Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

43
Tindak Kekerasan Sehingga Menyebabkan Kematian Yunistin Ambeua NIM: 10.2010.269 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: [email protected] BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Semua makhluk biologis akan mati dan cara mati masing-masing adalah berbeda walaupun pada dasarnya kematian adalah disebabkan ketiadaan oksigen di otak. Ilmu kedokteran forensik disebut juga ilmu kedokteran kehakiman, merupakan salah satu mata ajaran wajib dalam rangkaian pendidikan kedokteran di Indonesia, dimana peraturan perundangan mewajibkan setiap dokter baik dokter, dokter spesialis kedokteran forensik, spesialis klinik untuk membantu melaksanakan pemeriksaan kedokteran forensik bagi kepentingan peradilan bilamana diminta oleh polisi penyidik. Dengan demikian, dalam penegakan keadilan yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, bantuan dokter dengan pengetahuan Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang dimilikinya amat diperlukan. 1 Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang berlaku setelah kematian serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. 1

Transcript of Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Page 1: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Tindak Kekerasan Sehingga Menyebabkan Kematian

Yunistin Ambeua

NIM: 10.2010.269

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,

Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Semua makhluk biologis akan mati dan cara mati masing-masing adalah berbeda walaupun

pada dasarnya kematian adalah disebabkan ketiadaan oksigen di otak. Ilmu kedokteran forensik

disebut juga ilmu kedokteran kehakiman, merupakan salah satu mata ajaran wajib dalam rangkaian

pendidikan kedokteran di Indonesia, dimana peraturan perundangan mewajibkan setiap dokter baik

dokter, dokter spesialis kedokteran forensik, spesialis klinik untuk membantu melaksanakan

pemeriksaan kedokteran forensik bagi kepentingan peradilan bilamana diminta oleh polisi penyidik.

Dengan demikian, dalam penegakan keadilan yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia,

bantuan dokter dengan pengetahuan Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang dimilikinya

amat diperlukan.1

Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang berlaku

setelah kematian serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. 1

Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran forensic yang mempelajari tentang luka dan

cedera serta hubungannya dengan berbagai tindak kekerasan.Berdasarkan sifat serta penyebabnya,

kekerasan dapat dibedakan menjadi kekerasan mekanik,fisika dan kimia. 1

TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari mengenai ilmu kedokteran forensic dari

aspek hukum dan prosedur medikolegal melibatkan profesi kedokteran. Selain itu, mempelajari

Page 2: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

mengenai tindak kekerasan yang menyebabkan perlukaan akibat benda tajam hingga menyebabkan

kematian dan memahami prosedur dan teknis pemeriksaan luar dan dalam pada mayat.

SKENARIO

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan

mati tertelungkup. Ia mengekana kaos dalam(oblong) dan celana panjang yang dibagian bawahnya

digulung hingga setengah tungkai bawah. Lehernya terikat dengan lengan baju(yang kemudiannya

diketahui sebagai baju milik nya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon

perdu setinggi 60cm. posisi tubuh relative mendatar,namun leher memang terjerat oleh baju tersebut.

Tubuh mayat tersebut telah membusuk,namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah

ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka di

daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2km. TKP adalah suatu daerah

perbukitan yang berhutan cukup berat.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Prosedur Medikolegal

Dasar hukum dan undangundang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi jenasah adalah :1,2

A. Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam KUHP pasal

133:

1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang korban

baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak 

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka

atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan

Page 3: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang

diilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

B. Undang-undang Kesehatan Pasal 79

1. Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga kepada pejabat pe

gawai  negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus

sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU No 8 tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini.

2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan.

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.

d. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.

e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti.

f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.

g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti sehubungan

dengantindak pidana di bidang kesehatan.

3. Kewenangan penyidik sebagaimana  dimaksud  dalam ayat  (2)

dilaksanakan menurut UU No 8 tahun 1981 tentang HAP.

Kewajiban dokter membantu peradilan

Pasal 133 KUHAP

Pasal 179 KUHAP

1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya

Pasal 183 KUHAP

o Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa

suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya.1,2,3

Page 4: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Pasal 184 KUHAP

1) Alat bukti yang sah adalah:

- Keterangan saksi

- Keterangan ahli

- Surat

- Pertunjuk

- Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 186 KUHAP

o Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP

1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang

pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta

agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang

sebagaimana tersebut pada ayat (2)

Sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter

Pasal 216 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda

paling banyak sembilan ribu rupiah.

2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan

undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas

menjalankan jabatan umum.

3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya

pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya

dapat ditambah sepertiga.

Pasal 222 KUHP

Page 5: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

o Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling

lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah.

Pasal 224 KUHP

o Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli

atau jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut

undang-undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9

bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6

bulan.

Pasal 522 KUHP

o Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau

jurubahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda

paling banyak sembilan ratus rupiah.

Bedah Mayat Klinis

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat

Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.

Pasal 2 PP No 18/1981

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:

o Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat

setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat

ditentukan dengan pasti;

o Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga

penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau

masyarakat sekitarnya.

o Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka

waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari

yang meninggal dunia datang ke rumah sakit.

