Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

38
LAPORAN TUTORIAL BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF III SKENARIO II PERAWATAN PERIODONTAL FASE II Oleh: Kelompok Tutorial 6 Pembimbing : drg. Erawati Wulandari, M.Kes Ketua :Mahardika Rahmawati (121610101024) Scriber Papan : Izza Khalida (121610101078) Scriber Meja : Ayu Prativia Yonenda (121610101077) Anggota : Faisal Rizki (121610101015) Ahmad Hanif N (121610101022) Mindiya (121610101049) Arfi Rifadah (121610101057) Sabrina Maharani P (121610101061)

description

laptuut

Transcript of Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Page 1: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF III SKENARIO II

PERAWATAN PERIODONTAL FASE II

Oleh:

Kelompok Tutorial 6

Pembimbing : drg. Erawati Wulandari, M.Kes

Ketua :Mahardika Rahmawati (121610101024)

Scriber Papan : Izza Khalida (121610101078)

Scriber Meja : Ayu Prativia Yonenda (121610101077)

Anggota : Faisal Rizki (121610101015)

Ahmad Hanif N (121610101022)

Mindiya (121610101049)

Arfi Rifadah (121610101057)

Sabrina Maharani P (121610101061)

Weka Dayinta (121610101062)

Agya Nanda Prasetya (121610101064)

Meidi Kurnia Ariani (121610101068)

Nidha Tuhu R K (121610101070)

Anindya Roshida (121610101082)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

SKENARIO II PERAWATAN PERIODONTAL FASE II

Seorang perempuan berusia 34 tahun untuk pertama kali datang ke klinik bagian

periodonsia atas saran saudaranya untuk dilakukan perawatan pada penyangga

gigi. Pasieb mengeluh gusinya yang kadang-kadang bengkak, sering berdarah saat

menggosok gigi dan terasa longgar pada gigi-gigi depan rahang atas dan bawah.

Riwayat pasien menceritakan bahwa gusi berdarah sudah terjadi sekitar 2 minggu

yang lalu. Pemeriksaan fisik umum menunjukkan tidak ada kelainan sistemik dan

tidak ada riwayat penyakit keluarga/genetik. Pemeriksaan klinis menunjukkan

sebagai berikut: 1) kebersihan mulut pasien buruk dan terdapat banyak sekali

deposit plak pada permukaan gigi-gigi kedua rahang; 2) banyak terdapat kalkulus

pada permukaan lingual insisivus rahang bawah dan subgingiva di semua sektan;

3) terdapat resesi gingiva, poket periodontal 406 mm dan kehilangan perlekatan di

regio rahang atas dan bawah anterior, 4) terdapat bleeding on probing dalam

sulkus gingiva semua gigi; 5) semua gigi anterior goyang o2 kecuali gigi kaninus

atas. Radiografi menunjukkan resorbsi tulang sampai ½ panjang akar di regio gigi

anterior bawah. Dokter gigi yang memeriksa menjelaskan rencana perawatan yang

harus dilakukan mengenai penyakitnya tersebut dan perlu adanya perawatan pada

daerah yang dikeluhkan tersebut.

Page 3: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

STEP 1

IDENTIFIKASI KATA-KATA SULIT

1. Perawatan periodontal fase II : Perawatan penyakit periodontal yang

prosedurnya bedah, diindikasikan setelah fase pemeliharaan dan dilihat dari

hasil perawatan periodontal fase. Apabila prognosis dari perawatan fase I

buruk maka dilanjutkan dengan perawatan periodontal fase II. Pada perawatan

ini dapat dilakukan suatu pemotongan/ insisi untuk kontrol penyakit

periodontal.

2. Pocket periodontal:Sulkus gingiva dalam yang patologis, merupakan tanda

klinis dari penyakit periodontal ditandai dengan kerusakan jaringan

periodontal. Disebut juga absolut pocket dan terlihat lepasnya pengikat gigi.

Pengukuran poket dari margin ke dasar poket. Normal dari sulkus gingiva

adalah 2-3 mm, 3-4 mm tergolong mild, 4-6 mm tergolong moderate dan>7

mm tergolong severe.

3. Resesi gingiva: Bergeraknya tepi gingiva ke apikal karena destruksi jaringan

periodontal baik infrabony maupun suprabony.

STEP 2

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa diagnosa dari kasus pada skenario?

2. Apa rencana perawatan dari kasus pada skenario dan pertimbangan apa

yang harus dilakukan? Serta apa tindakan/ perawatan pendahuluan

sebelum dokter melakukan perawatan periodontal fase II?

3. Bagaimana prognosa dari kasus pada skenario?

4. Apa saja yang harus dievaluasi setelah perawatan periodontal fase II pada

skenario?

