Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

79
Makalah HIV dan AIDS disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunnology & Hematology Disusun oleh : R. Gita Mujahidah 220110100017 Devi Kusniati 220110100020 Yuniar 220110100022 Monika Rohmatika 220110100025 Dwiesty Fathia N 220110100026 Puji Nurpauzi 220110100027 Tri Ayu Lestari 220110100028 Melia 220110100029 Nur Putri Indriyani 220110100030 Mya Ganes 220110100031 Hana Khoirotunnisa 220110100034 Annisa Nur A 220110100035

Transcript of Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Page 1: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Makalah HIV dan AIDSdisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunnology & Hematology

Disusun oleh :

R. Gita Mujahidah 220110100017

Devi Kusniati 220110100020

Yuniar 220110100022

Monika Rohmatika 220110100025

Dwiesty Fathia N 220110100026

Puji Nurpauzi 220110100027

Tri Ayu Lestari 220110100028

Melia 220110100029

Nur Putri Indriyani 220110100030

Mya Ganes 220110100031

Hana Khoirotunnisa 220110100034

Annisa Nur A 220110100035

Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran

2011

Page 2: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. 3

BAB 1 .................................................................................. 4

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..................................................................................4

1.2 Permasalahan ................................................................................. 4

1.3 Tujuan ................................................................................. 6

1.4 Metode Penulisan ................................................................................. 7

BAB 2 ................................................................................. 8

Pembahasan

Kasus 1 ................................................................................. 8

LO ................................................................................. 8

Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun ..................................................................... 9

HIV dan AIDS ................................................................................. 13

2.1 Definisi .................................................................................13

2.2 Etiologi ................................................................................. 14

2.3 Manifestasi Klinis ................................................................................. 14

2.4 Komplikasi ................................................................................. 16

2.5 PeranPerawat ................................................................................. 17

2.6 Klasifikasi ................................................................................. 18

2.7 Pencegahan ................................................................................. 25

2.8 Prognosis ................................................................................. 26

2.9 Legal Etik ................................................................................. 27

2.10 Insidensi ................................................................................. 28

2.11 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................. 31

2.12 Farmako & Non-Farmako ..................................................................... 34

Patofisiologi ..................................................................... 37

Asuhan Keperawatan ..................................................................... 41

BAB 3

Simpulan .................................................................... 53

Daftar Pustaka .....................................................................54

Page 3: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan makalah kasus ‘Acquired Immunodeficiency Syndrome’

ini tepat pada waktunya.

Untuk penyusunan makalah ini, penulis banyak mencari sumber dari buku teks

dan sumber bacaan di internet. Pada prosesnya, penulis menemui cukup banyak

hambatan. Diantaranya adalah terbatasnya jumlah buku teks dan kurang pahamnya

penulis mengenai bacaan yang terdapat pada buku-buku tersebut. Namun, hambatan

tersebut dapat diatasi dengan bantuan penjelasan dari tutor kelompok.

Penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dosen-dosen

tutorial serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat

bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jatinangor, 25 Agustus 2011

Penulis

Page 4: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam tubuh manusia telah tercipta system kekebalan tubuh untuk memerangi

antigen atau musuh bagi tubuh yang mengancam kesehatan manusia. Namun apabila

system kekebalan tubuh atau system imun tergangggu, akan mengakibatkan suatu

penyakit salah satunya HIV/AIDS.

Tidak ada seorang pun yang tahu HIV dari mana, persisnya cara kerjanya atau

bagaimana HIV dapat diberantas dari tubuh seseorang. Di setiap negara, waktu

AIDS pertama muncul, orang menyalahkan kelompok yang sudah terpinggirkan

(dan oleh karena itu pada umumnya lebih mudah diserang infeksi HIV, karena

kemiskinan dan tidak terjangkau oleh layanan dan informasi). Biasanya yang

disalahkan adalah orang ‘dari luar’ atau yang penampilannya atau perilakunya

‘berbeda’. Semua itu membawa masalah saling menyalahkan dan prasangka.

Artinya juga bahwa banyak orang menganggap bahwa hanya orang dalam kelompok

ini berisiko tertular HIV dan bahwa ‘itu tidak mungkin terjadi pada saya’.

Ketidakpastian mengenai asal usulnya AIDS dan siapa yang terpengaruhinya juga

membuat orang bahkan siap menyangkal bahwa AIDS sebetulnya ada.

1.2 PERMASALAHAN

AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang

menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga

orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya

dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV,

belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV,

tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada

tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri

Page 5: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun

tubuh.

Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah

terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala

flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap

ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain.

Namun, sering kali kita melupakan bahwa dalam kasus HIV/AIDS, sebenarnya juga

menyimpan virus yang lebih jahat dan sudah tumbuh berkembang dalam pikiran

masyarakat kita, yakni prasangka, stereotip, dan praktik diskriminasi. Memang setiap

warga negara berhak diperlakukan sama tanpa diskriminasi, tetapi hak ini tidak berlaku

bagi kelompok yang beresiko maupun yang sudah menderita HIV/AIDS. Mereka

diperlakukan secara berbeda dan penuh prasangka serta stereotipikasi. Sehingga, apabila

ada lebih dari 3 juta orang beresiko HIV/AIDS, maka lebih dari jumlah populasi itulah

pelanggaran hak asasi manusia rentan terjadi

Selama ini HIV/AIDS dianggap penyakit kutukan bagi manusia berdosa dan tidak

bisa disembuhkan oleh obat apapun yang biasanya diidap oleh orang

homo/heteroseksual, pekerja seks. Kalimat ini mungkin sangat prestisius, memvonis

dan tidak memberi ampun bagi HIV/AIDS, tetapi inilah kesadaran yang hidup di

masyarakat kita yang berhubungan dengan HIV/AIDS. Penyakit ini dianggap sebagai

sebuah bencana bagi seluruh peradaban saat ini, sehingga siapapun yang mengidap

HIV/AIDS harus disingkirkan (eliminasi), diperlakukan berbeda (diskriminasi), dan

dicap (stigmatisasi) sebagai biang kerok.

Pada titik tertentu, mereka akan mengatakan bahwa mereka yang menderita

HIV/AIDS telah melakukan bentuk penyimpangan dan pelanggaran norma dan nilai

serta aturan agama. Misalnya, penggunaan narkoba, berganti pasangan, dll. Jika dari dua

sikap tersebut tidak mampu membuat perubahan, proses terakhir adalah mereka yang

menderita HIV/AIDS dianggap sebagai bentuk ancaman bagi kelangsungan hidup.

Proses ini bisa tidak hanya terjadi dalam pola pikir saja, melainkan bisa juga dalam

praktek perilaku. Yang terakhir inilah yang sering dikatakan dengan diskriminasi.

Page 6: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Sering kali penderita HIV/AIDS diperlakukan berbeda karena masyarakat berpikir akan

menulari lingkungannnya. Misalnya, dalam keluarga mereka harus makan dengan

piring, sendok dan gelas khusus, di desanya mereka tidak boleh menyentuh barang-

barang yang banyak digunakan orang banyak, dan sebaginya. Hal ini memposisikan

penderita HIV/AIDS semakin merasa beda, yang seharusnya mendapat dukungan

lingkungannya untuk terus berjuang hidup.

