Skenario 3 Kelompok 3 kurhab 3 Fix

39
SKENARIO 3 Seorang mahasisa FKG bernama Rizal (22 tahun) datang ke tempat praktek drg.Mega mengeluhkan gigi depan atas berlubang. Pasien mengeluhkan malu saat tersenyum, dan ngilu bila minum air dingin. Pasien belum pernah dirawat oleh dokter gigi, dan belum adakeluhan spontan. Pasien menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna gigi. Pada pemeriksaan klinis, gigi 21 terdapat karies kelas IV Black. Tes vitalitas dengan Electric Pulp Test (EPT) menunjukkan gigi masih vital, tes perkusi tidak ada keluhan. Diagnosa klinis gigi 21 adalah pulpistis reversibel. Oleh drg. Mega disarankan dilakukan pnumpatan dengan tumpatan plastis resin komposit nanofiller, oleh karena sifat dari bahan tersebut yang cukup kuat, sewarna gigi dan estetis. STEP 1 – Identifikasi Kata Sulit 1. Electric Pulp Test (EPT) Instrumen yang dirancang menggunakan gradasi arus listrik untuk menstimulasi serabut saraf gigi dimana penggunaannya harus dalam keadaan kering. 2. Karies Media Kelas IV Black Karies yang mencapai setengah dentin dan terjadi pada gigi anterior di daerah proksimal dengan sudah melibatkan insisal. 3. Resin Komposit Nanofiller 1

description

fkg unej komposit

Transcript of Skenario 3 Kelompok 3 kurhab 3 Fix

SKENARIO 3

Seorang mahasisa FKG bernama Rizal (22 tahun) datang ke tempat praktek

drg.Mega mengeluhkan gigi depan atas berlubang. Pasien mengeluhkan malu saat

tersenyum, dan ngilu bila minum air dingin. Pasien belum pernah dirawat oleh dokter

gigi, dan belum adakeluhan spontan. Pasien menginginkan untuk dilakukan

penambalan sewarna gigi. Pada pemeriksaan klinis, gigi 21 terdapat karies kelas IV

Black. Tes vitalitas dengan Electric Pulp Test (EPT) menunjukkan gigi masih vital,

tes perkusi tidak ada keluhan. Diagnosa klinis gigi 21 adalah pulpistis reversibel.

Oleh drg. Mega disarankan dilakukan pnumpatan dengan tumpatan plastis resin

komposit nanofiller, oleh karena sifat dari bahan tersebut yang cukup kuat, sewarna

gigi dan estetis.

STEP 1 – Identifikasi Kata Sulit

1. Electric Pulp Test (EPT)

Instrumen yang dirancang menggunakan gradasi arus listrik untuk

menstimulasi serabut saraf gigi dimana penggunaannya harus dalam keadaan

kering.

2. Karies Media Kelas IV Black

Karies yang mencapai setengah dentin dan terjadi pada gigi anterior di daerah

proksimal dengan sudah melibatkan insisal.

3. Resin Komposit Nanofiller

Resin generasi terbaru dengan ukuran nano yang terdiri dari nanomer dan

nanocluster yang diaktivasi oleh visible-light dengan menggunakan konsep

nanotechnology

4. Restorasi Plastis

Teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian tumpatan dikerjakan dalam

satu kali kunjungan dan digunakan apabila sisa jaringan dari gigi cukup untuk

mendukung suatu tumpatan. Dikatakan plastis karena bahan restorasi sebelum

dimasukan ke dalam rongga mulut mempunyai konsistensi lunak dan

kemudian mengeras dalam mulut dengan penyinaran atau secara kimia.

1

STEP 2 – Rumusan Masalah

1. Kenapa pada scenario dokter gigi menggunakan EPT untuk test vitalitas

pulpa ?

2. Apa sajakah macam dari resin komposit ?

3. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit ?

4. Apa alasan dari dokter gigi pada scenario memilih jenis resin komposit

nanofiller ?

5. Apakah ada alternative bahan tumpatan lain yang bisa digunakan sesuai kasus

di scenario ? Apakah alasannya ?

6. Bagaiamana tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum menumpat ?

7. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu tumpatan ?

STEP 3 – Analisis Masalah

1. Kenapa pada skenario dokter gigi menggunakan EPT untuk test vitalitas

pulpa ?

Electric Pulp Test (EPT) adalah alat yang dirancang menggunakan

gradasi arus listrik untuk menstimulasi serabut saraf gigi dimana nantinya

akan menimbulkan respon. Apabila respon positive maka gigi dikatakan vital

dan apabila respon negative maka gigi dikatan non vital.

Karena technology dari alat ini yang tergolong baru maka penggunaan

dari EPT dikatakan lebih efisien dan lebih mudah. Selain, itu apabila

digunakan secara tepat maka akan menghasilkan hasil yang akurat

dibadingkan test dingin atau test termal yang biasanya tergantung dari

ambang sesitivitas rasa pasien.

