Post on 03-Apr-2018
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
1/29
1
A. Eritrosit dan Proses EritropoesisEritrosit
Eritrosit atau sel darah merah berperan dalam mengankut O2 dan CO2 didalam darah.
Hal ini diperankan oleh suatu molekul darah yang dikenal dengan hemoglobin.
Hemoglobin terdiri atas dua komponen yakni bagian globin suatu protein yang terbentuk
dari empat rantai plipeptida yang sangat berlipat-lipat dan bagian gugus nitrogenosa non
protein yang dikenal dengan gugus heme. Setiap atom besi dapat berikatan secara
reveribel dengan satu molekul O2 dengan demikian setiap penampang hemoglobin dapat
mengikat empat penumpang O2. Selain dengan O2 Hemoglobin juga dapat berikatan
denganzat-zat lain seperti Karbondioksida (CO2) yang mengangkut gas ini kembali ke paru,
Hidrogen Asam (H+) dari asam karbonat yang terionisasi sehingga hemoglobin juga
berperan sebagai system buffer asam untuk mempertahan kan PH tubuh, dan yang
terakhir berikatan dengan karbonmonoksida (CO) yang bersifat toksin dalam darah.1,3
Hemoglobin juga mempunyai enzim yang dikenal dengan ewnzim Glikolitik yang
berperan dalam menghasilkan energy yang dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme
transportasi aktif dan juga enzim Karbonik Anhidrase yang berperan dalam
pengangkutan CO2 , enzim ini mengkatalisis sebuah reaksi kunci yang mengubah CO 2 menjadi
ion bikarbonat (HCO3-) yakni bentuk utama transport CO2 dalam darah, dengan demikian CO2
diangkut dengan cara terikat hemoglobin dan melalui konversi HCO3- oleh karbonik anhydrase.2,3
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
2/29
2
Eritropoesis
Eritropoesis adalah suatu proses pemebentukan sel darah merah (eritrosit) oleh
sumsum tulang yang regulasinya diatur oleh hormon eritropoetin yang dihasilkan oleh
ginjal. Kecepatan pembentukan sel darah merah 2-3 juta perdetik untuk mengimbangi
musnahnya sel darah merah tua. Umur dari dari eritrosit adalah 120 hari.3
Proses ertiropoesis terjadi padasaat terjadinya penurunan O2 keginjal yang akhirnya
akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan hormone eritropoetin kedalam darah dan
hormone ini akan merangsang proses eritropoesis di sumsum tulang. Peningkatan proses
eritropoesis ini akan menambah jumlah eritrosis dalam darah yang akan meningkatkan
kapasitas angkut O2 dalam darah dan memulihkan penyaluran O2 kejaringan ketingkat
normal. Apabila penyaluran O2 ke ginjal telah normal maka sekresi eritropoetin akan
dihentikan sampai diperlukan kebmbali.1,3
B. Definisi AnemiaAnemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit (sel darah
merah) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlahyang cukup kejaringan perifer. (penurunan oxygen carrying capacity), yang ditandai
dengan penurunan kadar Hemoglobin, Hematokrit atau hitung eritrosit.1
Parameter paling umum digunakan untuk emnunjukkan penurunan massa eritrosit adalah
hemoglobin, disusul hematocrit dan hitung jenis eritrosit. WHO menetapkan nilai cut
pointanemia1
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
3/29
3
Kriteria Anemia Menutur WHO (dikutip dari Hoffbrand AV,et al, 2001)
KelompokKriteria anemia (Hb)
Laki-laki dewasaWanita dewasa tidak hamil
Wanita Hamil
< 13 g/dl
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
4/29
4
D. Patofisiologi dan Manifestasi AnemiaGejala umum anemia (sindrom anemia) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus
anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah nilai normal.
