metode pembelajaran pendidikan agama islam (pai) bagi ...

168
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BAGI SISWA TUNADAKSA DI SMPLB D-D1 YPAC JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh: EVA DIANIDAH NIM. 11150110000148 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Transcript of metode pembelajaran pendidikan agama islam (pai) bagi ...

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PAI) BAGI SISWA TUNADAKSA DI SMPLB D-D1 YPAC

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

EVA DIANIDAH

NIM. 11150110000148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan skripsi,

karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama lembaga dan

lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam

huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman penulisan skripsi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

ا

ś ث

ḥ ح

kh خ

ź ذ

Sy ش

Ṣ ص

ḍ ض

ṭ ط

ť ظ

᾽ ع

ģ غ

h ة

2. Vokal

Vocal Tunggul

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

a

i

u

3. Mȃdd (Panjang)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

Ᾱ ى … ا

Ῑ ى

Ṹ و

4. Tȃ’ marbȗtah

Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.

Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.

Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh

kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah

maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:

.Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd = وحدة الوجود

5. Syaddah (Tasydḭd)

Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang

diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.

6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf

yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:

al - zalzalah (az zalzalah)

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan

bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),

7. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti

a;if, contoh: akaltu, ȗitya.

b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:

ta’kulȗna atau syai’un.

8. Huruf Kapital

Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh: آن ر ق ال = al-Qur’an,

ة ر و ن م ال ة ن ي د م ال = al-Madinatul Munawwarah

ي د و ع س م ال = al-Mas’ȗdi.

i

ABSTRACT

Eva Dianidah (11150110000148). Learning Method Islamic Education for

Tunadaksa Students in SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

Keywords: Learning Methods, Islamic Education, Tunadaksa Students (Cerebral

Palsy)

Student with cerebral palsy (CP) are one of the students who need special

services in education. With the limitations that students have, then in the

implementation of learning Islamic education is important to provide methods that suit

the needs and abilities of students. This learning method needs to be modified so that

students are easier to grasp the information that is conveyed by the teacher.

This study was designed to describe the learning of Islamic Education for

Cerebral Palsy (CP) disabled students who discussed learning methods that could be

applied, learning processes and shortcomings and learning methods for Cerebral Palsy

(CP) students at SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. The research method applied was

descriptive qualitative approach, which is a method that is intended to explain an

activity or certain which is then analyzed by data and an event that forms the writing.

This study uses a case study that focuses on one phenomenon that wants to be focused.

While the data collection techniques used were observation, interview, and

documentation. The data analysis technique used was data reduction, data display,

drawing conclusions and verification. In this study, the respondents of this study were

principals, teachers of Islamic Education, and special assistant teachers at the SMPLB

D-D1 YPAC Jakarta.

The research result was cerebral palsy is a learning method used by individuals,

namely the lecture method, question and answer method, approach method, recitation

method, and tourism method. Teachers in the field of Islamic Education in SMPLB D-

D1 YPAC Jakarta in the implementation of learning use a variety of modifications,

both in the curriculum, syllabus, lesson plans, learning programs, teaching materials,

media, and learning outcomes. And it is believed there are shortcomings and strengths

in each of the learning methods that are applied to disabled students in the Middle

School D-D1 YPAC Jakarta.

ii

ABSTRAK

Eva Dianidah (11150110000148). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) bagi Siswa Tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam (PAI), Siswa Tunadaksa

(Cerebral Palsy)

Siswa tunadaksa cerebral palsy (CP) merupakan salah satu siswa yang membutuhkan

pelayanan khusus dalam pendidikan. Dengan adanya keterbatasan yang dimiliki siswa, maka

dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) penting untuk memberikan

metode yang sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa. Metode pembelajaran ini perlu

dimodifikasi agar siswa lebih mudah dalam mengkap informasi pembelajaran yang

disampaikan guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) bagi siswa tunadaksa Cerebral Palsy (CP) yang meliputi metode pembelajaran yang

dapat diterapkan, proses pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan serta kelebihan metode

pembelajaran bagi siswa Cerebral Palsy (CP) di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan untuk

menjelaskan suatu kegiatan atau keadaan tertentu yang kemudian dianalisis data-data dan

suatu kejadian berupa tulisan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang hanya

memfokuskan pada satu fenomena yang ingin diteliti. Sedangkan teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan

peneliti yaitu reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan verifikasi. Dalam

penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah, guru bidang studi Pendidikan

Agama Islam (PAI), dan guru pendamping khusus di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa metode pembelajaran yang dapat

digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa Cerebral

Palsy adalah metode pembelajaran melalui pendekatan individual, yaitu metode ceramah,

metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode resitasi, dan metode karryawisata. Guru

bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPLB D-D1 dalam pelaksanaan

pembelajarannya menggunakan berbagai macam modifikasi, baik pada kurikulumnya, silabus,

RPP, program belajar, bahan ajar, media, hingga penilaian hasil belajarnya. Dan diketahui

beberapa kekurangan dan kelebihan pada masing-masing metode pembelajaran yang

diterapkan bagi siswa tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

iii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم الله الر

Puji dan syukur kehadirat هللا هلالج لج yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui segala

sesuatu, yang telah memberikan nikmat rezeki hidup dan potensi kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) ini. Shalawat beserta salam

penulis curahkan kepada Baginda Nabi ملسو هيلع هللا ىلص دمحم sebagai suritauladan umat Islam yang

telah membawa zaman jahiliyah kepada zaman yang terang benderang. Selesainya

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karenanya penulis

sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. H. Aminuddin Yakub, MA. Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan wejangan dan motivasinya kepada Penulis sejak awal

perkuliahan hingga saat ini. Semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan

dan keberkahan dalam hidupnya dari هلالج لج هللا. Aamiin

5. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan pengarahan, bimbingan,

nasehat, motivasi dan berbagai macam disiplin ilmu serta pengalaman baru

kepada Penulis dengan penuh ketulusan dan kesabaran hingga

terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan pengetahuan, pengalaman dan motivasi terbaiknya kepada

Penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga segala ilmu yang telah Bapak

iv

dan Ibu berikan kepada Penulis mendapatkan keberkahan dan dijadikan هللا

sebagai amal baik diakhirat kelak. Aamiin

7. Keluarga besar SLB D-D1 YPAC Jakarta, khususnya teruntuk Bapak Drs.

Heru Haerudin, M.Pd selaku Kepala Sekolah, Bapak M. Mudlofir, S.Pd.I

selaku guru bidang studi PAI, Ibu Amriyah Qoyyimmatun, S.Pd selaku guru

senior di YPAC Jakarta, Ibu Desy Wulandari selaku TU dan seluruh guru

beserta staff SLB D-D1 YPAC Jakarta. Penulis ucapkan terimakasih banyak

karena telah menerima dan membimbing dengan baik dan tulus kepada

Penulis selama penelitian di sekolah maupun di luar sekolah.

8. Kedua orang tua Penulis, “Bapak” M. Tafsir dan “Mama” Siti Masliha yang

senantiasa melimpahkan doa, kasing-sayang, cinta, dukungan, nasehat, jiwa

dan raganya kepada Penulis secara tulus tanpa keraguan, sehingga Penulis

dapat senantiasa bersyukur kepada هلالج لج هللا dan dapat menyelesaikan pendidikan

di UIN Syarif Hidayatullah ini. Kepada “kakak” Erla Wijayanti, S.M., dan

“Adik” Aji Surya Alam serta keluarga besar Penulis, yang telah mencurahkan

doa, kasing-sayang dan dukungan yang tiada tara kepada Penulis selama

hidup di dunia ini. Semoga هلالج لج هللا senantiasa memberikan rahmat, keberkahan,

lindungan, bimbingan dan ampunan serta keridhoannya kepada keluarga kita.

Aamiin

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam Ciputat, “Abi” KH.

Bahrudin, S.Pd.I dan “Umi” Tutik Rosmaya, A.Md., yang telah mengajarkan

Penulis mengaji, membimbing dan senantiasa memberikan motivasi serta

pengalaman berharga selama Penulis mengenyam indahnya menjadi santri di

PP. Daar El-Hikam ini. Dan kepada keluarga besar santri Pondok Pesantren

Daar El-Hikam, para Pengurus yang selalu setia memberikan arahan dan

nasehatnya, santri kobong 2 dan 3 yang selalu semangat memberikan

wejangan dan kasing-sayangnya, Ustadz dan Ustadzah SMPI PP. Modern

Daar El-Hikam atas pengalaman berharganya kepada Penulis. Semoga segala

kebaikan Abi, Umi, dan santri PP. Daar El-Hikam mendapatkan ganjaran dan

keberkahan-Nya. Aamiin

v

10. Sahabat Intens (Nida Hanifah, Nida Ulfah Hasanah, Syifa Muzdalifah, Siti

Euis Aisyah), sahabat masa kecil Penulis (Rizky Wirid Diniah, Riska),

sahabat Kodok (Maya, Yani, Atikoh, Ilham, Edi, Hadi, Elvan) dan teman-

teman seperjuangan PAI D serta sahabat LIPIA (Halimah Tussa’diyah) yang

telah memberikan semangat, kasih-sayang, pengalaman dan motivasi serta

tempat keluh kesah ternyaman kepada Penulis hingga karya ilmiah (skripsi)

ini mampu terselesaikan dengan baik.

11. Seluruh keluarga besar POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah), UKM HIQMA

(Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa), FLP (Forum Lingkar Pena) Cabang

Ciputat, dan NRC (Nursi Research Center) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, kasing-sayang

kekeluargaan dan motivasinya kepada Penulis hingga tuntasnya skripsi ini.

12. Motivator “Oppa” (M. Muqoffa Birri) yang telah senantiasa memberikan doa,

semangat, nasehat, motivasi dan kebaikannya kepada Penulis, sehingga karya

ilmiah ini mampu terselesaikan dengan baik. Semoga segala cita-cita dan

impianmu diridhoi هلالج لج هللا. Aamiin

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh pihak yang namanya tidak

dapat disebutkan satu-persatu, yang telah turut membantu Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis akan sangat

berterima kasih jika kritik dan saran yang mendukung disampaikan kepada Penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada pribadi Penulis, dan

kepada para pembaca masyarakat luas. Dan akhirnya hanya kepada هلالج لج هللا segala

kebenaran Penulis kembalikan.

Jakarta, 17 Juli 2019

Penulis,

Eva Dianidah

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 12

C. Pembatasan Masalah 12

D. Perumusan Masalah 13

E. Tujuan Penelitian 13

F. Manfaat penelitian 13

BAB II KAJIAN TEORI 15

A. Kajian Pustaka 15

1. Metode Pembelajaran 15

a. Pengertian Metode Pembelajaran 15

b. Macam-macam Metode Pembelajaran 20

c. Pelaksanaan Pembelajaran 30

2. Pendidikan Agama Islam 32

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam 32

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 37

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam 38

3. Tunadaksa 38

a. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus 38

b. Mengenal Tunadaksa 43

c. Karakteristik Anak Tunadaksa 44

d. Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa 47

e. Layanan Sosial Anak Tunadaksa 52

vii

4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa Tipe

Cerebral Palsy 54

a. Metode Pembelajaran 54

b. Tujuan Pembelajaran PAI bagi Siswa Tunadaksa 57

B. Hasil Penelitian yang Relevan 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 61

A. Tempat dan Waktu Penelitian 61

1. Tempat Penelitian 61

2. Waktu Penelitian 61

B. Latar Penelitian (Setting) 61

C. Metode Penelitian 63

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 64

1. Observasi 64

2. Wawancara 67

3. Studi Dokumentasi 69

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 70

F. Analisis Data 71

1. Reduksi Data (Data Reduction) 72

2. Penyajian Data (Data Display) 72

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74

A. Deskripsi Data 74

1. Profil SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 74

a. Latar Belakang Sekolah 74

b. Visi, Misi dan Tujuan 74

c. Jumlah Guru dan Siswa 75

d. Sarana dan Prasarana 76

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa

tunadaksa tipe Cerebral Palsy 79

viii

a. Macam-macam metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy 79

b. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa

Tunadaksa D1 (Cerebral Palsy) 85

c. Kekurangan dan Kelebihan dalam Menerapkan Metode

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa D1

(Cerebral Palsy) 93

B. Pembahasan 96

1. Macam-macam metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy 96

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa

Tunadaksa D1 (Cerebral Palsy) 102

3. Kekurangan dan Kelebihan dalam Menerapkan Metode Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa D1 (Cerebral Palsy)

106

BAB V PENUTUP 112

A. Kesimpulan 112

B. Implikasi 113

C. Saran 114

DAFTAR PUSTAKA 115

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Responden Penelitian di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 65

Tabel 3.2 Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 66

Tabel 3.3 Proses Pembelajaran PAI di kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 66

Tabel 3.4 Informasi Seputar SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 67

Tabel 3.5 Penerapan metode pembelajaran PAI di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 68

Tabel 3.6 Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian 70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gedung Layanan Kesehatan 77

Gambar 4.2 Gedung Asrama dan Terapi 77

Gambar 4.3 Ruang Kepala Sekolah, Ruang Tata Usaha dan Ruang Guru 77

Gambar 4.4 Ruang Kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta 77

Gambar 4.5 Ruang Kelas IX D-D1 77

Gambar 4.6 Fasilitas Terapi di Depan Kelas 78

Gambar 4.7 Aula Sekolah YPAC Jakarta 78

Gambar 4.8 Taman Rindang 78

Gambar 4.9 Anjuran Berakhlakul Karimah 78

Gambar 4.10 Poster di Depan kelas 79

Gambar 4.11 Poster di Dalam Kelas 79

Gambar 4.12 Lapangan Sekolah 79

Gambar 4.13 Lapangan di depan kelas 79

Gambar 4.14 Siswa membaca al-Qur’an 85

Gambar 4.15 Siswa shalat berjamaah 85

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian 121

Lampiran 2 Lembar Observasi Kondisi Siswa dan Sekolah 126

Lampiran 2 Lembar Observasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) 128

Lampiran 3 Lembar Observasi Siswa Tunadaksa 131

Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah 133

Lampiran 5 Hasil Wawancara Tata Usaha (TU) 138

Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Bidang Studi PAI 140

Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru Pendamping Khusus 145

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar atau pembelajaran merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan

antara satu dengan yang lain, dimana keduanya adalah suatu hal yang sangat

dibutuhkan bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan potensinya.

Pembelajaran disini merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan

kepada orang lain atau anak didik, karena hal ini termasuk salah satu kunci

keberhasilan seseorang kelak. Kunci sukses untuk mencapai tujuan dan cita-cita

yang telah mengakar pada diri dan bangsa. Oleh karenanya untuk mencapai suatu

kemajuan bangsa adalah dengan melakukan pembelajaran kepada anak-anak atau

peserta didik guna mempersiapkan generasi bangsa yang berkompeten,

berwawasan luas, dan juga yang berakhlakul karimah.

Pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang

dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dimana dalam proses

pembelajaran ini membutuhkan pendidik dan peserta didik, sehingga keduanya

dapat saling memahami dan membantu untuk mencapai tujuan dari akhir

pembelajaran. Pendidik yang merupakan salah satu faktor utama terselenggaranya

proses pembelajaran, memiliki peran yang amat penting dalam membina,

membimbing, mendidik dan mengajar anak didik.

Sebagai pendidik juga memiliki peran dalam memberikan contoh teladan

kepada peserta didik. Pendidikan yang diberikan berupa sejumlah norma atau

hukum masyarakat yang berlaku sehingga anak didik dapat memahami mana yang

merupakan perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Hal ini dapat menyebabkan

peserta didik untuk mengikuti bahkan memiliki moral baik dan menjauhi moral

buruk yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

1

2

Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 angka 3 UUD 1945

tentang pendidikan dan kebudayaan, “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

yang diatur dengan undang-undang.”1 Tercantum pula dalam pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang berbunyi,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk mrmiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”2 Disebutkan pula dalam hasil Keputusan

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 32/DPD RI/II/2013-2014

Tentang perubahan atas Undang-Undang R.I. No. 20/2003 pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

1. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Pendidikan nasional bertujuan bagi berkembangnya potensi peserta

didik secara optimal agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, cinta tanah air, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat, dan

negara-bangsanya.3

Pendidikan tersebut menjelaskan bahwa untuk dapat mencerdaskan kehidupan

suatu bangsa, maka harus dimulai dari sistem pendidikan yang diberikan kepada

peserta didiknya. Pendidikan ini berlaku bagi seluruh warga negara tanpa

terkecuali bagi penyandang disabilitas. Pendidikan dan pengajaran tersebut harus

diberikan secara merata dan adil sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Karena

1 UUD NRI 1945, h. 15, (https://jdih.pom.go.id). Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 21.45

WIB. 2 UU RI No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, 2012, (https://jdih/kemenkeu.go.id).

Diakses pada tanggal 3 Maret 2019 pukul 23.40 WIB. 3 Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 32/DPD RI/II/2013-2014 tentang

Rancangan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(www.dpd.go.id). Diakses pada tanggal 03 Januari 2019 pukul 23.45 WIB.

3

pendidikan adalah hak milik bagi seluruh manusia, mereka berhak memperoleh

pendidikan tanpa adanya diskriminasi atau perbedaan perlakuan yang diberikan.

Hal ini sebagaimana yang diamanatkan pada Tujuan Nasional dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV tentang Mencerdaskan

Kehidupan Bangsa yang diperkuat dengan pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa,

“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Hal ini berarti bahwa

setiap Warga Negara Indonesia siapapun orangnya, bagaimanapun keadaannya,

mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran

tanpa adanya pembeda diantara mereka.4

Mereka yang menjadi penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus

juga merupakan peserta didik yang perlu diberikan perhatian khusus dalam

memperoleh pendidikan. Dimana anak berkebutuhan khusus ini pun memiliki

banyak tipe tergantung pada kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Anak

berkebutuhan khusus ini terbagi menjadi dua yaitu ada yang berkebutuhan khusus

permanen dan ada yang berkebutuhan khusus temporer. Artinya anak yang

berkebutuhan khusus permanen berarti mereka membutuhkan pendidikan khusus.

Hal ini dikarenakan mereka mempunyai hambatan atau kerusakan pada

perkembangan fisik maupun otaknya sejak lahirnya, contohnya anak autis,

tunanetra, tunagrahita, tunawisma, tunadaksa, tunarungu, tunawicara, tunalaras,

ADHD dan lain sebagainya. Sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer

berarti mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus. Hal ini berbeda dengan

anak berkebutuhan khusus karena mereka mempunyai hambatan belajar dan

perkembangan diri yang disebabkan dari luar dirinya. Seperti kurangnya asupan

gizi karena berasal dari keluarga tidak mampu, anak dari masyarakat yang

daerahnya terpencil dan sulit mendapatkan bahan makanan atau sarana prasarana

pembelajaran yang memadai.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut,

4 Lihat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV.

4

ليس على العمى حرج ول على العرج حرج ول على المريض حرج ول على

هاتكم..أنفسكم أن تأكلوا من بيوتكم أوبيوت ءابآ ئكم أوبيوت أم

“Tidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit dan kalian

semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak kalian atau

rumah ibu kalian...” (QS. An-Nur (24): 61)5

Pada ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan

kesetaraan sosial manusia baik itu penyandang disabilitas maupun bukan

penyandang disabilitas. Mereka harus diberikan perlakuan yang sama dan diterima

secara tulus tanpa diskriminasi dalam kehidupan sosial, baik itu pendidikannya,

perlakuannya maupun peranannya.

Syekh Ali As-Shabuni dalam Tafsir Ayatul Ahkam menerangkan makna ayat

diatas dengan penafsirannya sebagai berikut,

عمى يقول الله جل ذكره ما معناه: ليس على أهل العذار ول على ذوي العاهات )ال

اء, فان الله تعالى يكره الكبر والمتك ب رين والعرج والمريض( حرج أن يأكلوا مع الصح

ويحب من عباده التوا ضع

“Substansi firman Allah Ta’ala (QS. An-Nur ayat 61) adalah bahwa tidak ada

dosa bagi orang – orang yang punya uzur dan keterbatasan (Tunanetra, pincang,

sakit) untuk makan bersama orang-orang yang sehat (normal), sebab Allah Ta’ala

membenci kesombongan dan orang-orang sombong tidak menyukai kerendahan

hati dari para hamba-Nya.”6

Peserta didik dengan keterbatasan yang dimiliki seperti halnya anak tunadaksa

dengan keterbatasan fisik tidak diperkenankan bagi kita untuk membedakan mereka

dengan peserta didik bukan penyandang tunadaksa. Tunadaksa merupakan suatu

keadaan rusak atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang

5 Achmad R. Hidayat, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Mushaf Khadijah, (Jakarta: Alfatih, 2012), h.

358.

6 Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayatul Ahkam, (Depok: Keira Publishing, 2015), h.

325.

5

normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga

disebabkan oleh pembawa sejak lahir. Tunadaksa sering juga diartikan sebagai

suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau

gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu

untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.7 Adapun tunadaksa sendiri

terbagi menjadi dua bagian besar, yakni: (1) Kelainan pada sistem selebral

(Carebral System); dan (2) Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus skeletal

system). Artinya kelainan yang dimiliki oleh anak tunadaksa berbeda-beda

macamnya tergantung pada penyebab dan kondisi anak. Tipe celebral palsy adalah

kelainan anak yang anggota gerak tubuhnya masih dapat digerakkan meskipun

tidak normal karena kesulitan anak dalam mengendalikan otak akibat hambatan

perkembangan otaknya. Sedangkan pada kelainan sistem otot dan rangka

menyebabkan anak tidak dapat menggerakkan bagian gerak tubuhnya, bahkan ada

yang hampir setiap harinya mengalami kelemahan hingga lumpuh. Jika hal ini yang

dialami oleh peserta didik tunadaksa, lalu bagaimanakah metode pembelajaran

yang tepat bagi mereka sedangkan fungsi otak dan alat geraknya saja terganggu.

Sehingga dalam berkomunikasi dan menerima pembelajaran akan sangat sulit

diterima dibandingkan dengan peserta didik normal yang lain.

Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization)

menyebutkan bahwa penyandang disabilitas di dunia mencapai 80 persen berada di

negara-negara berkembang. Berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan RI

menyatakan bahwa hasil analisis dari Global Burden of Disease tahun 2004

didapatkan sejumlah 15,3% populasi dunia (sekitar 978 juta orang dari 6,4 milyar

estimasi jumlah penduduk tahun 2004) mengalami disabilitas sedang atau parah,

dan 2,9% atau sekitar 185 juta mengalami disabilitas parah. Sedangkan menurut

susenas 2012 menyatakan bahwa penduduk indonesia yang mengalami disabilitas

adalah sebanyak 2,45%.8 Sedangkan menurut catatan Riskesdas tahun 2013

presentase kecacatan pada anak tunadaksa usia 24-59 bulan di Indonesia pada

7 T. Sudjihati Somatri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 121.

8 Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Penyandang Disabilitas pada Anak,

2014, h. 2, (www.depkes.go.id). Diakses tanggal 4 Februari 2019 pukul 05.45 WIB.

6

tahun 2013 mencapai 0,08% dan penduduk yang berumur 10-19 tahun berjenis

kelamin laki-laki mencapai 21.808 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan

mencapai 16.864 jiwa.9 Jumlah penderita tunadaksa sejak tahun 2010 hingga 2013

mengalami penurunan yang signifikan, yakni dari 0,17% pada tahun 2010

kemudian menurun menjadi 0,08%.10 Hal ini berarti bahwa terdapat penurunan

kelainan fungsional pada kelahiran anak berkebutuhan khusus tipe tunadaksa pada

tiap tahunnya.

Dari sejumlah data sensus penduduk tahun 2010 yang diolah oleh PUSDATIN

pun ditemukan bahwa jumlah terbanyak penyandang disabilitas tipe tunadaksa

terdapat di lima Provinsi Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengan, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Adapun tingkat kesulitan yang sedikit di

JawaBarat mencapai 206.094 jiwa, di Jawa Tengah mencapai 188.220 jiwa, di

Jawa Timur sebanyak 218.098 jiwa, di Sulawesi Selatan sebanyak 53.197 jiwa, dan

di Sumatera Utara sebanyak 66.246 jiwa. Sedangkan pada tingkat kesulitan yang

parah di Provinsi Jawa Barat mencapai 105.555 jiwa, di Jawa Tengah mencapai

100.783 jiwa, di Jawa Timur mencapai 121.745 jiwa, di Sulawesi Selatan

mencapai 29.857 jiwa, dan di Sumatrea Utara sebanyak 36.075 jiwa.11

Berdasarkan data inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

salah satu tipe anak berkebutuhan khusus, yakni tunadaksa. Hal ini dikarenakan

penulis ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran disekolah yang

dilakukan siswa tunadaksa dan bagaimana metode pembelajaran pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang paling tepat diberikan kepada siswa

tunadaksa dengan keterbatasan dan hambatan yang dimiliki oleh mereka.

Dari kenyataan ini, dapat diasumsikan bahwa anak berkebutuhan khusus layak

untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang khusus dari pemerintah. Hal ini

sesuai dengan Pasal 28 I angka 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik

9 Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Penyandang Disabilitas pada

Anak, 2014, h. 5.

10 Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, 2013.

11 Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Penyandang Disabilitas pada

Anak, 2014, h. 3.

7

Indonesia tahun 1945, “Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak

asasi manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.”12 Dan dalam

pasal 10 Undang-Undang R.I. No. 8/2016 tentang penyandang disabilitas, yaitu

“Hak pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi hak mendapatkan

pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang

pendidikan secara inklusif dan khusus. Serta mendapatkan akomodasi yang layak

sebagai peserta didik.”13 Disamping penyandang disabilitas mendapatkan

akomodasi, pemerintah juga menjamin pemberian aksebilitas dan pelayanan public

secara khusus agar memudahkan penyandang disabilitas dalam meningkatkan

potensinya, dan tercapainya kesamaan kesempatan seperti halnya orang normal

lainnya.