2. Apa sajakah macam dari resin komposit ?

Resin komposit diklasifikasikan berdasarkan berbagai macam kelompok,

diantaranya :

a. Resin Komposit berdasarkan ukuran :

1. Megafiller : >100 µm

2. Macrofiller : 10 – 100 µm

2

3. Midifiller : 1 – 10 µm

4. Minifiller : 0.1 – 1 µm

5. Microfiller : 0.01 – 1 µm

6. Nanofiller : 0.05 – 0.1 µm

b. Resin Komposit berdasarkan bahan pengisi :

1. Konvensional

2. Microfiller

3. Hybrid

4. Microfil

5. Nanofiller

c. Resin Komposit berdasarkan bahan aktivasi :

Sinar : polimerisasinya dibantu oleh sinar, misalnya pada

komposit nanofiller dengan menggunakan visible-light

Kimia : tersedia dalam bentuk pasta dan diaktivasi dengan

menggunakan kimia yang terdiri dari inisiator berupa benzoid

peroxide dan activator berupa tertiary amina.

3. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit ?

Indikasi :

Pada karies kelas I pit dan fissure

Restorasi kelas II gigi permanen yang meluas 1/3 pada intercusp

sampai ½ panajng intercusp bukal lingual gigi

Restorasi kelas II sulung

Resotasi kelas III, IV, V gigi permanen atau sulung pada gigi anterior

Pada pasien yang memiliki alergi logam

Kontra Indikasi :

Tidak bisa digunakan pada daerah gigi yang susah di isolasi untuk

kontrol kelembapan.

Permukaan multiple dan besar misalnya pada gigi sulung posterior

Pasien dengan oral hygene yang sangat buruk.

3

Pasien dengan insidensi karies yang tinggi.

Pasien dengan kelainan bruxism dikarenakan sifat komposit yang

mudah aus.

4. Apa alasan dari dokter gigi pada skenario memilih jenis resin komposit

nanofiller ?

Kini telah dikembangkan suatu bahan restorasi komposit yang

memiliki sifat fisik yang sangat baik terutama hasil pemolesan maupun

kekuatan, yaitu komposit nanofiller. Merupakan bahan restorasi universal

yang diaktifasi oleh visible-light yang dirancang untuk keperluan merestorasi

gigi anterior maupun posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil

poles yang sangat baik.

Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, dimana dengan

menggunakan konsep ini maka produk lebih ringan murah dan tepat. Jika

produk dengan konsep nanotechnology ini digunakan untuk membuat badan

pesawat udara sebagai pengganti metal, maka berat badan pesawat udara ini

akan 50 kali lebih ringan, tetapi memiliki kekuatan yang sama dengan yang

dibuat dari metal.

Sebenarnya komposit nanofiller merupakan gabungan dari dua buah

sifat baik bahan komposit. Yaitu komposit micro dimana hasil polesnya

sempurna tetapi memiliki kekuatan yang kurang dengan komposit hybrid

yang memiliki kekuatan baik akan tetapi hasil poles tidak sebagus mikro.

Jadi, komposit nanofiller memiliki sifat yang kuat tidak mudah aus tetapi

memiliki hasil poles yang sempurna seperti komposit mikro.

Kelebihan lain dari komposit nanofiller adalah sifatnya yang lebih

lembut sehingga mudah dalam pengaplikasian. Hal ini dikarenakan komposisi

TEGDMA di kurangi sedangkan komposisi BIS-EMA dan UDMA di tambah

sehingga menyebabkan jumlah ikatan silang dari resin matriks menurun dan

penyusutan berkurang sehingga sifatnya lebih lembut.

Komposit nanofiller merupakan kombinasi dari nanoparticle dan

nanocluster yang bertindak sebagai unit tunggal. Selama pemakaian di dalam

4

rongga mulut hanya nanopartikel yang terkelupas sementara cluster tetap rata

sehingga tidak menimbulkan ‘Pot-Hole’ seperti pada komposit hybrid.

Dengan adanya nanocluster dan nanoparticle maka jumlah ruang interstitial

antar partake filler berkurang sehingga sifat fisis lebih baik dan hasil poles

juga sempurna sehingga tahan teradap kebocoran tepi dan mampu bertahan

lebih dari 10 tahun.

5. Apakah ada alternative bahan tumpatan lain yang bisa digunakan sesuai kasus

di scenario ? Apakah alasannya ?

Mungkin bisa digunakan tumpatan Sandwich akan tetapi dalam hali

ini dalam pertimbangan seberapa kedalaman karies. Alasan menggunakan

sandwich adalah dimana sandwich merupakan gabungan dari SIK sebagai

basis yang memiliki kekuatan lebih dari pada komposit dan memiliki daya

adhesi yang tinggi. Kemudian dilapisi dengan komposit pada permukaannya

sebagai estetik terutama pada gigi anterior.

6. Bagaiamana tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum menumpat ?

1. Mempersiapkan alat dan bahan sebagai berikut :

1) Handpiece high speed

2) Mata bur bulat, inverted,

dan silindris

3) Alat dasar

4) Syringe

5) Kuas

6) Plastis Filling Instrument

7) Burnisher

8) Alat curing

9) Saliva Ejector

10) Alat poles komposit

11) Bahan etsa, Bahan

bonding

12) Tampon, Cotton roll,

Cotton palate

13) Bahan tumpat komposit

5

2. Melakukan isolasi daerah kerja untuk menghindari kontaminasi

dengan menggunakan saliva ejector, cotton roll atau rubber dam.

