Post on 05-Jun-2019
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Cinta Museum
(GNCM), dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014). Salah satu kegiatan dalam
Program GNCM tersebut adalah kegiatan Revitalisasi Museum yang bertujuan
untuk mewujudkan Museum Indonesia yang dinamis dan berdayaguna sesuai
dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan adanya
program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia
yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Museum merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan
mengomunikasikannya kepada masyarakat (Undang Undang Republik Indonesia
No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 18).
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of
Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani
kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan
benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. Museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis,
dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif di masa depan, semenjak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai hari Hari Museum Internasional.
Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban
manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya,
melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Aspek penting
lainnya, museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap
penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya.
Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata
sosial dan sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik
perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Berdasarkan Buku panduan Museum Museum Daerah Istimewa Yogyakarta
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Kebudayaan Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Daerah Yogyakarta Tahun
Anggaran 2000. Jumlah museum di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 37
buah.
“Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki museum terbanyak di
Indonesia, yaitu dari total 275 museum di Indonesia, sebanyak 37 museum berada
di DIY dan 18 di antaranya berada di Kota Yogyakarta.” (Sambutan Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Yulia Rustiyaningsih, pada
Peluncuran gerakan "Sahabat Museum" tersebut dipusatkan di Museum
Perjuangan, Sabtu, 19/6/2010)
Tanggal 12 Desember 2012 lalu resmi diluncurkan Sampul Peringatan
Filateli Istimewa 12.12.12 bertajuk “The Favourite Jogja Museums”. The
Favourite Jogja Museums adalah urutan rating kunjungan wisatawan ke museum
yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data kunjungan
Barahmus DIY 2012 (Gambar 1.1, Tabel 1.1).
Daerah Istimewa Yogyakarta sangat potensial untuk kegiatan wisata minat
khusus, banyak hal yang bisa dilakukan dan menjadi tujuan perjalanan wisatawan.
Daya tarik objek tujuan wisata yang beraneka ragam dan bentuk, memberikan
banyak pilihan dan alternatif untuk melakukan kegiatan wisata.
Gambar 1.1 : Kota Favorit Tujuan Wisata Museum di DIY
8%
0%
34%
0%
58%
Kota Favorit tujuan wisata museum DIY berdasarkan data kunjungan Barahmus DIY 2012
Bantul
Kulonprogo
Sleman
Wonosari
Yogyakarta
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Tabel 1.1 : Peringkat kunjungan wisatwan ke museum di DIY
No Nama Museum Lokasi
1 Bebadan Museum Kraton Yogyakarta Kota Yogyakarta
2 Museum Kebun Binatang Gembira Loka Kota Yogyakarta
3 Museum Monumen Yogya Kembali Kota Sleman
4 Museum Benteng Vredenburg Kota Yogyakarta
5 Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Kota Sleman
6 Museum Gunungapi Merapi Kota Sleman
7 Museum Seni dan Budaya Ullen Sentalu Kota Sleman
8 Meseum Negeri Provinsi DIY Sonobudoyo Kota Yogyakarta
9 Museum Biologi UGM Kota Yogyakarta
10 Museum Tani Jawa Indonesia Kota Bantul
11 Museum Sasmitaloka Pangsar Jendral Sudirman Kota Yogyakarta
12 Museum Dewantara Kitri Griya Taman Siswa Kota Yogyakarta
Sumber data : Survey Barahmus DIY Per Desember 2012
Dalam rangka revitalisasi wisata museum, khususnya di Kota Yogyakarta
perlu dilakukan suatu cara pendekatan edukasi museum yang sejalan dengan trend
perkembangan teknologi. Hal ini berlaku untuk obyek museum dan pelaku
perjalanan wisata museum.
Manuel Castells dalam bukunya “Communication Power” (2009)
mengatakan telah terjadi revolusi dari mass - communication menjadi mass self-
communication. Disebut mass communication karena mempunyai potensi untuk
sekaligus meraih khalayak global ketika di posting di video on You Tube, lewat
blog melalui jaringan RSS (really simple syndication) keberbagai web sources
atau lewat pesan yang dikirimkan lewat massive email-lists.
Dikatakan self-communication karena produksi pesannya self - generated,
potensial penerimanya self – directed, dan content nya diambil dari worldwide
web (www) dan electronic communication network secara jaringan lewat self –
selected. Ketiga format komunikasi (interpersonal, mass communication dan
mass self comminication), menyatu, saling berhubungan dan saling mendukung
satu sama lainnya daripada bersaing satu sama lainnya. Hal ini terungkap dalam
makalah “Strategi Komunikasi museum pada era new media” oleh Dr. Ishadi S.K
pada acara Museum Day 2010 di Museum Bank Indonesia 18 Mei 2010.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Internet sebagai salah satu cara untuk menyampaikan informasi telah
direspon oleh masyarakat luas, hal ini terbukti dengan hasil penelitian dari
internet world statistic pada awal tahun 2013 yang menyebutkan penggunaan dan
pertumbuhan penggunaan internet (tabel 1.2).
Tabel 1.2 : Perbandingan pengunaan internet di Asia dan Dunia
Wilayah Estimasi
populasi
tahun 2012
Pupolasi
dunia
(%)
Penguna
Internet
s/d tanggal
30 Juni 2012
Penetrasi
Pupolasi
(%)
Pengguna
Internet
(%)
Pengguna
s/d tanggal
31
Desember
2012
Asia 3,922,066,987 55.90% 1,076,681,059 27.50% 44.80% 254,336,520
Dunia 3,095,779,935 44.10% 1,328,837,317 42.90% 55.20% 721,607,440
Total 7,017,846,922 100.00% 2,405,518,376 34.30% 100.00% 975,943,960
Sumber data : Survey internet world statistic, 2013
Negara Indonesia dengan Pertumbuhan penguna terbesar di Asia Tenggara
memberikan dampak positif bagi pengembangan sistem informasi berbasis web
(tabel 1.3).
Java script sebagai salah satu bahasa pemograman telah digunakan
sebanyak 92,3 % sebagai bahasa pemograman untuk situs berdasarkan Survey
yang dilakukan oleh W3tech pada Bulan Oktober 2012 (http://w3techs.com). Hal
ini sejalan dengan kemampuan device atau gadget yang semakin maju seiringan
dengan kemajuan teknologi.
Peningkatan pengguna internet yang semakin meningkat dewasa ini
memberikan peluang penyebarluasan informasi kaitannya revitaslisasi museum.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengemas informasi museum yang bisa
diakses oleh publik dengan mudah. Informasi tersebut memuat keunikan museum
dan cara pencapaian menuju museum.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Tabel 1.3 : Penguna internet di Asia
Negara
di Asia Estimasi
Populasi 2012
Pengguna
internet
(tahun 2000)
Pengguna
Internet
(30-06-2012)
Penetrasi
Populasi
(%)
Pengguna
di Asia
(%)
Pengguna
(31-12-2012)
Afganistan
30,419,928 1,000 1,520,996 5.00% 0.10% 384,220
Armenia
2,970,495 30,000 1,800,000 60.60% 0.20% 362,000
Azerbaijan
9,493,600 12,000 4,746,800 50.00% 0.40% 963,100
Bangladesh
161,083,804 100,000 8,054,190 5.00% 0.70% 3,352,680
Bhutan
716,896 500 150,548 21.00% 0.00% 82,040
Brunei Darussalam 408,786 30,000 318,900 78.00% 0.00% 254,760
Cambodia
14,952,665 6,000 662,840 4.40% 0.10% 742,220
China *
1,343,239,923 22,500,000 538,000,000 40.10% 50.00% 633,300
Georgia
4,570,934 20,000 1,300,000 28.40% 0.10% 911,900
Hong Kong *
7,153,519 2,283,000 5,329,372 74.50% 0.50% 4,034,560
India
1,205,073,612 5,000,000 137,000,000 11.40% 11.40% 62,713,680
Indonesia
248,645,008 2,000,000 55,000,000 22.10% 5.10% 51,096,860
Japan
127,368,088 47,080,000 101,228,736 79.50% 9.40% 17,196,080
Kazakhstan
17,522,010 70,000 7,884,905 45.00% 0.70% 700,020
Korea, North
24,589,122 -- -- -- -- n/a
Korea, South
48,860,500 19,040,000 40,329,660 82.50% 3.70% 10,012,400
Kyrgystan
5,496,737 51,600 2,194,400 39.90% 0.20% 109,060
Laos
6,586,266 6,000 592,764 9.00% 0.10% 255,880
Macao *
578,025 60,000 366,510 63.40% 0.00% 210,040
Malaysia
29,179,952 3,700,000 17,723,000 60.70% 1.60% 13,589,520
Maldives
394,451 6,000 134,860 34.20% 0.00% 136,760
Mongolia
3,179,997 30,000 635,999 20.00% 0.10% 515,080
Myanmar
54,584,650 1,000 534,930 1.00% 0.00% n/a
Nepal
29,890,686 50,000 2,690,162 9.00% 0.20% 1,940,820
Pakistan
190,291,129 133,900 29,128,970 15.30% 2.70% 7,984,880
Philippines
103,775,002 2,000,000 33,600,000 32.40% 3.10% 29,890,900
Singapore
5,353,494 1,200,000 4,015,121 75.00% 0.40% 2,915,640
Sri Lanka
21,481,334 121,500 3,222,200 15.00% 0.30% 1,515,720
Taiwan
23,234,936 6,260,000 17,530,000 75.40% 1.60% 13,240,660
Tajikistan
7,768,385 2,000 1,012,220 13.00% 0.10% 37,360
Thailand
67,091,089 2,300,000 20,100,000 30.00% 1.90% 17,721,480
Timor-Leste
1,143,667 0 10,293 0.90% 0.00% n/a
Turkmenistan
5,054,828 2,000 252,741 5.00% 0.00% 10,120
Uzbekistan
28,394,180 7,500 8,575,042 30.20% 0.80% 152,900
Vietnam
91,519,289 200,000 31,034,900 33.90% 2.90% 10,669,880
TOTAL ASIA
3,922,066,987 114,304,000 1,076,681,059 27.50% 100.00% 254,336,520
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Sumber data : Survey internet world statistic, 2013
1.2 Permasalahan
Kota Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota Negara Indonesia, menyandang
kota pendidikan dan banyak tokoh penting yang berdomisili. Hal hal ini kemudian
menyebabkan banyak peninggalan berupa museum. Sungguh keistimewaan
Yogyakarta ini bisa mengugah wisatawan lokal dan mancanegara untuk
mengunjunginya.
