Post on 04-Feb-2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kebanyakan penyakit yang diderita oleh seorang
pasien, tidak semua yang dapat disembuhkan hanya dengan
menggunakan obat-obatan saja, baik itu obat tradisional maupun
obat medis, tetapi ada penyakit yang dapat disembuhkan dengan
dilakukannya suatu tindakan operatif, dimana sebelum
dilakukannya tindakan operatif tersebut perawat sudah bertemu
dengan pasien dan keluarganya untuk membantu menjelaskan
seperti factor fisik, psikologi, psikososial, dan pendidikan
kesehatan
Setelah pembedahan perlu dilakukan pengkajian status umum
pasien, hal ini merupakan tanggung jawab perawat diruangan
tersebut. Namun demikian perawat tetap harus terlibat dengan
perawatan pasien secara umum seperti masalah-masalah yang
dapat terjadi pada klient post operatif, diantaranya adalah
~ 1 ~
nyeri dan mual serta mencegah komplikasi berikutnya. Perawatan
yang dapat dilakukan oleh perawat pada klient post operatif
adalah mengurangi rasa nyeri, mempertahankan keseimbangan
cairan elektrolit, melakukan perawatan luka operasi serta
persiapan klient untuk pulang.
Pada perawatan luka operasi pada klien post operatif ada
factor-faktor yang harus diperhatikan yaitu kesterilan dalam
persiapan alat dan penatalaksanaan perawatan luka itu sendiri
serta kebersihan dan desinfeksi lingkungan untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Infeksi didefenisikan sebagai suatu proses dimana seorang
hospes yang rentan dimasuki oleh agen-agen pathogen
(infeksius) yang tumbuh dan memperbanyak diri sehingga
menyebabkan bahaya terhadap hospes, kira-kira 10% dari pasien
dengan luka mendapat infeksi luka nosokominal termasuk luka
bedah. Luka bedah merupakan nfeksi nosokomial kedua terbanyak
dirumah sakit (schaffer dkk, seri pedoman praktis pencegahan
infeksi dari praktik yang aman, EGC,2000 : 243)
~ 2 ~
Penting untuk menghindari terjadinya infeksi pada suatu
luka, maka sebagai seorang perawat harus menghindari
kemungkinan memburuknya luka melalui observasi yang baik.
Adapun tanda-tanda yang menunjukkan adanya infeksi adalah :
perubahan warna disekitar luka menjadi merah, nyeri, dirasakan
panas local pada infeksi serius biasanya disertai demam,
pembengkakan ringan disekitar luka, fungsi berkurang, serta
pengeluaran cairan-cairan pada luka berupa pus/ nanah (bordui,
dkk, ilmu keperawatan jilid 2, EGC, 1999:368)
Karena perawatan luka post operatif terhadap kejadian
infeksi bias mengakibatkan lamanya penyembuhan luka dan
bertambahnya hari perawatan serta biaya rumah sakit maka
diperlukan kemampuan perawat dalam perawatan luka baik dalam
persiapan pasien, persiapan alat, cara kerja/ pelaksanaan
serta sikap perawat kepada pasien tersebut.
Data yang diperoleh dari RSU F.L Tobing Sibolga adalah
jumlah pasien dengan operasi bersih dari bulan januari sampai
~ 3 ~
November 2013 berjumlah 146 orang, dan dari keseluruhan pasien
tersebut ada 25% yang terkena infeksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana hubungan ketrampilan perawat dalam
perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post
operatif diruang bedah RSU F.L Tobing Sibolga.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan ketrampilan perawat dalam
perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post
operatif di Ruang bedah RSU F.L Tobing Sibolga
~ 4 ~
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 mengidentifiasi ketrampilan perawat dalam
persiapan pasien dan alat untuk perawatan luka pada
pasien post operatif
1.3.2.2 mengidentifikasi kemampuan perawat tentang
pelaksanaan atau cara kerja perawatan luka pada
pasien post operatif
1.3.2.3 mengidentifikasi sikap perawat dalam perawatan
luka pada pasien post operatif di ruang bedah
1.3.2.4 mengidentifikasi kejadian infeksi pada klien
post operatif di ruang bedah
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan serta wawasan
penelitian tentang perawatan luka pada pasien post operatif
untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.
1.4.2 Bagi institute penelitian
~ 5 ~
Sebagai informasi bagi institute pendidikan dalam proses
belajar tentang hubungan ketrampilan perawat dalam perawatan
luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post operatif di
ruang bedah rumah sakit F.L Tobing sibolga.
1.4.3 bagi rumah sakit
sebagai bahan informasi serta sumbangan fikiran dalam
upaya meningkatkan ketrampilan dalam perawatan luka pada
pasien post operatif di ruang bedah rumah sakit F.L Tobing
sibolga.
~ 6 ~
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teoritis
2.1.1 Konsep ketrampilan
Ketrampilan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang
dalam menyelesaikan tugas (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1988)
~ 7 ~
2.1.2 Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang memiliki kwalifikasi dan
bertanggung jawab sehigga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam
melaksanakan system pelayanan kesehatan (Depkes,RI,1989 : 4)
variable individu seperti umur, tingkat pendidikan, dan lama
kerja diasumsikan sebagai yang mempengaruhi kinerja dan
kepuasan kerja personil (IIyas, 1999).