Adapun yang menangani permasalahan penyandang disabilitas tersebut di

Indonesia adalah Kementerian Sosial RI. Hal ini sesuai dengan UU No. 11 tahun

2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Keputusan Menteri Sosial

No.82/HUK/2005 tentang Tugas dan Tata Kerja Departemen Sosial. Departemen

sosial memberikan kebijakan berupa akan memberikan upaya pelayanan dan

rehabilitasi sosial, yaitu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk

memungkinkan penyandang disabilitas mampu melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar dalam kehidupan masyarakat.14 Upaya pelayanan dan rehabilitasi

tersebut diharapkan mampu meringankan beban anak berkebutuhan khusus

terutama pada tipe tunadaksa, sehingga mereka dapat pula merasakan kesamaan

hak dan perlakuan sedini mungkin. Dengan begitu anak-anak tunadaksa

mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya melalui

pendidikan dan rehabilitasi di lingkungan masyarakatnya. Masyarakat juga

12 Lihat UUD 1945

13 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, 2016, (https://www.peraturan.go.id).

Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 21.45 WIB.

14 Irwanto, dkk, Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia; Sebuah Desk-Review,

(Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas FISI UI Depok dan Australian Government, 2010),

(https://www.ilo.org). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.10 WIB.

8

dihimbau untuk dapat ikut serta meningkatkan partisipasinya dalam membantu

anak tunadaksa pada aspek pelayanan dan rehabilitasi sosialnya.

Seperti yang diberitakan oleh beberapa media online mengenai siswa-siswi

penyandang disabilitas tipe tunadaksa memiliki prestasi yang membanggakan.

Contohnya berita dari okezone.com, disebutkan bahwa seorang siswi tunadaksa

(Tsafitri, 15Tahun) kelas 9 SMPLB Rama Jaya Binuang, Kabupaten Tapin,

Kalimantan Selatan. Tsafitri telah meraih prestasi dibidang teknologi informasi

(IT) yakni juara 1 kategori e-tool (Ms Word dan Ms Excell), juara 2 kategori e-

Design Poster dalam Jambore IT 2016 sehingga menjadi perwakilan Indonesia

untuk bertanding tingkat internasional di Korea Selatan.15 Oleh Tribun News.com

juga memberitakan bahwa seorang siswa tunadaksa (M.Fahmi Husaen, 18tahun)

mendapatkan nominator di INAICTA ”Media Animasi Cara Kerja Mobil” kategori

Junior High School Student Project pada 2010, dan tahun 2013 pada pagelaran

INAICTA all about car, mendapat prestasi Special Mention kategori Senior High

School-Aplication.16 Satu lagi dari media republika.co.id, menyebutkan bahwa

seorang mahasiswi penyandang disabilitas tunadaksa (Alfiana Asti Premasari) di

Universitas Islam Indonesia (UII) telah menorehkan prestasi dibidang akademik,

yakni lulus dengan predikat cumlaude pada wisuda UII periode IV 2017/2018.17

Ada pula seorang mahasiswa berkelainan cerebral palsy di UIN Yogyakarta

memiliki prestasi akademik dan mampu menyelesaikan studi sarjananya hingga

melanjutkan ke jenjang magister.18 Meski dalam keadaan fisik yang kurang

sempurna, mereka memiliki potensi, dengan semangat dan dorongan dari pihak

keluarga, sekolah dan orang-orang disekitarnya, anak-anak tunadaksa dapat meraih

impian seperti halnya dengan anak normal lainnya.

15 Agregasi Antara, Juara IT Nasional, Siswi Tunadaksa Ini Akan Bertanding ke Korsel, 2016,

(https://news.okezone.com). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.15 WIB.

16 Khaerur Reza, Tuna Daksa Tak Halangi Dia Berprestasi, Kini Dia Merajut Mimpi Jadi

Mahasiswa UGM, 2016, (https://jogja.tribunnews.com). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul

23.18 WIB.

17 Wahyu Suryana, Alfi Buktikan Disabilitas bukan Halangan Berprestasi,, 2018,

(https://m.republika.co.id). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.35 WIB. 18 Wawancara dengan pengurus (Uwi) PLD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 13 Juni 2019.

9

Dengan adanya fakta tersebut dapat diasumsikan bahwa tidak semua peserta

didik disabilitas atau anak berkebutuhan khusus tidak berpotensi. Karena nyatanya

banyak peserta didik ABK yang berprestasi, baik jenjang nasional maupun jenjang

internasional. Dengan begitu, jelaslah bahwa pendidikan bagi setiap warga negara

adalah penting dan tanpa membedakan kondisi yang dialami oleh peserta didik.

Karena pendidikan menjadi kebutuhan dasar manusia, maka dengan menerima

pendidikan seseorang dapat mengetahu hak dan tanggung jawabnya terhadap

dirinya sendiri, masyarakat dan Allah SWT.

Namun dalam pemberian pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus seperti tunadaksa harus berbeda. Karena pelayanan yang diberikan

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak dalam belajar dan bergerak.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan

pada setiap jenjang dan satuan pendidikan luar biasa, oleh karena itu diperlukan

metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran pendidikan agama Islam dapat

berpengaruh secara signifikan terhadap kemandiriannya yang meliputi akhlaknya,

peribadatannya, kepercayaan dirinya hingga hubungan persaudaraan antar sesama

dan masyarakat di sekitarnya.

Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh siswa tunadaksa, maka metode

pembelajaran yang diberikan oleh pendidik pun harus beragam untuk

meminimalisir kebosanan dan kecenderungan anak terhadap ketidakpahaman

terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh

Dwiyatmi Sulasminah, “Dalam proses pembelajaran, mengajar dipandang sebagai

usaha yang dilakukan guru agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik melalui

pengalaman yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pembelajaran yang lebih melibatkan anak tunadaksa dalam proses pelaksanaan

akan memberikan makna yang lebih dalam dibanding yang dituturkan oleh guru.”19

Adapun metode-metode pembelajaran PAI yang ada di antaranya adalah metode

ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas (resitasi),

19 Dwiyatmi Sulasminah, Kajian konsep pengembangan Model Sarana Pendukung Pembelajaran

IPA Bagi Anak Tunadaksa, Jurnal Publikasi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, 2013, h. 55.

10

metode demonstrasi, metode eksperimen, metode dikte/Imla, metode pemecahan

masalah (problem solving), metode kerja kelompok, metode kunjungan studi.

Sedangkan metode pembelajaran bagi siswa tunadaksa yang menjadi dasar

pembelajarannya yakni communication, tasa analisis, direct instruction, dan

prompts.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019

dengan melakukan wawancara dan observasi lingkungan kelas, peneliti

menemukan sebuah fakta berupa kendala yang dialami oleh guru pendidikan agama

Islam (PAI) dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa

tunadaksa. Menurut guru pendidikan agama Islam (PAI) salah satunya adalah

kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang dijelaskan,

sulitnya memahami kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran. Hal

ini dikarenakan banyaknya karakteristik kelainan pada masing-masing siswa

tunadaksa, sehingga banyak pula tipe kemampuan yang dimiliki oleh anak.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa tunadaksa dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap

penjelasan yang dilakukan oleh guru bidang studi. Hal ini dikarenakan kurang

kondusifnya kelas yang disebabkan oleh siswa di kelas yang tiba-tiba berbicara

dengan keras, bergerak-gerak yang mengakibatkan siswa yang lainnya ikut serta.

Siswa tunadaksa juga kurang memahami pelajaran apabila hanya dijelaskan dengan

metode ceramah, karena pada umumnya siswa tunadaksa di sekolah ini adalah

tunadaksa tipe celebral palsy, sehingga siswa perlu pembelajaran yang dibantu

dengan media untuk menunjang pemahaman dan ketertarikan siswa.

Adapun hambatan lainnya dalam melakukan pembelajaran bagi siswa

tunadaksa adalah penerapan metode pembelajarannya. Hal ini dikarenakan

banyaknya karakteristik anak tunadaksa seperti anggota gerak tubuh yang kurang

lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan

gerak sendi yang terbatas sehingga dalam melakukan aktifitas menulis,

menggambar, dan praktik pembelajaran pun terganggu. Berdasarkan studi

pendahuluan dengan guru PAI, menurut guru PAI tersebut menyatakan bahwa

11

permasalahan dalam melakukan metode pembelajaran bagi siswa tunadaksa adalah

kurang stabilnya siswa dalam menerima pembelajaran, sulitnya menentukan

metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan di kelas, hal ini disebabkan

adanya ketidaksamaan tipe atau karakteristik tunadaksa yang dialami setiap siswa

di kelas. Dengan berbagai macam metode pembelajaran yang ada, namun hanya

ada sekitar tiga metode yang diterapkan, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan

metode demonstrasi. Faktor penyebab lainnya sebagai kendala dalam penerapan

metode pembelajaran dari siswa tunadaksa meliputi faktor internal dan eksternal.

Dimana faktor internal yang berupa kondisi siswa tunadaksa yang sebagian besar

mempunyai kekurangan motorik dan memiliki IQ yang rata-rata 50-90, sehingga

dalam menulis menjadi kaku. Sedangkan pada faktor eksternalnya adalah dari

lingkungan dan keluarga yang berbeda-beda, kurangnya pengalaman dan

pengajaran agama Islam yang diberikan kepada anak menyebabkan guru dalam

menerapkan metode pembelajaran terasa sulit karena perbedaan pengetahuan yang

dialami siswa.20

Dari uraian dan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan

metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa tipe

celebral palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. Sekolah Luar biasa ini merupakan

salah satu sekolah penyandang kelainan atau cacat yang bisa juga disebut dengan

sekolah anak berkebutuhan khusus yang berada di Jakarta. Adapun anak luar biasa

disini adalah anak yang menyandang kelainan tunadaksa atau fisik.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Metode Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Siswa Tunadaksa di SMPLB D-D1

YPAC Jakarta.”

20 Irin Aprilia, “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunadaksa

Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta Tahun 2017/2018”, Tesis,

(Universitas Muhammadiyah Surakarta: Program Studi Magister Pendidikan Islam, 2017).

12

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Sulitnya siswa tunadaksa dalam menerima pembelajaran yang diakibatkan oleh

kelainan pada anggota gerak dan otaknya.

2. Kurangnya strategi guru dalam melakukan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam untuk siswa tunadaksa Cerebral Palsy.

3. Masih kurangnya penguasaaan guru terhadap kurikulum pembelajaran sebagai

pengantar penerapan metode pembelajaran untuk siswa tunadaksa Cerebral

Palsy.

4. Peran penting orang tua dan guru sebagai pendidik bagi anak tunadaksa tipe

Cerebral Palsy.

5. Usaha guru dalam meningkatkan kemampuan potensi siswa tunadaksa tipe

Cerebral Palsy baik jasmani maupun rohani dan wawasan pengetahuannya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah seluruh metode belajar yang

diberikan oleh guru PAI kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah disesuaikan dengan kurikulum nasional termodifikasi berdasarkan

kemampuan dan kebutuhan siswa.

2. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah pendidikan yang mencakup

seluruh materi pelajaran yang diampu guru PAI dalam menerapkan

pendidikannya dan kegiatan ke-PAI-an bagi siswa.

3. Tunadaksa dalam penelitian ini yaitu anak (siswa) yang memiliki kebutuhan

khusus berupa kelainan fisik yang disebabkan oleh kerusakan pada

perkembangan otak (Cerebral Palsy) maupun kerusakan pada otot dan rangka

(Muscuus Scelatel). Dan yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa

muslim kelas VII, VIII dan IX di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

13

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan yaitu:

1. Metode pembelajaran apa saja yang dapat diterapkan pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB

D-D1 YPAC Jakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa

tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta?

3. Hal apa saja kekurangan dan kelebihan dalam penerapan metode pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB

D-D1 YPAC Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui macam-macam metode pembelajaran yang dapat digunakan pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral

Palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

2. Mengetahui pelaksanaan dalam penggunaan metode pembelajaran Pendidikan

Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral Palsy di SMPLB D-D1

YPAC Jakarta.

3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam menerapkan metode

pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa tipe Cerebral

Palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

F. Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian bagi penulis, pendidik

atau lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya.

2. Secara Praktis

14

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna sebagai tolok ukur pengetahuan, wawasan yang

dikuasi terkait dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa

tunadaksa serta sebagai sarana peningkatan keterampilan, penambah

wawasan dan pengalaman dalam pengembangan keilmuan menyusun

karya ilmiah.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Diharapkan mampu memberikan manfaat kepada instansi, lembaga

maupun organisasi khususnya SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

c. Bagi Pendidik

Diharapkan mampu menjadi informasi ilmu pengetahuan bagi guru di

sekolah khususnya pengetahuan mengenai metode pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa.

d. Bagi Masyarakat Umum/Keluarga

Penelitian ini berguna bagi masyarakat umum atau pihak keluarga yang

diharapkan dapat mengambil informasi untuk mendidik anak dalam

meningkatkan kemampuan potensi baik secara jasmani maupun rohaninya

sehingga dapat pula diterapkan dalam interaksi sosial di lingkungan

masyarakat.

15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani methods. Kata

ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang artinya melalui, dan

“hodhos” artinya jalan atau cara untuk mencapai sebuah tujuan.1 Sedangkan

metode secara terminologi menurut KBBI adalah cara teratur yang digunakan

untuk melakukan suatu pekerjaan agar dapat tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki. Metode juga dapat diartikan sebagai “suatu cara yang digunakan

oleh guru dalam melaksanakan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.”2

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses dari belajar. Proses

yang dilakukan oleh anak dalam kurun waktu yang lama selama belajar,

sehingga anak memiliki kemampuan akademik maupun praktek setelah

menjalani proses belajar. Berdasarkan tulisan Prof. Dr. H. Yatim Riyanto

tentang definisi belajar menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:

1) Menurut Ernes ER. Hilgard, “learning is the process by which an

activity originates or is charged throught training procedures

(whether in the laboratory or in the natural environments) as

distinguished from changes by factor not attributable to training.” Hal

ini berarti seseorang yang dianggap belajar adalah mereka yang

melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan dan dengan proses

latihan tersebut mengakibatkan mereka menjadi berubah.

2) Menurut Winkel (1996; 53) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.

40.

2 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,

(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. I, h. 167.

15

16

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan

itu bersifataa secara relative konstan dan berbekas.

3) Menurut Cronbach, belajar merupakan perubahan perilaku sebagai

hasil dari pengalaman. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan

mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Dengan kata lain,

belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru,

mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah

tertentu.

4) Sedangkan menurut Gagne, menyatakan bahwa belajar merupakan

kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat

dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali

bahwa belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam

kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol.

5) Adapun menurut Walker, mendefinisikan belajar sebagai suatu

perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari

pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan

rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau

factor-faktor samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan

kegiatan belajar.3

Menurut asumsi Ormrod (2003) mengemukakan bahwa belajar

merupakan proses internal. Artinya belajar itu tidak selalu harus terlihat jelas,

kadang belajar itu diaplikasikan dalam perilaku siswa sehari-hari.4 Sedangkan

pembelajaran itu sendiri artinya adalah suatu sistem atau proses

membelajarkan peserta didik yang dimanajemeni (direncanakan, diaplikasikan

dan dievaluasi) secara sistematis dengan tujuan agar peserta didik atau

pembelajar dapat mencapai sasaran pembelajaran secara efektif dan efisien.5

Namun menurut John W. Santrock mendefinisikan pembelajaran

(learning) sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan

keterampilan berpikir yang diperoleh dari pengalaman. Jadi, tidak semua yang

kita ketahui itu didapatkan melalui belajar, karena sesungguhnya sejak kita

dilahirkan telah mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan yang tidak perlu

3 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I, h. 4-5.

4 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. I, h. 65.

5 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika

Aditama, 2013), Cet. III, h. 3.

17

diajari. Contohnya adalah ketika menelan makanan, minuman, berteriak, dan

berkedip.6

Definisi pembelajaran tersebut kemudian dapat diperjelas dengan

penjabaran teori pembelajaran yang ditulis oleh Gordon H. Bower dan Ernest

R. Hilgard dari United States of Amerika,

“To learn means “to gain knowledge through experience”, but one of the

meanings of “experience” is “to perceive directly with the senses,” a meaning

that appears initially in the definition of know. But knowledge is defined,

among other things, as learning (erudition) and as familiarity or

understanding gained through experience, and learning is defined as acquired

knowledge.”7

Teori tersebut menjelaskan bahwa belajar diartikan sebagai cara untuk

mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman, tetapi salah satu makna dari

pengalaman itu sendiri adalah memahami secara langsung dengan indera.

Tetapi pengetahuan dapat didefinisikan sebagai pembelajaran dan sebagai

keakraban atau pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman, sedangkan

belajar didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh.

Adapun pembelajaran sesungguhnya dapat ditinjau dari dua sudut, yakni

pembelajaran sebagai suatu sistem, dan pembelajaran sebagai suatu proses.

Dari sudut yang pertama, pembelajaran sebagai suatu sistem menyatakan

bahwa di dalam pembelajaran itu terdiri dari sejumlah komponen yang

terorganisasi yaitu:

1) Tujuan pembelajaran

2) Materi pembelajaran

3) Strategi dan metode pembelajaran

4) Media pembelajaran atau alat peraga

5) Pengorganisasian kelas

6) Evaluasi pembelajaran,

6 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. dari Educational Psychology oleh Tri Wibowo BS,

(Jakarta: Kencana, 2004), Cet. I, h. 266. 7 Gordon H. Bower and Ernest R. Hilgard, Theories of Learning, (America: Prentice-Hall, Inc.,

1981), p. 2.

18

7) Tindak lanjut pembelajaran atau remedial dan pengayaan.8

Pada sudut pandang yang kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu

proses berarti pembelajaran merupakan suatu rangkaian upaya atau kegiatan

pendidik dalam rangka membuat siswa belajar, mulai dari tahap persiapan,

pelaksanaan hingga tindak lanjut setelah pembelajaran dilakukan.

Seperti yang diungkapkan di atas bahwa belajar dan pembelajaran tidak

dapat dipisahkan dan terlepas, karena jika dianalogikan keduanya merupakan

suatu sistem, proses yang memerlukan masukan dasar sebagai bahan

pengalaman belajar mengajar dengan harapan dapat membentuk atau merubah

output dengan kompetensi tertentu. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat

mempengaruhi dalam proses belajar dan pembelajaran.9

Berdasarkan pernyataan diatas maka metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses

pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks of knowledge dan transfer of

value. Dengan adanya metode tersebut diharapkan dapat membantu para guru

untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang telah

direncanakan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik.10 Menurut

Ahmadi yang dikutip oleh Tuti Rachmawati dan Daryanto menyatakan bahwa

metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan mengenai cara atau strategi

dalam mengajar yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran

berlangsung. Pengertian yang lainnya mengartikan bahwa metode

pembelajaran merupakan suatu teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk

mengajar atau menyajikan suatu bahan pelajaran kepada siswa di kelas, baik

itu secara individual maupun kelompok dengan tujuan agar materi pelajaran

8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, h. 3 9 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, h. 4.

10 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan

Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 122.

19

dapat diserap dan dikuasai serta dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan

sehari-hari dengan baik.11

Dengan begitu, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan

teknik-teknik pembelajaran yang relevan untuk dapat diterapkan di dalam

kelas. Teknik pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas, siswa dan

pelajaran akan berdampak pada proses pembelajaran yang berjalan dengan

efektif, aktif dan efisien, serta dapat pula membentuk kompetensi siswa. Guru

juga diharuskan untuk memilih dan berinovasi dalam menerapkan teknik-

teknik pembelajaran, agar siswa termotivasi dalam belajar dan tidak jenuh

menerima pembelajaran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1) Tujuan, artinya dalam setiap pembelajaran yang akan dilakukan diperlukan

tujuan yang ditetapkan secara rinci dan spesifik, sehingga dapat ditemukan

metode yang cocok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Karakteristik siswa; perbedaan karakteristik siswa ini dipengaruhi oleh

latar belakang kehidupan sosial ekonominya, budaya, tingkat kecerdasan,

dan watak yang berbeda-beda. Hal ini perlu diperhatikan agar guru

mengetahui cara berkomunikasi dan pesan pembelajarannya tersampaikan

kepada seluruh siswa.

3) Situasi dan kondisi, maksudnya adalah kondisi tingkatan sekolah, geografis

dan sosiokultural. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan guru dalam

memilih metode yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran.

4) Perbedaan dan kemampuan guru, artinya guru perlu memperhatikan apa

yang akan dilakukan ketika melakukan pembelajaran, baik mulai dari gaya,

mimik, gerak, intonasi suara, irama dan lain-lain akan memiliki

ketertarikan siswa dalam belajar.

11 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,

(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. I, h. 167.

20

5) Sarana dan prasarana, hal ini menjadi salah satu yang perlu

dipertimbangkan karena persediaan infrastuktur sarana dan prasarana

sekolah yang memadai akan memudahkan guru dalam memilih dan

menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.12

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran secara garis besarnya dibagi menjadi 2, yaitu

metode pembelajaran konvensional, dan metode pembelajaran inkonvensional.

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran yang

seringkali digunakan oleh guru-guru dalam mengajar, atau biasa dinamakan

dengan metode pembelajaran tradisional. Sedangkan metode pembelajaran

inkonvensional adalah suatu teknik pembelajaran yang baru dan belum banyak

diterapkan dalam pembelajaran.13

Jenis-jenis metode pembelajaran menurut Tutik Rachmawati dan

Daryanto terbagi menjadi beberapa kelompok dengan pendekatan yang

berbeda-beda, yaitu:

1) Berdasarkan pemberian informasi

a) Metode ceramah

b) Metode tanya jawab

c) Metode demonstrasi

2) Berdasarkan pemecahan masalah

a) Metode curah pendapat (Brainstorming)

b) Metode diskusi kelompok

c) Metode rembuk sejoli

d) Metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group)

e) Metode panel

f) Metode forum debat

12 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat: Ciputat Pers, 2002), Cet.

I, h. 32.

13 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 33.

21

g) Metode seminar

h) Metode symposium

3) Berdasarkan penugasan

a) Metode latihan (Drill)

b) Metode penugasan (Resitasi)

c) Metode permainan:

DIAD

Kubus Pecah

Role Playing

Sosiodrama

Simulasi

Metode kelompok kerja (Workshop)

Metode studi kasus

Metode karyawisata.14 Metode karyawisata ini artinya adalah

pesiar yang dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan

pengalaman belajar melalui kunjungan ke tempat-tempat

tertentu atau situasi tertentu.15

Berikut ini adalah macam-macam metode konvensional, yaitu:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah “suatu teknik penyampaian pesan pengajaran

yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah.”16 Ceramah yang

dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan pesan

pembelajaran secara lisan dihadapan para siswa di depan kelas. Maka peran

siswa disini sebagai penerima pesan, pendengar, pemerhati dan juga

melakukan pencatatan hal-hal yang penting dan diperlukan untuk diingat

dan dipelajari kembali.17

14 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h. 170.

15 Muhammad Didin Nashruddin, Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Deskripsi pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Guru SD, Vol. I, No.

2, 2013, h. 2. 16 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34. 17 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34.

22

Metode ceramah ini apabila diterapkan memiliki beberapa kelebihan,

yakni:

a) Mempunyai waktu yang banyak sehingga dapat dimanfaatkan secara

efektif dan efisien,

b) Pengelompokan siswa tidak diperlukan karena pengorganisasian kelas

lebih sederhana,

c) Dapat memberikan suatu motivasi penyemangat dan dorongan kepada

siswa dalam belajar,

d) Dapat memanfaatkan waktu belajar secara fleksibel sesuai dengan

batasan waktu dan bahan ajar yang tersedia dengan menyampaikan

poin-poin penting pembelajaran.

Adapun kelemahan dari metode ceramah adalah sebagai berikut:

a) Sulitnya guru dalam mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan,

b) Siswa seringkali bersifat pasif dan kurang tepat atau keliru dalam

memberikan kesimpulan dari penjelasan yang disampaikan guru,

c) Dapat menimbulkan kesan memaksa apabila membahas materi yang

dengan bahan ajar yang banyak namun waktunya terbatas,

d) Menimbulkan kebosanan terhadap siswa karena guru kurang

memperhatian kondisi psikologis siswa.18

2) Metode diskusi

Metode ini merupakan salah satu cara untuk mempelajari materi

pembelajaran dengan memperdebatkan masalah yang muncul dalam

pembelajaran dan saling menyampaikan ide secara rasional dan objektif

sesuai fakta yang ada. Cara yang satu ini dapat menimbulkan motivasi

kepada siswa dalam belajar dan menuntut siswa untuk berpikir secara kritis

serta menyampaikan argumentasinya secara rasional dalam memecahkan

suatu masalah.19

18 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h.35. 19 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 36.

23

Adapun prinsip-prinsip dalam metode diskusi ini adalah sebagai

berikut:

a) Melibatkan siswa secara aktif

b) Diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam menyampaikan

pendapat secara bergilir yang dipimpin oleh ketua

c) Masalah yang didiskusikan sesuai dengan perkembangan zaman

d) Guru perlu memberikan dorongan motivasi kepada siswa yang

kurang aktif untuk mengungkapkan pendapatnya

e) Membiasakan siswa untuk bersikap menghargari pendapat orang

lain

f) Aturan dan jalannya diskusi hendaknya dijelaskan oleh siswa yang

masih belum mengenal cara berdiskusi agar siswa dapat mengikuti

diskusi secara benar20

Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran ini memiliki

keunggulan, yaitu:

a) Menjadikan kelas lebih bergairah karena siswa aktif dan fokus terhadap

masalah yang dibicarakan,

b) Memberikan efek terjalinnya hubungan kekeluargaan antar siswa, rasa

harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis,

c) Hasil diskusi dapat dipahami oleh seluruh siswa yang mengikuti

jalannya diskusi,

d) Menimbulkan kesadaran para siswa untuk berdisiplin mematuhi

peraturan dalam mengikuti jalannya berdiskusi.

