Post on 24-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang mempengaruhi semua sektor kehidupan.Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak
1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan.Angka kecelakaan ini merupakan 2,1%
dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan.
(Yusherman, 2008)
Jumlah orang yang berpergian secara internasional meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan data statistik dari World Tourism Organization, turis
pendatang internasional pada tahun 2006 melampaui 840 juta orang. Pada tahun 2006,
mayoritas turis internasional (sekitar 410 juta orang) mempunyai tujuan untuk
berwisata, rekreasi dan liburan (51%). Sedangkan untuk keperluan bisnis ialah 13%
(131 juta orang) dan 27% (225 juta orang) berpergian dengan tujuan lain seperti
mengunjungi keluarga, urusan ibadah, dan urusan kesehatan. Sisanya sebanyak 8%
mempunyai tujuan yang tidak dapat diklasifikasikan. (WHO, 2008)
Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat 9 (WHA)
penyebab utama faktor resiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari
kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan
angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke-3 di atas masalah kesehatan lain
seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit secara global.
(Yusherman, 2008)
Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas
terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai sedang.Cedera karena
kecelakaan lalu lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di negara-
negara tersebut, dengan sebagian besar korban ialah pemakai jalan yang rentan seperti
pejalan kaki, pengendara sepeda, anak-anak, dan penumpang. (Yusherman, 2008)
Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut
wilayah secara geografi.Lebih dari separuh kematian karena kecelakaan lalu lintas
jalan terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka tertinggi
kecelakaan terjadi di wilayah Afrika. (Yusherman, 2008)
Risiko kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi negara. Di
negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban kecelakaan lalu lintas
adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara dengan tingkat ekonomi
rendah sampai sedang, sebagaian besar kematian terjadi pada pejalan kaki,
pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum. Di Indonesia, sebagian
besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan
golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan
urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. Proporsi
disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup
tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui
tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun
setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan
kesehatan yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan karena
kecacatan yang secara bersama menyebabkan keluarga korban menjadi miskin dan hal
ini biasanya terjadi di negara-negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang.
Secara ekonomi kerugian karena kecelakaan lalu lintas tersebut sekitar 1-2,5% dari
pendapatan domestik bruto. Sedangkan di Indonesia, kerugian ekonomi karena
kecelakaan pada tahun 2002 diperkirakan sebesar 2,91%. (Yusherman, 2008).
Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas , bila :
1. Terdapat kerusakan pada benda
2. Terdapat luka non visible
3. Terdapat luka minor visible
4. Terdapat luka serious visible
5. Terdapat korban yang tewas
B.PERMASALAHAN
Adanya mekanisme yang berbeda-beda pada kecelakaan lalu lintas akan
menimbulkan trauma yang berbeda pula pada hasil pemeriksaan. Oleh karena
itu,penting bagi seseorang untuk mengetahui :
- Bagaimana pola trauma secara umum pada kecelakaan lalu lintas?
- Bagaimana pola trauma pada berbagai jenis kecelakaan lalu lintas?
Dengan demikian, dokter dapat menduga dan mengetahui mekanisme kecelakaan
tersebut, yang selanjutnya dapat membantu penyidik dalam penyelidikan kasus
kecelakaan.
C.TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pola trauma secara umum pada kecelakaan lalu lintas
2. Untuk mengetahui pola trauma pada berbagai jenis kecelakaan lalu lintas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 POLA TRAUMA SECARA UMUM
Korban kecelakaan lalu lintas dapat diduga jenis cederanya dengan meneliti riwayat
trauma dengan cermat. Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan
trauma / tanda kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
a. Trauma akibat kekerasan pertama oleh kendaraan (first impact)
Trauma ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan kendaraan
dengan tubuh.Perhatikan bentuk / gambaran luka serta letaknya. Bagian
kendaraan yang sering menyebabkan trauma pertama ini biasanya bumper,
kaca spion, pegangan pintu dan spakbor.Trauma biasanya berupa luka lecet
jenis tekan.
b. Trauma akibat terjatuh
Pada tubuh korban dapat ditemukan traumalain yang terjadi akibat terjatuhnya
korban setelah pesentuhan pertama dengan kendaraan. Trauma biasanya
merupakan luka lecet jenis geser dan atau luka robek.
c. Trauma akibat terlindas ( rollover )
Trauma akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran cermat terhadap jejas
ban ini, seringkali dapat membantu pihak yang berwajib untuk mengidentifikasi jenis
kecelakaan yang menyebabkan kecelakaan. Deskripsi ban baik mengenai coraknya
maupun ukurannya dengan sketsa atau foto.
