17
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Produksi
1. Pengertian Produksi
Istilah Produksi sering digunakan dalam term membuat sesuatu. Secara
khusus, produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah suatu barang
atau jasa. Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat
diartikan sebagai berikut: pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi
hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang atau jasa.1
Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang atau
jasa. Menurut ilmu ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan
barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai keguanaan atau manfaat suatu
barang.2
Dalam ekonomi islam menurut siddiqi, berpendapat :
Produksi adalah penyediaan barang dan jasa dengan
memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat
(mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen
telah bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia
telah bertindak Islami.3
Dalam suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal
itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang
maupun jasa), uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah
1 Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2008), 56. 2 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Yogyakarta : UIN-Malang Press.
2008) 157 3 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2008) 231
18
yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan kerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya.4
Menurut sugiarto, mengemukakan bahwasannya produksi adalah:
“Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi
output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi
produk, Fungsi produk menunjukan jumlah maksimum output yang dapat
dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknogi
tertentu”.5
Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan berperan dalam
berbagai bentuk aktivitas ekonomi antara lain : pertanian, perkebunan, perikanan,
perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkahi pekerjaan dunia dan
menjadikannya bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja bersikap konsisten
terhadap peraturan Allah, suci niatnya, dan tidak melupakan-Nya. Dari jabir
bahwa diriwayatkan oleh Baihaqi bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Kejahatan
yang paling bahaya di muka bumi ini ialah pengangguran”. Pada masa
Rasulullah SAW, beliau tidak pernah menyuruh seorang sahabat pun untuk
meninggalkan keterampilannya. Karena pada dasarnya, pekerjaan duniawi tidak
hanya bermanfaat bagi individu pelakunya, tetapi juga penting untuk mencapai
kemaslahatan masyarakat secara umum.
Menurut al-Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi antar lain6 :
a. Tanah, dengan segala potensinya sebagai barang yang tidak akan pernah
bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi.
Tanah menjadi faktor terpenting dalam hal ini, penekanan pada
penggunaan tanah-tanah yang mati menunjukan perhatian Rasulullah
SAW dalam penggunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam
4 Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : IIIT Idonesia Wism Nugrasantana,
2002). 79 5 Sugiarto dkk, Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2002) 202 6 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
maqashid al-Syariah. Jakarta : KENCANA (PRENADAMEDIA GROUP), 2014. 118-121
19
mempunyai komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal
pertanahan.
b. Tenaga kerja, karena kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan
oleh tenaga kerja.
Ini merupakan human capital bagi suatu perusahaan dan juga aset bagi
keberhasilan perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja
sumber manusia yang ada di dalamnya, termasuk diantaranya kinerja pada
tenaga kerja. Secara umum diantara ahli ekonomi ada yang menyatakan
bahwa tenaga kerja dalah satu-satunya produsen dan pangkal produktivitas
dari semua faktor misalnya : tanah, modal manajerial yang baik tidak akan
bisa menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.
c. Modal, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu
kekayaan ataupun jasa ekonomi.
Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa aset yang bisa
digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan. Dalam islam modal suatu
usaha haruslah bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal,
Islam mengatur suatu sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sama
mudharabah atau musharakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan
juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas
produksi yang akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah
dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
d. Manajemen produksi / orang menjalankannya, untuk mendapatkan kualitas
produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik juga. Beberapa
faktor produksi di antara semua faktor tidak akan mengahasilkan suatu
profit (keuntungan) yang baik ketika tidak ada manajemen yang baik,
karena tanah, tenaga kerja, modal dan lain sebagainya tidak akan bisa
berdiri dengan sendirinya.
20
2. Tujuan Produksi
Tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa
diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya7
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan kebutuhan
manusia pada tingkatan moderat. Hal ini akan menimbulkan dua implikasi yaitu
pertama produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan,
meskipun belum tentu keinginan konsumen karena keinginan manusia sifatnya
tidak terbatas sehingga sering kali mengakibatkan ketidakjelasan antara keinginan
dan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang
dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan bukan sekedar memberikan
kepuasan maksimum saja. Dalam konsep maslahah, salah satu formulanya adalah
harus memenuhi unsur manfaat. Kedua, kuantitas produk yang diproduksi tidak
akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar.
2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
Meskipun produsen hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia,
namun hal ini bukan berarti produsen bersifat pasif dan reaksi terhadap kebutuhan
manusia, yang mau memproduksi hanya berdasarkan permintaan konsumen.
Produsen harus mampu menjadi sosok yang kreatif, proaktif, dan inovatif dalam
menemukan barang dan jasa apa yang menjadi kebutuhan manusia dan kemudian
memenuhi kebutuhan tersebut. Sikap proaktif ini juga harus berorientasi ke depan
dalam artian : pertama, harus mampu menghasilkan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang. Sehingga seorang produsen dalam
kerangka islami tidak akan mau memproduksi barang-barang yang bertentangan
dengan syariat, maupun barang yang tidak memiliki manfaat rill kepada umat.
Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah
7 M.nur rianto al arif dr. Euis amalia.Teori mikroekonomi. (Jakarta : PRENADA MEDIA
GROUP , 2010 ) 152-154
21
Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan
ibadah kepada Allah, dan inilah tujuan produksi yang tidak akan mungkin dapat
tercapai dalam ekonomi konvensional yang bebas nilai. Tujuan produksi adalah
mendapatkan berkah yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh produsen itu
sendiri. Tujuan ini akan membawa implikasi yang luas, sebab produksi tidak akan
selalu menghasilkan keuntungan materiil, namun harus mampu pula memberikan
keuntungan bagi orang lain dan agama.
Adapun tujuan produksi menurut Monzer Kahf ialah :
a. Upaya manusia untuk meningkatkan tidak hanya kondisi materialnya.
Akan tetapi juga moralnya untuk kemudian menjadi sarana mencapai
tujuannya kelak diakhirat. Sehingga produk-produk yang menjauhkan
manusia dari nilai-nilai moralnya akan dilarang dalam Islam.
b. Aspek sosial dalam produksi, yaitu distribusi keuntungan dari produksi itu
sendiri diantara sebagian besar orang dengan cara seadil-adilnya. Hal
tersebut merupakan tujuan utama ekonomi masyarakat. Sistem ekonomi
islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan
sistem yang lainnya.
c. Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang berkaitan dengan
kebutuhan hidup, akan tetapi ppermasalahan tersebut timbul karena
kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil
manfaat sebesar-besarnya dari anugerah Allah.
Adapun beberapa prinsip produksi dalam ekonomi islam selalu
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Dalam
hal kesejahteraan masyarakat yang berkaitan dengan konteks industri antara
lain8 :
1) Meningkatnya kesejahteraan buruh karena terpenuhinya hak-hak mereka.
2) Meningkatnya kesejahteraan pengelola usaha karena para buruh bersatu
memajukan industri.
8 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
maqashid al-Syariah. 127-129
22
3) Meningkatnya kesejahteraan pemodal income yang baik akibat tingginya
keuntungan.
4) Meningkatnya kesejahteraan petani atau perajin karena bahan baku di
hargai dengan baik.
5) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat konsumen karena barang
bermutu.
6) Menunjang kebutuhan masyarakat konsumen karena barang/jasa terjual
dengan harga yang terjangkau.
7) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar industri karena mendapat
program-program pemberdayaan masyarakat melalui dana zakat, infak,
sedekah, wakaf dari perusahaan.
8) Meningkatnya kesejahteraan alam dengan selalu melakukan serangkaian
aktivitas untuk menjaga kelestarian alam.
Prinsip produksi dalam Ekonomi Islam yang berkaitan dengan maqashid
al-Syari’ah yaitu :
a) Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan
maqashid al-syari’ah. Tidak memproduksi barang/jasa yang bertentangan
dengan penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
b) Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu
dharuriyat (kemaslahatan agama dan dunia), hajiyat (sesuai kebutuhan
yang dipenuhi), tahsiniyat (melakukan kebiasaan yang baik dan
menghindar dari yang buruk sesuai apa yang telah diketahui oelh akal
sehat).
c) Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan sosial, zakat,
sedekah, infak, dan wakaf.
d) Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan dan
merusak lingkungan.
e) Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen
dan buruh.
23
Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang
meliputi :
1. Menghasilkan barang atau jasa.
2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
4. Meningkatkan keuntungan.
5. Memperluas lapangan usaha.
Hal ini guna menjaga kesinambungan usaha perusahaan agar usaha yang
dilakukan tetap berjalan dengan hasil yang diharapkan.