Disamping keunggulan tersebut, metode ini juga mempunyai

kelemahan-kelemahan, yaitu:

a) Timbulnya sikap acuh tak acuh dan tidak bertanggung jawab terhadap

hasil diskusi disebabkan siswa kurang berpartisipasi secara aktif

terhadap diskusi,

b) Sulitnya menentukan hasil diskusi yang ingin dicapai karena waktunya

yang terlalu panjang,

20 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 37.

24

c) Para siswa sulit mengungkapkan pendapat yang dipikirkan mereka

secara ilmiah dan sistematis.

3) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyampaian pesan pengajaran

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan

jawaban, ataupun sebaliknya. Dalam pembelajaran sebaiknya guru

memberikan kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk mengajukan

pertanyaan, atau guru yang memberikan pertanyaan agar siswa belajar aktif

di kelas. Metode ini juga bertujuan agar dapat meningkatkan perhatian

siswa dalam setiap pembelajaran. Metode ini biasanya dipakai apabila

pembelajaran telah usai sebagai sarana evaluasi belajar, dilakukan ketika

sebagai selingan dalam pembelajaran dan mendorong siswa memusatkan

perhatian dalam pembelajaran.

Beberapa kelebihan metode tanya jawab yaitu:

a) Situasi kelas menjadi hidup/dinamis

b) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat secara

argumentative dan bertanggung jawab.

c) Mengetahui perbedaan pendapat antar siswadan guru.

Adapun kelemahan-kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:

a) Waktu pembelajaran menjadi lebih sedikit karena banyaknya

pertanyaan dari siswa dan guru pun tidak dapat mengontrol waktu yang

tersedia.

b) Dapat dimungkinkan adanya siswa yang menyimpang dalam berpikir

karena timbulnya pertanyaan atau jawaban yang tidak sesuai.

c) Perhatian siswa menjadi terganggu oleh sebab pertanyaan atau jawaban

yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dibicarakan.21

4) Metode demonstrasi dan eksperimen

Metode ini adalah suatu cara memperagakan sesuatu hal yang

pelaksanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar dan kemudian

21 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 44.

25

diikuti oleh peserta pembelajaran. Adapun hal yang diperagakan adalah

kegiatan yang sebenarnya dan tidak bersifat abstrak. Artinya peragaan yang

dilakukan harus berdasarkan fakta pembelajaran dan secara runtut sebagai

salah satu cara mengetahui isi materi yang sedang dipelajari.22

5) Metode resitasi

Metode resitasi adalah suatu cara pemberian tugas kepada siswa yang

dilakukan oleh guru, kemudian dilakukan di dalam maupun di luar kelas,

dan dilakukan secara individual maupun kelompok dalam pembelajaran.23

Metode ini dapat juga disebut dengan metode pekerjaan rumah, karena

siswa diberikan tugas khusus yang harus dikerjaan pada waktu diluar

pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa mampu memahami materi

pelajaran yang lebih mantap dengan mengasah pengetahuan siswa melalui

membaca berbagai literatur pelajaran, aktif mencari buku dan bahan

pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mengerjakan tugas melalui

buku-buku dan informasi data tersebut.24 Kelebihan metode ini adalah

sebagai berikut:

a) Pengetahuan yang diperoleh siswa baik dari hasil belajar dan hasil

eksperimen banyak berhubungan dengan minat dan berguna untuk

hidup mereka.

b) Dapat dilaksanakan dalam berbagai hidup studi.

c) Apabila tugas tersebut dalam bentuk kelompok maka siswa dapat saling

bekerja sama dengan saling membantu.

d) Siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan

keberanian berkreatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

Sedangkan kekurangan metode ini yaitu:

a) Sulit untuk menyesuaikan tugas dengan perbedaan kemampuan anak.

22 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,

(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. I, h. 168. 23 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h. 170. 24 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 47.

26

b) Terikat dengan kurikulum menyebabkan pemberian tugas lebih

terbatas.

c) Memerlukan banyak alat perlengkapan dan sumber belajar.

d) Guru sulit mengawasi tugas yang dilakukan di luar jam pelajaran.

e) Siswa seringkali melakukan penipuan (mencontek milik teman).

f) Dapat menimbulkan persaingan.

g) Dapat mempengaruhi metal siswa maupun guru.25

6) Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok ini dilakukan atas dasar pendangan bahwa

siswa merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan

kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran

dengan sistem gotong royong atau bersama-sama. Adapun kelebihan

metode ini yaitu:

a) Melatih dan menumbuhkan rasa kebersamaan, toleransi dalam sikap

dan perbuatan.

b) Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok

untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik.

c) Timbul rasa kesetiakawanan sosial atau kelompok.

d) Anak-anak yang pemalu akan lebih aktif.

Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:

a) Metode kerja kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak

rumit dan perencanaan yang matang.

b) Sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa terabaikan.

c) Tugas guru akan menjadi lebih berat26

7) Metode sosio-drama dan bermain peran

Metode ini merupakan teknik mengajar yang kaitannya dengan

pendemonstrasian kejadian-kejadian peristiwa yang bersifat sosial, artinya

permasalahan yang diceritakan dalam permainan ini berupa kisah yang

25 Jamaludin, Acep Komarudin, Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. 1, h.191-192. 26 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 58.

27

biasanya terjadi pada lingkup sosial masyarakat. Metode sosio-drama

biasanya diperagakan hanya dalam tempo 4 atau 5 menit, kemudian yang

memperagakan menjelaskan apa maksud dari drama yang ditampilkan.27

Kelebihan metode sosio-drama ini antara yaitu:

a) Siswa diajarkan untuk dapat memecahkan problem sosial secara

mandiri.

b) Menambah pengetahuan pengalaman situasi sosial yang bermasalah.

c) Memperkaya kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.

d) Bekerja kelompok dalam melakukan peran hingga timbul rasa toleransi

dan menerima orang lain.

e) Siswa mampu menekspresikan penghayatannya dalam berperan.

f) Menanamkan keberanian untuk tampil dihadapan teman-temannya.28

Sedangkan kelemahannya yaitu:

a) Terlalu banyak persiapan dan pengaturan

b) Bilamana guru kurang control maka akan terjadi persaingan yang

negatif antar kelompok.

c) Tugas yang diberikan kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa

yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan

tugas-tugasnya kepada temannya dalam kelompok tersebut.29

8) Metode karya wisata

Metode karya wisata adalah cara mengunjungi suatu tempat atau objek

tertentu dengan melibatkan seluruh anggota belajar dengan kegiatan ada

unsur karya dan unsur wisatanya.30 Kelebihan metode ini adalah:

a) Siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan yang dilakukan di

tempat kunjungan.

b) Siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang pernah dipelajari

disekolah.

27 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 51. 28 Jamaludin, Acep Komarudin, Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif Islam, h. 205-206. 29 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 59. 30 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h.

171.

28

c) Siswa dapat mengahayati pengalaman praktek suatu ilmu yang

telah diperoleh disekolah.

Sedangkan kekurangan menerapkan metode ini yaitu:

a) Waktu yang dibutuhkan cukup panjang.

b) Pembiyaan dalam sebuah karya wisata merupakan beban tambahan

yang akan memberatkan bagi anak-anak.

c) Karya wisata akan berubah menjadi piknik karena persiapan yang tidak

matang.31

9) Metode drill

Metode drill atau latihan adalah suatu cara melatih siswa mengenai

kegiatan-kegiatan tertentu secara berulang-ulang dengan menggunakan

materi pelajaran yang sama.32 Menurut Winarto Surachmad yang dikutip

oleh Basyiruddin menyatakan metode drill ini dimaksudkan untuk

“memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang

dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu

pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.”33

Kelebihan metode ini yaitu:

a) Siswa akan memperoleh ketangkasan dalam melakukan sesuatu dengan

apa yang dipelajarinya.

b) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil

dalam belajarnya telah memiliki suatu ketrampilan.

c) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa

yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan

memperhatikan tindak dan perbuatan siswa di saat berlangsung di saat

berlangsungnya pengajaran.

Sedangkan kelemahannya yaitu:

a) Dapat menghambat insiatif siswa.

b) Memberikan penyesuaian secara status kepada lingkungan.

31 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 56. 32 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik, h.

169. 33 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 55.

29

c) Membentukan kebiasaan yang kaku artinya seolah-olah siswa.

d) Melakukan sesuatu cara mekanis, dan dalam memberikan stimulus.

e) Siswa dibiasakan bertindak secara otomatis.34

10) Metode sistem regu

Metode ini sesungguhnya merupakan metode gagasan baru yang

berkembang sebagai salah satu minofasi metode mengajar dan juga dikenal

dengan team teaching. Menurut Engkoswara menyatakan bahwa team

teaching ini adalah suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua orang

guru atau lebih dalam mengajar sejumlah siswa yang mempunyai

perbedaan minat, kemampuan, atau tingkat kelasnya.35 Adapun kelebihan

metode ini yaitu:

a) Setiap anggota regu memiliki pengertian dan pandangan yang sama dan

searah

b) Anggota regu akan mendapatkan tugas yang sesuai dengan

kemampuannya.

c) Adanya pembagian tugas, memungkinkan bagi anggotanya untuk

mendapatkan waktu yang senggang dan dimanfaatkan untuk

pembagian siswa lainnya.

d) Proses pembelajaran dapat melakukan diskusi dan bertukar pikiran

pengalaman.

Sedangkan kelemahannya sebagai berikut:

a) Guru sulit menentukan dalam membentuk tim yang kompak

b) Sangat rumit untuk mengukur organisasi kelas yang lebih fieksibel.

c) Tim dapat merugikan siswa bilamana hanya didasarkan atas

pertimbangan ekonomi.36

Metode inkonvensional atau modern dalam pembelajaran adalah metode-

metode yang menggunakan cara-cara yang inovatif dengan berbagai macam

kombinasi untuk menghasilkan cara belajar yang praktis, teknis dan taktis

34 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 58. 35 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 59. 36 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 60.

30

dalam pelaksanaan dan pengapresiasikannya.37 Menurut Arsyad uang dikutip

oleh Sahkholid Nasution, dikatakan bahwa metode ini adalah metode yang

membawa paham-paham baru yang sekarang ini sedang menjadi bahan

perbincangan di Amerika dan Eropa, yaitu:

1) Metode Suggestopedia, metode ini disebut juga Suggestology oleh

pencetusnya yaitu Georgi Luzanov (Bulgaria). Metode ini digunakan

untuk menghilangkan sugesti dan pengaruh negatif yang tidak disadari

oleh anak didik, perasaan takut (fear), perasaan tidak mampu (feeling

of incompetence), takut salah (fear of making mistakes), dan

keprihatinan serta ketakutan akan sesuatu yang baru dan belum familiar

(apprehension of that which is novel or unfamiliar).

2) Metode Counseling-Learning, metode ini adalah metode pembelajaran

yang memberikan konseling kepada anak sehingga diharapkan dapat

timbul minat siswa untuk mendapatkan pandangan-pandangan yang

baru dan memunculkan kesadaran diri pada anak sehingga memberikan

stimulasi terhadap perkembangannya terhadap hubungan dengan orang

lain.

3) Metode The Silent Way38

c. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu dari komponen-

komponen kurikulum pembelajaran menurut Permendikbud No. 22 Tahun

2016 yaitu sebagai implementasi dari RPP yang terdiri dari kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.39 Adapun pelaksanaan kegiatan

pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut:

37 Erni Ratna Dewi, Metode Pembelajaran Modern dan Konvensional Pada Sekolah Menengah Atas,

Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran, 2018, Vol. II, No. 1, h. 46. 38 Sahkholid Nasution, Metode Konvensional dan Inkonvensional dalam Pembelajaran Bahasa Arab,

Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 2012, Vol. XII, No, 2, h. 267-268. 39 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah, https://bsnp-indonesia.org. Diakses Pada tanggal 09 Juli 2019 pukul

05.53 WIB.

31

1) Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuan ini, guru harus melakukan hal-hal berikut:

a) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik

b) Memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan manfaat dan

materi ajarnya

c) Memberikan pertanyaan kepada siswa terkait pembelajaran

sebelumnya dengan materi ajar yang akan dipelajari

d) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

e) Menyampaikan cakupan materi

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti ini guru menggunakan model pembelajaran,

metode pembelajaran, media dan sumber belajar yang disesuaikan

dengan karakteristik, kemampuan dan kebutuhan siswa serta mata

pelajarannya. Adapun kegiatan inti ini terdiri dari:

a) Eksplorasi, yaitu guru harus menguasai materi ajar, melaksanakan

pembelajaran secara runtut, menerapkan metode pembelajaran

sesuai dengan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran

sesuai alokasi waktu yang direncanakan, pembelajaran

menggunakan media dan melibatkan siswa dalam pemanfaatan

media tersebut.

b) Elaborasi, yaitu mengenai keterampilan bertanya siswa,

keterampilan guru melempar pertanyaan, dan pemberian

kesempatan berfikir bagi guru untuk siswa.

c) Konfirmasi, berarti guru harus memberikan latihan atau tugas

kepada siswa, dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan

(kompetensi) pembelajaran.

3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup ini diartikan sebagai kegiatan akhir dan

penyelesaian pembelajaran. Adapun kegiatan penutup dalam

pembelajaran tersebut meliputi:

Memberikan evaluasi dan kesimpulan materi yang dibahas,

32

Menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

berikutnya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur berupa

mempelajari materi selanjutnya,

Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga kata, yakni pendidikan, agama

dan Islam. Tiga kata yang saling berkaitan ini kemudian dijadikan satu secara

padu sehingga membentuk satu kesatuan dalam pendidikan Agama Islam.

Pendidikan secara etimologi, menurut Poerwadaminta, WJS yang dikutip oleh

Ramayulis menyatakan bahwa istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia itu

berasal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “kan”,

yang artinya adalah “perbuatan” (hal, cara dan lain sebagainya). Istilah

pendidikan ini awal mulanya berasal dari bahasa Yunani, yakni “paedagogie”,

artinya adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada anak.40 Istilah ini

kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang disebut dengan education.

“Education/educating artinya adalah membimbing dalam pergaulan untuk

mewujudkan sesuatu kemampuan yang terpendam atau tersimpan dalam diri

anak.”41 Dan dalam bahasa latin disebut dengan educatum yang tersusun dari

dua kata yaitu E dan Duco. E diartikan sebagai sebuah perkembangan dari

dalam ke luar atau dari sedikit kebanyak, sedangkan Duco artinya adalah

perkembangan atau sedang berkembang. Berdasarkan penjelasan tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa secara Etimologi pengertian pendidikan adalah

“proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.”42

Menurut Carter V. Good menyatakan bahwa istilah pendidikan dalam

tinjauan etimologis adalah “proses perkembangan pribadi; proses sosial;

40 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2015), Cet. I, h. 15. 41 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.

III, h.17. 42 Wedan, Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum, 2016,

(https://silabus.org). Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 00.45 WIB.

33

professional cources; dan seni untuk membuat serta memahami ilmu

pengetahuan yang tersusun maupun diwarisi/dikembangkan oleh generasi

bangsa.”43 Sedangkan menurut Armai Arief mengemukakan pengertian

pendidikan secara etimologi, bahwa pendidikan sesungguhnya berasal dari

kata dasar didik yang dapat diartikan sebagai pemeliharaan, pemberian ajaran

dan latihan tentang kecerdasan emosional, kecerdasan pikiran dan kecerdasan

sosial.44

Adapun pengertian pendidikan secara terminologis, terdapat berbagai

definisi pendidikan yang diungkapkan oleh para ahli, yaitu:

1) Menurut Ki Hajar Dewantara yang mengartikan pendidikan,

sebagaimana yang dikutip oleh Rohimin dkk, adalah sebagai “upaya

untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras

dengan alam dan masyarakatnya.”45 Pendidikan secara umum menurut

Ki Hajar Dewantara menjelaskan lebih lanjut bahwa pengertiannya

berarti adalah suatu daya dan upaya untuk dapat mengembangkan budi

pekerti yang meliputi kekuatan batin, karakter, pikiran, dan fisik anak.

Siswa tidak boleh dipisahkan dengan lingkungannya, artinya

kehidupan siswa harus berjalan selaras dan seimbang dengan dunianya

sendiri.

2) Menurut Al-Abrasyi mendefinisikan pendidikan, sebagaimana yang

dikutip oleh Ramayulis, adalah “suatu hal untuk mempersiapkan

manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah

air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur

pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, dan manis

tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.”46

43 Rohimin, Tati Saodah, dan Agus Salam R, Hakikat Pendidikan, (Bandung: Sekolah Pasca

Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia), h. 3, (https://file.upi.edu). Diakses pada tanggal 9 Maret

2019 pukul 17.55 WIB. 44 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009), Cet.

I, h. 32.

45 Rohimin, Tati Saodah, dan Agus Salam R, Hakikat Pendidikan. 46 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 16.

34

3) Menurut Waini Rasyidin, menyatakan bahwa, “pendidikan adalah

rangkaian kegiatan-kegiatan manusia tertuju terhadap manusia muda

sebagai sesame secara bertanggung jawab, dalam situasi pergaulan dan

kebersamaan, tempat upaya memengaruhi dilakukan dengan

penghargaan dan pendekatan pribadi.”47

4) Menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan pengertian pendidikan,

sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, adalah “bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan

jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama.”48

5) Menurut Zainal Arifin mengemukakan definisi pendidikan,

sebagaimana yang dikutip oleh Armai Arief, adalah sebagai suatu

usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk

dapat memengaruhi orang lain yang bertujuan guna mendewasakan

orang diri atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih

tinggi, dalam arti mental.49

6) Pendidikan menurut Fadhilah Suralaga dan Solicha, “merupakan suatu

proses pemberian pengaruh melalui peneladanan, pembiasaan,

pelatihan dan pemberian stimulasi-stimulasi yang dapat menggerakkan

pengembangan berbagai potensi setiap individu. Pendidikan

berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan.”50

Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut di atas, maka pendidikan

dituntut untuk mampu memberikan pengembangan pada seluruh potensi siswa

secara harmonis yang terpadu dan seimbang, yakni potensi intelektual,

emosional, fisik, sosial, estetika, dan spiritual. Maka pendidikan sesungguhnya

47 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, h. 17. 48 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 16. 49 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, h. 32.

50 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. I, h. 112.

35

bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk memenuhi tantangan hidup serta

akademisinya.51

Islam secara etimologi berasal dari kata salima yang berarti selamat

sentosa, aslama yang berarti memelihara dalam keadaan selamat, atau bisa

juga dengan arti petuh, tunduk, berserah diri. Dalam tata bahasanya Islam

(aslama-yusalimu-Islaman), mengandung arti selamat, aman, damai, patuh,

taat dan berserah diri.52 Islam juga berarti damai, kasih sayang, maksudnya

adalah agama Islam mengajarkan perdamaian dan kasih sayang kepada seluruh

umat, sehingga dapat timbul rasa saling menghormati dan toleransi antar umat

manusia.

Islam juga diartikan selamat, artinya adalah Islam sebagai petunjuk yang

diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui perantara

malaikat jibril untuk umat manusia guna memperoleh keselamatan hidup di

dunia dan di akhirat kelak.53

Bila ditinjau dari segi terminologi, Islam menurut Harun Nasution,

“Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat

manusia melalui Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul. Islam pada

hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,

tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.”54 Islam apabila

disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka maksudnya adalah suatu

perkataan dan amal-amal lahiriyah yang terjaga dari diri dan harta seseorang,

baik ia meyakini Islam maupun tidak, dan kata imannya berkaitan dengan

amalan hati. Maka dirinya dan hartanya yang terjaga tidak boleh diperangi

ataupun diambil haknya.55

51 Nur’aini Ahmad, Pendidikan Islam Humanis: Kajian Pemikiran A. Malik Fadjar, (Ciputat:

Onglam Books, 2017), Cet. I, h. 13. 52 Abuddin Nata, Study Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 11.

53 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Edisi yang Disempurnakan, (Bogor: Cahaya

Salam, 2009), Cet. I, h. 18.

54 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 2013), Cet.

V, h. 17

55 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Terj. dari شرح عقيدة

.oleh Dzein Moefreni, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2014), Cet. XIV, h. 121 اهل السنة والجماعة

36

Sebagaimana pengertian pendidikan secara umum, pendidikan agama

Islam pun memiliki pengertian yang variatif. Seperti yang dikutip oleh Armai

Arief, menurut Muhammad Fadhil Al-Djamili, “Pendidikan Agama Islam

adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan

mengangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah)

dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).”56 Pernyataan ini sesuai dengan

firman Allah SWT sebagai berikut:

ين حنيفا، فطرت الله التى فطرالناس عليها ...فأقم وجهك للد

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(Tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu... (QS. Al-Rum [30]: 30)

Berdasarkan pengertian diatas, Armai Arief menyimpulkan bahwa,

“Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses penanaman nilai-nilai Islam

melalui pengajaran, bimbingan dan latihan yang dilakukan dengan sadar dan

penuh tanggung jawab dalam rangka pembentukan pembinaan,

pendayagunaan, dan pengembangan pikir, zikir, dan kreasi manusia.”57

Pendidikan agama Islam bisa juga diartikan sebagai usaha sadar yang

dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atas pelatihan yang ditentukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.58

Menurut Tidjani Djauhari yang dikutip oleh Wari Setiawan, disebutkan

bahwa pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada

norma-norma dan nilai-nilai Islam, pendidikan ini bertujuan untuk

mengembangkan pola tingkah laku dan kepribadian manusia, dengan jalan

diberikannya latihan kejiwaan, otak, perasaan, dan indera. Pertumbuhan

lainnya yang dapat dikembangkan melalui pendidikan adalah pada aspek

spiritual, intelektual, imajinasi, jasmani, ilmiah dan bahasa yang dapat

memotivasi seseorang dalam mencapai kesempurnaan hidup dan tujuan akhir,

56 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, h. 35 57 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, h. 36.

58 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 132.

37

yakni mengaplikasikan untuk berserah diri sepenuhnya kepada sang pencipta,

Allah Subhanahu wa ta’ala.59

Adapun pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di

sekolah diharapkan agar mampu menciptakan generasi kesalehan pribadi dan

kesalehan sosial. Sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tidak

diperbolehkan untuk membangun fanatisme, memiliki sikap intoleran terhadap

sesama peserta didik dan masyarakat Indonesia, serta melemahkan kerukunan

hidup beragama, persatuan dan kesatuan antar penduduk Indonesia.60

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam secara umum menurut

GBPP PAI adalah “Untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,

dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia

muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”61 Hal ini

berdasarkan pada PP RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan Bab II pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan tentang fungsi

dan tujuan pendidikan agama. Ayat 1 disebutkan bahwa “Pendidikan agama

berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian

dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama”, dan ayat 2 berbunyi

“Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik

dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang

menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.62

59 Moh. Tidjani Jauhari, "Pendidikan Islam dari Masa ke Masa dalam Wari Setiawan, Pembelajaran

Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Anak Berkebutuhan Khusus”,

Disertasi, (Pamulang: Onglam Books, 2017), Cet. 1, h. 77-78.

60 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di

Sekolah, (Bandung: PT Remaha Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 76.

61 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di

Sekolah, h. 78. 62 Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Prundang-Undangan, dalam Lathifah Hanum,

Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2,

2014, h. 225.

38

Dalam pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani

menyebutkan bahwa, “Penekanan yang terpenting sebagai dasar ajaran Islam

adalah mu’amalah bayina al-nas (hubungan antar sesama manusia) yang sarat

dengan nilai-nilai, berkaitan dengan moralitas sosial.”63 Hal ini pun sesuai

dengan arah pelajaran etika dalam Al-Qur’an dan hadis bahwa Nabi saw.

diutus kedunia ini bertujuan untuk memperbaiki moralitas bangsa Arab waktu

itu.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Adapun fungsi adanya kurikulum pendidikan agama Islam yaitu, (1)

sebagai pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah Swt, (2) Penanaman nilai, yakni sebagai pedoman hidup di

dunia dan akhirat, (3) Penyesuaian mental, artinya dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan baik fisik maupun sosial dan mampu mengubah

lingkungannya menjadi lebih sesuai dengan ajaran agama Islam, (4) Perbaikan,

artinya untuk memperbaiki segala kesalahan, kekurangan dan kelemahan

peserta didik dalam hal keyakinan, pemahan dan pengalaman ajaran agamanya

dalam kehidupan sehari-hari, (5) Pencegahan, artinya untuk menangkal hal-hal

yang negatif baik dari lingkungannya, budayanya, atau bahkan pengajaranya,

(6) Pengajaran, yakni untuk memberikan ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum, (7) Penyaluran, yakni untuk memberikan penyaluran bagi anak-anak

yang memiliki bakat dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal.64

3. Tunadaksa

a. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah yang sering

digunakan untuk menggantikan kata ALB atau Anak Luar Biasa, yang artinya

bahwa anak ini memiliki kelainan khusus dibanding dengan anak-anak yang

63 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 136.

64 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h.134.

39

lainnya.65 Istilah lainnya yang dikenal luas adalah ABK (Anak Berkebutuhan

Khusus), istilah ini dalam bahasa Inggris yang dikenal oleh dunia internasional

yaitu child with special neends. Istilah yang juga sering digunakan dan

berkembang luas di Indonesia adalah difabel yang sebenarnya istilah ini adalah

kependekan dari difference ability.66 Menurut World Health Organization

(WHO), beberapa istilah mengenai Anak. Berkebutuhan Khusus memiliki

definisi masing-masing. Istilah tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Disability, artinya adalah seseorang yang memiliki keterbatasan atau

kurangnya kemampuan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan

aturan.

2) Impairment, artinya seseorang yang kehilangan atau memiliki

ketidaknormalan dalam hal psikologis ataupun fungsi tubuhnya (fisik).

