Post on 08-Jul-2016
LAPORAN KASUS
OCULI SINISTRA KALAZION
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh:
Laura Harinda
22010114210135
Pembimbing:
dr. Marisa Uli Basa
Penguji:
dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
0
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus Oculi Sinistra Kalazion.
Penguji kasus : dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M
Pembimbing : dr. Marisa Uli Basa
Dibacakan oleh : Laura Harinda
Dibacakan tanggal : Kamis, 28 April 2016
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang, 28 April 2016
Mengetahui,
Penguji Kasus Pembimbing
dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M dr. Marisa Uli Basa
1
I. PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra adalah bagian mata yang sangat
penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam
pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna
untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air
mata melalui punctum lakrimalis.1
Kelainan dapat dijumpai pada kelopak mata bermacam-macam,
mulai dari yang proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti
ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari
kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam
penglihatan.1,2
Kalazion terjadi pada semua umur sebanyak 75% terjadi pada usia
30-50 tahun sedangkan 25% terjadi pada rentang usia yang lain , sedangkan
prevalensi untuk laki-laki dan wanita perbandingannya sama. Pengaruh
hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan
terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.3,4
Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar
Meibom atau kelenjar Zeis yang tersumbat.1 Penyebabnya tidak diketahui dan
mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak, dapat
mengenai satu atau beberapa kelenjar dan terjadi secara perlahan-lahan
sampai beberapa minggu.2,5 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar
Meibom dan kelenjar Zeis. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar
Meibom pada tarsus. kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang
menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata dengan
infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar
tersebut.1,2,3
Pada laporan kasus ini akan membahas tentang seorang wanita, usia
19 tahun dengan diagnosis OS kalazion.
2
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. R
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor CM : C576409
III. ANAMNESIS
(autoanamnesis tanggal 20 April 2016 di Poliklinik Mata RSUP Dr. Kariadi)
Keluhan Utama : Benjolan pada kelopak mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya sebuah benjolan
sebesar biji kacang hijau pada kelopak mata kiri atas. Awalnya pasien hanya
merasa tidak nyaman, gatal, seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata kiri
atas saat membuka dan menutup mata. Warna benjolan sama dengan kulit sekitar.
Keluhan gatal pada kelopak mata (-), nyeri saat disentuh (-), kemeng (-),
pandangan kabur (-), silau saat melihat cahaya (-), keluar cairan dari mata (-).
Karena dirasa mengganggu, pasien memeriksakan diri ke klinik umum dan
mendapat obat tetes mata cendoxytrol dan lyncomycin serta dianjurkan untuk
melakukan kompres hangat pada mata kiri namun tidak ada perbaikan.
± 1 hari yang lalu benjolan dirasa tidak ada perbaikan, ukuran benjolan
tidak membesar, warna tidak kemerahan. Keluhan gatal pada kelopak mata (-),
nyeri saat disentuh (-), kemeng (-), pandangan kabur (-), silau saat melihat cahaya
(-), keluar cairan dari mata (-). Karena dirasa mengganggu maka pasien
memeriksakan diri ke RSUP Dr. Kariadi untuk mendapat pengobatan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
▪ Riwayat pemakaian kacamata sebelumnya disangkal
▪ Riwayat trauma pada mata sebelumnya disangkal
▪ Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal
▪ Riwayat alergi disangkal
3
Riwayat Penyakit Keluarga
▪ Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
▪ Pasien seorang Mahasiswa yang tinggal di kos bersama kedua temannya.
