Fix!!! Skenario 1

67
Seorang Lelaki Tewas Mengenaskan Ditepi Sungai Kering Adinda Aotearoa Afta 102011152 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Pendahuluan Salah satu cabang ilmu kedokteran yang membantu peradilan dalam rangka penegakkan hukum adalah ilmu kedokteran forensik. Pihak yang menengani suatu kasus peradilan tentunya boleh meminta keterangan ahli dari para ahli forensik ini. Objeknya sendiri bisa korban yang masih hidup maupun sudah meninggal. Dengan adanya kedokteran forensik ini, nantinya akan para penegak hukum mampu mempertimbangkan dan menjunjung tinggi keadilan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kami sebagai mahasiswa kedokteran mampu memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan ilmu kedokteran forensik dan nantinya mampu mempraktekan apa yang dipelajari, dan memiliki kesadaran akan pentingnya penegakan keadilan mengingat keterangan ahli mampu menjadi alat yang kuat dalam penegakkan peradilan. Skenario Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya 1

description

re

Transcript of Fix!!! Skenario 1

Seorang Lelaki Tewas Mengenaskan Ditepi Sungai

KeringAdinda Aotearoa Afta

102011152

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

PendahuluanSalah satu cabang ilmu kedokteran yang membantu peradilan dalam rangka penegakkan

hukum adalah ilmu kedokteran forensik. Pihak yang menengani suatu kasus peradilan tentunya boleh meminta keterangan ahli dari para ahli forensik ini. Objeknya sendiri bisa korban yang masih hidup maupun sudah meninggal. Dengan adanya kedokteran forensik ini, nantinya akan para penegak hukum mampu mempertimbangkan dan menjunjung tinggi keadilanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kami sebagai mahasiswa kedokteran mampu

memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan ilmu kedokteran forensik dan nantinya

mampu mempraktekan apa yang dipelajari, dan memiliki kesadaran akan pentingnya penegakan

keadilan mengingat keterangan ahli mampu menjadi alat yang kuat dalam penegakkan peradilan.

SkenarioSeorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam

keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di

bagian bawahnya digulung hingga setengan tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju

(yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat

ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher

memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih

dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah

ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang

memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah 2 km. TKP adalah suatu daerah

perbukitan yang berhutan cukup lebat.

1

Perkiraan kronologis kasus Seorang laki-laki yaitu Tn.S pergi mencari rumput untuk memberi makan ternaknya. Jarak antara

rumahnya dengan padang rumput sekitar 2 km yang dibatasi oleh hutan lebat yang cukup sepi.

Tn.S menggulung celana panjangnya untuk mempermudah dalam berjalan karna harus melewati

sungai kecil. Saat Tn.S sampai di penghujung hutan tiba-tiba seorang pria yang tak dikenal

lompat dari pohon dan langsung menyerang Tn.S menggunakan golok. Tn S yang kaget dengan

serangan mendadak ini segera menghindar namun golok tersebut malah mengenai ketiak kiri Tn

S. Golok ini seketika memutus pembuluh darah besar diketiak maka Tn S mulai lemas karena

kehilangan banyak darah. Tersangka pun menyeret Tn S dengan lengan baju kemeja panjang

milik Tn S sehingga tampak Tn S hanya menggunakan kaus oblong. Sesampai dipinggir sungai

yang mengering tersangka segera mengikatkan salah satu sisi lengan baju pada pohon perdu dan

juga mengencangkan ikatan lengan sisi lain dileher korban sehingga Tn S tidak dapat melarikan

diri. Kemudian tersangka pun pergi meninggalkan Tn S dan membiarkan Tn S mati kehabisan

darah.

Prosedur Medikolegal

I. Kewajiban dokter membantu dalam proses peradilan

Pasal 133 KUHAP

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman

atau dokter dan atau ahli lainnya.

2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan

diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada

ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat 1.

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

2

2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut

keterangan1.

Pasal 179 KUHAP

1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter

atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan

keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan

memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya menurut

pengetahuan dalam bidang keahliannya1.

II. Bentuk bantuan dokter dalam proses peradilan dan temuannya

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya1.

Pasal 184 KUHAP

1) Alat bukti yang sah adalah:

- Keterangan saksi

- Keterangan ahli

- Surat

- Pertunjuk

- Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP

1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di

sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat

pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

3

2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang

sebagaimana tersebut pada ayat (2)1

III. Sangsi bagi pelanggaran kewajiban dokter

Pasal 216 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak

sembilan ribu rupiah.

2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-

undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan

umum.

3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan

yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah

sepertiga1.

Pasal 222 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.

Pasal 224 KUHP

Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau

jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-

undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.

Pasal 522 KUHP

4

Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak

datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan

ratus rupiah.

IV. Rahasia jabatan dan pembuatan SKA/ V et R

Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter

Saya bersumpah/ berjanji bahwa:

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai

dengan martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan

kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan

karena keilmuan saya sebagai dokter…….dst.

Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh

orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya

dalam lapangan kedokteran1.

Pasal 2 PP No 10/1966

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam

pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP

ini menentukan lain.

Pasal 3 PP No 10/1966

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,

pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri

kesehatan1.

Pasal 4 PP No 10/1966

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak

atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan

5

dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga

kesehatan.

Pasal 5 PP No 10/1966

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut

dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan

berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Pasal 322 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan

atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana

penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu

rupiah.

2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat

dituntut atas pengaduan orang itu1.

Pasal 48 KUHP

Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

V. Bedah mayat klinis , anatomis dan transplantasi

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat

Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.

Pasal 2 PP No 18/1981

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:

a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah

penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan

pasti;

b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita

menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.

c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x

24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit1.

Pasal 14 PP No 18/1981

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank

mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan

tertulis keluarga yang terdekat.

6

Pasal 17 PP No 18/1981

Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18 PP No 18/1981

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua

bentuk ke dan dari luar negeri.

Pasal 19 PP No 18/1981

Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk

keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 70 UU Kesehatan

(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam

masyarakat1.

Aspek hukum

Kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia

Pasal 89 KUHP

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

Pasal 90 KUHP

Luka berat berarti:

-jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,

atau yang menimbulkan bahaya maut;

- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;

- kehilangan salah satu pancaindra;

- mendapat cacat berat;

- menderita sakit lumpuh;

-terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

-gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.

Pasal 338 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP

7

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,

atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal

tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya

secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu

tertentu, paling lama dua puluh tahun1.

Pasal 340 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang

lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau

pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima

tahun.

Pasal 351 KUHP

1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 5 tahun.

3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.

4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 KUHP

(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling

lama 4 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara

paling lama tujuh tahun.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 354 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan

penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama

sepuluh tahun.

