yang telah di syari’atkan oleh Allah dan apa yang telah diserukan oleh Rasul-Nya, baik itu yang berupa perintah maupun larangan, seruan yang bersifat menghalalkan atau mengharapkan dan inilah yang digambarkan dengan unsur taat dan tunduk serta patuh pada Allah Swt.

2. Rasa cinta pada Allah Sikap berpegang teguh ini ialah timbul dari rasa cinta kepada Allah. Karena tidak ada dalam wujud ini tidak ada yang lebih berhak dicintai, kecuali hanya Allah Swt. Dzat yang Maha Pencipta segala sesuatunya yang ada. Barang siapa yang mengenal Allah, pasti ia akan benar-benar cinta pada-Nya (Hasanah,2002:35-36). Unsur ketaatan, ketundukan dan rasa cinta pada Allah kemudian

memperluas lagi elemen dalam ibadah. Selain kedua unsur di atas, diyakini

ibadah memiliki content lainnya yang mengukuhkan perilaku ibadah. Jadi di

Page 89: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

77

dalam ibadah selain ketaatan dan rasa cinta, juga di penuhi dengan keikhlasan

dan didasarkan pada niat karena Allah Swt semata.

Sholat merupakan salah satu ibadah yang paling utama yang harus

dilaksanakan oleh umat Islam. Pelaksanaan sholat mencakup juga pada Taharah,

karena dalam sholat terdapat syarat dan rukun sah sholat yang mewajibkan

untuk bersih diri.

Pengertian sholat menurut istilah syara’ ialah ibadah yang terdiri dari

perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri

dengan memberi salam salam, dengan syarat-syarat tertentu (LPKID,2001:32).

Sementara itu ada juga yang lainnya memberikan pengertian sholat yang kurang

lebih sama, ditambah dengan mewajibkan dikerjakan pada waktu-waktu tertentu

(Hasanah, 2002:210).

Sebagai mana telah diketahui bahwa sholat merupakan ibadah yang juga

menjadi identitas Islam seperti terkandung dalam rukun Islam, maka perintah

untuk mendirikan sholat banyak sekali dijumpai dalam kitab suci Al Quran. Di

bawah ini sejumlah perintah sholat yang terkandung dalam ayat-ayat Al Quran,

antara lain:

1. Perintah sholat yang selalu di barengi dengan perintah zakat terdapat

dalam ayat-ayat: al-Baqarah: 43,83,110; an-Nisa: 77; al-Hajj: 78; an-Nur:

56; ar-Rum: 31; al-Mujadilah:13; al-Anbiya’:73. berbunyi:

Artinya:

“…….tegakkan lah Sholat dan tunaikanlah Zakat….”(QS.) (LPKID,2001:33).

Page 90: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

78

2. Perintah sholat untuk mengingat Allah Swt :

Artinya:

“sesungguhanya Aku ini adalah Allah dan tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku” (QS. Thaha:14)

3. Perintah untuk sholat dan berpegang pada Kitabullah Al Quran:

Artinya:

“…Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab (Al Qu’an) dan dirikanlah sholat” (QS.al-Ankabuut:45.)

Di atas merupakan sedikit dari begitu banyak perintah sholat yang

diserukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Perintah sholat selalu hadir dalam

banyak seruan kebajikan. Ini menandakan bahwa setiap amal shaleh yang

diperintahkan, sholat merupakan keutamaan yang tidak boleh dilalaikan.

Itulah sebabnya keyakinan dan pelaksanaan sholat sudah harus ada pada

setiap umat Islam sejak dini. Tak mengherankan kalau sholat seharusnya sudah

menjadi ciri dan kepribadian umat Islam. Berdasarkan atas ini lah kemudian

sholat harus mulai diterapkan sejak kecil, terutama pada sholat-sholat wajib

yang merupakan ibadah ritual umat Islam.

Al Quran sudah diketahui secara pasti pegangan, ilmu dan hukum yang

mengatur umat Islam selain sunah. Al Quran yang memiliki 114 surah dan 6236

Page 91: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

79

ayat, selain dikenal sebagai kitabullah yaitu kitab Allah dan mukjizat Nabi

Muhammad Saw, Al Quran memiliki definisi yang lebih lengkap yang

menerangkan Al Quran secara lebih komprehensif dan detail. Adapun definisi

Al Quran ialah:

Kalam Allah Swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwiyatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah (DepAgRI,1967:17).

Berdasarkan definisi Al Quran di atas dikemukakan bahwa membacanya

selain merupakan ibadah juga sebagai kewajiban dan jati diri bagi umat Islam.

Sebabnya untuk memperkenalkan agama iIslam pada siapa saja Al Quran akan

maju lebih dahulu sebagai pengantar dan pegangan umat Islam, tidak terkecuali

pada anak-anak.

Page 92: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

80

BAB V

ANALISIS

5.1 Analisis Proses Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak Dalam

Memberikan Pemahaman Beribadah pada Anak

Proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak merupakan

proses komunikasi yang panjang karena menyangkut pembentukan perilaku dan

pendidikan anak, seperti yang dilakukan ibu Zubaidah kepada anak-anaknya.

Apabila kita kaitkan komunikasi persuasi ibu dan anak dengan definisi

komunikasi persuasi yang dikemukan Kenneth E Anderson yang diterjemahkan

Effendy (1981:103), maka proses komunikasi persuasi ibu dan anak diartikan

sebagai proses komunikasi antarpribadi di mana ibu sebagai komunikator

berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi

anak sebagai penerima, dengan sengaja dilakukan untuk mengubah sikap atau

kegiatan seperti yang diinginkan komunikator yaitu ibu. Namun definisi dari ahli

di atas belum tentu benar-benar sesuai dengan kenyataan dilapangan.

Seperti yang dilakukan oleh ibu Zubaidah yang memandang proses

komunikasi persuasi dalam membentuk perilaku beribadah anaknya dengan

tidak memaksa, tidak memberikan sanksi, membujuk secara verbal dan non

verbal melalui nasehat dan memberikan contoh bersikap dan berperilaku. Secara

detail mungkin terdapat perbedaan antara pendapat Anderson dengan ibu

Zubaidah, namun pada dasarnya dan pada intinya komunikasi persuasi tetap

dipandang sebagai komunikasi yang beroientasi pada tujuan tertentu yang

sengaja dilakukan oleh komunikator.

Page 93: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

81

Ibu Zubaidah mengaku bahwa tahapan awal dalam membentuk perilaku

beribadah pada anaknya Azzahra dengan mencontohkan perilaku beribadahnya

sehari-hari dan memberikan pemahaman seputar ibadah sholat dan membaca Al

Quran. Selanjutnya baru beranjak ke tahap berikutnya dengan mengajarkan cara

sholat dan mulai memperkenalkan mengaji pada Azzahra. Kemudian proses ini

berjalan dengan sendirinya, seperti mulai dengan bacaan sholat dan aktivitas

rutin belajar membaca Al Quran sampai kemudian meminta anaknya untuk terus

melaksanakan dan tidak meninggalkan sholat dan terus belajar mengaji.

Pada penjelasan proses pembentukan perilaku beribadah di atas, ibu

Zubaidah mengaku tidak menggunakan paksaan. Pembentukan perilaku ibadah

itu dilakukan dengan memberikan pemahaman secara terus menerus dan

memotivasi anak dengan memberikan contoh yang baik dan nasehat-nasehat. Ini

dilakukan ibu Zubaidah karena ia merasa yakin bahwa dalam mendidik anak,

khususnya membentuk perilaku beribadah pada anak harus dilaksanakan secara

Islami juga tentunya.

Dalam Islam, membentuk perilaku, mengajak beribadah harus dilakukan

dengan cara yang santun dan lemah lembut. Seperti yang tercantum pada ayat Al

Quran dibawah ini:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS.An-Nisaa:63)

Page 94: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

82

Berawal dari keyakinan akan efektifnya pembentukan perilaku dan

mengajak anak beribadah dengan cara yang santun dan lembut, maka ibu

Zubaidah merasa bahwa bentuk paksaan belum diperlukan atau bahkan tidak

diperlukan. Ditambah dengan prinsip Islami yang dijunjung tinggi ibu Zubaidah

bahwa perintah beribadah dapat dilakukan dengan cara yang santun seperti yang

tertera pada ayat di atas.

Sementara apabila ditinjau melalui prinsip komunikasi persuasi yang

dikemukan Dedy Jamaludin, yang menyatakan bahwa keberhasilan komunikasi

persuasi terletak pada beberapa aspek yaitu antara lain:

1. Prinsip identifikasi

2. Prinsip tindakan

3. Prinsip familiaritas dan kepercayaan

4. Prinsip kejelasan situasi (Malik,1994:132-133).

Kenyataan di lapangan yang diperoleh baik melalui wawancara dan

observasi, yang dilakukan ibu Zubaidah tidak jauh berbeda dari beberapa

prinsip komunikasi di atas. Sebut saja prinsip identifikasi yang mengarah pada

proses identifikasi yang dilakukan oleh anak. Dengan melihat sikap dan

perilaku beribadah ibunya, adik Azzahra dengan sendirinya memulai proses

identifikasi, dengan melihat tata cara ibunya sholat atau dengan mendengarkan

ibunya mengaji. Selanjutnya peran ibu dalam memberikan contoh sangat

berpengaruh dalam membentuk perilaku beribadah pada anak. Seperti yang

dilihat peneliti bahwa saat ibu Zubaidah tadarus di bulan Ramadhan, ia

mengajak anaknya ikut serta. Ke-ikut sertaan Azzahra yakni dengan meneruskan

pelajaran mengajinya.

