BAB II TINJAUAN TEORI A. Produksi 1. Pengertian Produksi ...

42
17 BAB II TINJAUAN TEORI A. Produksi 1. Pengertian Produksi Istilah Produksi sering digunakan dalam term membuat sesuatu. Secara khusus, produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah suatu barang atau jasa. Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat diartikan sebagai berikut: pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang atau jasa. 1 Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai keguanaan atau manfaat suatu barang. 2 Dalam ekonomi islam menurut siddiqi, berpendapat : Produksi adalah penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat (mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami. 3 Dalam suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa), uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah 1 Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 56. 2 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Yogyakarta : UIN-Malang Press. 2008) 157 3 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008) 231

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Produksi 1. Pengertian Produksi ...

17

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Produksi

1. Pengertian Produksi

Istilah Produksi sering digunakan dalam term membuat sesuatu. Secara

khusus, produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah suatu barang

atau jasa. Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat

diartikan sebagai berikut: pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi

hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang atau jasa.1

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang atau

jasa. Menurut ilmu ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan

barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai keguanaan atau manfaat suatu

barang.2

Dalam ekonomi islam menurut siddiqi, berpendapat :

Produksi adalah penyediaan barang dan jasa dengan

memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat

(mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen

telah bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia

telah bertindak Islami.3

Dalam suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal

itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang

maupun jasa), uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah

1 Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro (Yogyakarta : Graha Ilmu,

2008), 56. 2 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Yogyakarta : UIN-Malang Press.

2008) 157 3 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. 2008) 231

18

yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan

pendapatan kerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya.4

Menurut sugiarto, mengemukakan bahwasannya produksi adalah:

“Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi

output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi

produk, Fungsi produk menunjukan jumlah maksimum output yang dapat

dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknogi

tertentu”.5

Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan berperan dalam

berbagai bentuk aktivitas ekonomi antara lain : pertanian, perkebunan, perikanan,

perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkahi pekerjaan dunia dan

menjadikannya bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja bersikap konsisten

terhadap peraturan Allah, suci niatnya, dan tidak melupakan-Nya. Dari jabir

bahwa diriwayatkan oleh Baihaqi bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Kejahatan

yang paling bahaya di muka bumi ini ialah pengangguran”. Pada masa

Rasulullah SAW, beliau tidak pernah menyuruh seorang sahabat pun untuk

meninggalkan keterampilannya. Karena pada dasarnya, pekerjaan duniawi tidak

hanya bermanfaat bagi individu pelakunya, tetapi juga penting untuk mencapai

kemaslahatan masyarakat secara umum.

Menurut al-Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi antar lain6 :

a. Tanah, dengan segala potensinya sebagai barang yang tidak akan pernah

bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi.

Tanah menjadi faktor terpenting dalam hal ini, penekanan pada

penggunaan tanah-tanah yang mati menunjukan perhatian Rasulullah

SAW dalam penggunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam

4 Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : IIIT Idonesia Wism Nugrasantana,

2002). 79 5 Sugiarto dkk, Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif (Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama. 2002) 202 6 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

maqashid al-Syariah. Jakarta : KENCANA (PRENADAMEDIA GROUP), 2014. 118-121

19

mempunyai komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal

pertanahan.

b. Tenaga kerja, karena kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan

oleh tenaga kerja.

Ini merupakan human capital bagi suatu perusahaan dan juga aset bagi

keberhasilan perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja

sumber manusia yang ada di dalamnya, termasuk diantaranya kinerja pada

tenaga kerja. Secara umum diantara ahli ekonomi ada yang menyatakan

bahwa tenaga kerja dalah satu-satunya produsen dan pangkal produktivitas

dari semua faktor misalnya : tanah, modal manajerial yang baik tidak akan

bisa menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.

c. Modal, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu

kekayaan ataupun jasa ekonomi.

Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa aset yang bisa

digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan. Dalam islam modal suatu

usaha haruslah bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal,

Islam mengatur suatu sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sama

mudharabah atau musharakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan

juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas

produksi yang akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah

dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.

d. Manajemen produksi / orang menjalankannya, untuk mendapatkan kualitas

produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik juga. Beberapa

faktor produksi di antara semua faktor tidak akan mengahasilkan suatu

profit (keuntungan) yang baik ketika tidak ada manajemen yang baik,

karena tanah, tenaga kerja, modal dan lain sebagainya tidak akan bisa

berdiri dengan sendirinya.

20

2. Tujuan Produksi

Tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa

diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya7

1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat

Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan kebutuhan

manusia pada tingkatan moderat. Hal ini akan menimbulkan dua implikasi yaitu

pertama produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan,

meskipun belum tentu keinginan konsumen karena keinginan manusia sifatnya

tidak terbatas sehingga sering kali mengakibatkan ketidakjelasan antara keinginan

dan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang

dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan bukan sekedar memberikan

kepuasan maksimum saja. Dalam konsep maslahah, salah satu formulanya adalah

harus memenuhi unsur manfaat. Kedua, kuantitas produk yang diproduksi tidak

akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar.

2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya

Meskipun produsen hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia,

namun hal ini bukan berarti produsen bersifat pasif dan reaksi terhadap kebutuhan

manusia, yang mau memproduksi hanya berdasarkan permintaan konsumen.

Produsen harus mampu menjadi sosok yang kreatif, proaktif, dan inovatif dalam

menemukan barang dan jasa apa yang menjadi kebutuhan manusia dan kemudian

memenuhi kebutuhan tersebut. Sikap proaktif ini juga harus berorientasi ke depan

dalam artian : pertama, harus mampu menghasilkan barang dan jasa yang

bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang. Sehingga seorang produsen dalam

kerangka islami tidak akan mau memproduksi barang-barang yang bertentangan

dengan syariat, maupun barang yang tidak memiliki manfaat rill kepada umat.

Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah

7 M.nur rianto al arif dr. Euis amalia.Teori mikroekonomi. (Jakarta : PRENADA MEDIA

GROUP , 2010 ) 152-154

21

Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan

ibadah kepada Allah, dan inilah tujuan produksi yang tidak akan mungkin dapat

tercapai dalam ekonomi konvensional yang bebas nilai. Tujuan produksi adalah

mendapatkan berkah yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh produsen itu

sendiri. Tujuan ini akan membawa implikasi yang luas, sebab produksi tidak akan

selalu menghasilkan keuntungan materiil, namun harus mampu pula memberikan

keuntungan bagi orang lain dan agama.

Adapun tujuan produksi menurut Monzer Kahf ialah :

a. Upaya manusia untuk meningkatkan tidak hanya kondisi materialnya.

Akan tetapi juga moralnya untuk kemudian menjadi sarana mencapai

tujuannya kelak diakhirat. Sehingga produk-produk yang menjauhkan

manusia dari nilai-nilai moralnya akan dilarang dalam Islam.

b. Aspek sosial dalam produksi, yaitu distribusi keuntungan dari produksi itu

sendiri diantara sebagian besar orang dengan cara seadil-adilnya. Hal

tersebut merupakan tujuan utama ekonomi masyarakat. Sistem ekonomi

islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan

sistem yang lainnya.

c. Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang berkaitan dengan

kebutuhan hidup, akan tetapi ppermasalahan tersebut timbul karena

kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil

manfaat sebesar-besarnya dari anugerah Allah.

Adapun beberapa prinsip produksi dalam ekonomi islam selalu

bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Dalam

hal kesejahteraan masyarakat yang berkaitan dengan konteks industri antara

lain8 :

1) Meningkatnya kesejahteraan buruh karena terpenuhinya hak-hak mereka.

2) Meningkatnya kesejahteraan pengelola usaha karena para buruh bersatu

memajukan industri.

8 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

maqashid al-Syariah. 127-129

22

3) Meningkatnya kesejahteraan pemodal income yang baik akibat tingginya

keuntungan.

4) Meningkatnya kesejahteraan petani atau perajin karena bahan baku di

hargai dengan baik.

5) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat konsumen karena barang

bermutu.

6) Menunjang kebutuhan masyarakat konsumen karena barang/jasa terjual

dengan harga yang terjangkau.

7) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar industri karena mendapat

program-program pemberdayaan masyarakat melalui dana zakat, infak,

sedekah, wakaf dari perusahaan.

8) Meningkatnya kesejahteraan alam dengan selalu melakukan serangkaian

aktivitas untuk menjaga kelestarian alam.

Prinsip produksi dalam Ekonomi Islam yang berkaitan dengan maqashid

al-Syari’ah yaitu :

a) Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan

maqashid al-syari’ah. Tidak memproduksi barang/jasa yang bertentangan

dengan penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

b) Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu

dharuriyat (kemaslahatan agama dan dunia), hajiyat (sesuai kebutuhan

yang dipenuhi), tahsiniyat (melakukan kebiasaan yang baik dan

menghindar dari yang buruk sesuai apa yang telah diketahui oelh akal

sehat).

c) Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan sosial, zakat,

sedekah, infak, dan wakaf.

d) Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan dan

merusak lingkungan.

e) Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen

dan buruh.

23

Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang

meliputi :

1. Menghasilkan barang atau jasa.

2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.

3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.

