PERANAN ACARA WANITA DI TV SWASTA - …elibrary.unisba.ac.id/files/09-1617_Fulltext.pdf · perilaku...
Transcript of PERANAN ACARA WANITA DI TV SWASTA - …elibrary.unisba.ac.id/files/09-1617_Fulltext.pdf · perilaku...
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
STRATEGI PUBLIC RELATIONS OFFICER DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA PELANGGAN
SELAMA IDUL FITRI (LEBARAN)
Studi Kualitatif Mengenai Strategi Public Relations Officer Di PT. Kereta Api Daerah
Operasi III Cirebon.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung
Disusun oleh : Wisnu Wardhana
10080004073 Bidang Kajian Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberi kekuatan,
bimbingan dan kesehatan sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul STRATEGI PUBLIC RELATIONS OFFICER
DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA PELANGGAN
SELAMA IDUL FITRI (LEBARAN) diangkat menjadi sebuah judul, karena
setelah melihat (survey awal) ke lapangan ada ketidakpuasan pelanggan selama
Idul Fitri (Lebaran) dari pelanggan terhadap strategi PRO PT. KAI DAOP III
Cirebon.
Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini penulis banyak dibantu baik
secara materil maupun moril dari:
1. Allah SWT atas kemudahan yang “Engkau” berikan selama mengerjakan
skripsi ini.
2. Kepada Ayahanda (Bapak Bambang Rijanto) dan Ibunda Tercinta (Ibu Nelly
Mandey) yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik penulis dan terus
menerus memberikan dorongan lahir dan batin serta setiap saat mendoakan
penulis yang jerih payahnya tidak dapat penulis balas, mudah-mudahan Allah
SWT tetap memberikan rahmat-Nya sepanjang masa.
3. Prof., Dr., H.E. Saefullah W. SH., LLM selaku Rektor Universitas Islam
Bandung.
i
4. Dr. Yusuf Hamdan, Drs., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung.
5. Bapak Oji Kurniadi selaku Pembimbing I dan Bapak Mohamad Subur Drajat,
Drs., M.Si. selaku Pembimbing II. Diantara kesibukan beliau sehari-hari,
masih banyak menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan
petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Rudi Efendi selaku Kepala HUMAS PT. KAI DAOP III Cirebon
Diantara kesibukan Beliau mengemban tugas sebagai Public Relations, telah
bersedia menyempatkan diri untuk membimbing penulis dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Ibu Rawit, ibu mertua yang selalu setia mendoakan penulis.
8. Fenty Rositawati, yang telah memberikan semangat dan doa yang tiada
hentinya sehingga skripsi selesai tepat pada waktunya.
9. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, seperti kata pepatah “tiada
gading yang tak retak” hal ini tentunya karena keterbatasan penulis sebagai
manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kepada
pembaca, penulis bukakan pintu selebar-lebarnya untuk memberikan masukan,
saran atau kritik yang konstruktif.
Bandung, Juni 2009 Penulis,
Wisnu Wardhana 10080004073
ii
iii
ABSTRAK
PT. Kereta Api (persero) akan berusaha memperbaiki citranya agar tetap dipercaya oleh masyarakat menjadi sarana transportasi yang nyaman, aman dan ekonomis untuk hari lebaran. Sehingga diperlukan adanya Humas bagi PT Kereta Api (persero) untuk menangani permasalahan sehubungan dengan adanya masalah intern dan ekstern dari PT Kereta Api (persero) itu sendiri. PRO sebagai pejabat Humas yang diharapkan menjadi “mata dan telinga serta tangan kanan bagi Top Manager di perusahaan yang ruang lingkup tugasnya meliputi membina hubungan ke luar dan membina hubungan ke dalam”.
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui sejauh mana: 1). PRO PT. KAI DAOP III Cirebon mendefinisikan problem dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri; 2). PRO PT. KAI DAOP III Cirebon menyusun rencana dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri; 3). PRO PT. KAI DAOP III Cirebon mengambil tindakan dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri; 4). PRO PT. KAI DAOP III Cirebon melakukan evaluasi dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan atau menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi dilapangan (apa adanya).
Langkah pertama dari strategi PR adalah mendefinisikan problem Public Relations. Dalam mendefinsikan problem diketahui dari tiga indicator yaitu sikap, perilaku dan pengetahuan pengguna jasa kereta api. Dari ketiga hal tersebut dapat dievauasi bahwa sikap, perilaku dan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan.
Perencanaan dan pemograman merupakan langkah kedua dari strategi PR. Informasi yang dikumpulkan dalam langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Pada perencanaan dan pemograman dapat dievaluasi dari dua indicator yaitu taktik dan sasaran PT. KAI DAOP III Cirebon.
Langkah ketiga dalam proses manajemen mengarahkan program PR ke dalam implementasi. Tahap ini berlaku untuk pencarian fakta dan perencanaan strategis dari dua langkah sebelumnya. Setelah problem didefinisikan dan solusi dilakukan, langkah selanjutnya adalah aksi dan komunikasi.
Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana bagaimana program itu berhasil atau tidak. Dalam mengevaluasi, alat ukur/langkah-langkah yang digunakan adalah bagaimana hasil yang didapat PT. KAI DAOP III Cirebon yaitu seberapa baik langkah yang dilakukan PT. KAI DAOP III Cirebon. Evaluasi dilakukan dalam mendefinisikan problem, perencanaan dan pemograman, juga evaluasi dalam tindakan dan komunikasi terhadap peningkatan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran).
DAFTAR ISI
halaman Kata Pengantar ………………………………………………………….
Abstrak ………………………………………………………………….
Daftar Isi ………………………………………………………………..
Daftar Lampiran …………………………………………………….......
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………...
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………..
1.2 Perumusan Masalah …………………………….
1.3 Identifikasi Masalah …………………………….
1.4 Pembatasan Masalah …………………………....
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………….
1.6 Pengertian Istilah ………………………………..
1.7 Kerangka Pemikiran ……………………………
1.8 Operasional Variabel ……………………………
1.9 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …….......
1.10 Populasi dan Sampel ……………………………
1.11 Organisasi Karangan ……………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………..
2.1 Public Relations dan Ruang Lingkupnya ……….
2.1.1 Pengertian Public Relations ……………..
i
iii
iv
vii
1
1
7
7
8
8
9
10
14
16
17
18
20
20
20
iv
2.1.2 Proses Public Relations …………………..
2.1.3 Fungsi Public Relations ………………….
2.1.4 Tujuan Public Relations ………………….
2.2 Strategi Public Relations ………………………..
2.2.1 Pengertian Strategi Public Relations …….
2.2.2 Strategi Operasional Public Relations …...
2.3 Pelayanan dalam konsep Public Relations ……...
BAB III. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ………...
3.1 Sejarah Singkat Kereta Api di Indonesia ……….
3.2 Profil Perusahaan Kereta Api Indonesia (Persero)
3.2.1 Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia ...
3.2.2 Falsafah Perusahaan ……………………...
3.2.3 Budaya Perusahaan ………………………
3.2.4 Logo Perusahaan ……………………........
3.3 Tinjauan Daerah Operasional PT. Kereta Api
Indonesia ………………………………………..
3.4 Tinjauan Tentang Daerah Operasional 3 Cirebon.
3.5 Tinjauan mengenai Humas PT. KAI Daop 3
Cirebon ………………………………………….
3.6 Program DAOP 3 Cirebon menghadapi Idul Fitri
23
25
27
28
28
33
34
38
38
42
42
43
43
44
45
45
48
49
v
BAB IV. ANALISIS DATA/ PEMBAHASAN …………………..
4.1 Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP
3 Cirebon dalam mendefinisikan problem terkait
peningkatan pelayanan kepada pelanggan selama
Idul Fitri (Lebaran) ……………………………..
4.2 Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP
3 Cirebon dalam perencanaan dan pemrograman
terkait peningkatan pelayanan kepada pelanggan
selama Idul Fitri (Lebaran) ……………………..
4.3 Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP
3 Cirebon dalam mengambil tindakan dan
berkomunikasi terkait peningkatan pelayanan
kepada pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran) ….
4.4 Strategi Public Relations PT. KAI DAOP 3
Cirebon dalam mengevaluasi program terkait
peningkatan pelayanan kepada pelanggan
selama Idul Fitri (Lebaran) ……………………..
BAB V. PENUTUP ………………………………………………
5.1 Kesimpulan ……………………………………...
5.2 Saran-saran ………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………….
52
52
58
67
73
78
78
80
82
83
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi KA DAOP 3 Cirebon
2. Unversitas Islam Bandung Fakultas Ilmu Komunikasi (Permohonan Ijin
Riset/ Pra Riset)
3. PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi III Cirebon (Permohonan Ijin Riset)
4. PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi III Cirebon (Surat Keterangan)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kereta Api adalah sarana transportasi darat yang amat popular sebagai
kendaraan rakyat. Di Indonesia, Kereta Api merupakan bagian dari hajat orang
banyak, sehingga tidak mengherankan apabila sarana transportasi ini selalu
menjadi sorotan masyarakat.
Perkeretaapian merupakan salah satu model transportasi yang memiliki
karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk
mengangkut penumpang maupun barang secara masal, hemat energi, hemat dalam
penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, dan tingkat
pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan model transportasi
jalan raya untuk angkutan jarak jauh yang padat lalu lintas.
Kereta api saat ini menjadi salah satu alat transportasi yang sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia, baik itu untuk melakukan perjalanan bisnis,
wisata, bekerja, sekolah, dan kegiatan lainnya. Seiring dengan meningkatnya
masyarakat pengguna jasa kereta api, maka PT. Kereta Api (persero) harus
mampu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dalam menjalankan
fungsinya sehingga peningkatan konsumennya tetap terjaga. Dalam hal ini PT.
Kereta Api (persero) harus mampu melayani pengguna jasanya baik dari segi
keamanan, kenyamanan, kelayakan, ketepatan jadwal, penyediaan informasi yang
akurat dan lain sebagainya.
1
2
Mengingat hal tersebut diatas, maka PT Kereta Api (persero) harus mampu
melayani setiap kepentingan masyarakat dengan baik. Bila mana terjadi hal-hal
yang tidak semestinya, baik itu keterlambatan perjalanan, kecelakaan, maupun
ketidakpuasan pengguna jasanya. Oleh karena itu PT Kereta Api (persero) melalui
Humasnya harus mampu menampung, memberi penjelasan dan menanganinya
secara baik. Dengan demikian komunikasi sangat dibutuhkan dalam penyebaran
informasi yang ditujukan pada pelanggan dalam memberikan penjelasan-
penjelasan tersebut. Selain itu komunikasi juga sangat diperlukan oleh perusahaan
dalam membangun citra dan bekerjasama dengan pihak eksternal.
Kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepada PT. Kereta Api
(persero) maka PT. KAI berupaya untuk selalu memberikan pelayanan yang baik
yang diharapkan oleh masyarakat. Namun, dalam hal ini PT. Kereta Api (persero)
juga memerlukan kerjasamanya dengan masyarakat dalam menggunakan Kereta
Api, karena perilaku para pengguna jasa angkutan Kereta Api pada umumnya
banyak yang cukup menghawatirkan, beberapa tahun belakangan ini banyak
terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kematian diakibatkan karena kelalaian
dari PT. Kereta Api (persero) dan kelalaian dari pengguna jasa Kereta Api.
Berdasarkan catatan PT. Kereta api (persero) banyak sekali terjadi kecelakaan
yang dialami para penumpang karena mereka naik diatas atap kereta dan
bertengger disambungan kereta selama Kereta Api berjalan, ada saja korban yang
meninggal dan luka-luka akibat dari kecelakaan itu.
Salah satu faktor utama yang diidam-idamkan para penumpangnya yang
sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh PT.KA (Persero), adalah WC Bau,
3
Penumpang Liar yang tidur di gang, AC tidak dingin, terlambat, locomotif mogok
sampai dengan rangkaian anjlog. Fasilitas yang ada di KA ekonomi masih jauh
dari harapan para penggunanya. Jika melihat kondisi KA ekonomi dari tahun ke
tahun, belum banyak perubahan. Bahkan fasilitas yang tersedia masih belum
memenuhi standar pelayanan minimun yang telah diatur oleh Departemen
Perhubungan. Kondisi KA ekonomi saat ini belum memadai dan belum sesuai
dengan syarat minimum fasilitas yang harus dipenuhi.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2000
tentang Sarana Kereta Api, pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi
antarkota memiliki fasilitas tempat duduk maksimum 106 tempat duduk per kereta
(gerbong) untuk KA jarak menengah dan jarak jauh dan enam penumpang per
meter persegi untuk KA jarak dekat (komuter). Kemudian dilengkapi dengan
sistem pengaturan udara berupa kipas angin.
Aturan yang sama juga menjelaskan agar pelayanan angkutan penumpang
kelas ekonomi memiliki fasilitas pelayanan yang masih berfungsi dengan baik.
Sekurang-kurangnya ada jendela/pintu, tempat duduk dengan konstruksi tetap
yang mempunyai sandaran, toilet kecuali untuk KA jarak dekat, lampu
penerangan, kipas angin, air sesuai kebutuhan minimal per orang kecuali jarak
dekat, fasilitas pemadam kebakaran, rak bagasi, dan restorasi kecuali jarak dekat.
"Tapi kenyataanya banyak toilet kereta api yang tidak berfungsi dan tidak ada
airnya".
4
Tentu saja kondisi seperti ini akan 'menyiksa' penumpang, terutama anak-
anak, perempuan dan lansia. Dengan lama perjalanan yang lebih dari 7 jam, tentu
mereka juga membutuhkan tempat untuk bisa buang hajat. "Kasihan para
penumpang yang ingin buang air, terutama para perempuan".
Selain dari minimnya fasilitas diatas kereta api, kondisi rel maupun
bantalan rel yang berusia tua membuat seringnya terjadi beberapa kecelakaan.
Berdasarkan temuan-temuan (fakta) yang dikumpulkan tim KNKT, kondisi
bantalan banyak yang sudah lapuk bahkan hancur sehingga tidak dapat berfungsi
secara maksimal. Temuan dilapangan mengatakan bahwa banyak sambungan rel
retak (crack ). Retak pada banyak kasus terjadi di sekitar daerah pengelasan
sambungan karena seringnya terjadi keretakan, maka sambungan rel diperkuat
dengan plat jepit besi (lasplat / fishplate). Namun karena pemasangan plat jepit
besi (lasplat /fishplate) tersebut menutupi sambungan, membuat retak sambungan
tidak dapat terpantau oleh JPJ (Juru Penilik Jalan). Pada kasus lain sering terjadi
keretakan pada lubang baut plat jepit besi dan merambat hingga kepala rel
sehingga kepala rel terlepas dari badannya (rel gompal).
5
Sumber: PT KAI DAOP III Cirebon (2009)
6
Masyarakat sangat berharap Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan
dengan serius moda transportasi ini. Sudah waktunya memperbaiki segala
prasarana yang ada serta mulai membuka jalur-jalur baru. Dukungan pemerintah
juga sebaiknya ditujukan kepada pelayanan, misalnya dengan memberikan standar
minimal pelayanan yang dituangkan dalam peraturan pemerintah. Sehingga
operator kereta api dalam hal ini PT.KA (Persero) dapat bertindak lebih serius
dalam pemberian pelayanan kepada penumpangnya.