Page 4: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

STEP 3

BRAIN STORMING

1. Apa diagnosa dari kasus pada skenario?

Pada skenario gingiva pasien berdarah dan gigi terasa longgar. Dari

pemeriksaan oleh dokter gigi ditemukan resesi gingiva yang menandakan

kerusakan kolagen, pocket yang dalam 4-6 mm, BOP positif yang menandakan

inflamasi gingiva, bone loss ½ panjang akar yang menandakan rusaknya

ligamen periodontal. Kesimpulannya pasien pada skenario mengalami

periodontitis kronis yang sudah meliputi tulag alveolar, ligamen periodontal

dan sementum. Dilihat dari waktu berjalannya keluhan yang cukup lama yaitu

2 tahun dan tidak ditemukannya etiologi lain selain murni bakteri plak.

2. Apa rencana perawatan dari kasus pada skenario dan pertimbangan apa

yang harus dilakukan? Serta apa tindakan/ perawatan pendahuluan

sebelum dokter melakukan perawatan periodontal fase II?

Setelah diketahui diagnosi dari penyakit tersebut yaitu periodontitis kronis,

perawatan yang akan dipilih harusnya perawatan yang komprehensif (satu

rangkaian kesatuan), yaitu:

a. Fase etiotropik. Salah satunya dilakukan DHE karena kondisi rongga mulut

pasien yang buruk dan dilihatn apakah ada keresistenan bakteri yang

berakibat penyakit periodontal semakin parah.

b. Scaling dan root planing. Utamanya karena produk bakteri sehingga

muncul respon host. SRP dilakukan untuk menghilankan kalkulus

supragingiva dan subgingiva serta menghaluskan akar, apabila kalkulus

tidak dihilangkan terlebih dahulu, maka kita membuka jalan masuk bagi

bakter tersebut selama proses pembedahan sehingga mengakibakan

bakterimia.

c. Evaluasi dari perawatan fase etiotropik. Evaluasi fase etiotropik ini

mecakup:

i. Probing Depth tidak berkurang atau justru bertambah

ii. Tetap terlihat kemerahan, BOP +, konsistensi lunak.

Page 5: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

iii. Resosrbsi tulang seperti kawah (crater)

iv. Ada keterlibatan tidak pada daerah furkasi.

Evaluasi ini dilakukan minimal 1 bulan setelah perawatan dan apabila

tidak ada perbaikan maka indikasi dilakukannya perawatan periodontal

fase II (Bedah).

d. Kuretase. Kuretase adalah menyingkirkan jaringan granulasi kronis yang

bisa menghambat adanya perlekatan baru. Kuretase juga harus

membersihkan sementum supaya lebiih licin dan menghilangkan plak,

untuk estetik digunakan gingival graft untuk mengembalikan marginal

gingiva.

e. Pasien diberi obat antiinflamasi serta antibiotik profilaksis.

Pada perawatan juga bisa dilakukan beberapa pilihan perawatan juga, yaitu:

a. Splinting: splinting dilakukan untuk menstabilkan gigi-gigi agar tidak

timbul keparahan, mengurangi trauma saat dilakukan SRP sehingga

trauma tidak permanen. Selain itu juga splinting bisa mempercepat

regenerasi jaringan. Paling direkomendasikan untuk splinting memakai

bahan resin karena memiliki nilai estetik yang bagus dan digunakan juga

untuk kontrol plak.

b. Flap periodontal + graft: terjadinya resesi sehingga diperlukan pencakokan

subepitel jaringan ikat yang bisa diambil dari palatal, namun metode ini

bisa memperbesar morbiditas pasien sehinnga penyembuhan lama. Saat

ini, telah ditemukan ADM (Aselular Termal Matriks) yang menggantikan

metode sebelumnya.

c. Bone graft: dilakukan apabila ditemukan kerusakan tulang alveolar.

Terdapat dua jenis yaitu auto-graft (pengambilan jaringan tulang dari

pasien) dan alo-graft (pengambilan dari kadaver yag sudah disterilisasi.

Tujuan utama perawatan periodontal fase II:

a. Bisa mengakses akar agar bisa menghilangkan plak dan bakteri sehingga

akar menjadi halus.

b. Mengurangi atau menghilangkan poket.

Page 6: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

3. Bagaimana prognosa dari kasus pada skenario?

Prognosa dari kasus ini adalah fair. Kesimpulan ini diambil karena pada kasus

tersebut tulang-tulang yang menyangga gigi sudah tidak adekuat dilihat dari

banyaknya gigi yang mengalami kegoyangan, memang seringkali prognosa fair

disertai dengan adanya kelainan sistemik namun ada beebrapa catatan bahwa

kelainan sistemik tidak selalu menyertai prognosa ini.