4. Meningkatkan keuntungan.

5. Memperluas lapangan usaha.

Hal ini guna menjaga kesinambungan usaha perusahaan agar usaha yang

dilakukan tetap berjalan dengan hasil yang diharapkan.

3. Fungsi produksi

Didalam ilmu ekonomi kita mengenal apa yang disebut fungsi produksi

yaitu suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil fisik (output) dengan

faktor-faktor produksi (input). Dalam melakukan usaha pertanian, seorang

pengusaha atau seorang petani akan selalu berfikir bagaimana ia mengalokasikan

input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara

pemikiran demikian adalah wajar, mengingat petani melakukan konsep bagaimana

cara memaksimumkan keuntungan. Peningkatan keuntungan dapat dicapai oleh

petani dengan melakukan usaha taninya secara efisien. Konsep efisien ini dikenal

dengan konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price

efficiency), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency). Bila petani mendapatkan

keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena pengaruh harga maka

petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisien

harga. Cara seperti ini dapat ditempuh, misalnya dengan membeli faktor produksi

pada harga yang murah, menjual hasil pada harga yang relatif tinggi, dan

sebagainya. Selanjutnya, kalau petani meningkatkan hasilnya dengan menekan

harga faktor produksi, dan menjual hasilnya dengan harga yang tinggi, maka

petani tersebut telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara

bersamaan. Situasi demikian sering disebut dengan istilah efisiensi ekonomi.

Dengan kata lain petani melakukan efisiensi ekonomi sekaligus efisiensi teknis

24

dan efisiensi harga. Dalam ilmu ekonomi cara berpikir demikian disebut dengan

pendekatan memakimumkan keuntungan atau profit maximization.

Dilain pihak, manakala petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam

usaha taninya, maka mereka juga tetap mencoba bagaimana meningkatkan

keuntungan dengan kendala biaya usaha tani yang terbatas. Suatu tindakan yang

dapat dilakukan adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar

dengan biaya produksi yang sekecil-kecilnya atau terbatas. Pendekatan seperti ini

dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minimization. Prinsip

kedua pendekatan tersebut yaitu bagaimana memaksimumkan keuntungan yang

diterima petani atau seorang pengusaha pertanian. Kedua pendekatan tersebut

mungkin dapat pula dikatakan pendekatan serupa tapi tak sama. Ketidaksamaan

ini tentu saja kalau dilihat dari segi sifat dan perilaku petani yang bersangkutan.

Petani besar atau pengusaha besar seringkali berprinsip bagaimana memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya melalui pendekatan profit maximization karena

mereka tidak dihadapkan pada keterbatasan pembiayaan. Sebaliknya untuk petani

kecil sering bertindak sebaliknya yaitu bagaimana memperoleh keuntungan

dengan keterbatasan yang mereka miliki.9

B. Produksi dalam Islam berkaitan dengan maslahah/kesejahteraan

Islam dalam hal produksi bertujuan untuk kemaslahatan. Apabila produksi

menjadi suatu prioritas, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat karena

segala macam kebutuhan pokok mereka telah terpenuhi. Di dalam pendahuluan

bukunya yang berjudul Dhawabit al-Mashlahah fi al-Syari’ah al-Islamiyah,

Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthi melakukan pengidentifikasian antara

mashlahah dan manfaat, karena ada perbedaan mendasar diantara keduanya.

Menurut al-Buthi tidak ada keraguan bagi seorang Muslim untuk menetapkan

standar kemaslahatan itu sendiri. Baginya ukuran kemaslahatan adalah gabungan

antara dunia dan akhirat, dengan memekai alat ukur lahir dan batin, materi, dan

psikis. Karena kemaslahatan dunia merupakan bagian dari inti dasar agama. Buthi

berpendapat bahwa mashlahah identik dengan manfaat.

9 Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), 122-124.

25

Mashlahah adalah manfaat yang menjadi tujuan Tuhan (qashd al-Syari’)

terhadap hamba-Nya, dalam hal menjaga agama, jiwa, akal dan keturunan, dan

harta benda. Sementara manfaat adalah kenikmatan (al-ladzat) atau sesuatu yang

menjadi perantara pada kenikmatan dan menolak bahaya ataupun semua yang

menjadi perantaranya. Manfaat merupakan suatu standar yang berhubungan

dengan kebaikan (khayr) dalam kehidupan manusia, dalam hal ini seperti yang

diungkapkan oleh para ahli filsafat dan etika. Manfaat dan mashlahah yang ada

dalam hukum Islam yaitu manfaat yang sesuai dengan fitrah manusia, karena

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah maka demikian pula dengan

hukum-hukumnya. Mashlahah bisa dijadikan dalil, akan tetapi Buthi memperjelas

kriteria-kriteria mashlahah tersebut, antara lain10

:

1. Dampak mashlahah dan mafsadah tidak hanya didunia, tapi juga

berdampak pada kehidupan duia dan akhirat. Jadi, suatu perkerjaan yang

menghasilkan sesuatu yang baik walaupun hasilnya tidak secara langsung,

maka termasuk kategori amal soleh. Setiap pekerjaan yang diyakini akan

membuahka hasil yang baik dimasa sekarang dan yang aka datang adalah

termasuk mashlahah.

2. Mashlahah tidak dinilai dari kenikmatan materi saja, akan tetapi segala

sesuatu yang menjadi kebutuhan bagi tubuh, jiwa, dan roh manusia.

3. Mashlahah agama menjadi dasar bagi mashlahah yang lain, dan posisinya

harus didahulukan.

Al-Ghazali mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang harus melakukan

aktifitas ekonomi, yaitu :

1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup orang yang bersangkutan, seperti

sandang, pangan, dan papan.

2. Untuk mensejahterakan keluarga dengan cara menikah dan membina

rumah tangga.

3. Untuk membantu orang yang memerlukan.

10

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

maqashid al-Syariah. Hal 110-112

26

Menurut al-Ghazhali sebelum menghasilkan suatu barang jadi tentulah ada

proses-proses perubahan dari barang mentah sumber daya alam, yang

menurut beliau ada tiga kategori, yaitu barang tambang, hasil pertanian,

dan binatang ternak menjadi barang setengah jadi dan menghasilkan

barang jadi atau produk siap pakai. Hal ini tentunya membutuhkan adanya

pembagian tugas masing-masing individu disesuaikan dengan kemampuan

dan keahliannya.11

Hal ini bertujuan untuk mempercepat produksi dan

meingkatkan efisiensi waktu untuk mengahsilkan suatu produk.

Aktivitas produksi adalah menambah kegunaan suatu barang, hal ini bisa

diarealisasikan apabila kegunaan suatu barang bertambah, baik dengan cara

memberikan manfaat yang benar-benar baru maupun manfaat yang melebihi

manfaat yang ada pada sebelumnya. Ekonomi Islam dalam hal produksi menurut

Imam al-Ghazali menganggap pencarian ekonomi bagian dari ibadah individu.12

Dengan demikian kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai

kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa

mendatang. Dengan pengertian yang luas tersebut, kita memahami kegitan

produksi tidak terlepas dari keseharian manusia. Allah SWT telah berfirman

dalam Qs. An-Nahl mengenai produksi13

ialah :

Artinya :

“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu

dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang

11

Euis Amalia. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok : Gramata Publishing, 2010.

Hal 179 12

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta : Kencana,

2007) 102

13 Departemen Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an, CV. Madinatul Ilmi

27

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi

orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” Qs. An-nahl : 65

Tafsir Q.S An-Nahl : 65

Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi,

dalam ayat-ayat ini Allah menyajikan beberapa dalil tauhid, mengingat ia

merupakan poros segala permasalahan di dalam agama Islam dan seluruh

agama samawi. Maka diterangkan bahwa Dia telah menurunkan hujan dari

langit agar dengan hujan itu bumi yang tadinya mati menjadi hidup.14

Maka makhluk yang ada dibumi senantiasa untuk menjaga apa-apa yang

diturunkan Allah SWT.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau

diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan

jasa. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan

sampai dimana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa,15

ialah :

1. Faktor Produksi Tanah

Pada faktor produksi tanah (lahan tanah dan beberapa sumber tanah lain)

adalah bahwa penawarannya sangat inelastis karena dibatasi oleh alam. Betapa

pun naik atau turunnya harga tanah, luas lahan tanah (total) tidak akan bertambah

karena luas tanah yang tersedia hanya itu saja.16

Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air,

udara, temperatur, sinar matahari, dan lainnya. Semuanya secara bersama

menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan, atau sebaliknya jenis tanaman

tertentu, untuk dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi menghendaki jenis tanah

tertentu, air sekian banyak dengan pengaliran tertentu, temperatur udara sekian

kelembapan sekian persen penyinaran dan lain-lain. Faktor produksi

14

Penerjemah Anshori Umar Sitanggal dkk. Ahmad Mushtaf Al-Maroghi.. Terjemah

Tafsir Al-Maroghi. (Semarang: Tohaputra 1987. 15

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, 6 16

T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro (Yogyakarta : KANISIUS, 2003), 225

28

diklasifikasikan sebagai tanah, tenaga kerja, modal ataupun yang lainnya. Istilah

tanah diberi arti khusus di dalam ilmu ekonomi ini tidak hanya bermakna tanah

saja seperti yang terpakai dalam pembicaraan sehari-hari, melainkan bermakna

segala sumber daya alam, seperti air dan udara, pohon dan bintang, dan segala

sesuatu yang diatas dan di bawah pemukaan tanah, yang menghasilkan

pendapatan atau menghasilkan produk.

