Skenario 3 Kelompok 3 kurhab 3 Fix
-
Upload
gladiola-nadisha -
Category
Documents
-
view
48 -
download
10
description
Transcript of Skenario 3 Kelompok 3 kurhab 3 Fix
SKENARIO 3
Seorang mahasisa FKG bernama Rizal (22 tahun) datang ke tempat praktek
drg.Mega mengeluhkan gigi depan atas berlubang. Pasien mengeluhkan malu saat
tersenyum, dan ngilu bila minum air dingin. Pasien belum pernah dirawat oleh dokter
gigi, dan belum adakeluhan spontan. Pasien menginginkan untuk dilakukan
penambalan sewarna gigi. Pada pemeriksaan klinis, gigi 21 terdapat karies kelas IV
Black. Tes vitalitas dengan Electric Pulp Test (EPT) menunjukkan gigi masih vital,
tes perkusi tidak ada keluhan. Diagnosa klinis gigi 21 adalah pulpistis reversibel.
Oleh drg. Mega disarankan dilakukan pnumpatan dengan tumpatan plastis resin
komposit nanofiller, oleh karena sifat dari bahan tersebut yang cukup kuat, sewarna
gigi dan estetis.
STEP 1 – Identifikasi Kata Sulit
1. Electric Pulp Test (EPT)
Instrumen yang dirancang menggunakan gradasi arus listrik untuk
menstimulasi serabut saraf gigi dimana penggunaannya harus dalam keadaan
kering.
2. Karies Media Kelas IV Black
Karies yang mencapai setengah dentin dan terjadi pada gigi anterior di daerah
proksimal dengan sudah melibatkan insisal.
3. Resin Komposit Nanofiller
Resin generasi terbaru dengan ukuran nano yang terdiri dari nanomer dan
nanocluster yang diaktivasi oleh visible-light dengan menggunakan konsep
nanotechnology
4. Restorasi Plastis
Teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian tumpatan dikerjakan dalam
satu kali kunjungan dan digunakan apabila sisa jaringan dari gigi cukup untuk
mendukung suatu tumpatan. Dikatakan plastis karena bahan restorasi sebelum
dimasukan ke dalam rongga mulut mempunyai konsistensi lunak dan
kemudian mengeras dalam mulut dengan penyinaran atau secara kimia.
1
STEP 2 – Rumusan Masalah
1. Kenapa pada scenario dokter gigi menggunakan EPT untuk test vitalitas
pulpa ?
2. Apa sajakah macam dari resin komposit ?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit ?
4. Apa alasan dari dokter gigi pada scenario memilih jenis resin komposit
nanofiller ?
5. Apakah ada alternative bahan tumpatan lain yang bisa digunakan sesuai kasus
di scenario ? Apakah alasannya ?
6. Bagaiamana tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum menumpat ?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu tumpatan ?
STEP 3 – Analisis Masalah
1. Kenapa pada skenario dokter gigi menggunakan EPT untuk test vitalitas
pulpa ?
Electric Pulp Test (EPT) adalah alat yang dirancang menggunakan
gradasi arus listrik untuk menstimulasi serabut saraf gigi dimana nantinya
akan menimbulkan respon. Apabila respon positive maka gigi dikatakan vital
dan apabila respon negative maka gigi dikatan non vital.
Karena technology dari alat ini yang tergolong baru maka penggunaan
dari EPT dikatakan lebih efisien dan lebih mudah. Selain, itu apabila
digunakan secara tepat maka akan menghasilkan hasil yang akurat
dibadingkan test dingin atau test termal yang biasanya tergantung dari
ambang sesitivitas rasa pasien.
2. Apa sajakah macam dari resin komposit ?
Resin komposit diklasifikasikan berdasarkan berbagai macam kelompok,
diantaranya :
a. Resin Komposit berdasarkan ukuran :
1. Megafiller : >100 µm
2. Macrofiller : 10 – 100 µm
2
3. Midifiller : 1 – 10 µm
4. Minifiller : 0.1 – 1 µm
5. Microfiller : 0.01 – 1 µm
6. Nanofiller : 0.05 – 0.1 µm
b. Resin Komposit berdasarkan bahan pengisi :
1. Konvensional
2. Microfiller
3. Hybrid
4. Microfil
5. Nanofiller
c. Resin Komposit berdasarkan bahan aktivasi :
Sinar : polimerisasinya dibantu oleh sinar, misalnya pada
komposit nanofiller dengan menggunakan visible-light
Kimia : tersedia dalam bentuk pasta dan diaktivasi dengan
menggunakan kimia yang terdiri dari inisiator berupa benzoid
peroxide dan activator berupa tertiary amina.
3. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit ?
Indikasi :
Pada karies kelas I pit dan fissure
Restorasi kelas II gigi permanen yang meluas 1/3 pada intercusp
sampai ½ panajng intercusp bukal lingual gigi
Restorasi kelas II sulung
Resotasi kelas III, IV, V gigi permanen atau sulung pada gigi anterior
Pada pasien yang memiliki alergi logam
Kontra Indikasi :
Tidak bisa digunakan pada daerah gigi yang susah di isolasi untuk
kontrol kelembapan.
