Post on 02-May-2023
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI) BAGI SISWA TUNADAKSA DI SMPLB D-D1 YPAC
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh:
EVA DIANIDAH
NIM. 11150110000148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan skripsi,
karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama lembaga dan
lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam
huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman penulisan skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin
ا
ś ث
ḥ ح
kh خ
ź ذ
Sy ش
Ṣ ص
ḍ ض
ṭ ط
ť ظ
᾽ ع
ģ غ
h ة
2. Vokal
Vocal Tunggul
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
a
i
u
3. Mȃdd (Panjang)
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
Ᾱ ى … ا
Ῑ ى
Ṹ و
4. Tȃ’ marbȗtah
Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.
Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.
Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh
kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:
.Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd = وحدة الوجود
5. Syaddah (Tasydḭd)
Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang
diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf
yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:
al - zalzalah (az zalzalah)
b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),
7. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti
a;if, contoh: akaltu, ȗitya.
b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:
ta’kulȗna atau syai’un.
8. Huruf Kapital
Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh: آن ر ق ال = al-Qur’an,
ة ر و ن م ال ة ن ي د م ال = al-Madinatul Munawwarah
ي د و ع س م ال = al-Mas’ȗdi.
i
ABSTRACT
Eva Dianidah (11150110000148). Learning Method Islamic Education for
Tunadaksa Students in SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
Keywords: Learning Methods, Islamic Education, Tunadaksa Students (Cerebral
Palsy)
Student with cerebral palsy (CP) are one of the students who need special
services in education. With the limitations that students have, then in the
implementation of learning Islamic education is important to provide methods that suit
the needs and abilities of students. This learning method needs to be modified so that
students are easier to grasp the information that is conveyed by the teacher.
This study was designed to describe the learning of Islamic Education for
Cerebral Palsy (CP) disabled students who discussed learning methods that could be
applied, learning processes and shortcomings and learning methods for Cerebral Palsy
(CP) students at SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. The research method applied was
descriptive qualitative approach, which is a method that is intended to explain an
activity or certain which is then analyzed by data and an event that forms the writing.
This study uses a case study that focuses on one phenomenon that wants to be focused.
While the data collection techniques used were observation, interview, and
documentation. The data analysis technique used was data reduction, data display,
drawing conclusions and verification. In this study, the respondents of this study were
principals, teachers of Islamic Education, and special assistant teachers at the SMPLB
D-D1 YPAC Jakarta.
The research result was cerebral palsy is a learning method used by individuals,
namely the lecture method, question and answer method, approach method, recitation
method, and tourism method. Teachers in the field of Islamic Education in SMPLB D-
D1 YPAC Jakarta in the implementation of learning use a variety of modifications,
both in the curriculum, syllabus, lesson plans, learning programs, teaching materials,
media, and learning outcomes. And it is believed there are shortcomings and strengths
in each of the learning methods that are applied to disabled students in the Middle
School D-D1 YPAC Jakarta.
ii
ABSTRAK
Eva Dianidah (11150110000148). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) bagi Siswa Tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam (PAI), Siswa Tunadaksa
(Cerebral Palsy)
Siswa tunadaksa cerebral palsy (CP) merupakan salah satu siswa yang membutuhkan
pelayanan khusus dalam pendidikan. Dengan adanya keterbatasan yang dimiliki siswa, maka
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) penting untuk memberikan
metode yang sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa. Metode pembelajaran ini perlu
dimodifikasi agar siswa lebih mudah dalam mengkap informasi pembelajaran yang
disampaikan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) bagi siswa tunadaksa Cerebral Palsy (CP) yang meliputi metode pembelajaran yang
dapat diterapkan, proses pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan serta kelebihan metode
pembelajaran bagi siswa Cerebral Palsy (CP) di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu kegiatan atau keadaan tertentu yang kemudian dianalisis data-data dan
suatu kejadian berupa tulisan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang hanya
memfokuskan pada satu fenomena yang ingin diteliti. Sedangkan teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan
peneliti yaitu reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan verifikasi. Dalam
penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah, guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam (PAI), dan guru pendamping khusus di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa Cerebral
Palsy adalah metode pembelajaran melalui pendekatan individual, yaitu metode ceramah,
metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode resitasi, dan metode karryawisata. Guru
bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPLB D-D1 dalam pelaksanaan
pembelajarannya menggunakan berbagai macam modifikasi, baik pada kurikulumnya, silabus,
RPP, program belajar, bahan ajar, media, hingga penilaian hasil belajarnya. Dan diketahui
beberapa kekurangan dan kelebihan pada masing-masing metode pembelajaran yang
diterapkan bagi siswa tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
iii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم الله الر
Puji dan syukur kehadirat هللا هلالج لج yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui segala
sesuatu, yang telah memberikan nikmat rezeki hidup dan potensi kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) ini. Shalawat beserta salam
penulis curahkan kepada Baginda Nabi ملسو هيلع هللا ىلص دمحم sebagai suritauladan umat Islam yang
telah membawa zaman jahiliyah kepada zaman yang terang benderang. Selesainya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karenanya penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. H. Aminuddin Yakub, MA. Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan wejangan dan motivasinya kepada Penulis sejak awal
perkuliahan hingga saat ini. Semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan
dan keberkahan dalam hidupnya dari هلالج لج هللا. Aamiin
5. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
nasehat, motivasi dan berbagai macam disiplin ilmu serta pengalaman baru
kepada Penulis dengan penuh ketulusan dan kesabaran hingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pengetahuan, pengalaman dan motivasi terbaiknya kepada
Penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga segala ilmu yang telah Bapak
iv
dan Ibu berikan kepada Penulis mendapatkan keberkahan dan dijadikan هللا
sebagai amal baik diakhirat kelak. Aamiin
7. Keluarga besar SLB D-D1 YPAC Jakarta, khususnya teruntuk Bapak Drs.
Heru Haerudin, M.Pd selaku Kepala Sekolah, Bapak M. Mudlofir, S.Pd.I
selaku guru bidang studi PAI, Ibu Amriyah Qoyyimmatun, S.Pd selaku guru
senior di YPAC Jakarta, Ibu Desy Wulandari selaku TU dan seluruh guru
beserta staff SLB D-D1 YPAC Jakarta. Penulis ucapkan terimakasih banyak
karena telah menerima dan membimbing dengan baik dan tulus kepada
Penulis selama penelitian di sekolah maupun di luar sekolah.
8. Kedua orang tua Penulis, “Bapak” M. Tafsir dan “Mama” Siti Masliha yang
senantiasa melimpahkan doa, kasing-sayang, cinta, dukungan, nasehat, jiwa
dan raganya kepada Penulis secara tulus tanpa keraguan, sehingga Penulis
dapat senantiasa bersyukur kepada هلالج لج هللا dan dapat menyelesaikan pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah ini. Kepada “kakak” Erla Wijayanti, S.M., dan
“Adik” Aji Surya Alam serta keluarga besar Penulis, yang telah mencurahkan
doa, kasing-sayang dan dukungan yang tiada tara kepada Penulis selama
hidup di dunia ini. Semoga هلالج لج هللا senantiasa memberikan rahmat, keberkahan,
lindungan, bimbingan dan ampunan serta keridhoannya kepada keluarga kita.
Aamiin
9. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam Ciputat, “Abi” KH.
Bahrudin, S.Pd.I dan “Umi” Tutik Rosmaya, A.Md., yang telah mengajarkan
Penulis mengaji, membimbing dan senantiasa memberikan motivasi serta
pengalaman berharga selama Penulis mengenyam indahnya menjadi santri di
PP. Daar El-Hikam ini. Dan kepada keluarga besar santri Pondok Pesantren
Daar El-Hikam, para Pengurus yang selalu setia memberikan arahan dan
nasehatnya, santri kobong 2 dan 3 yang selalu semangat memberikan
wejangan dan kasing-sayangnya, Ustadz dan Ustadzah SMPI PP. Modern
Daar El-Hikam atas pengalaman berharganya kepada Penulis. Semoga segala
kebaikan Abi, Umi, dan santri PP. Daar El-Hikam mendapatkan ganjaran dan
keberkahan-Nya. Aamiin
v
10. Sahabat Intens (Nida Hanifah, Nida Ulfah Hasanah, Syifa Muzdalifah, Siti
Euis Aisyah), sahabat masa kecil Penulis (Rizky Wirid Diniah, Riska),
sahabat Kodok (Maya, Yani, Atikoh, Ilham, Edi, Hadi, Elvan) dan teman-
teman seperjuangan PAI D serta sahabat LIPIA (Halimah Tussa’diyah) yang
telah memberikan semangat, kasih-sayang, pengalaman dan motivasi serta
tempat keluh kesah ternyaman kepada Penulis hingga karya ilmiah (skripsi)
ini mampu terselesaikan dengan baik.
11. Seluruh keluarga besar POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah), UKM HIQMA
(Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa), FLP (Forum Lingkar Pena) Cabang
Ciputat, dan NRC (Nursi Research Center) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, kasing-sayang
kekeluargaan dan motivasinya kepada Penulis hingga tuntasnya skripsi ini.
12. Motivator “Oppa” (M. Muqoffa Birri) yang telah senantiasa memberikan doa,
semangat, nasehat, motivasi dan kebaikannya kepada Penulis, sehingga karya
ilmiah ini mampu terselesaikan dengan baik. Semoga segala cita-cita dan
impianmu diridhoi هلالج لج هللا. Aamiin
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh pihak yang namanya tidak
dapat disebutkan satu-persatu, yang telah turut membantu Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis akan sangat
berterima kasih jika kritik dan saran yang mendukung disampaikan kepada Penulis.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada pribadi Penulis, dan
kepada para pembaca masyarakat luas. Dan akhirnya hanya kepada هلالج لج هللا segala
kebenaran Penulis kembalikan.
Jakarta, 17 Juli 2019
Penulis,
Eva Dianidah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 12
C. Pembatasan Masalah 12
D. Perumusan Masalah 13
E. Tujuan Penelitian 13
F. Manfaat penelitian 13
BAB II KAJIAN TEORI 15
A. Kajian Pustaka 15
1. Metode Pembelajaran 15
a. Pengertian Metode Pembelajaran 15
b. Macam-macam Metode Pembelajaran 20
c. Pelaksanaan Pembelajaran 30
2. Pendidikan Agama Islam 32
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam 32
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 37
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam 38
3. Tunadaksa 38
a. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus 38
b. Mengenal Tunadaksa 43
c. Karakteristik Anak Tunadaksa 44
d. Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa 47
e. Layanan Sosial Anak Tunadaksa 52
vii
4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa Tipe
Cerebral Palsy 54
a. Metode Pembelajaran 54
b. Tujuan Pembelajaran PAI bagi Siswa Tunadaksa 57
B. Hasil Penelitian yang Relevan 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 61
A. Tempat dan Waktu Penelitian 61
1. Tempat Penelitian 61
2. Waktu Penelitian 61
B. Latar Penelitian (Setting) 61
C. Metode Penelitian 63
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 64
1. Observasi 64
2. Wawancara 67
3. Studi Dokumentasi 69
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 70
F. Analisis Data 71
1. Reduksi Data (Data Reduction) 72
2. Penyajian Data (Data Display) 72
3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74
A. Deskripsi Data 74
1. Profil SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 74
a. Latar Belakang Sekolah 74
b. Visi, Misi dan Tujuan 74
c. Jumlah Guru dan Siswa 75
d. Sarana dan Prasarana 76
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa
tunadaksa tipe Cerebral Palsy 79
viii
a. Macam-macam metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy 79
b. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa
Tunadaksa D1 (Cerebral Palsy) 85
c. Kekurangan dan Kelebihan dalam Menerapkan Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa D1
(Cerebral Palsy) 93
B. Pembahasan 96
1. Macam-macam metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy 96
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa
Tunadaksa D1 (Cerebral Palsy) 102
3. Kekurangan dan Kelebihan dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa D1 (Cerebral Palsy)
106
BAB V PENUTUP 112
A. Kesimpulan 112
B. Implikasi 113
C. Saran 114
DAFTAR PUSTAKA 115
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Responden Penelitian di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 65
Tabel 3.2 Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 66
Tabel 3.3 Proses Pembelajaran PAI di kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 66
Tabel 3.4 Informasi Seputar SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 67
Tabel 3.5 Penerapan metode pembelajaran PAI di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 68
Tabel 3.6 Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gedung Layanan Kesehatan 77
Gambar 4.2 Gedung Asrama dan Terapi 77
Gambar 4.3 Ruang Kepala Sekolah, Ruang Tata Usaha dan Ruang Guru 77
Gambar 4.4 Ruang Kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 77
Gambar 4.5 Ruang Kelas IX D-D1 77
Gambar 4.6 Fasilitas Terapi di Depan Kelas 78
Gambar 4.7 Aula Sekolah YPAC Jakarta 78
Gambar 4.8 Taman Rindang 78
Gambar 4.9 Anjuran Berakhlakul Karimah 78
Gambar 4.10 Poster di Depan kelas 79
Gambar 4.11 Poster di Dalam Kelas 79
Gambar 4.12 Lapangan Sekolah 79
Gambar 4.13 Lapangan di depan kelas 79
Gambar 4.14 Siswa membaca al-Qur’an 85
Gambar 4.15 Siswa shalat berjamaah 85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian 121
Lampiran 2 Lembar Observasi Kondisi Siswa dan Sekolah 126
Lampiran 2 Lembar Observasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) 128
Lampiran 3 Lembar Observasi Siswa Tunadaksa 131
Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah 133
Lampiran 5 Hasil Wawancara Tata Usaha (TU) 138
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Bidang Studi PAI 140
Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru Pendamping Khusus 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar atau pembelajaran merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain, dimana keduanya adalah suatu hal yang sangat
dibutuhkan bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan potensinya.
Pembelajaran disini merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan
kepada orang lain atau anak didik, karena hal ini termasuk salah satu kunci
keberhasilan seseorang kelak. Kunci sukses untuk mencapai tujuan dan cita-cita
yang telah mengakar pada diri dan bangsa. Oleh karenanya untuk mencapai suatu
kemajuan bangsa adalah dengan melakukan pembelajaran kepada anak-anak atau
peserta didik guna mempersiapkan generasi bangsa yang berkompeten,
berwawasan luas, dan juga yang berakhlakul karimah.
Pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang
dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dimana dalam proses
pembelajaran ini membutuhkan pendidik dan peserta didik, sehingga keduanya
dapat saling memahami dan membantu untuk mencapai tujuan dari akhir
pembelajaran. Pendidik yang merupakan salah satu faktor utama terselenggaranya
proses pembelajaran, memiliki peran yang amat penting dalam membina,
membimbing, mendidik dan mengajar anak didik.
Sebagai pendidik juga memiliki peran dalam memberikan contoh teladan
kepada peserta didik. Pendidikan yang diberikan berupa sejumlah norma atau
hukum masyarakat yang berlaku sehingga anak didik dapat memahami mana yang
merupakan perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Hal ini dapat menyebabkan
peserta didik untuk mengikuti bahkan memiliki moral baik dan menjauhi moral
buruk yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
1
2
Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 angka 3 UUD 1945
tentang pendidikan dan kebudayaan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”1 Tercantum pula dalam pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang berbunyi,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk mrmiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”2 Disebutkan pula dalam hasil Keputusan
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 32/DPD RI/II/2013-2014
Tentang perubahan atas Undang-Undang R.I. No. 20/2003 pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
1. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pendidikan nasional bertujuan bagi berkembangnya potensi peserta
didik secara optimal agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, cinta tanah air, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat, dan
negara-bangsanya.3
Pendidikan tersebut menjelaskan bahwa untuk dapat mencerdaskan kehidupan
suatu bangsa, maka harus dimulai dari sistem pendidikan yang diberikan kepada
peserta didiknya. Pendidikan ini berlaku bagi seluruh warga negara tanpa
terkecuali bagi penyandang disabilitas. Pendidikan dan pengajaran tersebut harus
diberikan secara merata dan adil sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Karena
1 UUD NRI 1945, h. 15, (https://jdih.pom.go.id). Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 21.45
WIB. 2 UU RI No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, 2012, (https://jdih/kemenkeu.go.id).
Diakses pada tanggal 3 Maret 2019 pukul 23.40 WIB. 3 Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 32/DPD RI/II/2013-2014 tentang
Rancangan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(www.dpd.go.id). Diakses pada tanggal 03 Januari 2019 pukul 23.45 WIB.
3
pendidikan adalah hak milik bagi seluruh manusia, mereka berhak memperoleh
pendidikan tanpa adanya diskriminasi atau perbedaan perlakuan yang diberikan.
Hal ini sebagaimana yang diamanatkan pada Tujuan Nasional dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV tentang Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa yang diperkuat dengan pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa,
“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Hal ini berarti bahwa
setiap Warga Negara Indonesia siapapun orangnya, bagaimanapun keadaannya,
mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran
tanpa adanya pembeda diantara mereka.4
Mereka yang menjadi penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus
juga merupakan peserta didik yang perlu diberikan perhatian khusus dalam
memperoleh pendidikan. Dimana anak berkebutuhan khusus ini pun memiliki
banyak tipe tergantung pada kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Anak
berkebutuhan khusus ini terbagi menjadi dua yaitu ada yang berkebutuhan khusus
permanen dan ada yang berkebutuhan khusus temporer. Artinya anak yang
berkebutuhan khusus permanen berarti mereka membutuhkan pendidikan khusus.
Hal ini dikarenakan mereka mempunyai hambatan atau kerusakan pada
perkembangan fisik maupun otaknya sejak lahirnya, contohnya anak autis,
tunanetra, tunagrahita, tunawisma, tunadaksa, tunarungu, tunawicara, tunalaras,
ADHD dan lain sebagainya. Sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer
berarti mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus. Hal ini berbeda dengan
anak berkebutuhan khusus karena mereka mempunyai hambatan belajar dan
perkembangan diri yang disebabkan dari luar dirinya. Seperti kurangnya asupan
gizi karena berasal dari keluarga tidak mampu, anak dari masyarakat yang
daerahnya terpencil dan sulit mendapatkan bahan makanan atau sarana prasarana
pembelajaran yang memadai.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut,
4 Lihat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV.
4
ليس على العمى حرج ول على العرج حرج ول على المريض حرج ول على
هاتكم..أنفسكم أن تأكلوا من بيوتكم أوبيوت ءابآ ئكم أوبيوت أم
“Tidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit dan kalian
semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak kalian atau
rumah ibu kalian...” (QS. An-Nur (24): 61)5
Pada ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan
kesetaraan sosial manusia baik itu penyandang disabilitas maupun bukan
penyandang disabilitas. Mereka harus diberikan perlakuan yang sama dan diterima
secara tulus tanpa diskriminasi dalam kehidupan sosial, baik itu pendidikannya,
perlakuannya maupun peranannya.
Syekh Ali As-Shabuni dalam Tafsir Ayatul Ahkam menerangkan makna ayat
diatas dengan penafsirannya sebagai berikut,
عمى يقول الله جل ذكره ما معناه: ليس على أهل العذار ول على ذوي العاهات )ال
اء, فان الله تعالى يكره الكبر والمتك ب رين والعرج والمريض( حرج أن يأكلوا مع الصح
ويحب من عباده التوا ضع
“Substansi firman Allah Ta’ala (QS. An-Nur ayat 61) adalah bahwa tidak ada
dosa bagi orang – orang yang punya uzur dan keterbatasan (Tunanetra, pincang,
sakit) untuk makan bersama orang-orang yang sehat (normal), sebab Allah Ta’ala
membenci kesombongan dan orang-orang sombong tidak menyukai kerendahan
hati dari para hamba-Nya.”6
Peserta didik dengan keterbatasan yang dimiliki seperti halnya anak tunadaksa
dengan keterbatasan fisik tidak diperkenankan bagi kita untuk membedakan mereka
dengan peserta didik bukan penyandang tunadaksa. Tunadaksa merupakan suatu
keadaan rusak atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang
5 Achmad R. Hidayat, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Mushaf Khadijah, (Jakarta: Alfatih, 2012), h.
358.
6 Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayatul Ahkam, (Depok: Keira Publishing, 2015), h.
325.
5
normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawa sejak lahir. Tunadaksa sering juga diartikan sebagai
suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau
gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu
untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.7 Adapun tunadaksa sendiri
terbagi menjadi dua bagian besar, yakni: (1) Kelainan pada sistem selebral
(Carebral System); dan (2) Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus skeletal
system). Artinya kelainan yang dimiliki oleh anak tunadaksa berbeda-beda
macamnya tergantung pada penyebab dan kondisi anak. Tipe celebral palsy adalah
kelainan anak yang anggota gerak tubuhnya masih dapat digerakkan meskipun
tidak normal karena kesulitan anak dalam mengendalikan otak akibat hambatan
perkembangan otaknya. Sedangkan pada kelainan sistem otot dan rangka
menyebabkan anak tidak dapat menggerakkan bagian gerak tubuhnya, bahkan ada
yang hampir setiap harinya mengalami kelemahan hingga lumpuh. Jika hal ini yang
dialami oleh peserta didik tunadaksa, lalu bagaimanakah metode pembelajaran
yang tepat bagi mereka sedangkan fungsi otak dan alat geraknya saja terganggu.
Sehingga dalam berkomunikasi dan menerima pembelajaran akan sangat sulit
diterima dibandingkan dengan peserta didik normal yang lain.
Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization)
menyebutkan bahwa penyandang disabilitas di dunia mencapai 80 persen berada di
negara-negara berkembang. Berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan RI
menyatakan bahwa hasil analisis dari Global Burden of Disease tahun 2004
didapatkan sejumlah 15,3% populasi dunia (sekitar 978 juta orang dari 6,4 milyar
estimasi jumlah penduduk tahun 2004) mengalami disabilitas sedang atau parah,
dan 2,9% atau sekitar 185 juta mengalami disabilitas parah. Sedangkan menurut
susenas 2012 menyatakan bahwa penduduk indonesia yang mengalami disabilitas
adalah sebanyak 2,45%.8 Sedangkan menurut catatan Riskesdas tahun 2013
presentase kecacatan pada anak tunadaksa usia 24-59 bulan di Indonesia pada
7 T. Sudjihati Somatri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 121.
8 Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Penyandang Disabilitas pada Anak,
2014, h. 2, (www.depkes.go.id). Diakses tanggal 4 Februari 2019 pukul 05.45 WIB.
6
tahun 2013 mencapai 0,08% dan penduduk yang berumur 10-19 tahun berjenis
kelamin laki-laki mencapai 21.808 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan
mencapai 16.864 jiwa.9 Jumlah penderita tunadaksa sejak tahun 2010 hingga 2013
mengalami penurunan yang signifikan, yakni dari 0,17% pada tahun 2010
kemudian menurun menjadi 0,08%.10 Hal ini berarti bahwa terdapat penurunan
kelainan fungsional pada kelahiran anak berkebutuhan khusus tipe tunadaksa pada
tiap tahunnya.
Dari sejumlah data sensus penduduk tahun 2010 yang diolah oleh PUSDATIN
pun ditemukan bahwa jumlah terbanyak penyandang disabilitas tipe tunadaksa
terdapat di lima Provinsi Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengan, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Adapun tingkat kesulitan yang sedikit di
JawaBarat mencapai 206.094 jiwa, di Jawa Tengah mencapai 188.220 jiwa, di
Jawa Timur sebanyak 218.098 jiwa, di Sulawesi Selatan sebanyak 53.197 jiwa, dan
di Sumatera Utara sebanyak 66.246 jiwa. Sedangkan pada tingkat kesulitan yang
parah di Provinsi Jawa Barat mencapai 105.555 jiwa, di Jawa Tengah mencapai
100.783 jiwa, di Jawa Timur mencapai 121.745 jiwa, di Sulawesi Selatan
mencapai 29.857 jiwa, dan di Sumatrea Utara sebanyak 36.075 jiwa.11
Berdasarkan data inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
salah satu tipe anak berkebutuhan khusus, yakni tunadaksa. Hal ini dikarenakan
penulis ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran disekolah yang
dilakukan siswa tunadaksa dan bagaimana metode pembelajaran pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang paling tepat diberikan kepada siswa
tunadaksa dengan keterbatasan dan hambatan yang dimiliki oleh mereka.
Dari kenyataan ini, dapat diasumsikan bahwa anak berkebutuhan khusus layak
untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang khusus dari pemerintah. Hal ini
sesuai dengan Pasal 28 I angka 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik
9 Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Penyandang Disabilitas pada
Anak, 2014, h. 5.
10 Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, 2013.
11 Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Penyandang Disabilitas pada
Anak, 2014, h. 3.
7
Indonesia tahun 1945, “Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak
asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.”12 Dan dalam
pasal 10 Undang-Undang R.I. No. 8/2016 tentang penyandang disabilitas, yaitu
“Hak pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi hak mendapatkan
pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan secara inklusif dan khusus. Serta mendapatkan akomodasi yang layak
sebagai peserta didik.”13 Disamping penyandang disabilitas mendapatkan
akomodasi, pemerintah juga menjamin pemberian aksebilitas dan pelayanan public
secara khusus agar memudahkan penyandang disabilitas dalam meningkatkan
potensinya, dan tercapainya kesamaan kesempatan seperti halnya orang normal
lainnya.