Pasal 355 KUHP

8

(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana

penjara paling lama 12 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama

15tahun1.

Pemeriksaa medis dalam bidang tanatologi

Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta

faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu.

Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan

perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati

suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)2.

1. Mati somatis (mati klinis)

Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf

pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible). Secara

klinis tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak

terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

2. Mati suri (suspended animation apparent death)

Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran

sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga

sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,

tersengat aliran listrik dan tenggelam.

3. Mati seluler (mati molekuler)

Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian

somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga

terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini

penting dalam transplantasi organ.

4. Mati serebral

adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum,

sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi

dengan bantuan alat2.

9

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa

tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul

dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran

darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat

dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang

memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.

Tanda Pasti Kematian

Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini

mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat

kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa

dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda

kematian dibagi menjadi 3, yaitu3:

1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.

Berhentinya sirkulasi darah.

Berhentinya pernafasan.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)

B. Lebam mayat (livor mortis)

C. Kaku mayat (rigor mortis)

A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)

Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu

lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan

penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada

iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat2,3.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat

1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang

dewasa.

2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan

pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.

10

3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,

kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada

tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.

5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang

lebih cepat.

6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

B. Lebam Mayat (Livor Mortis)

Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai

pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang

tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.

Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan

berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam

waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit

menjadi gelap.

Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa

berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu

penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini

juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh

diri2,3.

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab

kematian :

• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam

• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin

• Merah gelap menunjukkan asfiksia

• Biru menunjukkan keracunan nitrit

• Coklat menandakan keracunan aniline

C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :

1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)

11

Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot

tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada

tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah

akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

2. Kaku Mayat

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah

terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi

kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang

leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada

otot tungkai.

Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada

mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.

Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada

musim panas.

Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak

ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan

penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).

3. Periode Relaksasi Sekunder

Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan

protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga

mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit

membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder2,3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat

Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat

terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan

lembab. Pada kasus di mana lebih lama.mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku

mayat akan cepat terjadi dan berlangsung

Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak

lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada

bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)

12

Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat

terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat

terjadi dan berlangsung lebih lama.

Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di

mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum

meninggal keadaan otot sudah lemah.

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

D. Proses pembusukan

E. Saponifikasi atau adiposera

F. Mumifikasi

D. Proses Pembusukan

Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa

warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.

Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna,

dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin

ungu.

Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan

1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat.

Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir

menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat

berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu

rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini

selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit2

Lepuhan Kulit (blister)

Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di

mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk

hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam

telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari,

belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa.

13

Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan

uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut.

Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika

pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna

kecoklatan3.

Organ Tubuh Bagian Dalam

Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti

diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang

lambat.

Jaringan yang cepat membusuk :

Laring

Trakea

Otak terutama pada anak-anak

Lambung

Usus halus

Hati

Limpa

Jaringan yang lambat membusuk :

Jantung

Paru-paru

Ginjal Prostat

Uterus non gravid

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.

a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F

sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan

berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .

b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam

air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.

d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa

jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan

14

logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat

membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

E. Adiposera

Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.

Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip

seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.

Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan

hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk

berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada

mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga

bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere

adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah)2.

F. Mummifikasi

Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian

tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih

tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri

seseorang.

Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak

begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan

tubuh.

Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan

medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau

tempat basah)2.

Identifikasi forensik

Autopsi berasal dari kata “auto” = sendiri dan ”opsis”= melihat. Autopsi adalah

pemeriksaan terhadap tubuh mayat meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian

dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan

interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari

hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian4.

Bedasarkan tujuan, dikenal dua jenis autopsy yaitu Autopsi Klinik dan Autopsi

Forensik/Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita

15

penyakit, dirawat di Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal. Pemeriksaan ini mutlak

memerlukan izin dari keluarga terdekat mayat.

Autopsi forensik dilakukan terhadap mayat berdasarkan peraturan undang-undang dan

diperlukan suatu Surat Permintaan Pemeriksaan/Pembuatan visum et repertum.dari pihak

penyidik. Dalam autopsi forensik mutlak dilakukan pemeriksaan lengkap meliputi tubuh bagian

luar dan pembukaan semua rongga tengkorak, dada dan perut/panggul. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan tujuan:

a) Membantu dalam hal penetuan identitas mayat

b) Menetukan sebab pasti kematian, cara kematian dan memperkirakan saat kematian.

c) Mengumpulkan dan mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda

penyebab serta identitas pelaku kejahatan.

d) Membuat laporan tertulis dalam bentuk visum et repertum.

e) Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu penentuan serta penuntutan

terhadap orang yang bersalah5.

Pemeriksaan luar

Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium

maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu

dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus mengikuti suatu

sistematika yang telah ditentukan.

Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti dengan memperhatikan

jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan

luar jenazah adalah seperti berikut:

a) Label mayat

- Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat

selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label identifikasi

dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada tubuh mayat.5

b) Tutup mayat

c) Bungkus mayat

- Sekiranya mayat dibungkus dan diikit dengan tali, catatkan secara rinci sifat tali dan

bungkus mayat.

d) Pakaian

16

- Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar sampai

lapisan yang terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.

e) Perhiasan

f) Benda di samping mayat

- Seperti tas atau bungkusan

g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan terhadap

tanda kematian ini)

- Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam

- Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik

- Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut dicatat

- Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan perubahan

warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.

- Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.

h) Identifikasi umum

- Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat

badan, keadaan zakar, adanya striae albicans pada dinding perut.

i) Identifikasi khusus

- Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto

- Jaringan parut

- Kapalan (callus) : dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya

- Kelainan kuli

- Anomali dan cacat pada tubuh

j) Pemeriksaan rambut

- Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang sifatnya

berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.

k) Pemeriksaan mata

- Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola

mata, kornea, iris dan pupil.

l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung

- Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan

m) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut

17

- Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.

n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan

- Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa

selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat ada

atau tidak kekerasan.

o) Lain-lain

- Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,

bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.

p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka

- Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat

- Jenis luka : lecet, memar atau terbuka

- Arah luka : melintang, membujur atau miring

- Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan

- Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain

- Dasar luka

- Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain

- Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan

- Saluran luka

- Lain-lain : pola penumpukan kulit

q) Pemeriksaan terhadap patah tulang5

Pembedahan mayat

Terdapat empat teknik autopsi dasar yaitu teknik Virchow, teknik Rokistansky, teknik

Letulle dan teknik Ghon. Teknik Virchow merupakan teknik tertua dan kurang baik untuk

autopsi forensik karena hubungan anatomik antar organ dapat hilang. Teknik Rokistansky

dilakukan dengan membuat irisan organ in situ kemudian baru dikeluarkan. Teknik Letulle

mengeluarkan organ leher, dada, diafrgama dan perut sekaligus (en masse) dan merugikan

karena memerlukan pembantu untuk dilakukan. Teknik Ghon mengangkat organ sebagai tiga

kumpulan yaitu organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan limpa, serta organ

urogenital4.

Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan insisi

melalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang rawan

18

krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat

sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan salah

satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan

hati-hati dan dicatat4:

a) Ukuran

- Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak

langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang

mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran. 

b) Bentuk

c) Permukaan

d) Konsistensi

- Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.

e) Kohesi

- Merupakan kekuatan daya regang antar jaringan pada organ.

f) Potongan penampang melintang

- Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pemeriksaan

khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan

penyebab kematian.

Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan

penyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :

a) Dada :

- Dilakukan seksi jantung dan paru-paru

b) Perut

- Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit

- Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai satu

unit. Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.

c) Leher :

- Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai

satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada

kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang. 

d) Kepala : Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.

19

Autopsi pada kasus kelainan di leher

Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih dari

kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan ke

tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan dada,

lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat

dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti autopsi biasa4.

Autopsi kematian pada kasus kematian akibat kekerasan

Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan hal-

hal seperti:

a) Penyebab luka

- Memeperhatikan morfologi luka yang sringkali memberi petunjuk tentang benda

yang mengenai tubuh

b) Arah kekerasan

- Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting untuk

rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh, perlu

ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.

c) Cara terjadinya luka

- Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. Luka akibat

pembunuhan biasanya tersebar di seluruh tubuh sama ada daerah terbuka atau daerah

tertutup seperti leher, ketiak, lipat siku dan sebagainya. Seringkali juga ditemukan

luka tangkis pada korban pembunuhan. Pada kecelakaan luka lebih ditemukan di

daerah yang terbuka disbanding daerah tertutup. Pada korban bunuh diri pula, luka

menunjukkan sifat luka percobaan atau tentative wounds yang mengelompok dan

berjalan kurang lebih sejajar.

d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati

- Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat

kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan

adalah luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda

intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan darah, proses

penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain perlu diperhatikan4.

Kematian akibat pembunuhan menggunakan kekerasan

20

Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis

dengan baik dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka dan lokasi

luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta

telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak teratur pada kasus

pembunuhan dengan kekerasan tajam.

Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka berbentuk

luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perlu juga diperhatikan adanya atau luka tangkis.

Pada pembunuhan dengan senjata api pula dapat ditemukan luka tembak masuk jarak dekat,

sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan luka tembak temple.

Bunuh diri dengan kekerasan

Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri

yang mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah

prekordial. Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang

mematikan4,5.

Autopsi kasus kematian karena asfiksia mekanik

Asfiksia mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan

dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat sering ditemukan

tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat yang gelap dan luas, perbendungan pada bola

mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat

dalam serta bintik perdarahan Tardieu. Tanda-tanda asfiksi tidak akan ditemukan bila kematian

terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Ciri khas bagi masing-masing peristiwa adalah seperti

berikut4:

a) Pembekapan

- Tanda kekerasan sekitar lubang hidung dan mulut terutama bagain muka yang

menonjol. Dilihat juga tanda kekerasan pada bagian belakang bibir, daerah belakang

kepala atau tengkuk.

b) Penyumbatan

- Sering sekali benda asing masih terdapat dalam rongga mulut atau ditemukan sisa

benda asing dan tanada bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.

c) Pencekikan

21

- Kulit daerah leher menunjukkan tanda kekerasa yang ditimbulkan ujung jari atau

kuku berupa luka memar atau lecet jenis tekan. Pada pembedahan ditemukan resapan

darah bawha kulit daerah leher serta alat leher dan tulang lidah boleh patah unilateral.

d) Penjeratan

- Jerat biasanya berjalan horisantal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat meninggalkan

jejas jeratberupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Jerat pada kasus

pembunuhan sering kali disimpul mati.

e) Tergantung

- Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar tetapi

membentuk sudut membuka ke arah bawah dan letak jerat lebih tinggi. Ditemukan

resapan darah bawah kulit pada pembedahan sesuai letak jejas jerat pada kulit4,5.

Interpretasi temuan

Interpretasi temuan meliputi aspek :

A. Penjeratan (strangulation)

Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,

kabel, kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat

sehingga saluran pernafasan tertutup.

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan suicide maka penjeratan adalah

pembunuhan.2

Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal.pada

gantung diri,semua arteri vertebralis biasanya tetap paten,hal ini disebabkan oleh kerana

kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.

Jerat.Bila jerat masih ditemukan melingkari leher,maka jerat tersebut harus disimpan dengan

baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama dengan

viseum et repetum

Terdapat 2 jenis jerat yaitu simpul hidup(melingkari jerat dapat diperbesar atau diperkecil)

dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah).

Jejas jerat pada leher biasanya mendatar,melingkari leher dan terapat lebih rendah dair jejas

jerat pada kasus gantung.

22

Keadaan jejas jerat sangat bevariasi,Bila jerat lunak dan lebar seprti handuk atau selendang

sutera,maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam dapat atau

tidak kaos kaki nylon akan meniggalkan jejeas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.

Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scrotch tape pada daerah jejas di

leher,kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar

ultra violet.

Bila jejas kasar seperti tali,maka bila tali bergesekkan pada saat korban melawan akan

menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jeratmyang nampak jelas berupa kulit yang

mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen.Pada otot sebelah

dalam tampak banyak resapan darah2,3.

Cara kematian dapat berupa :

1. Bunuh diri

Hal ini jarang menyilutkan diagnosis.Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan

simpul hidup atau bahan hanya dililitkan seja,dengan jumlah lilitan lebih dari satu.

2. Pembunuhan

Pengikatan biasanya dengan simpul nati dan sering trlihat bekas luka pada leher

3. Kecelakaan.

Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja .

B. Gantung (hanging)

Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan.Perbedaan terdapat pda asal tenaga yang

dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat.

Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar,sedangkan kasus gantung tenaga tersebut

berasal dari berat badan korban sendiri,meskipun tidak perlu seluruh badan digunakan2.

Mekanisme kematian:

1. Kerusakan pada batang otak dan medula spinalis.Hal ini terjadi akibat dislokasi atau

fraktur vertebra ruas leher,mesialnya pada judicial hanging.

2. Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernafasan

3. Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri leher

4. Refleks vagal.

Posisi korban pada kasus gantung diri:

23

1. Kedua kaki tidak menyentuh lantai

2. Duduk berlutut

3. Berbaring

Diketahui terdapat beberapa jenis gantung diri:

1. Typical hanging,terjadi bila titik gantung terletak di atas darah oksiput dan tekanan pada

erteri karotis paling besar

2. Atypical hanging,bila titik penggantungan terdapat di samping sehingga leher dalam

posisi sangat miring yang akan menyebabkan hambatan pada arteri karotis dan arteri

vertebralis.Saat arteri terhambat,korban segera tidak sedar.

3. Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.

Bila jerat lebar dan lunak maka hambatan hanya terjadi pada saluran pernafasan dan pada

aliran vena dari kepala ke leher sehingga akan tampak bendungan pada daerah sebelah atas

ikatan.Darah tidak terkumpul di otak sedangkan pada kulit dan konjungtiva masih terdapat

ptekie yang merupakan akibat terkumpulnya darah ekstra vaskular

Jejas jerat relatif lebih tinggi pada leher dan tidak mendatar melainakn lebih meniggi di

bagian simpul.Kulit mencengkung ke dlaam sesuai dengan bahan penjeratan,berwarna

coklat,perabaan kaku,dan akibat bergesekan dengan kulit leher maka pada tepi jejas daapt

luka lecet.

Kadang-kadng pada tepi jejas akan terdapat sedikit perdarahan,sedangkan pada jaringan

bawah kulit dan otot sebelah dalam terdapat memar jaringan.Diperlukan pemeriksaan

mikroskopik unuk melihat reaksi vital pada jaringan di bawah jejas untuk menentukan

apakah jejas terjadi pada waktu orang masih hidup atau setelah meniggal2.

Distribuasi lebam mayat pada kasus gantung mengarah ke bawah yaitu pada kaki,tangan dan

genitalia eksterna bila korban tergantung cukup lama.Penis dapat nampak seolah mengalami

ereksi akibat terkumpulnya darah,sedangkan semen keluar kerana relaksasi otot sfingter post

mortal.

Efek lanjutan penekasan saluran pernafasan.Bila korban masih hidup setelah

penjertatan,sebagai akibat perbendungan,Maka perdarahan ptekie akan menetap selama

beberapa hari.Sedngkan jejas jerat akan membengkak dan terbentuk kulit keras pada

epidermis yang terkikis.Keadan ini akan menghilang 1-2 minggu.

C. Luka

24

Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis

maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga keping

kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.2

Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat

jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik

Luka akibat benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada

luka tusuk,sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau

bermata satu atau bermata dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda

penyebabnya adalah benda tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut

dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua.Benda tajam bermata satu sapat

menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja

yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya2.

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda ajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka

lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.

Pada luka turuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam

penyebabnya,demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda

tajam tersebut.Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.

Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan

pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan tungkai5.

Pemeriksaan pada kain (baju)yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pidau-

kain tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain dan

pemeriksaan terhadap bercak darahnya.

Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata

tajam,sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.Luka percobaan dapar berupa luka sayat

atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar2.

Interpretasi temuan dikaitkan dengan kasus

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam

keadaan mati tertelungkup. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui

sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan

pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat

oleh baju tersebut.

25

Keterangan ini menggambarkan keadaan korban yang seolah-olah mati disebabkan

karena gantung diri dengan posisi gantung berbaring tertelungkup.

Namun, masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang

memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus yang memiliki ciri-ciri yang sesuai

dengan akibat kekerasan tajam dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan

dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

Temuan ini menyingkirkan bahwa korban mati bunuh diri. Karena luka yang

ditemukan merupakan tanda bukti korban penganiayaan orang lain terhadap korban

yang diduga sekaligus pelaku pembunuhan. Temuan nomor satu hanya manipulasi

dari pelaku agar orang menduga korban mati bunuh diri.

Putusnya pembuluh darah ketiak merupakan mekanisme dari kematian korban, karena

pembuluh darah ketiak merupakan salah satu pembuluh darah besar dari bagian tubuh

di daerah aksila (ketiak). Dimana kekerasan tajamlah yang menyebabkan putusnya

pembuluh darah berupa luka bacok. Luka berupa bacokan memiliki ciri-ciri, yaitu

kedua sudut lancip dan relatif dalam, bentuk garis lurus, tak ada lecet atau memar di

sekitar luka, tepi dinding rata, folikel rambut terpotong, serta tidak ada jembatan

jaringan.

Beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang juga memiliki

ciri-ciri yang sesuai akibat benda tajam memungkinkan bahwa korban sempat

melakukan perlawanan dengan kakinya sehingga kaki ikut terluka oleh benda tajam

tersebut dan menimbulkan luka sayat. Luka berbentuk sayatan tersebut memiliki ciri-

ciri, yaitu kedua sudut lancip dan relatif superfisial, bentuk garis lurus, tak ada lecet

atau memar di sekitar luka, tepi dinding rata, folikel rambut terpotong, serta tidak ada

jembatan jaringan.

Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya

digulung hingga setengah tungkai di bawahnya.

Diduga korban adalah warga pedesaan yang sedang mencari kayu bakar di hutan.

Karena kebiasaan masyarakat di pedesaan setiap kali berjalan menusuri hutan sering

menggulung celananya dan membuka baju kemudian disandangkan di bahu. Mungkin

keadaan demikian membuatnya nyaman dan tidak gerah.

Tubuh mayat tersebut telah membusuk

26

Diduga korban telah meninggal lebih dari 24 jam yang lalu. Kelompok kami sepakat

24 jam yang lalu mengingat suhu di daerah pegunungan yang dingin, sehingga

memungkinkan pembusukan mayat berlangsung lebih lama dari daerah yang panas.

Rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah daerah suatu perbukitan

yang berhutan cukup lebat.

Keterangan ini memperkuat asumsi bahwa pembunuhan berlangsung di tempat

tersebut karena letaknya jauh dari pemukiman sehingga memberi kesempatan serta

memudahkan pelaku untuk melakukan tindak kejahatan tersebut.

Identifikasi Forensik

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik

untuk menemukan identitas seseorang. Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua

metode yang digunakan memberikan hasil positif.

Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual,

dokumen, pakaian dan perhiasan, identifikasi medik, pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan

serologi, Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode DNA.

a. Pemeriksaan sidik jari

Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante

mortem. Setelah mengambil sidik jari jenazah (cap) hasil kita berikan kepada pihak yang

berwajib.

b. Metode visual

Jenazah Tn.A sudah membusuk, maka metode ini kurang efektif dilakukan, karena

metode visual hanya efektif apabila didapatkan jenazah yang belum membusuk.

c. Pemeriksaan dokumen

Tidak ditemukannya dompet ataupun dokumen dan kartu identifikasi lainnya pada

pakaian korban.

d. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan

Dari pakaian dan perhiasan yang dipakai jenazah, mungkin dapat diketahi merek atau

nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu

identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.