Permukaan multiple dan besar misalnya pada gigi sulung posterior
Pasien dengan oral hygene yang sangat buruk.
3
Pasien dengan insidensi karies yang tinggi.
Pasien dengan kelainan bruxism dikarenakan sifat komposit yang
mudah aus.
4. Apa alasan dari dokter gigi pada skenario memilih jenis resin komposit
nanofiller ?
Kini telah dikembangkan suatu bahan restorasi komposit yang
memiliki sifat fisik yang sangat baik terutama hasil pemolesan maupun
kekuatan, yaitu komposit nanofiller. Merupakan bahan restorasi universal
yang diaktifasi oleh visible-light yang dirancang untuk keperluan merestorasi
gigi anterior maupun posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil
poles yang sangat baik.
Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, dimana dengan
menggunakan konsep ini maka produk lebih ringan murah dan tepat. Jika
produk dengan konsep nanotechnology ini digunakan untuk membuat badan
pesawat udara sebagai pengganti metal, maka berat badan pesawat udara ini
akan 50 kali lebih ringan, tetapi memiliki kekuatan yang sama dengan yang
dibuat dari metal.
Sebenarnya komposit nanofiller merupakan gabungan dari dua buah
sifat baik bahan komposit. Yaitu komposit micro dimana hasil polesnya
sempurna tetapi memiliki kekuatan yang kurang dengan komposit hybrid
yang memiliki kekuatan baik akan tetapi hasil poles tidak sebagus mikro.
Jadi, komposit nanofiller memiliki sifat yang kuat tidak mudah aus tetapi
memiliki hasil poles yang sempurna seperti komposit mikro.
Kelebihan lain dari komposit nanofiller adalah sifatnya yang lebih
lembut sehingga mudah dalam pengaplikasian. Hal ini dikarenakan komposisi
TEGDMA di kurangi sedangkan komposisi BIS-EMA dan UDMA di tambah
sehingga menyebabkan jumlah ikatan silang dari resin matriks menurun dan
penyusutan berkurang sehingga sifatnya lebih lembut.
Komposit nanofiller merupakan kombinasi dari nanoparticle dan
nanocluster yang bertindak sebagai unit tunggal. Selama pemakaian di dalam
4
rongga mulut hanya nanopartikel yang terkelupas sementara cluster tetap rata
sehingga tidak menimbulkan ‘Pot-Hole’ seperti pada komposit hybrid.
Dengan adanya nanocluster dan nanoparticle maka jumlah ruang interstitial
antar partake filler berkurang sehingga sifat fisis lebih baik dan hasil poles
juga sempurna sehingga tahan teradap kebocoran tepi dan mampu bertahan
lebih dari 10 tahun.
5. Apakah ada alternative bahan tumpatan lain yang bisa digunakan sesuai kasus
di scenario ? Apakah alasannya ?
Mungkin bisa digunakan tumpatan Sandwich akan tetapi dalam hali
ini dalam pertimbangan seberapa kedalaman karies. Alasan menggunakan
sandwich adalah dimana sandwich merupakan gabungan dari SIK sebagai
basis yang memiliki kekuatan lebih dari pada komposit dan memiliki daya
adhesi yang tinggi. Kemudian dilapisi dengan komposit pada permukaannya
sebagai estetik terutama pada gigi anterior.
6. Bagaiamana tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum menumpat ?
1. Mempersiapkan alat dan bahan sebagai berikut :
1) Handpiece high speed
2) Mata bur bulat, inverted,
dan silindris
3) Alat dasar
4) Syringe
5) Kuas
6) Plastis Filling Instrument
7) Burnisher
8) Alat curing
9) Saliva Ejector
10) Alat poles komposit
11) Bahan etsa, Bahan
bonding
12) Tampon, Cotton roll,
Cotton palate
13) Bahan tumpat komposit
5
2. Melakukan isolasi daerah kerja untuk menghindari kontaminasi
dengan menggunakan saliva ejector, cotton roll atau rubber dam.
3. Melakukan pembersihkan gigi yaitu apabila masih ada jaringan karies
bisa di ekscavasi dengan ekscavator hingga bersih.
4. Melakukan tahapan preparasi. Sebelum memulai preparasi sebaiknya
ditetapkan dulu desain kavitas yang sesuai. Pada scenario, karena
karies merupakan kelas IV maka di tambahkan bevel dan champer
untuk memperoleh retensi yang baik.
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu tumpatan ?
1. Isolasi daerah kerja yang baik
Isolasi daerah kerja yang baik sangatlah penting agar pada saat
prosedur tumpatan dilakukan, tidak terjadi kontaminasi. Apabila
terjadi kontaminasi dengan saliva atau cairan lainnya maka perlekatan
bahan tumpatan dengan enamel dan dentine akan terganggu.
2. Kemapuan operator
Kemampuan operator juga sangat menentukan dalam keberhasilan
tumpatan. Bagaimana skill yang dipunya oleh operator sehingga ia bisa
memilih bahan yang tepat dan melakukan prosedur dengan benar maka
akan mempengaruhi lamanya tumpatan mampu bertahan dalam rongga
mulut.