Adapun yang menangani permasalahan penyandang disabilitas tersebut di
Indonesia adalah Kementerian Sosial RI. Hal ini sesuai dengan UU No. 11 tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Keputusan Menteri Sosial
No.82/HUK/2005 tentang Tugas dan Tata Kerja Departemen Sosial. Departemen
sosial memberikan kebijakan berupa akan memberikan upaya pelayanan dan
rehabilitasi sosial, yaitu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan penyandang disabilitas mampu melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar dalam kehidupan masyarakat.14 Upaya pelayanan dan rehabilitasi
tersebut diharapkan mampu meringankan beban anak berkebutuhan khusus
terutama pada tipe tunadaksa, sehingga mereka dapat pula merasakan kesamaan
hak dan perlakuan sedini mungkin. Dengan begitu anak-anak tunadaksa
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya melalui
pendidikan dan rehabilitasi di lingkungan masyarakatnya. Masyarakat juga
12 Lihat UUD 1945
13 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, 2016, (https://www.peraturan.go.id).
Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 21.45 WIB.
14 Irwanto, dkk, Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia; Sebuah Desk-Review,
(Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas FISI UI Depok dan Australian Government, 2010),
(https://www.ilo.org). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.10 WIB.
8
dihimbau untuk dapat ikut serta meningkatkan partisipasinya dalam membantu
anak tunadaksa pada aspek pelayanan dan rehabilitasi sosialnya.
Seperti yang diberitakan oleh beberapa media online mengenai siswa-siswi
penyandang disabilitas tipe tunadaksa memiliki prestasi yang membanggakan.
Contohnya berita dari okezone.com, disebutkan bahwa seorang siswi tunadaksa
(Tsafitri, 15Tahun) kelas 9 SMPLB Rama Jaya Binuang, Kabupaten Tapin,
Kalimantan Selatan. Tsafitri telah meraih prestasi dibidang teknologi informasi
(IT) yakni juara 1 kategori e-tool (Ms Word dan Ms Excell), juara 2 kategori e-
Design Poster dalam Jambore IT 2016 sehingga menjadi perwakilan Indonesia
untuk bertanding tingkat internasional di Korea Selatan.15 Oleh Tribun News.com
juga memberitakan bahwa seorang siswa tunadaksa (M.Fahmi Husaen, 18tahun)
mendapatkan nominator di INAICTA ”Media Animasi Cara Kerja Mobil” kategori
Junior High School Student Project pada 2010, dan tahun 2013 pada pagelaran
INAICTA all about car, mendapat prestasi Special Mention kategori Senior High
School-Aplication.16 Satu lagi dari media republika.co.id, menyebutkan bahwa
seorang mahasiswi penyandang disabilitas tunadaksa (Alfiana Asti Premasari) di
Universitas Islam Indonesia (UII) telah menorehkan prestasi dibidang akademik,
yakni lulus dengan predikat cumlaude pada wisuda UII periode IV 2017/2018.17
Ada pula seorang mahasiswa berkelainan cerebral palsy di UIN Yogyakarta
memiliki prestasi akademik dan mampu menyelesaikan studi sarjananya hingga
melanjutkan ke jenjang magister.18 Meski dalam keadaan fisik yang kurang
sempurna, mereka memiliki potensi, dengan semangat dan dorongan dari pihak
keluarga, sekolah dan orang-orang disekitarnya, anak-anak tunadaksa dapat meraih
impian seperti halnya dengan anak normal lainnya.
15 Agregasi Antara, Juara IT Nasional, Siswi Tunadaksa Ini Akan Bertanding ke Korsel, 2016,
(https://news.okezone.com). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.15 WIB.
16 Khaerur Reza, Tuna Daksa Tak Halangi Dia Berprestasi, Kini Dia Merajut Mimpi Jadi
Mahasiswa UGM, 2016, (https://jogja.tribunnews.com). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul
23.18 WIB.
17 Wahyu Suryana, Alfi Buktikan Disabilitas bukan Halangan Berprestasi,, 2018,
(https://m.republika.co.id). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.35 WIB. 18 Wawancara dengan pengurus (Uwi) PLD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 13 Juni 2019.
9
Dengan adanya fakta tersebut dapat diasumsikan bahwa tidak semua peserta
didik disabilitas atau anak berkebutuhan khusus tidak berpotensi. Karena nyatanya
banyak peserta didik ABK yang berprestasi, baik jenjang nasional maupun jenjang
internasional. Dengan begitu, jelaslah bahwa pendidikan bagi setiap warga negara
adalah penting dan tanpa membedakan kondisi yang dialami oleh peserta didik.
Karena pendidikan menjadi kebutuhan dasar manusia, maka dengan menerima
pendidikan seseorang dapat mengetahu hak dan tanggung jawabnya terhadap
dirinya sendiri, masyarakat dan Allah SWT.
Namun dalam pemberian pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus seperti tunadaksa harus berbeda. Karena pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak dalam belajar dan bergerak.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan luar biasa, oleh karena itu diperlukan
metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran pendidikan agama Islam dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap kemandiriannya yang meliputi akhlaknya,
peribadatannya, kepercayaan dirinya hingga hubungan persaudaraan antar sesama
dan masyarakat di sekitarnya.
Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh siswa tunadaksa, maka metode
pembelajaran yang diberikan oleh pendidik pun harus beragam untuk
meminimalisir kebosanan dan kecenderungan anak terhadap ketidakpahaman
terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh
Dwiyatmi Sulasminah, “Dalam proses pembelajaran, mengajar dipandang sebagai
usaha yang dilakukan guru agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik melalui
pengalaman yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pembelajaran yang lebih melibatkan anak tunadaksa dalam proses pelaksanaan
akan memberikan makna yang lebih dalam dibanding yang dituturkan oleh guru.”19
Adapun metode-metode pembelajaran PAI yang ada di antaranya adalah metode
ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas (resitasi),
19 Dwiyatmi Sulasminah, Kajian konsep pengembangan Model Sarana Pendukung Pembelajaran
IPA Bagi Anak Tunadaksa, Jurnal Publikasi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, 2013, h. 55.
10
metode demonstrasi, metode eksperimen, metode dikte/Imla, metode pemecahan
masalah (problem solving), metode kerja kelompok, metode kunjungan studi.
Sedangkan metode pembelajaran bagi siswa tunadaksa yang menjadi dasar
pembelajarannya yakni communication, tasa analisis, direct instruction, dan
prompts.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019
dengan melakukan wawancara dan observasi lingkungan kelas, peneliti
menemukan sebuah fakta berupa kendala yang dialami oleh guru pendidikan agama
Islam (PAI) dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa
tunadaksa. Menurut guru pendidikan agama Islam (PAI) salah satunya adalah
kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang dijelaskan,
sulitnya memahami kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran. Hal
ini dikarenakan banyaknya karakteristik kelainan pada masing-masing siswa
tunadaksa, sehingga banyak pula tipe kemampuan yang dimiliki oleh anak.
Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa tunadaksa dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap
penjelasan yang dilakukan oleh guru bidang studi. Hal ini dikarenakan kurang
kondusifnya kelas yang disebabkan oleh siswa di kelas yang tiba-tiba berbicara
dengan keras, bergerak-gerak yang mengakibatkan siswa yang lainnya ikut serta.
Siswa tunadaksa juga kurang memahami pelajaran apabila hanya dijelaskan dengan
metode ceramah, karena pada umumnya siswa tunadaksa di sekolah ini adalah
tunadaksa tipe celebral palsy, sehingga siswa perlu pembelajaran yang dibantu
dengan media untuk menunjang pemahaman dan ketertarikan siswa.
Adapun hambatan lainnya dalam melakukan pembelajaran bagi siswa
tunadaksa adalah penerapan metode pembelajarannya. Hal ini dikarenakan
banyaknya karakteristik anak tunadaksa seperti anggota gerak tubuh yang kurang
lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan
gerak sendi yang terbatas sehingga dalam melakukan aktifitas menulis,
menggambar, dan praktik pembelajaran pun terganggu. Berdasarkan studi
pendahuluan dengan guru PAI, menurut guru PAI tersebut menyatakan bahwa
11
permasalahan dalam melakukan metode pembelajaran bagi siswa tunadaksa adalah
kurang stabilnya siswa dalam menerima pembelajaran, sulitnya menentukan
metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan di kelas, hal ini disebabkan
adanya ketidaksamaan tipe atau karakteristik tunadaksa yang dialami setiap siswa
di kelas. Dengan berbagai macam metode pembelajaran yang ada, namun hanya
ada sekitar tiga metode yang diterapkan, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan
metode demonstrasi. Faktor penyebab lainnya sebagai kendala dalam penerapan
metode pembelajaran dari siswa tunadaksa meliputi faktor internal dan eksternal.
Dimana faktor internal yang berupa kondisi siswa tunadaksa yang sebagian besar
mempunyai kekurangan motorik dan memiliki IQ yang rata-rata 50-90, sehingga
dalam menulis menjadi kaku. Sedangkan pada faktor eksternalnya adalah dari
lingkungan dan keluarga yang berbeda-beda, kurangnya pengalaman dan
pengajaran agama Islam yang diberikan kepada anak menyebabkan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran terasa sulit karena perbedaan pengetahuan yang
dialami siswa.20
Dari uraian dan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa tipe
celebral palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. Sekolah Luar biasa ini merupakan
salah satu sekolah penyandang kelainan atau cacat yang bisa juga disebut dengan
sekolah anak berkebutuhan khusus yang berada di Jakarta. Adapun anak luar biasa
disini adalah anak yang menyandang kelainan tunadaksa atau fisik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa Tunadaksa di SMPLB D-D1
YPAC Jakarta.”
20 Irin Aprilia, “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunadaksa
Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta Tahun 2017/2018”, Tesis,
(Universitas Muhammadiyah Surakarta: Program Studi Magister Pendidikan Islam, 2017).
12
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Sulitnya siswa tunadaksa dalam menerima pembelajaran yang diakibatkan oleh
kelainan pada anggota gerak dan otaknya.
2. Kurangnya strategi guru dalam melakukan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam untuk siswa tunadaksa Cerebral Palsy.
3. Masih kurangnya penguasaaan guru terhadap kurikulum pembelajaran sebagai
pengantar penerapan metode pembelajaran untuk siswa tunadaksa Cerebral
Palsy.
4. Peran penting orang tua dan guru sebagai pendidik bagi anak tunadaksa tipe
Cerebral Palsy.
5. Usaha guru dalam meningkatkan kemampuan potensi siswa tunadaksa tipe
Cerebral Palsy baik jasmani maupun rohani dan wawasan pengetahuannya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah seluruh metode belajar yang
diberikan oleh guru PAI kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah disesuaikan dengan kurikulum nasional termodifikasi berdasarkan
kemampuan dan kebutuhan siswa.
2. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah pendidikan yang mencakup
seluruh materi pelajaran yang diampu guru PAI dalam menerapkan
pendidikannya dan kegiatan ke-PAI-an bagi siswa.
3. Tunadaksa dalam penelitian ini yaitu anak (siswa) yang memiliki kebutuhan
khusus berupa kelainan fisik yang disebabkan oleh kerusakan pada
perkembangan otak (Cerebral Palsy) maupun kerusakan pada otot dan rangka
(Muscuus Scelatel). Dan yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa
muslim kelas VII, VIII dan IX di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
13
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu:
1. Metode pembelajaran apa saja yang dapat diterapkan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB
D-D1 YPAC Jakarta?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa
tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta?
3. Hal apa saja kekurangan dan kelebihan dalam penerapan metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB
D-D1 YPAC Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui macam-macam metode pembelajaran yang dapat digunakan pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral
Palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
2. Mengetahui pelaksanaan dalam penggunaan metode pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB D-D1
YPAC Jakarta.
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam menerapkan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral
Palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
F. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian bagi penulis, pendidik
atau lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
2. Secara Praktis
14
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna sebagai tolok ukur pengetahuan, wawasan yang
dikuasi terkait dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa
tunadaksa serta sebagai sarana peningkatan keterampilan, penambah
wawasan dan pengalaman dalam pengembangan keilmuan menyusun
karya ilmiah.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan mampu memberikan manfaat kepada instansi, lembaga
maupun organisasi khususnya SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
c. Bagi Pendidik
Diharapkan mampu menjadi informasi ilmu pengetahuan bagi guru di
sekolah khususnya pengetahuan mengenai metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa.
d. Bagi Masyarakat Umum/Keluarga
Penelitian ini berguna bagi masyarakat umum atau pihak keluarga yang
diharapkan dapat mengambil informasi untuk mendidik anak dalam
meningkatkan kemampuan potensi baik secara jasmani maupun rohaninya
sehingga dapat pula diterapkan dalam interaksi sosial di lingkungan
masyarakat.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani methods. Kata
ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang artinya melalui, dan
“hodhos” artinya jalan atau cara untuk mencapai sebuah tujuan.1 Sedangkan
metode secara terminologi menurut KBBI adalah cara teratur yang digunakan
untuk melakukan suatu pekerjaan agar dapat tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki. Metode juga dapat diartikan sebagai “suatu cara yang digunakan
oleh guru dalam melaksanakan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.”2
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses dari belajar. Proses
yang dilakukan oleh anak dalam kurun waktu yang lama selama belajar,
sehingga anak memiliki kemampuan akademik maupun praktek setelah
menjalani proses belajar. Berdasarkan tulisan Prof. Dr. H. Yatim Riyanto
tentang definisi belajar menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Ernes ER. Hilgard, “learning is the process by which an
activity originates or is charged throught training procedures
(whether in the laboratory or in the natural environments) as
distinguished from changes by factor not attributable to training.” Hal
ini berarti seseorang yang dianggap belajar adalah mereka yang
melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan dan dengan proses
latihan tersebut mengakibatkan mereka menjadi berubah.
2) Menurut Winkel (1996; 53) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
40.
2 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. I, h. 167.
15
16
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan
itu bersifataa secara relative konstan dan berbekas.
3) Menurut Cronbach, belajar merupakan perubahan perilaku sebagai
hasil dari pengalaman. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Dengan kata lain,
belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru,
mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah
tertentu.
4) Sedangkan menurut Gagne, menyatakan bahwa belajar merupakan
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat
dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali
bahwa belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam
kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol.
5) Adapun menurut Walker, mendefinisikan belajar sebagai suatu
perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan
rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau
factor-faktor samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan belajar.3
Menurut asumsi Ormrod (2003) mengemukakan bahwa belajar
merupakan proses internal. Artinya belajar itu tidak selalu harus terlihat jelas,
kadang belajar itu diaplikasikan dalam perilaku siswa sehari-hari.4 Sedangkan
pembelajaran itu sendiri artinya adalah suatu sistem atau proses
membelajarkan peserta didik yang dimanajemeni (direncanakan, diaplikasikan
dan dievaluasi) secara sistematis dengan tujuan agar peserta didik atau
pembelajar dapat mencapai sasaran pembelajaran secara efektif dan efisien.5
Namun menurut John W. Santrock mendefinisikan pembelajaran
(learning) sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan berpikir yang diperoleh dari pengalaman. Jadi, tidak semua yang
kita ketahui itu didapatkan melalui belajar, karena sesungguhnya sejak kita
dilahirkan telah mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan yang tidak perlu
3 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I, h. 4-5.
4 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. I, h. 65.
5 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika
Aditama, 2013), Cet. III, h. 3.
17
diajari. Contohnya adalah ketika menelan makanan, minuman, berteriak, dan
berkedip.6
Definisi pembelajaran tersebut kemudian dapat diperjelas dengan
penjabaran teori pembelajaran yang ditulis oleh Gordon H. Bower dan Ernest
R. Hilgard dari United States of Amerika,
“To learn means “to gain knowledge through experience”, but one of the
meanings of “experience” is “to perceive directly with the senses,” a meaning
that appears initially in the definition of know. But knowledge is defined,
among other things, as learning (erudition) and as familiarity or
understanding gained through experience, and learning is defined as acquired
knowledge.”7
Teori tersebut menjelaskan bahwa belajar diartikan sebagai cara untuk
mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman, tetapi salah satu makna dari
pengalaman itu sendiri adalah memahami secara langsung dengan indera.
Tetapi pengetahuan dapat didefinisikan sebagai pembelajaran dan sebagai
keakraban atau pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman, sedangkan
belajar didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh.
Adapun pembelajaran sesungguhnya dapat ditinjau dari dua sudut, yakni
pembelajaran sebagai suatu sistem, dan pembelajaran sebagai suatu proses.
Dari sudut yang pertama, pembelajaran sebagai suatu sistem menyatakan
bahwa di dalam pembelajaran itu terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisasi yaitu:
1) Tujuan pembelajaran
2) Materi pembelajaran
3) Strategi dan metode pembelajaran
4) Media pembelajaran atau alat peraga
5) Pengorganisasian kelas
6) Evaluasi pembelajaran,
6 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. dari Educational Psychology oleh Tri Wibowo BS,
(Jakarta: Kencana, 2004), Cet. I, h. 266. 7 Gordon H. Bower and Ernest R. Hilgard, Theories of Learning, (America: Prentice-Hall, Inc.,
1981), p. 2.
18
7) Tindak lanjut pembelajaran atau remedial dan pengayaan.8
Pada sudut pandang yang kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu
proses berarti pembelajaran merupakan suatu rangkaian upaya atau kegiatan
pendidik dalam rangka membuat siswa belajar, mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan hingga tindak lanjut setelah pembelajaran dilakukan.
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa belajar dan pembelajaran tidak
dapat dipisahkan dan terlepas, karena jika dianalogikan keduanya merupakan
suatu sistem, proses yang memerlukan masukan dasar sebagai bahan
pengalaman belajar mengajar dengan harapan dapat membentuk atau merubah
output dengan kompetensi tertentu. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat
mempengaruhi dalam proses belajar dan pembelajaran.9
Berdasarkan pernyataan diatas maka metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses
pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks of knowledge dan transfer of
value. Dengan adanya metode tersebut diharapkan dapat membantu para guru
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang telah
direncanakan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik.10 Menurut
Ahmadi yang dikutip oleh Tuti Rachmawati dan Daryanto menyatakan bahwa
metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan mengenai cara atau strategi
dalam mengajar yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Pengertian yang lainnya mengartikan bahwa metode
pembelajaran merupakan suatu teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk
mengajar atau menyajikan suatu bahan pelajaran kepada siswa di kelas, baik
itu secara individual maupun kelompok dengan tujuan agar materi pelajaran
8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, h. 3 9 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, h. 4.
10 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 122.
19
dapat diserap dan dikuasai serta dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari dengan baik.11
Dengan begitu, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan
teknik-teknik pembelajaran yang relevan untuk dapat diterapkan di dalam
kelas. Teknik pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas, siswa dan
pelajaran akan berdampak pada proses pembelajaran yang berjalan dengan
efektif, aktif dan efisien, serta dapat pula membentuk kompetensi siswa. Guru
juga diharuskan untuk memilih dan berinovasi dalam menerapkan teknik-
teknik pembelajaran, agar siswa termotivasi dalam belajar dan tidak jenuh
menerima pembelajaran.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1) Tujuan, artinya dalam setiap pembelajaran yang akan dilakukan diperlukan
tujuan yang ditetapkan secara rinci dan spesifik, sehingga dapat ditemukan
metode yang cocok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Karakteristik siswa; perbedaan karakteristik siswa ini dipengaruhi oleh
latar belakang kehidupan sosial ekonominya, budaya, tingkat kecerdasan,
dan watak yang berbeda-beda. Hal ini perlu diperhatikan agar guru
mengetahui cara berkomunikasi dan pesan pembelajarannya tersampaikan
kepada seluruh siswa.
3) Situasi dan kondisi, maksudnya adalah kondisi tingkatan sekolah, geografis
dan sosiokultural. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan guru dalam
memilih metode yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran.
4) Perbedaan dan kemampuan guru, artinya guru perlu memperhatikan apa
yang akan dilakukan ketika melakukan pembelajaran, baik mulai dari gaya,
mimik, gerak, intonasi suara, irama dan lain-lain akan memiliki
ketertarikan siswa dalam belajar.
11 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. I, h. 167.
20
5) Sarana dan prasarana, hal ini menjadi salah satu yang perlu
dipertimbangkan karena persediaan infrastuktur sarana dan prasarana
sekolah yang memadai akan memudahkan guru dalam memilih dan
menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.12
b. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran secara garis besarnya dibagi menjadi 2, yaitu
metode pembelajaran konvensional, dan metode pembelajaran inkonvensional.
Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran yang
seringkali digunakan oleh guru-guru dalam mengajar, atau biasa dinamakan
dengan metode pembelajaran tradisional. Sedangkan metode pembelajaran
inkonvensional adalah suatu teknik pembelajaran yang baru dan belum banyak
diterapkan dalam pembelajaran.13
Jenis-jenis metode pembelajaran menurut Tutik Rachmawati dan
Daryanto terbagi menjadi beberapa kelompok dengan pendekatan yang
berbeda-beda, yaitu:
1) Berdasarkan pemberian informasi
a) Metode ceramah
b) Metode tanya jawab
c) Metode demonstrasi
2) Berdasarkan pemecahan masalah
a) Metode curah pendapat (Brainstorming)
b) Metode diskusi kelompok
c) Metode rembuk sejoli
d) Metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group)
e) Metode panel
f) Metode forum debat
12 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat: Ciputat Pers, 2002), Cet.
I, h. 32.
13 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 33.
21
g) Metode seminar
h) Metode symposium
3) Berdasarkan penugasan
a) Metode latihan (Drill)
b) Metode penugasan (Resitasi)
c) Metode permainan:
DIAD
Kubus Pecah
Role Playing
Sosiodrama
Simulasi
Metode kelompok kerja (Workshop)
Metode studi kasus
Metode karyawisata.14 Metode karyawisata ini artinya adalah
pesiar yang dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan
pengalaman belajar melalui kunjungan ke tempat-tempat
tertentu atau situasi tertentu.15
Berikut ini adalah macam-macam metode konvensional, yaitu:
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah “suatu teknik penyampaian pesan pengajaran
yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah.”16 Ceramah yang
dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan pesan
pembelajaran secara lisan dihadapan para siswa di depan kelas. Maka peran
siswa disini sebagai penerima pesan, pendengar, pemerhati dan juga
melakukan pencatatan hal-hal yang penting dan diperlukan untuk diingat
dan dipelajari kembali.17
14 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h. 170.
15 Muhammad Didin Nashruddin, Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Deskripsi pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Guru SD, Vol. I, No.
2, 2013, h. 2. 16 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34. 17 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34.
22
Metode ceramah ini apabila diterapkan memiliki beberapa kelebihan,
yakni:
a) Mempunyai waktu yang banyak sehingga dapat dimanfaatkan secara
efektif dan efisien,
b) Pengelompokan siswa tidak diperlukan karena pengorganisasian kelas
lebih sederhana,
c) Dapat memberikan suatu motivasi penyemangat dan dorongan kepada
siswa dalam belajar,
d) Dapat memanfaatkan waktu belajar secara fleksibel sesuai dengan
batasan waktu dan bahan ajar yang tersedia dengan menyampaikan
poin-poin penting pembelajaran.
Adapun kelemahan dari metode ceramah adalah sebagai berikut:
a) Sulitnya guru dalam mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan,
b) Siswa seringkali bersifat pasif dan kurang tepat atau keliru dalam
memberikan kesimpulan dari penjelasan yang disampaikan guru,
c) Dapat menimbulkan kesan memaksa apabila membahas materi yang
dengan bahan ajar yang banyak namun waktunya terbatas,
d) Menimbulkan kebosanan terhadap siswa karena guru kurang
memperhatian kondisi psikologis siswa.18
2) Metode diskusi
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mempelajari materi
pembelajaran dengan memperdebatkan masalah yang muncul dalam
pembelajaran dan saling menyampaikan ide secara rasional dan objektif
sesuai fakta yang ada. Cara yang satu ini dapat menimbulkan motivasi
kepada siswa dalam belajar dan menuntut siswa untuk berpikir secara kritis
serta menyampaikan argumentasinya secara rasional dalam memecahkan
suatu masalah.19
18 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h.35. 19 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 36.
23
Adapun prinsip-prinsip dalam metode diskusi ini adalah sebagai
berikut:
a) Melibatkan siswa secara aktif
b) Diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam menyampaikan
pendapat secara bergilir yang dipimpin oleh ketua
c) Masalah yang didiskusikan sesuai dengan perkembangan zaman
d) Guru perlu memberikan dorongan motivasi kepada siswa yang
kurang aktif untuk mengungkapkan pendapatnya
e) Membiasakan siswa untuk bersikap menghargari pendapat orang
lain
f) Aturan dan jalannya diskusi hendaknya dijelaskan oleh siswa yang
masih belum mengenal cara berdiskusi agar siswa dapat mengikuti
diskusi secara benar20
Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran ini memiliki
keunggulan, yaitu:
a) Menjadikan kelas lebih bergairah karena siswa aktif dan fokus terhadap
masalah yang dibicarakan,
b) Memberikan efek terjalinnya hubungan kekeluargaan antar siswa, rasa
harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis,
c) Hasil diskusi dapat dipahami oleh seluruh siswa yang mengikuti
jalannya diskusi,
d) Menimbulkan kesadaran para siswa untuk berdisiplin mematuhi
peraturan dalam mengikuti jalannya berdiskusi.