Penulis berpendapat bahwa pemerintah terlalu memperhatikan aspek lain
seperti pembangunan jalan tol ketimbang jalan kereta api, seharusnya
pembangunan jalan tol diimbangi dengan dibukanya lahan-lahan untuk kereta api
(suatu hal yang sulit dilakukan oleh Pemerintah yang profit oriented). Pola hidup
hemat dengan mengurangi penggunaan BBM oleh pemerintah, tampaknya kontra
produktif dengan dibukanya jalur-jalur jalan tol baru. Padahal kereta api dapat
memberikan kontribusi penghematan yang besar jika dapat memaksimalkan
penggunaan jalur kereta api. Bukan dengan membangun jalan tol dengan dalih
pembangunan dan menarik investasi, karena akan semakin membuat orang boros
dalam menggunakan BBM.
Untuk mengatasi semua hal diatas tidak bisa dijalankan oleh satu orang
saja, tetapi membutuhkan segenap kerjasama dari pegawai atau karyawan PT
Kereta Api (persero) sebagai satu kesatuan. Karena itu, maka khusus dalam hal
pelayanan kepada masyarakat, hubungan dengan pengguna hingga hubungan antar
segenap karyawan atau pegawai harus diperhatikan. Dengan kata lain diperlukan
adanya Humas bagi PT Kereta Api (persero) untuk menangani permasalahan
7
sehubungan dengan adanya masalah intern dan ekstern dari PT Kereta Api
(persero) itu sendiri. PRO sebagai pejabat Humas yang diharapkan menjadi “mata
dan telinga serta tangan kanan bagi Top Manager di perusahaan yang ruang
lingkup tugasnya meliputi membina hubungan ke luar dan membina hubungan ke
dalam”.
Sehubungan dengan hal-hal diatas PT. Kereta Api (persero) akan berusaha
memperbaiki citranya agar tetap dipercaya oleh masyarakat menjadi sarana
transportasi yang nyaman, aman dan ekonomis untuk hari lebaran.
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: STRATEGI PUBLIC
RELATIONS OFFICER DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA
PELANGGAN SELAMA IDUL FITRI (LEBARAN)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, penulis merumuskan
masalahnya sebagai berikut:
“ Bagaimana Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP III Cirebon
dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri
(lebaran). ”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
penulis kemukakan, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
8
1. Bagaimana strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP 3 Cirebon
dalam mendefinisikan problem terkait peningkatan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)?
2. Bagaimana Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP 3 Cirebon
dalam perencanaan dan pemrograman terkait peningkatan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)?
3. Bagaimana strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP 3 Cirebon
dalam mengambil tindakan dan berkomunikasi terkait peningkatan
pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)?
4. Bagaimana strategi Public Relations PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam
mengevaluasi program terkait peningkatan pelayanan kepada pelanggan
selama Idul Fitri (Lebaran)?
1.4 Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam tugas akhir ini lebih terarah, maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengambil tempat di Public Relations Officer PT KAI DAOP
III Cirebon, Jl. Inspeksi No. 3 Tanda Barat, Cirebon.
2. Yang diteliti adalah aspek Strategi PR menurut Dr. Edward Robinson yang
dipraktekan oleh PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam meningkatkan pelayanan
kepada pelanggan Kereta Api selama Idul Fitri (Lebaran).
9
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauhmana PRO PT. KAI DAOP III Cirebon
mendefinisikan problem dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
selama Idul Fitri.
2. Untuk mengetahui sejauhmana PRO PT. KAI DAOP III Cirebon menyusun
rencana dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri.
3. Untuk mengetahui sejauhmana PRO PT. KAI DAOP III Cirebon mengambil
tindakan dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul
Fitri.
4. Untuk mengetahui sejauhmana PRO PT. KAI DAOP III Cirebon melakukan
evaluasi dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri.
1.6 Pengertian Istilah
1. Strategi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa
untuk mencapai sesuatu. (Kamus Ilmiah Populer best seller 2006, Gitamedia
Press), dalam hal ini adalah peranan yang dilakukan oleh Public Relations
Officer PT. KAI DAOP III Cirebon dalam meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran).
2. Public Relations adalah suatu bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan
untuk memajukan saling mengerti dan saling bekerjasama antara semua
publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan
bersama. (M.O Palapah dalamYulianita, 1999 : 29).
10
3. Pelanggan adalah seseorang yang menaruh kepercayaan penuh kepada suatu
perusahaan, badan, lembaga, dan organisasi lainnya, senantiasa mengadakan
hubungan tetap dalam kurun waktu tertentu. (Effendy, 1989 : 177), dalam
hal ini adalah pihak konsumen pemakai jasa Kereta Api.
I.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai
skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Mengingat fungsinya
sangat penting dalam penelitian ini, penulis mengemukakan kerangka pemikiran
tersebut sebagai berikut :
Dalam suatu organisasi atau perusahaan yang bergerak dalam bidang
barang atau jasa, akan berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
setiap pelanggannya. Pelayanan yang baik bisa dalam bentuk penyampaian
informasi mengenai produk-produk terbaru ataupun kebijakan terbaru yang
ditetapkan oleh suatu perusahaan. Dalam penyampaian informasi tersebut agar
tidak terdapat salah pengertian dari para pelanggannya maka dibutuhkan seorang
Public Relations. “ Public Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan
kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan
dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu
memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka. Kedua, pelaksanaan
kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian
dan penghargaan yang sebaik-baiknya”.
11
Berusaha mengembangkan hubungan yang harmonis antara pihak
perusahaan dengan pihak pelanggan merupakan tujuan yang utama dari seorang
Public Relations. Sesuai dengan definisi PR yang dikemukakan diatas, “tujuan
Public Relations yaitu mengembangkan Goodwill dan memperoleh opini public
yang favourable atau menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang
harmonis dengan berbagai publik, baik eksternal maupun internal”
(Abdurrachman, 1995 : 34).
Menjalin hubungan baik dengan pelanggan salah satunya menanggapi
keluhan para pelanggan merupakan bagian dari kegiatan eksternal PR. “kegiatan
Eksternal PR ini adalah untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang diluar
badan atau instansi hingga terbentuklah opini publik yang favourable terhadap
badan itu” (Abdurrachman, 1995 : 38). Proses tersebut sudah semestinya dimulai
dari mengidentifikasi sikap publik terhadap perusahaan, menganalisa,
merencanakan dan melaksanakan suatu program aksi komunikasi demi
tercapainya suatu dukungan dan pengertan publik.
Strategi PR sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka
panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis
besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu kedepan.
Menurut Scott M. Cutlip (2006:320) dalam buku “Effective Public
Relations”, menyatakan bahwa langkah-langkah strategi PR adalah:
1. Mendefinisikan problem (atau peluang).
2. Perencanaan dan pemrograman.
3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi.
12
4. Mengevaluasi program.
Mendefinisikan Problem ( atau peluang). Langkah pertama ini mencakup
penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak
yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi.
Pada dasarnya ini adalah fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini menyediakan
dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan problem dengan menentukan
“apa yang sedang terjadi saat ini?”.
Perencanaan dan pemrograman. Informasi yang dikumpulkan dalam
langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik,
strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langkah ini akan
mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat kebijakan dan program
organisasi. Langkah kedua ini akan menjawab pertanyaan “berdasarkan apa kita
tahu tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang harus kita
ubah, dan apa yang harus kita katakan?”.
Mengambil tindakan dan berkomunikasi. Langkah ketiga ini adalah
mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk
mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing public dalam rangka mencapai
tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “ siapa yang harus
melakukan dan menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan bagaimana caranya?”
Mengevaluasi program. langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan
penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan
dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas
umpan balik tentang bagaimana bagaimana program itu berhasil atau tidak.
13
Program akan dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab pertanyaan
“Bagaimana keadaan kita sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita
lakukan ?”.
Persaingan yang semakin tajam antara perusahaan jasa angkutan saat ini
membuat pelayanan kepada pelanggan menjadi prioritas utama dimana tingkat
kepentingan dan harapan pelanggan serta pelaksanaan atau kinerja yang dilakukan
perusahaan haruslah sesuai. Perusahaan harus memperhatikan hal-hal yang
dianggap penting oleh para pelanggan, agar mereka merasa puas. Kegiatan
tersebut dapat dikerjakan dengan memfungsikan Public Relations.
Menurut kamus IPR dalam buku Public Relations, Jefkins menyatakan bahwa
Public Relations adalah:
Praktek Humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dan
segenap halayaknya (1987 :8).
Tujuan utamanya adalah “menciptakan dan memelihara saling pengertian”.
Maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa
dimengerti oleh pihak-pihak yang turut berkepentingan.
Perusahaan perlu menilai faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi
kepuasan pelanggannya dan apakah telah dipenuhinya. Misalnya keramahan
informasi dianggap penting dan ternyata menurut pengalaman penumpang
14
pelayanannya ramah, jadi penumpang merasa puas dengan praktek Public
Relations.
Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung
pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya. Jadi,
komunikasi yang dilaksanakan baik secara informal maupun persuasif bertujuan
untuk memecahkan problem yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan
ke luar.
Public Relations pada dasarnya berfungsi untuk menghubungkan publik-
publik atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu instansi atau
perusahaan untuk kepentingan bersama yang ingin diperoleh atau didapat.
Penilaian eksternal publik terhadap suatu badan bukan saja mengenai
pelayanannya, kegiatan-kegiatannya, dan para anggotanya, tapi juga mengenai
keseluruhan yang meliputi badan itu seperti gedungnya, letaknya, kebersihannya,
fasilitasnya, dan lain-lain yang nampak yang dapat dilihat oleh manusia, pada
badan itu akan memberikan kesan pada mereka dan membentuk opininya.
Pada dasarnya pengertian kepuasan/ketidakpuasan pelanggan merupakan
perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Jadi, pengertian kepuasan
pelanggan berarti bahwa kinerja suatu barang sekurang-kurangnya sama dengan
yang dihapkan. Seperti seorang penumpang mengharapkan pesawat berangkat
tepat waktu, akan tetapi kenyataannya sering terlambat sehingga
mengecewakan/menimbulkan rasa tidak puas.
15
Penelitian ini mengacu pada fakta-fakta dilapangan dimana penulis
melihat lonjakan arus mudik dan arus balik lebaran sangat padat. Hal tersebut
sering dimanfatkan oleh calo dengan menjual tiket lebih mahal dibandingkan
harga tiket aslinya. Belum lagi tindak kriminal yang sering terjadi di dalam
gerbong kereta api. hal ini membuat pengguna jasa kereta api merasa tidak
nyaman. Belakangan ini juga sering terjadi pencurian rel kereta api dan fasilitas
lainnya yang dapat membahayakan perjalanan.
1.8 Operasional Variabel
Variabel : Strategi Public Relatons Officer (PRO) PT. KAI DAOP III Cirebon.
Indikator 1. : Cara PRO PT. KAI DAOP III Cirebon mendefinisikan problem.
Alat Ukur :
- Dalam mendefinisikan problem ini, alat ukur/langkah-langkah yang digunakan
dengan memantau opini pengguna jasa kereta api.
- Sikap pengguna jasa kereta api.
- Perilaku pengguna jasa kereta api.
- Pengetahuan pengguna jasa kereta api
Indikator 2. : Rencana / tujuan yang dilakukan oleh PRO PT. KAI DAOP III
Cirebon.
16
Alat Ukur :
- Dalam membuat rencana/tujuan, alat ukur/ langkah-langkah yang digunakan
adalah strategi dari PT. KAI DAOP III Cirebon.
- Taktik PT. KAI DAOP III Cirebon
- Sasaran PT. KAI DAOP III Cirebon
Indikator 3. : Tindakan yang dilakukan oleh PRO PT. KAI DAOP III Cirebon.
Alat Ukur :
- Dalam mengambil tindakan, alat ukur/langkah-langkah yang digunakan PT.
KAI adalah siapa yang melakukan dan menyampaikannya.
- Cara PT. KAI melakukan tindakan.
Indikator 4. : Evaluasi yang dilakukan oleh PRO PT. KAI DAOP III Cirebon.
Alat Ukur :
- Dalam mengevaluasi, alat ukur/langkah-langkah yang digunakan adalah
bagaimana hasil yang didapat PT. KAI DAOP III Cirebon
- Seberapa baik langkah yang dilakukan PT. KAI DAOP III Cirebon
17
1.9 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.9.1 Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan atau menggambarkan
sesuatu hal sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi dilapangan (apa adanya).
Menurut A. Tohardi (2008:85) Metode deskriptif bertujuan untuk :
• Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada,
• Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praket yang
berlaku,
• Membuat perbandingan atau evaluasi,
• Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.
Pada hakekatnya Metode deskriptif adalah mencari teori bukan menguji
teori. Metode ini menitik beratkan pada observasi.
1.9.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut :
18
1. Wawancara
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan
orang yang berwenang dan berkepentingan yang dapat memberikan data
tentang masalah yang dibahas, berupa keterangan langsung.
2. Studi Kepustakaan
yaitu dengan cara mempelajari buku-buku dan bahan-bahan tertulis yang ada
hubungan dengan permasalahan penulisan.
3. Observasi
yaitu mengumpulkan data dengan mengamati responden secara langsung
mengenai masalah yang diteliti
1.10 Populasi dan Sampel
“Populasi adalah kumpulan objek penelitian”. (Rakhmat, 1999 : 78).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah PRO PT. KAI DAOP III
Cirebon beserta stafnya. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah:
• KAHUMASDA: Rudi Efendi.
• Staf KAHUMASDA:
- Toto Purwanto.
- Imam Supangkat.
19
“Sampel yaitu sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi”. (Surrakhmad, 1998 : 93). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
adalah PRO PT. KAI DAOP III Cirebon beserta Stafnya. Sampel yang akan
digunakan adalah sampel Purposif. Sampel Purposif adalah sampel yang
ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan
atas kriteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan
sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Public Relations dan Ruang Lingkupnya
2.1.1 Pengertian Public Relations
Batasan pengertian Public Relations, menurut para ahli sampai saat ini
belum ada satu kesepakatan secara tegas, ini disebabkan karena pertama,
banyaknya definisi Public Relations yang telah dirumuskan oleh baik para pakar
atau ahli, maupun profesional Public Relations yang satu sama lain saling berbeda
pendapat tentang Public Relations. Kedua, terjadinya perbedaan batasan
pengertian tentang Public Relations diakibatkan karena adanya latar belakang
yang berbeda, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi akan
lain dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi Public Relations.
Ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik secara teoritis maupun praktisi bahwa
kegiatan Public Relations itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap
perkembangan dinamika masyarakat serta mengikuti kemajuan zaman.
Mungkin tidak ada bidang ilmu lain yang sulit didefinisikan seperti Public
Relations. Semua orang percaya bahwa definisi dari Public Relations bisa saja
berbeda-beda arti bagi masing-masing pihak. Ada yang melihatnya dari segi
komunikasi, publikasi, manajemen, pemasaran atau periklanan, begitu
kompleksnya.
20
21
Menurut M.O. Palapah dan Atang Syamsudin definisi umum dari Public
Relations adalah : “suatu bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk
memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang
berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”.
