Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II
-
Upload
mindiya-jandi -
Category
Documents
-
view
113 -
download
43
description
Transcript of Laporan Tutorial KURHAB III Skenario II
LAPORAN TUTORIAL
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF III SKENARIO II
PERAWATAN PERIODONTAL FASE II
Oleh:
Kelompok Tutorial 6
Pembimbing : drg. Erawati Wulandari, M.Kes
Ketua :Mahardika Rahmawati (121610101024)
Scriber Papan : Izza Khalida (121610101078)
Scriber Meja : Ayu Prativia Yonenda (121610101077)
Anggota : Faisal Rizki (121610101015)
Ahmad Hanif N (121610101022)
Mindiya (121610101049)
Arfi Rifadah (121610101057)
Sabrina Maharani P (121610101061)
Weka Dayinta (121610101062)
Agya Nanda Prasetya (121610101064)
Meidi Kurnia Ariani (121610101068)
Nidha Tuhu R K (121610101070)
Anindya Roshida (121610101082)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
SKENARIO II PERAWATAN PERIODONTAL FASE II
Seorang perempuan berusia 34 tahun untuk pertama kali datang ke klinik bagian
periodonsia atas saran saudaranya untuk dilakukan perawatan pada penyangga
gigi. Pasieb mengeluh gusinya yang kadang-kadang bengkak, sering berdarah saat
menggosok gigi dan terasa longgar pada gigi-gigi depan rahang atas dan bawah.
Riwayat pasien menceritakan bahwa gusi berdarah sudah terjadi sekitar 2 minggu
yang lalu. Pemeriksaan fisik umum menunjukkan tidak ada kelainan sistemik dan
tidak ada riwayat penyakit keluarga/genetik. Pemeriksaan klinis menunjukkan
sebagai berikut: 1) kebersihan mulut pasien buruk dan terdapat banyak sekali
deposit plak pada permukaan gigi-gigi kedua rahang; 2) banyak terdapat kalkulus
pada permukaan lingual insisivus rahang bawah dan subgingiva di semua sektan;
3) terdapat resesi gingiva, poket periodontal 406 mm dan kehilangan perlekatan di
regio rahang atas dan bawah anterior, 4) terdapat bleeding on probing dalam
sulkus gingiva semua gigi; 5) semua gigi anterior goyang o2 kecuali gigi kaninus
atas. Radiografi menunjukkan resorbsi tulang sampai ½ panjang akar di regio gigi
anterior bawah. Dokter gigi yang memeriksa menjelaskan rencana perawatan yang
harus dilakukan mengenai penyakitnya tersebut dan perlu adanya perawatan pada
daerah yang dikeluhkan tersebut.
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA-KATA SULIT
1. Perawatan periodontal fase II : Perawatan penyakit periodontal yang
prosedurnya bedah, diindikasikan setelah fase pemeliharaan dan dilihat dari
hasil perawatan periodontal fase. Apabila prognosis dari perawatan fase I
buruk maka dilanjutkan dengan perawatan periodontal fase II. Pada perawatan
ini dapat dilakukan suatu pemotongan/ insisi untuk kontrol penyakit
periodontal.
2. Pocket periodontal:Sulkus gingiva dalam yang patologis, merupakan tanda
klinis dari penyakit periodontal ditandai dengan kerusakan jaringan
periodontal. Disebut juga absolut pocket dan terlihat lepasnya pengikat gigi.
Pengukuran poket dari margin ke dasar poket. Normal dari sulkus gingiva
adalah 2-3 mm, 3-4 mm tergolong mild, 4-6 mm tergolong moderate dan>7
mm tergolong severe.
3. Resesi gingiva: Bergeraknya tepi gingiva ke apikal karena destruksi jaringan
periodontal baik infrabony maupun suprabony.
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa diagnosa dari kasus pada skenario?
2. Apa rencana perawatan dari kasus pada skenario dan pertimbangan apa
yang harus dilakukan? Serta apa tindakan/ perawatan pendahuluan
sebelum dokter melakukan perawatan periodontal fase II?
3. Bagaimana prognosa dari kasus pada skenario?
4. Apa saja yang harus dievaluasi setelah perawatan periodontal fase II pada
skenario?
