Hipertensi Emergensi Papdi

Post on 08-Feb-2016

412 views 41 download

Transcript of Hipertensi Emergensi Papdi

Hipertensi Emergensi

Haidar AlatasPapdi Cabang Purwokerto

Curiculum vitae• Nama : Dr. Haidar Alatas, SpPD-KGH, Finasim, M.H., M.M.• Tempat/tanggal lahir: Kudus / 21 Januari 1957• Agama : Islam• Alamat kantor : RSU Banyumas, Jl. Rumah Sakit no. 1 Banyumas,

KSM Peny Dalam dan Unit Hemodialisa. • No. telepon / Fax : (0281) 796191 / (0281) 796133 • Alamat rumah : Jl. Ahmad Yani 26, Purwokerto, Jawa Tengah,

Indonesia.• No. telepon / Fax : (0281) 640795 / (0281) 640095• Handphone : 0811261521• Alamat email : haidar_papdi@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Dokter umum

2. Dokter Spesialis

Penyakit Dalam

3. Dokter Spesialis

Konsultan

4. Magister Hukum

5. Magister

Manajemen RS

6. S3 Kedokteran

Tahun 1977 - 1985

Tahun 1990 – 1996

Tahun 2002 – 2012

Tahun 2008 – 2010

Tahun 2011 – 2012

Tahun 2013

UNDIP Semarang

UNDIP Semarang

UGM Jogyakarta

UNSOED

UNSOED

FK UGM Yogya

Hipertensi pada keadaan khusus1. Gagal Jantung2. Post Infark Miokard (Penyakit Jantung Iskemik, Resiko Tinggi

Penyakit Koroner)3. Penyakit Serebrovaskuler (Stroke) 4. Diabetes Melitus5. Penyakit Ginjal Kronik (PGK)6. Sindroma Metabolik7. Hipertrofi Ventrikel Kiri dan Disfungsi Diastolik8. Penyakit Arteri Perifer9. Hipertensi pada Usia Lanjut10. Hipertensi pada Kehamilan11. Krisis Hipertensi (Hipertensi Urgensi dan Emergensi)

Data Hipertensi (Kemenkes RI 2007)

• Prevalensi nasional Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun: 31,7%

• 76 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.

• Makin tinggi usia makin tinggi prevalensi• Hanya 7,2 % yang tahu kalau dirinya hipertensi

dan yang minum obat hipertensi hanya 0,4 %

Riset Kesehatan Dasar 2013Kemenkes RI

• Prevalensi hipertensi turun dari 31,7 persen tahun 2007 25,8 persen tahun 2013 ?

• (i) perbedaan alat ukur. • (ii) kesadaran masyarakat yang semakin

membaik pada tahun 2013. • (iii) ?

Kemenkes, 2012

Penyebab kematian ibu di Indonesia: Perdarahan (32%) • Hipertensi dalam Kehamilan (25%)• infeksi (5%), • partus lama (5%), • abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, • penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar

32%.

Hipertensi di Amerika

29-30% Penduduk Amerika, tahun 2010 ada 78 jt (>20th)

HIPERTENSI

5% Kunjungan IGD denganpeningkatan tekanan darah yang berat

(severely elevated blood pressure)

GoAS,MozaffarianD,RogerVL,etal;American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Heart disease and stroke statistics—2013 update: a report from the American Heart Association. Circulation. 2013;127(1):e6-e245.

Hanya 31% kontrol TD adekuat

( SBP < 140 mmHg &DBP < 90 mmHg)

Hipertensi di IGD

Sumber : Kessler CS, Joudeh Y. Evaluation and treatment of severe asymptomatic hypertension. am fam physician. 2010;81(4):470-6.Paul ME, Joseph M. Hypertensive crises: challenges and management. Chest. 2007;131:1949-69.

25% pasien > 18 thn datang dengan DBP ≥ 110

mmHg

Total Kasus IGD

Tidak menyadari memiliki hipertensi

25% HT Berat asimtomatik

8% HT emergensi

Tidak semua pasien menerima evaluasi, modifikasi terapi, atau indikasi keluar rumah sakit yang konsisten dan sesuai pedoman hipertensi saat ini.

Dua studi penanganan total HT berat di IGD sesuai rekomendasi pedoman hipertensi

Diterima < 10 % pasienLab kimia darah 70 – 73%EKG 53% - 70%Foto rontgen torax 24% - 46%Funduskopi < 36%

• Insidens < 1 % pada orang dewasa > 500.000 orang Amerika setiap tahun.