Pada pemeriksaan didapatkan mayat berpakaian

27

- Atas: kaos dalam (oblong) berwarna putih tanpa merek ukuran L yang berlumuran darah di

bagian dada dan perut kiri tubuh korban.

- Bawah: celana panjang kain berwarna hitam tidak bermerek dengan dua buah saku di

bagian belakang dan satu buah saku masing-masing pada bagian kanan dan kiri yang

dibagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Pada saku kiri belakang

terdapat sehelai sapu tangan berwarna abu-abu bergaris hitam. Pada bagian depan atas

celana terdapat bercak darah.

- Celana dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada pinggang dengan

tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit berlumuran darah pada bagian

depan atas sebelah kiri

e. Identifikasi medik

Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,

cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Metode ini mempunyai nilai cukup tinggi karena selain

dilakukan oleh seorang ahli dengan melakukan berbagai cara/modifikasi sehingga

ketepatannya cukup tinggi. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,

perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

Pada pemeriksaan didapatkan bahwa mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia,

umur kurang lebih tiga puluh enam tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi cukup, panjang

badan 165 cm dan berat badan 74 kg dan zakar disunat. Rambut kepala berwarna hitam,

tumbuh keriting tipis, panjang 13 cm. Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Kumis berwarna

hitam, tumbuh lebat dengan panjang 10mm. Hidung berbentuk normal dan kedua daun telinga

berbentuk normal. Alat kelamin tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa

tidak terdapat kelainan

f. Pemeriksaan gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi serta

rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi

dan sebagainya. Hasil dari pemeriksaan dibandingkan dengan data ante mortem.

Pada mayat didapatkan gigi geligi lengkap kecuali geraham depan pertama rahang bawah

sebelah kiri yang tidak ada.

g. Pemeriksaan serologik

28

Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.

Pemeriksaan golongan darah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa

rambut, kuku dan tulang.1

Pemeriksaan Medis

Pemeriksaan Luar

1. Label mayat: sehelai karton berwarna merah muda dengan materai lak merah, terikat

pada ibu jari kaki kanan mayat.

2. Tutup mayat: -

3. Bungkus mayat: -

4. Pakaian:

Korban menggunakan kaos dalam (oblong) berwarna putih ukuran L

yangberlumuran darah di bagian dada dan perut kiri tubuh korban dan celana panjang

kain berwarna hitam dengan dua buah saku di bagian belakang dan satu buah saku

masing-masing pada bagian kanan dan kiri yang dibagian bawahnya digulung hingga

setengah tungkai bawahnya. Pada saku kiri belakang terdapat sehelai sapu tangan

berwarna abu-abu bergaris hitam. Pada bagian depan atas celana terdapat bercak darah,

serta celana dalam berwarna putih dengan karet berwarna abu-abu pada pinggang dengan

tulisan Rider berwarna hitam. Celana dalam ini sedikit berlumuran darah pada bagian

depan atas sebelah kiri. Lehernya terikat lengan baju dan ujung lengan baju lainnya

terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm.

5. Perhiasan: tidak ditemukan

6. Benda di samping mayat: pohon perdu setinggi 60 cm dan bebatuan

7. Tanda kematian:

Lebam mayat

Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam. Pada kasus ini korban ditemukan

dalam posisi tertelungkup, sehingga lebam mayat akan ditemukan pada bagian perut

dan dada korban. Dan lebam mayat tidak hilang pada penekanan dan tidak dapat

berpindah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit paska mati dan akan

menetap 8-12 jam.

Kaku mayat

29

Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,dan distribusinya

dimulai dari kepala ke kaki. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap.

Suhu tubuh

Suhu tubuh menurun akibat berhenti nya proses metabolisme , hal ini dipengaruhi

juga oleh suhu lingkungan sekitar korban dan keadaan korban yang hanya

menggunakan kaos dalam.

Pembusukan

Tanda pembusukan tampak pertama kali pada kulit perut sebelah kanan bawah

yang berwarna kehijau-hijauan. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati.

Pada kasus ini telah ditemukan adanya pembusukan, jadi perkiraan saat kematian pada

korban ini adalah lebih dari 24 jam.

8. Identifikasi umum:

Jenis Kelamin : Laki-laki

Bangsa : Indonesia

Ras : Batak

Umur : 37 tahun

Warna Kulit : sawo matang

Keadaan gizi : cukup

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 70 kg

9. Identifikasi khusus:

Tattoo : -

Jaringan parut : -

Anomali : -

10. Pemeriksaan rambut: hitam dan lurus

11. Pemeriksaan mata: tertutup, tidak ada gambaran perbendungan mata dan tidak ada bintik-

bintik perdarahan pada komjungtiva bulbi dan palpebra.

12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung: tidak terdapat busa/cairan dan darah

13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut: terdapat luka lecet jenis tekan atau geser

dan luka memar pada bagian/ permukaan bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan

gigi, gusi dan lidah. Tidak ditemukan busa halus.

30

14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: tidak ada kelainan

15. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan:

a) Letak luka: ditemukan adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri dan

beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.

b) Jenis luka: luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus

dan luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri

yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

c) Arah luka: melintang

d) Tepi luka: rata dan teratur

e) Sudut luka: kedua sudut luka lancip

f) Dasar luka: dalam luka tidak melebihi panjang luka

g) Ukuran luka: ± 10 cm

16. Pemeriksaan terhadap patah tulang: tidak ada tanda patah tulang

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan organ/alat tubuh biasanya dimulai dan lidah oesofagus, trachea dan seterusnya

sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.3

1. Lidah

Perhatikan permukaan lidah, adakah kelainan bekas gigitan, baik yang baru maupun yang

lama. Bekas gigitan ini dapat pula terlihat pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya

tidak sampai teriiis putus, agar setelah selesai autopsi, mayat masih tampak berlidah utuh.

2. Tonsil

Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran infeksi, nanah,

tanda bekas tonsilektomi, dan sebagainya.

3. Kelenjar gondok

Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah permukaannya rata, catat warnanya, adakah

perdarahan berbintik atau resapan darah. Lakukan pengirisan di bagian lateral pada kedua

baga kelenjar gondok dan catat perangai penampang kelenjar ini.

4. Kerongkongan (oesophagus)

Perhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir serta kelainan yang mungkin

ditemukan (misalnya stnktura, vances).

5. Batang tenggorok (trachea).

31

Dimulai dari epiglotis. Perhatikan adakah edema, benda psing, perdarahan dan kelainan lain

Perhatikan pula pita suara dan kotak suara. Sementara pada trachea perhatikan adanya benda

asing, busa, darah, serta keadaan selaput lendirnya.

6. Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilago thyroidea) dan rawan cincin (cartilago

cricoidea)

Perhatikan adanya patah tulang, resapan darah. Rawan gondok dan rawan cincin seringkali

juga menunjukkan resapan darah pada kasus dengan kekerasan pada daerah leher

(pencekikan, penjeratan, gantung).

7. Arteria carotis interna

Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar artena ini,Buka pula artena ini. dengan

menggunting dindig depannya dan perhatikan keadaan intima. Bila kekerasan pada daerah

leher mengenai artena ini, kadang-kadang dapat ditemukan kerusakan pada intima di

samping terdapatnya resapan darah Pada sekitar artena pada dinding depannya dan

perhatikan keadaan intima.

8. Kelenjar kacangan (Thymus)

Kelenjar kacangan biasanya telah beirganti menjadi Thymic fat body pada orang dewasa,

namun kadang-kadang masih dapat ditemukan (pada status thymicolymphaticus). Perhatikan

akan adanya perdarahan berbintik serta kemungkinan adanya kelainan lain.

9. Paru-paru.

Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru-paru. Perhatikan

warnanya, serta bintik perdarahan, bercak perdarahan akibat aspirasi darah ke dalam alveoli

(tampak pada permukaan paru sebagai bercak berwarna merah-hitam dengan batas tegas),

resapan darah, luka, bulla dan sebagainya.

Perabaan paru yang normal terasa seperti meraba spons/ karet busa. Pada paru dengan proses

peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras

Penampang paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru yang dimulai dari apex

sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang paru pada daerah hilus Pada penampang

paru ditentukan warnanya serta dicatat kelainan yang mungkin ditemukan.

10. Jantung

Perhatikan besarnya jantung, bandingkan dengan kepalan tinju kanan mayat Perhatikan akan

adanya resapan darah, luka atau bmtik-bintik perdarahan. Pada autopsi jantung, ikuti

32

sistematika pemotongan dinding jantung yang dilakukan dengan mengikuti aliran darah di

dalam jantung.

11. Aorta thoracalis

Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau pembentukan aneurisma

Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan tanda kekerasan merupakan resapan darah atau

luka

12. Aorta abdominalis

Perhatikan dinding aorta terhadap adanya penimbunan perkapuran atau atheroma

13. Anak ginjal (glandula suprarenalis)

Kedua anak ginjal harus dicari terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan lanjut pada

area alat rongga perut dan panggul. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena bila telah

dilakukan pemeriksaan atau telah dilakukan pemisahan alat rongga perut dan panggul, anak

ginjal sukar ditemukan. Pada anak ginjal yang normal, pengguntingan anak ginjal akan

memberikan penampang dengan bagian korteks dan medulla yang tampak jelas

14. Ginjal, ureter dan kandung kencing

Kedua ginjal masing-masing diliputi oleh jaringan lemak yang dikenal sebagai capsula

adiposa renis. Adanya trauma yang mengenai daerah ginjal seringkali menyebabkan resapan

darah pada capsula ini. Dengan melakukan pengirisan di bagian lateral kapsula, ginjal dapat

dibebaskan Untuk pemeriksaan lebih lanjut, ginjal digenggam pada tangan kin dengan pelvis

rems dan ureter terletak antara telunjuk dan jari tengah Irisan pada ginjal dibuat dan arah

lateral ke medial, diusahakan tepat di bidang tengah sehingga penampang akan melewati

pelvis renis. Pada tepi irisan, dengan menggunakan pinset bergigi, simpai ginjal dapat di

"cubit" dan kemudian dikupas secara tumpul. Setelah simpai ginjal dilepaskan, lakukan

terlebih dahulu pemeriksaan terhadap permukaan ginjal. Perhatikan adakah kelainan berupa

resapan darah, luka-luka ataupun kista-kista retensi

Pada penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks dan medula ginjal. Juga perhatikan

pelvis renis akan kemungkinan terdapatnya batu ginjal, tanda peradangan, nanah dan

sebagainya.

Ureter dibuka dengan meneruskan pembukaan pada pelvis renis, terus mencapai vesika

urinaria. Perhatikan kemungkinan terdapatnya batu, ukuran penampang, isi saluran serta

keadaan mukosa.

33

15. Hati dan kandung empedu

Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang pada keadaan biasa menunjukkan

permukaan yang rata dan licin, berwarna merah-cokat Kadangkala pada permukaan hati

dapat ditemukan kelainan berupa janngan ikat, kista kecil, permukaan yang berbenjol-

benjol, bahkan abses. Pada perabaan, hati normal memberikan perabaan yang kenyal. Tepi

hati biasanya tajam.

Kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan terdapatnya batu

empedu. Untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada saluran empedu, dapat dilakukan

pemeriksaan dengan jalan menekan kandung empedu ini sambil memperhatikan muaranya

pada duodenum (papilla Vateri). Bila tampak cairan coklat-hijau keluar dai muara tersebut,

ini menandakan saluran empedu tidak tersumbat Kandung empedu kemudian dibuka dengan

gunting untuk memperlihatkan selaput lendirnya vang seperti beludru berwarna hujau-

kuning

16. Limpa dan kelenjar getah bening

Limpa dilepaskan dan sekitarnya. Limpa yang normal menunjukkan permukaan yang

berkeriput, berwarna ungu dengan perabaan lunak kenyal. Buatlah irisan penampang limpa,

limpa normal mempunyai gambaran limpa yang jelas, berwarna coklat-merah dan bila

dikikis dengan punggung pisau, akan ikut jaringan penampang limpa, Jangan lupa mencatat

ukuran dan berat limpa Catat pula bila ditemukan kelenar getah bening regional yang

membesar.

17. Lambung, usus halus dan usus besar

Lambung dibuka dengagn gunting pada curvatura mayor. Perhatikan isi lambung dan

simpan dalaam botol atau kantong plastik bersih bila isi lambung ini diperlukan untuk

pemeriksaan toksikologik atau pemeriksaan laboratorium lainnya. perhatikan pula selaput

lendir lambung terhadap kemungkinan adanya erosi, ulserasi, perdarahan/resapan darah.

Usus diperiksa akan kemungkinan terdapat darah dalam lumen serta kemungkinan

terdapatnya kelainan bersifat ulceratif, polip, dan lain-lain

18. Kelenjar liur peiut (pancreas).

Pertama-tama lepaskan lebih dahulu kelenjar liur perut ini dari sekitarnya Kelenjar liur perut

yang normal mempunyai wama kelabu agak kekuningan, dengan permukaan yang berbelah-

belah dan perabaan yang kenyal. Perhatikan ukuran serta beratnya.

