Laporan Sk 2 kurhab II

44
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan secara alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri seseorang. Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh perawatan, karena bidang prostetik sudah maju. Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah. Meskipun kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi dari gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang untuk makan dan berbicara. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan seseorang. Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien. Gigitiruan juga dapat membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan makanan tertentu dan dapat mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi. Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui tahapan-tahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian. Diawali dengan pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang. Mencetak merupakan tahapan 1

description

GTSL

Transcript of Laporan Sk 2 kurhab II

Page 1: Laporan Sk 2 kurhab II

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan secara

alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri seseorang.

Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh perawatan, karena

bidang prostetik sudah maju.

Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau seluruh

gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah. Meskipun

kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi dari gigitiruan

itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang

dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan

seseorang untuk makan dan berbicara. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi

kualitas hidup dan kebahagiaan seseorang.

Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak terlihat

perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien. Gigitiruan juga dapat

membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan makanan tertentu dan dapat

mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.

Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui tahapan-

tahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian. Diawali dengan

pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang. Mencetak merupakan

tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak dilakukan berdasarkan pertimbangan resiliensi

jaringan mukosa mulut. Preparasi gigi pencangkaran termasuk salah satu dalam tahap

perawatan preprotestik. Penentuan relasi rahang atas dan rahang bawah dari pasien.

Pemilihan elemen gigi tiruan yang dilihat dari bentuk, ukuran dan warna serta tahapan

penyusunan gigi.

Untuk menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada rencana perawatan kita harus

mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)

tersebut berdasarkan indikasi dari tiap komponen tersebut serta faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa gigi yang hilang perlu digantikan?

2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi untuk pemakaian gigi tiruan lepasan?

1

Page 2: Laporan Sk 2 kurhab II

3. Apa saja klasifikasi yang digunakan untuk gigi tiruan lepasan?

4. Bagaimana cara menetukan klas berdasarkan kennedy?

5. Apa saja syarat dari gigi penyangga?

6. Apa saja komponen dari gigi tiruan lepasan?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan fungsi gigi tiruan lepasan

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan

lepasan

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi retensi

dan stabilisasi gigi tiruan lepasan

4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur dari gigi tiruan lepasan

1.4 Mapping

2

Page 3: Laporan Sk 2 kurhab II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang dapat dilepas yang berfungsi

untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak

di bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan

terpilih sebagai pilar. Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS).

1. Mengapa gigi yang hilang harus diganti, karena :

a. Mempersulit berbicara

b. Penurunan efisiensi kunyah

c. Menyebabkan overeruption

d. Mencegah migrasi dan pergerakan gigi

e. Menghindari beban berlebih dari pendukungnya

f. Menyebabkan adanya kelainan TMJ

2. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :

a. Ada gigi untuk menyangga gigi tiruan lepasan

b. OH baik

c. Tidak ada alergi terhadap bahan gigi tiruan lepasan

d. Adanya keluhan

e. Kehilangan gigi lebih dari 1 gigi

f. Estetik baik

g. Bila diperlukan pada 2 lengkung

Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :

a. Pasien tidak kooperatif

b. Adanya penyakit sistemik contohnya Diabetes Melitus yang tidak terkontrol

c. OH buruk

3. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

a) Klasifikasi berdasarkan Kennedy:

Klas I:

3

Page 4: Laporan Sk 2 kurhab II

Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada

pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End

Klas II: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi

rahang/unilateral free end.

Klas III: Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian

posterior.