Sebagian besar kecelakaan lalu lintas menyebabkan trauma karena kekerasan benda
tumpul. Kekerasan benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
jenis trauma, antara lain :
a. Memar (kontusi)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan
tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.Kerusakan tersebut diakibatkan oleh
pecahnya kapiler sehingga adarah keluar dan meresap ke jaringan sekitarnya. Luka
memar tidak hanya pada kulit, tapi mungkin juga ditemukan pada organ dalam,
seperti paru-paru, jantung ,otak dan otot.
Salah satu bentuk memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari
benda tumpul adalah “ pendarahan tepi “ (marginal haemorrahages). Misalnya bila
tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan
justru tidak menunjukan kelainan. Pendarahan akan menepi sehingga terbentuk
pendarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antar kedua tepi ban.
b. Luka lecet (abrasi)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari
kulit, yang ciri-cirinya adalah :
- Bentuk luka tidak terartur
- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang ditemukan sedikit pendarahan
- Permukaan ditutupi oleh krusta ( serum yang telah mengering )
- Warna coklat kemerahaan
- Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih
ditutupi epitel dan raksi jaringan ( inflamasi )
Dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet yang tertekan pasa tubuh korban seringkali merupakan
cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan cukup
baik , diamana “ kembang “ dari ban tersebut masih tambah jelas, misalnya berbentuk
zigzag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-
sifat yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
c. Luka terbuka (robek)
luka terbuka atau robek adalah luka yang disebabkan karena
bersentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek
seluruh lapisan kulit dan jaringan dibawahnya, yang ciri-cirinya sebagai
berikut:
o bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata
o bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagian jaringan hancur)
o tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan
o disekitar garis batas luka ditemukan memar
o lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
(misalnya dalam daerah kelapa, muka atau ekstremitas)
Pelukisan yang cermat dari luka robek sangat membantu penyidik
khususnya sewaktu dilakukan rekonstruksi. Bila luka robek salah satu tepinya
membuka kearah kanan, kekerasan datang dari arah kiri ;jika membuka kearah
depan maka benda tumpul datang dari arah belakang.
d. Patah tulang (fraktur)
Kekerasan benda tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah
tulang. Adany patah tulang dapat diketahui, apabila dijumpai tanda-tanda:
o terdapat kelainan bentuk dibandingkan normal
o terdapat perbedaan ukuran panjang, terutama bila terjadi pada anggota
gerak.
o Bila digerakan dapat terdengar delik (krepitasi)
o Pola patah tulang yang terjadi tergantung letak patah tulang, apakah terjadi
pada kepala dan wajah, tulang belakang, dada, pinggul dan anggota gerak.
o Pada tulang tengkotak kepala, patah tulang yang sering terjadi berupa
fraktur impresi, yaitu ada bagian tulang yang patah dan terdesak kedalam.
Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa
perdarahan epidural, subdural, sub-arachnoid, kerusakan selaput otak dan
jaringan otak.5
Figure 12.1 Compound fracture of the right leg and laceration ofthe left knee in a pedestrian struck by a car. It is most likely that
the vehicle struck the right leg.
Pada tulang pada wajah dapat digalongkan menjadi fraktur dentoalveolar, LeFort I,
LeFort II, LeFort III, dan sagittal. 6 sedangkan pada anggota gerak, dapat dibedakan
bedasarkan arah dan jumlah garis frakturnya. Garis frakturnya dapat berjumlah satu
atau lebih, sedangkan arah garis frakturnya dapat mendatar, oblik atau tidak
beraturan , komplit atau pun inkomplit.3 kadang patah tulang yang terjadi dapat
menyebabkan remuknya tulang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang luas,
dan dikenal sebagai “crush fractures”.6
Pada kasus kecelakaan lalu lintas, maka patah tulang yang terjadi dapat
memberikan informasi arah datangnya kendaraan yang mengenai tungkai korban.
Bila ditabrak dari belakang, tulang yang patah akan terdorong kedepan dan dapat
merobek otot serta kulit didaerah tungkai bagian depan, hal yang sebaliknya
terjadi bila korban ditabrak dari depan. Dengan demikian berdasarkan sifat-sifat
patah tulang dapat diperkirakan dari mana kekerasan itu datang dan mengenai
tubuh korban, ini perlu untuk rekonstruksi peristiwa selain luka akibat benda
tumpul, sebagian luka pada kecelakaan lalu lintas jua dapat disebabkan karena
benda tajam, misal luka iris akibat terkena ujung plat nomor kendaraan sepeda
motor. Luka akibat kekerasan oleh benda yang mudah pecah seperti pecahan kaca
mobil maka luka-luka yang ditemukan hanya luka lecet dan iris saja, sebab kaca
mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau pecah akan terurai
menjadi bagian-bagian kecil. Dapat juga terjadi luka bakar apabila terjadi ledakan
pasca kecelakaan, ataupun luka bakar ringan akibat bersentuhan dengan bagian
kendaraan yang bersuhu tinggi, misanya knalpot.