Gejala umum dari anemia ini timbul dikarenakan :
1. Anoksia organ2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap menurunnya daya angkut oksigenGejala umum anemia menjadi sangat jelas jika kadar hemoglobin telah turun menjadi 7
g/dl. Berat ringannya gejalam umum anemia tergantung pada
1. Derajat penurunan hemoglobin2. Kecepatan penurunan hemoglobin3. Usia4. Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnyaGejala anemia figolongkan menjadi tiga jenis gejala yakni :
1. Gejala umum anemiaGejala umum anemia, disebutjuga sebagaisindrom anemia yang timbul karna iskemia
organ target serta akibat mekanisme kompensasi terhada penurunan kadar
hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan
hemoglobin pada kadar tertentu (Hb < 7 g/dl). Sindom anemia dari anamnesa pasien
mengeluhkan badan terasa lemah, lelah, lesu, telinga berdenging, mata berkunang
kungang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dyspepsia. Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan pasien tampak pucat, terutama terlihat dari konjungtiva, mukosa mulut,
telapak tangan, dan jaringan dibawah kuku.1,4,5
2. Gejala khas masing-masing anemiaGejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia, sebagai contoh :
Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dankuku sendok (koilonkia)
Anemia megaloblastik : gangguan neurologi padda defiseinsi vitamin B12 Anemia hemolitik : ikterik, splenomegaly dan hepatomegaly Anemia aplastic : perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
5/29
5
3. Gejala penyakit dasarGejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat
bervsariasi tergantung dari penyenbab anemia tersebut. Misal pada infeksi cacing
tambang, sakir perut, parotitis, kuning pada telapak tangan.1,4,5
E. Diagnosis dan Pemeriksaan AnemiaPemeriksaan Laboratorium merupakan penunjang diagnostic pokok dalam diagnosis
anemia. Pemeriksaan ini terdiriri dari1,4
:
1. Pemeriksaan penyaringPemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat menentukan
anemia serta jenis morfologi anemia tersebut, yang sangat berguna untuk pengarahan
diagnosis lebih lanjut.
2. Pemeriksaan darah seri anemiaPemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit,
dan laju endap darah.
3. Pemeriksaan sumsum tulangPemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi sanat berharga mengenai
keadaan system hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis
definitive pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang mutlak
diperlukan untuk mendiagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastik, serta kelainan
hematologic yang dapat mensupresi system ertiroid.
4. Pemeriksaan khususPemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusu misalnya pada :
Anemia defisiensi besi : Serum Iron, TIBC (Total iton binding capacity),saturasi transferrin, protoporfirin, ferritin serum, reseptor transferrin,dan
pengecatan besi pada sumsum tulang (Perls stain)
Anemia megaloblastik : folat serum, Vit B12 serum, tes supresi deoksiuridindan tes schilling
Anemia Hemollitik : Bilirubin serum, tes coomb, elektroforesis HB Anemia Aplastik : Biopsi sumsum tulang (BMP)
F. Pendekatan diagnosis
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
6/29
6
Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit, dan dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit yang mendasari (underlying disease). Hal ini penting untuk
diperhatikan dalam diagnosis anemia, kita tidak cukup hanya sampai diagnosis anemia,
tetapi sedapat mungkin kita harus dapat menentukan penyakit daar yang menyebabkan
anemia tersebut. Maka tahap-tahap diagnosis anemia adalah
Menentukan adanya anemia Menentukan jenis anemia Menentukan etiologi atau penyakit yang mendasari anemia Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil
terapi.
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
7/29
7
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
8/29
8
Pendekatan Diagnosis Anemia
Terdapat berbagai macam pendekatan diagnosis anemia antara lain, pendekatan
tradisional, perndekatan morfologi, pendekatan fungsional, pendekatan probabilistic dan
pendekatan klinis
1. Pendekatan Tradisional, Morfologik, dan ProbabilistikPendekatan tradisional adalah pembuatan diagnois berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, setelah dianalisis dan sintesis disimpulkan
sebagai sebuah diagnosis, baik diagnosis tentative ataupun diagnosis definitive.
Pendekatan lainnya adalah pendekatan morfologi,fisiogil dan probabilistic. Dari
aspek morfologi maka anemia berdasarkan hapusan darah tepi atau indeks eritrosit
dikalisifikasian menjadi anemia mikrosiktik hipokromik, anemia normositik
normokromik dan anemia makrositik. Pendekatan fungsional bersandar pada
fenomena apakah anemia disebabkan oleh penurunan produksi eritrosit di sumsum
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
9/29
9
tulang yang bias dilihat dari penurunan angka retikulosit, ataukah akibat dari
kehillangan darah atau hemolysis yang ditandai oleh peningkatan nilai angka
retikulosit. Dari kedua pendekatan ini kita dapat menduga jenis anemia dan
kemungkinan penyebabnya. Hasil ini dapat diperkuat dengan pendekatan
probabilistic (pendekatan bedaasarkan pola etiologi anemia),yang bersandar dari data
epidemiologi yaitu pola etiologi disuatu daerah.1,5,7
2. Pendekatan probabilistik atau pendekatan bedasarkan pola etiologi anemiaSecara umum jenis anemia yang paling umum ditemukan didunia adalah anemia
defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik, dan thalassemia. Pada etiologi anemia
pada orang dewasa disuatu daerah perlu diperhatikan dalam membuat diagnosis.