Museum museum di Kota Yogyakarta masih belum jelas penamaan,
klasifikasinya, Status Kepemilikan dan belum ada satu media yang secara utuh
menyajikan informasi spasialnya. Bila mengutip pernyataan Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata disebutkan bahwasanya Provinsi DIY memiliki 37
museum dan 18 diantaranya ada di Kota Yogyakarta.
Jumlah tersebut tidak sama jumlahnya jika mengacu pada data Asossiasi
Museum Indonesia, sesuai dengan pendataan yang dilakukan sampai Bulan
Agustus 2012, jumlah museum adalah 29 buah,
(http://asosiasimuseumindonesia.org).
Sebaran museum di Kota Yogyakarta memiliki jarak yang berdekatan satu
dengan lainya dan tersebar di delapan arah mata angin yang memiliki konsentrasi
terpadat di sekitar pusat kota. Sebaran yang berkelompok ini sebenarnya
memudahkan wisatawan dalam mengunjungi museum museum tersebut.
Informasi elektronik yang tersebar dalam dunia maya tentang museum di
kota yogyakarta sangat bervariasi bentuk visualisasinya. Bila merujuk pada
Undang Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Data
Elektronik, keadaan ini sangat mendukung pengembangan sistem elektronik yang
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Dalam Undang Undang No 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik, Bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi
pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting
bagi ketahanan nasional.
Ketersediaan informasi geospatial semakin terbuka dan mudah diakses
oleh publik secara cetakan atau file elektronik dan menunjukan perbaikan yang
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
signifikan dalam hal komprehensif, keakurasian dan kemudahan pengunaan, hal
ini ungkapkan oleh Brian McClendon, Vice President Engineering Gogle Maps
pada tanggal 6 Juni 2012 rekaman video the next generation of google maps.
Data atau informasi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, masih perlu
diadakan uji interpretasi dengan cara survey terestrial dan kompilasi dari berbagai
informasi yang berhasil dikumpulkan.
Untuk menghasilkan suatu sistem elektornik tertentu dibutuhkan pula data
data sekunder, bisa berupa data statistik atau data penelitian sebelumnya. Dari
data data yang berhasil dikumpulkan, dilakukan pemilihan dan kompilasi data
yang benar benar dibutuhkan untuk membangun suatu sistem informasi.
Mengutip tulisan Hemat Dwi Nuryanto yang dimuat pada Kompas Jawa
Barat, Kamis, 12 Agustus 2010 – Pemerintah bertekad menjadikan 2010 sebagai
warsa kunjungan museum. Sayang, ada ganjalan serius di balik tekad tersebut
terkait dengan kondisi aktual museum di negeri ini. Gerakan Nasional Cinta
Museum yang dicanangkan pemerintah seolah bertepuk sebelah tangan. Sebab,
kebanyakan pengelola museum di negeri ini kurang kreatif dan inovatif dalam tata
letak obyek atau koleksi museum. Sistem informasi koleksinya pun masih
minimalis.
Akibatnya, citra museum tetap saja usang, membosankan, dan kurang
atraktif. Eksistensi museum belum mampu mencuatkan nilai-nilai koleksi yang
tersimpan kepada publik. Transformasi sistem pengelolaan dan sumber daya
museum penting dilakukan agar museum lebih adaptif dengan perkembangan
zaman dan kompatibel dengan industri pariwisata global. Sistem pengelolaan
museum harus bisa mengemas koleksi sehingga mendongkrak segmentasi pasar,
promosi, serta nilai estetika dan ilmiahnya.
Langkah transformasi yang penting disegerakan menyangkut sistem
pengelolaan museum yang berbasis konvergensi teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Penting dikembangkan sistem informasi museum atau e-
museum yang menarik dan mampu merasuki jejaring sosial internet. Transformasi
sistem tersebut akan menunjang profesionalitas bagi edukator (programmer) dan
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
kehumasan (public relation) museum. Selain itu, sistem informasi yang andal akan
menjadikan museum sebagai destinasi yang sangat potensial.
Transformasi pengelolaan museum tentu tidak mengurangi atau
mengganggu fungsi dasar museum dalam konteks museologi yang mencakup
penelitian, konservasi atau pelestarian, serta komunikasi sebagai aspek mediasi
dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga
nonprofit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti, dan memamerkan
koleksi.
Akan tetapi, era gelombang keempat sekarang ini, yang ditandai dengan
pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesat, menempatkan museum sebagai
pusat industri budaya. Museum juga sangat ampuh sebagai sarana kontemplatif
dan pemicu lahirnya daya dan karya kreatif. Jadi, makna terdalam museum bisa
terwujud, yakni museum sebagai inspirator dan motivator bagi warga bangsa
dalam mengarungi persaingan global.
Sebaiknya sistem informasi museum tidak sekadar berbentuk situs internet
yang bersifat basis data ilmiah semata. Namun, sistem itu berupa sistem informasi
yang cerdas berbasis geospasial dan bisa merasuki jejaring sosial dengan tampilan
menarik. Selama ini sudah cukup banyak situs web yang menyediakan informasi
tentang museum, contohnya bidang arkeologi. Situs web arkeologi tersebut, di
antaranya, menyediakan informasi secara gratis. Akan tetapi, ada juga yang
mengharuskan kita menjadi anggota dengan persyaratan tertentu dan dikenai
biaya.
Konten yang disediakan dapat meliputi obyek arkeologi, foto, jurnal, peta
situs, dan lain-lain. Jenis data atau informasi yang akan ditampilkan dapat berupa
teks, suara, video, gambar, ataupun gabungan keseluruhan jenis data tersebut,
yang lebih dikenal dengan istilah multimedia. Kebanyakan situs web museum
ditampilkan dalam halaman statis. Agar lebih menarik dan berbobot, harus dibuat
halaman dengan konten dinamis yang didukung dengan multimedia dan memakai
aplikasi sistem informasi geografis (GIS).
Transformasi pengelolaan museum akan menjadikan museum semakin
modern. Museum bisa memanjakan pengunjung dengan fasilitas ruang pamer
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
yang atraktif dan memvisualisasikan imajinasi mengenai obyek tertentu. Konten
koleksi museum tersaji dalam bentuk data spasial dan peta pintar (smart map)
hasil interpretasi dari metode GIS. Dengan sistem GIS, museum arkeologi bisa
memenuhi kebutuhan konten arkeologi secara baik. Proyek-proyek arkeologi dan
peta situs purbakala juga dapat terpenuhi secara paripurna.
Saat ini sistem informasi museum yang sangat ideal dan patut dicontoh
adalah milik Smithsonian. Kita bisa berselancar dalam situs Smithsonian yang
spektrumnya sangat luas dan beragam serta disajikan secara menarik. Berbagai
macam peradaban yang pernah ada di bumi, fenomena alam, dan proses inovasi
ada dalam koleksi Smithsonian. Kita juga bisa napak tilas proses kreatif atau
inovatif yang terkait dengan penemuan yang berkontribusi terhadap kemajuan
dunia.
Napak tilas tersebut sangat penting untuk merangsang daya pikir pelajar
mengenai bagaimana para penemu atau inovator kelas dunia bekerja. Semua itu
tersaji dalam sistem informasi yang sangat paripurna dan mudah diakses oleh
warga dunia. Dari museum aerospace yang menampilkan bermacam pesawat
ruang angkasa hingga fenomena gunung berapi di bumi tersaji secara apik.
Sekadar catatan, Smithsonian American Art Museum selama ini mampu
menggugah kreativitas warga Amerika. Koleksi karya seni di semua media yang
membentang lebih dari tiga abad tersebut merupakan wahana yang sangat ideal
untuk menstimulasi kapasitas otak kanan warga Amerika dan dunia. Wahana itu
juga sangat strategis untuk proses pendidikan di perguruan tinggi terkemuka,
seperti Massachusetts College of Art, The Art Institute of Boston di Lesley
College, School of the Museum of Fine Arts Boston, Harvard University,
Princeton University, dan Yale University.
