Post on 14-Apr-2016
description
Seorang Lelaki Tewas Mengenaskan Ditepi Sungai
KeringAdinda Aotearoa Afta
102011152
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Dinda.afta@ymail.com
PendahuluanSalah satu cabang ilmu kedokteran yang membantu peradilan dalam rangka penegakkan
hukum adalah ilmu kedokteran forensik. Pihak yang menengani suatu kasus peradilan tentunya boleh meminta keterangan ahli dari para ahli forensik ini. Objeknya sendiri bisa korban yang masih hidup maupun sudah meninggal. Dengan adanya kedokteran forensik ini, nantinya akan para penegak hukum mampu mempertimbangkan dan menjunjung tinggi keadilanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kami sebagai mahasiswa kedokteran mampu
memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan ilmu kedokteran forensik dan nantinya
mampu mempraktekan apa yang dipelajari, dan memiliki kesadaran akan pentingnya penegakan
keadilan mengingat keterangan ahli mampu menjadi alat yang kuat dalam penegakkan peradilan.
SkenarioSeorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di
bagian bawahnya digulung hingga setengan tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju
(yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat
ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher
memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih
dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah
ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah 2 km. TKP adalah suatu daerah
perbukitan yang berhutan cukup lebat.
1
Perkiraan kronologis kasus Seorang laki-laki yaitu Tn.S pergi mencari rumput untuk memberi makan ternaknya. Jarak antara
rumahnya dengan padang rumput sekitar 2 km yang dibatasi oleh hutan lebat yang cukup sepi.
Tn.S menggulung celana panjangnya untuk mempermudah dalam berjalan karna harus melewati
sungai kecil. Saat Tn.S sampai di penghujung hutan tiba-tiba seorang pria yang tak dikenal
lompat dari pohon dan langsung menyerang Tn.S menggunakan golok. Tn S yang kaget dengan
serangan mendadak ini segera menghindar namun golok tersebut malah mengenai ketiak kiri Tn
S. Golok ini seketika memutus pembuluh darah besar diketiak maka Tn S mulai lemas karena
kehilangan banyak darah. Tersangka pun menyeret Tn S dengan lengan baju kemeja panjang
milik Tn S sehingga tampak Tn S hanya menggunakan kaus oblong. Sesampai dipinggir sungai
yang mengering tersangka segera mengikatkan salah satu sisi lengan baju pada pohon perdu dan
juga mengencangkan ikatan lengan sisi lain dileher korban sehingga Tn S tidak dapat melarikan
diri. Kemudian tersangka pun pergi meninggalkan Tn S dan membiarkan Tn S mati kehabisan
darah.
Prosedur Medikolegal
I. Kewajiban dokter membantu dalam proses peradilan
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat 1.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2
2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan1.
Pasal 179 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya1.
II. Bentuk bantuan dokter dalam proses peradilan dan temuannya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya1.
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
3
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2)1
III. Sangsi bagi pelanggaran kewajiban dokter
Pasal 216 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga1.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-
undang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.
Pasal 522 KUHP
4
Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
IV. Rahasia jabatan dan pembuatan SKA/ V et R
Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter
Saya bersumpah/ berjanji bahwa:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter…….dst.
Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.
Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran1.
Pasal 2 PP No 10/1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP
ini menentukan lain.
Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan1.
Pasal 4 PP No 10/1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak
atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan
5
dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga
kesehatan.
Pasal 5 PP No 10/1966
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut
dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan
berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
Pasal 322 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan
atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu1.
Pasal 48 KUHP
Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.
V. Bedah mayat klinis , anatomis dan transplantasi
Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan
pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita
menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x
24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit1.
Pasal 14 PP No 18/1981
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan
tertulis keluarga yang terdekat.
6
Pasal 17 PP No 18/1981
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18 PP No 18/1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 19 PP No 18/1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pasal 70 UU Kesehatan
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat1.
Aspek hukum
Kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
-jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindra;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
-terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
-gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.
Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
7
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun1.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
8
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
15tahun1.
Pemeriksaa medis dalam bidang tanatologi
Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta
faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu.
Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati
suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)2.
1. Mati somatis (mati klinis)
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf
pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible). Secara
klinis tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak
terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati suri (suspended animation apparent death)
Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan tenggelam.
3. Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini
penting dalam transplantasi organ.
4. Mati serebral
adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum,
sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi
dengan bantuan alat2.
9
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul
dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran
darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat
dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang
memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Tanda Pasti Kematian
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat
kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda
kematian dibagi menjadi 3, yaitu3:
1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.
Berhentinya sirkulasi darah.
Berhentinya pernafasan.
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)
B. Lebam mayat (livor mortis)
C. Kaku mayat (rigor mortis)
A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan
penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada
iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat2,3.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat
1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.
2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan
pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
10
3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,
kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada
tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.
4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.
5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang
lebih cepat.
6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.
B. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang
tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam
waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit
menjadi gelap.
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa
berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu
penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini
juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh
diri2,3.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab
kematian :
• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
• Merah gelap menunjukkan asfiksia
• Biru menunjukkan keracunan nitrit
• Coklat menandakan keracunan aniline
C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
11
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot
tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada
tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah
akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.
2. Kaku Mayat
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi
kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang
leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada
otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada
mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada
musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak
ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga
mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder2,3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat
Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana lebih lama.mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku
mayat akan cepat terjadi dan berlangsung
Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada
bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
12
Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di
mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.
3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:
D. Proses pembusukan
E. Saponifikasi atau adiposera
F. Mumifikasi
D. Proses Pembusukan
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa
warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna,
dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin
ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan
1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat.
Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir
menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat
berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu
rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini
selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit2
Lepuhan Kulit (blister)
Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di
mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin
Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam
telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari,
belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa.
13
Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan
uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut.
Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika
pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna
kecoklatan3.
Organ Tubuh Bagian Dalam
Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti
diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang
lambat.