Page 95: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

83

Prinsip identifikasi ini merupakan salah satu metode persuasi non verbal

paling ampuh yang dinila olehi ibu Zubaidah. Menurutnya menjadi contoh atau

tauladan bagi anak-anaknya adalah upaya persuasi non verbal paling efektif

dalam membentuk perilaku sholat dan mengaji pada anaknya selama ini. Anak

akan dapat memahami dan memaknai sholat sebagai bagian terpenting dalam

hidup ibunya sehingga hal itu pun akan menjadi penting pada pada dirinya.

Selanjutnya proses identifikasi yang dilakukan anak pada perilaku

beribadah ibunya, merujuk pada tindakan konkrit. yang membuktikan bahwa

nasehat atau penjelasan ibunya akan sholat tidak sekedar retorika semata. Anak

dapat melihat dengan tindakan ibunya yang dengan selalu memberikan contoh

bahwa selaku umat Islam tidak boleh meninggalkan sholat terkecuali pada

kondisi tertentu. Perilaku beribadah ibu khususnya sholat dan mengaji,

menunjukan bahwa perbuatan ibu Zubaidah sejalan dengan prinsip komunikasi

persuasi yang kedua yakni prinsip tindakan.

Sementara apabila dilihat dari prinsip komunikasi yang ketiga yang

dikemukan oleh Dedy Jamaluddin, prinsip familiaritas dan kepercayaan, status

hubungan keduanya sudah menjadi poin lebih yang sedikitnya membuat

komunikasi persuasi mampu berjalan lancar. Kepercayaan dan kedekatan antara

ibu dan anak merupakan sebuah naluri yang sudah ada sejak dalam kandungan,

sehingga kedekatan dan kepercayaan di antara ibu Zubaidah dan anaknya

Azzahra sudah tidak perlu di pertanyakan lagi.

Perilaku beribadah merupakan tujuan utama dari proses komunikasi

persuasi yang dilakukan ibu Zubaidah dan Adik Azzahra. Namun dalam proses

komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak, khususunya adik Azzahra

Page 96: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

84

akan mulai memahami sholat sebagai sesuatu yang penting dilaksanakan melalui

interaksi dan komunikasinya dengan ibunya seta anggota keluarga yang lain.

Khususnya melalui komunikasi persuasi yang dilakukan ibunya, adik

Azzahra mulai memaknai ibadah. Interaksi dan juga komunikasi persuasi yang

dilakukan ibu dalam membantu anaknya memahami makna sholat dan mengaji

akan mempengaruhi perilaku beribadah pada anak. Makna sesuatu itu akan

menetukan perilaku seseorang merupakan pandangan interaksi simbolik yang

dikemukan Blumer. Pamahaman akan sholat dan belajar membaca Al Quran

diterima adik Azzahra salah satunya melalui proses komunikasi persuasi dengan

ibunya. Melalui nasehat-nasehat yang memotivasi juga gambaran atau cerita

seputar ibadah serta hukum sholat dan mengaji atau pun melalui contoh perilaku

yang diberikan ibu Zubaidah akan membentuk pemahaman Azzahra akan

ibadah, yang kemudian memberikan makna dalam dirinya.

Berdasarkan hal-hal yang telah dilakukan ibu Zubaidah di atas, Azzahra

mengaku memaknai ibadah sebagai hal yang wajib dan akan berdosa apabila

tidak melaksanakannya. Hanya saja peneliti melihat bahwa pengertiannya akan

dosa dan konsekuensi dosa yang diketahuinya masih sangat sedikit. Sehingga

berdosa merupakan hal yang buruk dan akan masuk neraka apabila berdosa.

Akan tetapi hal ini masih sebatas pengetahuan saja. Sehingga esensi dan

konsekuensi akan dosa masih belum dipahaminya.

Sejauh Azzahra memaknai sholat dan membaca Al Quran adalah wajib

dan melaksanakannya tanpa paksaaan sudah menjadi sebuah pertanda bahwa

komunikasi persuasi ibu dan anak dalam memberikan pemahaman beribadah

anak, sudah mampu membentuk perilaku beribadah pada anak. Dari sekian

Page 97: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

85

banyak hal yang membuat seseorang memberikan makna atau definisi terhadap

sesuatu, adalah interaksi yang dilakukan seseorang.

Interaksi yang dilakukan seseorang akan membantunya memberikan

makna pada sesuatu. Sebut saja Azzahra akan memberikan makna pada sholat

dan mengaji yang salah satunya ditentukan dari interaksi yang ia lakukan,

interaksi sosialnya atau dalam skala yang lebih kecil interaksi dengan

keluarganya. Atau lebih khususnya lagi yaitu interaksi pribadi dengan ibunya.

Komunikasi persuasi yang terjadi dalam interaksi Azzahra dengan

ibunya, membantunya memaknai ibadah berdasarkan makna-makna yang

dibentuk bersama ibunya. Seperti yang dikemukan oleh Stewart L. Tubbs dan

Sylvia Moss bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua

orang atau lebih (Mulyana,2001:69). Di sini Azzahra memberikan makna pada

ibadah melalui penggunaan bahasa atau simbol-simbol yang persuasif yang

selama ini dijumpai saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan ibunya. Juga

melalui objek sosial (perilaku manusia) khususnya perilaku ibunya dalam

beribadah.

Proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu Zubaidah dan anaknya

Azzahra dapat dikatakan sebagai usaha Azzahra dalam menegosiasikan makna

melalui pesan-pesan persuasi yang diberikan ibunya. Atau pun melalui perilaku-

perilaku beribadah ibu sehari-hari. Sehingga diharapkan Azzahra memaknai

ibadah sesuai yang ia temui saat berinteraksi dengan ibunya. Khususnya

memaknai sholat dan mengaji melalui proses komunikasi persuasi antara dia dan

ibunya.

Page 98: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

86

5.2. Analisis Upaya Ibu dalam Menyampaikan Pesan pada Anak

Berdasarkan Pemaknaan Ibu Atas Ibadah

Sedikit telah dijelaskan di atas bagaimana upaya ibu dalam

menyampaikan pesan dalam proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu,

yakni dengan memberikan nasehat-nasehat seputar hukum dan tata cara

beribadah. Selain dengan menyampaikan pesan-pesan verbal yang membujuk

serta memotivasi anak, ibu juga menggunakan metode lain yakni memberikan

contoh perilaku beribadah sehari-hari agar lebih nyata dan mudah dipahami anak

sebagai sebuah kewajiban 1.

Ibu Zubaidah memandang dan memahami bahwa sholat dan mengaji

merupakan ibadah ritual sehari-hari yang paling awal yang harus dilaksanakan

dan diajarkan pada anak, disamping ibadah-ibadah lainya 2. Dengan pemahaman

akan wajibnya sholat dalam hidup umat Islam, maka ibu Zubaidah memilih

menanamkan nilai dan pengetahuan yang kuat pada anaknya sebelum nanti

mulai mewajibkan melaksanakannya setiap waktu.

Menurutnya, paksaan yang mewajibkan anak dalam melaksanakan

ibadah sholat dan mengaji akan mengecilkan dan mempersempit nilai ibadah di

mata anak-anak. Jadi melalui pemahamannya akan sholat dan makna sholat yang

telah diketahuinya, ibu Zubaidah yakin bahwa metode ini akan berhasil jika niat

dan usaha yang dilakukan sudah benar dan gigih.

Dalam hal menegakkan perintah sholat pada anaknya, dengan

membentuk perilaku beribadah pada anaknya, ibu Zubaidah juga memarahi

anaknya apabila anaknya dengan sengaja meninggalkan sholat. Saat anak

meninggalkan kewajiban sholatnya, ibu Zubaidah memperingatinya atau

Page 99: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

87

memarahinya dengan kata-kata yang berupa nasehat, yang pada akhirnya ibu

Zubaidah akan menjelaskan nilai sholat dan hukum sholat serta kebaikan dan

keburukan jika meninggalkan sholat.

Namun diyakini oleh keduanya yakni ibu dan anak ini bahwa tidak ada

sanksi sejauh ini yang menyertai marahnya 3 ibu Zubaidah saat anaknya tidak

sholat. Juga tidak menggunakan bentakan, teriakan atau kata-kata kasar dalam

memarahi anaknya. Penekanan untuk sholatlah yang dipertegas ibu Zubaidah

saat meminta anaknya untuk sholat apabila anaknya melupakan sholat.

Semua upaya ibu Zubaidah di atas didasari atas pemahamannya akan

Islam yang menginginkan mengajarkan dan membentuk perilaku sholat anak

dengan tanpa paksaan sebagai tahapan awal sebelum melangkah ke tahap

selanjutnya yang memerlukan paksaan apabila melalui imbauan tidak berhasil.

Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah as. dibawah ini:

“Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun, dan

pukullah jika ia tidak shalat pada usia 10 tahun, dan pisahkan tempat

tidur mereka.” (HR Bukhari & Muslim)

Telah diketahui di atas bagaimana upaya ibu membentuk perilaku

beribadah pada anaknya, selanjutnya yang perlu diketahui di sini bagaimana ibu

memaknai ibadah itu sendiri. Hal ini erat kaitannya pada proses komunikasi ibu

dan anak dalam membentuk perilaku beribadah pada anak, karena ibu selaku

komunikator pada proses komunikasi persuasi akan memberikan pesan-pesan

yang mempengaruhi anak dalam memaknai ibadah.