3. Melakukan pembersihkan gigi yaitu apabila masih ada jaringan karies

bisa di ekscavasi dengan ekscavator hingga bersih.

4. Melakukan tahapan preparasi. Sebelum memulai preparasi sebaiknya

ditetapkan dulu desain kavitas yang sesuai. Pada scenario, karena

karies merupakan kelas IV maka di tambahkan bevel dan champer

untuk memperoleh retensi yang baik.

7. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu tumpatan ?

1. Isolasi daerah kerja yang baik

Isolasi daerah kerja yang baik sangatlah penting agar pada saat

prosedur tumpatan dilakukan, tidak terjadi kontaminasi. Apabila

terjadi kontaminasi dengan saliva atau cairan lainnya maka perlekatan

bahan tumpatan dengan enamel dan dentine akan terganggu.

2. Kemapuan operator

Kemampuan operator juga sangat menentukan dalam keberhasilan

tumpatan. Bagaimana skill yang dipunya oleh operator sehingga ia bisa

memilih bahan yang tepat dan melakukan prosedur dengan benar maka

akan mempengaruhi lamanya tumpatan mampu bertahan dalam rongga

mulut.

3. Desain kavitas

Desain kavitas yang baik harus mempertimbangkan retensi, resistensi,

convenience, dan extention for prevention, agar mencegah timbulnya

karies sekunder dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama.

4. Teknik manipulasi

Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan,

dengan berbagai ketentuan, apabila hal ini tidak diikuti dengan baik,

maka akan mempengaruhi kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya,

dan akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab karies

sekunder.

5. Ketepatan dalam menentukan indikasi

6

KARIES MEDIA

Restorasi Plastis Aestetic

Resin Komposit Sandwich Glass Ionomer

Indikasi & Kontraindikasi

Macam Manipulasi

Kekurangan KelebihanInstrumentasi

Preparasi

Bahan

6. Prosedur polishing dan finishing yang benar

Prosedur polishing dan finishing ditujukan agar permukaan tumpatan

menjadi halus sehingga tidak ada retensi plak. Apabila prosedur ini

dilakukan dengan benar maka akan mencegah terjadinya karies

sekunder sehingga tumpatan tahan lama.

7. Kontak oklusal yang normal

8. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat

STEP 4 – Mapping

7

STEP 5 – Learning Object

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan indikasi dan

kontraindikasi menggunakan Resin Komposit.

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan macam resin komposit

beserta kelebihan dan kekurangannya

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tahapan manipulasi resin

komposit meliputi :

a. Instrumentasi

b. Preparasi

c. Bahan

PR

1. Bagaimana cara kerja, kelebihan dan kekurangan electric pulp test ?

2. Di mana letak sel odontoblas ?

3. Bagaimana Semen Ionomer Kaca sebagai liner dibandingkan dengan

Kalsium Hidroksida ?

STEP 7

PR

1. Bagaimana cara kerja, kelebihan dan kekurangan electric pulp test ?

EPT (Electric Pulp Test) alat pemeriksaan vital atau non vital gigi

menggunakan aliran listrik. Alat ini digunakan berdasarkan stimulasi saraf

sensorik dan respon pasien dimana alat yang digunakan itu berfungsi

untuk merangsang respon pulpa dengan mengenakan arus listrik yang

semakin meningkat pada gigi. Alat ini diindikasikan untuk gigi yang dapat

diisolasi dan mudah dikeringkan, ketepatan pemeriksaan menggunakan

alat ini yaitu tergantung pada status psikolog pasien, ketepatan alat dan

ambang rasa sakit pada pasien. Kekurangannya, alat ini sangat sensitif dan

dipengaruhi banyak hal sehingga dapat mengakibatkan false pada hasil

pemeriksaan.

8

Teknik penggunaan EPT

1. Isolasi daerah kerja yang akan diuji dengan gulungan kapas dan penyedot

ludah dan keringkan semua gigi dengan udara

2. Periksa alat test pulpa listrik sebelum digunakan dan patikan bahwa arus

melalui electrode

3. Gunakan elektrolit (pasta gigi) pada elektrode gigi dan letakkan pada

email mahkota gigi yang dikeringkan pada permukaan oklusobukal dan

insisolabial. Harus diperhatikan untuk tidak menyentuh restorasi gigi atau

jaringan gusi di dekatnya dengan elektrode atau elektrolit, karena dapat

mengakibatkan respon palsu dan menyesatkan

4. Tarik pipi pasien menjauhi elektrode gigi dengan tangan yang bebas.

Tangan yang berkontak dengan pipi pasien ini melengkapi aliran listrik

5. Putar reostat perlahan lahan untuk masukkan arus minimal ke dalam gigi,

dan untuk menaikkan arus perlahan-lahan. Minta kepada pasien untuk

memberitahu bila timbul sensasi dengan menggunakan kata-kata seperti

“rasa geli” atau “kehangatan”

2. Letak Sel Odontoblas

Sel odontoblas adalah sel spesifik dalam komplek jaringan pulpa pada

lapisan terluar pulpa yang berfungsi untuk membentuk dentin termasuk

dentin reparatif dan sklerotik.Dentin ini merupakan salah satu mekanisme

pertahanan gigi dalam menghambat berbagai injuri terhadap pulpa. Letak

sel odontoblas berada dibawah atap pulpa, sedangkan perpanjangan dari

sitolasma sel odontoblas terletak pada tubuli dentin.