Analisis Penulis bahwa pada prinsipnya Public Relations menekankan
pada “Bentuk spesialisasi komunikasi”. Hal ini menunjukan bahwa Public
Relations adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi dari sekian bentuk
spesialisasi yang ada, yakni bentuk spesialisasi komunikasi persona, komunikasi
kelompok, dan komunikasi massa. Public Relations adalah termasuk pada bentuk
spesialisasi komunikasi massa. Jika kita lihat mengapa Public Relations termasuk
pada spesialisasi kominikasi massa karena pada prinsipnya, publik-publik yang
berkepentingan terhadap organisasi/badan/perusahaan tertentu, yang tentu saja
sebagai publik yang harus menjadi perhatian untuk dibina hubungan baiknya
adalah tersebar didalam masyarakat. Oleh karena itu beralasan jika Public
Relations termasuk ke dalam salah satu bentuk spesialisasi komunikasi massa.
Sedangkan definisi yang berkaitan dengan manajemen adalah definisi yang
dikeluarkan oleh Danny Grinswold, Public Relations News (International Public
Relations Weekly for Executives) dimana Public Relations adalah :
Fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap dua publik,
mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur seseorang/sebuah perusahaan
terhadap publiknya, menyusun rencana serta menjalankan program-
program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan
publik.. (Kasali, 2000:7).
22
Lebih lanjut Rex F. Harlow dalam sebuah bukunya yang berjudul “A
Model for Public Relations Education for Profesional Practice” memberikan
definisi Public Relations sebagai berikut :
Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam persoalan/permasalahan, membantu manajemen mamapu menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. (Ruslan, 1998:17).
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, ada beberapa kesamaan
antara pengertian yang satu dengan yang lainnya. Ada unsur-unsur utama yang
sama, yang menyangkut antara lain:
1. Public Relations sebagai fungsi manajemen yang melekat pada organisasi
merupakan suatu kegiatan yang berorientasi/bertujuan untuk memperoleh
goodwill, menciptakan dan membina pengertian dan pengakuan dari publik,
membina dan memelihara kerjasama, menciptakan citra serta membentuk dan
memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan
publik-publiknya.
2. Orientasi kegiatan Public Relations adalah organisasi dan publik, artinya
apabila antara kepentingan organisasi dan publik seimbang, maka hal ini akan
menentukan sukses atau gagalnya tujuan organisasi.
3. Kegiatan Public Relations adalah kegiatan yang terencana, artinya setiap
kegiatan yang dilakukan oleh Public Relations telah melalui tahapan-tahapan
23
dimana setiap tahapan ini melalui perencanaan yang matang dan tidak asal-
asalan. Ini berarti Public Relations adalah suatu rangkaian kegiatan yang di
organisasikan sebagai suatu rangkaian program yang terpadu dan teratur. Jadi
Public Relations bukanlah kegiatan yang sifatnya sembarangan.
4. Perencanaan dalam kegiatan Public Relations adalah perencanaan dengan
tujuan yang baik untuk menciptakan opini publik yang favourable dan
menguntungkan semua pihak.
5. Aktivitas Public Relations adalah aktivitas komunikasi timbal balik atau dua
arah sebagai upaya untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara
organisasi dan masyarakat. Hubungan yang harmonis ini timbul dari adanya
mutual understanding, mutual confidence dan image yang baik.
Dalam ke lima unsur utama tersebut diatas menunjukkan adanya hubungan
kait mengait secara holistik yang merupakan proses berkesinambungan dalam
fungsional Public Relations yang melekat dengan manajemen oraganisasi, dalam
upaya mencapai tujuan dan sasaran utama badan usaha/organiasasi.
Definisi-definisi diatas kiranya memberi gambaran yang lebih jelas
tentang konsep Public Relations. Meskipun rangkaian 2 kata (Public dan
Relations) dapat diartikan melalui berbagai cara. Tetapi Public Relations tetap
suatu seni, suatu teknik yang memerlukan keahlian khusus.
2.1.2 Proses Public Relations
Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena
bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang
24
membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah
sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses Public Relations
selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat
langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang
diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:
1. Definisikan Permasalahan Dalam tahap ini Public Relations perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu Public Relations perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Public Relations setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisi terjadi.
2. Perencanaan dan Program Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini penting bagi Public Relations mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.
3. Aksi dan Komunikasi Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan/kegiatan sesuai dengan fakta dan data yang telah dirumuskan dalam bentuk perencanaan. Pada tahap ini, aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik.
4. Evaluasi Program Proses Public Relations selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui prosesnya sudah selesai atau belum, seorang Public Relations perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. (Kasali, 2000: 84-85).
25
Keempat langkah diatas merupakan tahap-tahap yang penting, sehingga
dalam menjalankan keempat tahapan itu harus lengkap, tidak boleh ada yang
terlewat.
2.1.3 Fungsi Public Relations
Fungsi merupakan kegiatan operasional dari suatu benda atau lembaga.
Mengenai istilah fungsi ini, Ralph Curier dan Allan C. Filley dalam bukunya
“Principle of Management” dikutip oleh Onong Uchjana Effendy (1993:24)
menyatakan bahwa “istilah fungsi menunjukkan suatu tahap yang jelas yang dapat
dibedakan bahkan dari tahap pekerjaan lain”.
Dalam kaitannya dengan Public Relations, maka Public Relations dalam
suatu organisasi dapat dikatakan berfungsi apabila menunjukkan kegiatan yang
jelas yang dapat dibedakan dengan kegiatan yang lainnya.
Fungsi utama Public Relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan, motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi. (Rachmadi,1992:21). Betrand R. Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and
Problems” menjelaskan secara lebih luas mengenai fungsi dari public relations ini
dengan tidak memandang apakah kegiatan Public Relations itu bersifat internal
maupun eksternal. Dalam bukunya, ia mengemukakan tiga fungsi Public
Relations:
1. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan
publik)
26
2. Maintain good communication (memelihara komunikasi yang baik)
3. And stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan
tingkah laku yang baik). (Yulianita, 1999: 49).
Dari definisi fungsi Public Relations diatas pada dasarnya dapat ditarik
suatu kesimpulan tentang fungsi Public Relations secara universal sehingga
mudah untuk dipahami dan dilaksanakan oleh seorang Public Relations Officer
(PRO) yaitu hanya menyangkut 2 fungsi Public Relations yang prinsipnya:
1. Menyampaikan kebijaksanaan manajemen pada publik
2. Menyampaikan opini publik pada manajemen.
Untuk itu sebagai fungsi manajemen, Public Relations berarti mempunyai
kontribusi yang sangat penting untuk membantu lancarnya kegiatan manajenmen
khususnya dalam membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk menilai
sikap publik terhadap organisasinya.
Fungsi Public Relations apabila dilaksanakan dengan seksama akan
menjadi dukungan yang nyata terhadap pencapaian tujuan organisasi beserta
manajemennya, karena fungsi yang tidak memihak. Fungsi Public Relations
adalah menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, sehingga dengan adanya
komunikasi yang timbal balik ini kesenjangan komunikasi dalam organisasi bisa
diantisipasi dan tercipta hubungan yang harmonis.
Dengan memelihara komunikasi yang baik, yaitu hubungan komunikatif
diantara Public Relations dengan publik internal maupun publik eksternal yang
dilakukan secara timbal balik yang dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa
simpati. Selain itu dengan menitikberatkan moral dan perilaku yang baik, fungsi
27
Public Relations juga mewakili organisasi agar memperoleh pandangan yang
positif dari publik.
2.1.4 Tujuan Public Relations
Dalam sebuah organisasi, PublicRelations dibentuk atau digiatkan untuk
menunjang manajemen yang berupaya untuk mencapai tujuan organisasi sehingga
tujuan sentral Public Relations yang akan dicapai adalah tujuan organisasi. Tujuan
organisasi yang diperjuangkan oleh manajemen dan ditunjang oleh Public
Relations itu tergantung pada sifat organisasinya. Tujuan Public Relations secara
umum adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik
dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada
publik yang bersangkutan, dan memperbaikinya jika citra itu menurun/rusak.
Yulianita dalam bukunya “Dasar-dasar Public Relations”, mengatakan ada
empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni:
1. Menciptakan citra yang baik 2. Memelihara citra yang baik 3. Meningkatkan citra yang baik 4. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun/rusak.
(Yulianita,1999: 43).
Menurut Frank Jefkins tujuan Public Relations adalah: “Meningkatkan
favorable image/citra yang baik dan mengurangi atau mengikishabis sama sekali
unfavorable image/citra yang buruk terhadap organisasi tersebut”, (Yulianita,
1999: 42). Sedangkan menurut Charles S. Steinberg tujuan Public Relations
adalah: “Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh badan yang bersangkutan”. (Yulianita, 1999: 42).
28
Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskan tentang tujuan
Public Relations secara umum/universal yang pada prinsipnya menekankan tujuan
pada aspek citra/image. Citra merupakan salah satu tujuan penting bagi sebuah
perusahaan, karena dengan memiliki citra yang baik, sebuah perusahaan akan
dinilai bonafid. Hal ini memberikan pengaruh pada tingkat kepercayaan publik-
publiknya.
2.2 Strategi Public Relations
2.2.1 Pengertian Strategi Public Relations
Dalam peranan sebagai penata rumah tangga perusahaan yang baik, sebagai
Public Relations Officer harus memiliki beberapa strategi agar dapat menjangkau
sasarannya baik internal maupun eksternal.
Menurut Ahmad S. Adnanputra , MA, MS, pakar Humas dalam naskahnya
berjudul PR Strategy, yang mengatakan bahwa strategi adalah bagian terpadu dari
suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu
perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi
dasar dari proses manajemen. Mengacu pada pola strategi Public Relations
tersebut, maka menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Instintut Bisnis dan
Manajemen Jayakarta, memberikan batasan pengertian tentang strategi Public
Relations, antara lain berbunyi: “Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh
guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public
relations (public relations plan).” ( Ruslan, 1998: 107).
29
Public Relations sebagai salah satu komponen kapal harus mampu
membaca rintangan yang muncul dari luar, (seperti: ketentuan pemerintah yang
mematikan, ketidakpahaman karyawan atas sikap penduduk di sekitar pabrik
sehingga penduduk bersikap melawan, tindakan pesaing, boikot dari konsumen
sampai pada kesalahan perusahaan yang dibuat tanpa sengaja terhadap publiknya.
Maupun dari dalam (seperti: pemogokan karyawan, pengrusakan, sikap tidak
terpuji, dan lain-lain) agar kapal dapat berlayar dengan selamat ke tujuannya.
Public Relations memberi sumbangan yang sangat besar bagi perusahaan dengan
mengembangkan hubungan-hubungan yang harmonis dengan stakeholdernya agar
perusahaan dapat mengembangkan kemampuannya mencapai misinya.
Dalam peranan sebagai penata rumah tangga perusahaan yang baik,
sebagai Public Relations Officer harus memiliki beberapa strategi agar dapat
menjangkau sasarannya baik internal maupun eksternal.
Menurut Scott M. Cutlip (2006:320) dalam buku “Effective Public
Relations”, menyatakan bahwa langkah-langkah strategi PR adalah:
1. Mendefinisikan problem (atau peluang). 2. Perencanaan dan pemrograman. 3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi. 4. Mengevaluasi program.
Mendefinisikan Problem ( atau peluang). Langkah pertama ini mencakup
penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan problem dengan menentukan “apa yang sedang terjadi saat ini?”.
Perencanaan dan pemrograman. Informasi yang dikumpulkan dalam
langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik,
30
strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan menjawab pertanyaan “berdasarkan apa kita tahu tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang harus kita ubah, dan apa yang harus kita katakan?”.
Mengambil tindakan dan berkomunikasi. Langkah ketiga ini adalah
mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing public dalam rangka mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “ siapa yang harus melakukan dan menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan bagaimana caranya?”
Mengevaluasi program. langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan
penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana bagaimana program itu berhasil atau tidak. Program akan dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan kita sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita lakukan ?”.
Masing-masing langkah adalah penting, namun proses itu dimulai dengan
pengumpulan data untuk mendiagnosis problem. Informasi dan pemahaman yang
terbentuk di langkah pertama akan mendorong dan memandu langkah berikutnya
dalam proses tersebut. Dalam praktiknya, tentu saja, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi tidak dapat dipisahpisah secara tegas seperti itu, sebab
proses ini berkelanjutan dan bersifat siklis dan diaplikasikan dalam seting yang
dinamis. Gambar dibawah mengilustrasikan sifat pemecahan problem PR yang
berkesinambungan, tumpang-tindih dan siklis.
31
Gambar 1
Proses Empat Langkah Public Relations
“Apa yang sedang terjadi saat ini?”
Analisis Situasi
“Apa yang harus kita lakukan dan katakan dan mengapa?”
Strategi
“Bagaimana kita melakukan dan kapan kita akan mengatakannya?”
Implementasi
“Seberapa baik langkah yang telah kita lakukan?”
Penilaian
Mendefinisikan Problem PR
Perencanaan dan
Pemrograman
Mengambil Tindakan dan
Berkomunikasi
Mengevaluasi Program
Sumber: Scott M. Cutlip (2006:319)
Istilah strategi manajemen sering pula disebut rencana strategis atau
rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan
menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun
waktu tertentu ke depan.
Berapa lama waktu yang akan dicakup tentu amat bervariasi. Dimasa lalu
para ahli menyebutkan sekitar 25 tahun, tetapi dewasa ini jarang sekali perusahaan
32
yang berani menetapkan arahnya untuk 25 tahun kedepan. Sebagian besar
membuatnya 5-10 tahun. Alasannya perubahan yang terjadi belakangan ini sangat
sulit diterka arahnya. Setiap perubahan itu saling kait mengait, sehingga perkiraan
terjauh yang dapat diduga menjadi amat terbatas. (Kasali, 1994:34).
Lebih jauh Kasali menyebutkan rencana jangka panjang inilah yang
menjadi pegangan bagi para praktisi PR untuk menyusun berbagai rencana teknis,
dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak
secara strategis, kegiatan PR harus menyatu dengan visi dan misi
organisasi/perusahaannya.
Menurut Kasali langkah-langkah strategi PR adalah sebagi berikut:
1. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar didalam maupun diluar perusahaan. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu tertentu, dengan melakukan penelitian terhadap naskah-naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan perusahaan, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak-pihak yang berkepentingan atau dianggap penting.
2. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap publiknya atau sebaliknya.
3. Melakukan analisis SWOT (Strenghts/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunities/peluang, dan Threats/ancaman). Meski tidak perlu menganalisis hal-hal yang berada diluar jangkauannya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dlam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnya menyangkut masa depan industri yang ditekuninya, citra yang dimiliki perusahaan, kultur yang dimiliki serta potensi lain yang dimiliki perusahaan.