Page 100: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

88

Sholat dan mengaji yang dimaknai ibu Zubaidah diakuinya sama seperti

pada umumnya yakni sebagai perintah Allah Swt. yang wajib dilaksanakan.

Selaku perintah yang paling banyak diserukan dalam Al Quran, sholat

menduduki ibadah urutan pertama bagi umat islam. Makna itulah yang

kemudian coba ditransfer oleh ibu Zubaidah pada anaknya Azzahra melalui

komunikasi persuasi. Sejauh pengakuan ibu Zubaidah ia mengetahui tanggapan

anaknya dan pemahaman anaknya atas sholat dan membaca Al Quran. Hal ini

lah yang kemudian membuatnya lebih toleran terhadap pelaksanaan ibadah pada

anaknya Azzahra.

Asumsi interaksi simbolik menganggap bahwa setiap manusia akan

memaknai sesuatu sesuai dengan penafsiarannya terhadap sesuatu, membuat

setiap orang memliki perbedaan dalam menafsirkan sesuatu. Ibu menafsirkan

perilaku beribadah yang ia lakukan berbeda dengan yang ditafsirkannya saat

membentuk perilaku beribadah pada anaknya. Beribadah yang diajarkan pada

anaknya masih sebatas proses pelajaran dan membentuk perilaku, belum masuk

pada bentuk ibadah yang sesungguhnya yaitu ibadah yang secara sah telah

memiliki konsekuensi hukum.

Hal ini karena ibu memandang ibadah pada anaknya masih tahap

membiasakan belum mewajibkan karena konsekuensi hukum wajib sholat.

Karena Azzahra masih dalam status belum baligh, sehingga begitu banyak

toleransi yang diberikan. Dan proses komunikasi persuasi yang menurut Onong

U. E (1979) adalah proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang

dengan menggunakan manipulasi psikilogis, sehingga orang tersebut bertindak

Page 101: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

89

atas kehendaknya sendiri. Masih dinilai layak menjadi metode komunikasi yang

tepat digunakan dalam membentuk perilaku beribadah anak.

Menurut ibu Zubaidah ibadah ialah kewajiban individu bagi setiap umat

islam. Namun apabila dikaitkan dengan peran dan tanggung jawabnya sebagai

ibu, maka sholat dan mengaji dipandang sebagai hal yang paling utama yang

harus diajarkan pada anak sejak dini. Pendapat ibu Zubaidah ini di dukung

dengan pemahamannya dalam mendidik anak dengan tanpa kekerasan dan

paksaan.

Ibu Zubaidah menambahkan bahwa ia memandang, membentuk perilaku

beribadah pada anak dengan paksaan akan mengecilkan nilai dan makna ibadah,

sehingga menurutnya lagi akan lebih baik apabila memberikan kesempatan bagi

anak untuk memaknai sholat dan mengaji tanpa adanya unsur pemaksaan

sehingga akan memberatkan atau membebaninya untuk sholat dan mengaji, pada

akhinya akan mengecilkan esensi dari sholat dan mengaji 4.

Upaya ibu Zubaidah dalam membentuk perilaku beribadah pada

ananknya Azzahra dilakukan dengan komunikasi persuasi karena ia yakin

melalui cara yang demkian, selain membentuk perilaku beribadah pada anaknya,

ia secara tidak langsung mendidik dan memberikan contoh pada anaknya akan

pentingnya sopan santun serta etika dalam berkomunikasi. Sehingga selain

membentuk perilaku sholat dan mengaji pada anaknya ia juga membentuk

perilaku berkomunikasi yang Islami pada anaknya, sekalipun komunikasi yang

dilakukan bertujuan untuk mengubah dan membentuk perilaku seseorang.

Page 102: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

90

Bicara komunikasi yang Islami Djamarah meyebutkan ada enam bentuk

etika dalam berkomunikasi, khususnya dalam bertutur kata. Yang mana keenam

etika tersebut antara lain:

1. Qawlan Karima (Perkataan yang Mulia)

2. Qawlan Sadida (Perkataan yang Benar/Lurus)

3. Qawlan Ma’rufa (Perkataan yang Baik)

4. Qawlan Baligha (Perkataan yang Efektif/Keterbukaan)

5. Qawlan Layyina (Perkataan yang Lemah Lembut)

6. Qawlan Maisura (Perkataan yang Pantas)(Djamarah, 2004:105-

114).

Enam etika dalam bertutur kata di atas, seharusnya dikenal dan diaplikasi

oleh setiap umat Islam karena keenamnya secara implisit dan ekspilisit terdapat

dalam ayat-ayat suci Al Quran, dimana di bab sebelumnya dalam skripsi ini

telah dijelaskan.

Apabila dikaitkan dengan upaya ibu Zubaidah dalam membentuk

perilaku sholat dan mengaji anaknya melalui penyampaian pesan-pesan yang

persuasif maka berdasarkan hasil observasi dijumpai beberapa hal yang sesuai

dengan etika bertutur kata di atas.

Seperti yang disaksikan peneliti, saat ibu Zubaidah mengajari Azzahra

mengaji. Ibu Zubaidah menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan teknis

mengaji seperti cara baca, bunyi yang keluaran dari salah satu huruf saat

mengaji dan beberapa hal lainnya dengan beberapa perkataan yang lembut.

Lain lagi yang diakui ibu Zubaidah saat diwawancara yang menyatakan

bahwa ia mencoba menjelaskan hukuman yang dapat diterima nanti dengan

Page 103: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

91

mengguna kata-kata yang ia nilai pantas dan di dimengerti anaknya. Juga pada

saat ia meminta anaknya untuk segera melaksanakan sholat, ia menggunakan

kata-kata yang menurutnya cukup membuat anak termotivasi atau kata-kata

yang efektif.

Upaya yang di lakukan ibu Zubaidah dalam membentuk perilaku sholat

dan mengaji pada anaknya sejauh ini, menurutnya masih belum sempurna

karena masih banyak hal yang ingin direalisasikan guna meyempurnakan

perilaku beribadah anaknya, sehingga tidak hanya ia melaksanakan dengan

kesadarannya sendiri, tetapi juga istiqomah dalam melaksanakan. Namun ia

akan tetap mendidik dan membentuk perilaku beribadah anaknya dengan cara-

cara yang persuasif sesuai dengan pemahamannya dan pengetahuannya.

Belum istiqomah-nya anak dalam beribadah karena kurang dalamnya

makna ibadah yang ada pada anak. Ditambah dalam belajar mengaji anak belum

disiplin setiap hari melakukannya. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari

upaya ibu yang diakui ibu Zubaidah belum maksimal. Upaya ibu juga belum

maksimal dalam menegakkan sholat yang sempurna pada anak yang sejauh ini

masih belum menghafal semua bacaan wajib sholat. Hal ini dikarenakan

toleransi ibu pada anaknya sebagai bentuk kekurangan dari komunikasi persuasi.

5.3. Analisis Tanggapan Anak dalam Memaknai Ibadah ( Sholat 5 waktu

dan Belajar Membaca Al Quran) Melalui Pesan yang Disampaikan

Ibu

Perspektif interaksi simbolik yang mencoba memahami perilaku seseorang

berdasarkan sudut pandang subjek yang diteliti membuat kita perlu melihat

Page 104: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

92

bagaimana adik Azzahra memandang ibadah yang disebutnya sebagai sebuah

kewajiban. Respon yang ia berikan pada upaya-upaya ibunya dalam membentuk

perilaku beribadahnya, juga responnya akan situasi komunikasi yang ia rasakan

selama ini berdasarkan bagaimana ia memandang sholat dan mengaji itu sendiri.

Statusnya sebagai anak mewajibkannya akan banyak hal terhadap ibunya, salah

satunya yang paling penting ialah kepatuhannya pada ibunya. Hal ini juga

menjadi sebuah situasi yang akan menentukan perilakunya.

Boleh saja ia memandang bahwa sholat dan mengaji sebagai kewajiban,

namun hal ini tidak serta merta mampu membuatnya melaksanakan sholat dan

mengaji berdasarkan kesadarannya. Namun dibalik pemahaman yang diberikan

ibunya akan wajibnya sholat dan mengaji, ada situasi-situasi tertentu yang

membuatnya melaksanakan sholat.

Seperti yang dikemukan Blumer bahwa seseorang akan memperhitungkan

apa yang sedang dilakukannya, Azzahra juga secara sadar atau tidak disadarinya

akan memperhitungkan perilaku beribadahnya sebagai sebuah kewajiban pada

perintah agama atau pun kewajibannya sebagai seorang anak yang akan

mematuhi dan menjalankan nilai yang diberikan ibunya.

Terbatasnya pengetahuannya mengenai kewajiban dan konsekensi hukum

saat meninggalkan sholat membuat ia tidak hanya memaknai sholat dan mengaji

sebagai kewajiban umat islam, tetapi juga sebagai bentuk pembuktiannya

sebagai anak yang patuh pada ibunya.

