Post on 08-Feb-2023
PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal
DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Disusun oleh:
Nama : Heri Ermawan
NIM : 017381407
1
2014
ABSTRAK
Perpustakaan sekolah yang ideal sangat pentingbagi proses pendidikan dan pembelajaran. Profilperpustakaan ideal setidaknya memenuhi idealitas tigapilar utama yaitu koleksi, sumber daya manusia danlayanan, serta tiga pilar pendukung yaitu saranaprasarana, kebijakan properpustakaan dan programpengembangan.
Terkait implementasi Kurikulum 2013,perpustakaan sekolah yang ideal memegang perananpenting dalam menunjang proses pembelajaran, diantaranya perpustakaan sekolah sebagai pusat sumberbelajar, wahana mengkonstruksi pengetahuan, wahanamelatih berfikir kritis analitis, dan sebagailaboratorium pembelajaran menggunakan pendekatanilmiah.
2
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merujuk pada kata ‘perpustakaan sekolah’,
banyak di antara kita yang mengaartikannya sebagai
ruang penyimpanan buku-buku pelajaran, gudang
penyimpanan buku, majalah dan surat kabar usang atau
sekedar tempat ngobrol siswa atau guru yang kebetulan
tidak ada kegiatan belajar mengajar di kelas. Mungkin
tidak salah jika ada yang berpandangan demikian,
meski tidak sepenuhnya benar. Karena memang
realitanya banyak sekolah yang menyelenggarakan
perpustakaan sekolah sekedarnya saja.
3
Kondisi semacam itu jika ditelusur lebih jauh
akan bermuara pada wawasan, cara pandang atau
paradigma stakeholder sekolah terutama pimpinan sekolah
terhadap eksistensi perpustakaan sekolah.
Perpustakaan masih dianggap sebagai fasilitas
pelengkap sebuah lembaga pendidikan bernama sekolah,
setelah ruang belajar (kelas), ruang guru dan
pimpinan sekolah, ruang tamu, laboratorium, kantin
sekolah. Layaknya sebuah pelengkap, terhadapnya minim
perhatian, pengembangan, apalagi prioritas.
Perpustakaan adalah jantungnya sekolah,
demikian jargon yang kerap kita dengar. Sebagai
jantung sekolah, perpustakaan berperan memompa darah
segar bagi proses pembelajaran yang kondusif dan
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika
jantung sekolah tidak berfungsi dengan normal dan
baik maka organ lain pun tidak akan berfungsi dengan
baik pula. Sehingga akan mengakibatkan kematian.
Kematian yang berkonotasi tidak berfungsinya peran-
peran pendidikan dan pembelajaran dalam suatu lembaga
bernama sekolah.
Terlebih setelah pemberlakuan Kurikulum 2013
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak
tahun pelajaran 2013/2014, di mana salah satu poin
pentingnya adalah bahwa ruang kelas bukanlah satu-
satunya tempat pembelajaran. Dalam konteks ini,
4
perpustakaan sekolah memegang peran penting dalam
proses pembelajaran dan pemerolehan ilmu pengetahuan
bagi peserta didik.
Untuk itulah, selain kesiapan dan kompetensi
guru dalam pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum,
sekolah juga perlu menyiapkan konsep dan mewujudkan
suatu perpustakaan yang ideal dalam rangka menunjang
implementasi Kurikulum 2013.
B. Permasalahan
Dari latar belakang di atas dapat diajukan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil perpustakaan sekolah yang
ideal?
2. Peran apa sajakah dari perpustakaan sekolah dalam
implementasi Kurikulum 2013?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah:
1. Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana
profil perpustakaan yang ideal.
2. Untuk memberikan gambaran tentang peran
perpustakaan sekolah terkait implementasi Kurikulum
2013.
5
II
PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Sekolah Ideal
International Federation Librarian Association (IFLA) dalamSchool Library Guidelines menyebutkan bahwa misiperpustakaan sekolah adalah menyediakan informasi dangagasan yang menjadi dasar untuk membentuk masyarakatyang berbasis informasi dan ilmu pengetahuan danmerupakan sarana bagi peserta didik agar terampilsepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikiragar mereka dapat hidup sebagai warga negara yangbertanggung jawab (Sugijanto, 2009).
Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentangPerpustakaan Bab I pasal 3 menyebutkan bahwaperpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan,penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
6
untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.Jadi, bukan sekedar berfungsi sebagai wahanapendidikan, penelitian dan informasi. Lebih jauh,perpustakaan berfungsi rekreatif yaitu sebagai arenarekreasi yang menyenangkan, nyaman, kondusif dantersedia akses segala informasi dan ilmu melaluikoleksi pustakanya.
Untuk mewujudkan misi dan fungsi perpustakaantersebut, sekolah dalam hal ini pimpinan sekolah,pustakawan atau pengelola perpustakaan harus memilikimindset atau pola pikir yang positif akan pentingnyaperpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar.Dari pola pikir, kemauan, kesepahaman, akhirnyatekad untuk merumuskan konsep dan merealisasikansuatu profil perpustakaan yang ideal di sekolahnya.
Fitri Nurhati (2010) mengemukakan bahwa
setidaknya ada tiga pilar pokok sebuah perpustakaan
ideal yaitu koleksi, sumber daya manusia (pustakawan)
dan pelayanan yang memadai. Ketiga hal tersebut dapat
dijelaskan sekilas sebagai berikut:
1. Koleksi
Koleksi perpustakaan sekolah menurut
Darmono (2004) meliputi:
a. Buku, yang dibedakan lagi atas: buku teks, buku
penunjang/pengayaan, buku fiksi (novel, puisi,
drama, cergam, komik) dan buku populer.
7
b. Koleksi Referensi, yang sebenarnya juga
berbentuk buku tetapi memiliki kekhasan dalam isi
dan penyajian. Termasuk dalam koleksi referensi
adalah: kamus, ensiklopedi, almanak, direktori,
buku tahunan, katalog, bibliografi.
c. Sumber Geografi, yang bisa berbentuk atlas,
peta, globe.
d. Terbitan Berkala/Serial, yang biasanya
berbentuk: surat kabar/Koran, majalah, tabloid,
jurnal.
e. Bahan Mikro, yang merupakan alih media dari
buku ke dalam bentuk mikro seperti mikro film dan
carik mikro.
f. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual), berupa
video, kaset, piringan hitam, CD, VCD, Slide,
Film.
Selain koleksi tersebut, menurut
penulis, perpustakaan sekolah dapat pula dilengkapi
dengan koleksi karya siswa dan guru. Karya siswa
dapat berupa tugas-tugas siswa yang
dijilid/dibukukan seperti kliping, laporan studi
wisata, naskah drama, proposal pergelaran seni, dan
lain-lain. Sedangkan karya guru dapat berupa
proposal penelitian, laporan penelitian, makalah,
kumpulan artikel, skripsi, tesis dan lain-lain.
8
Koleksi yang lengkap dengan jumlah yang
memadai, didukung oleh luas ruangan yang cukup
leluasa untuk menampung kapasitas koleksi tersebut
akan menjadi sebuah nilai lebih bagi sebuah
perpustakaan. Namun untuk menambah koleksi juga
bukan merupakan hal yang mudah. Faktor utama yang
menjadi kendala dalam penambahan koleksi ini adalah
masalah keuangan. Namun, hal ini dapat disiasati
dengan beberapa langkah seperti :
a. Membeli buku-buku murah pada saat diadakan
pameran. Pemberian diskon sebagai harga
promosi yang dilakukan oleh banyak pernerbit
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
pengelola perpustakaan dalam rangka menambah
koleksi perpustakaan yang baik dan
berkualitas.
b. Menjadikan perpustakaan sebagai pusat deposit.
Setiap kegiatan sekolah yang menghasilkan
karya berupa buku, majalah, maupun karya-karya
lain yang berupa tulisan disimpan di dalam
perpustaan sebagai bahan koleksi di
perpustakaan.
c. Menjalin kerjasama dengan pihak luar, seperti
perpustakaan-perpustakaan lain yang sejenis
maupun yang tidak sejenis, pertukaran koleksi
9
dan peminjaman koleksi perpustakaan dalam
jangka waktu berkala. Selain kerjasama dengan
perpustakaan, kerjasama dengan pihak lain yang
erat kaitannya dengan buku juga dapat
dilakukan, misalnya seperti kerjasama dengan
penerbit, terutama penerbit-penerbit lokal
sehingga terjadi kerjasama yang bukan cuma
menguntungkan pihak perpustakaan sekolah,
namun juga menguntungkan pihak penerbit karena
badan usahanya semakin dikenal luas.
