Post on 03-Feb-2023
MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA SEBAGAI
PRODUKSI BUDAYA
Bahan Presentasi untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Metodologi Studi Islam”
Dosen Pengampu : Dr. Mohammad Arif, MA.
Oleh :
Azza Shofia Masykuroh
932121213
Semester 1 (F)
Jurusan TarbiyahProgram Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri2013
Kata Pengantar
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Model-model
penelitian agama sebagai produksi budaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.
2
Kediri, 16 Oktober 2013
Penulis
Daftar Isi
Sampul Depan . ............................ 1
Kata Pengantar ............................ 2
Daftar Isi ................................ 3
Bab I Pendahuluan ......................... 4
A. Latar Belakang ..................... 4
B. Rumusan Masalah .................... 5
C. Tujuan dan Manfaat.................. 5
Bab II Pembahasan ......................... 6
3
A. Pengertian Budaya .................. 6
B. Model-Model Penelitian Agama ....... 7
C. Agama Sebagai Produksi Budaya ...... 9
D. Islam sebagai Produk Budaya ........ 10
Bab III Penutup ........................... 14
A. Kesimpulan ......................... 14
B. Saran .............................. 14
Daftar Pustaka ............................ 15
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Berbicara tentang ilmu sosial di dunia ini
tidak bisa terlepas dari lingkaran masyarakat.
Lingkaran ini diibaratkan sebagai organ tubuh manusia
yang terdiri dari kulit, tubuh otak dan lain-lain
yang tersambungkan secara alami, akhirnya membentuk
sebuah masyarakat yang tidak bisa lepas dari
kebudayaan.
4
Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad
yang lalu namun hasil penelitiannya masih dalam
bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum dijadikan
sebagai sebuah ilmu. Setelah bertambahnya gejala-
gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya,
ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang
khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama
tersebut.
Perkembangan penelitian agama pada saat ini
sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan kehidupan
sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian
agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial
berlangsung. Permasalahan-permasalahan seperti inilah
yang mendasari perkembangan penelitian-penelitian
agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan
agama.
Dewasa ini, penelitian agama diisi dengan
penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama dalam
konteks penelitian pada umumnya, elaborasi mengenai
penelitian agama dan penelitian keagamaan serta
konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa
penjelasan singkat tersebut maka pemakalah perlu
mengkaji secara rinci terhadap penjelasan tersebut.
Secara garis besar, pembahasan penelitian agama
dan model-modelnya dibagi dua; pertama, penelitian
agama; kedua, model-model penelitian agama.
Penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai
5
kedudukan penelitian agama dalam kompleks penelitian
pada umumnya; elaborasi mengenai penelitian agama
(research on religious) dan penelitian keagamaan (religious
research); dan konstruksi teori penelitian keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud budaya ?
2. Apa saja model-model penelitian agama ?
3. Apa yang dimaksud agama sebagai produksi budaya ?
4. Apa maksud dari Islam sebagai produk budaya ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian budaya.
2. Mengetahui model-model penelitian agama.
3. Memahami agama sebagai produksi budaya.
4. Mengerti Islam sebagai produk budaya.
6
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Budaya
Budaya (pengertian,unsur & fungsi) Pengertian
menurut S. Takdir Alisyahbana: Kebudayaan adalah
suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari
unsur-unsur yang berbeda- beda seperti pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan
segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan adalah warisan
sosial atau tradisi. Kebudayaan adalah cara, aturan
dan jalan hidup manusia. 1
Unsur –unsur kebudayaan : sistem religius (homo
religius), sistem organisasi kemasyarakatan (homo
socius), sistem pengetahuan (homo safiens), sistem
1. http://Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah.htm
7
mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo
ekonomicus), sistem peralatan hidup dan tehnologi
(homo faber), sistem bahasa (homo longuens),
kesenian.
Fungsi – Fungsi budaya berperan sebagai penentu
batas-batas; artinya, budaya menciptakan batas
perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi
dan membedakannya dengan organisasi lainnya,
identitas budaya memuat rasa identitas suatu
organisasi. Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen
terhadap sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individu. Budaya meningkatkan stabilitas
sistem sosial karena budaya adalah stabilitas
perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi
dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang
sebaiknya dikatakan dan dilakukan. Budaya bertindak
sebagai mekanisme. Pembentuk sikap dan prilaku
alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali
yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku .
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses
interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai
hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya yaitu
faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang
objektif. Faktor kondisi objektif menyebabkan
terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun
agama yang mengilhaminya adalah sama. Hal pokok bagi
8
semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai
alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam
arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk
budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan,
struktur masyarakat dan adat istiadat.
Kebudayaan adalah sebuah lingkungan yang
dibangun di atas alam secara spontan. Kebudayaan ini
ini tercipta karena dua faktor yakni faktor alam dan
faktor sosial. Dimana dunia alam ditemukan dan
dikonstruk oleh dunia sosial (termasuk agama dan
sains). Sedangkan dunia sosial sepenuhnya dibuat
oleh manusia dalam rangka mempertahankan hidup
secara aman dan sejahtera. Selanjutnya kebudayaan
sosial ini melahirkan beribu-ribu budaya yang
terabadikan secara historis oleh bahasa dan tradisi,
yang terbangun secara konvensional. Dengan
menggunakan simbol-simbol dengan arti-arti efektif
secara lokal (kebudayaan lokal). Selanjutnya
kebudayaan ini mempengaruhi arus tingkah laku
manusia, atau membawa orang kedalam tibgkah laku
religius atau tingkah laku lain yang mengandung
kekuatan (keyakinan)
Dari kondisi konkret di dalam masyarakat di
atas, Edward B. taylor, seorang antropolog,
mendefinisikan kebudayaang adalah; “suatu
keseluruhan kelompok yang melibatkan bahasa,
keprcayaan, seni dan moral, hokum, adat, dan satu
9
atau beberapa kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat Maksudnya; bahwa
pengethauan yang dimiliki oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari dapat menjadi sebuah teori
yang merupakan kegiatan ilmiah. Proses pembentukan
teori berangkat dari images fundamental tertentu
mengenai kenyataan sosial.
B. Model-Model Penelitian Agama
Model-model penelitian keagamaan disesuaikan
dengan perbedaan antara penelitian agama dan
penelitian hidup keagamaan. Djamari, menjelaskan
bahwa kajian sosiologi agama dengan menggunakan
metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang
digunakan antara lain:
1. Analisis SejarahDalam hal ini, sejarah hanya sebagai metodeanalisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapatmenyajikan gambaran tentang unsur-unsur yangmendukung timbulnya suatu lembaga, dan pendekatansejarah bertujuan untuk menemukan inti karakteragama dengan meneliti sumber klasik sebelumdicampuri yang lain.Seperti halnya agama Islam, sejarah mencatat bahwaia adalah agama yang diturunkan melalui Nabinyayaitu Muhammad saw berdasarkan kitab sucinya yaituAlquran yang ditulis dalam bahasa arab. Islamditurunkan bukan untuk satu bangsa saja melainkanuntuk seluruh bangsa secara universal. Sedangkan
10
agama lain ada yang hanya diturunkan untuk satubangsa saja seperti yahudi untuk ras yahudi saja.Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapatmembuktikan apakah agama itu masih tetap padaorisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atausudah bergeser jauh dari prinsip-prinsip utamanya.Bila hal itu dihubungkan dengan agama islam makaia dapat dimasukkan pada kategori agama yangbertahan konsisten dengan ajaran seperti pada masaawalnya.Menurut ahli perbandingan agama seperti A. MuktiAli, apabila kita ingin memahami sebuah agama makakita harus mengidentifikasi lima aspek yaitukonsep ketuhanan, pembawa agama atau nabi, kitabsuci, sejarah agama, dan tokoh-tokoh terkemukaagama tersebut.2
2. Analisis lintas budayaAnalisis lintas budaya bisa diartikan dengan ilmuantropologi, karena dilihat dari definisiantropologi sendiri secara sederhana dapatdikatakan bahwa antropologi mengkaji kebudayaanmanusia.Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad sawsampai saatnya kini telah melalui berbagai dimensibudaya dan adat-istiadat. Masing-masing negerimemiliki corak budayanya masing-masing dalammengekspresikan agamanya. Karena itu dari segiantropologi kita dapat memilah-milah mana bagianislam yang merupakan ajaran murni dan mana ajaranislam yang bercorak lokal budaya setempat.
3. Eksperimen.
2. A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: BulanBintang, 1991), hal. 37-38.
11
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulitdilakukan dalam penelitian agama. Namun, dalambeberapa hal,eksperimen dapat dilakukan dalampenelitian agama, misalnya untuk mengevaluasiperbedaan hasil belajar dari beberapa modelpendidikan agama.