Menurut marshall, tanah berarti “material dam kekuatan yang

diberikan oleh alam secara cuma-Cuma untuk membantu manusia,

termasuk tanah dan air, udara dan cahaya, dan panas.”

Kebanyakan aktivitas ekonomi manusia tergantung secara langsung pada

tanah, bahkan pada saat ini pun, sebagaimana di masa lalu, seperti berburu,

mencari ikan, memberi makan binatang ternak, produksi pertanian, taman,

mineral, logam, bahan mentah industry, tenaga listrik, air dan berbagai macam

sumber daya alam lainnya. Islam memandang tanah sebagai salah satu faktor

produksi yang terpenting.17

Oleh karena segala persoalan pertanian bersifat sementara, maka islam

tidak memberi aturan yang ketat dalam setiap dan semua persoalan sehingga akan

menghalangi kebebasan bertindak manusia. Sebaliknya, sebagian besar masalah

yang berkenan dengan hal ini diserahkan kepada pertimbanagan akal manusia di

sepanjang waktu dan tempat untuk menetapkanny, sesuai dengan situasi sosial-

ekonomi yang senantiasa berubah. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang di

terima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Bahwa tanah

merupakan satu faktor produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat pula

dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan

permintaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu. Dalam

suatu daerah yang penduduknya sangat padat di mana jumlah petani penyakap

yang memerlukan tanah garapan jauh lebih besar daripada persediaan tanah yang

ada, maka pemilik tanah dapat meminta syarat-syarat yang lebih berat bila

dibandigkan dengan daerah yang persediaan tanah garapan nya masih lebih luas.

17

Drs. Sohari Sahrani, fikih muamalah. Dra. Ru‟fah Abdullah, Bogor : Ghalia Indonesia,

2011. Hal 30

29

Disamping adaanya kemungkinan pemilik tanah akan memilih

menyakapkan tanahnya pada petani yang sanggup menawarkan bagi hasil yang

lebih menarik, pemilik dapat pula memilih petani penyakap yang lebih rajin dan

lebih menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan tanah. Sehingga keadaan

yang demikian ini menyebabkan penyakap akan selalu berusaha untuk tidak

mengecewakan pemilik tanah supaya tanahnya tidak dicabut kembali. Salah satu

faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui

panca usaha adalah pengairan. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan

pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan atau harus melalui pengairan

yang diatur manusia. Keduanya harus disesuaikan agar benar-benar tanaman

mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Ahli

pertanian menyebutkan bahwa tanah merupakan medium alam tempat tempat

tumbuhnya tumbuhan dan tanaman yang tersusun dari bahan-bahan padat, cair,

dan gas. Bahan penyusun tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan

organik, jasad hidup, air dan gas.

Untuk kehidupan tanaman, tanah mempunyai fungsi sebagai :

Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman.

Sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara

antara tanaman dengan tanah.

Sebagai penyediaan dan gudangnya air bagi tanaman.

Klasifikasi tanah

Kemampuan tanah bagi unit agronomi ditunjukkan oleh klasifikasi tanah.

Informasi mengenai kemampuan tanah didapat dari survei tanah. Makin detail

tanah survei tanah itu makin banyak informasi yang diperoleh. Informasi tanah

dibuat dalam bentuk peta tanah dan peta dayaguna tanah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam deskripsi tanah unit agronomi

adalah :

a. Kedalaman top soil

30

Top soil dapat menggambarkan lama tidaknya berlangsung suatu

unit agronomi. Top soil yang dangkal dapat diduga telah lanjutnya

erosi. Tanah latosol mempunyai lapisan top soil yang dangkal.

Sementara itu tanah alluvial mempunyai lapisan top soil yang sangat

dalam.

b. Warna top soil

Warna gelap menunjukan erosi yang belum lanjut. Semakin dalam

top soil tanah diolah, makin cenderung berwarna merah dan kuning.

c. Perkembangan butiran (Granulir)

Apabila butiran terjadi proses ini menghasilkan tanah dengan

drainase dalam tanah yang baik.

d. Kandungan bahan organik

Kurangnya bahan organik akan mengurangi kation-kation yang

dapat dipertukarkan, oleh karena itu kesuburannya rendah. Tanah

yang baru dibuka harus hati-hati supaya bahan organiknya tidak

hilang, karena diperlukan untuk mempertahankan kesuburannya.

e. Kandungan oksida-oksida sesqui

Oksida-oksida besi dan aluminium menyebabkan terhalangnya

penyerapan fosfat oleh tanaman. Fosfat menjadi tidak larut dalam

keadaan ini, sehingga tidak terserap oleh tanaman.

Berdasarkan tipe-tipe tanah dapat diketahui kemampuan tanah (land

capability) sehingga dibagi dalam kelas-kelas. Sistem ini penting artinya bagi

pengelola, karena setiap jengkal tanah harus diketahui kemampuannya, dan

diinventarisir faktor-faktor pembatasnya. Adapun ciri-ciri kelas kemampuan

tanah,18

ialah :

1. Kelas I (Warna hijau)

18

Hasan basri jumin, Dasar-Dasar Agronomi (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005),

27-36.

31

Sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan

tindakan pengawetan tanah yang khusus. Tanah datar, dalam bertekstur

halus atau sedang, mudah diolah dan respons terhadap pemupukan. Tidak

mempunyai faktor penghambat atau ancaman kerusakan dan oleh

karenanya dapat dijadikan lahan tanaman semusim dengan aman.

2. Kelas II (Warna kuning)

Tanah sesuai dengan segala jenis penggunaan pertanian dengan sedikit

faktor penghambat. Tanahnya agak berlereng landai kedalamannya dalam

dan bertekstur halus sampai agak halus. Diperlukan sedikit usaha

konsenvasi tanah.

3. Kelas III (Warna merah)

Sesuai untuk segala jenis penggunaan tanah pertanian dengan hambatan

yang lebih besar dari kelas II, sehingga memerlukan tindakan pengawetan

khusus. Tanahnya agak miring atau drainase buruk, kedalamannya

sedang, atau permeabilitasnnya agak cepat.

4. Kelas IV (Warna biru)

Sesuai dengan segala jenis penggunaan pertanian dengan hambatan dan

ancaman kerusakan yang lebih besar dari kelas III, sehingga memerlukan

khusus dan pengawetan tanah yang lebih berat dan lebih terbatas.

5. Kelas V (Warna hijau tua)

Tanah kelas V ini tidak sesuai untuk digarap bagi tanaman semusim,

tetapi lebih sesuai untuk tanaman makanan ternak secara permanen atau

dihutankan.

6. Kelas VI (Warna oranye)

Tanah kelas VI tidak sesuai untuk digarap bagi usaha tani tanaman

semusim, disebabkan karena terletak pada lereng yang agak curam (30%-

45%) sehingga mudah tererosi, atau kedalamannya agak dangkal atau

telah mengalami erosi berat.

7. Kelas VII (Warna cokelat)

32

Tanah ini sama sekali tidak sesuai untuk digarap menjadi usaha tani

tanaman semusim. Dianjurkan untuk menanam vegetasi permanen atau

tanaman keras.

8. Kelas VIII (Warna putih)

Tanah kelas VIII tidak sesuai untuk usaha produksi pertanian, dan harus

dibiarkan pada keadaan alami atau di bawah vegetasi alam. Tanah ini

lebih cocok untuk cagar alam atau hutan lindung.

Kesuburan tanah diartikan sebagai kesanggupan tanah untuk menyediakan

unsur hara bagi pertumbuhan tanaman kesuburan tanah di pengaruhi oleh sifat

fisik , kimia, dan biologi tanah. Tanaman dapat menghasilkan secara maksimal

bila tanaman itu tumbuh dalam keadaan subur, dan faktor-faktor diluar kesuburan

sekitar tanaman tersebut menunjang pertumbuhan secara optimal. Hal ini

dijelaskan dalam firman Allah yang terkandung dalam Qs Al-A‟raf ayat 58 ialah19

:

Artinya : “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya

tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)

bagi orang-orang yang bersyukur.”

Dan kesuburan tanah akan menjadi baik dengan sistem irigasi yang baik

pula. Irigasi dipandang penting oleh Islam karena tanpa irigasi yang baik,

produksi pertanian tidak dapat ditingkatkan. Perselisihan pendapat dalam soal

irigasi diantara orang-orang yang tinggal disekitar sumber air yang sama amatlah

biasa dimasa itu, sebagaimana sekarang. Oleh karena itu, Nabi SAW menetapkan

aturan tertentu untuk mengatur penggunaan air bagi mereka. Semua aturan

19

Departemen Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an, CV. Madinatul Ilmi

33

tersebut tertuang dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa

Rasulullah SAW bersabda20

: “Jangan menahan sisa air, karena itu akan

mencegah tumbuhnya tambahan tanaman”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Musaqah dalam pandangan Islam

Adapun secara bahasa musaqah adalah salah satu bentuk penyiraman,

penduduk madinah menyebutnya dengan istilah muamalah.

Menurut Hasbi ash-Shiddieqi yang dimaksud dengan al-musaqah

ialah syarikat pertanian untuk memperoleh hasil dari pepohonan.