Didaerah tropis anemia defisiensi besi merupakan penyebab tersering disusul oleh
anemia akibat penyakit kronis dan thalassemia. Pada perempuan hamil perlu
diperhatikan adanya defisiensi folat. Pada daerah tertentu anemia akibat malaria
masih sering ditemui. Pada thalassemia lebih memerlukan perhatian daripada anemia
akibat penyakit kronik. Sedangkan dibali, mungkin juga diindonesia, anemia aplastic
merupakan salah satu anemia yang sering dijumpai. Jika kita menemui anemia
disuatu daerah maka penyebab yang dominan didaerah tersebutlah yang menjadi
perhatian kita pertama. Dengan penggabungan bersama-sama dengan gejala klinis
dan pemeriksaan laboratorium sederhana, maka diagnosis selanjutnya akan
terarah.1,5,7
3. Pendekatan klinisDalam pendekatan klinis yang menjadi perhatian adalah ;
1. Kecepatan munculnya penyakit2. Berat ringannya derajat anemia3. Gejala yang menonjol.
G. PenatalaksaanaanBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan terapi pada pasien anemia
adalah :
1. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnose definitive yang telahditegakkan lebih dulu.
2. Pemerian hematinic pada indikasi yang jelas tidak dianjurkan.
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
10/29
10
3. Pengobatan anemia dapat berupaa.Terapi Keadaan Darurat : Pada perdarahan akut, akibat anemia aplastic yang
mengancam jiwa pasien, atau pada anemia pasca perdarahan akut disertai
gangguan hemodinamik
b.Terapi Suportifc.Terapi yang khas untuk masing-masing anemiad.Terapi kausal yang menjadi penyebab anemia tersebut.
4. Dalam keadaan diagnosis definitive tidak dapat ditegagkan kita terpaksa harusmemberikan terapi percobaan atau terapi exjuvantivus. Disini harus dilakukan
pemantauan yang ketat terhadap respon terapi dan perubahan perjalanan penyakit
pasien dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang perubahan diagnosis.
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguanhemodinamik.
Pada anemia kronik transfuse hanya diberikan jika anemia bersifat simptomatik atau
adanya ancaman payah jantung disini diberikan Packed Red Cell dan Whole Blood pada
anemia kronis sering ditemua peningkatan volume darah, oleh karena itu transfuse
diberikan dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti
furosemide sebelum trnasfusi.1,9
H. Jenis-Jenis Anemiaa. Anemia Aplastik
i. DefinisiAnemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan
penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel
darah yang diproduksitidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia,
yaitu keadaan dimana terjadikekurangan jumlah sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit.1,6
Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang
yangditandai dengan pansitopenia perifer dan hipoplasia sumsum tulang.
Pada anemiaaplastik terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
11/29
11
tulang sehinggamenyebabkan retikulositopenia, anemia, granulositopenia,
monositopenia dantrombositopenia
ii. Etilologi dan KlasifikasiKlasifikasi anemia aplastic :
Klasifikasi menurut kausa
1. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira50% kasus.
2. .Sekunder : bila kausanya diketahui.3.Konstitusional : adanya kelainanDNA yang dapat diturunkan, misalnya anemia Fanconi
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis :
Adapun kemungkinan penyebab terjadinya anemia aplastic yakni :
Klasifikasi Etiologi Anemia Aplastik
Toksisitas Langsung
Iatrogenik : Radiasi, Kemoterapi Benzena Metabolit intermediate beberapa jenis obat
Penyebab yang diperantarai imun
Iatrogenik Fascitis
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
12/29
12
Kehamilan Metabolit intermediet beberapa jenis obat Anemia aplastic idiopatik
iii. Patofisiologi dan Manifestasi KlinisPada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala
yangtimbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia
eritropoietik akanmenimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala
anemia antara lain lemah, dyspnoedeffort, palpitasi cordis, takikardi,
pucat dan lain-lain. Pengurangan elemenlekopoisis menyebabkan
granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka
terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik
bersifat lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat
mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di
organ-organ. Pada kebanyakan pasien, gejala awal dari anemia aplastik
yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan, walaupun demam
atau infeksi kadang-kadang juga dikeluhkan4,7
iv. DiagnosisAnamnesa
Pada anamnesa pasien biasanya mengeluhkan keluhan sindrom
anemia, perdarahan, badan terasa lemah, pusing, jantung berdebar,
demam, nafsu makan berukurang, pucat, sesak nafas dan telinga
berdenging.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis pada pasien anemia aplastik pun sangat
bervariasi. Pada pemeriksaan fisik pucat ditemukan pada semua pasien
yang diteliti sedangkan pendarahan ditemukan pada lebih dari setengah
jumlah pasien. Hepatomegali, yangsebabnya bermacam-macam ditemukan
pada sebagian kecil pasien sedangkansplenomegali tidak ditemukan pada
satu kasus pun. Adanya splenomegali danlimfadenopati justru meragukan
diagnosis
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
13/29
13
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan Penunjang meliputi :