Gambar 1. Potongan transversal gigi

9

Gambar 2. Perbesaran lapaisan dentin

Gambar 2 menunjukkan perbesaran lapisan dentin. Terdapat tubuli tubuli

dentin yang berisi juluran sitoplasma sel odontoblas, sedangkan inti sel

dan badan sel keseluruhan terdapat di bawah margin atap pulpa.

3. GI dan CaOH sebagai Liner

Liner merupakan bahan-bahan yang diletakkan berupa lapisan tipis dan

fungsi utamanya adalah untuk memberikan suatu perlindungan terhadap

iritasi kimiawi. Suatu bahan yang dapat digunakan sebagai pelindung

pulpa adalah Kalsium Hidroksida (CaOH). Selain sebagai lining , CaOH

dapat membantu pembentukan dentin sekunder. CaOH efektif sebagai

liner untuk kavitas yang menyisakan selapis tipis pulpa atau untuk karies

yang dalam.

GI merupakan alternatif pilihan untuk digunakan sebagai liner.

Terdapat beberapa tipe GI, diantaranya :

1. Tipe I : GI sebagai Lutting cement

2. Tipe II : GI sebagai bahan restorative

3. Tipe III : GI sebagai bahan basis atau liner

Komposisi GI terdiri dari bubuk yang berasal dari

aluminofluorosilikat dan cairannya merupakan larutan dari asam

poliakrilat. GI digunakan sebagai liner untuk karies yang tidak terlalu

dalam. Sifat GI bila menjadi liner atau basis untuk tumpatan resin lebih

10

unggul bila dibandingkan dengan liner lainnya, hal ini karena GI tidak

larut bila di etsa.

LO 1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI MENGGUNAKAN RESIN

KOMPOSIT.

- Indikasi :

1. Untuk merestorasi gigi anterior ( contohnya : terjadinya fraktur pada

gigi anterior). Diindikasikan pada gigi anterior karena resin akrilik tipe

komposit memiliki estetik yang baik. Estetik yang dimaksud adalah

resin akrilik memiliki sifat warna yang sewarna dengan gigi aslinya.

Selain itu resin akrilik ini merupakan bahan yang tidak bisa digunakan

pada gigi yang memiliki beban kunyah yang berat, jadi resin akrilik ini

sangat baik digunakan untuk gigi anterior yang memiliki beban kunyah

yang rendah.

2. Pasien alergi dengan logam

Karena pada pasien yang alergi dengan logam dapat menimbulkan

beberapa keluhan atau semsitif terhadap rangsangan dingin atau panas,

maka dari itu diindikasikan menggunakan komposit.

3. Pit dan fissure sealant

Karena dengan menggunakan komposit akan bertahan lebih lama dan

kuat. Komposit memiliki kemampuan penetrasi yang bagus. Karena

adanya proses etsa pada enamel gigi menghasilkan kontak yang lebih

baik antara bahan resin dan permukaan enamel.

4. Prosedur Estetis

Seperti membantu perapatan gigi yang diastema

5. Resin preventive pada pit dan fissure

Merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan untuk mengisolasi

pit dan fissure dengan memakai teknik etsa asam. Tujuan restorasi

11

pencegahan adalah untuk menghentikan proses karies awal yang

terdapat pada pit dan fissure.

6. Restorasi pada tempat yang memerlukan estetik

Hal ini berhubungan dengan karakteristik dari resin komposit yaitu

memiliki warna yang menyerupai gigi asli, tidak larut dalam cairan

mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara mikro

mekanis.

7. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior

8. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)

9. Lesi pada permukaan fasial gigi premolar

10. Hilangnya sudut insisal gigi (klas IV)

11. Lesi pada pit dan fissure (klas I)

12. Lesi interproksimal gigi posterior (klas II)

13. Inlay resin komposit

- Kontraindikasi

1. Daerah yang susah di isolasi

Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif bila

terkontaminasi dengan cairan mulut, ada kemungkinan restorasi akan

lepas.

2. Gigi yang mendapat tekanan besar

Bahan komposit akan rapuh bila ditempatkan pada gigi yang mendapat

tekanan oklusi besar seperti gigi molar.

3. Pasien yang memiliki sifat buruk bruxism

Bahan komposit itu mudah aus, jadi dikontraindikasikan untuk pasien

yang memiliki kebiasaan bruxism.

4. Lesi distal gigi kaninus

Tekanan normal pada rahang cenderung memberikan tekanan ke arah

mesial sehingga bahan yang lunak seperti resin akan cepat terabrasi

dan membuat kontak distal menjadi rata sehingga mengurangi lebar

mesio-distal gigi yang normal, jika hal tersebut terjadi dimungkinkan

akan ada tekanan ke jaringan interdental sehingga menyebabkan iritasi

12

gingiva. Maka, alternatif bahan yang digunakan untuk restorasi lesi

distal kaninus adalah dengan teknik sandwich nanokomposit hybrid,

atau inlay resin komposit.

