Laporan Tutorial Sk 2 Fix

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa, wujudnya konkret, tetapi tidak abadi. Selain itu manusia juga memiliki akal dan perasaan. Akal ( ratio, ciptaan) berfungsi sebagai alat berpikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi ( science and technology ). Dengan akal, manusia dapat menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang benar dan mana yang salah . Karena manusia memiliki akal yang baik, manusia memerlukan etika dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam berkomunikasi. Etika sangat diperlukan saat manusia berkomunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat berjalan dengan baik dan agar komunikasi dapat terarah. Etika berkomunikasi dalam implementasinya antara lain dapat diketahui dari komunikasi yang santun. Hal 1

description

tutorial

Transcript of Laporan Tutorial Sk 2 Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa, wujudnya konkret, tetapi tidak abadi. Selain itu manusia juga memiliki akal dan perasaan. Akal (ratio,ciptaan) berfungsi sebagai alat berpikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology). Dengan akal, manusia dapat menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang benar dan mana yang salah. Karena manusia memiliki akal yang baik, manusia memerlukan etika dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam berkomunikasi. Etika sangat diperlukan saat manusia berkomunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat berjalan dengan baik dan agar komunikasi dapat terarah.

Etika berkomunikasi dalam implementasinya antara lain dapat diketahui dari komunikasi yang santun. Hal ini merupakan juga cerminan dari kesantunan kepribadian kita. Komunikasi diibaratkan seperti urat nadi penghubung kehidupan, sebagai salah satu ekspresi dari karakter, sifat atau tabiat seseorang untuk saling berinteraksi, mengidentifikasikan diri serta bekerja sama. Kita hanya bisa saling mengerti dan memahami apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki orang melalui komunikasi yang diekspresikan dengan menggunakan berbagai saluran, baik verbal maupun non-verbal. Pesan yang ingin disampaikan melalui komunikasi, bisa berdampak positif bisa juga sebaliknya. Komunikasi akan lebih bernilai positif, jika para peserta komunikasi mengetahui dan menguasai teknik berkomunikasi yang baik, dan beretika.

Etika berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik, tetapi juga harus berangkat dari niat tulus yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang demikian akan menghasilkan komunikasi dua arah yang bercirikan penghargaan, perhatian dan dukungan secara timbal balik dari pihak-pihak yang berkomunikasi.

Komunikasi yang beretika, kini menjadi persoalan penting dalam penyampaian aspirasi. Dalam keseharian eksistensi penyampaian aspirasi masih sering dijumpai sejumlah hal yang mencemaskan dari perilaku komunikasi yang kurang santun. Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika berkomunikasi belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa komunikasi sebagai sesuatu yang otomatis terjadi, sehingga orang tidak tertantang untuk belajar berkomunikasi secara efektif dan beretika. Hal yang paling penting dalam komunikasi, bukan sekadar pada apa yang dikatakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita mentransfer pesan serta menerima pesan. Komunikasi harus dibangun dari diri kita yang paling dalam sebagai fondasi integritas yang kuat.

1.2 Skenario

Setiap kali diskusi kelompok, Retno sering mendebat pendapat teman-temannya. Sampai suatu ketika Nana,salah seorang teman, dikritiknya begitu tajam. Retno mengatakan bahwa pendapat Nana tidak memiliki dasar sama sekali dan hanya ungkapan bodo. Nana sangat tersinggung, namun memendam perasaannya itu. Hanya saja ia kemudian tak lagi mau membalas sapa Retno, yang sepertinya tidak tahu jika Nana mendendam. Puncaknya ketika Retno ingin meminjam pulpen pada Nana, Nana merengut marah sambil membanting pulpen itu pada Retno dan berlari keluar ruangan. Retno terkejut melihat bahasa non-verbal Nana itu dan bertanya pada teman-teman yang lain apa yang terjadi pada Nana. Teman-teman tersebut mengatakan bahwa Nana tersinggung oleh gaya komunikasi Retno yang agresif dan tidak empati ketika diskusi kelompok. Retno menjadi sadar akan sikap dan perilakunya sendiri. Sebenarnya ia tak bermaksud menghina Nana dan justru ingin mendorong Nana menunjukkan argumen yang lebih kuat, namun karena ia tak menunjukkan komunikasi yang efektif dan etika berkomunikasi maka Nana pun salah memahami maksudnya.1.3Rumusan Masalah

1. Mengapa kita memerlukan etika dalam berkomunikasi?2. Apa saja etika dalam berkomunikasi?

3. Bagaimana cara komunikasi yang efektif?

4. Bagaimana cara mengkritik dengan baik?

5. Apa penyebab dan dampak kegagalan dalam komunikasi?6. Mengapa dalam diskusi tidak diperkenankan menggunakan gaya komunikasi yang efektif?