Disamping keunggulan tersebut, metode ini juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu:
a) Timbulnya sikap acuh tak acuh dan tidak bertanggung jawab terhadap
hasil diskusi disebabkan siswa kurang berpartisipasi secara aktif
terhadap diskusi,
b) Sulitnya menentukan hasil diskusi yang ingin dicapai karena waktunya
yang terlalu panjang,
20 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 37.
24
c) Para siswa sulit mengungkapkan pendapat yang dipikirkan mereka
secara ilmiah dan sistematis.
3) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan cara penyampaian pesan pengajaran
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan
jawaban, ataupun sebaliknya. Dalam pembelajaran sebaiknya guru
memberikan kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk mengajukan
pertanyaan, atau guru yang memberikan pertanyaan agar siswa belajar aktif
di kelas. Metode ini juga bertujuan agar dapat meningkatkan perhatian
siswa dalam setiap pembelajaran. Metode ini biasanya dipakai apabila
pembelajaran telah usai sebagai sarana evaluasi belajar, dilakukan ketika
sebagai selingan dalam pembelajaran dan mendorong siswa memusatkan
perhatian dalam pembelajaran.
Beberapa kelebihan metode tanya jawab yaitu:
a) Situasi kelas menjadi hidup/dinamis
b) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat secara
argumentative dan bertanggung jawab.
c) Mengetahui perbedaan pendapat antar siswadan guru.
Adapun kelemahan-kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:
a) Waktu pembelajaran menjadi lebih sedikit karena banyaknya
pertanyaan dari siswa dan guru pun tidak dapat mengontrol waktu yang
tersedia.
b) Dapat dimungkinkan adanya siswa yang menyimpang dalam berpikir
karena timbulnya pertanyaan atau jawaban yang tidak sesuai.
c) Perhatian siswa menjadi terganggu oleh sebab pertanyaan atau jawaban
yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dibicarakan.21
4) Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode ini adalah suatu cara memperagakan sesuatu hal yang
pelaksanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar dan kemudian
21 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 44.
25
diikuti oleh peserta pembelajaran. Adapun hal yang diperagakan adalah
kegiatan yang sebenarnya dan tidak bersifat abstrak. Artinya peragaan yang
dilakukan harus berdasarkan fakta pembelajaran dan secara runtut sebagai
salah satu cara mengetahui isi materi yang sedang dipelajari.22
5) Metode resitasi
Metode resitasi adalah suatu cara pemberian tugas kepada siswa yang
dilakukan oleh guru, kemudian dilakukan di dalam maupun di luar kelas,
dan dilakukan secara individual maupun kelompok dalam pembelajaran.23
Metode ini dapat juga disebut dengan metode pekerjaan rumah, karena
siswa diberikan tugas khusus yang harus dikerjaan pada waktu diluar
pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa mampu memahami materi
pelajaran yang lebih mantap dengan mengasah pengetahuan siswa melalui
membaca berbagai literatur pelajaran, aktif mencari buku dan bahan
pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mengerjakan tugas melalui
buku-buku dan informasi data tersebut.24 Kelebihan metode ini adalah
sebagai berikut:
a) Pengetahuan yang diperoleh siswa baik dari hasil belajar dan hasil
eksperimen banyak berhubungan dengan minat dan berguna untuk
hidup mereka.
b) Dapat dilaksanakan dalam berbagai hidup studi.
c) Apabila tugas tersebut dalam bentuk kelompok maka siswa dapat saling
bekerja sama dengan saling membantu.
d) Siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan
keberanian berkreatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Sedangkan kekurangan metode ini yaitu:
a) Sulit untuk menyesuaikan tugas dengan perbedaan kemampuan anak.
22 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. I, h. 168. 23 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h. 170. 24 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 47.
26
b) Terikat dengan kurikulum menyebabkan pemberian tugas lebih
terbatas.
c) Memerlukan banyak alat perlengkapan dan sumber belajar.
d) Guru sulit mengawasi tugas yang dilakukan di luar jam pelajaran.
e) Siswa seringkali melakukan penipuan (mencontek milik teman).
f) Dapat menimbulkan persaingan.
g) Dapat mempengaruhi metal siswa maupun guru.25
6) Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok ini dilakukan atas dasar pendangan bahwa
siswa merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
dengan sistem gotong royong atau bersama-sama. Adapun kelebihan
metode ini yaitu:
a) Melatih dan menumbuhkan rasa kebersamaan, toleransi dalam sikap
dan perbuatan.
b) Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok
untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik.
c) Timbul rasa kesetiakawanan sosial atau kelompok.
d) Anak-anak yang pemalu akan lebih aktif.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
a) Metode kerja kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak
rumit dan perencanaan yang matang.
b) Sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa terabaikan.
c) Tugas guru akan menjadi lebih berat26
7) Metode sosio-drama dan bermain peran
Metode ini merupakan teknik mengajar yang kaitannya dengan
pendemonstrasian kejadian-kejadian peristiwa yang bersifat sosial, artinya
permasalahan yang diceritakan dalam permainan ini berupa kisah yang
25 Jamaludin, Acep Komarudin, Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. 1, h.191-192. 26 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 58.
27
biasanya terjadi pada lingkup sosial masyarakat. Metode sosio-drama
biasanya diperagakan hanya dalam tempo 4 atau 5 menit, kemudian yang
memperagakan menjelaskan apa maksud dari drama yang ditampilkan.27
Kelebihan metode sosio-drama ini antara yaitu:
a) Siswa diajarkan untuk dapat memecahkan problem sosial secara
mandiri.
b) Menambah pengetahuan pengalaman situasi sosial yang bermasalah.
c) Memperkaya kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.
d) Bekerja kelompok dalam melakukan peran hingga timbul rasa toleransi
dan menerima orang lain.
e) Siswa mampu menekspresikan penghayatannya dalam berperan.
f) Menanamkan keberanian untuk tampil dihadapan teman-temannya.28
Sedangkan kelemahannya yaitu:
a) Terlalu banyak persiapan dan pengaturan
b) Bilamana guru kurang control maka akan terjadi persaingan yang
negatif antar kelompok.
c) Tugas yang diberikan kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa
yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan
tugas-tugasnya kepada temannya dalam kelompok tersebut.29
8) Metode karya wisata
Metode karya wisata adalah cara mengunjungi suatu tempat atau objek
tertentu dengan melibatkan seluruh anggota belajar dengan kegiatan ada
unsur karya dan unsur wisatanya.30 Kelebihan metode ini adalah:
a) Siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan yang dilakukan di
tempat kunjungan.
b) Siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang pernah dipelajari
disekolah.
27 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 51. 28 Jamaludin, Acep Komarudin, Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif Islam, h. 205-206. 29 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 59. 30 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h.
171.
28
c) Siswa dapat mengahayati pengalaman praktek suatu ilmu yang
telah diperoleh disekolah.
Sedangkan kekurangan menerapkan metode ini yaitu:
a) Waktu yang dibutuhkan cukup panjang.
b) Pembiyaan dalam sebuah karya wisata merupakan beban tambahan
yang akan memberatkan bagi anak-anak.
c) Karya wisata akan berubah menjadi piknik karena persiapan yang tidak
matang.31
9) Metode drill
Metode drill atau latihan adalah suatu cara melatih siswa mengenai
kegiatan-kegiatan tertentu secara berulang-ulang dengan menggunakan
materi pelajaran yang sama.32 Menurut Winarto Surachmad yang dikutip
oleh Basyiruddin menyatakan metode drill ini dimaksudkan untuk
“memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang
dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu
pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.”33
Kelebihan metode ini yaitu:
a) Siswa akan memperoleh ketangkasan dalam melakukan sesuatu dengan
apa yang dipelajarinya.
b) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil
dalam belajarnya telah memiliki suatu ketrampilan.
c) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa
yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan
memperhatikan tindak dan perbuatan siswa di saat berlangsung di saat
berlangsungnya pengajaran.
Sedangkan kelemahannya yaitu:
a) Dapat menghambat insiatif siswa.
b) Memberikan penyesuaian secara status kepada lingkungan.
31 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 56. 32 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h.
169. 33 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 55.
29
c) Membentukan kebiasaan yang kaku artinya seolah-olah siswa.
d) Melakukan sesuatu cara mekanis, dan dalam memberikan stimulus.
e) Siswa dibiasakan bertindak secara otomatis.34
10) Metode sistem regu
Metode ini sesungguhnya merupakan metode gagasan baru yang
berkembang sebagai salah satu minofasi metode mengajar dan juga dikenal
dengan team teaching. Menurut Engkoswara menyatakan bahwa team
teaching ini adalah suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua orang
guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai
perbedaan minat, kemampuan, atau tingkat kelasnya.35 Adapun kelebihan
metode ini yaitu:
a) Setiap anggota regu memiliki pengertian dan pandangan yang sama dan
searah
b) Anggota regu akan mendapatkan tugas yang sesuai dengan
kemampuannya.
c) Adanya pembagian tugas, memungkinkan bagi anggotanya untuk
mendapatkan waktu yang senggang dan dimanfaatkan untuk
pembagian siswa lainnya.
d) Proses pembelajaran dapat melakukan diskusi dan bertukar pikiran
pengalaman.
Sedangkan kelemahannya sebagai berikut:
a) Guru sulit menentukan dalam membentuk tim yang kompak
b) Sangat rumit untuk mengukur organisasi kelas yang lebih fieksibel.
c) Tim dapat merugikan siswa bilamana hanya didasarkan atas
pertimbangan ekonomi.36
Metode inkonvensional atau modern dalam pembelajaran adalah metode-
metode yang menggunakan cara-cara yang inovatif dengan berbagai macam
kombinasi untuk menghasilkan cara belajar yang praktis, teknis dan taktis
34 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 58. 35 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 59. 36 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 60.
30
dalam pelaksanaan dan pengapresiasikannya.37 Menurut Arsyad uang dikutip
oleh Sahkholid Nasution, dikatakan bahwa metode ini adalah metode yang
membawa paham-paham baru yang sekarang ini sedang menjadi bahan
perbincangan di Amerika dan Eropa, yaitu:
1) Metode Suggestopedia, metode ini disebut juga Suggestology oleh
pencetusnya yaitu Georgi Luzanov (Bulgaria). Metode ini digunakan
untuk menghilangkan sugesti dan pengaruh negatif yang tidak disadari
oleh anak didik, perasaan takut (fear), perasaan tidak mampu (feeling
of incompetence), takut salah (fear of making mistakes), dan
keprihatinan serta ketakutan akan sesuatu yang baru dan belum familiar
(apprehension of that which is novel or unfamiliar).
2) Metode Counseling-Learning, metode ini adalah metode pembelajaran
yang memberikan konseling kepada anak sehingga diharapkan dapat
timbul minat siswa untuk mendapatkan pandangan-pandangan yang
baru dan memunculkan kesadaran diri pada anak sehingga memberikan
stimulasi terhadap perkembangannya terhadap hubungan dengan orang
lain.
3) Metode The Silent Way38
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu dari komponen-
komponen kurikulum pembelajaran menurut Permendikbud No. 22 Tahun
2016 yaitu sebagai implementasi dari RPP yang terdiri dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.39 Adapun pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut:
37 Erni Ratna Dewi, Metode Pembelajaran Modern dan Konvensional Pada Sekolah Menengah Atas,
Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran, 2018, Vol. II, No. 1, h. 46. 38 Sahkholid Nasution, Metode Konvensional dan Inkonvensional dalam Pembelajaran Bahasa Arab,
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 2012, Vol. XII, No, 2, h. 267-268. 39 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, https://bsnp-indonesia.org. Diakses Pada tanggal 09 Juli 2019 pukul
05.53 WIB.
31
1) Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuan ini, guru harus melakukan hal-hal berikut:
a) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik
b) Memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan manfaat dan
materi ajarnya
c) Memberikan pertanyaan kepada siswa terkait pembelajaran
sebelumnya dengan materi ajar yang akan dipelajari
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
e) Menyampaikan cakupan materi
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini guru menggunakan model pembelajaran,
metode pembelajaran, media dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik, kemampuan dan kebutuhan siswa serta mata
pelajarannya. Adapun kegiatan inti ini terdiri dari:
a) Eksplorasi, yaitu guru harus menguasai materi ajar, melaksanakan
pembelajaran secara runtut, menerapkan metode pembelajaran
sesuai dengan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran
sesuai alokasi waktu yang direncanakan, pembelajaran
menggunakan media dan melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media tersebut.
b) Elaborasi, yaitu mengenai keterampilan bertanya siswa,
keterampilan guru melempar pertanyaan, dan pemberian
kesempatan berfikir bagi guru untuk siswa.
c) Konfirmasi, berarti guru harus memberikan latihan atau tugas
kepada siswa, dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan
(kompetensi) pembelajaran.
3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup ini diartikan sebagai kegiatan akhir dan
penyelesaian pembelajaran. Adapun kegiatan penutup dalam
pembelajaran tersebut meliputi:
Memberikan evaluasi dan kesimpulan materi yang dibahas,
32
Menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur berupa
mempelajari materi selanjutnya,
Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga kata, yakni pendidikan, agama
dan Islam. Tiga kata yang saling berkaitan ini kemudian dijadikan satu secara
padu sehingga membentuk satu kesatuan dalam pendidikan Agama Islam.
Pendidikan secara etimologi, menurut Poerwadaminta, WJS yang dikutip oleh
Ramayulis menyatakan bahwa istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia itu
berasal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “kan”,
yang artinya adalah “perbuatan” (hal, cara dan lain sebagainya). Istilah
pendidikan ini awal mulanya berasal dari bahasa Yunani, yakni “paedagogie”,
artinya adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada anak.40 Istilah ini
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang disebut dengan education.
“Education/educating artinya adalah membimbing dalam pergaulan untuk
mewujudkan sesuatu kemampuan yang terpendam atau tersimpan dalam diri
anak.”41 Dan dalam bahasa latin disebut dengan educatum yang tersusun dari
dua kata yaitu E dan Duco. E diartikan sebagai sebuah perkembangan dari
dalam ke luar atau dari sedikit kebanyak, sedangkan Duco artinya adalah
perkembangan atau sedang berkembang. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa secara Etimologi pengertian pendidikan adalah
“proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.”42
Menurut Carter V. Good menyatakan bahwa istilah pendidikan dalam
tinjauan etimologis adalah “proses perkembangan pribadi; proses sosial;
40 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), Cet. I, h. 15. 41 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.
III, h.17. 42 Wedan, Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum, 2016,
(https://silabus.org). Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 00.45 WIB.
33
professional cources; dan seni untuk membuat serta memahami ilmu
pengetahuan yang tersusun maupun diwarisi/dikembangkan oleh generasi
bangsa.”43 Sedangkan menurut Armai Arief mengemukakan pengertian
pendidikan secara etimologi, bahwa pendidikan sesungguhnya berasal dari
kata dasar didik yang dapat diartikan sebagai pemeliharaan, pemberian ajaran
dan latihan tentang kecerdasan emosional, kecerdasan pikiran dan kecerdasan
sosial.44
Adapun pengertian pendidikan secara terminologis, terdapat berbagai
definisi pendidikan yang diungkapkan oleh para ahli, yaitu:
1) Menurut Ki Hajar Dewantara yang mengartikan pendidikan,
sebagaimana yang dikutip oleh Rohimin dkk, adalah sebagai “upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.”45 Pendidikan secara umum menurut
Ki Hajar Dewantara menjelaskan lebih lanjut bahwa pengertiannya
berarti adalah suatu daya dan upaya untuk dapat mengembangkan budi
pekerti yang meliputi kekuatan batin, karakter, pikiran, dan fisik anak.
Siswa tidak boleh dipisahkan dengan lingkungannya, artinya
kehidupan siswa harus berjalan selaras dan seimbang dengan dunianya
sendiri.
2) Menurut Al-Abrasyi mendefinisikan pendidikan, sebagaimana yang
dikutip oleh Ramayulis, adalah “suatu hal untuk mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah
air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur
pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, dan manis
tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.”46
43 Rohimin, Tati Saodah, dan Agus Salam R, Hakikat Pendidikan, (Bandung: Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia), h. 3, (https://file.upi.edu). Diakses pada tanggal 9 Maret
2019 pukul 17.55 WIB. 44 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009), Cet.
I, h. 32.
45 Rohimin, Tati Saodah, dan Agus Salam R, Hakikat Pendidikan. 46 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 16.
34
3) Menurut Waini Rasyidin, menyatakan bahwa, “pendidikan adalah
rangkaian kegiatan-kegiatan manusia tertuju terhadap manusia muda
sebagai sesame secara bertanggung jawab, dalam situasi pergaulan dan
kebersamaan, tempat upaya memengaruhi dilakukan dengan
penghargaan dan pendekatan pribadi.”47
4) Menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan pengertian pendidikan,
sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, adalah “bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan
jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.”48
5) Menurut Zainal Arifin mengemukakan definisi pendidikan,
sebagaimana yang dikutip oleh Armai Arief, adalah sebagai suatu
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
dapat memengaruhi orang lain yang bertujuan guna mendewasakan
orang diri atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih
tinggi, dalam arti mental.49
6) Pendidikan menurut Fadhilah Suralaga dan Solicha, “merupakan suatu
proses pemberian pengaruh melalui peneladanan, pembiasaan,
pelatihan dan pemberian stimulasi-stimulasi yang dapat menggerakkan
pengembangan berbagai potensi setiap individu. Pendidikan
berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan.”50
Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut di atas, maka pendidikan
dituntut untuk mampu memberikan pengembangan pada seluruh potensi siswa
secara harmonis yang terpadu dan seimbang, yakni potensi intelektual,
emosional, fisik, sosial, estetika, dan spiritual. Maka pendidikan sesungguhnya
47 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, h. 17. 48 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 16. 49 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, h. 32.
50 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. I, h. 112.
35
bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk memenuhi tantangan hidup serta
akademisinya.51
Islam secara etimologi berasal dari kata salima yang berarti selamat
sentosa, aslama yang berarti memelihara dalam keadaan selamat, atau bisa
juga dengan arti petuh, tunduk, berserah diri. Dalam tata bahasanya Islam
(aslama-yusalimu-Islaman), mengandung arti selamat, aman, damai, patuh,
taat dan berserah diri.52 Islam juga berarti damai, kasih sayang, maksudnya
adalah agama Islam mengajarkan perdamaian dan kasih sayang kepada seluruh
umat, sehingga dapat timbul rasa saling menghormati dan toleransi antar umat
manusia.
Islam juga diartikan selamat, artinya adalah Islam sebagai petunjuk yang
diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat jibril untuk umat manusia guna memperoleh keselamatan hidup di
dunia dan di akhirat kelak.53
Bila ditinjau dari segi terminologi, Islam menurut Harun Nasution,
“Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat
manusia melalui Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul. Islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,
tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.”54 Islam apabila
disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka maksudnya adalah suatu
perkataan dan amal-amal lahiriyah yang terjaga dari diri dan harta seseorang,
baik ia meyakini Islam maupun tidak, dan kata imannya berkaitan dengan
amalan hati. Maka dirinya dan hartanya yang terjaga tidak boleh diperangi
ataupun diambil haknya.55
51 Nur’aini Ahmad, Pendidikan Islam Humanis: Kajian Pemikiran A. Malik Fadjar, (Ciputat:
Onglam Books, 2017), Cet. I, h. 13. 52 Abuddin Nata, Study Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 11.
53 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Edisi yang Disempurnakan, (Bogor: Cahaya
Salam, 2009), Cet. I, h. 18.
54 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 2013), Cet.
V, h. 17
55 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Terj. dari شرح عقيدة
.oleh Dzein Moefreni, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2014), Cet. XIV, h. 121 اهل السنة والجماعة
36
Sebagaimana pengertian pendidikan secara umum, pendidikan agama
Islam pun memiliki pengertian yang variatif. Seperti yang dikutip oleh Armai
Arief, menurut Muhammad Fadhil Al-Djamili, “Pendidikan Agama Islam
adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan
mengangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah)
dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).”56 Pernyataan ini sesuai dengan
firman Allah SWT sebagai berikut:
ين حنيفا، فطرت الله التى فطرالناس عليها ...فأقم وجهك للد
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(Tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu... (QS. Al-Rum [30]: 30)
Berdasarkan pengertian diatas, Armai Arief menyimpulkan bahwa,
“Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses penanaman nilai-nilai Islam
melalui pengajaran, bimbingan dan latihan yang dilakukan dengan sadar dan
penuh tanggung jawab dalam rangka pembentukan pembinaan,
pendayagunaan, dan pengembangan pikir, zikir, dan kreasi manusia.”57
Pendidikan agama Islam bisa juga diartikan sebagai usaha sadar yang
dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atas pelatihan yang ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.58
Menurut Tidjani Djauhari yang dikutip oleh Wari Setiawan, disebutkan
bahwa pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada
norma-norma dan nilai-nilai Islam, pendidikan ini bertujuan untuk
mengembangkan pola tingkah laku dan kepribadian manusia, dengan jalan
diberikannya latihan kejiwaan, otak, perasaan, dan indera. Pertumbuhan
lainnya yang dapat dikembangkan melalui pendidikan adalah pada aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, jasmani, ilmiah dan bahasa yang dapat
memotivasi seseorang dalam mencapai kesempurnaan hidup dan tujuan akhir,
56 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, h. 35 57 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, h. 36.
58 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 132.
37
yakni mengaplikasikan untuk berserah diri sepenuhnya kepada sang pencipta,
Allah Subhanahu wa ta’ala.59
Adapun pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di
sekolah diharapkan agar mampu menciptakan generasi kesalehan pribadi dan
kesalehan sosial. Sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tidak
diperbolehkan untuk membangun fanatisme, memiliki sikap intoleran terhadap
sesama peserta didik dan masyarakat Indonesia, serta melemahkan kerukunan
hidup beragama, persatuan dan kesatuan antar penduduk Indonesia.60
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam secara umum menurut
GBPP PAI adalah “Untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”61 Hal ini
berdasarkan pada PP RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan Bab II pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan tentang fungsi
dan tujuan pendidikan agama. Ayat 1 disebutkan bahwa “Pendidikan agama
berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian
dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama”, dan ayat 2 berbunyi
“Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik
dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.62
59 Moh. Tidjani Jauhari, "Pendidikan Islam dari Masa ke Masa dalam Wari Setiawan, Pembelajaran
Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Anak Berkebutuhan Khusus”,
Disertasi, (Pamulang: Onglam Books, 2017), Cet. 1, h. 77-78.
60 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung: PT Remaha Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 76.
61 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, h. 78. 62 Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Prundang-Undangan, dalam Lathifah Hanum,
Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2,
2014, h. 225.
38
Dalam pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani
menyebutkan bahwa, “Penekanan yang terpenting sebagai dasar ajaran Islam
adalah mu’amalah bayina al-nas (hubungan antar sesama manusia) yang sarat
dengan nilai-nilai, berkaitan dengan moralitas sosial.”63 Hal ini pun sesuai
dengan arah pelajaran etika dalam Al-Qur’an dan hadis bahwa Nabi saw.
diutus kedunia ini bertujuan untuk memperbaiki moralitas bangsa Arab waktu
itu.
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Adapun fungsi adanya kurikulum pendidikan agama Islam yaitu, (1)
sebagai pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah Swt, (2) Penanaman nilai, yakni sebagai pedoman hidup di
dunia dan akhirat, (3) Penyesuaian mental, artinya dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan baik fisik maupun sosial dan mampu mengubah
lingkungannya menjadi lebih sesuai dengan ajaran agama Islam, (4) Perbaikan,
artinya untuk memperbaiki segala kesalahan, kekurangan dan kelemahan
peserta didik dalam hal keyakinan, pemahan dan pengalaman ajaran agamanya
dalam kehidupan sehari-hari, (5) Pencegahan, artinya untuk menangkal hal-hal
yang negatif baik dari lingkungannya, budayanya, atau bahkan pengajaranya,
(6) Pengajaran, yakni untuk memberikan ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum, (7) Penyaluran, yakni untuk memberikan penyaluran bagi anak-anak
yang memiliki bakat dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal.64
3. Tunadaksa
a. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah yang sering
digunakan untuk menggantikan kata ALB atau Anak Luar Biasa, yang artinya
bahwa anak ini memiliki kelainan khusus dibanding dengan anak-anak yang
63 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 136.
64 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h.134.
39
lainnya.65 Istilah lainnya yang dikenal luas adalah ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus), istilah ini dalam bahasa Inggris yang dikenal oleh dunia internasional
yaitu child with special neends. Istilah yang juga sering digunakan dan
berkembang luas di Indonesia adalah difabel yang sebenarnya istilah ini adalah
kependekan dari difference ability.66 Menurut World Health Organization
(WHO), beberapa istilah mengenai Anak. Berkebutuhan Khusus memiliki
definisi masing-masing. Istilah tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Disability, artinya adalah seseorang yang memiliki keterbatasan atau
kurangnya kemampuan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan
aturan.
2) Impairment, artinya seseorang yang kehilangan atau memiliki
ketidaknormalan dalam hal psikologis ataupun fungsi tubuhnya (fisik).