Pasal 70 UU Kesehatan (2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma

yang berlaku dalam masyarakat.2

Page 6: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

ii. Aspek hukum

Undang-udang yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau penganiayaan sehingga

menyebabkan kematian :1,2

Pasal 338 KUHP

o Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun

Pasal 339 KUHP

o Pembunuhan yang diikuti,disertai atau didahului oleh sesuatu perbuatan pidana,yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudahkan

pelaksanaannya,atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari

pidana dalam hal tertangkap tangan ataupun untuk memastikan penguasaan

barangyang diperolehnya secara melawan hukum diancam dengan pidana penjara

seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20 tahun.

Pasal 340 KUHP

o Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa

orang lain, diancam,karena pembunuhan dengan rencana(moord), dengan pidana mati

atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 25 tahun.

iii. Personal Identifikasi

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati,

berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk

mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses

peradilan.3,6

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal,

jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam atau

huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.

Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi

yang tertukar atau diragukannya orang tuanya.

Tujuan dari identifikasi forensik adalah:

Kebutuhan etis dan kemanusiaan.

Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis.

Pencatatan identitas untuk keperluan administratif dan pemakaman.

Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata.

Page 7: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Pembuktian klaim asuransi, pensiun dan lain-lain.

Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal.

Peran Identifikasi Forensik

Peran identifikasi forensik adalah:

Pada orang hidup :

- Semua kasus medikolegal.

- Orang yang didakwa pelaku pembunuhan.

- Orang yang didakwa pelaku pemerkosaan.

- Identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya.

- Anak hilang.

Pada jenazah, dilakukan pada keadaan:

- Kasus peledakan.

- Kasus kebakaran.

- Kecelakaan kereta api atau pesawat terbang.

- Banjir. 

- Kasus kematian yang dicurigai melanggar hukum.

Metode Identifikasi Forensik

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan

hasil positip (tidak meragukan). Secara garis besar ada dua metode pemeriksaan, yaitu:

a. Identifikasi primer :

Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi

lain. Teknik identifikasi primer yaitu :

· Pemeriksaan DNA

· Pemeriksaan sidik jari

· Pemeriksaan gigi

Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai tiga

metode pemeriksaan dengan hasil positif.

b. Identifikasi sekunder :

Page 8: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat berdiri sendiri dan

perlu didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan

cara ilmiah. Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan,

pakaian dan kartu identitas yang ditemukan. Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu

seperti pemeriksaan medis.

Ada beberapa cara identifikasi yang biasa dilakukan, yaitu:

1) Pemeriksaan sidik jari

Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.

Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan

identitas seseorang, oleh karena tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama.

2) Metode visual

Metode ini dilakukan dengan cara keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah).

Oleh karena metode ini hanya efektif pada jenazah yang masih utuh (belum membusuk), maka tingkat

akurasi dari pemeriksaan ini kurang baik.

3) Pemeriksaan dokumen

Metode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, kartu golongan

darah, paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan. Namun

perlu diingat bahwa dalam kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam saku, tas atau dompet

pada jenazah belum tentu milik jenazah yang bersangkutan.

4) Pengamatan pakaian dan perhiasan

Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenzah. Dari

pemeriksaan ini dapat diketahui merek, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat

membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah. Untuk kepentingan lebih

lanjut, pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentsikan dalam

bentuk foto.

5) Identifikasi medik

Metode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik secara keseluruhan,

meliputi tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, adanya luka bekas

operasi, tato, cacat atau kelainan khusus dan sebagainya. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi,

oleh karena dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi.

6) Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,

bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri

Page 9: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang

yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.

7) Serologi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil baik dari tubuh

korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara. Ada dua tipe

orang dalam menentukan golongan darah, yaitu:

· Sekretor     : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani dan cairan tubuh.

· Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari pemeriksaan darah.

8) Metode ekslusi

Metode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang

yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dipastikan identitasnya dengan

menggunakan metode identifikasi lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan

metode tersebut di atas, maka sisa diidentifikasi menurut daftar penumpang.

9) Identifikasi kasus mutilasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau

binatang. Bila berasal dari manusia ditentukan apakah potongan tersebut berasal dari satu tubuh.

Untuk memastikan apakah potongan tubuh berasal dari manusia dilakukan beberapa pemeriksaan

seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa

reaksi antigen-antibodi.

10) Identifikasi kerangka

Identifikasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka

manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila

memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Kemudian dicari pula tanda kekerasan pada

tulang serta keadaan kekeringan tulang untuk memperkirakan saat kematian.

11) Forensik molekuler

Pemeriksaan ini memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan molekul

dan DNA. Pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan berbagai

pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan serta

berbagai kasus ragu ayah (paternitas).

iv. Pemeriksaan Pada Mayat

Jika korban dibawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis, maka dokter punya

kewajiban untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi atau menyuruh keluarga korban untuk melapor

ke polisi. Korban yang melapor terlebih dahulu ke polisi pada akhirnya juga akan dibawa ke dokter

untuk mendapatkan pertolongan medis sekaligus pemeriksaan forensik untuk dibuatkan visum et

Page 10: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

repertumnya. Secara umum dokter bertugas mengumpulkan bukti adanya kekerasan, keracunan, tanda

persetubuhan, penentuan usia korban dan pelacakan benda bukti yang berasal dari pelaku.