3. Fungsi produksi
Didalam ilmu ekonomi kita mengenal apa yang disebut fungsi produksi
yaitu suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil fisik (output) dengan
faktor-faktor produksi (input). Dalam melakukan usaha pertanian, seorang
pengusaha atau seorang petani akan selalu berfikir bagaimana ia mengalokasikan
input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara
pemikiran demikian adalah wajar, mengingat petani melakukan konsep bagaimana
cara memaksimumkan keuntungan. Peningkatan keuntungan dapat dicapai oleh
petani dengan melakukan usaha taninya secara efisien. Konsep efisien ini dikenal
dengan konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price
efficiency), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency). Bila petani mendapatkan
keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena pengaruh harga maka
petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisien
harga. Cara seperti ini dapat ditempuh, misalnya dengan membeli faktor produksi
pada harga yang murah, menjual hasil pada harga yang relatif tinggi, dan
sebagainya. Selanjutnya, kalau petani meningkatkan hasilnya dengan menekan
harga faktor produksi, dan menjual hasilnya dengan harga yang tinggi, maka
petani tersebut telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara
bersamaan. Situasi demikian sering disebut dengan istilah efisiensi ekonomi.
Dengan kata lain petani melakukan efisiensi ekonomi sekaligus efisiensi teknis
24
dan efisiensi harga. Dalam ilmu ekonomi cara berpikir demikian disebut dengan
pendekatan memakimumkan keuntungan atau profit maximization.
Dilain pihak, manakala petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam
usaha taninya, maka mereka juga tetap mencoba bagaimana meningkatkan
keuntungan dengan kendala biaya usaha tani yang terbatas. Suatu tindakan yang
dapat dilakukan adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar
dengan biaya produksi yang sekecil-kecilnya atau terbatas. Pendekatan seperti ini
dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minimization. Prinsip
kedua pendekatan tersebut yaitu bagaimana memaksimumkan keuntungan yang
diterima petani atau seorang pengusaha pertanian. Kedua pendekatan tersebut
mungkin dapat pula dikatakan pendekatan serupa tapi tak sama. Ketidaksamaan
ini tentu saja kalau dilihat dari segi sifat dan perilaku petani yang bersangkutan.
Petani besar atau pengusaha besar seringkali berprinsip bagaimana memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya melalui pendekatan profit maximization karena
mereka tidak dihadapkan pada keterbatasan pembiayaan. Sebaliknya untuk petani
kecil sering bertindak sebaliknya yaitu bagaimana memperoleh keuntungan
dengan keterbatasan yang mereka miliki.9
B. Produksi dalam Islam berkaitan dengan maslahah/kesejahteraan
Islam dalam hal produksi bertujuan untuk kemaslahatan. Apabila produksi
menjadi suatu prioritas, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat karena
segala macam kebutuhan pokok mereka telah terpenuhi. Di dalam pendahuluan
bukunya yang berjudul Dhawabit al-Mashlahah fi al-Syari’ah al-Islamiyah,
Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthi melakukan pengidentifikasian antara
mashlahah dan manfaat, karena ada perbedaan mendasar diantara keduanya.
Menurut al-Buthi tidak ada keraguan bagi seorang Muslim untuk menetapkan
standar kemaslahatan itu sendiri. Baginya ukuran kemaslahatan adalah gabungan
antara dunia dan akhirat, dengan memekai alat ukur lahir dan batin, materi, dan
psikis. Karena kemaslahatan dunia merupakan bagian dari inti dasar agama. Buthi
berpendapat bahwa mashlahah identik dengan manfaat.
9 Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), 122-124.
25
Mashlahah adalah manfaat yang menjadi tujuan Tuhan (qashd al-Syari’)
terhadap hamba-Nya, dalam hal menjaga agama, jiwa, akal dan keturunan, dan
harta benda. Sementara manfaat adalah kenikmatan (al-ladzat) atau sesuatu yang
menjadi perantara pada kenikmatan dan menolak bahaya ataupun semua yang
menjadi perantaranya. Manfaat merupakan suatu standar yang berhubungan
dengan kebaikan (khayr) dalam kehidupan manusia, dalam hal ini seperti yang
diungkapkan oleh para ahli filsafat dan etika. Manfaat dan mashlahah yang ada
dalam hukum Islam yaitu manfaat yang sesuai dengan fitrah manusia, karena
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah maka demikian pula dengan
hukum-hukumnya. Mashlahah bisa dijadikan dalil, akan tetapi Buthi memperjelas
kriteria-kriteria mashlahah tersebut, antara lain10
:
1. Dampak mashlahah dan mafsadah tidak hanya didunia, tapi juga
berdampak pada kehidupan duia dan akhirat. Jadi, suatu perkerjaan yang
menghasilkan sesuatu yang baik walaupun hasilnya tidak secara langsung,
maka termasuk kategori amal soleh. Setiap pekerjaan yang diyakini akan
membuahka hasil yang baik dimasa sekarang dan yang aka datang adalah
termasuk mashlahah.
2. Mashlahah tidak dinilai dari kenikmatan materi saja, akan tetapi segala
sesuatu yang menjadi kebutuhan bagi tubuh, jiwa, dan roh manusia.
3. Mashlahah agama menjadi dasar bagi mashlahah yang lain, dan posisinya
harus didahulukan.
Al-Ghazali mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang harus melakukan
aktifitas ekonomi, yaitu :
1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup orang yang bersangkutan, seperti
sandang, pangan, dan papan.
2. Untuk mensejahterakan keluarga dengan cara menikah dan membina
rumah tangga.
3. Untuk membantu orang yang memerlukan.
10
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
maqashid al-Syariah. Hal 110-112
26
Menurut al-Ghazhali sebelum menghasilkan suatu barang jadi tentulah ada
proses-proses perubahan dari barang mentah sumber daya alam, yang
menurut beliau ada tiga kategori, yaitu barang tambang, hasil pertanian,
dan binatang ternak menjadi barang setengah jadi dan menghasilkan
barang jadi atau produk siap pakai. Hal ini tentunya membutuhkan adanya
pembagian tugas masing-masing individu disesuaikan dengan kemampuan
dan keahliannya.11
Hal ini bertujuan untuk mempercepat produksi dan
meingkatkan efisiensi waktu untuk mengahsilkan suatu produk.
Aktivitas produksi adalah menambah kegunaan suatu barang, hal ini bisa
diarealisasikan apabila kegunaan suatu barang bertambah, baik dengan cara
memberikan manfaat yang benar-benar baru maupun manfaat yang melebihi
manfaat yang ada pada sebelumnya. Ekonomi Islam dalam hal produksi menurut
Imam al-Ghazali menganggap pencarian ekonomi bagian dari ibadah individu.12
Dengan demikian kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai
kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa
mendatang. Dengan pengertian yang luas tersebut, kita memahami kegitan
produksi tidak terlepas dari keseharian manusia. Allah SWT telah berfirman
dalam Qs. An-Nahl mengenai produksi13
ialah :
Artinya :
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu
dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
11
Euis Amalia. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok : Gramata Publishing, 2010.
Hal 179 12
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta : Kencana,
2007) 102
13 Departemen Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an, CV. Madinatul Ilmi
27
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” Qs. An-nahl : 65
Tafsir Q.S An-Nahl : 65
Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi,
dalam ayat-ayat ini Allah menyajikan beberapa dalil tauhid, mengingat ia
merupakan poros segala permasalahan di dalam agama Islam dan seluruh
agama samawi. Maka diterangkan bahwa Dia telah menurunkan hujan dari
langit agar dengan hujan itu bumi yang tadinya mati menjadi hidup.14
Maka makhluk yang ada dibumi senantiasa untuk menjaga apa-apa yang
diturunkan Allah SWT.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi
faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau
diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan
jasa. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan
sampai dimana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa,15
ialah :
1. Faktor Produksi Tanah
Pada faktor produksi tanah (lahan tanah dan beberapa sumber tanah lain)
adalah bahwa penawarannya sangat inelastis karena dibatasi oleh alam. Betapa
pun naik atau turunnya harga tanah, luas lahan tanah (total) tidak akan bertambah
karena luas tanah yang tersedia hanya itu saja.16
Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air,
udara, temperatur, sinar matahari, dan lainnya. Semuanya secara bersama
menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan, atau sebaliknya jenis tanaman
tertentu, untuk dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi menghendaki jenis tanah
tertentu, air sekian banyak dengan pengaliran tertentu, temperatur udara sekian
kelembapan sekian persen penyinaran dan lain-lain. Faktor produksi
14
Penerjemah Anshori Umar Sitanggal dkk. Ahmad Mushtaf Al-Maroghi.. Terjemah
Tafsir Al-Maroghi. (Semarang: Tohaputra 1987. 15
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, 6 16
T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro (Yogyakarta : KANISIUS, 2003), 225
28
diklasifikasikan sebagai tanah, tenaga kerja, modal ataupun yang lainnya. Istilah
tanah diberi arti khusus di dalam ilmu ekonomi ini tidak hanya bermakna tanah
saja seperti yang terpakai dalam pembicaraan sehari-hari, melainkan bermakna
segala sumber daya alam, seperti air dan udara, pohon dan bintang, dan segala
sesuatu yang diatas dan di bawah pemukaan tanah, yang menghasilkan
pendapatan atau menghasilkan produk.
Menurut marshall, tanah berarti “material dam kekuatan yang
diberikan oleh alam secara cuma-Cuma untuk membantu manusia,
termasuk tanah dan air, udara dan cahaya, dan panas.”
