Post on 10-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selain perdarahan dan infeksi maka pre-eklampsia dan eklampsia merupakan
penyebab kematian ibu dan prenatal yang tinggi terutama di Negara
berkembang.Kematian dengan eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada
tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan diagnosis dini pre-eklampsi dan
mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan.
Perkataan”eklampsia” berasal dari bahasa Yunani “Halilintar” karena gejala
eklampsia dating dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan.Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-
eklampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan preventif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pre eklampsia dan eklampsia?
2. Bagaimana proses terjadinya pre eklampsia,pengobatan serta penanganannya?
3. Bagaimana proses terjadinya eklampsia,pengobatan serta penanganannya?
4. Bagaimana cara mencegah pre eklampsia dan eklampsia?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pre eklampsia dan eklampsia
2. Mengetahui proses terjadinya pre eklampsia,pengobatan serta penanganannya
3. Mengetahui proses terjadinya eklampsia,pengobatan serta penanganannya
4. Mengetahui cara mencegah pre eklampsia dan eklampsia
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pre-eklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi.
Preeklampsia ialah penyakit yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada Molahidatidosa.
Selain perdarahan dan infeksi maka pre-eklampsia dan eklampsia merupakan
penyebab kematian ibu dan prenatal yang tinggi terutama di Negara
berkembang.Kematian dengan eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada
tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan diagnosis dini pre-eklampsi dan
mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan.
Perkataan”eklampsia” berasal dari bahasa Yunani “Halilintar” karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan.Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-
eklampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan preventif.
Teori iskemia implantasi plasenta dianggap dapat menerangkan berbagai gejala
pre-eklampsia dan eklampsia
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein dalam urin
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif :
a. Sakit kepala
b. Pengelihatan kabur
c. Nyeri pada epigastrium
d. Sesak napas
e. Berkurangnya urin
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
2
6. Terjadi kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin,
rennin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan
metabolisme.Dapat berlangsung pada pre-eklamsia dan eklampsia, terjadi penurunan
angiotensin, rennin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteniura.
Bagaimana teori iskemia implantasi plasenta dapat meningkatkan gejala klinik
tersebut? Berdasarkan teori iskemia implementasi plasenta, bahan trofoblas akan
diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensivitas terhadap angiotensin
II, rennin, dan aldosteron, sepasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam
dan air.
B. Etiologi Pre-eklampsia dan Eklampsia
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberi jawaban yang memuaskan. Teori
yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut :
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda,
gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian bayi
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur hamil
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak
faktor yang menyebabkan preeklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering
kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
3
C. Tanda dan Gejala
Preeklampsia dan eklampsia memiliki tiga kejala khusus (TRIAS), yaitu :
1. Hipertensi
Hipertensi biasanya timbul lebih dulu dari pada tanda lain. Untuk menegakan
diagnosis preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas
tekanan yang ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan
diastol sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanna diastolik naik dengan 15
mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi
dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal dua kali dengan jarak
waktu enam jam pada keadaan istirahat.
2. Edema
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh,
dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis
preeklampsia. Kenaikan berat badan setengah kilogram setiap minggu dalam
kehamilan masih dianggap normal. Tetapi bila kenaikan satu kilogram seminggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya
preeklampsia
3. Proteinuria
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan 1 atau 2+ atau 1
g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream
yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul
lebih lambat dari pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus
dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Pada pre-eklampsia ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-
eklampsia berat diikuti keluhan subjektif:
a. Sakit kepala terutama daerah frontalis
b. Rasa nyeri di daerah epigastrium
4
c. Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur
d. Terdapat mual sampai muntah
e. Gangguan pernapasan sampai sianosis
f. Terjadi gangguan kesadaran
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi pre-eklampsia
Kejadian pre-eklampsia digolongkan kedalam pre-eklampsia ringan dan pre-
eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre-eklampsia ringan
1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
2) Tekanan darah sistolik 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
b. Pre-eklampsia berat
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil
sudah dapat digolongkan pre-eklampsia berat:
1) Tekanan darah 160/110 mm Hg
2) Oligouria, urin kurang dari 400 cc/24 jam
3) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4) Keluhan subjektif:
a) Nyeri epigastrium
b) Gangguan penglihatan
c) Nyeri kepala
d) Edema paru dan sianosis
e) Gangguan kesadaran
5
5) Pemeriksaan
a) Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
b) Perdarahan retina
c) Trombosit kurang dari 100.000 /mm
2. Klasifikasi eklampsia
1) Eklampsia gravidarum.