Pemeriksaan Luar

Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensik, pemeriksaan harus

dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik terhadap

benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu dan lain-lain, juga terhadap tubuh mayat itu

sendiri. 1,5,7,8

Agar pemeriksaan dapat terlaksana dengan secermat mungkin, pemeriksaan harus mengikuti

suatu sistimatika yaitu mulai dengan :

1. Label mayat.

Mayat laki-laki yang dikirimkan untuk pemeriksaan kedokteran forensik diberi label dari

pihak kepolisian, merupakan sehelai label berwarna merah muda dengan materai lak merah terikat

pada ibu jari kaki kanan. Adalah kebiasaan yang baik, bila dokter pemeriksa dapat meminta keluarga

terdekat dan mayat untuk sekali lagi melakukan pengenalan/pemastian identitas.

2. Tutup mayat.

Mayat seringkali dikirimkan pada pemeriksa dalam keadaan ditutupi oleh sesuatu.

Jenis/bahan, warna serta corak dari penutup ini dicatat. Bila terdapat pengotoran pada penutup, catat

pula letak pengotoran serta jenis/bahan pengotoran tersebut.

3. Bungkus mayat.

Mayat kadang-kadang dikirimkan pada pemeriksa dalam keadaan terbungkus. Bungkus mayat

ini harus dicatat jenis/bahannya, warna, corak, serta adanya bahan yang mengotori. Dicatat pula tali

pengikatnya bila ada, baik mengenai jenis/bahan tali tersebut, maupun cara pengikatan serta letak

ikatan tersebut.

4. Pakaian.

Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dan pakaian yang dikenakan pada bagian tubuh

sebelah atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan yang terluar sampai lapisan yang terdalam.

Pakaian dari korban yang mati akibat kekerasan atau yang belum dikenal, sebaiknya disimpan untuk

barang bukti. Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku ini harus diperiksa dan dicatat isinya

dengan teliti pula.

5. Perhiasan.

Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Pencatatan meliputi jenis

perhiasan, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut. Benda

Page 11: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

di samping mayat. Bersamaan dengan pengiriman mayat, kadangkala disertakan pula pengiriman

benda di samping mayat, misalnya bungkusan atau tas.

6. Tanda kematian

Di samping untuk pemastian bahwa korban yang dikirimkan untuk pemeriksaan benar-benar

telah mati, pencatatan tanda kematian ini berguna pula untuk penentuan saat kematian. Waktu/saat

dilakukannya pemeriksaan terhadap tanda kematian ini dicatat agar pencatatan terhadap tanda

kematian ini bermanfaat.

7. Tanda-tanda pasti kematian :

A. Lebam mayat (livor mortis)

Lebam mayat dapat di gunakan untuk tanda pasti kematian ; memperkirakan sebab kematian,

mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadi lebam mayat yang menetap dan

memperkirakan saat kematian. Terhadap lebam mayat, dilakukan pencatatan letak/ distribusi

lebam, adanya bagian tertentu di daerah lebam mayat yang justru tidak menunjukkan lebam

(karena tertekan pakaian, terbaring di atas benda keras dan lain-lain). Warna dari lebam mayat

serta intensitas lebam mayat (masih hilang pada penekanan, sedikit menghilang atau sudah tidak

menghilang sama sekali).

Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi,

mengisi vena dan venula, membentuk bercak darah berwarna ungu (livide) pada bagian terbawah

tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas

fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluih darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak pada

20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap

setelah 8- 12 jam. Sebelum waktu itu, lebam mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan

dapat berpindah jika posisi mayat diubah.

Memucatnya lebam mayat akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau

perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi

walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih dapat

mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang dijumpai bercak

perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam

disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah

lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan

perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru

di daerah perut dan dada. Mengingat pada lebam mayat darah terdapat didala pembuluh darah,

Page 12: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma

(ekstravasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka

warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan resapan darah tidak

menghilang.

B.Kaku mayat (rigor mortis)

Distribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada beberapa sendi (daerah dagu/tengkuk,

lengan atas, siku, pangkal paha, sendi lutut) dicatat dengan menentukan apakah mudah atau sukar

dilawan. Apabila ditemukan adanya spasme kadaverik (cadaveric spasm) maka ini harus dicatat

dengan sebaik-baiknya, karena spasme kadaverik memberi petunjuk apa yang sedang dilakukan

oleh korban saat terjadi kematian.

Kaku mayat timbul 1-3 jam postmortem, dipertahankan 6-12 jam, dimulai dari otot kecil :

rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan anggota bawah kemudian kaku lengkap dalam

6-12 jam dan dipertahankan 24-48 jam.

Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis, yaitu :

Aktivitas fisik pra kematian / pre mortal.

Suhu tubuh tinggi.

Konstitusi berupa tubuh kurus.