STEP 3
BRAIN STORMING
1. Apa diagnosa dari kasus pada skenario?
Pada skenario gingiva pasien berdarah dan gigi terasa longgar. Dari
pemeriksaan oleh dokter gigi ditemukan resesi gingiva yang menandakan
kerusakan kolagen, pocket yang dalam 4-6 mm, BOP positif yang menandakan
inflamasi gingiva, bone loss ½ panjang akar yang menandakan rusaknya
ligamen periodontal. Kesimpulannya pasien pada skenario mengalami
periodontitis kronis yang sudah meliputi tulag alveolar, ligamen periodontal
dan sementum. Dilihat dari waktu berjalannya keluhan yang cukup lama yaitu
2 tahun dan tidak ditemukannya etiologi lain selain murni bakteri plak.
2. Apa rencana perawatan dari kasus pada skenario dan pertimbangan apa
yang harus dilakukan? Serta apa tindakan/ perawatan pendahuluan
sebelum dokter melakukan perawatan periodontal fase II?
Setelah diketahui diagnosi dari penyakit tersebut yaitu periodontitis kronis,
perawatan yang akan dipilih harusnya perawatan yang komprehensif (satu
rangkaian kesatuan), yaitu:
a. Fase etiotropik. Salah satunya dilakukan DHE karena kondisi rongga mulut
pasien yang buruk dan dilihatn apakah ada keresistenan bakteri yang
berakibat penyakit periodontal semakin parah.
b. Scaling dan root planing. Utamanya karena produk bakteri sehingga
muncul respon host. SRP dilakukan untuk menghilankan kalkulus
supragingiva dan subgingiva serta menghaluskan akar, apabila kalkulus
tidak dihilangkan terlebih dahulu, maka kita membuka jalan masuk bagi
bakter tersebut selama proses pembedahan sehingga mengakibakan
bakterimia.
c. Evaluasi dari perawatan fase etiotropik. Evaluasi fase etiotropik ini
mecakup:
i. Probing Depth tidak berkurang atau justru bertambah
ii. Tetap terlihat kemerahan, BOP +, konsistensi lunak.
iii. Resosrbsi tulang seperti kawah (crater)
iv. Ada keterlibatan tidak pada daerah furkasi.
Evaluasi ini dilakukan minimal 1 bulan setelah perawatan dan apabila
tidak ada perbaikan maka indikasi dilakukannya perawatan periodontal
fase II (Bedah).
d. Kuretase. Kuretase adalah menyingkirkan jaringan granulasi kronis yang
bisa menghambat adanya perlekatan baru. Kuretase juga harus
membersihkan sementum supaya lebiih licin dan menghilangkan plak,
untuk estetik digunakan gingival graft untuk mengembalikan marginal
gingiva.
e. Pasien diberi obat antiinflamasi serta antibiotik profilaksis.
Pada perawatan juga bisa dilakukan beberapa pilihan perawatan juga, yaitu:
a. Splinting: splinting dilakukan untuk menstabilkan gigi-gigi agar tidak
timbul keparahan, mengurangi trauma saat dilakukan SRP sehingga
trauma tidak permanen. Selain itu juga splinting bisa mempercepat
regenerasi jaringan. Paling direkomendasikan untuk splinting memakai
bahan resin karena memiliki nilai estetik yang bagus dan digunakan juga
untuk kontrol plak.
b. Flap periodontal + graft: terjadinya resesi sehingga diperlukan pencakokan
subepitel jaringan ikat yang bisa diambil dari palatal, namun metode ini
bisa memperbesar morbiditas pasien sehinnga penyembuhan lama. Saat
ini, telah ditemukan ADM (Aselular Termal Matriks) yang menggantikan
metode sebelumnya.
c. Bone graft: dilakukan apabila ditemukan kerusakan tulang alveolar.
Terdapat dua jenis yaitu auto-graft (pengambilan jaringan tulang dari
pasien) dan alo-graft (pengambilan dari kadaver yag sudah disterilisasi.
Tujuan utama perawatan periodontal fase II:
a. Bisa mengakses akar agar bisa menghilangkan plak dan bakteri sehingga
akar menjadi halus.
b. Mengurangi atau menghilangkan poket.
3. Bagaimana prognosa dari kasus pada skenario?
Prognosa dari kasus ini adalah fair. Kesimpulan ini diambil karena pada kasus
tersebut tulang-tulang yang menyangga gigi sudah tidak adekuat dilihat dari
banyaknya gigi yang mengalami kegoyangan, memang seringkali prognosa fair
disertai dengan adanya kelainan sistemik namun ada beebrapa catatan bahwa
kelainan sistemik tidak selalu menyertai prognosa ini.
4. Apa saja yang harus dievaluasi setelah perawatan periodontal fase II pada
skenario?
