Post on 05-Aug-2015
A. KASUS HIV
Tn. A usia 30 tahun dirawat di ruang 20 sudah 1 bulan. Tinggi badan
170cm, berat badan saat ini 50 kg, berat badan awal 60 kgmengeluh lemas tidak
bergairah diare selama 40 hari, sehari empat kalibanyaknya sebanyaklebih kurang
250 cc setiap BAB terpasang infus dextrose 500 cc 40 GTT/menit di lengan kiri.
Setelah operan perawat N memeriksa ada bengkak di tempat insersi infus. Infusan
tercatat 5 hari yang lalu, kemudian perawat N berencana mengganti infus dengan
pemasangan yang baru tapi klie menolak dengan alasan seluruh badan terasa sakit.
Tn. A merasa bahwa penyakitnya tidk bisa disembuhkan dan ingin pulang saja.
Beradasarkan pemeriksaan TTV, TD : 90/60 mmHg; suhu 40 derajat, respirasi: 28
kali/menit, nadi: 90 kali/menit. Tn. A sering mendadak mengidap flu seperti flu
beratsampai suatu ketika hanya karena flu tersebutTn. A nyaris pingsan. Hasil
pemeriksaan Laboratorium didapatkan nilai ELISA Western Blot (+) Neutropenia,
Anemis normositik normokrom, limfosit CD4+ 200 sel/μl Obat yang dikonsumsi
zidofudine.
STEP 1
1. Nilai ELISA western blot
2. Neutropenia
3. Anemia normositik normokrom
4. Zidofudin
5. Insersi
6. CD4+
7. GTT
STEP 2
1. Kenapa klien mengidap diare?
2. Bagaimana seharusnya tindakan perawat yang tidak mau diganti infusan?
3. Berapa hari normal pemasangan infus?
4. Berapa nilai normal limfosit?
5. Kenapa klien karena hanya flu sampai pingsan?
6. Klien banyak keluhannya tapi mengapa hanya diberi satu obat?
7. Mengapa TTV abnormal
8. Penyebab sakit seluruh badan?
9. Tindakan perawat untuk klien A terhadap kesembuhan?
10. Bagaiman tindakan pertama oleh perawat dalam menangani klien A?
11. Nilai ELISA western Blot (+) menunjukan apa?
12. Penyebab Tn. A sering mendadak flu?
13. Penyebab berat badan turun?
14. Tujuan obat zidofudin dan efek sampingnya?
15. Obata yang bisa dikonsumsi selain obat zidofudin?
16. Faktor yang memengaruhi terhadap penyakit klien?
STEP 3
1. HIV yang diserang adalah kekebalan tubuh, diare karena banyak kuman
yang masuk.
2. Pasien punya hak otonomi tapi perawat menjelaskan dulu efek samping
jika tidak diganti, selain itu komunikasi terapeutik dan kolaborasi dalam
pemberian antipiretik.
3. Infus maksimal 3 hari.
4. LO
5. Aliran O2 ke otak rendah dan berat badan rendah sehingga kehilangan
kesadaran diri.
6. LO
7. Infut untuk tubu berkurang, adanya sekret, sistem imun gangguan suhu
karena sistem imun sedangkan Respirasi dari kompensasi paru untuk
napas tak efektif.
8. HIV menyerang tubuh, kekebalan lemah sementara energi kurang jadi
tubuh terasa sakit atau lemah. Karena reaksi inflamasi yang menjalar ke
seluruh tubuh.
9. Memperbanyak pendukung agar tindakan medis bisa dilanjutkan. Perawat
berperan jangan mengacuhkan serta dukungan sosio , psiko, spiritual.
10. Diare karena menguras cairan tubuh sehingga lemah. Membujuk agar mau
diganti infus.
11. LO
12. LO
13. LO
14. LO
15. LO
16. Saat kekebalan tubuh lemah mudah terserang penyakit, lingkungan juga
berpengaruh. Selai itu gaya hidup dan juga keturunan.
STEP 4
1. Penurunan leukosit dan peningkatan E. Colli mengakibatkan usus
terinfeksi sehingga penyerapan abnormal dan terjadilah diare.
