Post on 30-Nov-2015
Laporan Pendahuluan Trauma Tumpul Abdomen
DEFINISI
Traumaadalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera(Sjamsuhidayat, 1998).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletakdiantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yangmenusuk
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
A. Trauma penetrasi
1. Luka tembak
2. Luka tusuk
B. Trauma non-penetrasi
1. Kompres
2. Hancur akibat kecelakaan
3. Sabuk pengaman
4. Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinanterjadi eksimosis
atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darahdapat menyerupai tumor.
2. Laserasi, Jikaterdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus
dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapatmenyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainanimonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth &Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertaioleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahlibedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka padathoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan
hatiharus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).
ETIOLOGI
Menurut(Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen,umumnya
banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraanbermotor, kecepatan,
deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yangmenyebabkan trauma ketika tubuh
klien terpukul setir mobil atau benda tumpullainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembakyang menyebabkan
kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,trauma abdomen dapat juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuksedikit menyebabkan trauma pada organ
internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak,yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan traumaabdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada
abdomenbisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan
kendaraanbermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresiatau
sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan traumaabdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada
abdomendisebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
PATOFISIOLOGI
Jikaterjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intraabdomen
yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yangdisertai penurunan hitung sel
darah merah yang akhirnya gambaran klasik syokhemoragik. Bila suatu organ viseral
mengalamiperforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepattampak.
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyerispontan, nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadiperitonitis umum.Bila syok telah lanjut
pasien akan mengalami takikardi danpeningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis.
Biasanya tanda-tandaperitonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil
hanyatanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk
ronggaabdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dangejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeridapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang
luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairandirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeridisebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam
posisirekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi,gelisah)
Yangdisebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian
pula denganpemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm
tanpaterdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinanruptura
lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanyatrauma pankreas atau
perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkankemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam ronggaperitoneum, udara bebas retroperineal dekat
duodenum, corpus alineum danperubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada salurankemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih
belum dapat menyingkirkanadanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanyadimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah ataucairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat
amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi
(gold standard).
1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagaiberikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkansebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasanyang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguankesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medulaspinalis (sumsum tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPLadalah sebagai berikut :
o Hamil
o Pernah operasi abdominal
o Operator tidak berpengalaman
o Bila hasilnya tidak akan merubahpenatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderitayang belum dioperasi dan disangsikan adanya
trauma pada hepar danretroperitoneum.
B. Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangatberguna untuk menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneumsetelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit,
merupakanindikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untukmengetahui langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dananus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
C. Penatalaksanaan Medis
1. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam ronggaperitonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomenakut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung padatrauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegahinfeksi.
5. Laparotomi
PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL
A. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukanmasalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji
dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan lukatikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian
awaldilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, makasegera buka
dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksapernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-
rasakan’ tidak lebih dari 10detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukanpemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknyapernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jikapernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat,
maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantungparu segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi(trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali
dengan adanya timmedis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukupdengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah
antara pisau untuk memfiksasipisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar,maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan
kembali kedalam tubuh, kemudianorgan yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau
bila ada verbansteril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balutluka dengan menekang.
7. Kirim ke rumahsakit.
B. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembusdinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanyasecara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila adaluka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untukmenyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks
atau untuk menemukan adanyaudara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur
(supine) untukmenentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jeniscedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,contohnya pada :
o fraktur pelvis
o traumanon-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu venapermukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga
untuk pemeriksaanlaboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium,
glukosa,amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral,toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang
harus di lakukan padapenderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui
udaraekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yangkeduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerahduodenum, kolon ascendens atau decendens dan
dubur (Hudak & Gallo, 2001).
PATHWAY
Trauma
(kecelakaan)
↓
Penetrasi& Non-Penetrasi
↓
Terjadiperforasi lapisan abdomen
(kontusio,laserasi, jejas, hematom)
↓
Menekansaraf peritonitis
↓
Terjadiperdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri
↓
Motilitasusus
↓
Disfungsi usus → Resiko infeksi
↓
Refluks usus output cairan berlebih
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh
↓
Kelemahan fisik
↓
Gangguan mobilitasfisik
(Sumber : Mansjoer,2001)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harusdilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari
bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah :
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran,masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
DataObyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi,hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkahlaku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandungkemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, danmengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan statusmental, kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
DataSubyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis,gelisah, merintih.