Kebanyakan aktivitas ekonomi manusia tergantung secara langsung pada
tanah, bahkan pada saat ini pun, sebagaimana di masa lalu, seperti berburu,
mencari ikan, memberi makan binatang ternak, produksi pertanian, taman,
mineral, logam, bahan mentah industry, tenaga listrik, air dan berbagai macam
sumber daya alam lainnya. Islam memandang tanah sebagai salah satu faktor
produksi yang terpenting.17
Oleh karena segala persoalan pertanian bersifat sementara, maka islam
tidak memberi aturan yang ketat dalam setiap dan semua persoalan sehingga akan
menghalangi kebebasan bertindak manusia. Sebaliknya, sebagian besar masalah
yang berkenan dengan hal ini diserahkan kepada pertimbanagan akal manusia di
sepanjang waktu dan tempat untuk menetapkanny, sesuai dengan situasi sosial-
ekonomi yang senantiasa berubah. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang di
terima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Bahwa tanah
merupakan satu faktor produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat pula
dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan
permintaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu. Dalam
suatu daerah yang penduduknya sangat padat di mana jumlah petani penyakap
yang memerlukan tanah garapan jauh lebih besar daripada persediaan tanah yang
ada, maka pemilik tanah dapat meminta syarat-syarat yang lebih berat bila
dibandigkan dengan daerah yang persediaan tanah garapan nya masih lebih luas.
17
Drs. Sohari Sahrani, fikih muamalah. Dra. Ru‟fah Abdullah, Bogor : Ghalia Indonesia,
2011. Hal 30
29
Disamping adaanya kemungkinan pemilik tanah akan memilih
menyakapkan tanahnya pada petani yang sanggup menawarkan bagi hasil yang
lebih menarik, pemilik dapat pula memilih petani penyakap yang lebih rajin dan
lebih menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan tanah. Sehingga keadaan
yang demikian ini menyebabkan penyakap akan selalu berusaha untuk tidak
mengecewakan pemilik tanah supaya tanahnya tidak dicabut kembali. Salah satu
faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui
panca usaha adalah pengairan. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan
pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan atau harus melalui pengairan
yang diatur manusia. Keduanya harus disesuaikan agar benar-benar tanaman
mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Ahli
pertanian menyebutkan bahwa tanah merupakan medium alam tempat tempat
tumbuhnya tumbuhan dan tanaman yang tersusun dari bahan-bahan padat, cair,
dan gas. Bahan penyusun tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan
organik, jasad hidup, air dan gas.
Untuk kehidupan tanaman, tanah mempunyai fungsi sebagai :
Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman.
Sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara
antara tanaman dengan tanah.
Sebagai penyediaan dan gudangnya air bagi tanaman.
Klasifikasi tanah
Kemampuan tanah bagi unit agronomi ditunjukkan oleh klasifikasi tanah.
Informasi mengenai kemampuan tanah didapat dari survei tanah. Makin detail
tanah survei tanah itu makin banyak informasi yang diperoleh. Informasi tanah
dibuat dalam bentuk peta tanah dan peta dayaguna tanah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam deskripsi tanah unit agronomi
adalah :
a. Kedalaman top soil
30
Top soil dapat menggambarkan lama tidaknya berlangsung suatu
unit agronomi. Top soil yang dangkal dapat diduga telah lanjutnya
erosi. Tanah latosol mempunyai lapisan top soil yang dangkal.
Sementara itu tanah alluvial mempunyai lapisan top soil yang sangat
dalam.
b. Warna top soil
Warna gelap menunjukan erosi yang belum lanjut. Semakin dalam
top soil tanah diolah, makin cenderung berwarna merah dan kuning.
c. Perkembangan butiran (Granulir)
Apabila butiran terjadi proses ini menghasilkan tanah dengan
drainase dalam tanah yang baik.
d. Kandungan bahan organik
Kurangnya bahan organik akan mengurangi kation-kation yang
dapat dipertukarkan, oleh karena itu kesuburannya rendah. Tanah
yang baru dibuka harus hati-hati supaya bahan organiknya tidak
hilang, karena diperlukan untuk mempertahankan kesuburannya.
e. Kandungan oksida-oksida sesqui
Oksida-oksida besi dan aluminium menyebabkan terhalangnya
penyerapan fosfat oleh tanaman. Fosfat menjadi tidak larut dalam
keadaan ini, sehingga tidak terserap oleh tanaman.
Berdasarkan tipe-tipe tanah dapat diketahui kemampuan tanah (land
capability) sehingga dibagi dalam kelas-kelas. Sistem ini penting artinya bagi
pengelola, karena setiap jengkal tanah harus diketahui kemampuannya, dan
diinventarisir faktor-faktor pembatasnya. Adapun ciri-ciri kelas kemampuan
tanah,18
ialah :
1. Kelas I (Warna hijau)
18
Hasan basri jumin, Dasar-Dasar Agronomi (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005),
27-36.
31
Sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan
tindakan pengawetan tanah yang khusus. Tanah datar, dalam bertekstur
halus atau sedang, mudah diolah dan respons terhadap pemupukan. Tidak
mempunyai faktor penghambat atau ancaman kerusakan dan oleh
karenanya dapat dijadikan lahan tanaman semusim dengan aman.
2. Kelas II (Warna kuning)
Tanah sesuai dengan segala jenis penggunaan pertanian dengan sedikit
faktor penghambat. Tanahnya agak berlereng landai kedalamannya dalam
dan bertekstur halus sampai agak halus. Diperlukan sedikit usaha
konsenvasi tanah.
3. Kelas III (Warna merah)
Sesuai untuk segala jenis penggunaan tanah pertanian dengan hambatan
yang lebih besar dari kelas II, sehingga memerlukan tindakan pengawetan
khusus. Tanahnya agak miring atau drainase buruk, kedalamannya
sedang, atau permeabilitasnnya agak cepat.
4. Kelas IV (Warna biru)
Sesuai dengan segala jenis penggunaan pertanian dengan hambatan dan
ancaman kerusakan yang lebih besar dari kelas III, sehingga memerlukan
khusus dan pengawetan tanah yang lebih berat dan lebih terbatas.
5. Kelas V (Warna hijau tua)
Tanah kelas V ini tidak sesuai untuk digarap bagi tanaman semusim,
tetapi lebih sesuai untuk tanaman makanan ternak secara permanen atau
dihutankan.
6. Kelas VI (Warna oranye)
Tanah kelas VI tidak sesuai untuk digarap bagi usaha tani tanaman
semusim, disebabkan karena terletak pada lereng yang agak curam (30%-
45%) sehingga mudah tererosi, atau kedalamannya agak dangkal atau
telah mengalami erosi berat.
7. Kelas VII (Warna cokelat)
32
Tanah ini sama sekali tidak sesuai untuk digarap menjadi usaha tani
tanaman semusim. Dianjurkan untuk menanam vegetasi permanen atau
tanaman keras.
8. Kelas VIII (Warna putih)
Tanah kelas VIII tidak sesuai untuk usaha produksi pertanian, dan harus
dibiarkan pada keadaan alami atau di bawah vegetasi alam. Tanah ini
lebih cocok untuk cagar alam atau hutan lindung.
Kesuburan tanah diartikan sebagai kesanggupan tanah untuk menyediakan
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman kesuburan tanah di pengaruhi oleh sifat
fisik , kimia, dan biologi tanah. Tanaman dapat menghasilkan secara maksimal
bila tanaman itu tumbuh dalam keadaan subur, dan faktor-faktor diluar kesuburan
sekitar tanaman tersebut menunjang pertumbuhan secara optimal. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah yang terkandung dalam Qs Al-A‟raf ayat 58 ialah19
:
Artinya : “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur
dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.”
Dan kesuburan tanah akan menjadi baik dengan sistem irigasi yang baik
pula. Irigasi dipandang penting oleh Islam karena tanpa irigasi yang baik,
produksi pertanian tidak dapat ditingkatkan. Perselisihan pendapat dalam soal
irigasi diantara orang-orang yang tinggal disekitar sumber air yang sama amatlah
biasa dimasa itu, sebagaimana sekarang. Oleh karena itu, Nabi SAW menetapkan
aturan tertentu untuk mengatur penggunaan air bagi mereka. Semua aturan
19
Departemen Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an, CV. Madinatul Ilmi
33
tersebut tertuang dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa
Rasulullah SAW bersabda20
: “Jangan menahan sisa air, karena itu akan
mencegah tumbuhnya tambahan tanaman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Musaqah dalam pandangan Islam
Adapun secara bahasa musaqah adalah salah satu bentuk penyiraman,
penduduk madinah menyebutnya dengan istilah muamalah.
Menurut Hasbi ash-Shiddieqi yang dimaksud dengan al-musaqah
ialah syarikat pertanian untuk memperoleh hasil dari pepohonan.
Menurut Abdurahman al-Jaziri al-musaqah adalah akad untuk
pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian) dan yang lainnya
dengan syarat-syarat tertentu.
Akan tetapi musaqah menurut ulama empat madzhab ialah :
Menurut Malikiyah al-musaqah adalah sesuatu yang tumbuh di tanah,
menurut Malikiyah sesuatu yang tumbuh di tanah di bagi menjadi lima
macam, sebagai berikut :
1. Pohon-pohon tersebut berakar kuat (tetap) dan berbuah. Buah itu
dipetik serta pohon tersebut tetap ada dengan waktu yang lama,
misalnya pohon anggur dan zaitun.