Lebih jauh, penderita HIV/AIDS akan semakin parah dengan penyakit sosial prasangka

dan stereotip dalam segala hal yang berhubungan dengan hidupnya. Dengan adanya

prasangka dan stereotip, penderita HIV/AIDS akan semakin menderita dan

menyembunyikan diri. Dalam berperang melawan HIV/AIDS sebagai penyakit medis,

Maka, sudah sepatutnya kita juga mengingat virus sosial ini dalam pencegahan

maupun penanggulangan HIV/AIDS ini. Karena kalau virus sosial ini juga tidak

menjadi key problem dalam persoalan HIV/AIDS, angka 3 juta orang yang beresiko

HIV/AIDS itu akan menjadi korban (victims) sekaligus menjadi tersangkanya

(suspects). Tentunya, kalau ini terjadi sangat ironis bagi penanganan isu HIV/AIDS

sebagai persoalan kemanusiaan. Singkatnya, perlu ada perhatian juga bahwa HIV/AIDS

bukan hanya virus, melainkan juga politik.

1.3 TUJUAN

Tujuan membuat penulisan tentang HIV/AIDS selain untuk memenuhi tugas

mata kuliah system imunologi dan hematology, bertujuan untuk mengetahui system

imun dalam tubuh serta kelainan maupun penyakit yang dapat menyerangnya,

contohnya dalam kasus HIV/AIDS ini kita dapat mengetahui penyebab terjadinya

penyakit tersebut, gejala, bagaimana penularannya, serta pencegahan terhadap

penyakit yang mematikan tersebut.

Page 7: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

1.4 METODE

= studi pustaka dengn membaca buku

= mencari informasi melalui media elektronik

= berdiskusi kelompok

Page 8: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

BAB 2

PEMBAHASAN

Kasus 1

Tn. A usia 30 tahundirawat di ruang XX sudah 1 bulan. TB 170cm, BB saat ini

50 kg, Bbawal 60 kg mengeluh lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari,

sehari 4 kali sehari sebanyak lebih kurang 250cc. Setiap BAB, terpasang infus

dextrose 500cc 40gtt/menit di lengan kiri, infusan tercatat 5 hari yang lalu.

Kemudian perawat N mengganti infusan dengan pemasangan yang baru tetapi klien

menolak dengan alasan seluruh tubuh terasa sakit. Tn.A merasa bahwa penyakitnya

tidak bisa disembuhkan dan ingin pulang saja. Berdasarkan pemeriksaan vital sign:

TD 90/60mmHg, S 40F C, R 28x/menit, N 90x/menit.Tn. A sering mendadak

mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika hanya karena flu tsb

Tn. A nyaris pingsan. Hasil pemeriksaan Laboratorium di dapatkan:

Nilai Elisa Western Blot (+), neutropenia, anemia normositik normokom. Limfosit

CD4+ 200 sel/ium l, obat-obat yang dikonsumsi Zidofudin.

L.O

1. Nilai ELISA western Blot

ELISA western blot (Enzym Linked Immunosorbent essay) yaitu nilai untuk

pemeriksaan darah yang sangat peka,menyebabkan diketahuinya lingkup HIV diantara

kohort individu yang berprilaku resiko tinggki ,serta diantara populasi

tertentu.Pendekatan surveilans ini,disertai pemantauan jumlah sel CD4+ sebagai tolak

ukur immunosupresi,menyatakan bahwa penyakit HIV merupakan spektrum yang

luas,yang berkisar dari infeksi asimtomatik sampai penyakit klinis lanjut yang disebut

AIDS.

2. Neutropenia

Penurunan jumlah neutrofilik dalam darah

3.Efek samping zidofudin

Anemia ,granulositopenia,mual,gangguan rasa nyaman pada perut,sakit

kepala,konfusi,hepatitis,perubahan warna kuku,kejang,miositis,demam,menggigil.

Page 9: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

Pengertian sistem imun

        Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia

sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan

organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga

berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi

pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com)

 Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar

biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem

kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi

bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika

sistem

kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga

menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat

berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel

tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena

beberapa jenis kanker.

Letak sistem imun

Fungsi dari Sistem Imun

Page 10: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

        Sumsum

Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.

Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit

dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat

lain.

        Timus

Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke

dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting

yang dikenal sebagai toleransi diri.

       Getah bening

Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan

limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-

aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam

pemeriksaan fisik pasien.

        Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)

Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa,

jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran

pernafasan dan saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan

non Spesifik

        Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga

respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh

kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar

lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.

Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan

komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Spesifik

Page 11: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

        Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka

imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme

pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen

sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.

       Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme  pertahanan spesifik disebut juga

respons imun didapat.  Mekanisme Pertahanan Spesifik  (Imunitas Humoral dan

Selular)

        Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau

tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh

imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang

kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.

        Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang

diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

Antibodi (Immunoglobulin)

‡Antibodi (bahasa Inggris:antibody,  gamma globulin) adalah glikoprotein dengan

struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi

sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut.

Pembagian Immunglobulin

Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang

memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak

ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu)

sebagai sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang

terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa.

Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan

pengikatan mikroba.

Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer

dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan

pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan

Page 12: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel

B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%.

Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis

antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar

pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem

kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni,

Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica,  serta terhadap parasit protozoa tertentu

sepertiPlasmodium  falciparum, dan artropoda.

Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi

monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling

mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding.

Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah

dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7

hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.

Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM,  macroglobulin) adalah

antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan

antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan

teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary

immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk  monomeris dari

IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah

antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang

manusia dan berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM

adalah bagian yang

menggerakkan lintasan komplemen klasik. 

Page 13: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

HIV DAN AIDS

2.1 Definisi

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang

melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan

membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam

pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,

bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan

memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap

dapat berfungsi seperti biasa

Penyakit Defisiensi Imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada

biasanya, sehingga dapat menyebabkan infeksi. Penyakit defisiensi imun

merupakan penyebab dari penyakit genetik,seperti severe combined

immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti

sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh virus HIV.

Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-

sel fagositik, limfosit-B, limfosit-T atau komplemen.

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah

satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang

disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh.

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada

seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan

tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit

infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

AIDS adalah Suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat

yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan

kelainan neurologik.

Page 14: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

2.2 Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency

virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan

disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi

nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan

HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1.Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

2.Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

3.Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4.Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,

B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh,

dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.

Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1.Lelaki homoseksual atau biseks.

2.Orang yang ketagian obat intravena

3.Partner seks dari penderita AIDS

4.Penerima darah atau produk darah (transfusi)

5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.3 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS

adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah

bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit

lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :

• Rasa lelah dan lesu

Page 15: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

• Berat badan menurun secara drastis

• Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam

• Mencret dan kurang nafsu makan

• Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

• Pembengkakan leher dan lipatan paha

• Radang paru-paru

• Kanker kulit

Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara

lain tumor dan infeksi oportunistik :

Manifestadi tumor diantaranya;

a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi

kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang

terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.

b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan

bertahan kurang lebih 1 tahun.