d. Mencari donatur buku atau bahan pustaka, baik
dari pihak pemerintah, swasta mapun donatur
pribadi. Pencarian ini dapat dilakukan melalui
tatap langsung (bertemu langsung) maupun
melalui penerlusuran di internet, dan
bergabung dengan komunitas penulis/milis
perpustakaan untuk mendapatkan kesempatan
koleksi gratis.
e. Koleksi tambahan juga dapat diperoleh melalui
penyiangan koleksi perpustakaan lain yang
sedang melakukan pembenahan, namun biasanya
koleksi perpustakaan ini merupakan buku-buku
lama yang kondisi fisik dan isinya sudah
kurang mendukung sehingga untuk mendapatkan
tambahan koleksi dari hasil penyiangan harus
benar-benar dapat memilih dan menyeleksi
10
bahan-bahan pustaka yang sesuai dan relevan
dengan perpustakaan yang bersangkutan.
2. Sumber Daya Manusia Perpustakaan
Ada dua kelompok personel atau sumber
daya manusia yang bekerja di perpustakaan, yaitu
pustakawan dan nonpustakawan. Seseorang berhak
menyandang profesi pustakawan apabila memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan
nonpustakawan adalah SDM yang tidak memiliki latar
belakang pendidikan perpustakaan tetapi bekerja di
perpustakaan (Anita Nusantari, 2012)
Realita di lapangan banyak perpustakaan
sekolah yang dikelola oleh nonpustakawan. Mereka
adalah guru dan/atau staf Tata Usaha yang
ditugaskan sebagai pengelola perpustakaan sekolah.
Bahkan banyak terjadi, petugas perpustakaan adalah
guru atau staf ‘bermasalah’, seperti guru yang
jumlah jam mengajarnya kurang dari ketentuan, guru
atau staf yang terlibat tindak amoral, dan
11
ironisnya mereka tanpa dibekali ilmu keperpustakaan
sama sekali. Dalam hal ini jabatan petugas atau
pengelola perpustakaan dianggap sebagai jabatan
‘hukuman’ atau sekedar ‘kompensasi’.
Kondisi demikian tentu jauh dari ideal,
sehingga peningkatan kompetensi tenaga pengelola
perpustakaan perlu diprogramkan dan dilaksanakan,
misal dengan mengikutsertakan mereka pada
pelatihan-pelatihan atau workshop keperpustakaan
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun dengan
cara mengirimkan mereka ke kantor Perpustakaan Umum
Daerah sebagai petugas magang.
3. Pelayanan
Pelayanan atau sering disebut layanan
pada perpustakaan sekolah bertujuan agar bahan
pustaka yang telah dimiliki perpustakaan dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pemustaka
(Winarno, 2012:3).
Adapun jenis kegiatan layanan
perpustakaan sekolah, Winarno (2012:4)
membedakannya menjadi empat macam, yaitu:
a. Layanan teknis, meliputi kegiatan-kegiatan:
seleksi, pengadaan dan inventarisasi bahan
pustaka, klasifikasi, deskripsi katalog dan
perawatan bahan pustaka.
12
b. Layanan pemakai, meliputi kegiatan-kegiatan:
administrasi keanggotaan, layanan sirkulasi,
layanan referensi dan informasi, layanan baca.
c. Layanan khusus, meliputi kegiatan-kegiatan:
layanan E-library, layanan pendidikan pemakai,
layanan penerbitan dan statistik.
d. Layanan pengembangan teknologi dan informasi
(TI), meliputi kegiatan-kegiatan: pengelolaan
hardware dan pengelolaan software.
Semua jenis layanan tersebut haruslah
merupakan layanan yang cepat, tepat (menggunakan
teknologi informasi dan sistem otomasi layanan),
didukung dengan sikap pustakawan atau petugas
perpustakaan yang bersahabat (ramah, santun,
menghargai hak pemustaka) sehingga akan makin
melengkapi profil sebuah perpustakaan yang ideal.
Selain tiga pilar utama di atas, profil
perpustakaan sekolah ideal menurut hemat penulis
masih harus ditunjang oleh pilar pendukung, yaitu:
1. Sarana dan prasarana perpustakaan yang memadai
a. Gedung yang memenuhi syarat lokasi strategis
karena sebagai jantungnya sekolah, syarat
keamanan, syarat keluasan dan tata ruang.
b. Pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup
untuk keamanan, keawetan koleksi dan kenyamanan
pemustaka.