2. Virus sifatnya dorman sehingga imun rendah mengakibatkan virus aktif
dan menyerang sistem pernapasan sehingga mengakibatkan peningkatan
sekret mengakibatkan jalan napas terganggu dan paru berkompensasi
menyebabkan respirasi meningkat dan terjadi penurunan kadar oksigen
dalam darah sehingga oksigen ke otakpun berkurang yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.
STEP 5
Learning Objective:
Step 1
1. ELISA Western Blot
2. Neutropnia
3. Anemi normositik normokrom
4. Zidofudin
5. CD4+
Step 2
1. Nilai normal limfosit
2. Mengapa hanya diberi satu macam obat/
3. Nilai ELISA Western Blot (+) menunjukan apa?
4. Tujun pemberian obat zidofudin dan efek sampingnya?
5. Obat yang bisa dikonsumsi selain obat zidofudin?
Step 4
Semua
B. ISTILAH PENTING
No. Istilah Definisi
1. ELISA (Enzyme-
Linked
Immunosorbent
Assay)
Suatu pemeriksaan tes darah untuk
memeriksa infeksi HIV yang berfungsi
untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
HIV didalam aliran darah.
2. Western Blot Suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih
canggih pda orang yang seropositif untuk
membuktikan kebenaran hasil pemeriksaan
ELISA.
3. Anemia Normositik
Normokrom
Penyakit anemia, yaitu ukuran dan bentuk
sel darah merah normal sera mengandung
hemoglobin yang normal tetapi menderita
anemia.
4. Neutropenia Kelainan pada darah yang dapat diketahui
melalui jumlah sel neutrofil yang berkurang
(rendah).
5. Zidofudin Obat yang berfungsi untuk memperlambat
AIDS dan dapat menunda terjadinya AIDS
pada oraang yang tertulah HIV yang belum
menujukkan gejala AIDS.
6. CD4 Salah satu jenis sel darah putih yang dapat
disebut juga sel pembantu (helper-Tcell)
atau juga sebagai panglima dari sistem
imun.
C. PENJELASAN KASUS
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem kekebalan tubuh sendiri diartikan sebagai semua mekanisme yang
digunakan oleh tubuh untuk menangkal pengaruh faktor atau zat yang berasal dari
lingkungan, yang asing bagi tubuh kita. Secara garis besar, sistem kekebalan
tubuh kita dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem kekebalan alami (innate
immunity) dan sistem kekebalan dapatan (acquired immunity) yang keduanya
saling bekerja sama menangkal zat asing dari luar tubuh yang tentu apabila
dibiarkan akan berbahaya bagi tubuh. Di dalam sistem ini, peranan senyawa kimia
tidak bisa dipandang sebelah mata, bahkan cukup luas dan beragam dengan
mekanisme kerja yang unik.
Salah satu senyawa kimia yang berperan penting dalam kekebalan tubuh
dapatan adalah antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh suatu
sel dalam tubuh kita (dinamakan sel limfosit B dan termasuk ke dalam kelompok
sel darah putih) sebagai respon terhadap adanya antigen (antigen adalah senyawa
kimia atau zat asing atau mikroba yang tidak dikehendaki tubuh karena berbahaya
yang mampu membangkitkan respon kekebalan pada tubuh kita) yang masuk
dalam tubuh. Antibodi mempunyai ciri khas, yaitu spesifik terhadap jenis tertentu
dari antigen. Ribuan atau jutaan jenis antigen yang masuk akan merangsang
dibentuknya ribuan atau jutaan jenis antibodi pula. Setiap detik sekitar 2000
molekul antibodi diproduksi oleh sel limfosit B. Salah satu contoh peristiwa yang
melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi karena luka maka akan
timbul nanah. Nanah ini merupakan sel darah putih penghasil antibodi yang mati
setelah berperang melawan antigen.
Antibodi diproduksi sesudah host diinjeksi dengan antigen. Respon
antibodi merupakan puncak dari serangkaian interaksi antara makrofag, sel T, sel
B terhadap hadirnya antigen asing. Tahap pertama dari respon antibodi dimulai
dari fagositosis antigen oleh makrofag atau sel lain dalam system
retikuloendotelial yang meliputi sel-sel Langerhans di kulit, sel dendritik pada
spleen dan lymph node, serta monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan
fungsi imunologisnya digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC).
