Post on 04-Feb-2016
description
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan secara
alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri seseorang.
Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh perawatan, karena
bidang prostetik sudah maju.
Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau seluruh
gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah. Meskipun
kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi dari gigitiruan
itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang
dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
seseorang untuk makan dan berbicara. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi
kualitas hidup dan kebahagiaan seseorang.
Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak terlihat
perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien. Gigitiruan juga dapat
membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan makanan tertentu dan dapat
mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.
Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui tahapan-
tahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian. Diawali dengan
pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang. Mencetak merupakan
tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak dilakukan berdasarkan pertimbangan resiliensi
jaringan mukosa mulut. Preparasi gigi pencangkaran termasuk salah satu dalam tahap
perawatan preprotestik. Penentuan relasi rahang atas dan rahang bawah dari pasien.
Pemilihan elemen gigi tiruan yang dilihat dari bentuk, ukuran dan warna serta tahapan
penyusunan gigi.
Untuk menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada rencana perawatan kita harus
mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)
tersebut berdasarkan indikasi dari tiap komponen tersebut serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa gigi yang hilang perlu digantikan?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi untuk pemakaian gigi tiruan lepasan?
1
3. Apa saja klasifikasi yang digunakan untuk gigi tiruan lepasan?
4. Bagaimana cara menetukan klas berdasarkan kennedy?
5. Apa saja syarat dari gigi penyangga?
6. Apa saja komponen dari gigi tiruan lepasan?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan fungsi gigi tiruan lepasan
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan
lepasan
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi retensi
dan stabilisasi gigi tiruan lepasan
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur dari gigi tiruan lepasan
1.4 Mapping
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang dapat dilepas yang berfungsi
untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak
di bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan
terpilih sebagai pilar. Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS).
1. Mengapa gigi yang hilang harus diganti, karena :
a. Mempersulit berbicara
b. Penurunan efisiensi kunyah
c. Menyebabkan overeruption
d. Mencegah migrasi dan pergerakan gigi
e. Menghindari beban berlebih dari pendukungnya
f. Menyebabkan adanya kelainan TMJ
2. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :
a. Ada gigi untuk menyangga gigi tiruan lepasan
b. OH baik
c. Tidak ada alergi terhadap bahan gigi tiruan lepasan
d. Adanya keluhan
e. Kehilangan gigi lebih dari 1 gigi
f. Estetik baik
g. Bila diperlukan pada 2 lengkung
Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :
a. Pasien tidak kooperatif
b. Adanya penyakit sistemik contohnya Diabetes Melitus yang tidak terkontrol
c. OH buruk
3. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a) Klasifikasi berdasarkan Kennedy:
Klas I:
3
Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada
pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End
Klas II: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi
rahang/unilateral free end.
Klas III: Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian
posterior.
Klas IV: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis
tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi.
b) Klasifikasi berdasarkan Baylin:
Berdasarkan dukungan jaringan yang tersisa terhadap gigi tiruan sebagian lepasan
A : restorasi anterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian
anterior sampai premolar
P : restorasi posterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian
posterior sampai caninus
SubklasifikasiBailyn’s
- Klas I : boundedsaddle (tidak lebih dari tiga gigi hilang)
- Klas II : freeendsaddle (tidak ada gigi penyangga pada bagian
posterior daerah edentulous)
- Klas III : boundedsaddle (lebih dari tiga gigi hilang)
Ketika terdapat gigi anterior dan gigi posterior yang hilang maka klas untuk anterior dan
posterior disebutkan secara terpisah
c) Klasifikasi berdasarkan Swenson:
Klas I: Unilateral free end
Klas II: Bilateral free end
Klas III: Bounded saddle
Klas IV: Anterior tooth supported
d) Klasifikasi berdasarkan Austin dan Leedge
Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang
hilang.
a. Daerah gigi yang hilang anterior A
4
b. Daerah gigi yang hilang posterior: P
Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line.