• Penyebab kematian terbesar pada HT berat : gagal ginjal (40%), stroke (24%), infark miokard (11%), & gagal jantung (10%).

• HT emergensi tanpa penanganan : prognosis buruk,

angka mortalitas 1 thn ~ 70-90% 5 thn ~ 100%

• Antihipertensi & Kontrol TD adekuat : >> angka survival 1 thn ~ 75% dan 5 thn

~50 %

Krisis Hipertensi(Hypertensive Crisis)

Bukti paling jelas potensi antihipertensi

Potensi bahaya terbesar bagi pasien

Spektrum keadaan klinis dengan ↑ TD dengan ada/tidaknya disfungsi organ target

X

• Th. 1939, Keith et al HT emergensi tanpa penanganan :

Angka mortalitas 1 thn ~ 79% & angka survival rerata ~ 10,5 bulan.

• HT emergensi tanpa penanganan : prognosis buruk, Angka mortalitas 1 thn ~ 70-90% 5 thn ~ 100%.

• Sebelum penemuan antihipertensi : ± 7% pasien hipertensi mengalami HT emergensi.

Hipertensi Emergensi (Hypertensive Emergency)

Sumber : Henry RB, William JE. Hypertension: a companion to Braunwald’s heart disease. Pennsylvania: Saunders Elsevier; 2007. p.517-24

Saat ini diperkirakan 1-2% pasien hipertensi hipertensi emergensi di masa depan

Hypertensive emergencies , JNC-7 (2003) Severe elevations in BP ( > 180/120 mm Hg) complicated by evidence of impending or progressive target organ dysfunction. They require immediate BP reduction (within 1 hour) (not necessarily to normal) to prevent or limit target organ damage.

Hypertensive encephalopathyIntracerebral haemorrhage, SAH

Myocardial infarctionAcute left ventricular failure with

Pulmonary oedemaAortic dissection

Acute renal insufficiencyMicroangiographic haemolytic

anaemia

Definisi Hipertensi Berat : Tekanan darah sistolik ≥180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.

Sumber : Kessler CS, Joudeh Y. Evaluation and treatment of severe asymptomatic hypertension. am fam physician. 2010;81(4):470-6.

Hipertensi BeratDefinisi dan Klasifikasi

Peningkatan tekanan darah yang berat: Tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg, atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg

Hipertensi asimtomatik berat: Pasien TIDAK memiliki tanda / gejala kerusakan organ akhir

Hipertensi emergensi: Pasien memiliki tanda/gejala kerusakan organ akhir

Hipertensi urgensi: terdapat faktor risiko kerusakan organ akhir (misal riwayat gagal jantung kongestif, angina tidak stabil,riwayat insufisiensi ginjal.

Hipertensi tidak terkontrol berat: TIDAK ada faktor risiko kerusakan organ akhir,kecuali hipertensi tersebut.

Klasifikasi Peningkatan Tekanan Darah yang Berat (Severely Elevated Blood Pressure)

Berbagai Definisi Hipertensi EmergensiKepustakaan Definisi

Studi Shayne et al (2003)

Terjadinya gejala/tanda kerusakan organ akhir. Meskipun hipertensi emergensi umum terjadi pada tekanan darah diastolik > 120 mmHg (kecuali pada anak dan ibu hamil), hipertensi ini dapat terjadi pada nilai tekanan darah berapapun.

Hypertension Primer : The Essentials of High Blood

Pressure, Ed. 3 (2003)

Peningkatan tekanan darah yang dipersulit disfungsi organ target akut/progresif cepat yang mengancam nyawa. Iskemik koroner, gangguan fungsi serebral (ensefalopati), trauma serebrovaskular, edema paru, dan perdarahan arteri akut memerlukan penurunan tekanan darah segera (dalam menit – jam) untuk membatasi atau mencegah kerusakan organ target dan mengurangi risiko.

Berbagai Definisi Hipertensi EmergensiKepustakaan Definisi

JNC 7 (2003)

Peningkatan tekanan darah berat (>180/120 mmHg) dengan komplikasi disfungsi organ target yang akan terjadi/progresif. Perlu dilakukan penurunan tekanan darah segera (tidak perlu mencapai nilai normal) untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ target. Contoh : hipertensi ensefalopati, perdarahan intraserebri, infark miokard akut, kegagalan ventrikel kiri akut dengan edema paru, angina pektoris tidak stabil, dissecting aortic aneurysm, atau eklampsia.