2.1.2.1 umur
Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau
maturitas perawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis
dalam melaksanakan tugas-tugas maupun kedewasaan psikologis,
semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula
kedewasaan teknisnya, demikian pula psikologinya serta
menunjukkan kematangan jiwa.
Umur semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan
kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan, berfikir
rasional, kinerja akan meningkatkan dan kepuasan kerja
tercapai. Karyawan yang masi muda tuntutan kepuasan kerjanya
tinggi sedangkan karyawan tua tuntutan kepuasan kerja dapat
~ 8 ~
tercipta karena adanya persepsi yang positif terhadap sesuatu
yang berkaitan dengan pekerjaanya (Hasibuan,1995)
Selanjutnya bertolak belakang dengan pendapat di atas,
Brown dalam As (2000) bahwa usia antara 25 hingga 30 tahun
antara 45 hingga 54 tahun sering timbul ketidakpuasan dalam
pekerjaannya. Selain itu martoyo (1998) menjelaskan bahwa
prestasi kerja meningkatkan bersamaan dengan meningkatnya
umurlalu menurun menjelang tua.
Usia tua memiliki fisik relative lemah meskipun mereka
ini pada umumnya banyak memiliki pengalaman karena pengalaman
juga berkaitan erat dengan umur. Sebaiknya mereka yang berusia
muda mungkin memiliki validitas fisik yang cukup baik, namun
tanggung jawab relative agak kurang dibandingkan yang berusia
agak lanjut.
2.1.2.2 Tingkat pendidikan
Menurut Siagian (2000) mengatakan bahwa pendidikan
merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemapuan dan
kualitas kepribadian seseorang, dimana semakin tinggi
pendidikan semakin besar keinginan untuk memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan
~ 9 ~
Pendapat Gibsons (1996) yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan yang tinggi pada umumnya menyebabkan seseorang
lebih mampu dan bersedia menerima posisi dan tanggungjawab.
Selain itu Marquis (2000) mengatakan bahwa untuk
pengembangan staf antara lain program sertifikasi dan
pendidikan keperawatan berlanjut. Latar belakang pendidikan
mempengaruhi kinerja. Hal ini dikemukakan oleh Siagian dan
Saydam (2000) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan
karyawan mempengaruhi kinerja karyawan yang bersangkutan.
Tenaga perawat yang berpendidikan tinggi menunjukkan
kinera lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas dbandingkan dengan perawat yang
berpendidikan lebih rendah. Perawat dengan pendidikan lebih
tinggi diharapkan memberikan sumbangsih berupa saran yang
bermanfaat terhadap manajer keperawatan dalam upaya
meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja.
2.1.2.3 Lama kerja
Siagian (2000) menyimpulkan bahwa semakin lama seseorang
bekerja akan semakin terampil dan berpengalaman menghadapi
masalah dalam pekerjaannya. Lama kerja seorang perawat bekerja
~ 10 ~
pada institute yaitu dari mulai perawat resmi. Sedangkan
Gibsons (1996) mengatakan lama kerja dapat mempengaruhi dan
kepuasan kerja.
Menurut Martoyo (1998) berpendapat bahwa apabila
seseorang bekerja belum cukup lama sedikit banyaknya akan
mengakibatkan hal-hal yang kurang baik antara lain belum
mengenal dan menghayati pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu lama dalam
suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak sehat.
Akibat yang mungkin timbul antara lain rasa bosan karena
pekerjaan sama dalam waktu yang lama, sikap pasif dan adaptif,
mundurnya motivasi dalam bekerja serta mempengaruhi
kreativitas seseorang karena tidak ada tantangan yang berarti.
Siagian (2000) menyebutan kepuasan kerja relative tinggi pada
waktu permulaan bekerja, menurun secara berangsur - angsur
selama 5 – 8 tahun dan selanjutnya kepuasan meningkat dan
mencapai puncaknya setelah 20 tahun.
2.1.3 Konsep Perawatan
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat yang berdasarkan cinta kasih kepada individu, keluarga
~ 11 ~
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang khususnya
mempunyai masalah kesehatan dalam usaha mencapai derajat
kesehatan semaksimal mungkin yang meliputi upaya-upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative sesuai dengan
potensi yang ada padanya (DepkesRI, 1989 : 4 )
Tujuan Perawatan :
2.1.3.1 untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah
kesehatan yang disarankan dengan mengajak individu dan
masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan
kesehatannya.
2.1.3.2 untuk membantu mengembangkan potensinya dalam
memelihara kesehatan seoptimal mungkin, agar tidak selalu
tergantung kepada orang lain dalam memelihara
kesehatannya.
2.1.3.3 untuk membantu individu memperoleh derajat
kesehatannya.
2.1.4 Konsep Luka
Suatu luka dapat diartikan sebagai rusaknya struktur
jaringan normal baik didalam dan / atau diluar tubuh (Bondui.