Menurut Abdurahman al-Jaziri al-musaqah adalah akad untuk

pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian) dan yang lainnya

dengan syarat-syarat tertentu.

Akan tetapi musaqah menurut ulama empat madzhab ialah :

Menurut Malikiyah al-musaqah adalah sesuatu yang tumbuh di tanah,

menurut Malikiyah sesuatu yang tumbuh di tanah di bagi menjadi lima

macam, sebagai berikut :

1. Pohon-pohon tersebut berakar kuat (tetap) dan berbuah. Buah itu

dipetik serta pohon tersebut tetap ada dengan waktu yang lama,

misalnya pohon anggur dan zaitun.

2. Pohon-pohon tersebut berakar tetap, tetapi tidak berubah, seperti

pohon kayu, keras, karet, dan jati.

3. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat, tetapi berubah dan dapat

dipetik, seperti padi dan qatsha’ah.

4. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya

yang dapat dipetik, tetapi memiliki kembang yang bermanfaat,

seperti bunga bawar.

20

Dr. Muhmmad Sharif Chaudry, M.A., LLB., Ph.D. Sistem Ekonomi Islam . (Jakarta :

KENCANA, 2012) 175

34

5. Pohon-pohon yang diambil hijau dan basahnya sebagai suatu

manfaat, bukan buahnya, seperti tanaman hias yang ditanam di

halaman rumah dan di tempat lainnya.

Menurut Syafi‟iyah yang di maksud al-musaqah ialah memberikan

pekerjaan orang yang memiliki pohon tamar, dan anggur kepada orang lain

untuk kesenangan keduanya dengan menyiram, memlihara, dan

menjaganya dan pekerja memperoleh bagian tertentu dari buah yang

dihasilkan pohon-pohon tersebut.

Menurut Hanabilah, al-musaqah mencakup dua masalah berikut ini :

1. Pemilik menyerahkan tanah uang sudah ditanami, seperti pohon

anggur, kurma dan yang lainnya. Baginya, ada buah yang dapat

dimakan sebagai bagian tertentu dari buah pohon tersebut, seperti

sepertiga atau setengahnya.

2. Seseorang menyerahkan tanah dan pohon, pohon tersebut belum

ditanamkan, maksudnya supaya pohon tersebut ditanam pada

tanahnya, yang menanam akan memperoleh bagian tertentu dari buah

pohon yang ditanamnya, yang kedua ini disebut munasabah

mughasarah karena pemilik menyerahkan tanah dan pohon-pohon

untuk ditanamkannya.

Menurut Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dan Syaikh Umairah, al-

musaqah ialah memperkerjakan manusia untuk mengurus pohon dengan

menyiram dan memeliharaanya dan hasil uang dirizkikan Allah dari pohon

itu untuk mereka tuhan.

Setelah mengetahui definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli

diatas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan al-musaqah ialah

akad antara pemilik dan pekerja untuk memelihara pohon, sebagai upahnya adalah

buah dari pohon yang diurusnya.

35

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio, al-musaqah adalah bentuk

yang lebih sederhana dari muzara‟ah, di mana si penggarap hanya

bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai

imbalan, si penggarap berhak atas nishab tertentu dari hasil panen.

Dasar hukum Musaqah

Asas hukum musaqah ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

dari Ibnu Amr ra., bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Memberikan tanah khaibar

dengan bagian separoh dari penghasilan, baik buah-buahan maupun pertanian

(tanaman). Pada riwayat lain dinyatakan, bahwa Rasul menyerahkan tanah

khaibar itu kepada yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya, penghasilan

seperuhnya untuk Nabi.”

Musaqah yang dibolehkan

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah yang di perbolehkan dalam musaqah

, Imam Abu Dawud berpendapat, bahwa yang boleh di-musaqah-kan hanya

kurma. Menurut Syafi‟iyah, yang boleh di musaqah- kan hanyalah kurma dan

amggur saja. Sedangkan menurut Hanafiyah, semua pohon yang mempunyai akar

ke dasar bumi dapat di-musaqah-kan, seperti tebu.

Menurut Imam Malik, musaqoh dibolehkan untuk semua pohon yang

memiliki akar kuat, seperti delima, tin, zaitun, dan pohon-pohon yang serupa

dengan itu dan dibolehkan pula untuk pohon-pohon yang berakar tidak kuat,

seperti semangka dalam keadaan pemilik tidak lagi memiliki kemampuan untuk

menggarapnya.

Menurut mazhab Hanbali, musaqah diperbolehkan untuk semua pohon

yang buahnya dapat dimakan, dalam kitab al-Mughni, imam Malik berkata,

musaqah di perbolehkan untuk pohon tadah hujan dan diperbolehkan pula untuk

pohon-pohon yang perlu disiram.21

Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat, keeratan tersebut

dapat digambarkan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak dapat dipisahkan,

21 Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H. Dra. Hj. Ru‟fah Abdullah, M.M. Fiqh Muamalah.

(Bogor : Ghalia Indonesia, maret 2011) 205-208

36

karenanya eksistensi antara keduanya sangat berkaitan. Dapat ditegaskan bahwa

hukum berfungsi untuk mengatur kehidupan warga negaranya, sehingga dapat

diwujudkan kesejahteraan yang bersama-sama diinginkan dan di cita-citakan.

Dengan perkataan lain, hukum berlaku secara normatif. Dengan demikian

hakikatnya pertentangan dan benturan kepentingan, dapat diberikan penyelesaian

dan jalan keluar dapat mengacu pada pancasila. Inilah berlakunya hukum secara

filosofis. Secara sosiologis, hukum merupakan lembaga kemasyarakatan, yaitu

himpunan kaidah dari segala tingkatan berkisar pada suatu kebutuhan pokok

didalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan hukum bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pokok seluruh warga masyarakat dan sebagai lembaga

kemasyarakatan hukum jelas berfungsi sebagai pedoman bertingkah laku, sebagai

sarana untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan sebagai suatu sistem

pengendalian sosial terhadap masyarakat. Dapat diartikan hukum berfungsi

sebagai sarana untuk mengatur segala interaksi kehidupan masyarakat. Dengan

demikian eksistensi hukum ditengah masyarakat adalah sangat esensial, karena

fungsi hukum itu sendiri. Selain untuk menegakkan keadilan, menjaga ketertiban

dan keamanan masyarakat, hukum dapat digunakan untuk mengatur masyarakat

sehingga kebutuhan masyarakat itu dapat terpenuh. Kebijaksanaan pembangunan

nasional di bidang pertanahan berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Undang-

Undang ini merupakan penjabaran dari ketentuan pasal 33 ayat (3) UUD 1945

yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Sebagai arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional

dibidang pertanahan digariskan dalam Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/ 1998

tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) :

“Tanah mempunyai fungsi sosial dan pemanfaatannya harus dapat

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, perlu terus dikembangkan

rencana tata ruang dan tata guna tanah secara nasional sehingga

pemanfaatan tanah dapat terkoordinasi antara berbagai jenis penggunaan

dengan tetap memelihara kelestarian alam dan lingkungan serta mencegah

penggunaan tanah yang merugikan kepentingan masyarakat dan

37

kepentingan pembangunan. Disamping itu, perlu dilanjutkan penataan

kembali penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah termasuk

pengalihan hak atas tanah”.

Adapun Undang-Undang yang juga terkait dengan tanah ialah :

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria (LN 1960-104, TLN 2043), Pasal 2, Pasal 14 dan Pasal 15.

Tanah adalah tempat manusia melaksanakan hajat hidup, baik dahulu,

sekarang maupun untuk waktu yang akan datang. Dalam tiap usaha pemanfaatan

tanah, hutan, tambang ada regulasi atau pengaturan. Tujuan pengaturan ialah bagi

kepentingan si pemegang hak dan kepentingan negara yang bermaksud

melindungi kepentingan umum.

Adapun Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 dikatakan :

“pemerintah harus membuat perencanaan umum mengenai persediaan,

peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya” untuk keperluan :

a. Negara ;

b. Peribadatan dan keperluan suci lainnya sesuai dasar Ketuhanan YME

;

c. Pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan, dan

kesejahteraan ;

d. Memperkembangkan produksi pertanian, peternakan, perikanan serta

sejalan dengan itu ;

e. Keperluan mengembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan.

Ketentuan tersebut harus dikaitkan dengan Pasal 15 Undang-Undang No. 5

Tahun 1960 yang menyatakan bahwa siapa pun harus dan mencegah kerusakan

pada tanah.22

Dengan kata lain semua orang harus mempergunakan dan

mempertimbangkan penggunaan tanah sesuai kemampuan tanah tersebut. Adapun

sewa-menyewa tanah dalam hukum perjanjian Islam dapat dibenarkan baik tanah

untuk pertanian atau untuk bangunan atau lainya. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam hal perjanjian sewa-menyewa tanah yakni untuk apa tanah tersebut

digunakan, apabila tanah tersebut digunakan untuk lahan pertanian maka dalam

22

Muchsin dan Imam Koeswahyono. Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah

dan Penataan Ruang. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. 41-47

38

perjanjian harus diterangkan jenis apakah tanaman yang harus di tanam di tanah

tesebut.23

Sebab jenis tanaman yang ditanam akan berpengaruh terhadap jangka

waktu sewa menyewa. Dengan sendirinya akan berpengaruh pula pada jumlah

uang sewanya.