Klas IV: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis

tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi.

b) Klasifikasi berdasarkan Baylin:

Berdasarkan dukungan jaringan yang tersisa terhadap gigi tiruan sebagian lepasan

A : restorasi anterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian

anterior sampai premolar

P : restorasi posterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian

posterior sampai caninus

SubklasifikasiBailyn’s

- Klas I : boundedsaddle (tidak lebih dari tiga gigi hilang)

- Klas II : freeendsaddle (tidak ada gigi penyangga pada bagian

posterior daerah edentulous)

- Klas III : boundedsaddle (lebih dari tiga gigi hilang)

Ketika terdapat gigi anterior dan gigi posterior yang hilang maka klas untuk anterior dan

posterior disebutkan secara terpisah

c) Klasifikasi berdasarkan Swenson:

Klas I: Unilateral free end

Klas II: Bilateral free end

Klas III: Bounded saddle

Klas IV: Anterior tooth supported

d) Klasifikasi berdasarkan Austin dan Leedge

Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang

hilang.

a. Daerah gigi yang hilang anterior A

4

Page 5: Laporan Sk 2 kurhab II

b. Daerah gigi yang hilang posterior: P

Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line.

4. Bagaimana cara operator dalam menentukan klasifikasi Kennedy

a. Dokter gigi harus mengetahui dan memahami penggolongan klas pada klasifikasi

Kennedy

b. Keadaan gigi pada pasien

c. Klasifikasi Kennedy paling sering digunakan karena lebih spesifik

5. Syarat Gigi Penyangga (abutment)

a. Gigi vital/non vital (sudah di PSA)

b. Tidak ada kerusakan/ karies

c. Gigi dalam keadaan sehat dan baik

d. Posisi dalam lengkung yang normal

e. Anatomis normal

f. Tidak ada kelainan pada periapikal

g. Tidak ada kegoyangan

h. Mahkota dan akar mempunyai perbandingan 2:3

i. Perluasan akar baik

6. Komponen gigi tiruan lepasan

a. Basis: Tempat untuk menopang dari anasir gigi dan seluruhnya

b. Retainer: Klamer untuk mencengkram

c. Gigi elemen: Gigi tiruan

BAB III

5

Page 6: Laporan Sk 2 kurhab II

PEMBAHASAN

3.1 Definisi dan fungsi gigi tiruan lepasan

Definisi

Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat

yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang

hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan

tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai pilar. Pengertian

gigi tiruan sebagian (GTS). Menurut Osborne (1959), adalah gigi tiruan yang

mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien.

Fungsi

Fungsi dari GTSL antara lain adalah :

a. Untuk mengembalikan estetika

b. Untuk mengembalikan fungsi bicara

c. Untuk mengembalikan fungsi pengunyahan

d. Untuk mempertahankan kesehatan jaringan mulut

e. Memperbaiki oklusi

Selain itu, telah terbukti bahwa kerusakan jaringan dapat terjadi pada orang

kehilangan gigi aslinya dan tidak memakai gigi tiruan. Diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Drifting dan tilting dari gigi asli yang masih ada

b. Over eruption

c. Berkurangnya efisiensi penguyahan

d. Gangguan persendian temporomandibular

e. Tekanan yang berlebihan pada jaringan penyangga

f. Perubahan nada suara

g. Factor estetika berkurang

h. Gangguan pada kesehatan mulut (Oral Hygiene)

i. Atrisi

j. Pengaruh pada jaringan lunak

3.2 Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan lepasan

Indikasi

6

Page 7: Laporan Sk 2 kurhab II

1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:

a. Usia

Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis masih

kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena

perawatannya memerlukan waktu yang lama.

b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante

c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.

2. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end saddle).

3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.

4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.

5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.

6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.

7. Keinginan pasien

Kontra Indikasi

1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan.

2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya dibuatkan GT

temporer.

3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

4. OH jelek.

3.3 Faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepasan

Retensi dan stabilisasi suatu gigi tiruan saling berkaitan. Retensi berkenaan dengan

perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan, sedangkan stabilisasi

berkenaan pada saat berfungsi, yaitu gigi tidak terlepas selama digunakan. Retensi didapat

dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension. Stabilisasi adalah kemampuan

7

Page 8: Laporan Sk 2 kurhab II

gigi tiruan untuk bertahan pada tempatnya sewaktu gigi tiruan mendapat stress, tekanan, atau

karena pengaruh fungsional

Faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan lengkap dikelompokkan menjadi dua

yaitu faktor fisik dan faktor muscular. Factor fisik yang berperan dalam retensi gigi tiruan

adalah:

Perluasan maksimal basis gigi tiruan

Kontak seluas mungkin dari membrane mukosa dan basis gigi tiruan

Kontak yang rapat antara basis gigi tiruan dan daerah pendukungnya

Faktor muscular dapat digunakan untuk meningkatkan retensi dan kestabilan gigi tiruan, otot

– otot buccinator, orbicularis oris, serta otot – otot lidah merupakan kunci dalam aktivitas

retensi.