4. Apa saja yang harus dievaluasi setelah perawatan periodontal fase II pada

skenario?

Pada perawatan periodontal fase II yang harus dievaluasi adalah:

a. Respon jaringan (warna dan konsistensi gingiva) pada minggu ke-II

setelah perawatan

b. Perlekatan ligamen periodontal pada minggu ke-III setelah perawatan

c. DHE / Kontrol plak sudah baik atau belum

d. Keadaan secara sistemik

e. Pemberian edukasi pada pasien bahwa setelah perawatan akan timbul

peningkatan sensitivitas, namun bisa diminimalisir dengan medikasi

ibuprofen atau berkumur dengan antiseptik.

Page 7: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

STEP 4

MAPPING

Pemeriksaan (Klinis dan Radiografi)

Diagnosa (Periodontitis Kronis

Perawaatan periodontal fase I

Evaluasi

Perawatan periodontal fase II

Pengertian

Dasar Pemikiran

Alat dan Teknik

Page 8: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu menjelaskan :

1. Definisi perawatan periodontal fase II

2. Dasar pemikiran perawatan periodontal fase II

3. Alat dan teknik dari kuretase

4. Bahan, syarat dan teknik periodontal dressing

5. Evaluasi dan fase pemeliharaan perawatan periodontal fase II

STEP 7

1. Definisi Perawatan Periodontal Fase II

Perawatan periodontal fase II atau bisa juga disebut perawatan fase bedah

adalah fase dimana perawatan periodontal dilakukan dengan tindakan memotong

dan menginsisi jaringan gingiva dengan sengaja dengan tujuan untuk:

a. Kontrol dan eliminasi penyakit periodontal

b. Koreksi kondisi anatomis yang disebabkan penyakit periodontal sehingga

kurang bersifat estetik

c. Persiapan penanaman implan untuk menggantikan gigi yang hilang

Perawatan ini dapat dilakukan dengan surgery pocket therapy maupun koreksi

kerusakan morfologi. Perawatan periodontal fase II bertujuan utama untuk

memperbaiki prognosa dari perawatan periodontal I.

Pada perawatan periodontal fase I dilakukan evaluasi 1-3 bulan setelah

perawatan untuk melihat apakah masih ada tanda-tanda inflamasi. Bila masih

terlihat tanda-tanda inflamasi (kemerahan dan adanya poket periodontal) maka

diindikasikan perawatan periodontal fase II. Pada perawatan fase II juga

dilakukan pembersihan jaringan granulasi yang berinflamasi kronis, jaringan

Page 9: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

inilah yang menghambat perlekatan serat-serat gingival dan ligament periodontal

baru. Apabila pada permukaan akar sudah dibersihkan dengan sempurna dan

etiologi utama sudah dihilangkan maka dengan sendirinya jaringan granulasi akan

diresorbsi oleh mekanisme pertahanan periodontal.

Kontraindikasi Perawatan Bedah Periodontal

a. Terdapat infeksi akut

b. Bila estetik pasca bedah sangat buruk sehingga dirasa mengganggu

c. Bila prognosa sangat buruk sehingga tanggalnya gigi tidak mungkin

dicegah

d. Kurangnya motivasi pasien

2. Dasar Pemikiran Perawatan Periodontal Fase II

Kuretase merupakan perawatan periodontal dengan cara melakukan

pembuangan dinding gingival pada poket periodontal untuk menghilangkan

penyakit pada jaringan lunak. Selain untuk menghilangkan penyakit pada jaringan

lunak, tujuan kuretase, antara lain untuk :

Mengurangi kehilangan perlekatan dengan tumbuhnya perlekatan jaringan

ikat yang baru.

Memotong dinding gingiva pada poket periodontal.

Menghilangkan jaringan granulasi yang terinflamasi kronis.

Kuretase dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Kuretase gingival dan kuretase

subgingival. Gingival kuretaseadalahpengerokandinding gingival daripoket

periodontal untukmenghilangkanjaringangranulasi yang

mengalamiinflamasikronis di dinding lateral poket periodontal.Gingival

kuretasedansubgingivalkuretasememilikiperbedaan. Gingival

kuretaseterdiridaripembuanganjaringanlunak lateral yang

terinflamasidaridindingpoket.

Sedangkansubgingivalkuretasemengarahpadaprosedur yang dilakukanpadabagian

apikal dariperlekatanepitel,

denganmemotongperlekatandarijaringanikathinggapuncaktulang alveolar.