Smithsonian juga telah menggunakan aplikasi Google Earth untuk
menunjang misinya. Dalam perancangan Global Volcanism Program, Google
Earth dimanfaatkan sebagai sistem informasi gunung berapi di seluruh dunia
dengan profil dan keunikan masing-masing. Dengan itu, kita bisa melihat
perbedaan puncak gunung berapi dengan citra satelit.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Berkat proyek Smithsonian tersebut warga dunia bisa melihat profil dan
panorama eksotik dari gunung berapi di kepulauan Nusantara, seperti Gunung
Krakatau, Gede-Pangrango, Bromo, dan Merapi. Rancangan tersebut akan
membuahkan semacam kecerdasan bisnis (business intelligence) museum dan
sistem destinasi yang baik. Sistem informasi museum dan destinasi tersebut bisa
mengondisikan gambar yang dapat didekati hingga ketinggian ratusan meter.
Serupa dengan program tersebut, semestinya Museum Geologi Bandung
bisa merancang sistem informasi yang lebih lengkap melalui berbagai teknik
koneksi data. Dengan demikian, kita tidak hanya merasakan efek terbang berkat
teknologi Google Earth, tetapi juga bisa terhubung dengan berbagai manajemen
pengetahuan dan basis data di seluruh dunia.
Sistem Informasi Museum adalah suatu teknik visualisasi webgis untuk
menunjukan sebaran museum di Kota Yogyakarta yang bisa di akses oleh
Komputer, tablet dan smartphone.
Sebagai langkah awal adalah inventarisasi ulang museum di Kota
Yogyakarta, sebagai salah satu informasi terpercaya dalam memberikan ketepatan
lokasi, jenis museum, status museum dan cara pencapaiannya kepada pelaku
perjalanan wisata, masyarakat umum dan pengembangan dunia pemetaan digital
Berdasarkan uraian singkat seperti yang dipaparkan, maka dapat
disimpulkan perumusan masalah penelitian sebagai, berikut :
1. Pemutakhiran data Inventarisasi Jumlah dan Klasifikasi jenis museum secara
kekhususannya di Kota Yogyakarta.
2. Pembuatan Basis data spasial untuk mengetahui sebaran museum di Kota
Yogyakarta seseuai kekhususannya.
3. Penyususan Sistem Informasi Museum berbasis Web SIG yang komprehensif
dan dapat diakses oleh Komputer, Tablet dan Smartphone.
Dengan dasar acuan perumusan masalah inilah, maka penulis bermaksud
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Sistem Informasi Museum Kota
Yogyakarta
1.3 Pertanyaan Penelitian
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
1. Apakah Basisi data spasial hasil pemutakhiran data inventarisasi jumlah
dan klasifikasi museum bisa dijadikan acuan dalam pembuatan peta
museum?
2. Apakah database museum dapat dipublikasikan dalam bentuk media
(media online) Web SIG yang komprehensif dan dapat diakses oleh
personal computer tablet dan smartphone?
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Membangun basis data spasial museum.
Menyajikan basis data spasial museum yang bisa diakses secara online.
Menyusun Sistem Informasi Museum Kota Yogyakarta berbasis Web
SIG sehingga bisa diakses Komputer, tablet dan smartphone.
1.5 Kegunaan Dan Manfaat
Harapan dari penelitian ini adalah :
1. Menyajikan basis data tentang museum di kota Yogyakarta secara
digital
2. Memberikan pilihan jalur dan zonasi aktifitas wisata museum di Kota
Yogyakarta sesuai dengan minat.
3. Tindakan pengaman preventif dalam wisata museum
4. Sebagai acuan penyajian web museum di Indonesia secara digital.
1.6 Telaah Pustaka Dan Penelitian Sebelumnya
1.6.1 Telaah Pustaka
1.6.1.1 Museum di Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta adalah kota yang dikenal sebagai kota budaya dan
pariwisata, memiliki beberapa museum yang berisi nilai nilai sejarah, pengetahuan
serta kebudayaan yang tersimpan pada setiap benda yang dikoleksikan pada tiap
bangunan museum.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta menerbitkan buku
panduan Wisata Museum Kota Jogja yang berisi tentang berbagai museum yang
ada di Kota Yogya, dilengkapi dengan cara menuju ke museum dan jadwal
berkunjung pada tiap museum.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Buku panduan wisata museum ini mengelompokan Museum Museum
Kota Yogyakarta menurut tiga aspek yaitu museum pendidikan, budaya dan
sejarah dengan jumlah museum 17 (gambar 1. 2, tabel 1,4).
Gambar 1.2 : Aspek Museum di Kota Yogyakarta
Tabel 1.4 : Museum berdasarkan aspeknya
No Kelompok Museum Nama Museum
1 Pendidikan Biologi
2 Pendidikan Bahari
3 Pendidikan Fauna Gembira Loka
4 Pendidikan Sandi Negara
5 Budaya Anak Kolong Tangga
6 Budaya Kraton Yogyakarta
7 Budaya Pura Paku Alaman
8 Budaya Sonobudoyo
9 Budaya Batik Dan Sulaman
10 Budaya Kraton Yogyakarta
11 Sejarah Sasmitaloka Panglima Besar Jendral Sudirman
12 Sejarah Benteng Vredenburg
13 Sejarah Dewantara Kitri Griya Taman Siswa
14 Sejarah Perjuangan
15 Sejarah Monumen Pangeran Diponogoro Sasana Wiratama
16 Sejarah Pusat TNI AD Dharma Wiratama
17 Sejarah Istana Kepresidenan Yogyakarta
1.6.1.2 Kartografi
Secara sederhana kartografi didefinisikan sebagai ilmu membuat peta. Di
dalam dunia kartografi digambarkan bahwa selembar peta lebih berharga dari
seribu kata. Hal ini benar, karena peta dapat menggambarkan suatu medan dengan
24%
35%
41%
Museum Kota Yogyakarta Menurut Aspeknya
Pedidikan
Budaya
Sejarah
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
kepraktisan dan obyektifitas yang sangat tinggi. Peta yang baik adalah peta yang
dapat dipertanggung jawabkan secara visual maupun matematis, yang penting
juga bersifat selektif, (generalisasi).
Dalam peta yang dicetak secara hardcopy ada satu ruangan yang disebut
sebagai informasi tepi. Informasi tepi ini adalah catatan-catatan di luar peta tetapi
sangat membantu saat kita membaca dan menterjemahkan isi peta.
Salah satu produk cetakan peta yang penggunaannya dikenal luas adalah
Peta Topograpi dan Peta Rupa Bumi Indonesia. Isi dari peta mencakup lima hal
antara lain adalah (gambar 1.3):
1. Relief (ketinggian) ditunjukkan oleh pola garis ketinggian
2. Perairan (sungai, danau dan lain-lain). Pemukaan air merupakan datum
sehingga relief dibawahnya tidka dipetakan, kecuali sung-sungai kecil
di lereng lereng pegunungan.
3. Tumbuh-tumbuhan (hutan, semak, ladang, dan lain-lainnya). Beberapa
tanaman yang dominan sering dicantumkan pada peta, terutama di
daerah-daerah perkebunan (tanaman yang diusahakan).
4. Hasil budaya manusia (jalan raya, rel dan lain-lain). Hasil budaya
manusia ini (artifisial) dicantumkan dalam bentuk simbol-simbol
misalnya, permukiman, jalan raya dan lain-lain.
5. Ciri lain yaitu bentukan yang tidak dijumpai di lapangan namun
berguna dalam interpretasi peta, yaitu:
Grid
Batas administrasi
Titik ketinggian
Jika mengacu pada Undang Undang No 4 Tahun 2011 Tentang Informasi
Geospatial maka peta dasar harus mencakup a. garis pantai; b. hipsografi; c.
perairan; d. nama rupabumi; e. batas wilayah; f. transportasi dan utilitas; g.
bangunan dan fasilitas umum; dan h. penutup lahan.
Kaitan dalam menghasilkan peta yang baik, beberapa institusi sepakat
untuk membuat single base map. Keutamaan pembuatan single base map adalah
terjadinya keseragaman peta dasar dan memudahkan orang lain atau pengguna
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
untuk mengembangkan pemetaan pada daerah yang sama dengan tema yang
berbeda. Sistem koordinat dan penyeragaman symbol symbol menjadi bagian
penting dalam rangka mengkomunikasikan peta kepada pengguna (gambar 4).
Gambar 1.3 : Layout Peta Cetakan
Sumber : Diktat GEGAMA 2013
Keterangan :
1. Indeks peta
2. Judul peta
3. Induk peta
4. Penerbit
5. Petunjuk letak peta
6. Pembagian daerah (adaministrasi)
7. Pembuatan peta (sistem)
8. Deklinasi magnetis
9. Skala, selang garis sama tinggi (ci),
sistem proyeksi
10. Singkatan
11. Sumber
12. Legenda
13. Petunjuk pembacaan grid peta
14. Nomor grid dan letak bujur lintang
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
Gambar 1.4 : Klasifikasi legenda berdasarkan skala dan dimensi
Sumber : After Robinson & Sale Element of cartography 3rd, by John Wiley & Sons Inc
I.6.1.3 Sistem Informasi Geografis
Gambar 1.5 : Hubungan antar muka peta dalam infrastruktur data spasial
Sumber : Manno jan kraak & Ferjan Onmerling, 2010 .
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Keutamaan Sistem Informasi adalah untuk mengelola dan melihat data
spasial dan sangat penting adalah untuk mengabungkan data data yang berbeda
referensinya atau datasetnya menjadi data baru (gambar 1.5).
Drew Dekker, 2001, dalam buku GIS data Source, menyebutkan hukum
data SIG (gambar 1.6):
1. Data hanya dibuat untuk memecahkan masalah tertentu, tidak dibuat untuk
diterapkan dalam aplikasi yang luas.