3) Handicap, artinya seseorang yang dianggap memiliki

ketidakberuntungan secara individu karena impairment atau disability

yang membatasi dan menghambat proses dirinya memenuhi peran

mandiri.67

Dalam perspektif Islam, ABK menurut Mustafa al-Daib yang dikutip oleh

Wari Setiawan, menyebutkan bahwa anak berkebutuhan khusus disepadankan

sebagai “al-tifl al-ladhina ladayhim ta’akhuru fi ihda majalat al-taliyah al-

namw al-jismy wa al-‘aqly, wa al-lughawy, wa ghairuhu. Artinya anak

berkebutuhan khusus memiliki kekurangan pada salah satu apek berikut, yaitu

perkembangan jasmani, intelektual, linguistik dan lain sebagainya.”68 ABK ini

dalam Islam pernah disinggung, bahwa perlakuan terhadap penyandang

disabilitas tidak boleh dibeda-bedakan, karena ABK adalah sama-sama

makhluk-Nya, hidup sebagai manusia ciptaan-Nya dan memiliki hak yang

sama dengan manusia normal lainnya. Dalam Al-Qur’an surat ‘Abbasa ayat 1-

7 disebutkan bahwa,

65 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita, (Bandung: Refika Aditama, 2006), Cet. I, h. 1.

66 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2018), Cet. 1, h. 5. 67 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 6. 68 Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI)

untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Pamulang: Onglam Books, 2017), Cet. 1, h. 43.

40

يدريك لعله يزكى, أو يذكر فتنفعه الذكرى, أما من استغنى, عبس وتولى, انجاءه األعمى, وما

فأنت له تصدى, وما عليك اال يزكى

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang

seorang yang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin

membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan

pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?. Adapun

orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.

Padahal tidak ada (celaan) atasmu apabila dia tidak membersihkan diri

(beriman)”. (QS. ‘Abasa [80]: 1-7)

Dalam tafsir Ibnu Katsir yang dikutip oleh Wari Setiawan bahwa ayat ini

turun ketika Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص sedang berkomunikasi dengan para pembesar

Quraish yang diharapkan akan masuk Islam. Pada saat Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص

menyampaikan dakwahnya, tiba-tiba Abdullah Ibnu Umi Maktum (memiliki

kelainan tunanetra) datang dan Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bermuka masam seperti tidak

mengharapkan kehadirannya. Oleh sebab itu هللا menegur Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص dengan

ayat ini. Dengan begitu dapat diartikan menurut Ibn Katsir bahwa هللا

memerintahkan kepada Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص untuk tidak membeda-bedakan perlakuan

antara sosok yang mulia, hina, kaya, miskin, pelayan maupun majikan, laki-

laki maupun perempuan. Oleh karenanya semenjak itu Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص selalu

menyambut baik kedatangan Abdullah Ibnu Umi Maktum dengan penuh suka

cita.69

Dalam surat lainnya juga ada yang membahas mengenai anak

berkebutuhan khusus, yakni pada al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 5 berikut:

ن علقة ثم من يأيها الناس ان كنتم في ريب من البعث فانا خلقنا كم من تراب ثم من نطفة ثم م

(5).... ة ق ل خ م ر ي غ و ة ق ل خ م ة غ ض م

“Wahai manusia! Jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari

kubur), maka (ketahuilah)sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu

dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,

kemudian dari segumpal daing yang sempurna kejadiannya dan yang

tidak sempurna...” (QS. Al-Hajj [22]: 5)

69 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir dalam Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam

Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Pamulang: Onglam

Books, 2017), Cet. 1, h. 64.

41

Pada ayat ini dijelaskan bahwa ayat وغير مخلقة yang artinya adalah “dan

yang tidak sempurna”. Maknanya menurut Wari Setiawan, embrio atau janin

dalam rahim terdapat pula yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan ini berarti

tidak sempurnanya fisik. Maka ada pula bayi yang dilahirkan dalam keadaan

kelainan fisiknya, terutama pada fisiologisnya yang menjadi penopang ia

dalam kehidupan. Kelainan yang terjadi pasca kelahiran maupun setelah

berkembangnya seseorang di dunia dapat mengalami kecacatan akibat

terserang penyakit, ataupu kecelakaan yang menyebabkan ia menjadi

penyandang ABK (anak berkebutuhan khusus). Meski demikian, anak-anak

yang lahir dalam keadaan seperti ini juga memiliki hak untuk mendapatkan

perlakuan dan pendidikan, karena hal itu adalah fitrahnya. Oleh karenanya

tidak diperkenankan membeda-bedakan dalam pemberian pendidikan kepada

anak berkebutuhan khusus seperti halnya anak normal.70

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan, dan

kelainan ini terdapat tingkatannya, mulai dari yang paling ringan sampai yang

paling berat, dari kelainan tunggal, ganda hingga kompleks yang berhubungan

dengan kondisi sosial, emosi, fisik dan psikis anak. Oleh karenanya sebagai

student with special needs dalam hal pendidikan harus diberikan pelayanan dan

pendidikan yang khusus berdasarkan pada kebutuhannya, agar secara mandiri

anak dapat berkembang secara optimal.71

Sesuai dengan Pedoman Dasar Anak Berkebutuhan Khusus (Pedoman

ABK) di Inggris yang berisi mengenai hak dan kewajiban ABK, hal ini tertera

pada Undang-Undang Kebutuhan Pendidikan Khusus dan Disabilitas

(SENDA) tahun 2001. Dalam pedoman ini dinyatakan bahwa akan

disediakannya berbagai macam bentuk bantuan bagi ABK selama periode

pendidikan usia dini dan sekolah.72 Hal ini juga sesuai dengan Pasal 28 I angka

70 Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI)

untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Pamulang: Onglam Books, 2017), Cet. 1, h. 68-69.

71 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 8.

72 Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Terj. dari Undertand Child Whit

Specially Need oleh Eka Widayati, (Jakarta: ESENSI Erlangga Group, 2012), Cet. I, h. 2.

42

4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

“Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia

adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.”73 Dan dalam pasal 10

Undang-Undang R.I. No. 8/2016 tentang penyandang disabilitas, yaitu “Hak

pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi hak mendapatkan

pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan

jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus. Serta mendapatkan akomodasi

yang layak sebagai peserta didik.”74 Disamping penyandang disabilitas

mendapatkan akomodasi, pemerintah juga menjamin pemberian aksebilitas

dan pelayanan public secara khusus agar memudahkan penyandang disabilitas

dalam meningkatkan potensinya, dan tercapainya kesamaan kesempatan

seperti halnya orang normal lainnya.

Adapun yang menangani permasalahan penyandang disabilitas tersebut di

Indonesia adalah Kementerian Sosial RI. Hal ini sesuai dengan UU No. 11

tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Keputusan Menteri Sosial

No.82/HUK/2005 tentang Tugas dan Tata Kerja Departemen Sosial.

Departemen sosial memberikan kebijakan berupa akan memberikan upaya

pelayanan dan rehabilitasi sosial, yaitu proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan penyandang disabilitas mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.75

Menurut Undang-undang tersebut diatas, dikatakan bahwa “Seorang anak

yang memiliki kesulitan secara signifikan lebih besar dari anak-anak seusianya

dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, dalam berkomunikasi maupun

berperilaku, maka mereka ini dapat dikatakan memiliki kesulitan dalam

belajar.” Hal ini sesuai dengan penjelasan Directgov bahwa ABK adalah anak

73 Lihat UUD 1945

74 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, 2016, (https://www.peraturan.go.id).

Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 21.45 WIB.

75 Irwanto, dkk, Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia; Sebuah Desk-Review,

(Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas FISI UI Depok dan Australian Government, 2010),

(https://www.ilo.org). Diakses pada tanggal 7 Februari 2019 pukul 23.10 WIB.

43

yang memiliki kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih

sulit untuk belajar atau mencari pendidikan dibandingkan dengan anak-anak

kebanyakan.76

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kebutuhan

khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan

pendidikan yang lebih intens. Kebutuhan ini bisa jadi merupakan akibat dari

kelainan atau bawaan sejak lahir, atau bisa juga karena masalah ekonomi,

politik, social, emosi, dan perilaku yang menyimpang.77Adapun dalam

penyelengaraan pendidikan luar biasa, Direktorat pembinaan pendidikan luar

bias mengklasifikasikan pendidikan kedalam lima bidang, di antaranya:

SLB/A (tunanetra (buta)), SLB/B (tuna rungu- wicara (tuli-bisu)), SLB/C

tunagrahita (cacat mental), SLB/D tunadaksa (cacat tubuh), dan SLB/E untuk

para tunalaras (kenakalan anak-anak).78

b. Mengenal Tunadaksa

Tunadaksa disebut juga cacat tubuh atau cacat ortopedi. Istilah tunadaksa

berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang, dan “daksa” yang berarti

tubuh. Jadi tunadaksa ditujukan kepada mereka yang memiliki anggota tubuh

kurang sempurna. Sedangkan istilah cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut

mereka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada

inderanya. Istilah lainnya dari tunadaksa adalah cacat ortopedi terjemahan dari

bahasa Inggris orthopedically handicapped. Orthopedic ini artinya kelainan

yang berhubungan dengan sistem otot, tulang, dan persendian. Sehingga

penyandang tunadaksa ini mengalami hambatan pada gerak motoriknya yang

disebabkan oleh pembawaan sejak lahir, penyakit ataupun kecelakaan.79

Menurut Bandi Delphie, “Tunadaksa adalah anak dengan hendaya kondisi fisik

76 Jenny Thompson, Penj. Eka Widayati, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Terj. dari

Undertand Child Whit Specially Need oleh Eka Widayati, h. 2. 77 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2016), Cet. III, h. 138. 78 Sakrani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tunadaksa Menggunakan Media Torso, Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 7, 2013, h. 3.

79 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 127-128.

44

atau motorik. Secara medis dinyatakan bahwa anak tunadaksa adalah anak

yang mengalami kelainan pada tulang, persendian, dan saraf penggerak otot-

otot tubuhnya, sehingga ia digolongkan sebagai anak yang membutuhkan

layanan khusus pada gerak anggota tubuhnya.”80

Dalam buku Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak karya

Ahmad Susanto menyatakan bahwa “Tunadaksa (physical disability) ialah

anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak

(tulang, sendi, dan otot)”.81 Adapun kelainan pada anak tuna daksa dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar, yakni kelainan pada sistem serebral (cerebral

system) dan kelainan pada sistem otot serta rangka (musculoskeletal system).

Pada dasarnya peserta didik tunadaksa kebanyakan mempunyai kelainan atau

kecacatan fisik sehingga mereka mengalami gangguan pada kordinasi gerak,

persepsi, dan kognisi disamping adanya kerusakan pada saraf tertentu.82

c. Karakteristik Anak Tunadaksa

1) Kelainan Pada Sistem Serebral (Cerebral Palsy)

Cerebral Palsy berasal dari dua kata yaitu cerebral atau cerebrum

yang berarti otak, dan palsy berarti kelayuhan atau kerusakan pada otak.

Dimana kerusakan ini berpengaruh pada fungsi-fungsi tubuh yang

dipersarafinya.83 Cerebral palsy ini berarti adalah kelainan yang

diakibatkan adanya kesulitan gerak berasal dari disfungsi otak. Adapun

bagian otak yang rusak adalah pada pusat motorik di otak, yaitu Gyrus

Presentalis. Pusat motorik ini terbagi lagi menjadi dua area, yaitu system

Piramidalis dan Extrapiramidalis.84 Dengan disebabkan oleh disfungsi otak

ini maka peserta didik penyandang cerebral pasly memiliki kelainan dalam

bahasa, bicara, menulis, emosi, belajar, dan gangguan-gangguan psikologis

80 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita, h. 2. 81 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Prenada Media

Grup, 2015), Cet. I, h. 337.

82 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan Inklusi), h.

123. 83 Mimin Tjasmini, Arah Pembelajaran Cerebral Palsy, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jurusan

Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, h. 61. 84 Mimin Tjasmini, Arah Pembelajaran Cerebral Palsy, h. 62.

45

lainnya.85 Disamping kelainan dalam hal belajar, siswa juga mengalami

kesulitan dalam bergerak, berjalan maupun berlari.

Adapun Cerebral palsy ini ada enam macam bentuk kelainannya. Tiga

macam bentuk kelainan ini berdasarkan gangguan geraknya yaitu:

(1) Spastik artinya Cerebral Palsy jenis ini kelainannya terletak pada

motor cortex. Penderita tipe ini memiliki karakteristik fisik berupa

kekakuan pada sebagian atau seluruh otot-ototnya. Kekakuan yang

dialami adalah kekakuan organ motoric anggota gerak dan juga organ

bicaranya, (2) Dyskenesia yaitu umumnya ditandai dengan tidak

adanya kontrol dan koordinasi gerak. Dalam kelompok ini meliputi

dyskenesia jenis athetosis dan rigid. Athetosis, pada jenis ini tidak

terdapat kekakuan, tetapi terjadi gerakan-gerakan tidak terkontrol

(unvoluntary movement) yang terjadi secara otomatis dan sewaktu-

waktu tanpa disengaja oleh anak, terjadi pada tangan, kaki, mata, bibir

dan kepala. Dan gerakan tersebut tidak muncul saat anak dalam

keadaan relaks atau tidur. Rigid, Terjadi karena adanya pendarahan di

dalam otak. Gejalanya yakni adanya kekakuan pada seluruh anggota

gerak. Adapun pada bagian leher dan punggung biasanya terjadi

hiperekstensi (ketegangan yang luar biasa), (3) Hipotonia, ini ditandai

dengan tidak adanya ketegangan pada otot. Anak biasanya tampak

lemas, otot-ototnya tidak mampu merespon rangsang yang diberikan,

(4) Tremor yaitu gejala yang tampak adalah adanya getaran-getaran

ritmis yang terus-menerus pada tangan, mata atau kepala, (5) Ataxia

yaitu kelainannya terjadi pada cerebellum, sehingga penyandang

kelainan ini akan mengalami gangguan pengendalian diri berkaitan

dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi, (6) jenis Campuran,

maksudnya bahwa anak mengalami dua atau lebih kelainan, misalnya

kelainan tremor dan rigid bercampur, ataxia dengan tremor, dan

sebagainya. Tipe campuran ini mempunyai dampak yang lebih

menyulitkan pada penderitanya dan akan mengalami kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran di kelas.86

Dan pada penggolongan menurut topografi, artinya banyaknya

anggota tubuh yang lumpuh. Cerebral palsy digolongkan menjadi 6

golongan, yaitu:

a) Hemiplegia, artinya lumpuh anggota gerak atas dan bawah serta

bagian kiri atau kanan pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan

dan kaki kanan.

85 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 123. 86 Hermanto SP, Modifikasi Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan

Kreativitas Guru), Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol. II, No. 2, 2006, h. 190.

46

b) Triplegia, yaitu tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan,

misalnya tangan kana dan kedua kakinya lumpuh.

c) Quadriplegial/tetraplegia, yaitu kelumpuhan pada seluruh atau hal

yang melibatkan empat anggota gerak.

d) Paraplegia, artinya lumpuh pada kedua tangan atau kedua kaki,

tetapi muka tetap normal.

e) Double hemiplegia, merupakan kelianan yang berpengaruh

terhadap empat anggota tubuh.87

Adapun penggolongan menurut derajat kecacatan, yaitu:

a) Golongan ringan, mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan

alat, bicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan

sehari-hari.

b) Golongan sedang, mereka yang membutuhkan treatment atau

latihan khusus untuk berbicara, berjalan dan mengurus dirinya

sendiri, memerlukan alat khusus seperti brace, kruk, dan lain-lain.

c) Golongan berat, mereka yang tetap membutuhkan perawatan tetap

dalam ambulasi, berbicara, dan menolong dirinya sendiri. Tidak

dapat hidup sendiri ditengah masyarakat.

2) Kelainan pada fungsi otak

a) Epilepsi, merupakan gangguan serangan yang hebat terhadap

fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, secara spontan dan

mempunyai tendensi untuk terjadi kembali. Kelainan epilepsy

merupakan perwujudan hilangnya konsentrasi atau bahkan

ketidaksadaran diri, biasanya diikuti pula dengan gerakan-gerakan

yang tidak diinginkan oleh tubuh.88

87 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi, h.

128. 88 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi, h.

131.

47

b) Hydrocephalus, hal ini sering terjadi bersamaan dengan spina bifida

atau berdiri secara tersendiri. Hidrocephalus terjadi ketika terlalu

banyak cairan cerebrospinal dalam rongga otak.89

3) Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Scelatel Syistem)

Penggolongan anak tunadaksa ke dalam kelompok sistwm otot dan

rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang

mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.

Jenis-jenis kelainan system otak dan rangka antara lain sebagai berikut:

a) Poliomylitis

Penggolongan anak tunadaksa ke dalam kelompok system otot akan

mengecil dan tenaganya melemah. Peradangan akibat virus polio ini

menyerang sumsum tulang belakangpada anak usia dua tahun sampai

enam tahun.

b) Muscle Dystrophy

Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada

penderita muscle dystrophy sifatnya progresif, semakin hari semakin

parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris, yaitu pada kedua

tangan saja atau kedua kaki saja, atau pada kedua tangan dan kaki.

Penyebab terjadinya muscle dystrophy belum diketahui secara pasti.

Gejala anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan saat anak

berusia tiga tahun, yaitu gerakan-gerakan yang lambat, dimana semakin

hari keadaannya semakin mundur. Selain itu, jika berjalan sering

terjatuh. Hal ini kemudian mengakibatkan anak tidak mampu berdiri

dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.90

d. Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa

1) Pendidikan Anak Tunadaksa

Keragaman jenis dan tingkat kecacatan anak tunadaksa akan

berdampak pada segi layanan pendidikannya. Anak yang hanya cacat

89 Bandi Delphie., Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi,

h. 131. 90 Agustiawati, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 112.

48

fisiknya saja kecerdasannya normal dimasukkan pada kelompok D,

sedangkan anak yang cacatnya ganda yaitu cacat fisik disertai dengan

kecerdasan yang dibawah rata-rata dikelompokkan dalam kelas D1.

Dengan demikian, kurikulum yang digunakan pada anak tunadaksa terdiri

dari kurikulum D dan D1.

Connor (1975) mengemukakan sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang

perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui

pendidikan, yaitu :

a) Pengembangan intelektual dan akademik

b) Membantu perkembangan fisik

c) Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak

d) Mematangkan aspek sosial

e) Mematangkan moral dan spiritual

f) Meningkatkan ekspresi diri

g) Mempersiapkan masa depan anak91

Dalam pelaksanaannya di sekolah, dapat dilakukan dengan cara

pemberian berbagai mata pelajaran sesuai dengan apa yang sudah diterapkan

dalam kurikulum. Untuk membantu perkembangan fisik dilaksanakan

dengan cara pemberian latihan-latihan fisik dan olahraga. Penyelenggaraan

pendidikan bagi anak tunadaksa berlandaskan pada: Agama, kemanusiaan,

ideology, hukum, dan landasan ilmu pendidikan. Selanjutnya perlu disadari

bahwa layanan dan pengembangan pendidikan anak tunadaksa diharapkan

dapat berfungsi membantu mengembangkan aspek intelektual, sosial dan

emosionalnya.92

Pendidikan tunadaksa ini memiliki prinsip khusus yang terdiri dari

prinsip multisensory dan prinsip individualisasi. Multisensori artinya dalam

pelaksanaan pembelajaran pada anak tunadaksa, sedapat mungkin untuk

91 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 148. 92 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h.

71.

49

memanfaatkan dan mengembangkan seluruh indra yang ada pada dirinya

sehingga kesan pendidikannya akan diterima lebih baik. Sedangkan prinsip

individualisasi yaitu kemampuan pada diri individu masing-masing lebih

dijadikan sebgai titik tolak dalam memberikan pendidikan kepada anak

tunadaksa. Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa dapat dilakukan

dengan jalan pendekatan guru kelas, guru bidang studi, guru campuran dan

pengajaran tim.93

Landasan hukum bagi pendidikan anak tunadaksa yaitu berlandaskan

pada Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah No 72 tahun 1991, serta

Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Penyelenggaraan pendidikan luar biasa

baik oleh pemerintah atau masyarakat harus memnuhi persyaratan

pendiriannya, seperti yang dikemukakan pada Bab V pasal 7 PP No.72,

sebagaimana berikut:

a) Sekurang-kurangnya lima orang peserta didik

b) Tenaga kependidikan terdiri atas sekurang-kurangnya seorang guru

kelas, dan seorang tenaga ahli

c) Kurikulum didasarkan atas kurikulum nasional yang ditetapkan oleh

menteri

d) Sumber dana tetap yang menjamin kelangsungan penyelenggaraan

pendidikan dan tidak akan merugikan siswa

e) Program rehabilitasi

f) Tempat belajar dan ruang rehabilitasi

g) Buku pelajaran dan peralatan pendidikan khusus

h) Buku pedoman guru, dan

i) Peralatan rehabilitasi94

2) Tempat Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunadaksa

Anak tunadaksa dapat mengikuti pendidikan pada tempat-tempat berikut:

93 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 149.

94 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 73.

50

a) Sekolah Khusus Berasrama (Full-Time Residential School); Model

ini diperuntukan bagi anak tunadaksa yang derajat kelainannya berat

dan sangat berat

b) Sekolah Khusus Tanpa Asrama (Special Day School); Model ini

dimaksudkan bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan

pulang pergi ke sekolah atau tempat tinggal mereka yang tidak jauh

dari sekolah.

c) Kelas Khusus Penuh (Full-Time Special Class); Anak tunadaksa

yang memliki tingkat kecacatan ringan dan kecerdasan homogeny

dilayani dalam kelas khusus secara penuh.

d) Kelas Reguler dan Khusus (Part-Time Reguler Class and Part-Time

Special Class); Model ini digunakan apabila menyatukan anak

tunadaksa dengan anak normal, pada mata pelajaran tertentu.

Mereka belajar dengan anak normal dan apabila anak tunadaksa

mengalami kesulitan mereka belajar di kelas khusus.

e) Kelas Reguler dibantu oleh Guru Khusus (Reguler Class with

Supportive Instructional Service); Anak tunadaksa bersekolah

bersama-sam anak normal di sekolah umum dengan bantuan guru

khusus apabila anak mengalami kesulitan.

f) Kelas Biasa dengan Layanan Konsultasi untuk Guru Umum

(Reguler Class Placement with Consulting Service for Reguler

Teachers); Tanggung jawab pembelajaran model ini sepenuhnya

dipegang oleh guru umum. Anak tunadaksa belajar bersama dengan

anak normal di sekolah umum, dan untuk membantu kelancaran

pembelajaran ada guru kunjung yang berfungsi sebagai konsultann

guru regular.

g) Kelas Biasa (Reguler Class); Model ini diperuntukkan bagi anak

tunadaksa yang memiliki kecerdasan normal, memiliki potensi dan

51

kemampuan yang dapat belajar bersama-sama dengan anak

normal.95

3) Alat Bantu Tunadaksa

Adapun Alat-alat bantu belajar yang sering digunakan oleh anak

tunadaksa meliputi:

a) Kursi roda; digunakan pada anak tunadaksa yang betul-betul lemah

otot-otot kaki dan perut yang tidak ada kemungkinan lagi untuk

dilatih berdiri dan berjalan.

b) Crutch; digunakan pada anak tunadaksa yang menggunakan double

brace pada kakinya, membutuhkan kruk untuk ambulasi dan

membantu dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Kruk

digunakan dengan tujuan sesuai dengan kelainannya. Contohnya:

Untuk penderita poliomyletis, bertujuan sebagai penahan dan

penguat seluruh badan serta membantu berjalan

Untuk yang patah tulang, bertujuan sebagai penopang kaki atau

tulang yang patah agar tidak di tapakkan

Untuk yang amputasi, bertujuan sebagai alat sementara sebelum

menggunakan protese untuk alat berjalan dan membantu

kegiatan hidup sehari-hari

c) Splint; yaitu alat untuk meletakkan anggota tubuh dalam posisi

yang benar atau menjaga jangan sampai anggota tubuh yang sakit

terjadi salah bentuk. Pemakaian splint sebaiknya digunakan selama

24 jam terus menerus atau disesuaikan dengan kondidi pasien.

d) Walker; yaitu alat bantu untuk latihan berjalan, bentuknya ada yang

lingkaran ada yang segi empat, ada yang dipasang roda dan ada

yang tidak.

e) Brace; yaitu alat yang dipakai anak untuk penopang kaki terbuat

dari alumunim dan dihubungkan dengan sepatu untuk berjalan. Ada

95 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 73.

52

yang sepanjang kaki (long leg brace) ada yang hanya sebatas lutut

(short leg brace)

f) Prothese kaki atau tangan; yaitu alat palsu yang berbentuk kaki atau

tangan, gunanya untuk mengganti fungsi kaki atau tangan yang

hilang.

g) Alat-alat tulis modifikasi; yaitu alat-alat tulis yang pegangannya

diperbesar (di bungkus dengan karet atau sapu tangan) agar mudah

dipegang oleh anak celebral palsy.

h) Head pointer adalah alat menulis yang dipakai di kepala. Jadi

menulisnya dengan gerakan kepala. Diperuntukkan bagi anak yang

tidak punya tangan.

i) Alat-alat makan dan minum modifikasi.96

e. Layanan Sosial Anak Tunadaksa

1) Pelayanan Rehabilitasi

Untuk Anak Cerebral Palsy (CP) disebabkan oleh kerusakan jaringan

otak, tidak ada pengendalian otot dan gerak, dan ada gangguan pengindraan

dan kecerdasan. Program rehabilitasinya harus menyeluruh dan meliputi

seluruh aspek, Cerebral Palsy merupakan gangguan kompleks, karena itu

terapi dan rehabilitasinya harus sesuaikan atas kebutuhan si penderita,

koordinasi dari berbagai disiplin ilmu, serta menuntut kerjasama yang aktif

dari klien dan keluarganya.