▪ Biaya pengobatan ditanggung pribadi
▪ Kesan: sosial ekonomi cukup
IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK (20 April 2016)
Status Praesens
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : tekanan darah : 120/80 mmHg
suhu badan : 36,5oC
nadi : 84/menit
respirasi : 20/menit
Pemeriksaan Fisik : kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen : tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Ophthalmologi (Tanggal 20 April 2016)
4
Benjolan di palpebra superior
Visus dengan memakai kacamata lama – OD : 6/6 OS : 6/6
Oculus Dexter Oculus Sinistra
6/6 VISUS 6/6
6/6 E KOREKSI 6/6 E
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala arah
baikPARASE/PARALYSE
Gerak bola mata ke segala arah
baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Benjolan (+), hiperemis(-),
batas tegas, tepi rata,
ukuran diameter ±0,5 cm,
perabaan keras, mobile (-),
nyeri tekan (-), Spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-), edema
(-)
CONJUNGTIVA
PALPEBRALIS
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-), edema
(-)
CONJUNGTIVA
FORNICES
Hiperemis (-), sekret (-),
edema(-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih
Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-)
CAMERA OCULI
ANTERIOR
Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-)
Kripte (+) IRIS Kripte (+)
Bulat, central, regular,
diameter: 3 mm, RP (+) NPUPIL
Bulat, central, regular,
diameter: 3 mm, RP (+) N
Jernih LENSA Jernih
(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang
Papil N.II: bulat, batas tegas,
warna kuning kemerahan, CDR
FUNDUSKOPI Papil N.II: bulat, batas tegas,
warna kuning kemerahan,
5
0,3
Retina: Tigroid (-)
Makula: R. fovea (+) cemerlang
CDR 0,3
Retina: Tigroid (-)
Makula: R. fovea (+)
cemerlang
T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal
Tidak dilakukanSISTEM CANALIS
LACRIMALISTidak dilakukan
Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan
V. RESUME
Seorang wanita 19 tahun datang ke poliklinik mata RSUP dr Kariadi
Semarang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri atas. Sejak ± 2 bulan
yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya sebuah benjolan sebesar biji kacang
hijau pada kelopak mata kiri atas. Awalnya pasien hanya merasa tidak nyaman,
gatal, seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata kiri atas saat membuka dan
menutup mata. Warna benjolan sama dengan kulit sekitar. Tidak ada keluhan
nyeri . Karena dirasa mengganggu, pasien memeriksakan diri ke klinik umum dan
mendapat obat tetes mata cendoxytrol dan lyncomycin serta dianjurkan untuk
melakukan kompres hangat pada mata kiri namun tidak ada perbaikan.
± 1 hari yang lalu benjolan dirasa tidak ada perbaikan, warna sama dengan
kulit sekitar, ukuran benjolan tidak membesar. Tidak ada keluhan nyeri. Karena
dirasa mengganggu maka pasien memeriksakan diri ke RSUP Dr. Kariadi untuk
mendapat pengobatan lebih lanjut.
Pemeriksaan Fisik
Status praesens : dalam batas normal
Status oftalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Benjolan (+), hiperemis(-), batas tegas, tepi rata,
ukuran diameter ±0,5 cm, perabaan keras, mobile (-), nyeri tekan (-), Spasme (-)
6
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Diferensial
Oculi Sinistra : 1. Kalazion
2. Hordeolum internum
3. Hordeolum eksternum
Diagnosis Kerja
Oculi Sinistra Kalazion
VII. PENATALAKSANAAN
- Pembedahan: Insisi dan kuretase
- Farmakologi:
o Doksisiklin 2 x 100 mg
o Gentamisin eye ointment per 6 jam pada mata kiri
VIII. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanam Ad bonam Ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam Ad bonam
IX. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa keluhan yaitu berupa
benjolan pada kelopak mata kiri merupakan pembesaran kelenjar yang ada
pada kelopak mata.
2. Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan terapi farmakologi
non farmakologi, maupun pembedahan.
3. Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa setelah dilakukan
pengobatan medikamentosa selama >2 minggu ternyata tidak berespon
dengan baik, maka disarankan untuk terapi dengan prosedur pembedahan
7
(insisi dan kutetase) untuk mengeluarkan isi benjolan yang ada pada
kelopak mata di dokter spesialis mata.
4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa setelah dilakukan
prosedur pembedahan, akan diberikan obat antibiotik yang diminum 2 kali
sehari dan obat salep yang dioleskan pada mata kiri 4 kali sehari.
5. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan
mata dan kontrol kembali ke poli RSDK.
X. DISKUSI
A. Anatomi Palpebra2,3
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapisan kulit, lapisan otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva
palpebrae).