33
2.2.2 Strategi Operasional Public Relations
Untuk mengokohkan dan memantapkan fungsi Public Relations agar
mengenai sasarannya dalam suatu tujuan organisasi/lembaga, maka aktivitas
utama Public Relatios secara operasional seharusnya berada di posisi yang
sedekat mungkin dengan pimpinan puncak organisasi (Top Management), dan
diharapkan kegiatan Public Relations akan tercapai, sebagai berikut:
a. Dengan posisi Public Relations yang dekat dengan pimpinan tertinggi tersebut akan lebih mengetahui secara jelas dan rinci mengenai suatu sistem terpadu mengenai pola perencanaan, kebijakan, keputusan yang diambil, visi dan arah tujuan organisasi bersangkutan, agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan informasi yang berasal dari lembaga/organisasi kepada publikya. Karena fungsi Public Relations sebagai komunikator dan mediator harus mengetahui sejauh mana batas-batas pesan/informasi yang dapat dipublikasikan, atau pesan/informasi “apa dan bagaimana” yang tidak bisa diungkapkan secara terbuka kepada publiknya, khususnya kepada kalangan pers/media massa.
b. Agar aktivitas Public Relations dalam mewakili lembaga/organisasi tersebut dapat dipertegas batas-batas wewenang dan tanggung jawab dalam memberikan keterangan (sebagai juru bicara). Kemudian kegiatan Public Relations akan selalu mengetahui secara jelas “apa dan bagaimana: segi pelaksanaan dari keputusan atau kebijaksanaan pimpinan organisasi tersebut.
c. Dimungkinkan untuk menghadiri setiap rapat atau pertemuan pada tingkat pimpinan, agar dapat mengetahui secara langsung dengan tepat tentang “latar belakang” suatu proses perencanaan, kebijaksanaan, arah dan hingga tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
d. Agar bisa berhubungan secara langsung dan segera dengan pimpinan puncak, tanpa melalui perantara pejabat/departemen lain, sehingga fungsi Public Relations berlangsung secara optimal, antisipasif dan dapat melaksanakan berbagai macam perencanaan, peranan kmunikasi atau dengan kewenangan yang ada akan mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan timbul tanpa diduga sebelumnya.
e. Dalam menjalankan fungsi Public Relations secara pro-aktif dan bertindak dinamis, serta fleksibel sebagai narasumber atau mengatur
34
saluran informasi baik ke dalam maupun ke luar, untuk menghindarkan sikap reaktif (pasif) dalam menghadapi berbagai masalah atau tantangan yang bakal dihadapinya
f. Sebagai pembantu pimpinan puncak, maka pihak Public Relations berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekam, menganalisis, menelaah hingga mengevaluasi setiap rekasi (feed Back), khususnya dalam uaya penilaian sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat (Public Acceptance Or Non Public Acceptance), sebgaai suatu akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil dan kebijaksanaan telah dijalankan oleh pihak lembaga/organisasi.
g. Dapat secara langsung memberikan sumbang saran, ide dan rencana
atau program kerja Public Relations dalam rangka untuk memperbaiki, atau mempertahankan nama baik, kepercayan dan citra perusahaan terhadap publiknya. Termasuk upaya menjembatani atau menyerasikan antara keijaksanaan keputusan organisasi/lembaga dengan kepentingan, dan keinginan serta sekaligus upaya memperoleh dukungan dan partisipasi dari masyarakat (publiknya). (Ruslan, 1998: 115-117).
2.3 Pelayanan dalam konsep Public Relations
Pengakuan konsumen sangat bergantung dari pemberian produk dan jasa.
Hal ini berarti bahwa apabila produk yang dihasilkan menjaminmutu dan
pelayanan yang diberikan bagus serta memuaskan maka mereka akan tetap
memakai produk atau jasa tersebut. Untuk itu seorang praktisi Public Relations
dituntut harus peka terhadap keinginan publik khususnya konsumen karena jika
mereka merasa puas maka konsumen akan mmberikan kesan yang baik dan citra
positif perusahaan akan terangkat.
Service Of Excellence adalah: “Pelayanan yang diberikan oleh seluruh unit
secara Intergrated, terpadu baik di Front Office meupun di Back office sehingga
harapan pelanggan dapat dipuaskan. Service Of Excellence identik dengan sikap
35
baik atau Behavior pegawai”. (Kamaruli Pohan :4). Service Of Excellence
mempelajari tentang strategi dan meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki
oleh pegawai dalam kontak dengan konsumen. Dalam Service Of Excellence ini
akan ditunjukan bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik, membangun
komunikasi yang benar, mengatasi kemarahan dan keluhan serta keberatan
konsumen, menahan perasaan dan memberikan pelayanan yang memuaskan dan
langkah yang terpenting adalah membangun hubungan dan meningkatkan
kepercayaan, yang kesemua point tersebut ditujukan untuk melayani konsumen.
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam pelayanan yang unggul
(service excellence), menurut Trigono (1997 : 58) ada empat yaitu:
“Kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan. Keempat komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang integrasi, artinya pelayanan menjadi tidak excellence bila ada komponen yang kurang. Kualitas jasa atau layanan yang baik akan dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat terhadap unit organisasi pemerintah yang memberikan layanan secara khusus serta pemerintahan pada umumnya.”
Penulis menjelaskan bahwa “kecepatan” menyangkut kualitas produk
layanan dan kualitas prilaku, dalam arti masyarakat memperoleh apa yang
diinginkan dengan cepat, dan tidak membutuhkan waktu yang relatif lama.
Sedangkan “ketepatan” sebagai dimensi kualitas layanan berkaitan dengan
kewajiban dan pemenuhan janji, tujuan yang ingin dicapai, sasaran atau objek
yang menjadi fokus perhatian, keinginan atau kepentingan yang ingin diperoleh,
prosedur yang dilalui, maupun waktu yang dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk
dimensi “kemudahan”, pelanggan selalu mengharapkan biaya pelayanan yang
lebih murah, selain pelayanan yang semakin cepat dan lebih baik. Penyediaan
36
fasilitas dan informasi pelayanan yang dengan mudah dapat diakses akan
menimbulkan persepsi yang positif bagi pelanggan terhadap layanan yang
disediakan, dan yang terakhir adalah dimensi “keadilan”, pada dimensi ini setiap
masyarakat berhak memperoleh pelayanan yang adil, dengan demikian setiap
orang merasa dipenuhi haknya untuk memperoleh layanan.
Pada pokoknya Public Relations Officer (PRO) sebagai juru bicara pula
melakukan komunikasi dengan konsumen, untuk menunjukan kepada mereka
bahwa pegawai mampu melaksanakan Service Of Excellence dengan baik.
Service Of Excellence bila dikaitkan dengan tujuan External Public
Relations adalah sebagai berikut, menurut Fraizier Moore:
1. Menentukan apakah para konsumen memikirkan dan membicarakan kebijakan, tindakan produk atau pelayanan perusahaan.
2. Memahami apakah semua pernyataan yang dibuat untuk para konsumen mengenai harga, nilai pelayanan dan kualitas adalah memuat kenyataan dan tidak dibuat-buat.
3. Meningkatkan pelayanan konsumen dengan penanganan yang lebih memuaskan atas dasar keluhan, dan dengan memperbaiki kekurangan dalam operasi, prosedur atau kebijaksanaan yang mencegah timbulnya keluhan-keluhan tersebut .
4. Memperoleh penerimaan tentang produk dan pelayanan suatu perusahaan oleh publik pemakai.
5. Mendidik para karyawan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, sopan, pribadi, dan ramah kepada konsumen.
6. Menyebarluaskan informasi kepada publik pemakai tentang produk, pelayanan, kebijaksanaan, dan praktek perusahaan.
7. Menjawab pertanyaan konsumen yang berhubungan dengan perusahaan, produk dan pelayanan yang bermanfaat.
8. Menghasilkan produk atau pelayanan yang lebih memuaskan kepada para konsumen melalui penelitian dan pemahaman produk.
37
9. Memberi nama produk dengan istilah yang bisa dipahami sehingga para konsumen dapat mengetahui mutu dan sifat produk, membuat tingkatan mutu produk untuk membantu para konsumen memilih dan memanfaatkan produk tersebut.
10. Menetapkan harga serendah mungkin sesuai dengan mutu produk.
11. Memelihara dan meningkatkan hubungan dengan para konsumen. (Moore, 1988: 174-175).
Tanggapan Penulis pada intinya adalah, Service Excellence tentu tidak
cukup hanya menjadi sebuah paradigma dan keterampilan pada garda depan
dalam melayani pelanggan, tetapi membutuhkan kesungguhan, kemantapan hati,
dan komitmen tinggi dari setiap bagian diorganisasi khususnya manajemen
puncak. Service Excellence juga harus diturunkan menjadi suatu langkah
terstruktur yang diimpelentasikan disetiap fungsi diperusahaan. Kegiatan Service
Of Excellence yang pada akhirnya juga bertujuan untuk membentuk citra positif
untuk mendapatkan pengertian, kepercayaan dan dukungan publik.
BAB III
GAMBARAN UMUM
OBJEK PENELITIAN
3.1 Sejarah Singkat Kereta Api di Indonesia
Kereta Api mulai diperkenalkan di masa pemerintah Hindia Belanda
melalui NV. Netherlandsch Indische Spoorweg Mij (NISM) antara desa Kemijen
di Semarang dengan Tanggung. Jalan KA Kemijen – Tanggung yang jaraknya 26
km itu, mulai dilalui KA tanggal 17 Juni 1864. Pencangkulan pertama
pembangunan jalan KA di lintas tersebut dilakukan oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Mr. L. A.J Baron Sloet Van Den Beele. Pembangunan untuk
memperpanjang lintas ini terus dilanjutkan, sehingga pada tanggal 18 Februari
1870 pelayanan jasa KA dari NV. NISM untuk umum pada lintas Solo –
Semarang dimulai
Dibagian lain Pemerintah Hindia Belanda dengan perusahaan KA yang
bernama “ Staats Spoorwagen “ (SS), mulai membangun jalan KA dilintas Jakarta
– Bogor tanggal 10 April 1869 dan selesai seluruhnya pada tahun 1873. Pekerjaan
pemasangan juga dibantu oleh NV. NISM, tetapi kemudian diambil alih oleh SS.
Selain membangun jalan KA dilintas Jakarta – Bogor, tanggal 12 November 1876,
SS juga membangun jalan KA antara Ulele – Kutaraja (di Aceh). Demikian juga
pada bulan Juli 1891, dibangun jalan antara Pulu Aer – Padang (di Sumatera
Barat). Tahun 1912, membangun jalan KA antara Teluk Betung – Prabumulih
(Sumatera Selatan) dan 1 Juli 1923 membangun jalan KA Makasar – Takalar
38
39
(Sulawesi). Khusus di Sumatera Utara NV. Deli Spoorweg Mij (NV. DSM) pada
tanggal 25 Juli 1886 telah membangun jalan KA antara Labuan – Medan.
Setelah melalui rangkaian pembanguna sebagaimana disebutkan diatas,
akhirnya selama masa pemerintahan Hindia Belanda selain terdapat perusahaan
KA yang dikelola “ Pemerintah “ Hindia Belanda bernama Staats – Spoorwegen
(SS), juga terdapat 11 perusahaan kereta api milik swasta di pulau Jawa dan 1
perusahaan swasta di Sumatera. Sebelas perusahaan meliputi: NV. Nederlandsch
Indische Spoorweg Mij (NIS), NV. Semarang Cheribon Spoorweg Mij (SCS),
NV. Joana Stoomtram Mij (SJS), NV. Serajoe Dal Stootram Mij (SDS), NV Oost
Java Stootram mij (MDSM), NV. Malang Stootram Mij (MSM), NV. Pasuruan
Stootram Mij (PsSM), NV Madoera Stoomtram Mij (MadSM), dan disumatera
NV. Deli Spoorweg Mij.
Setelah NV Nederlandsh Indische Spoorweg (NISM) membangun jalan
KA antara desa Kemijen di Semarang dengan Tanggung yang mulai dilalui KA 17
Juni 1868, belum didapat kepastian, pihak mana yang harus melakukan
pembangunan jalan KA untuk selanjutnya, swasta atau pemerintah Hindia
Belanda. Oleh karena itu, pihak swasta senantiasa berinisiatif membangun jalan
KA sesuai dengan urgensi bidang usahanya.
Hal ini terbukti dengan hadirnya perusahan kereta api milik swasta
sebanyak 11 di Jawa dan 1 di Sumatera. Tetapi, dalam perkembangan selanjutnya,
setelah jaringan KA milik swasta kian meluas, ditetapkan bahwa pembangunan
jalan KA selanjutnya bukan oleh swasta melainkan oleh pemerintah, dalam hal ini
40
pihak Hindia Belanda yang dikoordinir Gubernur Jenderal setelah mendapat
konsesi dari Ratu Wilhelmina.
Berdasarkan surat Raja Djawa No. 270 Tanggal 28 Mei 1842, diusulkan
agar dalam periode 1842 – 1862 persiapan pemasangan jaringan jalan rel dari
Semarang ke Kedu dan beberapa wilayah Kerajaan di Jawa dapat dilakukan dalam
usulan tersebut ditetapkan juga bahwa gerbong – gerbong untuk pengangkutan
ditarik oleh kerbau, sapi atau kuda. Belum direncanakan penarikan oleh lokomotif
sebagaimana lazimnya kereta api sekarang.
Usulan Raja Djawa ini tidak dipenuhi bahkan pada tahun 1846 Gubernur
Jenderal Rochussen mengusulkan kepada Kerajaan Belanda agar menolak
permohonan konsesi Raja Djawa. Namu setelah melalui proses yang sangat
panjang, akhirnya pada tahun 1871, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bose
menyusun rancangan undang – undang jalan KA pemerintah di Jawa, yang
disahkan pada tanggal 6 April 1875, hal ini menandai lahirnya KA di Bumi
Nusantara secara dejure. Sehingga peran raja – Raja di Djawa tersebiut diabadikan
melalui nama – nama Kereta Argo Bromo, Argo Gede, Argo Wilis dan
Parahyangan.
Sejalan dengan perjalanan sejarah, berkat Allah SWT dan perjuangan
rakyat Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 dapat dikumandangkan, yang diikuti pengambilalihan sevara resmi
perusahaan – perusahaan penjajah oleh Bangsa Indonesia. Pengambilalihan
perusahaan KA terjadi pada tanggal 28 September 1945, yang untuk selanjutnya
dijadikan “Hari Kereta Api”.
41
Dengan pengambilalihan tersebut maka berdirilah perusahaan KA
pemerintah di Indonesia dengan bentuk perusahaan Djawatan Kereta Api
Republik Indonesia (DKARI), yang dipimpin oleh Direktur Djendral Kepala
Jawatan Kereta Api (DDKA), Ir. Mohammad Efendi Saleh.
Setalah berjalan hamper delapan tahun, kepemimpinan tersebut digantikan
oleh Ir. R. Abuprayitno, bentuk perusahaan, berubah menjadi Djawatan Kereta
Api (DKA), hingga akhirnya pada tahun 1963, melalui peraturan pemerintah
Nomor 22/1963, perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Negara Kereta
Api (PNKA).
Karena situasi politik pada tahun 1965 hingga 1967 cukup genting
denganpecahnya pemberontakan PKI, maka kepemimpinan dipegang oleh ABRI,
dengan Brigjen Sentot Iskandardinata sebagai pemimpinnya, yang pada tahun
1968 digantikan oleh Ir. R. Soemali.
Tahun 1971, dengan PP No. 61/1971, status perusahaan kembali
mengalami perubahan, PNKA diganti dengan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta
Api). Selanjutnya secara berturut-turut pimpinan PJKA dijabat oleh Ir. Pantiarso
(1978-1981), Ir. Soedjono Kramadibrata (1981-1989), Ir. Harbani (1989-1991),
Drs. Anwar Suprijadi, Msc.