8. Pernafasan
DataSubyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru /trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasigangguan kognitif, gangguan rentang gerak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Volume cairan dan elektrolitberhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital
R/untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit,antibiotik dan vitamin
R/mengidentifikasi keadaan perdarahan
3. Kaji tetesan infus
R/awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteralsesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhikebutuhan nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.
Nyeri berhubungan dengan adanya traumaabdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeriteratasi
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien.
2. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri sepertidistraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4. Kolaborasi pemberian analgetik sesuaiindikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasanyeri.
5. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikanrasa nyaman klien
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakanpembedahan, tidak adekuatnya pertahanan
tubuh.
Tujuan :Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
2. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.
3. Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.
4. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotikmencegah adanya infeksi bakteri dari luar
Ansietas berhubungan dengan krisis situasidan perubahan status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1. Kaji perilaku koping baru dan anjurkanpenggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2. Dorong dan sediakan waktu untukmengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan
penanganan
R/mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untukmemberikan
penjelasan kepada klien.
3. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai penyakit
R/apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klienmengerti dan
diharapkan ansietas berkurang
4. Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
5. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/memotifasi klien
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengankelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/meminimalisir pergerakan kien
3. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/melatih otot-otot klien
4. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah.Jakarta : EGC
Doenges.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan danPendokumentasian
perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer,Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Hudak& Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/10,17,2009,13.10am
ASUHANKEPERAWATAN
PADA Tn. T DENGAN TRAUMATUMPUL ABDOMEN
DI RUANG BEDAH MINORRUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Tepurejo RT 3/2 Sumber Banjarsari Surakarta
Tangga&JamPengkajian : 15 Oktober 2009
2. Identitas PenanggungJawab
Nama : Tn. W
Umur : 41 tahun
Alamat : Sumber Banjarsari Surakarta
Hubungandengan klien : Anak
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Sakit pada perut sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2 jam yang lalusebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda motor,
klienmengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada di depannya.Klien
terjatuh dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelahkejadian, klien masih bisa
pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya.Tapi setelah beberapa saat di rumah, klien
merasa perut sebelah kanan ampegsampai punggung dan terasa sesak nafas. Oleh keluarga di
antar ke IGD RumahSakit Dr. Moewardi Surakarta.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menderitapenyakit serupa.
4. Primary Survay
a. Airway
Bebas,tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b. Breathing
Klienbernafas secara spontan. Klien menggunakan O22 l/menit
R :26x/menit, pernafasan reguler
c. Circulasi
TD :120/80 mmHg
N : 88x/menit
Capillaryreffil : < 2 detik
d. Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran: Compos Mentis
e. Exposure
Terdapatluka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
5. SecondarySurvay
a. AMPLE
o Alergi:
Kliendan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan ataupunobat-obatan.
o Medicasi:
Klien mengatakan sebelummasuk rumah sakit tidak mengkonsumsi obat apapun.
o Pastillnes:
Klien sebelumnya pernahdi rawat di RS Dr. Moewardi Surakarta dengan penyakit paru-paru.
o Lastmeal:
Klien mengatakan sebelumkecelakaan, klien hanya minum segelas teh.
o Environment
Klien tinggal di daerahyang padat penduduknya.
b. PemeriksaanHead To Toe
o Kepala
Bentuk simetris, rambutdan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan kesegala
arah,pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung simetristidak ada
secret.
o Leher
Tidak ada kaku kuduk
o Paru
Inspeksi : bentuk simetris, gerakanantara kanan dan kiri sama
Palpasi : fremitus vokalkanan dan kiri sama
Perkusi :sonor
Auskultasi : vesikuler
o Abdomen
Inspeksi : terdapat jejas dan hematomapada abdomen sebelah kanan
Auskultasi : peristaltik usus 7x/menit
Palpasi : tidak adapembesaran hati
Perkusi : pekak
o Ekstremitas
Ekstermitas atas danbawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas atas
danbawah dalam batas normal.