Suhu lingkungan tinggi.

Umur yaitu anak-anak dan orang tua.

Gizi yang jelek.

Kekakuan yang menyerupai kaku mayat :

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor)

o akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati

klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal

2. Heat stiffening :

o kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas

o serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan

lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude) pada kasus mati terbakar

3. Cold stiffening

o terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak

subkutan dan otot

Page 13: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

C. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu sekeliling, aliran dan kelembapan

udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, dan pakaian.

D. Pembusukan

Pembusukan terjadi karena atas 2 mekanisme yaitu :

autolysis

mikroorganisme : bakteri pathogen dalam usus

Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat, yaitu :

a. Dari luar

1) Mikroorganisme/sterilitas.

2) Suhu optimal yaitu 21-380C (70-1000F) mempercepat pembusukan. Berhenti pada suhu

2120F

3) Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.

4) Sifat medium. Udara : air : tanah = 8 : 2 : 1 (di udara pembusukan paling cepat, di tanah

paling lambat). Hukum Casper.

b. Dari dalam

1) Umur. Bayi yang belum makan apa-apa paling lambat terjadi pembusukan.

2) Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.

3) Keadaan saat mati. Udem, infeksi dan sepsis mempercepat pembusukan. Dehidrasi

memperlambat pembusukan.

4) Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan.

8. Identifikasi umum

Tanda umum yang menunjukkan identitas mayat seperti jenis kelamin/bangsa/ras/

umur/warna kulit/status gizi/berat badan/panjang atau tinggi badan/zakar disirkumsisi atau

tidak/striae albicans ada atau tidak

9.Identifikasi khusus

Rajah/tattoo : letak,bentuk,warna,tulisan dan dokumentasi foto

Jaringan parut : disebabkan penyembuhan luka atau bekas luka operasi

Callus

Kelainan kulit

Anomali dan cacat pada tubuh

10. Pemeriksaan rambut

Page 14: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Distribusi/warna/keadaan rambut/sifat rambut

11. Pemeriksaan mata

Kelopak mata terbuka/tertutup

Apakah ada kekerasan pada mata/kelainan

Apakah ada pembuluh darah yang melebar/bintik atau bercak perdarahan

12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung

Bentuk daun telinga dan hidung

Kelainan dan tanda kekerasan yang ditemukan

Apakah ada cairan/busa/darah yang keluar

13. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut

Meliputi bibir,lidah,rongga mulut dan gigi

Data gigi yang lengkap

Apakah ada sumbatan/benda asing dalam rongga mulut

14. Pemeriksaan alat kelamin

Apakah ada kelainan atau tanda kekerasan

15. Lain-lain

Tanda perbendungan/ikterus/sianosis/edema

Bekas pengobatan

Bercak kotoran

16. pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya

dengan berbagai tindak kekerasan. Berdasarkan kasus korban mempunyai tanda-tanda kekerasan oleh

benda tajam.

Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :

1. Adanya luka

2. Perdarahan dan atau skar

3. Hambatan dalam fungsi organ

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkanoleh

trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik , atau gigitan

hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik

eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau operasi.

Pemeriksaan terhadap luka :

Page 15: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

a.Penyebab luka

Gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yangmengenai

tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan

meninggalkan negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage.

Luka lecet tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka. 

b.Arah kekerasan

Pada luka lecet geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal inisangat

membantu dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.

c.Cara terjadinya luka –luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka.

Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah

terlindung ini misalnya daerah ketiak, sisi depan leher, lipat siku, dan lain-lain. 

Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh.

Pada korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka

tangkis yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan. 

Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan(tentative wounds)

yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

d.Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati 

harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan

yang menyebabkan luka 

harus dapat dibuktikan bahwa luka yangditemukan adalah benar-benar luka yang

terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital)

perhatikan tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka 

tanda intravitalitas : ditemukannya resapan darah, proses penyembuhan luka,sebukan sel

radang, pemeriksaan histo-enzimatik, pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin

jaringan

Gambaran umum luka yang diakibatkan oleh benda tajam seperti : 1

Tepi dan dinding luka yang rata

Berbentuk garis

Tiada jembatan jaringan

Dasar luka berbentuk garis/titik

Kedua sudut luka lancip

Kedalaman luka tidak melebihi panjang luka

Satu sudut luka lancip,satu lagi tumpul (benda tajam bermata satu)

Kedua sudut luka lancip (benda tajam bermata dua)

Perkiraan Saat Kematian

Page 16: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Perubahan pada mata : Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca

mati.5-8

Perubahan dalam lambung : Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan

terakhir, misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar

membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini

dipengaruhi oleh penyakit-penyakit saluran cerna, konsistensi makanan dan kandungan

lemaknya.

Perubahan rambut : Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk

memperkirakan saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari

Pertumbuhan kuku : Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari

Perubahan dalam cairan serebrospinal : Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg%

menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg%

menunjukkan kematian belum 24 jam

Metode Entomologik : Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7,

berubah menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva Sarcophaga

cranaria mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari ke-10 dan

menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah.

Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species

akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan

mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari

postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-

18 hari.