7. Bagaimana cara memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi ketika berkomunikasi?

8. Bagaimana mengatur emosi saat berkomunikasi?1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui etika dalam komunikasi.2. Untuk mengetahui cara mengkritik yang baik.

3. Untuk mengetahui cara komunikasi secara efektif.

4. Untuk mengetahui penyebab, dampak, dan cara penyelesaian dari kegagalan komunikasi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.MANUSIA MAKHLUK BUDAYA2.1. Hakikat ManusiaMenurut Charles Darwin, manusia berasal dari kera hasil perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun, setelah di uji secara ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda dengan monyet, baik dari segi fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan kata lain, manusia adalah manusia, monyet adalah monyet, manusia lain sama sekali dengan monyet. Teori evolusi Charles Darwin tidak dapat diterima.

Rohiman Notowidagdo (1996:17) menyatakan bahwa Alquranlah yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Semenjak 14 (empat belas) abad yang lalu, dalam Alquran telah dijelaskan bahwa manusia bukan keturunan kera, melainkan manusia (Adam) diciptakan Allah dari tanah. Allah menciptakan manusia terdiri dari materi dan roh, melalui tahapan-tahapan, dariturubmenjadi tanah, kemudian menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanah kering seperti tembikar, dan setelah disempurnakan bentuknya, Allah meniupkan roh (ciptaan-Nya), maka terjadilah Adam.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa, wujudnya konkret, tetapi tidak abadi.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.

Akal (ratio,ciptaan) berfungsi sebagai alat berpikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology). Dengan akal manusia menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang benar dan mana yang salah.

Dengan nurani manusia menlialai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang indah dan baik, serta mana yang jelek dan buruk. Fakta, peristiwa, atau lingkungan yang indah dan baik diterima oleh nurani (nilai keindahan atau nilai kebaikan atau nilai etis), sedangkan yang jelek dan buruk ditolak oleh nurani.

Dengan kehendak manusia menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang dikehendaki atau dibutuhkan karena berguna (bermanfaat), dan mana yang ditolak atau tidak dibutuhkan karena tidak berguna (tidak bermanfaat).

Dalam 2 (dua) keadaan yang bertolak belakang ini manusia berada pada posisi sentral, artinya manusialah yang mempertimbangkan, menilai, dan berkehendak menciptakan kebenaran, kebaikan, kegunaan, serta lingkungan sehat, atau sebaliknya menciptakan kesalahan, keburukan, dan kerugian serta pencermaran lingkungan.

. 2.2Daya Indera dan Daya RasaSebagai makhluk sempurna ciptaan Tuhan, manusia dibekali dengan daya indera dan daya rasa. Daya indera diperoleh melalui pancaindera yang terdiri dari:

a.Mata untuk melihat

b.Telinga untuk mendengar

c.Lidah untuh mengecap (taste)

d.Hidung untuk mencium bau, dan

e.Kulit untuk merasa (sentuhan)

Pancaindera tersebut menghubungkan diri manusia dengan lingkungan sekitarnya atau dunia. Dengan pancaindera manusia menikmati keindahan, kesenangan, dan kebahagiaan.

Sedangkan perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia. Perasaan rohani ada 6 (enam) macam, yaitu:

a.Perasaan intelektual (pengetahuan)

b.Perasaan estetis (keindahan)

c.Perasaan etis (kebaikan)

d.Perasaan diri (harga diri)

e.Perasaan sosial (kelompok, korp atau hidup bermasyarakat)

f.Perasaan religious (agama atau kepercayaan)

2.3.Teori EksistensialismeMenurut Soren Kierkegaard, teori eksistensialisme memandang manusia itu secara konkret seperti yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi manusia dalam konteks kehidupan konkret adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk pada hokum alamiah pula.

Kierkegaard menyatakan bahwa hidup manusia mempunyai 3 (tiga) taraf, yaitu estetis, etis, dan relegius. Pada taraf kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia lingkungan sekitarnya sebagai dunia yang mengangumkan dan mengungkapkannya kembali dalam karya lukisan, tarian, dan nyayian yang indah. Pada taraf kehidupan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjwabkan. Pada taraf kehidupan relegius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan sang pencipta.

