Post on 07-Apr-2018
8/3/2019 Trauma Toraks II
1/21
Trauma Toraks II: Kelainan
Spesifik
TRAUMA PADA DINDING DADA
FRAKTUR IGA
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan trauma tumpul
pada dinding dada. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luaspermukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga.
Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena)
Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan intra abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen) bila terdapat
fraktur pada iga VIII-XII
Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala
(pleksus brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur
klavikula.
Penatalaksanaan
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks,
hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah:
Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
Bronchial toilet
Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah Cek Foto Ro berkala
Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain (seperti: pneumotoraks,
hematotoraks dsb.), ditujukan untuk mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara
langsung, diikuti oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika,
http://www.bedahtkv.com/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=69&itemid=10http://www.bedahtkv.com/index2.php?option=com_content&task=view&id=69&pop=1&page=0&Itemid=108/3/2019 Trauma Toraks II
2/21
bronchial toilet, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat menghindari
morbiditas/komplikasi.
Komplikasi tersering adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang umumnya akibat
manajemen analgetik yang tidak adekuat.
FRAKTUR KLAVIKULA
Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai
trauma pada sendi bahu ).
Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah)
Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto Rontgen tampak fraktur klavikula
Penatalaksanaan
1. Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.
2. Operatif : fiksasi internal
Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan penekanan pleksus
brakhialis dan pembuluh darah subklavia.
FRAKTUR STERNUM
Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang, umumnya terjadi pada
pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan. Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup besar
Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas sternum
Sering disertai fraktur Iga.
Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yang serius, seperti:
kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta.
8/3/2019 Trauma Toraks II
3/21
Tanda dan gejala: nyeri terutama di area sternum, krepitasi
Pemeriksaan
Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garis fraktur, atau
gambaran sternum yang tumpang tindih.
Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya perubahan EKG (tanda
trauma jantung).
Penatalaksanaan
1. Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan pemberian analgetika danobservasi tanda2 adanya laserasi atau kontusio jantung
2. Untuk fraktur dengan dislokasi atau frakturfragmenteddilakukan tindakan
operatif untuk stabilisasi dengan menggunakansternal wire, sekaligus eksplorasiadanya perlukaan pada organ atau struktur di mediastinum.
DISLOKASI SENDI STERNOKLAVIKULA
Kasus jarang
Dislokasi anterior : nyeri, nyeri tekan, terlihat "bongkol klavikula" (sendisternoklavikula) menonjol kedepan
Posterior : sendi tertekan kedalam
Pengobatan : reposisi
FLAIL CHEST
Definisi
Adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel
berturutan 3 iga , dan memiliki garis fraktur 2 (segmented) pada tiap iganya.
Akibatnya adalah: terbentuk area "flail" yang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari
8/3/2019 Trauma Toraks II
4/21
gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat
inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.
Karakteristik
Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat inspirasi/ekspirasi; tidakterlihat pada pasien dalam ventilator
Menunjukkan trauma hebat
Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)
Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement,
yang seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada pasien denganflailchesttidak dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerahflailsecara eksterna,seperti melakukansplint/bandage yang melingkari dada, oleh karena akan mengurangi
gerakan mekanik pernapasan secara keseluruhan.
Penatalaksanaan
sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda kegagalanpernapasan atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui
pemeriksaan AGD berkala dan takipneu pain control
stabilisasi areaflail chest(memasukkan ke ventilator, fiksasi internal melaluioperasi)
bronchial toilet
fisioterapi agresif
tindakan bronkoskopi untukbronchial toilet
Indikasi Operasi (stabilisasi) padaflail chest:
1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth: hematotoraks masif, dsb)
2. Gagal/sulit weaningventilator3. Menghindariprolong ICU stay (indikasi relatif)
4. Menghindariprolong hospital stay (indikasi relatif)
5. Menghindari cacat permanen
8/3/2019 Trauma Toraks II
5/21
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak didapatkan lagi area
"flail"
TRAUMA PADA PLEURA DAN PARU
PNEUMOTORAKS
Definisi : Adanya udara yang terperangkap di rongga pleura. Pneumotoraks akan meningkatkan tekanan negatif intrapleura sehingga
mengganggu proses pengembangan paru.
Terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks.
Dapat pula terjadi karena perlukaan pleura viseral (barotrauma), atau perlukaan
pleura mediastinal (trauma trakheobronkhial) Diklasifikasikan menjadi 3 : simpel, tension, open
Pneumotoraks Simpel
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.