Pesan yang disampaikan ibunya dapat saja dimaknai sebagai pelajaran dan

juga imabauan halus atau pun perintah baginya untuk melaksanakan sholat dan

mengaji. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, makna sholat dan

Page 105: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

93

mengaji yang ada diri Azzahra diinterpretasikan sebagai sebuah kewajiban umat

islam seperti yang selalu dikatakan ibunya dan juga yang selalu dilihatnya dari

perilaku beribadah orang tuanya dan kakaknya. Selain itu sholat juga

dimaknainya sebagai bentuk pembuktian akan kepatuhannya pada ibunya.

Makna sholat dan mengaji yang masih begitu sederhana tanpa rasa takut

akan dosa yang menjanjikan siksaan dikemudian hari, juga memaknai sholat

bukan sebagai kebutuhan yang dirasakan sebagian besar umat islam yang sudah

lebih dewasa dan paham esensi sholat sebagai perintah Allah Swt yang paling

banyak diserukan dalam Al Quran, sehingga membuat adik Azzahra masih

belum melaksanakan secara konsisten dan masih sering meninggalkan sholat

dengan atau tanpa sengaja.

Diakui oleh Azzahra bahwa dia masih sering meninggalkan sholat saat

asyik bermain sehingga kelupaan 5. Tetapi, umi begitu ia biasa memanggil

ibunya selalu mengingatkan jika ia kelupaan. Sementara sholat subuh yang

mengharuskannya bangun pagi merupakan sholat yang paling sering ketinggalan

karena mengantuk dan susah bangun. Namun apabila ibunya membangunkannya

ia akan tetap sholat, meskipun sering kali meninggalkan sholat subuh. Dan

alasannya pun saat meninggalkan sholat adalah mengantuk sehingga

membuatnya malas melaksanakan sholat. Sholat isya’ juga kadang dilakukan

melewati jauh dari waktu masuknya isya’ karena menonton TV sampai akhirnya

ia mengantuk.

Azzahra memahami sholat sebagai hal yang wajib dilakukan sesuai yang

selalu dikatakan oleh ibunya. Sehingga pemahaman atas wajibnya sholatlah

yang membuat ia melaksanakan sholat. Sementara mengaji diakuinya bahwa

Page 106: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

94

masih dalam tahap belajar yang saat ini sudah sampai ke tingkatan Al Quran

yakni surah Al Baqarah. Beberapa bacaan wajib sholat juga masih terus

menghafal bersama ibunya. Selebihnya hal-hal seputar sholat seperti kewajiban

akan ber-wudhu, ber-mukenah, mengahadap kiblat serta jumlah rakaat sudah

dipahaminya.

Dalam menanggapi metode yang diterapkan ibunya yakni dengan

komunikasi persuasi, adik Azzahra sama sekali tidak merasa keberatan.

Menurutnya, ibunya selalu “biasa saja” 6 saat memintanya sholat. Maksud dari

biasa saja di sini ialah tidak dengan paksaan, tidak selalu marah jika ia

meninggalkan sholat dan hanya memarah sesekali pada kondisi tertentu itu pun

memarahinya hanya dengan nasehat dan arahan-arahan saja, selalu menasehati

setiap ada kesempatan, dan masih sering sekedar mengingatkan untuk

melaksanakan sholat. Sementara cara mengingatkannya juga hanya bertanya dan

meminta untuk segera sholat, tanpa paksaan apalagi sanksi. Sedangkan mengaji,

Azzahra mengaku ibunya yang mengajarkannya. Sementara intensitas atau

waktunya masih ditentukan oleh ibunya.

Menanggapi semua pesan yang disampaikan ibunya, Azzahra mengaku

tidak selalu mengerti dengan apa yang disampaikan ibunya. Ada hal-hal yang

disampaikan ibunya yang terkadang tidak dimengertinya namun banyak juga

pesan-pesan ibu yang dapat ia dimengerti. Apabila ia merasa perlu bertanya,

maka ia akan meminta ibunya jawaban yang dapat dimengertinya. Namun satu

hal yang pasti, kepercayaannya pada ibunya membuatnya dengan suka rela

mematuhi atau mendengarkan setiap perkataan ibunya.

Page 107: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

95

Keterbatasan daya tanggap yang membuat Azzahra kadang tidak

mengerti dengan penjelasan ibunya juga mempengaruhinya dalam memaknai

ibadah sholat dan mengaji. Ketidakmengertian Azzahra pada pesan-pesan yang

disampaikan ini dapat diketegorikan sebagai salah satu hambatan komunikasi

persuasi yakni gangguan sematik yang membuat komunikan kesulitan

memahami atau mengerti pesan yang disampaikan yang berupa kata-kata, istilah

atau simbol-simbol lainnya.

Selain kesulitan dalam mengerti dan memahami pesan, gangguan sematik

juga juga dikenal sebagai hambatan komunikasi persuasi yang dapat membuat

komunikan salah mengerti dan salah paham. Dalam kasus Azzahra ini, ketidak

mengertiannya tidak memberikan pengaruh yang besar pada upaya ibu. Hal ini

disebabkan kepercayaannya pada ibunya yang yakin bahwa ucapannya selalu

berisikan hal-hal yang baik untuknya.

Namun meski tidak berpengaruh yang besar, pengakuan adik Azzahra

yang kadang kala tidak mengerti apa yang disampaikan ibunya, berpengaruh

buatnya dalam memaknai ibadah itu meskipun sedikt. Mungkin

ketidakmengertian Azzahra pada beberapa pesan ibu yang belum membuatnya

konsisten dalam menjalankan sholat.

5.4. Analisis Peneliti atas Komunikasi Persuasi Inu dan Anak dalam

Membentuk Perilaku Beribadah Pada Anak.

Pada bagian ini selanjutnya peneliti mencoba memberi analisis sebagai

hasil dari proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu yaitu pelaksanaan

ibadah sholat lima waktu dan aktifitas belajar membaca Al Quran yang

Page 108: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

96

konsisten pada anak. Disini peneliti memberikan analisis proses komunikasi

persuasi yang dilakukan oleh ibu Zubaidah pada anaknya.

Secara terbuka ibu Zubaidah mengatakan bahwa masih banyak hal yang

belum terealisasikan atas usahanya dan masih banyak yang ingin dicapai 7

kedepannya pada perilaku beribadah anaknya. Namun di sini dengan analisis

dan penilain subejktif oleh peneliti mencoba memaparkan informasi yang

diperoleh khususnya dari hasil observasi yang dilakukan peneliti kurang lebih 4

bulan. Selain itu juga peneliti mencoba menganalisis hasil observasi dengan

dibantu dengan studi kepustakaan dan juga hasil wawancara dengan narasumber.

Proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu Zubaidah dan anaknya

dalam membentuk perilaku beribadah anaknya Azzahra merupakan proses

komunikasi yang panjang dan intensif. Dilakukan setiap waktu kapan saja dan

dimana saja selama keduanya berkesempatan berkomunikasi. Lebih spesifiknya

terlibat dalam komunikasi yang berkaitan denga paelaksanaan sholat dan

mengaji.

Sehingga intensitas dan proses komunikasi yang cukup lama

memungkinkan ibu memasukkan nilai-nilai, pemahaman akan sholat dan

mengaji dengan metode persuasi lebih tepatnya melalui komunikasi persuasi.

Waktu meruapakan sebuah kelebihan yang mampu menutupi kekurangan dari

komunikasi persuasi yang dinilai membutuhkan waktu yang cukup lama dalam

mengubah atau membentuk perilaku. Selain memliliki kelebihan akan intensitas

dan waktu, kedekatan antara ibu dan anak juga dinilai mampu membuat anak

selaku subjek yang dibentuk perilaku ibadah lebih mudah percaya. Seperti yang

Page 109: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

97

dikemukan Aristoteles yang dikutip Jalaludin Rakhmat bahwa pentingnya

komunikator dalam proses komunikasi persuasi menyebutkan:

Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik dari pada orang lain : ini berlaku pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar pendapat penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuasaan persuasinya: sebaliknya karakteristiknya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya (Rakhmat 2001:255)

Selain kedekatan ibu dan anak mampu membuat anak percaya dan yakin

dengan pesan-pesan yang disampaikan ibu, kedekatan antara ibu dan anak

memudahkan ibu membentuk perilaku beribadah pada anak karena ibu sebagai

orang yang notabene paling dekat dengan anak paham dan mengenali karakter

anak sepenuhnya. Sehingga proses komunikasi persuasi yang berlangsung akan

disesuaikan dengan pengetahuan ibu akan anaknya.

Proses komunikasi persuasi yang berlangsung membantu seseorang

bertindak atau berperilaku berdasarkan dorongan dari dalam. Salah satu

dorongan dari dalam diri seseorang itu ialah cara pandangnya terhadap sesuatu.

Cara pandangnya terhadap sesuatu sesuai dengan bagaimana seseorang maknai

sesuatu.

Makna yang timbul pada diri seseorang akan menentukan sikap dan

perilaku seseorang. Dalam beberapa premis yang diungkapkan Blumer,

menyebutkan makna merupakan basis dari perilaku, apabila makna berubah,

maka perilaku juga akan berubah (Mulyana,2002:231). Melalui proses

komunikasi persuasi, makna akan terbentuk sebelum seseorang digiring

berperilaku secara sadar atau pun tidak kearah sesuai keinginan persuader.