4. Bagaimana cara operator dalam menentukan klasifikasi Kennedy
a. Dokter gigi harus mengetahui dan memahami penggolongan klas pada klasifikasi
Kennedy
b. Keadaan gigi pada pasien
c. Klasifikasi Kennedy paling sering digunakan karena lebih spesifik
5. Syarat Gigi Penyangga (abutment)
a. Gigi vital/non vital (sudah di PSA)
b. Tidak ada kerusakan/ karies
c. Gigi dalam keadaan sehat dan baik
d. Posisi dalam lengkung yang normal
e. Anatomis normal
f. Tidak ada kelainan pada periapikal
g. Tidak ada kegoyangan
h. Mahkota dan akar mempunyai perbandingan 2:3
i. Perluasan akar baik
6. Komponen gigi tiruan lepasan
a. Basis: Tempat untuk menopang dari anasir gigi dan seluruhnya
b. Retainer: Klamer untuk mencengkram
c. Gigi elemen: Gigi tiruan
BAB III
5
PEMBAHASAN
3.1 Definisi dan fungsi gigi tiruan lepasan
Definisi
Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat
yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang
hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan
tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai pilar. Pengertian
gigi tiruan sebagian (GTS). Menurut Osborne (1959), adalah gigi tiruan yang
mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien.
Fungsi
Fungsi dari GTSL antara lain adalah :
a. Untuk mengembalikan estetika
b. Untuk mengembalikan fungsi bicara
c. Untuk mengembalikan fungsi pengunyahan
d. Untuk mempertahankan kesehatan jaringan mulut
e. Memperbaiki oklusi
Selain itu, telah terbukti bahwa kerusakan jaringan dapat terjadi pada orang
kehilangan gigi aslinya dan tidak memakai gigi tiruan. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Drifting dan tilting dari gigi asli yang masih ada
b. Over eruption
c. Berkurangnya efisiensi penguyahan
d. Gangguan persendian temporomandibular
e. Tekanan yang berlebihan pada jaringan penyangga
f. Perubahan nada suara
g. Factor estetika berkurang
h. Gangguan pada kesehatan mulut (Oral Hygiene)
i. Atrisi
j. Pengaruh pada jaringan lunak
3.2 Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan lepasan
Indikasi
6
1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
a. Usia
Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis masih
kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena
perawatannya memerlukan waktu yang lama.
b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante
c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.
2. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end saddle).
3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.
4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.
5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.
6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.
7. Keinginan pasien
Kontra Indikasi
1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan.
2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya dibuatkan GT
temporer.
3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
4. OH jelek.
3.3 Faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepasan
Retensi dan stabilisasi suatu gigi tiruan saling berkaitan. Retensi berkenaan dengan
perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan, sedangkan stabilisasi
berkenaan pada saat berfungsi, yaitu gigi tidak terlepas selama digunakan. Retensi didapat
dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension. Stabilisasi adalah kemampuan
7
gigi tiruan untuk bertahan pada tempatnya sewaktu gigi tiruan mendapat stress, tekanan, atau
karena pengaruh fungsional
Faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan lengkap dikelompokkan menjadi dua
yaitu faktor fisik dan faktor muscular. Factor fisik yang berperan dalam retensi gigi tiruan
adalah:
Perluasan maksimal basis gigi tiruan
Kontak seluas mungkin dari membrane mukosa dan basis gigi tiruan
Kontak yang rapat antara basis gigi tiruan dan daerah pendukungnya
Faktor muscular dapat digunakan untuk meningkatkan retensi dan kestabilan gigi tiruan, otot
– otot buccinator, orbicularis oris, serta otot – otot lidah merupakan kunci dalam aktivitas
retensi.
3.4 Prosedur dari gigi tiruan lepasan
Komponen GTSL
Retainer
Retainer merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi member
retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu direct retainer dan indirect retainer. Direct retainer berkontak
langsung dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram atau kaitan
presisi. Indirect retainer memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas
protesa kea rah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperoleh dengan
cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dengan garis fulcrum dimana gaya tadi
bekerja.