Pada tanggal 2 Januari 1991, dengan ditandai pembacaan ikrar karyawan
karyawati Perumka, status perusahaan berubah lagi menjadi Perusahaan Umum
Kereta Api (Perumka) dengan PP 57/1990 tanggal 1 Oktober 1990, dengan
Direktur Utamanya Drs. Anwar Supriaji Msc. (1991-1995). Kemudian tahun 1995
42
Direktur Utama Perumka dipimpin oleh Ir. Soemino Eko Saputro (1995-1998).
Pada tanggal31 Juli 1998 Dirut Perumka digantikan oleh Drs. Edie Haryoto.
Pada masa kepemimpinan Drs. Edie Haryoto ini, status perusahaan
kembali mengalami perubahan. Bentuk perusahaan yang semula perusahaan
Umum Kereta Api (Perumka), melalui PP No. 19 tahun 1998, tanggal 3 Februari
1998, berubah status menjadi Perseroan, PT. Kereta Api (Persero).
Selain itu, melalui Keputusan Presiden No. 38 Tahun 1999, tentang
pengecualian perusahaan perseroan tertentu yang dapat dikecualikan dari
pengalihan, tugas, dan kewenangan Mentri Keuangan selaku pemegang saham
atau rapat umum pemegang saham (RUPS) kepada Mentri Negara Pendayagunaan
Badan Usaha Milik Negara (PBUMN), ditetapkan bahwa PT. Kereta Api tetap
dibawah naungan Departemen Perhubungan. Keppres yang ditandatangani
Presiden Bahrudin Yusuf Habibie pada tanggal 17 mei 1999. Hal ini menandai
mulai diberlakukannya status PT. Namun demikian, secara efektif baru
diberlakukan pada tanggal 1 Juni 1999 melalui upacara, sebagai tanda peresmian
pengalihan status dari Perumka menjadi PT. Kereta Api (Persero) di Kantor Pusat
Bandung.
3.2 Profil Perusahaan Kereta Api Indonesia (Persero)
3.2.1 Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia
Visi : Penyediaan jasa kereta api sebagai pilihan utama, dengan:
1. Seluruh lapisan masyarakat adalah pelanggan.
2. Berkembang dan terdepan dalam keselamatan dan keandalan.
43
3. Pelopor dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan.
4. Karyawan bangga dan sejahtera.
5. Keuangan perusahaan sehat.
Misi : Mewujudkan transportasi yang bersifat massal untuk pertumbuhan
ekonomi serta menunjang pembangunan sektor lain dan pemerataannya.
3.2.2 Falsafah Perusahaan
Falsafah PT. KAI adalah “Pelayanan yang semakin baik melalui
efektifitas dan efisiensi biaya untuk meraih laba”.
3.2.3 Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan merupakan pola sikap, keyakinan, asumsi dan harapan
yang dimiliki bersama dan menjadi pegangan teguh dan pedoman dalam
melakukan interaksi antara karyawan dalam usaha mencapai sasaran perusahaan,
yang disebut RELA. RELA berarti ikhlas bekerja, ikhlas berkorban dan ikhlas
belajar untuk kemajuan perusahaan. RELA juga merupakan penjabaran dari:
• R = Ramah;
• E = Efisiensi & Efektif;
• L = Lancar dan
• A = Aman.
44
3.2.4 Logo Perusahaan
a. Makna Karakter Logo PT. KAI
Gambar lambang menyiratkan sifat : tegas, pasti, gerak horizontal, juga
bolak-balik. Dua garis lurus dengan ujung lengkung meruncing, dengan arah
berlawanan, selain menggambarkan arah bolak-balik perjalanan kereta api, juga
melambangkan interaksi pelayanan (memberi dan menerima).
b. Gaya Gambar
lugas, langsung, tajam, teknis, selaras dengan staf teknis kereta api. Ujung
garis tajam tapi melengkung untuk menyiratkan arah / kecapatan (aerodinamis),
tetapi cendrung tumpul agak melengkung, tidak terlampau tajam, agar memberi
kesan aman. Sesuatu bentuk yang terlampau runcing lebih member kesan
ancaman, rasa sakit dan agresivitas ; asosiasif kepada senjata tajam, duri dan
semacamnya.
c. Sifat Gambar
Sifat gambar lebih lugas, objektif, rasional, karena bentuk geometrisnya
yang dominan dan lebih bersifat maskulin. Kesan sangat modern, teknis, jelas
terlihat.
45
3.3 Tinjauan Daerah Operasional PT. Kereta Api Indonesia.
Untuk memudahkan pekerjaan dan meningkatkan pelayanan kepada para
penumpang kereta maka PT. KAI membagi Daerah Operasional. Khususnya di
Jawa terbagi menjadi 9 (Sembilan) Daerah Opersional, yang meliputi:
1. Daop khusus (KRL/Listrik), yang meliputi Jakarta, Bogor, Tanggerang,
dan Bekasi.
2. Daop I (Jakarta), yang jalurnya meliputi Merak, Jakarta, dan Cikampek.
3. Daop II (Bandung) , yang meliputi kawasan Cikampek, Bogor, Sukabumi,
Purwakarta, dan Bandung.
4. Daop III (Cirebon), yang meliputi jalur Cikampek, Cirebon, Ciledug, dan
Pemalang.
5. Daop IV (Semarang), yang meliputi Pemalang, Semarang.
6. Daop V (Purwokerto), jalurnya meliputi Ciledug, Purwokerto, Kroya,
Cilacap.
7. Daop VI (Yogyakarta), yang meliputi jalur Kroya, Kebumen, Yogya, Solo.
8. Daop VII (Madiun), meliputi jalur Solo, Madiun.
9. Daop VIII (Surabaya), yang meliputi Surabaya dan sekitarnya.
10. Daop IX (Jember), meliputi Jember, Banyuwangi.
3.4 Tinjauan Tentang Daerah Operasional 3 Cirebon.
Daerah Operasi (DAOP) 3 Cirebon adalah satuan organisasi dilingkungan
PT. Kereta Api (Persero) yang berada di bawah Direksi PT. Kereta Api (Persero).
46
Daerah Operasi 3 Cirebon dipimpin oleh seorang Kepala Daerah Operasi
(KADAOP) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT.
Kereta Api (Persero).
Wilayah kerja dan batas wilayah Daerah Operasi 3 Cirebon meliputi:
Lintas operasi, dengan batas-batas sebagai berikut:
1) Batas Barat DAOP 3 Cirebon dengan DAOP 1 Jakarta terletak
pada KM 85+400 antara Cikampek-Tanjungrasa pada Lintas
Cikampek-Cirebon;
2) Batas Timur DAOP 3 dengan DAOP 4 Semarang pada KM
150+740 antara Tegal-Brebes pada lintas Tegal-Cirebon.
3) Batas selatan DAOP 3 Cirebon dengan DAOP 5 Purwokerto pada
KM 287+930 antara Songgom-Prupuk pada lintas Cirebon-Prupuk;
Seperti Daerah Operasional lainnya, DAOP 3 Cirebon memiliki
manajemen tersendiri. Hal ini memberikan arti bahwa pelayanan kepada
penumpang selalu diutamakan, oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan yang
professional di setiap daerah operasional.
Adapun struktur organisasi dari PT. KAI Daop 3 Cirebon dapat dilihat
pada gambar berikut:
Struktur Organisasi Daerah Operasi 3 Cirebon
KA DAOP 3 Cirebon
Ir. Purnomo Radiq . MT
HUMASDA
Rudi Efendi
Pemeriksa Kas Daerah
(PKD)
Mardi
Tata usah
PKS
Seksi Keuangan
Kadi Supriyatna
Sub Seksi Administrasi
Keuangan
Sub Seksi Anggaran dan Administrasi
Seksi Sumber Daya Manusia
Berton Rajagukguk
Sub Seksi SDM
Sub Seksi Kerumahtanggan
dan Umum
UPK
Sub Seksi Hukum
Sub Seksi Hygiene
Perusahaan, Kesehatan
Lingkungan kerja
Seksi Jalan dan Rel jembatan
Ir. Maula Nurholis
Seksi Operasional
dan Pemasaran
Sukaim SE
Seksi Sinyal Telekomunikasi dan Rel Listrik
Ir. Maryanto Sub Seksi
Program Rel & Jembatan
Sub Seksi Konstruksi Jalan Rel
Sub Seksi Konstruksi Jembatan
UPT
WAS
Sub Seksi Opnis & PERKA
Sub Seksi Pemasaran
Angk. Penumpang
Sub Seksi Angk. Barang
Sub Seksi KAMTIB
UPT
WAS Sub Seksi Program
Sub Seksi Sinyal
Sub Seksi Telkomlis
WAS
UPT
48
3.5 Tinjauan mengenai Humas PT. KAI Daop 3 Cirebon
Bila kita melihat struktur organisasi PT. KAI Daop 3 Cirebon, terlihat
jelas bahwa posisi humas sudah ideal. Karena posisi Humas sangat dekat dengan
kepala. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Humasda operasional 3 Cirebon
sesuai fungsinya sebagai “penyambung lidah” perusahaan, khususnya dalam hal
mengadakan hubungan timbal balik dengan publik-publik yang berada didalam,
dan umumnya dengan publik-publik yang berada diluar perusahaan. Selain itu
Humasda tidak hanya bertugas sebagai penyampai informasi manajemen dari
perusahaan kepada publiknya tetapi juga informasi yang datang dari publik
kepada perusahaan.
Saat ini kedudukan KaHumasda Operasional 3 Cirebon dijabat oleh Bpk.
Rudi Efendi, dengan dibantu oleh dua stafnya. Tugas dan peran Humasda sendiri
adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kebijakan-kebijakan Ka.Daop 3 Cirebon kepada publik-
publik Eksternal perusahaan melalui media umum dan media massa.
2. Menyampaikan opini publik kepada Ka.Daop / manajemen.
3. Menjadi lalu lintas koordinasi antara bidang-bidang yang berada dalam
lingkungan Internal PT. KAI Daop 3 Cirebon.
4. Menjaga hubungan baik dengan pers, para pengguna KA, lembaga
pendidikan dan lembaga pemerintah lainnya.
5. Melakukan koordinasi dengan Humas Daerah-daerah operasional lain.
49
3.6 Program DAOP 3 Cirebon menghadapi Idul Fitri
Jasa angkutan kereta api menjelang musim mudik lebaran biasanya selalu
diminati dan digemari oleh para pemudik, selain tarif yang murah dengan kondisi
jalur pantura masih banyak dalam perbaikan dipastikan angkutan kereta api akan
terhindar dari kemacetan yang sering terjadi hampir disetiap musim mudik.
Menurut Kepala PT Kereta Api Indonesia DAOP III Cirebon Ir H Rustam
Harahap, untuk mudik tahun ini dipastikan akan mengalami lonjakan hingga
mencapai 46 persen jika dibandingkan tahun kemarin. Hal tersebut berdasarkan
hasil evaluasi dari bulan januari hinggga agustus, kenaikan penumpang selalu
mengalami kenaikan per bulan mencapai 18 persen dari program Puncak mudik
tahun ini diperkirakan akan terjadi pada H-3 hingga H+5, dari tahun kemarin
pemudik yang ada di wilayah DAOP III Cireboh hanya mencapai 11.000
penumpang, tahun ini diperkirakan akan mencapai 12.600 penumpang. Maka dari
itu DAOP III Cirebon menyiapkan sekitar 7.392 kursi perhari.
Menghadapi antisipasi lonjakan arus mudik, pihak DAOP 3 Cirebon telah
membuat program diantaranya adalah:
1. Menyiapkan seluruh rangkaian kereta api beserta kereta api cadangan.
2. Mensiagakan pihak keamanan.
3. Menyiapkan loket-loket tambahan.
4. Membuat spanduk-spanduk yang berisi pengumuman.
5. Menyiapkan sukarelawan medis untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan.
50
Terkait dengan pelayanan DAOP 3 Cirebon, tahun ini pihaknya telah
menyiapkan sekitar 170 rangkaian kereta yang terdiri dari 70 kelas ekonomi dan
bisnis, 88 kereta reguler serta 12 kereta tambahan yang menjadi cadangan dan
dipastikan akan dipoerasikan untuk mengangkut para pemudik ditahun 2008.
Sementara itu mengantisipasi adanya calo yang selalu dikeluhkan para
pengguna jasa kereta api diakui KADAOP 3 Cirebon hal tersebut sangat susah
sekali untuk diberantas apa lagi dengan faktor sosial yang selama ini telah
menjadi bagian budaya hidup masyarakat.
Untuk permasalahan calo memang sangat susah untuk dihilangkan akan
tetapi DAOP 3 berupaya terus dengan menghadirkan gerbong tambahan yang
tiketnya dapat dibeli oleh para penumpang sebelum keberangkatan. Jadi para
penumpang tidak usah termakan isu tiket habis sehingga lari kecalo, kita sediakan
dua gerbong tambahan setiap keberangkatan.
Upaya lain yang disiapkan oleh PT KAI DAOP III Cirebon untuk
menjamin tingkat keamanan para pengguna jasa angkutan kereta api adalah
pihaknya telah bekerja sama dengan kepolisian wilayah III Cirebon, Korem III
Sunan Gunung Djati dan Polisi Khusus kereta api yang akan memberikan rasa
aman, nyaman dan tentram bagi para pemudik hingga kota tujuan masing-masing.
DAOP 3 sudah siapkan 30 pihak keamanan yang terdiri dari pihak
kepolisian dan tentara, 16 security system dan 14 polisi khusus kereta api.
Diharapkan kehadirannya dapat mengurangi tingkat kriminalitas di dalam kereta
api.
51
Terkait tarif pada musim mudik tahun 2008 ini dijelaskan KADAOP
pihaknya tetap menggunakan tarif atas karena belum ada isu atau edaran yang
memperkirakan adanya kenaikan tarif baru. Diperkirakan tarif mudik tahun 2008
untuk kereta Argo Jati yang semula Rp75.000 menjadi Rp100.000 dan untuk
eksekutif dari Rp65.000 menjadi Rp75.000 sedangkan untuk kelas bisnis dari
Rp55.000 menjadi Rp65.000.
Sedangkan untuk memberikan pelayanan yang optimal dalam musim
mudik tahun 2008 pihak DAOP 3 Cirebon tidak akan memberikan libur dan cuti
bagi para pegawainya yaitu dari H-10 hingga H+10\".
BAB IV
ANALISIS DATA/ PEMBAHASAN
4.1 Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam
mendefinisikan problem terkait peningkatan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)
Strategi PR sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka
panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis
besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu kedepan.
Langkah pertama dari strategi PR adalah mendefinisikan problem Public
Relations, langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan memantau
pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan
dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya ini adalah
fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah
dalam proses pemecahan problem dengan menentukan “apa yang sedang terjadi
saat ini?”. Adapun problem diketahui dengan cara PRO PT. KAI Daop 3
melakukan peninjauan langsung ke lapangan setiap periode tertentu dan langsung
mengadakan wawancara dengan pengguna jasa kereta api.
Informasi dan pemahaman yang terbentuk dilangkah pertama akan
mendorong dan memandu langkah berikutnya dalam proses manajemen.