3. Desain kavitas
Desain kavitas yang baik harus mempertimbangkan retensi, resistensi,
convenience, dan extention for prevention, agar mencegah timbulnya
karies sekunder dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama.
4. Teknik manipulasi
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan,
dengan berbagai ketentuan, apabila hal ini tidak diikuti dengan baik,
maka akan mempengaruhi kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya,
dan akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab karies
sekunder.
5. Ketepatan dalam menentukan indikasi
6
KARIES MEDIA
Restorasi Plastis Aestetic
Resin Komposit Sandwich Glass Ionomer
Indikasi & Kontraindikasi
Macam Manipulasi
Kekurangan KelebihanInstrumentasi
Preparasi
Bahan
6. Prosedur polishing dan finishing yang benar
Prosedur polishing dan finishing ditujukan agar permukaan tumpatan
menjadi halus sehingga tidak ada retensi plak. Apabila prosedur ini
dilakukan dengan benar maka akan mencegah terjadinya karies
sekunder sehingga tumpatan tahan lama.
7. Kontak oklusal yang normal
8. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat
STEP 4 – Mapping
7
STEP 5 – Learning Object
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan indikasi dan
kontraindikasi menggunakan Resin Komposit.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan macam resin komposit
beserta kelebihan dan kekurangannya
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tahapan manipulasi resin
komposit meliputi :
a. Instrumentasi
b. Preparasi
c. Bahan
PR
1. Bagaimana cara kerja, kelebihan dan kekurangan electric pulp test ?
2. Di mana letak sel odontoblas ?
3. Bagaimana Semen Ionomer Kaca sebagai liner dibandingkan dengan
Kalsium Hidroksida ?
STEP 7
PR
1. Bagaimana cara kerja, kelebihan dan kekurangan electric pulp test ?
EPT (Electric Pulp Test) alat pemeriksaan vital atau non vital gigi
menggunakan aliran listrik. Alat ini digunakan berdasarkan stimulasi saraf
sensorik dan respon pasien dimana alat yang digunakan itu berfungsi
untuk merangsang respon pulpa dengan mengenakan arus listrik yang
semakin meningkat pada gigi. Alat ini diindikasikan untuk gigi yang dapat
diisolasi dan mudah dikeringkan, ketepatan pemeriksaan menggunakan
alat ini yaitu tergantung pada status psikolog pasien, ketepatan alat dan
ambang rasa sakit pada pasien. Kekurangannya, alat ini sangat sensitif dan
dipengaruhi banyak hal sehingga dapat mengakibatkan false pada hasil
pemeriksaan.
8
Teknik penggunaan EPT
1. Isolasi daerah kerja yang akan diuji dengan gulungan kapas dan penyedot
ludah dan keringkan semua gigi dengan udara
2. Periksa alat test pulpa listrik sebelum digunakan dan patikan bahwa arus
melalui electrode
3. Gunakan elektrolit (pasta gigi) pada elektrode gigi dan letakkan pada
email mahkota gigi yang dikeringkan pada permukaan oklusobukal dan
insisolabial. Harus diperhatikan untuk tidak menyentuh restorasi gigi atau
jaringan gusi di dekatnya dengan elektrode atau elektrolit, karena dapat
mengakibatkan respon palsu dan menyesatkan
4. Tarik pipi pasien menjauhi elektrode gigi dengan tangan yang bebas.
Tangan yang berkontak dengan pipi pasien ini melengkapi aliran listrik
5. Putar reostat perlahan lahan untuk masukkan arus minimal ke dalam gigi,
dan untuk menaikkan arus perlahan-lahan. Minta kepada pasien untuk
memberitahu bila timbul sensasi dengan menggunakan kata-kata seperti
“rasa geli” atau “kehangatan”
2. Letak Sel Odontoblas
Sel odontoblas adalah sel spesifik dalam komplek jaringan pulpa pada
lapisan terluar pulpa yang berfungsi untuk membentuk dentin termasuk
dentin reparatif dan sklerotik.Dentin ini merupakan salah satu mekanisme
pertahanan gigi dalam menghambat berbagai injuri terhadap pulpa. Letak
sel odontoblas berada dibawah atap pulpa, sedangkan perpanjangan dari
sitolasma sel odontoblas terletak pada tubuli dentin.
Gambar 1. Potongan transversal gigi
9
Gambar 2. Perbesaran lapaisan dentin
Gambar 2 menunjukkan perbesaran lapisan dentin. Terdapat tubuli tubuli
dentin yang berisi juluran sitoplasma sel odontoblas, sedangkan inti sel
dan badan sel keseluruhan terdapat di bawah margin atap pulpa.