Jaringan yang cepat membusuk :
Laring
Trakea
Otak terutama pada anak-anak
Lambung
Usus halus
Hati
Limpa
Jaringan yang lambat membusuk :
Jantung
Paru-paru
Ginjal Prostat
Uterus non gravid
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.
a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F
sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan
berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .
b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam
air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.
c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.
d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa
jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan
14
logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat
membusuk dibandingkan mayat orang sehat.
E. Adiposera
Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.
Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip
seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.
Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan
hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk
berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada
mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga
bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere
adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah)2.
F. Mummifikasi
Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian
tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih
tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri
seseorang.
Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak
begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan
tubuh.
Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan
medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau
tempat basah)2.
Identifikasi forensik
Autopsi berasal dari kata “auto” = sendiri dan ”opsis”= melihat. Autopsi adalah
pemeriksaan terhadap tubuh mayat meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian
dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan
interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari
hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian4.
Bedasarkan tujuan, dikenal dua jenis autopsy yaitu Autopsi Klinik dan Autopsi
Forensik/Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
15
penyakit, dirawat di Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal. Pemeriksaan ini mutlak
memerlukan izin dari keluarga terdekat mayat.
Autopsi forensik dilakukan terhadap mayat berdasarkan peraturan undang-undang dan
diperlukan suatu Surat Permintaan Pemeriksaan/Pembuatan visum et repertum.dari pihak
penyidik. Dalam autopsi forensik mutlak dilakukan pemeriksaan lengkap meliputi tubuh bagian
luar dan pembukaan semua rongga tengkorak, dada dan perut/panggul. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan tujuan:
a) Membantu dalam hal penetuan identitas mayat
b) Menetukan sebab pasti kematian, cara kematian dan memperkirakan saat kematian.
c) Mengumpulkan dan mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab serta identitas pelaku kejahatan.
d) Membuat laporan tertulis dalam bentuk visum et repertum.
e) Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu penentuan serta penuntutan
terhadap orang yang bersalah5.
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium
maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu
dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus mengikuti suatu
sistematika yang telah ditentukan.
Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti dengan memperhatikan
jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan
luar jenazah adalah seperti berikut:
a) Label mayat
- Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat
selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label identifikasi
dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada tubuh mayat.5
b) Tutup mayat
c) Bungkus mayat
- Sekiranya mayat dibungkus dan diikit dengan tali, catatkan secara rinci sifat tali dan
bungkus mayat.
d) Pakaian
16
- Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar sampai
lapisan yang terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.
e) Perhiasan
f) Benda di samping mayat
- Seperti tas atau bungkusan
g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan terhadap
tanda kematian ini)
- Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam
- Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik
- Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut dicatat
- Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan perubahan
warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.
- Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.
h) Identifikasi umum
- Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat
badan, keadaan zakar, adanya striae albicans pada dinding perut.
i) Identifikasi khusus
- Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto
- Jaringan parut
- Kapalan (callus) : dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya
- Kelainan kuli
- Anomali dan cacat pada tubuh
j) Pemeriksaan rambut
- Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang sifatnya
berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.
k) Pemeriksaan mata
- Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola
mata, kornea, iris dan pupil.
l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung
- Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan
m) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
17
- Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.
n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
- Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa
selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat ada
atau tidak kekerasan.
o) Lain-lain
- Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,
bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.
p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
- Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat
- Jenis luka : lecet, memar atau terbuka
- Arah luka : melintang, membujur atau miring
- Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan
- Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain
- Dasar luka
- Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain
- Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan
- Saluran luka
- Lain-lain : pola penumpukan kulit
q) Pemeriksaan terhadap patah tulang5
Pembedahan mayat
Terdapat empat teknik autopsi dasar yaitu teknik Virchow, teknik Rokistansky, teknik
Letulle dan teknik Ghon. Teknik Virchow merupakan teknik tertua dan kurang baik untuk
autopsi forensik karena hubungan anatomik antar organ dapat hilang. Teknik Rokistansky
dilakukan dengan membuat irisan organ in situ kemudian baru dikeluarkan. Teknik Letulle
mengeluarkan organ leher, dada, diafrgama dan perut sekaligus (en masse) dan merugikan
karena memerlukan pembantu untuk dilakukan. Teknik Ghon mengangkat organ sebagai tiga
kumpulan yaitu organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan limpa, serta organ
urogenital4.
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan insisi
melalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang rawan
18
krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat
sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan salah
satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan
hati-hati dan dicatat4:
a) Ukuran
- Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak
langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang
mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.
b) Bentuk
c) Permukaan
d) Konsistensi
- Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
e) Kohesi
- Merupakan kekuatan daya regang antar jaringan pada organ.
f) Potongan penampang melintang
- Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pemeriksaan
khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian.
Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :
a) Dada :
- Dilakukan seksi jantung dan paru-paru
b) Perut
- Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit
- Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai satu
unit. Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.
c) Leher :
- Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai
satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada
kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang.
d) Kepala : Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.
19
Autopsi pada kasus kelainan di leher
Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih dari
kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan ke
tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan dada,
lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat
dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti autopsi biasa4.
Autopsi kematian pada kasus kematian akibat kekerasan
Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan hal-
hal seperti:
a) Penyebab luka
- Memeperhatikan morfologi luka yang sringkali memberi petunjuk tentang benda
yang mengenai tubuh
b) Arah kekerasan
- Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting untuk
rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh, perlu
ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.
c) Cara terjadinya luka
- Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. Luka akibat
pembunuhan biasanya tersebar di seluruh tubuh sama ada daerah terbuka atau daerah
tertutup seperti leher, ketiak, lipat siku dan sebagainya. Seringkali juga ditemukan
luka tangkis pada korban pembunuhan. Pada kecelakaan luka lebih ditemukan di
daerah yang terbuka disbanding daerah tertutup. Pada korban bunuh diri pula, luka
menunjukkan sifat luka percobaan atau tentative wounds yang mengelompok dan
berjalan kurang lebih sejajar.
d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati
- Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat
kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan
adalah luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda
intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan darah, proses
penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain perlu diperhatikan4.
Kematian akibat pembunuhan menggunakan kekerasan
20
Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis
dengan baik dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka dan lokasi
luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta
telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak teratur pada kasus
pembunuhan dengan kekerasan tajam.
Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka berbentuk
luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perlu juga diperhatikan adanya atau luka tangkis.