2. Jika pengguna tidak mengetahui data analognya, maka dia tidak akan bisa
mengetahui data itu sebenarnya.
3. Hampir semua data SIG memiliki value, beberapa data memungkinkan
membutuhkan manipulasi tetapi mereka dapat beroperasi dengan baik.
4. Pembaharuan data.
5. Pelajari asosiasi SIG datasets dari metadata
6. Pengiriman Data SIG merupakan awal keuntungan dari komunikasi
digital.
7. Ada perbedaaan biaya yang cukup besar antara membuat data atau
membeli data.
8. Sumber informasi data SIG yang baik adalah orang yang mmemiliki
kesamaan tujuan pembuatan.
9. Dalam SIG kita harus memikirkan gabungan data spasial dengan
teknologi.
Berdasarkan hukum hukum tersebut maka perlu buat solusi untuk
membangun suatu system informasi yang langsung bersentuhan dengan pengguna
dari berbagai level latar belakang
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Gambar 1.6 : Metadata, data adalah data, Drew Dekker 2001
1.6.1.4 Web SIG
Web SIG adalah salah satu jenis system pendistribusian informasi. Secara
sederhana Web SIG harus memiliki server dan client, dimana server adalah
Aplikasi Web Server dan client adalah Web Browser, Aplikasi Desktop atau
aplikasi telepon.
Server memiliki URL sehingga client dapat menemukannya dalam Web.
Client bergantung kepada spesifikasi HTTP untuk mengirmkan permintaan
kepada server. Server melakukan permintaan jawaban kepada operasi GIS dan
mengirim respon tersebut kepada client melalui HTTP.
Format dalam merespon bisa jadi HTML yang digunakan oleh Web
Browser client, tetapi bisa juga mengunakan format lainnya seperti Gambar
Binary, XML (Extensible Markup Langguage) atau JSON (JavaScript Object
Notation)
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
Seringkali Web SIG disebut sebagai GIS yang bisa berjalan di dalam web
browser, tetapi definisi ini harus memperhatikan system desktop client dan mobile
client (gambar 1.7).
Web SIG adalah SIG yang menggunakan teknologi web. Pengertian yang
hampir mendekati Web SIG adalah GIS yang menggunakan teknologi Web untuk
mengkomunikasikan antara komponen.
Gambar 1.7 : Sistem rancang bangun sederhana dari Web SIG, Fu 2011
Representasi Kartografi dan Geografi hasil pengamatan dan pengukuran
tentang sesuatu dan kejadian di dunia sangat bermanfaat, jika disimpan dalam
format yang bisa diakses untuk kepentingan visualisasi data menjadi informasi.
informasi tersebut mungkin berasal dari berbagai macam jenis data, bentuk dan
format (gambar, 1.8).
Gambar 1.8 : Konsep Overlay GIS, Fu 2011
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Basis Data menyediakan sarana komputerisasi yang paling umum untuk
menyimpan dan menyimpan data, dan mereka juga menggunakan encoding dan
organisasi untuk mengakses, mengelola, dan menganalisis data.
Basis Data mengikuti berbagai prinsip untuk menciptakan struktur yang
sangat fleksibel untuk kebutuhan representasi geografis dan representasi
kartografi, namun struktur adalah salah satu yang dapat menjadi sesuatu yang
membingungkan dalam kompleksitas.
Basis Data merupakan dasar untuk sistematisasi representasi dunia. Pada
saat yang sama, penggunaan database juga membuka kemungkinan baru untuk
membuat berbagai representasi yang berbeda. Informasi geografis dibuat tahun
sebelumnya, sekarang dapat diakses dan dikombinasikan dengan informasi
geografis lain jika database dapat diakses.
Sebuah basis data spasial adalah Basis Data yang dioptimalkan untuk
menyimpan dan permintaan data yang berhubungan dengan obyek di dunia maya,
termasuk titik, garis dan poligon. Sementara basis data yang khas dapat
memahami berbagai jenis numerik dan karakter data, fungsi tambahan perlu
ditambahkan untuk database untuk memproses jenis data spasial. Ini biasanya
disebut geometri atau fitur.
The Open Geospatial Consortium menciptakan spesifikasi Fitur Sederhana
dan menetapkan standar untuk menambahkan fungsi spasial untuk sistem basis
data.
Selain query khas seperti pernyataan SELECT, basis data spasial dapat
melakukan berbagai operasi spasial. Jenis-jenis query dibawah ini dan banyak lagi
yang didukung oleh Open Geospatial Consortium:
Pengukuran spasial: Mencari jarak antara titik, area poligon, dll
Fungsi spasial: Memodifikasi fitur yang ada untuk membuat yang baru,
misalnya dengan memberikan penyangga di sekitar mereka, berpotongan
fitur, dll
Predikat spasial: Memungkinkan pertanyaan benar / salah seperti 'ada
tempat tinggal yang terletak dalam mil dari wilayah kami berencana untuk
membangun Tempat Pembuangan Akhir?
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
Fungsi Pembuat: Membuat fitur baru dengan query menentukan simpul
(titik node) yang dapat membuat garis. Jika yang pertama dan terakhir dari
titik garis yang identik fitur juga dapat dari jenis poligon (garis tertutup).
Pengamat Fungsi: Pertanyaan yang kembali informasi spesifik tentang
fitur seperti lokasi pusat lingkaran.
1.6.1.5 Sejarah Teknologi Internet dan Web SIG
Web SIG adalah kombinasi dari web dan Sains Informasi Geografi,
mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1993. SIG menjadi
bagian kompilasi aplikasi internet yang banyak digunakan oleh orang untuk
mengambil keuntungan dari web (Longley et al 2005)
Pada awal tahun 1960, APRA (Advance Project Research Agency)
Departemen Pertahanan Amerika Serikat meluncurkan proyek yang bertujuan
untuk membangun jaringan computer yang terpisahkan secara geografis dapat
bertukar informasi. Proyek ini berhasil menghubungkan empat main frame pada
Universitas Utah, Universitas Standford, Universitas California Santa Barbara dan
Los Angeles pada tahun 1969. Pada tahap ini hanya digunakan sebatas surat
elektronik.
Pada tahun 1990, Tim Berners-Lee seorang peneliti dari CERN
(Consorsium Europe for Reseacrh Nuklear) mencari cara untuk membagi dan
bertukar data, Beliau mengenalkan HTTP (Hyper Text Transfer Protocol), HTML
(Hyper Text Markup Language) dan URL (Uniform Resource Locator).
Teknologi SIG telah hadir sebelum internet, tepatnya tahun 1962. Roger
Tomlinson telah berhasil membangun Sistem Informasi Geografis yang disebut
CGIS (Canada Geographic Information System)
Mengetahui apa, dimana dan mengapa merupakan indicator kunci dalam
membuat keputusan dalam kehidupan sehari hari dan organisasi.
Tahun 1993, Xerox Corporation PARC (Palo Alto Research Center)
membuat Web Based Map Viewer. Konsep web dibuat dengan model interaktif
(Putz 1994). Hal utama yang perlu dicatat adalah komunkasi database ke
webserver melalui web browser dan pengguna bisa melakukan fungsi GIS tanpa
harus memiliki software GIS yang terinstal di komputernya.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
Tahun 1994, Canadain National Atlas Information Service mengeluarkan
Atlas Nasional Kanada dalam bentuk online. Web ini merupakan model interaktif.
Pengguna bisa memilih beberapa data layers seperti Jalan, Sungai, Batas
Administrasi dan daerah ekologi kemudian server akan merespon dengan symbol
symbol tertentu untuk menghasilkan peta secara online.
Tahun 1995 Universitas California, Santa Barbara menjadi koordinator
dalam pembuatan Alexandria Digital Lab (Frew et al 1995). USGS (Unites States
Geological Survey) mengimplementasikan web site portal untuk National
Geospatial Data Clearinghouse (Nebert 1995). Kedua model website portal dapat
melakukan pencarian data berdasarkan pencarian pengguna dan lebih lanjut bisa
mencari peta serta citra satelit.
Pada tahun yang sama US. Census Bureau mengeluarkan TIGER
(Topologically Integrated Gegraphic Encoding and Reference) jasa pemetaan ini
memperbolehkan pengguna untuk melakukan pemilihan informasi peta demografi
dan membuat peta online dari databasenya kepada browser penguna.
Susan Huse dari Universitas California Berkeley, membangun
GRASSLink sebagai bagian dari desertasinya. GRASS (Geographic Resoources
Analysis Support System) adalah fungsi Desktop GIS dan tidak ada dalam web.
Beliau mengimplentasikan hubungan antar muka antara Web Server dan GRASS,
hal ini memberikan otoritas kepada pengguna membuat peta online.
Tahun 1996, MapQuest mengeluarkan aplikasi web untuk pemetaan, hal
ini memperbolehkan penguna untuk melihat peta, mencari data local /disekitarnya,
menentukan rute dari tuuan yang diharapkan. Hal ini menjadi embrio bagi
pemetaan online yang sedang populer saat ini.
PARC Map Viewer and kebanyakan Web SIG generasi awal (Web SIG in
Web 1.0) hanya menyediakan fungsi yang terbatas. Beberapa tidak bisa
melakukan operasinya dengan sempurna, namum pada akhirnya mereka bisa
mempertunjukan manfaat pengunaan media internet sebagai media GIS.