FIGURE 13.19 Closed fractures of the ankles.
B. POLA LUKA AKIBAT KECELAKAAN LUKA LALU LINTAS
1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas dibedakan menjadi 2, yaitu : “Motor-Vesicle traffic
accident” dan “non-motor vesicle accident”. Motor vesicle traffic accident adalah
setiap kecelakaan kendakaraan bermotor dijalan raya. Non-motor vesicle traffic
adalah setiap kendaraan yang terjadi dijalan raya, yang melibatkan pemakai jalan
untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang
bukan kendaraan bermotor
2. Penyebab Kecelakaan Kendaraan Bermotor
- Alcohol atau intoksikasi obat narkotika dan sedative
- Factor manusia (kecepatan, kecerobohan, tertidur)
- Factor alam (jalanan basah, perbaikan jalan, kabut dll)
- Penyakit (stroke, infark miocard)
3. Derajat Luka Pada Kecelakaan Lalu Lintas
terdapat lima derajat luka pada kecelakaan lalu lintas, yaitu :
1. terdapat kerusakan pada benda : derajat 1
2. terdapat luka non visible : derajat 2
3. terdapat luka minor visible : derajat 3
4. terdapat luka serius visible : derajat 4
5. terdapat korban tewas : derajat 5
4. Mekanisme Cedera
Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada
kecepatan yang konstan, bagaimanapun ceatnya, tidak akan menimbulkan efek
apapun seperti pada perjalanan keluar angkasa atau rotasi pada bumi. Adanya
perbedaan perpindahan geraklah yang traumatis, yaitu akselerasi dan deselerasi.
Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi (G force)
Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleris perubahan ini sangat
tergantung dari arah datang gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa
tidak menimbulakan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G masih
bisa tidak menimbulkan cedera bila datangnya dari sudut yang tepat pada sumbu
panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan 8000G tanpa frakur, tulang mandibular
dan rongga thoraks dapat menahan hingga 800G.misalnya, seorang pengendara mobil
dengan kecepatan 80 km/jam, kepala terbentur kaca seluas 10 cm2 maka kerusakan
yang terjadi pasti lebih parah dibandingkan pengemudi memakai sabuk pengaman
sehingga efek tabrakan berkurang.
Rumus G (G force) digunakan untuk menghitung rata-rata kekuatan pada
kecelakaan.
G = (V2 x 0,034 )/D
G = kekuatan yang dihasilkan oleh daya gravitasi
V = kecepatan dalam km/jam
D = jarak yang ditempuh setelah benturan sampai kendaraan berhenti dalam meter
(m)
5.Pembagian Arah Benturan
kematian karena kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi 4 kategori
tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan. Bagaimanapun, selama
tabrakan atau kecelakaan, kombinasi dari 4 tipe bisa juga terjadi.
a. arah depan
Ini adalah tipe yang paling umum, kira-kira 80 % dari semua tabrakan kendaraan
bermotor. Terjadi bila 2 kendaraan bertabrakan dua-duanya atau bila bagian depan
dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok atau tiang listrik.
Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari kendaraan bermotor akan terus
melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman) dan terjadi benturan pada kemudi atau
dashboard, kaca depan , ataupun lampu depan kendaraan. Pola luka akan terbentuk
tergantung dari posisi daripada penumpang dari kendaraan bermotor
Gambar . Biomekanik Trauma: Fase1. Kendaraan Menabrak Objek , Fase 2. Pada
pengemudi yang tidak memakai safety belt badan akan terangkat kedepan, Fase 3.
Muka menabrak kaca depan, Fase 4. Pengemudi akan terhempas kembali kebelakang
(kecuali terlempar kedepan apabila kaca depan pecah)
Pengemudi
Kepala dapat membentur kaca depan dan mengakibatkan terbentuknya
luka terpotong arah vertical dan abrasi daerah dahi, hidung dan dagu. Bila
ada benturan dengan kaca spion, pola luka yang terbentuk akan berbeda.
Perlukaan dalam dapat dalam bentuk fraktur dasar tengkorak dan patah
leher (baik hiper-ektensi maupun hiper-fleksi).Hiper-fleksi dapat
menyebabkan fraktur atlanto-occipital bagian posterior ataupun dislokasi
tulang tersebut dan mungkin terjadi satu-satunya penyebab kematian pada
beberapa kasus.
FIGURE 13.8 This woman was dead at the scene. The airbag
prevented any external injuries.
Bagian dada dapat membentur kemudi dengan sangat keras dan
menyebabkan abrasi dengan pola khusus ataupun tidak terlihat adanya
perlukaan sama sekali. Hal ini sekarang terjadi lebih jarang karena
adanya penggunaan kemudi yang mudah patah atau kompresibel.