3) Handicap, artinya seseorang yang dianggap memiliki
ketidakberuntungan secara individu karena impairment atau disability
yang membatasi dan menghambat proses dirinya memenuhi peran
mandiri.67
Dalam perspektif Islam, ABK menurut Mustafa al-Daib yang dikutip oleh
Wari Setiawan, menyebutkan bahwa anak berkebutuhan khusus disepadankan
sebagai “al-tifl al-ladhina ladayhim ta’akhuru fi ihda majalat al-taliyah al-
namw al-jismy wa al-‘aqly, wa al-lughawy, wa ghairuhu. Artinya anak
berkebutuhan khusus memiliki kekurangan pada salah satu apek berikut, yaitu
perkembangan jasmani, intelektual, linguistik dan lain sebagainya.”68 ABK ini
dalam Islam pernah disinggung, bahwa perlakuan terhadap penyandang
disabilitas tidak boleh dibeda-bedakan, karena ABK adalah sama-sama
makhluk-Nya, hidup sebagai manusia ciptaan-Nya dan memiliki hak yang
sama dengan manusia normal lainnya. Dalam Al-Qur’an surat ‘Abbasa ayat 1-
7 disebutkan bahwa,
65 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita, (Bandung: Refika Aditama, 2006), Cet. I, h. 1.
66 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018), Cet. 1, h. 5. 67 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 6. 68 Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI)
untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Pamulang: Onglam Books, 2017), Cet. 1, h. 43.
40
يدريك لعله يزكى, أو يذكر فتنفعه الذكرى, أما من استغنى, عبس وتولى, انجاءه األعمى, وما
فأنت له تصدى, وما عليك اال يزكى
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang
seorang yang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?. Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu apabila dia tidak membersihkan diri
(beriman)”. (QS. ‘Abasa [80]: 1-7)
Dalam tafsir Ibnu Katsir yang dikutip oleh Wari Setiawan bahwa ayat ini
turun ketika Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص sedang berkomunikasi dengan para pembesar
Quraish yang diharapkan akan masuk Islam. Pada saat Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص
menyampaikan dakwahnya, tiba-tiba Abdullah Ibnu Umi Maktum (memiliki
kelainan tunanetra) datang dan Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bermuka masam seperti tidak
mengharapkan kehadirannya. Oleh sebab itu هللا menegur Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص dengan
ayat ini. Dengan begitu dapat diartikan menurut Ibn Katsir bahwa هللا
memerintahkan kepada Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص untuk tidak membeda-bedakan perlakuan
antara sosok yang mulia, hina, kaya, miskin, pelayan maupun majikan, laki-
laki maupun perempuan. Oleh karenanya semenjak itu Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص selalu
menyambut baik kedatangan Abdullah Ibnu Umi Maktum dengan penuh suka
cita.69
Dalam surat lainnya juga ada yang membahas mengenai anak
berkebutuhan khusus, yakni pada al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 5 berikut:
ن علقة ثم من يأيها الناس ان كنتم في ريب من البعث فانا خلقنا كم من تراب ثم من نطفة ثم م
(5).... ة ق ل خ م ر ي غ و ة ق ل خ م ة غ ض م
“Wahai manusia! Jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah)sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daing yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna...” (QS. Al-Hajj [22]: 5)
69 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir dalam Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam
Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Pamulang: Onglam
Books, 2017), Cet. 1, h. 64.
41
Pada ayat ini dijelaskan bahwa ayat وغير مخلقة yang artinya adalah “dan
yang tidak sempurna”. Maknanya menurut Wari Setiawan, embrio atau janin
dalam rahim terdapat pula yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan ini berarti
tidak sempurnanya fisik. Maka ada pula bayi yang dilahirkan dalam keadaan
kelainan fisiknya, terutama pada fisiologisnya yang menjadi penopang ia
dalam kehidupan. Kelainan yang terjadi pasca kelahiran maupun setelah
berkembangnya seseorang di dunia dapat mengalami kecacatan akibat
terserang penyakit, ataupu kecelakaan yang menyebabkan ia menjadi
penyandang ABK (anak berkebutuhan khusus). Meski demikian, anak-anak
yang lahir dalam keadaan seperti ini juga memiliki hak untuk mendapatkan
perlakuan dan pendidikan, karena hal itu adalah fitrahnya. Oleh karenanya
tidak diperkenankan membeda-bedakan dalam pemberian pendidikan kepada
anak berkebutuhan khusus seperti halnya anak normal.70
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan, dan
kelainan ini terdapat tingkatannya, mulai dari yang paling ringan sampai yang
paling berat, dari kelainan tunggal, ganda hingga kompleks yang berhubungan
dengan kondisi sosial, emosi, fisik dan psikis anak. Oleh karenanya sebagai
student with special needs dalam hal pendidikan harus diberikan pelayanan dan
pendidikan yang khusus berdasarkan pada kebutuhannya, agar secara mandiri
anak dapat berkembang secara optimal.71
Sesuai dengan Pedoman Dasar Anak Berkebutuhan Khusus (Pedoman
ABK) di Inggris yang berisi mengenai hak dan kewajiban ABK, hal ini tertera
pada Undang-Undang Kebutuhan Pendidikan Khusus dan Disabilitas
(SENDA) tahun 2001. Dalam pedoman ini dinyatakan bahwa akan
disediakannya berbagai macam bentuk bantuan bagi ABK selama periode
pendidikan usia dini dan sekolah.72 Hal ini juga sesuai dengan Pasal 28 I angka
70 Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI)
untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Pamulang: Onglam Books, 2017), Cet. 1, h. 68-69.
71 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 8.
72 Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Terj. dari Undertand Child Whit
Specially Need oleh Eka Widayati, (Jakarta: ESENSI Erlangga Group, 2012), Cet. I, h. 2.
42
4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
“Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.”73 Dan dalam pasal 10
Undang-Undang R.I. No. 8/2016 tentang penyandang disabilitas, yaitu “Hak
pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi hak mendapatkan
pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus. Serta mendapatkan akomodasi
yang layak sebagai peserta didik.”74 Disamping penyandang disabilitas
mendapatkan akomodasi, pemerintah juga menjamin pemberian aksebilitas
dan pelayanan public secara khusus agar memudahkan penyandang disabilitas
dalam meningkatkan potensinya, dan tercapainya kesamaan kesempatan
seperti halnya orang normal lainnya.
Adapun yang menangani permasalahan penyandang disabilitas tersebut di
Indonesia adalah Kementerian Sosial RI. Hal ini sesuai dengan UU No. 11
tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Keputusan Menteri Sosial
No.82/HUK/2005 tentang Tugas dan Tata Kerja Departemen Sosial.
Departemen sosial memberikan kebijakan berupa akan memberikan upaya
pelayanan dan rehabilitasi sosial, yaitu proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan penyandang disabilitas mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.75
Menurut Undang-undang tersebut diatas, dikatakan bahwa “Seorang anak
yang memiliki kesulitan secara signifikan lebih besar dari anak-anak seusianya
dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, dalam berkomunikasi maupun
berperilaku, maka mereka ini dapat dikatakan memiliki kesulitan dalam
belajar.” Hal ini sesuai dengan penjelasan Directgov bahwa ABK adalah anak
73 Lihat UUD 1945
74 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, 2016, (https://www.peraturan.go.id).
Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 21.45 WIB.
75 Irwanto, dkk, Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia; Sebuah Desk-Review,
(Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas FISI UI Depok dan Australian Government, 2010),
(https://www.ilo.org). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.10 WIB.
43
yang memiliki kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih
sulit untuk belajar atau mencari pendidikan dibandingkan dengan anak-anak
kebanyakan.76
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kebutuhan
khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Kebutuhan ini bisa jadi merupakan akibat dari
kelainan atau bawaan sejak lahir, atau bisa juga karena masalah ekonomi,
politik, social, emosi, dan perilaku yang menyimpang.77Adapun dalam
penyelengaraan pendidikan luar biasa, Direktorat pembinaan pendidikan luar
bias mengklasifikasikan pendidikan kedalam lima bidang, di antaranya:
SLB/A (tunanetra (buta)), SLB/B (tuna rungu- wicara (tuli-bisu)), SLB/C
tunagrahita (cacat mental), SLB/D tunadaksa (cacat tubuh), dan SLB/E untuk
para tunalaras (kenakalan anak-anak).78
b. Mengenal Tunadaksa
Tunadaksa disebut juga cacat tubuh atau cacat ortopedi. Istilah tunadaksa
berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang, dan “daksa” yang berarti
tubuh. Jadi tunadaksa ditujukan kepada mereka yang memiliki anggota tubuh
kurang sempurna. Sedangkan istilah cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut
mereka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada
inderanya. Istilah lainnya dari tunadaksa adalah cacat ortopedi terjemahan dari
bahasa Inggris orthopedically handicapped. Orthopedic ini artinya kelainan
yang berhubungan dengan sistem otot, tulang, dan persendian. Sehingga
penyandang tunadaksa ini mengalami hambatan pada gerak motoriknya yang
disebabkan oleh pembawaan sejak lahir, penyakit ataupun kecelakaan.79
Menurut Bandi Delphie, “Tunadaksa adalah anak dengan hendaya kondisi fisik
76 Jenny Thompson, Penj. Eka Widayati, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Terj. dari
Undertand Child Whit Specially Need oleh Eka Widayati, h. 2. 77 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2016), Cet. III, h. 138. 78 Sakrani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tunadaksa Menggunakan Media Torso, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 7, 2013, h. 3.
79 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 127-128.
44
atau motorik. Secara medis dinyatakan bahwa anak tunadaksa adalah anak
yang mengalami kelainan pada tulang, persendian, dan saraf penggerak otot-
otot tubuhnya, sehingga ia digolongkan sebagai anak yang membutuhkan
layanan khusus pada gerak anggota tubuhnya.”80
Dalam buku Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak karya
Ahmad Susanto menyatakan bahwa “Tunadaksa (physical disability) ialah
anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang, sendi, dan otot)”.81 Adapun kelainan pada anak tuna daksa dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yakni kelainan pada sistem serebral (cerebral
system) dan kelainan pada sistem otot serta rangka (musculoskeletal system).
Pada dasarnya peserta didik tunadaksa kebanyakan mempunyai kelainan atau
kecacatan fisik sehingga mereka mengalami gangguan pada kordinasi gerak,
persepsi, dan kognisi disamping adanya kerusakan pada saraf tertentu.82
c. Karakteristik Anak Tunadaksa
1) Kelainan Pada Sistem Serebral (Cerebral Palsy)
Cerebral Palsy berasal dari dua kata yaitu cerebral atau cerebrum
yang berarti otak, dan palsy berarti kelayuhan atau kerusakan pada otak.
Dimana kerusakan ini berpengaruh pada fungsi-fungsi tubuh yang
dipersarafinya.83 Cerebral palsy ini berarti adalah kelainan yang
diakibatkan adanya kesulitan gerak berasal dari disfungsi otak. Adapun
bagian otak yang rusak adalah pada pusat motorik di otak, yaitu Gyrus
Presentalis. Pusat motorik ini terbagi lagi menjadi dua area, yaitu system
Piramidalis dan Extrapiramidalis.84 Dengan disebabkan oleh disfungsi otak
ini maka peserta didik penyandang cerebral pasly memiliki kelainan dalam
bahasa, bicara, menulis, emosi, belajar, dan gangguan-gangguan psikologis
80 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita, h. 2. 81 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2015), Cet. I, h. 337.
82 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan Inklusi), h.
123. 83 Mimin Tjasmini, Arah Pembelajaran Cerebral Palsy, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jurusan
Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, h. 61. 84 Mimin Tjasmini, Arah Pembelajaran Cerebral Palsy, h. 62.
45
lainnya.85 Disamping kelainan dalam hal belajar, siswa juga mengalami
kesulitan dalam bergerak, berjalan maupun berlari.
Adapun Cerebral palsy ini ada enam macam bentuk kelainannya. Tiga
macam bentuk kelainan ini berdasarkan gangguan geraknya yaitu:
(1) Spastik artinya Cerebral Palsy jenis ini kelainannya terletak pada
motor cortex. Penderita tipe ini memiliki karakteristik fisik berupa
kekakuan pada sebagian atau seluruh otot-ototnya. Kekakuan yang
dialami adalah kekakuan organ motoric anggota gerak dan juga organ
bicaranya, (2) Dyskenesia yaitu umumnya ditandai dengan tidak
adanya kontrol dan koordinasi gerak. Dalam kelompok ini meliputi
dyskenesia jenis athetosis dan rigid. Athetosis, pada jenis ini tidak
terdapat kekakuan, tetapi terjadi gerakan-gerakan tidak terkontrol
(unvoluntary movement) yang terjadi secara otomatis dan sewaktu-
waktu tanpa disengaja oleh anak, terjadi pada tangan, kaki, mata, bibir
dan kepala. Dan gerakan tersebut tidak muncul saat anak dalam
keadaan relaks atau tidur. Rigid, Terjadi karena adanya pendarahan di
dalam otak. Gejalanya yakni adanya kekakuan pada seluruh anggota
gerak. Adapun pada bagian leher dan punggung biasanya terjadi
hiperekstensi (ketegangan yang luar biasa), (3) Hipotonia, ini ditandai
dengan tidak adanya ketegangan pada otot. Anak biasanya tampak
lemas, otot-ototnya tidak mampu merespon rangsang yang diberikan,
(4) Tremor yaitu gejala yang tampak adalah adanya getaran-getaran
ritmis yang terus-menerus pada tangan, mata atau kepala, (5) Ataxia
yaitu kelainannya terjadi pada cerebellum, sehingga penyandang
kelainan ini akan mengalami gangguan pengendalian diri berkaitan
dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi, (6) jenis Campuran,
maksudnya bahwa anak mengalami dua atau lebih kelainan, misalnya
kelainan tremor dan rigid bercampur, ataxia dengan tremor, dan
sebagainya. Tipe campuran ini mempunyai dampak yang lebih
menyulitkan pada penderitanya dan akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas.86
Dan pada penggolongan menurut topografi, artinya banyaknya
anggota tubuh yang lumpuh. Cerebral palsy digolongkan menjadi 6
golongan, yaitu:
a) Hemiplegia, artinya lumpuh anggota gerak atas dan bawah serta
bagian kiri atau kanan pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan
dan kaki kanan.
85 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 123. 86 Hermanto SP, Modifikasi Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan
Kreativitas Guru), Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol. II, No. 2, 2006, h. 190.
46
b) Triplegia, yaitu tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan,
misalnya tangan kana dan kedua kakinya lumpuh.
c) Quadriplegial/tetraplegia, yaitu kelumpuhan pada seluruh atau hal
yang melibatkan empat anggota gerak.
d) Paraplegia, artinya lumpuh pada kedua tangan atau kedua kaki,
tetapi muka tetap normal.
e) Double hemiplegia, merupakan kelianan yang berpengaruh
terhadap empat anggota tubuh.87
Adapun penggolongan menurut derajat kecacatan, yaitu:
a) Golongan ringan, mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan
alat, bicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari.
b) Golongan sedang, mereka yang membutuhkan treatment atau
latihan khusus untuk berbicara, berjalan dan mengurus dirinya
sendiri, memerlukan alat khusus seperti brace, kruk, dan lain-lain.
c) Golongan berat, mereka yang tetap membutuhkan perawatan tetap
dalam ambulasi, berbicara, dan menolong dirinya sendiri. Tidak
dapat hidup sendiri ditengah masyarakat.
2) Kelainan pada fungsi otak
a) Epilepsi, merupakan gangguan serangan yang hebat terhadap
fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, secara spontan dan
mempunyai tendensi untuk terjadi kembali. Kelainan epilepsy
merupakan perwujudan hilangnya konsentrasi atau bahkan
ketidaksadaran diri, biasanya diikuti pula dengan gerakan-gerakan
yang tidak diinginkan oleh tubuh.88
87 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi, h.
128. 88 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi, h.
131.
47
b) Hydrocephalus, hal ini sering terjadi bersamaan dengan spina bifida
atau berdiri secara tersendiri. Hidrocephalus terjadi ketika terlalu
banyak cairan cerebrospinal dalam rongga otak.89
3) Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Scelatel Syistem)
Penggolongan anak tunadaksa ke dalam kelompok sistwm otot dan
rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang
mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan system otak dan rangka antara lain sebagai berikut:
a) Poliomylitis
Penggolongan anak tunadaksa ke dalam kelompok system otot akan
mengecil dan tenaganya melemah. Peradangan akibat virus polio ini
menyerang sumsum tulang belakangpada anak usia dua tahun sampai
enam tahun.
b) Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada
penderita muscle dystrophy sifatnya progresif, semakin hari semakin
parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris, yaitu pada kedua
tangan saja atau kedua kaki saja, atau pada kedua tangan dan kaki.
Penyebab terjadinya muscle dystrophy belum diketahui secara pasti.
Gejala anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan saat anak
berusia tiga tahun, yaitu gerakan-gerakan yang lambat, dimana semakin
hari keadaannya semakin mundur. Selain itu, jika berjalan sering
terjatuh. Hal ini kemudian mengakibatkan anak tidak mampu berdiri
dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.90
d. Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa
1) Pendidikan Anak Tunadaksa
Keragaman jenis dan tingkat kecacatan anak tunadaksa akan
berdampak pada segi layanan pendidikannya. Anak yang hanya cacat
89 Bandi Delphie., Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi,
h. 131. 90 Agustiawati, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 112.
48
fisiknya saja kecerdasannya normal dimasukkan pada kelompok D,
sedangkan anak yang cacatnya ganda yaitu cacat fisik disertai dengan
kecerdasan yang dibawah rata-rata dikelompokkan dalam kelas D1.
Dengan demikian, kurikulum yang digunakan pada anak tunadaksa terdiri
dari kurikulum D dan D1.
Connor (1975) mengemukakan sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang
perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui
pendidikan, yaitu :
a) Pengembangan intelektual dan akademik
b) Membantu perkembangan fisik
c) Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
d) Mematangkan aspek sosial
e) Mematangkan moral dan spiritual
f) Meningkatkan ekspresi diri
g) Mempersiapkan masa depan anak91
Dalam pelaksanaannya di sekolah, dapat dilakukan dengan cara
pemberian berbagai mata pelajaran sesuai dengan apa yang sudah diterapkan
dalam kurikulum. Untuk membantu perkembangan fisik dilaksanakan
dengan cara pemberian latihan-latihan fisik dan olahraga. Penyelenggaraan
pendidikan bagi anak tunadaksa berlandaskan pada: Agama, kemanusiaan,
ideology, hukum, dan landasan ilmu pendidikan. Selanjutnya perlu disadari
bahwa layanan dan pengembangan pendidikan anak tunadaksa diharapkan
dapat berfungsi membantu mengembangkan aspek intelektual, sosial dan
emosionalnya.92
Pendidikan tunadaksa ini memiliki prinsip khusus yang terdiri dari
prinsip multisensory dan prinsip individualisasi. Multisensori artinya dalam
pelaksanaan pembelajaran pada anak tunadaksa, sedapat mungkin untuk
91 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 148. 92 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h.
71.
49
memanfaatkan dan mengembangkan seluruh indra yang ada pada dirinya
sehingga kesan pendidikannya akan diterima lebih baik. Sedangkan prinsip
individualisasi yaitu kemampuan pada diri individu masing-masing lebih
dijadikan sebgai titik tolak dalam memberikan pendidikan kepada anak
tunadaksa. Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa dapat dilakukan
dengan jalan pendekatan guru kelas, guru bidang studi, guru campuran dan
pengajaran tim.93
Landasan hukum bagi pendidikan anak tunadaksa yaitu berlandaskan
pada Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah No 72 tahun 1991, serta
Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Penyelenggaraan pendidikan luar biasa
baik oleh pemerintah atau masyarakat harus memnuhi persyaratan
pendiriannya, seperti yang dikemukakan pada Bab V pasal 7 PP No.72,
sebagaimana berikut:
a) Sekurang-kurangnya lima orang peserta didik
b) Tenaga kependidikan terdiri atas sekurang-kurangnya seorang guru
kelas, dan seorang tenaga ahli
c) Kurikulum didasarkan atas kurikulum nasional yang ditetapkan oleh
menteri
d) Sumber dana tetap yang menjamin kelangsungan penyelenggaraan
pendidikan dan tidak akan merugikan siswa
e) Program rehabilitasi
f) Tempat belajar dan ruang rehabilitasi
g) Buku pelajaran dan peralatan pendidikan khusus
h) Buku pedoman guru, dan
i) Peralatan rehabilitasi94
2) Tempat Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa dapat mengikuti pendidikan pada tempat-tempat berikut:
93 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 149.
94 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 73.
50
a) Sekolah Khusus Berasrama (Full-Time Residential School); Model
ini diperuntukan bagi anak tunadaksa yang derajat kelainannya berat
dan sangat berat
b) Sekolah Khusus Tanpa Asrama (Special Day School); Model ini
dimaksudkan bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan
pulang pergi ke sekolah atau tempat tinggal mereka yang tidak jauh
dari sekolah.
c) Kelas Khusus Penuh (Full-Time Special Class); Anak tunadaksa
yang memliki tingkat kecacatan ringan dan kecerdasan homogeny
dilayani dalam kelas khusus secara penuh.
d) Kelas Reguler dan Khusus (Part-Time Reguler Class and Part-Time
Special Class); Model ini digunakan apabila menyatukan anak
tunadaksa dengan anak normal, pada mata pelajaran tertentu.
Mereka belajar dengan anak normal dan apabila anak tunadaksa
mengalami kesulitan mereka belajar di kelas khusus.
e) Kelas Reguler dibantu oleh Guru Khusus (Reguler Class with
Supportive Instructional Service); Anak tunadaksa bersekolah
bersama-sam anak normal di sekolah umum dengan bantuan guru
khusus apabila anak mengalami kesulitan.
f) Kelas Biasa dengan Layanan Konsultasi untuk Guru Umum
(Reguler Class Placement with Consulting Service for Reguler
Teachers); Tanggung jawab pembelajaran model ini sepenuhnya
dipegang oleh guru umum. Anak tunadaksa belajar bersama dengan
anak normal di sekolah umum, dan untuk membantu kelancaran
pembelajaran ada guru kunjung yang berfungsi sebagai konsultann
guru regular.
g) Kelas Biasa (Reguler Class); Model ini diperuntukkan bagi anak
tunadaksa yang memiliki kecerdasan normal, memiliki potensi dan
51
kemampuan yang dapat belajar bersama-sama dengan anak
normal.95
3) Alat Bantu Tunadaksa
Adapun Alat-alat bantu belajar yang sering digunakan oleh anak
tunadaksa meliputi:
a) Kursi roda; digunakan pada anak tunadaksa yang betul-betul lemah
otot-otot kaki dan perut yang tidak ada kemungkinan lagi untuk
dilatih berdiri dan berjalan.
b) Crutch; digunakan pada anak tunadaksa yang menggunakan double
brace pada kakinya, membutuhkan kruk untuk ambulasi dan
membantu dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Kruk
digunakan dengan tujuan sesuai dengan kelainannya. Contohnya:
Untuk penderita poliomyletis, bertujuan sebagai penahan dan
penguat seluruh badan serta membantu berjalan
Untuk yang patah tulang, bertujuan sebagai penopang kaki atau
tulang yang patah agar tidak di tapakkan
Untuk yang amputasi, bertujuan sebagai alat sementara sebelum
menggunakan protese untuk alat berjalan dan membantu
kegiatan hidup sehari-hari
c) Splint; yaitu alat untuk meletakkan anggota tubuh dalam posisi
yang benar atau menjaga jangan sampai anggota tubuh yang sakit
terjadi salah bentuk. Pemakaian splint sebaiknya digunakan selama
24 jam terus menerus atau disesuaikan dengan kondidi pasien.
d) Walker; yaitu alat bantu untuk latihan berjalan, bentuknya ada yang
lingkaran ada yang segi empat, ada yang dipasang roda dan ada
yang tidak.
e) Brace; yaitu alat yang dipakai anak untuk penopang kaki terbuat
dari alumunim dan dihubungkan dengan sepatu untuk berjalan. Ada
95 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 73.
52
yang sepanjang kaki (long leg brace) ada yang hanya sebatas lutut
(short leg brace)
f) Prothese kaki atau tangan; yaitu alat palsu yang berbentuk kaki atau
tangan, gunanya untuk mengganti fungsi kaki atau tangan yang
hilang.
g) Alat-alat tulis modifikasi; yaitu alat-alat tulis yang pegangannya
diperbesar (di bungkus dengan karet atau sapu tangan) agar mudah
dipegang oleh anak celebral palsy.
h) Head pointer adalah alat menulis yang dipakai di kepala. Jadi
menulisnya dengan gerakan kepala. Diperuntukkan bagi anak yang
tidak punya tangan.
i) Alat-alat makan dan minum modifikasi.96
e. Layanan Sosial Anak Tunadaksa
1) Pelayanan Rehabilitasi
Untuk Anak Cerebral Palsy (CP) disebabkan oleh kerusakan jaringan
otak, tidak ada pengendalian otot dan gerak, dan ada gangguan pengindraan
dan kecerdasan. Program rehabilitasinya harus menyeluruh dan meliputi
seluruh aspek, Cerebral Palsy merupakan gangguan kompleks, karena itu
terapi dan rehabilitasinya harus sesuaikan atas kebutuhan si penderita,
koordinasi dari berbagai disiplin ilmu, serta menuntut kerjasama yang aktif
dari klien dan keluarganya.