1. Pemeriksaan DarahPada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.
Anemiayang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai
dengan tanda-tandaregenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit
muda dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik. Kadang-
kadang pula dapat ditemukan makrositosis,anisositosis, dan
poikilositosis.
Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel
darah putihmenunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit.
Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Jumlah
neutrofil kurang dari 500/mm dan trombositkurang dari 20.000/mm
menandakan anemia aplastik berat.1,5,7
Jumlah neutrofil kurangdari 200/mm menandakan anemia aplastik
sangat berat.Jumlah trombosit berkurang secara kuantitias sedang
secara kualitas normal.Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan
dari eritrosit, leukosit atau trombosit bukan merupakan gambaran
klasik anemia aplastik yang didapat (acquired aplasticanemia)Pada
beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang
berkurang sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau
amegakariositik trombositopenia. Pada pasien seperti ini, lini produksi
sel darah lain juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu sehingga diagnosis anemiaaplastik dapat
ditegakkan.1,5,7
2. Pemeriksaan BMPAspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula
dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel
hematopoiesis. Limfosit,sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin
menyolok dan hal ini lebih menunjukkankekurangan sel-sel yang lain
daripada menunjukkan peningkatan elemen-elemen ini.Pada
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
14/29
14
kebanyakan kasus gambaran partikel yang ditemukan sewaktu aspirasi
adalah hiposelular. Pada beberapa keadaan, beberapa spikula dapat
ditemukan normoseluler atau bahkan hiperseluler, akan tetapi
megakariosit rendah.1,5,7
Biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik
secarakualitatif maupun kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik
ditemukan gambaranhiposelular. Aspirasi dapat memberikan kesan
hiposelular akibat kesalahan teknis(misalnya terdilusi dengan darah
perifer), atau dapat terlihat hiperseluler karena areafokal residual
hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan
biopsidianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis.1,5,7
Suatu spesimen biopsi dianggap hiposeluler jika ditemukan kurang
dari 30%sel pada individu berumur kurang dari 60 tahun atau jika
kurang dari 20% padaindividu yang berumur lebih dari 60 tahun.
International Aplastic Study Group mendefinisikan anemia
aplastik berat bilaselularitas sumsum tulang kurang dari 25% atau
kurang dari 50% dengan kurang dari30% sel hematopoiesis terlihat
pada sumsum tulang
v.
PenatalaksanaanPengobatan Suportif
Bila terapat keluhan akibat anemia, diberikan transfusi eritrosit berupa
packed red cells sampai kadar hemoglobin 7-8 g% atau lebih pada orang
tua dan pasiendengan penyakit kardiovaskular.Resiko pendarahan
meningkat bila trombosis kurang dari 20.000/mm.Transfusi trombosit
diberikan bila terdapat pendarahan atau kadar trombosit
dibawah20.000/mm sebagai profilaksis. Pada mulanya diberikan trombosit
donor acak.Transfusi trombosit konsentrat berulang dapat menyebabkan
pembentukan zat antiterhadap trombosit donor. Bila terjadi sensitisasi,
donor diganti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara
kandung).Pemberian transfusi leukosit sebagai profilaksis masih
kontroversial dan tidak dianjurkan karena efek samping yang lebih parah
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
15/29
15
daripada manfaatnya. Masa hidupleukosit yang ditransfusikan sangat
pendek9
Terapi Imunosupresif
Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte
globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A
(CSA). ATGatau ALG diindikasikan pada
- Anemia aplastik bukan berat
- Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok
- Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada saat
pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan granulosit
lebihdari 200/mm
b. Anemia Defisiensi besii. Definisi
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan
besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin (Hb) berkurang.1,8
ii. Etilologi dan KlasifikasiAnemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapatberasal dari :
a. Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung,kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing
tambang.
b. Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia.c. Saluran kemih : hematuriad. Saluran napas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan,atau kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan
banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
16/29
16
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalammasa pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitiskronik.
Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik
hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau
peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab
perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan
gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing
tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena
menormetrorhagia.1,8
iii. Manifestasi KlinisAnemia pada akhirnya menyebabkan sindrom anemia seperti kelelahan,
sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai
pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilapkarena papil lidah menghilang.
Glositis : iritasi lidah Keilosis : bibir pecah-pecah Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti
sendok
iv. DiagnosisPenegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang diteliti disertai pemeriksaan laboratorium yang
tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi
besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut
:
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
17/29
17
Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumberperdarahan.
Laboratorium : Anemia hipokrom mikrosister, Fe serum rendah,TIBC tinggi.
Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast-) Adanya respons yang baik terhadap pemberian FePemeriksaan Penunjang :
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat
dijumpai adalah :
Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemiahipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin
mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH
menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia
difisiensi besi dan thalassemia mayor.1,8
RDW (red cell
distribution width) meningkat yang menandakan adanya
anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan
sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin
sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala
anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-
perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik
mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil,
kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan
mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia,
berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal.
Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus
ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
18/29
18
Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengankelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk
pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.
Kadar besi serum menurun 350 mg/dl, dan saturasi
transferin < 15%.
Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalamserum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi
jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi
besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin
serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi
atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak
atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar
feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit
kronik.
TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator
americanus.
v. Diagnosis Banding
vi. Penatalaksanaan Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada
ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
19/29
19
Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin
normal.1,9
(Kebutuhan Besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 mg
Bedah Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah sepertiperdarahan karena diverticulum Meckel.
SuportifMakanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besitinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati
(bayam, kacang-kacangan).
c. Anemia Pada Penyakit Kronisi. Definisi
Anemia juga merupakan sebuah manifestasi klinis dari suatu penyakit
kronis. Alasan untuk mengatakan bahwa anemia yang ditemukan pada
berbagai klinis kronis berhubungan, karena mereka mempunyai banyak
gambaran klinis, yakni :
Kadar Hb berkisar 7-11 g/dl Kadar Fe serum menurun disertai TIBC yang rendah Cadangan Fe jaringan tinggi Produksi sel darah merah berkurang
ii. Etilologi dan KlasifikasiAnemia karena penyakit kronis ditandai dengan pemendekan masa hidup
eritrosit,gangguan metabolism besi, dan gangguan produksi eritrosit akibat
tidak efektifnya rangsangan eritropoetin.
1. Pemendekan masa hidup eritrosit.Diduga mekanisme anemia merupakan bagian dari sindrom stress
hematologic, dimana terjadi produksi sitokin yang berlebihan
karena kerusakan jaringan akibat infeksi,inflamasi atau kanker.
Sitokin tersebut dapat menyebabkan sekuestrasi makrofage,
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
20/29
20
sehingga mengikat lebih banyak besi, meningkatkan destruksi
dilimpa,menekan produksi eritropoetin oleh ginjal, serta
menyebabkan perangsangan inadequate pada eritropoetin di
sumsum tulang.
2. Gangguan metabolisme zat besiTerdapatnya kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi
cukup, menunjukkan adanya gangguan metabolisme besi pada
penyakit kronis. Hal ini memberikan konsep bahwa anemia
disebabkan karena penurunan kemampuan Fe dalam sintesis
hemoglobin.
Perbedaan Parameter Fe Pada Orang Normal, Anemia Defisiensi Besi, dan
Anemia Penyakit Kronis
Normal ADB Anemia Penyakit
Kronis
Fe Plasma
TIBC
Persen saturasi
Fe Makrofage
Feritin SeerumReseptor Transferin
70-90
250-400
30
++
20-2008-28
30
>450
7
-
10>28
30
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
21/29
21
debisitas fisik meningkat, maka pengurangan kpasitas transport O2
jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau memperberat keluhan
sebelumnya.
iv. DiagnosisPada pemeriksaan laboratorium, anemia umumnya ditemukan bentuk
normokrom-normositer, meskipun banyak pasien memberikan gambaran
hipokrom dengan MCHC < 31 g/dL, dan beberapa mempunyai sel
mikrositer < 80 fl. Nilai retikulosit absolut dalam batas normal atau sedikit
meningkat
v. PenatalaksanaanTerapi utama pada penyakit kronis adalah mengobati penyakit dasarnya.
Terdapat beberapa pilihan dalam mengobati anemia jenis ini, antara lain :
1. TransfusiMerupakan pilihan pada kasus-kasus yang disertai gangguan
hemodinamik. Tidak ada batasan yang pasti pada kadar
hemoglobin berapa kita harus memberi transfusi, Sebaiknya kadar
HB dipertahankan 10-11 gr/dl.