a. Kejadian 50% sampai 60%
b. Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2) Eklampsia parturientum.
a. Kejadian sekitar 30% sampai 35%
b. Saat sedang inpartu
c. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat inpartu
3) Eklampsia puerperium.
a. Kejadian jarang, 10%
b. Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir
E. Komplikasi
1) Komplikasi ibu.
a. Menimbulkan sianosis
b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak
d. Lidah dapat tergigit
e. Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktur dan luka-luka
f. Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria
g. Perdarahan atau ablasio retina
h. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus
6
2) Komplikasi janin dalam Rahim.
a. Asfiksia mendadak, karena spasme pembuluh darah menimbulkan kematian
b. Solusio plasenta
c. Persalinan prematuritas
Terjadinya spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting menuju tubuh
dapat menimbulkan:
a. Gangguan metabolism jaringan
1) Terjadi metabolism anaerobic lemak dan protein
2) Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pembentukan badan keton dan
asidosis
b. Gangguan predaran darah dapat menimbulkan
1) Nekrosis (kematian jaringan)
2) Perdarahan
3) Edema jaringan
c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan
pertukaran nutrisi, CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematian janin
dalam rahim.
Perubahan patogis berbagai organ penting dijabarkan sebagai berikut:
1. Perubahan hati
a. Perdarahan yang tidak teratur
b. Terjadi nekrosis, thrombosis pada lobus hati
c. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
2. Retina
a. Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus
b. Ablisio retina (lepasnya retina)
c. Menyebabkan penglihatan kabur
7
3. Otak
a. Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak,
perdarahan nekrosis
b. Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4. Paru-paru
a. Berbagai tingkat edema
b. Bronkopneumonia sampai abses
c. Menimbulkan sesak napas sampai sianosis
5. Jantung
a. Perubahan degenerasi lemak dan edema
b. Perubahan sub-endokardial
c. Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung
6. Aliran darah keplasenta
a. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfeksia berat sampai kematian
janin.
b. Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin
7. Perubahan ginjal
a. Spesime arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
filterasi glomelurus berkurang
b. Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam
c. Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.
8. Perubahan pembuluh darah
a. Premeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein
ke jaringan
b. Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema
8
c. Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolism tubuh
dan thrombosis
F. Pencegahan Kejadian Pre-Eklampsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan dan diagnosis
dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan
pemeriksaan urin untuk menentukan proteinuria.Untuk mencegah kejadian pre-
eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:
1. Diet-makan
Makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukupvitamin, dan rendah lemak.Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat
sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu
butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan.Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal ( hamil )
a. Uji kemungkinan pre-eklampsia:
1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4) Pemeriksaan protein dalam urin
5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum, dan pemeriksaan retina mata
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim
1) Pemantauan fundus uteri
9
2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung, pemantauan
air ketuban
3) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi
Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
terpilih dan tepuji.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaanpre eklampsia
a. Medis
Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kejadian menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidan dengan melahirkan janin dalam keadaan
optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal.Pada pre-eklampsia
ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan memberikan:
1) Sedative ringan
a) Phenobarbital 3 x 30 mgr
b) Valium 3 x 10 mgr
2) Obat penunjang
a) Vitamin B. kompleks
b) Vitamin C atau vitamin E
c) Zat besi
3) Menghindari kejang
a) Magnesium sulfat
Inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6 jam
b) Observasi: pernapasan tidak kurang 16 menit, reflex patella positif, urin
tidak kurang dari 600 cc/24 jam
c) Valium
Inisial dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20mgr/drip 20 tetes/menit
Dosis maksimal 120 mgr/24 jam
4) Kombinasi pengobatan:
a) Pethidine 50 mgr IM
b) Klorpromazin 50 mgr IM
10
c) Diazepam (valium) 20 mgr IM
5) Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari
jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis.
b. Keperawatan
1) Memberikan pendidikan kesehatan bahwa garam dalam makanan harus
dikurangi
2) Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
3) Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata
kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak,
nyri pada epgastrium, kesadaran makin berkurang, pengeluaran urin makin
berkurang.
4) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita perlu memperhatikan hal berikut:
a) Bila tekanan darah 140/90mm Hg atau lebih
b) Protein urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah dengan mendadak
e) Terdapat gejala dan keluhan subjektif
2. Penatalaksanaan eklampsia
a. Medis
Pengobatan eklampsia dapat mengalami kesulitan dengan hasil yang tidak
memuaskan.Tujuan pengobatan eklampsia adalah untuk:
1) Menghindari kejang dan koma yang menyebabkan angka kematian ibu dan
janin tinggi.
2) Mengakhiri kehamilan dengan atraumatis.
Banyak pengobatan yang diperkenalkan untuk dapat menghindari kejang
berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan, diantaranya :
1) System Stroganof.
a) Suntikan 100 mg luminal IM
11
b) ½ jam kemudian suntikan 10 cc magnesium sulfat 40% IM
c) Selanjutanya tiap 3 jam berganti-ganti diberi luminal 50 mg dan 10 cc
magnesium sulfat 40% IM
2) Sodium pentothal.
Pemberian sodium pentothal dapat menghilangkan kejang. Insial dosis
pentothal antara 200 sampai 300 mg IV perlahan-lahan.
3) Magnesium sulfat.
Magnesium sulfat mempunyai efek:
a) Menurunkan tekanan darah
b) Mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis
c) Meningkatkan diuresis
d) Mematahkan sirkulasi iskemia plasenta, sehingga menurunkan gejala
klinis eklampsia
Dosis pemberian larutan MgSO4 40%.
- Intramuskular.
a) 8 gr daerah gluteal kanan kiri
b) 4 gr interval 6 jam
- Intravena
a) 10 cc magnesium sulfat 40% intravena perlahan-lahan
b) Diikuti dintrmuskular 8 gr
4) Diazepam atau valium
Diazepam atau valium dipergunakan sebagai pengobatan eklamsia ,
karena mudah di dapat dan mudah . dosis maksimal diazepam adalah 120
mgr/24 jam.Metode pemberian valin :
a) Pasang infuse glukosa 5 % 10 sampai 20 mgr dengan tetesan 20/menit.
b) Observasi yang dilakukan avena dengan memperhatikan tekanan darah
- Kesadaran penderita
- Keadaan janin dalam rahim
- Kejang-kejang
- Dieresis
- Tekanan darah, nadi, pernafasan
12
5) Litik Koktil
Litik koktil terdiri dari petidin 100 mgr, klorpromazin 100 mgr, dan
prometazin 50 mgr yang dilarutkandalam 5oo cc glukosa 5 % diberikan int
avena dengan memperhatikan tekanan darah dengan memperhatikan
tekanan darah , nadi dan kejang. Observasi pengobatan dilakukan setiap 5
menit, karena tekanan darah dapat turun mendadak.
b. Keperawatan
Obsevasi dalam pengobatan eklampsia sangat penting karena sewaktu-waktu
dapat terjadi komplikasi yang memberatkan penderita dan janin dalam
kandungan.Observasi tanda vital dilakukan setiap 30 menit sekali.
1) Pernafasan dan ronhi basal
2) Suhu
3) Serangan jantung
4) Dalam kedaan koma :
a) Tidur terlentang, kepala miring ke samping
b) Siapkan pengisap lendir
c) Berikan O2 untuk ibu dan janin
5) Dalam keadaan serangan kejang, ditunggu agar tidak jatuh, sediakan ton
spatel untuk menghindari gigitan lidah
6) Ukuran jumlah cairan yang masuk dan keluar melalui infuse dan dower
kateter (jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam 2000 cc)
13
KONSEP DASARASUHAN KEPERAWATAN
PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat.
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
2. Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti
sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan
mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa),
diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia
dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit
ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis
hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea,
ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya.Ibu beresiko dua kali lebih besar bila
hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang
menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti
primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
14
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada
hubungan genetik yang telah diteliti.Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
6. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya.
7. Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
8. Pengkajian sistem tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan,
sianosis.
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi.Selain itu terdapat perubahan hemodinamik,
perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.Pembekuan darah terganggu waktu
trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan
gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi
meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi,
kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar ,
S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis,
suhu dingin.