Ciri:
Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total) Tidak ada mediastinal shift
PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada
Penatalaksanaan: WSD
Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama
semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil
8/3/2019 Trauma Toraks II
6/21
(udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps totalparu, mediastinal shift(pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi
trakhea venous return hipotensi & respiratory distress berat. Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu,
hipotensi, JVP , asimetris statis & dinamis
Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)2. WSD
Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan
masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan
udara luar.
Dikenal juga sebagaisucking-wound
Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)
HEMATOTORAKS (HEMOTORAKS)
8/3/2019 Trauma Toraks II
7/21
Defini: Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau
tembus pada dada.
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamariainterna. Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan,
sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihatadanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjaditerkumpul di dalam rongga toraks.
Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau
jumlah darah yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas
hemodinamik dan depresi pernapasan
Pemeriksaan
Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil) Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru
Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks
Indikasi Operasi
Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD)
Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam setelah
kejadian trauma. Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut
Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut
Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam
Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila produksi WSD:
200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut
300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut
500 cc dalam 1 jam
Penatalaksanaan
Tujuan:
8/3/2019 Trauma Toraks II
8/21
Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.
Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.
Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untukmenghentikan perdarahan
Water Sealed Drainage
Fungsi WSD sebagai alat:
1. Diagnostik2. Terapetik
3. Follow-up
Tujuan:
1. Evakuasi darah/udara2. Pengembangan paru maksimal
3. Monitoring
Indikasi pemasangan:
Pneumotoraks
Hematotoraks
Empiema
Effusi pleura lainnya Pasca operasi toraks
Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus, dsb.
Tindakan :
8/3/2019 Trauma Toraks II
9/21
Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior pada sela iga V atau VI.
Pemasangan dengan teknik digital tanpa penggunaan trokar.
Indikasi pencabutan WSD :
1. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-turut, dan undulasinegatif atau minimal, dan pengembangan paru maksimal.
2. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada selang, dsb.)
KONTUSIO PARU
Terjadi terutama setelah trauma tumpul toraks
Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme perdarahan dan edema
parenkim konsolidasi
Patofisiologi : kontusio/cedera jaringan edema dan reaksi inflamasi lung
compliance ventilation-perfusion mismatch hipoksia & work of breathing
Diagnosis : ro toraks dan pemeriksaan lab (PaO2 )
Manifestasi klinis dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma
Penatalaksanaan
Tujuan:
Mempertahankan oksigenasi
Mencegah/mengurangi edema
Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan (iso/hipotonik), O2,pain control,
diuretika, bila perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)
8/3/2019 Trauma Toraks II
10/21
LASERASI PARU
Definisi : Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma tumpul kerasyang disertai fraktur iga.
Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato + pneumotoraks
Penatalaksanaan umum : WSD
Indikasi operasi :
Hematotoraks masif (lihat hematotoraks) Adanya contiuous buble pada WSD yang menunjukkan adanya robekan paru
Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas
RUPTUR DIAFRAGMA
Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpulpada daerah toraks inferior atau abdomen atas.
Trauma tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan
intra abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi bila
diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut. Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada daerah toraks
inferior. Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai organ-organ lain
(intratoraks ata intraabdominal).
Ruptur umumnya terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral)
Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada diafragma kanan
Akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke toraks Dapat terjadi ruptur ke intra perikardial
Diagnostik
Riwayat trauma tumpul toraks inferior atau abdomen
8/3/2019 Trauma Toraks II
11/21
Tanda dan gejala klinis (sesak/respiratory distress), mual-muntah, tanda abdomen
akut)
Ro toraks dengan NGT terpasang (pendorongan mediastinum kontralateral, terlihatadanya organ viseral di toraks)
CT scan toraks
Penatalaksanaan
Torakotomi eksplorasi (dapat diikuti dengan laparotomi)
TRAUMA ESOFAGUS
Penyebab trauma/ruptur esofagus umumnya disebabkan oleh trauma tajam/tembus.
Pemeriksaan Ro toraks: Terlihat gambaran pneumomediastinum atau efusi pleura
Diagnostik: Esofagografi
Tindakan: Torakotomi eksplorasi
TRAUMA JANTUNG
Kecurigaan trauma jantung :
Trauma tumpul di daerah anterior Fraktur pada sternum
Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan, sela iga II kiri, grs
mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri)
8/3/2019 Trauma Toraks II
12/21
Diagnostik
Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan enzim jantung (CK-CKMB / Troponin T)
Foto toraks : pembesaran mediastinum, gambaran double contour pada
mediastinum menunjukkan kecurigaan efusi perikardium Echocardiography untuk memastikan adanya effusi atau tamponade
Penatalaksanaan
1. Adanya luka tembus pada area prekordial merupakan indikasi dilakukannya
torakotomi eksplorasi emergency
2. Adanya tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakan indikasi
dilakukannya torakotomi eksplorasi.