Dalam mendefinisikan problem ini, alat ukur/langkah-langkah yang
digunakan dengan memantau opini pengguna jasa kereta api yang penulis peroleh
dari hasil observasi langsung pada PT. KAI DAOP 3 Cirebon dan dengan
melakukan wawancara dengan PRO PT. KAI DAOP 3 Cirebon, sebagai tambahan
52
53
penulis juga melakukan wawancara dengan para pengguna jasa angkutan kereta
api. Dari indikator yang telah ditetapkan sebelumnya maka dapat diuraikan hasil
penelitiannya sebagai berikut:
- Sikap pengguna jasa kereta api.
Dari hasil observasi yang dilakukan dan dari hasil wawancara dengan PRO
PT. KAI DAOP III Cirebon, diketahui bahwa selama Idul Fitri (Lebaran) para
pelanggan bersikap sangat kritis terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak
PT. KAI DAOP III Cirebon. Pelanggan sangat menginginkan pelayanan yang
baik sehingga mereka memperoleh kepuasan yang diukur dengan tercapainya
harapan pelanggan dari kinerja PT. KAI DAOP III Cirebon.
Pelanggan sangat berharap permasalahan-permasalahan dalam pelayanan
dapat diatasi dengan baik oleh pihak PT. KAI DAOP III Cirebon, dalam hal
ini PT. Kereta Api (persero) harus mampu melayani pengguna jasanya baik
dari segi keamanan, kenyamanan, kelayakan, ketepatan jadwal, penyediaan
informasi yang akurat dan lain sebagainya selama arus mudik dan arus balik
Idul Fitri (Lebaran).
Permasalahan yang dirasakan oleh para pengguna jasa angkutan kereta api
adalah WC bau, penumpang liar yang tidur di gang, AC tidak dingin,
keterlambatan kereta, locomotif mogok sampai dengan rangkaian anjlog.
Selain itu, kondisi rel maupun bantalan rel yang berusia tua membuat
seringnya terjadi beberapa kecelakaan.
54
Faktor lain yang menyebabkan permasalahan terjadi di PT. KAI DAOP III
Cirebon menurut pengguna jasa kereta api adalah kurangnya perhatian dari
para pegawai dalam melayani penumpang, misalnya penumpang tidak
mendapatkan pelayanan yang baik ketika membeli tiket, bahkan ketika berada
dalam perjalanan. Hal ini menyebabkan sikap penumpang yang kurang
memiliki rasa tanggung jawab untuk bersama-sama menjaga sarana dan
prasarana yang ada.
Dengan demikian pihak PT.KAI DAOP III Cirebon harus terus melakukan
upaya perbaikan dalam hal melayani penumpang untuk mengantisipasi sikap
penumpang yang merugikan perusahaan, sehingga dengan adanya perbaikan
dari pihak perusahaan diharapkan para pengguna jasa kereta api akan
bersama-sama menjaga sarana dan prasarana kereta api, misalnya tidak ada
lagi penumpang yang besikap merusak sarana yang ada dalam kereta api.
- Perilaku pengguna jasa kereta api.
Dari hasil observasi yang dilakukan dan dari hasil wawancara dengan PRO
PT. KAI DAOP III Cirebon, diketahui bahwa selama Idul Fitri (Lebaran)
perilaku pengguna jasa kereta api sangat dipengaruhi oleh situasi yang sedang
terjadi saat itu, setiap pelanggan menginginkan pelayanan yang baik dari pihak
PT. KAI DAOP III Cirebon. Adanya ketidakpuasan pelanggan membuat
mereka berperilaku tidak seharusnya, misalnya mereka dengan sangat terpaksa
membeli tiket dari para calo walaupun dengan harga yang sangat berlipat.
Perilaku pengguna jasa kereta api seperti ini seharusnya harus dapat diatasi
55
oleh pihak PT. KAI DAOP III Cirebon. Dengan banyaknya pengguna jasa
kereta api pada saat Idul Fitri (Lebaran) perilaku pelanggan yang yang naik
diatas atap kereta dan bertengger disambungan kereta selama kereta api
berjalan dapat mengakibatkan kecelakaan. Hal ini bukan saja menjadi
kelalaian dari pengguna jasa kereta api tetapi merupakan kelalaian dari pihak
PT. KAI DAOP III Cirebon.
Perilaku lain yaitu penumpang bertindak kasar kepada pelayan atau petugas
kereta api, hal ini disebabkan penumpang yang tidak mendapatkan pelayanan
dengan cepat, sehingga mereka memperlakukan petugas dengan sangat tidak
baik. Hal ini perlu diantisipasi oleh pihak perusahaan dengan terus
mengutamakan pelayanan yang baik, pelayanan dapat berupa bukti fisik,
empati, rasa tanggung jawab, ramah, dan memberikan jaminan pelayanan
kepada penumpang.
Perilaku penumpang kereta api yang tidak diinginkan sangat dipengaruhi oleh
pelayanan yang diberikan oleh pihak PT. Kereta Api (persero), dimana jika
pelayanan yang diberikan sesuai dengan keinginan/ harapan pelanggan maka
pelanggan tidak akan berperilaku yang tidak diinginkan. Sehingga dari hasil
observasi di lapangan pihak PT. KAI DAOP III Cirebon harus terus dapat
meningkatkan pelayanannya kepada pengguna jasa angkutan kereta api.
- Pengetahuan pengguna jasa kereta api
Dari hasil observasi yang dilakukan dan dari hasil wawancara dengan PRO
PT. KAI DAOP III Cirebon juga dari hasil wawancara dengan pengguna jasa
56
kereta api, diketahui bahwa selama Idul Fitri (Lebaran) pengguna jasa kereta
api kurang memiliki pengetahuan yang baik mengenai penggunaan jasa kereta
api yang sesuai aturan. Pelanggan juga tidak cukup memiliki pengetahuan
mengenai kondisi yang seharusnya dapat dipenuhi oleh pihak PT. Kereta Api
(persero), misalnya untuk pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi
sekurang-kurangnya ada jendela/pintu, tempat duduk dengan konstruksi tetap
yang mempunyai sandaran, toilet kecuali untuk KA jarak dekat, lampu
penerangan, kipas angin, air sesuai kebutuhan minimal per orang kecuali jarak
dekat, fasilitas pemadam kebakaran, rak bagasi, dan restorasi kecuali jarak
dekat. Pada saat lebaran terdapat beberapa aturan yang diberlakukan oleh
pihak perusahaan, misalnya penambahan loket, ataupun penjualan tiket
melalui agen-agen, tetapi kebanyakan penumpang tidak mengetahui akan hal
tersebut, ini dikarenakan pihak kereta api kurang mensosialisasikan mengenai
hal tersebut. Penumpang juga tidak mengetahui bahwa mengenai sarana kereta
api telah diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun
2000. Dengan pengetahuan penumpang yang sangat minim mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan sarana kereta api, maka penumpang hanya dapat
memperlihatkan ketidakpuasannya melakukan tindakan-tindakan yang tidak
ada solusinya, sehingga dengan demikian pihak PT. Kereta Api (persero)
diharapkan mampu mensosialisasikan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan sarana kereta api kepada pengguna jasa angkutan kereta api.
Berdasarkan langkah-langkah yang digunakan dengan memantau opini
pengguna jasa kereta api berupa sikap, perilaku dan pengetahuan pengguna jasa
57
kereta api, maka dapat diketahui bahwa dalam mendefinsikan problem
didefinisikan melalui riset dan analisis situasi.
Analisis situasi adalah sekumpulan hal-hal yang diketahui tentang situasi,
seperti sejarahnya, kekuatan yang mempengaruhinya, dan mereka yang terlibat
atau terpengaruh secara internal dan eksternal. Sebuah analisis situasi memuat
semua latar belakang informasi yang diperluka untuk menjelaskan dan
mengilustrasikan secara detail makna dari sebuah pernyataan problem. Dalam
proses analisis situasi, seseorang bias mendefinisikan dan memperbaiki
pernyataan problem secara jelas dan spesifik. Biasanya proses definisi ini dimulai
dengan pernyataan problem tentative, yang diikuti dengan investigasi atas situasi.
Dari sini kemudian dilakukan perbaikan definisi problem, dan seterusnya.
Dari uraian di atas yaitu mengenai sikap pengguna jasa kereta api dapat
diketahui bahwa sikap sangat dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh
pihak perusahaan. Sikap kritis dari pengguna jasa kereta api harus mampu dikritisi
pula oleh pihak perusahaan. Sikap penumpang yang menginginkan perbaikan dari
sarana dan prasarana serta perbaikan pelayanan harus mampu diberikan oleh
pihak perusahaan, dengan terus melakukan evaluasi terhadap kinerja pegawai.
Mengenai perilaku penumpang kereta api yang sangat merugikan pihak
perusahaan merupakan bentuk ketidakpuasan dari penumpang diharapkan mampu
diantisipasi oleh pihak perusahaan. Perilaku penumpang yang dipengaruhi oleh
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan merupakan hal yang seharusnya
58
mampu diatasi oleh pihak perusahaan dengan terus melakukan perbaikan guna
membentuk perilaku yang baik dari pengguna jasa kereta api.
Adapun mengenai pengetahuan pengguna jasa kereta api yang kurang
memahami mengenai peraturan-peraturan sarana dan prasarana kereta api
merupakan hal yang menjadi tugas utama perusahaan untuk mampu
mensosialisasikan apapun yang berhubungan dengan penumpang khususnya
mengenai perbaikan pelayanan kepada penumpang, sehingga akan diperoleh
timbal balik yang positif bagi perusahaan juga bagi penumpang. Dengan
pengetahuan penumpang yang baik maka pihak perusahaanpun akan dengan
mudah melayani penumpang.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa PRO PT. KAI DAOP 3 Cirebon telah
melakukan riset dan analisis situasi dengan cukup baik, sehingga mereka mampu
mendefinisikan problem/ peluang yang terjadi, sehingga diharapkan dapat
melakukan perencanaan dan pemograman yang tepat sasaran.
4.2 Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam
perencanaan dan pemrograman terkait peningkatan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)
Setelah mendefiniskan problem atau peluang PR didefinisikan melalui
riset dan analisis, maka disusun sebuah strategi untuk mengatasi problem atau
memperbesar peluang tersebut. Ini adalah perencanaan dan pemograman untuk
59
membuat keputusan strategis mendasar tentang apa yang dilakukan, dan dengan
langkah apa, dalam rangka mengantisipasi problem atau peluang.
Perencanaan dan pemograman merupakan langkah kedua dari strategi PR.
Informasi yang dikumpulkan dalam langkah pertama digunakan untuk membuat
keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi,
taktik, dan sasaran. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah
dalam membuat kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan
menjawab pertanyaan “berdasarkan apa kita tahu tentang situasi, dan apa yang
harus kita lakukan atau apa yang harus kita ubah, dan apa yang harus kita
katakan?”.
Rencana, jika ingin berjalan secara efektif, harus dimonitor setiap
langkahnya. Dibutuhkan persiapan dan dukungan lanjutan untuk memastikan hasil
yang baik dari perencanaan dan pemograman.
Dalam membuat rencana/tujuan, alat ukur/ langkah-langkah yang
digunakan adalah strategi dari PT. KAI DAOP III Cirebon.
- Taktik PT. KAI DAOP III Cirebon
Jasa angkutan kereta api menjelang musim mudik lebaran biasanya selalu
diminati dan digemari oleh para pemudik, selain tarif yang murah dengan
kondisi jalur pantura masih banyak dalam perbaikan dipastikan angkutan
kereta api akan terhindar dari kemacetan yang sering terjadi hampir disetiap
musim mudik, dimana kemacetan adalah hal yang sangat ingin dihindari oleh
pemudik, dengan tujuan ingin cepat sampai tujuan, maka angkutan kereta api
merupakan jawaban yang paling tepat yang dipilih oleh para pemudik. Dengan
60
kondisi seperti ini sudah dapat dipastikan pengguna jasa angkutan kereta api
pada musim lebaran akan melonjak dari hari-hari biasanya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan dari hasil wawancara dengan
PRO PT. KAI DAOP III Cirebon, untuk mengantisipasi lonjakan penumpang
dan mengoptimumkan pelayanan maka pihak PT. KAI DAOP III Cirebon
menggunakan taktik dalam perencanaan dan pemogramannya, guna
mengoptimumkan pelayanan kepada para pengguna jasa angkutan kereta api.
Adapun taktik yang dilakukan oleh PT. KAI DAOP III Cirebon antara lain:
1. Menyiapkan seluruh rangkaian kereta api beserta kereta api cadangan.
Menurut Kepala PT Kereta Api Indonesia DAOP III Cirebon Ir H Rustam
Harahap, untuk mudik tahun ini dipastikan akan mengalami lonjakan
hingga mencapai 46 persen jika dibandingkan tahun kemarin. Dengan
demikian maka diperlukan rangkaian kereta api yang lebih banyak
dibandingkan dengan hari biasa.
2. Mensiagakan pihak keamanan.
Dengan adanya lonjakan penumpang maka tidak dapat dipungkiri
meningkat pula tingkat kejahatan yang terjadi, sehingga pihak PT. Kereta
Api (persero) perlu mensiagakan pihak keamanan, juga menambah
personil keamanan untuk kenyamanan penumpang.
3. Menyiapkan loket-loket tambahan dan memperluas jaringan pelayanan
ticketing
Untuk menghindari antrian yang panjang, maka pihak PT. Kereta Api
(persero) menyiapkan loket-loket tambahan, hal ini bertujuan untuk
61
kenyamanan penumpang pada saat membeli tiket juga untuk
mengefektifkan waktu. Selain itu fungsi dari penyediaan loket tambahan
juga untuk menghindarkan penumpang dari calo yang sering
memanfaatkan penumpang yang malas dengan antrian di loket.
PT KA (Persero) memperluas jaringan pelayanan ticketing bagi para
pengguna jasa kereta api. Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian PT
KA terhadap tuntutan akan peningkatan pelayanan pada saat lebaran (idul
Fitri) dan kemudahan akses, salah satunya dengan kemudahan dalam
memperoleh tiket KA bagi para pengguna jasa kereta api pada kelas bisnis
dan eksekutif.
Untuk mewujudkan harapan dan keinginan para pengguna jasanya, dalam
hal kemudahan reservasi dan pembayaran tiket PT KA (Persero)
menggandeng Bank BII, BRI dan PT Pos Indonesia setelah sebelumnya
melakukan kerjasama dengan Bank Mandiri, dan akan segera menyusul
bekerjasama dengan PT. Gracia Reservasi Indonesia (GRI).
Selain memberikan kemudahan dalam memberikan pelayanan pembelian
tiket kereta api, PT. Kereta Api (persero) juga memberikan pelayanan
pembatalan karcis dan pengembalian bea. Bagi pemegang karcis yang
membatalkan perjalanan berlaku ketentuan yang tercantum dalam
Maklumat Direksi sebagai berikut :
1. Membatalkan perjalanannya paling lambat 30 (tiga puluh) menit
sebelum jadwal keberangkatan kereta api dikenakan bea pembatalan
62
25% dari tarif umum yang berlaku. Bea pembatalan dibulatkan ke atas
dengan kelipatan Rp 1000.
