h1a009009 Referat-Forensik-perlukaan KLL Mobil

download h1a009009 Referat-Forensik-perlukaan KLL Mobil

of 20

description

referat

Transcript of h1a009009 Referat-Forensik-perlukaan KLL Mobil

REFERATPERLUKAAN KECELAKAAN MOBIL

OLEHMc. Syaiful Ghazi YamaniH1A 009 009

SUPERVISOR:dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, MSi.Med

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMRSU PROVINSI NTB2015

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGKasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang cenderung semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun. Lebih dari 80% pasien yang masuk ke ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban kekerasan.Di Jakarta sendiri, dari 614 kasus kecelakaan lalu lintas yang diotopsi sepanjang tahun 1982, 490 kasus sebab kematiannya merupakan hasil kecelakaan lalu lintas yang fatal, yang mana korban kecelakaan lalu lintas mengalami luka-luka, seperti luka di bagian kepala, ekstrimitas atas, ektrimitas bawah, tubuh depan, dan tubuh belakang.Distribusi korban kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif antara 15-44 tahun dan lebih didominasi kaum laki-laki. Kelompok ini merupakan aset sumber daya manusia yang sangat penting untuk pembangunan bangsa.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 POLA TRAUMA SECARA UMUMKorban kecelakaan lalu lintas dapat diduga jenis cederanya dengan meneliti riwayat trauma dengan cermat. Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan trauma / tanda kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :a. Trauma akibat kekerasan pertama oleh kendaraan (first impact)Trauma ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan tubuh. Perhatikan bentuk / gambaran luka serta letaknya. Bagian kendaraan yang sering menyebabkan trauma pertama ini biasanya bumper, kaca spion, pegangan pintu dan spakbor. Trauma biasanya berupa luka lecet jenis tekan.b. Trauma akibat terjatuhPada tubuh korban dapat ditemukan trauma lain yang terjadi akibat terjatuhnya korban setelah pesentuhan pertama dengan kendaraan. Trauma biasanya merupakan luka lecet jenis geser dan atau luka robek.c. Trauma akibat terlindas (rollover)Trauma akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran cermat terhadap jejas ban ini, seringkali dapat membantu pihak yang berwajib untuk mengidentifikasi jenis kecelakaan yang menyebabkan kecelakaan. Deskripsi ban baik mengenai coraknya maupun ukurannya dengan sketsa atau foto.

Gambar 1. Trauma akibat terlindas (rollover)Sebagian besar kecelakaan lalu lintas menyebabkan trauma karena kekerasan benda tumpul. Kekerasan benda tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis trauma, antara lain :a. Memar (kontusi)Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut diakibatkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan sekitarnya. Luka memar tidak hanya pada kulit, tapi mungkin juga ditemukan pada organ dalam, seperti paru-paru, jantung, otak dan otot.Salah satu bentuk memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul adalah pendarahan tepi (marginal haemorrahages). Misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukan kelainan. Pendarahan akan menepi sehingga terbentuk pendarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antar kedua tepi ban.b. Luka lecet (abrasi)Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah : Bentuk luka tidak terartur Batas luka tidak teratur Tepi luka tidak rata Kadang ditemukan sedikit pendarahan Permukaan ditutupi oleh krusta ( serum yang telah mengering ) Warna coklat kemerahaan Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih ditutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi)

Gambar 2. Luka lecetDalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet yang tertekan pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan cukup baik , dimana kembang dari ban tersebut masih tambah jelas, misalnya berbentuk zigzag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat- sifat yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.c. Luka terbuka (robek)luka terbuka atau robek adalah luka yang disebabkan karena bersentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan dibawahnya, yang ciri-cirinya sebagai berikut: bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagian jaringan hancur) tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan disekitar garis batas luka ditemukan memar lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (misalnya dalam daerah kepala, muka atau ekstremitas)Pelukisan yang cermat dari luka robek sangat membantu penyidik khususnya sewaktu dilakukan rekonstruksi. Bila luka robek salah satu tepinya membuka kearah kanan, kekerasan datang dari arah kiri, jika membuka kearah depan maka benda tumpul datang dari arah belakang.

Gambar 3. Luka Robekd. Patah tulang (fraktur)Kekerasan benda tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Adanya patah tulang dapat diketahui, apabila dijumpai tanda-tanda: terdapat kelainan bentuk dibandingkan normal terdapat perbedaan ukuran panjang, terutama bila terjadi pada anggota gerak. Bila digerakan dapat terdengar delik (krepitasi) Pola patah tulang yang terjadi tergantung letak patah tulang, apakah terjadi pada kepala dan wajah, tulang belakang, dada, pinggul dan anggota gerak. Pada tulang tengkorak kepala, patah tulang yang sering terjadi berupa fraktur impresi, yaitu ada bagian tulang yang patah dan terdesak kedalam. Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak berupa perdarahan epidural, subdural, sub-arachnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak.

