makalah model penelitian agama sebagai produksi budaya

22
MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA SEBAGAI PRODUKSI BUDAYA Bahan Presentasi untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Metodologi Studi Islam” Dosen Pengampu : Dr. Mohammad Arif, MA. Oleh : Azza Shofia Masykuroh 932121213 Semester 1 (F) Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

Transcript of makalah model penelitian agama sebagai produksi budaya

MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA SEBAGAI

PRODUKSI BUDAYA

Bahan Presentasi untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Studi Islam”

Dosen Pengampu : Dr. Mohammad Arif, MA.

Oleh :

Azza Shofia Masykuroh

932121213

Semester 1 (F)

Jurusan TarbiyahProgram Studi Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri2013

Kata Pengantar

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan

Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini

tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Model-model

penelitian agama sebagai produksi budaya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak

mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan

bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa

teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga

bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun

materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah

selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat kepada kita sekalian.

2

Kediri, 16 Oktober 2013

Penulis

Daftar Isi

Sampul Depan . ............................ 1

Kata Pengantar ............................ 2

Daftar Isi ................................ 3

Bab I Pendahuluan ......................... 4

A. Latar Belakang ..................... 4

B. Rumusan Masalah .................... 5

C. Tujuan dan Manfaat.................. 5

Bab II Pembahasan ......................... 6

3

A. Pengertian Budaya .................. 6

B. Model-Model Penelitian Agama ....... 7

C. Agama Sebagai Produksi Budaya ...... 9

D. Islam sebagai Produk Budaya ........ 10

Bab III Penutup ........................... 14

A. Kesimpulan ......................... 14

B. Saran .............................. 14

Daftar Pustaka ............................ 15

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Berbicara tentang ilmu sosial di dunia ini

tidak bisa terlepas dari lingkaran masyarakat.

Lingkaran ini diibaratkan sebagai organ tubuh manusia

yang terdiri dari kulit, tubuh otak dan lain-lain

yang tersambungkan secara alami, akhirnya membentuk

sebuah masyarakat yang tidak bisa lepas dari

kebudayaan.

4

Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad

yang lalu namun hasil penelitiannya masih dalam

bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum dijadikan

sebagai sebuah ilmu. Setelah bertambahnya gejala-

gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya,

ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang

khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama

tersebut.

Perkembangan penelitian agama pada saat ini

sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan kehidupan

sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian

agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial

berlangsung. Permasalahan-permasalahan seperti inilah

yang mendasari perkembangan penelitian-penelitian

agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan

agama.

Dewasa ini, penelitian agama diisi dengan

penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama dalam

konteks penelitian pada umumnya, elaborasi mengenai

penelitian agama dan penelitian keagamaan serta

konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa

penjelasan singkat tersebut maka pemakalah perlu

mengkaji secara rinci terhadap penjelasan tersebut.

Secara garis besar, pembahasan penelitian agama

dan model-modelnya dibagi dua; pertama, penelitian

agama; kedua, model-model penelitian agama.

Penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai

5

kedudukan penelitian agama dalam kompleks penelitian

pada umumnya; elaborasi mengenai penelitian agama

(research on religious) dan penelitian keagamaan (religious

research); dan konstruksi teori penelitian keagamaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud budaya ?

2. Apa saja model-model penelitian agama ?

3. Apa yang dimaksud agama sebagai produksi budaya ?

4. Apa maksud dari Islam sebagai produk budaya ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui pengertian budaya.

2. Mengetahui model-model penelitian agama.

3. Memahami agama sebagai produksi budaya.

4. Mengerti Islam sebagai produk budaya.

6

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Budaya

Budaya (pengertian,unsur & fungsi) Pengertian

menurut S. Takdir Alisyahbana: Kebudayaan adalah

suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari

unsur-unsur yang berbeda- beda seperti pengetahuan,

kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan

segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Kebudayaan adalah warisan

sosial atau tradisi. Kebudayaan adalah cara, aturan

dan jalan hidup manusia. 1

Unsur –unsur kebudayaan : sistem religius (homo

religius), sistem organisasi kemasyarakatan (homo

socius), sistem pengetahuan (homo safiens), sistem

1. http://Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah.htm

7

mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo

ekonomicus), sistem peralatan hidup dan tehnologi

(homo faber), sistem bahasa (homo longuens),

kesenian.

Fungsi – Fungsi budaya berperan sebagai penentu

batas-batas; artinya, budaya menciptakan batas

perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi

dan membedakannya dengan organisasi lainnya,

identitas budaya memuat rasa identitas suatu

organisasi. Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen

terhadap sesuatu yang lebih besar daripada

kepentingan individu. Budaya meningkatkan stabilitas

sistem sosial karena budaya adalah stabilitas

perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi

dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang

sebaiknya dikatakan dan dilakukan. Budaya bertindak

sebagai mekanisme. Pembentuk sikap dan prilaku

alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali

yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku .

Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses

interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai

hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi

dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya yaitu

faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang

objektif. Faktor kondisi objektif menyebabkan

terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun

agama yang mengilhaminya adalah sama. Hal pokok bagi

8

semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai

alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam

arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk

budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan,

struktur masyarakat dan adat istiadat.

Kebudayaan adalah sebuah lingkungan yang

dibangun di atas alam secara spontan. Kebudayaan ini

ini tercipta karena dua faktor yakni faktor alam dan

faktor sosial. Dimana dunia alam ditemukan dan

dikonstruk oleh dunia sosial (termasuk agama dan

sains). Sedangkan dunia sosial sepenuhnya dibuat

oleh manusia dalam rangka mempertahankan hidup

secara aman dan sejahtera. Selanjutnya kebudayaan

sosial ini melahirkan beribu-ribu budaya yang

terabadikan secara historis oleh bahasa dan tradisi,

yang terbangun secara konvensional. Dengan

menggunakan simbol-simbol dengan arti-arti efektif

secara lokal (kebudayaan lokal). Selanjutnya

kebudayaan ini mempengaruhi arus tingkah laku

manusia, atau membawa orang kedalam tibgkah laku

religius atau tingkah laku lain yang mengandung

kekuatan (keyakinan)

Dari kondisi konkret di dalam masyarakat di

atas, Edward B. taylor, seorang antropolog,

mendefinisikan kebudayaang adalah; “suatu

keseluruhan kelompok yang melibatkan bahasa,

keprcayaan, seni dan moral, hokum, adat, dan satu

9

atau beberapa kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh

manusia sebagai anggota masyarakat  Maksudnya; bahwa

pengethauan yang dimiliki oleh seseorang dalam

kehidupan sehari-hari dapat menjadi sebuah teori

yang merupakan kegiatan ilmiah. Proses pembentukan

teori berangkat dari images fundamental tertentu

mengenai kenyataan sosial.

B. Model-Model Penelitian Agama

Model-model penelitian keagamaan disesuaikan

dengan perbedaan antara penelitian agama dan

penelitian hidup keagamaan. Djamari, menjelaskan

bahwa kajian sosiologi agama dengan menggunakan

metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang

digunakan antara lain:

1. Analisis SejarahDalam hal ini, sejarah hanya sebagai metodeanalisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapatmenyajikan gambaran tentang unsur-unsur yangmendukung timbulnya suatu lembaga, dan pendekatansejarah bertujuan untuk menemukan inti karakteragama dengan meneliti sumber klasik sebelumdicampuri yang lain.Seperti halnya agama Islam, sejarah mencatat bahwaia adalah agama yang diturunkan melalui Nabinyayaitu Muhammad saw berdasarkan kitab sucinya yaituAlquran yang ditulis dalam bahasa arab. Islamditurunkan bukan untuk satu bangsa saja melainkanuntuk seluruh bangsa secara universal. Sedangkan

10

agama lain ada yang hanya diturunkan untuk satubangsa saja seperti yahudi untuk ras yahudi saja.Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapatmembuktikan apakah agama itu masih tetap padaorisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atausudah bergeser jauh dari prinsip-prinsip utamanya.Bila hal itu dihubungkan dengan agama islam makaia dapat dimasukkan pada kategori agama yangbertahan konsisten dengan ajaran seperti pada masaawalnya.Menurut ahli perbandingan agama seperti A. MuktiAli, apabila kita ingin memahami sebuah agama makakita harus mengidentifikasi lima aspek yaitukonsep ketuhanan, pembawa agama atau nabi, kitabsuci, sejarah agama, dan tokoh-tokoh terkemukaagama tersebut.2

2. Analisis lintas budayaAnalisis lintas budaya bisa diartikan dengan ilmuantropologi, karena dilihat dari definisiantropologi sendiri secara sederhana dapatdikatakan bahwa antropologi mengkaji kebudayaanmanusia.Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad sawsampai saatnya kini telah melalui berbagai dimensibudaya dan adat-istiadat. Masing-masing negerimemiliki corak budayanya masing-masing dalammengekspresikan agamanya. Karena itu dari segiantropologi kita dapat memilah-milah mana bagianislam yang merupakan ajaran murni dan mana ajaranislam yang bercorak lokal budaya setempat.