3.4 Prosedur dari gigi tiruan lepasan

Komponen GTSL

Retainer

Retainer merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi member

retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu direct retainer dan indirect retainer. Direct retainer berkontak

langsung dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram atau kaitan

presisi. Indirect retainer memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas

protesa kea rah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperoleh dengan

cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dengan garis fulcrum dimana gaya tadi

bekerja.

Retensi merupakan karekteristik gigi tiruan, yaitu kemampuan menahan gaya

pemindah yang cenderung mengubah hubungan antara permukaan geligi tiruan dengan

jaringan mulut dimana protesa itu berada, baik pada saat istirahat maupun berfungsi.Contoh

gaya-gaya ini antara lain gaya gravitasi, otot kunyah, proses pengunyahan, berbicara,

makanan lengket, dan sebagainya. Kemampuan menahan gaya ini diperoleh dengan satu atau

berbagai cara berikut : cengkeram, gesekan, adhesi dan kohesi, tekanan atmosfir, bagian basis

yang melewati daerah gerong gigi, bagian basis yang melewati daerah gerong jaringan lunak,

pembentukan tepi jaringan.

Sandaran (rest)

8

Page 9: Laporan Sk 2 kurhab II

Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi

penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertical pada protesa. Sandaran

dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar dan molar atau pada permukaan lingual

gigi anterior. Supaya bisa efektif, sandaran harus diletakkan pada permukaan gigi yang

sengaja dipreparasi untuk itu. Preparasi tempat sandaran ini disebut rest seat or recess.

Konektor

Konektor pada tiap rahang dapat dbagi menjadi konektor utama (major connector)

dan konektor minor ( minor connector)

Konektor Utama

Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian

protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi lainnya.

Supaya dapat berfungsi dengan baik, bagian ini harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut ini. Pertama, konektor harus tegar (rigid), sehingga gaya-gaya yang bekerja pada

protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian atau daerah pendukung. Karena ketegarannya,

konektor utama dapat mengimbangi gaya torsional yang akan disalurkan kepada gigi

penyangga sbagai gaya ungkit.

Kedua, lokasinya diatur sedemikian sehingga tidak mengganggu pergerakan jaringan

dan tidak menyebabkan tergesernya mukosa dan gingival. Tonjolan tulang dan jaringan lunak

juga tidak terganggu pada saat geligi tiruan keluar dan masuk mulut.

Ketiga, bagian perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi gingival,

sehingga tidak menekan atau menggeser jaringan ini. Tepi batang lingual paling sedikit harus

terpisah 3 mm dari tepi gingival

Keempat, kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak tajam,

sehingga tidak mengganggu lidah atau pipi.

Konektor Minor

Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor

utama, dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung atau sandaran oklusal

dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor minor. Fungsi konektor minor

adalah menyalurkan tekanan fungsional atau kunyah ke gigi penyangga. Gaya oklusal atau

kunyah yang diterima protesa diteruskan ke basis melalui sandaran oklusal, lalu kemudian ke

gigi penyangga. Selain itu, konektor minor juga berfungsi untuk menyalurkan efek penahan,

9

Page 10: Laporan Sk 2 kurhab II

sandaran dan bagian pengimbangan kepada sandaran. Efek ini disalurkan ke sandaran oleh

konektor minor, kemudian ke seluruh lengkung gigi.

Gigi Tiruan

Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang

berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Dalam seleksi elemen ada metode pemilihan

gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu ukura, bentuk,

tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen.