Black & Elliot - Hypertension: A Companion

to Braunwald’s Heart

Disease(2007)

Peningkatan tekanan darah berat dan mendadak, diikuti disfungsi organ target progresif. Misal: gangguan kardiovaskular akut, gangguan fungsi serebri, sindrom koroner akut dengan iskemik atau infark, edema paru akut, atau disfungsi ginjal akut.1,3 SBP umumnya > 180 mmHg atau DBP > 120 mmHg yang bukan menggambarkan derajat berat kenaikan tekanan darah, tapi status klinis pasien yang dinilai emergensi.

Berbagai Definisi Hipertensi EmergensiKepustakaan Definisi

Marik dan Varon

(CHEST, 2007)

Malignant hypertension adalah sindrom kenaikan tekanan darah berat disertai ensefalopati atau nefropati akut. Istilah itu sudah dihapus oleh pedoman National and International Blood Pressure Control dan diganti dengan istilah hipertensi emergensi. Hipertensi emergensi adalah kenaikan tekanan darah berat disertai kerusakan organ akut.

European Society of Hypertension (ESH) - European Society of

Cardiology (ESC) (2007)

Peningkatan tekanan darah intens dan berkaitan dengan cedera (injury) akut pada organ yang rentan. Perlu penanganan segera untuk mencegah/membatasi kerusakan organ lebih lanjut.

Berbagai Definisi Hipertensi EmergensiKepustakaan Definisi

Hypertension Primer: The Essentials of High Blood

Pressure , Ed. 4 (2008)

Tekanan darah sangat tinggi (> 220 / 140 mmHg) dan telah terjadi kerusakan organ target akut (misal: gagal jantung, infark miokard akut, aneurisma aorta, hipertensi ensefalopati, atau stroke hemoragik); Hipertensi ini adalah indikasi perawatan di rumah sakit (umumnya di ICU), observasi tekanan darah ketat, dan terapi parenteral.

Kaplan’s Clinical

Hypertension, Ed. 10 (2010)

Keadaan yang membutuhkan reduksi tekanan darah segera dengan antihipertensi parenteral karena telah terjadi kerusakan organ target akut/dalam proses.

Berbagai Definisi Hipertensi EmergensiKepustakaan Definisi

ESH - The European Society of Hypertension (2011)

Peningkatan tekanan darah berat dengan kerusakan organ target akut. Misal: sindrom koroner akut, dissecting aortic aneurisms, edema paru akut, hipertensi ensefalopati, infark serebral akut, perdarahan intraserebral, perdarahan arteri akut atau eklampsia. Perlu penurunan tekanan darah segera untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut.

Dutch Guideline for

the Management

of Hypertensive Crisis – 2010

Revision (2011)

Pada keadaan awal, pasien memperlihatkan tanda-tanda hipertensi urgensi atau emergensi. Perlu penanganan segera.

Hipertensi Emergensi

• Tensi > 180/120, >220/140• Kerusakan target organ akut.• Mengancam jiwa.• Progresif, Mendadak, Intens.• Malignan Hipertensi• Perlu penurunan segera (menit-jam)• Obat parenteral, rawat ICU.• Tidak sampai normal (20-25% MAP)

Berbagai Jenis dan Pemicu Hipertensi Emergensi

Berbagai Jenis dan Pemicu Hipertensi Emergensi

• Kegagalan ventrikular kiri akut

• Penyakit ginjal stadium akhir /end-stage renal disease (ESRD)

• Trauma serebrovaskular• Perdarahan subarakhnoid• Tumor otak• Cedera kepala• Epilepsi (postiktal)• Penyakit kolagen, terutama

lupus sistemik, dengan vaskulitis serebral

Diagnosis Differensial

• Ensefalitis• Konsumsi obat

simpatomimetik (misal kokain)

• Porfiria intermiten akut

• Hiperkalsemia• Ansietas akut dengan

sindrom hiperventilasi/ serangan panik

• Sindrom vasokontriksi serebral reversibel

Berbagai keadaan yang dapat menyerupai hipertensi emergensi :

Sumber : Kaplan NM, Ronald VG. Kaplan’s clinical hypertension. 10th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins: 2010. p.274-87.

Pengelolaan Hipertensi Emergensi di IGD

• Bedakan apakah termasuk Hipertensi berat saja, hipertensi urgensi atau Hipertensi emergensi.