Retensi merupakan karekteristik gigi tiruan, yaitu kemampuan menahan gaya
pemindah yang cenderung mengubah hubungan antara permukaan geligi tiruan dengan
jaringan mulut dimana protesa itu berada, baik pada saat istirahat maupun berfungsi.Contoh
gaya-gaya ini antara lain gaya gravitasi, otot kunyah, proses pengunyahan, berbicara,
makanan lengket, dan sebagainya. Kemampuan menahan gaya ini diperoleh dengan satu atau
berbagai cara berikut : cengkeram, gesekan, adhesi dan kohesi, tekanan atmosfir, bagian basis
yang melewati daerah gerong gigi, bagian basis yang melewati daerah gerong jaringan lunak,
pembentukan tepi jaringan.
Sandaran (rest)
8
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi
penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertical pada protesa. Sandaran
dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar dan molar atau pada permukaan lingual
gigi anterior. Supaya bisa efektif, sandaran harus diletakkan pada permukaan gigi yang
sengaja dipreparasi untuk itu. Preparasi tempat sandaran ini disebut rest seat or recess.
Konektor
Konektor pada tiap rahang dapat dbagi menjadi konektor utama (major connector)
dan konektor minor ( minor connector)
Konektor Utama
Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian
protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi lainnya.
Supaya dapat berfungsi dengan baik, bagian ini harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut ini. Pertama, konektor harus tegar (rigid), sehingga gaya-gaya yang bekerja pada
protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian atau daerah pendukung. Karena ketegarannya,
konektor utama dapat mengimbangi gaya torsional yang akan disalurkan kepada gigi
penyangga sbagai gaya ungkit.
Kedua, lokasinya diatur sedemikian sehingga tidak mengganggu pergerakan jaringan
dan tidak menyebabkan tergesernya mukosa dan gingival. Tonjolan tulang dan jaringan lunak
juga tidak terganggu pada saat geligi tiruan keluar dan masuk mulut.
Ketiga, bagian perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi gingival,
sehingga tidak menekan atau menggeser jaringan ini. Tepi batang lingual paling sedikit harus
terpisah 3 mm dari tepi gingival
Keempat, kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak tajam,
sehingga tidak mengganggu lidah atau pipi.
Konektor Minor
Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor
utama, dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung atau sandaran oklusal
dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor minor. Fungsi konektor minor
adalah menyalurkan tekanan fungsional atau kunyah ke gigi penyangga. Gaya oklusal atau
kunyah yang diterima protesa diteruskan ke basis melalui sandaran oklusal, lalu kemudian ke
gigi penyangga. Selain itu, konektor minor juga berfungsi untuk menyalurkan efek penahan,
9
sandaran dan bagian pengimbangan kepada sandaran. Efek ini disalurkan ke sandaran oleh
konektor minor, kemudian ke seluruh lengkung gigi.
Gigi Tiruan
Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Dalam seleksi elemen ada metode pemilihan
gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu ukura, bentuk,
tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen.
Basis Geligi Tiruan / Sadel
Merupakan bagian gigi yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, dan
berfungsi mendukung (elemen) gigi tiruan. Basis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu basis
dengan dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle) dan basis dukungan jaringan atau
kombinasi atau berujung bebas (free end).
Adapun fungsi basis geligi tiruan :
1. Mendukung elemen gigi
2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga, atau linger sisa.
3. Memenuhi faktor kosmetik
4. Memberikan stimulasi pada jaringan berada di bawah dasar geligi tiruan, yang sering
juga disebut sebagai jaringan sub basal. Pada saat berfungsi , yaitu pemakaian protesa
dukungan gigi maupun jaringan akan terjadi pergerakan vertical karena adanya
pergerakan fisiologik gigi penyangga dan jaringan. Gerakan-gerakan seperti ini
menyebabkan jaringan yang berada di bawah protesa seolah-olah dipijat-pijat.
KLASIFIKASI KENNEDY
Cara ini mula-mula dibuat oleh Dr.Edward Kennedy pada tahun 1925
dengan mengklasifikasikan lengkung tak bergigi sehingga dapat
membantu untuk penentuan desain geligi tiruan sebagian lepasan.
Terdapat empat macam keadaan sebagai berikut:
10
1. Kelas I: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
2. Kelas II: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi hanya berada hanya pada salah satu sisi
rahang (unilateral).
3. Kelas III: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
4. Kelas IV: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-
gigi yang masih ada dan melewati geris tengah rahang.