Pada perawatan periodontal fase II yang harus dievaluasi adalah:
a. Respon jaringan (warna dan konsistensi gingiva) pada minggu ke-II
setelah perawatan
b. Perlekatan ligamen periodontal pada minggu ke-III setelah perawatan
c. DHE / Kontrol plak sudah baik atau belum
d. Keadaan secara sistemik
e. Pemberian edukasi pada pasien bahwa setelah perawatan akan timbul
peningkatan sensitivitas, namun bisa diminimalisir dengan medikasi
ibuprofen atau berkumur dengan antiseptik.
STEP 4
MAPPING
Pemeriksaan (Klinis dan Radiografi)
Diagnosa (Periodontitis Kronis
Perawaatan periodontal fase I
Evaluasi
Perawatan periodontal fase II
Pengertian
Dasar Pemikiran
Alat dan Teknik
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Definisi perawatan periodontal fase II
2. Dasar pemikiran perawatan periodontal fase II
3. Alat dan teknik dari kuretase
4. Bahan, syarat dan teknik periodontal dressing
5. Evaluasi dan fase pemeliharaan perawatan periodontal fase II
STEP 7
1. Definisi Perawatan Periodontal Fase II
Perawatan periodontal fase II atau bisa juga disebut perawatan fase bedah
adalah fase dimana perawatan periodontal dilakukan dengan tindakan memotong
dan menginsisi jaringan gingiva dengan sengaja dengan tujuan untuk:
a. Kontrol dan eliminasi penyakit periodontal
b. Koreksi kondisi anatomis yang disebabkan penyakit periodontal sehingga
kurang bersifat estetik
c. Persiapan penanaman implan untuk menggantikan gigi yang hilang
Perawatan ini dapat dilakukan dengan surgery pocket therapy maupun koreksi
kerusakan morfologi. Perawatan periodontal fase II bertujuan utama untuk
memperbaiki prognosa dari perawatan periodontal I.
Pada perawatan periodontal fase I dilakukan evaluasi 1-3 bulan setelah
perawatan untuk melihat apakah masih ada tanda-tanda inflamasi. Bila masih
terlihat tanda-tanda inflamasi (kemerahan dan adanya poket periodontal) maka
diindikasikan perawatan periodontal fase II. Pada perawatan fase II juga
dilakukan pembersihan jaringan granulasi yang berinflamasi kronis, jaringan
inilah yang menghambat perlekatan serat-serat gingival dan ligament periodontal
baru. Apabila pada permukaan akar sudah dibersihkan dengan sempurna dan
etiologi utama sudah dihilangkan maka dengan sendirinya jaringan granulasi akan
diresorbsi oleh mekanisme pertahanan periodontal.
Kontraindikasi Perawatan Bedah Periodontal
a. Terdapat infeksi akut
b. Bila estetik pasca bedah sangat buruk sehingga dirasa mengganggu
c. Bila prognosa sangat buruk sehingga tanggalnya gigi tidak mungkin
dicegah
d. Kurangnya motivasi pasien
2. Dasar Pemikiran Perawatan Periodontal Fase II
Kuretase merupakan perawatan periodontal dengan cara melakukan
pembuangan dinding gingival pada poket periodontal untuk menghilangkan
penyakit pada jaringan lunak. Selain untuk menghilangkan penyakit pada jaringan
lunak, tujuan kuretase, antara lain untuk :
Mengurangi kehilangan perlekatan dengan tumbuhnya perlekatan jaringan
ikat yang baru.
Memotong dinding gingiva pada poket periodontal.
Menghilangkan jaringan granulasi yang terinflamasi kronis.
Kuretase dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Kuretase gingival dan kuretase
subgingival. Gingival kuretaseadalahpengerokandinding gingival daripoket
periodontal untukmenghilangkanjaringangranulasi yang
mengalamiinflamasikronis di dinding lateral poket periodontal.Gingival
kuretasedansubgingivalkuretasememilikiperbedaan. Gingival
kuretaseterdiridaripembuanganjaringanlunak lateral yang
terinflamasidaridindingpoket.
Sedangkansubgingivalkuretasemengarahpadaprosedur yang dilakukanpadabagian
apikal dariperlekatanepitel,
denganmemotongperlekatandarijaringanikathinggapuncaktulang alveolar.