Produksi antibodi diawali dengan melakukan injeksi atau imunisasi pada host atau
hewan coba. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu
penanganan dan pemilihan hewan coba, cara injeksi, sifat dan dosis antigen.
Kualitas suatu antibodi dinilai dari beberapa hal, yaitu: konsentrasi kemurnian dan
spesifisitas. Untuk menentukan kemurnian biasanya dipakai teknik
elektroforesis. Beberapa teknik biasanya digabung untuk menentukan spesifitas
sepeti kemampuan antibodi bereaksi dengan protein lain atau protein yang serupa
dari spesies lain.
Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk
melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh
sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan
menghancurkan musuh-musuh penyerbu. Antibodi mempunyai dua fungsi,
pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi
kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu
menghancurkannya.
Berada dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan
diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-
molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit
tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya, layaknya tank yang hancur
dan tak dapat bergerak atau melepaskan tembakan setelah dihantam rudal saat
pertempuran. Antibodi bersesuaian dengan musuhnya (antigen) secara sempurna,
seperti anak kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.
Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok
untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal.
Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh menciptakan antibodi khusus
yang cukup kuat untuk menghadapi si musuh. Hal ini karena antibodi yang
dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu mangkus bagi penyakit lainnya.
Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses
yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel
B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan
musuh (antigen).
2. DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel
darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang
masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai
CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan
yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama
akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA,
2007c).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia,
dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup,
yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe,
dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara
kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas
di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) adalah suatu penyakit yang
menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS disebabkan oleh
masuknya virus yang bernama HIV ( Human Immunodeficiency Virus) ke dalam
tubuh manusia. HIV dengan cepat akan melumpuhkan sistem kekebalan manusia.
Setelah sistem kekebalan tubuh lumpuh, seseorang penderita AIDS biasanya akan
meninggal karena suatu penyakit ( disbut penyakit sekunder) yang biasanya akan
dapat dibasmi oleh tubuh seandainya sistem kekebalan tubuh itu masih baik.
3. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah terpaparnya virus HIV. Virus HIV termasuk virus
ss RNA positif yang berkapsul, anggota dari genus lentivirus dari famili
Retroviridae. Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom
RNA yang dilapisi oleh protein nukleokapsid. Pada permukaan kapsul virus
terdapat glikoprotein transmembran gp41 dan glikoprotein permukaan gp120. Di
antara nukleokapsid dan kapsul virus terdapat matriks protein. Selain itu juga
terdapat tiga protein spesifik untuk virus HIV, yaitu enzim reverse transkriptase
(RT), protease (PR), dan integrase (IN). Enzim RT merupakan DNA polimerase
yang khas untuk retrovirus, yang mampu mengubah genom RNA menjadi salinan
rantai ganda DNA yang selanjutnya diintegrasikan pada DNA sel pejamu.
Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik sesuai dengan spesies virusnya,
antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi struktural dan sintesis DNA),
serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran plasma sel pejamu). Ada dua
spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih
"virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan
infeksi HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat
(Reeves and Doms, 2002). Kedua spesies berawal di Afrika barat dan tengah,
melompat dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai
zoonosis.
Replikasi retrovirus berbeda dengan virus RNA lainnya. Segera setelah
inti virus memasuki sitoplasma sel yang terinfeksi, RNA disalin ke DNA rantai
ganda dengan RT. Penyalinan dimungkinkan oleh aktivitas RNAse H dari RT,
sehingga rantai RNA dapat dipecah menjadi campuran DNA (-) dan RNA (+).