Untuk Poliomyeliti yang disebabkan oleh virus pada neorosis system.
Treatmen yang diberikan diantaranya evaluasi dari gangguan-gangguan
fisik yang disebabkan oleh virus, latihan otot melalui pshyo-terapy, belajar
menggunakan alat-alat bantu. Program rehabilitasi yang diberikan biasanya
adalah program terapi fisik, program terapi okupasional, program rekreasi,
program vokasional, program psikologis, program pelayanan sosial dan
program pendidikan dan latihan.97
96 Asep Karyana dan Sri Widati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus dengan Hambatan Gerak, (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), hlm 114-125. 97 Agustiawati, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, h. 64.
53
Jenis rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa menurut kebutuhannya
antara lain:
a) Rehabilitasi medis, yaitu suatu pemberian pertolongan kepada anak
tunadaksa dari pihak kedokteran menggunakan alat-alat tubuh tiruan
dan alat penguat anggota tubuh. Hal ini bertujuan untuk dapat
meningkatkan kemampuan fisik penderita tunadaksa secara maksimal.
Rehabilitasi medis ini terdapat beberapa teknik yang digunakan oleh
kedokteran, yaitu operasi ortopedi, fisioterapi, activities in daily living
(ADL), accupational therapy (terapi tugas), pemberian protese,
pemberian alat-alat ortopedi dan bantuan medis lainnya. Ortopedi ini
dilakukan untuk memperbaiki kesalahan bentuk dan salah gerak anak
dengan cara mengurangi atau menghilangkan bagian yang menjadi
sebab kesalahan tersebut. Fisioterapi adalah pelatihan otot-otot bagian
tubuh penderita, activities in daily living adalah pelatihan kegiatan
sehari-hari agar mampu melakukan gerakan, occupational therapy
merupakan bentuk usaha aktivitas psikis agar anak menjadi lebih baik
dan kuat.98
b) Vokasional, yaitu rehabilitasi penderita kelainan fungsi tubuh yang
bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anak tunadaksa agar
mampu bekerja. Metode atau pendekatan yang biasanya digunakan
dalam rehabilitasi vokasi ini antara lain:
Counseling, adalah penyuluhan yang bertujuan untuk
menumbuhkan keberanian atau kemampuan penderita tunadaksa
yang diperoleh setelah lahir.
Revalidasi, merupakan upaya mempersiapkan fisik, mental, dan
sosial anak tunadaksa untuk memperoleh bimbingan jabatan dan
latihan kerja.
Vocasional Guide, adalah pemberian bimbingan kepada penderita
tunadaksa dalam kaitannya pemilihan jabatan yang sesuai dengan
kondisinya.
Vocasional Assessment, merupakan penilaian terhadap kemampuan
penyandang kelaian melalui sebuah bengkel kerja dalam
melakukan berbagai aktivitas keterampilan.
98 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 140-142.
54
Team Work, adalah kerjasama antar berbagai ahli tergabung dalam
tim rehabilitasi, seperti kedokteran, ahli terapi fisik, pekerja sosial,
konselor, psikolog, ortopedagog, dan tenaga ahli lainya.
Vocasional Training, adalah pemberian kesempatan latihan kerja
agar penyandang tunadaksa mandiri dan produktif, serta berguna
bagi masyarakat di sekitarnya.
Selective Placement, adalah penempatan para penyandang
tunadaksa pada, jabatan setelah selesai menjalani pendidikan dan
latihan selama rehabilitasi.
Follow Up, adalah tindak lanjut yang dilaksanakan setelah
penyandang tunadaksa menempati jabatan pekerjaan.99
c) Rehabilitasi Psikososial, yaitu rehabilitasi yang dilakukan dengan
harapan mereka dapat mengurangi dampak psikososial yang kurang
menguntungkan bagi perkembangan dirinya. Sasaran yang hendak
dicapai dalam program rehabilitasi psikososial ini secara khusus yaitu;
Meminimalkan dampak psikososial sebagai akibat kelainan yang
dideritanya, seperti rendah diri, putus asa, mudah tersinggung,
cemas, lekas marah, dan lain-lain.
Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri, memupuk
semangat juang dalam meraih kehidupan dan penghidupan yang
lebih baik, serta menyadarkan pada tanggung jawab diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan Negara.
Mempersiapkan mental penyandang kelainan kelak setelah terjun
di masyarakat sehingga dapat berperan aktif tanpa harus merasa
canggung atau terbebani oleh ketunaan atau kelainannya.100
4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa Tipe
Cerebral Palsy
a. Metode Pembelajaran
Metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara, yakni metode ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, metode demontrasi dan eksperimen, metode resitasi (pemberian
tugas), metode kerja kelompok, metode sosio-drama dan bermain peran,
99 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 141-142.
100 Jati Rinarki Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 142.
55
metode karya wisata, metode drill, dan metode beregu.101 Berikut akan
dijelaskan mengenai metode-metode dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam yang dapat diterapkan pada siswa tunadaksa tipe celebral palsy, yaitu:
1) Metode Ceramah
Ceramah adalah metode mengajar dalam bentuk penuturan bahan
pelajaran secara lisan. Ciri yang menonjol dalam metode ceramah dalam
pelaksanaan pengajaran dikelas, adalah guru tampak sebagai dominan.
Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah
yang disampaikan oleh guru di depan kelas.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan
memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi
secara rasional dan obyektif. Metode ini berfungsi untuk merangsang
murid berfikir atau yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh
satu jawaban atau satu cara saja tetapi memerlukan wawasan/ ilmu
pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik.
3) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban
atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang
menjawab pertanyaanmengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai
persoalan-persoalan.
4) Metode Demontrasi dan Eksperimen
Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru
atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan
pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu harfiyah atau
melakukan sesuatu.
5) Metode Resitasi (Pemberian Tugas)
101 Munajah Tri Endarwati, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tuna
Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”,
Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2011), h. 26.
56
Metode resistasi adalah metode pekerjaan rumah karena siswa diberi
tugas-tugas khusus diluar jam pelajaran.
6) Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok yaitu kerja dari keunggulan beberapa individu
yang bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan
timbal balik (kerjasama) antara individu serta saling mempercayai.
Adapun dalam pembelajaran bagi siswa Anak Berkebutuhan Khusus atau
ABK yang juga termasuk di dalamnya tunadaksa, maka guru dapat
menggunakan metodepembelajaran sebagai berikut:
1) Communication, artinya berkomunikasi secara verbal dan non-verbal
dengan menggunakan berbagai jenis symbol (katr, faco, gambar).102
Hal ini dilakukan karena dalam belajar siswa tidak mungkin lepas dari
komunikasi, baik komunikasi antar siswa, siswa dengan guru maupun
siswa dengan orang disekitarnya. Dengan adanya komunikasi ini maka
siswa diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil belajarnya serta
membentuk kepribadiaannya menjadi lebih baik.
2) Tasa analisis, artinya menganalisis kompetensi yang dimiliki oleh anak
tunadaksa, sehingga dalam pembelajarannya disesuaikan dengan
kemampuan anak untuk bertujuan meningkatkan kemampuan potensi
anak tunadaksa. Metode ini juga bermanfaat untuk mengetahui apakah
siswa telah mampu memenuhi kompetensi yang diajukan sebagai
tujuan dari pembelajarannya.103
3) Direct instruction, yakni pembelajaran dengan melakukan orientasi,
presentasi, latihan terstruktur, terbimbing, refleksi, latihan mandiri dan
evaluasi. Metode ini berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar
102 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012.
https://nayyanrises.wordpress.com/materiku-2/paper/137-2. Diakses pada 22 Januari 2019 pukul 21.17
WIB.
103 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012.
57
yang positif bagi siswa dan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
motivasi dalam berprestasi.104
4) Prompts, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan
bantuan kepada anak, sehingga anak lebih leluasa menikmati dan
memahami proses pembelajaran. Dengan memberikan bantuan maka
anak cerebral palsy dapat menghasilkan respon yang positif dan
benar.105
Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa apat
pula menggunakan program pembelajaran individual (PPI), karena bagi anak
berkebutuhan khusus seperti tunadaksa ini merupakan kebutuhan dasar dalam
pendidikan mereka. Menurut Snell yang dikutip oleh Wari Setiawan,
menyatakan bahwa pelaksanaan PPI itu penting bagi anak berkebutuhan
khusus, karena (1) semua ABK memiliki potensi untuk belajar, (2) semua ABK
membutuhkan pembelajaran keterampilan sesuai dengan kebutuhan sehari-
harinya di rumah maupun di lingkungan masyarakat, (3) sekolah harus
melaksanakan pembelajaran keterampilan fungsional sesuai kebutuhan
individual siswa, (4) prinsip-prinsip pengembangan perilaku secara universal,
dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran, (5) penilaian hasil belajar lebih
fungsional pada tingkah laku siswa, (6) prosedur dan tujuan pembelajaran
disesuaikan dengan kemampuan siswa.106
b. Tujuan Pembelajaran PAI bagi Siswa Tunadaksa
Adapun secara spesifik menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus termasuk di
dalamnya adalah tunadaksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) memiliki tujuan
yaitu:
104 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012. 105 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012. 106 Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI)
untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), h. 59.
58
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan
serta peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
Muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah Swt.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia yaitu manusia
yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh) serta
menjaga harmoni secara personal dan sosial.107
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut ini beberapa
hasil penelitian yang mempunyai kerelevansian dengan proposal peneliti, yaitu:
1. Menurut jurnal publikasi pendidikan yang ditulis oleh Dwiyatmi Sulasminah
berjudul “Kajian Konsep Pengembangan Model Sarana Pendukung
Pembelajaran IPA bagi Anak Tunadaksa.”108 Jurnal ini membahas mengenai
sarana pendukung yang representative dan kapabel guna memperlancar
tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun persamaan penelitian pada jurnal ini
dengan skripsi peneliti adalah ada pada kajian dan jenis penelitiannya, yakni
pembelajaran bagi Anak Tunadaksa. Sedangkan perbedaannya terdapat pada
kajian subjeknya, yakni pada jurnal adalah kepala sekolah dan guru mata
pelajaran IPA atau science, sedangkan pada skripsi peneliti adalah kepala
sekolah dan guru PAI atau Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian pada
jurnal menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan haruslah
berdasarkan pada situasi dan kondisi lingkungan, sedangkan sarana
pembelajarannya disesuaikan pada karakteristik dan kebutuhan anak
tunadaksa.
107 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar
Luar Biasa, dalam Lathifah Hanum, Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, 2014, h. 225. 108 Dwiyatmi Sulasminah, Kajian Konsep Pengembangan Model Sarana Pendukung Pembelajaran
IPA Bagi Anak Tunadaksa, Jurnal Publikasi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, 2013.
59
2. Menurut jurnal pembelajaran karya Hermanto SP yang berjudul “Modifikasi
Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan Kreatifitas
Guru).”109 Pada jurnal ini membahas mengenai berbagai macam modifikasi
yang dapat dilakukan guru dalam melakukan pembelajaran kepada siswa
tunadaksa cerebral palsy agar siswa mampu menangkap tujuan dari
pembelajaran. Adapun persamaan pada skripsi peneliti adalah pada bagian cara
memodifikasi pembelajaran untuk tunadaksa tipe cerebral palsy, sedangkan
perbedaannya terletak pada kekurangan dan kelebihan dalam mengajar
menggunakan metode dan model pembelajaran yang diberikan guru kepada
siswa, sedangkan pada jurnal tidak disebutkan secara rinci kekurangan dan
kelebihannya dalam modifikasi pembelajaran yang diterapkan.
3. Menurut jurnal pendidikan yang ditulis oleh Zandra Dwanita Widodo, dkk
berjudul “Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa Ringan melalui
Pendekatan Bermain.” 110 Pada jurnal ini membahas tentang strategi
pembelajaran bagi anak tunadaksa di SDLB YPAC Surakarta, salah satu
strategi tersebut adalah dengan bermain agar bermanfaat meningkatkan gerak
kasar pada anak tuna daksa ringan. Persamaan penelitian jurnal ini dengan
penelitian skripsi peneliti adalah pada metode atau model pembelajaran dan
jenis penelitian yakni sama-sama mengkaji tentang pembelajaran bagi anak
tunadaksa, yakni objek yang sama, pembelajaran bagi tunadaksa. Sedangkan
subjeknya terdapat perbedaan yakni peneliti mengkaji pada kepala sekolah dan
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sedangkan pada jurnal lebih
kepada guru kelas sebagai pembentukan karakter anak. Adapun hasil penelitian
pada jurnal ini yakni dengan melakukan pendekatan bermain yang digunakan
untuk meningkatkan gerak kasar tunadaksa ringan, hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan diri individual anak berkebutuhan khusus karena dengan bermain
mengandung banyak unsur yang membangun karakter anak, dan metode ini
sangatlah mudah untuk dipraktikan.
109 Hermanto SP, Modifikasi Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan
Kreatifitas Guru), Jurnal pembelajaran, Vol II, No. 2, 2006.
110 Zandra Dwanita Widodo, dkk., Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa Ringan
Melalui Pendekatan Bermain, Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2014.
60
4. Menurut skripsi pendidikan yang ditulis oleh Munajah Tri Endarwati yang
berjudul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tuna
Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun
Pelajaran 2010/2011.”111 Pada skripsi ini mengkaji tentang metode-metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI kepada anak tunadaksa,
contohnya adalah metode ceramah dan tanya jawab. Adapun persamaan skripsi
dengan skripsi peneliti adalah terdapat pada kajian teorinya yakni metode
pembelajarannya dan jenis peneliannya. Sedangkan perbedaanya ada pada
objek, yaitu anak tunadaksa di SDLB Negeri Kroya dengan siswa SMPLB D-
D1 YPAC Jakarta.
5. Menurut jurnal pendidikan agama Islam yang ditulis oleh Lathifah Hanum
berjudul “Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus.”112 Jurnal ini
mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan
khusus di SLB Kota Langsa, yakni meneliti baik dari model pembelajarannya
maupun metode pembelajannya. Adapun persamaan jurnal ini dengan skripsi
penulis adalah dari kajian teori dan jenis penelitiannya. Subjek dan objek
memiliki persamaan dan perbedaan, subjeknya sama yakni guru PAI dan
kepala sekolah, sedangkan objeknya berbeda, yakni pada jurnal mengkaji
tentang pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus, sedangkan pada
skripsi ini mengkaji metode pembelajaran PAI bagi anak tunadaksa (lebih
spesifik). Tempat penelitiannya pun berbeda, pada jurnal penelitian dilakukan
pada SLB Kota Langsa, Aceh, sedangkan penelitian pada proposal ini berada
di SLB D-D1 YPAC Kota Jakarta.
111 Munajah Tri Endarwati, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tuna
Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”,
Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2011). 112 Lathifah Hanum, Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Pendidikan Agama
Islam, Vol. XI, No. 2, 2014.
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta, yang beralamat
di Jl. Hang Lekiu III No. 19 Rt. 06/Rw. 04, Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan pada semester genap
tahun ajaran 2018-2019 yang dimulai sejak bulan Februari-Mei 2019.
B. Latar Penelitian (Setting)
SMPLB D-D1 YPAC Jakarta merupakan salah satu dari 16 institusi YPAC
yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, yaitu di Banda Aceh, Bandung,
Denpasar, Jember, Makasar, Malang, Medan, Manado, Padang, Palembang,
Pangkal Pinang, Semarang, Surabaya, Surakarta, dan Ternate. YPAC Jakarta ini
tepatnya berlokasi di Jl. Hang Lekiu III No. 19 Blok F IV RT. 06/RW. 04,
Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120.
Menurut sejarah perkembangannya, berdirinya lembaga ini dimulai sejak
adanya Rehabilitasi Centrum pada tahun 1952 di kota Solo oleh Prof. Dr. Soeharso
dan Soeroto. Hingga pada tanggal 5 Februari 1953, Prof. Dr. Soeharso mendirikan
Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC) di Solo. Kemudian pada tahun 1954
tanggal 5 November secara resmi dibuka YPAC di Surakarta. Adapun YPAC
Jakarta memulai kegiatannya sejak tahun 1954 di kediaman milik Ny. Soemarno
Sostroatmojo.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah, baik di ruang kelas, ruang aula
praktik, maupun lapangan sekolah dengan didampingi oleh guru Pendidikan
Agama Islam (PAI). Peneliti juga melakukan wawancara secara berkala dengan
guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dan guru pendamping khusus untuk dapat
61
62
memperoleh data dan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa, serta informasi dari kepala
sekolah mengenai kebijakan dalam pembelajaran dan sarana prasarana yang
disediakan dalam menunjang jalannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) di sekolah.
Adapun beberapa tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pra-penelitian
Pada tahap ini dimulai sejak bulan Februari 2019, dengan beberapa langkah,
yaitu memilih lapangan penelitian, menyusun rencana penelitian, mengurus
perizinan pelaksanaan penelitian, mempersiapkan segala keperluan baik dari
perlengkapan maupun komunikasi dan kordinasi dengan pihak sekolah, kemudian
penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi dan situasi sekolah, memilih
narasumber yang sesuai dengan penelitian dan berhubungan langsung dengan
pembelajaran PAI bagi siswa tunadaksa. Hal ini dilakukan guna mencari informasi
dan data yang berdasarkan dengan realita dan fakta.
2. Penelitian
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan observasi ke tempat penelitian,
melakukan crossceck dan perkenalan dengan beberapa pihak sekolah yang
berkaitan dengan penelitian. Disamping melakukan observasi, peneliti juga
melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sesuai dengan topik
penelitian, yaitu kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dan guru
pendamping khusus siswa tunadaksa. Kemudian untuk dapat memperkuat data dan
sumber, maka peneliti juga melakukan dokumentasi dalam penelitian baik
dokumen dari pihak sekolah berupa data-data pembelajaran dan kebijakan sekolah,
foto-foto hasil penelitian, surat resmi dan beberapa data terkait dengan penelitian.
Adapun lamanya penelitian ini adalah 3 bulan terhitung dari bulan Maret-Mei
2019.
3. Pasca penelitian
63
Setelah seluruh data terkumpul, pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan
dan keabsahan data beserta melakukan penyusunan laporan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini berarti kegiatan
penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan
sistematis.1 Metode penelitian tersebut berisi jenis penelitian yang digunakan
peneliti untuk memecahkan masalah penelitian.2
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metodenya adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan strategi penelitian studi
kasus yang hanya memfokuskan pada satu fenomena yang ingin diteliti. Metode
deskriptif kualitatif ini maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata,
gambar dan bukan angka. Adapun jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara
analisis deskriptif.
Pengertian dari metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta dan sifat populasi tertentu.3 Sedangkan menurut Creswell penelitian studi
kasus ini diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek, yang
disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan
mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber data.4
Menurut Flick, penelitian kualitatif adalah specific relevance to the study of
social relations, owing to the fact of the pluralization of life world. Artinya,
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), Cet.
25, h. 2.
2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan
Skripsi, h. 45. 3 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), Cet. 1, h.
59.
4 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
Cet. 1, h. 114.
64
penelitian ini berkaitan secara spesifik pada studi hubungan sosial yang
berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini dilakukan
guna untuk melihat dan memahami subjek dan objek penelitian baik orang maupun
lembaga berdasarkan pada fakta yang apa adanya.5 Adapun metode penelitian
kualitatif itu identik dengan sebutan metode penelitian naturalistik, karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah dan disesuaikan pada realitas
sosial yang ada. Kondisi ini tanpa adanya manipulasi oleh peneliti, dan obyek
penelitiannya berkembang apa adanya meskipun kehadiran peneliti ada di
lapangan, karena peneliti tidak akan mempengaruhi obyek tersebut.
Adapun kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
dan menganalisis secara intensif mengenai segala fenomena permasalahan yang
diteliti, yaitu mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan penerapan metode
pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunadaksa yang diperoleh secara
kualitatif.
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga buah teknik pengumpulan
data sebagai strategi mendapatkan data atau sumber informasi. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Nasution, “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.”6 Observasi yang dilakukan oleh
peneliti adalah dengan jalan meneliti sumber subjek dan objek penelitian,
membaca literature bahan-bahan wawasan pengetahuan mengenai pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa, dan melakukan pengamatan yang
kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Adapun observasi yang peneliti lakukan berupa observasi
5 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, h. 81. 6 Nasution, dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Cet. 25, h. 226.
65
partisipatif, dimana peneliti juga ikut terlibat dengan kegiatan atau aktivitas yang
sedang diamati.
Tujuan dari observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
siswa, kondisi sekolah, pelayanan yang diberikan sekolah kepada siswa tunadaksa
tipe celebral palsy dan pelaksanaan pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan observasi secara langsung terhadap kegiatan belajar siswa dan kondisi
sekolah di kelas maupun di luar kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta, Jl. Hang Lekiu
III No. 19 Blok F IV RT. 06/RW. 04, Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII,
VIII, dan IX SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. Responden penelitian ini adalah
seluruh siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta, dengan ketentuan siswa
mendapatkan kesempatan yang sama dalam pengamatan peneliti. Responden yang
bersangkutan hanya mencapai 16 orang siswa, hal ini disebabkan batasan bagi
siswa tunadaksa D1 dalam satu kelas pembelajaran maksimal sebanyak 6 orang
siswa. Berikut data responden penelitian siswa tunadaksa D1 YPAC Jakarta
tersebut yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Responden Penelitian di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
Disamping responden yang diamati, peneliti juga mengamati kondisi siswa
dan kondisi sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta guna mengetahui baik
tidaknya kebiasaan, akhlak dan ketentuan sekolah bagi siswa tunadaksa D1 dan
warga sekolah di lingkungannya. Berikut ini aspek pengamatan peneliti:
No Kelas Jumlah
1 VII 6
2 VIII 5
3 IX 5
66
Tabel 3.2
Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
No Aspek Pengamatan
1 Kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun)
2 Penggunaan seragam sekolah
3 Kemampuan siswa dalam bergerak, berinteraksi dan bergaul
4 Ketersediaan infrastruktur sekolah
5 Kelengkapan pelayanan kesehatan siswa
6 Anjuran menjaga kebersihan, ketenangan dan kenyamanan berupa slogan
7 Tanda keterangan menuju suatu ruangan tertentu pada setiap jalan dan lorong
Adapun untuk mengetahui metode pembelajaran pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang tepat diterapkan bagi siswa tunadaksa tipe D1, maka
peneliti mengamati proses pembelajaran yang diterima siswa selama pembelajaran
baik di kelas maupun di luar kelas.
Tabel 3.3
Proses Pembelajaran PAI di kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
Aspek yang diamati
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Salam dan doa
2. Kehadiran, kerapian berpakaian
3. Motivasi
4. Informasi tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
B. Kegiatan Inti (metode pembelajaran yang digunakan)
1. Eksplorasi
2. Elaborasi
3. Konfirmasi
67
C. Kegiatan penutup
1. Evaluasi
2. Informasi pelajaran
3. Doa
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.7 Wawancara ini mirip dengan percakapan informasi antara peneliti
dengan informan. Teknik wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk dapat
menemukan permasalahan yang harus diteliti. Adapun wawancara yang peneliti
lakukan adalah wawancara tidak terstruktur yakni teknik pengumpulan data
dengan mewawancarai beberapa informan dengan pertanyaan yang sama,
keterampilan yang sama, dan instrument wawancara yang sama. Disaping itu
tujuan metode wawancara ini adalah untuk mengubah data menjadi informasi
secara langsung yang diberikan oleh seseorang (subjek). Teknik wawancara tidak
terstruktur ini berbentuk dialog dengan informan yang tetap berdasarkan pada
sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Adapun
sumber data yang yang peneliti wawancarai adalah kepala sekolah, guru
pendidikan agama Islam (PAI), dan guru pendamping khusus tunadaksa mengenai
metode pembelajaran agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Wawancara
No Informasi yang Dibutuhkan Responden
1 Informasi Lembaga:
a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah SMPLB
D-D1 YPAC Jakarta.
Kepala Sekolah
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 231.
68
b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
2 Registrasi:
a. Seleksi dan tes masuk berdasarkan kemampuan siswa
tunadaksa.
b. Struktur dan pembagian tugas.
c. Kualifikasi guru kelas dan guru pendamping.
d. Pembiayaan dana.
Kepala Sekolah
dan TU
3 Layanan sekolah:
a. Pelayanan rehabilitasi.
b. Pelayanan pendidikan dan sosial.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran siswa.
Kepala Sekolah
Tabel 3.5
Penerapan metode pembelajaran PAI di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
No Data yang dibutuhkan Instrumen
Penelitian
1 Pelayanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada
siswa tunadaksa meliputi; metode pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas, media dan strategi pembelajaran,
kurikulum dan pengelolaan waktu pembelajaran, serta
kegiatan sosial dan ekstrakulikuler khusus siswa tunadaksa.
Guru PAI
2 Penerapan metode pembelajaran meliputi; ceramah, diskusi,
tanya jawab, demonstrasi, resitasi, kerja kelompok, sosio
drama, drill, karya wisata, communication, tasa analisis,
direct instruction. Prompts.