3. GI dan CaOH sebagai Liner
Liner merupakan bahan-bahan yang diletakkan berupa lapisan tipis dan
fungsi utamanya adalah untuk memberikan suatu perlindungan terhadap
iritasi kimiawi. Suatu bahan yang dapat digunakan sebagai pelindung
pulpa adalah Kalsium Hidroksida (CaOH). Selain sebagai lining , CaOH
dapat membantu pembentukan dentin sekunder. CaOH efektif sebagai
liner untuk kavitas yang menyisakan selapis tipis pulpa atau untuk karies
yang dalam.
GI merupakan alternatif pilihan untuk digunakan sebagai liner.
Terdapat beberapa tipe GI, diantaranya :
1. Tipe I : GI sebagai Lutting cement
2. Tipe II : GI sebagai bahan restorative
3. Tipe III : GI sebagai bahan basis atau liner
Komposisi GI terdiri dari bubuk yang berasal dari
aluminofluorosilikat dan cairannya merupakan larutan dari asam
poliakrilat. GI digunakan sebagai liner untuk karies yang tidak terlalu
dalam. Sifat GI bila menjadi liner atau basis untuk tumpatan resin lebih
10
unggul bila dibandingkan dengan liner lainnya, hal ini karena GI tidak
larut bila di etsa.
LO 1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI MENGGUNAKAN RESIN
KOMPOSIT.
- Indikasi :
1. Untuk merestorasi gigi anterior ( contohnya : terjadinya fraktur pada
gigi anterior). Diindikasikan pada gigi anterior karena resin akrilik tipe
komposit memiliki estetik yang baik. Estetik yang dimaksud adalah
resin akrilik memiliki sifat warna yang sewarna dengan gigi aslinya.
Selain itu resin akrilik ini merupakan bahan yang tidak bisa digunakan
pada gigi yang memiliki beban kunyah yang berat, jadi resin akrilik ini
sangat baik digunakan untuk gigi anterior yang memiliki beban kunyah
yang rendah.
2. Pasien alergi dengan logam
Karena pada pasien yang alergi dengan logam dapat menimbulkan
beberapa keluhan atau semsitif terhadap rangsangan dingin atau panas,
maka dari itu diindikasikan menggunakan komposit.
3. Pit dan fissure sealant
Karena dengan menggunakan komposit akan bertahan lebih lama dan
kuat. Komposit memiliki kemampuan penetrasi yang bagus. Karena
adanya proses etsa pada enamel gigi menghasilkan kontak yang lebih
baik antara bahan resin dan permukaan enamel.
4. Prosedur Estetis
Seperti membantu perapatan gigi yang diastema
5. Resin preventive pada pit dan fissure
Merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan untuk mengisolasi
pit dan fissure dengan memakai teknik etsa asam. Tujuan restorasi
11
pencegahan adalah untuk menghentikan proses karies awal yang
terdapat pada pit dan fissure.
6. Restorasi pada tempat yang memerlukan estetik
Hal ini berhubungan dengan karakteristik dari resin komposit yaitu
memiliki warna yang menyerupai gigi asli, tidak larut dalam cairan
mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara mikro
mekanis.
7. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
8. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
9. Lesi pada permukaan fasial gigi premolar
10. Hilangnya sudut insisal gigi (klas IV)
11. Lesi pada pit dan fissure (klas I)
12. Lesi interproksimal gigi posterior (klas II)
13. Inlay resin komposit
- Kontraindikasi
1. Daerah yang susah di isolasi
Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif bila
terkontaminasi dengan cairan mulut, ada kemungkinan restorasi akan
lepas.
2. Gigi yang mendapat tekanan besar
Bahan komposit akan rapuh bila ditempatkan pada gigi yang mendapat
tekanan oklusi besar seperti gigi molar.
3. Pasien yang memiliki sifat buruk bruxism
Bahan komposit itu mudah aus, jadi dikontraindikasikan untuk pasien
yang memiliki kebiasaan bruxism.
4. Lesi distal gigi kaninus
Tekanan normal pada rahang cenderung memberikan tekanan ke arah
mesial sehingga bahan yang lunak seperti resin akan cepat terabrasi
dan membuat kontak distal menjadi rata sehingga mengurangi lebar
mesio-distal gigi yang normal, jika hal tersebut terjadi dimungkinkan
akan ada tekanan ke jaringan interdental sehingga menyebabkan iritasi
12
gingiva. Maka, alternatif bahan yang digunakan untuk restorasi lesi
distal kaninus adalah dengan teknik sandwich nanokomposit hybrid,
atau inlay resin komposit.
LO 2 MACAM RESIN KOMPOSIT BESERTA KELEBIHAN DAN
KEKURANGANNYA
Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran rata-rata partikel bahan
pengisi utama.
a. Komposit Tradisional.
Komposit tradisional ini biasa disebut juga komposit konvensional
atau komposit berbahan pengisi makro karena ukuran partikel dari
bahan pengisinya yang relatif besar. Karena bahan-bahan ini sudah
tidak biasa digunakan lagi, maka sebutan untuk komposit tradisional
lebih cocok dibandingkan dengan sebutan komposit konvensional.
Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk komposit
tradisional ini yaitu quartz giling. Ukuran rata-ratanya 8-12 µm, tetapi
partikel sebesar 50 µm juga kemungkinan ada. Banyaknya bahan
pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume. Bahan pengisi
ini dikelilingi oleh sejumlah besar matriks resin.