Pada pembunuhan dengan senjata api pula dapat ditemukan luka tembak masuk jarak dekat,
sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan luka tembak temple.
Bunuh diri dengan kekerasan
Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri
yang mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah
prekordial. Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang
mematikan4,5.
Autopsi kasus kematian karena asfiksia mekanik
Asfiksia mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan
dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat sering ditemukan
tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat yang gelap dan luas, perbendungan pada bola
mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat
dalam serta bintik perdarahan Tardieu. Tanda-tanda asfiksi tidak akan ditemukan bila kematian
terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Ciri khas bagi masing-masing peristiwa adalah seperti
berikut4:
a) Pembekapan
- Tanda kekerasan sekitar lubang hidung dan mulut terutama bagain muka yang
menonjol. Dilihat juga tanda kekerasan pada bagian belakang bibir, daerah belakang
kepala atau tengkuk.
b) Penyumbatan
- Sering sekali benda asing masih terdapat dalam rongga mulut atau ditemukan sisa
benda asing dan tanada bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.
c) Pencekikan
21
- Kulit daerah leher menunjukkan tanda kekerasa yang ditimbulkan ujung jari atau
kuku berupa luka memar atau lecet jenis tekan. Pada pembedahan ditemukan resapan
darah bawha kulit daerah leher serta alat leher dan tulang lidah boleh patah unilateral.
d) Penjeratan
- Jerat biasanya berjalan horisantal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat meninggalkan
jejas jeratberupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Jerat pada kasus
pembunuhan sering kali disimpul mati.
e) Tergantung
- Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar tetapi
membentuk sudut membuka ke arah bawah dan letak jerat lebih tinggi. Ditemukan
resapan darah bawah kulit pada pembedahan sesuai letak jejas jerat pada kulit4,5.
Interpretasi temuan
Interpretasi temuan meliputi aspek :
A. Penjeratan (strangulation)
Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,
kabel, kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat
sehingga saluran pernafasan tertutup.
Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan suicide maka penjeratan adalah
pembunuhan.2
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal.pada
gantung diri,semua arteri vertebralis biasanya tetap paten,hal ini disebabkan oleh kerana
kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.
Jerat.Bila jerat masih ditemukan melingkari leher,maka jerat tersebut harus disimpan dengan
baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama dengan
viseum et repetum
Terdapat 2 jenis jerat yaitu simpul hidup(melingkari jerat dapat diperbesar atau diperkecil)
dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah).
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar,melingkari leher dan terapat lebih rendah dair jejas
jerat pada kasus gantung.
22
Keadaan jejas jerat sangat bevariasi,Bila jerat lunak dan lebar seprti handuk atau selendang
sutera,maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam dapat atau
tidak kaos kaki nylon akan meniggalkan jejeas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scrotch tape pada daerah jejas di
leher,kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar
ultra violet.
Bila jejas kasar seperti tali,maka bila tali bergesekkan pada saat korban melawan akan
menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jeratmyang nampak jelas berupa kulit yang
mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen.Pada otot sebelah
dalam tampak banyak resapan darah2,3.
Cara kematian dapat berupa :
1. Bunuh diri
Hal ini jarang menyilutkan diagnosis.Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan
simpul hidup atau bahan hanya dililitkan seja,dengan jumlah lilitan lebih dari satu.
2. Pembunuhan
Pengikatan biasanya dengan simpul nati dan sering trlihat bekas luka pada leher
3. Kecelakaan.
Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja .
B. Gantung (hanging)
Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan.Perbedaan terdapat pda asal tenaga yang
dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat.
Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar,sedangkan kasus gantung tenaga tersebut
berasal dari berat badan korban sendiri,meskipun tidak perlu seluruh badan digunakan2.
Mekanisme kematian:
1. Kerusakan pada batang otak dan medula spinalis.Hal ini terjadi akibat dislokasi atau
fraktur vertebra ruas leher,mesialnya pada judicial hanging.
2. Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernafasan
3. Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri leher
4. Refleks vagal.
Posisi korban pada kasus gantung diri:
23
1. Kedua kaki tidak menyentuh lantai
2. Duduk berlutut
3. Berbaring
Diketahui terdapat beberapa jenis gantung diri:
1. Typical hanging,terjadi bila titik gantung terletak di atas darah oksiput dan tekanan pada
erteri karotis paling besar
2. Atypical hanging,bila titik penggantungan terdapat di samping sehingga leher dalam
posisi sangat miring yang akan menyebabkan hambatan pada arteri karotis dan arteri
vertebralis.Saat arteri terhambat,korban segera tidak sedar.
3. Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.
Bila jerat lebar dan lunak maka hambatan hanya terjadi pada saluran pernafasan dan pada
aliran vena dari kepala ke leher sehingga akan tampak bendungan pada daerah sebelah atas
ikatan.Darah tidak terkumpul di otak sedangkan pada kulit dan konjungtiva masih terdapat
ptekie yang merupakan akibat terkumpulnya darah ekstra vaskular
Jejas jerat relatif lebih tinggi pada leher dan tidak mendatar melainakn lebih meniggi di
bagian simpul.Kulit mencengkung ke dlaam sesuai dengan bahan penjeratan,berwarna
coklat,perabaan kaku,dan akibat bergesekan dengan kulit leher maka pada tepi jejas daapt
luka lecet.
Kadang-kadng pada tepi jejas akan terdapat sedikit perdarahan,sedangkan pada jaringan
bawah kulit dan otot sebelah dalam terdapat memar jaringan.Diperlukan pemeriksaan
mikroskopik unuk melihat reaksi vital pada jaringan di bawah jejas untuk menentukan
apakah jejas terjadi pada waktu orang masih hidup atau setelah meniggal2.
Distribuasi lebam mayat pada kasus gantung mengarah ke bawah yaitu pada kaki,tangan dan
genitalia eksterna bila korban tergantung cukup lama.Penis dapat nampak seolah mengalami
ereksi akibat terkumpulnya darah,sedangkan semen keluar kerana relaksasi otot sfingter post
mortal.