Reaksi supravital : Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti

reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan

kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi kelenjar sampai

60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1

jam pasca mati

Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati sekali

berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu kalangan penyidik dan penegak

hukum lainnya untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya. Oleh karena itu di dalam pemeriksaan

korban kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 3,5,6,8

a. Jumlah luka

b. Lokalisasi luka

c. Arah luka

d. Ukuran luka (panjang, lebar, dalamnya).

Page 17: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

e. Bersih dan kotornya luka

f. Luka baru atau luka lama

g. Luka antemortem atau post mortem

h. Sifat luka dan bentuknya

i. Letak dan posisi senjata

j. Adanya darah atau benda asing pada senjata

k. Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi tempat sekitar

kejadian

l. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan situasi tempat

kejadian.

Mengenai lokalisasi harus disebut sehubungan dengan daerah-daerah yang berdekatan

misalnya terhadap garis tengah tubuh, pusat, papila mamae, dan lain-lain. Pemeriksaan lebih dalam

harus dilakukan untuk mengetahui apakah organ-organ dalam ikut tertusuk atau tidak dan harus

dicatat jumlah darah yang terdapat di dalam rongga-rongga tubuh. Ukuran yang tepat (dalam

sentimeter) harus ditentukan dan tidak boleh ukuran kira-kira saja.

v. Visum et Repertum

Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini secara

tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati. Jenasah harus

diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan menjelaskan

kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan . Mereka yang menghalangi

pemeriksaan jenasah untuk kepentingan pengadilan diancam hukuman sesuai dengan pasal 222

KUHP, yaitu “Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”1

Penggunaan keterangan ahli dalam hal ini Visum Et Repertum adalah untuk keperluan pengadilan.

Oleh karena itu, Keterangan Ahli ini hanya boleh diberikan kepada penyidik (instansi) yang

memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat

meminta keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus melalui aparat peradilan

(penyidik, jaksa atau hakim). 1,3,6,8

Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di

pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR

merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184.

Page 18: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:

1.Keterangan saksi

2.Keterangan ahli

3.Keterangan terdakwa

4.Surat-surat

5.Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:

1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim

2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat

3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan

VeR yang lebih baru

Ada beberapa jenis VeR yaitu :

1. Visum et Repertum perlukaan (termasuk keracunan)

2. Visum et Repertum kejahatan susila

3. Visum et Repertum jenazah

4. Visum et Repertum psikiatrik

Jenazah yang diminta VeR harus diberi label yang memuat identitas mayat,di-lak dengan

diberi cap jabatan,diikat pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lain. Menurut KUHP pasal 133, pada

surat permintaan VeR harus tertulis dengan jelas jenis pemeriksaan yang diminta, apakah pemeriksaan

luar jenasah atau pemeriksaan bedah mayat. Autopsi dilakukan setelah penyidik memberitahu

keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Menurut KUHP pasal 134,

autopsi diteruskan setelah ahli keluarga member keizinan atau setelah 2 hari tidak ada tanggapan apa

pun dari keluarga korban. Jenasah hanya bisa dibawa pulang dan diberi surat keterangan kematian

setelah semua pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah dilakukan. Dari pemeriksaan dapat

disimpulkan sebab kematian korban, jenis luka, jenis kekerasan penyebabnya dan waktu kematian.

vi. Tinjauan kasus

Interpretasi peristiwa dan hasil berdasarkan kasus :

1. Mayat laki-laki yang dijumpai telah mulai membusuk dan mati dalam keadaan tertelungkup

di sungai penuh batu-batuan dan bagian bawah celana panjang yang digulung hingga setengah

tungkai bawah.

Pembusukan mulai tampak 24 jam pasca kematianberupa warna kehijauan pada perut kanan

bawah disebabkan terbentuknya sulf-met-Hb. Secara bertahap warna kehijauan ini akan

menyebar ke seluruh tubuh dan bau busuk akan tercium.

Page 19: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Turut diperhatikan keadaan sekitar TKP yang mungkin mempengaruhi proses pembusukan

menjadi lebih cepat.

Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata yaitu 36-48 jam

pasca mati.

Dengan mengidentifikasi spesies lalat dan panjang larvanya maka dapat diketahui usia larva

tersebut yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian korban.

Korban mati dalam keadaan tertelungkup maka harus dipastikan apakah kepalanya

terbenam di dalam air atau tidak walaupun pada saat dijumpai sungai dalam keadaan

kering.

Bawah celana yang digulung harus dicurigai bahwa sebelumnya sungai ini tidak kering dan

si korban berencana untuk menyeberangi sungai atau mungkin juga digulung oleh

pembunuh untuk mengelirukan penyidik.

2. Lehernya terikat dengan lengan baju miliknya sendiri dan ujung lengan baju yang lain terikat

ke pohon perdu setinggi 60cm. Posisi tubuh saat ditemui relative mendatar.

Korban ditemui memakai kaos oblong sahaja, dan dengan kaos luar yang dipakai

digunakan untuk mengikat lehernya.