2. Faktor Produksi Modal

Faktor produksi modal atau yang di sebut modal mengandung banyak arti,

tergantung pada penggunaanya. Modal sama artinya dengan harta kekayaan

seseorang yakni berupa uang, tabungan, tanah, rumah, mobil, dan lain sebagainya

yang dimiliki. Modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal

bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang yang digunakan dalam proses

produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang

modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal

tetap adalah mesin, pabrik, gedung, dan lain-lain. Modal bergerak adalah barang-

barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk

sekali pakai, atau dengan kata lain, yaitu barang-barang yang habis digunakan

dalam proses produksi, misalnya bahan mentah, pupuk, bahan bakar, dan lain-lain.

Perbedaan ini digunakan berhubungan dengan perhitungan biaya. Biaya modal

bergerak harus sama sekali diperhitungkan dalam harga biaya rill, sedangkan

biaya modal tetap diperhitungkan melalui penyusutan nilai.24

Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang

mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun

kehidupan yang bersifat spiritual. Seperti yang terkandung dalam firman Allah

dalam Qs. An-Nahl ayat 89,25

ialah :

23

23

Suhawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam. (Jakarta : Sinar

Grafika, 2012). 159-160 24

Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian, 55-56. 25

Al-Qur‟an terjemah Depag RI

39

Artinya : “(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-

tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan

kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan

kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk

serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.

Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri

dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun

nonmaterial. Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah

diatur oleh islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang sempurna, mustahil

islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang

dapat digunakan sebagai panduan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan

ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya sudah diatur dalam Al-Qur‟an dan As-

Sunnah.

Ekonomi islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi

logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk secara kaffah

dan komprehensif oleh umatnya. Islam menuntut kepada umatnya untuk

mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Sangatlah tidak

masuk akal, seorang muslim yang menjalankan shalat lima waktu, lalu dalam

kesempatan lain ia juga melakukan transaksi keuangan yang menyimpang dari

ajaran islam.

Dalam mewujudkan kehidupan ekonomi, sesungguhnya Allah telah

menyediakan sumber dayanya dialam raya ini. Allah SWT mempersilahkan

manusia untuk memanfaatkannya, sebagaiman firman-Nya, yaitu :

40

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk

kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.

dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.

Dalam istilah ilmu fikih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah bahwa harta

itu adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan

untuk digunakan saat dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai

kecuali bila dibolehkan menggunakanya secara syariat. Mereka membedakan

antara materi dan nilai. Materi hanya bisa terwujud hanya ketika seluruh manusia

atau sebagian diantara mereka menggunakannya sebagai materi. Tetapi nilai

hanya berlaku bila di bolehkan oleh ajaran syariat.

Apabila harta tersebut merupakan hak milik Allah, sementara Allah telah

menyerahkan atas harta tersebut kepada manusia, melalui izin darinya, maka

perolehan seorang atas harta tersebut sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang untuk memanfaatkan serta mengembangkan harta, yang antara lain

karena menjadi hak miliknya. Sebab ketika seorang memiliki harta, maka

esensinya, dia memiliki harta tersebut untuk memanfaatkannya. Sehingga dalam

hal ini dia terikat dengan hukum-hukum syara’ dan bukan bebas mengelola secara

mutlak. Begitu pula dia juga tidak bisa bebas mengelola zat barang tersebut secara

mutlak, meskipun ia memiliki zat nya. Alasannya adalah bahwa ketika dia

mengelola dalam rangka memanfaatkan harta tersebut dengan cara yang tidak sah

menurut syara’, misalnya dengan menghambur-hamburkannya atau

menggunakannya untuk suatu kemaksiatan, maka negara wajib mengawalnya dan

melarang untuk mengelola, juga merampas wewenang yang telah diberikan

negara kepadanya sehingga harta tersebut haruslah digunakan secara amanah.

Didalam syariat harta terbagi menjadi dua bagian yaitu :

41

1. Harta tetap (diam), adalah harta yang tidak mungkin dipindahkan seperti

tanah yang melekat dengan tanah, seperti bangunan permanen. Menurut

kalangan Hanafiyah yang termasuk harta diam ialah hanya tanah saja.

Namun menurut kalangan Malikiyah pengertian bisa meluas kepada segala

yang melekat dengan tanah secara permanen, seperti tanaman dan

bangunan. Karena keduanya tidak mungkin dipindahkan kecuali harus

diubah sehingga bangunannya menjadi hancur berkeping-keping.

2. Harta bergerak aalah harta yang cepat dipindahkan dan dialihkan (seperti

uang).

Berdasarkan klasifikasi ini muncul sejumlah hukum (Al-Mushlih dan Ash-

Shawi, 2004) yang terkait dengan harta tetap harta bergerak :

a. Disahkan menjual harta diam sebelum diserahterimakan, menurut sebagian

ulama, seperti Abu Hanfiah dan Abu Yusuf tidak sah menjual harta

bergerak sebelum diserahterimakan, namun dalam aplikasinya ada sedikit

perbedaan pendapat.

b. Mendahulukan pembersihan harta bergerak sebelum harta diam ketika

seseorang dalam terlilit hutang (bangkrut).

c. Tidak dibolehkannya menjual harta diam orang yang tercekal, karena

masih kecil atau karena idiot kecuali dalam kondisi darurat atau

kemaslahatannya yang pasti atau karena kebutuhan mendesak. Sementara

menjual harta bergerak dibolehkan untuk kemaslahatan semata.26

Terkait dengan terhadap harta dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Harta pribadi, harta ini tidak boleh diambil oleh orang lain melainkan

dengan kerelaan hati dari pemilikinya.

2. Harta milik Allah, harta pada dasarnya milik Allah (hakikat kepemilikan)

manusia hanya diberi kesempatan memilikinya sementara.

26

Nurul huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta

: Kencana, 2008. hal 2-4

42

3. Harta milik bersama, konsekuensi harta ini adalah didahulukannya

kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, ketika terjadi

bentrokan dengan memberikan tersebut.27

Modal adalah faktor produksi adalah kekayaan yang dipakai untuk

menghasilkan kekayaan lagi. Dia adalah “alat produksi yang diproduksi” atau

dengan kata lain “alat produksi buatan manusia”. Modal meliputi semua barang

yang diproduksi tidak untuk konsumsi, melainkan untuk produksi lebih lanjut.

Mesin, peralatan, alat-alat pengangkutan, proyek irigasi seperti kanal dan dam,

persediaan bahan mentah, uang tunai yang ditanamkan di perusahaan, dan

sebagainya, semua itu adalah contoh-contoh modal. Jadi modal adalah kekayaan

yang didapatkan oleh manusia melalui tenaganya sendiri kemudian

menggunakannya untuk menghasilkan kekayaan lebih lanjut. Makna modal yang

disampaikan di atas membedakannya dari tanah dan tenaga kerja, karena baik

tanah maupun tenaga kerja bukan merupakan faktor produksi yang tidak

diproduksi melainkan disediakan oleh alam. Oleh karena itu, tanah dan tenaga

kerja disebut faktor produksi buatan manusia atau yang diproduksi.

Modal adalah salah satu faktor produksi selain tanah, tenaga kerja dan

organisasi yang digunakan untuk membantu mengeluarkan asset lain. Distribusi

berskala besar dan kemajuan industri yang telah dicapai saat ini adalah akibat

pengunaa modal. Ini menunujukan bahwa tenaga manusia saja (human resource)

untuk mengerakan industri tidaklah cukup, sehingga harus didukung oleh faktor

produksi yang lain. Modal merupakan asset yang digunakan untuk membantu

distribusi asset berikutnya. Menurut Prof. Thomas, hak milik individu negara

selain tanah yang digunakan dalam menghasilkan asset berikutnya disebut modal.

Dikatakan bahwa modal dapat memberikan kepuasan pribadi dan untuk

membantu menghasilkan kekayaan lebih banyak, asalkan dikelola dengan benar

dan tepat sasaran. Jusru karena itu menurut Mustaq Ahmad yang dikatakan bisnis

yang menguntukan adalah apabila dilakukan dengan investasi modal sebaik-

27

Nurul huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah. hal 5-6

43

baiknya, bukan sebaliknya, dilakukan dengan investasi yang jelek sehingga

medatangkan kerugian.28

Pada umumnya, modal digolongkan menjadi modal tetap (fixed capital)

dan modal kerja (working capital). Modal tetap mencakup barang produksi tahan

lama yang digunakan lagi dan hingga tak dapat dipakai lagi. Bangunan dan mesin,

peralatan, traktor dan truk, dan sebagainya, adalah contoh modal tetap. Adapun

modal kerja berisi barang produksi sekali pakai seperti bahan mentah yang

langsung habis sekali pakai saja. Modal tetap tidak berarti tetap ditempat. Ia

disebut tetap karena uang yang dikeluarkan untuk membelinya „tetap‟ saja selama

jangka waktu yang panjang , sedangkan uang pembeli bahan mentah segera

kembali setelah barang yang dihasilkan dari bahan mentah tersebut terjual dipasar.