Komposit tradisional ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan
dengan akrilik tanpa bahan pengisi. Akan tetapi, bahan ini memiliki
permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi selekstif pada matriks
resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih
keras. Komposit ini juga bersifat radiolusen karena bahan pengisinya
dari quartz.
Kekurangan utama dari komposit tradisional ini yaitu permukaan
yang kasar akibat dari terjadi keausan pada matriks resin yang lunak.
Penyelesaian restorasi, penyikatan gigi, dan pengunyahan dapat
menghasilkan permukaan yang kasar. Oleh karena permukaan yang
kasar tersebut, komposit ini lebih cenderung untuk mengikat warna.
Fraktur dari lapisan komposit tradisional ini bukanlah suatu masalah
13
yang sering terjadi termasuk bila digunakan untuk restorasi yang harus
tahan terhadap tekanan seperti pada kavitas kelas IV dan kelas II.
b. Komposit Berbahan Pengisi Mikro.
Dalam usaha mengatasi masalah permukaan yang kasar pada
komposit tradisional, dikembangkanlah suatu bahan yang
menggunakan bahan pengisi anorganik yaitu partikel silika koloidal.
Partikel ini memiliki ukuran 0,04-0,4 µm, jadi partikel tersebut lebih
kecil 200-300 kali dibandingkan dengan rata-rata partikel quartz pada
komposit tradisional. Komposit berbahan pengisi mikro ini memiliki
permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik langsung
tanpa bahan pengisi. Kelemahan dari bahan pengisi ini yaitu lemahnya
ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras,
sehingga mempermudah pecahnya restorasi tersebut. Karena
kelemahan tersebut, maka komposit ini tidak cocok digunakan pada
permukaan yang harus menahan beban.
Komposit berbahan pengisi mikro ini memiliki sifat fisik dan
mekanik yang kurang dibandingkan dengan komposit tradisional. Hal
ini dikarenakan 50-70% volume bahan restorasi dibuat dari resin,
sehingga bahan pengisinya sendiri lebih sedikit. Komposit ini amatlah
tahan terhadap pemakaian dan karena itu bahan tersebut tahan terhadap
keausan yang setara dibandingkan dengan komposit yang mengandung
bahan pengisi lebih banyak serta tahan aus. Meskipun demikian, bila
dibandingkan dengan resin akrilik nirpasi, komposit ini memiliki sifat
yang secara nyata lebih baik, dan menghasilkan permukaan akhir yang
lebih halus, seperti yang diharapkan untuk restorasi estetik
dibandingkan dengan komposit lain. Sehingga, bahan tersebut lebih
disukai untuk restorasi lesi karies permukaan halus (kelas III dan V).
Komposit berbahan pengisi mikro ini, tidak untuk kavitas yang
memerlukan ketahanan terhadap tekanan seperti kelas I, II, dan IV
karena pecahnya restorasi lebih besar. Pecahnya restorasi seringkali
14
teramati pada tepi tambalan yang disebabkan oleh tidak terikatnya
bahan pengisi prapolimerisasi. Bagaimanapun juga, restorasi berbahan
resin komposit jenis ini banyak digunakan karena permukaannya yang
halus, bahan ini menjadi pilihan untuk restorasi estetika gigi anterior.
c. Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil.
Komposit berbahan pengisi partikel kecil dikembangkan dalam
usaha memperoleh kehalusan permukaan dari komposit berbahan
pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan
meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Rata-rata
ukuran bahan pengisi ini yaitu 1-5 µm. Beberapa komposit berbahan
pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi,
tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat.
Kategori komposit ini menunjukkan sifat fisik dan mekanis yang
paling unggul. Kekuatan kompresi dan modulus elastik dari komposit
ini melampaui nilai dari komposit tradisional dan komposit berbahan
pengisi mikro. Kehalusan permukaan resin ini ditingkatkan dibanding
dengan resin komposit tradisional. Begitupun ketahanan aus juga
ditingkatkan.
Komposit berbahan pengisi partikel kecil ini diindikasikan untuk
aplikasi pada daerah dengan tekanan dan abrasi tinggi seperti kelas I
dan II. Ukuran partikel dari beberapa komposit berbahan pengisi
partikel kecil memungkinkan diperolehnya permukaan halus untuk
pemakaian pada gigi anterior, tetapi bahan ini tidak sebaik komposit
berbahan pengisi mikro atau yang akhir-akhir ini lebih dikembangkan
yaitu bahan komposit hibrid.
d. Komposit Hibrid.
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka
memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada komposit
partikel kecil sementara mempertahankan sifat komposit partikel kecil
tersebut. komposit ini dipandang memiliki estetik yang setara dengan
komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi anterior.
15
Ada 2 jenis bahan pengisi dalam komposit hibrid yaitu silika koloidal
dan partikel kaca yang dihaluskan, yang mengandung logam berat,
yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 75-80% berat. Ukuran
rata-rata dari partikelnya yaitu 0,6-1 µm.