2.1. Dasar PemikiranKuretase

Page 10: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Dalam bidang periodonsia, kuretase merupakan penyerutan dinding

gingiva dalam poket periodontal untuk menghilangkan penyakit jaringan

lunak. Kuretase dilakukan untuk menyingkirkan jaringan granulasi yang

terinflamasi kronis pada dinding lateral poket periodontal. Selain itu,

disamping jaringan ini masih terdapat sisa kalkulus dan akumulasi bakteri

sehingga dapat menghambat penyembuhan. Jaringan granulasi yang

terinflamasi dilapisi oleh epitel, dan bagian epitel yang penetrasi sampai ke

jaringan. Adanya epitel tersebut akan menghambat perlekatan serabut gingiva

dan ligamen periodontal yang baru ke permukaan sementum pada daerah

tersebut. Dengan dilakukannya kuretase diharapkan dapat mengurangi

kedalaman saku dan terjadinya perlekatan jaringan ikat yang baru.

Ada dua macam kuretase, yaitu kuretase gingiva dan kuretase subgingiva.

Kuretase gingiva merupakan tindakan penyingkiran jaringan lunak yang

terinflamasi pada lateral dinding poket, sedangkan kuretase subgingiva

merupakan prosedur yang dilakukan di apikal dari epitel penyatu, dimana

perlekatan jaringan ikta disingkirkan sampai ke krista tulang alveolar.

2.2. IndikasiIndikasi Kuretase

Kasus atau keadaan yang dapat diindikasikan untuk dilakukan kuretase,

antara lain :

a. Terdapat poket sedalam 3-4 mm (poket ringan)

b. Jika gingivektomi merupakan kontraindikasi, contohnya adanya poket

sedalam 3-4 mm yang terdapat pada gigi anterior rahang atas yang

membutuhkan estetik lebih sehingga diindiaksikan kuretase karena

tidak disertai pemotongan jaringan gingiva yang dapat menyebabkan

estetik jelek.

c. Jika scaling dan root planing saja tidak cukup untuk mengembalikan

perlekatan jaringan ikat dan mengurangi kedalaman poket.

d. Adanya poket infraboni dengan kedalaman sedang 5-6 mm dengan

tujuan agar membentuk perlekatan baru.

e. Sebagai perawatan alternatif pada pasien yang kontraindikasi untuk

dilakukan bedah agressive dikarenakan adanya faktor umum, sistemik

Page 11: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

dan psikologi yang akan memperburuk jika dilakukan tindakan bedah

agresif.Namun perlu diingat pada pasien dengan alasan medis, usia dan

psikologi dilakukan untuk penyingkiran poket dengan prognosis

menjadi kurang baik karena pasien kompromi.Sehingga perawatan non

definitif ini memiliki keterbatasan dan seorang dokter gigi juga harus

memahami tentang keterbatasan perawatan ini dilakukan pada pasien

dengan masalah sistemik, faktor umum dan psikologi.

f. Kuretase dapat dilakukan sebagai perawatan nondefinitif (perawatan

alternatif) untuk meredakan inflamasi sebelum penyingkiran poket

dengan teknik bedah lainnya, atau bagi pasien yang karena alasan

medis, usia dan psikologis tidak mungkin diindikasikan teknik bedah

yang lebih radikal seperti bedah flap.

g. Kuretase sering juga dilakukan pada kunjungan berkala dalam rangka

fase pemeliharaan, sebagai metode perawatan pemeliharaan pada

daerah dengan rekurensi inflamasidan pendalaman poket, terutama

pada daerah dimana telah dilakukan bedah poket.

2.3. Kontraindikasi Kuretase

Kasus atau keadaan yang dapat menjadi kontraindikasi perawatan

kuretase, antara lain :

a. Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol yang dapat

memperlambat penyembuhan luka dan perlekatan jaringan ikat baru

yang dapat mengurangi kedalaman poket.

b. Adanya poket infraboni dengan kedalaman sedang sampai berat dan

poket terletak pada daerah yang tidak dapat diakses dengan closed

surgary

c. Kesulitan teknik dan akses yang tidak adekuat

d. Adanya poket dengan kedalaman severe

e. adanya poket ringan sampai sedang tetapi disertai dengan jaringan

gingiva yang fibrous yang merupakan kontraindikasi kuretase karena

walaupun dilakukan kuretase tidak akan menghasilkan perlekatan

jaringan ikat yang dapat mengurangi kedalaman poket setelah evaluasi

Page 12: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

perawatan kuretase.Adanya jaringan gingiva fibrous diindikasikan

gingivektomi.

f. Poket periodontal dengan dinding yang tipis.Dikhawatirkan jika

dilakukan kuretase dinding gingiva semakin tipis dan mudah terkoyak.

g. Adanya keterlibatan percabangan akar ( Furcation Involvement)

3. Alat dan Teknik Kuretase

3.1. Alat

Alat yang digunakan pada perawatan kuretase adalah alat kuret, misalnya

kuret universal Columbia 4R - 4L, atau kuret Gracey no. 13 - 14 (untuk

permukaan mesial) dan kuret Gracey no. 11 - 12 (untuk permukaan distal).