2.1. Dasar PemikiranKuretase
Dalam bidang periodonsia, kuretase merupakan penyerutan dinding
gingiva dalam poket periodontal untuk menghilangkan penyakit jaringan
lunak. Kuretase dilakukan untuk menyingkirkan jaringan granulasi yang
terinflamasi kronis pada dinding lateral poket periodontal. Selain itu,
disamping jaringan ini masih terdapat sisa kalkulus dan akumulasi bakteri
sehingga dapat menghambat penyembuhan. Jaringan granulasi yang
terinflamasi dilapisi oleh epitel, dan bagian epitel yang penetrasi sampai ke
jaringan. Adanya epitel tersebut akan menghambat perlekatan serabut gingiva
dan ligamen periodontal yang baru ke permukaan sementum pada daerah
tersebut. Dengan dilakukannya kuretase diharapkan dapat mengurangi
kedalaman saku dan terjadinya perlekatan jaringan ikat yang baru.
Ada dua macam kuretase, yaitu kuretase gingiva dan kuretase subgingiva.
Kuretase gingiva merupakan tindakan penyingkiran jaringan lunak yang
terinflamasi pada lateral dinding poket, sedangkan kuretase subgingiva
merupakan prosedur yang dilakukan di apikal dari epitel penyatu, dimana
perlekatan jaringan ikta disingkirkan sampai ke krista tulang alveolar.
2.2. IndikasiIndikasi Kuretase
Kasus atau keadaan yang dapat diindikasikan untuk dilakukan kuretase,
antara lain :
a. Terdapat poket sedalam 3-4 mm (poket ringan)
b. Jika gingivektomi merupakan kontraindikasi, contohnya adanya poket
sedalam 3-4 mm yang terdapat pada gigi anterior rahang atas yang
membutuhkan estetik lebih sehingga diindiaksikan kuretase karena
tidak disertai pemotongan jaringan gingiva yang dapat menyebabkan
estetik jelek.
c. Jika scaling dan root planing saja tidak cukup untuk mengembalikan
perlekatan jaringan ikat dan mengurangi kedalaman poket.
d. Adanya poket infraboni dengan kedalaman sedang 5-6 mm dengan
tujuan agar membentuk perlekatan baru.
e. Sebagai perawatan alternatif pada pasien yang kontraindikasi untuk
dilakukan bedah agressive dikarenakan adanya faktor umum, sistemik
dan psikologi yang akan memperburuk jika dilakukan tindakan bedah
agresif.Namun perlu diingat pada pasien dengan alasan medis, usia dan
psikologi dilakukan untuk penyingkiran poket dengan prognosis
menjadi kurang baik karena pasien kompromi.Sehingga perawatan non
definitif ini memiliki keterbatasan dan seorang dokter gigi juga harus
memahami tentang keterbatasan perawatan ini dilakukan pada pasien
dengan masalah sistemik, faktor umum dan psikologi.
f. Kuretase dapat dilakukan sebagai perawatan nondefinitif (perawatan
alternatif) untuk meredakan inflamasi sebelum penyingkiran poket
dengan teknik bedah lainnya, atau bagi pasien yang karena alasan
medis, usia dan psikologis tidak mungkin diindikasikan teknik bedah
yang lebih radikal seperti bedah flap.
g. Kuretase sering juga dilakukan pada kunjungan berkala dalam rangka
fase pemeliharaan, sebagai metode perawatan pemeliharaan pada
daerah dengan rekurensi inflamasidan pendalaman poket, terutama
pada daerah dimana telah dilakukan bedah poket.
2.3. Kontraindikasi Kuretase
Kasus atau keadaan yang dapat menjadi kontraindikasi perawatan
kuretase, antara lain :
a. Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol yang dapat
memperlambat penyembuhan luka dan perlekatan jaringan ikat baru
yang dapat mengurangi kedalaman poket.
b. Adanya poket infraboni dengan kedalaman sedang sampai berat dan
poket terletak pada daerah yang tidak dapat diakses dengan closed
surgary
c. Kesulitan teknik dan akses yang tidak adekuat
d. Adanya poket dengan kedalaman severe
e. adanya poket ringan sampai sedang tetapi disertai dengan jaringan
gingiva yang fibrous yang merupakan kontraindikasi kuretase karena
walaupun dilakukan kuretase tidak akan menghasilkan perlekatan
jaringan ikat yang dapat mengurangi kedalaman poket setelah evaluasi
perawatan kuretase.Adanya jaringan gingiva fibrous diindikasikan
gingivektomi.
f. Poket periodontal dengan dinding yang tipis.Dikhawatirkan jika
dilakukan kuretase dinding gingiva semakin tipis dan mudah terkoyak.
g. Adanya keterlibatan percabangan akar ( Furcation Involvement)
3. Alat dan Teknik Kuretase
3.1. Alat
Alat yang digunakan pada perawatan kuretase adalah alat kuret, misalnya
kuret universal Columbia 4R - 4L, atau kuret Gracey no. 13 - 14 (untuk
permukaan mesial) dan kuret Gracey no. 11 - 12 (untuk permukaan distal).