Perlukaan dalam, termasuk : fraktur transversal dari sternum, fraktur
iga bilateral, anterior, atau luar (fail chest). Luka tusuk atau robek pada
jaringan paru Karena fraktur iga, cedera pada jantung (kontusio,
laserasi maupun luptur), luptur arteri coronaria (sangat jarang),
robeknya aorta distal dari pangkal arteri subclavias dextra, laserasi atau
robekan hati atau limfa, hematoma sub-scapular, kematian akibat
perdarahn intra-pritoneal, fraktur tertutup maupun terbuka dari
pergelangan tangan ataupun lengan (tergantung posisi tangan pada
kemudi pada saat terjadinya benturan). Fraktur patella atau femur
(sewaktu lutut membentur dashboor) serta fraktur pergelangan kaki
(terjadi jika kaki tertekut melawan arah dari floorboard atau tertekan
secara keras pada pedal gas atau pedal rem). Dicing injuris dapat
terjadi jika jedelan belakang dan samping pecah menajdi fragmen-
fragmen yang mengenai kulit sehingga terbentuk luka terpotong atau
abrasi yang berbentuk L dan superficial, sudut patah kekanan ataupun
linier
FIGURE 13.20 The black arrow points to the most common site for aortic rupture during a chest impact. The lower white arrow points to the end of the aorta which attaches to the heart. This
area may also rupture
FIGURE 13.11 The angulated cuts on this man’s face werecaused by contact with the side window. The tempered glassmaking up the side window fractures in cubes. These injuries
are called “dicing injuries”
Penumpang depan
Perlukaan hampir sama dengan pengemudi, kecuali pada
penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan menghantam
dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cetakan
dari kemudi. Dicing injuries terbentuk pada sisi kanan.
Penumpang belakang
Jika tidak bersabuk pengaman akan terlempar kedepan,
menghantam bagian belakang dari tempat duduk depan, penumpang
depan dan kaca depan
b. Arah Samping
Biasanya terjadi dipersimpangan kendaraan lain menabrak dari arah
samping atau pun mobil terpelanting dan sisinya menghantam benda tidak
bergerak dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan
termasuk robeknya aorta dan fraktur robeknya dan fraktur basis cranii. Bila
benturan terjadi pada sisi kendaraan pengemudi akan cenderung mengalami
perlukaan pada sisi kiri dan penumpang depan akan mengalmi perlukaan yang
lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi
pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak
ada penumpang
c. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan dibandingkan dengan tabrakan dari arah
samping terutama bila tidak dipakainya sabuk pengaman dan penumpang
terlempar keluar.Bila terlempar semuanya beberapa perlukaan dapat terbentuk
pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras. Pada beberapa kasus
korban yang terlempar bias ditemukan hancur atau terperangkap di bawah
kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah asfiksisa
traumatic. Bila terlempar parsial bagian tubuh yang bersangkutan bias hancur
atau terpotong.
FIGURE 13.28 A closer view reveals the boy’s head (arrow)tightly compressed against his chest. He died from positional
asphyxiation
d. Arah Belakang
Hal ini dapat menyebabkan acceleration injuries dan sangat jarang
menimbulkan kematian.Perlukaan yang paling umum adalah whiplash injury
dari leher. Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap
oleh bagian bagasi da kompartemen penumpang belakang yang dengan
demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah
dan mengancam jiwa.
6. Pola Luka Pada Berbagai Jenis Kecelakaan
a. Luka Pada Pengendara Mobil
Luka Tabrakan Tanpa Ejeksi
Luka berat terjadi dikarenakan kontak fisik antara korban dengan
bagian dalam kendaraan seperti setir. Penumpang yang umumnya duduk
didepan terluka oleh benturan dengan dashboard dan kaca depan, sedangkan
penumpang yang duduk dibelakang terluka akibat benturan dengan kursi
depan atau terlempar ke bangku depan dan mengenai struktur depan mobil
atau menghantam penumpang di bangku depan.
Benturan frontal paling sering pada kecelakaan lalu lintas. Pada
benturan dari samping, tidak ada sandaran kepala yang berfungsi sebagai
bantalan, dan penyebab utama dari perlukaan adalah akibat ekstensi leher yang
berlebihan. Pada kejadian benturan dari samping, tidak ada perbedaan dalam
hal frekuensi maupun lokasi antar penumpang yang duduk di bangku depan
maupun di bangku belakang, walaupun biasanya pengemudi lebih jarang
mengalami luka yang fatal di banding penumpang lainnya.