Manusia menurut teori eksistensialisme dari Soren Kierkegaard adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja keras dan mencipta.

B. ETIKA DAN MORAL2.4.Konsep EtikaBertens (1994) menyatakan bahwa Etika berasal dari bahasa Yunani kunoethosartinya adat kebiasaan, akhlak yang baik, bentuk jamaknyaetha.Dari bentuk jamak ini dibentuk istilah bahasa InggrisEthicsyang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadiEtika,yaitu ilmu tentang kebiasaan yang baik. Berdasarkan arti tersebut ada 3 (tiga) hal yang perlu dicermati, yaitu perilaku (perbuatan), acuan perilaku (norma, sistem nilai), dan bentuk norma/sistem nilai (kode Etik, label). Dengan demikian, Etika dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) konsep (arti), yakni seperti yang akan diuraikan di bawah ini:

a.Kebiasaan Berbuat Baik dan Berbuat BurukKebiasaan berbuat baik, artinya terbiasa berbuat yang menyenangkan serta bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain, disebut etis. Contoh perbuatan baik (etis), antara lain:

1)Menata lingkungan yang sehat.

2)Mencegah dan membasmi peredaran narkoba.

3)Menolong orang yang terkena musibah, dan

4)Menyantuni ank yatim dan yatim piatu.

Kebiasaan berbuat buruk, artinya terbiasa berbuat tidak bermanfaat, merugikan diri sendiri dan semua orang, disebut tidak etis. Contoh perbuatan butuk (tidak etis) yang merugikan:

1)Memprovokasi orang untuk berbuat jahat atau onar.

2)Melakukan pungutan liar (pungli), judi, minuman keras, ataupun perbuatan maksiat.

3)Membakar bangunan milik orang lain atau milik Negara (instansi pemerintah), dan

4)Membegal motor orag lain dan menganiaya pemiliknya.

b.Sistem Nilai Budaya Sebagai Acuan PerilakuEtika adalah nilai-nilai berupa norma-norma moral yang menjadi pedoman hidup bagi seseorang atau kelompok orang dalam berperilaku atau berbuat. Etika dalam arti ini disebut sistem nilai budaya.

Dengan demikian, sistem nilai selalu mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:

1)Norma moral, sebagai acuan perilaku, jenisnya adalah pereturan, pemberitahuan, petunjuk, arahan, dan simbol.

2)Keberlakuan norma moral, hasilnya perbuatan baik, benar, dan bermanfaat, contohnya berkendaraan di jalan sebelah kiri, bekerja keras dan produktif, atau membersihkan lingkungan tempat tinggal.

3)Nilai-nilai, sebagai produk perbuatan berdasarkan norma moral, contohnya adalah ketertiban, kesejahteraan, kesehatan, dan penghargaan.

Sistem nilai budaya akan dipahami dan dipatuhi orang lain atau kelompok masyarakat apabila diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata yang dapat dijadikan teladan.

c.Kumpulan Asas atau Nilai Moral (Akhlak)Etika dalam arti ini merupak kumpulan asas atau nilai moral (akhlak), yang menggambarkan perilaku baik, benar, dan bermanfaat. Asas atau nilai moral tersebut biasanya dihimpun dalam bentuk Kode Etik atau label. Kode Etik berisi gambaran perilaku bagaimana seharusnya seorang professional berbuat atau tidak berbuat (how should do or not do) yang bermanfaat bagi semua orang. Contoh isi Kode Etik:seorang dokter seharusnya mengutamakan pelayanan pasien dengan baik, teliti, hati-hati, menyenangkan, dan bertanggung jawab sesuai dengan tingkat profesionalnya sebagai dokter.Lebel berisi gambaran perilaku bagaimana seharusnya orang berbuat atau tidak berbuat di tempat tertentu atau dalam ruang tertentu yang bermanfaat bagi semua orang. Label umumnya ditulis dalam bentuk kalimat tunggal yang mudah dilihat atau dibaca yang berisi perintah, larangan, atau imbauan. Contoh isi lebel dengan kalimat tunggal, antara lain seperti berikut ini:

1)Dilarang merokok dalam ruangan ber-AC.

2)Buanglah sampah di tempat yang telah disediakan.

3)Bayarlah dengan uang pas.

4)Dilarang masuk kecuali petugas yang bersangkutan.

5)Kurangi kecepatan, tikungan tajam.