Baru kemudian campuran ini berubah menjadi molekul DNA rantai ganda. DNA
hasil salinan akan memasuki inti sel yang terinfeksi dan menyatu dengan
kromosom sel pejamu. Provirus (gen virus spesifik) juga ikut mengalami
penyatuan dengan kromosom sel yang terinfeksi. Integrasi ini dimungkinkan
dengan adanya sisipan rantai pengulangan yang disebut long terminal repeats
(LTR) pada ujung-ujung salinan genom RNA. Rantai LTR ini memuat informasi
sinyal yang diperlukan untuk transkripsi provirus oleh RNA polimerase dari
pejamu. Selain itu juga protein integrase berperan dalam proses ini. Setelah DNA
pejamu terintegrasi dengan materi genetik virus, akan terjadi proses transkripsi
yang menghasilkan satu rantai genom RNA yang utuh dan satu atau beberapa
mRNA. mRNA yang dihasilkan ini mengkode protein regulator virus.
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
1. Darah
2. Air mani
3. Cairan vagina
4. Air susu ibu (ASI)
HIV menular melalui:
1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari
orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi
(yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur;
juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung
darah yang terinfeksi HIV.
3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan
jika menyusui sendiri.
HIV tidak menular melalui:
1. Bersalaman, berpelukan
2. Berciuman
3. Batuk, bersin
4. Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar
mandi, WC, kamar tidur, dll.
5. Gigitan nyamuk
6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama
7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll.
HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada
di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya
dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau
dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
4. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa tahap yang akan dialami oleh seseorang bila terinfeksi HIV
AIDS . Gejala tahap awal dimulai dengan flu biasa yang akan sembuh dalam
beberapa hari kemudian. Tes darah masih belum dapat menunjukan adanya HIV
( negatif ).
Pada tahap lanjutan setelah melewati masa inkubasi 2 – 10 tahun seseorang
yang terinfeksi HIV akan mengalami demam berkepanjangan, selera makan
menurun, diare terus menerus tanpa sebab yang jelas, bercak bercak merah dikulit,
berat badan menurun drastis.
Gejala tahap ahir sistem kekebalan tubuh menurun, pengidap HIV
berkembang menjadi penderita AIDS. Gejala AIDS yang muncul berupa radang
paru paru, radang saluran pencernaan, kanker kulit, radang karena jamur
di mulut dan kerongkongan, gangguan syaraf, TBC. Umumnya sekitar 1-2
tahun setelah gejala AIDS muncul penderita meninggal dunia.
Radang paru-paru Kanker dan tumor ganas (malignan)
Gejala HIV bisa juga dibedakan antara minor dan mayor yaitu sbb:
1. Gejala Mayor : ~ BB menurun atau gagal tubuh, ~ Diare > 1 bulan (kronis/berulang).~ Demam > 1bulan (kronis/berulang), ~Infeksi sal.nafas bawah yang parah atau menetap.
2. Gejala Minor ~ Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali.~ Kandidiasis oral.~ Infeksi THT yang berulang.~ Batuk kronis,
~ Dermatitis generalisata, ~ Encefalit
5. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Hal ini dapat terjadi karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV
oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS
karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
b. Enselophaty akut
karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise,
demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral
Dapat mengakibatkan kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
d. Neuropati
Karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV).
3. Gastrointestinal
a. Diare
Karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis
Karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
c. Penyakit Anorektal
Karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan
diare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi
antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya
diproduksi mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah
terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli menganjurkan
pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan
aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi.
Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air
kencing. Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan
ini sangat mirip dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan
sampel darah jari dan air liur.
Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa
telah terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot
atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun
ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua kemungkinan, orang tersebut
sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi HIV.
Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena
pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus 'yang tidak
dapat disimpulkan' sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih
sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.
IFA
IFA atau Indirect Fluorescent Antibody juga meurupakan pemeriksaan
konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga
mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini
adalah biayanya sangat mahal.
PCR Test
PCR atau Polymerase Chain Reaction adalah uji yang memeriksa
langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih
cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal
dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan
jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR test
juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening test) darah atau
organ yang akan didonorkan.
7. PENCEGAHAN
Penularan HIV dapat terjadi melalui tiga cara
1. Cara seksual : melalui hubungan seks.
2. Cara Parenteral : melalui penggunaan jarum yang terkontaminasi virus,
transfusi darah, transplantasi organ yang tercemar virus.