3. Adanya kecurigaan trauma jantung mengharuskan perawatan dengan observasiketat untuk mengetahui adanya tamponade
Komplikasi
Salah satu komplikasi adanya kontusio jantung adalah terbentuknya aneurisma ventrikel
beberapa bulan/tahun pasca trauma.
Pembedahan Pada Kelainan
Pleura
Ditulis oleh : Frans Barna Busro, Agung Wibawanto, Ismid DI Busroh
SMF Bedah Toraks
RSU Persahabatan
Abstracts
Purpose: Presenting the surgical case of pleural diseases (Diagnosis, etiology and
http://www.bedahtkv.com/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=68&itemid=10http://www.bedahtkv.com/index2.php?option=com_content&task=view&id=68&pop=1&page=0&Itemid=108/3/2019 Trauma Toraks II
13/21
surgical procedure)
Methods: Retrospective review of surgical management of pleural diseases from January
1995-December 2004 in Persahabatan Hospital, Jakarta
Results: there were 105 patients, seventy nine patients who underwent surgery were
caused by infection (49 cases were tuberculous empyema, 26 cases were non tuberculous
empyema, 3 cases were bronchopleural fistula and one case was pleurocutaneous fistula).
Various type of surgery was performed in pleural infection patients are many: opened
drainge, decortication, airplombage, thoracoplasty, pleurectomy, pleuropneumonectomy
and video assisted thoracoscopic surgery (VATS). Ten patients with hemothorax were
caused by trauma, exploratory thoracotomy was done in most and two patients was
performed by VATS.
Five patients of pleural diseases underwent surgery were spontaneous pneumothorax had
a VATS and four patients were rupture of pulmonary bullae had a bullectomy by
posterolateral thoracotomy.
Two patients with chylothorax had a thoracic duct ligation. There were 3 pleural
malignancy patients (3 cases were mesothelioma and 2 cases as a malignant pleural
effusion), pleurectomy and pneumopleurectomy was performed for mesothelioma, closed
drainage for malignant pleural effusion.
There were 13 successfully VATS for pleural diseases, no post operative complications
and early mobilization.
Conclusion: most of surgical case of pleural diseases are infectious caused. The success
of VATS for surgical treatment of pleural diseases was initially revolution for radical
surgery for easy procedure.
8/3/2019 Trauma Toraks II
14/21
PENDAHULUAN
Pembedahan pada penyakit pleura sudah dimulai sejak berkembangnya spesialisasi bedah
Toraks dan kasus yang sering ditemui adalah infeksi pada rongga pleura.
Dengan berkembangnya pengobatan khemoterapi diharapkan tindakan bedah akanberkurrang, namun sebaliknya karena makin banyaknya ditemui penyakit autoimunitas
dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat dan tidak sempurna sehingga angka kejadian
penyakit infeksi pada pleura meningkat kembali, den banyak usaha-usaha bedahditingkatkan untuk mengatasi hal ini sehingga timbul macam-macam jenis operasi yang
dikembangkan dari tindakan yang radikal sampai ke tindakan minimal invasif sepertiVideo Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS) untuk pengobatan penyakit pleura.
Akan dilaporkan tindakan pembedahan terhadap penyakit pleura yang dilakukan di RSPersahabatan Jakarta dalam kurun waktu 10 tahun (Januari 1995 - Desember 2004) dan
tinjauan kepustakaan.
PNEUMOTORAKS
Pneumotoraks adalah adanya udara didalam rongga pleura, akibat robeknya pleuravisceral, dapat terjadi spontan atau karena trauma.
Rhea (1982), membuat klasifikasi pneumotoraks atas dasar prosentase pneumotoraks,
kecil bila pneumotoraks < 20%, sedang bila pneumotoraks 20% - 40% dan besar bila
pneumotoraks > 40%.
8/3/2019 Trauma Toraks II
15/21
Pada pneumotoraks kecil ( < 20%), gejala minimal dan tidak ada "Respiratory distress",
serangan yang pertama kali, sikap kita adalah observasi dan penderita istirahat 2-3 hari.Bila pneumotoraks sedang, ada "Respiratory distress" atau pada observasi nampak
progresif (foto toraks), atau adanya "Tension pneumothorax", dilakukan tindakan bedah
dengan pemasangan WSD untuk pengembangan paru dan mengatasi gagal nafas.