2.5Konsep MoralBertens (1994) menyatakan bahwa kata Moral berasal dari bahasa Latinmos,bentuk jamaknyamores,bahasa Inggrisnyamoral,diserap ke dalam bahasa Indonesia tanpa perubahan, yang juga berarti kebiasaan berbuat baik, sebagai lawan dari kebiasaan berbuat buruk. Jadi, sebenarnya sama dengan arti etik (susila). Oleh karena itu, Moral adalah kebiasaan berbuat baik (akhlak baik) disebut perbuatan moral (susila), sedangkan kebiasaan berbuat buruk (akhlak buruk) disebut perbuatan moral (asusiala). Nilai moral adalah nilai atau hasil perbuatan yang baik, sedangkan norma moral adalah norma yang berisi cara bagaimana berbuat baik. Bermoral artinya mempunyai kebiasaan berbuat baik atau terbiasa berbuat baik, sedangkan tidak bermoral artinya kebiasaan atau terbiasa berbuat buruk, jahat, atau merugikan orang lain.

Moral bersifat kodrati, artinya sejak diciptakan Tuhan, manusia sudah dibekali dengan sifat-sifat baik, jujur, dan adil. Moral bersifat asasi, yaitu sifat yang diturunkan Tuhan kepada manusia agar selalu berbuat baik, jujur, adil dan itu adalah benar serta bermanfaat bagi pelaku sendiri dan juga bagi orang lain (masyarakat tempat dia hidup).

Sebaliknya, orang molar artinya perilaku yang diwujudkan melalui perbuatannya tidak baik, tidak benar, tidak adil, dan tidak bermanfaat bagi orang lain (masyarakat). Dengan kata lain, terbiasa berbuat melanggar hak asasi manusia, serta terbiasa berbuat jahat dan buruk dalam mengemban tuganya. Contohnya, antar lain perbuatan yang berikut ini:

a.Melakukan perkosaan, pemerasan, pembagalan, atau korupsi.

b.Berbuat kejam terhadap keluarga dan menelantarkan istri dan anak.

c.Berkendaraan ugal-ugalan di jalan raya yang ramai.

d.Tidak mau melayani pasien orang miskin.

e.Melemparkan bom rakitan di tempat ramai dikunjungi orang, atau

f.Bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat ataupun bawahan (dictator).

3.Etika/Moral Kodrat dan BudayaAda 2 (dua) jenis hubungan dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan Sang Pencipat dan hubungan sesama manusia dalah hidup bermasyarakat.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikemukakan 2 (dua) jenis sumber Etika/Moral. Kedua jenis sumber Etika/Moral tersebut adalah:

a.Tuhan Sang PenciptaYang menurunkan Etika/Moral kepada manusia makhluk budaya ciptaan-Nya. Etika/Moral yang bersumber dari Tuhan Sang Pencipta disebut Etika/Moral kodrat.

b.Manusia (masyarakat)Yang merupakan Etika/Moral kepada kelompoknya dalam bentuk kesempatan (produk budaya) yang dipatuhi oleh semua individu anggota kelompoknya (masyarakat). Etika/Moral yang bersumber dari manusia (masyarakat) disebut Etika/Moral Budaya.

Etika/Moral Kodrat adalah kebiasaan berperilaku atau berbuat baik, dan benar, bermanfaat bagi semua orang karena kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Kodrat bersifat asasi dan berlaku umum (universal).All human beings are created equal by God (Creator).Contoh Etika/Moral Kodrat, antara lain adalah:

1)Berkata jujur dan berbuat adil.

2)Menghargai hak orang lain.

3)Menghormati orangtua, guru, dan atasan.

4)Membela kebenaran dan keadilan.

5)Menyantuni anak yatim dan yatim piatu, serta

6)Memenuhi kewajiban dan memperoleh hak.

Etika/Moral Budaya adalah kebiasaan berbuat baik, benar, dan bermanfaat bagi semua orang karena kesempatan bersama antara sesama anggota masyarakat pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Contohnya adalah:

1)Upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian menurut adat setempat.

2)Busana dan perangkat adat setempat.

3)Kawin lari (elopement) menurut adat setempat.

4)Etika orang Jawa, Minangkabau, dan Lampung.

5)Subak pada masyarakat bali, serta

6)Perdamaian menurut adat setempat.