Guru PAI
69
3 Kesulitan dalam menerapkan beberapa metode pembelajaran
PAI pada siswa tunadaksa D1 (celebral palsy)
Guru PAI dan
Guru
Pendamping
4 Teknik mengajar yang digunakan dalam menerapkan metode
pembelajaran bagi siswa tunadaksa D1
Guru PAI
5 Solusi dalam menerapkan metode pembelajaran PAI pada
siswa tunadaksa D1
Guru PAI
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen
disini berarti bahwa analisis terhadap data-data, tulisan, catatan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Sumber yang didapatkan merupakan
cermin situasi/kondisi yang sebenarnya yang kemudian dapat dianalisis secara
berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan meskipun waktu yang lama.
Peneliti melakukan studi dokumen agar hasil penelitian semakin kredibel karena
didukung oleh foto-foto atau data, karya tulis akademik dan seni yang telah ada di
sekolah SMPLB. D-D1 YPAC Jakarta dan selama diadakannya penelitian.
Instrument penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan dalam
pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Artinya peneliti sebagai instrument penelitian
harus mengerti dan memahami teori penelitian kualitatif, menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai
data, menganalisis data, menafsirkan dan menyimpulkan data berdasarkan
temuannya.8 Adapun beberapa instrument yang digunakan dalam pengumpulan
data penelitian ini yaitu catatan lapangan observasi dan wawancara, dokumentasi
yang berupa foto kegiatan, foto pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa, data sekolah dan karya tulis SMPLB D-D1
YPAC Jakarta. Berikut kisi-kisi dokumentasi yang dibutuhkan peneliti:
8 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, h. 222.
70
Tabel 3.6
Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian
No Data yang dibutuhkan
1 Informasi Lembaga:
a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta.
b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
2 Struktur organisasi dan tata kerja SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
a. Bagan struktur organisasi sekolah
b. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen organisasi
c. Bagan struktur organisasi kelas
d. Bagan struktur organisasi atau ektrakulikuler dan okulikuler sekolah
e. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen ektrakulikuler dan
okulikuler sekolah
3 Layanan sekolah:
a. Pelayanan rehabilitasi.
b. Pelayanan terapi.
c. Pelayanan pendidikan dan sosial.
d. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran siswa.
3 Kurikulum sekolah
4 Buku ajar yang digunakan, media pembelajaran yang ada
5 RPP, kisi-kisi soal ujian, evaluasi, remedial, dan penilaian.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Dalam pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data penelitian, peneliti
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
71
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.9 Adapun triangulasi data
dalam penelitian ini dengan menggunakan pengecekan kembali data yang
diperoleh dari berbagai sumber yang didapatkan, yaitu hasil observasi, wawancara,
dan dokumen selama penelitian.
F. Analisis Data
Menurut Nasution menyatakan, “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian.” Sedangkan menurut Miles dan Huberman
mengemukakan bahwa, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.”10
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data dengan model Miles
dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verivication. Dimana hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi
diolah melalui metode yang tersebut diatas. Peneliti melakukan analisis data
berdasarkan pada pengumpulan data yang dilakukan sejak studi pendahuluan yang
kemudian dijadikan bahan analisis. Hal ini dikarenakan peneliti akan menemukan
masalah yang dapat dilanjutkan pada saat peneliti memasuki lapangan penelitian
untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dengan ditemukannya masalah pada
saat studi pendahuluan.
Data yang telah diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi
tersebut dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan teknik deskriptif
kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas, dan
sederhana mengenai metode pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) bagi
siswa tunadaksa D1. Sehingga hasil yang didapatkan akan menjadi pengetahuan
dan mudah dipahami oleh peneliti maupun masyarakat luas.
9 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi 2019, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 56. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 245-246.
72
Adapun proses analisi data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data adalah merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan
begitu, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
dapat memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melakukan pengumpulan data
selanjutnya, serta memudahkan peneliti apabila mencari data yang telah
disimpan.11
Sejak awal penelitian dilakukan, seluruh data dapat dikumpulkan menjadi
satu. Kemudian data-data tersebut dirangkum dan dipilih hal-hal pokok atau yang
penting disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kemudian data yang tidak
diperluakan dapat dihilangkan atau dibuang, agar data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga memudahkan peneliti dalam
memperoleh data yang diperlukan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan memberikan
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategor, flowchart dan sejenisnya. Milles
dan Huberman menyatakan bahwa, “the most frequent from of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text.” Artinya hal yang
paling sering dijadikan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
yang berbentuk teks dan bersifat naratif.12 Disamping berbentuk teks, disarankan
pula menyajikan data dalam bentuk grafik, matrik, jejaring kerja (network) dan
chart.
Dalam penyajian data, data disusun dengan rapih agar ketika akan menarik
kesimpulan dari keseluruhan data yang terkumpul dapat menghasilkan kesimpulan
yang sesui dan benar dngan yang dianalisis.
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 247. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 249.
73
3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman. Dimana
sebelumnya pada kesimpulan awal masih bersifat sementara, lemah dan akan
berubah menjadi lebih kesimpulan yang kredibel apabila peneliti memperoleh
bukti-bukti yang lebih valid dan konsisten.13
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
dilakukannya penelitian menjadi lebih jelas. Peneliti harus senantiasa melakukan
verifikasi data pada setiap proses penelitian, sehingga akan dengan mudah
dipahami dan menemukan hasil penelitian yang kredibel dibanding dengan
sebelum melakukan kesimpulan dan verifikasi data.
13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 252.
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan data dan hasil temuan peneliti pada BAB IV, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dapat
diterapkan bagi siswa tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta adalah
metode pembelajaran melalui pendekatan individual. Beberapa metode
tersebut yaitu ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode
resitasi, dan metode karya wisata. Hal ini dikarenakan siswa tunadaksa d1 tidak
mampu melakukan pembelajaran secara berkelompok, mengerjakan tugas
secara kelompok ataupun berdiskusi. Beberapa metode pembelajaran tersebut
menjadikan pembelajaran lebih efektif dan kondusif. Sedangkan metode
pembelajaran yang diterapkan melalui pendekatan kelompok terbilang tidak
cukup baik, membuat pembelajaran tidak efektif dan sistematis serta kondusif.
Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran melalui
pendekatan individual lebih baik diterapkan bagi siswa cerebral palsy
dibandingkan dengan metode yang melalui pendekatan kelompok.
2. Pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa
tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta tidak jauh berbeda dengan
pembelajaran bagi siswa regular, hanya saja dilakukan modifikasi, baik itu
kurikulumnya, bahan ajar, metode dan penilaiannya serta sarana prasarananya
atau pelayanannya. Pelaksanaan pembelajaran yang dimodifikasi ini berkat
kreativitas guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga siswa
lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran
terlihat lebih memuaskan.
112
113
3. Beberapa pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa cerebral palsy, masing-masing
memiliki kekurangan dan kelebihannya. Baik itu metode pembelajaran yang
melalui pendekatan individual maupun melalui pendekatan kelompok.
B. Implikasi
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa cerebral
palsy dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran apabila
guru bidang studi Pendidikan Agama Islam mampu menerapkan berbagai metode
belajar yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sebagai guru bidang studi
PAI seharusnya mampu untuk memberikan pola pembelajaran yang menarik
perhatian siswa dan memudahkan siswa dalam menerima informasi materi ajar.
Adapun implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru diharapkan dapat memilih dan menerapkan metode-metode
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa tunadaksa cerebral palsy. Agar dalam proses
pembelajarannya akan terasa lebih efektif dan kondusif. Sehingga guru mampu
membimbing dan membantu siswa untuk terus belajar meningkatkan potensi
yang dimiliki siswa. Baik itu anggota gerak motoriknya, daya berpikirnya
hingga kemampuan berperilaku (akhlaknya).
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan guru
dapat memodifikasi proses belajar di kelas ataupun di luar kelas bagi siswa
tunadaksa cerebral palsy. Modifikasi ini tetap berdasarkan pada kurikulum
nasional bagi cerebral palsy, rancangan pembelajaran, materi ajar hingga
program-program pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan ketentuan
pemerintah. Sehingga pada prosesnya siswa mampu mengikuti pembelajaran
dengan baik dan lebih mudah untuk menerima informasi materi ajar yang
disampaikan oleh guru bidang studi PAI.
3. Guru bidang studi PAI dan guru-guru bidang studi lainnya beserta kepala
sekolah melakukan diskusi untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat
114
bagi perkembangan dan kemampuan siswa dengan lebih memperhatikan
kelebihan dan kekurangan yang ada pada beberapa metode pembelajaran
apabila diterapkan bagi siswa cerebral palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan metode pembelajaran PAI bagi siswa tunadaksa alangkah
baiknya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran melalui
pendekatan individual atau kemampuan mandiri siswa. Secara individu siswa
diberikan pengarahan dan bimbingan sehingga dimungkinkan dalam
pembelajarannya siswa mampu mengontrol diri dan mampu meningkatkan
potensinya serta guru pun lebih mudah membuat kelas pembelajaran menjadi
lebih kondusif dan efektif.
2. Adapun pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) berdasarkan hasil
penelitian peneliti akan mencapai keberhasilan apabila (1) Guru dan sekolah
memahami kondisi siswa dengan adanya rehabilitasi secara berkala, (2) guru
PAI mampu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) termodifikasi
sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai agar guru terlebih dahulu
menyiapkan seluruh bahan ajar sesuai dengan materi dan karakteristik siswa,
(3) guru mampu mengikuti kurikulum pembelajaran khusus tunadaksa yang
sudah modifikasi berdasarkan pada karakteristik siswa, (4) idealnya siswa
memiliki buku pegangan khusus pembelajaran PAI yang sudah dimodifikasi,
bukan hanya guru yang memiliki buku bahan ajar, (5) guru melakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda-beda pada setiap
pertemuannya sehingga pembelajaran tidak mudah bosan dan siswa lebih
termotivasi dalam belajar.
115
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Agustiawati. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN,
2009.
Ahmad, Nur’aini.
Arief, Armai. Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau. Jakarta: Suara ADI,
2009.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Ash-Shabuni, Syekh Muhammad Ali. Tafsir Ayatul Ahkam. Depok: Keira Publishing,
2015.
Atmaja, Jati Rinakri. Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2018.
Bower, Gordon H. and Hilgard, Ernest R. Theories of Learning. America: Prentice-
Hall, Inc., 1981.
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan
Inklusi).
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama, 2006.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hamid, Syamsul Rijal. Buku Pintar Agama Islam, edisi Junior. Bogor: Cahaya Salam,
2009.
115
116
Hidayat, Achmad R. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Mushaf Khadijah. Jakarta:
Alfatih, 2012.
Ilahi, Mohammad Takdir. Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016.
Jamaludin, dkk. Pembelajaran Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Terj. dari
,oleh Dzein Moefreni. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I شرح عقيدة اهل السنة والجماعة
2014.
Karyana, Asep dan Widati, Sri. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dengan Hambatan Gerak. Jakarta: Luxima
Metro Media, 2013.
Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Refika Aditama, 2013.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah. Bandung: Remaha Rosdakarya, 2004.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI Press,
2013.
Nata, Abuddin. Study Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011.
Rachmawati, Tutik dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Gava Media, 2015.
Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Kalam Mulia, 2015.
115
117
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi bagi Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Kencana, 2009.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Terj. dari Educational Psychology oleh Tri
Wibowo BS. Jakarta: Kencana, 2004.
Soemantri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama,
2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2017.
Suralaga, Fadhilah dan Solicha, Psikologi Pendidikan. Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Susanto, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada
Media Grup, 2015.
Thompson, Jenny. Penj. Eka Widayati, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Terj.
dari Undertand Child Whit Specially Need oleh Eka Widayati. Jakarta: ESENSI
Erlangga Group, 2012.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi 2019. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV.
Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat: Ciputat Pers,
2002.
Waini. Pedagogik Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
Z, Zurinal dan Sayuti, Wahdi. Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN
Jakarta Press, 2006.
118
Sumber Skripsi, Tesis dan Disertasi
Aprilia, Irin. “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunadaksa Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Surakarta Tahun 2017/2018”. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2017.
Endarwati, Munajah Tri. “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak
Tuna Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2011.
Setiawan, Wari. “Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama
Islam (PAI) untuk Anak Berkebutuhan Khusus”. Disertasi. Pamulang: Onglam
Books. 2017.
Sumber Jurnal
Dewi, Erni Ratna. Metode Pembelajaran Modern dan Konvensional Pada Sekolah
Menengah Atas, Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran.2, 2018.
Hanum, Lathifah. Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Pendidikan Agama Islam. 11, 2014.
Nashruddin, Muhammad Didin. Penerapan Metode Karya Wisata untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Guru SD, 1, 2013.
Nasution, Sahkholid. Metode Konvensional dan Inkonvensional dalam Pembelajaran
Bahasa Arab. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. 2, 2012.
Ratih, Silvia Nachita dan Mahmudah, Siti. Metode Karya Wisata terhadap
Keterampilan Bercerita Siswa Tunagrahita Ringan. Jurnal Pendidikan Khusus.
UNESA, 2013.
119
Sakrani. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tunadaksa Menggunakan Media Torso.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2, 2013.
SP, Hermanto. Modifikasi Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu
Tantangan Kreativitas Guru). Jurnal Pembelajaran. 2, 2006.
Sulasminah, Dwiyatmi. Kajian konsep pengembangan Model Sarana Pendukung
Pembelajaran IPA Bagi Anak Tunadaksa, Jurnal Publikasi Pendidikan. 3, 2013.
Tjasmini, Mimin. Arah Pembelajaran Cerebral Palsy, Jurnal Ilmu Pendidikan,
Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia.
Widodo, Zandra Dwanita, dkk. Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa
Ringan Melalui Pendekatan Bermain, Jurnal Pendidikan. 23, 2014.
Sumber Internet
“Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 32/DPD
RI/II/2013-2014 tentang Rancangan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional”. www.dpd.go.id, 03 Januari 2019.
“UU RI No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi”. https://jdih/kemenkeu.go.id,
02 Maret 2019.
“UUD NRI 1945”. https://jdih.pom.go.id, 02 Maret 2019.
Antara, Agregasi. “Juara IT Nasional, Siswi Tunadaksa Ini Akan Bertanding ke
Korsel”. https://news.okezone.com, 07 Februari 2019.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. “Penyandang
Disabilitas pada Anak”. www.depkes.go.id, 03 Januari 2019.
Irwanto, dkk, “Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia; Sebuah Desk-
Review”. Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas FISI UI Depok dan Australian
Government. https://www.ilo.org, 07 Februari 2019.
120
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. “Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas”.
https://www.peraturan.go.id, 02 Maret 2019.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. https://bsnp-indonesia.org, 09
Juli 2019.
Reza, Khaerur. “Tuna Daksa Tak Halangi Dia Berprestasi, Kini Dia Merajut Mimpi
Jadi Mahasiswa UGM”. https://jogja.tribunnews.com, 07 Februari 2019.
Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, 2013.
Rohimin, dkk. “Hakikat Pendidikan.” Bandung: Sekolah Pasca Sarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia. https://file.upi.edu, 09 Maret 2019.
Suryana, Wahyu. “Alfi Buktikan Disabilitas bukan Halangan Berprestasi”.
https://m.republika.co.id, 07 Februari 2019.
Wedan. “Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum”.
https://silabus.org, 11 Maret 2019.
Yusoep, Yani Yuliani. “Metode Pengajaran ABK”.
https://nayyanrises.wordpress.com, 22 Januari 2019.
121
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Tabel Observasi
Tabel 3.1
Daftar Responden Penelitian di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
Tabel 3.2
Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
No Aspek Pengamatan
1 Kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun)
2 Penggunaan seragam sekolah
3 Kemampuan siswa dalam bergerak, berinteraksi dan bergaul
4 Ketersediaan infrastruktur sekolah
5 Kelengkapan pelayanan kesehatan siswa
6 Anjuran menjaga kebersihan, ketenangan dan kenyamanan berupa slogan
7 Tanda keterangan menuju suatu ruangan tertentu pada setiap jalan dan lorong
No Kelas Jumlah
1 VII 6
2 VIII 5
3 IX 5
121
122
Tabel 3.3
Proses Pembelajaran PAI di kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
Aspek yang diamati
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Salam dan doa
2. Kehadiran, kerapian berpakaian
3. Motivasi
4. Informasi tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
B. Kegiatan Inti (metode pembelajaran yang digunakan)
1. Eksplorasi
2. Elaborasi
3. Konfirmasi
C. Kegiatan penutup
1. Evaluasi
2. Informasi pelajaran
3. Doa
B. Tabel Wawancara
Tabel 3.4
Informasi Seputar SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
No Informasi yang Dibutuhkan Responden
1 Informasi Lembaga:
a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah
SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta.
Kepala Sekolah
123
d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta.
2 Registrasi:
a. Seleksi dan tes masuk berdasarkan kemampuan
siswa tunadaksa.
b. Struktur dan pembagian tugas.
c. Kualifikasi guru kelas dan guru pendamping.
d. Pembiayaan dana.
Kepala Selolah
dan TU
3 Layanan sekolah:
a. Pelayanan rehabilitasi.
b. Pelayanan pendidikan dan sosial.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran siswa.
Kepala Sekolah
Tabel 3.5
Penerapan metode pembelajaran PAI di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
No Data yang dibutuhkan Instrumen
Penelitian
1 Pelayanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada
siswa tunadaksa meliputi; metode pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas, media dan strategi pembelajaran,
kurikulum dan pengelolaan waktu pembelajaran, serta
kegiatan sosial dan ekstrakulikuler khusus siswa
tunadaksa.
Guru PAI
2 Penerapan metode pembelajaran meliputi; ceramah,
diskusi, tanya jawab, demonstrasi, resitasi, kerja
kelompok, sosio drama, drill, karya wisata,
communication, tasa analisis, direct instruction.
Prompts.
Guru PAI
124
3 Kesulitan dalam menerapkan beberapa metode
pembelajaran PAI pada siswa tunadaksa tipe celebral
palsy.
Guru PAI dan
Guru
Pendamping
4 Teknik mengajar yang digunakan dalam menerapkan
metode pembelajaran bagi siswa tunadaksa D1
Guru PAI dan
Guru
Pendamping
Khusus
5 Solusi dalam menerapkan metode pembelajaran PAI
pada siswa tunadaksa D1
Guru PAI
C. Dokumentasi
Tabel 3.6
Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian
No Data yang dibutuhkan
1 Informasi Lembaga:
a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta.
b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.
2 Struktur organisasi dan tata kerja SMPLB D-D1 YPAC Jakarta
a. Bagan struktur organisasi sekolah
b. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen organisasi
c. Bagan struktur organisasi kelas
d. Bagan struktur organisasi atau ektrakulikuler dan okulikuler sekolah
e. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen ektrakulikuler dan
okulikuler sekolah
3 Layanan sekolah:
a. Pelayanan rehabilitasi.
125
b. Pelayanan terapi.
c. Pelayanan pendidikan dan sosial.
d. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran siswa.
3 Kurikulum sekolah
4 Buku ajar yang digunakan, media pembelajaran yang ada
5 RPP, kisi-kisi soal ujian, evaluasi, remedial, dan penilaian.
126
Lampiran 2
Lembar Observasi Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB YPAC Jakarta
Hari/Tanggal : Indikator pengamatan :
Kelas/Sekolah : Observer :
Waktu :
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kolom keterlaksanaan butir-butir observasi kondisi
siswa dan sekolah berikut.
No Aspek Pengamatan Keterlaksanaan Keterangan
Ya Tidak
Baik Kurang
1 Kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam,
Sopan, dan Santun)
2 Penggunaan seragam sekolah
3 Kemampuan siswa dalam bergerak,
berinteraksi dan bergaul
4 Ketersediaan infrastruktur sekolah
5 Kelengkapan pelayanan kesehatan
siswa
6 Anjuran menjaga kebersihan,
ketenangan dan kenyamanan berupa
slogan
7 Tanda keterangan menuju suatu
ruangan tertentu pada setiap jalan dan
lorong
Observer Kepala Sekolah
( ) ( )
127
Lampiran 3
Lembar Observasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Hari/Tanggal : Materi :
Kelas/Sekolah : Indikator :
Waktu : Nama Guru :
Observer :
Berilah tanda centang (√) pada kolom keterlaksanaan butir-butir observasi proses
pembelajaran PAI berikut.
No Aspek yang diamati Pelaksanaan
Tidak Keterangan Baik Kurang
1 A. Kegiatan Pendahuluan
1. Mengkondisikan kesiapan
siswa dan kesiapan kelas
2. Memeriksa kehadiran,
kerapian berpakaian, posisi
tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan
pembelajaran
3. Memotivasi siswa
4. Memberikan informasi
tentang tujuan dan manfaat
pembelajaran
5. Melakukan apersepsi
2 B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Penguasaan terhadap materi
ajar
128
Melaksanakan pembelajaran
secara runtut
Menerapkan metode
pembelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran
sesuai alokasi waktu yang
direncanakan
Pembelajaran menggunakan
media
Melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media
2. Elaborasi
Keterampilan bertanya siswa
Keterampilan guru melempar
pertanyaan
Pemberian kesempatan
berfikir
3. Konfirmasi
Memberikan latihan atau
tugas
Melakukan penilaian akhir
sesuai dengan tujuan
(kompetensi)
3 Kegiatan penutup
1. Memberikan evaluasi dan
kesimpulan materi yang
dibahas.
2. Menjelaskan materi yang
akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya dan
129
menyampaikan tugas mandiri
terstruktur berupa
mempelajari materi
selanjutnya.
3. Bersama-sama menutup
pelajaran dengan berdoa
Observer Guru
( ) ( )
130
Lampiran 4
Lembar Observasi Siswa Tunadaksa
Hari/Tanggal : Materi :
Kelas/Sekolah : Indikator :
Waktu : Nama Siswa :
Observer :
Skor 1 = Tidak Baik
Skor 2 = Cukup Baik
Skor 3 = Baik
Skor 4 = Sangat Baik
Berilah tanda centang (√) pada kolom skor butir-butir observasi proses pembelajaran
PAI berikut.
Indikator Aspek Pengamatan Pembelajaran Skor Keterangan
1 2 3 4
Pendahuluan
Mampu duduk ditempat belajarnya
Mampu membaca doa
sebelumbelajar
Mampu menyiapkan alat tulis
Inti
A. Aktifitas
belajar
1. Memperhatikan penjelasan
guru
2. Menjawab pertanyaan guru
3. Mampu bertanya
4. Mampu menulis catatan
5. Mampu berinteraksi dengan
guru
6. Mampu berinteraksi dengan
siswa lainnya
131
B. Respon 1. Tertarik dengan penjelasan
guru
2. Mampu melihat situasi
3. Mampu mengerjakan tugas
dari guru
4. Mampu memahami materi
ajar dan menjawab
pertanyaan guru
5. Mampu bergerak secara
motoriknya
6. Mampu mengendalikan
emosi dan perilakunya
7. Mampu mengikuti peraturan
sekolah dan guru bidang
studi
Penutup 1. Mampu menyimpulkan
materi pelajaran
2. Mampu merapihkan alat tulis
3. Mampu membaca doa
penutup
4. Mampu mengucap salam
dengan benar
Observer Guru
( ) ( )
132
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 24 Mei 2019
A : Pewawancara
B : Responden
A : “Apa yang bapak ketahui mengenai latar belakang berdirinya lembaga
sekolah SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini?”
B : “SMPLB D-D1 YPAC Jakarta adalah salah satu bagian dari YPAC
Jakarta. YPAC Jakarta dahulunya merupakan salah satu bagian dari
cabang YPAC Solo sejak awal tahun 1954 yang diketuai oleh Ibu
Soeharso dan bertempat di kediaman Ny. Soemarno Sostroatmodjo.
Namun dalam perkembangannya, YPAC tidak lagi memiliki cabang
melainkan berdiri sendiri secara otonom. Setelah itu YPAC Jakarta
dikembangkan oleh Ny. Soemarni yang awalnya bertempat di Garasi
kediamannya di Jl. Kebon Sirih II/6 Jakarta. Hingga 5 november 1954
YPAC diresmikan oleh wali kota Jakarta saat itu, yakni Bapak Sudiro.
Dan kemudian pada 6 November 1957 YPAC Jakarta berpindah
memiliki gedung yang beralamat di Jl. Hang Lekiu III/19 Blok F IV
Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.”
A : “Apa saja visi dan misi lembaga sekolah ini hingga berdiri dan
berkembang seperti ini Pak?”
B : “Visi misi di SLB D-D1 YPAC Jakarta yaitu:
1. Visi
Bahwa setiap manusia mempunyai kedudukan dan bakat yang sama
serta mempunyai hak untuk mengembangkan pribadinya, dan
133
setiap manusia rasa kesadaran, tanggung jawab sosial terhadap
manusia dan bangsa.
2. Misi
Mencegah secara dini agar kecacatan tidak semakin parah, dan
menjunjung bahwa anak dengan kecacatan perlu mendapatkan
pelayanan rehabilitasi yang terpadu oleh tim rehabilitasi
interdisiplinear agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
secara berkualitas untuk tujuan kemandirian serta anak dengan
kecacatan harus mendapat equalisasi dalam kebutuhan khususnya.”
A : “Bagaimana klasifikasi penerimaan siswa di SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta?”