Kepala, dada, perut dan lutut adalah bagian tubuh yang selalu terluka
pada tabrakan dari depan (head-on collision). Luka kepala pada penumpang
depan terjadi pada tiga dari lima kecelakaan, sedangkan fraktur tulang kepala
terjadi dua kali lebih sering pada pengendara disbanding pada penumpang
depan ini dapat diterangkan sebagai berikut: pada penumpang depan yang
kepalanya mengenai kaca depan lebih lama terjadi deselerasi sedangkan pada
pengemudi jarang terjad benturan pada kaca depan karena ada setir yang
menghalangi, sehingga benturan yang dialami adalah kerangka atap mobil
atau rangka jendela yang lebih keras mengakibatkan fraktur tulang kepala.
Pengemudi mendapatkan luka di dada akibat benturan dengan setir
sedangkan benturan dengan dashboard oleh penumpang bangku depan sering
menyebabkan terjadinya fraktur iga, fraktur atau depresi sternum, robekan
pada pleura maupun paru, pneumothorax akut, kontusio jantung atau rupture
dari pembuluh darah besar.
Abdomen terlukapada sepertiga kasus, dimana organ limpa dan hati
adalah yang paling sering terluka. Hati lebih sering terluka dibandingkan
limpa.Luka multiple hanya terjadi pada kurang dari sepertiga kasus.
Organ pelvis sering kali tidak terluka. Fraktur femur sering terjadi pada
penumpang bangku depan akibat benturan lutut ke dashboard dan struktur
mobil bagian depan. Sedangkan pada pengemudi lebih jarang terjadi karena
adanya setir yang menghalangi benturan lutut.Bila pengemudi menginjak rem
sebelum terjadi benturan, sering menyebaban fraktur dari tibia dan fibula.
FIGURE 13.22 Extensive lacerations of the liver from an impact with the abdomen and lower chest.
Luka Tabrakan dengan Ejeksi
Ejeksi menyebabkan luka berat yang multipel, dan ini merupakan penyebab
tersering kedua yang menyebabkan luka parah setelah luka akibat benturan
dengan setir. Bila pada kecelakaan pintu depan kendaraan terbuka, satu dari
tiga penumpang pasti terlempar keluar dari mobil. Perbandingan resiko
terjadinya luka yang fatal antara ejeksi dan non ejeksi adalah 5:1.
Fraktur iga terjadi pada dua pertiga kasus korban yang terejeksi, dan pada
separuhnya terjadi luka viscera dada.Pada sepertiga kasus terjadi laserasi dan
memar pada hati, dan pada separuh kasus terjadi perlukaan pada hati dan
organ dalam abdomen lainnya.
Gambar. Luka lecet dan memar pada korban tabrakan dengan ejeksi
Luka Akibat Penggunaan Sabuk Pengaman
Penggunaan sabuk pengaman mengurangi luka yang terjadi akibat benturan
dengan bagian kendaraan dan akibat ejeksi.Tetapi sabuk pengamanan juga
dapat menyebabkan luka.
Deselerasi dapat mendorong usus kecil ke dalam rongga pelvis sehingga
terjadi obstruksi usus transien atau dapat meningkatkan tekanan
intraluminal.Dapat juga terjadi terpotongnya usus secara parsial maupun
komplit pada penggunaan sabuk pengaman yang tidak benar. Pada
penggunaan yang benar, umumnya perlukaan terjadi pada abdomen bagian
bawah, dan yang paling sering adalah perforasidari usus kecil, rupture
kandung kencing, atau kolon sigmoid dan perlukaan pada spinal segmen
lumbal. Memar pada dinding abdomen dapat menimbulkan ileus
paralitik.Eksplorasi harus dilakukan pada kasus dimana dicurigai adanya
perlukaan intraabdominal.
Luka akibat sabuk pengaman dapat dibedakan menurut tipe yang digunakan :
1. Lap belts :
Lumbal (fraktur kompresi, subluksasio, fraktur prosesus artikularis,
lamina dan pedikel, fraktur prosesus transversus, fraktur rotasiona,
fraktur diskus, robeknya ligament posterior)
Fraktur tulang ekstremitas
Fraktur pelvis
Memar pada limpa, pancreas, uterus, uretram dan arteri iliaka
Gambar. Luka memar pada penggunaan sabuk pengaman tipr “lap
belts”
2. Shoulder restrains :
Fraktur iga, spinal segmen servikal, lumbal dan sternum
Luka pada kulit dan jaringan subkutan berupa abrasi memar dan
hematoma
Lesi organ dalam seperti laring, hati, limpa, ginjal, pembuluh darah
besar dan diafragma
3. Three-point belts :
Fraktur iga, sternum, atau klavikula
Luka abdomen (perforasi dupdenum atau jejunum)
Abrasi dan memar pada dinding dada, bahu, leher, dan punggung
b. Luka Pada Pejalan Kaki
Kelaianan yang terjadi pada pejalan kaki dapat dibagi menurut mekanismenya :
1. Luka pada impak primer, yaitu benturan yang pertama terjadi antara
korban dan kendaraan.