34

19. Otak besar, otak kecil dan batang otak

Perhatikan permukaan luar dari otak adakah perdarahan subdural, perdarahan sub-

arakhnoid, kontusio jaringan otak atau kadangkala bahkan sampai teijadi laserasi. Pada

oedema cerebri, girus otak akan tampak mendatar dan sulkus tampak menyempit Perhatikan

pula akan kemungkinan terdapatnya tanda penekanan yang menyebabkan sebagian

permukaan otak menjadi datar.

Pada daerah ventral otak, perhatikan keadaan sirkulus Willisi. Nilai keadaan pembuluh

darah pada sirkulus, adakah penebalan dinding akibat kelainan ateroma, penipisan dinding

akibat aneurysma, dan perdarahan. Bila terdapat perdarahan hebat, usahakan agar dapat

ditemukan sumber perdarahan tersebut. Perhatikan pula bentuk serebelum. Pada keadaan

peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebri misalnya, dapat terjadi herniasi

serebellum ke arah foramen magnum, sehingga bagian bawah serebellum tampak menonjol.

Pisahkan otak kecil dari otak besar dengan melakukan pemotongan pada pedunculus cerebri

kanan dan kiri. Otak kecil ini kemudian dipisahkan juga dari batang otak dengan melakukan

pemotongan pada pedunculus cerebelli.

Otak besar diletakkan dengan bagian ventral menghadap pemeriksa Lakukan pemotongan

otak besar secara koronal/ melintang, perhatikan penampang irisan. Tempat pemotongan

haruslah sedemikian rupa agar struktur penting dalam otak besar dapat diperiksa dengan

teliti. Kelainan yang dapat ditemukan pada penampang otak besar antara lain perdarahan

pada korteks akibat contusio cerebri, perdarahan berbintik pada substansi putih akibat

emboli, keracunan barbiturat serta keadaan lain yang menimbulkan hipoksia jaringan otak,

infark jaringan otak, baik yang bilateral maupun yang unilateral akibat gangguan pendarahan

oleh arteri, abses otak, perdarahan intra cerebral akibat pecahnya a. lenticulostriata dan

sebagainya.

Otak kecil diperiksa penampangnya dengan membuat suatu irisan melintang, catatlah

kelainan perdarahan, periunakan dan sebagainya yang mungkin ditemukan. Batang otak

diiris melintang mulai daerah pons, medulla oblongata sampai ke bagian proksimal medulla

spinalis. Perhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan.

20. Alat kelamin dalam (genitalia intema)

Pada mayat laki-laki, testis dapat dikeluarkan dari scrotum melalui rongga perut. Jadi tidak

dibuat irisan baiu pada scrotum. Perhatikan ukuran, konsistensi serta kemungkinan

35

terdapatnya resapan darah. Perhatikan pula bentuk dan ukuran dan epididimis Kelenjar

prostat diperhatikan ukuran serta konsistensinya

Pada mayat wanita, perhatikan bentuk serta ukuran kedua indung telur, saluran telur dan

uterus sendiri-sendiri. Pada uterus diperhatikan kemungkinan terdapatnya perdarahan,

resapan darah ataupun luka akibat tindakan abortus provokatus. Uterus dibuka dengan

membuat irisan berbentuk huruf T pada dinding depan, melalui saluran serviks serta muara

kedua saluran telur pada fundus uteri. Perhatikan keadaan selaput lendir uterus, tebal

dinding, isi rongga rahim serta kemungkinan terdapatnya kelainan.

Tanatologi

Aspek tanatologi pada kasus ini, yaitu:

Tubuh mayat ditemukan telah membusuk, sehingga perkiraan saat kematian korban lebih

dari 24 jam karena pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati. Pembusukan

ini awalnya berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang

isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna

kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna

kehijauan ini akan menyebar ke seluruh tubuh, dan bau busuk pun akan tercium.

Ditemukan lebam mayat tetap pada bagian dada dan perut karena korban diketemukan

dalam keadaan tertelungkup sebab setelah kematian klinis, maka eritrosit akan

menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi). Lebam mayat yang tetap

ini dikarenakan bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga

sulit berpindah lagi, dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit

perpindahan tersebut. Dan lebam mayat yang menetap ini akan terjadi setelah 8-12 jam

pasca kematian.

Pada korban juga terdapat penurunan suhu tubuh (algor mortis).

Pada korban tidak diketemukan kaku mayat (rigor mortis) karena korban sudah

meninggal kira-kira 24 jam, sedangkan kaku mayat akan timbul dan menjadi lengkap

pada 12 jam pertama, kemudian menetap selama 12 jam dan akan menghilang dalam

urutan yang sama.1

Sebab Kematian

36

Cedera/luka akibat kekerasan benda tajam.

Cara Kematian

Pada kasus ini, cara kematian korban adalah tidak wajar, dengan dugaan pembunuhan

oleh seseorang di hutan dengan menggunakan kekerasan tajam. Hal ini juga berdasarkan hasil

temuan pada korban, yaitu ditemukan tanda-tanda kekerasan, yaitu luka terbuka pada bagian

ketiak dan luka benda tajam pada kedua tungkai bawah.

Mekanisme Kematian

Perdarahan masif karena putusnya pembuluh darah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam

yang diterima korban.

RS SEHAT WAL’AFIAT37

Jl. Kesehatan No. 17 Jakarta 34567Telp. (021) 896579

077/VER/RSSEHATWAL’AFIAT/XII/2014 Jakarta, 20 Desember 2014 Perihal : Hasil pemeriksaan luar mayat atas nama Tuan SitorLampiran : 2 halaman

PRO JUSTITIAVISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan dibawah ini, dr. Adinda Afta, dokter bagian forensik pada Rumah Sakit Sehat Wal’afiat di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia Resort Jakarta Barat sektor Duri Kepa tertanggal dua puluh Desember dua ribu empat belas, No. Pol: 088/VER/XII/2014/Res-JB, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh Desember dua ribu empat belas, pukul lima Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat diruang bedah mayat bagian forensik Rumah Sakit Sehat Wal’afiat, telah melakukan pemeriksaan luar mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut: ---------------------------Nama : Tn. Sitor-------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------Umur : 37-------------------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia----------------------------------------------------------------------------Agama : Kristen-------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Wiraswasta--------------------------------------------------------------------------Alamat : Jl. Majapahit No.19----------------------------------------------------------------Mayat sudah diidentifikasi dengan sehelai label mayat yang terbuat dari karton warna kuning, tanpa segel, dan terikat pada ibu jari kaki kanan. ----------------------------------------------------------

----------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------PEMERIKSAAN LUAR :-----------------------------------------------------------------------------------1. Tutup/bungkus mayat: Terbungkus dalam sebuah kantong mayat, bahan parasut, warna

oranye dengan tulisan dinas pertamanan dan pemakaman provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2014 warna hitam. ----------------------------------------------------------------------------