B : “Dahulu YPAC Jakarta hanya menerima siswa dengan kondisi fisik
poliomylitis yang disebabkan karena pada waktu itu adalah zaman
kemerdekaan. Banyak korban yang kemudian mnderita sakit polio
mylitis. Kemudian pada perkembangannya YPAC Jakarta merubah
pelayanan yang mengkhususkan pada siswa atau anak-anak
penyandang tunadaksa yang disebabkan kerusakan otak Cerebral Palsy
(CP), Mental Retarted (MR), autis Down Syndrome, dan Adward
Syndrome. Hal ini dikarenakan sejak dini sudah mulai diberikan vaksin
polio dan imunisasi, dan lembaga sosial yang menangani anak Cerebral
Palsy masih sedikit.”
A : “Apa tujuan dan peranan pelayanan yang diberikan SMPLB D-D1
YPAC Jakarta kepada siswa?”
B : “Tujuan pelayanan terhadap penyandang cacat oleh YPAC Jakarta
yaitu agar siswa memiliki perubahan baik kemandiriannya,
peningkatan kemampuan sosial dan pribadinya sehingga tercipta
kesejahteraan bagi anak. Adapun pelayanan yang berikan adalah
berupa layanan medis dengan terapi dan rehabilitasi, pendidikan formal
atau sekolah dan pengembangan keterampilan melalui unit karya.
134
Tujuannya adalah untuk membantu dan mendorong siswa agar mampu
megatasi secara mandiri kesulitan yang dihadapinya dan tidak
bergantung pada orang lain dalam kesehariannya. Pelayanan yang
lainnya adalah siswa diberikan latihan dan pengembangan diri agar
percaya diri dalam kehidupan sosialnya dan siswa tidak mengalami
kemunduran melainkan kemajuan.”
A : “Bagaimana cara seleksi dan tes masuk berdasarkan kemampuan siswa
tunadaksa yang bapak ketahui?”
B : “Idealnya seleksi masuk siswa tunadaksa berdasarkan pada peraturan
pemerintah daerah. Adapun disini mulai seleksi tes adalah sejak bulan
Mei – Juli. Siswa melakukan asesmen oleh tim asesmen YPAC Jakarta,
tujuannya untuk mengetahui kemampuan dan potensi siswa, jenjang
pendidikan yang sesuai dan jenis layanan yang harus diterima siswa
setelah masuk sekolah. Kemudian diaktifkannya kelas observasi yang
dilaksanakan di kelas TK selama kurang lebih 3 bulan. Tujuannya
untuk menentukan kelas atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan siswa. Siswa dan orang tua juga harus mengisi
formulir pendaftaran, pembayaran atau registrasi (bisa melalui
beasiswa jalur prestasi, jalur ABK, dan beasiswa orang tua asuh).”
A : “Bagaimana kualifikasi guru kelas dan guru pendamping yang diterima
oleh SMPLB YPAC ini?”
B : “Untuk kualifikasi guru disini peraturan Dapodik sudah tidak ada. Oleh
karenanya kita menerima calon guru dari lulusan S1 guru PLB
(Pendidikan Luar Biasa)/D4. Sedangkan untuk guru pendamping
(asisten) bisa dari lulusan SMA atau SMK, dan guru pendamping
khusus dari lulusan keperawatan atau yang biasa menangani anak
penyandang disabilitas.”
A : “Apa saja pelayanan rehabilitasi yang diberikan sekolah kepada
siswa?”
135
B : “Layanan rehabilitasi disini biasanya memberikan layanan berupa
terapi kesehatan, pelatihan kesenian atau membuat karya dan pelatihan
day care serta workshop pelatihan oleh yayasan sosial dan departemen
kesehatan.”
A : “Adapun layanan pendidikan dan sosial, apa saja yang diberikan
sekolah kepada siswa?”
B : “Layanan pendidikan yang diberikan sekolah kepada siswa meliputi
jenjang observasi sebelum masuk jenjang sekolah dasar, jenjang
sekolah menengah pertama maupun menengah akhir. Adapun layanan
pendidikan yang lainnya yaitu siswa diberikan terapi music, olahraga,
kepramukaan dan sosialisasi. Sedangkan layanan sosial yakni berupa
penyantunan harian/day care, asrama bagi siswa yang ditelantarkan
oleh keluarganya, kegiatan rekreasi sosialisasi anak dan adapula
program keluarga angkat.”
A : “Dalam pembelajaran, di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini
menggunakan kurikulum apa ya Pak?”
B : “Disekolah kami dalam pembelajarannya tetap menggunakan
kurikulum dari pemerintah, hanya saja kurikulum tersebut di
modifikasi oleh guru bidang study dan sekolah sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa. Sehingga tidak memberatkan siswa
maupun guru dalam proses pembelajarannya.”
A : “Bagaimana menurut Bapak mengenai ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung pembelajaran siswa di SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta ini?”
B : “Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran siswa
disini sudah sangat baik dan termasuk terlengkap dibandingkan dengan
sekolah SLB lainnya. Karena disini mengutamakan pelayanan
kesehatan siswa, perkembangan diri siswa terhadap dirinya sendiri dan
juga sosialnya. Oleh karenanya disini sudah dilengkapi berbagai
136
saranan dan prasarana guna meningkatkan kemapuan/potensi siswa
secara bertahap dan pasti. Adapun kegiatan di SMPLB atau jenjang
lainnya pun sangatlah banyak. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki
banyak pengalaman dan terbiasa melakukan aktivitas padat sosialnya
atau gerak motoriknya sehingga lebih mampu bergerak karena
terbiasa.”
Jakarta, 10 Juni 2019
Pewawancara Kepala Sekolah
Eva Dianidah
137
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA TATA USAHA (TU)
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 27 Mei 2019
A : Pewawancara
B : Responden
A : “Bagaimana seleksi dan tes masuk siswa tunadaksa di SLB D-D1
YPAC ini yang Ibu ketahui?”
B : “Seleksi masuk siswa berdasarkan pada persyaratan PPDB yang sudah
terpenuhi oleh siswa. PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) terdiri
dari pendaftaran registrasi dimulai sejak sebelum awal tahun pelajaran
atau sekitar bulan April hingga Juni di setiap tahunnya. Adapun tesnya
adalah berupa siswa melakukan PPDB melalui asesmen oleh tim
asesten terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan atau potensi
siswa, jenjang pendidikannya, dan jenis pelayanan yang akan diterima
siswa di sekolah. Bagi yang sudah pernah melakukan asemen, terapi
atau pemeriksaan rumah sakit wajib memberikan laporan hasil
asesmennya. Dan bagi orang tua/wali calon peserta didik baru ini harus
mengisi formulir pendaftaran dan menandatangani surat pernyataan.
Siswa yang diterima di SLB D-D1 YPAC Jakarta ini hanyalah siswa
dengan kondisi tunadaksa tipe cerebral palsy, Mental Retarted (MR),
autis Down Syndrome, dan Adward Syndrome, serta tunadaksa ganda
(d2). Jika tidak sesuai dengan ketentuan sekolah maka kemungkinan
besar siswa tidak diterima di sekolah.”
A : “Bagaimana bentuk struktur dan pembagian tugas pekerja di di SMPLB
D-D1 YPAC Jakarta?”
138
B : “Struktur organisasi disini sebenarnya secara keseluruhan yaitu SLB
D-D1 YPAC Jakarta, tidak hanya untuk SMPLB saja. Jadi secara
keseluruhan pegawai disini menangani bidangnya secara keseluruhan
di SLB D-D1 YPAC Jakarta. Artinya SDLB, SMPLB, dan SMALB
dipegang oleh orang yang sama. Adapun kepala sekolahnya adalah
bapak Heru Haerudin, sebagai tim ahli, komite sekolah dan mabigus,
dibawahnya ada bendahara sekolah, wakil kepala sekolah, TU, dan
operator sekolah. Dibawahnya lagi ada pegawai bidang kurikulum,
SDM/Humas, SARRAS, Kesiswaan, Sosialisasi, HBA/HBN, olahraga
dan literasi.”
A : “Bagaimana ketentuan pembiayaan dana untuk mendapatkan layanan
pendidikan, sosial dan terapi di YPAC Jakarta?”
B : “Biaya di SLB D-D1 YPAC Jakarta ini bermacam-macam berdasarkan
kebutuhan siswa. Adapun biaya wajibnya meliputi uang pangkal
sekitar 3,5jt untuk semua jenjang. SPP idealnya sekitar 2jt/anak. Dan
untuk biaya terapi siswa disesuaikan dengan tingkat pelayanan dan
pengobatan yang diberikan kepada siswa. Sedangkan bagi siswa
kurang mampu akan mendapatkan donatur beasiswa, entah itu
beasiswa prestasi, beasiswa anak asuh dll.”
Jakarta, 10 Juni 2019
Pewawancara Tata Usaha
Eva Dianidah Desy Wulandari
139
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA GURU BIDANG STUDI PAI
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Mei 2019
A : Pewawancara
B : Responden
A : “Tipe kelainan apa saja yang ada pada siswa SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta yang Bapak ketahui?”
B : “Siswa SMPLB YPAC Jakarta secara keseluruhan memiliki kelainan
tunadaksa tipe cerebral palsy (CP). Tidak ada yang memiliki kelainan
d2 atau tundaksa ganda.”
A : “Apa saja yang bapak ketahui mengenai bentuk tes dalam menyeleksi
peserta didik baru di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini?”
B : “Bentuk tes berupa percobaan dalam menjawab pertanyaan, bersapa,
berbicara, bermain dan melempar (bola atau kertas). Ini untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berfikir dan gerakan
motoriknya.”
A : “Apa saja bentuk kegiatan rehabilitasi untuk siswa tunadaksa cerebral
palsy ini di sekolah?”
B : “Kegiatan yang biasa dilakukan di sekolah dalam rangka rehabilitasi
untuk siswa adalah melalui day care, bengkel pelatihan potensi siswa,
unit karya dan terapi secara berkala.”
A : “Dalam satu kelas ada berapa guru yang dibutuhkan untuk mengajar
siswa tunadaksa tipe cerebral palsy di sekolah ini?”
140
B : “Untuk kelas yang hanya tipe d1 atau tunadaksa akibat kerusakan otak
(cerebral palsy) hanya membutuhkan 1 guru bidang studi, 1 guru kelas,
dan 1 guru pendamping (asisten) bila pelajaran berupa praktik atau
latihan. Sedangkan pada kelas tunadaksa tipe d2 atau tuna ganda maka
dalam suatu kelas akan membutuhkan beberapa guru tambahan sebagai
guru pendamping khsusus dan perawat khusus yang menangani pasien
atau siswa dengan keterbatasan dan kelainannya. Namun untuk jenjang
SMPLB tidak ada siswa yang mengalami tunadaksa d2, maka dalam
pembelajarannya tidak terlalu banyak membutuhkan guru tambahan.”
A : “Pada pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas atau di luar kelas, siswa
SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini biasanya menggunakan metode
pembelajarannya apa saja Pak?”
B : “Metode pembelajaran PAI yang biasa diterapkan pada siswa SMPLB
disini adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode resitasi
atau tugas, hafalan dan metode demonstrasi. Sesekali menggunakan
metode karya wisata apabila perlu dilakukan pembelajaran di luar
sekolah.”
A: “Bagaimana penerapan metode pembelajaran PAI berdasarkan materi
ajarnya di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini Pak?”
B : “Pada setiap materi ajar berbeda-beda metodenya. Misalnya pada
materi ajar yang berkaitan dengan fiqh, maka metode yang biasa
dipakai adalah ceramah, sedangkan pada praktiknya menggunakan
metode demonstrasi. Berbeda lagi jika materi ajarnya mengenai sejarah
Islam, biasanya metode yang dipakai adalah metode ceramah dengan
menggunakan media video. Jika materi ajarnya mengenai aqidah dan
akhlak maka pembelajaran menggunakan metode ceramah yang
disertai dengan tanya jawab. Adapun pada metode resitasi akan berlaku
pada seluruh materi ajar, karena tugas dapat diselesaikan di rumah
dengan bantuan orang tuanya ataupun di kelas dengan dibantu guru ajar
141
dan guru pendamping kelasnya. Sedangkan pada metode pembelajaran
karya wisata biasanya hanya dilakukan beberapa waktu saja, karena
metode ini hanya digunakan apabila siswa perlu untuk melakukan
perjalanan ke luar sekolah dengan melihat keadaan sekitarnya ataupun
ke museum al-Qur’an dan sejarah keIslaman.”
A : “Apakah metode pembelajaran yang berbasis kelompok tidak bisa
diterapkan untuk siswa tunadaksa tipe cerebral palsy di SMPLB D-D1
YPAC Jakarta ini?”
B : “Tidak bisa. Karena metode seperti kerja kelompok, diskusi, sosio
drama, metode pemecahan masalah, studi kasus, latihan bersama,
bermain peran, dan metode lainnya yang berbasis kelompok jika
diterapkan akan membutuhkan waktu yang lama dan juga guru
pendamping yang banyak. Dan jika dipaksakan menggunakan metode-
metode ini, maka yang akan terjadi adalah siswa kesulitan mengikuti
pembelajaran dan tidak mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Karena siswa juga memiliki keterbatasan dan kelainan
yang berbeda-beda, maka guru PAI pun biasanya akan kesulitan
memberikan metode pembelajaran yang berbasis kelompok. Bisa
dilakukan namun tidak sering, hanya satu atau dua metode saja
misalnya metode karya wisata yang sudah jelas menjadi program
sekolah dan pasti akan didatangkan banyak guru pendamping sehingga
waktu yang diperlukan dalam pembelajaran tidak terbuang sia-sia. Dan
siswa pun dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena adanya
pendampingan khusus juga”
A : “Bagaimana pengelolaan waktu pembelajaran PAI di kelas Pak?”
B : “Pengelolaan waktu belajar PAI di kelas seperti halnya sekolah regular
lainnya. Yaitu 40 menit dalam satu kali pertemuan.”
A : “Kurikulum apa yang dipakai di sekolah ini sebagai acuan dalam
pembelajaran?”
142
B : “Kurikulumnya sesuai dengan yang diberikan oleh pemerintah daerah.
Namun kurikulum tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa dalam belajar.”
A : “Buku yang digunakan dalam mengajar PAI apakah dibuat sendiri atau
dari pemerintah pak?”
B : “Buku PAI disini kami dapatkan dari pemerintah, jadi sudah sesuai
dengan peraturan pemerintah dalam pembelajaran PAI bagi siswa
tunadaka tipe cerebral palsy. Namun dalam penggunaannya kami
modifikasi lagi materi apa dan pola pengajarannya berdasarkan
kemampuan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa dibebani
dengan pembelajaran dan guru pun tidak terlalu disulitkan dalam
mengajar.”
A : “Bagaimana teknik mengajar dalam pembelajaran PAI bagi siswa
tunadaksa tipe d2 di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini?”
B : “Teknik mengajar yang saya lakukan untuk siswa tunadaksa di SMPLB
ini adalah dengan menggunakan strategi yang bisa menarik perhatian
siswa, dan tentu saja memudahkan siswa dalam belajar.”
A : “Apa saja kendala yang Bapak rasakan ketika memberikan
pembelajaran bagi siswa SMPLB D-D1 YPAC Jakarta?”
B : “Kendala yang saya rasakan selama mengajar SMPLB D-D1 YPAC
Jakarta adalah kurangnya kemampuan siswa dalam mencerna
pembelajaran, banyaknya tipe kelainan yang berbeda-beda pada siswa
dalam satu kelas, sulitnya menentukan metode pembelajaran yang
dimodifikasi berdasarkan kesulitan yang dialami siswa dan sulitnya
mengatur siswa dengan keadaan yang tiba-tiba bergerak ataupun diam
yang amat lama.”
A : “Apa saja solusi yang Bapak lakukan agar kendala tersebut dapat
teratasi dengan baik?”
143
B : “Solusi yang saya lakukan adalah dengan memberikan perhatian
khusus yang lebih banyak, menyediakan dan mempersiapkan
pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai. Dengan mempelajari
setiap gerakan motorik dan kemampuan belajar siswa, saya dapat
menentukan metode pembelajaran berdasarkan kemampuan dan
potensi siswa dalam belajar.”
Jakarta, 19 Mei 2019
Pewawancara Responden
Eva Dianidah M. Mudlofir, S.Pd.I
144
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA GURU PENDAMPING KHUSUS
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
A : Pewawancara
B : Responden
A : “Apa yang Ibu ketahui mengenai siswa cerebral palsy ini?”
B : “Siswa cerebral palsy itu adalah anak yang memiliki kondisi berbeda
dengan anak normal. Hal ini dikarenakan kerusakan sistem otak
mereka, kerusakan ini yang menyebabkan siswa cerebral palsy
kesulitan dalam belajar, berkomunikasi dan bergerak secara mandiri.”
A : “Biasanya sebagai guru pendamping khusus, apa yang dilakukan saat
pembelajaran Bu?”
B : “Yang kita lakukan adalah membantu guru bidang studi dalam
menyampaikan pembelajaran kepada anak-anak. Kita juga membantu
siswa ketika pembelajaran dilakukan dengan praktik, latihan yang
banyak bergerak. Maka kami akan membantu siswa mempermudah
gerakan mereka dan juga saat pelatihan kami membimbing dan
mengawasi mereka agar tidak terjadi kesalahan gerak atau terjatuh dari
kursi rodanya.”
A : “Selain pembelajaran di kelas, saat pelajaran PAI diadakan di mana
Bu?”
B : “Biasanya untuk praktik latihan materi ajar PAI bertempat di aula dan
mushalah lantai 2. Saat itulah banyak guru pendamping yang
145
dibutuhkan untuk mendorong siswa yang menggunakan kursi roda,
bahkan ada juga yang memapahnya hingga mencapai tempat tujuan.”
A : “Dalam hal pelaksanaan pembelajaran, guru pendamping khusus itu
dari mana saja Bu?”
B : “Guru pendamping khusus biasanya diambil dari wali kelasnya, asisten
siswa dan para perawat khusus siswa yang ada di sekolah maupun di
rumahnya.”
A : “Apakah guru pendamping juga menyampaikan materi kepada siswa
Bu?”
B : “Ya, pendamping biasanya mengulang informasi pembelajaran ketika
siswa dirasa tidak paham dan juga membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas sekolahnya.”