Page 110: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

98

Upaya yang dilakukan ibu Zubaidah menyangkut pembentukan perilaku

sholat dan mengaji pada anak memang belum sempurna seperti yang diakui ibu

Zubaidah, namun dapat dikatakan berhasil apabila melektakkan tolok ukur

keberhasilan dari Azzahra melaksanakan ibadah tanpa merasa terpaksa.

Sejauh pengamatan peneliti, Azzahra tidak merasa bahwa kewajiban

sholat ini sebagai sebuah beban. Namun ia juga belum mampu memaknai sholat

sebagai sebuah kewajiban yang akan berdosa apabila ditinggal. Memang

berdasarkan wawancara dengan peneliti ia menyebutkannya bahwa akan berdosa

apabila ditinggalkan. Akan tetapi hal ini hanya merupakan sekedar kutipan

ucapan ibunya saat memberikan penjelasan.

Jelas ia belum mengerti bahwa dosa adalah sebuah kredit hukuman besar

di akherat nanti. Meski ibunya telah menjelaskan sedikit tentang neraka yang

sangat buruk dan menakutkan sebagai bentuk hukuman apabila berdosa saat

meninggalkan sholat atau tidak ingin mengaji. Namun hal ini belum mampu

dipahami Azzahra, ia hanya sekedar mendengarkan ibunya.

Hal itulah yang masih membuatnya masih malas dan belum istiqomah

dalam melaksanakan sholat. Namun melaksanakan sholat berdasarkan kesadaran

pribadinya menunjukkan bahwa Azzahra telah memaknai sholat bukan sebagai

sebuah gangguan atau beban. Menurut peneliti makna ibadah yang ada dalam

diri adik Azzahra masih sebatas kewajiban akan umat Islam seprti ditunjukan

ibunya dan sebagai bentuk kepatuhannya pada orang tuanya.

Makna yang ada pada Azzahra ini yang membetuk perilaku beribadah

Azzahra terutama sholat masih belum konsisten. Seperti seringnya ia melupakan

sholat saat asyik bermain dan lainnya. Sementara aktifitas mengaji tetap

Page 111: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

99

diyakininya sebagai sebuah kewajiban, karena masih melalui proses belajar dan

karena yang mengajarkan ibunya, maka pelaksanaannya masih sesuai dengan

ibunya. Namun berdasarkan pengakuan ibunya, sesekali ia dengan suka rela ikut

mengaji apabila ibunya sedang mengaji sendiri.

Upaya ibu dalam membentuk perilaku beribadah pada anaknya melalui

proses komunikasi persuasi bergantung pada pemahaman ibu dan cara pandang

terhadap sholat dan mengaji itu sendiri. Sejauh ini ibu merasa bahwa

menyangkut kewajibannya sebagai ibu, ibadah merukapakan hal utama

terpenting yang harus di ajarkan pada anak. Menyangkut hal itu, maka ibu

memulai membentuk perilaku beribadah pada anaknya khususnya sholat dan

mengaji sejak anak usia 5 tahun.

Komunikasi persuasi yang dipilih sebagai metode berdasarkan

pemahaman ibu akan sholat dan mengaji yang diyakini ibu wajib dilaksanakan

dengan benar sesuai syarat dan hukumnya. Selain itu ibu Zubaidah juga

menganggap sholat dan mengaji sama seperti pada umunya sebagai perintah

Allah Swt.

Peneliti menilai makna sholat yang disebutkan ibu sebagai ibadah

individu seperti di atas, juga makna sholat apabila menyangkut pada tanggung

jawabnya sebagai ibu, membuat ibu menerapkan komunikasi persuasi sebagai

upaya dalam membentuk perilaku pada anak-anaknya. Ibu Zubaidah ingin

anaknya yakni Azzahra memaknai sholat dan mengaji bukan sebagai sebuah

beban atau paksaan sehingga saat ia melaksanakan sholat dan mengaji. Tetapi ia

ingin anaknya memandang sholat sesuai dengan maknanya yakni kewajiban

umat Islam. Pandangan bahwa makna sholat dan mengaji akan sempit apabila

Page 112: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

100

memaksakan pelaksanaan sholat dan mengaji sehingga mempersempit esensi

sholat, membuat ibu Zubaidah yakin akan metode persuasi sudah yang paling

tepat.

Akan tetapi, peneliti menilai komunikasi persuasi memiliki sifat toleran

yang besar, sehingga dikhawatirkan banyak dan besarnya toleran yang ada tidak

mampu membentuk perilaku beribadah yang konsisten. Namun Kenyataan

dilapangan memperlihatkan bahwa proses komunikasi persuasi yang dilakukan

ibu Zubaidah dalam upayanya membentuk perilaku bieribadah anaknya tidaklah

murni sebuah komunikasi persuasi yang bersih akan instruksi.

Pertanyaan ibu Zubaidah pada anaknya mengenai apakah Azzahra sudah

melaksanakan sholat, dinilai peneliti sebagai bentuk instruksi halus yang

dilakukan ibu. Hal ini didasari atas pengamatan peneliti saat melihat ibu

Zubaidah bertanya pada Azzahra. Dengan segera Azzahra melaksanakan sholat

layaknya telah mendapat sebuah perintah. Namun peneliti melihat pelaksanaan

sholat yang dilakukan Azzahra memang tidak mencerminkan adanya

keterpaksaan. Hal inilah yang membuat peneliti menilai bahwa perilaku sholat

pada anak sesuai dengan pemahaman anak yang memandang sholat sebagai

bentuk kewajiban tanpa perlu dipaksa.

Upaya ibu Zubaidah dengan memberikan contoh sikap dan perilaku

dalam beribadah merupakan sebuah metode yang menurut peneliti paling

efektif. Karena melalui contoh yang diberikan ibu menguatkan pernyataan dan

sangat mencerminkan keseriusan akan pentingnya sholat dan juga mengaji.

Nasehat, atau pernyataan yang memotivasi serta penjelasan seputar yang juga

sebagai media komunikasi persuasi ibu dalam membentuk perilaku sholat dan

Page 113: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

101

mengaji sejauh pengamatan peneliti sesudah mencerminkan sifat dari persuasi

itu sendiri yakni membujuk dan menghimbau.

Page 114: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

102

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dalam penelitian yang telah beberapa bulan dilakukan oleh peneliti,

akhirnya beberapa kesimpulan dapat ditarik berdasarkan fakta dan realita yang

diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan serta analisis

yang dilakukan peneliti atas proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu

Zubaidah pada anaknya Syarifah Azzahra dalam membentuk perilaku beribadah

sholat wajib lima dan aktivitas belajar membaca Al Quran. Kesimpulan-

kesimpulan itu antara lain:

1. Peneliti menyimpulkan bahwa proses komunikasi persuasi ibu Zubaidah

dan anaknya Syariffah Azzahra untuk membentuk perilaku beribadah

anak dilakukan dengan intensif dan dalam kurun waktu yang lama

kurang lebih 4 tahun. Komunikasi persuasi berlangsung pada ibu dan

anak setiap kali memiliki kesempatan untuk berdiskusi seputar ibadah.

Selanjutnya peneliti meyimpulkan proses komunikasi persuasi

memberikan kesempatan bagi keduanya memaknai ibadah berdasarkan

interaksi dan komunikasi persuasi yang dilakukan keduanya, sehingga

anak khususnya mampu memaknai ibadah sebagai kewajiban.

2. Peneliti menyimpulkan bahwa upaya ibu dalam menyampaikan pesan

imbauan kepada anak berdasarkan pemaknaan ibu atas ibadah dengan

memberikan pemahaman beribadah (sholat lima waktu dan aktifitas

belajar membaca Al Quran) kepada anak dilakukan melalui proses

Page 115: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

103

identifikasi dimana ibu menjadi contoh bagi anaknya. Ibu memberikan

contoh dalam perilaku beribadah ibu sehari-hari karena ibu memaknai

sholat sebagai kewajiban dan akan ditiru juga oleh anak sebagai bagian

dari kewajibannya juga. Sehingga anak akan melaksanakan sholatnya

layaknya sholat yang dilakukan oleh ibu. Selain itu juga dilakukan

dengan nasehat-nasehat, penjelasan-penjelasan seputar ibadah.

3. Tanggapan anak dalam memaknai ibadah melalui pesan imbauan yang

disampaikan ibu, anak menanggapi segala upayanya dengan positif,

yakni ia memandang bahwa upaya ibu bukan sebuah pemaksaan dan

upaya ibu ditanggapai dengan sikap dan perilaku yang mematuhi

keinginan ibunya. Khusus sholat anak memperlihatkan perilakunya

dalam melaksanakan sholat dengan tanpa beban atau tanpa merasa

terpaksa. Meskipun demikian anak memaknai sholat sebagai

kewajibannya selaku umat Islam dan kewajibannya pada orang tuanya

sehingga perilaku sholatnya belum konsisten karena tidak ada sanksi atau

ketakutan yang lain saat meninggalkan sholat.

6.2 Saran

Adapun saran peneliti kepada ibu Zubaidah dan anak berdasarkan dari

hasil penelitian yang ditemui, peneliti menyarankan:

1. Dalam komunikasi persuasi ibu Zubaidah sebaiknya lebih menitik

beratkan pada konsekuensi sholat dan mengaji yang apabila ditinggalkan

akan membuat anak berdosa. Dan menjelaskan dosa sebagai hal yang

buruk sehingga anak takut akan dosa dan akan istiqomah melaksanakan

Page 116: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

104

sholat. Serta lebih disiplin dalam belajar mengaji dengan menetapkan

jadwal yang tetap sehingga anak mulai memiliki tanggung jawab yang

besar atas ibadah mengaji khususnya untuk tidak meninggalkan

membaca Al Quran dalam kesehariannya.