Untuk Poliomyeliti yang disebabkan oleh virus pada neorosis system.

Treatmen yang diberikan diantaranya evaluasi dari gangguan-gangguan

fisik yang disebabkan oleh virus, latihan otot melalui pshyo-terapy, belajar

menggunakan alat-alat bantu. Program rehabilitasi yang diberikan biasanya

adalah program terapi fisik, program terapi okupasional, program rekreasi,

program vokasional, program psikologis, program pelayanan sosial dan

program pendidikan dan latihan.97

96 Asep Karyana dan Sri Widati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa Peserta Didik

Berkebutuhan Khusus dengan Hambatan Gerak, (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), hlm 114-125. 97 Agustiawati, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, h. 64.

53

Jenis rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa menurut kebutuhannya

antara lain:

a) Rehabilitasi medis, yaitu suatu pemberian pertolongan kepada anak

tunadaksa dari pihak kedokteran menggunakan alat-alat tubuh tiruan

dan alat penguat anggota tubuh. Hal ini bertujuan untuk dapat

meningkatkan kemampuan fisik penderita tunadaksa secara maksimal.

Rehabilitasi medis ini terdapat beberapa teknik yang digunakan oleh

kedokteran, yaitu operasi ortopedi, fisioterapi, activities in daily living

(ADL), accupational therapy (terapi tugas), pemberian protese,

pemberian alat-alat ortopedi dan bantuan medis lainnya. Ortopedi ini

dilakukan untuk memperbaiki kesalahan bentuk dan salah gerak anak

dengan cara mengurangi atau menghilangkan bagian yang menjadi

sebab kesalahan tersebut. Fisioterapi adalah pelatihan otot-otot bagian

tubuh penderita, activities in daily living adalah pelatihan kegiatan

sehari-hari agar mampu melakukan gerakan, occupational therapy

merupakan bentuk usaha aktivitas psikis agar anak menjadi lebih baik

dan kuat.98

b) Vokasional, yaitu rehabilitasi penderita kelainan fungsi tubuh yang

bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anak tunadaksa agar

mampu bekerja. Metode atau pendekatan yang biasanya digunakan

dalam rehabilitasi vokasi ini antara lain:

Counseling, adalah penyuluhan yang bertujuan untuk

menumbuhkan keberanian atau kemampuan penderita tunadaksa

yang diperoleh setelah lahir.

Revalidasi, merupakan upaya mempersiapkan fisik, mental, dan

sosial anak tunadaksa untuk memperoleh bimbingan jabatan dan

latihan kerja.

Vocasional Guide, adalah pemberian bimbingan kepada penderita

tunadaksa dalam kaitannya pemilihan jabatan yang sesuai dengan

kondisinya.

Vocasional Assessment, merupakan penilaian terhadap kemampuan

penyandang kelaian melalui sebuah bengkel kerja dalam

melakukan berbagai aktivitas keterampilan.

98 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 140-142.

54

Team Work, adalah kerjasama antar berbagai ahli tergabung dalam

tim rehabilitasi, seperti kedokteran, ahli terapi fisik, pekerja sosial,

konselor, psikolog, ortopedagog, dan tenaga ahli lainya.

Vocasional Training, adalah pemberian kesempatan latihan kerja

agar penyandang tunadaksa mandiri dan produktif, serta berguna

bagi masyarakat di sekitarnya.

Selective Placement, adalah penempatan para penyandang

tunadaksa pada, jabatan setelah selesai menjalani pendidikan dan

latihan selama rehabilitasi.

Follow Up, adalah tindak lanjut yang dilaksanakan setelah

penyandang tunadaksa menempati jabatan pekerjaan.99

c) Rehabilitasi Psikososial, yaitu rehabilitasi yang dilakukan dengan

harapan mereka dapat mengurangi dampak psikososial yang kurang

menguntungkan bagi perkembangan dirinya. Sasaran yang hendak

dicapai dalam program rehabilitasi psikososial ini secara khusus yaitu;

Meminimalkan dampak psikososial sebagai akibat kelainan yang

dideritanya, seperti rendah diri, putus asa, mudah tersinggung,

cemas, lekas marah, dan lain-lain.

Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri, memupuk

semangat juang dalam meraih kehidupan dan penghidupan yang

lebih baik, serta menyadarkan pada tanggung jawab diri sendiri,

keluarga, masyarakat dan Negara.

Mempersiapkan mental penyandang kelainan kelak setelah terjun

di masyarakat sehingga dapat berperan aktif tanpa harus merasa

canggung atau terbebani oleh ketunaan atau kelainannya.100

4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tunadaksa Tipe

Cerebral Palsy

a. Metode Pembelajaran

Metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara, yakni metode ceramah, metode diskusi, metode

tanya jawab, metode demontrasi dan eksperimen, metode resitasi (pemberian

tugas), metode kerja kelompok, metode sosio-drama dan bermain peran,

99 Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 141-142.

100 Jati Rinarki Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 142.

55

metode karya wisata, metode drill, dan metode beregu.101 Berikut akan

dijelaskan mengenai metode-metode dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam yang dapat diterapkan pada siswa tunadaksa tipe celebral palsy, yaitu:

1) Metode Ceramah

Ceramah adalah metode mengajar dalam bentuk penuturan bahan

pelajaran secara lisan. Ciri yang menonjol dalam metode ceramah dalam

pelaksanaan pengajaran dikelas, adalah guru tampak sebagai dominan.

Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah

yang disampaikan oleh guru di depan kelas.

2) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan

memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi

secara rasional dan obyektif. Metode ini berfungsi untuk merangsang

murid berfikir atau yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh

satu jawaban atau satu cara saja tetapi memerlukan wawasan/ ilmu

pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik.

3) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban

atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang

menjawab pertanyaanmengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai

persoalan-persoalan.

4) Metode Demontrasi dan Eksperimen

Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru

atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan

pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu harfiyah atau

melakukan sesuatu.

5) Metode Resitasi (Pemberian Tugas)

101 Munajah Tri Endarwati, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tuna

Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”,

Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2011), h. 26.

56

Metode resistasi adalah metode pekerjaan rumah karena siswa diberi

tugas-tugas khusus diluar jam pelajaran.

6) Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok yaitu kerja dari keunggulan beberapa individu

yang bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan

timbal balik (kerjasama) antara individu serta saling mempercayai.

Adapun dalam pembelajaran bagi siswa Anak Berkebutuhan Khusus atau

ABK yang juga termasuk di dalamnya tunadaksa, maka guru dapat

menggunakan metodepembelajaran sebagai berikut:

1) Communication, artinya berkomunikasi secara verbal dan non-verbal

dengan menggunakan berbagai jenis symbol (katr, faco, gambar).102

Hal ini dilakukan karena dalam belajar siswa tidak mungkin lepas dari

komunikasi, baik komunikasi antar siswa, siswa dengan guru maupun

siswa dengan orang disekitarnya. Dengan adanya komunikasi ini maka

siswa diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil belajarnya serta

membentuk kepribadiaannya menjadi lebih baik.

2) Tasa analisis, artinya menganalisis kompetensi yang dimiliki oleh anak

tunadaksa, sehingga dalam pembelajarannya disesuaikan dengan

kemampuan anak untuk bertujuan meningkatkan kemampuan potensi

anak tunadaksa. Metode ini juga bermanfaat untuk mengetahui apakah

siswa telah mampu memenuhi kompetensi yang diajukan sebagai

tujuan dari pembelajarannya.103

3) Direct instruction, yakni pembelajaran dengan melakukan orientasi,

presentasi, latihan terstruktur, terbimbing, refleksi, latihan mandiri dan

evaluasi. Metode ini berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar

102 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012.

https://nayyanrises.wordpress.com/materiku-2/paper/137-2. Diakses pada 22 Januari 2019 pukul 21.17

WIB.

103 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012.

57

yang positif bagi siswa dan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan

motivasi dalam berprestasi.104

4) Prompts, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan

bantuan kepada anak, sehingga anak lebih leluasa menikmati dan

memahami proses pembelajaran. Dengan memberikan bantuan maka

anak cerebral palsy dapat menghasilkan respon yang positif dan

benar.105

Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa apat

pula menggunakan program pembelajaran individual (PPI), karena bagi anak

berkebutuhan khusus seperti tunadaksa ini merupakan kebutuhan dasar dalam

pendidikan mereka. Menurut Snell yang dikutip oleh Wari Setiawan,

menyatakan bahwa pelaksanaan PPI itu penting bagi anak berkebutuhan

khusus, karena (1) semua ABK memiliki potensi untuk belajar, (2) semua ABK

membutuhkan pembelajaran keterampilan sesuai dengan kebutuhan sehari-

harinya di rumah maupun di lingkungan masyarakat, (3) sekolah harus

melaksanakan pembelajaran keterampilan fungsional sesuai kebutuhan

individual siswa, (4) prinsip-prinsip pengembangan perilaku secara universal,

dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran, (5) penilaian hasil belajar lebih

fungsional pada tingkah laku siswa, (6) prosedur dan tujuan pembelajaran

disesuaikan dengan kemampuan siswa.106

b. Tujuan Pembelajaran PAI bagi Siswa Tunadaksa

Adapun secara spesifik menurut Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP), Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus termasuk di

dalamnya adalah tunadaksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) memiliki tujuan

yaitu:

104 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012. 105 Yani Yuliani Yusoep, Metode Pengajaran ABK, 2012. 106 Wari Setiawan, Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI)

untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), h. 59.

58

1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan

serta peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

Muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada

Allah Swt.

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia yaitu manusia

yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh) serta

menjaga harmoni secara personal dan sosial.107

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut ini beberapa

hasil penelitian yang mempunyai kerelevansian dengan proposal peneliti, yaitu:

1. Menurut jurnal publikasi pendidikan yang ditulis oleh Dwiyatmi Sulasminah

berjudul “Kajian Konsep Pengembangan Model Sarana Pendukung

Pembelajaran IPA bagi Anak Tunadaksa.”108 Jurnal ini membahas mengenai

sarana pendukung yang representative dan kapabel guna memperlancar

tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun persamaan penelitian pada jurnal ini

dengan skripsi peneliti adalah ada pada kajian dan jenis penelitiannya, yakni

pembelajaran bagi Anak Tunadaksa. Sedangkan perbedaannya terdapat pada

kajian subjeknya, yakni pada jurnal adalah kepala sekolah dan guru mata

pelajaran IPA atau science, sedangkan pada skripsi peneliti adalah kepala

sekolah dan guru PAI atau Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian pada

jurnal menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan haruslah

berdasarkan pada situasi dan kondisi lingkungan, sedangkan sarana

pembelajarannya disesuaikan pada karakteristik dan kebutuhan anak

tunadaksa.

107 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar

Luar Biasa, dalam Lathifah Hanum, Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal

Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, 2014, h. 225. 108 Dwiyatmi Sulasminah, Kajian Konsep Pengembangan Model Sarana Pendukung Pembelajaran

IPA Bagi Anak Tunadaksa, Jurnal Publikasi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, 2013.

59

2. Menurut jurnal pembelajaran karya Hermanto SP yang berjudul “Modifikasi

Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan Kreatifitas

Guru).”109 Pada jurnal ini membahas mengenai berbagai macam modifikasi

yang dapat dilakukan guru dalam melakukan pembelajaran kepada siswa

tunadaksa cerebral palsy agar siswa mampu menangkap tujuan dari

pembelajaran. Adapun persamaan pada skripsi peneliti adalah pada bagian cara

memodifikasi pembelajaran untuk tunadaksa tipe cerebral palsy, sedangkan

perbedaannya terletak pada kekurangan dan kelebihan dalam mengajar

menggunakan metode dan model pembelajaran yang diberikan guru kepada

siswa, sedangkan pada jurnal tidak disebutkan secara rinci kekurangan dan

kelebihannya dalam modifikasi pembelajaran yang diterapkan.

3. Menurut jurnal pendidikan yang ditulis oleh Zandra Dwanita Widodo, dkk

berjudul “Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa Ringan melalui

Pendekatan Bermain.” 110 Pada jurnal ini membahas tentang strategi

pembelajaran bagi anak tunadaksa di SDLB YPAC Surakarta, salah satu

strategi tersebut adalah dengan bermain agar bermanfaat meningkatkan gerak

kasar pada anak tuna daksa ringan. Persamaan penelitian jurnal ini dengan

penelitian skripsi peneliti adalah pada metode atau model pembelajaran dan

jenis penelitian yakni sama-sama mengkaji tentang pembelajaran bagi anak

tunadaksa, yakni objek yang sama, pembelajaran bagi tunadaksa. Sedangkan

subjeknya terdapat perbedaan yakni peneliti mengkaji pada kepala sekolah dan

guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sedangkan pada jurnal lebih

kepada guru kelas sebagai pembentukan karakter anak. Adapun hasil penelitian

pada jurnal ini yakni dengan melakukan pendekatan bermain yang digunakan

untuk meningkatkan gerak kasar tunadaksa ringan, hal ini dapat meningkatkan

kepercayaan diri individual anak berkebutuhan khusus karena dengan bermain

mengandung banyak unsur yang membangun karakter anak, dan metode ini

sangatlah mudah untuk dipraktikan.

109 Hermanto SP, Modifikasi Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan

Kreatifitas Guru), Jurnal pembelajaran, Vol II, No. 2, 2006.

110 Zandra Dwanita Widodo, dkk., Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa Ringan

Melalui Pendekatan Bermain, Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2014.

60

4. Menurut skripsi pendidikan yang ditulis oleh Munajah Tri Endarwati yang

berjudul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tuna

Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun

Pelajaran 2010/2011.”111 Pada skripsi ini mengkaji tentang metode-metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI kepada anak tunadaksa,

contohnya adalah metode ceramah dan tanya jawab. Adapun persamaan skripsi

dengan skripsi peneliti adalah terdapat pada kajian teorinya yakni metode

pembelajarannya dan jenis peneliannya. Sedangkan perbedaanya ada pada

objek, yaitu anak tunadaksa di SDLB Negeri Kroya dengan siswa SMPLB D-

D1 YPAC Jakarta.

5. Menurut jurnal pendidikan agama Islam yang ditulis oleh Lathifah Hanum

berjudul “Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus.”112 Jurnal ini

mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan

khusus di SLB Kota Langsa, yakni meneliti baik dari model pembelajarannya

maupun metode pembelajannya. Adapun persamaan jurnal ini dengan skripsi

penulis adalah dari kajian teori dan jenis penelitiannya. Subjek dan objek

memiliki persamaan dan perbedaan, subjeknya sama yakni guru PAI dan

kepala sekolah, sedangkan objeknya berbeda, yakni pada jurnal mengkaji

tentang pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus, sedangkan pada

skripsi ini mengkaji metode pembelajaran PAI bagi anak tunadaksa (lebih

spesifik). Tempat penelitiannya pun berbeda, pada jurnal penelitian dilakukan

pada SLB Kota Langsa, Aceh, sedangkan penelitian pada proposal ini berada

di SLB D-D1 YPAC Kota Jakarta.

111 Munajah Tri Endarwati, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tuna

Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”,

Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2011). 112 Lathifah Hanum, Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Pendidikan Agama

Islam, Vol. XI, No. 2, 2014.

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta, yang beralamat

di Jl. Hang Lekiu III No. 19 Rt. 06/Rw. 04, Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan pada semester genap

tahun ajaran 2018-2019 yang dimulai sejak bulan Februari-Mei 2019.

B. Latar Penelitian (Setting)

SMPLB D-D1 YPAC Jakarta merupakan salah satu dari 16 institusi YPAC

yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, yaitu di Banda Aceh, Bandung,

Denpasar, Jember, Makasar, Malang, Medan, Manado, Padang, Palembang,

Pangkal Pinang, Semarang, Surabaya, Surakarta, dan Ternate. YPAC Jakarta ini

tepatnya berlokasi di Jl. Hang Lekiu III No. 19 Blok F IV RT. 06/RW. 04,

Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120.

Menurut sejarah perkembangannya, berdirinya lembaga ini dimulai sejak

adanya Rehabilitasi Centrum pada tahun 1952 di kota Solo oleh Prof. Dr. Soeharso

dan Soeroto. Hingga pada tanggal 5 Februari 1953, Prof. Dr. Soeharso mendirikan

Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC) di Solo. Kemudian pada tahun 1954

tanggal 5 November secara resmi dibuka YPAC di Surakarta. Adapun YPAC

Jakarta memulai kegiatannya sejak tahun 1954 di kediaman milik Ny. Soemarno

Sostroatmojo.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah, baik di ruang kelas, ruang aula

praktik, maupun lapangan sekolah dengan didampingi oleh guru Pendidikan

Agama Islam (PAI). Peneliti juga melakukan wawancara secara berkala dengan

guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dan guru pendamping khusus untuk dapat

61

62

memperoleh data dan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa, serta informasi dari kepala

sekolah mengenai kebijakan dalam pembelajaran dan sarana prasarana yang

disediakan dalam menunjang jalannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) di sekolah.

Adapun beberapa tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pra-penelitian

Pada tahap ini dimulai sejak bulan Februari 2019, dengan beberapa langkah,

yaitu memilih lapangan penelitian, menyusun rencana penelitian, mengurus

perizinan pelaksanaan penelitian, mempersiapkan segala keperluan baik dari

perlengkapan maupun komunikasi dan kordinasi dengan pihak sekolah, kemudian

penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi dan situasi sekolah, memilih

narasumber yang sesuai dengan penelitian dan berhubungan langsung dengan

pembelajaran PAI bagi siswa tunadaksa. Hal ini dilakukan guna mencari informasi

dan data yang berdasarkan dengan realita dan fakta.

2. Penelitian

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan observasi ke tempat penelitian,

melakukan crossceck dan perkenalan dengan beberapa pihak sekolah yang

berkaitan dengan penelitian. Disamping melakukan observasi, peneliti juga

melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sesuai dengan topik

penelitian, yaitu kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dan guru

pendamping khusus siswa tunadaksa. Kemudian untuk dapat memperkuat data dan

sumber, maka peneliti juga melakukan dokumentasi dalam penelitian baik

dokumen dari pihak sekolah berupa data-data pembelajaran dan kebijakan sekolah,

foto-foto hasil penelitian, surat resmi dan beberapa data terkait dengan penelitian.

Adapun lamanya penelitian ini adalah 3 bulan terhitung dari bulan Maret-Mei

2019.

3. Pasca penelitian

63

Setelah seluruh data terkumpul, pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan

dan keabsahan data beserta melakukan penyusunan laporan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini berarti kegiatan

penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan

sistematis.1 Metode penelitian tersebut berisi jenis penelitian yang digunakan

peneliti untuk memecahkan masalah penelitian.2

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metodenya adalah

deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan strategi penelitian studi

kasus yang hanya memfokuskan pada satu fenomena yang ingin diteliti. Metode

deskriptif kualitatif ini maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata,

gambar dan bukan angka. Adapun jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara

analisis deskriptif.

Pengertian dari metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fakta dan sifat populasi tertentu.3 Sedangkan menurut Creswell penelitian studi

kasus ini diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek, yang

disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan

mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber data.4

Menurut Flick, penelitian kualitatif adalah specific relevance to the study of

social relations, owing to the fact of the pluralization of life world. Artinya,

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), Cet.

25, h. 2.

2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan

Skripsi, h. 45. 3 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), Cet. 1, h.

59.

4 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),

Cet. 1, h. 114.

64

penelitian ini berkaitan secara spesifik pada studi hubungan sosial yang

berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini dilakukan

guna untuk melihat dan memahami subjek dan objek penelitian baik orang maupun

lembaga berdasarkan pada fakta yang apa adanya.5 Adapun metode penelitian

kualitatif itu identik dengan sebutan metode penelitian naturalistik, karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah dan disesuaikan pada realitas

sosial yang ada. Kondisi ini tanpa adanya manipulasi oleh peneliti, dan obyek

penelitiannya berkembang apa adanya meskipun kehadiran peneliti ada di

lapangan, karena peneliti tidak akan mempengaruhi obyek tersebut.

Adapun kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

dan menganalisis secara intensif mengenai segala fenomena permasalahan yang

diteliti, yaitu mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan penerapan metode

pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunadaksa yang diperoleh secara

kualitatif.

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga buah teknik pengumpulan

data sebagai strategi mendapatkan data atau sumber informasi. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Nasution, “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para

ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi.”6 Observasi yang dilakukan oleh

peneliti adalah dengan jalan meneliti sumber subjek dan objek penelitian,

membaca literature bahan-bahan wawasan pengetahuan mengenai pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa, dan melakukan pengamatan yang

kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak

pada objek penelitian. Adapun observasi yang peneliti lakukan berupa observasi

5 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, h. 81. 6 Nasution, dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2017), Cet. 25, h. 226.

65

partisipatif, dimana peneliti juga ikut terlibat dengan kegiatan atau aktivitas yang

sedang diamati.

Tujuan dari observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi

siswa, kondisi sekolah, pelayanan yang diberikan sekolah kepada siswa tunadaksa

tipe celebral palsy dan pelaksanaan pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan observasi secara langsung terhadap kegiatan belajar siswa dan kondisi

sekolah di kelas maupun di luar kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta, Jl. Hang Lekiu

III No. 19 Blok F IV RT. 06/RW. 04, Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan.

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII,

VIII, dan IX SMPLB D-D1 YPAC Jakarta. Responden penelitian ini adalah

seluruh siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta, dengan ketentuan siswa

mendapatkan kesempatan yang sama dalam pengamatan peneliti. Responden yang

bersangkutan hanya mencapai 16 orang siswa, hal ini disebabkan batasan bagi

siswa tunadaksa D1 dalam satu kelas pembelajaran maksimal sebanyak 6 orang

siswa. Berikut data responden penelitian siswa tunadaksa D1 YPAC Jakarta

tersebut yaitu:

Tabel 3.1

Daftar Responden Penelitian di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

Disamping responden yang diamati, peneliti juga mengamati kondisi siswa

dan kondisi sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta guna mengetahui baik

tidaknya kebiasaan, akhlak dan ketentuan sekolah bagi siswa tunadaksa D1 dan

warga sekolah di lingkungannya. Berikut ini aspek pengamatan peneliti:

No Kelas Jumlah

1 VII 6

2 VIII 5

3 IX 5

66

Tabel 3.2

Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

No Aspek Pengamatan

1 Kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun)

2 Penggunaan seragam sekolah

3 Kemampuan siswa dalam bergerak, berinteraksi dan bergaul

4 Ketersediaan infrastruktur sekolah

5 Kelengkapan pelayanan kesehatan siswa

6 Anjuran menjaga kebersihan, ketenangan dan kenyamanan berupa slogan

7 Tanda keterangan menuju suatu ruangan tertentu pada setiap jalan dan lorong

Adapun untuk mengetahui metode pembelajaran pada mata pelajaran

pendidikan agama Islam yang tepat diterapkan bagi siswa tunadaksa tipe D1, maka

peneliti mengamati proses pembelajaran yang diterima siswa selama pembelajaran

baik di kelas maupun di luar kelas.

Tabel 3.3

Proses Pembelajaran PAI di kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

Aspek yang diamati

A. Kegiatan Pendahuluan

1. Salam dan doa

2. Kehadiran, kerapian berpakaian

3. Motivasi

4. Informasi tujuan pembelajaran

5. Apersepsi

B. Kegiatan Inti (metode pembelajaran yang digunakan)

1. Eksplorasi

2. Elaborasi

3. Konfirmasi

67

C. Kegiatan penutup

1. Evaluasi

2. Informasi pelajaran

3. Doa

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.7 Wawancara ini mirip dengan percakapan informasi antara peneliti

dengan informan. Teknik wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk dapat

menemukan permasalahan yang harus diteliti. Adapun wawancara yang peneliti

lakukan adalah wawancara tidak terstruktur yakni teknik pengumpulan data

dengan mewawancarai beberapa informan dengan pertanyaan yang sama,

keterampilan yang sama, dan instrument wawancara yang sama. Disaping itu

tujuan metode wawancara ini adalah untuk mengubah data menjadi informasi

secara langsung yang diberikan oleh seseorang (subjek). Teknik wawancara tidak

terstruktur ini berbentuk dialog dengan informan yang tetap berdasarkan pada

sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Adapun

sumber data yang yang peneliti wawancarai adalah kepala sekolah, guru

pendidikan agama Islam (PAI), dan guru pendamping khusus tunadaksa mengenai

metode pembelajaran agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Wawancara

No Informasi yang Dibutuhkan Responden

1 Informasi Lembaga:

a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah SMPLB

D-D1 YPAC Jakarta.

Kepala Sekolah

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 231.

68

b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

2 Registrasi:

a. Seleksi dan tes masuk berdasarkan kemampuan siswa

tunadaksa.

b. Struktur dan pembagian tugas.

c. Kualifikasi guru kelas dan guru pendamping.

d. Pembiayaan dana.

Kepala Sekolah

dan TU

3 Layanan sekolah:

a. Pelayanan rehabilitasi.

b. Pelayanan pendidikan dan sosial.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran siswa.

Kepala Sekolah

Tabel 3.5

Penerapan metode pembelajaran PAI di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

No Data yang dibutuhkan Instrumen

Penelitian

1 Pelayanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada

siswa tunadaksa meliputi; metode pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas, media dan strategi pembelajaran,

kurikulum dan pengelolaan waktu pembelajaran, serta

kegiatan sosial dan ekstrakulikuler khusus siswa tunadaksa.

Guru PAI

2 Penerapan metode pembelajaran meliputi; ceramah, diskusi,

tanya jawab, demonstrasi, resitasi, kerja kelompok, sosio

drama, drill, karya wisata, communication, tasa analisis,

direct instruction. Prompts.