2. Pohon-pohon tersebut berakar tetap, tetapi tidak berubah, seperti
pohon kayu, keras, karet, dan jati.
3. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat, tetapi berubah dan dapat
dipetik, seperti padi dan qatsha’ah.
4. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya
yang dapat dipetik, tetapi memiliki kembang yang bermanfaat,
seperti bunga bawar.
20
Dr. Muhmmad Sharif Chaudry, M.A., LLB., Ph.D. Sistem Ekonomi Islam . (Jakarta :
KENCANA, 2012) 175
34
5. Pohon-pohon yang diambil hijau dan basahnya sebagai suatu
manfaat, bukan buahnya, seperti tanaman hias yang ditanam di
halaman rumah dan di tempat lainnya.
Menurut Syafi‟iyah yang di maksud al-musaqah ialah memberikan
pekerjaan orang yang memiliki pohon tamar, dan anggur kepada orang lain
untuk kesenangan keduanya dengan menyiram, memlihara, dan
menjaganya dan pekerja memperoleh bagian tertentu dari buah yang
dihasilkan pohon-pohon tersebut.
Menurut Hanabilah, al-musaqah mencakup dua masalah berikut ini :
1. Pemilik menyerahkan tanah uang sudah ditanami, seperti pohon
anggur, kurma dan yang lainnya. Baginya, ada buah yang dapat
dimakan sebagai bagian tertentu dari buah pohon tersebut, seperti
sepertiga atau setengahnya.
2. Seseorang menyerahkan tanah dan pohon, pohon tersebut belum
ditanamkan, maksudnya supaya pohon tersebut ditanam pada
tanahnya, yang menanam akan memperoleh bagian tertentu dari buah
pohon yang ditanamnya, yang kedua ini disebut munasabah
mughasarah karena pemilik menyerahkan tanah dan pohon-pohon
untuk ditanamkannya.
Menurut Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dan Syaikh Umairah, al-
musaqah ialah memperkerjakan manusia untuk mengurus pohon dengan
menyiram dan memeliharaanya dan hasil uang dirizkikan Allah dari pohon
itu untuk mereka tuhan.
Setelah mengetahui definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli
diatas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan al-musaqah ialah
akad antara pemilik dan pekerja untuk memelihara pohon, sebagai upahnya adalah
buah dari pohon yang diurusnya.
35
Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio, al-musaqah adalah bentuk
yang lebih sederhana dari muzara‟ah, di mana si penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai
imbalan, si penggarap berhak atas nishab tertentu dari hasil panen.
Dasar hukum Musaqah
Asas hukum musaqah ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari Ibnu Amr ra., bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Memberikan tanah khaibar
dengan bagian separoh dari penghasilan, baik buah-buahan maupun pertanian
(tanaman). Pada riwayat lain dinyatakan, bahwa Rasul menyerahkan tanah
khaibar itu kepada yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya, penghasilan
seperuhnya untuk Nabi.”
Musaqah yang dibolehkan
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah yang di perbolehkan dalam musaqah
, Imam Abu Dawud berpendapat, bahwa yang boleh di-musaqah-kan hanya
kurma. Menurut Syafi‟iyah, yang boleh di musaqah- kan hanyalah kurma dan
amggur saja. Sedangkan menurut Hanafiyah, semua pohon yang mempunyai akar
ke dasar bumi dapat di-musaqah-kan, seperti tebu.
Menurut Imam Malik, musaqoh dibolehkan untuk semua pohon yang
memiliki akar kuat, seperti delima, tin, zaitun, dan pohon-pohon yang serupa
dengan itu dan dibolehkan pula untuk pohon-pohon yang berakar tidak kuat,
seperti semangka dalam keadaan pemilik tidak lagi memiliki kemampuan untuk
menggarapnya.
Menurut mazhab Hanbali, musaqah diperbolehkan untuk semua pohon
yang buahnya dapat dimakan, dalam kitab al-Mughni, imam Malik berkata,
musaqah di perbolehkan untuk pohon tadah hujan dan diperbolehkan pula untuk
pohon-pohon yang perlu disiram.21
Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat, keeratan tersebut
dapat digambarkan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak dapat dipisahkan,
21 Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H. Dra. Hj. Ru‟fah Abdullah, M.M. Fiqh Muamalah.
(Bogor : Ghalia Indonesia, maret 2011) 205-208
36
karenanya eksistensi antara keduanya sangat berkaitan. Dapat ditegaskan bahwa
hukum berfungsi untuk mengatur kehidupan warga negaranya, sehingga dapat
diwujudkan kesejahteraan yang bersama-sama diinginkan dan di cita-citakan.
Dengan perkataan lain, hukum berlaku secara normatif. Dengan demikian
hakikatnya pertentangan dan benturan kepentingan, dapat diberikan penyelesaian
dan jalan keluar dapat mengacu pada pancasila. Inilah berlakunya hukum secara
filosofis. Secara sosiologis, hukum merupakan lembaga kemasyarakatan, yaitu
himpunan kaidah dari segala tingkatan berkisar pada suatu kebutuhan pokok
didalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan hukum bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok seluruh warga masyarakat dan sebagai lembaga
kemasyarakatan hukum jelas berfungsi sebagai pedoman bertingkah laku, sebagai
sarana untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan sebagai suatu sistem
pengendalian sosial terhadap masyarakat. Dapat diartikan hukum berfungsi
sebagai sarana untuk mengatur segala interaksi kehidupan masyarakat. Dengan
demikian eksistensi hukum ditengah masyarakat adalah sangat esensial, karena
fungsi hukum itu sendiri. Selain untuk menegakkan keadilan, menjaga ketertiban
dan keamanan masyarakat, hukum dapat digunakan untuk mengatur masyarakat
sehingga kebutuhan masyarakat itu dapat terpenuh. Kebijaksanaan pembangunan
nasional di bidang pertanahan berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Undang-
Undang ini merupakan penjabaran dari ketentuan pasal 33 ayat (3) UUD 1945
yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Sebagai arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional
dibidang pertanahan digariskan dalam Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/ 1998
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) :
“Tanah mempunyai fungsi sosial dan pemanfaatannya harus dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, perlu terus dikembangkan
rencana tata ruang dan tata guna tanah secara nasional sehingga
pemanfaatan tanah dapat terkoordinasi antara berbagai jenis penggunaan
dengan tetap memelihara kelestarian alam dan lingkungan serta mencegah
penggunaan tanah yang merugikan kepentingan masyarakat dan
37
kepentingan pembangunan. Disamping itu, perlu dilanjutkan penataan
kembali penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah termasuk
pengalihan hak atas tanah”.
Adapun Undang-Undang yang juga terkait dengan tanah ialah :
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (LN 1960-104, TLN 2043), Pasal 2, Pasal 14 dan Pasal 15.
Tanah adalah tempat manusia melaksanakan hajat hidup, baik dahulu,
sekarang maupun untuk waktu yang akan datang. Dalam tiap usaha pemanfaatan
tanah, hutan, tambang ada regulasi atau pengaturan. Tujuan pengaturan ialah bagi
kepentingan si pemegang hak dan kepentingan negara yang bermaksud
melindungi kepentingan umum.
Adapun Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 dikatakan :
“pemerintah harus membuat perencanaan umum mengenai persediaan,
peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya” untuk keperluan :
a. Negara ;
b. Peribadatan dan keperluan suci lainnya sesuai dasar Ketuhanan YME
;
c. Pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan, dan
kesejahteraan ;
d. Memperkembangkan produksi pertanian, peternakan, perikanan serta
sejalan dengan itu ;
e. Keperluan mengembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan.
Ketentuan tersebut harus dikaitkan dengan Pasal 15 Undang-Undang No. 5
Tahun 1960 yang menyatakan bahwa siapa pun harus dan mencegah kerusakan
pada tanah.22
Dengan kata lain semua orang harus mempergunakan dan
mempertimbangkan penggunaan tanah sesuai kemampuan tanah tersebut. Adapun
sewa-menyewa tanah dalam hukum perjanjian Islam dapat dibenarkan baik tanah
untuk pertanian atau untuk bangunan atau lainya. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam hal perjanjian sewa-menyewa tanah yakni untuk apa tanah tersebut
digunakan, apabila tanah tersebut digunakan untuk lahan pertanian maka dalam
22
Muchsin dan Imam Koeswahyono. Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah
dan Penataan Ruang. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. 41-47
38
perjanjian harus diterangkan jenis apakah tanaman yang harus di tanam di tanah
tesebut.23
Sebab jenis tanaman yang ditanam akan berpengaruh terhadap jangka
waktu sewa menyewa. Dengan sendirinya akan berpengaruh pula pada jumlah
uang sewanya.