2. Bagi adik Azzahra peneliti penyarankan untuk lebih memahami pesan-

pesan yang disampaikan ibunya. Juga menyarankan keterbukaan atas

hal-hal yang kurang dimengerti olehnya. Sehingga kedepannya ia

mampu memaknai ibadah lebih dalam dan lebih tepat sehingga akan

istiqomah dalam melaksanakan sholat dan mengaji.

3. Ibu Zubaidah pernah mengaku bahwa upayanya belum maksimal dan

masih banyak yang belum direalisasikan, peneliti menyarankan upaya

ibu Zubaidah lebih lanjut dalam merealisasikan hal-hal yang ingin

ditingkatkan sehubungan perilaku beribadah pada anaknya.

4. Peneliti menyarankan agar ibu Zubaidah lebih memaksimalkan

pendidikan tatacara sholat dan bacaan sholat yang benar agar anak akan

melaksanakan ibadah dengan benar pada saat ia sudah baligh¸ saran ini

berdasarkan pengakuan adi Azzahra yang masih suka lupa bacaan sholat

dan belum hafal semua. Penting diperhatikan hal ini karena meyangkut

sah tidaknya sholat Azzahra.

Page 117: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

105

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Oemi.1986. Dasar-dasar PR. Bandung : Alumni

Abi Tahlib, Ali bin.2004. Tanyalah Aku Sebelum Kau Kehilangan Aku. Cetakan

Kedua, Bandung : Pustaka Hidayah

As-Said, Naurah Binti.2005. Ibu Dekatilah Anakmu. Cetakan Pertama, Jakarta :

Cakrawala publishing

Arifin, E. Zaenal.2003. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan

keempat, Jakarta : PT. Grasindo.

Departemen Agama Republik Indonesia.1993. Al Quran dan Terjemahannya.

Bandung : Gema RIsalah

Devito, Joseph.2003. Komunikasi Antar Manusia. Cetakan Ketiga, Bandung :

Djamarah, Syaiful Bahri.2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam

Keluarga. Cetakan Pertama, Jakarta : Rineka Cipta

Effendy, Onong U.1981. Humas : Suatu Studi Komunikalogi. Bandung : Remaja

Rosdakarya

______________.1986. Kamus Komunikasi. Bandung : Mandar Maju

______________.2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunukasi. Cetakan Ketiga,

Bandung : Citra Aditya Bakti

Ekomadyo, Ike Junita.2005. Prinsip Komunikasi Efektif : Untuk Meningkatkan

Minat Belajar Anak. Cetakan Pertama, Bandung : Simbiosa Rekatama

Media

Hasanah, Nur.2002. Hakekat Ibadah : Ditinjau dari Segi Pengertian Hukum dan

Hikmahnya. Cetakan Pertama, Surabaya : Bintang Usaha Jaya

Page 118: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

106

Hadi, Ahmad Abdul.1998. Al Quran Bicara Tentang Ibu. Cetakan Pertama,

Jakarta : Gema Insani

Liliweri, Alo.1997. Komunikasi Antarpribadi. Cetakan Kedua, Bandung : Citra

Aditya Bakti

LPPKID.2001. Bimbingan Ibadah Praktis. Bandung : LPPKID UNISBA

Moleong, Lexy J.2002. Metodologi Penelitian Komunikasi. Cetakan Kedua,

Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Nawabuddin, Abdurrab dan Bambang S.M.1996. Teknik Menghafal Al Quran.

Jakarta : sinar baru algensindo

Rakhmat, Jalaluddin.2003. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Bandung :

Remaja Rosdakarya

Sastroputro, Santoso.1988. Komunikasi Persuasi dan Disiplin Pembangunan

Nasional. Bandung : Alumni

Whalen, Joel.2005. I See What You Mean : Komunikasi Persuasi dalam Bisnis.

Cetakan pertama, Yogyakarta : Alenia

Internet

− www.eramuslim.com

− www.myquran.org

− www.rahima.co.id

− www.ummigroup.co.id

Page 119: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

107

Lainnya

− Catatan perkuliahan komunikasi persuasi bersama dosen Drs. Anne

Ratnasari

− Hand Out Perkuliahan komunikasi pesuasi dari dosen Drs. Anne

Ratnasari

− Catatan Perkuliahan komunikasi antarpribadi bersama dosen Prima

Mulyasari S.Sos

Page 120: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

108

LAMPIRAN

Tanggal / hari: Rabu, 31 Agustus 2005

Jam / tempat :15.00-16.00wib, kediaman ibu Zubaidah,

Jl. Rereng suliga no.33 Sukaluyu.

Wawancara bersama Ibu Zubaidah

1. a. Sejak usia berapa anak diperkenalkan dan diajarkan sholat dan

membaca Al Quran (mengaji)

Diperkenalkan pada saat anak masih TK mungkin sekitar umur 5 tahun,

diperkenalkan pada hal-hal yang dasar dulu seperti teknis sholat yaitu

gerakan dan bacaan sholat mulai diajarkan. Namun karena ia sudah

terbiasa melihat kami sekeluarga sholat jadi tidaklah sulit. Sementara ngaji

saya yang mengajarkan atas dasar pertimbangan bahwa saya punya banyak

waktu dan saya merasa sanggup kenapa tidak?. Memulainya dari iqrok

tentu saja.

b. Sejak usia berapa anak mulai diminta wajib untuk sholat secara

benar dan penuh?

Pada saat saya merasa dia sudah mampu melaksanakan sholat dengan

benar, yaitu bacaan-bacaan penting sudah bisa dan gerakan serta sudah

paham waktu serta informasi penting lainnya seputar sholat. Mungkin

sekitar SD kelas 2 yaitu umur 7 tahunan. Namun saya tidak mewajibkan

secara keras, hanya meminta mulai mengerjakan sholat setiap waktunya tiba

setiap hari, namun tetap diberikan sedikit keringanan.

c. Kalau mengaji, sudah sampai tahap mana anak belajarnya?

Sekarang sudah sampai Al Quran, sudah pada surah Al Baqarah.

Page 121: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

109

2. Apakah secara teknis anak sudah melaksanakan sholat dengan

cukup baik, baik, sangat baik atau masih kurang? (sejauh

pengamatan ibu) apakah sholatnya anak sudah benar (khusyuk, dan

lainnya) menurut penilaian ibu?

Khusuknya anak-anak saya rasa standar ya, tentunya tidak seperti kita,

namun saya kiranya dapat diterima. Kalau gerakan tidak sulit ya, di juga

selalu melihat kakaknya, abahnya ataupun saya. Tapi kalau bacaan

sholatnya saja yang masih belum semuanya hafal. Mungkin itu saja yang

saya rasa belum sempurnanya. Masih kurang di bacaan mungkin.

3. Menurut ibu sholat dan membaca Al Quran

adalah……………………..

Menurut saya keduanya tentu saja hal yang utama yang harus dikerjakan

dengan benar dan sesuai hukumnya. Dan pastinya harus saya ajarkan pada

anak sejak dini. Selebihnya sama saja seperti yang lain bahwa sholat dan

mengaji sebagai mana perintah Allah Swt itu hukumnya wajib.

4. Bagaimana cara ibu memberi tahukan makna sholat dan membaca

Al Quran ? Apakah ibu memberi tahukan makna sholat sesuai yang

ibu pahami dan ibu yakini?

Ya tentu saja saya memberikan pengetahuan tentang ibadah yang sudah

saya dapatkan. Tentunya saya beri tahu dengan bahasa yang mampu

dicerna anak saya. Dengan memberi tahukan apa yang terjadi nanti kalau

kita tidak sholat dan mengaji serta apa keuntungannya nanti kalau kita

mengaji dan sholat tanpa meninggalkannya. Contohnya: saya memberi

tahukan pada anak saya kalau kita meninggalkan sholat maka kita akan

masuk neraka yang panasnya luar biasa, dan alhamdulilah dia

menanggapinya dan mengerti.

Page 122: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

110

5. Sejauh ini apakah anak cukup mengerti dan memahami sholat dan

mengaji sesuai dengan pegertian dari ibu?

Biasalah anak-anak, belum dapat saya katakan mengerti atau tidak. Tapi

mungkin belum begitu mengerti sesuai dengan harapan saya, tapi saya

optimis kedepannya perlahan namun pasti akan mengerti kalau kita rajin

berdialaog dan rajin berdiskusi masalah apa saja tentang agama.

6. Menurut ibu, dalam menerapkan wajib sholat dan belajar membaca

Al Quran pada anak sebaiknya dan efektifnya dilakukan dengan

instruksi (perintah) atau ajakan yang memotivasional (bujukan)

sehingga anak melaksanakan sholat dan belajar mengaji dengan

sendirinya(tanpa paksaan)?

Menurut saya sebaiknya dengan memberikan contoh sehingga anak

termotivasi dan melaksanakan tanpa paksaan. Lebih baik dia banyak belajar

dengan melihat kenyataan yang sesuai dengan pemahaman yang saya

berikan. Jadi lama kelamaan dia akan mengerti dan banyak mencontoh

orang tuanya.