Basis Geligi Tiruan / Sadel

Merupakan bagian gigi yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, dan

berfungsi mendukung (elemen) gigi tiruan. Basis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu basis

dengan dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle) dan basis dukungan jaringan atau

kombinasi atau berujung bebas (free end).

Adapun fungsi basis geligi tiruan :

1. Mendukung elemen gigi

2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga, atau linger sisa.

3. Memenuhi faktor kosmetik

4. Memberikan stimulasi pada jaringan berada di bawah dasar geligi tiruan, yang sering

juga disebut sebagai jaringan sub basal. Pada saat berfungsi , yaitu pemakaian protesa

dukungan gigi maupun jaringan akan terjadi pergerakan vertical karena adanya

pergerakan fisiologik gigi penyangga dan jaringan. Gerakan-gerakan seperti ini

menyebabkan jaringan yang berada di bawah protesa seolah-olah dipijat-pijat.

KLASIFIKASI KENNEDY

Cara ini mula-mula dibuat oleh Dr.Edward Kennedy pada tahun 1925

dengan mengklasifikasikan lengkung tak bergigi sehingga dapat

membantu untuk penentuan desain geligi tiruan sebagian lepasan.

Terdapat empat macam keadaan sebagai berikut:

10

Page 11: Laporan Sk 2 kurhab II

1. Kelas I: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).

2. Kelas II: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi

yang masih ada, tetapi hanya berada hanya pada salah satu sisi

rahang (unilateral).

3. Kelas III: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada di

bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

4. Kelas IV: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-

gigi yang masih ada dan melewati geris tengah rahang.

11

Page 12: Laporan Sk 2 kurhab II

Keuntungan dari klasifikasi ini adalh secara cepat dapat ditentukan

kelasnya ketika orang melihat rahang yang tak bergigi. Namun, klasifikasi

ini sulit diterapkan untuk tiap keadaan, tanpa syarat tertentu. Untuk

memudahkan hal tersebut, Applegate membuat 8 ketentuan sebagai

berikut.

1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai

dilaksanakan.

2. Bila gigi molar tiga hialng dan tidak hendak diganti, gigi ini tidak

masuk dalam klasifikasi.

3. Bila gigi molar tiga masih ada dan akan digunakan sebagai gigi

penahan, gigi ini dimasukkan ke dalam klasifikasi.

4. Bila gigi molar dua sudah hilang dan tidak akan diganti gigi ini tidak

dimasukkan dalam klasifikasi.

5. Bagin tidak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama

dalam klasifikasi.

6. Daerah tidak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkla dalam

klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan

daerah atau ruangannya.

7. Luas modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan ,

yang dipersoalkan adalah jumlah tambahan daerah tak bergigi.

8. Tidak ada modifikasi bagi lengkung rahang kelas IV.

KLASIFIKASI APPLEGATE-KENNEDY

Klasifikasi ini merupakan perkembangan dari klasifikasi

sebelumnya yaitu klasifikasi Kennedy yang kemudian dikembangkan oleh

Applegate karena dia menganggap perlu mengadakan perubahan-

perubahan tertentu demi perbaikan. Berikut klasifikasi tersebut.

1. Klas I

Daerah tanpa gigi terletak di bagian posterior dari gigi tertinggal

pada kedua sisi rahang (bilateral free end).

12

Page 13: Laporan Sk 2 kurhab II

2. Klas II

Daerah tanpa gigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang (unilateral free end).

3. Klas III

Daerah tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada; kedua

gigi tetangga tidak mampu memberi dukungan pada gigi tiruan serta

memiliki longsaddle.

4. Klas IV

Daerah tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis

median

5. Klas V

Daerah tidak bergigi paradental di mana gigi asli anterior tidak

dapat dipakai sebagai gigi penahan serta Short saddle.

6. Klas VI

Daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli

dapat dipakai sebagai penahan.

KLASIFIKASI SWENSON

Padadasarnyaklasifikasi Swensonsamadenganklasifikasi Kennedy. Berikut klasifikasi tersebut.