4. Observasi partisipatif.Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapatmengobservasi perilaku orang-orang dalam konteksreligius. Baik diketahui atau tidak oleh orangyang sedang diobeservasi. Dan diantarakelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatansimbolik antar anggota kelompok secara mendalam.Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data padakemampuan observer.
5. Riset survei dan analisis statistikPenelitian survei dilakukan dengan penyusunankuesioner, interview dengan sampel dari suatupopulasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaanatau penduduk suatu kota atau desa. Prosedurpenelitian ini dinilai sangat berguna untukmemperlihatkan korelasi dari karakteristikkeagamaan tertentu dengan sikap sosial atauatribut keagamaan tertentu.
6. Analisis isiDengan metode ini, peneliti mencoba mencariketerangan dari tema-tema agama, baik berupatulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupundeklarasi teks, dan lainnya. Umpamanya sikapkelompok keagamaan dianalisis dari substansiajaran kelompok tersebut.
C. Agama Sebagai Produksi Budaya.
12
Budaya menurut koenjaraningrat (1987:180)
adalah keseluruhan system gagasan tindakan dan hasil
kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Yojachem
wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya
manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan
kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan.
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses
interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai
hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya.yaitu
faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang
objektif. Faktor kondisi objektif menyebabkan
terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun
agama yang mengilhaminya adalah sama. Hal pokok bagi
semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai
alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam
arti mengunkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk
budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan,
struktur masyarakat dan adat istiadat.
Selain itu, ijtihad juga sebagai pembentuk
kebudayaan Islam. Tentang ljtihad, Dr. Muhainmad
iqbal berkata ; “is the principle of movement in the
structure of Islam” ( ljtihad itu merupakan prinsip
gerakan di dalam stuktur Islam ). Ijtihad dalam
rumusan lain ialah ” mengerahkan cipta, rasa dan
karsa untuk menghasilkan suatu kreasi.
13
Ijtihad itulah yang menjadi karakteristik
manusia, merupakan keistimewaan yang membedakan dan
manusia dari makhluk-makhluk lainnya di dunia ini.
ljtihad yang merupakan, daya cipta manusia harta
dimanfaatkan sebagai kekuatan dalam hidup dan
kehidupan di bumi. Maka dengan Ijtihadlah manusia
dapat rnempelajari, Menganalisa dan mengeksploitis
rahasia-rahasia alam.
D.Islam Sebagai Produk Budaya
Islam Antara Gejala Sosial & Budaya Islam
sebagai agama yang rahmatan lil alamin tentunya
mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi
dan universal, yang dapat menyelamatkan ummat
manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Oleh
karean itu, Islam harus bisa menawarkan nilai,
norma, dan aturan hidup yang bersifat manusiawi dan
universal itu kepada manusia modern, dan diharapkan
dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap
problematis ummat manusia yang hidup di dunia modern
dan era global ini. Ajaran agama Islam telah tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan
sosial budaya masyarakat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ajaran Islam telah tumbuh dan
berkembang sejalan dengan akal pikiran manusia serta
sosial budayanya untuk mewujudkan suatu sosial
budaya dan masyarakat yang Islami.
14
Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati.
Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama
bermacam-macam, tergantung pada aspek yang dijadikan
sasaran studi dan tujuan yang hendak dicapai oleh
orang yang melakukan studi.
Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama
dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu
model studi ilmu-ilmu sosial dan model studi budaya.
Untuk yang pertama telah dibahas didalam sub bab
yang lalu, sedangkan yang kedua akan menjadi
pembahasan saat ini.
Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat
dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama,
untuk mengetahui, memahami, menghayati dan
mengamalkan. Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya,
kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam
saja, baik yang masih awam, atau yang sudah sarjana.
Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja,
termasuk sarjana-sarjana bukan Islam, yaitu
memahami. Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar
sebagai obyek penelitian saja.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam
memang harus melalui dua model, yaitu tekstual dan
konstektual. Tekstual, artinya memahami Islam
melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan
kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas
15
sosial, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk
agama bersangkutan.
Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan
cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan
kebudayaan yang bersangkutan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang
dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang
isinya adalah perangkat-perangkat model-model
pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan
untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang
di hadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan
tindakan-tindakan yang diperlukan.3
Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai jalan hidup untuk
meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Agama
islam disebut juga agama samawi . selain agama Islam,
Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori
agama samawi. Sebab keduanya merupakan agama wahyu
yang diterima Nabi Musa dan Nabi Isa sebagai utusan
Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan
Nasrani.