Efek lanjutan penekasan saluran pernafasan.Bila korban masih hidup setelah
penjertatan,sebagai akibat perbendungan,Maka perdarahan ptekie akan menetap selama
beberapa hari.Sedngkan jejas jerat akan membengkak dan terbentuk kulit keras pada
epidermis yang terkikis.Keadan ini akan menghilang 1-2 minggu.
C. Luka
24
Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis
maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga keping
kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.2
Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik
Luka akibat benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada
luka tusuk,sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau
bermata satu atau bermata dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda
penyebabnya adalah benda tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut
dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua.Benda tajam bermata satu sapat
menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja
yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya2.
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda ajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka
lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.
Pada luka turuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya,demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda
tajam tersebut.Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan
pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan tungkai5.
Pemeriksaan pada kain (baju)yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pidau-
kain tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya.
Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata
tajam,sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.Luka percobaan dapar berupa luka sayat
atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar2.
Interpretasi temuan dikaitkan dengan kasus
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui
sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan
pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat
oleh baju tersebut.
25
Keterangan ini menggambarkan keadaan korban yang seolah-olah mati disebabkan
karena gantung diri dengan posisi gantung berbaring tertelungkup.
Namun, masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang
memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus yang memiliki ciri-ciri yang sesuai
dengan akibat kekerasan tajam dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan
dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Temuan ini menyingkirkan bahwa korban mati bunuh diri. Karena luka yang
ditemukan merupakan tanda bukti korban penganiayaan orang lain terhadap korban
yang diduga sekaligus pelaku pembunuhan. Temuan nomor satu hanya manipulasi
dari pelaku agar orang menduga korban mati bunuh diri.
Putusnya pembuluh darah ketiak merupakan mekanisme dari kematian korban, karena
pembuluh darah ketiak merupakan salah satu pembuluh darah besar dari bagian tubuh
di daerah aksila (ketiak). Dimana kekerasan tajamlah yang menyebabkan putusnya
pembuluh darah berupa luka bacok. Luka berupa bacokan memiliki ciri-ciri, yaitu
kedua sudut lancip dan relatif dalam, bentuk garis lurus, tak ada lecet atau memar di
sekitar luka, tepi dinding rata, folikel rambut terpotong, serta tidak ada jembatan
jaringan.
Beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang juga memiliki
ciri-ciri yang sesuai akibat benda tajam memungkinkan bahwa korban sempat
melakukan perlawanan dengan kakinya sehingga kaki ikut terluka oleh benda tajam
tersebut dan menimbulkan luka sayat. Luka berbentuk sayatan tersebut memiliki ciri-
ciri, yaitu kedua sudut lancip dan relatif superfisial, bentuk garis lurus, tak ada lecet
atau memar di sekitar luka, tepi dinding rata, folikel rambut terpotong, serta tidak ada
jembatan jaringan.
Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya
digulung hingga setengah tungkai di bawahnya.
Diduga korban adalah warga pedesaan yang sedang mencari kayu bakar di hutan.
Karena kebiasaan masyarakat di pedesaan setiap kali berjalan menusuri hutan sering
menggulung celananya dan membuka baju kemudian disandangkan di bahu. Mungkin
keadaan demikian membuatnya nyaman dan tidak gerah.
Tubuh mayat tersebut telah membusuk
26
Diduga korban telah meninggal lebih dari 24 jam yang lalu. Kelompok kami sepakat
24 jam yang lalu mengingat suhu di daerah pegunungan yang dingin, sehingga
memungkinkan pembusukan mayat berlangsung lebih lama dari daerah yang panas.
Rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah daerah suatu perbukitan
yang berhutan cukup lebat.
Keterangan ini memperkuat asumsi bahwa pembunuhan berlangsung di tempat
tersebut karena letaknya jauh dari pemukiman sehingga memberi kesempatan serta
memudahkan pelaku untuk melakukan tindak kejahatan tersebut.
Identifikasi Forensik
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik
untuk menemukan identitas seseorang. Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua
metode yang digunakan memberikan hasil positif.
Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual,
dokumen, pakaian dan perhiasan, identifikasi medik, pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan
serologi, Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode DNA.
a. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante
mortem. Setelah mengambil sidik jari jenazah (cap) hasil kita berikan kepada pihak yang
berwajib.
b. Metode visual
Jenazah Tn.A sudah membusuk, maka metode ini kurang efektif dilakukan, karena
metode visual hanya efektif apabila didapatkan jenazah yang belum membusuk.
c. Pemeriksaan dokumen
Tidak ditemukannya dompet ataupun dokumen dan kartu identifikasi lainnya pada
pakaian korban.
d. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dipakai jenazah, mungkin dapat diketahi merek atau
nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu
identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.
Pada pemeriksaan didapatkan mayat berpakaian
27
- Atas: kaos dalam (oblong) berwarna putih tanpa merek ukuran L yang berlumuran darah di
bagian dada dan perut kiri tubuh korban.
- Bawah: celana panjang kain berwarna hitam tidak bermerek dengan dua buah saku di
bagian belakang dan satu buah saku masing-masing pada bagian kanan dan kiri yang
dibagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Pada saku kiri belakang
terdapat sehelai sapu tangan berwarna abu-abu bergaris hitam. Pada bagian depan atas
celana terdapat bercak darah.
- Celana dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada pinggang dengan
tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit berlumuran darah pada bagian
depan atas sebelah kiri
e. Identifikasi medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Metode ini mempunyai nilai cukup tinggi karena selain
dilakukan oleh seorang ahli dengan melakukan berbagai cara/modifikasi sehingga
ketepatannya cukup tinggi. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Pada pemeriksaan didapatkan bahwa mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia,
umur kurang lebih tiga puluh enam tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi cukup, panjang
badan 165 cm dan berat badan 74 kg dan zakar disunat. Rambut kepala berwarna hitam,
tumbuh keriting tipis, panjang 13 cm. Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Kumis berwarna
hitam, tumbuh lebat dengan panjang 10mm. Hidung berbentuk normal dan kedua daun telinga
berbentuk normal. Alat kelamin tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa
tidak terdapat kelainan
f. Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi serta
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi
dan sebagainya. Hasil dari pemeriksaan dibandingkan dengan data ante mortem.