2. Faktor Produksi Modal
Faktor produksi modal atau yang di sebut modal mengandung banyak arti,
tergantung pada penggunaanya. Modal sama artinya dengan harta kekayaan
seseorang yakni berupa uang, tabungan, tanah, rumah, mobil, dan lain sebagainya
yang dimiliki. Modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal
bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang yang digunakan dalam proses
produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang
modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal
tetap adalah mesin, pabrik, gedung, dan lain-lain. Modal bergerak adalah barang-
barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk
sekali pakai, atau dengan kata lain, yaitu barang-barang yang habis digunakan
dalam proses produksi, misalnya bahan mentah, pupuk, bahan bakar, dan lain-lain.
Perbedaan ini digunakan berhubungan dengan perhitungan biaya. Biaya modal
bergerak harus sama sekali diperhitungkan dalam harga biaya rill, sedangkan
biaya modal tetap diperhitungkan melalui penyusutan nilai.24
Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang
mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun
kehidupan yang bersifat spiritual. Seperti yang terkandung dalam firman Allah
dalam Qs. An-Nahl ayat 89,25
ialah :
23
23
Suhawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam. (Jakarta : Sinar
Grafika, 2012). 159-160 24
Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian, 55-56. 25
Al-Qur‟an terjemah Depag RI
39
Artinya : “(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-
tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan
kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.
Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri
dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun
nonmaterial. Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah
diatur oleh islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang sempurna, mustahil
islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang
dapat digunakan sebagai panduan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan
ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya sudah diatur dalam Al-Qur‟an dan As-
Sunnah.
Ekonomi islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi
logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk secara kaffah
dan komprehensif oleh umatnya. Islam menuntut kepada umatnya untuk
mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Sangatlah tidak
masuk akal, seorang muslim yang menjalankan shalat lima waktu, lalu dalam
kesempatan lain ia juga melakukan transaksi keuangan yang menyimpang dari
ajaran islam.
Dalam mewujudkan kehidupan ekonomi, sesungguhnya Allah telah
menyediakan sumber dayanya dialam raya ini. Allah SWT mempersilahkan
manusia untuk memanfaatkannya, sebagaiman firman-Nya, yaitu :
40
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.
Dalam istilah ilmu fikih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah bahwa harta
itu adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan
untuk digunakan saat dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai
kecuali bila dibolehkan menggunakanya secara syariat. Mereka membedakan
antara materi dan nilai. Materi hanya bisa terwujud hanya ketika seluruh manusia
atau sebagian diantara mereka menggunakannya sebagai materi. Tetapi nilai
hanya berlaku bila di bolehkan oleh ajaran syariat.
Apabila harta tersebut merupakan hak milik Allah, sementara Allah telah
menyerahkan atas harta tersebut kepada manusia, melalui izin darinya, maka
perolehan seorang atas harta tersebut sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk memanfaatkan serta mengembangkan harta, yang antara lain
karena menjadi hak miliknya. Sebab ketika seorang memiliki harta, maka
esensinya, dia memiliki harta tersebut untuk memanfaatkannya. Sehingga dalam
hal ini dia terikat dengan hukum-hukum syara’ dan bukan bebas mengelola secara
mutlak. Begitu pula dia juga tidak bisa bebas mengelola zat barang tersebut secara
mutlak, meskipun ia memiliki zat nya. Alasannya adalah bahwa ketika dia
mengelola dalam rangka memanfaatkan harta tersebut dengan cara yang tidak sah
menurut syara’, misalnya dengan menghambur-hamburkannya atau
menggunakannya untuk suatu kemaksiatan, maka negara wajib mengawalnya dan
melarang untuk mengelola, juga merampas wewenang yang telah diberikan
negara kepadanya sehingga harta tersebut haruslah digunakan secara amanah.
Didalam syariat harta terbagi menjadi dua bagian yaitu :
41
1. Harta tetap (diam), adalah harta yang tidak mungkin dipindahkan seperti
tanah yang melekat dengan tanah, seperti bangunan permanen. Menurut
kalangan Hanafiyah yang termasuk harta diam ialah hanya tanah saja.
Namun menurut kalangan Malikiyah pengertian bisa meluas kepada segala
yang melekat dengan tanah secara permanen, seperti tanaman dan
bangunan. Karena keduanya tidak mungkin dipindahkan kecuali harus
diubah sehingga bangunannya menjadi hancur berkeping-keping.
2. Harta bergerak aalah harta yang cepat dipindahkan dan dialihkan (seperti
uang).
Berdasarkan klasifikasi ini muncul sejumlah hukum (Al-Mushlih dan Ash-
Shawi, 2004) yang terkait dengan harta tetap harta bergerak :
a. Disahkan menjual harta diam sebelum diserahterimakan, menurut sebagian
ulama, seperti Abu Hanfiah dan Abu Yusuf tidak sah menjual harta
bergerak sebelum diserahterimakan, namun dalam aplikasinya ada sedikit
perbedaan pendapat.
b. Mendahulukan pembersihan harta bergerak sebelum harta diam ketika
seseorang dalam terlilit hutang (bangkrut).
c. Tidak dibolehkannya menjual harta diam orang yang tercekal, karena
masih kecil atau karena idiot kecuali dalam kondisi darurat atau
kemaslahatannya yang pasti atau karena kebutuhan mendesak. Sementara
menjual harta bergerak dibolehkan untuk kemaslahatan semata.26
Terkait dengan terhadap harta dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Harta pribadi, harta ini tidak boleh diambil oleh orang lain melainkan
dengan kerelaan hati dari pemilikinya.
2. Harta milik Allah, harta pada dasarnya milik Allah (hakikat kepemilikan)
manusia hanya diberi kesempatan memilikinya sementara.
26
Nurul huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta
: Kencana, 2008. hal 2-4
42
3. Harta milik bersama, konsekuensi harta ini adalah didahulukannya
kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, ketika terjadi
bentrokan dengan memberikan tersebut.27
Modal adalah faktor produksi adalah kekayaan yang dipakai untuk
menghasilkan kekayaan lagi. Dia adalah “alat produksi yang diproduksi” atau
dengan kata lain “alat produksi buatan manusia”. Modal meliputi semua barang
yang diproduksi tidak untuk konsumsi, melainkan untuk produksi lebih lanjut.
Mesin, peralatan, alat-alat pengangkutan, proyek irigasi seperti kanal dan dam,
persediaan bahan mentah, uang tunai yang ditanamkan di perusahaan, dan
sebagainya, semua itu adalah contoh-contoh modal. Jadi modal adalah kekayaan
yang didapatkan oleh manusia melalui tenaganya sendiri kemudian
menggunakannya untuk menghasilkan kekayaan lebih lanjut. Makna modal yang
disampaikan di atas membedakannya dari tanah dan tenaga kerja, karena baik
tanah maupun tenaga kerja bukan merupakan faktor produksi yang tidak
diproduksi melainkan disediakan oleh alam. Oleh karena itu, tanah dan tenaga
kerja disebut faktor produksi buatan manusia atau yang diproduksi.
Modal adalah salah satu faktor produksi selain tanah, tenaga kerja dan
organisasi yang digunakan untuk membantu mengeluarkan asset lain. Distribusi
berskala besar dan kemajuan industri yang telah dicapai saat ini adalah akibat
pengunaa modal. Ini menunujukan bahwa tenaga manusia saja (human resource)
untuk mengerakan industri tidaklah cukup, sehingga harus didukung oleh faktor
produksi yang lain. Modal merupakan asset yang digunakan untuk membantu
distribusi asset berikutnya. Menurut Prof. Thomas, hak milik individu negara
selain tanah yang digunakan dalam menghasilkan asset berikutnya disebut modal.
Dikatakan bahwa modal dapat memberikan kepuasan pribadi dan untuk
membantu menghasilkan kekayaan lebih banyak, asalkan dikelola dengan benar
dan tepat sasaran. Jusru karena itu menurut Mustaq Ahmad yang dikatakan bisnis
yang menguntukan adalah apabila dilakukan dengan investasi modal sebaik-
27
Nurul huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah. hal 5-6
43
baiknya, bukan sebaliknya, dilakukan dengan investasi yang jelek sehingga
medatangkan kerugian.28
Pada umumnya, modal digolongkan menjadi modal tetap (fixed capital)
dan modal kerja (working capital). Modal tetap mencakup barang produksi tahan
lama yang digunakan lagi dan hingga tak dapat dipakai lagi. Bangunan dan mesin,
peralatan, traktor dan truk, dan sebagainya, adalah contoh modal tetap. Adapun
modal kerja berisi barang produksi sekali pakai seperti bahan mentah yang
langsung habis sekali pakai saja. Modal tetap tidak berarti tetap ditempat. Ia
disebut tetap karena uang yang dikeluarkan untuk membelinya „tetap‟ saja selama
jangka waktu yang panjang , sedangkan uang pembeli bahan mentah segera
kembali setelah barang yang dihasilkan dari bahan mentah tersebut terjual dipasar.
Modal melainkan peranan penting dalam produksi, karena produksi tanpa modal
akan menjadi sulit dikerjakan. Jika orang tidak menggunakan alat dan mesin
dalam pertanian, melainkan menambang dan melakukan pekerjaan manufaktur
melulu dengan tangan mereka saja, maka produktivitas akan menjadi amat rendah.