• Lihat Gejala, adakah kerusakan target organ, lakukan penanganan awal, rencanakan pengelolaan paripurna.

Sumber : Izzo JL, Sica DA, Black HR [editors]. Hypertension primer: the essentials of high blood pressure: basic science, population science, and clinical management. 4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. p.489-93.Rosei AE, Salvetti M, Farsang C. Treatment of hypertensive urgencies and emergencies In: European Society of Hypertension Scientific Newsletter: update on hypertension management. ESH 2011;12(28):55-6.

Triase dan Penanganan Hipertensi Emergensi

Karakteristik Klinis HT Emergensi

Sumber : Oparil S, Weber MA. Hypertension: companion to Brenner and Rector’s the kidney. 2nd ed. Pennsylvania: Saunders Elsevier; 2005. p.826-37.

Anamnesis pada krisis hipertensi

• Riwayat hipertensi, • penyakit jantung, • penyakit ginjal, • penyakit cerebrovaskuler • riwayat medikasi (psikotropika).• Tekanan darah diukur pada semua lengan,

dilakukan palpasi nadi disemua ekstremitas, auskultasi bising ginjal, pemeriksaan neurologik dan funduskopi.

Pemeriksaan

• Darah lengkap dan gambaran darah tepi, eklektolit, ureum, kreatinin, urinalisis dan

• elektrokardiogram. • Foto Rontgen dada • CT Scan kepala dilakukan pada pasien dengan

simptom neurologik.

Hipertensi Emergensi Gejala Klinis

Hipertensi ensefalopati Nyeri kepala, gangguan visual, muntah, perubahan status mental

Hipertensi berat dengan stroke iskemik / perdarahan serebral Defisit neurologis, perubahan status mental

Hipertensi dengan kegagalan ventrikular kiri

Batuk, dispnu, ortopnea, dispnu progresif dengan cepat

Accelerated-malignant hypertension Perubahan visual, nyeri kepala, gagal ginjal, oliguria, hematuria

Hipertensi dan diseksi aorta Nyeri dada dan/atau nyeri abdomen yang berat, vegetatism, tanda-tanda perfusi buruk

Hipertensi dengan sindrom koroner akut Nyeri dada

Konsumsi obat seperti amfetamin, LSD, kokain/ ekstasi

Takikardi, berkeringat, perubahan mood dan/atau status mental

Pre-eklampsia berat / eklampsia Oliguria, anuria, anemia mikroangiopatik

Sumber : Angelats EG, Baur EB. Hypertension, hypertensive crisis, and hypertensive emergency: approaches to emergency department care. Emergencias. 2010;22:209-19.

Manifestasi Klinis Hipertensi Emergensi di IGD

Patofisiologi Krisis Hipertensi

• 20-30% hipertensi krisis: hipertensi primer• 80% hipertensi sekunder (CKD)• Terjadi kerusakan endovaskuler • Nekrosis fibrinoid arteriole. • Keadaan iskhemia.• Deposisi trombosit. • Kegagalan regulasi akibat pelepasan substansi

vasoaktif. • Pencetus tidak diketahui pasti, multifaktor.

Patofisiologi krisis Hipertensi• Normal: perfusi jaringan di otak, jantung, dan ginjal relatif normal

pada berbagai perubahan tekanan darah. • Pada tekanan darah yang meningkat tinggi kemampuan regulasi ini

bergeser keatas untuk melindungi organ target dari meningkatnya tekanan darah yang berlebih.

• Batas regulasi ini 20-25%, sehingga penurunan tekanan darah tidak lebih dari 20% dari sebelum terapi.

• Deplesi cairan akibat ”pressure natriuresis” pelepasan substansi vasokonstriktor dari ginjal.

• Aktivasi sistem renin-angiotensin kerusakan vaskuler. • Vasopresin, endothelin dan katekholamin berperan penting

terjadinya hipertensi krisis.

Lancet 2000 ; 356 : 411–17

Putative Vascular Pathophysiologyof Hypertensive Emergencies

Fundoscopic appearance of grade IV hypertensive retinopathy, with papilloedema (1), arteriovenous nipping (2), flame-shaped hemorrhages (3), and soft (4) and hard (5) exudatesComputed tomography imageof the brain. Hypodensities in the brain stem (BS) and cerebral white matter (CWM), consistent with cerebral edema.