Kuret dipilih dengan cutting-edge menyesuaikan dinding poket yang akan
dilakukan kuretase. Ada beberapa teknik kuretase yang sering digunakan yaitu
Teknik Basic, The Excisional New Attachment Procedure (ENAP), kuretase
ultrasonic dan caustic drugs.
3.2. Teknik Kuretase
Tahapan prosedur teknik kuretase basic adalah sebagai berikut:
a. Anestesi.
Sebelum melakukan kuretase gingival atau kuretase subgingival,
daerah yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.
b. Skaling dan rootplaning .
Permukaan akar gigi dievaluasi untuk melihat hasil terapi fase I.
Apabila masih ada partikel kalkulus yang tertinggal atau sementum
yang lunak, penskeleran dan penyerutan akar diulangi kembali.
c. Penyingkiran epitel saku.
Alat kuret diselipkan ke dalam saku sampai menyentuh epitel saku
dengan sisi pemotong diarahkan ke dinding jaringan lunak saku.
Permukaan luar gingiva ditekan dari arah luar dengan jari dari tangan
yang tidak memegang alat, lalu dengan sapuan ke arah luar dan
koronal epitel saku dikuret. Untuk penyingkiran secara tuntas semua
epitel saku dan jaringan granulasi perlu dilakukan beberapa kali
sapuan.
Gambar 1. Kuretase gingival dilakukan dengan kuret dengan
sapuan horizontal.
d. Penyingkiran epitel penyatu
Penyingkiran epitel penyatu hanya dilakukan pada kuretase
subgingival. Kuret kemudian diselipkan lebih dalam sehingga
meliwati epitel penyatu sampai ke jaringan ikat yang berada antara
dasar saku dengan krista tulang alveolar. Dengan gerakan seperti
menyekop ke arah permukaan gigi jaringan ikat tersebut disingkirkan.
e. Pembersihan daerah kerja
Daerah kerja diirigasi dengan akuades (aquadest) untuk
menyingkirkan sisa-sisa debris.
f. Pengadaptasian
Dinding saku yang telah dikuret diadaptasikan ke permukaan gigi
dengan jalan menekannya dengan jari selama beberapa menit. Namun
apabila papila interdental sebelah oral dan papilla interdental sebelah
vestibular terpisah, untuk pengadaptasiannya dilakukan penjahitan.
Gambar 2. Kuretase subgingival. A. Penyingkiran epitel dinding saku;
B. Penyingkiran epitel penyatu dan jaringan granulasi; C. Prosedur
pengkuretan selesai.
The Excisional New Attachment Procedure (ENAP)
The Excisional New Attachment Procedure (ENAP) merupakan
prosedur definitive dari kuretase subgingval yang dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah atau scalpel untuk menginsisi. Tahapan
prosedur dari teknik ENAP, antara lain sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pembedahan, pasien diberikan anestesi lokal yang
adekuat.
2. Insisi pada gingival dengan membentuk internal bevel atau bentuk
meruncing ke bagian apikal dari margin gingival sampai dasar poket.
3. Gerakkan dari bagian sayatan interproksimal ke sisi fasial dan lingual.
Usahakan untuk mempertahankan sebanyak mungkin jaringan
interproximal agar tidak terambil. Karena pada saat tahap ini hanya
untuk mengambil bagian dalam jaringan lunak pada dinding poket.
4. Melepaskan jaringan dengan cara memotong dengan kuret.
5. Melakukan root planing pada akar gigi yang tersingkap. Namun
usahakan untuk tetap mempertahankan semua jaringan ikat tetap
melekat pada permukaan akar.
6. Daerah yang mengalami pembedahan dibilas dengan akuades atau
larutan garam fisiologis.
7. Tepi luka pada kedua sisi dipertautkan. Apabila tepi gingiva tidak
bertaut rapat, lakukan recontour tulang sampai adaptasi yg baik dari
tepi luka dicapai.
8. Tepi luka dijahit di interproksimal dengan jahitan interdental. Luka
sedikit ditekan dari arah oral dan vestibular selama 2 – 3 menit agar
bekuan darah yang terbentuk tipis saja.
9. Pemasangan periodontal dressing untuk menjaga dan menutupi luka
bedah, dan dikontrol satu minggu kemudian.