15
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi.Kelainan
radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI.Otak dapat mengalami
edema vasogenik dan hipoperfusi.Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya
kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu
seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka
tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.Neurosensori meliputi
keluhan kepala pusing, berdenyut, sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis,
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic
juga perlu dikaji.Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi.Sebagian
besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler
glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik
periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab
meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat
badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala
sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi
gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
16
9. Pola aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan
atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksigen.
c. Abdomen
Gejala :
Inspeksi :biasanya perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya
sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :
1) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
2) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil
janin di sebelah kanan.
3) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
4) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul
Auskultasi :
biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
d. Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
e. Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-
muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
f. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
g. Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
17
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
i. Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
j. Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
k. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
18
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
1) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari
14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,
krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
2) Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
Palpasi :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,
melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu
kehamilan,
Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher :apakah ada bendungan atau tidak pada
Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan
menandakan bahwa jantung ibu mengalami
gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang
dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak
teratur gerakan janin melemah.
3) System reproduksi
a. Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara.
b. Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur
darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
19
c. Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi
edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
d. Sistem integument perkemihan
Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas
akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan
natrium, (Fungsi ginjal menurun).
Oliguria
Proteinuria
e. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f. Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II
kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
4. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
5. Resikogangguanhubunganibudanjanin
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
20
Kriteria Hasil :
a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi
uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
21
Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler,
Tujuan :
a. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.
b. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tekanan darah.
2. Catat keberadaan, kualitas
denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan
bunyi nafas.
4. Amati warna kulit, kelembaban
suhu, dan masa pengisian kapiler.
1. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah
vaskuler
2. Denyutan karotis, jugularis,
radialis, dan femoralis mungkin
diamati atau tekanan palpasi.
Denyutan pada tungkai mungkin
menurun: efek dari vasokontraksi.
3. Bunyi jantung IV umum terdengar
pada hipertensi berat dan
kerusakan fungsi adanya krakels
mengi dapat mengindikasi
kongesti paru sekunder terhadap
atau gagal jantung kronik.
4. Mungkin berkaitan dengan
vasokontraksi atau mencerminkan
dekompensasi atau penurunan
22
INTERVENSI RASIONAL
5. Catat edema umum/tertentu.
6. Beri lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktifitas/keributan
lingkungan dan batasi jumlah
pengunjung dan lamannya
tinggal.
7. Pertahankan pembatasan aktifitas
(jadwal istirahat tanpa gangguan,
istirahat di tempat tidur/kursi),
bantu pasien melakukan aktifitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.
8. Lakukan tindakan yang nyaman
(pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat
tidur).
9. Anjurkan tehnik relaksasi,
distraksi, dan panduan imajinasi.
10. Pantau respon terhadap obat
untuk mengontrol tekanan darah.
curah jantung.
5. Mengindikasi gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskuler.
6. Membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis, menurunkan
relaksasi.
7. Menurunkan stress dan
ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.
8. Mengurangi ketidaknyamanan dan
dapat menurunkan rangsang
simpatis.
9. Menurunkan rangsangan stress
membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan tekanan darah.
10. Respon terhadap terapi obat
tergantung pada individu dan efek
sinergis obat.
23
INTERVENSI RASIONAL
11. Kolaborasi dalam pemberian
obat-obat sesuai indikasi seperti:
Diuretik tiazoid: diuril, esidrix,
bendroflumentiazoid
12. Kolaborasi dalam memerikan
pembatasan cairan dan diet
natrium sesuai indikasi.
13. Siapkan untuk pembedahan bila
ada indikasi.
11. Dapat memperkuat agen
antihipertensi lain dengan
membatasi retensi cairan.
12. dapat menangani retensi cairan
dengan respon hipertensi yang
dapat melibatkan beban kerja
jantung.
13. Bila hipertensi berhubungan
dengan adanya fcokromositoma
maka pengangkatan tumor dapat
memperbaiki kondisi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
4. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan :
a. Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol
b. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Mempertahankan tirah baring
selama fase akut.
2. Berikan kompres dingin pada
dahi, pijat punggung, dan leher,
1. Meminimalkan stimulasi atau
menurunkan relaksasi.
3. Menurunkan tekanan vaskuler
serebral dan yang memperlambat/
24
INTERVENSI RASIONAL
tenang, redupkan lampu kamar,
tehnik relaksasi.