F, ilmu keperawatan, 1999 : 366 )~ 12 ~
Ketika terjadi luka, beragam efek dapat terjadi.
- Kehilangan segera semua atau sebagian fungsi organ
- Respon stress simpatis
- Hemoragic dan pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel
Aseptis yang cermat adalah factor paling penting untuk
meminimalkan ndan meningkatkan keberhasilan perawatan luka.
Luka dapat diklasifikasikan ke dalam 2 cara yaitu: sesuai
dengan mekanisme cedera dan tingkat kontaminasi luka pada saat
pembedahan.
Ad. 1 Mekanisme Cedera
Luka dapat digambarkan sebagai insisi, kontusi, laserasi
atau tusuk.
- Luka, insisi dibuat dengan potongan bersih menggunakan
instrument tajam, sebagai contoh luka yang dibuat oleh
ahli bedah dalam setiap prosedur operasi. Luka bersih
(luka yang dibuat secara aseptif) biasanya ditutp dengan
jahitan setelah semua pembuluh yang berdarah diligasi
dengan cermat.
~ 13 ~
- Luka kontusi dibuat dengan dorongan tumpul dan ditandai
denga cedera berat bagian yang lunak, hemoragic dan
pembengkakan.
- Luka laserasi adalah luka dengan tepi yang bergerigi,
tidak teratur seperti luka yang dibuat oleh kaca atau
goresan kawat
- Luka tusuk diakibatkan oleh bukaan kecil pada kulit,
sebagai contoh luka yang dibuat oleh tusukan pisau.
Ad. 2 Tingkat Kontaminasi
Luka dapat digambarkan dengan bersih, kontaminasi
bersih, terkontaminasi atau kotor / terinfeksi .
- Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi dimana
tidak terdapat inflamasi dan saluran pernafasan,
pencernaan, genital atau saluran kemih yang tidak
terinfeksi, tidak dimasuki, kemungkinan relative dan
infeksi luka adalah 1% sampai 5%.
~ 14 ~
- Luka kontaminasi bersih adalah luka bedah dimana saluran
pernafasan, pencernaan, genital atau perkemihan dimasuki
di bawah kondisi yang terkontrol, tidak terdapat
kontaminasi yang tidak lazim. Kemungkinan relative dan
infeksi luka adalah 10% sampai 17% .
- Luka kotor atau terinfeksi adalah luka dimana organisme
yang menyebabkan infeksi pasca operatif terdapat dalam
lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka
traumatic yang sudah lama dengan jaringan yang
terkelupas, tertahan dan luka yang melibatkan infeksi
klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami
preforasi, kemungkinan relative infeksi luka adalah lebih
dari 27 % .
2.1.5 Perawatan Luka
2.1.5.1 Pengertian
Perawatan luka adalah suatu tindakan diaman seorang
perawat membersihkan luka dan mengganti perban pada luka yang
harus dilakukan secara asepsis dan antisepsis sehingga
mikroarganisme tidak dapat masuk ke dalam luka dan tidak
terjadi infeksi.
~ 15 ~
2.1.5.2 Tujuan
Untik mencegah masuknya mikrooganisme ke dalam luka
supaya tidak terjadi infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
2.1.5.3 Prosedur Perawat Luka
2.1.5.3.1 Cek kebutuhan Pasien
Dilakukan pada pasien yang luka khususnya luka bedah
2.1.5.3.2 Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan dan menerangkan prosedurnya secara sederhana sesuai
dengan tingkat pengetahuan pasien, posisi pasien diatur sesuai
kebutuhan serta menentukan lokasi yang akan dilakukan
perawatan luka.
2.1.5.3.3 Persiapan alat
Seperangkat pralatan yang steril yaitu :
- Bak instrument kecil : 2 buah
- Pinset anatome : 2 buah
- Pinset cerurgi : 2 buah
- Handscone : 1 pasang~ 16 ~
- Kom sedang : 2 buah
- Kom kecil : 1 buah
- Korentang dalam tempatnya
- Kassa streril
- Lidi waten steril
- Depper
- Gunting jaringan steril
Peralatan yang tidak steril yaitu :
- Gunting perban
- Plester
- Pengalas
- Bengkok : 2 buah
Cairan-cairan yang digunakan adalah :
- Cairan pembasuh luka (yodium tinkur, alcohol, larutan
peroksida)
- Cairan antiseptic (betadine)
- Cairan pelepas plester (alcohol 70% atau bensin)
2.1.5.3.4 hal hal yang harus diperhatikan
- lingkungan harus dalam keadaan bersih
~ 17 ~
- pasang sampiran (schrem) bila perlu untuk menjaga privasi
pasien
- hindari tindakan yang menyinggung perasaan pasien,
misalnya dalam bekerja sikap perawat yang kurang ramah
terhadap pasien
- perhatikan teknik septic dan aseptic
- bekerja harus cepat, rapid an teratur supaya pasien tidak
kesakitan dan kuman yang melalui udara tidak masuk ke luka
- jangan pernah mengganti balutan pada waktu makan,
sebaiknya mengganti balutan dilakukan sebelum jam
kunjungan
2.1.5.3.5 pelaksanaan atau cara kerja
- mencuci tangan dengan benar
- meletakkan alat-alat ke dekat pasien
- memasang schrem bila perlu tergantung besar kecilnya luka
atau lokasi luka
- meletakkan pengalas dibawah daerah yang akan diganti
balutan
~ 18 ~
- mendekatkan bengkok kosong kedekat luka dengan posisi yang
benar
- mencuci tangan dengan teknik yang benar dan memasang
handscone steril
- membuka plester dengan menggunakan lidi waten yang telah
diolesi dengan alcohol atau bensin dan mengangkat balutan
hanya lapisan luar dengan menggunakan pinset cerurgi
- membersihkan bekas plester dengan menggunakan lidi waten
yang telah diolesi dengan alcohol atau bensin
- meletakkan pinset yang sudah tidak steril ke dalam bengkok
yang berisi larutan Lysol
- menyiapkan kassa bethadine kering
- mengambil pinset anatomi steril untuk mengangkat lapisan
kassa kotor yang melekat pada luka, kemudian kassa kotor
dibuang ke dalam tempatnya (bengkok)..