3. Eksperimen.

2. A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: BulanBintang, 1991), hal. 37-38.

11

Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulitdilakukan dalam penelitian agama. Namun, dalambeberapa hal,eksperimen dapat dilakukan dalampenelitian agama, misalnya untuk mengevaluasiperbedaan hasil belajar dari beberapa modelpendidikan agama.

4. Observasi partisipatif.Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapatmengobservasi perilaku orang-orang dalam konteksreligius. Baik diketahui atau tidak oleh orangyang sedang diobeservasi. Dan diantarakelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatansimbolik antar anggota kelompok secara mendalam.Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data padakemampuan observer.

5. Riset survei dan analisis statistikPenelitian survei dilakukan dengan penyusunankuesioner, interview dengan sampel dari suatupopulasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaanatau penduduk suatu kota atau desa. Prosedurpenelitian ini dinilai sangat berguna untukmemperlihatkan korelasi dari karakteristikkeagamaan tertentu dengan sikap sosial atauatribut keagamaan tertentu.

6. Analisis isiDengan metode ini, peneliti mencoba mencariketerangan dari tema-tema agama, baik berupatulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupundeklarasi teks, dan lainnya. Umpamanya sikapkelompok keagamaan dianalisis dari substansiajaran kelompok tersebut.

C. Agama Sebagai Produksi Budaya.

12

Budaya menurut koenjaraningrat (1987:180)

adalah keseluruhan system gagasan tindakan dan hasil

kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik manusia dengan belajar. Yojachem

wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya

manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan

kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan.

Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses

interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai

hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi

dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya.yaitu

faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang

objektif. Faktor kondisi objektif menyebabkan

terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun

agama yang mengilhaminya adalah sama. Hal pokok bagi

semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai

alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam

arti mengunkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk

budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan,

struktur masyarakat dan adat istiadat.

Selain itu, ijtihad juga sebagai pembentuk

kebudayaan Islam. Tentang ljtihad, Dr. Muhainmad

iqbal berkata ; “is the principle of movement in the

structure of Islam” ( ljtihad itu merupakan prinsip

gerakan di dalam stuktur Islam ). Ijtihad dalam

rumusan lain ialah ” mengerahkan cipta, rasa dan

karsa untuk menghasilkan suatu kreasi.

13

Ijtihad itulah yang menjadi karakteristik

manusia, merupakan keistimewaan yang membedakan dan

manusia dari makhluk-makhluk lainnya di dunia ini.

ljtihad yang merupakan, daya cipta manusia harta

dimanfaatkan sebagai kekuatan dalam hidup dan

kehidupan di bumi. Maka dengan Ijtihadlah manusia

dapat rnempelajari, Menganalisa dan mengeksploitis

rahasia-rahasia alam.

D.Islam Sebagai Produk Budaya

Islam Antara Gejala Sosial & Budaya Islam

sebagai agama yang rahmatan lil alamin tentunya

mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi

dan universal, yang dapat menyelamatkan ummat

manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Oleh

karean itu, Islam harus bisa menawarkan nilai,

norma, dan aturan hidup yang bersifat manusiawi dan

universal itu kepada manusia modern, dan diharapkan

dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap

problematis ummat manusia yang hidup di dunia modern

dan era global ini. Ajaran agama Islam telah tumbuh

dan berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan

sosial budaya masyarakat. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa ajaran Islam telah tumbuh dan

berkembang sejalan dengan akal pikiran manusia serta

sosial budayanya untuk mewujudkan suatu sosial

budaya dan masyarakat yang Islami.

14

Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati.

Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama

bermacam-macam, tergantung pada aspek yang dijadikan

sasaran studi dan tujuan yang hendak dicapai oleh

orang yang melakukan studi.

Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama

dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu

model studi ilmu-ilmu sosial dan model studi budaya.

Untuk yang pertama telah dibahas didalam sub bab

yang lalu, sedangkan yang kedua akan menjadi

pembahasan saat ini.

Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat

dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama,

untuk mengetahui, memahami, menghayati dan

mengamalkan. Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya,

kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam

saja, baik yang masih awam, atau yang sudah sarjana.

Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja,

termasuk sarjana-sarjana bukan Islam, yaitu

memahami. Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar

sebagai obyek penelitian saja.

Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam

memang harus melalui dua model, yaitu tekstual dan

konstektual. Tekstual, artinya memahami Islam

melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan

kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas

15

sosial, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk

agama bersangkutan.

Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan

cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan

kebudayaan yang bersangkutan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang

dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang

isinya adalah perangkat-perangkat model-model

pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan

untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang

di hadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan

tindakan-tindakan yang diperlukan.3

Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai jalan hidup untuk

meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Agama

islam disebut juga agama samawi . selain agama Islam,

Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori

agama samawi. Sebab keduanya merupakan agama wahyu

yang diterima Nabi Musa dan Nabi Isa sebagai utusan

Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan

Nasrani.