2. EritopoetinData penelitian menunjukkan bahwa pemberian eritropoetin
bermanfaat dan sudah disepakati untuk memberikan pada pasien
akibat kanker, gagal ginjal, myeloma multiple, arthritis rheumatoid
dan pasien HIV. Terdapat tiga jenis eritropoetinyakni eritropoetin
alfa,eritropoetin beta dan darbopoietin.
d. Anemia Megaloblastiki. Definisi
Anemia megaloblastik merupakan kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis DNA dan ditandai oleh sel megaloblastik.10 Kriteria
anemia dan defisiensi gizi menurut WHO 1972 sebagai berikut :
Dinyatakan anemia bila kdar hemoglobin pada permukaan laut lebih
rendah dari nilai golongan umur yang ada yaitu :
Anak umur 6 bulan6 tahun : 11g/dl
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
22/29
22
6 tahun- 14 tahun : 12 g/dl Pria dewasa :13 g/dl Perempuan dewasa tidak hamil : 12 gr/dl Perempuan dewasa hamil : 11g/dl
Untuk anemia defisiensi gizi, selain kadar Hb ditambah dengan ukur kadar
besi, asam folat dan vitamin B12.
Kebanyakan anemia megaloblastik disebabkan oleh karena defisiensi
vitamin B12 atau asam folat.
.
ii. Etilologi dan KlasifikasiBeberapa pennyebab terjadinya anemia megaloblastik diantaranya :
1. Defisiensi kombalamin, dikarenakan asupan yang kurang maupunmalabsorbsi atau gangguan absorbs kobalamin.
2. Defisiensi asam folat, baik karena asupan yang tidak adequate,kebutuhan asam folat yang meningkat, gangguan absorbs atau
penyerapan, maupun metabolisme asam folat yang terganggu.10
iii. Patofisiologi dan Manifestasi KlinisPada anemia megaloblastik dapat kita temuakan :
1. Anemia karena eritropoesis yang inefektif2. Ikterus ringan akibat pemecahan hemoglobin meninggi karena usia
eritrosit memendek
3. Glositis (lidah bengkak, merah), stomatitis, angularis, gejala-gejalasyndrom malabsorbsi ringan.
4. Purpura trombositopenik karena maturasi megakariosit terganggu5. Neuropati pada defisiensi vitamin B12. pada penderita dengan
defisiensi vitamin B12 yang berat dapat terjadi kelainan saraf
sensorik pada kolumna posterior dan neuropati bersifat simetris,
terutama mengenai kedua kaki. Penderita mengalami kesulitan
berjalan dan mudah jatuh.4,7,10
iv. Diagnosis
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
23/29
23
Dalam menegakkan diagnosis dari anemia megaloblastik harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan adanya anemia.
Pemeriksaan laboratorium darah meliputi hemoglobin, hematocrit,
retikulosit, leukosit, trombosit, hitung jenis, laju endap darah, serum
vitamin B12, serum folat, folat eritrosit, MCV. Pada pemeriksaan MCV
dapat kita temukan makrositotis yaknio MCV lebih dari 100 fl maka perlu
dipikirkan adanya anemia megaloblastik.
v. PenatalaksanaanDefisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12.
vegetarian dapat di cegah atau di tangan i dengan penambahan vitamin per
oral atau melalui susu kedelai yang diperkaya. Apabila defisiensi
disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik,dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Pada awalnya, B12 diberikan tiap hari, namun kemudian kebanyakan
pasien dapat ditangani dengan pemberian vitamin B12 100 gram IM tiap
bulan, cara ini dapat menimbulkan penyembuhan dramatis pada pasien
yang sakit berat. Hitung retikulasi meningkat dalam beberapa hari.
Manifestasi neurorologis memerlukan waktu lebih lama untuk
sembuh,apabila terdapat neuropati berat, paralisis dan inkontinensia,
pasien mungkin tidak dapat sembuh secara penuh.
Untuk mencegah kekambuhan anemia,terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebai berikut :
1. Terapi suportif
Transfusi bila ada hipoksia dan suspensi trombosit bila
trombosotopenia mengancam jiwa.