Dengan ketinggian pohon yang rendah dan posisi tubuh yang mendatar, dapat disangkal

bahwa korban mati karena bunuh diri.

Pemeriksaan dalam harus mendapatkan hasil kematian bukanlah disebabkan asfiksia

mekanik untuk menyangkal dugaan bunuh diri.

3. Ada satu luka terbuka ditemui di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah

ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri sesuai

kekerasan akibat benda tajam.5-8

Luka terbuka di daerah ketiak kiri menunjukkan pembuluh darah yang putus,maka

kemungkinan pembuluh darah yang putus adalah pembuluh darah besar yang

menyebabkan korban meninggal karena perdarahan yang massif.

Luka terbuka di daerah tungkai bawah kiri dan kanan menunjukkan kemungkinan korban

cuba untuk melepaskan diri dan menggunakan kaki untuk menyerang pembunuhnya

memandangkan tangan dan leher terikat atau mungkin juga luka karena terkena batu-

batuan di sungai.

Pada pemeriksaan dilihat bagaimana dengan tepi luka,dinding luka,kedalaman dan sudut

luka. Dipastikan apakah luka pada tungkai adalah luka tangkis akibat perkelahian atau

tidak,dan apakah luka di daerah ketiak bersifat fatal dan tunggal

2.13. Mekanisme Kematian

Page 20: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

1. Mati Gantung (Hanging) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat

jerat, di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi dari berat tubuh

atau bagian tubuh. 5,7,8

Ada 6 penyebab kematian pada penggantungan yaitu:

a) Asfiksia Merupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada

di atas tulang rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga saluran

pernafasan menjadi tersumbat.

b) Kongesti Vena Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi

penekanan pada vena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi

terhambat.

c) Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena Merupakan penyebab kematian yang paling

umum, seperi pada kebanyakan kasus dimana saluran napas tidak seluruhnya dihalangi

oleh penjerat yang berada di sekitar leher.

d) Iskemik Otak (anoxia) Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang

berperan dalam menyuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri

vertebralis.

e) Syok Vagal Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan

pada refleks vaso-vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada

saraf vagus atau sinus karotid.

f) Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 2 dan 3 Biasanya terjadi pada kasus

judicial hanging, hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 m oleh berat badan

korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis yang

selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang

tiba-tiba.

Luka Akibat Kekerasan Tajam

Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan

luka yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :

Luka insisi

Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet.

Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang

dan kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan

keadaan jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi

adalah tepinya yang rata.

Luka tusuk

Page 21: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang

terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut

akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua

sudutnya tajam.

Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata.

Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan

bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada

seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar

dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi

sempit dan panjang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya

adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan

lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan

juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan

kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai

dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan

yang lebih dalam maupun pada organ.

Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,

sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit

seperti ekor.

Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga

saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan

dengan lebar senjata yang digunakan.

Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam

sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada

bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang

digunakan.

Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler

dan besar.

Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio

minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan

Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang

digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat

autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata

yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh

Page 22: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat

dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari

beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya

ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai

tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat

melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah

pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau

yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.

 

2.14. Jenis Penggantungan

a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:

Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai.

Setengah Tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung, misalnya

pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan posisi lain.

b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:

Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping

leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri

karotis paling besar pada tipe ini.

Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring

(fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri

vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.

Tanda Post Mortem

Tanda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau tekanan di

leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan maka dijumpai

tanda-tanda asfiksia, respiratory distress, sianose dan fase akhir konvulsi lebih menonjol. Bila

kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka sering didapati tanda-tanda

pembendungan dan perdarahan (ptechial) di konjungtiva bulbi, okuli dan di otak bahkan

sampai ke kulit muka. Bila tekanan lebih besar sehingga dapat menutup arteri, maka tanda-

tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol (iskemi otak), yang menyebabkan gangguan

pada sentra respirasi dan berakibat gagal nafas. Tekanan pada sinus karotikus menyebabkan

jantung tiba-tiba berhenti dengan tanda-tanda post mortem yang minimal. Tanda- tanda di

atas jarang berdiri sendiri, tetapi umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan.

Contoh Visum et Repertum 8

Page 23: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Jakarta, 30 Desember 2014

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

No: 01 / VRJ / II/ 2014

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Tengah Resor Kota

Besar Semarang, melalui suratnya tanggal 30 Desember 2014, Nomor Polisi :

R/80/VER/II/2011/RESKRIM , yang ditandatangani oleh Ferdy Sandra, SH, MH, pangkat AKP,

NRP. 74120041, dan diterima tanggal 31 Desember 2014, pukul 03:20 WIB, maka dengan ini saya dr.

X, sebagai dokter yang bekerja pada Rumah Sakit XX, menerangkan bahwa telah dilakukan

pemeriksaan luar dan dalam pada tanggal 1 Januari 2015 pukul 03:45 WIB di Instalasi Kedokteran

Forensik dan Kamar Jenazah Rumah Sakit XX, atas jenazah, yang berdasarkan surat permintaan

tersebut di atas nama Daniel, umur 24 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan sebelum meninggal

dunia Mahasiswa, alamat Jalan Kuburan 4 no.2 RT 004 RW 002, Meruya Selatan, Jakarta Barat.