Agama wahyu bukan merupakan bagian dari

kebudayaan. Demikian pendapat Endang Saifuddin

Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya

bahwa:

3. Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam kapanAgama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta.1991-1992. Hal.85

16

"agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup;

pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian

dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri.

Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan

dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan

dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana

pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan

istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami

bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula

sebaliknya."4

Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam

sebagai agama samawi bukan merupakan bagian dari

kebudayaan (Islam), demikian pula sebaliknya

kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama

Islam. Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat

kaitan erat antara keduanya. Menurut Faisal Ismail,

hubungan erat itu adalah bahwa Islam merupakan

dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus

merupakan sumber nilai-nilai budaya dalam

pengembangan dan perkembangan cultural. Agama

(Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan

pelestari seluruh rangsangan dan gerak budaya,

sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak dan

beridentitas Islam.5

4. Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9Bandung: C.V. Pelajar. 1996), hlm.46

5. Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44.

17

Lebih jauh Faisal menjelaskan bahwa walaupun

memiliki keterkaitan, Islam dan kebudayaan merupakan

dua entitas yang berbeda, sehingga keduanya bisa

dilihat dengan jelas dan tegas. Shalat misalnya

adalah unsur (ajaran) agama, selain berfungsi untuk

melestarikan hubungan manusia dengan Tuhan, juga

dapat melestarikan hubungan manusia dengan manusia

juga menjadi pendorong dan penggerak bagi

terciptanya kebudayaan. Untuk tempat sholat orang

membangun masjid dengan gaya arsitektur yang megah

dan indah, membuat sajadah alas untuk bersujud

dengan berbagai disain, membuat tutup kepala,

pakaian, dan lain-lain. Itulah yang termasuk aspek

kebudayaan.6

Proses interaksi Islam dengan budaya dapat

terjadi dalam dua kemungkinan. Pertama adalah Islam

mewarnai, mengubah, mengolah, an memperbaharui

budaya. Kedua, justru Islam yang diwarnai oleh

kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari

kekuatan dari  dua entitas kebudayaan atau entitas

keislaman. Jika entitas kebudayaan yang kuat maka

akan muncul muatan-muatan lokal dalam agama, seperti

Islam Jawa. Sebaliknya, jika entitas Islam yang kuat

mempengaruhi budaya maka akan muncul kebudayaan

Islam.7

6. Ibid 7. Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju,2003)hlm.8.

18

Agama sebagai budaya, juga dapat dilihat

sebagai mekanisme control, karena agama adalah

pranata sosial dan gejala sosial, yang berfungsi

sebagai kontrol, terhadap institusi-institusi yang

ada.

Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat

Islam berpegang pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim

al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded al-ashlah, artinya: memelihara

pada produk budaya lama yang baik dan mengambil

produk budaya baru yang lebih baik.8

Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil

pemikiran manusia yang berupa interprestasi terhadap

teks suci itu disebut kebudayaan, maka sisitem

pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan

sebagainya yang timbul sebagai hasil pemikiran

manusia adalah kebudayaan pula. Kalaupun ada

perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan

itu terletak pada keadaan institusi-institusi

kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas dasar

prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.

8. Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam danEmpirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993, hal. VI.

19

BAB III

Penutup

A.Kesimpulan

Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan,

dapat disimpulkan bahwa Islam Antara Gejala Sosial &

Budaya Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin

tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat

manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan

ummat manusia dan alam semesta dari kehancurannya.

Oleh karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai,

norma, dan aturan hidup yang bersifat manusiawi dan

universal itu kepada manusia modern, dan diharapkan

dapat memberikan alternatif pemecahan terhadap

problematis ummat manusia yang hidup di dunia modern

dan era global ini. Ajaran agama Islam telah tumbuh

dan berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan

sosial budaya masyarakat. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa ajaran Islam telah tumbuh dan

berkembang sejalan dengan akal pikiran manusia serta

sosial budayanya untuk mewujudkan suatu sosial

budaya dan masyarakat yang Islami.

B.Saran

Demikian makalah yang dapat saya sampaikan.

Sebagai manusia biasa tentunya masih banyak

kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan

20

saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian

untuk perbaikan dan evaluasi dari apa yang penulis

dapat sajikan.

Daftar Pustaka

Http:// Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan

ilmiah.htm

A.Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1991).

Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam

Kapan Agama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen

Agama. Jakarta. 1991-1992.

Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang

Islam.cet. 19 Bandung: C.V. Pelajar. 1996).

Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan

Refleksi Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998).

21

Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju,

2003).

Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam

dan Empirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993.

22