Modal melainkan peranan penting dalam produksi, karena produksi tanpa modal

akan menjadi sulit dikerjakan. Jika orang tidak menggunakan alat dan mesin

dalam pertanian, melainkan menambang dan melakukan pekerjaan manufaktur

melulu dengan tangan mereka saja, maka produktivitas akan menjadi amat rendah.

Demikianlah manusia senantiasa menggunakan peralatan dalam kerja produktif

mereka. Bahkan orang-orang primitif pun menggunakan panah untuk berburu

serta pancing dan jala untuk mencari ikan. Dengan tumbuhnya ilmu teknologi,

maka manusia pun menemukan mesin-mesin berat lagi kompleks untuk

membantunya dalam semua bidang produksi seperti pertanian, pertambangan,

manufaktur, transportasi, dan komunikasi. Menurut pengertian lainnya modal

dapat diartikan barang-barang yang dihasilkan untuk digunakan selanjutnya dalam

produksi barang-barang lain.29

Modal menempati posisi penting dalam proses pembangunan ekonomi

maupun dalam penciptaan lapangan kerja. Selain meningkatkan produksi,

employment juga akan meningkat jika barang-barang modal seperti bangunan dan

mesin diproduksi dan jika kemudian digunakan untuk produksi lebih lanjut.

Demikianlah modal itu seperti darah dalam tubuh yang mengalir di segala lini

28

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Malang: UIN Malang Press.

2007) 37 29

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam. 163

44

industri serta terus berjalan demikian. Oleh karena demikian penting nya peranan

modal dalam produksi ini, maka Islam telah memberi banyak perhatian kepada

modal ini.Untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha diperlukan sejumlah

modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal dalam bentuk uang yang diperlukan

untuk membiayai segala keperluan usaha, pengurusan perizinan, biaya investasi

untuk pembelian aktiva tetap, sampai dengan modal kerja. Sementara itu, modal

keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola atau

menjalankan suatu usaha.

Modal yang pertama kali dikeluarkan digunakan untuk membiayai

pendirian perusahaan (prainvestasi), mulai dari persiapan yang di perlukan sampai

perusahaan tersebut berdiri (memiliki badan usaha). Sebagai contoh misal biaya

yang harus di keluarkan pada tahap awal adalah biaya survei lapangan, biaya

pembuatan studi kelayakan, izin-izin, dan biaya prainvestasi lainnya. Selanjutnya

setelah itu adalah biaya untuk membeli sejumlah aktiva (harta) tetap. Biaya ini

dikeluarkan untuk mengoperasikan perusahaan sebagai tempat atau alat untuk

melakukan kegiatan, seperti pembelian tanah, pendirian bangunan atau gedung

dan lain-lain. Disamping itu, modal juga diperlukan untuk membiayai prosesusaha

pada saat bisnis tersebut di jalankan. Jenis biaya ini misalnya biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. Besarnya modal yang di perlukan

tergantung dari jenis usaha yang di garap. Dalam kenyataan sehari-hari kita

mengenal adanya usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Masing-masing

memerlukan modal dalam batas tertentu. Jadi, jenis usaha yang menentukan

besarnya jumlah modal yang di perlukan. Misalnya jenis usaha pabrikan berbeda

dengan pertanian. Hal ini yang memengaruhi besarnya modal adalah jangka waktu

usaha atau jangka waktu perusahaan menghasilkan produk yang diinginkan.

Usaha yang memerlukan jangka waktu yang lebih panjang memerlukan modal

yang relative besar pula. Sementara kebutuhan akan tenaga ahli yang akan

menjalankan usaha dapat diperoleh dari rekrutmen karyawan, (penarikan pegawai)

dari berbagai sumber, seperti melalui iklan, dari suatu lamaran yang masuk, dari

referensi (kenalan) atau perguruan tinggi. Agar usaha dapat berjalan secara

45

maksimal hal ini menjadi penting untuk keberlangsungan usaha yang akan

dijalankan. Kebutuhan modal untuk menjalankan usaha terdiri dari dua jenis yaitu

:

a. Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan

berulang-ulang, biasanya umurnya lebih dari satu tahun. Sementara modal kerja

dan digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam satu proses

produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebiih dari satu tahun.

Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk membeli aktiva

tetap, seperti tanah, bangunan atau gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan,

serta inventaris lainnya. Modal investasi merupakan porsi terbesar dalam

komponen pembiayaan suatu usaha dan biasanya dikeluarkan pada awal

perusahaan didirikan atau untuk perluasan suatu usaha tersebut.

b. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional

perusahaan atau usaha pada saat sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat

jangka pendek, biasanya hanya digunakan untuk sekali atau beberapa kali proses

produksi.30 Dan faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh

manusia untuk memproduksi barang-barang yang mereka butuhkan.31 Dengan

demikian modal dapat digunakan untuk keperluan membeli bahan, membayar gaji

karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja juga

dapat diperoleh dari pinjaman bank (biasanya maksimal setahun).

3. Faktor Produksi Tenaga kerja

Tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar negara-negara

berkembang termasuk negara maju pada mulanya merupakan tenaga yang

dicurahkan untuk usaha tani sendiri atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang

dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya usaha

pertanian, sehingga dibuthkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar

sebagai tenaga kerja upahan.

Tenaga kerja upahan ini biasanya terdapat pada usaha pertanian yang

berskala luas, rutin (bukan musiman), dan memiliki administrasi dan manajemen

30

Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. 2009, Hal 83-86 31

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Penganta, 6

46

tertib dan terencana. Tetapi dewasa ini terjadi lagi perkembangan baru, ketika

tenaga kerja upahan tidak lagi hanya terdapat pada usaha pertanian yang luas

seperti diatas. Tetapi sudah meluas pada usaha tani kecil skala keluarga seperti

usaha tani padi sawah yang tadinya hanya mengandalkan tenaga kerja dalam

keluarga dan tenaga tolong-menolong atau gotong-royong saja. Perkembangan ini

terjadi karena terjadinya perubahan struktural, yaitu transformasi tenaga kerja dari

sektor pertanian pedesaan ke sektor industri perkotaan. Hal ini dapat dipicu oleh

pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat yang diawali dengan pertumbuhan

industri. Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat

kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan

ditujukan pada usaha produksi. Oleh karena itu tenaga kerja tidak bisa dipisahkan

dengan manusia atau penduduk.32

Tenaga kerja dalam pengertian ini mencakup professional skill yang amat

tinggi dari jenis apapun juga, hingga tenaga kerja yang tak memiliki skill. Jadi,

istilah tersebut mencakup tenaga kerja tingkat tinggi seperti ilmuwan, insinyur,

dokter, ahli ekonomi, guru besar, ahli hukum, hakim, akuntan, diplomat,

administator, serta pekerja biasa di pabrik-pabrik, sawah, dan kantor pemerintah.

Sebagian ahli ekonomi membagi tenaga kerja produktif. Disebut produktif jika ia

menambah nilai material, seperti pekerja disektor pertanian dan manufaktur. Jika

tidak menambah nilai material, maka disebut tidak produktif.

Menurut Adam Smith, pekerja kasar maupun yang terhormat

dimasyarakat seperti penguasa dengan semua bawahannya dalam

administrasi sipil, pengadilan dan militer, mereka itu adalah pekerja

tidak produktif.

Namun menurut konsepsi modern semua tenaga kerja disebut produktif

asal saja pekerjaannya dilakukan untuk memperoleh pendapatan.

Sebagai konsekuensi pemikiran bahwa penduduk sebagai modal pokok

pembangunan, maka beberapa konsep tentang tenaga kerja perlu ditinjau kembali.

Diantaranya adalah konsep mengenai angkatan kerja, bekerja, dll. Secara umum

dikatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk berumur

32

Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian, 55-87

47

10 tahun keatas yang bekerja, sementara tidak bekerja dan sedang mencari

pekerjaan.33

Tenaga kerja merupakan semua yang bersedia dan sanggup bekerja.

Golongan ini meliputi yang bekerja untuk kepentingan sendiri, baik anggota

keluarga yang tidak menerima bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja

untuk mendapat gaji dan upah.

Menurut Mulyadi tenaga kerja atau manpower adalah :

“Penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah

seluruh penduduk dalam suatu negara yang memproduksi barang

dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika

mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut”.34

Adapun faktor tenaga kerja manusia dalam produksi, dimasukan oleh Ibnu

Khaldun dalam rencana-rencana ekonomi bagian perusahaan. Ia memandang

kepandaian menulis dan mengarang kitab serta kepandaian kebukuan, administrasi

dan lainnya.35

Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan

menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang mampu,

lebih dari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal yang sesuai dengan

amal/kerja. Bekerja didalam islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang

mampu. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku tangan dengan alasan

“mengkhususkan waktu untuk beribadah” atau bertawakal kepadah Allah SWT

Tidak dibenarkan pula bagi seorang muslin bersandar kepada orang lain

sedangkan ia mampu dan memiliki kemampuan. Firman Allah dalam Quran surat

An Nahl:97:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan

Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan

33

Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Pendekatan Makro, 17 34

Karof Alfentino Lamia, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan

Kecamatan Tumpuan, Kabupaten Minahasa Selatan (Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 4 Desember 2013,

Hal 1748-1759) 35

Abdullah Zakiy Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam (Bandung: CV Pustaka Setia.