Demikianlah manusia senantiasa menggunakan peralatan dalam kerja produktif
mereka. Bahkan orang-orang primitif pun menggunakan panah untuk berburu
serta pancing dan jala untuk mencari ikan. Dengan tumbuhnya ilmu teknologi,
maka manusia pun menemukan mesin-mesin berat lagi kompleks untuk
membantunya dalam semua bidang produksi seperti pertanian, pertambangan,
manufaktur, transportasi, dan komunikasi. Menurut pengertian lainnya modal
dapat diartikan barang-barang yang dihasilkan untuk digunakan selanjutnya dalam
produksi barang-barang lain.29
Modal menempati posisi penting dalam proses pembangunan ekonomi
maupun dalam penciptaan lapangan kerja. Selain meningkatkan produksi,
employment juga akan meningkat jika barang-barang modal seperti bangunan dan
mesin diproduksi dan jika kemudian digunakan untuk produksi lebih lanjut.
Demikianlah modal itu seperti darah dalam tubuh yang mengalir di segala lini
28
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Malang: UIN Malang Press.
2007) 37 29
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam. 163
44
industri serta terus berjalan demikian. Oleh karena demikian penting nya peranan
modal dalam produksi ini, maka Islam telah memberi banyak perhatian kepada
modal ini.Untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha diperlukan sejumlah
modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal dalam bentuk uang yang diperlukan
untuk membiayai segala keperluan usaha, pengurusan perizinan, biaya investasi
untuk pembelian aktiva tetap, sampai dengan modal kerja. Sementara itu, modal
keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola atau
menjalankan suatu usaha.
Modal yang pertama kali dikeluarkan digunakan untuk membiayai
pendirian perusahaan (prainvestasi), mulai dari persiapan yang di perlukan sampai
perusahaan tersebut berdiri (memiliki badan usaha). Sebagai contoh misal biaya
yang harus di keluarkan pada tahap awal adalah biaya survei lapangan, biaya
pembuatan studi kelayakan, izin-izin, dan biaya prainvestasi lainnya. Selanjutnya
setelah itu adalah biaya untuk membeli sejumlah aktiva (harta) tetap. Biaya ini
dikeluarkan untuk mengoperasikan perusahaan sebagai tempat atau alat untuk
melakukan kegiatan, seperti pembelian tanah, pendirian bangunan atau gedung
dan lain-lain. Disamping itu, modal juga diperlukan untuk membiayai prosesusaha
pada saat bisnis tersebut di jalankan. Jenis biaya ini misalnya biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. Besarnya modal yang di perlukan
tergantung dari jenis usaha yang di garap. Dalam kenyataan sehari-hari kita
mengenal adanya usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Masing-masing
memerlukan modal dalam batas tertentu. Jadi, jenis usaha yang menentukan
besarnya jumlah modal yang di perlukan. Misalnya jenis usaha pabrikan berbeda
dengan pertanian. Hal ini yang memengaruhi besarnya modal adalah jangka waktu
usaha atau jangka waktu perusahaan menghasilkan produk yang diinginkan.
Usaha yang memerlukan jangka waktu yang lebih panjang memerlukan modal
yang relative besar pula. Sementara kebutuhan akan tenaga ahli yang akan
menjalankan usaha dapat diperoleh dari rekrutmen karyawan, (penarikan pegawai)
dari berbagai sumber, seperti melalui iklan, dari suatu lamaran yang masuk, dari
referensi (kenalan) atau perguruan tinggi. Agar usaha dapat berjalan secara
45
maksimal hal ini menjadi penting untuk keberlangsungan usaha yang akan
dijalankan. Kebutuhan modal untuk menjalankan usaha terdiri dari dua jenis yaitu
:
a. Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan
berulang-ulang, biasanya umurnya lebih dari satu tahun. Sementara modal kerja
dan digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam satu proses
produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebiih dari satu tahun.
Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk membeli aktiva
tetap, seperti tanah, bangunan atau gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan,
serta inventaris lainnya. Modal investasi merupakan porsi terbesar dalam
komponen pembiayaan suatu usaha dan biasanya dikeluarkan pada awal
perusahaan didirikan atau untuk perluasan suatu usaha tersebut.
b. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan atau usaha pada saat sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat
jangka pendek, biasanya hanya digunakan untuk sekali atau beberapa kali proses
produksi.30 Dan faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh
manusia untuk memproduksi barang-barang yang mereka butuhkan.31 Dengan
demikian modal dapat digunakan untuk keperluan membeli bahan, membayar gaji
karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja juga
dapat diperoleh dari pinjaman bank (biasanya maksimal setahun).
3. Faktor Produksi Tenaga kerja
Tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar negara-negara
berkembang termasuk negara maju pada mulanya merupakan tenaga yang
dicurahkan untuk usaha tani sendiri atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang
dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya usaha
pertanian, sehingga dibuthkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar
sebagai tenaga kerja upahan.
Tenaga kerja upahan ini biasanya terdapat pada usaha pertanian yang
berskala luas, rutin (bukan musiman), dan memiliki administrasi dan manajemen
30
Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. 2009, Hal 83-86 31
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Penganta, 6
46
tertib dan terencana. Tetapi dewasa ini terjadi lagi perkembangan baru, ketika
tenaga kerja upahan tidak lagi hanya terdapat pada usaha pertanian yang luas
seperti diatas. Tetapi sudah meluas pada usaha tani kecil skala keluarga seperti
usaha tani padi sawah yang tadinya hanya mengandalkan tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga tolong-menolong atau gotong-royong saja. Perkembangan ini
terjadi karena terjadinya perubahan struktural, yaitu transformasi tenaga kerja dari
sektor pertanian pedesaan ke sektor industri perkotaan. Hal ini dapat dipicu oleh
pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat yang diawali dengan pertumbuhan
industri. Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat
kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan
ditujukan pada usaha produksi. Oleh karena itu tenaga kerja tidak bisa dipisahkan
dengan manusia atau penduduk.32
Tenaga kerja dalam pengertian ini mencakup professional skill yang amat
tinggi dari jenis apapun juga, hingga tenaga kerja yang tak memiliki skill. Jadi,
istilah tersebut mencakup tenaga kerja tingkat tinggi seperti ilmuwan, insinyur,
dokter, ahli ekonomi, guru besar, ahli hukum, hakim, akuntan, diplomat,
administator, serta pekerja biasa di pabrik-pabrik, sawah, dan kantor pemerintah.
Sebagian ahli ekonomi membagi tenaga kerja produktif. Disebut produktif jika ia
menambah nilai material, seperti pekerja disektor pertanian dan manufaktur. Jika
tidak menambah nilai material, maka disebut tidak produktif.
Menurut Adam Smith, pekerja kasar maupun yang terhormat
dimasyarakat seperti penguasa dengan semua bawahannya dalam
administrasi sipil, pengadilan dan militer, mereka itu adalah pekerja
tidak produktif.
Namun menurut konsepsi modern semua tenaga kerja disebut produktif
asal saja pekerjaannya dilakukan untuk memperoleh pendapatan.
Sebagai konsekuensi pemikiran bahwa penduduk sebagai modal pokok
pembangunan, maka beberapa konsep tentang tenaga kerja perlu ditinjau kembali.
Diantaranya adalah konsep mengenai angkatan kerja, bekerja, dll. Secara umum
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk berumur
32
Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian, 55-87
47
10 tahun keatas yang bekerja, sementara tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan.33
Tenaga kerja merupakan semua yang bersedia dan sanggup bekerja.
Golongan ini meliputi yang bekerja untuk kepentingan sendiri, baik anggota
keluarga yang tidak menerima bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja
untuk mendapat gaji dan upah.
Menurut Mulyadi tenaga kerja atau manpower adalah :
“Penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang memproduksi barang
dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika
mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut”.34
Adapun faktor tenaga kerja manusia dalam produksi, dimasukan oleh Ibnu
Khaldun dalam rencana-rencana ekonomi bagian perusahaan. Ia memandang
kepandaian menulis dan mengarang kitab serta kepandaian kebukuan, administrasi
dan lainnya.35
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan
menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang mampu,
lebih dari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal yang sesuai dengan
amal/kerja. Bekerja didalam islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang
mampu. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku tangan dengan alasan
“mengkhususkan waktu untuk beribadah” atau bertawakal kepadah Allah SWT
Tidak dibenarkan pula bagi seorang muslin bersandar kepada orang lain
sedangkan ia mampu dan memiliki kemampuan. Firman Allah dalam Quran surat
An Nahl:97:
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan
33
Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Pendekatan Makro, 17 34
Karof Alfentino Lamia, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan
Kecamatan Tumpuan, Kabupaten Minahasa Selatan (Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 4 Desember 2013,
Hal 1748-1759) 35
Abdullah Zakiy Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam (Bandung: CV Pustaka Setia.
2002) 82
48
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.
