Post on 31-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap
tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika.Meskipun
sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia tetap merupakan
penyebab keatian keenam di Amerika Serikat.Mnculnya orhanisme
nosokomial, yang resisten terhadap antibiotic, ditemukannya organism-
organisme baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang
lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin
memperluas spectrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab
pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih
merupakan masalah kesehatan yang mencolok.Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih belum
berkembang dengan baik.Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah
akibat penyakit kronik tertentu.Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan
penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus juga mudah
terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU
dapat mendeerita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut
akan meninggal.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dari Pneumonia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yaitu:
1
1.3.1 Tujuan umum
untuk lebih memahami apa itu Pneumonia serta bagaimana
pengobatannya
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi
1.3.2 Tujuan Kusus
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pneumonia
Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari Pneumonia
Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Pneumonia
Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Pneumonia
Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dai Pneumonia
Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Pneumonia
Untuk mengetahui apasaja pemeriksaan penunjang dari Pneumonia
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Pneumonia
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Pneumonia
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan
dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.
(Axton & Fugate, 1993).
Peradangan akut
parenkim paru yang
biasanya berasal dari
suatu infeksi, disebut
pneumonia. (Sylvia)
Penumonia
adalah inflasi parenkim
paru, biasanya
berhubungan dengan
pengisian cairan di
dalam alveoli.Hal ini
terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya
kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah
beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga
timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi,
pipa endotrakheal, dan lain-lain.Dengan demikian flora endogen yang
menjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,
Perawatan Anak Sakit, 1997)
2.2 ETIOLOGI
3
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella,
hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut
berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,
adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini
menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia
jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum
ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal.
Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans
2.4 KLASIFIKASI
Secara garis besar pneumonia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Aspirasi pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-
paru.Pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.
2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan
4
muncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari
demam,batuk lalu sesak nafas.
3. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.
Bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan
bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.
2.3 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif
seperti menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Pohon Masalah
5
2.4 MANIFESTASI KLINIK
6
virus Bakteri jamur
Masuk sasaluran pernafasan
Paru-paru
Bronkus & alveoli
infeksiResiko penyebaran infeksi
Peradangan/ inflamasiReseptor nyeri:
Histamine Prostaglandin bradikinin
Reseptor peradangan
Hipertermi
Nyeri
Micoplasma (mirip bakteri)
hipothalamusMengganggu krj
makrofag
odema produksi skreet mngkat
Bersihan jln napas tdk efektif
dispnea
Gangguan pola napas
batuk
kelelahan
Nadi lemah
Anureksia
Peningkatan Metabolisme
Nutrisi berkurang
Risti terhadap gangguan nutrisi
Pnekanan diafragma
Kringat berlebih
Risti kekurangan cairan &elektrolit
Difusi gas antara O2 & CO2 di alveoli terganggu
Gangguan pertukaran gas
Kapasitas transportasi O2 menurun
Pe tekanan Intra abdomen
Saraf pusat
Menggigil, demam
Nyeri dada
Takipnea
Bibir dan kuku sianosis
Sesak nafas
Batuk
Kelelahan
2.5 KOMPLIKASI
Efusi pleura
Hipoksemia
Pneumonia kronik
Bronkaltasis
Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-
paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
Komplikasi sistemik (meningitis)
2.6 FAKTOR RESIKO
Usia diatas 65 tahun
Aspirasi secret orofaringeal
Infeksi pernapasan oleh virus
Penyakit pernapasan kronik
Kanker
Trakeostomi
Bedah abdominal
Riwayat merokok
Alkoholisme
Malnurisi
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing
2.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk
menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Data dasar pengkajian pasien
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
4. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia
(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
7. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
9
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah ditandai dengan sianosis.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi
trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
Bunyi nafas tak normal
10
Dispnea, sianosis
Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Jalan nafas efektif dengan kriteria:
Batuk efektif
Nafas normal
Bunyi nafas bersis
Sianosis
No. Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi/kedalaman
pernafasan dan gerakan dada
takipnea, pernafasan dangkal dan
gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
2 Auskultasi area paru, catat area
penurunan 1 kali ada aliran
udara dan bunyi nafas
penurunan aliran darah terjadi
pada area konsolidasi dengan
cairan.