Gambar 3. The Excisional New Attachment Procedure. (A) Insisi internal bevel
dengan menuju dasar poket. (B) Setelah eksisi jaringan, scaling dan root planing
dilakukan.
Kuretase Ultrasonik
Kuretase dengan alat ultrasonic sama efektif dengan kuretase manual.
Namun hasilnya didapatkan inflamasi dan pengambilan jaringan yang
lebih sedikit. Vibrasi dari ultrasonic dapat menghilangkan kontinuitas
jaringan dan epitel, memotong serabut kolagen, dan merusak inti sel
fibroblast. Ultrasound efektif untuk membersihkan epithelial lining dari
poket periodontal karena menyebabkan nekrosis selapis tipis jaringan
(microauterization).
Caustic drugs
Kegunaan caustic drugs untuk menginduksi kuretase gingival secara
kemikal pada dinding lateral poket atau lapisan epitel. Contoh caustic
drugs antara lain : sodium sulfide, alkaline sodium hypochloride solution,
dan phenol. Saat ini sudah tidak direkomendasikan oleh karena kerusakan
jaringan oleh obat tersebut tidak dapat dikendalikan.
4. Bahan, Syarat dan Teknik Periodontal dressing
Periodontal dressing adalah periodontal dressing/perban bedah yang
digunakan pasca bedah untuk menutupi dan melindungi permukaan luka operasi
setelah dilakukannya prosedur bedah periodontal. Perban ini tidak memacu
penyembuhan, melainkan hanya membantu penyembuhan karena dilindunginya
luka. Gejala sisa operasi periodontal umumnya adalah timbulnya rasa sakit,
bengkak, peradangan dan pendarahan dan dengan demikian, banyak periodontis
menganjurkan bahwa beberapa bentuk perlindungan harus diaplikasikan di atas
jaringan yang merugikan sehingga daerah yang terkena terlindung.
Fungsi dariperiodontal dressing:
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan pendarahan pascabedah.
2. Membantu penyembuhan dengan jalan melindungi luka bedah daritrauma
sewaktu pengunyahan.
3. Mencegah timbulnya nyeri sakit yang dipicu oleh berkontaknya lukabedah
dengan makanan atau lidah sewaktu pengunyahan.
4. Karena kaku setelah mengeras, sedikit berperan mensplin gigi
yanggoyang.
5. Untuk melindungi luka dari iritasi
6. Untuk menjaga agar daerah luka tetap dalam keadaan bersih
7. Untuk mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan
8. Meningkatkan kenyamanan pasien
9. Menjaga luka dari penimbunan debris yang dapat menyebabkan infeksi
dan perubahan suhu.
5.1. Bahan periodontal dressing
Berdasarkan komposisinya periodontal dressing periodontal dibedakan
atas: (1)periodontal dressing yang mengandung eugenol, dan (2) periodontal
dressing yang tidak mengandung eugenol.
a. Periodontal dressing yang mengandung eugenol.
Zinc oxide Eugenol. Periodontal dressing jenis ini didasarkan pada
reaksi oksida seng dengan eugenol, dan pertama kali diperkenalkan
oleh Ward pada tahun 1923 dengan merek dagang Wondr-Pak®.
Periodontal dressing ini kemudian dimodifikasi dengan penambahan
bahan-bahan seperti seng asetat sebagai akselerator untuk
memperbaiki waktu pengerasannya.
Periodontal dressing oksida seng-eugenol dikemas dalam bentuk
bubuk dan cairan yang harus diaduk sesaat sebelum digunakan. Untuk
mempermudah kerja, periodontal dressing ini bisa diaduk lebih dulu
lalu dibalut dengan kertas berlilin dan disimpan dalam lemari pembeku
(freezer).
Kelemahan periodontal dressing jenis ini adalah tidak nyaman,
terdapat rasa pedas dan sensasi rasa terbakar, dapat mengiritasi
jaringan karena eugenol yang dikandungnya, konsistensinya saat
mengeras akan seperti semen, kurang halus sehingga dapat
menyebabkan ulserasi, dan sulit mempersiapkannya sebelum dipakai.
b. Periodontal dressing yang tidak mengandung eugenol.
Periodontal dressing jenis ini didasarkan pada reaksi antara oksida
logam dengan asam lemak. Kedalamnyaditambahkan beberapa bahan
lain untuk mendapatkan plastisitas dan kepaduan.