- luka dibersihkan dengan kassa yang dibasahi larutan
desinfektan dengan menggunakan pinset cerurgi steril,
membersihkan luka dilakukan satu arah yaitu dari dalam
~ 19 ~
keluar sambil dicek apakah pada luka ada tanda-tanda
infeksi atau tidak.
- bila telah tiba waktunya membuka jahitan, sebelumnya
bersihkan luka dan daerah sekitar luka dengan antiseptic,
peganglah ujung benang dengan pinset anatomi steril lalu
guntinglah benang itu tepat di bawah ikatan sehingga
benang yang berada di luar tidak masuk ke dalam sewaktu
benang diangkat, lalu benang yang telah digunting tersebut
ditarik dengan hati-hati kemudian dibuang ke kassa yang
telah disediakan.
- pinset yang telah dipakai diletakkan pada bengkok yang
berisi larutan Lysol
- luka diberi obat yang telah ditentikan atau dengan
meletakkan kassa bethadine dengan tepat
- luka ditutup dengan menggunakan kain kassa steril dengan
menggunakan pinset steril. Usahakan serta kassa jangan
melekat pada luka.
- luka dibalut atau diplester secara rapi
- setelah selesai pasien dirapikan, alat-alat dibereskan dan
dibersihkan dan kemudian disterilkan kembali.~ 20 ~
- memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai
dialkukan
- mencuci tangan dengan teknik yang benar
2.1.5.3.6 Evaluasi
Observasi keadaan umum klien, apakah klien merasa nyaman
setelah balutan diganti. Apabila terdapat kelainan seperti
klien merasakan nyeri hebat pada luka segera laporkan pada
perawat yang bertanggungjawab diruangan tersebut.
(Tim Departemen Kesehatan RI, Prosedur Perawatan Dasar, 1991 :
66)
Ada beberapa aturan untuk perawatan luka yang harus
diperhatikan yang berpengaruh terhadap proses penyembuh luka.
a. Menghindari Terjadinya Pencemaran
Pada kulit dan lapisan lender terdapat mikroorganisme,
oleh karena itu penting sekali setelah membantu pasien
dan setelah menggantikan balutan yang kotor, perlu~ 21 ~
mencuci tangan dan mendesinfeksikan luka dan kulit. Juga
tujuan dari membalut luka adalah untuk menghindari
mikroorganisme tadi. Dengan bantuan pembalut (perban)
maka mikroorganisme yang menyebar diudara tidak dapat
hinggap pada luka, kadang-kadang untuk menghindari
terjadinya penularan / pencemaran perlu dipakai masker
hidung, misalnya pada luka bakar.
b. Mengusahakan balutan tetap kering
Mikroorganisme dengan cepat memperbanyak diri dalam
lingkungan yang basah. Oleh karena itu perlu secara
teratur mengganti balutan (perban). Terutama lapisan luar
balutan tidak boleh basah karena mikroorganisme melewati
balutan yang basah itu masuk ke dalam luka.
c. Proses perkembangan aliran darah local
Untuk dapat memperoleh hasil optimal dalam aliran darah
local, tergantung pada situasi dapat kita lakukan melalui
tindakan-tindakan berikut :
- Jangan membalut luka terlalu kencang
- Member obat-obatan tertentu
- Penatalaksanaan panas dan dingin sesuai anjuran dokter
atau sesuai dengan anjuran kepala bagian perawatan
~ 22 ~
d. Mengembangkan kondisi yang baik
Skondisi pasien yang baik sangat penting, terutama status
nutrisi dan cairan sangat penting.
e. Selalu berusaha agar luka bersih
Luka dapat dibersihkan dengan lautan steril dari natrium
klorida (NaCl 0,9%) pada luka-luka kecil yang timbul
dirumah atau dapur sering dibersihkan dengan alcohol atau
dengan betadhine yodium. Sebenarnya yang diizinkan hanya
membersihkan lingkungan maksimal disekitar luka.