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai
indikasi.
merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6 Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat sesuai
alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi
11
indikasi sekret, analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa
oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis,
sesak, gelisah.
No. Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi/kedalaman dan
kemudahan bernafas
manifestasi distress pernafasan
tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit,
membran mukosa dan kuku.
Catat adanya sianosis perifer
(kuku) atau sianosis sentral.
sianosis kuku menunjukkan
vasokontriksi respon tubuh
terhadap demam/menggigil
namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang,
bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.
Kolaborasi: berikan terapi
oksigen dengan benar misal
: mempertahankan PaO2 di atas
60 mmHg. O2 diberikan dengan
12
dengan nasal plong master,
master venturi.
metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi.
Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap
ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah
No. Intervensi Rasional
1 Tentukan karakteristik
nyeri, misal kejang, konstan
ditusuk.
: nyeri dada biasanya ada dalam
seberapa derajat pada pneumonia,
juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu
bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alasan lain tanda perubahan
tanda vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman
pijatan punggung,
perubahan posisi, musik
tenang / berbincangan.
tindakan non analgesik diberikan
dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek derajat
analgesik.
5 Kolaborasi: Berikan
analgesik dan antitusik
sesuai indikasi
obat dapat digunakan untuk
menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat
umum.
13
Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
Pasien mempertahankan meningkat BB
No. Intervensi Rasional
1 identifikasi faktor yang
menimbulkan mual/muntah,
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
pilihan intervensi tergantung pada
penyebab masalah.
3 Berikan makan porsi kecil
dan sering termasuk
makanan kering (roti
panggang) makanan yang
menarik oleh pasien.
tindakan ini dapat meningkat
masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
4 Evaluasi status nutrisi
umum, ukur berat badan
dasar.
adanya kondisi kronis keterbatasan
ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya
respon terhadap terapi.
Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
dengan kriteria: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
14
No. Intervensi Rasiona
1 Kaji perubahan tanda vital contoh
peningkatan suhu demam
memanjang, takikardia.
suhu/memanjangnya demam
meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan
membran mukosa (bibir, lidah)
indikator langsung keadekuatan
volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering
karena nafas mulut dan O2
tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi
misalnya antipiretik, antimitik.
pada adanya penurunan masukan
banyak kehilangan penggunaan
dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400
mL/hari atau sesuai kondisi
individual
pemenuhan kebutuhan dasar cairan
menurunkan resiko dehidrasi.
3.4 IMPLEMENTASI
Dx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi
trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
Implementasi keperawatan:
a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
b. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara
auskultasi pada lapang paru.
c. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif.
d. Melakukan penghisapan (suction) 2 kali sehari.
e. Memberi pasien air minum yang hangat
15
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat
sesuai indikasi
Dx 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.
Implementasi keperawatan:
a. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas pasien
b. mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
c. Mengkaji status mental
d. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan
nasal plong master, master venturi.
Dx 3: Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
Imlementasi Keperawatan :
a. Menentukan karakteristik nyeri: anamneses kepada pasien
b. Memantau tanda-tanda vital terutama TD
c. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung
pasien, merubah posisi pasien, memutarkan musik tenang.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik
dan antitusik sesuai indikasi.
Dx 4: Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
Implementasi Keperawatan :
a. Jika psien mual/muntah, mengkaji faktor yang menimbulkan
mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
16
b. Memberikan makanan yang disukai/embalikan nafsu makan
pasien.
c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan
dasar.
Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
Implementasi Keperawatan :
a. Mengkaji perubahan TTV seperti peningkatan suhu demam
b. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam
2detik, serta menginspeksi pada bibir dan lidah untuk
mengetahui kelembapan membran mukosa.
c. Mencatat berapa kali pasien mual/muntah dalam 1hari
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat
indikasi seperti: antipiretik, antimitik.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-efusi-
pleura.html
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-
pleura.html
Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC , Jakarta
Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, EGC, Jakarta
Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis
Company, Philadelphia
Long, Barbara C (1989), Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung
Luckmann’s Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, WB Saunders,
Philadelphia
Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta
Baughman C Diane.2000, Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta
Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta
Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1,
EGC,Jakarta
18
Purnawan J. Dkk.1982,Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius.
FKUI
19