Manifestasi Oportunistik diantaranya

1.Manifestasi pada Paru-paru

Pneumonia Pneumocystis (PCP)

Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi

paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas

dalam dan demam.

Cytomegalo Virus (CMV)

Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru

tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab

kematian pada 30% penderita AIDS.

Mycobacterium Avilum

Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit

disembuhkan.

Mycobacterium Tuberculosis

Page 16: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat

menyebar ke organ lain diluar paru.

2. Manifestasi pada Gastroitestinal

Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.

3. Manifestasi Neurologis

Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul

pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis,

demensia, mielopati dan neuropari perifer.

2.4 Komplikasi

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis

Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan

berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik

kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan

kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan

isolasi social.

Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit

kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.

Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.

Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

Page 17: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,

limpoma, dan sarcoma   Kaposi. Dengan efek, penurunan berat

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,

alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,

ikterik,demam atritis.

Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal

yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri

rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus,

dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,

reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa

terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran

dengan efek nyeri.

2. 5 Peran Perawat

Care provider : memberikan asuhan kepada klien sesuai dengan usia dan KDM yang harus dipenuhi oleh pasien

Educator : memberikan pengetahuan pada orangtua klien atau kepada klien langsung dalam rangka membantu proses penyembuhan

Page 18: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Advocator : sebagai pembela apabila Tn. A tidak memungkinkan untuk melakukan di operasi atau tindakan medis lainnya, maka sebagai perawat kita harus memberi tahu keadaan klien

Collaborator : perawat dapat bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, apoteker, dll dalam rangka membantu proses penyembuhan klien

Koordinasi : sebagai perawat kita harus berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk membantu proses penyembuhan klien `

2.6 Klasifikasi

Kriteria Diagnosis HIV lanjut (termasuk AIDS)

Kriteria klinik : konfirmasi infeksi HIV + bila diduga atau didiagnosis berada

dalam stadium 3 atau 4.

Kriteria imunologik (dewasa dan anak) : Konfirmasi infeksi HIV + CD4 count <

350/mm3

Kriteria imunologik ( anak < 5 tahun) : %CD4+ < 30 (< 12 bulan), %CD4+ <25

(12-35 bulan), % CD4+ <20 (36-56 bulan).

AIDS pada dewasa dan anak : konfirmasi infeksi HIV + diagnosis klinik

stadium 4 atau CD4 < 200/mm3 atau %CD4+ < 15.

Klasifikasi Imunologik pada infeksi HIV (WHO)

Page 19: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Kriteria Klinik HIV/AIDS pada dewasa dan anak (WHO)

Manifestasi Klinik Diagnosis Klinik Diagnosis pasti

Stadium I

Asimptomatik - -

Limphadenopati generalisata

persisten

Pembesaran KGB > 1 cm,

tidak nyeri pada 1 atau 2

tempat dengan sebab yang

tidak diketahui dan persisten

selama 3 bulan atau lebih

Histology

Stadium II

BB turun <10% BB

sebelumnya

BB turun tanpa sebab yang

jelas, atau BB tidak

bertambah pada kehamilan

BB turun < 10%

terdokumentasi

URTI rekuren (>1x selama 6

bulan)

Sinusitis

 

Otitis Media

Tonsilopharyngitis

LAB

Herpes Zooter Vesicular rash, nyeri ,

distribusi dermatomal, tidak

melewati midline tubuh.

Diagnosis klinik

Angular cheilitis Pecah2 pada sudut bibir

yang bukan diakibatkan oleh

def fe, biasanya berespon

dengan pemberian terapi

antijamur

Diagnosis klinik

Ulserasi oral rekuren ( ≥2 x Aphthous, nyeri, dengan Diagnosis klinik

Page 20: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

selama 6 bulan terakhir) halo dan pseudomembran

kuning abu-abu

Papular preuritic eruption Lesi popular Diagnosis klinik

Seborrhoic dermatitis Kulit gatal, bersisik,

terutama pada daerah

berambut

Diagnosis klinik

Infeksi jamur pada kuku Paronikia

 

Onycholisis

Kultur jamur

Stadium III

BB turun > 10 % BB

sebelumnya

BB turun tanpa sebab yang

jelas. Tampak kurus, BMI <

18,5 kg/m2atau BB turun

pada kehamilan

BB turun > 10%

terdokumentasi

Diare kronik lebih dari 1

bulan

Diare kronik lebih dari 1

bulan yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya

Pem feses

Demam persisten Demam persisten lebih dari

1 bulan

Suhu > 37.50, dengan kultur

darah negative, ziehl-nelsen

negative, apusan darah

malaria negative, foto thorax

normal, dan tidak ada focus

infeksi

Kandidiasis oral persisten Berupa pseudomembraneus

berwarna putih atau

erythematous form

Diagnosis klinik

Oral hairy leukoplakia Diagnosis klinik

TB ( berulang) Gejala kronik : batuk, batuk

darah, sesak, nyeri dada, BB

BTA sputum +, kultur positif

Page 21: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

turun, keringat malam,

demam. Dengan sputum

BTA + atau sputum BTA –

dengan gambaran radiologis

yang mendukung.

Infeksi bakteri berat

(pneumonia, meningitis,

empiema, pyomiositis, infeksi

tulang dan sendi, septicemia,

PID)

Demam disertai gejala dan

tanda spesifik, dan

merespon terhadap

pemberian antibiotic.

Isolasi bakteri

Acute necrotizing ulcerative

 

gingivitis atau necrotizing

ulcerative periodontitis.

Papilla gingival ulserasi,

sangat nyeri, gigi tanggal,

perdarahan, bau mulut tidak

sedap, dll.

Diagnosis klinik

Anemia ( (8 gr%)

 

Neutropenia (<0,5×109/L)

Trombositopenia (<50×109/L)

kronik

- Lab

Stadium IV

HIV wasting sindrom BB turun > 10% , wasting,

BMI < 18.5 kg/m2

 

Disertai salah satu :

Diare kronik > 1 bulan tanpa

Page 22: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

sebab yang jelas

Atau

Demam > 1 bulan tanpa

sebab yang jelas

Pneumocystis pneumonia Dispnoe on exertion atau

batuk tidak produktif,

takipneu, dan demam.

 

Dan

CXR : infiltrate difus

bilateral

Dan

Tidak ada bukti infeksi

pneumonia bacterial,

krepitasi bilateral, dan

auskultasi dengan atau tanpa

obs jalan nafas

Cytology, imunofloresent

mikroskopi.

Pneumonia bacterial rekuren ≥ 2x selama 6 bulan

terakhir, onset akut (<2

minggu), dengan gejala

berat ( demam, batuk, sesak,

nyeri dada).

 

Dan

Kultur

 

Antigen test

Page 23: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Konsolidasi pada pem fisik

atau rontgen thorax. Respon

terhadap antibiotic.

Herpes simplek kronik

(orolabial, genital, anorectal)

Herpes simplek kronik

(orolabial, genital,

anorectal) lebih dari 1 bulan

Kultur, DNA herpes simplek

virus, citologi, histology.