Agama wahyu bukan merupakan bagian dari
kebudayaan. Demikian pendapat Endang Saifuddin
Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya
bahwa:
3. Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam kapanAgama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta.1991-1992. Hal.85
16
"agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup;
pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian
dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri.
Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan
dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan
dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana
pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan
istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami
bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula
sebaliknya."4
Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam
sebagai agama samawi bukan merupakan bagian dari
kebudayaan (Islam), demikian pula sebaliknya
kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama
Islam. Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat
kaitan erat antara keduanya. Menurut Faisal Ismail,
hubungan erat itu adalah bahwa Islam merupakan
dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus
merupakan sumber nilai-nilai budaya dalam
pengembangan dan perkembangan cultural. Agama
(Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan
pelestari seluruh rangsangan dan gerak budaya,
sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak dan
beridentitas Islam.5
4. Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9Bandung: C.V. Pelajar. 1996), hlm.46
5. Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44.
17
Lebih jauh Faisal menjelaskan bahwa walaupun
memiliki keterkaitan, Islam dan kebudayaan merupakan
dua entitas yang berbeda, sehingga keduanya bisa
dilihat dengan jelas dan tegas. Shalat misalnya
adalah unsur (ajaran) agama, selain berfungsi untuk
melestarikan hubungan manusia dengan Tuhan, juga
dapat melestarikan hubungan manusia dengan manusia
juga menjadi pendorong dan penggerak bagi
terciptanya kebudayaan. Untuk tempat sholat orang
membangun masjid dengan gaya arsitektur yang megah
dan indah, membuat sajadah alas untuk bersujud
dengan berbagai disain, membuat tutup kepala,
pakaian, dan lain-lain. Itulah yang termasuk aspek
kebudayaan.6
Proses interaksi Islam dengan budaya dapat
terjadi dalam dua kemungkinan. Pertama adalah Islam
mewarnai, mengubah, mengolah, an memperbaharui
budaya. Kedua, justru Islam yang diwarnai oleh
kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari
kekuatan dari dua entitas kebudayaan atau entitas
keislaman. Jika entitas kebudayaan yang kuat maka
akan muncul muatan-muatan lokal dalam agama, seperti
Islam Jawa. Sebaliknya, jika entitas Islam yang kuat
mempengaruhi budaya maka akan muncul kebudayaan
Islam.7
6. Ibid 7. Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju,2003)hlm.8.
18
Agama sebagai budaya, juga dapat dilihat
sebagai mekanisme control, karena agama adalah
pranata sosial dan gejala sosial, yang berfungsi
sebagai kontrol, terhadap institusi-institusi yang
ada.
Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat
Islam berpegang pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim
al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded al-ashlah, artinya: memelihara
pada produk budaya lama yang baik dan mengambil
produk budaya baru yang lebih baik.8
Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil
pemikiran manusia yang berupa interprestasi terhadap
teks suci itu disebut kebudayaan, maka sisitem
pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan
sebagainya yang timbul sebagai hasil pemikiran
manusia adalah kebudayaan pula. Kalaupun ada
perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan
itu terletak pada keadaan institusi-institusi
kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas dasar
prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.
8. Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam danEmpirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993, hal. VI.
19
BAB III
Penutup
A.Kesimpulan
Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa Islam Antara Gejala Sosial &
Budaya Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin
tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat
manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan
ummat manusia dan alam semesta dari kehancurannya.
Oleh karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai,
norma, dan aturan hidup yang bersifat manusiawi dan
universal itu kepada manusia modern, dan diharapkan
dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap
problematis ummat manusia yang hidup di dunia modern
dan era global ini. Ajaran agama Islam telah tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan
sosial budaya masyarakat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ajaran Islam telah tumbuh dan
berkembang sejalan dengan akal pikiran manusia serta
sosial budayanya untuk mewujudkan suatu sosial
budaya dan masyarakat yang Islami.
B.Saran
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan.
Sebagai manusia biasa tentunya masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan
20
saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian
untuk perbaikan dan evaluasi dari apa yang penulis
dapat sajikan.
Daftar Pustaka
Http:// Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan
ilmiah.htm
A.Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1991).
Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam
Kapan Agama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen
Agama. Jakarta. 1991-1992.
Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang
Islam.cet. 19 Bandung: C.V. Pelajar. 1996).
Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan
Refleksi Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998).
21