Pada luka-luka terkomplikasi, ada berbagai cara untuk
membersihkan luka itu secara maksimal :
- Melalui bantuan larutan peroksida (H2O2), dapat
dibersihkan sampai berbuih. Ini hanya mungkin dilakukan
jika yang diperlukan adalah pembersihan, sehingga luka
tersebut berbuih, setelah berbuih kemudian dibasuh dengan
(NaCl 0,9%).
- Melalui bantuan enzim, jaringan yang telah mati tadi
dapat dilarutkan. Suatu bahan yang terkenal untuk itu
adalah elase.
f. Penyokong yang baik untuk luka
~ 23 ~
Pada luka steril (misal: luka yang telah dijahit) perlu
suatu dukungan yang baik terhadap luka tersebut, untuk
menjaga agar luka tersebut tidak “menganga” dan juga agar
tidak timbul perdarahan.
Sokongan luka ini misalnya dapat dilakukan dengan balutan
plester perekat atau balutan yang member dukungan pada
luka tersebut. Cara defekasi yang mudah serta bantuan
untuk menghilangkan kepentingan proses penyembuhan
pasien.
g. Menghindari kondisi luka yang makin memburuk
Penting untuk menghindari terjadinya infeksi pada suatu
perdarahan sehingga seorang perawat harus menghindari
kemungkinan memburuknya luka melalui observasi yang baik.
Tanda-tanda yang menunjukkan adanya infeksi adalah :
- Perubahan warna disekitar luka menjadi merah
- Nyeri
- Dirasakan panas pada infeksi serius biasanya disertai
demam
- Pembengkokan ringan disekitar luka
- Fungsi berkurang
~ 24 ~
- Pengeluaran cairan-cairan pada luka, cairan luka berupa
pus, menandakan adanya infeksi
h. Menghindari rasa sakit yang tidak perlu
Suatu luka pasti sering terasa sakit dan perawatan luka
hamper selalu terasa sakit. Rasa sakit yang tidak perlu
seperti ikut tertariknya bulu-bulu saat melepaskan
plester, atau saat melepaskan kasa penutup luka yang
menempel, harus dihindari rasa sakitnya. Melalui
penatalaksanaan berikut ini dapat kita hindari terjadinya
rasa sakit.
- Mencukur rambut sebelum menempel plester pelekat
- (jiak memungkinkan) mengurangi pemakain plester perekat
- Tidak memakai bahan-bahan pembalut yang bersifat mengikat
- Memberi waktu yang cukup
- Sedapat mungkin tidak memakai bahan-bahan yang keras /
tajam seperti alcohol
- Memungkinkan pasien mengambil posisi rileks
(Bordui F, dkk, ilmu keperawatan, 1999 : 367)
2.1.6 Proses Penyembuhan Luka
~ 25 ~
Melihat bahwa pada luka terjadi kerusakan pada jaringan
maka tubuh akan bereaksi sama seperti yang terjadi pada
peradangan pembuluh-pembuluh darah didaerah yang terluka akan
melebar dan mengangkut sel-sel yang mati dan rusak. Di daerah
luka akan terbentuk jaringan dari serat-serat protein
(fibrin). Jaringan ini nanti akan membentuk suatu lapisan yang
keras yang melindungi luka tersebut. Pada saat yang bersamaan
akan tumbuh sel tepi-tepi luka suatu jaringan granulasi. Jika
luka itu bersih dank arena adanya jaringan-jaringan mati
(nekrosis) yang lebih sedikit pada luka tersebut, maka
pertumbuhan dari jaringan granulasi itu yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh luka sudah terbentuk jaringan granulasi maka
keropeng luka akan terlepas, kemudian akan terbentuk bekas
luka tertutup oleh lapisan kulit yang tipis (bekas luka yang
tertutup lapisan kulit itu adalah lapisan granulasi). Tanda-
tanda bekas ini akan memudar dan berkerut.
Disamping factor-faktor yang disebut tadi, ada masalah
lain yaitu tentang terinfeksinya luka oleh mikroorganisme yang
ada pada luka tersebut, yang nanti akan sangat menentukan
penyembuhan lukanya, luka steril seperti luka operasi akan
lebih cepat sembuh dari pada luka meradang :
~ 26 ~
- Pengaliran darah local. Ini harus seoptimal mungkin dalam
proses penyembuhan yang baik
- Ada / tidak adanya edema. Adanya edema dapat menghalangi
penyembuhan luka karena demikian pengaliran darah akan
terganggu.
- Zat – zat pembakar dan pembangun. Zat –zat ini harus ada
dalam kadar yang cukup dalam makanan yang dikonsumsi.
- Kebersihan luka. Luka yang bersih akan lebih cepat sembuh
daripada luka yang banyak terdapat nekrosisinya.
- Besarnya luka. Luka yang besar akan lebih lama sembuhnya
dari pada luka yang kecil, dimana tepi luka itu lebih
berdekatan
- Kering atau tidaknya luka. Luka yang kering akan lebih
cepat sembuh daripada luka yang basah, karena luka kering
akan lebih cepat tumbuh lapisan granulasi dibawah
keropeng luka.