Oesofagial candidiasis Nyeri retrosternal, disfagi,

disertai oral candidiasis

Endoskopi, bronkoskopi,

mikroskopi, histology.

TB ekstraparu Pleural, pericardia,

peritoneal

 

involvement, meningitis,

mediastinal atau abdominal

lymphadenopathy atau

ostetis.

Isolasi M.TB, CXR

Sarcoma Kaposi Typical gross appearance in

skin or oropharynx of

persistent, initially flat,

patches with a pink or

violaceous colour, skin

lesions that usually develop

into plaques or nodules.

Endoskopi, bronkoskopi,

histology

CMV disease (selain hati,

limfa, dan KGB)

Retinitis

 

Kultur, DNA, histology

CNS toxoplasmosis Kelainan neurologis,

penurunan kesadaran, dan

respon terhadap terapi

spesifik

Antibodi toxoplasma (+) dan

satu atau lebih masa

intracranial pada

pemeriksaan CT scan atau

Page 24: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

MRI

HIV encephalopati Gangguan kognitif / motorik

progressive yang tidak

disebabkan oleh sebab lain

Neuroimaging

Criptococcosis

ekstrapulmonal (termasuk

meningitis)

Demam, sakit kepala,

meningism, bingung,

perubahan tingkah laku,

respon terhadap criptococcal

terapi

Isolasi criptococus

neoformans atau antigen test

Disseminated non tuberculous

mycobacteria infection

- Ditemukannya bakteri

atipikal

Progressive multifocal

leukoencephalopathy.

- Gangguan neurologis

progresif (gangguan kognitif,

berbicara, berjalan,

penglihatan, kelemahan

ekstremitas, dan gangguan

saraf cranial) disertai dengan

lesi hypodense pada white

matter, atau (+) poliomavirus

JC PCR pada LCS,

Chronic cryptosporidiosis

 

- Cysts (+) pada pem Ziehl-

Nielsen

Chronic isosporiasis. - Identifikasi Isospora.

Disseminated mycosis

(coccidiomycosis atau

histoplasmosis).

 

- Histology, antigen detection

 

Atau culture

Recurrent non-typhoid

 

Kultur darah

Page 25: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Salmonella bacteraemia.

Lymphoma (cerebral atau

Bcell

 

non-Hodgkin).

- Histology

 

neuroimaging techniques

Invasive ca cerviks

 

- Histology atau cytology

Atypical disseminated

leishmaniasis.

 

- Histology

Symptometic HIV-associated

nephropathy.

- Biopsy ginjal

Symptometic HIV-associated

cardiomyopathy.

 

- Kardiomegali, echo

2.7 Pencegahan

1.  Pencegahan melalui hubungan seksual

Tidak melakukan hubungan seks pra nikah

Tidak berganti-ganti pasangan

Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.

2.  Pencegahan melalui darah

Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi.

Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.

Hindari pengguna narkoba.

Page 26: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi

berdarah dengan orang lain.

Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.

 

3.  Pencegahan penularan ibu kepada anak

Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.

Tidak menyusui bayinya.

 

4.  Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup

Perlu komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan kepada masyarakat.

Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.

5. Pencegahan pada Kehamilan

Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan,

selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi

apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi

selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan

risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa

saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

2.8Prognosis

Tanpa pengobatan, waktu kelangsungan hidup rata-rata bersih setelah infeksi

HIV diperkirakan 9 sampai 11 tahun, tergantung pada subtipe HIV,  dan tingkat

kelangsungan hidup rata-rata setelah diagnosis AIDS di rangkaian terbatas sumber daya

di mana pengobatan tidak tersedia berkisar antara 6 dan 19 bulan, tergantung pada

studi.  Di daerah mana tersedia secara luas, pengembanganART sebagai terapi efektif

untuk infeksi HIV dan AIDS mengurangi angka kematian dari penyakit ini dengan 80%,

Page 27: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

dan mengangkat harapan hidup untuk orang terinfeksi HIV yang baru didiagnosis

sekitar 20 tahun. 

Sebagai pengobatan baru terus dikembangkan dan karena HIV

terus berevolusi resistensi terhadap perawatan, perkiraan waktu bertahan kemungkinan

akan terus berubah. Tanpa terapi antiretroviral, kematian biasanya terjadi dalam waktu

setahun setelah individu berkembang menjadi AIDS.  Kebanyakan pasien meninggal

karena infeksi oportunistik atau kanker terkait dengan kegagalan progresif dari sistem

kekebalan tubuh. Laju perkembangan penyakit klinis sangat bervariasi antara individu

dan telah terbukti dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kerentanan host dan fungsi

kekebalan tubuh perawatan kesehatan dan co-infeksi, serta yang strain tertentu dari

virus adalah yang terlibat.

Bahkan dengan perawatan anti-retroviral, selama jangka panjang pasien

terinfeksiHIVdapatmengalami gangguan

neurokognitif , osteoporosis , neuropati , kanker , nefropati ,dan penyakit

kardiovaskular . Hal ini tidak selalu jelas apakah kondisi hasil dari infeksi, komplikasi

yang terkait, atau efek samping pengobatan. 

Penyebab terbesar dari morbiditas AIDS saat ini, secara global, adalah TB co-

infeksi. Di Afrika, HIV merupakan faktor yang paling penting yang berkontribusi

terhadap peningkatan kejadian TB sejak tahun 1990.

2. 9 Prinsip Legal Etik

Banyak isu legal yang terjadi dalam perawatan pasien. Perawatan pasien dangan

HIV/AIDS menimbulkan bayak masalah sulit baik tentang tes HIV, stigma, dan

diskriminasi, masalah ditempat kerja dan masih banyak masalah yang lain.

Perawat harus selalu mengevaluasi diri untuk memastikan tindakan telah sesuai

denganprinsip etik dan hukum. Prinsipnya bersikap jujur pada pasien dan meminta

informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yang

paling aman untuk menghindari implikasi hukum.

Page 28: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Ada 6 asas etik yaitu:

1. Asas menghormati otonomi klien (repect for autonomi)

Klien mempunyai kebebasan untuk mengetahui dan memutuskan apa yang akan

dilakukan terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup.

2. Asas kejujuran (justice)

Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang

terjadi, apa yang dilakukan serta risiko yang dapat terjadi.

3. Asas tidak merugikan

Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak diperlukan dan

mengutamakan tindakan yang tidak merugikan klien serta mengupayakan risiko

yang paling minimal atas tindakan yang dilakukan.

4. Asas manfaat

Semua tidakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi klien untuk

mengurangi penderitaan dan memperpanjang hidupnya.

5. Asas kerahasiaan

Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah meningggal

6. Asas keadilan

Tenaga kesehatan harus adil, tidak membedakan kedudukan sosial ekonomi,

pendidikan, jender, agama, dan lain sebagainya.

Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat,nasional, dan internasional

dalam menghadapi HIV/AIDS adalah:

1. Empati

Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati,

kasih sayang dan kesediaan saling menolong.