11
Keuntungan dari klasifikasi ini adalh secara cepat dapat ditentukan
kelasnya ketika orang melihat rahang yang tak bergigi. Namun, klasifikasi
ini sulit diterapkan untuk tiap keadaan, tanpa syarat tertentu. Untuk
memudahkan hal tersebut, Applegate membuat 8 ketentuan sebagai
berikut.
1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan.
2. Bila gigi molar tiga hialng dan tidak hendak diganti, gigi ini tidak
masuk dalam klasifikasi.
3. Bila gigi molar tiga masih ada dan akan digunakan sebagai gigi
penahan, gigi ini dimasukkan ke dalam klasifikasi.
4. Bila gigi molar dua sudah hilang dan tidak akan diganti gigi ini tidak
dimasukkan dalam klasifikasi.
5. Bagin tidak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama
dalam klasifikasi.
6. Daerah tidak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkla dalam
klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan
daerah atau ruangannya.
7. Luas modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan ,
yang dipersoalkan adalah jumlah tambahan daerah tak bergigi.
8. Tidak ada modifikasi bagi lengkung rahang kelas IV.
KLASIFIKASI APPLEGATE-KENNEDY
Klasifikasi ini merupakan perkembangan dari klasifikasi
sebelumnya yaitu klasifikasi Kennedy yang kemudian dikembangkan oleh
Applegate karena dia menganggap perlu mengadakan perubahan-
perubahan tertentu demi perbaikan. Berikut klasifikasi tersebut.
1. Klas I
Daerah tanpa gigi terletak di bagian posterior dari gigi tertinggal
pada kedua sisi rahang (bilateral free end).
12
2. Klas II
Daerah tanpa gigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang (unilateral free end).
3. Klas III
Daerah tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada; kedua
gigi tetangga tidak mampu memberi dukungan pada gigi tiruan serta
memiliki longsaddle.
4. Klas IV
Daerah tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median
5. Klas V
Daerah tidak bergigi paradental di mana gigi asli anterior tidak
dapat dipakai sebagai gigi penahan serta Short saddle.
6. Klas VI
Daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli
dapat dipakai sebagai penahan.
KLASIFIKASI SWENSON
Padadasarnyaklasifikasi Swensonsamadenganklasifikasi Kennedy. Berikut klasifikasi tersebut.
KelasI : Unilateral free end
13
Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end
Kelas III : Bounded sadle
KelasIV : Anterior tooth supported
14
KLASIFIKASI CUMMER’S
Berdasarkan posisi dari directretainer
Diagonal : dua directretainer terletak berlawanan secara diagonal
satu dengan yang lainnya
Diametric : dua directretainer terletak berhadapan membentuk garis
tegak lurus terhadap midline
Unilateral : dua atau lebih directretainer berada dalam satu sisi
Multilateral : tiga atau empat directretainer membentuk bidang segitiga
atau segiempat
KLASIFIKASI BAYLIN
Berdasarkan dukungan jaringan yang tersisa terhadap gigi tiruan sebagian lepasan
A : restorasi anterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian
anterior sampai premolar
P : restorasi posterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian
posterior sampai caninus
SubklasifikasiBailyn’s
- Klas I : boundedsaddle (tidak lebih dari tiga gigi hilang)
- Klas II : freeendsaddle (tidak ada gigi penyangga pada bagian
posterior daerah edentulous)
- Klas III : boundedsaddle (lebih dari tiga gigi hilang)
15
Ketika terdapat gigi anterior dan gigi posterior yang hilang maka klas untuk anterior dan
posterior disebutkan secara terpisah
KLASIFIKALSI SKINNER
Berdasarkan hubungan antara daerah edentulous dengan gigi penyangga
Klas I : gigi penyangga berada di anterior dan posterior daerah
edentulous
Klas II : semua gigi penyangga berada pada bagian posterior
daerah edentulous
Klas III : semua gigi penyangga berada pada bagian anterior daerah
edentulous
Klas IV : daerah edentulous berada di anterior dan posterior gigi
yang tersisa
Klas V : gigi penyangga terletak unilateral dalam hubungannya
dengan daerah edentulous
16
KLASIFIKASI SWENSON
Klas I: Unilateral free end
Klas II: Bilateral free end
Klas III: Bounded saddle
Klas IV: Anterior tooth supported
KLASIFIKASI AUSTIN DAN LEEDGE
Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang
hilang.
a. Daerah gigi yang hilang anterior A
b. Daerah gigi yang hilang posterior: P
Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line.
Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
A. Kunjungan Pertama
1. Anamnesa Indikasi
2. Membuat Studi Model
- Alat : Sendok cetak nomor dua
17
- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
- Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai
posisi mulut setinggi siku operator.
- Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai
konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian
dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai
dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan
cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian
sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan
stone gips dan di-boxing.
B. Kunjungan Kedua
1. Membuat work model
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
- Metode mencetak : mucocompresi
- Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam
sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan
bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan
garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas.
Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari
manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien
disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam
sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator di
samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut,
kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk
18
menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan
mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.
2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan melakukan
survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan
berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai
dengan desain gigi tiruan.
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.
C. Kunjungan Ketiga
1. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat dari
model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan
yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah dimana ukurannya kita
sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian pasien
diminta mengigit malam tersebut.
3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan relasi gigitan
kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior maka perlu
diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh
kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan
antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk sesuai
dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.
Flasking
Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam suatu
flasfk/cuvet untuk membuat sectional mold. Berikut prosedur kerja flasking :
1. Pilih flask yang ukurannya sesuai dengan model, kemudian letakkan model dalam
flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya cukup.
2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis dan
plug bagian bawah flask diletakkan.
19
3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating medium (vaselin/ air sabun).
4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask bagian bawah lalu model ditanam
dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras dirapikan.
5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin/ air sabun.
6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi tiruan sambil
digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara. Pasang flask
bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam flask sampai batas permukaan
oklusal gigi-gigi.
7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan kedalam flask
sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press (bagian-bagian flask
kontak antar metal).
Cara flasking ada 2, yaitu:
a. Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana setelah boiling out, gigi-gigi akan
ikut pada flask bagian atas. keuntungannya adalah memulaskan separating medium
dan packingnya mudah, karena seluruh mold terlihat.
b. Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup stone/gips sehingga setelah
boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan akrilik harus
melewaqti bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap, yang disebut packing
through).
Boiling Out
Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul keras paling tidak kurang lebih 1
jam sebelum bagian kuvet dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet ditaruh pada dalam air
yang mendidih dengan suhu 130oF, selama 15 menit untuk melunakkan malam, dan
memisahkan kuvet. Setelah pemisahan malam, bagian mold dicuci dengan air panas hingga
tidak terdapat lagi sisa residu.
Mold yang telah dicuci ditinggalkan untuk pendinginan selama 10 menit. Panas
membantu mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster dan mempercepat
pengeringan. Jika separator tidak sengaja menutupi bagian denture gigi, maka material yang
terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat atau alat yang lain. Setelah pemisahan
kuvet telah mengering dan kuvet telah mengering dengan suhu yang sesuai dengan suhu
kamar, maka mold siap untuk pembuatan resin akrilik.
20
Packing Acrylic
Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Yang
mempunyai dua metode yaitu:
a. Dry method ialah cara mencampur monomer dan polimer langsung didalam mold.
b. Wet method ialah cara mencampur monomer dan polimer di luar mold dan bila sudah
mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.
Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang berbentuk cair.
Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan tersebut sampai didapatkan massa
yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau tajam. Bahan ini
berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida.
Macam-macam bahan akrilik adalah:
1. Bahan akrilik heat cured
2. Bahan akrilik self cured
3. Bahan akrilik light cured
Komposisi dari bahan polimerisasi:
1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi
metal metakrilat dalam air maupun partikel yang tidak teratur bentukannya yang
diperoleh dengan cara menggerinda batangan polimer.
2. Cairan: monomer yaitu metil metakrilat.
Stabiliser sekitar 0,006% hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama
penyimpanan.
Initiator peroksida berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida
Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.
Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:
1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir
21
2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah
3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat, apabila
ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke
dalam polimer.