Gambar 4. Patah tulang terbukaPada tulang pada wajah dapat digalongkan menjadi fraktur dentoalveolar, LeFort I, LeFort II, LeFort III, dan sagittal. Sedangkan pada anggota gerak, dapat dibedakan bedasarkan arah dan jumlah garis frakturnya. Garis frakturnya dapat berjumlah satu atau lebih, sedangkan arah garis frakturnya dapat mendatar, oblik atau tidak beraturan, komplit atau pun inkomplit. kadang patah tulang yang terjadi dapat menyebabkan remuknya tulang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang luas, dan dikenal sebagai crush fractures.Pada kasus kecelakaan lalu lintas, maka patah tulang yang terjadi dapat memberikan informasi arah datangnya kendaraan yang mengenai tungkai korban. Bila ditabrak dari belakang, tulang yang patah akan terdorong kedepan dan dapat merobek otot serta kulit didaerah tungkai bagian depan, hal yang sebaliknya terjadi bila korban ditabrak dari depan. Dengan demikian berdasarkan sifat-sifat patah tulang dapat diperkirakan dari mana kekerasan itu datang dan mengenai tubuh korban, ini perlu untuk rekonstruksi peristiwa selain luka akibat benda tumpul, sebagian luka pada kecelakaan lalu lintas juga dapat disebabkan karena benda tajam, misal luka iris akibat terkena ujung plat nomor kendaraan sepeda motor. Luka akibat kekerasan oleh benda yang mudah pecah seperti pecahan kaca mobil maka luka-luka yang ditemukan hanya luka lecet dan iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau pecah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil. Dapat juga terjadi luka bakar apabila terjadi ledakan pasca kecelakaan, ataupun luka bakar ringan akibat bersentuhan dengan bagian kendaraan yang bersuhu tinggi, misanya knalpot.

Gambar 5. Fraktur tertutup pada pergelangan kaki

2.2 POLA LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS1. Definisi Kecelakaan Lalu LintasKecelakaan lalu lintas dibedakan menjadi 2, yaitu : Motor-Vesicle traffic accident dan non-motor vesicle accident. Motor vesicle traffic accident adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya. Non-motor vesicle traffic adalah setiap kecelakaan yang terjadi dijalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.2. Penyebab Kecelakaan Kendaraan Bermotor Alkohol atau intoksikasi obat narkotika dan sedative Faktor manusia (kecepatan, kecerobohan, tertidur) Faktor alam (jalanan basah, perbaikan jalan, kabut dll) Penyakit (stroke, infark miocard)3. Derajat Luka Pada Kecelakaan Lalu Lintasterdapat lima derajat luka pada kecelakaan lalu lintas, yaitu :1. terdapat kerusakan pada benda : derajat 12. terdapat luka non visible : derajat 23. terdapat luka minor visible : derajat 34. terdapat luka serius visible : derajat 45. terdapat korban tewas : derajat 54. Pembagian Arah BenturanKecelakaan kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan dari arah terjadinya benturan pada kendaraan. Bagaimanapun, selama tabrakan atau kecelakaan, kombinasi dari 4 tipe bisa juga terjadi.a. Arah DepanIni adalah tipe yang paling umum, kira-kira 80 % dari semua tabrakan kendaraan bermotor. Terjadi bila 2 kendaraan bertabrakan dua-duanya atau bila bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok atau tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman) dan terjadi benturan pada kemudi atau dashboard, kaca depan, ataupun lampu depan kendaraan. Pola luka akan terbentuk tergantung dari posisi daripada penumpang dari kendaraan bermotor.