2002) 82

48

Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari

apa yang telah mereka kerjakan.

Nabi bersabda “Tidak boleh memberi sedekah kepada orang yang kaya

dan orang yang mampu bekerja”. Islam mengagungkan pekerjaan duniawi dan

kadang-kadang menjadikannya sebagai ibadah, disisi lain pekerjaan dikategorikan

sebagai jihad jika diniatkan dengan ikhlas dan sabar.36

Tenaga kerja sinonim dengan manusia dan merupakan faktor produksi

yang amat penting. Bahkan kekayaan alam suatu negara tidak akan berguna jika

tidak dimanfaatkan oleh manusianya. Alam memang amat dermawan bagi suatu

negara dalam menyediakan sumber daya alam yang tak terbatas, tetapi tanpa

usaha manusia, semuanya akan tetap tak terapakai. “Pakistan”, begitu dikatakan,

“adalah negeri yang amat kaya yang dihuni oleh orang-orang miskin”. Di pihak

lain, Jepang adalah negeri yang dianugerahi sedikit kekayaan alam tetapi ia

merupakan kekuatan ekonomi utama karena orang-orangnya yang sanggup

bekerja kera, rajin dan pandai. Jadi, sumber daya manusia yang mencakup tenaga

kerja yang komit, kerja keras dan patriotik, baik manual maupun intelektual,

adalah suatu keharusan bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Memandang

arti pentingnya dalam penciptaan kekayaan, Islam telah menaruh perhatian yang

besar terhadap tenaga kerja. Al-Qur‟an, dalam kitab suci Islam, mengajarkan

prinsip mendasar mengenai tenaga kerja, ketika kitab suci itu menanyakan :

Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain

apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm (53) : 39). Menurut ayat ini, tidak

ada jalan tol atau jalan yang mudah menuju kesuksesan. Jalan menuju kemajuan

dan kesuksesan didunia ini adalah melalui perjuangan dan usaha. Semakin keras

orang bekerja, semakin tinggi pula imbalan yang akan mereka terima. Menurut

Nabi Muhammad SAW : “Allah mencintai orang yang bekerja dan berjuang untuk

36

Yusuf Qordhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, 104

49

memenuhi nafkahnya” dan “mencari yang halal adalah kewajiban utama (seperti

shalat, berpuasa, dan iman kepada Allah).”

Islam menitikberatkan baik tenaga kerja fisik maupun intelektual. Al-

Qur‟an merujuk kepada kerja manual ketika ia berbicara mengenai pembangunan

bahtera oleh Nabi Nuh, manufaktur baju perang oleh Nabi Dawud, memeilhara

domba oleh Nabi Musa dan pembangunan dinding oleh Dzul-Qarnain. Kitab suci

itu merujuk kepada tenaga kerja intelektual ketika ia menyebut riwayat Nabi

Yusuf yang ditunjuk untuk mengawasi perbendaharaan negara oleh rajanya.

Kemuliaan dan kehormatan menyatu dengan kerja dan tenaga kerja di

dalam Islam sedangkan sumber-sumber pendapatan yang diterima tanpa kerja dan

perolehan yang mudah seperti bunga dan sebagainya, dipandang rendah dan hina

serta dilarang. Kerja adalah sedemikian mulia dan terhormatnya sehingga para

nabi yang merupakan manusia paling mulia pun melibatkan diri dalam kerja dan

kemudian bekerja keras untuk mencari nafkah. Al-Qur‟an menyebutkan contoh

Nabi Dawud dan Nabi Musa yang masing-masing bekerja sebagai pandai besi dan

penggembala kambing. Nabi Muhammad sendiri menggembalakan kambing.

Beliau tidak memandang rendah maupun mulia pekerjaan apa pun juga. Di dalam

peperangan Ahzab, Nabi terlihat bekerja dan mengangkat batu bersama para

sahabat beliau untuk menggali parit guna melindungi madinah dari musuh.37

Marilah kita lihat beberapa ayat Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad SAW

untuk melihat bagaimana kehormatan kerja, baik manual maupun intelektual,

untuk melihat bagaimana Islam menekankan kehormatan kerja.

Menurut Imam Syaibani : “Kerja merupakan usaha untuk mendapatkan

uang atau harga dengan cara halal. Dalam Islam kerja sebagai unsur produksi

didasari konsep istikhlaf, dimana manusia bertanggung jawab untuk

memakmurkan dunia dan juga bertanggung jawab untuk menginvestasikan dan

mengembangkan harta yang diamanatkan Allah untuk menutupi kebutuhan

manusia.

37

Drs. Sohari Sahrani. Dra. Ru‟fah Abdullah, , fikih muamalah. Hal 31

50

Sedangkan tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan

oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas.

Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik atau pikiran. Tenaga kerja

sebagai satu faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan

alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah buruh. Alam

telah memberikan kekayaan yang tidak terhiung tetapi tanpa usaha manusia semua

akan tersimpan.

Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan

menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang mampu,

lebih dari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal yang sesuai dengan kerja

atau amal, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qs. An-Nahl ayat 97 :

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri

Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan. Bahwa dalam ayat ini menjelaskan laki-laki dan perempuan

dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai

iman. Adapun hadis Nabi yang berkaitan dengan bekerja dapat dikemukakan

bahwa :

Dari Ibn Umar r.a ketika Nabi ditanya : Usaha apakah yang paling baik?

Nabi menjawab yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan semua

jual beli yang baik. HR. Imam Bukhari “Sebaik-baiknya makanan yang

dikonsumsi seseorang adalah makanan yang dihasilkan oleh kerja kerasnya dan

sesungguhnya Nabi Daud a.s mengonsumsi makanan dari hasil keringatnya

(kerja keras).Alqur‟an memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan

menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan dibumi untuk bekerja keras

51

untuk mencari penghidupan masing-masing. Dalam hal ini terdapat dalam Qs. Al-

Balad ayat 4 bahwa,

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam

susah payah.”

Dalam pengertiannya kata kabad berarti kesusahan, kesukaran,

perjuangan, dan kesulitan akibat bekerja keras. Ini merupakan suatu cobaan bagi

manusia yakni dia telah ditakdirkan berada pada kedudukan yang tinggi (mulia)

tetapi kemajuan tersebut dapat dicapai melalui ketekunan dan bekerja keras.

Dalam arti lain bisa diartikan bahwa manusia hendaknya berupaya untuk

melakukan dan menanggung segala dan kesukaran dan kesusahan dalam

perjuangannya untuk mencapai kemajuan. Oleh karena itu, manusia diwajibkan

berjuang dan bersusah payah untuk mencapai kejayaan didunia, dia dijadikan kuat

dari segi fisik untuk menanggulangi kesulitan hidup.38

Pada hakikatnya tenaga kerja dapat dibedakan dalam jenis, yaitu :

1. Tenaga kerja terlatih,

2. Tenaga kerja terdidik,

3. Tenaga kerja tak terdidik

Bagi tenaga kerja yang tergolong ke dalam klasifikasi terlatih maka

biasanya bentuk pekerjaan yang ditekuni tidak terlalu membutuhkan “kecakapan

teoretis”. Bagi mereka yang berkecimpung dalam pekerjaan ini yang paling

dibutuhkan adalah praktek dengan masa latihan hingga memperoleh kecakapan

pada tingkat “terampil”.

Untuk tenaga kerja terdidik, mereka yang termasuk klasifikasi ini

memperoleh pendidikan teoretis sampai taraf dan bidang/disiplin tertentu.

Golongan tenaga kerja terdidik ini dapat dibedakan kedalam 2 macam yaitu :

38

Nurul huda et al dkk. Ekonomi Makro Islam pendekatan teoritis. Jakarta : KENCANA,

2009. hal 227-229.

52

1. Tenaga kerja terdidik berpengalaman

2. Tenaga kerja terdidik tanpa atau belum berpengalaman

Golongan tenaga kerja tidak terdidik adalah termasuk para pekerja yang tidak

memperoleh kecakapan teoretis, sehingga yang utama bagi mereka ini adalah

kerja praktis.39

Adapun bentuk-bentuk kerja yang disyariatkan dalam islam adalah

pekerjaan yang dilakukan dengan kemampuannya sendiri dan bermanfaat, yaitu :

a. Menghidupkan tanah mati (tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak

dimanfaatkan oleh satu orang pun) seperti hadist yang diriwayatkan

oleh HR. Imam Bukhari dari Umar bin Khaththab “siapa saja yang

mrnghidupka tanah mati maka tanah (mati yag telah di hidupkan)

tersebut adalah miliknya.”

b. Menggali kandungan bumi

c. Berburu

d. Makelar (samsarah)

e. Perseroan antara harta dengan tenaga (mudharabah)

f. Mengairi lahan pertanian (musaqat)

g. Kontrak tenaga kerja (ijarah)

h. Berdagang dan lain-lain.