Pada mayat didapatkan gigi geligi lengkap kecuali geraham depan pertama rahang bawah
sebelah kiri yang tidak ada.
g. Pemeriksaan serologik
28
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.
Pemeriksaan golongan darah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa
rambut, kuku dan tulang.1
Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan Luar
1. Label mayat: sehelai karton berwarna merah muda dengan materai lak merah, terikat
pada ibu jari kaki kanan mayat.
2. Tutup mayat: -
3. Bungkus mayat: -
4. Pakaian:
Korban menggunakan kaos dalam (oblong) berwarna putih ukuran L
yangberlumuran darah di bagian dada dan perut kiri tubuh korban dan celana panjang
kain berwarna hitam dengan dua buah saku di bagian belakang dan satu buah saku
masing-masing pada bagian kanan dan kiri yang dibagian bawahnya digulung hingga
setengah tungkai bawahnya. Pada saku kiri belakang terdapat sehelai sapu tangan
berwarna abu-abu bergaris hitam. Pada bagian depan atas celana terdapat bercak darah,
serta celana dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada pinggang dengan
tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit berlumuran darah pada bagian
depan atas sebelah kiri. Lehernya terikat lengan baju dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm.
5. Perhiasan: tidak ditemukan
6. Benda di samping mayat: pohon perdu setinggi 60 cm dan bebatuan
7. Tanda kematian:
Lebam mayat
Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam. Pada kasus ini korban ditemukan
dalam posisi tertelungkup, sehingga lebam mayat akan ditemukan pada bagian perut
dan dada korban. Dan lebam mayat tidak hilang pada penekanan dan tidak dapat
berpindah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit paska mati dan akan
menetap 8-12 jam.
Kaku mayat
29
Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,dan distribusinya
dimulai dari kepala ke kaki. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap.
Suhu tubuh
Suhu tubuh menurun akibat berhenti nya proses metabolisme , hal ini dipengaruhi
juga oleh suhu lingkungan sekitar korban dan keadaan korban yang hanya
menggunakan kaos dalam.
Pembusukan
Tanda pembusukan tampak pertama kali pada kulit perut sebelah kanan bawah
yang berwarna kehijau-hijauan. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati.
Pada kasus ini telah ditemukan adanya pembusukan, jadi perkiraan saat kematian pada
korban ini adalah lebih dari 24 jam.
8. Identifikasi umum:
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Ras : Batak
Umur : 37 tahun
Warna Kulit : sawo matang
Keadaan gizi : cukup
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 70 kg
9. Identifikasi khusus:
Tattoo : -
Jaringan parut : -
Anomali : -
10. Pemeriksaan rambut: hitam dan lurus
11. Pemeriksaan mata: tertutup, tidak ada gambaran perbendungan mata dan tidak ada bintik-
bintik perdarahan pada komjungtiva bulbi dan palpebra.
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung: tidak terdapat busa/cairan dan darah
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut: terdapat luka lecet jenis tekan atau geser
dan luka memar pada bagian/ permukaan bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan
gigi, gusi dan lidah. Tidak ditemukan busa halus.
30
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: tidak ada kelainan
15. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan:
a) Letak luka: ditemukan adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri dan
beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.
b) Jenis luka: luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus
dan luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri
yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
c) Arah luka: melintang
d) Tepi luka: rata dan teratur
e) Sudut luka: kedua sudut luka lancip
f) Dasar luka: dalam luka tidak melebihi panjang luka
g) Ukuran luka: ± 10 cm
16. Pemeriksaan terhadap patah tulang: tidak ada tanda patah tulang
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan organ/alat tubuh biasanya dimulai dan lidah oesofagus, trachea dan seterusnya
sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.3
1. Lidah
Perhatikan permukaan lidah, adakah kelainan bekas gigitan, baik yang baru maupun yang
lama. Bekas gigitan ini dapat pula terlihat pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya
tidak sampai teriiis putus, agar setelah selesai autopsi, mayat masih tampak berlidah utuh.
2. Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran infeksi, nanah,
tanda bekas tonsilektomi, dan sebagainya.
3. Kelenjar gondok
Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah permukaannya rata, catat warnanya, adakah
perdarahan berbintik atau resapan darah. Lakukan pengirisan di bagian lateral pada kedua
baga kelenjar gondok dan catat perangai penampang kelenjar ini.
4. Kerongkongan (oesophagus)
Perhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir serta kelainan yang mungkin
ditemukan (misalnya stnktura, vances).
5. Batang tenggorok (trachea).
31
Dimulai dari epiglotis. Perhatikan adakah edema, benda psing, perdarahan dan kelainan lain
Perhatikan pula pita suara dan kotak suara. Sementara pada trachea perhatikan adanya benda
asing, busa, darah, serta keadaan selaput lendirnya.
6. Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilago thyroidea) dan rawan cincin (cartilago
cricoidea)
Perhatikan adanya patah tulang, resapan darah. Rawan gondok dan rawan cincin seringkali
juga menunjukkan resapan darah pada kasus dengan kekerasan pada daerah leher
(pencekikan, penjeratan, gantung).
7. Arteria carotis interna
Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar artena ini,Buka pula artena ini. dengan
menggunting dindig depannya dan perhatikan keadaan intima. Bila kekerasan pada daerah
leher mengenai artena ini, kadang-kadang dapat ditemukan kerusakan pada intima di
samping terdapatnya resapan darah Pada sekitar artena pada dinding depannya dan
perhatikan keadaan intima.
8. Kelenjar kacangan (Thymus)
Kelenjar kacangan biasanya telah beirganti menjadi Thymic fat body pada orang dewasa,
namun kadang-kadang masih dapat ditemukan (pada status thymicolymphaticus). Perhatikan
akan adanya perdarahan berbintik serta kemungkinan adanya kelainan lain.
9. Paru-paru.
Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru-paru. Perhatikan
warnanya, serta bintik perdarahan, bercak perdarahan akibat aspirasi darah ke dalam alveoli
(tampak pada permukaan paru sebagai bercak berwarna merah-hitam dengan batas tegas),
resapan darah, luka, bulla dan sebagainya.