Kuret dipilih dengan cutting-edge menyesuaikan dinding poket yang akan

dilakukan kuretase. Ada beberapa teknik kuretase yang sering digunakan yaitu

Teknik Basic, The Excisional New Attachment Procedure (ENAP), kuretase

ultrasonic dan caustic drugs.

3.2. Teknik Kuretase

Tahapan prosedur teknik kuretase basic adalah sebagai berikut:

a. Anestesi.

Sebelum melakukan kuretase gingival atau kuretase subgingival,

daerah yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.

b. Skaling dan rootplaning .

Permukaan akar gigi dievaluasi untuk melihat hasil terapi fase I.

Apabila masih ada partikel kalkulus yang tertinggal atau sementum

yang lunak, penskeleran dan penyerutan akar diulangi kembali.

c. Penyingkiran epitel saku.

Alat kuret diselipkan ke dalam saku sampai menyentuh epitel saku

dengan sisi pemotong diarahkan ke dinding jaringan lunak saku.

Permukaan luar gingiva ditekan dari arah luar dengan jari dari tangan

yang tidak memegang alat, lalu dengan sapuan ke arah luar dan

koronal epitel saku dikuret. Untuk penyingkiran secara tuntas semua

Page 13: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

epitel saku dan jaringan granulasi perlu dilakukan beberapa kali

sapuan.

Gambar 1. Kuretase gingival dilakukan dengan kuret dengan

sapuan horizontal.

d. Penyingkiran epitel penyatu

Penyingkiran epitel penyatu hanya dilakukan pada kuretase

subgingival. Kuret kemudian diselipkan lebih dalam sehingga

meliwati epitel penyatu sampai ke jaringan ikat yang berada antara

dasar saku dengan krista tulang alveolar. Dengan gerakan seperti

menyekop ke arah permukaan gigi jaringan ikat tersebut disingkirkan.

e. Pembersihan daerah kerja

Daerah kerja diirigasi dengan akuades (aquadest) untuk

menyingkirkan sisa-sisa debris.

f. Pengadaptasian

Dinding saku yang telah dikuret diadaptasikan ke permukaan gigi

dengan jalan menekannya dengan jari selama beberapa menit. Namun

apabila papila interdental sebelah oral dan papilla interdental sebelah

vestibular terpisah, untuk pengadaptasiannya dilakukan penjahitan.

Page 14: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Gambar 2. Kuretase subgingival. A. Penyingkiran epitel dinding saku;

B. Penyingkiran epitel penyatu dan jaringan granulasi; C. Prosedur

pengkuretan selesai.

The Excisional New Attachment Procedure (ENAP)

The Excisional New Attachment Procedure (ENAP) merupakan

prosedur definitive dari kuretase subgingval yang dilakukan dengan

menggunakan pisau bedah atau scalpel untuk menginsisi. Tahapan

prosedur dari teknik ENAP, antara lain sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pembedahan, pasien diberikan anestesi lokal yang

adekuat.

2. Insisi pada gingival dengan membentuk internal bevel atau bentuk

meruncing ke bagian apikal dari margin gingival sampai dasar poket.

3. Gerakkan dari bagian sayatan interproksimal ke sisi fasial dan lingual.

Usahakan untuk mempertahankan sebanyak mungkin jaringan

interproximal agar tidak terambil. Karena pada saat tahap ini hanya

untuk mengambil bagian dalam jaringan lunak pada dinding poket.

4. Melepaskan jaringan dengan cara memotong dengan kuret.

5. Melakukan root planing pada akar gigi yang tersingkap. Namun

usahakan untuk tetap mempertahankan semua jaringan ikat tetap

melekat pada permukaan akar.

6. Daerah yang mengalami pembedahan dibilas dengan akuades atau

larutan garam fisiologis.

Page 15: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

7. Tepi luka pada kedua sisi dipertautkan. Apabila tepi gingiva tidak

bertaut rapat, lakukan recontour tulang sampai adaptasi yg baik dari

tepi luka dicapai.

8. Tepi luka dijahit di interproksimal dengan jahitan interdental. Luka

sedikit ditekan dari arah oral dan vestibular selama 2 – 3 menit agar

bekuan darah yang terbentuk tipis saja.