Jakarta. 19 Mei 2019
Pewawancara Guru Pendamping Khusus
Eva Dianidah Enok Kadarwati, S.Pd
NIP. 19600405 198411 2 002
S I L A B U S
SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA
KELAS/SEMESTER : VII / GANJIL (1)
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1. Al Qur’an
Menerapkan
hukum
menerapkan
hukum bacaan
Al Syamsiyah
dan Al
Qomariyah
1.1. Menjelaskan hukum
bacaan Al Syamsiyah
dan Al Qomariyah
1.2. Membedakan hukum
bacaan Al Syamsiyah
dan Al Qomariyah
1.3. Menerapkan bacaan
Al Syamsiyah dan Al
Qomariyah dalam
surat Al Qur’an
Hukum Al ada 2 yaitu :
Al Syamsiyah dan Al
Qomariyah
Huruf Al Qomariyah
Huruf Syamsiyah
Syamsiyah dibaca tidak
jelas
Al Qomariyah dibaca jelas
Menyebutkan jumlah
kelompok huruf
hijaiyah
Menyebutkan huruf
syamsiyah dan
qomariyah
Mengartikan Al
Syamsiyah dan Al
Qomariyah
Melafalkan Al
Syamsiyah dan Al
Qomariyah dalam
bacaan surat-surat Al
Qur’an surat pendek
Kreatif
Kreatif
Mandiri
Mandiri
Mengamati huruf
Syamsiyah dan
qomariyah
Menyimak
pengertian bacaan
alif lam yang diikuti
dengan huruf
syamsiyah dan
qomariyah
Melafalkan kalimat
yang memiliki ciri-
ciri Al Qomariyah
dan Al Syamsiyah
Membaca dan
melafalkan berulang-
ulang
Lisan
Penugasan
6 jam Agama Islam
Erlangga
2. Aqidah
Meningkatkan
keimanan
kepada Allah
melalui
pemahaman
sifat-sifatnya
2.1. Menunjukkah tanda-
tanda adanya Allah
SWT
2.2. Membaca Ayat-ayat
Al Qur’an yang
berkaitan dengan
sifat-sifat Alla
2.3. Menyebutkan arti
ayat-ayat Al Qur’an
yang berkaitan
dengan sifat-sifat
Allah
2.4. Menampilkan perilaku
sebagai cerminan
keyakinan akan sifat-
sifat Allah SWT
Memahami ayat-ayat Al
Qur’an yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah
SWT
Memahami ayat-ayat Al
Qur’an yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah
SWT
Menyebutkan
pembagian sifat-sifat
Alloh SWT
Mengartikan sifat wajib,
mustahil dan jaiz bagi
Alloh SWT
Membaca dan
melafalkan ayat Al
Qur’an yang berkaiatan
dengan sifat-sifat Allah
Kreatif
Mandiri
Kerja keras
Mengenal
pembagian sifat-sifat
Allah SWT
Membaca ayat-ayat
AL Qur’an yang
berkaitan dengan
sifat-sifat Allah
Menghafal sifat
wajib Allah secara
kelompok dan
individual
Lisan
Penugasan
6 jam Agama Islam
Erlangga
kelas VII hal
10 - 28
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
3. Memahami
Asmaul Husna
3.1. Menyebutkan arti
ayat Al Qur’an
yang berkaitan
dengan 10
asmaul husna
3.2. Mengamalkan isi
kandungan
Pengertian
asmaul husna
10 asmaul husna
QS AL Hasyr
59:26
QS Ali Imron 3 :
8
Menunjukkan 10 Asmaul husna
Mengartikan ke 10 asmaul husna
Membaca dan melafalkan arti ayat-
ayat Al qur’an yang berkaitan
dengan Asmaul husna
Mandiri
Mandiri
Kerja keras
Membaca dan melafalkan
QS Al Hasyr dan Ali
Imron yang ada di papan
tulis
Menyalin 10 Asmaul
Husna yang ada di papan
tulis
Mendengarkan cerita
Lisan
Penugasan
4 jam Agama Islam
Erlangga
kelas VII hal
30 - 44
4. Membiasakan
perilaku terpuji
4.1. Menjelaskan
pengertian
tawadhu, taat,
qonaah, dan
sabar
4.2. Menampilkan
contoh perilaku
tawaduq, taat,
qonaah, dan
sabar
4.3. Membiasakan
perilaku ,
tawaduq,qonaah,
taat, dan sabar
Perilaku terpuji
tawaduq, taat,
qonaah, dan
sabar
Mengartikan tawaduq, taat, dan
qonaah
Menunjukkan contoh-contoh
perilaku tawaduq, taat dan qonaah
Menerapkan perilaku tawaduq,
qonaah, dan sabar dalam kehidupan
sehari-hari
Mandiri
Mandiri
Tanggung
jawab
Diskusi masalah
tawaduq, qonaah, taat
dan sabar
Mendengarkan
pemahaman konsep taat,
qonaah, dan sabar
Menyimak contoh suri
tauladan nabu
Muhammad
Diskusi tentang
kesabaran Rosululloh
SAW
Lisan
Penugasan
4 jam Agama Islam
Erlangga
kelas VII hal
47 - 62
5. Fiqih
Ketentuan
thoharoh
(bersuci)
5.1. Ketentuan mandi
wajib
5.2. Perbedaan hadats
dan najis
Dalil naqli
tentang
thoharoh,
Ketektuan mandi
wajib
Pembagian
hadats dan najis
Menyebutkan ketentuan mandi
wajib
Menjelaskan perbedaan hadats dan
najis
Menentukan contoh-contoh hadats
dan najis
Menentukan dua ketentuan hadats
Menyebutkan dan menjelaskan tiga
bagian najis
Membaca dan melafalkan dalil
naqli tentang perintah berthoharoh
dari Al Qur’an dan Al Hadits
Realistis
Realistis
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Kerja kersa
Memperhatikan contoh
praktik peragaan mandi
besar/mandi wajib
Mendengarkan ceramah
tentang hadats besar dan
kecil
Menyalin catatan yang
ada di papan tulis
Berdiskusi
Membaca dan melafalkan
dalil naqli
Lisan
Tertulis
4 jam Agama Islam
Erlangga
kelas VII hal
63 - 72
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
6. Fiqih
Memahami
tata cara sholat
6.1. Menjelaskan
ketentuan-
ketentuan sholat
wajib
6.2. Mempraktikkan
sholat wajib
Konsep sholat
Indentifikasi syarat,
ukun dan yang
membatalkannya
Sunnah dalam sholat
Hikmah sholat wajib
Menyebutkan ketentuan sholat
wajib
Menjelaskan pengertian, hukum,
syarat wajib, syarat syah, rukun
sholat serta hal-hal yang
membatalkannya
Menjelaskan pengertian sunah-
sunah dalam sholat dan
ketentuannya
Menentukan hal-hal yang
membatalkan sholat
Menjelaskan hikmah sholat
wajib
Mandiri
Realistis
Realistis
Mandiri
Religius
Memperhatikan
pemahaman konsep
sholat,
mengidentifikasi
syarat, rukun, dan
yang
membatalkannya
Mengamati gambar
sholat dan
memperagakannya
Tanya jawab
Lisan
Praktik
Peragaan
sholat
6 jam Ayo Belajar
Agama Islam
Erlangga Kls
VII hal 76-92
7. Memahami
tata cara sholat
berjamaah dan
munfarid
(sendiri)
7.1. Menjelaskan
pengertian sholat
berjamaah dan
munfarid
7.2. Mempraktekkan
sholat berjamaah
dan munfarid
Syarat syah menjadi
imam dan makmum
- Masbuq
- Praktik sholat
berjamaah
Menyebutkan ketentuan sholat
berjamaah dan munfarid
Mengartikan sholat berjamaah
dan munfarid
Menjelaskan ketentuan menjadi
imam dan makmum
Menjelaskan arti masbuq
Menyebutkan 2 macam
makmum
Menjelaskan arti
makmummuwafiq dan masbuq
Menerapkan sholat berjamaah
dalam kehidupan sehari-hari
Disiplin
Komunikatif
Disiplin
Rasa ingin tahu
Rasa ingin
tahu
Rasa ingin
tahu
disiplin
Memperhatikan
pemahaman konsep
mengidentifikasi
sholat berjamaah dan
munfarid
Mengamati gambar
sholat berjamaah dan
munfarid
Disakusi
Lisan
Praktik
Peragaan
sholat
berjamaah
4 jam Ayo Belajar
Agama Islam
Erlangga Kls
VII hal 97-
107
8. Tarikh
Memahami
sejarah Nabi
Muhammad
SAW
8.1. Menjelaskan
sejarah nabi
Muhammad
SAW pada masa
periode Mekkah
8.2. Menjelaskan misi
Nabi Muhammad
untuk semua
manusia dan
bangsa
Zaman jahiliyah dan arti
Masa kelahiran Nabi
Muhammad Saw sampai
menjadi rosul
Empat sifat nabi
Muhammad dan arti
Misi Nabi Muhamad
Menyebutkan dan
mengartikanzaman pada masa
kelahiran nabi muhamad pada
periode Mekkah
Menjelaskan silsilah mulai dari
kelahiran nabi Muhammad
hingga menjadi rosul
Menyebutkan 4 sifat nabi
Muhamad saat menjalankan
misinya
Menjelaskan misi nabi
Muhamad
Rasa ingin
tahu
Realistis
Mandiri
Gemar
membaca
Membaca dan
menyimak sejarah
nabi Muhamad
Mendengarkan cerita
Tanya jawab
Mengerjakan tugas
Lisan
Penugasan
2 jam Ayo Belajar
Agama Islam
Erlangga Kls
VII hal 110-
110 - 119
S I L A B U S
SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA
KELAS/SEMESTER : VIII / GANJIL (1)
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1. Menerapkan
hukum bacaan
qolqolah dan
ro’
1.1. Menerapkan
hukum
bacaan
qolqolah dan
ro’
5 huruf
qolqolah
د ج ق ط ب
kuku
cacca
oqloqlcq
qatqq
cacca
oqloqlcq
Dengan disajikan huruf al-qur’an
dapat menunjukkan 5 huruf qolqolah
Dapat mengartikan hukum bacaan
qolqolah
Dapat melafalkan dengan benar
contoh bacaan yang mengandung
huruf qolqolah
Memperhatikan tulisan 5 huruf
qolqolah yang ditulis di papan
tulis
Memperhatikan penjelasan guru
arti hukum bacaan qolqolah
Menirukan guru melafalkan
dengan benar contoh-contoh
bacaan yang mengadung huruf
qolqolah
Jenis tes :
Tertulis
Bentuk soal
ulangan
Lisan/
perbuatan
Bentuk tugas
Individu/kelo
mpok
Instrumen
lembar
pengamatan
Buku
tajwid
Dan Al-
qur’an
2. Meningkatkan
keimanan
kepada kitab-
kitab Allah
2.1. Menunjukkan
arti beriman
kepada kitab-
kitab Allah
Arti iman
kepada
kitab-kitab
Allah
Jumlah
kitab suci
yang
diturunkan
Allah
Nama-
nama
Rosul yang
diwahyuka
n Allah
Al-Quran
sebagai
kitab suci
akhir
zaman
Dapat mengartikan arti iman kepada
kitab Allah
Dapat menyebutkan 4 macam kitab
suci yang diturunkan Allah
Dapat menyebutkan para Rosul
masing-masing pemegang kitab suci
Dapat menjelaskan Al-quran sebagai
kitab suci akhir zaman
Siswa membaca materi yang ada
di buku
Bertanya jawab dari hasil
membaca materi yang ada dibuku
Memperhatikan dan mendenarkan
ceramah guru
Menjawab pertanyaan guru
Mengerjakan lembaran tugas
Jenis tes :
Tertulis
Bentuk soal
ulangan
Lisan/
perbuatan
Bentuk tugas
Individu/kelo
mpok
Instrumen
lembar
pengamatan
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
2.2. Menunjukkan
Al-quran
sebagai kitab
Allah
Menyebutk
an nam-
nama lain
Al-quran
Keistimew
aankitab
suci Al-
quran
Dapat menyebutkan nama-nama lain
Al-quran
Dapat menjelaskan keistimewaan
kitab suci Al-quran
3. - Membiasakan
perilaku terpuji
- Menghindari
perilaku
tercela
Zuhud dan
tawakal
Contoh
zuhud dan
tawakal
Pelaksanaa
n zuhud
dan
tawakal
Dapat mengartikan zuhud
Dapat mengartikan tawakal
Menunjukkan contoh zuhud dan
tawakal
Dapat menerapkan zuhud dan
tawakal dalam kehidupan sehari-hari
Siswa membaca materi yang ada
di buku
Memperhatikan tulisan arti zuhud
dan tawakal yang ada dipapan
tulis
Memperhatikan dan mendengar
ceramah guru
Mencatat materi yang ditulis
dipapan tulis
Mengerjakan lembaran tugas
Tes tertulis
Tes lisan
Unjuk kerja
2 x 40
mnt
Buku
PAI
penerbit
Erlangga
Buku
Bina
Akhlaq
4. Menghindari
perilaku tercela
4.1. Menyebutkan
arti iri hati,
dengki dan
aniaya
Iri hati,
dengki dan
aniaya
Mengartikan iri hati
Mengartikan dengki
Mengartikan aniaya
Menunjukkan contoh perilaku iri hati,
dengki dan aniaya
Mengamati gambar contoh
perilaku tercela
Bercerita dari hasil pengamatan
Bertanya jawab
Menyalin tulisan yang ada
dipapan tulis pada buku masing-
masing
Jenis tes :
Tertulis
Bentuk soal
ulangan
Lisan/
perbuatan
Bentuk
tugas
Individu/kel
ompok
Instrumen
lembar
pengamatan
2 x 40
menit
PAI
kelas
VIII
Erlangga
Buku
Bina
Aqlaq
4.2. Menghindari
perilaku iri
hati dengki
dan aniaya
Contoh
perilaku iri
hati,
dengki dan
perilaku
aniaya
Menjelaskan cara menghindari iri hati
Menjelaskan cara menghindari
perilaku dengki
Menjelaskan cara menghindari
perilaku aniaya
Mengerjakan lembaran tugas
Mengamati gambar contoh
perilaku terpuji
Mendengarkan ceramah guru
Mencatat/menyalin tulisan di
papan tulis
Mengerjakan lembaran
S I L A B U S
SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA
KELAS/SEMESTER : VIII / GANJIL (1)
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
5. Memahami tata
cara sholat
sunat
5.1. Menyebutkan
beberapa
ketentuan
sholat sunat
rowatib
Jumlah
sholat
sunat
rowatib
Arti sholat
sunat
rowatib
Macam
sholat
sunat
rowatib
Menyebutkan jumlah sholat sunat
rowatib
Mengartikan sholat sunat rowatib
Menyebutkan dua macam sholat
rowatib
Mengamati lembaran format tata
cara pelaksanaan sholat sunat
rowatib
Memperhatikan/mendengarkan dari
hasil pengamatan
Bertanya jawab
Menyalin tulisan yang ada dipapan
tulis
Jenis tes :
Tertulis
Bentuk soal
ulangan
Lisan/
perbuatan
Bentuk
tugas
Individu/kel
ompok
Instrumen
lembar
pengamatan
2 x 40
mnt
Fiqih
usul
fiqih.
H.
Sulaiman
5.2. Mempraktikk
an sholat
sunat rowatib
Tata cara
pelaksanaa
n sholat
sunat
rowatib
dan
qobliyah
Menjelaskan tata cara pelaksanaan
tata cara sholat sunat rowatib dan
qobliyah
Menerapkan pelaksanaan sholat sunat
rowatib qobliyah
Menerapkan pelaksanaan sholat sunat
rowatib qobliyah dan bakdiyah dalam
sholat lima waktu
Mempraktekkan tata cara
pelaksanaan sholat sunat rowatib
Mengerjakan lembaran tugas
2 x 40
mnt
Fiqih
usul
fiqih.
H.
Sulaiman
6. Memahami
macam-macam
sujud
6.1. Menyebutkan
arti sujud
sahwi, syukur
dan sujud
tilawah
Sujud
sahwi
Sujud
syukur
Sujud
tilawah
Mengartikan sujud sahwi
Mengartikan sujud syukur
Mengartikan sujud tilawah
Bertanya jawab perihal pengalaman
dalam sholat fardhu
Memperhatikan dan mendengarkan
ceramah guru perihal macam sujud
6.2. Menirukan
tata cara sujud
sahwi, syukur
dan tilawah
Praktik tata
cara sujud
sahwi,
syukur dan
tilawah
Mempraktikkan tata cara sujud shwi
Mempraktikkan tata cara sujud
syukur
Mempraktikkan sujud tilawah
Memperhatikan guru memberikan
contoh tata cara pelaksanaan sujud
sahwi
Bersama-sama menirukan tata cara
pelaksanaan sujud sahwi dilanjutkan
satu persatu bergantian
Memperhatikan guru memberikan
contoh tata cara pelaksanaan sujud
syukur
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Bersama-sama menirukan tata
cara pelaksanaan sujud syukur,
dilanjutkan satu persatu
bergantian
Memperhatikan guru
memberikan contoh tata cara
pelaksanaan sujud tilawah
Bersama-sama menirukan tata
cara pelaksanaan sujud tilawah,
dilanjutkan satu persatu
bergantian
Tes
perbuatan
melaksanaak
an sujud
syukur
7. Memahami tata
cara puasa
7.1. Menyebutkan
ketentuan
puasa
Dalil
tentang
puasa
dalam Q.S.
Al-
Baqoroh
ayat 183
Rukun
puasa
Sunat
dalam
puasa
Hal yang
membatalk
an puasa
Puasa
wajib dan
puasa sunat
Menunjukkan dalil tentang hal puasa
yang ada di Al-Quran
Menyebutkan rukun puasa
Menyebutkan sunat-sunat dalam
puasa
Menyebutkan hal-hal yang
membatalkan puasa
Melafalkan bacaan niat puasa, dan
doa berbuka puasa
Menentukan puasa wajib dan puasa
sunat
Memperhatikan dan
mendengarkan guru melafalkan
QS. Al-baqoroh ayat 183
Siswa menjawab pertanyaan guru
Mendengarkan ceramah guru
tentang ketentuan puasa
Siswa memperhatikan guru
menuliskan kesimpulan ketentuan
puasa dipapan tulis
Siswa menyalin dibuku masing-
masing
Melaksanakan evaluasi
Jenis tes :
Tertulis
Bentuk soal
ulangan
Lisan/
perbuatan
Bentuk
menjwab
pertanyaan
2 x 40
mnt
- Al-
quran
Fiqih
H.
sulaiman
8. Memahami
zakat
8.1. Menyebutkan
arti zakat
fitrah dan
zakat mal
Zakat
fitrah
Zakat mal
Mengartikan zakat fitrah
Menyebutkan bentuk barang untuk
zakat fitrah
Menyebutkan orang yang diwajibkan
membayar zakat fitrah
Menentukan nisab batas ukuran zakat
fitrah
Berdialog membahas pengalaman
tentang hal zakat
Menjawab pertanyaan bentuk-
bentuk zakat
Memperhatikan guru menentukan
orang-orang yang diwajibkan
zakat dan menjelaskan ketentuan
zakat
-
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
8.2. Membedakan
zakat fitrah
dan zakat mal
Perbedaan
zakat fitrah
dan zakat
mal
Menentukan perbedaan zakat fitrah
dan zakat mal
Mengartikan mustahiq
Menentukan 8 golongan orang-orang
yang termasuk mustahiq
Mendengarkan ceramah guru
Bertanya jawab dari hasil
mendengarkan ceramah
Jenis tes
: Tertulis
Bentuk
soal
ulangan
Lisan/
perbuata
n
Bentuk
menjwab
pertanya
an
2 x 40
mnt
Buku
fiqih
9. Tarikh dan
Hadlarah
mengenal
sejarah nabi
Muhammad
SAW setelah di
Madinah
9.1. Menceritakan
sejarah nabi
Muhammad
SAW dalam
membangun
masayarakat
Madinah
Keadaan
kota
Madinah
sewaktu
sebelum
dan sesudah
kedatangan
nabi
Muhammad
Menceritakan perjalanan nabi
Muhammad sesampainya memasuki
kota Madinah
Menyebutkan nama sahabat yang
paling setia mengikuti nabi
Muhammad
Menjelaskan sebab nabi Muhammad
hijrah ke Madinah
Menyebutkan kegiatan nabi
Muhammad yang dilakukan di
Madinahas
Mendengarkan ceramah guru
Berdialog dari hasil ceramah
Menjawab pertanyaan guru
Melaksankana tugas mengisi
lembaran soal
Jenis tes
: Tertulis
Bentuk
soal
ulangan
Lisan/
perbuata
n
Bentuk
menjwab
pertanya
an
2 x 40
mnt
PAI
Erlangga
S I L A B U S
SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA
KELAS/SEMESTER : IX / GANJIL (1)
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1. Al Qur’an
Mengamalkan
ajaran Al
Qur’an surat
At Tiin
1.1. Membaca QS. At Tiin
dengan tartil
1.2. Menyebutkan arti QS
At Tiin
1.3. Mempraktikkan
perilaku manusia
sebagai ciptaan yang
mulia seperti
terkandung dalam QS.
At Tiin
QS. At
Tiin
Melafalkan QS. At Tiin dengan
tartil
Mengartikan surat At Tiin pada
setiap ayat
Menerapkan berperilaku sebagai
manusia ciptaan Allah yang mulia
seperti terkandung dalam QS Surat
At Tiin
Kerja keras
Kerja keras
Cinta damai
Membaca dsan melafalkan QS.
At Tiin per ayat pada buku juz
amma
Menghafal secara bergantian
Mendengarkan ceramah
tentang perilaku manusia yang
berkaitan dengan surat At Tiin
Tanya jawab
Mengerjakan tugas
Penugasan
Tertulis
8 jam Juz Amma
2. Al hadits
Mengamalkan
ajaran hadits
dalam
kehidupan
sehari-hari
- Membaca hadits tentang
menuntut ilmu
- Menyebutkan arti hadits
tentang menuntut ilmu
Al Hadits
(HR.
Muslim,
dan HR.
Abu
Dawud
dan
Tarmidzi
Melafalkan hadits tentang
menuntut ilmu
Mengartikan lafal bacaan hadits
tentang menuntut ilmu
Kerja keras
Religius
Membaca hadits dengan model
tutor sebaga
Siswa yang berkemampuan
membaca dengan baik
dijadikan sebagai tutor
Guru sebagai fasilitator,
membantu siswa yang
mengalami kesulitan
Penugasan 6 jam
3. Akhlaq
Membiasakan
perilaku terpuji
- Menjelaskan pengertian
qonaah dan tasamuh
- Menampilkan contoh
qonaah dan tasamuh
- Membiasakan perilaku
qonaah dan tasamuh
dalam kehidupan
sehari-hari
Arti
qonaah
dan
tasamuh
Contoh
qonaah
Mengartikan arti qonaah dan
tasamuh
Menjelaskan contoh qonaah dan
tasamuh
Menyebutkan lawan kata qonaah
Realistis
Realistis
Mandiri
Mendengarkan pemahaman
konsep qonaah dan tasamuh
Berdiskusi dari hasil
pemahaman konsep qonaah
dan tasamuh
Menyimak contoh qonaah,
tasamuh, dan meneladaninya
dalam kehidupan sehari-hari
Lisan 4 jam Ayo Belajar
Agama Islam
Erlangga Kls
IX hal 33 –
40
4. Fiqih
Memahami
hukum Islam
tentang
penyembelihan
hewan
- Menjelaskan tata cara
penyembelihan hewan
- Menjelaskan ketentuian
akikah dan qurban
- Memperagakan cara
penyembelihan hewan
aqiqah dan hewan
qurban
Qurban
Aqiqah
Menjelaskan hewan ternak yang
halal di makan dan cara
penyembelihannya
Menjelaskan pengertian, hukum
dan syarat qurban
Menjelaskan pengertian, hukum
dan syarat aqiqah
Menjelaskan fungsi qurban dan
aqiqah
Realistis
Religius
Religius
Religius
Melafalkan QS. Al Kautsar
Pemahaman tentang qurban
dan aqiqah
Diskusi
Menyimak gambar
pelaksanaan qurban
Mengerjakan lembaran tugas
Lisan
Penugasan
4 jam
Ayo Belajar
Agama Islam
Erlangga Kls
IX hal 42 –
50
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator Nilai Budaya-
Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
5. Fiqih
Memahami
hukum Islam
tentang haji
dan umroh
- Menyebutkan
pengertian dan
ketentuan haji dan
umroh
- Memperagakan
pelaksanaan ibadah
haji dan umroh
Haji dan
umroh
Ketentuan
haji dan
umroh
Mengartikan ibadah haji dan
umroh
Menjelaskan dasar dalil ibadah
haji
Menyebutkan syarat , ruykun,
dan wajib haji serta
larangannya
Menjelaskan perbedaan haji
dan umroh
Religius
Realistis
Religius
Religius
Menyimak QS Al hajj, 22 : 27
Mendengar ceramah dasar dalil
ibadah haji
Menyimak ketentuan haji dan
umroh
Mengerjakan lembaran tugas
Tanya jawab
Lisan
Penugasan
4 jam Ayo Belajar
Agama Islam
kelas IX hal
54 - 64
Meningkatkan
keimanan kepada
hari akhir
- Menjelaskan
pengertian beriman
kepada hari akhir
Arti hari
akhir
QS. Al
Qori’ah
Fungsi
beriman
kepada
hari akhir
Mengartikan beriman kepada
hari akhir
Menunjukkan ayat Al Qur’an
yang berkaitan dengan hari
akhir
Menyebutkan nama lain hari
akhir
Menjelaskan fungsi beriman
kpada hari akhir
Inovatif
Peduli
lingkungan
Mandiri
Religius
Menyimak QS Al Qori’ah dan
artinya
Diskusi
Membaca buku sumber
Tanya jawab
Mengerjakan lembar tugas
Lisan
Penugasan
6 jam Ayo belajar
agama Islam
6. Tarikh
Memahami
perkembangan
Islam di
Nusantara
- Menceritakan sejarah
masukknya Islam di
Nusantara melalui
perdagangan, social,
dan pengajaran
- Menceritakan sejarah
beberapa kerajaan
Islam di jawa,
Sumatera, dan
Sulawesi
Kerajaan
Islam
Nusantara
dan
sejarahnya
Menjelaskan masuknya Islam
di Indonesia
Menyebutkan kerajaan Islam di
Indonesia
Menjelaskan sejarah kerajaan
Islam di Jawa, Sumatera, dan
Sulawesi
Membaca uraian sejarah
masuknya Islam ke Nusantara dan
peran kerajaan Islam di pulau
jawa, Sumatera, Sulawesi dan
penyebarannya
Tanya jawab
Mendengar ceramah
Mengerjakan lembaran tugas
Lisan
Penugasan
Ayo Belajar
Agama Islam
kelas IX hal
68 – 81
PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )
SLB.D-D1 YPAC JAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN 2018/2019
------------------------------------------------------------------------------------------
Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :
Kelas : D1 . VII
Nama : ………………..
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang
paling benar.
1. Hukum bacaan tanwin dan nun mati ada ….
a. 3
b. 4
c. 5
2. Huruf idghom bila ghunnah ada ….
a. 1
b. 2
c. 3
3. Ikhfa’ artinya ….
a. dengung
b. samar – samar
c. mengganti
4. Jumlah malaikat yang wajib kita imani ada ….
a. 10
b. 20
c. 25
5. Yakin dan percaya dengan adanya malaikat disebut ….
a. muslim
b. mukmin
c. musyrik
6. Malaikat yang bertugas membagi rizki adalah ….
a. Jibril
b. Isrofil
c. Mikail
7. Berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkam hasil yang maksimal
disebut ….
a. tekun
b. ulet
c. kerja keras
8. Sholat Jum’at bagi laki – laki hukumnya ….
a. sunnah
b. makruh
c. fardhu ‘ain
9. Sholat Jum’at ada berapa rokaat ….
a. 1
b. 2
c. 3
10. Sholat yang diawali dengan 2 khutbah disebut ….
a. sholat tarawih
b. sholat witir
c. sholat jum’at
II. Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar.
1. Tuliskan nama – nama malaikat 2 saja ….
2. Syarat sholat jum’at minimal berapa orang ….
3. Sholat yang menggunakan 2 khutbah selain sholat jum’at
adalah sholat ….
4. Malaikat penjaga pintu surga adalah ….
5. Meninggalkan sholat jum’at hukumnya ….
selamat mengerjakan !
PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )
SLB.D-D1 YPAC JAKARTA
SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019
------------------------------------------------------------------------------------------
Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :
Kelas : D1 . VII
Nama : ………………..
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang
paling benar.
1. Al – Syamsiyah artinya ….
a. matahari
b. bulan
c. bintang
2. Huruf al – syamsiyah ada ….
a. 13
b. 14
c. 15
3. Al – Qomariyah artinya ….
a. matahari
b. bulan
c. bintang
4. Huruf al – qomariyah ada ….
a. 12
b. 13
c. 14
5. Adanya langit dan bumi adalah bukti adanya ….
a. malaikat
b. manusia
c. Allah
6. Nama – nama Allah SWT yang baik adalah ….
a. Asmaul husna
b. Asmaul khomsah
c. Asmaul sittah
7. Asmaul husna ada ….
a. 88
b. 99
c. 100
8. Al – Ahad artinya Allah Maha ….
a. Esa
b. Pemurah
c. Pengasih
9. Dibawah ini yang termasuk Asmaul Husna adalah ….
a. Al – quddus
b. An – nahar
c. Al – qomar
10. Sifat sabar dibagi menjadi ….
a. 2
b. 3
c. 4
PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )
SLB.D-D1 YPAC JAKARTA
SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019
------------------------------------------------------------------------------------------
Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :
Kelas : D1 . VIII
Nama : ………………..
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang paling benar. 1. Qolqolah artinya …
a. memantul b. melebur c. mati
2. Huruf qolqolah ada …
a. 3 b. 4 c. 5
3. Qolqolah ada …
a. 1 b. 2 c. 3
4. Qolqolah sughro artinya qolqolah …
a. kecil b. sedang c. besar
5. Hukum ro’ mati ada …
a. 1 b. 2 c. 3
6. Nama – nama kitab yang wajib kita imani ada … a. 2 b. 3 c. 4
7. Hukum beriman kepada kitab Allah swt adalah … a. sunah b. wajib c. haram
8. Percaya pada kitab Allah SWT termasuk rukun iman yang ke …
a. 3 b. 4 c. 5
9. Dibawah ini yang termasuk nabi/rosul menerima kitab Allah …
a. Daud,as
b. Nuh,as
c. Adam,as
10. Fungsi utama kitab – kitab Allah SWT adalah …
a. dibuat hiasan
b. dijadikan jimat
c. dijadikan pedoman /petunjuk hidup
II. Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar.
1. Kitab Al Qur’an diturunkan kepada nabi …
2. Orang yang meninggalkan kemewahan dunia disebut …
3. Kebalikan dari sifat hubbun dunya adalah … 4. Tawakkal artinya …
5. Sebutkan nama – nama kitab Allah SWT yang wajib kita imani
2 saja …
selamat mengerjakan !
PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )
SLB.D-D1 YPAC JAKARTA
SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019
------------------------------------------------------------------------------------------
Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :
Kelas : D1 . IX
Nama : ………………..
1. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang
paling benar.
11. At – Tin artinya …
a. buah tin
b. buah zaitun
c. buah kurma
12. Surat At – Tin berjumlah berapa ayat …
a. 6
b. 7
c. 8
13. Surat At – Tin diturunkan di …
a. Mekkah
b. Madinah
c. Mesir
14. Allah SWT menjadikan manusia sebaik – sebaiknya bentuk
terkandung dalam surat …
a. At Tin
b. Al Insyiroh
c. Al Fil
15. Tholabul … faridhotun ala kulli muslimin wa muslimatin
a. ilmi
b. wajib
c. sunnah
16. Bagi seorang muslim mencari ilmu hukumnya …
a. haram
b. wajib
c. sunnah
17. Rukun iman ada …
a. 4
b. 5
c. 6
18. Iman kepada hari kiamat termasuk rukun iman yang ke …
a. 4
b. 5
c. 6
9. Meninggalnya diri seseorang termasuk kiamat …
a. kecil
b. sedang
c. besar
10. Sifat kehidupan manusia dunia adalah …
a. abadi
b. sementara
c. kekal