Perabaan paru yang normal terasa seperti meraba spons/ karet busa. Pada paru dengan proses
peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras
Penampang paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru yang dimulai dari apex
sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang paru pada daerah hilus Pada penampang
paru ditentukan warnanya serta dicatat kelainan yang mungkin ditemukan.
10. Jantung
Perhatikan besarnya jantung, bandingkan dengan kepalan tinju kanan mayat Perhatikan akan
adanya resapan darah, luka atau bmtik-bintik perdarahan. Pada autopsi jantung, ikuti
32
sistematika pemotongan dinding jantung yang dilakukan dengan mengikuti aliran darah di
dalam jantung.
11. Aorta thoracalis
Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau pembentukan aneurisma
Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan tanda kekerasan merupakan resapan darah atau
luka
12. Aorta abdominalis
Perhatikan dinding aorta terhadap adanya penimbunan perkapuran atau atheroma
13. Anak ginjal (glandula suprarenalis)
Kedua anak ginjal harus dicari terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan lanjut pada
area alat rongga perut dan panggul. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena bila telah
dilakukan pemeriksaan atau telah dilakukan pemisahan alat rongga perut dan panggul, anak
ginjal sukar ditemukan. Pada anak ginjal yang normal, pengguntingan anak ginjal akan
memberikan penampang dengan bagian korteks dan medulla yang tampak jelas
14. Ginjal, ureter dan kandung kencing
Kedua ginjal masing-masing diliputi oleh jaringan lemak yang dikenal sebagai capsula
adiposa renis. Adanya trauma yang mengenai daerah ginjal seringkali menyebabkan resapan
darah pada capsula ini. Dengan melakukan pengirisan di bagian lateral kapsula, ginjal dapat
dibebaskan Untuk pemeriksaan lebih lanjut, ginjal digenggam pada tangan kin dengan pelvis
rems dan ureter terletak antara telunjuk dan jari tengah Irisan pada ginjal dibuat dan arah
lateral ke medial, diusahakan tepat di bidang tengah sehingga penampang akan melewati
pelvis renis. Pada tepi irisan, dengan menggunakan pinset bergigi, simpai ginjal dapat di
"cubit" dan kemudian dikupas secara tumpul. Setelah simpai ginjal dilepaskan, lakukan
terlebih dahulu pemeriksaan terhadap permukaan ginjal. Perhatikan adakah kelainan berupa
resapan darah, luka-luka ataupun kista-kista retensi
Pada penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks dan medula ginjal. Juga perhatikan
pelvis renis akan kemungkinan terdapatnya batu ginjal, tanda peradangan, nanah dan
sebagainya.
Ureter dibuka dengan meneruskan pembukaan pada pelvis renis, terus mencapai vesika
urinaria. Perhatikan kemungkinan terdapatnya batu, ukuran penampang, isi saluran serta
keadaan mukosa.
33
15. Hati dan kandung empedu
Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang pada keadaan biasa menunjukkan
permukaan yang rata dan licin, berwarna merah-cokat Kadangkala pada permukaan hati
dapat ditemukan kelainan berupa janngan ikat, kista kecil, permukaan yang berbenjol-
benjol, bahkan abses. Pada perabaan, hati normal memberikan perabaan yang kenyal. Tepi
hati biasanya tajam.
Kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan terdapatnya batu
empedu. Untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada saluran empedu, dapat dilakukan
pemeriksaan dengan jalan menekan kandung empedu ini sambil memperhatikan muaranya
pada duodenum (papilla Vateri). Bila tampak cairan coklat-hijau keluar dai muara tersebut,
ini menandakan saluran empedu tidak tersumbat Kandung empedu kemudian dibuka dengan
gunting untuk memperlihatkan selaput lendirnya vang seperti beludru berwarna hujau-
kuning
16. Limpa dan kelenjar getah bening
Limpa dilepaskan dan sekitarnya. Limpa yang normal menunjukkan permukaan yang
berkeriput, berwarna ungu dengan perabaan lunak kenyal. Buatlah irisan penampang limpa,
limpa normal mempunyai gambaran limpa yang jelas, berwarna coklat-merah dan bila
dikikis dengan punggung pisau, akan ikut jaringan penampang limpa, Jangan lupa mencatat
ukuran dan berat limpa Catat pula bila ditemukan kelenar getah bening regional yang
membesar.
17. Lambung, usus halus dan usus besar
Lambung dibuka dengagn gunting pada curvatura mayor. Perhatikan isi lambung dan
simpan dalaam botol atau kantong plastik bersih bila isi lambung ini diperlukan untuk
pemeriksaan toksikologik atau pemeriksaan laboratorium lainnya. perhatikan pula selaput
lendir lambung terhadap kemungkinan adanya erosi, ulserasi, perdarahan/resapan darah.
Usus diperiksa akan kemungkinan terdapat darah dalam lumen serta kemungkinan
terdapatnya kelainan bersifat ulceratif, polip, dan lain-lain
18. Kelenjar liur peiut (pancreas).
Pertama-tama lepaskan lebih dahulu kelenjar liur perut ini dari sekitarnya Kelenjar liur perut
yang normal mempunyai wama kelabu agak kekuningan, dengan permukaan yang berbelah-
belah dan perabaan yang kenyal. Perhatikan ukuran serta beratnya.
34
19. Otak besar, otak kecil dan batang otak
Perhatikan permukaan luar dari otak adakah perdarahan subdural, perdarahan sub-
arakhnoid, kontusio jaringan otak atau kadangkala bahkan sampai teijadi laserasi. Pada
oedema cerebri, girus otak akan tampak mendatar dan sulkus tampak menyempit Perhatikan
pula akan kemungkinan terdapatnya tanda penekanan yang menyebabkan sebagian
permukaan otak menjadi datar.
Pada daerah ventral otak, perhatikan keadaan sirkulus Willisi. Nilai keadaan pembuluh
darah pada sirkulus, adakah penebalan dinding akibat kelainan ateroma, penipisan dinding
akibat aneurysma, dan perdarahan. Bila terdapat perdarahan hebat, usahakan agar dapat
ditemukan sumber perdarahan tersebut. Perhatikan pula bentuk serebelum. Pada keadaan
peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebri misalnya, dapat terjadi herniasi
serebellum ke arah foramen magnum, sehingga bagian bawah serebellum tampak menonjol.