2. Terapi untuk defisiensi vitamin B12
Terapi yang biasa digunakan untuk mengatasi terapi defisiensi
vitamin B12 adalah sebagai berikut:
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
24/29
24
diberikan vitamin B12 100-1000 Ug intramuskular sehari selama
dua minggu,selanjutnya 100-1000 Ug IM setia bulan. Bila ada
kelainan neurologist,terlebih dahulu diberikan setiap dua minggu
selama enam bulan,baru kemudian diberikan sebulan sekali. Bila
penderita sensitive terhadap pemberian suntikan dapat diberikan
seara oral 1000 Ug sekali sehari,asal tidak terdapat gangguan
absopsi.9,10
Transfuse darah sebaiknya di hindari,kecuali bila ada dugaan
kegagaln faal jantung, hipotensi postural,renjatan atau infeksi
berat. Bila diperlukan transfuse darah sebaiknya diberi eritrosit
yang di endapkan.
3. Terapi untuk defisiensi asam folat. Diberikan asam folat 1-5 mg/hari
per oral selama empat bulan, asal tidak terdapat gangguan absopsi.
4. Terapi penyakit dasar. Menghentikan obat-obatan penyebab anemia
megaloblastik.
I. Transfusia. Definisi
Transfusi darah pada hakekatnya adalah pemberian darah atau komponen darah
dari satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien).11
b. Jenis komponen transfuseJenis Komponen darah :
Selular :
Darah utuh (whole blood) Sel darah merah pekat (packed red blood cell)
o Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red bloodcell leucocytes reduced)
o Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washes)o Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell frozen)
Trombosit konsentrat (concentrate platelets) Granulosit feresis
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
25/29
25
Non Selular :
Plasma segar beku (fresh frozen plasma) Plasma donor tunggal
Macam-macam plasma
Albumin Imunoglobulin Faktor VIII dan Faktor IX pekat Rh immunoglobulin Plasma ekspander sintetik
c. Darah lengkap (Whole Blood)i. Komponen :
Darah lengkap berisisel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma.Satu
unit kantong darah berisi 450 ml darah, dan 63 ml antikoagulan.11
ii. IndikasiWB berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume
plasma dalam waktu bersamaan, missal pada perdarahan aktif dengan
kehilangan darah lebih dari 25-30 % volume darah total.11
iii. Kontra indikasiSebaiknya darah lengkap tidak diberikan pada pasien dengan anemia
kronik yang normovolumik atau yang bertujuan untuk meningkatkan sel
darah merah.11
iv. Dosis dan cara pemberianPada orang dewasa 1 unit darah lengkap akan meningkatkan hb sekitar
1g/dl atau hematocrit 3-4 %. Pada anak 8 ml/kgbb akan meniongkatkan
Hb 1 g/dl. Pemberian sebaiknya melalui filter darah dengan anjuran lama
pemberian 4 jam.11
Rumus Kebutuhan : (Hb Target-Hb Sekarang) x 4 x bb.
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
26/29
26
d. Sel darah merah pekat (Packed Red Cell)i. Komponen :
Sel darah merah pekat berisi eritrosit, trombosit, leukosit, dan sedikit
plasma.
ii. IndikasiSel darah merah pekat ini digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah pada pasien yang menunjukan gejala anemia, yang hanya
memerlukan massa sel drah merah pembawa oksigen saja missal pasein
dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan. Pemerian disesuaikan
dengan klinis pasien bukan pada nilai Hb atau Ht. Keuntungannya adalah
perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah beban volume
seperti pasien anemia dengan gagal jantung.
iii. KontraindikasiDapat menyebabkan hipervolumia jika diberikan dalam jumlah banyak
dalam waktu singkat
iv. Dosis dan cara pemberianPada orang dewasa, 1 unit sel darah merah dapat meningkatkan Hb 1g/gl
atau Ht 3-4%. Pemberian sel darah ini harus melalui filter darah. Ht yang
tinggi dapat mengakibatkan hipperviskositas dan menyebabkan kecepatan
transfuse menurun, sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan
salin normal 50-100 ml sebagai pencampur sedian sel darah merah dalam
CPD tetapi harus hati-hati karena dapat terjadi kelebihan beban.11
e. Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (Packed Red Blood CellLeucocytes Reduced)
i. Komponen :Sel darah merah dengan Setiap unit hanya mengandung 1-3 x 10
9leukosit.