2. Perhiasan mayat: Tidak ada perhiasan melekat pada tubuh korban, ataupun benda-benda disamping mayat. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

3. Pakaian mayat: Mayat dalam keadaan hanya mengenakan sehelai celana dalam dan sehelai kain sarung bahan katun motif batik. -----------------------------------------------------------

4. Benda disamping mayat: tidak didapatkan benda apapun disamping mayat. ---------------------

38

5. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan, terbentuk lengkap. Lebam mayat terdapat pada punggung, berwarna merah keunguan, tidak hilang pada penekanan. -------------

6. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa Indonesia, berumur tiga puluh tujuh, warna kulit sawo matang, gizi baik, panjang tubuh seratus enam puluh lima sentimeter, berat tubuh tujuh puluh kilogram, zakar tidak disunat. --------------------------------------------------------------------

7. Identitas khusus: Tahi lalat yang tidak menonjol berwarna hitam pada pipi kiri. ----------------8. Rambut berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang lima sentimeter. -----------------------------

Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya sedang, panjang dua sentimeter. --------------------------Bulu mata berwarna, ................

RS SEHAT WAL’AFIATJl. Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat

Telp/Fax 021-5666952Lanjutan Visum et Repertum Nomor: 077/VER/RSUKRIDA/XII/2014

Halaman ke 2 dari 2 halaman

Bulu mata berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang satu sentimeter. --------------------------Kumis berwarna hitam, tumbuhnya tercukur, panjang satu sentimeter. ---------------------------Jenggot berwarna hitam, tumbuhnya tercukur, panjang satu sentimeter. --------------------------

9. Mata kanan dan mata kiri tertutup, selaput bening mata jernih, teleng mata bulat, dengan diameter delapan milimeter, warna tirai mata hitam, selaput bola mata pucat, dan selaput kelopak mata pucat.

10. Hidung berbentuk mancung. -----------------------------------------------------------------------------Telinga berbentuk oval. -----------------------------------------------------------------------------------Mulut tertutup, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit -------------------------------------------------

11. Gigi-geligi: Gigi-geligi berjumlah 30 buah. Gigi 5 rahang atas sisi kanan, berupa sisa akar; gigi 8 rahang bawah sisi kiri tidak ada.------------------------------------------------------------------

12. Dari lubang mulut tidak terdapat apapun, lubang hidung tidak keluar apapun, lubang telinga kanan tidak keluar apapun, lubang telinga kiri tidak keluar apapun, lubang kemaluan tidak keluar apapun dan lubang pelepas keluar tinja encer warna kuning. -------------------------------

13. Luka-luka: - Pada daerah ketiak kiri, terdapat luka terbuka melintang berukuran kurang lebih dua

belas sentimeter dengan tepi rata dan teratur serta sudut luka lancip, dalam luka tidak melebihi panjang luka. Pembuluh darah ketiak tampak terputus

- Pada bagian belakang korban dari punggung, bokong, tungkai atas dan bawah kanan kiri terdapat ekskoriasi atau luka lecet di banyak tempat dengan ukuran rata-rata dua sentimeter dan pada bagian lutut kanan dan kiri diterdapat luka terbuka berukuran dua kali tiga sentimeter dengan kedalaman satu sentimeter

- Terdapat luka melingkar pada bagian leher dengan kelebaran satu sentimeter14. Patah tulang: Tidak terdapat patah tulang. -----------------------------------------------------------

39

15. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima. ------------------------------------------------------------------

16. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan. --------------------------------------------17. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung tidak

menunjukan adanya kelainan. ----------------------------------------------------------------------------18. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di bawah tulang

jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah. ---------------------------------------------

19. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot dinding perut berwarna cokelat cukup tebal. ---------------------------------------------------------------------------

20. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh, rawan gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok berwarna coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan, berat dua puluh gram. -------------------------------------------------------------------------------------------------

21. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.-------22. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. --------------23. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru terdapat

perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat lima ratus enam puluh gram. -------------------------------------------------------------------------------------------------

24. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter, pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, berat dua ratus gram. ---------------------------------------------------------------------------------------------

25. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah seribu dua ratus gram. -------------------------------------------------------------------------------------

26. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan. --------------------------------

27. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram. ---------------

28. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan kenyal. Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut delapan puluh lima gram. ---------------------------------------------------------------------------------

40

29. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua belas jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah. -------------------------------------------

30. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang berlapis. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram. -------------------------------------

31. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas. Piala ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan sumbatan. –--------------------

32. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak menunjukkan kelainan. ----------------------------------------------------------------------------------------------------

33. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas dua sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak utuh, selaput lunak otak utuh. -----------------------------------------------------------------------------------

34. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian bawah. Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh gram.-------------------------

35. Golongan darah korban adalah B. -----------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN: -----------------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat seorang laki-laki berumur tiga puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat

pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam dan luka seret pada bagian belakang korban, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati karena kehabisan darah.------------------Sebab kematian mati orang ini akibat terputusnya pembuluh darah besar pada bagian ketiak sehingga mati karena kehabisan darah. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Terdapat kekerasan pada tubuh korban yaitu dengan bukti ditemukan luka lecet yang disebabkan diseretnya korban sebelum kematian dan dibiarkan mati kehabisan darah.----------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Dokter yang memeriksa,

(dr. Adinda Afta)SIP. 16071993

Penutup

41

Sesuai dengan kasus Pada mayat seorang laki-laki berumur tiga puluh tujuh tahun ini

ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet

geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam dan

luka seret pada bagian belakang korban, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati karena

kehabisan darah.

Sebab kematian mati orang ini akibat terputusnya pembuluh darah besar pada bagian

ketiak sehingga mati karena kehabisan darah. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam.

Terdapat kekerasan pada tubuh korban yaitu dengan bukti ditemukan luka lecet yang disebabkan

diseretnya korban sebelum kematian dan dibiarkan mati kehabisan darah.

Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan

berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar

meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya

pemeriksaan dalam untuk membantu diagnosis mekanisme kematian serta menyingkirkan

kemungkinan lainnya

Daftar pustaka

1. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi kedua. Bagian Kedokteran

Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta; 1994

2. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik FK Uni.

Indonesia. Jakarta:2001.

3. Tanda pasti kematian mayat..2002 (Online). [11 November 2011]. Available from URL:

http://medicine.uii.ac.id/upload/23-SAP-blok-medikolegal-kedokteran-uii.pdf 

4. Teknik autopsy forensic. Edisi keempat. Bagian Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia.

Jakarta:2000.

5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta.2000:187-9.

42