3. Cara perinatal: melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya.
Sedangkan pencegahannya adalah:
a. Melakukan abstinensi seks atau hubungan kelamin monogami bersama
dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
b. Menggunakan kondom lateks apabila terjadi hubungan kelamin dengan
orang yang status HIV nya tidak diketahui.
c. Tidak melakukan tukar menukar jarum dengan siapapun untuk alasan
apapun.
d. Diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya virus paling sedikit 6 bulan
setelah hubungan kelamin terakhir yang tidak terlindung, karena
pembentukkan antibodi mungkn memerlukan waktu paling sedikit 6 bulan
setelah pajanan ke virus untuk membentuk antibodi. Seks oral juga dapat
menularkan virus.
e. Mencegah infeksi ke janin atau bayi baru lahir. Seorang wanita harus
mengetahui status HIVnya dan pasangannya sebelum hamil. Apabila
wanita hamil positif HIV, obat-obat atau antibodi anti HIV dapat diberikan
selama kehamilan dan kepada bayinya setelah lahir. Terapi in utero (di
dalam rahim) juga efektif dalam mencegah penularan virus ke bayi atau
bayi baru lahir. Ibu yang terinfeksi jangan menyusui bayinya, pompa
payudara jangan ditukar pakaikan.
8. PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas beberapa komponen, yakni:
1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral
(ARV) yang diinisiasi sekitar tahun 1996 di berbagai negara.
Penanganan medis utama untuk infeksi HIV ialah kombinasi obat
antiretroviral. Supresi replikasi HIV merupakan komponen penting dalam
memperpanjang harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup odha.
Meskipun demikian, beberapa pertanyaan penting terkait penanganan HIV
masih belum memperoleh jawaban terbaik. Di antaranya ialah kapan
pengobatan dengan antiretroviral sebaiknya dimulai, apa regimen HAART
yang paling baik, kapan regimen tertentu harus diganti, dan obat apa dalam
suatu regimen yang harus diganti jika diperlukan perubahan. Hingga saat ini,
telah ditemukan berbagai golongan obat antiretrovirus. Terdapat amat banyak
interaksi antar obat yang perlu diperhatikan ketika menggunakan obat-obatan
ini. Salah satu masalah utama yang didapati dengan penyebaran luas regimen
HAART ialah sindrom hiperlipidemia dan distribusi lemak yang dikenal
dengan sindrom lipodistrofi. Berikut adalah obat-obat ARV yang tersedia di
Indonesia.
Tabel. Obat ARV yang Beredar di Indonesia
Nama
DagangNama Generik
Golonga
n Sediaan Dosis (per hari)
Duviral Tablet,
kandungan:
zidovudin 300
mg, lamivudin
150 mg
2 x 1 tablet
Stavir
Zerit
Stavudin (d4T) NsRTI Kapsul:
30 mg, 40 mg
> 60 kg: 2 x 40 mg
< 60 kg: 2 x 30 mg
Hiviral
3TC
Lamivudin
(3TC)
NsRTI Tablet 150 mg
Lar. oral 10
mg/ml
2 x 150 mg
< 50 kg: 2 mg/kg,
2x/hari
Viramune
Neviral
Nevirapin
(NVP)
NNRTI Tablet 200 mg 1 x 200 mg selama 14
hari, dilanjutkan 2 x
200 mg
Retrovir
Adovi
Avirzid
Zidovudin
(ZDV, AZT)
NsRTI Kapsul 100 mg 2 x 300 mg, atau 2 x
250 mg (dosis
alternatif)
Videx Didanosin
(ddI)
NsRTI Tablet kunyah:
100 mg
> 60 kg: 2 x 200 mg,
atau 1 x 400 mg
< 60 kg: 2 x 125 mg,
atau 1 x 250 mg
Stocrin Efavirenz
(EFV, EFZ)
NNRTI Kapsul 200 mg 1 x 600 mg, malam
Nelvex
Viracept
Nelfinavir
(NFV)
PI Tablet 250 mg 2 x 1250 mg
NsRTI = nucleoside reverse transcriptase inhibitor, NNRTI = non-nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, PI = protease inhibitor
Terapi HIV/AIDS dilakukan dengan cara mengkombinasikan beberapa
obat untuk mengurangi viral load (jumlah virus dalam darah) agar menjadi
sangat rendah atau di bawah tingkat yang dapat terdeteksi untuk jangka waktu
yang lama. Data-data menunjukkan bahwa monoterapi untuk antiretrovirus
mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap obat, hilangnya efikasi dan
kembalinya progresivitas penyakit sehingga amat dianjurkan terapi kombinasi
ARV. Secara teoritis terapi kombinasi untuk HIV lebih baik daripada
monoterapi karena alasan-alasan berikut:
Menghindari/menunda resistensi obat, meluaskan cakupan terhadap virus
dan memperlama efek,
Peningkatan efikasi karena adanya efek aditif atau sinergistik,
Peningkatan target reservoir jaringan/selular dari virus,
Gangguan pada lebih dari satu fase hidup virus, dan
Penurunan toksisitas karena dosis yang digunakan menjadi lebih rendah.