Masalah-masalah berikut ini adalah hambatan yang paling
utama dalam proses penyembuhan luka :
- Timbulnya perdarahan sebagai akibat dari suatu kerusakan,
dapat timbul di tempat-tempat berlema yang kurang aliran
~ 27 ~
darah. Pembuluh darah itu dapat rusak pada tempat-tempat
yang berlemak tadi, akibat dari tegangan pada luka atau
oleh gerakan yang dipaksakan,perdarahan itu dapat terjadi
diluar maupun di dalam tubuh.
- Adanya infeksi pada luka. Luka menjadi lahan yang subur
bagi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu cara
perawatan luka harus tertuju pada usaha untuk menghindari
terjadinya pencemaran luka atau sedapat mungkin
membatasinya. Meskipun demikian hygine luka merupakan
satu-satunya factor pada perawatan luka yang menyebabkan
timbulnya infeksi karena kondisi umum pasien dan tempat
terjadinya luka juga sangat menentukan dalam hal ini.
(Bordui F dkk, Ilmu keperawatan, 1999 : 366)
2.1.7 Infeksi
Infeksi didefenisikan sebagai proses dimana seorang hospes
yang rentan di masuki oleh agen-agen pathogen ( infeksius)
yang tumbuhdan memperbanyak diri, menyebabkan bahaya terhadap
hospes.
Infeksi dapat dikategorikan sebagai infeksi local atau
umum. Infeksi local disertai dengan inflamasi yaitu nyeri,
~ 28 ~
panas, kemerahan, bengkak, dan kehilangan fungsi. Infeksi
local meliputi infeksi dengan tempat spesifik dan yang
mempunyai manifestasi inflamasi, purulen atau disuria, infeksi
umum adalah infeksi yang meliputi disfungsi tubuh yang umum
dan menunjukkan gejala – gejala sistemik seperti demam,
menggigil,takkikardi,hipertensi, konfusi, individu yang
menunjukkan tanda dan gejala infeksi dapat membutuhkan terapi
antibiotic atau penanganan lain untuk melumpuhkan organisme
penyebab infeksi (schaffer dkk, 2000 : 53)
Infeksi luka bedah adalah infeksi nasokomial kedua
terbanyak di rumah sakit. Bagian yang paling penting dari
pencegahan terletak pada penatalaksanaan luka dan teknik bedah
yang cermat, selain itu kesterilan alat dan desinfeksi
lingkungan juga penting.
Kira – kira 10% dari pasien dengan luka mendapatka infeksi
luka nasokomial, staphylococcus aureus menyebabkan banyak
infeksi luka pasca operatif. Infeksi lainnya dapat terjadi
akibat Escherichia coli, proteus vulgaris, aerobacter
aerogener, pseudumunas aeruginosa dan organism lainnya.
Banyak yang menyebabkan infeksi dapat ditularkan ke pasien
dari petugas keperawatan kesehatan atau dari pengunjung.
~ 29 ~
Pasien dan staf harus diajarkan tentang strategi pengendalian
infeksi seperti teknik mencuci tangan yang tepat dan prosedur
mengganti balutan yang tepat untuk mengurangi insiden
kontaminasi luka atau infeksi silang karena tujuan utama
anggota staf adalah pencegahan infeksi untuk mengurangi
morbilitas dan mortalitas pada pasien. Luka dengan jaringan
nekrotik harus diamati dengan teliti terhadap tanda – tanda
infeksi. Indikasi infeksi luka pada dasar luka nekrotik adalah
drainase purulen, abu-abu dari luka, eritema dan kresitus yang
meluas ke sekitar perifer luka dan demam.
Dalam penatalaksanaan luka harus mencakup teknik-teknik
pencegahan infeksi yang tepat, serta peralatan yang
terkontaminasi, dan kurangnya tindakan pengendalian infeksi
oleh pemberi perawatan memungkinkan penularan infeksi
( Schaffer dkk, 2000 : 243 )
2.2 Penelitian Terkait
Sejauh ini peneliti belum menemukan adanya penelitian
sebelumnya yang sama dengan yang akan diteliti oleh peneliti
saat ini.
~ 30 ~
2.3 kerangka konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
ketrampilan perawat dalam perawatan luka terhadap kejadian
infeksi pada pasien post operatif di ruang bedah RSU F.L
Tobing sibolga. Adapun variable yang dibahas dalam penelitian
ini adlaha seperti yang tertera pada kerangka konsep di bawah
ini. :
Independen Dependen
Karakteristik :
- Pendidikan
~ 31 ~
Ketrampilan perawatdalam perawatan lukapost operatifmeliputi :
- Persiapanpasien
- Persiapan alat- Sikap perawat- Cara kerja /
penatalaksanaan
Kejadian infeksi- Infeksi- Tidak
infeksi
- Umur
- Lama kerja
Keterangan :
2.4 Data Operasional
Table 2.1
Variable Defenisioperasional
Cara
ukur
Alat
ukur
Skala
ukur
Hasil
ukur
~ 32 ~
Independen- Ketramp
ilanperawatdalamperawatan luka
Post operasi: lukabersih
Sub variable: sikap
Dependen :kejadianinfeksi
Karakteristi
Kecakapan yangdimiliki olehseorang perawatdalam melakukanperawatan lukasesuai denganprosedur yangtelah ditetapkanbaik dalampersiapan pasienpersiapan alat,cara kerja sertasikap danperawat kepadapasien tersebut.