KelasI : Unilateral free end

13

Page 14: Laporan Sk 2 kurhab II

Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end

Kelas III : Bounded sadle

KelasIV : Anterior tooth supported

14

Page 15: Laporan Sk 2 kurhab II

KLASIFIKASI CUMMER’S

Berdasarkan posisi dari directretainer

Diagonal : dua directretainer terletak berlawanan secara diagonal

satu dengan yang lainnya

Diametric : dua directretainer terletak berhadapan membentuk garis

tegak lurus terhadap midline

Unilateral : dua atau lebih directretainer berada dalam satu sisi

Multilateral : tiga atau empat directretainer membentuk bidang segitiga

atau segiempat

KLASIFIKASI BAYLIN

Berdasarkan dukungan jaringan yang tersisa terhadap gigi tiruan sebagian lepasan

A : restorasi anterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian

anterior sampai premolar

P : restorasi posterior, dimana daerah edentulous terletak pada bagian

posterior sampai caninus

SubklasifikasiBailyn’s

- Klas I : boundedsaddle (tidak lebih dari tiga gigi hilang)

- Klas II : freeendsaddle (tidak ada gigi penyangga pada bagian

posterior daerah edentulous)

- Klas III : boundedsaddle (lebih dari tiga gigi hilang)

15

Page 16: Laporan Sk 2 kurhab II

Ketika terdapat gigi anterior dan gigi posterior yang hilang maka klas untuk anterior dan

posterior disebutkan secara terpisah

KLASIFIKALSI SKINNER

Berdasarkan hubungan antara daerah edentulous dengan gigi penyangga

Klas I : gigi penyangga berada di anterior dan posterior daerah

edentulous

Klas II : semua gigi penyangga berada pada bagian posterior

daerah edentulous

Klas III : semua gigi penyangga berada pada bagian anterior daerah

edentulous

Klas IV : daerah edentulous berada di anterior dan posterior gigi

yang tersisa

Klas V : gigi penyangga terletak unilateral dalam hubungannya

dengan daerah edentulous

16

Page 17: Laporan Sk 2 kurhab II

KLASIFIKASI SWENSON

Klas I: Unilateral free end

Klas II: Bilateral free end

Klas III: Bounded saddle

Klas IV: Anterior tooth supported

KLASIFIKASI AUSTIN DAN LEEDGE

Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang

hilang.

a. Daerah gigi yang hilang anterior A

b. Daerah gigi yang hilang posterior: P

Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line.

Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

A. Kunjungan Pertama

1. Anamnesa Indikasi

2. Membuat Studi Model

- Alat : Sendok cetak nomor dua

17

Page 18: Laporan Sk 2 kurhab II

- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)

- Metode Mencetak : Mucostatik

Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien

Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai

posisi mulut setinggi siku operator.

- Cara mencetak

Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai

konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian

dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai

dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan

cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian

sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan

stone gips dan di-boxing.

B. Kunjungan Kedua

1. Membuat work model

- Alat : sendok cetak fisiologis

- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)

- Metode mencetak : mucocompresi

- Cara mencetak

Rahang Atas :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam

sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan

bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan

garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas.

Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari

manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien

disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.

Rahang Bawah :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam

sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator di

samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut,

kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk

18

Page 19: Laporan Sk 2 kurhab II

menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan

mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.

2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan melakukan

survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan

berada nantinya.

3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai

dengan desain gigi tiruan.

4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

C. Kunjungan Ketiga

1. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.

2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat dari

model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan

yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah dimana ukurannya kita

sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian pasien

diminta mengigit malam tersebut.

3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan relasi gigitan

kerja yang telah kita dapatkan tadi.

4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior maka perlu

diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh

kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan

antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk sesuai

dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.

5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

Flasking

Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam suatu

flasfk/cuvet untuk membuat sectional mold. Berikut prosedur kerja flasking :

1. Pilih flask  yang ukurannya sesuai dengan model, kemudian letakkan model dalam

flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya cukup.