2. Solideritas

Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang

diakibatkan oleh HIV/AIDS

3. Tanggung jawab

Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada

ODHA.

Page 29: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Isu etik dan hukum pada konseling pre-post tes HIV

Konseling pre-post tes HIV

Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani

informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang

lengkap dan benar. Hal ini perlu dilakukan setidakanya agar seseorang bisa

mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari

perilakunya selama ini.

Tes HIV harus bersifat :

1. Sukarela : bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan

atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksan/tekanan orang lain, ini juga berarti

bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang

tercakup dalam tes it, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja

implikasi dari hasil positif ataupun negatif terse but.

2. Rahasia : apapun hasil tes ini (baik positif maupun negatif) hasilnya hanya boleh

diberitahulangsung kepada orang yang bersangkutan.

3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun,.

Aspek Legal dan Etik Tes HIV

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar

penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut

(Permenkes,1989)

Dasar dari informed consent yaitu :

a. Asas menghargai otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang

memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan

terhadapnya

b. Kepmenkes 11239/Menkes/ SK/XI/2001 pasal 16 : dalam melaksanakan

kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta

persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

c. PP No. 23 tahun 1996 tentang tenagan kesehatan pasal 22 ayat 1 : bagi

tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan

meminta persetujuaan.

Page 30: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

d. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 5 ayat 2 : tindakan

medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan

atau keluarga.

Klien diberikan informasi yang cukup dan pastikan telah meliputi 3 aspek:

a. Persetujuan harus diberikan secara sukarela.

b. Persetujuan harus diberikan oleh individu yang mempunyai kapasitas dan

kemampuan untuk memahami.

c. Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai

pertimbangan untuk membuat keputusan.

Kerahasiaan Statis HIV AIDS

Pasien HIV berhak atas kerahasiaan, ini sesuai dengan prinsip etik asas kerahasiaan

yaitu kerahasiaan klien harus dihormati meskipun kllien telah meninggal. Untuk itu

tenaga kesehatan mempunyai kewajiban etik melindungi hak klien tersebut dengan

tetap merahasiakannya apapun yang berhubungan dengan klien.

Terdapat pengecualian dimana rahasia pasien HIV/AIDS bisa dibuka yaitu:

a. Berhubungan dengan administrasi

b. Bila kita dimintai keterangan dipersidangan

c. Informasi bisa diberiakn pada orang yang merawat atau memberikan konseling dan

informasi diberikan dengan tujuan untuk merawat, mengobati, atau memberikan

konseling pada klien.

d. Informasi diberikan kepada depkes

e. Informasi diberikan pada partner sex/keluarga yang merawat klien dan berisiko

terinfeksi oleh klien. Hal ini berkaitan dengan tugas tenaga kesehatan untuk

melindungi masyarakat, keluarga dan orang terdekat klien dan bahaya tertular HIV.

2.10 Insidensi

Page 31: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan RI mengalam peningkatan.

"Jumlah kasus HIV/AIDS tiap tahunnya mengalami peningkatan karena banyak masyarakat yang tertular dan baru menyadari bahwa dirinya berpenyakit HIV dan AIDS," kata Humas Palang Merah Indonesia Kota Jakarta Timur Dewi Rahmadania di Jakarta, Kamis.

Menurut data Ditjen PPM dan PL Depkes RI, lanjut dia, dalam triwulan pertama, Januari hingga Maret 2011, dilaporkan tambahan kasus AIDS mencapai 351.

"Kasus ’acquired immune deficiency syndrome or acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)’ dan ’human immunodeficiency virus (HIV)’ terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta sebanyak 3. 995 dan kasus HIV sebesar 15.769," katanya.

Dia menjelaskan, secara kumulatif kasus pengidap HIV/AIDS dari tanggal 1 Januari 1987 hingga Maret 2011 mencapai 24.482 kasus dengan angka kematian 4. 603 jiwa," kata Dewi.

Berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki 17.840, akibat pengguna narkoba suntik (IDU) 8.553, perempuan 6.553, akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89, akibat IDU 52.     Selanjutnya, kata dia, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko, yaitu akibat heteroseksual 13.000, homo-biseksual 734, IDU 9.274, transfusi darah 49, transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783.    Menurut dia, daerah yang rawan di Jakarta Timur atas penularan HIV, di sekitar Prumpung, Pulo Gadung, Jatinegara, Cakung, Pulo Gebang dan lain-lain.    "Daerah tersebut menjadi rawan penularan HIV karena terdapat area lokalisasi dan penginapan liar, dan yang paling rawan terkena virus itu adalah kaum remaja," kata Dewi.        Dia menambahkan, penularan HIV yang cukup tinggi melalui hubungan seks yang beresiko tanpa menggunakan kondom, menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian, melalui transfusi darah yang tidak melalui uji saring dan melalui ibu hamil yang terkena HIV     "Saat ini belum ditemukan vaksin untuk virus HIV, namun orang yang terinfeksi HIV bisa mendapatkan terapi Anti-Retroviral (ARV) ," katanya.     ARV, kata dia, berfungsi sebagai penghambat perkembangan virus, mengurangi kadar virus dalam Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) , menurunkan kadar viral load dan menaikan kadar CD4 .     "Hal yang tidak menularkan HIV, yaitu berjabat tangan, berpelukan, digigit

Page 32: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

nyamuk, bersentuhan, berenang bersama, tinggal serumah dengan ODHA, menggunakan toilet yang sama, dan menggunakan alat makan dan minum yang sama," ujar Dewi.

PENTALAKSANAAN

2.11 Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji laboratorium

o ELISA

ELISA merupakan test yang baik tapi hasilnya mungkin masih akan

negatif sampai 6-12 minggu pasien setelah terinfeksi. Jika terdapat tanda-

tanda infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka pemeriksaan

ELISA perlu diulang. Gejala infeksi akut yang mirip dengan gejal flue ini

akan sembuh dan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus HIV

sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut periode laten dan

berlangsung selama 8-10 tahun. Selama periode laten, virus HIV terus

menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak tanda dan

gejal infeksi HIV. Stadium lanjut infeksi HIV dimulai ketika psien mulai

mengalami penyakit AIDS. Gejala paling sering yang dijumpai pada

stadiium ini adalah penurunan berat badan, diare, dan kelemahan.

Cara kerja ELISA:

Pada dasarnya diambil virus HIV yang ditumbuhkan pada biakan sel,

kemudian dirusak dan dilekatkan pada biji-biji polistiren. Tes ini

menggunakan ikatan heavy dan light chain dari human immunoglobulin

sehingga reaksi dengan antibodi dapat lebih spesifik, yaitu mampu

mendeteksi IgM maupun IgG. Pada setiap tes selalu diikutkan kontrol positif

dan negatif untuk dipakai sebagai pedoman, sehingga kadar di atas cut-off

value atau atasabsorbance level spesimen akan dinyatakan positif. Biasanya

lama pemeriksaan adalah 4 jam. Pemeriksaan ELISA hanya menunjukkan

Page 33: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

infeksi HIV di masa lampau. Tes ELISA mulai menunjukkan hasil positif

pada bulan ke-23 masa sakit.