Sifat mekanik dan fisik untuk komposit ini umumnya berkisar
antara bahan komposit tradisional dan komposit berbahan pengisi
partikel kecil. Namun, sifat-sifat tersebut umumnya lebih unggul
dibandingkan dengan komposit berbahan pengisi mikro. Karena
mengandung sejumlah logam berat, maka bahan tersebut lebih
radiopak dibandingkan dengan email.
Klasifikasi resin komposit berdasarkan basis resinnya.
a. Resin Komposit Berbasis Methacrylate.
Bahan dasar matriks resin yang umum digunakan adalah bisfenol
A-glisidil metachrylate (Bis-GMA), urethan dimetachrylate (UDMA),
dan trietilen glikol dimetachrylate (TEGDMA). Resin komposit
mengandung 15% sampai 25% bahan resin dari keseluruhan bahan.
Kedua resin Bis-GMA dan UDMA digunakan sebagai basis resin
sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer untuk mengurangi
kekentalan resin basis, khususnya Bis-GMA. Penambahan TEGDMA
atau dimetakrilat dengan molekul rendah lainnya meningkatkan
pengerutan polimerisasi, suatu faktor yang membatasi jumlah
dimetakrilat berat molekul rendah yang dapat digunakan dalam
komposit.
Bahan pengisi (filler) yang biasa digunakan pada komposit jenis ini
adalah crystalline quartz, lithium glass ceramic, borosilicate glass
atau lithium alumunium silicate. Ikatan antara kedua fase komposit
inilah yang dibentuk oleh coupling agent. Aplikasi coupling agent
yang tepat (silane), dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis serta
memberikan stabilitas hidrolitik untuk mencegah air berpenetrasi di
antara permukaan resin dan filler. Filler juga berguna untuk
16
mengurangi kontraksi polimerisasi, mengurangi koefisien muai termis
komposit, meningkatkan sifat mekanis komposit antara lain kekuatan
dan kekerasan, mengurangi penyerapan air.
b. Resin Komposit Berbasis Silorane.
Berdasarkan ukuran partikel filler, silorane termasuk ke dalam
kategori resin komposit microhybrid dengan bahan pengisi dasar
berukuran partikel 0,1-1 μm dikombinasikan dengan bahan pengisi
mikro 3-5% berat. Keuntungan dari penambahan partikel bahan
pengisi ini adalah dapat menguatkan matriks resin, mengurangi
penyusutan saat polimerisasi, mengurangi thermal ekspansi dan
kontraksi, meningkatkan viskositas, mengurangi reasorbsi air serta
meningkatkan radiopacity. Pada silorane berupa iodonium salt, dan
komponen pigmen warna (0,005%) pada resin komposit silorane yang
dapat menyerupai warna struktur gigi.
Klasifikasi resin komposit berdasarkan persentase muatan fillernya.
a. Resin komposit flowable.
Resin komposit ini memiliki ukuran partikel filler antara 0,04-1
µm. Jumlah persentase komposisi filler nya sekitar 44-54 % dari total
volume. Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin
yang lebih banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya
alir yang sangat tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup
rendah, sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau menutupi
celah kavitas yang kecil. Resin komposit flowable memiliki modulus
elast isitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible,
penumpatan bahan yang lebih mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi,
sangat mudah dipolish, radiopak, dan mengandung fluoride serta
pengurangan sensitifitas setelah penumpatan. Selain itu, resin komposit
17
flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat
mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi bahan
restorasi ini ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti
restorasi klas I dan klas II dengan tekanan oklusal yang ringan,
restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan sebagai liner.
b. Resin komposit packable.
Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler antara 0,7-
2 µm dengan persentase komposisi filler nya berkisar antara 48-65 %
volume. Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan
atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi
celah kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi
filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan
selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang hampir
sama dengan struktur gigi, dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap
adaptasi marginal. Resin komposit ini juga diharapkan dapat
menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki
kandungan filler yang tinggi. Resin komposit packable diindikasikan
untuk gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga
dapat mengurangi masalah kehilangan kontak. Resin komposit ini
diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dengan luas kavitas yang
kecil, dan klas V.
Klasifikasi resin komposit berdasarkan cara aktivasinya.
a. Aktifasi sinar.
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar diperjual
belikan dalam bentuk pasta. Dalam pasta tersebut terdiri dari moleku-
molekul fotoinisiator dan aktivatir amine yang nantinya membentuk
suatu radikal bebas untuk proses polimerisasinya. Kedua komponen
yang terkandung dalam pasta tersebut tidak akan berproses / mengeras
apabila tidak diberi gelombang cahaya. Gelombang cahaya yang sesuai
yaitu 460 – 485 nm. Dalam penggunaannya bisa diaplikasikan dengan
18
cara selapis demi selapis. Pada lapisan pertama kemungkinan untuk
shrinkage bisa terjadi, sehingga pada lapisan berikutnya akan
mengkompensasi dari resin komposit yang mengalamai penyusutan.