LO 2 MACAM RESIN KOMPOSIT BESERTA KELEBIHAN DAN

KEKURANGANNYA

Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran rata-rata partikel bahan

pengisi utama.

a. Komposit Tradisional.

Komposit tradisional ini biasa disebut juga komposit konvensional

atau komposit berbahan pengisi makro karena ukuran partikel dari

bahan pengisinya yang relatif besar. Karena bahan-bahan ini sudah

tidak biasa digunakan lagi, maka sebutan untuk komposit tradisional

lebih cocok dibandingkan dengan sebutan komposit konvensional.

Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk komposit

tradisional ini yaitu quartz giling. Ukuran rata-ratanya 8-12 µm, tetapi

partikel sebesar 50 µm juga kemungkinan ada. Banyaknya bahan

pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume. Bahan pengisi

ini dikelilingi oleh sejumlah besar matriks resin.

Komposit tradisional ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan

dengan akrilik tanpa bahan pengisi. Akan tetapi, bahan ini memiliki

permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi selekstif pada matriks

resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih

keras. Komposit ini juga bersifat radiolusen karena bahan pengisinya

dari quartz.

Kekurangan utama dari komposit tradisional ini yaitu permukaan

yang kasar akibat dari terjadi keausan pada matriks resin yang lunak.

Penyelesaian restorasi, penyikatan gigi, dan pengunyahan dapat

menghasilkan permukaan yang kasar. Oleh karena permukaan yang

kasar tersebut, komposit ini lebih cenderung untuk mengikat warna.

Fraktur dari lapisan komposit tradisional ini bukanlah suatu masalah

13

yang sering terjadi termasuk bila digunakan untuk restorasi yang harus

tahan terhadap tekanan seperti pada kavitas kelas IV dan kelas II.

b. Komposit Berbahan Pengisi Mikro.

Dalam usaha mengatasi masalah permukaan yang kasar pada

komposit tradisional, dikembangkanlah suatu bahan yang

menggunakan bahan pengisi anorganik yaitu partikel silika koloidal.

Partikel ini memiliki ukuran 0,04-0,4 µm, jadi partikel tersebut lebih

kecil 200-300 kali dibandingkan dengan rata-rata partikel quartz pada

komposit tradisional. Komposit berbahan pengisi mikro ini memiliki

permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik langsung

tanpa bahan pengisi. Kelemahan dari bahan pengisi ini yaitu lemahnya

ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras,

sehingga mempermudah pecahnya restorasi tersebut. Karena

kelemahan tersebut, maka komposit ini tidak cocok digunakan pada

permukaan yang harus menahan beban.

Komposit berbahan pengisi mikro ini memiliki sifat fisik dan

mekanik yang kurang dibandingkan dengan komposit tradisional. Hal

ini dikarenakan 50-70% volume bahan restorasi dibuat dari resin,

sehingga bahan pengisinya sendiri lebih sedikit. Komposit ini amatlah

tahan terhadap pemakaian dan karena itu bahan tersebut tahan terhadap

keausan yang setara dibandingkan dengan komposit yang mengandung

bahan pengisi lebih banyak serta tahan aus. Meskipun demikian, bila

dibandingkan dengan resin akrilik nirpasi, komposit ini memiliki sifat

yang secara nyata lebih baik, dan menghasilkan permukaan akhir yang

lebih halus, seperti yang diharapkan untuk restorasi estetik

dibandingkan dengan komposit lain. Sehingga, bahan tersebut lebih

disukai untuk restorasi lesi karies permukaan halus (kelas III dan V).

Komposit berbahan pengisi mikro ini, tidak untuk kavitas yang

memerlukan ketahanan terhadap tekanan seperti kelas I, II, dan IV

karena pecahnya restorasi lebih besar. Pecahnya restorasi seringkali

14

teramati pada tepi tambalan yang disebabkan oleh tidak terikatnya

bahan pengisi prapolimerisasi. Bagaimanapun juga, restorasi berbahan

resin komposit jenis ini banyak digunakan karena permukaannya yang

halus, bahan ini menjadi pilihan untuk restorasi estetika gigi anterior.

c. Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil.

Komposit berbahan pengisi partikel kecil dikembangkan dalam

usaha memperoleh kehalusan permukaan dari komposit berbahan

pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan

meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Rata-rata

ukuran bahan pengisi ini yaitu 1-5 µm. Beberapa komposit berbahan

pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi,

tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat.

Kategori komposit ini menunjukkan sifat fisik dan mekanis yang

paling unggul. Kekuatan kompresi dan modulus elastik dari komposit

ini melampaui nilai dari komposit tradisional dan komposit berbahan

pengisi mikro. Kehalusan permukaan resin ini ditingkatkan dibanding

dengan resin komposit tradisional. Begitupun ketahanan aus juga

ditingkatkan.

Komposit berbahan pengisi partikel kecil ini diindikasikan untuk

aplikasi pada daerah dengan tekanan dan abrasi tinggi seperti kelas I

dan II. Ukuran partikel dari beberapa komposit berbahan pengisi

partikel kecil memungkinkan diperolehnya permukaan halus untuk

pemakaian pada gigi anterior, tetapi bahan ini tidak sebaik komposit

berbahan pengisi mikro atau yang akhir-akhir ini lebih dikembangkan

yaitu bahan komposit hibrid.

d. Komposit Hibrid.