Guru PAI

69

3 Kesulitan dalam menerapkan beberapa metode pembelajaran

PAI pada siswa tunadaksa D1 (celebral palsy)

Guru PAI dan

Guru

Pendamping

4 Teknik mengajar yang digunakan dalam menerapkan metode

pembelajaran bagi siswa tunadaksa D1

Guru PAI

5 Solusi dalam menerapkan metode pembelajaran PAI pada

siswa tunadaksa D1

Guru PAI

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen

disini berarti bahwa analisis terhadap data-data, tulisan, catatan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Sumber yang didapatkan merupakan

cermin situasi/kondisi yang sebenarnya yang kemudian dapat dianalisis secara

berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan meskipun waktu yang lama.

Peneliti melakukan studi dokumen agar hasil penelitian semakin kredibel karena

didukung oleh foto-foto atau data, karya tulis akademik dan seni yang telah ada di

sekolah SMPLB. D-D1 YPAC Jakarta dan selama diadakannya penelitian.

Instrument penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan dalam

pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Artinya peneliti sebagai instrument penelitian

harus mengerti dan memahami teori penelitian kualitatif, menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai

data, menganalisis data, menafsirkan dan menyimpulkan data berdasarkan

temuannya.8 Adapun beberapa instrument yang digunakan dalam pengumpulan

data penelitian ini yaitu catatan lapangan observasi dan wawancara, dokumentasi

yang berupa foto kegiatan, foto pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama

Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa, data sekolah dan karya tulis SMPLB D-D1

YPAC Jakarta. Berikut kisi-kisi dokumentasi yang dibutuhkan peneliti:

8 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, h. 222.

70

Tabel 3.6

Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian

No Data yang dibutuhkan

1 Informasi Lembaga:

a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta.

b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

2 Struktur organisasi dan tata kerja SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

a. Bagan struktur organisasi sekolah

b. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen organisasi

c. Bagan struktur organisasi kelas

d. Bagan struktur organisasi atau ektrakulikuler dan okulikuler sekolah

e. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen ektrakulikuler dan

okulikuler sekolah

3 Layanan sekolah:

a. Pelayanan rehabilitasi.

b. Pelayanan terapi.

c. Pelayanan pendidikan dan sosial.

d. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran siswa.

3 Kurikulum sekolah

4 Buku ajar yang digunakan, media pembelajaran yang ada

5 RPP, kisi-kisi soal ujian, evaluasi, remedial, dan penilaian.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data penelitian, peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

71

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.9 Adapun triangulasi data

dalam penelitian ini dengan menggunakan pengecekan kembali data yang

diperoleh dari berbagai sumber yang didapatkan, yaitu hasil observasi, wawancara,

dan dokumen selama penelitian.

F. Analisis Data

Menurut Nasution menyatakan, “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai

penulisan hasil penelitian.” Sedangkan menurut Miles dan Huberman

mengemukakan bahwa, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh.”10

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data dengan model Miles

dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verivication. Dimana hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi

diolah melalui metode yang tersebut diatas. Peneliti melakukan analisis data

berdasarkan pada pengumpulan data yang dilakukan sejak studi pendahuluan yang

kemudian dijadikan bahan analisis. Hal ini dikarenakan peneliti akan menemukan

masalah yang dapat dilanjutkan pada saat peneliti memasuki lapangan penelitian

untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dengan ditemukannya masalah pada

saat studi pendahuluan.

Data yang telah diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi

tersebut dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan teknik deskriptif

kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas, dan

sederhana mengenai metode pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) bagi

siswa tunadaksa D1. Sehingga hasil yang didapatkan akan menjadi pengetahuan

dan mudah dipahami oleh peneliti maupun masyarakat luas.

9 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi 2019, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 56. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 245-246.

72

Adapun proses analisi data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data adalah merangkum, memilah hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan

begitu, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

dapat memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melakukan pengumpulan data

selanjutnya, serta memudahkan peneliti apabila mencari data yang telah

disimpan.11

Sejak awal penelitian dilakukan, seluruh data dapat dikumpulkan menjadi

satu. Kemudian data-data tersebut dirangkum dan dipilih hal-hal pokok atau yang

penting disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kemudian data yang tidak

diperluakan dapat dihilangkan atau dibuang, agar data yang telah direduksi dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga memudahkan peneliti dalam

memperoleh data yang diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan memberikan

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategor, flowchart dan sejenisnya. Milles

dan Huberman menyatakan bahwa, “the most frequent from of display data for

qualitative research data in the past has been narrative text.” Artinya hal yang

paling sering dijadikan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

yang berbentuk teks dan bersifat naratif.12 Disamping berbentuk teks, disarankan

pula menyajikan data dalam bentuk grafik, matrik, jejaring kerja (network) dan

chart.

Dalam penyajian data, data disusun dengan rapih agar ketika akan menarik

kesimpulan dari keseluruhan data yang terkumpul dapat menghasilkan kesimpulan

yang sesui dan benar dngan yang dianalisis.

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 247. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 249.

73

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman. Dimana

sebelumnya pada kesimpulan awal masih bersifat sementara, lemah dan akan

berubah menjadi lebih kesimpulan yang kredibel apabila peneliti memperoleh

bukti-bukti yang lebih valid dan konsisten.13

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

dilakukannya penelitian menjadi lebih jelas. Peneliti harus senantiasa melakukan

verifikasi data pada setiap proses penelitian, sehingga akan dengan mudah

dipahami dan menemukan hasil penelitian yang kredibel dibanding dengan

sebelum melakukan kesimpulan dan verifikasi data.

13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 252.

112

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data dan hasil temuan peneliti pada BAB IV, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dapat

diterapkan bagi siswa tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta adalah

metode pembelajaran melalui pendekatan individual. Beberapa metode

tersebut yaitu ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode

resitasi, dan metode karya wisata. Hal ini dikarenakan siswa tunadaksa d1 tidak

mampu melakukan pembelajaran secara berkelompok, mengerjakan tugas

secara kelompok ataupun berdiskusi. Beberapa metode pembelajaran tersebut

menjadikan pembelajaran lebih efektif dan kondusif. Sedangkan metode

pembelajaran yang diterapkan melalui pendekatan kelompok terbilang tidak

cukup baik, membuat pembelajaran tidak efektif dan sistematis serta kondusif.

Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran melalui

pendekatan individual lebih baik diterapkan bagi siswa cerebral palsy

dibandingkan dengan metode yang melalui pendekatan kelompok.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa

tunadaksa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta tidak jauh berbeda dengan

pembelajaran bagi siswa regular, hanya saja dilakukan modifikasi, baik itu

kurikulumnya, bahan ajar, metode dan penilaiannya serta sarana prasarananya

atau pelayanannya. Pelaksanaan pembelajaran yang dimodifikasi ini berkat

kreativitas guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga siswa

lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran

terlihat lebih memuaskan.

112

113

3. Beberapa pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) bagi siswa tunadaksa cerebral palsy, masing-masing

memiliki kekurangan dan kelebihannya. Baik itu metode pembelajaran yang

melalui pendekatan individual maupun melalui pendekatan kelompok.

B. Implikasi

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunadaksa cerebral

palsy dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran apabila

guru bidang studi Pendidikan Agama Islam mampu menerapkan berbagai metode

belajar yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sebagai guru bidang studi

PAI seharusnya mampu untuk memberikan pola pembelajaran yang menarik

perhatian siswa dan memudahkan siswa dalam menerima informasi materi ajar.

Adapun implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru diharapkan dapat memilih dan menerapkan metode-metode

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan siswa tunadaksa cerebral palsy. Agar dalam proses

pembelajarannya akan terasa lebih efektif dan kondusif. Sehingga guru mampu

membimbing dan membantu siswa untuk terus belajar meningkatkan potensi

yang dimiliki siswa. Baik itu anggota gerak motoriknya, daya berpikirnya

hingga kemampuan berperilaku (akhlaknya).

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan guru

dapat memodifikasi proses belajar di kelas ataupun di luar kelas bagi siswa

tunadaksa cerebral palsy. Modifikasi ini tetap berdasarkan pada kurikulum

nasional bagi cerebral palsy, rancangan pembelajaran, materi ajar hingga

program-program pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan ketentuan

pemerintah. Sehingga pada prosesnya siswa mampu mengikuti pembelajaran

dengan baik dan lebih mudah untuk menerima informasi materi ajar yang

disampaikan oleh guru bidang studi PAI.

3. Guru bidang studi PAI dan guru-guru bidang studi lainnya beserta kepala

sekolah melakukan diskusi untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat

114

bagi perkembangan dan kemampuan siswa dengan lebih memperhatikan

kelebihan dan kekurangan yang ada pada beberapa metode pembelajaran

apabila diterapkan bagi siswa cerebral palsy di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan metode pembelajaran PAI bagi siswa tunadaksa alangkah

baiknya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran melalui

pendekatan individual atau kemampuan mandiri siswa. Secara individu siswa

diberikan pengarahan dan bimbingan sehingga dimungkinkan dalam

pembelajarannya siswa mampu mengontrol diri dan mampu meningkatkan

potensinya serta guru pun lebih mudah membuat kelas pembelajaran menjadi

lebih kondusif dan efektif.

2. Adapun pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) berdasarkan hasil

penelitian peneliti akan mencapai keberhasilan apabila (1) Guru dan sekolah

memahami kondisi siswa dengan adanya rehabilitasi secara berkala, (2) guru

PAI mampu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) termodifikasi

sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai agar guru terlebih dahulu

menyiapkan seluruh bahan ajar sesuai dengan materi dan karakteristik siswa,

(3) guru mampu mengikuti kurikulum pembelajaran khusus tunadaksa yang

sudah modifikasi berdasarkan pada karakteristik siswa, (4) idealnya siswa

memiliki buku pegangan khusus pembelajaran PAI yang sudah dimodifikasi,

bukan hanya guru yang memiliki buku bahan ajar, (5) guru melakukan

pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda-beda pada setiap

pertemuannya sehingga pembelajaran tidak mudah bosan dan siswa lebih

termotivasi dalam belajar.

115

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Agustiawati. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN,

2009.

Ahmad, Nur’aini.

Arief, Armai. Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau. Jakarta: Suara ADI,

2009.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Ash-Shabuni, Syekh Muhammad Ali. Tafsir Ayatul Ahkam. Depok: Keira Publishing,

2015.

Atmaja, Jati Rinakri. Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2018.

Bower, Gordon H. and Hilgard, Ernest R. Theories of Learning. America: Prentice-

Hall, Inc., 1981.

Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan

Inklusi).

Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama, 2006.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Hamid, Syamsul Rijal. Buku Pintar Agama Islam, edisi Junior. Bogor: Cahaya Salam,

2009.

115

116

Hidayat, Achmad R. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Mushaf Khadijah. Jakarta:

Alfatih, 2012.

Ilahi, Mohammad Takdir. Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016.

Jamaludin, dkk. Pembelajaran Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015.

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Terj. dari

,oleh Dzein Moefreni. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I شرح عقيدة اهل السنة والجماعة

2014.

Karyana, Asep dan Widati, Sri. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dengan Hambatan Gerak. Jakarta: Luxima

Metro Media, 2013.

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi. Bandung:

Refika Aditama, 2013.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah. Bandung: Remaha Rosdakarya, 2004.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI Press,

2013.

Nata, Abuddin. Study Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011.

Rachmawati, Tutik dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang

Mendidik. Yogyakarta: Gava Media, 2015.

Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:

Kalam Mulia, 2015.

115

117

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi bagi Pendidik

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:

Kencana, 2009.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Terj. dari Educational Psychology oleh Tri

Wibowo BS. Jakarta: Kencana, 2004.

Soemantri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama,

2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2017.

Suralaga, Fadhilah dan Solicha, Psikologi Pendidikan. Ciputat: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Susanto, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada

Media Grup, 2015.

Thompson, Jenny. Penj. Eka Widayati, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Terj.

dari Undertand Child Whit Specially Need oleh Eka Widayati. Jakarta: ESENSI

Erlangga Group, 2012.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi 2019. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV.

Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat: Ciputat Pers,

2002.

Waini. Pedagogik Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Z, Zurinal dan Sayuti, Wahdi. Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-dasar

Pelaksanaan Pendidikan. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN

Jakarta Press, 2006.

118

Sumber Skripsi, Tesis dan Disertasi

Aprilia, Irin. “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa

Tunadaksa Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat

Surakarta Tahun 2017/2018”. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2017.

Endarwati, Munajah Tri. “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak

Tuna Daksa di SDLB Negeri Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Tahun

Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2011.

Setiawan, Wari. “Pembelajaran Individual dalam Internalisasi Pendidikan Agama

Islam (PAI) untuk Anak Berkebutuhan Khusus”. Disertasi. Pamulang: Onglam

Books. 2017.

Sumber Jurnal

Dewi, Erni Ratna. Metode Pembelajaran Modern dan Konvensional Pada Sekolah

Menengah Atas, Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran.2, 2018.

Hanum, Lathifah. Pembelajaran PAI bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal

Pendidikan Agama Islam. 11, 2014.

Nashruddin, Muhammad Didin. Penerapan Metode Karya Wisata untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi pada Siswa Sekolah Dasar.

Jurnal Pendidikan Guru SD, 1, 2013.

Nasution, Sahkholid. Metode Konvensional dan Inkonvensional dalam Pembelajaran

Bahasa Arab. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. 2, 2012.

Ratih, Silvia Nachita dan Mahmudah, Siti. Metode Karya Wisata terhadap

Keterampilan Bercerita Siswa Tunagrahita Ringan. Jurnal Pendidikan Khusus.

UNESA, 2013.

119

Sakrani. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tunadaksa Menggunakan Media Torso.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2, 2013.

SP, Hermanto. Modifikasi Model Pembelajaran bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu

Tantangan Kreativitas Guru). Jurnal Pembelajaran. 2, 2006.

Sulasminah, Dwiyatmi. Kajian konsep pengembangan Model Sarana Pendukung

Pembelajaran IPA Bagi Anak Tunadaksa, Jurnal Publikasi Pendidikan. 3, 2013.

Tjasmini, Mimin. Arah Pembelajaran Cerebral Palsy, Jurnal Ilmu Pendidikan,

Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia.

Widodo, Zandra Dwanita, dkk. Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa

Ringan Melalui Pendekatan Bermain, Jurnal Pendidikan. 23, 2014.

Sumber Internet

“Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 32/DPD

RI/II/2013-2014 tentang Rancangan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional”. www.dpd.go.id, 03 Januari 2019.

“UU RI No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi”. https://jdih/kemenkeu.go.id,

02 Maret 2019.

“UUD NRI 1945”. https://jdih.pom.go.id, 02 Maret 2019.

Antara, Agregasi. “Juara IT Nasional, Siswi Tunadaksa Ini Akan Bertanding ke

Korsel”. https://news.okezone.com, 07 Februari 2019.

Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. “Penyandang

Disabilitas pada Anak”. www.depkes.go.id, 03 Januari 2019.

Irwanto, dkk, “Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia; Sebuah Desk-

Review”. Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas FISI UI Depok dan Australian

Government. https://www.ilo.org, 07 Februari 2019.

120

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. “Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas”.

https://www.peraturan.go.id, 02 Maret 2019.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. https://bsnp-indonesia.org, 09

Juli 2019.

Reza, Khaerur. “Tuna Daksa Tak Halangi Dia Berprestasi, Kini Dia Merajut Mimpi

Jadi Mahasiswa UGM”. https://jogja.tribunnews.com, 07 Februari 2019.

Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, 2013.

Rohimin, dkk. “Hakikat Pendidikan.” Bandung: Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia. https://file.upi.edu, 09 Maret 2019.

Suryana, Wahyu. “Alfi Buktikan Disabilitas bukan Halangan Berprestasi”.

https://m.republika.co.id, 07 Februari 2019.

Wedan. “Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum”.

https://silabus.org, 11 Maret 2019.

Yusoep, Yani Yuliani. “Metode Pengajaran ABK”.

https://nayyanrises.wordpress.com, 22 Januari 2019.

LAMPIRAN

121

Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Tabel Observasi

Tabel 3.1

Daftar Responden Penelitian di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

Tabel 3.2

Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

No Aspek Pengamatan

1 Kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun)

2 Penggunaan seragam sekolah

3 Kemampuan siswa dalam bergerak, berinteraksi dan bergaul

4 Ketersediaan infrastruktur sekolah

5 Kelengkapan pelayanan kesehatan siswa

6 Anjuran menjaga kebersihan, ketenangan dan kenyamanan berupa slogan

7 Tanda keterangan menuju suatu ruangan tertentu pada setiap jalan dan lorong

No Kelas Jumlah

1 VII 6

2 VIII 5

3 IX 5

121

122

Tabel 3.3

Proses Pembelajaran PAI di kelas SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

Aspek yang diamati

A. Kegiatan Pendahuluan

1. Salam dan doa

2. Kehadiran, kerapian berpakaian

3. Motivasi

4. Informasi tujuan pembelajaran

5. Apersepsi

B. Kegiatan Inti (metode pembelajaran yang digunakan)

1. Eksplorasi

2. Elaborasi

3. Konfirmasi

C. Kegiatan penutup

1. Evaluasi

2. Informasi pelajaran

3. Doa

B. Tabel Wawancara

Tabel 3.4

Informasi Seputar SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

No Informasi yang Dibutuhkan Responden

1 Informasi Lembaga:

a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah

SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta.

Kepala Sekolah

123

d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta.

2 Registrasi:

a. Seleksi dan tes masuk berdasarkan kemampuan

siswa tunadaksa.

b. Struktur dan pembagian tugas.

c. Kualifikasi guru kelas dan guru pendamping.

d. Pembiayaan dana.

Kepala Selolah

dan TU

3 Layanan sekolah:

a. Pelayanan rehabilitasi.

b. Pelayanan pendidikan dan sosial.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran siswa.

Kepala Sekolah

Tabel 3.5

Penerapan metode pembelajaran PAI di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

No Data yang dibutuhkan Instrumen

Penelitian

1 Pelayanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada

siswa tunadaksa meliputi; metode pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas, media dan strategi pembelajaran,

kurikulum dan pengelolaan waktu pembelajaran, serta

kegiatan sosial dan ekstrakulikuler khusus siswa

tunadaksa.

Guru PAI

2 Penerapan metode pembelajaran meliputi; ceramah,

diskusi, tanya jawab, demonstrasi, resitasi, kerja

kelompok, sosio drama, drill, karya wisata,

communication, tasa analisis, direct instruction.

Prompts.

Guru PAI

124

3 Kesulitan dalam menerapkan beberapa metode

pembelajaran PAI pada siswa tunadaksa tipe celebral

palsy.

Guru PAI dan

Guru

Pendamping

4 Teknik mengajar yang digunakan dalam menerapkan

metode pembelajaran bagi siswa tunadaksa D1

Guru PAI dan

Guru

Pendamping

Khusus

5 Solusi dalam menerapkan metode pembelajaran PAI

pada siswa tunadaksa D1

Guru PAI

C. Dokumentasi

Tabel 3.6

Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian

No Data yang dibutuhkan

1 Informasi Lembaga:

a. Latar belakang berdirinya lembaga sekolah SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta.

b. Visi Misi SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

c. Klasifikasi siswa di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

d. Tujuan dan peranan SMPLB D-D1 YPAC Jakarta.

2 Struktur organisasi dan tata kerja SMPLB D-D1 YPAC Jakarta

a. Bagan struktur organisasi sekolah

b. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen organisasi

c. Bagan struktur organisasi kelas

d. Bagan struktur organisasi atau ektrakulikuler dan okulikuler sekolah

e. Deskripsi tugas untuk masing-masing komponen ektrakulikuler dan

okulikuler sekolah

3 Layanan sekolah:

a. Pelayanan rehabilitasi.

125

b. Pelayanan terapi.

c. Pelayanan pendidikan dan sosial.

d. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran siswa.

3 Kurikulum sekolah

4 Buku ajar yang digunakan, media pembelajaran yang ada

5 RPP, kisi-kisi soal ujian, evaluasi, remedial, dan penilaian.

126

Lampiran 2

Lembar Observasi Kondisi Siswa dan Sekolah di SMPLB YPAC Jakarta

Hari/Tanggal : Indikator pengamatan :

Kelas/Sekolah : Observer :

Waktu :

Petunjuk:

Berilah tanda centang (√) pada kolom keterlaksanaan butir-butir observasi kondisi

siswa dan sekolah berikut.

No Aspek Pengamatan Keterlaksanaan Keterangan

Ya Tidak

Baik Kurang

1 Kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam,

Sopan, dan Santun)

2 Penggunaan seragam sekolah

3 Kemampuan siswa dalam bergerak,

berinteraksi dan bergaul

4 Ketersediaan infrastruktur sekolah

5 Kelengkapan pelayanan kesehatan

siswa

6 Anjuran menjaga kebersihan,

ketenangan dan kenyamanan berupa

slogan

7 Tanda keterangan menuju suatu

ruangan tertentu pada setiap jalan dan

lorong

Observer Kepala Sekolah

( ) ( )

127

Lampiran 3

Lembar Observasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Hari/Tanggal : Materi :

Kelas/Sekolah : Indikator :

Waktu : Nama Guru :

Observer :

Berilah tanda centang (√) pada kolom keterlaksanaan butir-butir observasi proses

pembelajaran PAI berikut.

No Aspek yang diamati Pelaksanaan

Tidak Keterangan Baik Kurang

1 A. Kegiatan Pendahuluan

1. Mengkondisikan kesiapan

siswa dan kesiapan kelas

2. Memeriksa kehadiran,

kerapian berpakaian, posisi

tempat duduk disesuaikan

dengan kegiatan

pembelajaran

3. Memotivasi siswa

4. Memberikan informasi

tentang tujuan dan manfaat

pembelajaran

5. Melakukan apersepsi

2 B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

Penguasaan terhadap materi

ajar

128

Melaksanakan pembelajaran

secara runtut

Menerapkan metode

pembelajaran sesuai dengan

karakteristik siswa

Melaksanakan pembelajaran

sesuai alokasi waktu yang

direncanakan

Pembelajaran menggunakan

media

Melibatkan siswa dalam

pemanfaatan media

2. Elaborasi

Keterampilan bertanya siswa

Keterampilan guru melempar

pertanyaan

Pemberian kesempatan

berfikir

3. Konfirmasi

Memberikan latihan atau

tugas

Melakukan penilaian akhir

sesuai dengan tujuan

(kompetensi)

3 Kegiatan penutup

1. Memberikan evaluasi dan

kesimpulan materi yang

dibahas.

2. Menjelaskan materi yang

akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya dan

129

menyampaikan tugas mandiri

terstruktur berupa

mempelajari materi

selanjutnya.

3. Bersama-sama menutup

pelajaran dengan berdoa

Observer Guru

( ) ( )

130

Lampiran 4

Lembar Observasi Siswa Tunadaksa

Hari/Tanggal : Materi :

Kelas/Sekolah : Indikator :

Waktu : Nama Siswa :

Observer :

Skor 1 = Tidak Baik

Skor 2 = Cukup Baik

Skor 3 = Baik

Skor 4 = Sangat Baik

Berilah tanda centang (√) pada kolom skor butir-butir observasi proses pembelajaran

PAI berikut.

Indikator Aspek Pengamatan Pembelajaran Skor Keterangan

1 2 3 4

Pendahuluan

Mampu duduk ditempat belajarnya

Mampu membaca doa

sebelumbelajar

Mampu menyiapkan alat tulis

Inti

A. Aktifitas

belajar

1. Memperhatikan penjelasan

guru

2. Menjawab pertanyaan guru

3. Mampu bertanya

4. Mampu menulis catatan

5. Mampu berinteraksi dengan

guru

6. Mampu berinteraksi dengan

siswa lainnya

131

B. Respon 1. Tertarik dengan penjelasan

guru

2. Mampu melihat situasi

3. Mampu mengerjakan tugas

dari guru

4. Mampu memahami materi

ajar dan menjawab

pertanyaan guru

5. Mampu bergerak secara

motoriknya

6. Mampu mengendalikan

emosi dan perilakunya

7. Mampu mengikuti peraturan

sekolah dan guru bidang

studi

Penutup 1. Mampu menyimpulkan

materi pelajaran

2. Mampu merapihkan alat tulis

3. Mampu membaca doa

penutup

4. Mampu mengucap salam

dengan benar

Observer Guru

( ) ( )

132

Lampiran 5

HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Jumat, 24 Mei 2019

A : Pewawancara

B : Responden

A : “Apa yang bapak ketahui mengenai latar belakang berdirinya lembaga

sekolah SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini?”

B : “SMPLB D-D1 YPAC Jakarta adalah salah satu bagian dari YPAC

Jakarta. YPAC Jakarta dahulunya merupakan salah satu bagian dari

cabang YPAC Solo sejak awal tahun 1954 yang diketuai oleh Ibu

Soeharso dan bertempat di kediaman Ny. Soemarno Sostroatmodjo.

Namun dalam perkembangannya, YPAC tidak lagi memiliki cabang

melainkan berdiri sendiri secara otonom. Setelah itu YPAC Jakarta

dikembangkan oleh Ny. Soemarni yang awalnya bertempat di Garasi

kediamannya di Jl. Kebon Sirih II/6 Jakarta. Hingga 5 november 1954

YPAC diresmikan oleh wali kota Jakarta saat itu, yakni Bapak Sudiro.

Dan kemudian pada 6 November 1957 YPAC Jakarta berpindah

memiliki gedung yang beralamat di Jl. Hang Lekiu III/19 Blok F IV

Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.”

A : “Apa saja visi dan misi lembaga sekolah ini hingga berdiri dan

berkembang seperti ini Pak?”

B : “Visi misi di SLB D-D1 YPAC Jakarta yaitu:

1. Visi

Bahwa setiap manusia mempunyai kedudukan dan bakat yang sama

serta mempunyai hak untuk mengembangkan pribadinya, dan

133

setiap manusia rasa kesadaran, tanggung jawab sosial terhadap

manusia dan bangsa.