Beberapa contoh periodontal dressing yang tidak mengandung
eugenol adalah:
Periodontal dressing yang mengandung oksida seng dan
asam lemak tidak jenuh dari kelapa.- Contoh periodontal dressing
jenis ini adalah Coe-Pak® yang dikemas dalam bentuk 2 tube pasta
yang harus dicampur dengan jalan pengadukan sampai diperoleh
warna yang merata sesaat sebelum digunakan.
Periodontal dressing yang mengandung oksida seng dan
glikol alkohol.- Periodontal dressing jenis ini ada yang dikemas
dalam bentuk bubuk dan cairan yang harus diaduk lebih dulu sebelum
dipakai, contohnya Peridres®. Bentuk lain adalah bahan yang
dikemas dalam wadah botol yang siap untuk dipakai tanpa perlu
diaduk lebih dulu, contohnya Peripac®.
Periodontal dressing yang mengandung sianoakrilat.-
Periodontal dressing jenis ini mengandung N-butil sianoakrilat dalam
bentuk cairan, yang pemakaiannya dengan jalan diteteskan atau
disemprotkan. Cairan sianoakrilat akan mengeras dalam waktu 5 - 10
menit bila terkena udara dan cairan ludah. Setelah mengeras
permukaannya licin dan rata.
Periodontal dressing yang mengandung metakrilik.-
Periodontal dressing yang dikemas dalam bentuk jel ini disebut juga
sebagai tissue conditioner.
5.2. Syarat Periodontal Dressing
Halus, lentur, dan mudah dibentuk sehingga mudah diaplikasikan dan
di sesuaikan dengan bentuk luka.
Waktu setting/pengerasan bahan cukup untuk dimanipulasi. (Tidak
terlalu cepat/lambat)
Cukup rigid untuk mencegah fraktur dan dislokasi.
Permukaan yang dihasilkan setelah pengerasan cukup halus sehingga
tidak mengiritasi jaringan lunak seperti bibir dan pipi.
Bersifat antibakteri sehingga mencegah pertumbuhan bakteri.
Tidak mengganggu proses penyembuhan.
Dimensinya stabil sehingga dapat mencegah kebocoran dan
masuknya saliva.
Tidak merangsang reaksi alergi dan memicu kambuhnya gejala
penyakit sistemik.
Rasanya tidak mengganggu.
Ekonomis dan mudah didapat.
4.3 Teknik aplikasiPeriodontal Dressing
Periodontal dressing yang mengandung oksida seng berbentuk bubuk
dicampur dengan cairannya (yang mengandung eugenol atau tidak) diatas blok
kertas berlilin dan diaduk dengan pengaduk kayu (bisa digunakan alat penekan
lidah dari kayu). Bubuk ditambah sedikit demi sedikit sampai didapat pasta
yang cukup kental. Periodontal dressing yang dikemas dalam bentuk dua tube
pasta seperti Coe-Pak® dipersiapkan dengan mencampur pasta basis dan pasta
akselerator sama panjang, yang diaduk sampai didapatkan warna yang merata.
Dalam 2 - 3 menit pasta yang telah diaduk sudah dapat dibentuk dan
ditempatkan di atas luka.
Untuk menempatkan periodontal dressing, periodontal dressing yang
diaduk maupun yang sudah siap pakai lebih dulu dibentuk menjadi batangan
sepanjang luka bedah yang hendak dibalut. Agar periodontal dressing tidak
melekat ke tangan, jari tangan sebaiknya diolesi vaselin. Dengan lebih dulu
mengeringkan daerah luka bedah, batangan periodontal dressing ditempatkan
pada daerah luka bedah dan ditekan sepanjang gingiva dan interproksimal.
Pada permukaan vestibular penekanan dapat dilakukandengan menekan bibir
atau pipi pasien sehingga periodontal dressing tidak melekat ke jari.
Penekanan pada daerah interproksimal dilakukan dengan bantuan alat plastis.
Penekanan pada permukaan oral dilakukan dengan jari tangan.
Apabila daerah luka melibatkan gigi paling distal, maka periodontal
dressing sebelah vestibular dan oral harus bertemu di permukaan distal gigi
paling distal. Periodontal dressing harusmembungkus sebagian gigi dan
gingiva. Harus diperhatikan agar: (1) periodontal dressing pada daerah gigi
tidak sampai menghalangi oklusi agar tidak mudah lepas karena pecah, dan (2)
tidak meluas terlalu jauh ke arah lipatan mukosa bukal agar tidak mengiritasi
bila telah keras.
Dressing biasanya dibuka setelah satu minggu. Setelah semua kotoran
sudah dibersihkan, luka diirigasi dengan air hangat. Bila luka masih belum
terepitelisasi dengan baik dan masih rentan, pasanglah dressing yang baru
selama 1 minggu kemudian.