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas
septum orbitae adalah bagian praseptal. Orbikularis okuli dipersarafi oleh
nervus facialis. Jaringan areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus yang
merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan
fibrosa padat, disebut tarsus superior dan inferior. Pada tarsus terdapat
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). Konjungtiva palpebra
merupakan bagian paling posterior palpebra, adalah selapis membran mukosa
yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula
8
Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung
medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari
muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama
adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior
dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus
V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
9
B. Kalazion
Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik yang steril dan
idiopatik pada kelenjar meibom, sebagai akibatnya terjadilah suatu
peradangan lipogranuloma kronik kelenjar meibom. Umumnya ditandai
dengan pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang
dalam beberapa minggu. 2
Epidemiologi
Kalazion merupakan penyakit yang terjadi pada semua umur.
Kalazion 75% terjadi pada usia 30-50 tahun sedangkan 25% terjadi pada
rentang usia yang lain , sedangkan prevalensi untuk laki-laki dan wanita
perbandingannya sama. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sebaseous
dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan.3,4
Etiologi
Kalazion dapat timbul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium
kelenjar atau karena sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea. Blefaritis
adalah peradangan palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang
yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun
Kebersihan yang buruk pada palpebra juga berhubungan dengan terjadinya
kalazion.2,4,6
10
Patofisiologi
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri yang membentuk jaringan
granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang
membedakan antara kalazion dan hordeolum interna atau eksternal
(terutama proses piogenik yang menyebabkan pustul), walaupun
hordeolum dapat menyebabkan kalazion atau sebaliknya. 2,3
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang agak
keras berlokasi jauh di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang
terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat
ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada
kelenjar yang berkaitan.2,3
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.
Manifestasi klinis2
Tanda dan gejala kalazion
1) Edema
2) Tidak ada nyeri tekan
3) Tidak hiperemis.
4) Pseudoptosis.
5) Kelenjar preaurikel tidak membesar.
6) Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut.
7) Keluarnya cairan putih (mirip pasta gigi) bila dilakukan
penekanan pada kelopak mata.
8) Biasanya dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan
obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak).
11
Pemerikaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium jarang di minta, namun pemeriksaan
patologik menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respon radang
granulomatosa yang mencakup sel-sel kelenjar mirip Langerhans. Biopsi
di indikasikan untuk kalazion yang kambuh, karena tampilan karsinoma
kelenjar meibom dapat mirip kalazion.4
Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan adanya pembengkakan pada palpebra,
biasanya tidak disertai tanda radang yang lain seperti kemerahan dan nyeri
tekan. Hasil pemeriksaan fisik palpebra didapatkan edema palpebra, tidak
hiperemis dan adanya pseudoptosis.
Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker
kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan
biopsi.2,3
Diagnosis banding
1. Hordeolum
Hordeolum memiliki tampilan klinis yang paling menyerupai
kalazion. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di
tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh
bakteri. Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu: hordeolum interna di mana terjadi peradangan pada kelenjar
Meibomyang menyebabkan benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput
kelopak mata bagian dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan
pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll yang menyebabkan benjolan
nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). 3,7,8
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak
adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna
kemerahan dan terasa nyeri. Benjolan pada hordeolum eksternum
nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
12
Sedangkan pada hordeolum internum ini benjolan mengarah ke
konjungtiva.3,7,8
Hal yang membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah pada
kalazion tidak terdapat dtanda-tanda radang akut. Kebanyakan kaazion
mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah
atau meninggi. Kalazion dapat timbul sebagai akibat hordeolum yang
berulang.3,7
2. Blefaritis
Blefaritis adalah radang kronik yang sering terjadi pada palpebra
akibat infeksi Streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus, dan
Pseudomonas Gejala utamanya adalah adanya iritasi, rasa terbakar, dan
gatal pada tepi palpebra.
3. Tumor palpebra
Tumor merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada
kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra
dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti
hiperemi dan nyeri. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya
dengan pemeriksaan biopsi.