2. Misi

Mencegah secara dini agar kecacatan tidak semakin parah, dan

menjunjung bahwa anak dengan kecacatan perlu mendapatkan

pelayanan rehabilitasi yang terpadu oleh tim rehabilitasi

interdisiplinear agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki

secara berkualitas untuk tujuan kemandirian serta anak dengan

kecacatan harus mendapat equalisasi dalam kebutuhan khususnya.”

A : “Bagaimana klasifikasi penerimaan siswa di SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta?”

B : “Dahulu YPAC Jakarta hanya menerima siswa dengan kondisi fisik

poliomylitis yang disebabkan karena pada waktu itu adalah zaman

kemerdekaan. Banyak korban yang kemudian mnderita sakit polio

mylitis. Kemudian pada perkembangannya YPAC Jakarta merubah

pelayanan yang mengkhususkan pada siswa atau anak-anak

penyandang tunadaksa yang disebabkan kerusakan otak Cerebral Palsy

(CP), Mental Retarted (MR), autis Down Syndrome, dan Adward

Syndrome. Hal ini dikarenakan sejak dini sudah mulai diberikan vaksin

polio dan imunisasi, dan lembaga sosial yang menangani anak Cerebral

Palsy masih sedikit.”

A : “Apa tujuan dan peranan pelayanan yang diberikan SMPLB D-D1

YPAC Jakarta kepada siswa?”

B : “Tujuan pelayanan terhadap penyandang cacat oleh YPAC Jakarta

yaitu agar siswa memiliki perubahan baik kemandiriannya,

peningkatan kemampuan sosial dan pribadinya sehingga tercipta

kesejahteraan bagi anak. Adapun pelayanan yang berikan adalah

berupa layanan medis dengan terapi dan rehabilitasi, pendidikan formal

atau sekolah dan pengembangan keterampilan melalui unit karya.

134

Tujuannya adalah untuk membantu dan mendorong siswa agar mampu

megatasi secara mandiri kesulitan yang dihadapinya dan tidak

bergantung pada orang lain dalam kesehariannya. Pelayanan yang

lainnya adalah siswa diberikan latihan dan pengembangan diri agar

percaya diri dalam kehidupan sosialnya dan siswa tidak mengalami

kemunduran melainkan kemajuan.”

A : “Bagaimana cara seleksi dan tes masuk berdasarkan kemampuan siswa

tunadaksa yang bapak ketahui?”

B : “Idealnya seleksi masuk siswa tunadaksa berdasarkan pada peraturan

pemerintah daerah. Adapun disini mulai seleksi tes adalah sejak bulan

Mei – Juli. Siswa melakukan asesmen oleh tim asesmen YPAC Jakarta,

tujuannya untuk mengetahui kemampuan dan potensi siswa, jenjang

pendidikan yang sesuai dan jenis layanan yang harus diterima siswa

setelah masuk sekolah. Kemudian diaktifkannya kelas observasi yang

dilaksanakan di kelas TK selama kurang lebih 3 bulan. Tujuannya

untuk menentukan kelas atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan

kondisi dan kemampuan siswa. Siswa dan orang tua juga harus mengisi

formulir pendaftaran, pembayaran atau registrasi (bisa melalui

beasiswa jalur prestasi, jalur ABK, dan beasiswa orang tua asuh).”

A : “Bagaimana kualifikasi guru kelas dan guru pendamping yang diterima

oleh SMPLB YPAC ini?”

B : “Untuk kualifikasi guru disini peraturan Dapodik sudah tidak ada. Oleh

karenanya kita menerima calon guru dari lulusan S1 guru PLB

(Pendidikan Luar Biasa)/D4. Sedangkan untuk guru pendamping

(asisten) bisa dari lulusan SMA atau SMK, dan guru pendamping

khusus dari lulusan keperawatan atau yang biasa menangani anak

penyandang disabilitas.”

A : “Apa saja pelayanan rehabilitasi yang diberikan sekolah kepada

siswa?”

135

B : “Layanan rehabilitasi disini biasanya memberikan layanan berupa

terapi kesehatan, pelatihan kesenian atau membuat karya dan pelatihan

day care serta workshop pelatihan oleh yayasan sosial dan departemen

kesehatan.”

A : “Adapun layanan pendidikan dan sosial, apa saja yang diberikan

sekolah kepada siswa?”

B : “Layanan pendidikan yang diberikan sekolah kepada siswa meliputi

jenjang observasi sebelum masuk jenjang sekolah dasar, jenjang

sekolah menengah pertama maupun menengah akhir. Adapun layanan

pendidikan yang lainnya yaitu siswa diberikan terapi music, olahraga,

kepramukaan dan sosialisasi. Sedangkan layanan sosial yakni berupa

penyantunan harian/day care, asrama bagi siswa yang ditelantarkan

oleh keluarganya, kegiatan rekreasi sosialisasi anak dan adapula

program keluarga angkat.”

A : “Dalam pembelajaran, di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini

menggunakan kurikulum apa ya Pak?”

B : “Disekolah kami dalam pembelajarannya tetap menggunakan

kurikulum dari pemerintah, hanya saja kurikulum tersebut di

modifikasi oleh guru bidang study dan sekolah sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan siswa. Sehingga tidak memberatkan siswa

maupun guru dalam proses pembelajarannya.”

A : “Bagaimana menurut Bapak mengenai ketersediaan sarana dan

prasarana pendukung pembelajaran siswa di SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta ini?”

B : “Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran siswa

disini sudah sangat baik dan termasuk terlengkap dibandingkan dengan

sekolah SLB lainnya. Karena disini mengutamakan pelayanan

kesehatan siswa, perkembangan diri siswa terhadap dirinya sendiri dan

juga sosialnya. Oleh karenanya disini sudah dilengkapi berbagai

136

saranan dan prasarana guna meningkatkan kemapuan/potensi siswa

secara bertahap dan pasti. Adapun kegiatan di SMPLB atau jenjang

lainnya pun sangatlah banyak. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki

banyak pengalaman dan terbiasa melakukan aktivitas padat sosialnya

atau gerak motoriknya sehingga lebih mampu bergerak karena

terbiasa.”

Jakarta, 10 Juni 2019

Pewawancara Kepala Sekolah

Eva Dianidah

137

Lampiran 6

HASIL WAWANCARA TATA USAHA (TU)

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 27 Mei 2019

A : Pewawancara

B : Responden

A : “Bagaimana seleksi dan tes masuk siswa tunadaksa di SLB D-D1

YPAC ini yang Ibu ketahui?”

B : “Seleksi masuk siswa berdasarkan pada persyaratan PPDB yang sudah

terpenuhi oleh siswa. PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) terdiri

dari pendaftaran registrasi dimulai sejak sebelum awal tahun pelajaran

atau sekitar bulan April hingga Juni di setiap tahunnya. Adapun tesnya

adalah berupa siswa melakukan PPDB melalui asesmen oleh tim

asesten terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan atau potensi

siswa, jenjang pendidikannya, dan jenis pelayanan yang akan diterima

siswa di sekolah. Bagi yang sudah pernah melakukan asemen, terapi

atau pemeriksaan rumah sakit wajib memberikan laporan hasil

asesmennya. Dan bagi orang tua/wali calon peserta didik baru ini harus

mengisi formulir pendaftaran dan menandatangani surat pernyataan.

Siswa yang diterima di SLB D-D1 YPAC Jakarta ini hanyalah siswa

dengan kondisi tunadaksa tipe cerebral palsy, Mental Retarted (MR),

autis Down Syndrome, dan Adward Syndrome, serta tunadaksa ganda

(d2). Jika tidak sesuai dengan ketentuan sekolah maka kemungkinan

besar siswa tidak diterima di sekolah.”

A : “Bagaimana bentuk struktur dan pembagian tugas pekerja di di SMPLB

D-D1 YPAC Jakarta?”

138

B : “Struktur organisasi disini sebenarnya secara keseluruhan yaitu SLB

D-D1 YPAC Jakarta, tidak hanya untuk SMPLB saja. Jadi secara

keseluruhan pegawai disini menangani bidangnya secara keseluruhan

di SLB D-D1 YPAC Jakarta. Artinya SDLB, SMPLB, dan SMALB

dipegang oleh orang yang sama. Adapun kepala sekolahnya adalah

bapak Heru Haerudin, sebagai tim ahli, komite sekolah dan mabigus,

dibawahnya ada bendahara sekolah, wakil kepala sekolah, TU, dan

operator sekolah. Dibawahnya lagi ada pegawai bidang kurikulum,

SDM/Humas, SARRAS, Kesiswaan, Sosialisasi, HBA/HBN, olahraga

dan literasi.”

A : “Bagaimana ketentuan pembiayaan dana untuk mendapatkan layanan

pendidikan, sosial dan terapi di YPAC Jakarta?”

B : “Biaya di SLB D-D1 YPAC Jakarta ini bermacam-macam berdasarkan

kebutuhan siswa. Adapun biaya wajibnya meliputi uang pangkal

sekitar 3,5jt untuk semua jenjang. SPP idealnya sekitar 2jt/anak. Dan

untuk biaya terapi siswa disesuaikan dengan tingkat pelayanan dan

pengobatan yang diberikan kepada siswa. Sedangkan bagi siswa

kurang mampu akan mendapatkan donatur beasiswa, entah itu

beasiswa prestasi, beasiswa anak asuh dll.”

Jakarta, 10 Juni 2019

Pewawancara Tata Usaha

Eva Dianidah Desy Wulandari

139

Lampiran 7

HASIL WAWANCARA GURU BIDANG STUDI PAI

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Mei 2019

A : Pewawancara

B : Responden

A : “Tipe kelainan apa saja yang ada pada siswa SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta yang Bapak ketahui?”

B : “Siswa SMPLB YPAC Jakarta secara keseluruhan memiliki kelainan

tunadaksa tipe cerebral palsy (CP). Tidak ada yang memiliki kelainan

d2 atau tundaksa ganda.”

A : “Apa saja yang bapak ketahui mengenai bentuk tes dalam menyeleksi

peserta didik baru di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini?”

B : “Bentuk tes berupa percobaan dalam menjawab pertanyaan, bersapa,

berbicara, bermain dan melempar (bola atau kertas). Ini untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam berfikir dan gerakan

motoriknya.”

A : “Apa saja bentuk kegiatan rehabilitasi untuk siswa tunadaksa cerebral

palsy ini di sekolah?”

B : “Kegiatan yang biasa dilakukan di sekolah dalam rangka rehabilitasi

untuk siswa adalah melalui day care, bengkel pelatihan potensi siswa,

unit karya dan terapi secara berkala.”

A : “Dalam satu kelas ada berapa guru yang dibutuhkan untuk mengajar

siswa tunadaksa tipe cerebral palsy di sekolah ini?”

140

B : “Untuk kelas yang hanya tipe d1 atau tunadaksa akibat kerusakan otak

(cerebral palsy) hanya membutuhkan 1 guru bidang studi, 1 guru kelas,

dan 1 guru pendamping (asisten) bila pelajaran berupa praktik atau

latihan. Sedangkan pada kelas tunadaksa tipe d2 atau tuna ganda maka

dalam suatu kelas akan membutuhkan beberapa guru tambahan sebagai

guru pendamping khsusus dan perawat khusus yang menangani pasien

atau siswa dengan keterbatasan dan kelainannya. Namun untuk jenjang

SMPLB tidak ada siswa yang mengalami tunadaksa d2, maka dalam

pembelajarannya tidak terlalu banyak membutuhkan guru tambahan.”

A : “Pada pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas atau di luar kelas, siswa

SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini biasanya menggunakan metode

pembelajarannya apa saja Pak?”

B : “Metode pembelajaran PAI yang biasa diterapkan pada siswa SMPLB

disini adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode resitasi

atau tugas, hafalan dan metode demonstrasi. Sesekali menggunakan

metode karya wisata apabila perlu dilakukan pembelajaran di luar

sekolah.”

A: “Bagaimana penerapan metode pembelajaran PAI berdasarkan materi

ajarnya di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini Pak?”

B : “Pada setiap materi ajar berbeda-beda metodenya. Misalnya pada

materi ajar yang berkaitan dengan fiqh, maka metode yang biasa

dipakai adalah ceramah, sedangkan pada praktiknya menggunakan

metode demonstrasi. Berbeda lagi jika materi ajarnya mengenai sejarah

Islam, biasanya metode yang dipakai adalah metode ceramah dengan

menggunakan media video. Jika materi ajarnya mengenai aqidah dan

akhlak maka pembelajaran menggunakan metode ceramah yang

disertai dengan tanya jawab. Adapun pada metode resitasi akan berlaku

pada seluruh materi ajar, karena tugas dapat diselesaikan di rumah

dengan bantuan orang tuanya ataupun di kelas dengan dibantu guru ajar

141

dan guru pendamping kelasnya. Sedangkan pada metode pembelajaran

karya wisata biasanya hanya dilakukan beberapa waktu saja, karena

metode ini hanya digunakan apabila siswa perlu untuk melakukan

perjalanan ke luar sekolah dengan melihat keadaan sekitarnya ataupun

ke museum al-Qur’an dan sejarah keIslaman.”

A : “Apakah metode pembelajaran yang berbasis kelompok tidak bisa

diterapkan untuk siswa tunadaksa tipe cerebral palsy di SMPLB D-D1

YPAC Jakarta ini?”

B : “Tidak bisa. Karena metode seperti kerja kelompok, diskusi, sosio

drama, metode pemecahan masalah, studi kasus, latihan bersama,

bermain peran, dan metode lainnya yang berbasis kelompok jika

diterapkan akan membutuhkan waktu yang lama dan juga guru

pendamping yang banyak. Dan jika dipaksakan menggunakan metode-

metode ini, maka yang akan terjadi adalah siswa kesulitan mengikuti

pembelajaran dan tidak mampu mencapai tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai. Karena siswa juga memiliki keterbatasan dan kelainan

yang berbeda-beda, maka guru PAI pun biasanya akan kesulitan

memberikan metode pembelajaran yang berbasis kelompok. Bisa

dilakukan namun tidak sering, hanya satu atau dua metode saja

misalnya metode karya wisata yang sudah jelas menjadi program

sekolah dan pasti akan didatangkan banyak guru pendamping sehingga

waktu yang diperlukan dalam pembelajaran tidak terbuang sia-sia. Dan

siswa pun dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena adanya

pendampingan khusus juga”

A : “Bagaimana pengelolaan waktu pembelajaran PAI di kelas Pak?”

B : “Pengelolaan waktu belajar PAI di kelas seperti halnya sekolah regular

lainnya. Yaitu 40 menit dalam satu kali pertemuan.”

A : “Kurikulum apa yang dipakai di sekolah ini sebagai acuan dalam

pembelajaran?”

142

B : “Kurikulumnya sesuai dengan yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Namun kurikulum tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan siswa dalam belajar.”

A : “Buku yang digunakan dalam mengajar PAI apakah dibuat sendiri atau

dari pemerintah pak?”

B : “Buku PAI disini kami dapatkan dari pemerintah, jadi sudah sesuai

dengan peraturan pemerintah dalam pembelajaran PAI bagi siswa

tunadaka tipe cerebral palsy. Namun dalam penggunaannya kami

modifikasi lagi materi apa dan pola pengajarannya berdasarkan

kemampuan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa dibebani

dengan pembelajaran dan guru pun tidak terlalu disulitkan dalam

mengajar.”

A : “Bagaimana teknik mengajar dalam pembelajaran PAI bagi siswa

tunadaksa tipe d2 di SMPLB D-D1 YPAC Jakarta ini?”

B : “Teknik mengajar yang saya lakukan untuk siswa tunadaksa di SMPLB

ini adalah dengan menggunakan strategi yang bisa menarik perhatian

siswa, dan tentu saja memudahkan siswa dalam belajar.”

A : “Apa saja kendala yang Bapak rasakan ketika memberikan

pembelajaran bagi siswa SMPLB D-D1 YPAC Jakarta?”

B : “Kendala yang saya rasakan selama mengajar SMPLB D-D1 YPAC

Jakarta adalah kurangnya kemampuan siswa dalam mencerna

pembelajaran, banyaknya tipe kelainan yang berbeda-beda pada siswa

dalam satu kelas, sulitnya menentukan metode pembelajaran yang

dimodifikasi berdasarkan kesulitan yang dialami siswa dan sulitnya

mengatur siswa dengan keadaan yang tiba-tiba bergerak ataupun diam

yang amat lama.”

A : “Apa saja solusi yang Bapak lakukan agar kendala tersebut dapat

teratasi dengan baik?”

143

B : “Solusi yang saya lakukan adalah dengan memberikan perhatian

khusus yang lebih banyak, menyediakan dan mempersiapkan

pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai. Dengan mempelajari

setiap gerakan motorik dan kemampuan belajar siswa, saya dapat

menentukan metode pembelajaran berdasarkan kemampuan dan

potensi siswa dalam belajar.”

Jakarta, 19 Mei 2019

Pewawancara Responden

Eva Dianidah M. Mudlofir, S.Pd.I

144

Lampiran 8

HASIL WAWANCARA GURU PENDAMPING KHUSUS

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019

A : Pewawancara

B : Responden

A : “Apa yang Ibu ketahui mengenai siswa cerebral palsy ini?”

B : “Siswa cerebral palsy itu adalah anak yang memiliki kondisi berbeda

dengan anak normal. Hal ini dikarenakan kerusakan sistem otak

mereka, kerusakan ini yang menyebabkan siswa cerebral palsy

kesulitan dalam belajar, berkomunikasi dan bergerak secara mandiri.”

A : “Biasanya sebagai guru pendamping khusus, apa yang dilakukan saat

pembelajaran Bu?”

B : “Yang kita lakukan adalah membantu guru bidang studi dalam

menyampaikan pembelajaran kepada anak-anak. Kita juga membantu

siswa ketika pembelajaran dilakukan dengan praktik, latihan yang

banyak bergerak. Maka kami akan membantu siswa mempermudah

gerakan mereka dan juga saat pelatihan kami membimbing dan

mengawasi mereka agar tidak terjadi kesalahan gerak atau terjatuh dari

kursi rodanya.”

A : “Selain pembelajaran di kelas, saat pelajaran PAI diadakan di mana

Bu?”

B : “Biasanya untuk praktik latihan materi ajar PAI bertempat di aula dan

mushalah lantai 2. Saat itulah banyak guru pendamping yang

145

dibutuhkan untuk mendorong siswa yang menggunakan kursi roda,

bahkan ada juga yang memapahnya hingga mencapai tempat tujuan.”

A : “Dalam hal pelaksanaan pembelajaran, guru pendamping khusus itu

dari mana saja Bu?”

B : “Guru pendamping khusus biasanya diambil dari wali kelasnya, asisten

siswa dan para perawat khusus siswa yang ada di sekolah maupun di

rumahnya.”

A : “Apakah guru pendamping juga menyampaikan materi kepada siswa

Bu?”

B : “Ya, pendamping biasanya mengulang informasi pembelajaran ketika

siswa dirasa tidak paham dan juga membantu siswa dalam

menyelesaikan tugas sekolahnya.”

Jakarta. 19 Mei 2019

Pewawancara Guru Pendamping Khusus

Eva Dianidah Enok Kadarwati, S.Pd

NIP. 19600405 198411 2 002

S I L A B U S

SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA

KELAS/SEMESTER : VII / GANJIL (1)

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

1. Al Qur’an

Menerapkan

hukum

menerapkan

hukum bacaan

Al Syamsiyah

dan Al

Qomariyah

1.1. Menjelaskan hukum

bacaan Al Syamsiyah

dan Al Qomariyah

1.2. Membedakan hukum

bacaan Al Syamsiyah

dan Al Qomariyah

1.3. Menerapkan bacaan

Al Syamsiyah dan Al

Qomariyah dalam

surat Al Qur’an

Hukum Al ada 2 yaitu :

Al Syamsiyah dan Al

Qomariyah

Huruf Al Qomariyah

Huruf Syamsiyah

Syamsiyah dibaca tidak

jelas

Al Qomariyah dibaca jelas

Menyebutkan jumlah

kelompok huruf

hijaiyah

Menyebutkan huruf

syamsiyah dan

qomariyah

Mengartikan Al

Syamsiyah dan Al

Qomariyah

Melafalkan Al

Syamsiyah dan Al

Qomariyah dalam

bacaan surat-surat Al

Qur’an surat pendek

Kreatif

Kreatif

Mandiri

Mandiri

Mengamati huruf

Syamsiyah dan

qomariyah

Menyimak

pengertian bacaan

alif lam yang diikuti

dengan huruf

syamsiyah dan

qomariyah

Melafalkan kalimat

yang memiliki ciri-

ciri Al Qomariyah

dan Al Syamsiyah

Membaca dan

melafalkan berulang-

ulang

Lisan

Penugasan

6 jam Agama Islam

Erlangga

2. Aqidah

Meningkatkan

keimanan

kepada Allah

melalui

pemahaman

sifat-sifatnya

2.1. Menunjukkah tanda-

tanda adanya Allah

SWT

2.2. Membaca Ayat-ayat

Al Qur’an yang

berkaitan dengan

sifat-sifat Alla

2.3. Menyebutkan arti

ayat-ayat Al Qur’an

yang berkaitan

dengan sifat-sifat

Allah

2.4. Menampilkan perilaku

sebagai cerminan

keyakinan akan sifat-

sifat Allah SWT

Memahami ayat-ayat Al

Qur’an yang berkaitan

dengan sifat-sifat Allah

SWT

Memahami ayat-ayat Al

Qur’an yang berkaitan

dengan sifat-sifat Allah

SWT

Menyebutkan

pembagian sifat-sifat

Alloh SWT

Mengartikan sifat wajib,

mustahil dan jaiz bagi

Alloh SWT

Membaca dan

melafalkan ayat Al

Qur’an yang berkaiatan

dengan sifat-sifat Allah

Kreatif

Mandiri

Kerja keras

Mengenal

pembagian sifat-sifat

Allah SWT

Membaca ayat-ayat

AL Qur’an yang

berkaitan dengan

sifat-sifat Allah

Menghafal sifat

wajib Allah secara

kelompok dan

individual

Lisan

Penugasan

6 jam Agama Islam

Erlangga

kelas VII hal

10 - 28

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

3. Memahami

Asmaul Husna

3.1. Menyebutkan arti

ayat Al Qur’an

yang berkaitan

dengan 10

asmaul husna

3.2. Mengamalkan isi

kandungan

Pengertian

asmaul husna

10 asmaul husna

QS AL Hasyr

59:26

QS Ali Imron 3 :

8

Menunjukkan 10 Asmaul husna

Mengartikan ke 10 asmaul husna

Membaca dan melafalkan arti ayat-

ayat Al qur’an yang berkaitan

dengan Asmaul husna

Mandiri

Mandiri

Kerja keras

Membaca dan melafalkan

QS Al Hasyr dan Ali

Imron yang ada di papan

tulis

Menyalin 10 Asmaul

Husna yang ada di papan

tulis

Mendengarkan cerita

Lisan

Penugasan

4 jam Agama Islam

Erlangga

kelas VII hal

30 - 44

4. Membiasakan

perilaku terpuji

4.1. Menjelaskan

pengertian

tawadhu, taat,

qonaah, dan

sabar

4.2. Menampilkan

contoh perilaku

tawaduq, taat,

qonaah, dan

sabar

4.3. Membiasakan

perilaku ,

tawaduq,qonaah,

taat, dan sabar

Perilaku terpuji

tawaduq, taat,

qonaah, dan

sabar

Mengartikan tawaduq, taat, dan

qonaah

Menunjukkan contoh-contoh

perilaku tawaduq, taat dan qonaah

Menerapkan perilaku tawaduq,

qonaah, dan sabar dalam kehidupan

sehari-hari

Mandiri

Mandiri

Tanggung

jawab

Diskusi masalah

tawaduq, qonaah, taat

dan sabar

Mendengarkan

pemahaman konsep taat,

qonaah, dan sabar

Menyimak contoh suri

tauladan nabu

Muhammad

Diskusi tentang

kesabaran Rosululloh

SAW

Lisan

Penugasan

4 jam Agama Islam

Erlangga

kelas VII hal

47 - 62

5. Fiqih

Ketentuan

thoharoh

(bersuci)

5.1. Ketentuan mandi

wajib

5.2. Perbedaan hadats

dan najis

Dalil naqli

tentang

thoharoh,

Ketektuan mandi

wajib

Pembagian

hadats dan najis

Menyebutkan ketentuan mandi

wajib

Menjelaskan perbedaan hadats dan

najis

Menentukan contoh-contoh hadats

dan najis

Menentukan dua ketentuan hadats

Menyebutkan dan menjelaskan tiga

bagian najis

Membaca dan melafalkan dalil

naqli tentang perintah berthoharoh

dari Al Qur’an dan Al Hadits

Realistis

Realistis

Mandiri

Mandiri

Mandiri

Kerja kersa

Memperhatikan contoh

praktik peragaan mandi

besar/mandi wajib

Mendengarkan ceramah

tentang hadats besar dan

kecil

Menyalin catatan yang

ada di papan tulis

Berdiskusi

Membaca dan melafalkan

dalil naqli

Lisan

Tertulis

4 jam Agama Islam

Erlangga

kelas VII hal

63 - 72

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

6. Fiqih

Memahami

tata cara sholat

6.1. Menjelaskan

ketentuan-

ketentuan sholat

wajib

6.2. Mempraktikkan

sholat wajib

Konsep sholat

Indentifikasi syarat,

ukun dan yang

membatalkannya

Sunnah dalam sholat

Hikmah sholat wajib

Menyebutkan ketentuan sholat

wajib

Menjelaskan pengertian, hukum,

syarat wajib, syarat syah, rukun

sholat serta hal-hal yang

membatalkannya

Menjelaskan pengertian sunah-

sunah dalam sholat dan

ketentuannya

Menentukan hal-hal yang

membatalkan sholat

Menjelaskan hikmah sholat

wajib

Mandiri

Realistis

Realistis

Mandiri

Religius

Memperhatikan

pemahaman konsep

sholat,

mengidentifikasi

syarat, rukun, dan

yang

membatalkannya

Mengamati gambar

sholat dan

memperagakannya

Tanya jawab

Lisan

Praktik

Peragaan

sholat

6 jam Ayo Belajar

Agama Islam

Erlangga Kls

VII hal 76-92

7. Memahami

tata cara sholat

berjamaah dan

munfarid

(sendiri)