Pada pasien ini, selama fase permulaan penyakit (fase akut) dalam darah

penderita dapat ditemukan virus HIV/partikel HIV dab penurunan jumlah sel

T4 (gratik).

o Western Blot

Western Blot merupakan elektroforesis gel poliakrilamid yang

digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika

tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti western blot positif. Tes

Western blot mungkin juga tidak bisa menyimpulan seseorang menderita

HIV atau tidak. Oleh karena itu, tes harus diulangi lagi setelah dua minggu

dengan sampel yang sama.jika tes Western blot tetap tidak bisa disimpulkan,

maka tes Western blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap

negatif maka pasien dianggap HIV negatif.

Cara kerja:

Cara kerja Western blot yaitu dengan meletakkan HIV murni pada

polyacrilamide gel yang diberi arus elektroforesis sehingga terurai menurut

berat protein yang berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke nitrocellulose.

Nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita. Anibodi HIV

dideteksi dengan memberikan antibodi antihuman yang sudah dikonjugasi

dengan enzim yang menghasilkan warna bila diberi suatu substrat. Tes ini

dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan profil berat molekul standar ,

kontrol positif dn negatif. Gambaran band dari bermacam-macam protein

envelope dan core dapat mengidentifikasi macam antigen HIV. Bila serum

mengandung antibodi HIV yang lengkap maka Western blot akan memberi

gambaran profil berbagai macam band protein dari HIV antigen cetakannya.

Definisi hasil pemeriksaan Western blot menurut profit dari band protein

dapat bermacam-macam, pada umumnya adalah:

1. Positif : a. Envelope: gp41, gp12O, gp160

b. Salah satu dari band: p15, p17, p24, p31, gp41, p51, p55, p66

2. Negatif : bila tidak ditemukan band protein

Page 34: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

3. Intermedinate : bila ditemukan band protein yang tidak sesuai dengan

profil positif. Hasil intermedinate diberikan setelah dites secara duplo

dan penderita diberitahu untuk diulang setelah 23 bulan.hal ini mungkin

karena infeksi masih terlalu dini sehingga yang ditemukan hanya

sebagian dari core antigen (p17, p24, p55)

Pada pasien ini, hasil pemeriksaan Western blot (+)

o RIPA

RIPA merupakan tes darah yang dilakukan ketika antibodi berada pada

tingkat rendah atau jika hasil dari Western blot tidak akurat.

o PCR (Polymerase Chain Reaction)

Tes ini digunakan untuk :

a. Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada

kelompok berisiko tinggi

b. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum tejadi serokonversi

c. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai

sensitivitas rendah untuk HIV-2

o Test limfosit

Jumlah supresi kekebalan tubuh ditunjukkan oleh limfosit CD4 .sistem ini

didasarakan pada tiga kisaran CD4 dan tiga kategori klinis, yaitu :

a. Kategori 1 : > 500 sel/

b. Kategori 2 : 200 – 499 sel /

c. Kategori 3 : < 200 sel/

Klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah limfosit CD4 yang terendah dari

pasien. Klasifikasi CDC ( centre for diasease control and prevention ) juga bisa

digunakan untuk surveilans penyakit, penderita yang dikategorikan kelas A3,

B3, C1-3 dikategorkan AIDS. Sekali dilakukan klasifikasi, maka pasien tidak

dilakukan klasifkasi ulang, meskipun terjadi perbaikan status imunologi

misalnya peningkatan CD4 karena pengaruh terapi atau faktor lain.

Page 35: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Klasifikasi klinis dan CD4 pasien remaja dan orang dewasa menurut CDC

CD4 Kategori klinis

Total %

A

( asimptomatik, infeksi

akut )

B

( simptomatik )

C

( AIDS )

> 500/ml > 29 % A1 B1 C1

200 – 499/ml 14 – 28 % A2 B2 C2

< 200/ml < 14 % A3 B3 C3

Menurut data diatas pasien dalam kasus ini termasuk dalam kategori B2 (HIV

simptomatik) dengan hasil tes limfosit CD4 200.

b. Hitung jenis sel darah lengkap.

1. pemeriksaan hemoglobin

Yang diukur : jumlsh protein pengangkut oksigen dalam sel darah merah.

Nilai normal : 8,1 – 11,2 mmol/L

Pada pasien jumlah Hb nya kurang, hal ini dimanifestasikan dengan

keadaan psien ( anemia )

2. pemeriksaan leukosit

Yang diukur : jumlah sel darh putih dalam jumlah darah tertentu.

Nilai normal : 4300 – 10.800 sel/mm

Pada pasien jumlah leukositny kurang dari batas normal, hal ini

dimanifestasikan dengan keadaan pasien ( neutropenia )

2.12Farmako dan Non-Farmako

Dalam pengobatan dengan klien HIV / AIDS ada beberapa prinsip-prinsip

pengobatan :

1. Pengobatan Suportif

Page 36: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

- Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatakan keadaan umum pasien

dengan cara pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, vitamin, dan

dukungan psikososial.

- Kebutuhan gizi pada pasien HIV/AIDS :

o Energi tinggi : 45-50 kkal/kg BB

o Protein : 1,1 -1,5 g/kg/BB , pada berat normal 1,5- 2 pada

BB aktual kaheksia.

o Lemak : 17-20% kaloro total

2. Pengobatan Infeksi oportunistik

- Bertujuan untuk menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi

oportunistik, nasokomial atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang

aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis

harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.

3. Terapi AZT (Azidotimidin)

- Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim

pembalik transkiptase, AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4

nya <>3. Sekarang AZT tersedia untuk pasien dengan HIV positif

asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 .

4. Pengobatan antiretroviral

- Prinsip-prinsip pemberian ARV

1. Indikasi sesuai dengan pedoman WHO

2. Atasi dulu infeksi oportunistik

3. Hati- hati jika pasien mempunyai gangguan fungsi hati.

- Jenis obat-obatan antiretroviral

1. Attachmen inhibitor (mencegah melekatnya virus pada sel host) dan

Fusion inhibitir ( mendecah fusi membran luar virus dengan membran

sel host). Obat ini merupak obat yang baru dan masih dalam penelitian.

Page 37: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

2. Reverse transcriptase inhibitor / RTI : Mencegah salinan RNA virus

kedalam DNA sel host.

3. Integrasi inhibitor: menghalangi kerja enzim integrasi yang berfungsi

menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus.

4. Protease inhibitor (Pis): menghalangi enzim profase yang berfungsi

memotong DNA menjadi potongan=potongan yang tepat. Dipasaran

anamya Saquinavir, ritonavir,lopinavir dll)

5. Immune Simulator :perangsang immunitas tubuh melalui elemen kimia,

termasuk interleukin-2 (IL-2), reticulose, HRG214.

6. Obat antisense : merupakan bayangan cermin-cermin kode genetik HIV

yang mengikat pd virus untuk mencegah fungsinya (HGTV 43).