Pada tahun 1999, Darcy DiNucci mengagas Web 2.0 yang memiliki
kemiripan dengan Tim O‟Rielly, Hal ini terungkap dalam konferensi Media Web
2.0 pada tahun 2004 dan artikel yang dibuatnya pada tahun 2005.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
Keunggulan web 2.0 adalah :
Pemanfaatan kecerdasan kolektif, dalam web 2.0 menggunakan
arus informasi terbalik dan user generated contain, sehingga
pengguna hanya menggunakan peta online sebagai platform dan
kontennya bisa diolah sedemikian rupa.
Web sebagai platform, web adalah platform bagi komputasi dan
pengembangan piranti lunak. Pengembangan disini adalah
perangkat lunak sebagai layanan (SaaS), yang mana kemampuan
perangkat lunak yang memberikan sebagai layanan web atau
aplikasi web dan cloud computing, dimana secara dinamis scalable
dan sumber daya sering virtualisasi disediakan sebagai layanan
melalui web.
Model pemograman ringan, banyak system web yang medukung
pemograman untuk pemodelan yang ringan, mudah dan sederhana.
Contohnya AJAK (Asynchronous Java Script and XML).
Data ada didalam database, semua aplikasi internet yang spesifik
membutuhkan database yang khusus. Data menjadi penting
terutama jika adanya biaya besar yang dikeluarkan untuk
memperoleh data.
Perkembangan perangkat lunak yang melampaui satu perangkat:
aplikasi web dapat diakses oleh berbagai peningkatan perangkat
termasuk browser web, klien destop dan berbagai jenis ponsel.
Evolusi Web 2.0 telah membuat web sebagai tempat untuk
mendistribusikan database, meningkatkan hubungan antar muka computer dan
kolaborasi lab. Ilmuan dapat merangkai sumber daya yang mereka butuhkan
melalui pemograman antarmuka web tanpa mereka harus memiliki sertifikasi
yang tinggi dalam bidang computer. Web sebagai infrastruktur untuk e-science
mengurangi biaya pekerjaan digital dan meningkatkan keutamaan pembuktian
(Hall, De Roure, and Shadbolt 2008).
Tabel 1.5 : Sejarah Perkembangan Produk Google untuk pemetaan
Waktu Nama Produk Keterangan
Oktober 2004 Where 2 dan Pemetaan oleh Tim Google
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
Keyholes
Februari 2005 Google Maps Pengguna mulai menggunakan Peta Google
Juni 2005 Google Earth Citra Satelit yang berbasis web
Google API Aplikasi Pemograman Antarmuka
Oktober 2005 Google Mobile
Maps Peta Untuk Seluler
April 2006 Google Maps
Satelitte Imagery
Citra Satelit google earth di integrasikan dengan
Google Maps.
Juni 2006 3D Imagery Gambaran tiga dimensi permukaan bumi
Juli 2006 Mobile Live Trffick Peta Kemacetan secara Real time
April 2007 My Map Aplikasi pembuatan peta secara online
Mei 2007 3600 Street View Panoramic Image dari jalan terpilih
Juni 2007 Google Outrech Forum Diskusi pengguna produk google
Oktober 2007 Integrated Transit Mengintegrasikan layanan moda transportasi
Juli 2008 Walking Direction Petunjuk Untuk Pejalan kaki
Agustus 2008 Map marker Aplikasi untuk pemetaan detail google
Oktober 2008 Google Android Peta Google Untuk Android
Oktober 2009 turn by turn android Navigasi langsung dari selular berbasis android
Maret 2010 Biking Maps Peta Untuk pengguna Moda Transportasi Sepeda
Juli 2010 450
Aerial Imagery Kenampakan Foto seperti bentuk nyata
Oktober 2010 Vector Graphic
Mobile Vertor data digunakan untuk pemetaan selular
Oktober 2011 Maps GL Web based Graphic Library
November 2011 Indoor Mapping Peta Untuk dalam ruangan
Juli 2012 Google + Aplikasi jejearing Sosial yang dilengkapi dengan GIS
Sumber : http://www.google.com/about/company/history/
Google inc sebuah raksasa industry penyedia data tidak kalah gencarnya
dalam melakukan inovasi dalam bidang GIS dan web service (tabel 1.5)
1.6.1.6 Kepariwisatan
Pariwisata adalah proses yang ditimbulkan oleh arus orang orang asing
yang datang dan pergi ke dan dari suatu tempat, daerah atau negara, dan segala
sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan proses tersebut (Herman Von
Schullern). Sedangkan menurut Mathienson & Wall dalam bukunya “boniface”
mengatakan bahwa pariwisata merupakan gerakan orang atau penduduk secara
sementara dalam batas daerah tertentu dengan melakukan aktivitas.
Tujuan dari pariwisata secara umum adalah untuk mendapatkan
kesenangan atau kepuasan baik yang bersifat lahir atau batin. Tujuan dari
pariwisata yang hanya bersifat kesenangan fisik atau batin, dirasakan tidak
memberikan kesan lagi dan terlalu biasa. Hal ini terjadi seiringan dengan
fenomena sosial manusia dan akibat perkembangan jaman, sehingga mendorong
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
permintaan permintaan yang semakin selektif dan terdeferensiasi terhadap paket
dan produk wisata didaerah tujuan wisata. Hal ini didasari oleh tingkat motivasi
dan prilaku manusia (gambar 1.9).
Gambar 1.9 : Konsep umum perjalanan wisata
Dewasa ini tingkat motivasi wisatawan bukan lagi sekedar keinginan
untuk rekreasi biasa, sebagai wujud kebutuhan fisik, namum sudah berorientasi
pada motivasi pengembangan dan aktualisasi diri (Maslow, 1969)
Preperensi wisatawan dalam melakukan perjalanan bukan lagi pada tujuan
untuk melihat atau mengunjungi banyak tujuan atau destination (daerah tujuan
wisata) dengan banyak keanekaragaman atraksi, tetapi lebih menekankan pada
kekayaan pengalaman yang didapatkan melalui keterlibatannya dalam suatu
kegiatan (Brennan, 1996). Seperti halnya yang diramalkan oleh Pearce tahun
1988, bahwa kecenderungan kegiatan pariwisata pada masa yang akan datang
terlihat memberi kesan bahwa para wisatawan akan sangat memperhatikan bukan
pada daerah tujuan wisata, tetapi apa yang bisa dilakukan, dipelajari dan
mengambil manfaat dari daerah yang dikunjungi.
Implikasi dari kecenderungan tersebut adalah semakin diminatinya jenis
jenis produk wisata minat khusus yang lebih menekankan pada unsur penggalian
pengalaman, wawasan dan pengetahuan, dalam bentuk keterlibatan aktif
wisatawan pada jenis kegiatan dengan obyek khusus atau tertentu.
1.6.1.7 Peranan Pemetaan Dan Penginderaan Jauh Dalam Kepariwisatan
Menurut Priyadi kardono dkk (1997) dalam makalah ”Peranan peta dalam
promosi pariwisata “ menyatakan bahwa : Informasi pariwisata sangat penting
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
keberadaanya bagi negara indonesia indonesia yang sekarang ini sedang giat
meningkatkan pariwisata sebagai sektor andalan. Banyak cara promosi yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memperkenalkan berbagai macam obyek dan
daya tarik wisata Indonesia.
Salah satu cara promosi dalam bentuk lain adalah : Peta Pariwisata. Peta
ini berisi informasi penting lainnya yang menunjang kepariwisataan. Sudah lama
manusia mengenal peta, walaupun masih sangat sederhana, peta dapat digunakan
sebagai sarana menyampaikan data dan informasi. Namun demikian, dengan
kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini hal ini menjadi sangat mudah
dilaksanakan. Peta pariwisata ini dapat dibuat dalam bentuk hard copy, peta
digital dan dapat diakses melalui internet.
Maksud dan tujuan makalah ini adalah menyajikan model peta – peta
pariwisata, baik peta pariwisata konvensional, peta pariwisata digital maupun
peta pariwisata multimedia, dalam usaha meningkatkan promosi industri
pariwisata di Indonesia.
Metode yang digunakan dalam menyusun model peta pariwisata ini adalah
munggunakan beberapa metode pemetaan, yaitu pemetaan konvensional,
pemetaan digital dengan perangkat lunak SIG, pemetaan digital dengan dekstop
kartografi dan metode pemetaan multimedia.
Pengertian peta adalah suatu permukaan bumi yang disajikan diatas bidang
datar dengan skala tertentu dan digambarkan dengan sedapat mingkin pada lokasi
geografis tepat seperti di lapangan. Informasi yang ada dapat bermacam macam
dan dapat pula dibatasi sesuai dengan kebutuhan agar mempermudah si pemakai.
Misalnya untuk kepentingan pariwisata, gambaran permukaan bumi yang
disajikan dapat berupa bentang alam seperti air terjun, pemandian air panas,
danau, pantai, pegunungan, dll.
Sedang untuk kenampakan buatan manusia antara lain adalah pusat pusat
hiburan, taman bermain, obyek wisata buatan manusia, maupun fasilitas lainnya
yang menunjang pariwisata. Sedangkan fungsi atau kegunaan peta adalah sebagai
sumber informasi dan sebagai alat komunikasi yang sederhana.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
Peta merupakan suatu benda mati, tapi dapat dianggap sebagai suatu benda
hidup yang mempunyai arti bahwa peta dapat berkomunikasi dengan pembaca
peta. Apabila seseorang membutuhkan suatu informasi spasial seperti koordinat
geografis tertentu, maka dengan membaca peta akan timbul suatu komunikasi
antara pengguna peta dengan peta itu sendiri.