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka

memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada komposit

partikel kecil sementara mempertahankan sifat komposit partikel kecil

tersebut. komposit ini dipandang memiliki estetik yang setara dengan

komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi anterior.

15

Ada 2 jenis bahan pengisi dalam komposit hibrid yaitu silika koloidal

dan partikel kaca yang dihaluskan, yang mengandung logam berat,

yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 75-80% berat. Ukuran

rata-rata dari partikelnya yaitu 0,6-1 µm.

Sifat mekanik dan fisik untuk komposit ini umumnya berkisar

antara bahan komposit tradisional dan komposit berbahan pengisi

partikel kecil. Namun, sifat-sifat tersebut umumnya lebih unggul

dibandingkan dengan komposit berbahan pengisi mikro. Karena

mengandung sejumlah logam berat, maka bahan tersebut lebih

radiopak dibandingkan dengan email.

Klasifikasi resin komposit berdasarkan basis resinnya.

a. Resin Komposit Berbasis Methacrylate.

Bahan dasar matriks resin yang umum digunakan adalah bisfenol

A-glisidil metachrylate (Bis-GMA), urethan dimetachrylate (UDMA),

dan trietilen glikol dimetachrylate (TEGDMA). Resin komposit

mengandung 15% sampai 25% bahan resin dari keseluruhan bahan.

Kedua resin Bis-GMA dan UDMA digunakan sebagai basis resin

sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer untuk mengurangi

kekentalan resin basis, khususnya Bis-GMA. Penambahan TEGDMA

atau dimetakrilat dengan molekul rendah lainnya meningkatkan

pengerutan polimerisasi, suatu faktor yang membatasi jumlah

dimetakrilat berat molekul rendah yang dapat digunakan dalam

komposit.

Bahan pengisi (filler) yang biasa digunakan pada komposit jenis ini

adalah crystalline quartz, lithium glass ceramic, borosilicate glass

atau lithium alumunium silicate. Ikatan antara kedua fase komposit

inilah yang dibentuk oleh coupling agent. Aplikasi coupling agent

yang tepat (silane), dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis serta

memberikan stabilitas hidrolitik untuk mencegah air berpenetrasi di

antara permukaan resin dan filler. Filler juga berguna untuk

16

mengurangi kontraksi polimerisasi, mengurangi koefisien muai termis

komposit, meningkatkan sifat mekanis komposit antara lain kekuatan

dan kekerasan, mengurangi penyerapan air.

b. Resin Komposit Berbasis Silorane.

Berdasarkan ukuran partikel filler, silorane termasuk ke dalam

kategori resin komposit microhybrid dengan bahan pengisi dasar

berukuran partikel 0,1-1 μm dikombinasikan dengan bahan pengisi

mikro 3-5% berat. Keuntungan dari penambahan partikel bahan

pengisi ini adalah dapat menguatkan matriks resin, mengurangi

penyusutan saat polimerisasi, mengurangi thermal ekspansi dan

kontraksi, meningkatkan viskositas, mengurangi reasorbsi air serta

meningkatkan radiopacity. Pada silorane berupa iodonium salt, dan

komponen pigmen warna (0,005%) pada resin komposit silorane yang

dapat menyerupai warna struktur gigi.

Klasifikasi resin komposit berdasarkan persentase muatan fillernya.

a. Resin komposit flowable.

Resin komposit ini memiliki ukuran partikel filler antara 0,04-1

µm. Jumlah persentase komposisi filler nya sekitar 44-54 % dari total

volume. Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin

yang lebih banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya

alir yang sangat tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup

rendah, sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau menutupi

celah kavitas yang kecil. Resin komposit flowable memiliki modulus

elast isitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible,

penumpatan bahan yang lebih mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi,

sangat mudah dipolish, radiopak, dan mengandung fluoride serta

pengurangan sensitifitas setelah penumpatan. Selain itu, resin komposit

17

flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat

mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi bahan

restorasi ini ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti

restorasi klas I dan klas II dengan tekanan oklusal yang ringan,

restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan sebagai liner.

b. Resin komposit packable.

Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler antara 0,7-

2 µm dengan persentase komposisi filler nya berkisar antara 48-65 %

volume. Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan

atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi

celah kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi

filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan

selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang hampir

sama dengan struktur gigi, dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap

adaptasi marginal. Resin komposit ini juga diharapkan dapat

menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki

kandungan filler yang tinggi. Resin komposit packable diindikasikan

untuk gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga

dapat mengurangi masalah kehilangan kontak. Resin komposit ini

diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dengan luas kavitas yang

kecil, dan klas V.

Klasifikasi resin komposit berdasarkan cara aktivasinya.

a. Aktifasi sinar.

Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar diperjual

belikan dalam bentuk pasta. Dalam pasta tersebut terdiri dari moleku-

molekul fotoinisiator dan aktivatir amine yang nantinya membentuk

suatu radikal bebas untuk proses polimerisasinya. Kedua komponen

yang terkandung dalam pasta tersebut tidak akan berproses / mengeras

apabila tidak diberi gelombang cahaya. Gelombang cahaya yang sesuai

yaitu 460 – 485 nm. Dalam penggunaannya bisa diaplikasikan dengan

18

cara selapis demi selapis. Pada lapisan pertama kemungkinan untuk

shrinkage bisa terjadi, sehingga pada lapisan berikutnya akan

mengkompensasi dari resin komposit yang mengalamai penyusutan.