Page 123: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

111

Hari / Tanggal : Sabtu, 3 September 2005

Waktu / Tempat : 19.45-20.30, kediaman adik Azzahra

Jl. Rereng suliga no.33 Sukaluyu

Wawancara bersama adik Azzahra

1. Sudah sholat belum? Sholatnya masih sering tinggal/ kelupaan

nggak?

Tadi udah, aza masih suka lupa kak..

2. Kapan biasanya paling malas atau ketinggalan sholatnya?

Yang paling malas tuh pas sholat subuh, kalau isya suka kelupaan.

3. Kalau ketinggalan sholat atau tidak sholat biasanya kenapa

(alasannya)?

Ngantuk, lupa kalau lagi main.

4. Kenapa sih kita harus sholat dan harus mengaji (menurut adik)?

Kita harus sholat dan ngaji karena itu wajib.

5. Kalau tinggalin sholat atau adik tidak sholat dimarahin ibu nggak?

Kadang-kadang bisa dimarahin, tapi bisa juga kadang-kadang tidak.

6. Ibu bilang apa waktu suruh atau ajak adik sholat?

Aza udah sholat belum? Kalau belum sholat dulu ya,…..

7. Apakah adik mengerti yang disampaikan ibu pada saat ibu meminta

adik untuk sholat?

Ada yang aza ngerti tapi yang aza gak ngerti juga banyak. tapi aza selalu

denger omongan umi.

Page 124: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

112

8. Menurut adik kalau Ibu meminta adik untuk sholat biasanya

menggunakan perintah (maksa) atau bicara baik-baik dan

membujuk?

Umi kalau suruh aza sholat dan ngaji biasa aja. Paling bilang kayak tadi

“aza sholat! “

9. Pertanyaan teknis sholat:

− Sebelum sholat harus,,,,,

Wudhu dulu

− Sholat harus menghadap kemana?

Menghadap kiblat

− Sholat pakai apa aja?

Laki-laki pakai sarung dan peci, kalau perempuan pakai mukenah

− Sholat subuh berapa rakaat?

Dua rakaat

− Sholat zuhur berapa rakaat?

Empat rakaat

− Sholat ashar berapa rakaat?

Empat rakaat

− Sholat maghrib berapa rakaat?

Tiga rakaat

− Sholat isya berapa rakaat?

Empat rakaat

− Sudah hafal bacaan sholatnya?(test salah satu bacaan sholat)

Bacaan ruku’nya: subhana rabbiyal’azimi wa bihamdih, terus kalo

sujudnya : subhana rabiyal’a’la wa bihamdih, kalau bacaan abis ruku’

samiallahuliman hamidah rabbana lakal hamdu, udah kak, tapi aza ada

yang belum hapal.

Page 125: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

113

10. Kapan biasanya adik mengaji? Siapa yang ngajirin?

Habis sholat magrib kadang-kandang, atau kalau umi ajak ngaji. Yang

ngajar umi.

11. Sudah bisa belum ngajinya? Sudah sampai mana ngajinya?

Aza sudah sampai Al Quran sekarang…

12. Kalau sholat masih diawasin dan masih sering diingatkan? Atau

adik selalu sholat tanpa di ingtakan oleh ibu/bapak?

Masih sering diingatkan. Tapi kalau aza ingat, aza sholat sendiri gak

diingatkan

13 kalau kita ninggalin sholat atau tidak ngaji gimana?

Dosa, kata umi kalau suka gak sholat berdosa besar dan masuk neraka.

Pokoknya berdosa.

Page 126: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

114

Hari / Tanggal : Sabtu, 1 Oktober 2005

Waktu / Tempat: 19.15-20.00 wib, kediaman ibu Zubaidah

Jl. Rereng Suliga no.33 Sukaluyu

Wawancara bersama Ibu Zubaidah

7. Ibu menggunakan pendekatan apa dalam memotivasi atau

mengajak anak untuk sholat dan mengaji? (historis,

sanksi/hukuman. Ganjaran atau yang lainnya)?

Saya memilih melakukannya dengan nasehat, seperti yang pernah saya

katakan sebelumnya, bahwa saya menasehati anak saya dengan hal-hal

yang baik dan juga hal-hal yang buruk sebagai konsekuansi apabila tidak

melaksanakan ibadah. Mungkin bisa dikatakan juga menggunakan histori

yakni cerita-cerita seputar ibadah.

8. Selain menghimbau atau mengajak anak ibadah secara verbal,

apakah ada cara atau upaya lain yang dilakukan tanpa

menggunakan imbauan verbal?

Selain dari imbauan-imbauan verbal ya seperti yang telah saya jelaskan

sebelumnya bahwa dengan memberikan contoh dari saya sendiri dalam

pelaksanaan ibadah sehari-hari. Saya rasa hal itu lebih baik dan besar

manfaatnya. Jadi dia akan langsung mencontoh saya bukan? Lebih dari

yang hanya sekedar omongan itu membuktikan keseriusan ibu mengajarkan

anaknya.

9. Kalau anak tidak sholat atau meninggalkan sholat dengan sengaja

(malas dan bermain) apakah ibu akan marah atau memberikan

sanksi?

Page 127: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

115

Ya saya akan memarahinya, namun yang wajar saja. Dengan peringatan

yang agak tegas, namun tidak dengan sanksi. Hanya memberikan sedikit

gambaran apabila tidak sholat dan mengaji akan seperti apa. Namun saya

tidak memberikan sanksi.

10. Sejauh ini, apakah anak sudah melaksanakan sholat tanpa

pengawasan dan peringatan dari ibu/bapak?

Oh..iya, Alhamdulillah. Saya agak lega sedikit melihat dia sudah mulai

melaksanakan sholat tanpa pengawasan dan kadang-kadang tanpa

diingatkan. Namun tetap saya pantau terus agar ini semakin baik

kedepannya.

11. Sejauh pengamatan ibu, apakah anak sudah dapat dilepas dalam

menjalankan ibadah, (sholat 5 waktu)?

Mungkin belum ya, karena saya masih terus memberikan pengetahuan

seputar ibadah dan agama agar kedepannya lebih mantap. Mungkin nanti

pada saat dia sudah mantap yakni pada saat sudah baligh baru saya coba

lepas namun tetap peran saya harus menjadi pembimbingan dan

mengontrolnya.

12. Secara keseluruhan dari proses membentuk perilaku

beribadah pada anak yang telah ibu lakukan, menurut ibu

apakah sudah berjalan sesuai target dan keinginan ibu (sudah

ideal) atau masih banyak hal yang belum terealisasikan dan

belum dicapai pada proses pembentukan perilaku beribadah

anak tentunya?

Masih banyak hal-hal yang belum terealisasikan. Jadi usaha saya

masih panjang. Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya akan

Page 128: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

116

mencoba mendidik anak saya dengan persuasi dan kasih sayang

tentunya.

13.Terakhir saya ingin mempertegas pernyataan ibu yang

mengatakan membentuk perilkau dengan metode komunikasi

persuasi, benar bukan? Apa alasannya memilih metode ini

bukan dengan metode instruksi atau dengan yang lebih tegas

seperti koersif?

Ya benar.., saya menggunakan komunikasi yang persuasi dalam

membentuk perilaku anak saya dan mendidiknya selalu dengan

persuasif, karena menurut saya kasih sayang dan kelembutan lebih

membekas pada anak sehingga ia akan menjadi anak yang lunak,

patuh juga terbiasa pada kelembutan, tanpa kekerasan dan jauh lebih

damailah. Apalagi dalam membentuk perilaku beribadah pada anak,

pentingnya anak faham benar akan esensi ibadah kemudian dengan

mudah dan tanpa paksaan melaksanakan dari pada memberi perintah

yang keras dan sedikit memaksa, itu akan mempersempit esensi

ibadah. Ia akan ibadah adalah beban dan itu tentu saja tidak saya

inginkan.

Page 129: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

117

Catatan Hasil Observasi / Pengamatan Peneliti Hari /Tanggal : Sabtu, 16 Juli 2005

Waktu / Tempat : 15.45-16.30. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Konsultasi sebelum wawancara dengan ibu

Zubaidah dan adik Syarifah Azzahra dan

melakukan observasi.

Kegiatan / Keterangan : Peneliti meminta izin untuk sering datang kerumah

ibu Zubaidah dan meminta kerjasamanya dalam

menjawab pertanyaan guna mengambil

data/informasi penelitian.

Hari /Tanggal : Rabu, 27 Juli 2005

Waktu / Tempat : 14.10-13.15. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Diskusi dengan ibu Zubaidah

Kegiatan / Keterangan : Mencoba membangun kedekatan dengan

berdiskusi seputar masalah agama dan anak.

Namun peneliti belum memulai wawancara

dengan beliau. Selesai.

Hari /Tanggal Senin, 8 Agustus 2005

Waktu / Tempat 17.45-20.10. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

Page 130: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

118

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Mengamati adik Azzahra yang sedang belajar

mengaji dengan ibunya.

Kegiatan / Keterangan : Adik Azzahra mengaji dari habis sholat magrib

sampai dengan sholat isya’. Sholat maghrib

berjama’ah bersama peneliti dan keluarga bapak

Abdurahman. Kemudian peneliti hanya melihat ibu

Zubaidah dan adik Azzahra belajar mengaji.

Belajar mengaji selesai pada saat azdan isya’.

Kemudian peneliti beramah tamah sebentar dengan

kelurga bapak Abdurahman sebelum akhirnya

pulang sekitar jam 8 lebih. Selesai.