5. Zidofudin : untuk pemngobatan pencegahan HIV . Diberikan secara oral

- Dosis

o Dewasa: 600 mg sehari dalam dosis terbagi ( dosis biasa adalah 200

mg setiap 8 jam atau 300 mg setiap 12 jam).

o Anak-anak : 3 bulan -12 tahun 180 mg /m2 luar permukaan tubuh

setiap 6 jam (720 mg/m2/day tidak melebihi 600 mg setiap 6 jam.

o Anak-anak : < 12 tahun sama seperti dewasa

Patofisiologi

Faktor pencetusKontak seks, kontak

darah, kontak ibu bayi, dll

HIV masuk ke dalam tubuh Netrofil

Netrofil

Neutropenia

Page 38: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

oleh integrase endunuklease

Infeksi sel T lain

HIV berikatan Lim T, monosit,

makrofag

Hiv berdifusi dengan CD4+

Inti virus masuk ke dalam sitoplasma

RNA genom dilepas Ke sitoplasma

Sel B dihasilkan antibody spesifik

RNA virus DNA

Integrasi DNA virus + Protein Pada T4 (provirus)

Humoral Selular

Tunas virus

Virion HIV baru terbentuk (di limfoid)

APC aktifkan CD4+

AIDS

Respon imun

Diferensiasi dalam plasma

terinfeksi virus (sel T helper)

IGM dan IGG

Lawan CD4+ yg terinfeksi CD4+

IL-2 Interferon gamma IL-12

CD8 Rentan

Infeksi

Rangsangan pembentukan sel B

Tidak mengintensifikasi sistem imun

aktivitasIntoleransi aktifitas Sistem kekebalan

tubuh

Mutasi gen

Pembelahan sel berlebihanPicu sel kanker Aktifkan flora

normal

sitokininpirogenindogen set suhu oleh hipotalamus onteriorDemam

Gangguan termoregulasi

Risiko Infeksi (opurtunistik)

Page 39: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Sel rentan

Pengeluaran mediator kimia

Menginfeksi paru-paru Menginfeksi saluran pencernaan

Gangguan keseimbangan cairan

eksudat

Gangguan jalan napas

Gangguan suplai O2 menurun

hipoksia

Sesak napasRisiko pola napas tak efektif

Metabolism sel menurun

ATP menurunKelemahanIntoleransi aktifitas

Mukosa teriritasi Bakteri mudah masuk

Pelepasan asam amino

Sistem Imun menurun

Risiko gangguan pemenuhan nutrisi

BB < normal

Metabolisme protein

Absorpsi air menurun

Peristaltik meningkat

Diare

Page 40: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Nama : Tn. A

b. Umur : 35 tahun

c. Pekerjaan : -

Page 41: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

d. Jenis Kelamin : -

e. Agama : -

f. Alamat : -

g. Suku Bangsa : -

2. Keluhan Utama : lemah, lemas tak bergairah

a. Sistem pernapasan : flu berat

b. Sistem kardiovaskuler : -

c. Sistem gastrointestinal : diare 40 hari

d. Sistem genitourinaria : -

e. Sistem musculoskeletal : -

f. Kulit : -

g. Sistem neurosensory : nyaris pingsan

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat alergi : -

b. Riwayat penyakit keturunan : -

c. Riwayat penggunaan obat : -

d. Riwayat infeksi : -

e. Imunisasi : -

f. Kelainan/Penyakit autoimun : -

3. Pemeriksaan Fisik : -

a. Keadaan umum : -

b. TTV :

TD 90/60 mmHg

S : 40O C

N : 90 x/menit

R : 28 x/menit

c. Antropometri :

TB : 160 cm

BB sekarang : 50 Kg

4. Pemeriksaan Diagnostik :

Page 42: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

ELISA WESTERNBLOT(+),

Neutropenia,

Anemia normositik normokrom,

Limfosit CD4+ 180 sel/µl.

5. Pengkajian Psikososial Sosial Cultural

a. Masalah psikis

- Integritas ego : perasaan tidak berdaya atau putus asa

- Respon psikologis : menyangkal, marah, cemas dan mudah

tersinggung

b. Masalah Sosial

i. Perasaan rendah diri dan tidak berguna di masyarakat

ii. Interaksi sosial : perasaan terisolasi/ditolak

c. Masalah Cultural

-

d. Masalah Ketergantungan

Perasaan membutuhkan pertolongan orang lain

B. ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Klien mengeluh diare selama lebih dari 40 hari, 4 kali sehari sebayak 250 cc setiap BAB.

DO : -

HIV

menginfeksi saluran pencernaan

Sistem imun

Bakteri mudah masuk

Peristaltik

Absorbsi air

Diare

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Page 43: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2 DS :-DO : TB 160 cm BB 50 kg

HIV

Menginfeksi saluran pencernaan

Mukosa teriritasi

Pelepasan Asam Amino

Metabilisme Protein

BB < Normal

Gangguan pemenuhan nutrisi

( < kebutuhan )

Gangguan

pemenuhan nutrisi

( < kebutuhan )

3 DS :

-

DO :

S : 400C

Sistem kekebalan tubuh

Rentan Infeksi

Pengeluaran mediator kimia

Kenaikan Sitokinin

Pirogenindogen

Penaikan Set suhu oleh Hipotalamus

anterior

Demam

Gangguan

termoregulasi

(hipertermi)

Page 44: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

Gangguan termoregulasi

(hipertermi)

4 DS:

Klien mengeluh

lemah, lemas tidak

bergairah

DO :

-

AIDS

Respon Imun

Selular

APC aktifkan CD4+

terinfeksi virus (sel T helper)

IL-12

Aktivitas

Intoleransi Aktivitas

Intoleransi Aktivitas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan cairan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan ekskresi

yang ditandai dengan diare yang berlebihan

2. Gangguan pemenuhan nutrisi nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi

turun yang ditandai dengan BB yang berkurang dari awal/normal

3. Gangguan termoregulasi ( hipertermi) yang berhubungan dengan

peningkatan set suhu oleh hipotalamus anterior yang ditandai dengan suhu

tubuh klien 400 Celcius.

Page 45: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan metabolisme yang di

tandai dengan lemah dan lemas tidak bergairah

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

N

O

NDx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Kekurangan

cairan tubuh

yang

berhubunga

n dengan

peningkatan

ekskresi

yang

ditandai

dengan diare

yang

berlebihan

Tujuan jangka pendek:

1. Meningkatkan

absopsi air.

2. Mengembalikan

kebiasaan

defekasi.

Tujuan jangka

panjang:

1. Kebutuhan cairan

dan elektrolit

yang seimbang.

1. Pertahankan

masukan

cairan

sedikitnya 3

liter, kecuali

jika ada

kontraindikas

i.

2. Kaji

kebiasaan

normal klien.

3. Berikan

antispasmodi

k

antikolinergis

atau obat

1. Mencegah

hipovolemia

2. Memberikan

dasar untuk

evaluasi

3. Menurunkan

spasme dan

mortilitas usus

4. Mengidentifika

si organism

Page 46: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

sesuai

ketentuan

4. Dapatkan

kultur feses

dan berikan

terapi

antimikroba

sesuai

ketentuan.