Peta dapat berupa peta rupabumi atau peta tematik. Peta rupabumi adalah
peta yang menampilkan informasi gambaran permukaan bumi baik unsur alam
atau unsur buatan manusia dan biasanya digambarkan dengan posisi yang
sebenarnya dipermukaan bumi. Pada umumnya penyajiaanya tidak menekankan
pada unsur tertentu tetapi sifatnya umum. Peta rupabumi biasanya dijadikan peta
dasar untuk pembuatan peta tematik, tetapi unsur yang digambarkan tidak semua
unsur yang ada dalam peta rupabumi namun dipilih sesuai dengan kepentingan
penyajian peta tematik itu sendiri. Sedang peta tematik adalah peta yang
menampilkan informasi atau menggambarkan unsur unsur tertentu. Dalam konsep
pembuatan peta tematik ada dua cara, yaitu : secara kuantitatif dan secara
kualitatif.
Pada umumnya para wisatawan sebelum menentukan lokasi atau tujuan
berlibur, akan mencari informasi selengkap mungkin mengenai tempat yang akan
dituju atau menghabiskan liburan disalah satu obyek yang menarik. Informasi
yang diperlukan adalah : lokasi lokasi wisata, sarana dan prasarana dan informasi
lainnya yang penting. Untuk lokasi wisata, dapat berupa obyek wisata alam atau
obyek wisata buiatan manusia. Namun demikian, informasi deskriptif dari masing
masing obyek juga diperlukan, karena hal ini juga akan menentukan pilihan obyek
wisata.
Setelah menentukan lokasi, langkah selanjutnya adalah mencari informasi
mengenai sarana dan prasarana, misalnya bagaimana dapat mencapai lokasi
tersebut. Namun demikian tidak seluruh informasi tersebut dapat terpetakan dan
disajikan diatas peta. Oleh karena itu perlu dipilih informasi yang penting dan
disajikan dalam bentuk simbol simbol yang dilengkapi dengan pewarnaan yang
menarik.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
27
Selain pemilihan data atau informasi yang akan dipetakan, perlu didesain
simbol simbolnya. Hal ini sangat penting karena selain untuk menampilkan
informasi, juga untuk menyesuaikan komposisi atau layout peta agar tetap
menarik, mudah dibaca dan dimengerti. Namun demikian, dalam pembuatan
simbol simbol perlu tetap memperhatikan kaidah kartografinya dan yang sangat
penting lagi adalah mengacu pada simbol simbol yang telah digunakan dalam peta
peta pariwisata internasional.
Dengan mengutamakan penggunaan simbol simbol internasional, selain
mengenalkan simbol simbol tersebu pada wisatawan Indonesia, peta tersebut juga
mudah dipahami oleh wisatawan mancanegara.
1. Peta pariwisata digital
Peta pariwisata digital ini muncul seiringan dengan kemajuan jaman.
Keuntungan dari peta digital dibandingkan dengan peta konvensional
adalah dapat menyajikan peta dan informasi yang jauh lebih lengkap
karena disajikan dalam bentuk layer atau lapisan lapisan sesuai dengan
kebutuhan. Data dan informasi tersebut disimpan dan disusun dalam
bentuk basis data, yaiu basis data pariwisata.
1.1. Peta pariwisata digital dengan SIG
Pada prinsipnya proses pembuatan peta pariwisata digital adalah
sama dengan pembutan peta peta tematik digital yang disusun dalam
suatu sistem informasi geografis. Perangkat lunak dan perangkat keras
yang digunakan sama dengan perangkat lunak untuk menyusun SIG
lainnya. Proses pembuatanya meliputi pemasukan data, proses data
dan penyajian data. Hasil dari kegiatan ini dapat di cetak maupun
disimpan dalam disket. Altenatif yang terbaik dalam penyimpanan
data adalah menggunakan CD karena media ini relatif tahan terhadap
kondisi di Indonesia yang lembab. Oleh karena itu penyimpanan data
dalam media disket sangat tidak dianjurkan karena data dalam disket
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
akan cepat rusak. Kelebihan dari peta digital ini adalah data yang
disajikan merupakan data yang bersifat terbaru.
1.2. Peta pariwisata dengan dekstop kartografi
Dekstop kartografi merupakan suatu metode untuk pembuatan
peta, terutama peta tematik, secara digital dengan menggunakan
perangkat lunak dan perangkat keras pemrosesan data atau gambar.
Oleh karena itu, pembuatan peta dengan mengunakan cara ini akan
lebih cepat dan mudah, terutama untuk masalah reproduksi peta.
Proses pembutan peta dengan desktop kartografi mempunyai tahapan
yang lebih singkat dibandingkan dengan metode konvensional. Ada dua
cara dalam proses pemasukan data kedalam komputer. Pertama adalah
proses konversi data digital (dari format SIG) ke format yang bisa dibaca
oleh perangkat lunak dekstop publishing. Sedang cara kedua adalah
dengan cara scanning data atau peta manuskrip.
Hasil akhir peta dengan dektop karografi ini dapat pula dimasukan
kedalam home page internet, maka informasi kepariwisataan terebut dapat
diakses dengan cepat dan dapat menyebar kesegala penjuru dunia.
2. Peta pariwisata multimedia
Data dasar yang digunakan untuk membuat peta tematik multimedia
terdiri dari berbagai macam yaitu antara lain data peta dasar, data audio,
data video, data grafis lainnya. Semua data tersebut kemudian
digabungkan dengan menggunakan perangkat lunak authorware. Namun
demikian, baik tidaknya penampilan multimedia tergantung dari skenario
yang dibuat.
Sejak dulu peta konvesional telah digunakan sebagai sumber
informasi dan sebagai alat komunikasi. Denga perkembangan teknologi
komputer yang cepat, maka pembuatan peta telah banyak berkembang dari
peta konvensional sampai ke peta multimedia. Dalam rangka promosi
kepariwisataan dapat pula dilakukan dengan menggunakan peta. Peta peta
tersebut dapat diakses secara ke seluruh dunia dengan menggunakan
jaringan internet.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
Dalam “Makalah Multimedia pariwisata DIY” Yang disusun oleh
Agus Hermawan, dkk.(2001) dinyatakan bahwa ; Salah satu sarana
informasi pariwisata adalah menggunakan media atlas, karena atlas
merupakan sarana informasi yang mudah dibawa, informatif, sederhana,
lengkap dan sudah dikenal masyarakat umum. Untuk lebih menarik dalam
penampilan dan lebih luas dalam penyebarannya, atlas pariwisata perlu
dikemas dalam format CD-ROM multimedia interaktif dan nantinya dapat
diakses dalam situs WEB-Site.
Secara umum metodologi dari kegiatan ini hampir sebagian besar
merupakan perkerjaan laboratorium secara komputerisasi yang dimulai
dari pemindahan gambar, pengisian tekstual, animasi gambar, sampai
dengan pengisian suara/background musik. Data spasial yang digunakan
untuk multimedia pariwisata ini adalah Peta Rupabumi Digital Skala
1:25.000 , yang kemudian di konversi ke dalam format Free Hand 9.
Konversi dari Autocad Map ke Free Hand ini adalah untuk
penyempurnaan dan memperindah tampilan peta. Di sini juga dilakukan
generalisasi peta karena peta akan diperkecil menjadi skala 1:50.000.
Data non-spasial yang digunakan adalah narasi/teks, foto, audio, dan
video. Data non spasial ini dikelompokkan berdasarkan klasifikasi obyek
wisata dan sarana prasarana penunjang wisata. Proses „Linking‟ data
spasial dan non spasial dilakukan dengan menggunakan program
Authorware.
Secara umum metode pembuatan multimedia interaktif terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan : desain modul, desain menu, pengumpulan data, dan desain
grafis
2. Pengolahan : kompilasi data, penyatuan program
3. Visualisasi dan penggandaan.
Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan untuk keperluan
bidang pariwisata, salah satunya adalah berupa multimedia. Komponen
multimedia sebagai salah satu produk SIG akan sangat membantu upaya
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
30
promosi pariwisata tanpa harus menggunakan peralatan yang mahal.
Tersediannya perangkat lunak dipasaran perlu kita perhatikan agar sesuai
dengan tema pembuatan multimedia tersebut.
Dari hasil pekerjaan Multimedia Pariwisata ini dapat dilihat beberapa
tampilan di antaranya peta pariwisata propinsi DIY skala 1:50.000
sebanyak 51 interface dan peta kota skala 1:10.000 sebanyak 16 interface.
Tampilan lainnya adalah foto dan narasi obyek wisata, sarana dan
prasarana penunjang kepariwisataan seperti daftar hotel, rumah makan,
rumah sakit, tempat hiburan, pusat perbelanjaan, kerajinan, bank, money
changer, agen perjalanan, jadwal penerbangan, kereta api, jalur bus kota,
taksi, kantor informasi wisata, imigrasi, dan lain-lain.
1.6.2 Penelitian Sebelumnya
Bryan Grill 2012, melakukan penelitian tentang web mapping application
Museums and Historical Organizations of Lancaster County. Hasil dari penelitian
itulah adalah mengumpulkan semua titik lokasi di Negara Bagian Lancaster
Country dalam suatu situs (gambar 1.10).