Tindakanpembedahan yangsudah dilakukandimaan padadaerah yangdibedah bersihdan tidakterinfeksi
Sesuatu yangditampilkanperawat dalamberhadapandengan pasien
Suatu kejadiandimana adanyatanda-tandainfeksi yangterjadi padasuatu lukasepertikemerahan,
Observasi
Observasi
Observasi
Observasi
Angket
Dataobservasi
Dataobservasi
Dataobservasi
Daftarobservasi
Nominal
Nominal
Ordinal
Nominal
Ratio
75 -100%sesuaiSOP<75 %tidaksesuaiSOP
BersihTidakbersih
Baik75-100%sedang<75%
Infeksi> 2Tdkinfeksi<2
~ 33 ~
k:Usia
pendidikan
Lama kerja
panas, nyeri dankehilanganfungsi
Umur yang telahdilalui olehseseorang sejakkelahiran sampaiulang tahunterakhir saatpenelitian
Latar belakangpendidikanformal terakhirpada saatpenelitian
Lamanyaseseorang ekerjadalam suatuorganisasi
Angket
Angket
Daftarpertanyaan
Daftarpertanyaan
Daftarpertanyaan
Ordinal
Ordinal
20-30tahun31-40tahun41-50tahun> 51thn
S.P.KD IIIKepS. Kep
0-5tahun0-10tahun> 10thn
Catatan :
Dalam lembar observasi ketrampilan perawat tentang cara kerja
terdapat nilai Critical Point (F, J, M, N, O, Q) dimana pada
tindakan yang diberi tanda bintang jika tidak dilakukan maka
cara kerjanya dianggap tidak sesuai dengan SOP walaupun hanya
1 poin.
~ 34 ~
2.5 Hipotesa
Ho : tidak ada hubungan antara ketrampilan perawat dalam
perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post
operatif
Ha : ada hubungan antara ketrampilan perawat dalam perawatan
luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post operatif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adlah studi korelasi yaitu menelaah
hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau
sekelompok subyek (notoadmojo, 2002 : 142). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan ketrampilan perawat dalam
perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post
operatif di ruang bedah RSU F.L Tobing Sibolga.
3.2 Populasi dan Sampel
~ 35 ~
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
2002 : 108) pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh perawat di ruang bedah RSU F.L Tobing sibolga
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo,
2002 : 79). Apbila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,
selanjutnya jika julah subjeknya lebih besar dapat diambil
antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih dari populasi (Arikunto,
2000:112)
Penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau total sampel
dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal
ini dilakukan karena jumlah populasi relative kecil yaitu 28
orang (Sugiyono, 2002 : 61 )
Criteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat
dimasukkan atau yang layak untuk diteliti, criteria
inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Perawat yang bersedia untuk diteliti~ 36 ~
2. Perawat yang bekerja di ruang bedah RSU F.L Tobing
sibolga
3. Perawat dengan ketrampilannya dalam perawatan luka pada
pasien post operatif
Criteria eklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Perawat yang tidak bersedia diteliti
2. Perawat yang tidak bekerja di Ruang Bedah RSU F.L Tobing
Sibolga
3.3 Cara pengumpulan data
3.3.1 Alat pengumpulan data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi yang diobservasi pada penelitian ini adalah prosedur
perawatan luka yang dilakukan perawat baik dalam persiapan
pasien, cara kerja serta sikap perawat pada pasien post
operatif, persiapan alat dan adanya tanda-tanda terinfeksi
pada daerah luka juga perlu diobservasi. Pada data observasi
yang telah dibuat peneliti, peneliti hanya membubhkan
checklist pada kolom-kolom yang telah ditentukan.
Untuk daftar observasi persiapan pasien, cara kerja dan
sikap perawat yang akan dicheck list adalah pada salah satu
~ 37 ~
kolom yaitu dilakukan atau tidak dilakukan. Jika perawat
melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar
observasi tersebut maka nilainya 2 dan jika perawatan tidak
melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar
observasi maka nilai yang diberi adalah 1.
Pada daftar observasi persiapan alat salah satu kolom
yang akan dicheck list adalah pada kolom ada atau tidak. Jika
alat ada sesuai dengan yang ada dalam daftar observasi maka
nilainya adalah 2 dan jika tidak nilainya dalah 1. Demikian
pula pada lembaran observasi tanda-tanda infeksi, salah satu
kolom yang akan di check list adalah pada kolom ya atau tidak.
Jiak tanda-tanda infeksinya pada luka dan lebih dari 2 tanda
maka nilai yang diberikan adlah 2 dan jika tanda-tanda infeksi
pada luka dan < 2 tanda maka nilai yang diberikan adalah 1.