Hypertensive enchephalopathy

Tekanan darah sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg

Obat anti-hipertensi parenteral diltiazem/herbesser, nicardipin batas penurunan tekanan darah 20- 25% dan mean arterial blood pressure

Large intracerebral hemorrhage

Tekanan darah > 220/120 mmHg

Obat anti-hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur batas penurunan tekanan darah 20-25% dari MAP ( jam pertama ) Target tekanan darah adalah sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg (24 jam) ( JNC-7, INaSH 2008)

• American Stroke Ass : 10-15% MAP• RAAS blockers

Tujuan utama penanganan HT emergensi : Membatasi kerusakan organ target sehingga pasien

memerlukan perawatan intensif segera di dalam ICU atau observasi di ruang perawatan untuk terapi parenteral dan observasi tekanan darah dan klinis lanjut.

Terapi agresif dengan obat parenteral lebih disukai dan dapat dilakukan.

Namun pada sebagian besar kasus, penanganan awal penurunan parsial tekanan darah karena lebih aman tidak diindikasikan mencapai normotensi.

Prinsip Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi

Diagnosis penemuan kerusakan akut di otak, ginjal, jantung, retina, dan pembuluh darah.

Terapi HT emergensi lebih disukai dengan pengobatan intravena di ICU, coronary care, atau medium care.

Penentuan terapi medis, tipe pengobatan, dan tingkat tekanan darah yang diinginkan pada hipertensi emergensi tergantung pada tipe organ target yang terlibat.

Prinsip Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi

• Penurunan parsial (bukan normalisasi) TD : TD ↓ tidak > 20-25 % pada menit-menit pertama hingga 1–2 jam kemudian, dengan tingkat risiko << seiring waktu.

• Penurunan tekanan darah arteri rerata tidak > 25 % dalam 1-2 jam pertama atau mencapai TD 160/100 mmHg (mean arterial pressure ~120 mmHg)

• Dalam 2 – 6 jam, TD sudah diturunkan perlahan hingga 160/100-110 mmHg. Jika pasien stabil penurunan menuju TD normal lanjut dalam 24 – 48 jam ke depan.

• Penurunan terlalu cepat / drastis penurunan akut fungsi ginjal atau memicu komplikasi kardiak/serebral.

Target pada Tata Laksana HT Emergensi

Pada hipertensi emergensi, penurunan TD sebaiknya segera dilakukan namun tidak mencapai

‘normal’ (< 120/80 mmHg) dengan cepat.

Obat-obatan yang digunakan pada Hipertensi emergensi (InaSH 2008, CHEST 2007)

• Clonidin (Catapres) IV (150 mcg/ampul)• Diltiazem (Herbesser IV); 10 dan 50 mg/ampul,

diberikan 10 mg iv pelan2 atau 50 mg dalam infus pump (5-15ug/kgbb/menit)

Nicardipin IV (2 mg dan 10 mg/ampul) Labetalol (Normodyne) IV* Nitroprusside (Nitropress, Nipride) lV Nitroprusside diberikan dalam cairan infus dengan dosis

0.25-10.00 mcg/kg/menit Nitogliserin (nitrat)

Calcium Channel Blockers

Nicardipine(dihydropyridine)

Diltiazem(benzothiazepine)

Peripheral Vasodilation1 +++++ +++

CoronaryVasodilation2 +++++ +++

Suppressionof SA Node2 + +++++Suppressionof AV Node2 0 ++++

Suppressionof Cardiac Contractility2 0 ++

1. Frishman WH, et al. Med Clin North Am. 1988;72:523-547. 2. Adapted from Goodman and Gilman’s: The Pharmacologic Basis of Therapeutics. 9th ed. 2001.

Nicardipine • Nicardipine merupakan generasi kedua antagonis kalsium

dihydropyridine dengan selektifitas vaskuler yang tinggi dan aktivitas vasodilator koroner dan cerebral yang kuat.

• Oleh karena 100 kali lebih larut dalam air dibanding nifedipine maka pemberiannya dapat secara intravena dan dapat secara titrasi dengan dosis 5 mg/jam dan dapat ditingkatkan 2,5 mg/ 5menit sampai maksimum 30 mg/jam.

• Efek penurunan tekanan darah dapat terjadi dalam 5 – 15 menit dan bertahan 4 sampai 6 jam.

• Pemberian necardipine dapat mengurangi iskhemia cerebral dan jantung.