4. Manajemen Produksi

Manajemen produksi bisa diartikan sebagai subjek atau seseorang yang

mengelola suatu usaha, beberapa faktor produksi di antara semua faktor tidak

akan mengahasilkan suatu profit (keuntungan) yang baik ketika tidak ada

manajemen yang baik, karena tanah, tenaga kerja, modal dan lain sebagainya

tidak akan bisa berdiri dengan sendirinya. Semuanya memerlukan suatu

memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa suatu organisasi, ataupun suatu

manajemen yang bisa menertibkan, mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi

39

Sudarsono dan Edilius, Manajemen Koperasi Indonesia . (Jakarta : PT. RINEKA

CIPTA, 2007). 111-113

53

segala segala kinerja yang akan dan telah di hasilkan.40

Tugas pengelolan adalah

untuk mengatur faktor produksi lainnya untuk dapat kerja sama dalam proses

produksi. Peranan pengelolaan (skills), yaitu memimpin usaha-usaha yang

bersangkutan, mengatur organisasinya dan menaikkan mutu tenaga manusia untuk

mempergunakan unsur-unsur modal dan alam dengan sebaik-baiknya. Dalam

kaitan ini di dalam Qs. Yunus ayat 31 yaitu41

:

Artinya : “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari

langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan

penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan

mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala

urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa

kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?". Al-Ghazali menyebutkan bahwa produksi

adalah pengerahan secara maksimal sumber daya alam (raw material) oleh

sumber daya manusia, agar menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.42

Manajemen usaha tani

Dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil

panennya banyak. Kalau hasil panenan berupa padi maka petani ingin agar

panenan ini cukup untuk memberi seluruh makan keluarganya sampai dengan

panenan yang akan datang. Ia akan lebih berbahagia lagi bila panenan tersebut

cukup besar sehigga bahkan terdapat sisa untuk dijualnya ke pasar dan hasil

penjualannya dapat dipakai untuk membeli makanan, alat-alat rumah tangga atau

40

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

maqashid al-Syariah. 121 41

Departemen Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an, CV. Madinatul Ilmi 42

Abdur Rahman, Ekonomi Al-Ghazali : Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam Ihya’

Ulumuddin, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2010), 103.

54

alat-alat pertanian. Dalam menyelenggarakan dan apabila hasil pertaniannya itu

berupa kopi atau lateks maka tujuannya tidak berbeda yaitu bagaiamana petani

dapat memperbesar hasil sehingga kehidupan seluruh kelurganya menjadi lebih

baik. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil

yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan

biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani

pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya

produksi. Usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif dan efisien.

Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi.43

Secara sederhana arti (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani

mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa

berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,

tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Kegiatan

wirausaha dapat dilakukakn seorang diri atau berkelompok. Seorang

wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta

menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian

merupakan hal biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian

pasti ada. Bahkan, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih.

Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh

keberanian dan penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.

Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan

mengelola usaha secara profesional. Hendaknya minat tersebut diikuti dengan

perencanaan dan perhitungan yang matang. Misalnya, dalam hal memilih atau

menyeleksi bidang usaha yang akan dijalankan sesuai dengan prospek dan

kemampuan pengusaha. Pemilihan bidang usaha seharusnya disertai dengan

berbagai pertimbangan, seperti minat, modal, kemampuan, dan pengalaman

sebelumnya. Jika belum memiliki pengalaman sebelumnya, seseorang dapat

menimba pengalaman dari orang lain. Pertimbangan lainnya adalah seberapa lama

jangka waktu perolehan keuntungan yang diharapkan.

43

Pengantar ekonomi pertanian edisi III , Jakarta : LP3S , 1989). 67-68

55

Sementara itu Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu

proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan

persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan

(usaha).

Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas. Artinya, untuk

menciptakan sesuatu di perlukan suatu kreativitas dan jiwa inovator yang tinggi.

Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa inovator tentu berfikir untuk

mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.

Seorang wirausahaan harus memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif

dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Setiap pikiran dan langkah

wirausahawan adalah bisnis. Bahkan, mimpi seorang pebisnis sudah merupakan

ide untuk berkreasi dalam menemukan dan menciptakan bisnis-bisnis baru.

Wirausaha dapat dijalankan seseorang atau kelompok orang. Dengan kata lain,

seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat

menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Suatu kegiatan haruslah

dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku di masyarakat bisnis.

Etika atau norma-norma ini digunakan agar para pengusaha tidak

melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang dijalankan memperoleh

simpati dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut ikut membentuk

pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta membesarkan usaha yang

dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama. Dengan melaksanakan etika yang

benar, akan terjadi keseimbangan hubungan antara pengusaha dengan masyarakat,

pelanggan, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pengertian

etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Tata cara pada

masing-masing masyarakat tidaklah sama atau beragam bentuk. Hal ini

disebabkan beragamnya budaya kehidupan masyarakat yang berasal dari berbagai

wilayah.44

Tata cara ini diperlukan dalam berbagai sendi kehidupan manusia agar

terbina hubungan yang harmonis, saling menghargai satu sama lainnya.

44

J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta : Prenada Media Group,

KENCANA, 2003. Hal 71-74

56

D. Produktivitas

Mengenai pengertian produktivitas dalam dimensi teknis produktivitas

diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan

keseluruhan input (sumber daya) yang dipergunakan untuk menghasilkan output

yang bersangkutan. Dalam wawasan pengertian yang sama dapat pula dikatakan,

bahwa produktivitas adalah suatu ukuran tingkat efisiensi (adalah suatu ukuran

yang membandingkan rencana penggunaan masukan dengan realisasi

penggunaanya). Konsep ini lebih berfokus kepada aspek “masukan” dan

efektivitas yaitu suatu ukuran yang dinyatkan dengan seberapa jauh target

(kualitas, kuantitas dan waktu) dalam mencapai. Pengertian produktivitas ini

sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiendi usaha (fisik)

dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi

(output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.45

Salah satu alasan

mengapa perhatian orang terhadap enterpreneurship semakin meningkat, adalah

makin disadari peranan para entrepreneur dalam upaya meningkatkan

produktivitas. Dewasa ini banyak sekali negara-negara di Asia mulai

memperhatikan persoalan produktivitas, dan upaya untuk menaikkannya, hal

mana disebabkan oleh karena makin meningkatnya jumlah dan intensitas

problem-problem ekonomi.

Produktivitas merupakan sebuah bidang krusial, dimana kepentingan-

kepentingan nasional, tujuan-tujuan bisnis dan serta kebutuhan serta ekspektasi

individual menyatu. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa : “ produktivitas

tinggi memperkuat kondisi perekonomian suatu negara, yang menyebabkan

timbulnya perbaikan dalam standar kehidupan, kualitas kehidupan lebih baik,

dalam kaitannya dengan perumahan, pendidikan, kesehatan, dan peluang-peluang

kerja, entrepreneur “. Istilah produktivitas dan kinerja (performance) sering kali

digunakan secara bergantian. Ada berbagai macam definisi dalam buku ajar

tentang produktivitas yang menerangkan arti konsep tersebut, pada dasarnya.

45

Sudarsono S.H., M.Si dan Edilius, S.E. Manajemen Koperasi Indonesia . (Jakarta : PT.

RINEKA CIPTA, 2007). 111

57

Mereka semua sependapat bahwa produktivitas merupakan rasio antara output dan

input.

Produktivitas menunjukan jumlah output yang di capai dari sekian banyak

input. Ada dua macam aspek vital produktivitas, yakni esieiensi dan efektifitas.

Efektifitas berhubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan yang diekspektasi ,

efisiensi berhubungan dengan bagaimana baik berbagai macam sumber daya atau

input di kombinasi.

Produktivitas yakni kemampuan untuk memproduksi lebih banyak barang

dan jasa dengan lebih sedikit sumber daya manusia serta input lainnya.

Produktivitas merupakan sebuah bidang krusial, dimana kepentingan-kepentingan

nasional, tujuan-tujuan bisnis dan serta kebutuhan serta ekspektasi individual

menyatu. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa : “ produktivitas tinggi

memperkuat kondisi perekonomian suatu negara, yang menyebabkan timbulnya

perbaikan dalam standar kehidupan, kualitas kehidupan lebih baik, dalam

kaitannya dengan perumahan, pendidikan, kesehatan, dan peluang-peluang kerja,

entrepreneur .” Istilah produktivitas dan kinerja (performance) sering kali

digunakan secara bergantian. Ada berbagai macam definisi dalam buku ajar

tentang produktivitas yang menerangkan arti konsep tersebut, pada dasarnya.

Mereka semua sependapat bahwa produktivitas merupakan rasio antara output dan

input.

Produktivitas menunjukan jumlah output yang di capai dari sekian banyak

input. Ada dua macam aspek vital produktivitas, yakni esieiensi dan efektifitas.

Efektifitas berhubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan yang diekspektasi ,

efisiensi berhubungan dengan bagaimana baik berbagai macam sumber daya atau

input di kombinasi.46

Jadi produktivitas dapat diartikan sebagai peningkatan

dalam sebuah usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut. Jika suatu usaha

mengalami perubahan dan perkembangan lebih maju maka dapat di kategorikan

46

J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship.. Hal 81-83.

58

usaha tersebut mengalami kenaikan pendapatan, maka jika demikian pengusaha

harus mempertahankan nya bahkan lebih baik lagi untuk di kembangkan lagi.

E. Hipotesis Penelitian

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tanah, modal, tenaga

kerja dan manajemen produksi terhadap kesejahteraan petani di

desa kanci kulon.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara tanah, modal, tenaga kerja

dan manajemen produksi terhadap kesejahteraan petani di desa

kanci kulon.