5. Evalusasi dan Fase Pemeliharaan Perawatan Periodontal Fase II
5.1. Evaluasi
1. Kuretase
a. Sebelum menyelesaikan tindakan, harus dilakukan pengecekan
apakah pada poket yang dikerok sudah terlihat aliran darah yang
tidak hitam dan beku (jaringan granulasi). Aliran darah yang segar
menunjukkan semua jaringan granulasi telah terambil. Darah segar
ini nanti akan menjadi bekuan darah yang akan menjadi media
proses penyembuhan.
b. Pasien diberikan instruksi untuk menjaga OH dengan baik selama
masa perawatan dan diberi terapi antiinfeksi, seperti pemberian
amoxicillin, metronidazole, ciprofloxacin serta analgesik untuk
mengurangi rasa sakit akibat sensitivitas permukaan akar pasca
scaling dan root planing. Harus disampaikan bahwa konsumsi
antibiotik harus teratur dan harus habis.
c. Pasien diberikan instruksi untuk kontrol 4-7 hari setelah perawatan
pertama..
d. Pada kontrol pertama jaringan periodontal dapat dicek dengan
melihat plak, BOP dan kedalaman poket. Selain itu, dilihat apakah
telah terjadi re-attachment atau belum. Jika belum, dapat dibantu
dengan melakukan pengerokan kembali untuk membuang jaringan
granulasi yang mungkin tertinggal. Selain itu, pengerokan kembali
juga bertujuan untuk membuat perdarahan baru yang berfungsi
sebagai media penyembuhan luka, dengan merangsang respon
inflamasi yang sehat. Jaringan granulasi yang terbentuk pada
daerah yang tidak terkontaminasi bakteri akan menjadi jaringan
ikat baru sehingga kedalaman poket dapat berkurang.
e. Jika pada kontrol ditemukan adanya penurunan tinggi gingiva, hal
ini merupakan kondisi nobrmal yang disebabkan karena terjadinya
gingival shrinkage.
5.2. Perawatan dan Pemeliharaan Pascaoperasi
Pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan
pascaoperasi. Nasehat berikut ini harus diberikan secara tertulis :
1. Hindari makan atau minum selama satu jam.
2. Jangan minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
3. Jangan makan makanan yang keras, kasar, atau lengket dan kunyahlah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
4. Minumlah analgesik bila anda merasakan sakit setelah efek anestesi
hilang. Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24 jam.
5. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan larutan
kumur klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat
melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung
digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan
terlalu kuat di dalam mulut. Teh, kopi, dan rokok harus dihindari apabila
anda menggunakan larutan kumur klorheksidin untuk mengurangi stain.
6. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan
berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.
7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
8. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan
bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
Antibiotik pascaoperasi sebaiknya hanya digunakan untuk kasus tertentu
saja misalnya untuk penderita diabetes dan penderita cacat. Dressing biasanya
dibuka setelah satu minggu. Setelah semua kotoran sudah dibersihkan, luka
diirigasi dengan air hangat. Bila luka masih belum terepitelisasi dengan baik
dan masih rentan, pasanglah dressing yang baru selama 1 minggu kemudian.
Setelah dressing dibuka, dapat diberikan instruksi perawatan selanjutnya.
Larutan kumur klorheksidin dapat tetap digunakan setiap pagi dan malam hari
selama satu minggu, pemakaian yang berkepanjangan dapat menimbulkan
stain yang sulit dibersihkan. Pasien harus diberi dorongan untuk segera
menyikat giginya dengan sikat lembut dan air hangat. Pada tahap ini dapat
digunakan teknik roll atau Charter. Teknik Bass dan pembersihan interdental
sebaiknya baru digunakan setelah satu minggu kemudian. Pasien dapat
diinstruksikan untuk menghindari makanan dingin dan keras.
Setelah 2 minggu, luka dapat diperiksa dan gigi dibersihkan. Kebersihan
mulut penderita harus diperiksa ulang sampai semuanya memuaskan dan
pemulihan sempurna, baru kemudian dijadwalkan pengontrolan ulang dengan
interval 3-6 bulan kemudian.
REFERENSI
Carranza, Fermin A et all. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th
Edition. USA: W.B. Saunders Co.
Manson J.D. dan B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta:
Hipokrates
Ruhadi, I. dan Izzatul, A. 2006. Gingival kuretase. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.),
Vol. 39. No. 3 Juli–September 2006: 102-106