2. Luka karena impak sekunder, yaitu benturan korban yang kedua
kalinya karena kendaraan.
3. Luka sekunder, yaitu luka yang terjadi setelah korban jatuh ke atas
jalan.
Korban dewasa umumnya tertabrak dari belakang atau samping sehingga umumnya
luka hebat terjadi ditungkai bawah,dapat sampai terjadi fraktur tertutup maupun
terbuka. Korban yang tergeletak dijalan dapat terlindas dan menimbulkan trauma
berupa jejas ban atau “tyre marks.” Bila kendaraan yang menabrak termasuk
kendaraan berat maka dapat terjadi “crush injuries” atau “compression injuries”
dimana tubuh seluruhnya hancur dan sukar dikenali. Bila bagian bawah kendaraan
penabrak sangat rendah,tubuh korban dapat terseret dan terputar sehingga terjadi
pengelupasan kulit dan otot yang hebat, yang dikenal sebagai “ rolling injuries”. Pada
daerah lipatan kulit bila terlindas maka kulit akan teregang sehingga menimbulkan
kelainan yang disebut “striae like tears” dimana sebenarnya daerah yang terlindas
bukan dilipatan kulit tersebut melainkan didaerah yang berdekatan.
Faltor-faktor yang menyebabkan kecelakaan menimpa pejalan kaki termasuk
diantaranya adalah pada kondisi cuaca yang buruk, penerangan pada jalan dan pada
kendaraan yang tidak adekuat, dan pada korban yang menyebrang jalan sembarangan.
c. Kecelakaan pengendara sepeda
Luka yang terjadi umumnya ringan , tetapi kadang- kadang dapat berbahaya dan
menyebabkan patah tulang atau cedera jaringan lunak yang berat. Perlukaan
disebabkan gesekan antara kulit tubuh dan permukaan tanah, dan pada udara yang
panas dpat membakar kulit terutama yang sensitive seperti anak-anak.Bila sepeda
tertabrak kendaraan bermotor maka impak primer terjadi ketika tabrakan dan
impak sekunder didapat saat sepeda dan pengendara jatuh mengenai tanah. Luka
yang sering terjadi adalah luka kompresi pada bagian kaki bagian malleolus
mediales atau lateralis , tendon achiles atau bagian lateral dari kaki.
d. Kecelakaan pengendara sepeda motor
Seperti diketahui sepeda motor merupakan sebuah alat transportasi yang ditopang
oleh dua buah roda yang sejajar sehingga mempunyai tingkat kestabilan yang rendah
dibanding kendaraaan roda empat. Dari design ini akan mengakibatkan kecelakaan
yang menghasilkan suatu cedera berat pada sepeda motor tetapi mungkin hanya
kecelakaan ringan pada kendaraan rongga empat lain.
Pada umunya korban selalu terlempar dari kendaraannya sehingga adapat mengenai
seluruh anggota tubuh khususnya kepala, extremitas atas, bawah dada, dan abdomen.
Penyebab kecelakaan motor adalah alcohol, obat-obatan, faktor lingkungan (terselip
oli, lubang, gundukan dijalan) , cara mengendarai dan kegagalan kendaraan lain untuk
melihat motor.
Cedera yang bahaya dan mengancam jiwa adalah cedera kepala oleh karena
pengendara jatuh ketanah yang menurut bothwel 80% penyebab kematian daerah
terbanyak pada temporoparietal dengan komplikasi fraktur basis cranii, yang baisa
dikenal dengan “ moter cyclis fracture”. Fraktur ini merupakan fraktur transversal
pada basis cranii, berpotongan dengan basis petrosus atau dibelakang tulang sfenoid
melalui fossa pituitary kesisi berlawan. Tipe lain adalah fraktur lingkaran pada
foramen magnum difossa posterior oleh karena tumbukan pada puncak kepala. Pada
leher sering didapatkan fraktur ada tulang belakang bagian cervical pada ¼ kasus.
Helm dikatakan dapat mengurangi angka kematian tetapi sifatnya hanya
melindungi kepala pada saat tumbuka dengan kecepatan rendah atau tumbukan
dengan arah tangensial.
Gambar. Luka pada kepala walaupun
memakai helm
Cedera yang sering terjadi pada kendaraan motor adalah “tail gating accident”.