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

maks 5 mg/jam.2

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Daftar Obat untuk Penanganan Hipertensi Emergensi(dari berbagai publikasi)

Rekomendasi Terapi Hipertensi Emergensi berdasarkan Organ Target yang Terlibat

Dutch guideline for the management of hypertensive crisis – 2010 revisionOnset Kerja & TD target

Pilihan Terapi Utama

Terapi Alternatif

Rekomendasi Unit

Krisis hipertensi dengan retinopati, mikroangiopati, atau insufisiensi ginjal akut

Beberapa jam, MAP – 20 s/d – 25 %

LabetalolNitroprusidNikardipinNitroprusid

Medium care/ ICU/CCU

Hipertensi ensefalopati

Segera, MAP – 20 s/d – 25 %

Labetalol NikardipinNitroprusid

ICU/ Medium care/Stroke unit

Diseksi aorta akutSegera, TD sistolik < 110 mmHg

Nitroprusid dan esmolol Labetalol ICU

Edema paru akutSegera, MAP 60 – 100 mmHg

Nitroprusid (dengan diuretik loop)

NitrogliserinUrapidil (dengan diuretik loop)

CCU/ICU

Iskemi/infark miokard

Segera, MAP 60 – 100 mmHg

Nitrogliserin Labetalol CCU

Stroke iskemik akut dan TD > 220 / 120

mmHg

1 jam, MAP – 15 % Labetalol Nikardipin

NitroprusidStroke unit/ICU

Rekomendasi Terapi Hipertensi Emergensi berdasarkan Organ Target yang Terlibat

Dutch guideline for the management of hypertensive crisis – 2010 revisionOnset

Kerja & TD target

Pilihan Terapi Utama

Terapi Alternatif

Rekomendasi Unit

Perdarahan otak dan TD > 180 mmHg sistolik atau MAP > 130 mmHg

1 jam, TD sistolik < 180 mmHg dan MAP < 130 mmHg

Labetalol NikardipinNitroprusid

Stroke unit/ICU

Stroke iskemi akut dengan indikasi terapi trombolitik dan TD > 186 / 110 mmHg

1 jam, MAP – 15 % Labetalol Nikardipin

NitroprusidStroke unit/ICU

Intoksikasi Kokain/XTC

Beberapa jam

Fentolamin (berdampingan dengan benzodiazepine)

Nitroprusid Medium care/ICU

Krisis adrenergik terkait pheochromocytoma/ hipereaktivitas autonomik

Segera Fentolamin NitroprusidUrapidil

Medium care/ICU

Rekomendasi Terapi Hipertensi Emergensi berdasarkan Organ Target yang Terlibat

Dutch guideline for the management of hypertensive crisis – 2010 revisionOnset Kerja & TD target

Pilihan Terapi Utama

Terapi Alternatif

Rekomendasi Unit

Hipertensi peri dan postoperasi : - selama / setelah coronary bypass graft- Selama/setelah kraniotomi

Segera

Segera

Nikardipin

Nikardipin

Urapidil atau Nitrogliserin

Labetalol

Recovery / ICU

Recovery /ICU

Pre-eklampsia berat / eklampsia

Segera, TD < 160/105 mmHg

Labetalol (bersebelahan dengan Mg sulfat dan terapi antihipertensi oral)

KetanserinNikardipin Medium care/ICU

MAP = mean arterial pressure *Terapi pasien stroke, sumber didapat dari the National guideline for the Diagnosis, Treatment, Therapy and Care for stroke patients, CBO 2008. *Hipereaktivitas autonomik menyangkut keadaan dimana hipertensi berkaitan dengan katekolamin endogen yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada kasus Klonidin-withdrawal, produk makanan/obat yang berinteraksi dengan monoamine-oxidase (MAO ), Guillain-Barré syndrome, spinal cord injury dan kontusio serebri.* Untuk penanganan (pre)eklampsia berat, sumber didapat dari guideline Hypertensive Disorders in Pregnancy of the Dutch Society of Obstetrics and Gynaecology (NVOG).

Kesimpulan

• Prinsip utama penanganan hipertensi emergensi adalah penurunan tensi sesegera mungkin (menit-jam).

• Tidak semua obat yang dianjurkan ada di RS.• Tidak ada rotan, akarpun jadi.• Nicardipin indikasinya luas dan mudah didapat

Indikasi Nicardipin pada Hipertensi Emergensi

• Retinopati, mikroangiopati, ginjal akut• Hipertensi ensefalopati• Stroke iskemik akut.• Perdarahan otak• Pre-eklampsia berat / eklampsia.• Hipertensi pada peri dan post operasi.

TERIMAKASIH SAYANGKU