Hal ini awalnya dianggap sebagai suatu kekurangan, namun nyatanya

hal ini menjadi suatu keuntungan dalam memanipulasi resin komposit.

Sinar yang dipancarkan pada resin komposit harus sedekat

mungkin tapi tetap tidak menyentuh resin komposit. Ketebalan dari

lapisan-lapisan pengaplikasian yaitu bekisar 1-2mm. Apabilla lebih

dari itu maka penyinaran harus lebih lama.

Keuntungan dari aktivasi sinar, yaitu :

Bahan tidak akan mengeras jika belum di kenai sinar, sehingga

operator mudah dalam membentuk bahan sesuai dengan keadaan

gigi pasien.

Tidak perlu dilakukan pengadukan, karena bahan ini sudah dalam

bentuk suatu pasta komponen tunggal.

Kekurangan dari aktivasi sinar, yaitu :

Bahan tidak boleh dikeluarkan jika belum mau digunakan, karena

sinar lampu dental unit juga bisa memicu polimerisasi bahan.

Penggunaan sinar laser dapat berisiko merusak retina, sehingga

diperlukan kacamata khusus sebagai pelindung operator atau

jangan melihat sinar lasernya secara langsung dan lama.

b. Aktifasi kimia.

Resin jenis ini diperjual belikan dalam bentuk dua pasta. Salah satu

pastanya mengandung inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang

lainnya berisi aktivatir tertiary amine. Apabila kedua bahan ini

dicampur / diadon makan amine akan bereaksi dengan dengan benzoyl

perxide sehingga terbentuklah suatu radikal bebas yang menunjukkan

bahwa proses pengerasa berlangsung.

Kekurangan dari aktifasi kimia, yaitu :

19

Butuh suatu keahlian dan ketelitian operator yang tinggi dalam

memanupulasi bahan yang akan digunakan. Hal ini disebabkan

karena jika bahan tidak cepat dimasukkan kedalam kavitas, maka

adaptasi bahan terhadap dinding kavitas akan buruk dan sifat

plastis bahan menghilang.

LO 3 TAHAPAN MANIPULASI RESIN KOMPOSIT MELIPUTI

INSTRUMENTASI, PREPARASI, DAN BAHAN

- Tahapan Isolasi

Sebelum ditumpat, gigi harus diisolasi. Dalam penumpatan dengan resin

komposit, gigi yang terkena saliva dapat berpengaruh pada proses adhesi

resin pada gigi.Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi

daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan

isolator karet atau rubber dam.

- Pembersihan Gigi

Kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerah kerja harus

dibersihkan terlebih dahulu

- Tahapan preparasi

Preparasi pada masing – masing kelas berbeda – beda. Dalam melakukan

preparasi pada kavitas harus selalu memperhatikan bentuk resistensi,

retensi, konvenien, dan extention for prevention.

Komposit adalah bahan restorasi dengan jenis perlekatan mekanik

(mechanical interlocking).

Oleh karena jenis perlekatan dari bahan komposit adalah mechanical

interlocking maka pada beberapa kasus penambahan retensi lain

diperlukan untuk mendapat ketahan dari bahan restorasi yang lebih

optimal. Seperti misal pada kasus kelas IV dimana traditional cavosurface

preparation menjadi stadard retensi tambahan dan juga preparasi chamfer

direkomendasikan untuk restorasi komposit.

20

Pada dasarnya, preparasi Bevel ataupun Chamfer membantu menghasilkan

area yang lebih luas pada preparasi tepi enamel, dan setelah dilakukan

pengetsaan dapat meningkatkan ketahan fraktur. Hal ini didukung pada

penelitian terbaru, preparasi Bevel digabungkan dengan sistem perlekatan

dengan etsa menghasilkan daya tahan yang lebih besar. Preparasi Bevel

memberikan beberapa keuntungan pada prosedur restorasi diantaranya,

penghilangan permukaan enamel superficial yang aprismatic,

meningkatkan luas permukaan dari area yang akan digunakan sebagai

21

retensi, menghasilkan kerapatan tepi yang lebih baik, memberikan hasil

estetic yang baik dan juga meningkatkan retensi dari bahan restorasi.

- Pemberian Liner / Basis

Sebelum dilakukan pemberian liner/basis, kavitas harus dalam keadaan

bersih (sudah diirigasi) dan kering. Pada skenario, karena kavitasnya

masih pada karies media yang melibatkan kurang dari setengah dentin,

maka tidak perlu diberi basis. liner disini berfungsi untuk melindungi

pulpa dari sifat resin yang iritan terhadap pulpa. Sehingga perlu adanya

perlindungan agar bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung

mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan

adalah kalsium hidroksida, karena kalsium hidroksida memiliki kelebihan

yaitu sifatnya yang basa sehingga aman untuk digunakan mendekati pulpa

dan memiliki efek terapeutik. Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi

encer yang mengalir sehingga mudah diaplikasikan ke permukaan dentin.