Pisahkan otak kecil dari otak besar dengan melakukan pemotongan pada pedunculus cerebri
kanan dan kiri. Otak kecil ini kemudian dipisahkan juga dari batang otak dengan melakukan
pemotongan pada pedunculus cerebelli.
Otak besar diletakkan dengan bagian ventral menghadap pemeriksa Lakukan pemotongan
otak besar secara koronal/ melintang, perhatikan penampang irisan. Tempat pemotongan
haruslah sedemikian rupa agar struktur penting dalam otak besar dapat diperiksa dengan
teliti. Kelainan yang dapat ditemukan pada penampang otak besar antara lain perdarahan
pada korteks akibat contusio cerebri, perdarahan berbintik pada substansi putih akibat
emboli, keracunan barbiturat serta keadaan lain yang menimbulkan hipoksia jaringan otak,
infark jaringan otak, baik yang bilateral maupun yang unilateral akibat gangguan pendarahan
oleh arteri, abses otak, perdarahan intra cerebral akibat pecahnya a. lenticulostriata dan
sebagainya.
Otak kecil diperiksa penampangnya dengan membuat suatu irisan melintang, catatlah
kelainan perdarahan, periunakan dan sebagainya yang mungkin ditemukan. Batang otak
diiris melintang mulai daerah pons, medulla oblongata sampai ke bagian proksimal medulla
spinalis. Perhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan.
20. Alat kelamin dalam (genitalia intema)
Pada mayat laki-laki, testis dapat dikeluarkan dari scrotum melalui rongga perut. Jadi tidak
dibuat irisan baiu pada scrotum. Perhatikan ukuran, konsistensi serta kemungkinan
35
terdapatnya resapan darah. Perhatikan pula bentuk dan ukuran dan epididimis Kelenjar
prostat diperhatikan ukuran serta konsistensinya
Pada mayat wanita, perhatikan bentuk serta ukuran kedua indung telur, saluran telur dan
uterus sendiri-sendiri. Pada uterus diperhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan,
resapan darah ataupun luka akibat tindakan abortus provokatus. Uterus dibuka dengan
membuat irisan berbentuk huruf T pada dinding depan, melalui saluran serviks serta muara
kedua saluran telur pada fundus uteri. Perhatikan keadaan selaput lendir uterus, tebal
dinding, isi rongga rahim serta kemungkinan terdapatnya kelainan.
Tanatologi
Aspek tanatologi pada kasus ini, yaitu:
Tubuh mayat ditemukan telah membusuk, sehingga perkiraan saat kematian korban lebih
dari 24 jam karena pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati. Pembusukan
ini awalnya berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang
isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna
kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh tubuh, dan bau busuk pun akan tercium.
Ditemukan lebam mayat tetap pada bagian dada dan perut karena korban diketemukan
dalam keadaan tertelungkup sebab setelah kematian klinis, maka eritrosit akan
menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi). Lebam mayat yang tetap
ini dikarenakan bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga
sulit berpindah lagi, dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit
perpindahan tersebut. Dan lebam mayat yang menetap ini akan terjadi setelah 8-12 jam
pasca kematian.
Pada korban juga terdapat penurunan suhu tubuh (algor mortis).
Pada korban tidak diketemukan kaku mayat (rigor mortis) karena korban sudah
meninggal kira-kira 24 jam, sedangkan kaku mayat akan timbul dan menjadi lengkap
pada 12 jam pertama, kemudian menetap selama 12 jam dan akan menghilang dalam
urutan yang sama.1
Sebab Kematian
36
Cedera/luka akibat kekerasan benda tajam.
Cara Kematian
Pada kasus ini, cara kematian korban adalah tidak wajar, dengan dugaan pembunuhan
oleh seseorang di hutan dengan menggunakan kekerasan tajam. Hal ini juga berdasarkan hasil
temuan pada korban, yaitu ditemukan tanda-tanda kekerasan, yaitu luka terbuka pada bagian
ketiak dan luka benda tajam pada kedua tungkai bawah.
Mekanisme Kematian
Perdarahan masif karena putusnya pembuluh darah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam
yang diterima korban.
RS SEHAT WAL’AFIAT37
Jl. Kesehatan No. 17 Jakarta 34567Telp. (021) 896579
077/VER/RSSEHATWAL’AFIAT/XII/2014 Jakarta, 20 Desember 2014 Perihal : Hasil pemeriksaan luar mayat atas nama Tuan SitorLampiran : 2 halaman
PRO JUSTITIAVISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, dr. Adinda Afta, dokter bagian forensik pada Rumah Sakit Sehat Wal’afiat di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia Resort Jakarta Barat sektor Duri Kepa tertanggal dua puluh Desember dua ribu empat belas, No. Pol: 088/VER/XII/2014/Res-JB, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh Desember dua ribu empat belas, pukul lima Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat diruang bedah mayat bagian forensik Rumah Sakit Sehat Wal’afiat, telah melakukan pemeriksaan luar mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut: ---------------------------Nama : Tn. Sitor-------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------Umur : 37-------------------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia----------------------------------------------------------------------------Agama : Kristen-------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Wiraswasta--------------------------------------------------------------------------Alamat : Jl. Majapahit No.19----------------------------------------------------------------Mayat sudah diidentifikasi dengan sehelai label mayat yang terbuat dari karton warna kuning, tanpa segel, dan terikat pada ibu jari kaki kanan. ----------------------------------------------------------
----------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------PEMERIKSAAN LUAR :-----------------------------------------------------------------------------------1. Tutup/bungkus mayat: Terbungkus dalam sebuah kantong mayat, bahan parasut, warna
oranye dengan tulisan dinas pertamanan dan pemakaman provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2014 warna hitam. ----------------------------------------------------------------------------
2. Perhiasan mayat: Tidak ada perhiasan melekat pada tubuh korban, ataupun benda-benda disamping mayat. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Pakaian mayat: Mayat dalam keadaan hanya mengenakan sehelai celana dalam dan sehelai kain sarung bahan katun motif batik. -----------------------------------------------------------
4. Benda disamping mayat: tidak didapatkan benda apapun disamping mayat. ---------------------
38
5. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan, terbentuk lengkap. Lebam mayat terdapat pada punggung, berwarna merah keunguan, tidak hilang pada penekanan. -------------
6. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa Indonesia, berumur tiga puluh tujuh, warna kulit sawo matang, gizi baik, panjang tubuh seratus enam puluh lima sentimeter, berat tubuh tujuh puluh kilogram, zakar tidak disunat. --------------------------------------------------------------------
7. Identitas khusus: Tahi lalat yang tidak menonjol berwarna hitam pada pipi kiri. ----------------8. Rambut berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang lima sentimeter. -----------------------------
Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya sedang, panjang dua sentimeter. --------------------------Bulu mata berwarna, ................