2. Hilangnya/minimalkan aktifitas
vasokonstriksi yang dapat
menurunkan dan sakit kepala,
misalnya: batuk panjang,
mengejan saat BAB, dan lain-lain.
4. Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.
5. Berikan cairan, makanan lunak,
perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau
kompres di hidung telah
dilakukan untuk menghentikan
perdarahan.
6. Kolaborasi dalam pemberian
analgesic dan antiancietas.
memblok respon simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasi.
3. Menyebabkan sakit kepala pada
adanya tekanan vaskuler serebral
karena aktifitas yang
meningkatkan vaskonotraksi.
4. Pusing dan pengelihatan kabur
sering berhubungan dengan sakit
kepala.
5. Menaikkan kenyamanan kompres
hidung dapat mengganggu
menelan atau membutuhkan nafas
dengan mulut, menimbulkan
stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan mukosa.
6. Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperbuat
oleh stress.
25
5. Resikogangguanhubunganibudanjanin
Resiko gangguan
hubungan ibu dan
janin
Definisi: beresiko
terhadap
diskontinuitas
hubungan simbolik
ibu-janin sebagai
akibat dari kondisi
terkait kehamilan
Faktorresiko:
Penyulit
kehamilan (mis.,
ketuban pecah
dini,
plasentaprevia
atau solusio
plasenta, asuhan
prenatal lambat,
kehamilan
kembar)
Gangguan
transport oksigen
(mis., anemia,
penyakit jantung,
asma, hipertensi,
kejang,
persalinan
premature,
hemoragi)
NOC
Parent Infant
Attachment
Parenting, impaired
Role Performance
Ineffective
Kriteria Hasil:
Memperaktikkan
perilaku sehat selama
kehamilan
Menyebutkan
karakteristik janin
Mempersiapkan janin
sebelum kelahiran
Menggendong,
menyentuh, menepuk,
mengusap-usap,
mencium dan
tersenyum pada bayi
Berbicara dengan bayi
Memberi respon
terhadap isyarat bayi
Menghibur dan
menenangkan bayi
Menjaga bayi tetap
kering, bersih dan
hangat
Bayi melihat orang
tuanya
Bayi merespon isyarat
NOC
Parent Education-Infant
- Kaji kebutuhan pembelajaran
orang tua
- Kaji untuk faktor yang dapat
menyebabkan munculnya
masalah perlekatan (misalnya
nyeri, penyalahgunaanzat,
bayi premature)
- Amati adanya indicator
perlekatan orang tua bayi
- Identifikasi kesiapan orang
tua untuk belajar mengenai
perawatan bayi
- Kajikemampuan orang tua
untuk belajar mengenali
kebutuhan fisiologi bayi
(misalnya isyarat bayi lapar)
- Jelaskan peralatan yang
digunakan untuk memantau
bayi di ruang perawatan
- Demonstrasikan cara
menyentuh bayi saat berada
di mesin inkubator
- Dorong orang tua untuk
masase atau memijat bayi
- Dorong orang tua untuk
menyentuh dan berbicara
dengan bayi baru lahir
Environmental Management
26
Gangguan
metabolism
glukosa (mis.,
diabetes,
penggunaan
steroid)
Penganiayaan
fisik
Penyalah gunaan
zat (mis.,
tembakau,
alcohol, obat)
Efek samping
terkait terapi
(mis., medikasi,
pembedahan)
orang tua Parenting Promotion Role
Enhancement
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
V. EVALUASI
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu
mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar
kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui.
27
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan prenatal yang
tinggi terutama di Negara berkembang. Kematian dengan eklampsia meningkat dengan
tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan
diagnosis dini pre-eklampsi dan mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia
merupakan tujuan pengobatan.
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan dan diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur
dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan
urin untuk menentukan proteinuria.
B. SARAN
Untuk mencegah kejadian pre-eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang
dan berkaitan dengan:
1. Diet-makan
Makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukupvitamin, dan rendah lemak.Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau edema.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan.Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal ( hamil )
4. Penilaian kondisi janin dalam rahim
DAFTAR PUSTAKA
29
Lauren A Dutton. 2011. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1968. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Chapman. 2006 Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta :EGC
Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
NANDA. 2007. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. Edisi Revisi. Jakarta: EGC
30