5. Pantau tanda

dan gejala

dehidrasi.

patogenik.

5. Kehilangan

cairan

mengakibatkan

penurunan

volume

sirkulasi yang

menimbulkan

takikardia, kulit

dan membrane

mukosa kering,

turgor kulit

buruk, dan

haus. Deteksi

memungkinkan

pengobatan

dini.

2 Gangguan

pemenuhan

nutrisi

nutrisi

berhubunga

n dengan

intake

nutrisi turun

yang

ditandai

dengan BB

yang

Tujuan jangka pendek:

1. Perbaikan status

nutrisi.

2. Adanya

peningkatan berat

badan.

Tujuan jangka

panjang:

1. Kebutuhan nutrisi

seimbang.

Kaji terhadap

malnutrisi

dengan

mengukur

tinggi dan

berat badan,

usia, BUN,

protein serum,

albumin, kadar

transferin,

hemoglobin,

hematokrit,ene

Memberikan

pengukuran

objektif terhadap

status nutrisi

Page 47: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

berkurang

dari

awal/normal

rgy kutan dan

pengiukuran

antropometrik.

Dapatkan

riwayat diet,

termasuk

makanan yang

disukai dan

tidak disukai

serta

intoleransi

makanan

Kaji faktor –

faktor yang

mempengaruhi

masukan oral

Konsul dengan

ahli diet untuk

menentukan

kebutuhan

nutrisi pasien

Kurangi faktor

yang

membatasi

masukan oral :

- Dorong

pasien untuk

istirahat

sebelum makan

- Rencanakan

makan

Memastikan

kebutuhan

terhadap

pendidikan

nutrisi dan

membantu

intervensi

individual

Memberikan

dasar dan arahan

untuk intervensi

Memudahkan

perencanaan

makan

Meminimalkan

keletihan yang

dapat

menurunkan

napsu makan

Menurunkan

rangsang

kecemasan

Page 48: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

sehingga

jadwal makan

tidak terjadi

segera setelah

prosedur yang

menimbulkan

nyeri atau tidak

enak.

- Dorong

pasien untuk

makan dengan

pengunjung

atau orang lain

bila mungkin

- Dorong

pasien untuk

menyiapkan

makan

sederhana atau

untuk

mendapatkan

bantuan pada

penyiapan

makan bila

mungkin

- hidangkan

makan sedikit

demi sedikit

tapi sering : 6

kali per hari

- batasi cairan

1 jam sebelum

Membatasi

isolasi social

Membatasi

penggunaan

energy

Mencegah pasien

terlalu kenyang

Mengurangi

kekenyangan

Memberikan

protein dan kalori

Page 49: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

makan dan

pada saat

makan

Kolaborasi

Kerjasama

dengan ilmu

gizi tentang

pemberian

suplemen

nutrisi dan

mengkonsumsi

makanan kaya

protein

( daging,

unggas, ikan )

dan

karbohidrat

( pasta, buah,

roti )

Konsul dengan

dokter tentang

makanan

pengganti

( nutrisi enteral

atau

parenteral )

Konsulkan

dengan pekerja

social atau

petugas

komunitas

tambahan

Memberikan

dukungan nutrisi

bila pasien tidak

dapat

megkonsumsi

jumlah yang

cukup per oral

Meningkatkan

ketersediaan

sumber dan

nutrisi

Page 50: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

tentang

bantuan

financial bila

pasien tidak

dapat

mengusahakan

makanan

3 Gangguan

termoregula

si

( hipertermi)

yang

berhubunga

n dengan

peningkatan

set suhu

oleh

hipotalamus

anterior

yang

ditandai

dengan suhu

tubuh klien

400 Celcius.

Tujuan jangka Pendek :

Menurunkan suhu tubuh

Tujuan Jangka Panjang

:

Suhu tubuh stabil

1. kaji suhu

tubuh klien

2. memberikan

antipiretik sesuai

anjuran dokter

3. berikan

kompres air

hangat.

1. untuk

mengetahui status

suhu tubuh klien

2. untuk

menurunkan suhu

tubuh klien agar

kembali normal

3. akibat

vasodilatasi sel,

kulit dapat

mengeluarkan

panas dari tubuh.

4 Intoleransi

aktivitas

berhubunga

n dengan

penurunan

metabolisme

yang di

Tujuan jangka pendek:

1. Mengurangi rasa

lemas, lemah tak

bergairah.

Tujuan jangka

panjang:

1. Memantau

kegiatan klien

sehari-hari.

2. Berikan terapi

seperti

relaksasi dan

1. Memberikan

data objektif

tentang

intoleransi

aktivitas.

2. Mengurangi rasa

cemas yang

Page 51: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

tandai

dengan

lemah dan

lemas tidak

bergairah

1. Aktivitas kembali

normal.

imajinasi

terbimbing.

3. Pemberian

ekogen sesuai

dengan

ketentuan.

4. Membantu

klien

menyusun

rutinitas

harian.

ditimbulkan dari

kelemahan dan

keadaan mudah

letih.

3. Meningkatkan

toleransi klien

terhadap

aktivitas dan

mengurangi

keadaan mudah

lemah karena

anemia

4. Untuk menjaga

keseimbanagn

antara aktivitas

dan istirahat

karena klien

mungkin tidak

mampu

mempertahanka

n aktivitas yang

lazim karena

kelemahan.

BAB 3SIMPULAN

Page 52: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang

timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri

disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Oleh karena itu HIV AIDS

sangat berbahaya bagi masyarakat bila masyarakat atau pasien sendiri tidak tahu

bagaimana cara penularannya, bagaimana cara menanggulanginya, dan bagaimana cara

mencegahnya. Untuk itu kita disini sebagai perawat memiliki peran sebagai care

provider yang mana memberikan asuhan keperawatan kepada klien sesuai dengan

Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) yang harus terpenuhi, adapun perawat sebagai

Educator yang memberikan informasi/pengetahuan kepada si klien tentang penyakitnya,

Konselor dimana perawat mambantu si klien dalam mengatasi tekanan psikologisnya,

dan masih banyak lagi peran perawat lainnya. Peran perawat disini sangat penting

dalam proses penyembuhan pasien. Perawat harus benar-benar mengerti apa yang harus

ia lakukan kepada klien dengan mempertimbangankan rasional dan prinsip etik legal

yang ada.

Daftar Pustaka

Smeltzer,suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.

Jakarta:EGC

Page 53: Makalah Kasus 1 Imunnology Tutor 7

WHO, Clinical Staging And Immunological Classification Of Hiv-Related Disease In

Adults And Children, France, 2007. Hal 8-15

 Yayasan Spiritia, Lembaran Informasi Tentang HIV/AIDS Untuk Orang Yang Hidup

Dengan HIV/AIDS (ODHA), Jakarta, 2005.

 PAPDI, Panduan pelayanan Medik, Jakarta, 2006. Hal 287-288

http://www.peutuah.com/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-hiv-aids/

http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/05/09/gangguan-sistem-imunitas/

http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/pencegahan

http://srigalajantan.wordpress.com/2009/12/14/asuhan-keperawatan-hivaids/)