Tindakan torakotomi dilakukan bila :
1. Kebocoran paru yang massif sehingga paru tak dapat mengembang (bullae / fistelBronkhopleura).
2. Pneumotoraks berulang.3. Adanya komplikasi (Empiema, Hemotoraks, Tension pneumothorax).
4. Pneumotoraks bilateral.
5. Indikasi social (pilot, penyelam, penderita yang tinggal di daerah terpencil)
Teknik bedah
Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakotomi posterolateral dan sternotomimediana, selanjutnya dilakukan reseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis
dan Aberasi pleura melalui video Assisted Thoracoscopic surgery (VATS), dilakukan
reseksi bleb, aberasi pleura dan pleurektonomi.
8/3/2019 Trauma Toraks II
16/21
HEMOTORAKS
Hemotoraks adalah adanya darah didalam rongga plaura, terjadi terutama karena trauma.
Tindakan bedah yang dilakukan adalah pemasangan WSD untuk evakuasi darah atauhematoma dari dalam rongga pleura.
Indikasi Torakotomi apabila:
1. Perdarahan massif (jumlah produksi darah yang diukur melalui WSD >750 cc)
2. Pada observasi bila produksi darah setelah pemasangan WSD lebi dari 3-5 cc/kg
BB/jam atau 3-5 cc/kg BB/jam selam 3 jam berturut-turut.
Bila kita memiliki fasilitas, sarana dan kemampuan tindakan VATS sangat baik, denganVATS dapat dilakukan evakuasi Hematoma/darah dan penjahitan fistula/robekan paru
serta aberasi pleura panetalis. Keuntungan tindakan ini adalah penderita cepat mobilisasi.
EMPIEMA
Empiema adalah efusi pleura yang terinfeksi oleh mikroba. Empiema paling sering terjadi
karena pneumonia (infeksi paru) yang penanganannya tidak sempurna, dapat terjadi
karena trauma, "rupture esophaqus" juga karena ekstensi infeksi sub diaphragma sepertiabses hepar.
Prinsip penanggulangan empiema adalah :
1. Drainase / mengeluarkan nanah sebanyak-banyaknya.
2. Obliterasi rongga empiema.
3. Pemberian antibiotika yang adekuat baik jenis, dosis dan waktu.
Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema ,
fase I (fase eksudat)
Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostikterapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai
pengembangan paru yang sempurna.
fase II (fase fibropurulen)
Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka
(reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan
8/3/2019 Trauma Toraks II
17/21
perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu
keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang
lebih besar dapat dilakukan.
Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukanempiemektomi dan/atau dekortikasi.
fase III (fase organisasi)
Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau
dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan(Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema,
dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot
interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum (muscle plombage
atau omental plombage)
Pada empiema tuberkulosa, torakotomi dilakukan bila keadaan sudah tidak didapat kuman
baik pada sputum maupun cairan pleura dimana bakeri tahan asam (BTA) pada sputum
dan cairan pleura sudah negatif. Untuk mencapai sputum dan cairan pleura negatifdiberikan obat anti TB yang masih sensitif secara teratur dan untuk mencapai cairan
pleura BTA negatif dapat dilakukan reseksi iga (window and qauzing) bila keadaan paru
sangat rusak (menjadi sarang kuman TB) dilakukan reseksi paru (pneumonektomi ataulobektomi).
CHYLOTHORAX
Chylothorax adalah akumulasi cairan limphe yang berlebihan di dalam rongga pleurakarena kebocoran dari duktus torasikus atau cabang-cabang utamanya. Obstruksi atau
laserasi duktus torasikus yang paling sering disebabkan oleh keganasan, trauma,
tuberkulosa dan trombosis vena.
Cairan "chylus" khas putih seperti susu tidak berbau dan bersifat alkalis,pada kondisipuasa produksi minimal dan menjadi produktif setelah makan makanan berlemak.
Komposisi terutama adalah fat 14-210 mmol/L (60%-70% lemak yang diserap usus
masuk ke dalam duktus torasikus) protein dan elektrolit.
Penatalaksanaan:
1. Konservatif, dengan cara: pemberian diet dan nutrisi yang adekuat (rendah lemak),koreksi cairan dan elektrolit dan drainase tertutup (WSD).
2. Intervensi bedah
8/3/2019 Trauma Toraks II
18/21
Tindakan bedah dilakukan bila lebih dari 14 hari tindakan konservasif tidak berhasil, dari
kepustakaan 25% kebocoran akan menutup secara sepontan dalam interval waktu 14 hari
dan 75% butuh intervensi bedah.
Teknik bedah
ligasi langsung pada duktus toraksikus.
"supra diaphragmatic mass ligaton".
Pleuroperitoneal shunting.