6. PemeriksaanPenunjang
Hasil laboratoriumtanggal 15 -10-2009
Hemoglobin : 14,5 g/dl (n :14-17,5 g/dl)
Eritrosit : 5,05 106/ul (n : 4,5-5,9106/ul)
Leukosit : 12,1 103/ul (n :4,0-11,3 103/ul)
Hematokrit :43,8% (n : 40-52%)
Trombosit : 204
Goldarah : O
HBSAG : -
ANALISA DATA
No Data (Sign & Symptom) Etiologi Problem
1. DS :
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan perut sebelah kanan
terasa ampeg
DO :
Klien gelisah
R : 26x/menit
Penurunan
ekspansi paru
Pola nafas tidak
efektif
2. DS :
Klien mengatakan perut sebelah kanan
sakit
P : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S : 7
T : hilang timbul
DO :
Klien tampak mengerang-erang menahan
sakit.
Terdapat luka lecet dan jejas pada
abdomen sebelah kanan
Trauma
abdomen
Nyeri akut
3. DS : -
DO :
Terdapat luka lecet pada perut kanan
Terdapat jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kanan
Luka non-
penetrasi
abdomen
Resiko infeksi
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Polanafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Nyeriakut berhubungan dengan trauma abdomen.
3. Resikoinfeksi berhubungan dengan luka non-penetrasi abdomen.
NURSING CARE PLAN
No
Dx
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x15 menit,
pola nafas efektif
Dengan KH :
Klien mengatakan
sesak nafas berkurang
Klien rileks
Pernafasan normal :
20-24 x/ menit
Kaji pola nafas
Kaji tanda vital
Posisikan klien semi fowler
Beri oksigen sesuai indikasi
Untuk menentukan
intervensi yang tepat
Mengetahui
perkembangan klien
Mengurangi sesak
nafas
Mengurangi sesak
nafas
2. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x10 menit, nyeri
teratasi
Dengan KH :
Klien mengatakan
nyeri
berkurang/hilang
Klien tenang tidak
Kaji intensitas nyeri
Jelaskan penyebab nyeri
Beri posisi nyaman
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
Untuk menentukan
intervensi yang tepat.
Untuk menenangkan
klien dan keluarga.
Meningkatkan
kenyamanan klien.
Mengurangi
ketegangan otot
sehingga mengurangi
mengerang-erang
kesakitan
Skala nyeri 1-3
nyeri.
Analgetik berfungsi
menghilangkan nyeri
3. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x20 menit, tidak
terjadi infeksi
Dengan KH :
Tidak ada tanda-tanda
infeksi
Tidak ada perdarahan
Suhu tubuh normal :
36-37
Pasang kateter
Pasang NGT
Pasang trail pada tempat tidur
klien
Ajurkan keluarga untuk
menemani klien
Monitor hasil laboratorium
terutama Hb
Kolaborasi pemberian
antibiotik
Untuk mengurangi
aktivitas klien.
Untuk mengetahui
adanya perdarahan
dalam.
Menurunkan resiko
cidera.
Memenuhi kebutuhan
klien.
Mengetahui
perkembangan klien
Mencegah infeksi
CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
No
Dx
Tgl&Jam Implementasi Evaluasi TTD
1. 15 Okt 09
11.10
Mengkaji pola nafas klien
Memposisikan klien semi
fowler
Memberikan nasal kanul
2L/menit
S :
klien mengatakan sesak
nafas berkurang
klien mengatkan lebih
nyaman
R : 24x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Rima
2. 11.25 Mengkaji tingkat nyeri
Memberikan injeksi ketorolak
2ml
S :
klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
Rima
Mengajarkan nafas dalam bila
nyeri timbul
O :
klien masih gelisah
klien masih tampak merintih
kesakitan
A :
masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi di
bangsal
3. 11.45 Memasang kateter
Memasang NGT
Mengambil sample darah
Memasang trail tempat tidur
Memonitor NGT
Memberikan injeksi cefotaxim
1g
S : -
O :
urine jernih tidak ada
perdarahan.
Volume urine 200cc
Keluaran NGT cairan bersih
Hb : 14,5 g/dl
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi di
bangsal
Rim