3.3.2 Cara pengumpulan data
Peneliti mengobservasi tentang prosedur perawatan luka,
yang dilakukan oleh seorang perawat pada pasien post operatif
baik dala persiapan pasien, persiapan alat, cara kerja serta
sikap perawat apakah telah sesuai dengan prosedur yang telah
~ 38 ~
ditetapkan atau tidak serta mengobservasi apakah pada daerah
sekitar luka ada tanda-tanda infeksi atau tidak.
Setelah mendapat izin dari direktur dan kepala ruangan di
ruang bedah RSU F.L Tobing maka pengumpula data dilakukan
dengan tahapan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat
dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan kepada
responden. Setelah responden memahami penjelasan yang
diberikan, responden diminta persetujuan yang dibuktikan
dengan cara mendatangani informed concent, setelah itu
peneliti melakukan observasi pada responden yang akan
melakukan perawatan luka pada pasien post operatif dan
mencheck list pada daftar observasi yang telah dibuat. Jika
perawat melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar
observasi tersebut maka nilainya 2 dan jika perawat tidak
melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar
observasi maka nilainya 1. Pada daftar observasi persiapan
alat, jika alat ada sesuai dengan yang ada dalam daftar
observasi maka nilainya 2 dan jika tidak ada maka nilainya 1.
Demikian pula pada lembaran observasi tanda-tanda infeksi,
jika tanda-tanda infeksi ada pada luka dan > 2 tanda maka
nilai yang diberikan adalah 2 dan jika tanda-tanda infeksi ada
~ 39 ~
pada luka dan < 2 tanda maka nilai yang diberikan adalah 1.
Setelah itu penelitian memberikan score pada daftar observasi
yang telah diamati.
3.4 Cara pengolahan dan Analisa Data
3.4.1 Cara Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul pada penelitian ini akan
dianalisa melalui tahap-tahap berikut:
3.4.1.1 Pengecekan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan
terhadap, kelengkapan pada setiap instrument yang
telah diisi
3.4.1.2 Memberi kode
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian
tanda, simbol, kode bagi tiap-tiap data.
3.4.1.3 Menilai
Pada yahap ini peneliti memberikan nilai pada
ketrampilan perawat dalam perawatan luka baik dalam
persiapan pasien, persiapan alat, cara kerja setiap
~ 40 ~
sikap perawat, dan melihat adanya tanda-tanda
infeksi pada daerah sekitar luka.
3.4.1.4 Memproses data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data
terhadap semua koesioner yang lengkap dan benar
serta hasil observasi untuk dianalisa. Pengolahan
data dilakukan dengan manual.
3.4.1.5 Pembersihan data
Pada tahp ini penelitian melakukan pengecekan
terhadap data apakah ada kesalahan atau tidak.
3.4.2 Analisa data
3.4.2.1 Analisa Univariat
Dari data yang telah dikumpulkan dan yang telah diolah
maka didapat hubungan ketrampilan perawat dalam perawatan
luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post operatif.
Baik : 75 - 100%
Sedang : < 75 %
Data yang telah dikelompokkan dipresentasikan dengan
rumus yang telah ditentukan yaitu :
~ 41 ~
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Nilai Maximum
(Arikunto.1993)
Hasil presentase penelitian dapat dibacakan sebagai
berikut :
0 & : Tidak satupun
1-25 % : sebagian kecil
26-49 % : hamper setengah
50 % : sebagain
51-75 % : sebagian besar
76 – 99 % : hamper semua
100 % : seluruhnya
3.4.2.2 Analisa Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara dua variable yang diteliti. Pengujian hipotesis untuk
pengambil keputusan tentang apakah hipotesisi yang diajukan
~ 42 ~
cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima, dengan
menggunakan uji statistic Yates. Untuk melihat kemaknaan
perhitungan statistic digunakan batasan kemaknaan 95 %
sehingga jika nilai P < 0.05 maka secara statistic disebut
“bermakna” dan jika p > 0.05 maka hasil hitungan tersebut
tidak bermakna.
Rumus :
3.5 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan diruang bedah RSU F.L Tobing
Sibolga dengan responden yaitu perawat yang ada diruang
bedah. Peneliti memilih tempat ini karena RSU F.L Tobing
Sibolga merupakan rumah sakit pendidikan dan mempunyai
fasilitas tenaga medis, perawat dan non perawat yang cukup
memadai.
~ 43 ~
Arikunto. 1993. Manajemen Penelitian. Rhineka Cipta. Jakarta
Arikunto. 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta
Arikunto. 2002. Riset Keperawatan. Rhineka Cipta. Yokyakarta
Bordui. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid Edisi 2. EGC. Jakarta
Bordui, Eko. 2001. Biostatistik Untuk kedokteran kesehatan Masyarakat.
EGC. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1989. Dasar-dasar Keperawatan. Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta
Hasibuan. 1995. Organisasi dan Motivasi
Notoadmojo. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rhineka Cipta.
Jakarta
Notoadmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
Penerbit Rhineka Cipta. Jakarta
Oswari. 2000. Bedah dan Perawatannya. FKUI. Jakarta
Schaffer. 2000. Seri Pedoman Praktis Pencegahan Infeksi dan Praktik yang
Aman. EGC. Jakarta
Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Cv. Alfa Beta. Bandung
~ 45 ~