Larutan tersebut menguap meninggalkan sebuah lapisan tipis yang

berfungsi memberikan proteksi pada pulpa di bawahnya. Setelah itu

dilakukan irigasi lalu kavitas dikeringkan.

Penting untuk diperhatikan bahwa dalam tumpatan menggunakan resin

komposit tidak boleh dilakukan pemberian liner Zinc Okside Eugenol

karena dapat mengganggu polimerisasi dari resin.

- Tahap etsa asam

Caranya ulaskan bahan etsa yaitu asam phospat 37%-50% dalam bentuk

gel/cairan dengan meggunakan pinset dan cotton pellet pada permukaan

enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (terutama pada bagian bevel).

Pengulasan ini dilakukan selama 20-30 detik dan jangan sampai mengenai

gingival. Lalu dilakukan irigasi dengan air sebanyak 20 cc dan kavitas

dikeringkan. Setelah dikeringkan, permukaan gigi yang dietsa akan

tampak berwarna putih.

- Tahapan Bonding

Mengulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush

kecil pada permukaan yang telah di etsa. Ditunggu kurang lebih 10 detik

22

sambil disemprot udara ringan. Pada sistem self etch, setelah pengulasan

dan pengeringan dapat secara langsung disinar tanpa diberikan bahan

untuk etsa. Sedangkan untuk total etch, bahan etsa dan bonding terpisah,

sehingga diperlukan tahapan yang lebih banyak lagi.

Bedasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif

dibagi menjadi tiga botol, dua btol, dan satu botol yang terdiri dari bahan

etsa, primer, dan bonding. Pada sistem tiga botol, ketiga bahan tersebut

berdiri sendiri. Sistem ini menghasilkan kekuatan yang baik dan efektif,

namun kekurangannya adalah terlalu banyaknya kemasan. Sistem dua

botol , terdiri dari etsa, dan gabungan primer dan bonding. Sistem ini

banyak digunakan, dikarenakan simpel dan waktu pemakainnya cepat

disamping itu ikatan yang dihasilkan cukup baik. Sedangkan sistem satu

botol merupakan penggabungan antara ketiga bahan tersebut, merupakan

sistem terbaru yang lebih mudah dan cepat pengaplikasiaannya dibanding

sistem yang lain. Namun, kekurangan dari sistem ini adalah ikatan yang

dihasilkan lebih rendah.

- Tumpatan Resin Komposit

Penumpatan dilakukan dengan menggunakan resin komposit dilakukan

layer by layer atau selapis demi selapis. Terutama untuk resin yang light

activated. Dan diusahakan dinding yang terlibat dalam satu layer adalah

seminimal mungkin. Oleh karena itu dilakukan pelapisan dengan bentuk

oblique. Aplikasikan selapis, kemudian disinari, selapis lagi dan disinari

lagi, begitu seterusnya hingga kavitas tertutup sempurna.

Saat pengaplikasian resin komposit pada kelas II, III, IV, maka hal yang

perlu diperhatikan adalah pengaplikasian matriks agar tumpatan terbentuk

sesuai dengan anatomi gigi asli.

- Finishing dan Polishing

Tahapan Finishing meliputi shaping dan contouring. Tahapan ini bertujuan

untuk membentuk tumpatan sesuai dengan anatomi gigi yang sebenarnya.

Sedangkan tahap polishing dimaksutkan untuk mendapatkan anatomis gigi

yang sesuai dan mendapatkan permukaan restorasi yang mengkilat.

23

a. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, atau

specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized

aluminium, atau nikel titanium.

b. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai

tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal

dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Carvalho RM, Pereira JC, Yoshiyama M, Pashley DH. A review of

polymerization contraction: the influence of stress development versus

stress relief. Oper Dent 1996;21:17-24.

2. Yazici AR, Baseren M, Dayanga A. The effect of flowable resin

composite on microleakage in class v cavities. Oper Dent 2003; 28:

42-6.

3. Kidd EAM, Bechal SJ. 1992. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan

Pencegahannya. Terjemahan dari: Essentials of Dental Caries: The

Desease and Its Management. Alih Bahasa: Narlan S dan Faruk S,

Jakarta: EGC, hlm 33-37

4. Pashley,1985,Pashley 1988: Hargreaves dan Goodish 1998 ; Myor

2003 ; Bergenholtz et all., 2003

5. Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan

Kedokteran Gigi. Ed.10. Jakarta : EGC

6. Chimello DT, Chinellati MA, Ramos RP, Palma Dibb RG. In vitro

evaluation of microleakage of flowable composite in class v

restorations. J Braz Dent 2002; 13(3): 184-7.

7. Nugrohowati, Wianto D. Penggunaan bahan flowable untuk restorasi.

JITEKGI 2003; 1(2): 146-7.

8. Neo JLC, Yap AUJ. Composite resin. In: Mount GJ, Hume WR.

Preservation and restoration of tooth structure. London: Mosby, 1998:

69-92.

9. Bala O, Octasli MB, Unlu L. The leakage of class II cavities restored

with packable resin-based composites. J Contemp Dent Pract 2003;

4(4): 1-11.

10. Irawan B. Komposit berbasis resin untuk restorasi gigi posterior. J

Dentika Dent 2005; 10(2): 126-31.

25