Lokasi pada peta ini merupakan museum dan organisasi sejarah yang
dapat membantu peneliti mencari informasi tentang silsilah, artefak, situs
bersejarah, surat, jurnal, sejarah properti, sejarah gereja, pameran sejarah, dan
program pendidikan sejarah di Lancaster County. Untuk informasi lebih lanjut
tentang masing-masing, klik pada titik dan pergi ke situs web. Lokasi-lokasi
tersebut disusun oleh Lancaster County Arsip dan LancasterHistory.org.
Gambar ini dipersiapkan untuk penggunaan Lancaster County Sistem
Informasi Geografis (SIG) Departemen dan dimaksudkan untuk digunakan
sebagai referensi dan ilustrasi. Gambar ini bukanlah skema rencana, survei, pajak
peta resmi atau rekayasa hukum dicatat dan tidak dimaksudkan untuk digunakan
seperti itu. Gambar ini merupakan kompilasi catatan, informasi dan data yang
dikembangkan dan dipelihara di berbagai kantor di County Lancaster, lapisan peta
diciptakan dari sumber yang berbeda pada skala yang berbeda, dan posisi
geografis yang sebenarnya atau relatif fitur apapun hanya seakurat informasi
sumber. Jika Anda memiliki pertanyaan tentang salah satu data yang ditampilkan
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
pada peta ini, mengarahkan mereka ke Sistem Lancaster County Informasi
Geografis (SIG) Department di (717) 391-7550 atau www.co.lancaster.pa.us / gis
Planimetrik dan topografi data yang dikumpulkan photogrammetrically
dengan Standar Nasional Akurasi Peta untuk 1 "= pemetaan skala 200
'menggunakan stereoplotters digital, foto udara dari tanggal 1998 dan 2002,
dikendalikan secara analitis dari titik tanah ditangkap dengan orde pertama
peralatan global positioning system. Kontur topografi dan elevasi diturunkan
menggunakan model medan digital dari elevasi fitur berdasarkan Datum Amerika
Utara Vertikal Tahun 1988 koordinat planimetris didasarkan pada Plane
Pennsylvania State Sistem Koordinat Selatan Zona Amerika Utara dan Datum
1983.. Penerbangan tanggal untuk fotografi dasar udara adalah Spring 2002 untuk
Black & Putih dan Spring 2005 untuk True Color.
Gambar 1.10 : Interface Museums & Historical Organizations Of Lancaster Country
Sumber :
http://www.arcgis.com/apps/OnePane/basicviewer/index.html?appid=7e984cba532f4320adb40bb5
04ad076f
Tahun 2009, Academia Historica adalah otoritas tertinggi sejarah di Taiwan
dan juga organisasi yang paling penting mengumpulkan, mengorganisir,
menyimpan, mengedit, dan mempelajari sejarah modern Republik of Cina (ROC).
Museum mengumpulkan sejumlah besar bahan sejarah yang terkait dengan
sejarah modern ROC, dan bahan dapat digunakan sebagai referensi penting bagi
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
32
para peneliti sejarah modern dalam mempelajari pendidikan sejarah, budaya dan
akademis untuk menguraikan kerangka sejarah lebih jelas.
Selain bahan sejarah berlimpah, Academia Historica juga berencana untuk
menerapkan teknologi modern untuk membangun sistem WebGIS yang dapat
mempublikasikan bahan sejarah yang tersimpan di museum ke Internet.
Kemudian, pengguna akan dapat memanfaatkan browser untuk query bahan
sejarah di Internet dengan cara yang interaktif. Selain itu, sistem website juga
membuka jalan baru bagi publik untuk mengakses sejarah modern ROC.
Material Sistem Informasi Geografis sejarah adalah bahan sejarah
permintaan sistem yang didasarkan pada teknologi WebGIS dan bekerja sama
dengan Geodatabases yang menyimpan bahan sejarah berlimpah dari museum.
Sebagai perangkat lunak, GIS Bahan Historical dioperasikan di Microsoft
Server 2008. Sistem ini menggunakan Microsoft SQL Server 2008 sebagai
database historis dan menyimpan data spasial sejarah dan data geografis. Juga,
sistem mengadopsi SuperWebGIS sebagai platform peta server sistem untuk
membantu Academia Historica dalam penerbitan data historis dan geografis
sebagai layanan peta di Internet (gambar 1.11).
Gambar 1.11: Model Komunikasi Database Server – Client
Sumber : http://www.supergeotek.com/Library_2_201009.aspx
Oleh karena itu pengguna dapat menggunakan browser, seperti Internet
Explorer, Firefox, Chrome, Opera, dan Safari untuk mengakses data yang
tersimpan di Academia Historica tanpa menginstal plug-in lainnya.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
33
GIS Bahan sejarah adalah WebGIS dibangun dengan SuperWebGIS dan
terdiri dari sejarah modern Republik Cina (ROC). Dalam sistem, peta akan
ditampilkan dalam jendela browser penuh sehingga pengguna dapat fokus pada
peta dengan mudah. Selain itu, semua fungsi dan alat-alat dari sistem ini adalah
pada bagian atas dan kiri peta untuk mencegah pengguna dari diganggu ketika
membaca peta.
Fungsi GIS Bahan Historical meliputi 5 ekstensi, seperti manipulasi peta,
posisi peta, sejarah query data, kontrol lapisan, cetak.
1. Manipulasi lapisan: ekstensi meliputi fungsi, seperti peta zoom, full-batas,
pengukuran garis, pengukuran luas, pilih oleh persegi panjang. Dengan
demikian, pengguna dapat menerapkan alat untuk melihat dan mengukur
peta.
2. Posisi Peta: Tujuan dari ekstensi adalah untuk memungkinkan pengguna
untuk memperbesar peta ke lokasi yang ditentukan dengan fungsi posisi
peta. Selama proses positioning, pengguna hanya perlu memasukkan kata
kunci, dan sistem akan mencari kata kunci dari nama kota, nama provinsi,
nama gunung, danau nama, dll dalam database. Kemudian, hasil pencarian
akan terdaftar bagi pengguna untuk query. Pengguna dapat mencari dan
memilih lokasi yang mereka butuhkan dari daftar, dan lokasi yang dipilih
akan menyorot ke pusat peta.
3. Sejarah Data Query: ekstensi ini menyediakan 3 jenis data, data historis,
data ROC, peta sejarah, bagi pengguna untuk query. The 3 jenis data
memungkinkan pengguna untuk query dengan menetapkan kata kunci dan
kondisi. Ketika query selesai, sistem akan mencantumkan hasil.
Kemudian, pengguna dapat memilih data yang mereka butuhkan dari
daftar dan mengakses isi data. Selanjutnya, selain menampilkan daftar,
sistem juga dapat menghitung hasil query dari setiap provinsi dan
menampilkan hasil dengan warna yang berbeda untuk menyajikan
distribusi spasial.
4. Pengendalian lapisan: ekstensi ini memungkinkan pengguna untuk
mengelola dan mengendalikan lapisan dengan cara yang mudah.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
34
Menggunakan ekstensi, pengguna dapat menambahkan lapisan untuk peta
dengan mencentang. Ketika lapisan ditambahkan ke peta, pengguna juga
dapat menyesuaikan urutan lapisan dan transparansi dari setiap lapisan.
Akibatnya, lapisan luasan yang sama dapat dilakukan overlay sama untuk
menyajikan perbedaan dalam setiap era.
5. Cetak: Fungsi ini membantu pengguna dalam menyimpan peta dan
keluaran peta sebagai format yang Anda butuhkan. Pengguna dapat
mengklik tombol cetak, dan jendela baru dari peta saat ini akan muncul.
Kemudian, pengguna dapat memilih untuk menyimpan atau mencetak
peta.
Dengan pembentukan GIS Bahan Sejarah, ratusan bahan sejarah Academia
Historica dapat dipublikasikan ke Internet sebagai layanan peta melalui teknologi
WebGIS. Pengguna dapat menggunakan browser dengan jelas mengetahui
peristiwa sejarah modern Republik Cina dan mengenali perbedaan geografis
antara waktu kuno dan modern. Sementara itu, sistem dapat dilihat sebagai cara
lain bagi para peneliti akademis domestik dan internasional untuk mempelajari
sejarah.
Kevin Bacon seorang Digital Development Officer The Royal Pavilion dan
Museum pada tanggal 08 Oktober 2012 meluncurkan Peta Museum: proyek web
interaktif. Sebuah eksperimen yang tidak biasa pada Royal Pavilion dan Museum
kami telah meluncurkan sebuah proyek web baru: Peta Museum (gambar 1.12).
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
35
Gambar 1.12 : Interface web map
Sumber : http://mapthemuseum.org.uk/#13.00/50.8214/-0.1458
Ini adalah eksperimen yang tidak lazim bagi The Royal Pavilion dan
Museum, dan kami membutuhkan bantuan Anda. Peta Museum memungkinkan
pengguna untuk menelusuri pilihan objek dari koleksi kami dan pin mereka ke
peta Brighton & Hove. Benda-benda yang awalnya diambil dari Fine Art kami,
Sejarah Lokal, dan koleksi Arkeologi. Mereka akan mencakup sidik jari, foto,
potongan sesuatu yg tdk kekal, benda dibuat atau dijual secara lokal, dan barang-
barang yang telah digali di dalam kota. Semua memiliki link ke Brighton & Hove
dalam satu bentuk atau lain.