Di Indonesia, regimen obat antivirus yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Tabel. Regimen Kombinasi Obat ARV yang Diusulkan untuk Indonesia
Satu dari kolom A dan salah satu kombinasi dari kolom B
Kolom A Kolom B
Nevirapin
Nelfinavir
Zidovudin + Didanosin
Didanosin + Lamivudin
Stavudin + Didanosin
Zidovudin + Lamivudin
Stavudin + Lamivudin
Walaupun obat antiretroviral telah menjadi kunci penatalaksanaan HIV/AIDS,
masih ada beberapa keterbatasan, yaitu:
Antiretrovirus tidak mampu sepenuhnya memberantas virus. Terapi ini
gagal mengendalikan viremia pada kurang lebih sepertiga pasien dalam
berbagai uji klinis. Pasien harus melanjutkan terapi seumur hidup agar
memperoleh manfaat yang optimal.
Jenis HIV yang resisten sering muncul, terutama jika kepatuhan pasien
pada terapi tidak sempurna (<95%). Tingginya biaya untuk membeli obat
ARV juga dapat menjadi hambatan pasien dalam mematuhi terapi.
Penularan HIV melalui perilaku yang berisiko dapat terus terjadi, meski
viral load tak terdeteksi.
Efek samping jangka pendek akibat pengobatan sering terjadi, mulai dari
anemia, neutropenia, mual, sakit kepala, hingga hepatitis akut. Efek
samping jangka menengah baru mulai diketahui seperti resistensi insulin,
asidosis laktat, hiperlipidemia dan lipodistrofi. Efek samping jangka
panjang belum diketahui.
Saat ini, telah terdapat lima golongan obat antiretroviral, yakni Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI), Nucleotide Reverse Transcriptase
Inhibitor (NtRTI), Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
(NNRTI), Protease Inhibitor (PI), dan Viral Entry Inhibitor.3 Dua pilihan
untuk terapi inisial yang paling sering digunakan ialah dua macam obat
NRTI (biasanya salah satu ialah lamivudin) dikombinasikan dengan satu
macam obat PI atau dua macam obat NRTI dikombinasikan dengan satu
macam obat NNRTI.
Keputusan untuk memulai terapi HIV harus mempertimbangkan risiko dan
keuntungan mengingat HIV merupakan infeksi kronis dan eradikasi infeksi
HIV secara lengkap bisa jadi tidak mungkin dengan regimen HAART
yang ada sekarang. Saat ini hal yang rasional dilakukan adalah memulai
terapi antiretroviral pada:
(1) seseorang dengan sindrom infeksi akut HIV,
(2) pasien dengan stadium penyakit simptomatik,
(3) pasien yang masih dalam stadium asimptomatik dengan jumlah CD4+
<500/µl atau RNA HIV >20.000 kopi/ml. Kriteria nomor 3 masih menjadi
kontroversi; di negara-negara berkembang, sebagian besar pasien
asimptomatik baru memulai terapi setelah jumlah CD4+ <200/µl. Sebagai
tambahan, pemberian terapi selama 4 minggu kepada individu belum
terinfeksi yang baru mengalami risiko tinggi terpajan HIV dapat pula
diterapkan.2
2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang
menyertai infeksi HIV/AIDS, seperti infeksi jamur, tuberkulosis, hepatitis,
toksoplasma, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks, serta upaya skrining
untuk deteksi dini infeksi atau kanker tersebut.