Hal ini awalnya dianggap sebagai suatu kekurangan, namun nyatanya
hal ini menjadi suatu keuntungan dalam memanipulasi resin komposit.
Sinar yang dipancarkan pada resin komposit harus sedekat
mungkin tapi tetap tidak menyentuh resin komposit. Ketebalan dari
lapisan-lapisan pengaplikasian yaitu bekisar 1-2mm. Apabilla lebih
dari itu maka penyinaran harus lebih lama.
Keuntungan dari aktivasi sinar, yaitu :
Bahan tidak akan mengeras jika belum di kenai sinar, sehingga
operator mudah dalam membentuk bahan sesuai dengan keadaan
gigi pasien.
Tidak perlu dilakukan pengadukan, karena bahan ini sudah dalam
bentuk suatu pasta komponen tunggal.
Kekurangan dari aktivasi sinar, yaitu :
Bahan tidak boleh dikeluarkan jika belum mau digunakan, karena
sinar lampu dental unit juga bisa memicu polimerisasi bahan.
Penggunaan sinar laser dapat berisiko merusak retina, sehingga
diperlukan kacamata khusus sebagai pelindung operator atau
jangan melihat sinar lasernya secara langsung dan lama.
b. Aktifasi kimia.
Resin jenis ini diperjual belikan dalam bentuk dua pasta. Salah satu
pastanya mengandung inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang
lainnya berisi aktivatir tertiary amine. Apabila kedua bahan ini
dicampur / diadon makan amine akan bereaksi dengan dengan benzoyl
perxide sehingga terbentuklah suatu radikal bebas yang menunjukkan
bahwa proses pengerasa berlangsung.
Kekurangan dari aktifasi kimia, yaitu :
19
Butuh suatu keahlian dan ketelitian operator yang tinggi dalam
memanupulasi bahan yang akan digunakan. Hal ini disebabkan
karena jika bahan tidak cepat dimasukkan kedalam kavitas, maka
adaptasi bahan terhadap dinding kavitas akan buruk dan sifat
plastis bahan menghilang.
LO 3 TAHAPAN MANIPULASI RESIN KOMPOSIT MELIPUTI
INSTRUMENTASI, PREPARASI, DAN BAHAN
- Tahapan Isolasi
Sebelum ditumpat, gigi harus diisolasi. Dalam penumpatan dengan resin
komposit, gigi yang terkena saliva dapat berpengaruh pada proses adhesi
resin pada gigi.Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi
daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan
isolator karet atau rubber dam.
- Pembersihan Gigi
Kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerah kerja harus
dibersihkan terlebih dahulu
- Tahapan preparasi
Preparasi pada masing – masing kelas berbeda – beda. Dalam melakukan
preparasi pada kavitas harus selalu memperhatikan bentuk resistensi,
retensi, konvenien, dan extention for prevention.
Komposit adalah bahan restorasi dengan jenis perlekatan mekanik
(mechanical interlocking).
Oleh karena jenis perlekatan dari bahan komposit adalah mechanical
interlocking maka pada beberapa kasus penambahan retensi lain
diperlukan untuk mendapat ketahan dari bahan restorasi yang lebih
optimal. Seperti misal pada kasus kelas IV dimana traditional cavosurface
preparation menjadi stadard retensi tambahan dan juga preparasi chamfer
direkomendasikan untuk restorasi komposit.
20
Pada dasarnya, preparasi Bevel ataupun Chamfer membantu menghasilkan
area yang lebih luas pada preparasi tepi enamel, dan setelah dilakukan
pengetsaan dapat meningkatkan ketahan fraktur. Hal ini didukung pada
penelitian terbaru, preparasi Bevel digabungkan dengan sistem perlekatan
dengan etsa menghasilkan daya tahan yang lebih besar. Preparasi Bevel
memberikan beberapa keuntungan pada prosedur restorasi diantaranya,
penghilangan permukaan enamel superficial yang aprismatic,
meningkatkan luas permukaan dari area yang akan digunakan sebagai
21
retensi, menghasilkan kerapatan tepi yang lebih baik, memberikan hasil
estetic yang baik dan juga meningkatkan retensi dari bahan restorasi.
- Pemberian Liner / Basis
Sebelum dilakukan pemberian liner/basis, kavitas harus dalam keadaan
bersih (sudah diirigasi) dan kering. Pada skenario, karena kavitasnya
masih pada karies media yang melibatkan kurang dari setengah dentin,
maka tidak perlu diberi basis. liner disini berfungsi untuk melindungi
pulpa dari sifat resin yang iritan terhadap pulpa. Sehingga perlu adanya
perlindungan agar bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung
mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan
adalah kalsium hidroksida, karena kalsium hidroksida memiliki kelebihan
yaitu sifatnya yang basa sehingga aman untuk digunakan mendekati pulpa
dan memiliki efek terapeutik. Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi
encer yang mengalir sehingga mudah diaplikasikan ke permukaan dentin.
Larutan tersebut menguap meninggalkan sebuah lapisan tipis yang
berfungsi memberikan proteksi pada pulpa di bawahnya. Setelah itu
dilakukan irigasi lalu kavitas dikeringkan.