Gambaran cedera tipe ini adalah pada saat pengendara motor sedang berada di
belakang truk, dan menabrak truk dari belakang, yang terjadi kemudian adalah motor
menyelip di bwah truk, tetapi kepala pengendara mengenai bamper belakang truk,
cedera yang terjadi berupa dekapitasi, cedera kepala dan leher. Trauma kaki sering
dikenal dengan bamper fraktur dengan gambaran multipel fraktur pada tibia-fibula
dengan garis fraktur setinggi bamper mobil.Gambaran fraktur pada tibia berbentuk
baji dengan basis dari baji mengindikasikan arah tumbukan, pada femur juga dapat
terjadi dimana umumnya terjadi pada anak-anak. Pada saat-saat tertentu didapatkan
tinggi dari cedera di bawah tinggi normal kebanyakan bamper mobil, hal ini
disebabkan karena kendaraan yang berhenti secara tiba-tiba dan terjadi penurunan
bamper depan mobil oleh karena efek dari suspensi. Fraktur pada tibia mempunyai
bentuk oblik, jika kaki terangkat, makan tumbukan cenderung berbentuk transversal.2
Cedera jaringan lunak :
Mempunyai gambaran cedera mulai dari abrasi, laserasi, memar, luka
remuk.Gambaran tersering adalah flying injury yaitu berupa luka lecet serut yang luas
dikarenakan korban terseret di jalanan, dimana terjadi oleh efek benturannya roda dari
kendaraan yang merobek kulit dan otot dari tubuh atau kepala. Jika mobil melindas
abdomen atau pelvis dapat mengkibatkan striae parallel multipel atau laserasi yang
dangkal oleh karena tekanan yang merobek pada kulit. 2
Gambar .Striae di sekitar pinggul
Kerusakan tubuh bagian dalam :
Kerusakan yang hebat pada saat roda melewati pelvis, abdomen, ataupun
kepala, walaupun disertai cedera permukaan yang ringan, berat dari kendaraan
tersebut dapat menghancurkan tulang tengkorak dan sering disertai keluarnya otak
dari luka laserasi, patah tulang simpisis, terputusnya sendi sakroiliaka, pada organ
dalam dapat terjadi fraktur iga yang dapat melukai paru dan jantung.2
Luka yang dialami pejalan kaki akibat tabrakan motor tidaklah berbeda dengan
luka yang didapat akibat tabrakan mobil. 6
C. PEMERIKSAAN PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS
Pemeriksaan harus ditujukan pada :
1. Pola dari luka yang ditemukan
2. Adanya penyakit yang mendasari terjadinya kecelakaan tersebut, misalnya
seperti serangan jantung
3. Adanya kemungkinan percobaan bunuh diri
4. Adanya kemungkinan pembunuhan
5. Adanya intoksikasi zat
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA KORBAN KECELAKAAN LALU
LINTAS
1. Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan toksikologi ditujukan untuk mencari data apakah pada korban
terdapat obat, yang mampu menimbulkan ganguan kapabilitas didalam
mengemudikan kendaraan. Adapun zat yang sering didapatkan pada pemeriksaan
toksikologi ini antara lain :
- Alcohol
- Carbonmonoksida
- Sianida
- Feniotiazin
- Salisilat
2. Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan histopatologis yang bertujuan untuk mengetahui apa terdapat
penyakit tertentu pada korban yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
Insiden terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kematian alamiah
pengemudi kendaraan adalah 6 dari 100.000.kemungkinana ini haruslah dipikirkan
apalagi bila pada pemeriksaan, luka tidak ditemukan atau sangat minimal dan
kendaraan yang teribat hanya rusak ringan. Penyebab tersering dari kematian alamiah
ini antara lain adalah penyakit kardiovaskuler seperti oklusi arteri coroner, iskemi
miokard, aritmia jantung, rupture dari aneurisma, penyakit cerebro vaskuler, epilepsy,
serangan hipoglikemik pada penderita diabetes atau rupture dari aneurisma aorta.
E. ASPEK MEDIS LUKA
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa:
1.Kelainan fisik-organik
Bentuk dari kelainan fisik atau organic dapat berupa :
- hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
- hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu
2. Gangguan fungsi dari organ tertentu
Bentuk gangguan dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh
yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain : lumpuh, buta, tuli,
atau ganguan fungsi organ – organ dalam
3. Infeksi
Seperti diketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barrier terhadap
infeksi. Bila kulit atau membrane itu rusak maka kuman akan masuk lewat pintu
itu. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bhkan iritasi akibat
benda yang terkontaminasi kuman, jenis kuman dapat berupa streptoccus,
staphylococcus, e.coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang
menyebabkan gas gangren
4. Penyakit
Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit jantung
walaupun causanya sulit di terangkan dan masih dalam kontroversi
5. Kelainan fisik
Trauma, meskipun tidak meenimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat
menjadi precipitating factor dari terjadinya kelainan mental yang spektrumnya
amat luas ; yaitu dapat berupa neurosis terkompensasi, anxietas-neurosis, demensia
precock (skizofrenia), manik depresi atau psikosis. Kepribadian serta potensi
individuterjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utamagangguan
mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan.Oleh sebab itu
pada gangguan mental post trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang
terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang
bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma.
Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau
organ dengan psikosis post trauma didasarkan atas :
- keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma
- trauma telah merusak susunan saraf pusat
- trauma tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang
- trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau fungsinya
dapat mempengaruhi funsi organ genital, payudara, mata, tangan atau
wajah
- korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
- psikosis terjadi dalam tenggang waktu yangmasuk akal
- korban dihantui pleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang
menimpanya
F.ASPEK YURIDIS LUKA
Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau
tidak di sertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma, maka dari sudut hokum,
luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang
bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh) atau neglicence (kurang hati-
hati). Untuk menenyukan berat ringannya hukuman plu ditentukan lebih dahulu berat-
ringannya luka.
Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka didasarkan
atas pengaruhnya terhadap :
- kesehatan jasmani
- kesehatan rohani
- estetika jasmani
- pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian
- fungsi alat indera
1. Luka ringan
luka ringan adalah luka yang tidak menimbukan penyakit atau halangan dalam
menjalakan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Luka sedang
luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian untuk sementara waktu
3. Luka berat
luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan didalam pasal 90 KUHP
yang terdiri atas:
a. Luka atau penyakit yang tidak diharapkan akan sembuh dengan sempurna.
Pengertian tidak akan sembuh sempurna lebih di tujukan pada fungsinya.
Contohnya trauma pada satu mata yang menyebakan kornea robek. Sesudah di
jait sembuh tetapinmata tersebut tidak dapat melihat
b. luka yang dapat mendatangkan bahaya maut
dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi untuk
menimbulkan kematian, tetapi setelah diobati dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencahariannya.
Luka yang dari sudut medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum
dapat dikatogorikan sebagai luka berat cobtohnya trauma pada tangan kiri
pemain biola atau pada wajah seorang pragawati dapat dikatagorikan luka
berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalakan pekerjaan tersebut
selamanya.
d. Kehilangan dari salah satu panca indera
jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran
satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian
tetap digolongan sebagai luka berat berdasarkan butir (A) diatas.
e. Cacat besar atau kudung
f. Lumpuh
g. Gangguan daya pikir lebih dari empat minggu lamanya
gangguan daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga
berupa amnesia, disorintasi, depresi, atau ganguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. 4
Yang dimaksud dengan keguguran adalah keluarnya janin sebelum
waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana umumnya seorang
wanita ketika dilahirkan. Sedangkan kematian janin mengandung pengertian
bahwa janin tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup.Tidak dipersoalkan
bayo keluar atau tidak dari perut ibunya.
BAB III
KESIMPULAN
- Jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia hingga saat ini masih sangat tinggi,
sehingga penting bagi seorang dokter untuk mengetahui bagaimana pola-pola luka
secara umum dan pola luka pada berbagai jenis kecelakaan lalu-lintas darat, sehingga
dapat membantu penyidik dalam penyelidikan kasus kecelakaan.
- Korban kecelakaan lalu lintas dapat diduga jenis cederanya dengan meneliti riwayat
trauma dengan cermat. Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya dapat ditemukan
luka / tanda kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok.
- Pada investigasi pada kecelakaan lalu lintas maka pemeriksaan harus ditujukan pada :
pola dari trauma yang ditemukan, adanya penyakit yang mendasari terjadinya
kecelakaan tersebut, misalnya seperti serangan jantung, adanya kemungkinan
percobaan bunuh diri, adanya kemugkinan pembunuhan, adanya intoksikasi zat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta :
Binarupa Aksara. 1997 : 303-21
2. Pranolo J. Cedera Pada Pengendara Motor dan Pejalan Kaki. Available
at :http://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotorhtm. Diakses
tanggal 21 April 2012.
3. Sjamsuhidajat R., de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta :
EGC. 1997 : 108-9.
4. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak
Hukum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2000 : 67-91
5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S., dkk. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UNiversitas
Indonesia. 1997 : 37-44
6. DiMaio V., DiMaio D. Forensic Pathology. Secnd edition. Washington DC :
CRC Press. 2000 (4) : 275-94
7. Tedeschi CG, Eckert WG, Tedeschi L.G. Forensic Medicine, a study in
trauma and environmental hazards. Volume 2, Physical Trauma. Chapter
p853-863, Philadelphia : W.B. Saunders Company. 1977 (30) : 853-63
8. James SH, Nordby JJ. Forensic Science, An Introduction to Scientific and
Investigative Techniques. Washington DC : CRC Press. 2003.