9. Pemasangan periodontal dressing untuk menjaga dan menutupi luka

bedah, dan dikontrol satu minggu kemudian.

Gambar 3. The Excisional New Attachment Procedure. (A) Insisi internal bevel

dengan menuju dasar poket. (B) Setelah eksisi jaringan, scaling dan root planing

dilakukan.

Kuretase Ultrasonik

Kuretase dengan alat ultrasonic sama efektif dengan kuretase manual.

Namun hasilnya didapatkan inflamasi dan pengambilan jaringan yang

lebih sedikit. Vibrasi dari ultrasonic dapat menghilangkan kontinuitas

jaringan dan epitel, memotong serabut kolagen, dan merusak inti sel

fibroblast. Ultrasound efektif untuk membersihkan epithelial lining dari

poket periodontal karena menyebabkan nekrosis selapis tipis jaringan

(microauterization).

Page 16: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Caustic drugs

Kegunaan caustic drugs untuk menginduksi kuretase gingival secara

kemikal pada dinding lateral poket atau lapisan epitel. Contoh caustic

drugs antara lain : sodium sulfide, alkaline sodium hypochloride solution,

dan phenol. Saat ini sudah tidak direkomendasikan oleh karena kerusakan

jaringan oleh obat tersebut tidak dapat dikendalikan.

4. Bahan, Syarat dan Teknik Periodontal dressing

Periodontal dressing adalah periodontal dressing/perban bedah yang

digunakan pasca bedah untuk menutupi dan melindungi permukaan luka operasi

setelah dilakukannya prosedur bedah periodontal. Perban ini tidak memacu

penyembuhan, melainkan hanya membantu penyembuhan karena dilindunginya

luka. Gejala sisa operasi periodontal umumnya adalah timbulnya rasa sakit,

bengkak, peradangan dan pendarahan dan dengan demikian, banyak periodontis

menganjurkan bahwa beberapa bentuk perlindungan harus diaplikasikan di atas

jaringan yang merugikan sehingga daerah yang terkena terlindung.

Fungsi dariperiodontal dressing:

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan pendarahan pascabedah.

2. Membantu penyembuhan dengan jalan melindungi luka bedah daritrauma

sewaktu pengunyahan.

3. Mencegah timbulnya nyeri sakit yang dipicu oleh berkontaknya lukabedah

dengan makanan atau lidah sewaktu pengunyahan.

Page 17: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

4. Karena kaku setelah mengeras, sedikit berperan mensplin gigi

yanggoyang.

5. Untuk melindungi luka dari iritasi

6. Untuk menjaga agar daerah luka tetap dalam keadaan bersih

7. Untuk mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan

8. Meningkatkan kenyamanan pasien

9. Menjaga luka dari penimbunan debris yang dapat menyebabkan infeksi

dan perubahan suhu.

5.1. Bahan periodontal dressing

Berdasarkan komposisinya periodontal dressing periodontal dibedakan

atas: (1)periodontal dressing yang mengandung eugenol, dan (2) periodontal

dressing yang tidak mengandung eugenol.

a. Periodontal dressing yang mengandung eugenol.

Zinc oxide Eugenol. Periodontal dressing jenis ini didasarkan pada

reaksi oksida seng dengan eugenol, dan pertama kali diperkenalkan

oleh Ward pada tahun 1923 dengan merek dagang Wondr-Pak®.

Periodontal dressing ini kemudian dimodifikasi dengan penambahan

bahan-bahan seperti seng asetat sebagai akselerator untuk

memperbaiki waktu pengerasannya.

Periodontal dressing oksida seng-eugenol dikemas dalam bentuk

bubuk dan cairan yang harus diaduk sesaat sebelum digunakan. Untuk

mempermudah kerja, periodontal dressing ini bisa diaduk lebih dulu

lalu dibalut dengan kertas berlilin dan disimpan dalam lemari pembeku

(freezer).

Kelemahan periodontal dressing jenis ini adalah tidak nyaman,

terdapat rasa pedas dan sensasi rasa terbakar, dapat mengiritasi

jaringan karena eugenol yang dikandungnya, konsistensinya saat

mengeras akan seperti semen, kurang halus sehingga dapat

menyebabkan ulserasi, dan sulit mempersiapkannya sebelum dipakai.

b. Periodontal dressing yang tidak mengandung eugenol.

Page 18: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Periodontal dressing jenis ini didasarkan pada reaksi antara oksida

logam dengan asam lemak. Kedalamnyaditambahkan beberapa bahan

lain untuk mendapatkan plastisitas dan kepaduan.