Penatalaksanaan2,3,9,10
Pada fase inflamasi akut, terapi pada kalazion meliputi kompres
hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali per hari untuk membantu
drainase dan menjaga higienitas kelopak mata. Selain itu dapat
ditambahkan antibiotik topikal seperti eritromisin, gentamicin, neomycin,
polymixin B, chloramphenicol. Penggunaan antibiotik diteruskan hingga
13
7-10 hari atau obat anti-inflamasi dapat digunakan, namun hanya berefek
minimal pada penyembuhan kalazion.
Pada infeksi sekunder akut, dapat diobati dengan antibiotik
Doksisiklin atau tetrasiklin sistemik untuk mengurangi inflamasi
glandula meibom.
Pada kalazion kronik, prosedur pembedahan mungkin diperlukan
untuk membuat drainase pada kalazion.
Drainase dilakukan melalui tindakan insisi vertikal ke dalam kelenjar
tarsal dari permukaan konjungtiva diikuti kuretase materi gelatinosa dan
epitel kelenjar. Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal
pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan
kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik
sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak
lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih.
Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. Bila terjadi kalazion yang
berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik
untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya
suatu keganasan.5,8
Komplikasi 2,9
14
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya
tonjolan, trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion
dapat terjadi astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea.
Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat mengakibatkan
timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke
konjungtiva atau kulit.
Prognosis2,9,10
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru dan rekuren, ini terjadi pada lokasi yang
sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh
perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut intermiten.
XI. ANALISIS KASUS
Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosa OS Kalazion berdasarkan data
dasar yang didapatkan melalui anamnesis :
Sudah sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya benjolan di
kelopak mata kiri sebesar biji kacang hijau warna sama dengan kulit
sekitar. Tidak ada keluhan nyeri.
Pasien sudah memeriksakan diri ke klinik umum dan mendapat obat tetes
mata cendoxytrol dan lyncomycin serta dianjurkan untuk melakukan
kompres hangat pada mata kiri namun tidak ada perbaikan.
Pada Pemeriksaan opthalmologis didapatkan :
Sebuah benjolan berukuran diameter ±0,5 cm, hiperemis (-), batas tegas,
tepi rata, perabaan keras, nyeri tekan (-)
Penatalaksanaan pada pasien ini
Pembedahan
o karena dengan pengobatan medikamentosa selama >2 minggu tidak
berespon dengan baik, maka diperlukan prosedur pembedahan
untuk membuat drainase pada kalazion. Drainase dilakukan melalui
15
tindakan insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar.
Setelah pembedahan, pasien diberi antibiotik oral dan topikal untuk
mencegah timbulnya infeksi
o Doksisiklin 2 x 100 mg selama 2 minggu
o Gentamisin eye ointment per 6 jam pada mata kiri
Prognosis pada pasien ini adalah baik, namun harus selalu menjaga
kebersihan dan kesehatan mata. Pasien juga dianjurkan untuk tidak menggosok-
gosok atau terlalu banyak menyentuh daerah mata yang sakit untuk mempercepat
penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pasien juga
dianjurkan untuk kontrol 7 hari lagi ke poliklinik mata untuk memantau
perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. America Academic of Ophtalmology. External Disease and Cornea.
Singapura.2008-2009. Hal 87-8
2. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2009. Hal 28-9; 94-5.
3. Vaughan D, Taylor A, Paul R. Oftalmologi Umum. Ed17. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2008.
4. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23
September 2002. Diakses 21 April 2016.
5. Wijaya Nana: Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5. Abadi Tegal. Jakarta. 1993.
Hal 20-1.
6. Lang G. 2000. Ophthalmology – A Short Textbook. Thieme. Stuttgart · New
York.
7. Besette MJ. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview. Last updated: Nov
11, 2015.
8. Schlote T RJ, Grueb M, Mielke J. Pocket Atlas of Ophtalmology. New York,
2006.
9. Ehlers P Justis dan Shah P Chirag: The Wills Eye Manual Office and
Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease.Wolter
Kluwer.Philadelphia.2005.
10. American Academy of Ophtalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System
Secrion 7. 2014-2015.Hal 152-4.
17