Hari /Tanggal Minggu, 14 Agustus 2005

Waktu / Tempat 16.50-17.30. Rumah tetangga keluarga Ibu

Zubaidah, Jl. Gambir Anom no.3 Sukaluyu.

Subjek : Adik Azzahra pulang sekolah sore hari.

Kegiatan/ Keterangan : Ibu Zubaidah tidak di rumah, pergi pengajian dan

adik Azzahra baru pulang sekolah sekitar jam 5

dimana ia masuk siang dan pulang sore. Tidak ada

ibu pulang sekolah, rumah kosong dan dikunci

akhirnya adik Azzahra menunggu di rumah

tetangga sampai ibunya pulang jam 5.30 sore dan

adik Azzahra tidak sholat ashar. Peneliti menemani

Page 131: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

119

adik Azzahra di rumah tetangganya sampai ibunya

pulang. Selesai.

Hari /Tanggal Sabtu, 16 Agustus 2005

Waktu / Tempat 14.00-16.00, Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Memberikan sedikit pertanyaan seputar adik

Azzahra.

Kegiatan / Keterangan : Peneliti menghabiskan waktu sekitar 2jam dengan

ibu Zubaidah ngobrol seputar adik azzahra dan

kegiatannya. Peneliti sudah mulai mengamati pola

komunikasi dan kelancaran komunikasi dalam

keluarga ini. Dan ibu Zubaidah cukup lemah

lembut dan halus dalam berkomunikasi dengan

keluarga. Karena adik Azzahra ada di rumah dan

belum melaksanakan sholat, peneliti melihat ibu

Zubaidah meminta anaknya sholat dengan

bertanya apakah anak sudah sholat belum, jika

belum untuk segera sholat sebelum nantinya

tambah malas. Selesai.

Hari /Tanggal Kamis, 18 Agustus 2005

Waktu / Tempat 9.00-10.00. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Page 132: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

120

Subjek : Peneliti mengamati kegiatan pagi keluarga ibu

Zubaidah

Kegiatan / Keterangan : Peneliti mencoba melihat pola interaksi dan

komunikasi di pagi hari. Dan kegiatan pagi ibu

Zubaidah sangat sibuk sehingga setelah keluarga

sarapan pagi, maka ibu Zubaidah mulai

konsentrasi pada urusan usahanya. Adik Azzahra

masuk siang jadi dia menonton TV dan

mengerjakan PR. Seleisai.

Hari /Tanggal Sabtu, 20 Agustus 2005

Waktu / Tempat 19.10-20.30, Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Peneliti diundang makan malam dengan keluarga

Abdurahman

Kegiatan / Keterangan : Ketika peneliti datang ibu Zubaidah dan keluarga

baru siap berjamaah sholat isya’. Dan peneliti

bergabung untuk bersantap malam, peneliti

berdiskusi dengan mereka sekeluarga tentang arti

ibadah dan pendapat kedua suami istri tersebut

akan ibadah. Dan mereka sepakat mengatakan

ibadah adalah media manusia untuk dekat dan

mengabdi pada Allah Swt, kewajibannya tak dapat

ditawar. Dalam suasana kekeluargaan kedua orang

Page 133: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

121

tua memasukkan nilai-nilai ibadah dan agama

dengan cara dan bahasa yang sederhana namun

sangat bermanfaat besar pada kedua anaknya.

Selesai.

Hari /Tanggal Sabtu, 27 Agustus 2005

Waktu / Tempat 14.00-17.00. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Datang mengamati kegiatan adik Azzahra dan ibu

Zubaidah.

Kegiatan / Keterangan : Sepanjang siang peneliti berada di rumah ibu

Zubaidah dan melihat aktifitas mereka. Tidak

banyak hal baru yang dilihat peneliti, hanya sekali

lagi peneliti melihat ibu bertanya pada anaknya

Azzahra apakah sudah sholat ashar belum setelah

si ibu melaksanakan sholat ashar, dan ternyata

anaknya menjawab sudah tepat pada saat abis

adzan ashar. Ini memang diluar pengetahuan ibu

karena pas adzan ashar ibu berada di kantornya

yang tepat sebelah rumahnya karena masih ada

urusan bisnis dengan suaminya. Selesai.

Hari /Tanggal Rabu, 31 Agustus 2005

Waktu / Tempat 15.00-16.00. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

Page 134: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

122

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Mewawancari ibu Zubaidah

Kegiatan / Keterangan : Peneliti memisahkan wawancara yang dilakukan

peneliti dengan ibu Zubaidah dan anaknya

Azzahra. Kegiatan selama 1 jam habis hanya

memberikan pertanyaan dan mencatat jawaban ibu

Zubaidah. Kegiatan wawancara terpotong istirahat

2 kali saat sholat ashar dan ibu Zubaidah menerima

telepon. Peneliti memutuskan melanjutkan

wawancara lain waktu. Selesai.

Hari /Tanggal Sabtu, 3 September 2005

Waktu / Tempat 19.45-20.30. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Mewawancari adik Azzahra

Kegiatan / Keterangan : Sedikit susah berbicara dan wawancara dengan

adik Azzahra karena sifatnya yang sedikit pendiam

dan tidak terlalu terbuka dengan orang luar.

Namun seluruh pertanyaan dapat dijawab

seperlunya oleh adik Azzahra dalam waktu kurang

dari 45 menit. Wawancara dilakukan sambil

menemani adik Azzahra bermain dengan

kucingnya. Selesai

Page 135: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

123

Hari /Tanggal Sabtu, 1 Oktober 2005

Waktu / Tempat 19.15-20.00. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Mewawancari ibu Zubaidah lanjutan.

Kegiatan / Keterangan : Peneliti melanjutkan wawancara ibu Zubaidah

kurang lebih satu jam. Selesai.

Hari /Tanggal Minggu , 9 Oktober 2005

Waktu / Tempat 17.30-18.30. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Diundang buka bersama

Kegiatan / Kegiatan : Peneliti hanya datang untuk berbuka puasa

bersama dan sholat magrib berjamaah lantas

pulang. Dan seluruh keluarga puasa pada hari ini.

Hari /Tanggal Rabu , 12 Oktober 2005

Waktu / Tempat 16.10-16.45. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Ngabuburit. Bersilaturahmi

Kegiatan / Keterangan : Peneliti hanya datang untuk ngobrol dengan ibu

Zubaidah dan suami guna bertanya-tanya hal-hal

seputar puasa. Peneliti sekalian ingin mengecek

hasil jawaban dari pertanyaan yang didapat melalui

wawancara. Saat peneliti di rumahnya ibu

Page 136: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

124

Zubaidah sedang tadarus dan adik Azzahra sedang

puasa dan belum sholat. Akhirnya adik Azzahra

sholat setelah ibunya menyuruhnya untuk segera

sholat sebelum main keluar rumah untuk

menunggu buka puasa. Selesai.

Hari /Tanggal Minggu , 16 Oktober 2005

Waktu / Tempat 16.10-18.45. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng

suliga no.33 Sukaluyu.

Subjek : Melihat adik Azzahra mengaji

Kegiatan / Keterangan : Saat peneliti datang ibu Zubaidah sedang

mengajarkan Azzahra mengaji, melihat bahwa ibu

Zubaidah cukup telaten dan sabar dalam

mengajarkan anaknya mengaji. Mereka mengaji

sekitar setengah jam, dan peneliti mengamati dari

luar ruangan sholat keluarga. Selesai mengaji ibu

Zubaidah sibuk menyiapkan bukaan puasa dan

penelti membantunya. Buka puasa bersama dan

sholat maghrib berjamaah dan pulang. Selesai.

Hari /Tanggal Rabu, 19 oktober 2005

Waktu / Tempat 19.20. Kediaman ibu Zubaidah, Jl.Rereng suliga

no.33. Sukaluyu.

Subjek : Berterima kasih pada keluarga Abdurahman dan

Page 137: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

125

ibu Zubaidah serta adik Azzahra

Kegiatan / Keterangan : Pamitan dengan keluarga bapak Abdurahman dan

ibu Zubaidah karena peneliti mudik, serta

megucapkan terima kasih atas kesediaan dan

kesempatan yang diberikan keluarga ini pada

peneliti untuk mengamati dan mewawancara

keluarga mereka. Peneliti merasa sudah cukup

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Pengamatan dan proses mengambilan

informasi/data dari keluarga ibu Zubaidah telah

selesai dan berakhir.

- Waktu yang digunakan sesuai dengan Waktu Indonesia Barat (WIB)

Page 138: KOMUNIKASI PERSUASI IBU DAN ANAK DALAM …elibrary.unisba.ac.id/files/08-3775_Fulltext.pdf · 2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam ... 4.2.3 Pendidikan Agama Dalam Keluarga ...

126

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fatmah Nur

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungpinang, 3 Juni 1982

Alamat : Jl. Sukaluyu I No.57 RT:04/rw:06 Cibeunying

Bandung.

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Lajang/ Belum Kawin

Pekerjaan : Mahasisiwa

Anak ke : Kedua

Jumlah Saudara : Satu Orang

Alamat Email : [email protected]

Nama Ayah : Muda Syufatri

Nama Ibu : Syarifah Zainab

Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta

Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil

Alamat Orang Tua : Jl. Senggarang No.2 Perumnas Sei-Jang

Tanjungpinang, Kepulauan Riau.