Jenazah tersebut ditemukan di Jalan Melanglang Buana, Semarang, diduga meninggal dunia akibat

pembunuhan.

HASIL PEMERIKSAAN :

Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta sebagai

berikut:

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH :

1. Identitas Umum Jenazah :

a. Jenis kelamin : Laki-laki.

b. Umur : Kurang lebih dua puluh lima tahun

c. Berat badan : Tujuh puluh koma lima kilogram.

d. Panjang badan : Seratus tujuh puluh delapan sentimeter.

e. Warna kulit : Putih

f. Ciri rambut : Warna hitam, lurus, pendek

g. Keadaan gizi : Gizi cukup, indeks masa tubuh dua puluh dua koma nol sembilan

2. Identitas Khusus Jenazah :

Page 24: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

a. Tato : Tidak ada

b. Jaringan parut : Tidak ada

c. Tahi lalat : Tidak ada

d. Tanda lahir : Tidak ada

e. Cacat fisik : Tidak ada

f. Penutup jenazah : kain berwarna putih berbahan katun tanpa merk

g. Pakaian : kaos oblong berwarna putih. Terdapat bercak darah pada ketiak kiri. Celana

panjang bahan berwarna abu-abu, dengan kantong empat buah di paha atas kanan dan kiri,

serta di kanan dan kiri bokong, keempat kantong tidak ada isinya dan digulung setinggi

tungkai bawah.

h. Benda disamping jenazah :

- Kemeja berwarna ungu muda dengan motif kotak-kotak merk "Polo”.

Perhiasan : terdapat sebuah jam tangan merk “ellesse” yang terpasang pada pergelangan

tangan kiri

B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN :

1. Lebam mayat :

2. Kaku mayat :

3. Pembusukan : Ada.

C . FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR:

1. Permukaan kulit tubuh :

a. Kepala:

Daerah berambut : tiada kelainan

Wajah:

b. Leher : Bekas jeratan yang samar

c. Bahu :

Bahu kanan : Tidak ada kelainan

Bahu kiri : Tidak ada kelainan

d. Dada : Tidak ada kelainan

e. Punggung : Tidak ada kelainan

g. Bokong : Tidak ada kelainan

Page 25: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

h. Dubur :

- Lingkar dubur : Tidak ada kelainan

- Liang dubur : Tidak ada kelainan

i. Anggota gerak

- Anggota gerak atas :

o Kanan : Tidak ada kelainan.

o Kiri : luka terbuka bawah ketiak dengan diameter 2cm,kedalaman 3cm

- Anggota gerak bawah :

o Kanan : luka-luka kecil 1cm x 2cm

o Kiri : luka-luka kecil 1cm x 2cm

2. Bagian tubuh tertentu

a. Mata :

o Alis mata : Warna hitam, tidak ada kelainan.

o Bulu mata : Warna hitam, tidak ada kelainan.

o Kelopak mata : Tidak ada kelainan

o Selaput kelopak mata : Tidak ada kelainan

o Selaput biji mata : Tidak ada kelainan

o Selaput bening mata : Tidak ada kelainan

o Pupil mata : Bentuk bulat, ukuran garis tengah nol koma enam sentimeter, kanan dan

kiri sama.

o Pelangi mata : Warna hitam

b. Hidung :

o Bentuk hidung : Tidak ada kelainan

o Permukaan kulit hidung : Tidak ada kelainan.

o Lubang hidung : Tidak ada kelainan

c. Telinga :

o Bentuk telinga : Tidak ada kelainan.

o Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan.

o Lubang telinga : Tidak ada kelainan

d. Mulut :

o Bibir atas : Tidak ada kelainan.

o Bibir bawah : Tidak ada kelainan.

o Selaput lendir mulut : Tidak ada kelainan.

o Lidah : Tidak ada kelainan

Page 26: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

o Gigi geligi :

Gigi rahang atas: Gigi lengkap, gigi seri pertama sebelah kanan patah, geraham

belakang ketiga kanan dan kiri sudah tumbuh

o Gigi rahang bawah: Gigi lengkap, geraham belakang ketiga kanan dan kiri sudah tumbuh

o Langit-langit mulut : tidak ada kelainan

f. Alat kelamin :Laki-laki

o Pelir : Belum disunat. Tidak ada kelainan

o Kantung buah pelir : Tidak ada kelainan

o Lain-lain : Tidak ada kelainan.

2. Tulang - Tulang :

a. Tulang tengkorak : tiada kelainan

b. Tulang wajah : tiada kelaianan

c. Tulang belakang : Tidak ada kelainan

d. Tulang-tulang dada : Tidak ada kelainan

e. Tulang-tulang punggung :Tidak ada kelainan

f. Tulang-tulang panggul : Tidak ada kelainan

g. Tulang anggota gerak : Tidak ada kelainan.

D . FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM:

1. Kepala bagian dalam :

a. Kulit kepala bagian dalam :

b. Tulang Tengkorak :

c. Selaput keras otak :

d. Selaput lunak otak :

e. Otak besar :

f. Otak kecil :

g. Dasar tengkorak :

2. Leher bagian dalam

a. Lidah :

b. Pada kulit leher bagian dalam :

c. Kerongkongan :

d. Tulang rawan cincin, tulang pangkal lidah, rawan gondok :

3. Rongga Dada :

Page 27: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

a. Kulit bagian dalam :

b. Otot dinding dada :

c. Tulang dada :

d. Tulang-tulang Iga :

e. Paru kanan :

f. Paru kiri :

g. Jantung :

4.Rongga Perut :

a. Kulit perut bagian dalam :

b. Tirai usus menutupi sebagian besar usus

c. Rongga perut :

d. Lambung :

e. Usus :

f. Hati :

g. Limpa :

h. Ginjal kanan :

i. Ginjal Kiri :

5. Rongga Panggul :

a. Kandung kemih :

b. Prostat :

KESIMPULAN :

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut, maka saya simpulkan

bahwa telah diperiksa jenazah seorang, laki-laki, umur kurang lebih dua puluh lima tahun, warna kulit

putih, kesan gizi cukup. Dari hasil pemeriksaan didapatkan bekas luka akibat kekerasan benda tajam.

Berupa sebuah luka terbuka di bawah ketiak kiri dengan diamater 2cm dan kedalaman luka 3cm.

Terdapat tanda- tanda perdarahan yang masif. Sebab kematian adalah luka terbuka akibat kekerasan

benda tajam yang menyebabkan perdarahan masif.

PENUTUP :

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah

sewaktu menerima jabatan sebagai dokter.

Semarang, 31 Desember 2014

Page 28: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

Dokter Yang Memeriksa,

dr. X.

Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati.

Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan

yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan

adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital). Untuk ini, tanda

intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu mendapat perhatian. Tanda intravitalitas

luka dapat bervariasi dari ditemukannya resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka,

sebukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan

serotonin jaringan1

2.17. Peran dokter

Tugas pokok seorang dokter dalam bidang forensik adalah membantu pembuktian melalui

pembuktian ilmiah termasuk dokumentasi informasi/prosedur, dokumentasi fakta, dokumentasi

temuan, analisis dan kesimpulan, presentasi (sertifikasi). 1-3

Dinilai menurut waktu penyelidikan hingga persidangan dokter mempunyai peran sebagai

berikut:

Masa Penyelidikan

Pemeriksaan di TKP dan analisis data yang ditemukan

Masa Penyidikan

Pembuatan visum et repertum dan BAP saksi ahli

Masa Persidangan

Dokter berperan dalam memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli

pemeriksa , menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR

dengan temuan ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan menjelaskan

segala sesuatu yang belum jelas dari sisi ilmiah.

Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang Kedokteran Forensik adalah dalam

rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan :

1. Apa yang terjadi (what)

2. Siapa yang terlibat (who)

3. Di mana terjadi (where)

4. Kapan terjadi (when)

5. Bagaimana terjadinya (how)

6. Dengan apa melaskukannya (with what)

Page 29: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

7. Kenapa terjadi peristiwa tersebut (why)

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Traumatologi forensik adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera hubungannya

dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan pengertian luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Trauma dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat

dan penyebab kecederaan (trauma), etiologi luka, derajat kualifikasi luka, bentuk luka, waktu

kematian terjadinya luka, dan aspek medikolegal luka.

Visum et repertum merupakan salah satu bentuk bantuan dokter dalam penegakan hukum dan

proses peradilan. Visum et repertum merupakan alat bukti yang sah dalam proses peradilan sehingga

harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan. Sebuah VeR yang baik harus

mampu membuat terang perkara tindak pidana yang terjadi dengan melibatkan bukti-bukti forensik

yang cukup. Penentuan derajat atau kualifikasi luka memegang peranan penting bagi hakim dalam

menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. Bagi praktisi

kesehatan diharapkan agar dapat mengupayakan prosedur pembuatan VeR khususnya VeR perlukaan

yang memenuhi standar karena memiliki dampak yuridis yang luas dan dapat menentukan nasib

seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik FKUI, 1997; Hal . 1-54.

2. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran, Bagian Kedokteran Forensik FKUI ;1994;

hal. 1-25.

3. Yandi, Fahriza,Riana,Elly. Buku roman forensic,Identifikasi Forensik, Bagian Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas Lambung Mangkurat ; Juli-Agustus

2009;hal. 15-22.

4. Yandi, Fahriza,Riana,Elly. Buku roman forensic, Traumatologi, Bagian Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal FK Universitas Lambung Mangkurat ; Juli-Agustus 2009;hal. 66-

80.

5. Teknik autopsi forensic, Bagian Kedokteran Forensik FKUI, 2000; hal.12-44

6. Syaulia Andirezek. Romans forensic, Edisi 20.

Page 30: Makalah pribadi kasus 1 blok 30.docx

7. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman

teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi medikolegal atas kecederaan.

Jakarta, 2005.

8. Afandi D. Visum et repertum perlukaan :aspek medikolegal dan penentuan derajat luka,

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Riau, Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor:

4 April 2010.