Beberapa contoh periodontal dressing yang tidak mengandung

eugenol adalah:

Periodontal dressing yang mengandung oksida seng dan

asam lemak tidak jenuh dari kelapa.- Contoh periodontal dressing

jenis ini adalah Coe-Pak® yang dikemas dalam bentuk 2 tube pasta

yang harus dicampur dengan jalan pengadukan sampai diperoleh

warna yang merata sesaat sebelum digunakan.

Periodontal dressing yang mengandung oksida seng dan

glikol alkohol.- Periodontal dressing jenis ini ada yang dikemas

dalam bentuk bubuk dan cairan yang harus diaduk lebih dulu sebelum

dipakai, contohnya Peridres®. Bentuk lain adalah bahan yang

dikemas dalam wadah botol yang siap untuk dipakai tanpa perlu

diaduk lebih dulu, contohnya Peripac®.

Page 19: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Periodontal dressing yang mengandung sianoakrilat.-

Periodontal dressing jenis ini mengandung N-butil sianoakrilat dalam

bentuk cairan, yang pemakaiannya dengan jalan diteteskan atau

disemprotkan. Cairan sianoakrilat akan mengeras dalam waktu 5 - 10

menit bila terkena udara dan cairan ludah. Setelah mengeras

permukaannya licin dan rata.

Periodontal dressing yang mengandung metakrilik.-

Periodontal dressing yang dikemas dalam bentuk jel ini disebut juga

sebagai tissue conditioner.

5.2. Syarat Periodontal Dressing

Halus, lentur, dan mudah dibentuk sehingga mudah diaplikasikan dan

di sesuaikan dengan bentuk luka.

Waktu setting/pengerasan bahan cukup untuk dimanipulasi. (Tidak

terlalu cepat/lambat)

Cukup rigid untuk mencegah fraktur dan dislokasi.

Permukaan yang dihasilkan setelah pengerasan cukup halus sehingga

tidak mengiritasi jaringan lunak seperti bibir dan pipi.

Bersifat antibakteri sehingga mencegah pertumbuhan bakteri.

Tidak mengganggu proses penyembuhan.

Dimensinya stabil sehingga dapat mencegah kebocoran dan

masuknya saliva.

Page 20: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Tidak merangsang reaksi alergi dan memicu kambuhnya gejala

penyakit sistemik.

Rasanya tidak mengganggu.

Ekonomis dan mudah didapat.

4.3 Teknik aplikasiPeriodontal Dressing

Periodontal dressing yang mengandung oksida seng berbentuk bubuk

dicampur dengan cairannya (yang mengandung eugenol atau tidak) diatas blok

kertas berlilin dan diaduk dengan pengaduk kayu (bisa digunakan alat penekan

lidah dari kayu). Bubuk ditambah sedikit demi sedikit sampai didapat pasta

yang cukup kental. Periodontal dressing yang dikemas dalam bentuk dua tube

pasta seperti Coe-Pak® dipersiapkan dengan mencampur pasta basis dan pasta

akselerator sama panjang, yang diaduk sampai didapatkan warna yang merata.

Dalam 2 - 3 menit pasta yang telah diaduk sudah dapat dibentuk dan

ditempatkan di atas luka.

Untuk menempatkan periodontal dressing, periodontal dressing yang

diaduk maupun yang sudah siap pakai lebih dulu dibentuk menjadi batangan

sepanjang luka bedah yang hendak dibalut. Agar periodontal dressing tidak

melekat ke tangan, jari tangan sebaiknya diolesi vaselin. Dengan lebih dulu

mengeringkan daerah luka bedah, batangan periodontal dressing ditempatkan

pada daerah luka bedah dan ditekan sepanjang gingiva dan interproksimal.

Pada permukaan vestibular penekanan dapat dilakukandengan menekan bibir

atau pipi pasien sehingga periodontal dressing tidak melekat ke jari.

Penekanan pada daerah interproksimal dilakukan dengan bantuan alat plastis.

Penekanan pada permukaan oral dilakukan dengan jari tangan.

Apabila daerah luka melibatkan gigi paling distal, maka periodontal

dressing sebelah vestibular dan oral harus bertemu di permukaan distal gigi

paling distal. Periodontal dressing harusmembungkus sebagian gigi dan

gingiva. Harus diperhatikan agar: (1) periodontal dressing pada daerah gigi

tidak sampai menghalangi oklusi agar tidak mudah lepas karena pecah, dan (2)

tidak meluas terlalu jauh ke arah lipatan mukosa bukal agar tidak mengiritasi

bila telah keras.

Page 21: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

Dressing biasanya dibuka setelah satu minggu. Setelah semua kotoran

sudah dibersihkan, luka diirigasi dengan air hangat. Bila luka masih belum

terepitelisasi dengan baik dan masih rentan, pasanglah dressing yang baru

selama 1 minggu kemudian.