Nabi bersabda “Tidak boleh memberi sedekah kepada orang yang kaya
dan orang yang mampu bekerja”. Islam mengagungkan pekerjaan duniawi dan
kadang-kadang menjadikannya sebagai ibadah, disisi lain pekerjaan dikategorikan
sebagai jihad jika diniatkan dengan ikhlas dan sabar.36
Tenaga kerja sinonim dengan manusia dan merupakan faktor produksi
yang amat penting. Bahkan kekayaan alam suatu negara tidak akan berguna jika
tidak dimanfaatkan oleh manusianya. Alam memang amat dermawan bagi suatu
negara dalam menyediakan sumber daya alam yang tak terbatas, tetapi tanpa
usaha manusia, semuanya akan tetap tak terapakai. “Pakistan”, begitu dikatakan,
“adalah negeri yang amat kaya yang dihuni oleh orang-orang miskin”. Di pihak
lain, Jepang adalah negeri yang dianugerahi sedikit kekayaan alam tetapi ia
merupakan kekuatan ekonomi utama karena orang-orangnya yang sanggup
bekerja kera, rajin dan pandai. Jadi, sumber daya manusia yang mencakup tenaga
kerja yang komit, kerja keras dan patriotik, baik manual maupun intelektual,
adalah suatu keharusan bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Memandang
arti pentingnya dalam penciptaan kekayaan, Islam telah menaruh perhatian yang
besar terhadap tenaga kerja. Al-Qur‟an, dalam kitab suci Islam, mengajarkan
prinsip mendasar mengenai tenaga kerja, ketika kitab suci itu menanyakan :
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm (53) : 39). Menurut ayat ini, tidak
ada jalan tol atau jalan yang mudah menuju kesuksesan. Jalan menuju kemajuan
dan kesuksesan didunia ini adalah melalui perjuangan dan usaha. Semakin keras
orang bekerja, semakin tinggi pula imbalan yang akan mereka terima. Menurut
Nabi Muhammad SAW : “Allah mencintai orang yang bekerja dan berjuang untuk
36
Yusuf Qordhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, 104
49
memenuhi nafkahnya” dan “mencari yang halal adalah kewajiban utama (seperti
shalat, berpuasa, dan iman kepada Allah).”
Islam menitikberatkan baik tenaga kerja fisik maupun intelektual. Al-
Qur‟an merujuk kepada kerja manual ketika ia berbicara mengenai pembangunan
bahtera oleh Nabi Nuh, manufaktur baju perang oleh Nabi Dawud, memeilhara
domba oleh Nabi Musa dan pembangunan dinding oleh Dzul-Qarnain. Kitab suci
itu merujuk kepada tenaga kerja intelektual ketika ia menyebut riwayat Nabi
Yusuf yang ditunjuk untuk mengawasi perbendaharaan negara oleh rajanya.
Kemuliaan dan kehormatan menyatu dengan kerja dan tenaga kerja di
dalam Islam sedangkan sumber-sumber pendapatan yang diterima tanpa kerja dan
perolehan yang mudah seperti bunga dan sebagainya, dipandang rendah dan hina
serta dilarang. Kerja adalah sedemikian mulia dan terhormatnya sehingga para
nabi yang merupakan manusia paling mulia pun melibatkan diri dalam kerja dan
kemudian bekerja keras untuk mencari nafkah. Al-Qur‟an menyebutkan contoh
Nabi Dawud dan Nabi Musa yang masing-masing bekerja sebagai pandai besi dan
penggembala kambing. Nabi Muhammad sendiri menggembalakan kambing.
Beliau tidak memandang rendah maupun mulia pekerjaan apa pun juga. Di dalam
peperangan Ahzab, Nabi terlihat bekerja dan mengangkat batu bersama para
sahabat beliau untuk menggali parit guna melindungi madinah dari musuh.37
Marilah kita lihat beberapa ayat Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad SAW
untuk melihat bagaimana kehormatan kerja, baik manual maupun intelektual,
untuk melihat bagaimana Islam menekankan kehormatan kerja.
Menurut Imam Syaibani : “Kerja merupakan usaha untuk mendapatkan
uang atau harga dengan cara halal. Dalam Islam kerja sebagai unsur produksi
didasari konsep istikhlaf, dimana manusia bertanggung jawab untuk
memakmurkan dunia dan juga bertanggung jawab untuk menginvestasikan dan
mengembangkan harta yang diamanatkan Allah untuk menutupi kebutuhan
manusia.
37
Drs. Sohari Sahrani. Dra. Ru‟fah Abdullah, , fikih muamalah. Hal 31
50
Sedangkan tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan
oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas.
Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik atau pikiran. Tenaga kerja
sebagai satu faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan
alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah buruh. Alam
telah memberikan kekayaan yang tidak terhiung tetapi tanpa usaha manusia semua
akan tersimpan.
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan
menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang mampu,
lebih dari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal yang sesuai dengan kerja
atau amal, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qs. An-Nahl ayat 97 :
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri
Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. Bahwa dalam ayat ini menjelaskan laki-laki dan perempuan
dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai
iman. Adapun hadis Nabi yang berkaitan dengan bekerja dapat dikemukakan
bahwa :
Dari Ibn Umar r.a ketika Nabi ditanya : Usaha apakah yang paling baik?
Nabi menjawab yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan semua
jual beli yang baik. HR. Imam Bukhari “Sebaik-baiknya makanan yang
dikonsumsi seseorang adalah makanan yang dihasilkan oleh kerja kerasnya dan
sesungguhnya Nabi Daud a.s mengonsumsi makanan dari hasil keringatnya
(kerja keras).Alqur‟an memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan
menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan dibumi untuk bekerja keras
51
untuk mencari penghidupan masing-masing. Dalam hal ini terdapat dalam Qs. Al-
Balad ayat 4 bahwa,
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam
susah payah.”
Dalam pengertiannya kata kabad berarti kesusahan, kesukaran,
perjuangan, dan kesulitan akibat bekerja keras. Ini merupakan suatu cobaan bagi
manusia yakni dia telah ditakdirkan berada pada kedudukan yang tinggi (mulia)
tetapi kemajuan tersebut dapat dicapai melalui ketekunan dan bekerja keras.
Dalam arti lain bisa diartikan bahwa manusia hendaknya berupaya untuk
melakukan dan menanggung segala dan kesukaran dan kesusahan dalam
perjuangannya untuk mencapai kemajuan. Oleh karena itu, manusia diwajibkan
berjuang dan bersusah payah untuk mencapai kejayaan didunia, dia dijadikan kuat
dari segi fisik untuk menanggulangi kesulitan hidup.38
Pada hakikatnya tenaga kerja dapat dibedakan dalam jenis, yaitu :
1. Tenaga kerja terlatih,
2. Tenaga kerja terdidik,
3. Tenaga kerja tak terdidik
Bagi tenaga kerja yang tergolong ke dalam klasifikasi terlatih maka
biasanya bentuk pekerjaan yang ditekuni tidak terlalu membutuhkan “kecakapan
teoretis”. Bagi mereka yang berkecimpung dalam pekerjaan ini yang paling
dibutuhkan adalah praktek dengan masa latihan hingga memperoleh kecakapan
pada tingkat “terampil”.
Untuk tenaga kerja terdidik, mereka yang termasuk klasifikasi ini
memperoleh pendidikan teoretis sampai taraf dan bidang/disiplin tertentu.
Golongan tenaga kerja terdidik ini dapat dibedakan kedalam 2 macam yaitu :
38
Nurul huda et al dkk. Ekonomi Makro Islam pendekatan teoritis. Jakarta : KENCANA,
2009. hal 227-229.
52
1. Tenaga kerja terdidik berpengalaman
2. Tenaga kerja terdidik tanpa atau belum berpengalaman
Golongan tenaga kerja tidak terdidik adalah termasuk para pekerja yang tidak
memperoleh kecakapan teoretis, sehingga yang utama bagi mereka ini adalah
kerja praktis.39
Adapun bentuk-bentuk kerja yang disyariatkan dalam islam adalah
pekerjaan yang dilakukan dengan kemampuannya sendiri dan bermanfaat, yaitu :
a. Menghidupkan tanah mati (tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak
dimanfaatkan oleh satu orang pun) seperti hadist yang diriwayatkan
oleh HR. Imam Bukhari dari Umar bin Khaththab “siapa saja yang
mrnghidupka tanah mati maka tanah (mati yag telah di hidupkan)
tersebut adalah miliknya.”
b. Menggali kandungan bumi
c. Berburu
d. Makelar (samsarah)
e. Perseroan antara harta dengan tenaga (mudharabah)
f. Mengairi lahan pertanian (musaqat)
g. Kontrak tenaga kerja (ijarah)
h. Berdagang dan lain-lain.