4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada tahap ini sifat lekat hilang dan
adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan.
5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer yang
menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada
permukaannya, sedang keadaan dibagian dalam adukan masih kenyal.
Prosedur kerja packing:
a. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar porselen yang bersih
dan masukkan polimer sampai semua cairan terserap dalam bubuk (polimer:monomer,
3:1),
b. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer dan polimer
tercampur dengan baik,
c. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat polimerisasi dan
diamkan selama waktu yang dianjurkan pabrik,
d. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan tidak lengket (dough
stage), adonan siap dimasukkan kedalam mold,
e. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam mold dengan jari telunjuk yang
terbungkus kertas selopan. Adonan dipacking satu arah untuk menghindari
terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,
f. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet antagonis.
g. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas selopan, kemudian press dan
pasang baut.
Curing
Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila
dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
22
Polimerisasi ada 2 cara yaitu,
1. Secara thermis yang disebut heat curing
2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan monomer) yang disebut dengan
cold/self curing.
Pemberian panas dapat secara :
1. Dry heat : dipanaskan dengan udara kering
2. Vapour heat : dipanaskan dengan uap panas
3. Water heat : dipanaskan dengan air panas yang biasa digunakan di laboratorium
Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer itu sendiri
bersifat exsothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka temperature resin akrilik akan jauh
lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan mendidih pada temperature 1000C. Oleh
karena itu, pada tahap permulaan polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu
tinggi. Dengan demikian panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialihkan ke bahan
investingnya, dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan
mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga disebabkan oleh
mold yang kurang terisi atau selama curing kurang di press sehingga terjadi shrinkage
porosity.
Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses polimerisasi teraktivasi kimia, kadang kadang
disebut sebagai cold curing. Cold curing diawali dengan pengadukan kedua pasta. Selama
proses pengadukan, hampir tidak mungkin mencegah masuknya gelembung udara kedalam
adukan. Gelembung udara ini mengandng oksigen yang menyebabkan penghambatan oksigen
selama polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing adalah bahwa operator tidak memiliki
pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan bahan dan pembentukan
bahan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan begitu tahap inisiasi selesai. Jadi,
proses polimerisasi terus menerus terganggu sampai operator telah menyelesaikan proses
pembentukan kontur restorasi.
Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang tidak memerlukan pengadukan mulai
dikembangkan. Tujuan ini dicapai dengan menggunakan sumber sinar untuk mengaktifkan
system inisiator. Dengan mempertimbangkan kekurangan resin cold curing, adalah bahwa
bahan-bahan dengan pengerasan sinar memiliki keuntungan dengan memungkinkan
operator menyelesaikan baik pemasukan bahan dan pembentukan kontur restorasi sebelum
pengerasan dimulai.
23
Alat dan bahan curing:
1. Alat perebus cuve (panci dan kompor)
2. Timer
3. Air
Prosedur kerja curing:
1. Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)
2. Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan selama 15 menit.
3. Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.
4. Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.
5. Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.
Finishing dan Polishing
Finishing
Finishing merupakan proses atau tahap penyelesaiaan geligi tiruan dari
menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik di
sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi tiruan akibat dari
processing.
Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur geligi tiruan .
jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial denture telah diwaxing
dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat ditentukan. Selain itu, jika geligi
tiruan malam telah di wax contouring dengan seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan,
proses penyelesaian yang diperlukan akan lebih sederhana.
Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara kedua mould karena tekanan
yang dilakukan selama prosedur processing . buanglah flash dari geligi tiruan de ngan
menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar perlahan lahan. Jika geligi
tiruan ditrial packing dengan hati hati ,aka flash hamya sedikit sekali. Berhati-hatilah
24
membuang flash dan sisa stone yang berada disekitar leher gigi dengan sebuah cungkil
kecil/pahat yang tajam.
Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah permukaan stone akan
membentuk ruang kosong didalam mould. Tekanan yang digunakan waktu prosedur packing
dapat menyebabkan resin akrilik patah didalam ruang kosong tersebut dan akan terlihat
sebagai gumpalan/nodul diperukaan geligi tiruan yang telah diproses. Periksalah geligi tiruan
dengan jari tangan terhadap gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan
stone/bur bulat kecil.