(n : 5 x 109)
ii. IndikasiProduk ini dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada
pasien yang sering mendapat/tergantung pada transfuse darah dan pada
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
27/29
27
mereka yang sering mendapat reaksi transfuse panas yang berulang dan
reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau antibody leukosit.
iii. KontraindikasiKomponen sel darah ini tidak dapat mencegah terjadinya graft versus host
desease, sehingga untuk mencegah hal tersebut ialah komponen darah
tersebut diradiasi11
iv. Dosis dan cara pemberianPemberian komponen sel darah ini paling baik diberikan dengan
menggunakan generasi ketiga.
f. Trombosit Pekat (Concentrate Plateletz)i. Komponen
Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma. Satu
kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 ml darah lengkapdari
seorang donor berisi 5,5 x 1010
trombosit dengan volume 50 ml.11
ii. IndikasiTrombosit pekat ini diindikasikan pada kasus perdarahan karena
trombositopenia (trombosit < 50000/uL) atau trombositopati kongenital
didapat.
iii. KontraindikasiTransfusi trombosit tidak efektif pada pasien dengan destruksi trombosit
yang cepat seperti ITP,TTP, dan KID dan transfuse hanya diberikan jika
terdapat perdarahan aktif.
iv. Dosis dan cara pemberianDosis biasanya digunakan pada perdarahan yang disebabkan karena
trombositopenia adalah 1 unit/10 kgbb, biasanya diperlukan 5-7 untit pada
orang dewasa. Perhitungan peningkatan jumlah trombosit yang dikoreksi
(Corrected Count Increment : CCI) dapat dihitung lebih akurat dengan
rumus:
( ) ( )
( )
Post tx : pasca transfuse
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
28/29
28
Pre tx : pra transfuse
BSA :Body surface area
Keberhasilan transfuse trombosit dengan menghitun CCI 1 jam pasca
transfuse dimana CCI >7,5-10 x 109/L
g. Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma =FFP)i. Komponen
Plasma digunakan untuk kekurangan factor koagulasi. Plasma segar beku
in berisi plasma, semua factor pembekuan stabil dan labil, komplemen dan
protein plasma.
ii. IndikasiDipakai pada pasien dengan gangguan proses pembekuan darah bila tidak
tersedia factor pembekuan pekat atau kriopresitat,misalnya pada defisiensi
factor pembekuat multiple, penyakit hati, KID, TTP, dan dilusi
koagulopati.
iii. KontraindikasiPlasma sebaiknya tidak digunakan untuk mempertahankan ekspansi
volume karena risiko penularan penyakit yang tinggi.
iv. Dosis dan cara pemberianProduk ini diberikan setelah 6 jam pencairan, dengan memakai
saringan/filter standar. Plasma harus cocok golongan ABO nya dengan sel
darah merah pasien dan tidak perlu dilakukan uji silang. Jika plasma
diberikan sebagai pengganti fako koagulasinya adalah 10-20 ml/kgbb (4-6
unit pada orang dewasa) dapat meningkatkan factor koagulasi 20-30%,
dapat pula meningkatkan factor VIII 2% (1 unit/kg).11
7/28/2019 Eritrosit Dan Proses Eritropoesis Fajrin
29/29
DAFTAR PUSTAKA
1. bhakta, I made. 2007. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam FKUI jilid II. Jakarta : FKUI
2. Murray, Robert K. Granner, Daryl K. Mayes, Peter A. Rodwell, Viktor W.2003.Biokimia harper edisi 25 Jakarta : EGC
3. Lauralee Sherwood. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta :EGC4. Price, Sylvia A. M Wilson, Lorraine. Patofisiologi (konsep klinis prosesproses penyakit
edisi 6. 2006. Jakarta : EGC
5. Bhakta, I made. 2006. hematologi dasar klinik ringkas Jakarta : EGC6. Schnall SF, Berliner N, Duffy TP, Benz EJ, approach to the adult and child with anemia.
In : Hoffman R, Benz EJ, Shttil SJ, Furie B, Cohen HJ,Silberstein LE, Mc Glove P,
editors. Hematology : Basic Principles andpractice. 3rd edition. New York : Churchill
Livingstone; 2006. p. 367-82.
7. Robbins, Cotran, Kumar. 2007. Buku ajar patologi Edisi7 volume .Jakarta : EGC8. Bakta, I made ; Suega, Ketut ; Gde Dharmayuda, tjokorda. 2006. Anemia Defisiensi Besi
dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUIp. 634-640
9. Setiabudy , Rianto. 2008. Farmakologi dan terapi Edisi 5 (cetakan ulangdenganperbaikan, 2008). Jakarta : FKUI. p . 795-803
10.Soenarto. 2006. Anemia Megaloblastik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,jakarta : FKUI p. 643-649
11.bhakta, I made. 2007. Darah dan Komponen : Komposisi Indikasi dan Cara Pemberiandalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI jilid II. Jakarta : FKUI