4.Upaya Pembinaan dan Pemeliharaan MoralApa saja upaya-upaya yang dapat dilakukan agar dapat membina dan memelihara Moral manusia, sehingga terbiasa berperilaku dan berbuat baik, benar dan bermanfaat. Beberapa upaya tersebut, antara lain sebagai berikut:

a.Meningkatkan pendidikan dan pelatihan.

b.Meningkatkan dan memantapkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c.Berkomunikasi dengan orang baik, bergunam dan beramal.

d.Memperbanyak pengalaman mengahadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan.

e.Selalu bersikap susila, sabar, dan tidak mudah putus asa.

f.Utamakan mempergunakan pertimbangan akal sehat dan tidak emosional.

g.Hindari perilaku perbuatan tercela, tidak terpuji.

h.Perbanyak perbuatan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

i.Perlu saling menolong antara sesame karena manusia mempunyai keterbatasan.

j.Silaturahim, saling memberi amanah dalam kebaikan dan kesabaran, serta

k.Biasakan kerja keras yang produktif sesuai dengan kemampuan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Mapping

Penjelasan:Diskusi adalah salah satu bentuk dari komunikasi dalam lingkup kelompok. Komunikasi menurut bentuknya dibagi menjadi dua yaitu, komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal berupa sifat agresif dan komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh yang kurang tepat dapat menyebabkan miskomunikasi. Miskomunikasi/kesalahpahaman ini dapat dicegah dan diatasi dengan menerapkan etika dalam berkomunikasi sehingga tercapai tujuan berkomunikasi yaitu terwujudnya komunikasi yang efektif.3.2 Etika komunikasiEtika komunikasi adalah strategi pemilihan dan penggunaan kata, tata kalimat, nada dan irama serta gerakan anggota tubuh yang merupakan pertimbangan dalam keberhasilan dalam berkomunikasi.

Etika bersifat subjektif, relative, dan kondisional, serta bersifat permanen, tahan lama ketika telah dimiliki oleh ebagian komunitas dan digunakan sejak lama.

Selain pemilihan bahasa yang tepat serta komunikasi verbal yang sesuai dengan komunikasi, komunikasi non verbal juga mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Etika dalam berkomunikasi melalui bahasa non verbal diantaranya adalah

1. Kontak mata

Kontak mata kelihatannya hal yang sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang. Kenyataanya, tidak semua orang berani melakukan kontak mata ketika mereka melakukan tindak komunikasi. Rasa tidak percaya diri dan takut menghadapi lawan bicaranya seringkali menjadi satu alas an mengapa orang tidak melakukan kontak mata. Komunikasi akan menjadi efektif apabila ada kontak mata di antara partisipasi komunikasi. Masing-masing partisipan akan merasa penting dan diperhatikan dalam tindak komunikasi tersebut apabila ada kontak mata dari partisipan lainnya.

2. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah merupakan faktor yang mempengaruhi etika dalam berkomunkasi. Ekspresi wajah akan memperjelas dan mempertegas pesan verbal yang disampaikan. Melalui espresi wajah ini seseorang dapat menjadi komunikator yang menarik dan tidak membosankan dalam tindak komunikasi.

3. Postur

Postur mempunyai peranan yang sangat besar dalam komponen etika. Cara komunikator duduk, berdiri serta postur tubuh lainnya sangat mempengaruhi pesan yang disampaikan.

4. Gestur

Gestur merupakan gerakan tubuh kita. Gerakan tubuh yang tepat dan tidak berlebih-lebihan akan membantu menciptakan keindahan dalam tindak komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Anggukan kepala, lambaian tangan, gerakan tangan merupakan gestur yang sering dilakukan dan akan meminimalkan kebosanan ketika gerakan-gerakan ini dilakukan secara tepat.

3.2.1 Etika dalam berkomunikasi

Tidak memotong pembicaraan dan membicarakan orang lain. Suara tidak terlalu keras serta memperhatikan lawan bicara. Tenang, sabar, empati, adil dan menampilkan fakta secara tebuka. Menghormati perbedaan pendapat dan mengutamakan motivasi. Tidak meludah dihadapan orang lain, jika batuk atau bersin harap ditutup. Tatap wajah lawan berbicara dan bersifat kondisional terhadap lawan bicara. Trampil dalam memilih kata dan jujur dalam berbicara. Menghormati lawan bicara dengan menggunakan bahasa yang baik, ramah dan sopan. Berhati-hati dalam berbicara.3.3. Kritik

Kritik adalah kecaman atau tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.3.3.1. Cara Mengkritik yang Baik