2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis dan

plug  bagian bawah flask diletakkan.

19

Page 20: Laporan Sk 2 kurhab II

3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating medium (vaselin/ air sabun).

4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask  bagian bawah lalu model ditanam

dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras dirapikan.

5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin/ air sabun.

6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi tiruan sambil

digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara. Pasang flask

bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam flask sampai batas permukaan

oklusal gigi-gigi.

7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan kedalam flask

sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press (bagian-bagian flask

kontak antar metal).

Cara flasking ada 2, yaitu:

a. Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana setelah boiling out, gigi-gigi akan

ikut pada flask bagian atas. keuntungannya adalah memulaskan separating medium

dan packingnya mudah, karena seluruh mold terlihat.

b. Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup stone/gips sehingga setelah

boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan akrilik harus

melewaqti bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap, yang disebut packing

through).

Boiling Out

Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul keras paling tidak kurang lebih 1

jam sebelum bagian kuvet dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet ditaruh pada dalam air

yang mendidih dengan suhu 130oF, selama 15 menit untuk melunakkan malam, dan

memisahkan kuvet. Setelah pemisahan malam, bagian mold dicuci dengan air panas hingga

tidak terdapat lagi sisa residu.

Mold yang telah dicuci ditinggalkan untuk pendinginan selama 10 menit. Panas

membantu mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster dan mempercepat

pengeringan. Jika separator tidak sengaja menutupi bagian denture gigi, maka material yang

terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat atau alat yang lain. Setelah pemisahan

kuvet telah mengering dan kuvet telah mengering dengan suhu yang sesuai dengan suhu

kamar, maka mold siap untuk pembuatan resin akrilik.

20

Page 21: Laporan Sk 2 kurhab II

Packing Acrylic

Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Yang

mempunyai dua metode yaitu:

a. Dry method ialah cara mencampur monomer dan polimer langsung didalam mold.

b. Wet method ialah cara mencampur monomer dan polimer di luar mold dan bila sudah

mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.

Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang berbentuk cair.

Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan tersebut sampai didapatkan massa

yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.

Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau tajam. Bahan ini

berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida.

Macam-macam bahan akrilik adalah:

1.      Bahan akrilik heat cured

2.      Bahan akrilik self cured

3.      Bahan akrilik light cured

Komposisi dari bahan polimerisasi:

1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi

metal metakrilat dalam air maupun partikel yang tidak teratur bentukannya yang

diperoleh dengan cara menggerinda batangan polimer.

2. Cairan: monomer yaitu metil metakrilat.

Stabiliser sekitar 0,006% hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama

penyimpanan.

Initiator peroksida berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida

Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.

Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:

1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir

21

Page 22: Laporan Sk 2 kurhab II

2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah

3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat, apabila

ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke

dalam polimer.

4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada tahap ini sifat lekat hilang dan

adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan.

5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer yang

menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.

6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada

permukaannya, sedang keadaan dibagian dalam adukan masih kenyal.

Prosedur kerja packing:

a. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar porselen yang bersih

dan masukkan polimer sampai semua cairan terserap dalam bubuk (polimer:monomer,

3:1),

b. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer dan polimer

tercampur dengan baik,

c. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat polimerisasi dan

diamkan selama waktu yang dianjurkan pabrik,

d. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan tidak lengket (dough

stage), adonan siap dimasukkan kedalam mold,

e. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam mold dengan jari telunjuk yang

terbungkus kertas selopan. Adonan dipacking satu arah untuk menghindari

terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,

f. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet antagonis.

g. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas selopan, kemudian press dan

pasang baut.

Curing

Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila

dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.

22

Page 23: Laporan Sk 2 kurhab II

Polimerisasi ada 2 cara yaitu,

1. Secara thermis yang disebut heat curing

2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan monomer) yang disebut dengan

cold/self curing.