2. Membatalkan perjalanan kurang dari 30 menit sebelum jadwal
keberangkatan kereta api, bea tidak dikembalikan (hangus).
3. Pembatalan karcis akibat kesalahan dinas maka bea sebesar tariff KA
yang bersangkutan dikembalikan 100%.
4. Pengembalian bea dilaksanakan dengan system computer ticketing dan
sebagai bukti karcis lama dilampirkan.
Bentuk Peraturan atau Maklumat Direksi tersebut, penulis pikir perlu
untuk dilakukan pengkajian ulang, memang di dalam UU No. 23 jelas
tertulis peraturan mengenai pengembalian tiket, namun apakah hal ini
tidak bisa dilakukan negosiasi dalam PP yang dikeluarkannya, sehingga 30
menit tidak menjadi harga mati bagi pengembalian tiket KA. Sebab
dengan batas waktu 30 menit yang akan diberikan 75% Maklumat Direksi
No. 16/LL702/KA-2008 Point 2.a, akan membuka lebar peluang percaloan
dan bagi pihak PT KA sendiri 30 menit adalah waktu yang sangat sempit
untuk melakukan penjualan kembali terhadap tiket tersebut sebelum KA
yang dimaksud berangkat sesuai jadwal pemberangkatan.
4. Membuat spanduk-spanduk yang berisi pengumuman.
Untuk memberikan informasi kepada penumpang maka dibuat spanduk-
spanduk yang berisi pengumuman terkait dengan perjalanan/ jadwal kereta
api juga hal-hal yang berhubungan dengan sarana kereta api.
63
5. Menyiapkan sukarelawan medis untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Dengan melonjaknya pengguna jasa angkutan kereta api, maka dapat
dipastikan kondisi di Stasiun kereta api akan dipenuhi oleh orang-orang,
maka untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka
disiapkan sukarelawan medis oleh pihak PT. Kereta Api (persero).
Taktik mempresentasikan keputusan di lapangan yang dibutuhkan karena
perkembangan setelah rencana strategis diimplementasikan. Karenanya taktik
adalah keputusan atau tindakan yang dilakukan agar strategi sesuai dengan
kenyataan dan situasi medan perang. Taktik mengacu pada level operasional:
kejadian aktual, media dan metode yang dipakai untuk mengimplementasikan
strategi.
- Sasaran PT. KAI DAOP III Cirebon
Sasaran harus dalam bentuk tertulis, dengan salinan diberikan kepada setiap
orang yang mengerjakan program itu. Sasaran menjadi basis utama untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan strategi dan taktik program.
Sasaran juga harus sering didiskusikan, karena sasaran memberikan pedoman
untuk perencanaan, pengelolaan, dan mengevaluasi elemen program dan
keseluruhan pogram.
Untuk mencapai tujuan program, maka ditetapkan sasarannya yaitu untuk
meningkatkan pelayanan selama Idul Fitri (Lebaran) bagi pengguna jasa
angkutan kereta api, antara lain dalam hal:
64
1. Menyediakan rangkaian kereta api sesuai dengan jumlah penumpang yang
telah diprediksi sebelumnya
Dengan menyediakan rangkaian kereta api sesuai dengan prediksi jumlah
penumpang maka diharapkan tidak akan ada penumpang yang terlantar
ataupun menaiki gerbong-gerbong kereta api dikarenakan tidak kebagian
tiket.
2. Untuk mengantisipasi adanya calo yang selalu dikeluhkan para pengguna
jasa kereta api diakui PT. KAI DAOP 3 Cirebon
Sampai saat ini permasalahan adanya calo selalu menjadi sorotan utama,
dikarenakan penumpang merasakan hal yang sangat dilemma, di satu sisi
mereka sangat ingin mendapatkan tiket dengan harga yang sesuai tarif
tetapi disisi lain mereka terkadang dikejar waktu ingin segera
mendapatkan tiket walaupun dengan harga yang relative tinggi yang
ditetapkan para calo, sehingga sasaran mengantisipasi para calo sangat
tepat dijadikan perhatian utama oleh pihak PT. Kereta Api (persero).
3. Untuk menjamin tingkat keamanan para pengguna jasa angkutan kereta api
dimana pihaknya telah bekerja sama dengan kepolisian wilayah III
Cirebon, Korem III Sunan Gunung Djati dan Polisi Khusus kereta api yang
akan memberikan rasa aman, nyaman dan tentram bagi para pemudik
hingga kota tujuan masing-masing.
Perencanaan dan pemograman terkait peningkatan pelayanan kepada
pelanggan selama Lebaran (Idul Fitri) di tahun 2008 mengalami peningkatan
65
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seperti informasi yang Penulis
peroleh bahwa dalam upaya memberikan peningkatan pelayanan yang prima
kepada pengguna jasa angkutan kereta api, khususnya penyebaran titik
pembelian tiket, maka PT KA terus melakukan inovasi menggunakan
perkembangan teknologi komunikasi data yang sudah sedemikian maju.
Kerjasama kali ini yang dilakukan dengan PT Flash Mobile selaku penyedia
jasa dan jaringan multimedia serta telah mempunyai kerjasama dengan PT Pos
Indonesia dengan bersama-sama memberdayakan loket-loket milik PT Pos
Indonesia untuk melakukan jasa layanan berbagai transaksi (pembayaran) di
seluruh Indonesia. Dengan jaringan yang mencapai 3.100 jaringan online
system kantor pos di seluruh Indonesia dan untuk tahap awal di wilayah Jawa
dilayani oleh sebanyak 2.152 titik online yang meliputi 640 kantor pos di
Jabodetabek, 497 kantor pos di Jawa Barat, 582 kantor pos diJawa Tengah dan
DIY, serta 433 kantor pos di Jawa Timur, tentunya akan memberikan
kemudahan bagi pengguna jasa Kereta Api yang tempat tinggalnya jauh dari
lokasi stasiun pemberangkatan.
Saat ini PT KA telah melakukan sejumlah terobosan untuk melayani pengguna
jasa dalam melakukan transaksi pembelian tiket melalui sejumlah tempat
seperti :
1. Penjualan di loket PT KA
2. Penjualan melalui agen
3. Penjualan melalui ATM Bank (Mandiri, BII, BRI)
66
4. Penjualan melalui Loket PT Pos
Sejumlah inovasi tersebut tentunya diharap akan mampu memberikan
kontribusi bagi peningkatan okupansi penumpang KA. Mekanisme dalam
pembelian tiket baik melalui ATM maupun loket PT Pos tentunya dibuat
semudah mungkin bagi para konsumen. Namun tentunya dalam pembelian di
luar loket KA akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 7500 bagi transaksi
yang dilakukan baik di ATM maupun di PT. Pos tiap kali transasi dan
transaksi tersebut dilakukan untuk pemesanan hingga 4 seat pada KA yang
sama.
Dengan menghubungi Call Center 13897 (melalui HP GSM) atau 021-2350
7000, konsumen atau calon pengguna jasa KA akan bisa melakukan
pemesanan tiket dan selanjutnya melakukan pembayaran di ATM tedekat, Call
Center ini juga bisa digunakan untuk menanyakan jadwal perjalanan KA.
Dari semua perencanaan dan pemograman yang dilakukan oleh PT. Kereta
Api (persero) diketahui bahwa masih terdapat beberapa kendala dalam
merealisasikan rencana dan program tersebut. Misalnya dalam penjualan tiket
yang dilakukan oleh para calo masih sangat sulit dihindari, karena hal ini
masih belum diatur secara jelas dalam undang-undang yang berlaku, juga
berdasarkan informasi yang Penulis peroleh adanya kerjasama calo dengan
oknum dalam perusahaan, sehingga sangat sulit sekali untuk menghilangkan
adanya calo-calo tiket di PT. Kereta Api (persero). Adapun mengenai
penyediaan loket-loket tambahan ternyata masih belum dapat mengantisipasi
67
antrian penumpang, ini dapat dilihat dari panjangnya antrian penumpang yang
membeli tiket walaupun loket-loket telah tersedia. Permasalahan-
permasalahan yang belum dapat diantisipasi pada tahun 2008 hendaknya
menjadi bahan perencanaan dan pemograman yang lebih baik di tahun 2009.
Setelah ditetapkan perencanaan dan pemograman maka diharapkan akan dapat
mengambil tindakan dan komunikasi terkait dengan peningkatkan pelayanan
kepada pelanggan PT. Kereta Api (persero) khususnya pada DAOP 3 Cirebon.
4.3 Strategi Public Relations Officer PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam
mengambil tindakan dan berkomunikasi terkait peningkatan pelayanan
kepada pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)
Langkah ketiga dalam proses manajemen mengarahkan program PR ke
dalam implementasi. Tahap ini berlaku untuk pencarian fakta dan perencanaan
strategis dari dua langkah sebelumnya. Setelah problem didefinisikan dan solusi
dilakukan, langkah selanjutnya adalah aksi dan komunikasi.
Mengimplementasikan program aksi dan komunikasi didesain untuk mencapai
tujuan spesifik untuk masing-masing public dalam rangka mencapai tujuan
program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “ siapa yang harus melakukan dan
menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan bagaimana caranya?”
Adapun strategi PRO dalam mengambil tindakan dan berkomunikasi
terkait peningkatan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran)
antara lain:
68
a. Strategi PRO PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam mengambil tindakan dan
berkomunikasi dilakukan dan disampaikan oleh Public Relations Officer PT.
KAI DAOP 3 Cirebon, dimana sesuai fungsinya yaitu menumbuhkan dan
mengembangkan hubungan antara lembaga/organisasi dengan publiknya,
intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan,
motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat
(opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi.
Adapun cara yang ditempuh adalah:
1. Untuk memberikan pelayanan yang optimal dalam musim mudik tahun
2008 pihak DAOP 3 Cirebon tidak akan memberikan libur dan cuti bagi
para pegawainya yaitu dari H-10 hingga H+10\".
2. Untuk menjamin tingkat keamanan para pengguna jasa angkutan kereta api
pihak PT. KAI DAOP 3 Cirebon telah bekerja sama dengan kepolisian
wilayah III Cirebon, Korem III Sunan Gunung Djati dan Polisi Khusus
kereta api yang akan memberikan rasa aman, nyaman dan tentram bagi
para pemudik hingga kota tujuan masing-masing.
3. Untuk permasalahan calo memang sangat susah untuk dihilangkan akan
tetapi DAOP 3 berupaya terus dengan menghadirkan gerbong tambahan
yang tiketnya dapat dibeli oleh para penumpang sebelum keberangkatan.
Jadi para penumpang tidak usah termakan isu tiket habis sehingga lari
kecalo, kita sediakan dua gerbong tambahan setiap keberangkatan.
69
4. Terkait dengan pelayanan DAOP 3 Cirebon, tahun ini pihaknya telah
menyiapkan sekitar 170 rangkaian kereta yang terdiri dari 70 kelas
ekonomi dan bisnis, 88 kereta reguler serta 12 kereta tambahan yang
menjadi cadangan dan dipastikan akan dipoerasikan untuk mengangkut
para pemudik ditahun 2008.
5. Memeperbaiki sarana kereta api sesuai dengan aturan yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2000,
dimana pelayanan penumpang kelas ekonomi antarkota memiliki fasilitas
tempat duduk maksimum 106 tempat duduk per kereta (gerbong) untuk
KA jarak menengah dan jarak jauh dan enam penumpang per meter
persegi untuk KA jarak dekat (komuter), kemudian dilengkapi dengan
sistem pengaturan udara berupa kipas angin.
6. Untuk meningkatkan okupansi dan pendapatan dari angkutan penumpang
kereta api, berbagai cara telah ditempuh oleh PT KA selaku operator jasa
angkutan kereta api tersebut. Mulai dari penjualan di loket resmi stasiun,
sejumlah agen tiket hingga yang terbaru melakukan kerjasama dengan
sejumlah bank seperti Mandiri, BII, BRI dan PT. POS Indonesia serta
bekerja sama dengan Gracia Reservation Indonesia.
Dengan cara-cara yang dilakukan di atas, maka diharapkan PT. KAI
DAOP 3 Cirebon dapat mengantisipasi segala permasalahan yang terjadi
dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pelanggan selama Idul Fitri
(Lebaran).
70
b. Pihak PT KAI DAOP 3 Cirebon hendaknya dapat berkomunikasi dengan
pelanggannya dengan memberikan penjelasan mengenai jenis/ klasifikasi dari
kereta yang disediakan, khususnya kereta penumpang. Adapun informasi yang
Penulis peroleh bahwa kapasitas angkutan penumpang yang disediakan PT.
Kereta Api (Persero) di Jawa dan Sumatera adalah 106.638 tempat duduk/hari,
dengan rasio keals eksekutif (15%), bisnis (27%) dan ekonomi (59%). Bila
tempat duduk dikaitkan dengan jarak tempuh, total kapasitas 41.528.450
tempat duduk - kilometer per hari, dengan ratio eksekutif (17%), bisnis (25%)
dan ekonomi (58%), sehingga pada saat lebaran (Idul Fitri) kapasitas ini dapat
bertambah sesuai dengan prediksi kenaikan penumpang yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Pada kereta eksekutif segmenting yang mendasari peluncuran KA Eksekutif
dilakukan dengan mengklasifikasikan pelanggan dalam beberapa tingkatan
value :
• Gateway value, konsumen yang menggunakan jasa kereta api hanya
mendasarkan kepada fungsinya sebagai alat transportasi
• Competitive value, disamping mempertimbangkan fungsi utama sebagai
alat transportasi, pelanggan mempertimbangkan pula faktor tingkat
kenyamanan dan pelayanan yang dibandingkan terhadap moda pesaing
• Ultimate value, pelanggan tidak sekedar menuntut fungsi dan
perbandinggan, melainkan juga pertimbangan-pertimbangan psikologis
yang tidak dapat diukur batasnya, misalnya gengsi, prestise dan kepuasan
71
Pasar sasaran yang dipilih adalah pelanggan yang tidak hanya sekedar
menuntut fungsi utama kereta api, akan tetapi juga pertimbangan-
pertimbangan psikologis (ultimate value), atau tepatnya pemerjalan eksekutif
tidak akan kehilangan prestise walau tidak naik pesawat. Positioning
dilakukan dengan mempersepsikan produk argo sebagai moda transportasi
kereta api yang terbaik, prestise, nyaman, cepat, untuk masing-masing kelas
dan koridornya.
PT. Kereta Api (Persero) juga menyediakan rangkaian kereta yang
memberikan dua jenis layanan, yaitu eksekutif dan bisnis.
KA Kelas Ekonomi merupakan salah satu segmen pelayanan produk inti PT.
Kereta Api (Persero) di luar sejumlah KA Komersil (Kelas Eksekutif dan
Kelas Bisnis). KA Kelas Ekonomi yang dioperasikan PT. Kereta Api selama
ini masih di kelompokkan menjadi tiga segmen, yaitu KA Ekonomi Jarak
Jauh, KA Ekonomi Lokal dan KA Ekonomi Jabotabek.
Menurut Harold Busson , PR telah memegang peran membantu organisasi
menentukan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga apa yang dilakukan
(Scot M. Cutlip, et al, 2006:386).
Jika sesuatu yang dilakukan menyebabkan problem, maka harus ada yang
dilakukan untuk memecahkan problem itu. Dengan kata lain, diperlukan tindakan
korektif untuk menghilangkan sumber problem.