Polishing
Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan
tanpa mengubah konturnya .
Untuk mengkilapkan resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus dibuang,
sehingga alat-alat abrasive harus digunakan untuk menghasilkan permukaan geligi tiruan ang
licin dan mengkilap. Suatu rag wheel khusus dan brush wheel harus difunakan dengan salah
satu bahan poles. Roda-roda ini tidak boleh digunakan secara bergantian dengan bahan
abrasive yang berbeda. Rag wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan digunakan dengan
pumice basah untuk mencegah panas yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.
Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi permukaan lingual
dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak kontur asli dan stain pada
permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh permukaan fasial geligi tiruan.
Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial yang distain dengan brush wheel
putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial digunakan tekanan
seringan mungkin dan putaran roda serendah mungkin.
Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan dengan jaringan tidak boleh
dipoles.
Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan gigi-gigi akrilik tersebut
harus dilindungi dengan menutupi gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape, sehingga anatomi
gigi tidak akan rusak.
25
D. Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
1. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan
dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan
gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat
dengan cara :
- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan dengan
membarana mukosa di bawahnya.
- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan dengan
struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan traumatic yang
menempati undercut gigi abutment.
3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan
tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat
mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
pergeseran pada saat tes ini.
4. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior.
caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan
bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas
artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna
yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak
merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan
dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak
terjadi traumatik oklusi.
26
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL
(pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL (pengurangan bagian
bukal RA dan lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta memakai gigi
tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu agar pasien terbiasa.
o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum dipakai
sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.
o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan direndam dalam
air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.\Apabila timbul
rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera kontrol.
o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
E. Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan yang perlu
dilakukan :
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi
tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif
o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada
mukosa di bawahnya.
o Melihat posisi cangkolan.
o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan Gtsl
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :
1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama
27
2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi yang masih
ada serta jaringan yang sekitarnya.
3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk apapun
4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis.
Keberhasilan pembuatan GTS adalah
1. Kooperatifan pasien.
2. Kondisi rongga mulut pasien
3. Kemampuan tekniker
4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi rongga mulut
pasien.
5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :
1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak balance
oclution
2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau landasan geligi
tiruan yang tidak cermat.
3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan kontak premature
yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta hubungan tonjol yang kurang
seimbang
4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap geligi tiruan.
Desain
Keterangan :
28
1) Cingulum rest pada gigi 12
2) Klamer 3 jari pada gigi 15
3) Klamer 2 jari modifikasi pada gigi 25
4) Anasir gigi 13, 14, 25, 26, 27
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami jelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Komponen dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Gigi tiruan sebagian lepasan disusun atas beberapa komponen, yaitu: Retainer
Rest
Konektor
Gigi tiruan
Sadel/basis
2. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Klasifikasi Gigi tiruan sebagian lepasan ada bermacam0macam, tetapi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi kennedy, yaitu:
Kelas I Kennedy: daerah tidak bergigi di bagian posterior dari gigi masih ada dan
berada pada kedua sisi rahang (bilateral)
Kelas II Kennedy: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi saja (unilateral)
Kelas III Kennedy: daerah yang tak bergigi terletak di antera gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anteriornya unilateral.
Kelas IV Kennedy: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dan gigi yang
masih dan melewati garis median (tengah).
Kelas V Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak
dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah.
Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang
dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan.
29
Kelas VI Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga
gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali
merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut.
3. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan sesuai dengan skenario
Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik maupun
kerangka logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain dikenal empat tahap
yaitu:
(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel
(3) tahap III: menentukan macam penahan
(4) tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).
4. Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Tahapan dalam pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut: Anamnesa
Pemeiksaan
Pencetakan model study
Pembuatan desain
Penyusunan gigi
flasking
moulding
packing
curing
deflasking
pengasahan
polishing dan finishing
insersi
30
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan jilid 2.
Jakarta: Hipokrates
Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I Cetakan I.
Jakarta: Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II Cetakan I.
Jakarta: Hipokrates.
Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B.
Saunders Co. Philadelphia
Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B.
Saunders Co. Philadelphia
31