RS SEHAT WAL’AFIATJl. Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat
Telp/Fax 021-5666952Lanjutan Visum et Repertum Nomor: 077/VER/RSUKRIDA/XII/2014
Halaman ke 2 dari 2 halaman
Bulu mata berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang satu sentimeter. --------------------------Kumis berwarna hitam, tumbuhnya tercukur, panjang satu sentimeter. ---------------------------Jenggot berwarna hitam, tumbuhnya tercukur, panjang satu sentimeter. --------------------------
9. Mata kanan dan mata kiri tertutup, selaput bening mata jernih, teleng mata bulat, dengan diameter delapan milimeter, warna tirai mata hitam, selaput bola mata pucat, dan selaput kelopak mata pucat.
10. Hidung berbentuk mancung. -----------------------------------------------------------------------------Telinga berbentuk oval. -----------------------------------------------------------------------------------Mulut tertutup, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit -------------------------------------------------
11. Gigi-geligi: Gigi-geligi berjumlah 30 buah. Gigi 5 rahang atas sisi kanan, berupa sisa akar; gigi 8 rahang bawah sisi kiri tidak ada.------------------------------------------------------------------
12. Dari lubang mulut tidak terdapat apapun, lubang hidung tidak keluar apapun, lubang telinga kanan tidak keluar apapun, lubang telinga kiri tidak keluar apapun, lubang kemaluan tidak keluar apapun dan lubang pelepas keluar tinja encer warna kuning. -------------------------------
13. Luka-luka: - Pada daerah ketiak kiri, terdapat luka terbuka melintang berukuran kurang lebih dua
belas sentimeter dengan tepi rata dan teratur serta sudut luka lancip, dalam luka tidak melebihi panjang luka. Pembuluh darah ketiak tampak terputus
- Pada bagian belakang korban dari punggung, bokong, tungkai atas dan bawah kanan kiri terdapat ekskoriasi atau luka lecet di banyak tempat dengan ukuran rata-rata dua sentimeter dan pada bagian lutut kanan dan kiri diterdapat luka terbuka berukuran dua kali tiga sentimeter dengan kedalaman satu sentimeter
- Terdapat luka melingkar pada bagian leher dengan kelebaran satu sentimeter14. Patah tulang: Tidak terdapat patah tulang. -----------------------------------------------------------
39
15. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima. ------------------------------------------------------------------
16. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan. --------------------------------------------17. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung tidak
menunjukan adanya kelainan. ----------------------------------------------------------------------------18. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di bawah tulang
jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah. ---------------------------------------------
19. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot dinding perut berwarna cokelat cukup tebal. ---------------------------------------------------------------------------
20. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh, rawan gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok berwarna coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan, berat dua puluh gram. -------------------------------------------------------------------------------------------------
21. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.-------22. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. --------------23. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru terdapat
perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat lima ratus enam puluh gram. -------------------------------------------------------------------------------------------------
24. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter, pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, berat dua ratus gram. ---------------------------------------------------------------------------------------------
25. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah seribu dua ratus gram. -------------------------------------------------------------------------------------
26. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan. --------------------------------
27. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram. ---------------
28. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan kenyal. Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut delapan puluh lima gram. ---------------------------------------------------------------------------------
40
29. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua belas jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah. -------------------------------------------
30. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang berlapis. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram. -------------------------------------
31. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas. Piala ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan sumbatan. –--------------------
32. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak menunjukkan kelainan. ----------------------------------------------------------------------------------------------------
33. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas dua sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak utuh, selaput lunak otak utuh. -----------------------------------------------------------------------------------
34. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian bawah. Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh gram.-------------------------
35. Golongan darah korban adalah B. -----------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN: -----------------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat seorang laki-laki berumur tiga puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat
pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam dan luka seret pada bagian belakang korban, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati karena kehabisan darah.------------------Sebab kematian mati orang ini akibat terputusnya pembuluh darah besar pada bagian ketiak sehingga mati karena kehabisan darah. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Terdapat kekerasan pada tubuh korban yaitu dengan bukti ditemukan luka lecet yang disebabkan diseretnya korban sebelum kematian dan dibiarkan mati kehabisan darah.----------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Dokter yang memeriksa,
(dr. Adinda Afta)SIP. 16071993
Penutup
41
Sesuai dengan kasus Pada mayat seorang laki-laki berumur tiga puluh tujuh tahun ini
ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet
geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam dan
luka seret pada bagian belakang korban, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati karena
kehabisan darah.
Sebab kematian mati orang ini akibat terputusnya pembuluh darah besar pada bagian
ketiak sehingga mati karena kehabisan darah. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam.
Terdapat kekerasan pada tubuh korban yaitu dengan bukti ditemukan luka lecet yang disebabkan
diseretnya korban sebelum kematian dan dibiarkan mati kehabisan darah.
Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan
berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar
meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya
pemeriksaan dalam untuk membantu diagnosis mekanisme kematian serta menyingkirkan
kemungkinan lainnya
Daftar pustaka
1. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi kedua. Bagian Kedokteran
Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta; 1994
2. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik FK Uni.
Indonesia. Jakarta:2001.
3. Tanda pasti kematian mayat..2002 (Online). [11 November 2011]. Available from URL:
http://medicine.uii.ac.id/upload/23-SAP-blok-medikolegal-kedokteran-uii.pdf
4. Teknik autopsy forensic. Edisi keempat. Bagian Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia.
Jakarta:2000.
5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta.2000:187-9.
42