Tindakan PR adalah tindakan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
departemen PR atau bagian lain dari organisasi. Strategi aksi biasanya mencakup
72
perubahan dalam kebijakan, prosedur, layanan dan perilaku organisasi.
Perubahan-perubahan ini didesain untuk mencapai tujuan program dan tujuan
organisasi, sedangkan pada saat yang sama merespon kebutuhan dan
kesejahteraan public organisasi.
Dari uraian di atas, dapat dianalisis mengenai strategi PRO dalam
mengambil tindakan dan berkomunikasi terkait peningkatan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran) yaitu:
1. Mengenai antisipasi keamanan pihak PT. KAI DAOP III Cirebon telah bekerja
sama dengan berbagai pihak untuk memberikan rasa aman dan tentram kepada
penumpang, tetapi pada pelaksanaannya masih banyak penumpang yang
merasa tidak aman dan nyaman, sehingga hal ini masih harus terus menjadi
bahan perbaikan perusahaan dengan melakukan tindakan yang tepat untuk
mengantisipasi keamanan selama lebaran.
2. Permasalahan calo merupakan hal yang terus menerus terjadi, ini dikarenakan
pihak PT. Kereta Api (persero) masih kurang memberikan tindakan yang tegas
mengenai permasalahan ini, selain itu calo yang sudah lama beroperasi pada
realitanya menjadi lebih berkuasa disbanding para petugas kereta api,
sehingga perlu penanganan yang lebih serius lagi dengan melakukan tindakan
yang lebih tegas untuk memberantas calo yang ada selama ini.
3. Mengenai perbaikan sarana kereta api, pada lebaran tahun 2008 dinilai sudah
cukup baik, akan tetapi bukan berarti pihak perusahaan dapat mengabaikan hal
tersebut dikarenakan sarana yang digunakan harus terus mendapatkan
perhatian secara kontinyu.
73
Setelah dilakukan tindakan dan komunikasi dengan tepat maka dapat
dilakukan evaluasi terhadap seluruh strategi PRO dalam peningkatan pelayanan
kepada pelanggan selama Idul Fitri (lebaran).
4.4 Strategi Public Relations PT. KAI DAOP 3 Cirebon dalam mengevaluasi
program terkait peningkatan pelayanan kepada pelanggan selama Idul
Fitri (Lebaran)
Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan penilaian atas
persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan
sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan
balik tentang bagaimana bagaimana program itu berhasil atau tidak. Program akan
dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan
kita sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita lakukan ?”.
Dalam mengevaluasi, alat ukur/langkah-langkah yang digunakan adalah
bagaimana hasil yang didapat PT. KAI DAOP III Cirebon yaitu seberapa baik
langkah yang dilakukan PT. KAI DAOP III Cirebon
a. Evaluasi dalam mendefinsikan problem
Dalam mendefinsikan problem diketahui dari tiga indicator yaitu sikap,
perilaku dan pengetahuan pengguna jasa kereta api. Dari ketiga hal tersebut
dapat dievauasi bahwa sikap, perilaku dan pengetahuan sangat dipengaruhi
oleh pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Adanya berbagai
permasalahan yang ada seperti yang telah diuraikan sebelumnya menjadi
74
bahan masukan bagi perusahaan untuk terus dapat melakukan perbaikan
sampai terbentuk sikap pengguna jasa kereta api yang menilai positif
perusahaan, perilaku yang baik dari pengguna jasa kereta api yang tidak
merugikan perusahaan juga terbentuk pengetahuan pengguna jasa kereta api
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan PT. Kereta Api
(persero).
b. Evaluasi dalam perencanaan dan pemograman
Pada perencanaan dan pemograman dapat dievaluasi dari dua indicator yaitu
taktik dan sasaran PT. KAI DAOP III Cirebon. Dari kedua indicator tersebut
diketahui bahwa taktik perusahaan untuk meningkakan pelayanan dinlai sudah
cukup baik, dengan berbagai persiapan yang dilakukan menjelang Idul Fitri
(lebaran), hanya saja pada pelaksanaannya masih jauh dari sempurna,
sehingga pihak perusahaan perlu menetapkan taktik yang lebih baik dalam
meningkatkan pelayanannya. Adapun sasaran yang ditetapkan oleh PT. KAI
DAOP III Cirebon dinilai sudah tepat, hanya saja perlu adanya pengawasan
yang lebih baik agar perencanaan dan pemograman menjadi tepat sasaran.
c. Evaluasi dalam mengambil tindakan dan berkomunikasi
Dalam mengambil tindakan dan berkomunikasi untuk meningkatkan
pelayanan dapat dilihat dari cara-cara yang ditempuh PT. KAI DAOP III
Cirebon. Dari cara-cara yang telah dilakukan dapat dievaluasi bahwa berbagai
cara telah dilakukan oleh pihak perusahaan, hanya saja implementasi dari
cara-cara yang ditempuh masih kurang maksimal, sehingga masih banyak
75
tindakan dan komunikasi dari perusahaan yang tidak sampai kepada pengguna
jasa kereta api, sehingga cara-cara yang ditempuh jangan hanya dijadikan
sebagai wacana saja tetapi lebih ditingkatkan lagi pada implementasinya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, diketahui
bahwa hasil dari strategi PRO dalam meningkatkan pelayanan seperti yang telah
diurikan sebelumnya, misalnya menyediakan rangkaian kereta api cadangan
diketahui belum berjalan maksimal, ini dapat dilihat dari masih banyaknya
penumpang yang tidak mendapatkan tempat sesuai dengan jadwal yang
diinginkan. Walaupun pihak keamanan telah disiagakan tetapi masih terdapt
kejahatan yang terjadi, hal ini dapat dlihat dari banyaknya laporan kejahatan dari
penumpang yang terjadi selama arus mudik dan arus balik pada lebaran tahun
2008, selain itu masih banyak kecelakaan yang terjadi baik disebabkan oleh
kelalaian petugas maupun penumpang itu sendiri. Adanya loket-loket tambahan
yang disediakan belum mampu mengantisipasi antrian panjang dari penumpang
yang akan membeli tiket. Dari hal-hal tersebut diketahui bahwa pelayanan yang
diberikan PT. KAI DAOP 3 Cirebon belum maksimal, ini dapat dilihat dari masih
banyaknya permasalahan yang terjadi yang sebelumnya telah menjadi target
perbaikan dari PRO PT. KAI DAOP 3 Cirebon. Selain itu permasalahan yang
terjadi diantaranya masih terdapatnya calo yang menjual tiket dengan harga yang
relatif tinggi, masih banyaknya pelanggan yang tidak kebagian tiket kereta
padahal perusahaan telah memprediksi besarnya kenaikan jumlah penumpang,
perbaikan sarana kereta api yang dilaksanakan belum memenuhi harapan
pelanggan, misalnya WC yang masih bau, AC yang tidak dingin, masih sering
76
terjadi keterlambatan, dan masih banyak permasalahan yang menjadi bahan
evaluasi bagi kemajuan PT. Kereta Api (persero).
PT. Kereta Api (persero) selalu menginginkan pelayanan yang terbaik bagi
para pelanggannya, dengan dilakukannya evaluasi terhadap strategi pelayanan
diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja PT. Kereta Api (persero).
Kereta api yang merupakan salah satu alat transportasi dengan tingkat
konsumsi bahan bakar minyak yang paling rendah jika dibandingkan dengan
konsumsi alat transportasi lain tentunya layak untuk dijadikan contoh bagi
transportasi masa depan.
Dengan sejumlah keunggulan lainnya seperti bebas kemacetan karena
tingkat persinggungannya yang sangat kecil dengan alat transportasi lainnya,
hemat lahan, adaptif terhadap perkembangan teknologi, tingkat keselamatan yang
tinggi dan mampu mengangkut dalam jumlah besar menjadikan kereta api
memiliki nilai lebih yang harus bisa kita manfaatkan.
Kepedulian masyarakat dunia terhadap pemanasan global dengan
mengeluarkan Protocol Kyoto yang salah satunya menginginkan agar produksi
CO2 dapat dikurangi, menjadikan kereta api merupakan alternatif transportasi
yang paling cocok untuk mendukung kampanye ramah lingkungan tersebut.
Kita tahu bahwa kehadiran kereta api telah menjadikan suatu daerah
menjadi berkembang pesat dimanapun itu baik didalam maupun luar negeri, hal
tersebut antara lain dikarenakan kapasitas angkut kereta api yang besar.
77
Kendati belum ada persyaratan untuk melaksanakan uji emisi gas buang
pada sejumlah lokomotif, serta belum diatur dalam UU 23 tahun 2007 dan RPP
mengenai sarana, namun PT. Kereta Api (Persero) senantiasa menyadari arti
penting dari kebersihan lingkungan, seperti dengan menyediakan studi AMDAL
dan pengolahan limbah pada sebagian besar Dipo dan Balai Yasa.
Dari uraian tersebut jelaslah kiranya PT. Kereta Api (persero) melakukan
evaluasi program terkait dengan peningkatan pelayanan kepada pelanggan
khususnya pada saat Idul Fitri (Lebaran).
Evaluasi adalah proses yang terus menerus dan penting. Setiap tahap
dalam evaluasi program berperan dalam meningkatkan pemahaman dan
menambah informasi untuk menilai efektivitas. Efektivitas persiapan dilakukan
untuk menilai kualitas dan kecukupan pengumpulan informasi dan perencanaan
strategis. Evaluasi implementasi akan mencatat kecukupan taktik dan upaya.
Evaluasi dampak menyediakan umpan balik tentang konsekuensi dari program.
Riset evaluasi dipakai untuk mempelajari apa yang terjadi dan mengapa,
bukan untuk membuktikan atau melakukan sesuatu, tetapi hendaknya pihak PT.
KAI DAOP 3 Cirebon melakukan riset evaluasi dengan menindaklanjutinya
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan
kereta api sehingga akan diperoleh kepuasan dari penumpang berupa ekspektasi
dan persepsi kinerja PT. KAI DAOP 3 Cirebon.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data/ pembahasan mengenai “Strategi Public
Relations Officer dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Pelanggan Selama Idul
Fitri (Lebaran) di PT. KAI DAOP 3 Cirebon”, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Langkah pertama dari strategi PR adalah mendefinisikan problem Public
Relations. Dalam mendefinsikan problem diketahui dari tiga indicator yaitu
sikap, perilaku dan pengetahuan pengguna jasa kereta api. Dari ketiga hal
tersebut dapat dievauasi bahwa sikap, perilaku dan pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa sikap penumpang menginginkan perbaikan dari
sarana dan prasarana serta perbaikan pelayanan, perilaku penumpang kereta
api yang sangat merugikan pihak perusahaan merupakan bentuk
ketidakpuasan dari penumpang, pengetahuan pengguna jasa kereta api yang
kurang memahami mengenai peraturan-peraturan sarana dan prasarana kereta
api.
Perencanaan dan pemograman merupakan langkah kedua dari strategi PR.
Informasi yang dikumpulkan dalam langkah pertama digunakan untuk
membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan
78
79
komunikasi, taktik, dan sasaran. Pada perencanaan dan pemograman dapat
dievaluasi dari dua indicator yaitu taktik dan sasaran PT. KAI DAOP III
Cirebon. Dari hasil penelitian diketahui Dari semua perencanaan dan
pemograman yang dilakukan oleh PT. Kereta Api (persero) diketahui bahwa
masih terdapat beberapa kendala dalam merealisasikan rencana dan program
tersebut. Misalnya dalam penjualan tiket yang dilakukan oleh para calo masih
sangat sulit dihindari, karena hal ini masih belum diatur secara jelas dalam
undang-undang yang berlaku, juga berdasarkan informasi yang Penulis
peroleh adanya kerjasama calo dengan oknum dalam perusahaan, sehingga
sangat sulit sekali untuk menghilangkan adanya calo-calo tiket di PT. Kereta
Api (persero). Adapun mengenai penyediaan loket-loket tambahan ternyata
masih belum dapat mengantisipasi antrian penumpang, ini dapat dilihat dari
panjangnya antrian penumpang yang membeli tiket walaupun loket-loket telah
tersedia. Permasalahan-permasalahan yang belum dapat diantisipasi pada
tahun 2008 hendaknya menjadi bahan perencanaan dan pemograman yang
lebih baik di tahun 2009.
2. Langkah ketiga dalam proses manajemen mengarahkan program PR ke dalam
implementasi. Tahap ini berlaku untuk pencarian fakta dan perencanaan
strategis dari dua langkah sebelumnya. Setelah problem didefinisikan dan
solusi dilakukan, langkah selanjutnya adalah aksi dan komunikasi. Dalam
mengambil tindakan dan berkomunikasi untuk meningkatkan pelayanan dapat
dilihat dari cara-cara yang ditempuh PT. KAI DAOP III Cirebon. Dari cara-
cara yang telah dilakukan dapat dievaluasi bahwa berbagai cara telah
80
dilakukan oleh pihak perusahaan, hanya saja implementasi dari cara-cara yang
ditempuh masih kurang maksimal, sehingga masih banyak tindakan dan
komunikasi dari perusahaan yang tidak sampai kepada pengguna jasa kereta
api, sehingga cara-cara yang ditempuh jangan hanya dijadikan sebagai wacana
saja tetapi lebih ditingkatkan lagi pada implementasinya.
3. Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan,
implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sembari
program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik
tentang bagaimana bagaimana program itu berhasil atau tidak. Dalam
mengevaluasi, alat ukur/langkah-langkah yang digunakan adalah bagaimana
hasil yang didapat PT. KAI DAOP III Cirebon yaitu seberapa baik langkah
yang dilakukan PT. KAI DAOP III Cirebon. Evaluasi dilakukan dalam
mendefinisikan problem, perencanaan dan pemograman, juga evaluasi dalam
tindakan dan komunikasi terhadap peningkatan pelayanan kepada pelanggan
selama Idul Fitri (Lebaran).
5.2 Saran-saran
Dari penelitian yang dilakukan, maka kiranya penulis dapat mengajukan
saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi PT. KAI DAOP 3 Cirebon,
khususnya bagi Public Relations Officer. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Pihak PRO PT. KAI DAOP 3 Cirebon sebaiknya melakukan perbaikan dan
evaluasi terhadap kinerjanya, karena dari hasl penelitian diketahui bahwa
permasalahan yang terjadi diakibatkan karena manajemen perusahaan yang
81
kurang baik, dengan manajemen yang baik maka diharapkan permasalahan
dapat diatasi dengan lebih baik karena ditangani oleh manajemen sumber daya
manusia yang baik pula.
2. Pihak PT. KAI DAOP 3 Cirebon kiranya dapat melakukan pendekatan kepada
masyarakat dengan melakukan komunikasi secara terbuka mengenai program-
program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, sehingga masyarakat akan
memiliki pengetahuan sebagai pengguna jasa angkutan kereta api.
3. Strategi Public Relations Officer dalam meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan selama Idul Fitri (Lebaran) di PT. KAI DAOP 3 Cirebon sebaiknya
mengikuti langkah-langkah yang telah diuraikan penulis sebelumnya yaitu
mulai dari mendefinisikan problem sampai dengan evaluasi, sehingga tujuan
yang ingin dicapai dapat terealisasikan.