Gambar 6. Biomekanik Trauma: Fase1. Kendaraan Menabrak Objek, Fase 2.Pada pengemudi yang tidak memakai safety belt badan akan terangkat kedepan, Fase 3. Muka menabrak kaca depan, Fase 4.Pengemudi akan terhempas kembali kebelakang (kecuali terlempar kedepan apabila kaca depan pecah) PengemudiKepala dapat membentur kaca depan dan mengakibatkan terbentuknya luka terpotong arah vertical dan abrasi daerah dahi, hidung dan dagu. Bila ada benturan dengan kaca spion, pola luka yang terbentuk akan berbeda. Perlukaan dalam dapat dalam bentuk fraktur dasar tengkorak dan patah leher (baik hiper-ektensi maupun hiper-fleksi). Hiper-fleksi dapat menyebabkan fraktur atlanto-occipital bagian posterior ataupun dislokasi tulang tersebut dan mungkin terjadi satu-satunya penyebab kematian pada beberapa kasus.Bagian dada dapat membentur kemudi dengan sangat keras dan menyebabkan abrasi dengan pola khusus ataupun tidak terlihat adanya perlukaan sama sekali. Hal ini sekarang terjadi lebih jarang karena adanya penggunaan kemudi yang mudah patah atau kompresibel. Perlukaan dalam, termasuk : fraktur transversal dari sternum, fraktur iga bilateral, anterior, atau luar (flail chest). Luka tusuk atau robek pada jaringan paru karena fraktur iga, cedera pada jantung (kontusio, laserasi maupun ruptur), ruptur arteri coronaria (sangat jarang), robeknya aorta distal dari pangkal arteri subclavias dextra, laserasi atau robekan hati atau limfa, hematoma sub-scapular, kematian akibat perdarahan intra-peritoneal, fraktur tertutup maupun terbuka dari pergelangan tangan ataupun lengan (tergantung posisi tangan pada kemudi pada saat terjadinya benturan). Fraktur patella atau femur (sewaktu lutut membentur dashboard) serta fraktur pergelangan kaki (terjadi jika kaki tertekut melawan arah dari floorboard atau tertekan secara keras pada pedal gas atau pedal rem). Dicing injuries dapat terjadi jika jendela belakang dan samping pecah menajdi fragmen-fragmen yang mengenai kulit sehingga terbentuk luka terpotong atau abrasi yang berbentuk L dan superficial, sudut patah kekanan ataupun linier.

Gambar 7. Panah hitam menandakan area paling sering terjadinya rupture aorta saat trauma dada. Panah putih yang bawah juga bisa mengalami rupture.

Gambar 8. Dicing injuries, disebabkan oleh kaca jendela samping mobil. Penumpang depanPerlukaan hampir sama dengan pengemudi, kecuali pada penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan menghantam dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cetakan dari kemudi. Dicing injuries terbentuk pada sisi kanan. Penumpang belakangJika tidak bersabuk pengaman akan terlempar kedepan, menghantam bagian belakang dari tempat duduk depan, penumpang depan dan kaca depanb. Arah SampingBiasanya terjadi dipersimpangan kendaraan lain menabrak dari arah samping atau pun mobil terpelanting dan sisinya menghantam benda tidak bergerak dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan termasuk robeknya aorta dan fraktur basis cranii. Bila benturan terjadi pada sisi kendaraan pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri dan penumpang depan akan mengalami perlukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya.c. TergulingKeadaan ini lebih mematikan dibandingkan dengan tabrakan dari arah samping terutama bila tidak dipakainya sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar.Bila terlempar semuanya beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras. Pada beberapa kasus korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah asfiksia traumatic. Bila terlempar parsial bagian tubuh yang bersangkutan bisa hancur atau terpotong.

Gambar 9. Kepala korban kecelakaan (tanda panah) terkompresi kearah dada secara paksa. Meninggal karena asfiksia traumatic.d. Arah BelakangHal ini dapat menyebabkan acceleration injuries dan sangat jarang menimbulkan kematian. Perlukaan yang paling umum adalah whiplash injury dari leher. Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa.

Gambar 10. Whiplash Injury5. Pola Luka Pada Pengendara MobilLuka Tabrakan Tanpa Ejeksi Luka berat terjadi dikarenakan kontak fisik antara korban dengan bagian dalam kendaraan seperti setir. Penumpang yang umumnya duduk didepan terluka oleh benturan dengan dashboard dan kaca depan, sedangkan penumpang yang duduk dibelakang terluka akibat benturan dengan kursi depan atau terlempar ke bangku depan dan mengenai struktur depan mobil atau menghantam penumpang di bangku depan.Benturan frontal paling sering pada kecelakaan lalu lintas. Pada benturan dari samping, tidak ada sandaran kepala yang berfungsi sebagai bantalan, dan penyebab utama dari perlukaan adalah akibat ekstensi leher yang berlebihan. Pada kejadian benturan dari samping, tidak ada perbedaan dalam hal frekuensi maupun lokasi antar penumpang yang duduk di bangku depan maupun di bangku belakang, walaupun biasanya pengemudi lebih jarang mengalami luka yang fatal di banding penumpang lainnya.Kepala, dada, perut dan lutut adalah bagian tubuh yang selalu terluka pada tabrakan dari depan (head-on collision). Luka kepala pada penumpang depan terjadi pada tiga dari lima kecelakaan, sedangkan fraktur tulang kepala terjadi dua kali lebih sering pada pengendara dibanding pada penumpang depan ini dapat diterangkan sebagai berikut: pada penumpang depan yang kepalanya mengenai kaca depan lebih lama terjadi deselerasi sedangkan pada pengemudi jarang terjad benturan pada kaca depan karena ada setir yang menghalangi, sehingga benturan yang dialami adalah kerangka atap mobil atau rangka jendela yang lebih keras mengakibatkan fraktur tulang kepala. Pengemudi mendapatkan luka di dada akibat benturan dengan setir sedangkan benturan dengan dashboard oleh penumpang bangku depan sering menyebabkan terjadinya fraktur iga, fraktur atau depresi sternum, robekan pada pleura maupun paru, pneumothorax akut, kontusio jantung atau rupture dari pembuluh darah besar.Abdomen terluka pada sepertiga kasus, dimana organ limpa dan hati adalah yang paling sering terluka. Hati lebih sering terluka dibandingkan limpa. Luka multiple hanya terjadi pada kurang dari sepertiga kasus.Organ pelvis sering kali tidak terluka. Fraktur femur sering terjadi pada penumpang bangku depan akibat benturan lutut ke dashboard dan struktur mobil bagian depan. Sedangkan pada pengemudi lebih jarang terjadi karena adanya setir yang menghalangi benturan lutut.Bila pengemudi menginjak rem sebelum terjadi benturan, sering menyebaban fraktur dari tibia dan fibula.