13
c. Tata ruang dan akses antarruang yang
terkoneksi dengan mudah sehingga layanan-layanan
yang diberikan lebih optimal. Setidaknya
perpustakaan sekolah memiliki ruang-ruang
penyimpanan koleksi buku, referensi, terbitan
berkala yang mudah dijangkau dan nyaman, ruang
baca, ruang adminstrasi sirkulasi, ruang kerja
kepala dan/atau petugas perpustakaan, ruang audio
visual, ruang internet, gudang dan kamar
kecil/MCK.
d. Rak buku, rak majalah, almari buku, almari
katalog dan papan pajang yang cukup dan mudah
diakses pemustaka.
f. Mebelair (meja sirkulasi, meja kerja,
meja/rak atlas, meja-kursi baca) yang cukup dan
nyaman bagi petugas dan pemustaka.
g. Alat pendingin ruang seperti AC atau kipas
angin terutama di ruang baca dan ruang kerja
petugas.
h. Alat pandang dengar seperti televisi, tape
recorder, DVD player.
i. Perangkat komputer kerja administrasi dan
otomasi sirkulasi.
j. Perangkat komputer terkoneksi internet untuk
layanan internet, e-library atau digital library.
14
k. Alat tulis kantor dan alat
kebersihan/sanitasi ruangan.
2. Kebijakan pimpinan yang properpustakaan
Kebijakan pimpinan (Kepala Sekolah) yang
properpustakaan di antaranya:
a. memiliki pola pikir positif bahwa
perpustakaan adalah jantungnya sekolah sehingga
keberadaan dan kualitasnya harus diprioritaskan,
dan ada kemauan untuk terus memajukan
perpustakaan sekolah.
b. menempatkan gedung/ruang perpustakaan di
tengah/pusat sekolah, bukan di posisi paling
belakang sehingga siswa enggan berkunjung.
c. mengupayakan petugas perpustakaan adalah
pustakawan, bukan sekedar guru atau staf
‘seadanya’ tanpa kompetensi yang memadai.
d. mengalokasikan anggaran untuk perpustakaan
sebesar 5% dari total anggaran operasional
sekolah sebagaimana diamanatkan Undang-Undang
nomor 43 tahun 2007 pasal 23 ayat 6.
3. Program pengembangan perpustakaan
Program pengembangan perpustakaan disusun oleh
pengelola perpustakaan sebagai acuan kerja untuk
jangka waktu tertentu untuk mewujudkan secara
bertahap perpustakaan sekolah yang ideal. Program
ini meliputi: program peningkatan sarana prasarana,
15
program peningkatan kompetensi SDM, program
pengembangan koleksi, program peningkatan layanan,
program peningkatan kompetensi literasi
siswa/pemustaka, dan program promosi dan kerjasama
antarlembaga
Ketercapaian pilar utama dan pendukung
sebagaiman diuraikan di atas akan menghasilkan
perpustakaan sekolah yang ideal.
B. Sekilas Kurikulum 2013
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,
ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013
yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut (Lampiran
Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 dalam Tim Cipta
Media Indonesia, 2013:5a).
16
Lebih jauh disebutkan bahwa Kurikulum 2013
dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education) dan teori kurikulum
berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk
bersikap, berpengetahuan, berketrampilan, dan
bertindak.
Atas dasar itulah, pembelajaran dalam
Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik agar memiliki kompetensi (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) yang memadai untuk
eksis pada abad 21 dengan bercirikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa
mencari tahu dari berbagai sumber belajar, dengan
melakukan observasi, bukan diberi tahu
2. Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan
masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan
masalah (menjawab)
3. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir
analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir
mekanistis (rutin)
4. Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan
kolaborasi dalam menyelesaikan masalah
(Kemendikbud, 2013:203).
17
C. Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Implementasi
Kurikulum 2013
Dari ciri pertama pada paparan di atas,
bahwa pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa
mencaritahu dari berbagai sumber belajar dengan
melakukan observasi, bukan diberitahu, maka
eksistensi perpustakaan sekolah memiliki peran yang
penting.
1. Perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar
Kurikulum 2013 menegaskan bahwa kelas bukan
satu-satunya tempat belajar, dan guru bukan satu-
satunya sumber belajar. Buku, ensiklopedi, kamus,
atlas, kliping, majalah, koran dan lain-lain,
bahkan e-book dan website di internet dapat dijadikan
sumber belajar. Itu semua terdapat dan tersedia di
perpustakaan. Tepatlah jika perpustakaan merupakan
pusat sumber belajar.
2. Perpustakaan sekolah sebagai wahana mengkonstruksi
ilmu pengetahuan
Salah satu landasan teori belajar dalam
penyusunan Kurikulum 2013 adalah konstruktivisme.
Siswa dibimbing untuk mengkonstruksi pengetahuan
baik secara mandiri/individu maupun melalui diskusi
kelompok, dengan bantuan buku panduan, pengayaan
18
maupun buku lain yang relevan yang ada di
perpustakaan.
3. Perpustakaan sekolah sebagai wahana mengembangkan
kemampuan berfikir kritis analitis
Salah satu ciri pembelajaran dalam Kurikulum
2013 adalah bahwa pembelajaran diarahkan untuk
melatih siswa berpikir kanalitis, tidak hanya
mekanistis. Berfikir analitis akan mudah terbentuk
jika siswa terbiasa dan gemar membaca buku dan
menelaah pengetahuan atau informasi yang
diperolehnya.
4. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium
pembelajaran berpendekatan ilmiah (scientific approach)
Karakteristik utama pembelajaran dalam
Kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific approach) yaitu cara atau mekanisme
pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar
mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan
prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah.
Pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah
pokok: observing (mengamati), questioning (menanya),
associating (menalar), experimenting (mencoba) dan
networking (membentuk jejaring) (Kemdikbud,
2013:203).
Kelima tahapan tersebut dapat dipraktikan
langsung di perpustakaan dengan memanfaatkan
19
fasilitas dan koleksi yang ada. Ruang baca atau
ruang audio-visual dapat disulap menjadi
laboratorium pembelajaran menggunakan scientific
approach yang rekreatif dan efektif.
20
III
PENUTUP
A. Simpulan
Perpustakaan sekolah yang ideal sangat
penting bagi proses pendidikan dan pembelajaran.
Profil perpustakaan ideal setidaknya memenuhi
idealitas tiga pilar utama yaitu koleksi, sumber daya
manusia dan layanan, serta tiga pilar pendukung yaitu
sarana prasarana, kebijakan properpustakaan dan
program pengembangan.
Terkait implementasi Kurikulum 2013,
perpustakaan sekolah yang ideal memegang peranan
penting dalam menunjang proses pembelajaran, di
antaranya perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber
belajar, wahana mengkonstruksi pengetahuan, melatih
berfikir kritis analitis, dan pembelajaran
menggunakan pendekatan ilmiah.
B. Saran
Mengingat perannya yang penting dalam proses
pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, sudah
selayaknya setiap sekolah memberikan perhatian yang
lebih pada pengembangan perpustakaannya menjadi
perpustakaan sekolah yang ideal. Kemauan dan
kebijakan pimpinan sekolah dan stake holder atau
21
pemangku kepentingan sangat dibutuhkan baik dalam
tataran mindset (pola pikir) maupun realisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta. Tanpa Penerbit. Diunduh padatanggal 25 Maret 2014 dari
http://kepri.kemenag.go.id/file/file/UndangUndang/rayk1391497505.pdf
2. Darmono. 2004. Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta. PT.Grasindo.
3. Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
22
4. Nurhati, Fitri. 2010. Konsep Perpustakaan Ideal Untuk Sekolah. (Artikel dalam http://www.pemustaka.com/menuju-perpustakaan-sekolah-digital 2010.html) diakses pada tanggal 25 September 2014.
5. Nusantari, Anita. 2012. Strategi Pengembangan Perpustakaan. Jakarta. PT.Prestasi Pustakaraya.
6. Sugijanto dan Indarti, Yuni. 2009. Cara Praktis Mengelola Perpustakaan. Solo. PT.Era Adicitra Intermedia.
7. Winarno. 2012. Layanan Perpustakaan Berorientasi Pemustaka.Makalah Pelatihan Kepala Perpustakaan Pola 200 Jam UNY. Yogyakarta. tidak diterbitkan.
8. Tim Cipta Media Indonesia. 2013. Penyempurnaan Kurikulum 2013 Untuk Satuan Pendidikan Sekolah Tingkat Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta. CV.Cipta Media Indonesia.
23