Pleurodesis dan pleurectomi. Anastomosis duktus ke V azugos.
Dekortikasi.
Fibrine glue.
VATS.
KEGANASAN PLEURA
Keganasan pada pleura meliputi "mesothelioma" dan "maliginant pleural effusion".
Tindakan pada keganasan pleura adalah.
1 WSD + pleurodesis.
2 Pleurektomi.
3 Mechanical pleurodesis
4 Pleuroperitoneal Shunt.
PEMBEDAHAN PADA KELAINAN PLEURA DI RS. PERSAHABATAN
JAKARTA
Dilakukan studi retrospektif terhadap 105 pasien dengan penyakit pleura yang dioperasi
dalam kurun waktu Januari 1995 - Desember 2004.
8/3/2019 Trauma Toraks II
19/21
Tabel 1. Distribusi dari 105 pasien dengan peyakit pleura yang dilakukan pembedahan.
Diagnosa Jumlah
Empiema
- Tuberkolusa 49
- Non tuberkolusa 26
Fistel Bronkhopleura 3
Fistel Pleurokutaneus 1
Pneumotoraks
- Pneumotoraks Spontan 5
- Bulla yang pecah 4
Hemotoraks 10
(Trauma)
Chylothorax 2
Keganasan Pleura
Mesotelioma 3
Efusi Pleura ganas 2
Tabel 2. Prosedur bedah yang dilakukan pada 79 kasus infeksi pleura.
Jumlah KasusTorakoplasti 3
Dekortikasi 33
Decortation Pulmonany Detachement (DPD) 22
8/3/2019 Trauma Toraks II
20/21
Pleuropneumonektomi + Torakoplasti 1
Pleurektomi + fistulektomi 1
Operasi 2 tahap
- Drainase terbuka & torakoplasti 4
- Drainase terbuka & dekortikasi 4
- Drainase terbuka + DPD + air plombage 5
Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS) 6
Tabel 3.Prosedur bedah yang dilakukan pada 26 kasus penyakit
pleura non infeksi.
WSD Torakotomi VATS
Pneumotoraks
Pneumotoraks Spontan 5
Bulla yang pecah 4
Hemotoraks 82
Chylothorax 2
Keganasan pleura
Mesotelioma 3
Efusi pleura ganas 2
Dari data yang dikumpulkan tercatat lama perawatan pada penderita yang dilakukan
operasi konvesional antara 15-36 hari sedangkan yang dilakukan tindakan VATSpenderita dirawat antara 5-7 hari.
8/3/2019 Trauma Toraks II
21/21
Dari 105 penderita yang dioperasi didapat kematian penderita pasca bedah 2 orang (1,9%)
yaitu kasus destroyed lung (tuberkulosa) "fungus ball" + MDR setelah dilakuakn operasi
Reseksi, pasca bedah terjadi komplikasi fistel bronkhopleura.
RINGKASAN
Telah dibicarakan penatalaksanaan bedah pada kasus penyakit pleura serta laporan
pembedahan pada 105 kasus penyakit pleura yang dilakukan di RS Persahabatan Jakarta
kurun waktu Januari 1994-Desember 2004 kasus infeksi lebih banyak ditemukan danberacam-macam jenis operasi telah dilakukan.
Perawatan pasca bedah pada tindakan Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS)
ternyata lebih cepat dibandingkan dengan tindakan yang lain dan hasilnya baik karena
tidak ditemui komplikasi pasca bedah dan mobilisasi lebih awal.
KEPUSTAKAAN
1. Baue .A.E, Geha, A..S, Hammond G.L, Laks. H, Naunheius K.S, Glenn's Thorac
and Cardhovascular Surgery 6th ed, Prantile Hall International inc, London 1996.
2. Chon L.W, Doty D.B, Mc Elvein R.B,. Decision Making in CardiothoracicSurgeryBC Decker inc, Toronto 1987.
3. Ismid D.I. Busroh. Pembedahan Pada Empiema Tuberkulosis, Empiema Toraks
penanganan bedah terkini 2002 ; 41 - 464. Kukuh B. Rachmad. Dasar Pembedahan Pada Empiema Toraks, Empiema Toraks
Penanganan bedah terkini 2002 ; 35 - 40.
5. Pearson F.G, Cooper. J.D, Deslauriers J., Gingberg R.J., Hiebert C.A, PettersonG.A., Urschek HC, Thoracic Surgery, 2nd ed, Churchill Livingstone, Philadelphia
2002.
6. Sabiston DC., Spencer F.C,. Surgery of The Chest 5th ed, WB Saunders.
Philadelphia .1991