7.1. Menjelaskan

pengertian sholat

berjamaah dan

munfarid

7.2. Mempraktekkan

sholat berjamaah

dan munfarid

Syarat syah menjadi

imam dan makmum

- Masbuq

- Praktik sholat

berjamaah

Menyebutkan ketentuan sholat

berjamaah dan munfarid

Mengartikan sholat berjamaah

dan munfarid

Menjelaskan ketentuan menjadi

imam dan makmum

Menjelaskan arti masbuq

Menyebutkan 2 macam

makmum

Menjelaskan arti

makmummuwafiq dan masbuq

Menerapkan sholat berjamaah

dalam kehidupan sehari-hari

Disiplin

Komunikatif

Disiplin

Rasa ingin tahu

Rasa ingin

tahu

Rasa ingin

tahu

disiplin

Memperhatikan

pemahaman konsep

mengidentifikasi

sholat berjamaah dan

munfarid

Mengamati gambar

sholat berjamaah dan

munfarid

Disakusi

Lisan

Praktik

Peragaan

sholat

berjamaah

4 jam Ayo Belajar

Agama Islam

Erlangga Kls

VII hal 97-

107

8. Tarikh

Memahami

sejarah Nabi

Muhammad

SAW

8.1. Menjelaskan

sejarah nabi

Muhammad

SAW pada masa

periode Mekkah

8.2. Menjelaskan misi

Nabi Muhammad

untuk semua

manusia dan

bangsa

Zaman jahiliyah dan arti

Masa kelahiran Nabi

Muhammad Saw sampai

menjadi rosul

Empat sifat nabi

Muhammad dan arti

Misi Nabi Muhamad

Menyebutkan dan

mengartikanzaman pada masa

kelahiran nabi muhamad pada

periode Mekkah

Menjelaskan silsilah mulai dari

kelahiran nabi Muhammad

hingga menjadi rosul

Menyebutkan 4 sifat nabi

Muhamad saat menjalankan

misinya

Menjelaskan misi nabi

Muhamad

Rasa ingin

tahu

Realistis

Mandiri

Gemar

membaca

Membaca dan

menyimak sejarah

nabi Muhamad

Mendengarkan cerita

Tanya jawab

Mengerjakan tugas

Lisan

Penugasan

2 jam Ayo Belajar

Agama Islam

Erlangga Kls

VII hal 110-

110 - 119

S I L A B U S

SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA

KELAS/SEMESTER : VIII / GANJIL (1)

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

1. Menerapkan

hukum bacaan

qolqolah dan

ro’

1.1. Menerapkan

hukum

bacaan

qolqolah dan

ro’

5 huruf

qolqolah

د ج ق ط ب

kuku

cacca

oqloqlcq

qatqq

cacca

oqloqlcq

Dengan disajikan huruf al-qur’an

dapat menunjukkan 5 huruf qolqolah

Dapat mengartikan hukum bacaan

qolqolah

Dapat melafalkan dengan benar

contoh bacaan yang mengandung

huruf qolqolah

Memperhatikan tulisan 5 huruf

qolqolah yang ditulis di papan

tulis

Memperhatikan penjelasan guru

arti hukum bacaan qolqolah

Menirukan guru melafalkan

dengan benar contoh-contoh

bacaan yang mengadung huruf

qolqolah

Jenis tes :

Tertulis

Bentuk soal

ulangan

Lisan/

perbuatan

Bentuk tugas

Individu/kelo

mpok

Instrumen

lembar

pengamatan

Buku

tajwid

Dan Al-

qur’an

2. Meningkatkan

keimanan

kepada kitab-

kitab Allah

2.1. Menunjukkan

arti beriman

kepada kitab-

kitab Allah

Arti iman

kepada

kitab-kitab

Allah

Jumlah

kitab suci

yang

diturunkan

Allah

Nama-

nama

Rosul yang

diwahyuka

n Allah

Al-Quran

sebagai

kitab suci

akhir

zaman

Dapat mengartikan arti iman kepada

kitab Allah

Dapat menyebutkan 4 macam kitab

suci yang diturunkan Allah

Dapat menyebutkan para Rosul

masing-masing pemegang kitab suci

Dapat menjelaskan Al-quran sebagai

kitab suci akhir zaman

Siswa membaca materi yang ada

di buku

Bertanya jawab dari hasil

membaca materi yang ada dibuku

Memperhatikan dan mendenarkan

ceramah guru

Menjawab pertanyaan guru

Mengerjakan lembaran tugas

Jenis tes :

Tertulis

Bentuk soal

ulangan

Lisan/

perbuatan

Bentuk tugas

Individu/kelo

mpok

Instrumen

lembar

pengamatan

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

2.2. Menunjukkan

Al-quran

sebagai kitab

Allah

Menyebutk

an nam-

nama lain

Al-quran

Keistimew

aankitab

suci Al-

quran

Dapat menyebutkan nama-nama lain

Al-quran

Dapat menjelaskan keistimewaan

kitab suci Al-quran

3. - Membiasakan

perilaku terpuji

- Menghindari

perilaku

tercela

Zuhud dan

tawakal

Contoh

zuhud dan

tawakal

Pelaksanaa

n zuhud

dan

tawakal

Dapat mengartikan zuhud

Dapat mengartikan tawakal

Menunjukkan contoh zuhud dan

tawakal

Dapat menerapkan zuhud dan

tawakal dalam kehidupan sehari-hari

Siswa membaca materi yang ada

di buku

Memperhatikan tulisan arti zuhud

dan tawakal yang ada dipapan

tulis

Memperhatikan dan mendengar

ceramah guru

Mencatat materi yang ditulis

dipapan tulis

Mengerjakan lembaran tugas

Tes tertulis

Tes lisan

Unjuk kerja

2 x 40

mnt

Buku

PAI

penerbit

Erlangga

Buku

Bina

Akhlaq

4. Menghindari

perilaku tercela

4.1. Menyebutkan

arti iri hati,

dengki dan

aniaya

Iri hati,

dengki dan

aniaya

Mengartikan iri hati

Mengartikan dengki

Mengartikan aniaya

Menunjukkan contoh perilaku iri hati,

dengki dan aniaya

Mengamati gambar contoh

perilaku tercela

Bercerita dari hasil pengamatan

Bertanya jawab

Menyalin tulisan yang ada

dipapan tulis pada buku masing-

masing

Jenis tes :

Tertulis

Bentuk soal

ulangan

Lisan/

perbuatan

Bentuk

tugas

Individu/kel

ompok

Instrumen

lembar

pengamatan

2 x 40

menit

PAI

kelas

VIII

Erlangga

Buku

Bina

Aqlaq

4.2. Menghindari

perilaku iri

hati dengki

dan aniaya

Contoh

perilaku iri

hati,

dengki dan

perilaku

aniaya

Menjelaskan cara menghindari iri hati

Menjelaskan cara menghindari

perilaku dengki

Menjelaskan cara menghindari

perilaku aniaya

Mengerjakan lembaran tugas

Mengamati gambar contoh

perilaku terpuji

Mendengarkan ceramah guru

Mencatat/menyalin tulisan di

papan tulis

Mengerjakan lembaran

S I L A B U S

SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA

KELAS/SEMESTER : VIII / GANJIL (1)

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

5. Memahami tata

cara sholat

sunat

5.1. Menyebutkan

beberapa

ketentuan

sholat sunat

rowatib

Jumlah

sholat

sunat

rowatib

Arti sholat

sunat

rowatib

Macam

sholat

sunat

rowatib

Menyebutkan jumlah sholat sunat

rowatib

Mengartikan sholat sunat rowatib

Menyebutkan dua macam sholat

rowatib

Mengamati lembaran format tata

cara pelaksanaan sholat sunat

rowatib

Memperhatikan/mendengarkan dari

hasil pengamatan

Bertanya jawab

Menyalin tulisan yang ada dipapan

tulis

Jenis tes :

Tertulis

Bentuk soal

ulangan

Lisan/

perbuatan

Bentuk

tugas

Individu/kel

ompok

Instrumen

lembar

pengamatan

2 x 40

mnt

Fiqih

usul

fiqih.

H.

Sulaiman

5.2. Mempraktikk

an sholat

sunat rowatib

Tata cara

pelaksanaa

n sholat

sunat

rowatib

dan

qobliyah

Menjelaskan tata cara pelaksanaan

tata cara sholat sunat rowatib dan

qobliyah

Menerapkan pelaksanaan sholat sunat

rowatib qobliyah

Menerapkan pelaksanaan sholat sunat

rowatib qobliyah dan bakdiyah dalam

sholat lima waktu

Mempraktekkan tata cara

pelaksanaan sholat sunat rowatib

Mengerjakan lembaran tugas

2 x 40

mnt

Fiqih

usul

fiqih.

H.

Sulaiman

6. Memahami

macam-macam

sujud

6.1. Menyebutkan

arti sujud

sahwi, syukur

dan sujud

tilawah

Sujud

sahwi

Sujud

syukur

Sujud

tilawah

Mengartikan sujud sahwi

Mengartikan sujud syukur

Mengartikan sujud tilawah

Bertanya jawab perihal pengalaman

dalam sholat fardhu

Memperhatikan dan mendengarkan

ceramah guru perihal macam sujud

6.2. Menirukan

tata cara sujud

sahwi, syukur

dan tilawah

Praktik tata

cara sujud

sahwi,

syukur dan

tilawah

Mempraktikkan tata cara sujud shwi

Mempraktikkan tata cara sujud

syukur

Mempraktikkan sujud tilawah

Memperhatikan guru memberikan

contoh tata cara pelaksanaan sujud

sahwi

Bersama-sama menirukan tata cara

pelaksanaan sujud sahwi dilanjutkan

satu persatu bergantian

Memperhatikan guru memberikan

contoh tata cara pelaksanaan sujud

syukur

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Bersama-sama menirukan tata

cara pelaksanaan sujud syukur,

dilanjutkan satu persatu

bergantian

Memperhatikan guru

memberikan contoh tata cara

pelaksanaan sujud tilawah

Bersama-sama menirukan tata

cara pelaksanaan sujud tilawah,

dilanjutkan satu persatu

bergantian

Tes

perbuatan

melaksanaak

an sujud

syukur

7. Memahami tata

cara puasa

7.1. Menyebutkan

ketentuan

puasa

Dalil

tentang

puasa

dalam Q.S.

Al-

Baqoroh

ayat 183

Rukun

puasa

Sunat

dalam

puasa

Hal yang

membatalk

an puasa

Puasa

wajib dan

puasa sunat

Menunjukkan dalil tentang hal puasa

yang ada di Al-Quran

Menyebutkan rukun puasa

Menyebutkan sunat-sunat dalam

puasa

Menyebutkan hal-hal yang

membatalkan puasa

Melafalkan bacaan niat puasa, dan

doa berbuka puasa

Menentukan puasa wajib dan puasa

sunat

Memperhatikan dan

mendengarkan guru melafalkan

QS. Al-baqoroh ayat 183

Siswa menjawab pertanyaan guru

Mendengarkan ceramah guru

tentang ketentuan puasa

Siswa memperhatikan guru

menuliskan kesimpulan ketentuan

puasa dipapan tulis

Siswa menyalin dibuku masing-

masing

Melaksanakan evaluasi

Jenis tes :

Tertulis

Bentuk soal

ulangan

Lisan/

perbuatan

Bentuk

menjwab

pertanyaan

2 x 40

mnt

- Al-

quran

Fiqih

H.

sulaiman

8. Memahami

zakat

8.1. Menyebutkan

arti zakat

fitrah dan

zakat mal

Zakat

fitrah

Zakat mal

Mengartikan zakat fitrah

Menyebutkan bentuk barang untuk

zakat fitrah

Menyebutkan orang yang diwajibkan

membayar zakat fitrah

Menentukan nisab batas ukuran zakat

fitrah

Berdialog membahas pengalaman

tentang hal zakat

Menjawab pertanyaan bentuk-

bentuk zakat

Memperhatikan guru menentukan

orang-orang yang diwajibkan

zakat dan menjelaskan ketentuan

zakat

-

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

8.2. Membedakan

zakat fitrah

dan zakat mal

Perbedaan

zakat fitrah

dan zakat

mal

Menentukan perbedaan zakat fitrah

dan zakat mal

Mengartikan mustahiq

Menentukan 8 golongan orang-orang

yang termasuk mustahiq

Mendengarkan ceramah guru

Bertanya jawab dari hasil

mendengarkan ceramah

Jenis tes

: Tertulis

Bentuk

soal

ulangan

Lisan/

perbuata

n

Bentuk

menjwab

pertanya

an

2 x 40

mnt

Buku

fiqih

9. Tarikh dan

Hadlarah

mengenal

sejarah nabi

Muhammad

SAW setelah di

Madinah

9.1. Menceritakan

sejarah nabi

Muhammad

SAW dalam

membangun

masayarakat

Madinah

Keadaan

kota

Madinah

sewaktu

sebelum

dan sesudah

kedatangan

nabi

Muhammad

Menceritakan perjalanan nabi

Muhammad sesampainya memasuki

kota Madinah

Menyebutkan nama sahabat yang

paling setia mengikuti nabi

Muhammad

Menjelaskan sebab nabi Muhammad

hijrah ke Madinah

Menyebutkan kegiatan nabi

Muhammad yang dilakukan di

Madinahas

Mendengarkan ceramah guru

Berdialog dari hasil ceramah

Menjawab pertanyaan guru

Melaksankana tugas mengisi

lembaran soal

Jenis tes

: Tertulis

Bentuk

soal

ulangan

Lisan/

perbuata

n

Bentuk

menjwab

pertanya

an

2 x 40

mnt

PAI

Erlangga

S I L A B U S

SEKOLAH : SMPLB. D1 YPAC JAKARTA

KELAS/SEMESTER : IX / GANJIL (1)

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

1. Al Qur’an

Mengamalkan

ajaran Al

Qur’an surat

At Tiin

1.1. Membaca QS. At Tiin

dengan tartil

1.2. Menyebutkan arti QS

At Tiin

1.3. Mempraktikkan

perilaku manusia

sebagai ciptaan yang

mulia seperti

terkandung dalam QS.

At Tiin

QS. At

Tiin

Melafalkan QS. At Tiin dengan

tartil

Mengartikan surat At Tiin pada

setiap ayat

Menerapkan berperilaku sebagai

manusia ciptaan Allah yang mulia

seperti terkandung dalam QS Surat

At Tiin

Kerja keras

Kerja keras

Cinta damai

Membaca dsan melafalkan QS.

At Tiin per ayat pada buku juz

amma

Menghafal secara bergantian

Mendengarkan ceramah

tentang perilaku manusia yang

berkaitan dengan surat At Tiin

Tanya jawab

Mengerjakan tugas

Penugasan

Tertulis

8 jam Juz Amma

2. Al hadits

Mengamalkan

ajaran hadits

dalam

kehidupan

sehari-hari

- Membaca hadits tentang

menuntut ilmu

- Menyebutkan arti hadits

tentang menuntut ilmu

Al Hadits

(HR.

Muslim,

dan HR.

Abu

Dawud

dan

Tarmidzi

Melafalkan hadits tentang

menuntut ilmu

Mengartikan lafal bacaan hadits

tentang menuntut ilmu

Kerja keras

Religius

Membaca hadits dengan model

tutor sebaga

Siswa yang berkemampuan

membaca dengan baik

dijadikan sebagai tutor

Guru sebagai fasilitator,

membantu siswa yang

mengalami kesulitan

Penugasan 6 jam

3. Akhlaq

Membiasakan

perilaku terpuji

- Menjelaskan pengertian

qonaah dan tasamuh

- Menampilkan contoh

qonaah dan tasamuh

- Membiasakan perilaku

qonaah dan tasamuh

dalam kehidupan

sehari-hari

Arti

qonaah

dan

tasamuh

Contoh

qonaah

Mengartikan arti qonaah dan

tasamuh

Menjelaskan contoh qonaah dan

tasamuh

Menyebutkan lawan kata qonaah

Realistis

Realistis

Mandiri

Mendengarkan pemahaman

konsep qonaah dan tasamuh

Berdiskusi dari hasil

pemahaman konsep qonaah

dan tasamuh

Menyimak contoh qonaah,

tasamuh, dan meneladaninya

dalam kehidupan sehari-hari

Lisan 4 jam Ayo Belajar

Agama Islam

Erlangga Kls

IX hal 33 –

40

4. Fiqih

Memahami

hukum Islam

tentang

penyembelihan

hewan

- Menjelaskan tata cara

penyembelihan hewan

- Menjelaskan ketentuian

akikah dan qurban

- Memperagakan cara

penyembelihan hewan

aqiqah dan hewan

qurban

Qurban

Aqiqah

Menjelaskan hewan ternak yang

halal di makan dan cara

penyembelihannya

Menjelaskan pengertian, hukum

dan syarat qurban

Menjelaskan pengertian, hukum

dan syarat aqiqah

Menjelaskan fungsi qurban dan

aqiqah

Realistis

Religius

Religius

Religius

Melafalkan QS. Al Kautsar

Pemahaman tentang qurban

dan aqiqah

Diskusi

Menyimak gambar

pelaksanaan qurban

Mengerjakan lembaran tugas

Lisan

Penugasan

4 jam

Ayo Belajar

Agama Islam

Erlangga Kls

IX hal 42 –

50

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/

Pembelajaran

Indikator Nilai Budaya-

Karakter Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

5. Fiqih

Memahami

hukum Islam

tentang haji

dan umroh

- Menyebutkan

pengertian dan

ketentuan haji dan

umroh

- Memperagakan

pelaksanaan ibadah

haji dan umroh

Haji dan

umroh

Ketentuan

haji dan

umroh

Mengartikan ibadah haji dan

umroh

Menjelaskan dasar dalil ibadah

haji

Menyebutkan syarat , ruykun,

dan wajib haji serta

larangannya

Menjelaskan perbedaan haji

dan umroh

Religius

Realistis

Religius

Religius

Menyimak QS Al hajj, 22 : 27

Mendengar ceramah dasar dalil

ibadah haji

Menyimak ketentuan haji dan

umroh

Mengerjakan lembaran tugas

Tanya jawab

Lisan

Penugasan

4 jam Ayo Belajar

Agama Islam

kelas IX hal

54 - 64

Meningkatkan

keimanan kepada

hari akhir

- Menjelaskan

pengertian beriman

kepada hari akhir

Arti hari

akhir

QS. Al

Qori’ah

Fungsi

beriman

kepada

hari akhir

Mengartikan beriman kepada

hari akhir

Menunjukkan ayat Al Qur’an

yang berkaitan dengan hari

akhir

Menyebutkan nama lain hari

akhir

Menjelaskan fungsi beriman

kpada hari akhir

Inovatif

Peduli

lingkungan

Mandiri

Religius

Menyimak QS Al Qori’ah dan

artinya

Diskusi

Membaca buku sumber

Tanya jawab

Mengerjakan lembar tugas

Lisan

Penugasan

6 jam Ayo belajar

agama Islam

6. Tarikh

Memahami

perkembangan

Islam di

Nusantara

- Menceritakan sejarah

masukknya Islam di

Nusantara melalui

perdagangan, social,

dan pengajaran

- Menceritakan sejarah

beberapa kerajaan

Islam di jawa,

Sumatera, dan

Sulawesi

Kerajaan

Islam

Nusantara

dan

sejarahnya

Menjelaskan masuknya Islam

di Indonesia

Menyebutkan kerajaan Islam di

Indonesia

Menjelaskan sejarah kerajaan

Islam di Jawa, Sumatera, dan

Sulawesi

Membaca uraian sejarah

masuknya Islam ke Nusantara dan

peran kerajaan Islam di pulau

jawa, Sumatera, Sulawesi dan

penyebarannya

Tanya jawab

Mendengar ceramah

Mengerjakan lembaran tugas

Lisan

Penugasan

Ayo Belajar

Agama Islam

kelas IX hal

68 – 81

PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )

SLB.D-D1 YPAC JAKARTA

SEMESTER GENAP TAHUN 2018/2019

------------------------------------------------------------------------------------------

Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :

Kelas : D1 . VII

Nama : ………………..

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang

paling benar.

1. Hukum bacaan tanwin dan nun mati ada ….

a. 3

b. 4

c. 5

2. Huruf idghom bila ghunnah ada ….

a. 1

b. 2

c. 3

3. Ikhfa’ artinya ….

a. dengung

b. samar – samar

c. mengganti

4. Jumlah malaikat yang wajib kita imani ada ….

a. 10

b. 20

c. 25

5. Yakin dan percaya dengan adanya malaikat disebut ….

a. muslim

b. mukmin

c. musyrik

6. Malaikat yang bertugas membagi rizki adalah ….

a. Jibril

b. Isrofil

c. Mikail

7. Berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkam hasil yang maksimal

disebut ….

a. tekun

b. ulet

c. kerja keras

8. Sholat Jum’at bagi laki – laki hukumnya ….

a. sunnah

b. makruh

c. fardhu ‘ain

9. Sholat Jum’at ada berapa rokaat ….

a. 1

b. 2

c. 3

10. Sholat yang diawali dengan 2 khutbah disebut ….

a. sholat tarawih

b. sholat witir

c. sholat jum’at

II. Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar.

1. Tuliskan nama – nama malaikat 2 saja ….

2. Syarat sholat jum’at minimal berapa orang ….

3. Sholat yang menggunakan 2 khutbah selain sholat jum’at

adalah sholat ….

4. Malaikat penjaga pintu surga adalah ….

5. Meninggalkan sholat jum’at hukumnya ….

selamat mengerjakan !

PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )

SLB.D-D1 YPAC JAKARTA

SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019

------------------------------------------------------------------------------------------

Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :

Kelas : D1 . VII

Nama : ………………..

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang

paling benar.

1. Al – Syamsiyah artinya ….

a. matahari

b. bulan

c. bintang

2. Huruf al – syamsiyah ada ….

a. 13

b. 14

c. 15

3. Al – Qomariyah artinya ….

a. matahari

b. bulan

c. bintang

4. Huruf al – qomariyah ada ….

a. 12

b. 13

c. 14

5. Adanya langit dan bumi adalah bukti adanya ….

a. malaikat

b. manusia

c. Allah

6. Nama – nama Allah SWT yang baik adalah ….

a. Asmaul husna

b. Asmaul khomsah

c. Asmaul sittah

7. Asmaul husna ada ….

a. 88

b. 99

c. 100

8. Al – Ahad artinya Allah Maha ….

a. Esa

b. Pemurah

c. Pengasih

9. Dibawah ini yang termasuk Asmaul Husna adalah ….

a. Al – quddus

b. An – nahar

c. Al – qomar

10. Sifat sabar dibagi menjadi ….

a. 2

b. 3

c. 4

PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )

SLB.D-D1 YPAC JAKARTA

SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019

------------------------------------------------------------------------------------------

Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :

Kelas : D1 . VIII

Nama : ………………..

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang paling benar. 1. Qolqolah artinya …

a. memantul b. melebur c. mati

2. Huruf qolqolah ada …

a. 3 b. 4 c. 5

3. Qolqolah ada …

a. 1 b. 2 c. 3

4. Qolqolah sughro artinya qolqolah …

a. kecil b. sedang c. besar

5. Hukum ro’ mati ada …

a. 1 b. 2 c. 3

6. Nama – nama kitab yang wajib kita imani ada … a. 2 b. 3 c. 4

7. Hukum beriman kepada kitab Allah swt adalah … a. sunah b. wajib c. haram

8. Percaya pada kitab Allah SWT termasuk rukun iman yang ke …

a. 3 b. 4 c. 5

9. Dibawah ini yang termasuk nabi/rosul menerima kitab Allah …

a. Daud,as

b. Nuh,as

c. Adam,as

10. Fungsi utama kitab – kitab Allah SWT adalah …

a. dibuat hiasan

b. dijadikan jimat

c. dijadikan pedoman /petunjuk hidup

II. Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar.

1. Kitab Al Qur’an diturunkan kepada nabi …

2. Orang yang meninggalkan kemewahan dunia disebut …

3. Kebalikan dari sifat hubbun dunya adalah … 4. Tawakkal artinya …

5. Sebutkan nama – nama kitab Allah SWT yang wajib kita imani

2 saja …

selamat mengerjakan !

PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )

SLB.D-D1 YPAC JAKARTA

SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019

------------------------------------------------------------------------------------------

Mata Pelajaran : Agama Islam Nilai :

Kelas : D1 . IX

Nama : ………………..

1. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b atau c pada jawaban yang

paling benar.

11. At – Tin artinya …

a. buah tin

b. buah zaitun

c. buah kurma

12. Surat At – Tin berjumlah berapa ayat …

a. 6

b. 7

c. 8

13. Surat At – Tin diturunkan di …

a. Mekkah

b. Madinah

c. Mesir

14. Allah SWT menjadikan manusia sebaik – sebaiknya bentuk

terkandung dalam surat …

a. At Tin

b. Al Insyiroh

c. Al Fil

15. Tholabul … faridhotun ala kulli muslimin wa muslimatin

a. ilmi

b. wajib

c. sunnah

16. Bagi seorang muslim mencari ilmu hukumnya …

a. haram

b. wajib

c. sunnah

17. Rukun iman ada …

a. 4

b. 5

c. 6

18. Iman kepada hari kiamat termasuk rukun iman yang ke …

a. 4

b. 5

c. 6

9. Meninggalnya diri seseorang termasuk kiamat …

a. kecil

b. sedang

c. besar

10. Sifat kehidupan manusia dunia adalah …

a. abadi

b. sementara

c. kekal