5. Evalusasi dan Fase Pemeliharaan Perawatan Periodontal Fase II

5.1. Evaluasi

1. Kuretase

a. Sebelum menyelesaikan tindakan, harus dilakukan pengecekan

apakah pada poket yang dikerok sudah terlihat aliran darah yang

tidak hitam dan beku (jaringan granulasi). Aliran darah yang segar

menunjukkan semua jaringan granulasi telah terambil. Darah segar

ini nanti akan menjadi bekuan darah yang akan menjadi media

proses penyembuhan.

b. Pasien diberikan instruksi untuk menjaga OH dengan baik selama

masa perawatan dan diberi terapi antiinfeksi, seperti pemberian

amoxicillin, metronidazole, ciprofloxacin serta analgesik untuk

mengurangi rasa sakit akibat sensitivitas permukaan akar pasca

scaling dan root planing. Harus disampaikan bahwa konsumsi

antibiotik harus teratur dan harus habis.

c. Pasien diberikan instruksi untuk kontrol 4-7 hari setelah perawatan

pertama..

Page 22: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

d. Pada kontrol pertama jaringan periodontal dapat dicek dengan

melihat plak, BOP dan kedalaman poket. Selain itu, dilihat apakah

telah terjadi re-attachment atau belum. Jika belum, dapat dibantu

dengan melakukan pengerokan kembali untuk membuang jaringan

granulasi yang mungkin tertinggal. Selain itu, pengerokan kembali

juga bertujuan untuk membuat perdarahan baru yang berfungsi

sebagai media penyembuhan luka, dengan merangsang respon

inflamasi yang sehat. Jaringan granulasi yang terbentuk pada

daerah yang tidak terkontaminasi bakteri akan menjadi jaringan

ikat baru sehingga kedalaman poket dapat berkurang.

e. Jika pada kontrol ditemukan adanya penurunan tinggi gingiva, hal

ini merupakan kondisi nobrmal yang disebabkan karena terjadinya

gingival shrinkage.

5.2. Perawatan dan Pemeliharaan Pascaoperasi

Pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan

pascaoperasi. Nasehat berikut ini harus diberikan secara tertulis :

1. Hindari makan atau minum selama satu jam.

2. Jangan minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan

berkumur-kumur satu hari setelah operasi.

3. Jangan makan makanan yang keras, kasar, atau lengket dan kunyahlah

makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.

4. Minumlah analgesik bila anda merasakan sakit setelah efek anestesi

hilang. Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24 jam.

5. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan larutan

kumur klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat

melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung

digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan

terlalu kuat di dalam mulut. Teh, kopi, dan rokok harus dihindari apabila

anda menggunakan larutan kumur klorheksidin untuk mengurangi stain.

Page 23: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

6. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan

menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan

berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.

7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.

8. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan

bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.

Antibiotik pascaoperasi sebaiknya hanya digunakan untuk kasus tertentu

saja misalnya untuk penderita diabetes dan penderita cacat. Dressing biasanya

dibuka setelah satu minggu. Setelah semua kotoran sudah dibersihkan, luka

diirigasi dengan air hangat. Bila luka masih belum terepitelisasi dengan baik

dan masih rentan, pasanglah dressing yang baru selama 1 minggu kemudian.

Setelah dressing dibuka, dapat diberikan instruksi perawatan selanjutnya.

Larutan kumur klorheksidin dapat tetap digunakan setiap pagi dan malam hari

selama satu minggu, pemakaian yang berkepanjangan dapat menimbulkan

stain yang sulit dibersihkan. Pasien harus diberi dorongan untuk segera

menyikat giginya dengan sikat lembut dan air hangat. Pada tahap ini dapat

digunakan teknik roll atau Charter. Teknik Bass dan pembersihan interdental

sebaiknya baru digunakan setelah satu minggu kemudian. Pasien dapat

diinstruksikan untuk menghindari makanan dingin dan keras.

Setelah 2 minggu, luka dapat diperiksa dan gigi dibersihkan. Kebersihan

mulut penderita harus diperiksa ulang sampai semuanya memuaskan dan

pemulihan sempurna, baru kemudian dijadwalkan pengontrolan ulang dengan

interval 3-6 bulan kemudian.

Page 24: Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II

REFERENSI

Carranza, Fermin A et all. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th

Edition. USA: W.B. Saunders Co.

Manson J.D. dan B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta:

Hipokrates

Ruhadi, I. dan Izzatul, A. 2006. Gingival kuretase. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.),

Vol. 39. No. 3 Juli–September 2006: 102-106