1. Menyampaikan ijin saat menyampaikan kritik

2. Menyampaikan kelebihan dan kekurangan.

3. Menyertakan alasan yang logis.

4. Tidak memaksakan kehendak.

5. Menyampaikan jalan keluar (solusi permasalahan).

6. Mengungkapkan dengan bahasa yang santun.

7. Menghindari kalimat yang menyinggung perasaan orang lain.

8. Kritik yang konstruktif: yaitu menyempurakan ide.

9. Kritiklah secara objektif, artinya tidak mengada-ada dan mencari-cari kesalahan.3.4. Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikasi atau reciever sesuai dengan pesan yang dikirm oleh sender atau komunikator, kemudian komunikan memberi respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Jadi komunikasi efektif itu terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut saling direspon sesuai dengan harapan pelaku komunikasi tersebut.3.4.1 Aspek-aspek Komunikasi EfektifAda 5 aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif (Endang dan Maliki, 2003), yaitu:1. Kejelasan (clarity)Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas, sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan interprestasi ganda ataupun salah.2. Ketepatan (Accuracy)Informasi yang disampaikan betul-betul akurat artinya informasi tersebut benar dan tepat.3. Konteks (context)Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi.4. Alur (flow)Alur bahasa dan informasi harus runtut, karena akan sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif.5. Budaya (culture)Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga tata krama atau etika. Misalnya: cara bersalaman, memberi hormat, ada perbedaan antara etnis satu dengan yang lain. Orang Sunda bersalaman dengan dua tangan, orang Jepang memberi hormat dengan badan sangat membungkuk, dan sebagainya.3.4.2 Strategi Membangun Komunikasi EfektifAda beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suatu komunikasi yang efektif, antara lain:1. Ketahui mitra bicara (audience)Kita harus sangat sadar dengan siapa kita bicara, maka sebelumnya ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu.2. Ketahui tujuanTujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi. Misalnya, saat kita menjadi presenter cara penyampaian informasi akan sangat berbeda dengan saat kita memberikan pengumuman ataupun menjadi MC. Bahasa yang digunakan, informasi, dan penjelasan-penjelasan yang dilakukan ketika kita berkomunikasi, akan sangat berbeda.3. Perhatikan konteksKonteks di sini bisa berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi. Dalam hal ini pilihan kata, intonasi suara, bahasa tubuh (body language), dan timing, sangat berperan untuk mendukung komunikasi itu sesuai konteks.4. Pelajari kulturKultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat perlu dipelajari sehingga wawasan kita lebih luas agar tidak mudah terjadi misscommunication.5. Pahami bahasaBahasa menunjukkan bangsa artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa. Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain.3.5. Kegagalan Komunikasi

3.5.1. Penyebab Kegagalan Komunikasi

Kredibilitas komunikator rendah

Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya perhatian komunikan terhadap komunikator.1. Adanya hambatan dalam proses penyampaian2. Adanya variasi bahasa3. Adanya perbedaan aksen4. Adanya perbedaan dialek.5. Adanya perbedaan argot/kosa kata khusus

6. Adanya perbedaan slang/cara menandai identitas.3.5.2. Dampak Kegagalan Komunikasi

1. Tawuran.

Tawuran terjadi akibat adanya kesalahpahaman berkomunikasi antar kelompok

2. Miss Komunikasi

Miss komunikasi mengakibatkan terjadinya konflik antaraindividu, sehingga hubungan antar individu rusak.

3. Tekanan psikologis

Kegagalan berkomunikasi mengakibatkan adanya tekanan psikologis dari penerima pesan yang tidak dapat diungkapkan rasa kekecewaannya kepada komunikator(pemberi pesan).

4. Produktifitas kerja pribadi menurun.

5. Suasana tidak nyaman mempengaruhi orang sekitar.

3.5.3. Cara Penyelesaian

1. Pendekatan personal.

2. Mengulang informasi agar lebih jelas.

4. Memperbaiki hubungan sosial.

3. Adanya pioneer sebagai orang ketiga.Pioner adalah pemrakarsa yang peduli untuk mengatasi konflik. Pemrakarsa bekerja tanpa pamrih pribadi, tujuan utamanya adalah mengembalikan suasana harmonis. Sebagai pioner ia akan berkomunikasidengan semua pihak yang terkait.BAB IV

KESIMPULANDari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam berkomunikasi, manusia memerlukan etika agar tidak terjadi suatu kegagalan komunikasi seperti miss communication. Etika dalam berkomunikasi diperlukan untuk mengatur manusia agar komunikasi dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan berkomunikasi berupa komunikasi yang efektif dapat tercapai.DISKUSI

KOMUNIKASI

VERBAL

NON-VERBAL

BAHASA TUBUH

AGRESIF

MISS COMMUNICATION

ETIKA KOMUNIKASI

KOMUNIKASI EFEKTIF

20