Alasan utama beliau seperti yang tertulis dalam pertanyaannya “Mengapa
The Royal Pavilion dan Museum membutuhkan bantuan Anda? “ Jawabannya
sangat sederhana. The Royal Pavilion dan Museum tidak tahu segalanya. Ada
banyak pengetahuan lokal di kota Brighton and Hove, dan menurut saya ini adalah
contoh yang baik bagaimana pengetahuan yang dapat dikumpulkan dan dibagi.
Dengan Museum Peta yang kami mencoba untuk memasuki ini dalam rangka
meningkatkan informasi yang kami miliki tentang koleksi kami.
Informasi yang terkumpul diterbitkan sebagai 'data yang terbuka, tapi itu
tidak semua. Informasi yang dikumpulkan oleh Peta Museum akan diterbitkan
sebagai data terbuka. Ini berarti bahwa hal itu dapat digunakan kembali oleh orang
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
36
lain, secara gratis. Mudah-mudahan, ini akan mendorong orang lain untuk
mengembangkan aplikasi menggunakan data ini. Dengan popularitas besar
perangkat mobile seperti smartphone, ada peluang besar untuk data lokasi yang
akan digunakan secara kreatif.
Untuk membantu The Royal Pavilion dan Museum dalam tugas ini, kami
menghargai umpan balik Anda. Anda dapat mengirimkan komentar melalui Peta
blog Museum. Saat ini hanya bisa diakses melalui website
Ini adalah percobaan (atau 'beta') versi website. Seiring waktu, The Royal
Pavilion dan Museum akan menambahkan lebih banyak objek dan mengubah cara
situs bekerja, didasarkan pada bagaimana orang menggunakannya. Marilah kita
tahu jika Anda memiliki komentar melalui email objectimages@brighton-
hove.gov.uk atau melalui Twitter, @ mapthemuseum.
Resume dari penelitian sebelumnya akan ditampilkan dalam bentuk tabel,
selain untuk memudahkan juga sebagai pembanding dan sekaligus menunjukan
keaslian penelitian ini. Tabel yang dibuat berisikan nama atau instansi peneliti,
Tahun penelitian, Lokasi Penelitian, Tujuan atau Pokok Bahasan, Metode
Analisis, Variabel utama Pengukuran dan Hasil penelitian. Tabel Ringkasan
penelitian Ini akan diurutkan berdasarkan tahun publikasi penelitian (tabel 1.6)
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
37
Tabel 1.6 : Penelitian Sebelumnya
Peneliti/
Instansi
Tahun Lokasi Tujuan/Pokok Bahasan Metode Analisis Variabel Utama
Pengukuran
Hasil Penelitian
Kevin
Beacon /
The
Royal
Pavilon
and
Museum
2012 Brighton &
Dove
Inggris
Partisipasit Web GIS,
mengumpulkan lokasi dan
menyusunnya dalam suatu
web
Internet Survey Informasi Geospasial Proyek web baru: Peta Museum.
http://mapthemuseum.org.uk/#13.0
0/50.8214/-0.1458
Bryan
Grill
2012 Lancester
USA
Web mapping application
Museums and Historical
Organizations of Lancaster
County.
Internet Survey Informasi Geospatial mengumpulkan semua titik lokasi
di Negara Bagian Lancaster
Country dalam suatu situs.
Academia
Historica
2009 Taiwan Super Web GIS Museum,
mengumpulkan sejumlah
besar bahan sejarah yang
terkait dengan sejarah modern
China
Internet Survey Informasi Gespatial menerapkan teknologi modern
untuk membangun sistem WebGIS
yang dapat mempublikasikan bahan
sejarah yang tersimpan di museum
ke Internet. Kemudian, pengguna
akan dapat memanfaatkan browser
untuk query bahan sejarah di
Internet dengan cara yang
interaktif.
Irman
Ariadi
2013 Kota
Yogyakarta
Sistem Informasi Museum
Kota Yogyakarta
Sensus & Internet
Survey
Informasi geospasial
museum
Jenis Museum
Bahasa Pemograman
Komunikasi database
server - client
Sistem Informasi Museum Kota
Yogyakarta yang bisa diakses oleh
multi device
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
38
1.7 Kerangka Pemikiran
Pemerintah Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Cinta
Museum yang didalamnya adalah Revitalisasi museum berlangsung dari
tahun 2010 hingga 2014, memiliki landasan operasional sesuai dengan pilar
permuseuman Indonesia.Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu:
1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) kepribadian bangsa; 3) ketahanan
nasional dan wawasan nusantara.
Seperti yang termaktub dalam Pasal 18 Undang Undang No 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menerangkan bahwasanya Museum
merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan
mengomunikasikannya kepada masyarakat.
Jenis, jumlah dan Penamaan museum yang beragam menjadi
permasalahan yang menarik untuk dikaji. Perbedaan penamaan ini terjadi
pada data resmi dan data terbuka. Data resmi adalah data yang dikeluarkan
oleh badan atau lembaga yang mengelola museum di Indonesia. Secara
kewenangan pengurusan museum untuk wilayah Kota Yogyakarta diatur
oleh Dinas Pendidikan.
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki Badan Permusyawarah
Museum (Barahmus), badan ini secara berkala memberikan penilaian
terhadap keberadaan museum di wilayah DIY.
Kota Yogyakarta yang memiliki sebaran museum diberbagai
penjurunya, hal ini bisa kita ketahui lewat buku buku panduan wisata,
informasi yang didapatkan dari surat kabar, internet dan jejaring sosial
lainnya. Posisi dan lokasi museum di Kota Yogyakarta belum ditampilkan
dalam suatu web khusus.
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
39
Gerakan Nasional Cinta Museum
Kota YogyakartaMuseumAktifitas Kunjungan
Wisata
Jenis DataLokasi penyimpanan dataSistem Komunikasi data
Pemanfaatan Teknik Penyadapan Informasi :Analisa Peta
Analisa Data SekunderAnalisa Sistem data
Kebutuhan Zonasi Kegiatan
Parameter Fisik Lingkungan Panjang Lintasan
Analisa Data SekunderPenelitian Penelitian
SebelumnyaData museum
Analisa Peta Analisa Data Sekunder Analisa Sistem Data
Pemanfatan Teknik Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Museum Kota Yogyakarta
Gambar 1.13 : Kerangka Pemikiran
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
40
Dalam perkembangan teknologi informasi saat ini situs situs dapat
diakses oleh device lainnya selain personal computer. Hal inilah yang
membuka peluang untuk penulis melakukan penelitian kaitanya dengan
Web Gis.
Penulis akan menampilkan informasi tentang museum yang bisa di
akses oleh Smartphone, tablet dan personal computer. Penelitian ini lebih
diarahkan pada pemodelan navigasi dan visualisasi data yang bisa menjadi
pemandu bagi wisatawan yang akan melakukan kunjungan ke museum
museum di Kota Yogyakarta.
1.8 Batasan Istilah
1. Data Geospatial yang selanjutnya disingkat DG adalah data tentang lokasi
geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau
buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
( Undang Undang No 4 Tahun 2011)
2. Basis data adalah kumpulan data yang disimpan dalam format yang
terstruktur menggunakan komputer. Sebuah database dapat dianggap
sebagai sebuah tabel, tetapi perbedaan adalah bahwa tabel adalah salah
satu cara (banyak) untuk mewakili database.
3. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang
menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang
berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan
dalam sistem koordinat tertentu. ( Undang Undang No 4 Tahun 2011)
4. Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah DG yang
sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. ( Undang Undang No
4 Tahun 2011)
5. Model merupakan penyederhanaan dari kenyataan (Thomas, 1980).
Maksud dibuatnya model adalah untuk membantu dalam memahami,
mendeskrpisikan, atau memprediksi bagaimana kejadian sesungguhnya di
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
41
lapangan dengan penyederhanaan fakta atau kenyataan dari suatu
fenomena (ESRI, 2002).
6. Model spasial merupakan kumpulan suatu proses yang terjadi pada data
spasial dan akan menghasilkan suatu informasi, biasanya dalam bentuk
suatu peta. Model dapat pula dalam bentuk diagram alir. Informasi melalui
diagram alir menunjukkan bagaimana suatu hasil (output) dari satu proses
dapat digunakan sebagai input pada proses berikutnya (ESRI, 2002).
7. Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda
nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. ( ICOM 1977)
8. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah,
atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979).
9. Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup
lokasi, letak, dan posisinya. ( Undang Undang No 4 Tahun 2011)
10. Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung
operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
(Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis). Kemudian Jhon Burch dan Gary
Grudnitski mengemukakan sistem informasi terdiri dari komponen-
komponen yang saling mendukung. ( Jogiyanto HM, 1991 : 11 ),
Komponen-komponen tersebut adalah :
a. Blok Masukan (Input)
Metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukan, berupa dokumen-dokumen dasar.
b. Blok Model
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
42
Terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika
yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di
basis data dengan cara yang sudah tertentu untuk mengahasilkan
keluaran yang diinginkan.
c. Blok Keluaran (Output)
Merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang
berguna untuk semua tingkatan manajemn serta semua pemakai
sistem.
d. Blok Teknologi
Digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan
dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan
membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
e. Blok Basis Data
Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
f. Blok Kendali
Merupakan pengendali yang dapat mencegah hal-hal yang dapat
merusak sistem
SISTEM INFORMASI MUSEUMKOTA YOGYAKARTAIRMAN ARIADIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/