Gambar 11. Laserasi luas pada liver akibat tubrukan keras pada abdomen dan dada bagian bawah.Luka Tabrakan dengan EjeksiEjeksi menyebabkan luka berat yang multipel, dan ini merupakan penyebab tersering kedua yang menyebabkan luka parah setelah luka akibat benturan dengan setir. Bila pada kecelakaan pintu depan kendaraan terbuka, satu dari tiga penumpang pasti terlempar keluar dari mobil. Perbandingan resiko terjadinya luka yang fatal antara ejeksi dan non ejeksi adalah 5:1. Fraktur iga terjadi pada dua pertiga kasus korban yang terejeksi, dan pada separuhnya terjadi luka viscera dada. Pada sepertiga kasus terjadi laserasi dan memar pada hati, dan pada separuh kasus terjadi perlukaan pada hati dan organ dalam abdomen lainnya.

Gambar 12. Luka lecet dan memar pada korban tabrakan dengan ejeksiLuka Akibat Penggunaan Sabuk PengamanPenggunaan sabuk pengaman mengurangi luka yang terjadi akibat benturan dengan bagian kendaraan dan akibat ejeksi. Tetapi sabuk pengamanan juga dapat menyebabkan luka.Deselerasi dapat mendorong usus kecil ke dalam rongga pelvis sehingga terjadi obstruksi usus transien atau dapat meningkatkan tekanan intraluminal. Dapat juga terjadi terpotongnya usus secara parsial maupun komplit pada penggunaan sabuk pengaman yang tidak benar. Pada penggunaan yang benar, umumnya perlukaan terjadi pada abdomen bagian bawah, dan yang paling sering adalah perforasi dari usus kecil, rupture kandung kencing, atau kolon sigmoid dan perlukaan pada spinal segmen lumbal. Memar pada dinding abdomen dapat menimbulkan ileus paralitik. Eksplorasi harus dilakukan pada kasus dimana dicurigai adanya perlukaan intraabdominal.Luka akibat sabuk pengaman dapat dibedakan menurut tipe yang digunakan :1. Lap belts : Lumbal (fraktur kompresi, subluksasio, fraktur prosesus artikularis, lamina dan pedikel, fraktur prosesus transversus, fraktur rotasiona, fraktur diskus, robeknya ligament posterior) Fraktur tulang ekstremitas Fraktur pelvis Memar pada limpa, pancreas, uterus, uretra dan arteri iliaka

Gambar 13. Luka memar pada penggunaan sabuk pengaman tipe lap belts2. Shoulder restrains : Fraktur iga, spinal segmen servikal, lumbal dan sternum Luka pada kulit dan jaringan subkutan berupa abrasi memar dan hematoma Lesi organ dalam seperti laring, hati, limpa, ginjal, pembuluh darah besar dan diafragma3. Three-point belts : Fraktur iga, sternum, atau klavikula Luka abdomen (perforasi duodenum atau jejunum) Abrasi dan memar pada dinding dada, bahu, leher, dan punggung

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2000.DiMaio V., DiMaio D. Forensic Pathology. Secnd edition. Washington DC : CRC Press. 2000.Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara. 1997.James SH, Nordby JJ. Forensic Science, An Introduction to Scientific and Investigative Techniques. Washington DC : CRC Press. 2003.Shepherd R. Transportation injuries. Simpsons Forensic Medicine. New York : Oxford University Press, 2003. Sjamsuhidajat R., de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC. 1997.Vincent J., Dominick J. Transportation deaths. Handbook of Forensic Pathology Second Edition. Georgetown : Landes Bioscience, 1998.