Pemberian panas dapat secara :

1. Dry heat : dipanaskan dengan udara kering

2. Vapour heat : dipanaskan dengan uap panas

3. Water heat : dipanaskan dengan air panas yang biasa digunakan di laboratorium

Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer itu sendiri

bersifat exsothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka temperature resin akrilik akan jauh

lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan mendidih pada temperature 1000C. Oleh

karena itu, pada tahap permulaan polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu

tinggi. Dengan demikian panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialihkan ke bahan

investingnya, dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan

mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga disebabkan oleh

mold yang kurang terisi atau selama curing kurang di press sehingga terjadi shrinkage

porosity.

Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses polimerisasi teraktivasi kimia, kadang kadang

disebut sebagai cold curing. Cold curing diawali dengan pengadukan kedua pasta. Selama

proses pengadukan, hampir tidak mungkin mencegah masuknya gelembung udara kedalam

adukan. Gelembung udara ini mengandng oksigen yang menyebabkan penghambatan oksigen

selama polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing adalah bahwa operator tidak memiliki

pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan bahan dan pembentukan

bahan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan begitu tahap inisiasi selesai. Jadi,

proses polimerisasi terus menerus terganggu sampai operator telah menyelesaikan proses

pembentukan kontur restorasi.

Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang tidak memerlukan pengadukan mulai

dikembangkan. Tujuan ini dicapai dengan menggunakan sumber sinar untuk mengaktifkan

system  inisiator. Dengan mempertimbangkan kekurangan resin  cold curing, adalah  bahwa

bahan-bahan dengan pengerasan sinar memiliki  keuntungan dengan memungkinkan 

operator menyelesaikan baik pemasukan bahan dan pembentukan kontur restorasi sebelum 

pengerasan dimulai.

23

Page 24: Laporan Sk 2 kurhab II

Alat dan bahan curing:

1.      Alat perebus cuve (panci dan kompor)

2.      Timer

3.      Air

Prosedur kerja curing:

1.      Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)

2.      Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan selama 15 menit.

3.      Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.

4.      Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.

5.      Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.

Finishing dan Polishing

Finishing

Finishing merupakan proses atau tahap penyelesaiaan geligi tiruan dari

menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik di

sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi tiruan akibat dari

processing.

Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur geligi tiruan .

jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial denture telah diwaxing

dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat ditentukan. Selain itu, jika geligi

tiruan malam telah di wax contouring dengan seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan,

proses penyelesaian yang diperlukan akan lebih sederhana.

Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara kedua mould karena tekanan

yang dilakukan selama prosedur processing . buanglah flash dari geligi tiruan de ngan

menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar perlahan lahan. Jika geligi

tiruan ditrial packing dengan hati hati ,aka flash hamya sedikit sekali. Berhati-hatilah

24

Page 25: Laporan Sk 2 kurhab II

membuang flash dan sisa stone yang berada disekitar leher gigi dengan sebuah cungkil

kecil/pahat yang tajam.

Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah permukaan stone akan

membentuk ruang kosong didalam mould. Tekanan yang digunakan waktu prosedur packing

dapat menyebabkan resin akrilik patah didalam ruang kosong tersebut dan akan terlihat

sebagai gumpalan/nodul diperukaan geligi tiruan yang telah diproses. Periksalah geligi tiruan

dengan jari tangan terhadap gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan

stone/bur bulat kecil.

Polishing

Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan

tanpa mengubah konturnya .

Untuk mengkilapkan resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus dibuang,

sehingga alat-alat abrasive harus digunakan untuk menghasilkan permukaan geligi tiruan ang

licin dan mengkilap. Suatu rag wheel khusus dan brush wheel harus difunakan dengan salah

satu bahan poles. Roda-roda ini tidak boleh digunakan secara bergantian dengan bahan

abrasive yang berbeda. Rag wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan digunakan dengan

pumice basah untuk mencegah panas yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.

Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi permukaan lingual

dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak kontur asli dan stain pada

permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh permukaan fasial geligi tiruan.

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial yang distain dengan brush wheel

putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial digunakan tekanan

seringan mungkin dan putaran roda serendah mungkin.

Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan dengan jaringan tidak boleh

dipoles.

Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan gigi-gigi akrilik tersebut

harus dilindungi dengan menutupi gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape, sehingga anatomi

gigi tidak akan rusak.

25

Page 26: Laporan Sk 2 kurhab II

D. Kunjungan Keempat

Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu

diperhatikan antara lain :

1. Part of insertion and part of removement

Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan

dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan

gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).

2. Retensi

Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung

memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat

dengan cara :

- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan dengan

membarana mukosa di bawahnya.

- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan dengan

struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan traumatic yang

menempati undercut gigi abutment.

3. Stabilisasi

Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan

tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat

mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan

belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan

pergeseran pada saat tes ini.

4. Oklusi

Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior.

caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan

bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas

artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi

diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna

yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak

merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan

dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak

terjadi traumatik oklusi.

26

Page 27: Laporan Sk 2 kurhab II

Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL

(pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL (pengurangan bagian

bukal RA dan lingual RB).

Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien

o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta memakai gigi

tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu agar pasien terbiasa.

o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum dipakai

sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.

o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan direndam dalam

air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.

o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.\Apabila timbul

rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera kontrol.

o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

E. Kunjungan Kelima

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan yang perlu

dilakukan :

1. Pemeriksaan subjektif

Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi

tiruan tersebut.

2. Pemeriksaan objektif

o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut

o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada

mukosa di bawahnya.

o Melihat posisi cangkolan.

o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.

o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan Gtsl

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :

1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama 

27

Page 28: Laporan Sk 2 kurhab II

2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi yang masih

ada serta jaringan yang sekitarnya.

3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk apapun

4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis.

Keberhasilan pembuatan GTS adalah

1. Kooperatifan pasien.

2. Kondisi rongga mulut pasien 

3. Kemampuan tekniker 

4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi rongga mulut

pasien.

5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :

1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak balance

oclution

2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau landasan geligi

tiruan yang tidak cermat.

3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan kontak premature

yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta hubungan tonjol yang kurang

seimbang

4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap geligi tiruan.

Desain

Keterangan :

28

Page 29: Laporan Sk 2 kurhab II

1) Cingulum rest pada gigi 12

2) Klamer 3 jari pada gigi 15

3) Klamer 2 jari modifikasi pada gigi 25

4) Anasir gigi 13, 14, 25, 26, 27

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah kami jelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Komponen dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan disusun atas beberapa komponen, yaitu: Retainer

Rest

Konektor

Gigi tiruan

Sadel/basis

2. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Klasifikasi Gigi tiruan sebagian lepasan ada bermacam0macam, tetapi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi kennedy, yaitu:

Kelas I Kennedy: daerah tidak bergigi di bagian posterior dari gigi masih ada dan

berada pada kedua sisi rahang (bilateral)

Kelas II Kennedy: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi saja (unilateral)

Kelas III Kennedy: daerah yang tak bergigi terletak di antera gigi-gigi yang

masih ada di bagian posterior maupun anteriornya unilateral.

Kelas IV Kennedy: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dan gigi yang

masih dan melewati garis median (tengah).

Kelas V Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak

dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah.

Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang

dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan.

29

Page 30: Laporan Sk 2 kurhab II

Kelas VI Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga

gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali

merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut.

3. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan sesuai dengan skenario

Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik maupun

kerangka logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain dikenal empat tahap

yaitu:

(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel

(3) tahap III: menentukan macam penahan

(4) tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).

4. Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Tahapan dalam pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut: Anamnesa

Pemeiksaan

Pencetakan model study

Pembuatan desain

Penyusunan gigi

flasking

moulding

packing

curing

deflasking

pengasahan

polishing dan finishing

insersi

30

Page 31: Laporan Sk 2 kurhab II

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan jilid 2.

Jakarta: Hipokrates

Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I Cetakan I.

Jakarta: Hipokrates.

Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II Cetakan I.

Jakarta: Hipokrates.

Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B.

Saunders Co. Philadelphia

Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B.

Saunders Co. Philadelphia

31