3. Pengobatan suportif, yakni pemberian makanan yang mempunyai nilai gizi
yang baik, istirahat yang cukup, dan menjaga kebersihan diri.
4. Terapi psikososial, konseling, dukungan kerohanian dan sokongan keluarga.
Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan,
harapan hidup lebih baik, dan kejadian infeksi oportunistik berkurang.
HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total.
Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan
bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (highly active
antiretroviral therapy, HAART) bermanfaat menurunkan morbiditas dan
mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS (odha) menjadi lebih
sehat serta dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat ARV dicapai melalui
perbaikan sistem kekebalan tubuh serta menurunnya kerentanan odha terhadap
infeksi oportunistik.
9. PATOFISIOLOGI
10. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIANa. Biodata
Nama : Tn. AUsia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : -Diagnosa Medis : AIDS
b. Data SubjektifKlien mengeluh lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari sehari 4 kali sebanyak kurang lebih 250 cc setiap BAB.Klien merasa sakit pada seluruh badan.Klien merasa penyakitnya tidak bisa disembuhkan dan ingin pulang saja.Klien sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai nyaris pingsan.
c. Data ObjektifBB awal : 60 kgBB saat ini : 50 kgTB : 170 cmTanda-Tanda Vital :
TD : 90/60 mmHgT : 40 0CRR : 28 x/menitHR : 90 x/menit
Pemeriksaan Lab :ELISA Western Blot (+)Limfosit CD4+ 200 sel/µlNeutropeniaAnemia Normositik Normokrom
B. ANALISA DATA
No. Data EtiologiMasalah
Keperawatan1. DS: Klien diare
selama 40 hari sehari 4 kali sebanyak kurang lebih 250 cc setiap BAB.DO: -
Kekebalan tubuh menurun
Bakteri masuk pada saluran cerna
Disfungsi imun karena AIDS
Infeksi pada mukosa usus
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
Iritasi dinding usus
Motalitas usus meningkat
Isi usus berlalu dengan cepat
Absorbsi air dan nutrisi terganggu
Feses berlebih
Diare
Dehidrasi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang
dari kebutuhan
2. DS: -DO:
BB awal : 60 kgBB saat ini : 50 kgTB : 170 cm
Kekebalan tubuh menurun
Infeksi saluran cerna
Iritasi mukosa usus
Pelepasan asam amino
Metabolisme protein menurun
BB < normal
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. DS: Klien mengeluh lemas tidak bergairah,Klien merasa sakit pada seluruh badan.Klien sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai nyaris
Respon imun
seluler
Sel CD4+ terinfeksi, pecah dan menginfeksi sumsum
tulang belakang
anemia normositik
Intoleransi Aktivitas
pingsan.
DO: RR : 28 x/menitHR : 90 x/menit
normokrom
pengikatan oleh Hb rendah
cadangan oksigen rendah
metabolisme rendah dan pembentukan energi
menurun
ATP menurun
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
4. DS: -DO:
T : 40 0C
Kekebalan tubuh menurun
CD4+ <200 sel
Virus/ pathogen lain masuk
Terjadi inflamasi
IL-1
Hipotalamus
Temperature menurun
Demam
Gangguan termoregulasi
Gangguan termoregulasi
5. DS: Klien merasa penyakitnya tidak bisa disembuhkan dan ingin pulang saja.
DO: -
HIV
Respon imun humoral
Sel B dihasilkan antibodi spesifik
Diferensiasi dalam plasma
IGM dan IGG menurun
Risiko gangguan harga diri
CD4+ menurun
Rentan menularkan virus
Isolasi sosial
Risiko gangguan harga diri
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No.Diagnosa
KeperawatanPerencanaan
RasionalTujuan Intervensi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan diare selama 40 hari sehari 4 kali sebanyak kurang lebih 250 cc setiap BAB.