Penting untuk diperhatikan bahwa dalam tumpatan menggunakan resin
komposit tidak boleh dilakukan pemberian liner Zinc Okside Eugenol
karena dapat mengganggu polimerisasi dari resin.
- Tahap etsa asam
Caranya ulaskan bahan etsa yaitu asam phospat 37%-50% dalam bentuk
gel/cairan dengan meggunakan pinset dan cotton pellet pada permukaan
enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (terutama pada bagian bevel).
Pengulasan ini dilakukan selama 20-30 detik dan jangan sampai mengenai
gingival. Lalu dilakukan irigasi dengan air sebanyak 20 cc dan kavitas
dikeringkan. Setelah dikeringkan, permukaan gigi yang dietsa akan
tampak berwarna putih.
- Tahapan Bonding
Mengulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush
kecil pada permukaan yang telah di etsa. Ditunggu kurang lebih 10 detik
22
sambil disemprot udara ringan. Pada sistem self etch, setelah pengulasan
dan pengeringan dapat secara langsung disinar tanpa diberikan bahan
untuk etsa. Sedangkan untuk total etch, bahan etsa dan bonding terpisah,
sehingga diperlukan tahapan yang lebih banyak lagi.
Bedasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif
dibagi menjadi tiga botol, dua btol, dan satu botol yang terdiri dari bahan
etsa, primer, dan bonding. Pada sistem tiga botol, ketiga bahan tersebut
berdiri sendiri. Sistem ini menghasilkan kekuatan yang baik dan efektif,
namun kekurangannya adalah terlalu banyaknya kemasan. Sistem dua
botol , terdiri dari etsa, dan gabungan primer dan bonding. Sistem ini
banyak digunakan, dikarenakan simpel dan waktu pemakainnya cepat
disamping itu ikatan yang dihasilkan cukup baik. Sedangkan sistem satu
botol merupakan penggabungan antara ketiga bahan tersebut, merupakan
sistem terbaru yang lebih mudah dan cepat pengaplikasiaannya dibanding
sistem yang lain. Namun, kekurangan dari sistem ini adalah ikatan yang
dihasilkan lebih rendah.
- Tumpatan Resin Komposit
Penumpatan dilakukan dengan menggunakan resin komposit dilakukan
layer by layer atau selapis demi selapis. Terutama untuk resin yang light
activated. Dan diusahakan dinding yang terlibat dalam satu layer adalah
seminimal mungkin. Oleh karena itu dilakukan pelapisan dengan bentuk
oblique. Aplikasikan selapis, kemudian disinari, selapis lagi dan disinari
lagi, begitu seterusnya hingga kavitas tertutup sempurna.
Saat pengaplikasian resin komposit pada kelas II, III, IV, maka hal yang
perlu diperhatikan adalah pengaplikasian matriks agar tumpatan terbentuk
sesuai dengan anatomi gigi asli.
- Finishing dan Polishing
Tahapan Finishing meliputi shaping dan contouring. Tahapan ini bertujuan
untuk membentuk tumpatan sesuai dengan anatomi gigi yang sebenarnya.
Sedangkan tahap polishing dimaksutkan untuk mendapatkan anatomis gigi
yang sesuai dan mendapatkan permukaan restorasi yang mengkilat.
23
a. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, atau
specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized
aluminium, atau nikel titanium.
b. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai
tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal
dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Carvalho RM, Pereira JC, Yoshiyama M, Pashley DH. A review of
polymerization contraction: the influence of stress development versus
stress relief. Oper Dent 1996;21:17-24.
2. Yazici AR, Baseren M, Dayanga A. The effect of flowable resin
composite on microleakage in class v cavities. Oper Dent 2003; 28:
42-6.
3. Kidd EAM, Bechal SJ. 1992. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan
Pencegahannya. Terjemahan dari: Essentials of Dental Caries: The
Desease and Its Management. Alih Bahasa: Narlan S dan Faruk S,
Jakarta: EGC, hlm 33-37
4. Pashley,1985,Pashley 1988: Hargreaves dan Goodish 1998 ; Myor
2003 ; Bergenholtz et all., 2003
5. Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan
Kedokteran Gigi. Ed.10. Jakarta : EGC
6. Chimello DT, Chinellati MA, Ramos RP, Palma Dibb RG. In vitro
evaluation of microleakage of flowable composite in class v
restorations. J Braz Dent 2002; 13(3): 184-7.
7. Nugrohowati, Wianto D. Penggunaan bahan flowable untuk restorasi.
JITEKGI 2003; 1(2): 146-7.
8. Neo JLC, Yap AUJ. Composite resin. In: Mount GJ, Hume WR.
Preservation and restoration of tooth structure. London: Mosby, 1998:
69-92.
9. Bala O, Octasli MB, Unlu L. The leakage of class II cavities restored
with packable resin-based composites. J Contemp Dent Pract 2003;
4(4): 1-11.
10. Irawan B. Komposit berbasis resin untuk restorasi gigi posterior. J
Dentika Dent 2005; 10(2): 126-31.
25