4. Manajemen Produksi
Manajemen produksi bisa diartikan sebagai subjek atau seseorang yang
mengelola suatu usaha, beberapa faktor produksi di antara semua faktor tidak
akan mengahasilkan suatu profit (keuntungan) yang baik ketika tidak ada
manajemen yang baik, karena tanah, tenaga kerja, modal dan lain sebagainya
tidak akan bisa berdiri dengan sendirinya. Semuanya memerlukan suatu
memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa suatu organisasi, ataupun suatu
manajemen yang bisa menertibkan, mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi
39
Sudarsono dan Edilius, Manajemen Koperasi Indonesia . (Jakarta : PT. RINEKA
CIPTA, 2007). 111-113
53
segala segala kinerja yang akan dan telah di hasilkan.40
Tugas pengelolan adalah
untuk mengatur faktor produksi lainnya untuk dapat kerja sama dalam proses
produksi. Peranan pengelolaan (skills), yaitu memimpin usaha-usaha yang
bersangkutan, mengatur organisasinya dan menaikkan mutu tenaga manusia untuk
mempergunakan unsur-unsur modal dan alam dengan sebaik-baiknya. Dalam
kaitan ini di dalam Qs. Yunus ayat 31 yaitu41
:
Artinya : “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala
urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?". Al-Ghazali menyebutkan bahwa produksi
adalah pengerahan secara maksimal sumber daya alam (raw material) oleh
sumber daya manusia, agar menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.42
Manajemen usaha tani
Dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil
panennya banyak. Kalau hasil panenan berupa padi maka petani ingin agar
panenan ini cukup untuk memberi seluruh makan keluarganya sampai dengan
panenan yang akan datang. Ia akan lebih berbahagia lagi bila panenan tersebut
cukup besar sehigga bahkan terdapat sisa untuk dijualnya ke pasar dan hasil
penjualannya dapat dipakai untuk membeli makanan, alat-alat rumah tangga atau
40
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
maqashid al-Syariah. 121 41
Departemen Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an, CV. Madinatul Ilmi 42
Abdur Rahman, Ekonomi Al-Ghazali : Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam Ihya’
Ulumuddin, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2010), 103.
54
alat-alat pertanian. Dalam menyelenggarakan dan apabila hasil pertaniannya itu
berupa kopi atau lateks maka tujuannya tidak berbeda yaitu bagaiamana petani
dapat memperbesar hasil sehingga kehidupan seluruh kelurganya menjadi lebih
baik. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil
yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan
biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani
pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya
produksi. Usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif dan efisien.
Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi.43
Secara sederhana arti (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa
berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,
tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Kegiatan
wirausaha dapat dilakukakn seorang diri atau berkelompok. Seorang
wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta
menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian
merupakan hal biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian
pasti ada. Bahkan, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih.
Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh
keberanian dan penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.
Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan
mengelola usaha secara profesional. Hendaknya minat tersebut diikuti dengan
perencanaan dan perhitungan yang matang. Misalnya, dalam hal memilih atau
menyeleksi bidang usaha yang akan dijalankan sesuai dengan prospek dan
kemampuan pengusaha. Pemilihan bidang usaha seharusnya disertai dengan
berbagai pertimbangan, seperti minat, modal, kemampuan, dan pengalaman
sebelumnya. Jika belum memiliki pengalaman sebelumnya, seseorang dapat
menimba pengalaman dari orang lain. Pertimbangan lainnya adalah seberapa lama
jangka waktu perolehan keuntungan yang diharapkan.
43
Pengantar ekonomi pertanian edisi III , Jakarta : LP3S , 1989). 67-68
55
Sementara itu Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha).
Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas. Artinya, untuk
menciptakan sesuatu di perlukan suatu kreativitas dan jiwa inovator yang tinggi.
Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa inovator tentu berfikir untuk
mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.
Seorang wirausahaan harus memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif
dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Setiap pikiran dan langkah
wirausahawan adalah bisnis. Bahkan, mimpi seorang pebisnis sudah merupakan
ide untuk berkreasi dalam menemukan dan menciptakan bisnis-bisnis baru.
Wirausaha dapat dijalankan seseorang atau kelompok orang. Dengan kata lain,
seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat
menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Suatu kegiatan haruslah
dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku di masyarakat bisnis.
Etika atau norma-norma ini digunakan agar para pengusaha tidak
melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang dijalankan memperoleh
simpati dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut ikut membentuk
pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta membesarkan usaha yang
dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama. Dengan melaksanakan etika yang
benar, akan terjadi keseimbangan hubungan antara pengusaha dengan masyarakat,
pelanggan, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pengertian
etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Tata cara pada
masing-masing masyarakat tidaklah sama atau beragam bentuk. Hal ini
disebabkan beragamnya budaya kehidupan masyarakat yang berasal dari berbagai
wilayah.44
Tata cara ini diperlukan dalam berbagai sendi kehidupan manusia agar
terbina hubungan yang harmonis, saling menghargai satu sama lainnya.
44
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta : Prenada Media Group,
KENCANA, 2003. Hal 71-74
56
D. Produktivitas
Mengenai pengertian produktivitas dalam dimensi teknis produktivitas
diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan
keseluruhan input (sumber daya) yang dipergunakan untuk menghasilkan output
yang bersangkutan. Dalam wawasan pengertian yang sama dapat pula dikatakan,
bahwa produktivitas adalah suatu ukuran tingkat efisiensi (adalah suatu ukuran
yang membandingkan rencana penggunaan masukan dengan realisasi
penggunaanya). Konsep ini lebih berfokus kepada aspek “masukan” dan
efektivitas yaitu suatu ukuran yang dinyatkan dengan seberapa jauh target
(kualitas, kuantitas dan waktu) dalam mencapai. Pengertian produktivitas ini
sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiendi usaha (fisik)
dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi
(output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.45
Salah satu alasan
mengapa perhatian orang terhadap enterpreneurship semakin meningkat, adalah
makin disadari peranan para entrepreneur dalam upaya meningkatkan
produktivitas. Dewasa ini banyak sekali negara-negara di Asia mulai
memperhatikan persoalan produktivitas, dan upaya untuk menaikkannya, hal
mana disebabkan oleh karena makin meningkatnya jumlah dan intensitas
problem-problem ekonomi.
Produktivitas merupakan sebuah bidang krusial, dimana kepentingan-
kepentingan nasional, tujuan-tujuan bisnis dan serta kebutuhan serta ekspektasi
individual menyatu. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa : “ produktivitas
tinggi memperkuat kondisi perekonomian suatu negara, yang menyebabkan
timbulnya perbaikan dalam standar kehidupan, kualitas kehidupan lebih baik,
dalam kaitannya dengan perumahan, pendidikan, kesehatan, dan peluang-peluang
kerja, entrepreneur “. Istilah produktivitas dan kinerja (performance) sering kali
digunakan secara bergantian. Ada berbagai macam definisi dalam buku ajar
tentang produktivitas yang menerangkan arti konsep tersebut, pada dasarnya.
45
Sudarsono S.H., M.Si dan Edilius, S.E. Manajemen Koperasi Indonesia . (Jakarta : PT.
RINEKA CIPTA, 2007). 111
57
Mereka semua sependapat bahwa produktivitas merupakan rasio antara output dan
input.
Produktivitas menunjukan jumlah output yang di capai dari sekian banyak
input. Ada dua macam aspek vital produktivitas, yakni esieiensi dan efektifitas.
Efektifitas berhubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan yang diekspektasi ,
efisiensi berhubungan dengan bagaimana baik berbagai macam sumber daya atau
input di kombinasi.
Produktivitas yakni kemampuan untuk memproduksi lebih banyak barang
dan jasa dengan lebih sedikit sumber daya manusia serta input lainnya.
Produktivitas merupakan sebuah bidang krusial, dimana kepentingan-kepentingan
nasional, tujuan-tujuan bisnis dan serta kebutuhan serta ekspektasi individual
menyatu. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa : “ produktivitas tinggi
memperkuat kondisi perekonomian suatu negara, yang menyebabkan timbulnya
perbaikan dalam standar kehidupan, kualitas kehidupan lebih baik, dalam
kaitannya dengan perumahan, pendidikan, kesehatan, dan peluang-peluang kerja,
entrepreneur .” Istilah produktivitas dan kinerja (performance) sering kali
digunakan secara bergantian. Ada berbagai macam definisi dalam buku ajar
tentang produktivitas yang menerangkan arti konsep tersebut, pada dasarnya.
Mereka semua sependapat bahwa produktivitas merupakan rasio antara output dan
input.
Produktivitas menunjukan jumlah output yang di capai dari sekian banyak
input. Ada dua macam aspek vital produktivitas, yakni esieiensi dan efektifitas.
Efektifitas berhubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan yang diekspektasi ,
efisiensi berhubungan dengan bagaimana baik berbagai macam sumber daya atau
input di kombinasi.46
Jadi produktivitas dapat diartikan sebagai peningkatan
dalam sebuah usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut. Jika suatu usaha
mengalami perubahan dan perkembangan lebih maju maka dapat di kategorikan
46
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship.. Hal 81-83.
58
usaha tersebut mengalami kenaikan pendapatan, maka jika demikian pengusaha
harus mempertahankan nya bahkan lebih baik lagi untuk di kembangkan lagi.
E. Hipotesis Penelitian
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tanah, modal, tenaga
kerja dan manajemen produksi terhadap kesejahteraan petani di
desa kanci kulon.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara tanah, modal, tenaga kerja
dan manajemen produksi terhadap kesejahteraan petani di desa
kanci kulon.