Tujuan jangka pendek:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi secara adekuat.
Tujuan jangka panjang:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, keseimbangan cairan dan elektrolit
Mandiri:1. Kaji tanda
dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.
Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Anjurkan klien banyak minum, minimal 2500 ml/hari
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
3. Pantau intake dan output.
Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tidak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
4. Berikan makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang.
Peningkatan peristaltik menyebabkan penyerapan cairan pada usus berkurang.
dipertahankan secara maksimal, dg KH:Konsistensi BAB normal, 1 kali perhari.
Kolaborasi:1. Berikan
obat-obatan sesuai dengan indikasi.
Menurunkan jumlah keenceran feses dan mengurangi peristaltik usus.
2. Berikan cairan/ elektrolit melalui IV
Mendukung volume pemasukan, terutama jika pemasukan secara oral tidak adekuat.
3. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan metabolisme pencernaan makanan ditandai dengan BB turun.
Tujuan jangka pendek:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan yang sesuai.
Tujuan jangka panjang:Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Mandiri:1. Diskusikan
dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak, dan air terlalu panas atau dingin).
Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan
Untuk meningkatkan nafsu makan klien.
selama 3x24 jam, klien dapat mempertahankan / meningkatkan berat badan mencapai tujuan.
hangat.3. Berikan
jam istirahat serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.
Kolaborasi:1. Konsultasi
dengan ahli gizi
Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2. Beri suplemen nutrisi
Untuk meningkatkan masukan kalori dan protein.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh lemas tidak bergairah.
Tujuan jangka pendek:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat mempertahankan/ meningkatkan aktivitasnya.
Tujuan jangka panjang:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, secara verbal klien melaporkan peningkatan toleransi
Mandiri:1. Kaji
kemampuan klien untuk melakukan aktivitas, catat kelelahan dan kesulitan dalam beraktivitas.
Menentukan pilihan intervensi/ bantuan selanjutnya.
2. Berikan lingkungan yang tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen.
3. Anjurkan klien menghentikan aktivitas bila pusing, napas
Regangan/ stres kardiopulmonal berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi.
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
pendek, dan kelemahan.
4. Kaji kesiapan klien untuk meningkatkan aktivitas (kelelahan, RR, HR, TD)
Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
4. Gangguan thermoregulasi berhubungan dengan proses infeksi karena menurunnya kekebalan tubuh ditandai dengan demam.
Tujuan jangka pendek:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Tujuan jangka panjang:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh klien dalam batas normal (36-37 0C)
Mandiri:1. Monitor
suhu tubuh setiap 2 jam.
Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi karena menurunnya kekebalan tubuh).
2. Berikan kompres dingin pada dahi.
Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh.
3. Pantau suhu lingkungan.
Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
Kolaborasi:1. Berikan
antipiretik sesuai indikasi.
Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
5. Risiko gangguan harga diri berhubungan dengan isolasi sosial.
Memperlihatkan peningkatan harga diri dengan KH:Mendapatkan kelompok pendukung komunitas
Mandiri:1. Berikan
hubungan yang mendukung:Temani klienBantu klien
Sikap, pikiran, dan perasaan pemberi perawatan mempengaruhi kualitas hubungan perawat-klien.
AIDS.Mengerti cara melakukan perawatan sendiri untuk memelihara kesehatan.
untuk mengklarifikasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasan yang negatif.
2. Rujuk klien ke grup AIDS masyarakat lokal yang dapat mendukung.
Kelompok pendukung adalah sumber yang kuat untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Kaperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Firmansyah, Andan, 2010, Asuhan Keperawatan, [online],
Lequin, RM (2005) “ enzym Immunoassay” (EIA)/ Enzym-Linked
Walker, JM.1994. Bagic Protein and Pepticle Protocols, Volume 23. New Jersey :
Humana Press Inc....
(http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan/, diakses tanggal 18
September 2010).
http://www.wartamedika.com/2008/06/jenis-jenis-pemeriksaan-hivaids.html
http://aidsina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIV-AIDShttp://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-
kedokteran/alergi-imunologi/2010/11/04/obat-antiretroviral/