TUGAS INDUSTRI TERNAK UNGGAS ANALISIS INDUSTRI JASA BIDANG PERUNGGASAN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of TUGAS INDUSTRI TERNAK UNGGAS ANALISIS INDUSTRI JASA BIDANG PERUNGGASAN
TUGAS INDUSTRI TERNAK UNGGASANALISIS INDUSTRI JASA BIDANG PERUNGGASAN
Disusun Oleh :
Anggi Puspa L 230101111200Halimah Nuria R 23010111120022Sri Irianing 23010111120023 Yulina Rosowati 23010111120024Budiati Dwi Intan P 23010111120047Crystalia Nidia K 23010111120046
JURUSAN S-1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha perunggasan (ayam ras) di Indonesia telah
menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap
dari sektor hulu sampai ke hilir, dimana perkembangan
usaha ini memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan
pertanian. Industri perunggasan memiliki nilai
strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang
ekspor, disamping peranannya dalam memanfaatkan peluang
kesempatan kerja. Industri perunggasan di Indonesia
berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global
yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi
usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan
produk-produk unggas luar negeri. Produk unggas, yakni
daging ayam dan telur, dapat menjadi lebih murah
sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di
Indonesia. Pembangunan industri perunggasan menghadapi
tantangan yang cukup berat baik secara global maupun
lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam
negeri. Di samping itu, keterkaitan ke depan (forward
linkages) industri perunggasan dengan industri hasil
makanan, industri hotel dan restoran, serta sektor
pariwisata lainnya juga demikian vital, maka angka
kesempatan kerja dan devisa yang dihasilkan amat besar
(Kompas, 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Industri Jasa Perdagangan Unggas
Rumah potong ayam
Rumah potong unggas merupakan kompleks bangunan
dengan desain konstruksi khusus yang memenuhi
persyaratan teknis dan higienis tertentu serta
digunakan sebagai tempat pemotongan unggas bagi
konsumsi masyarakat. Unggas yang dipotong adalah setiap
jenis burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk
pangan, termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa, burung
dara dan burung puyuh. Tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan karkas unggas yaitu bagian tubuh unggas
setalah dilakukan penyembelihan, pencabutan bulu, dan
pengeluaran jeroan, baik disertakan atau tanpa kepala
leher, dan/atau kaki mulai dari tarsus dan/atau paru-
paru dan ginjal. Karkas tersebut akan menghasilkan
daging unggas baik daging unggas segar, daging unggas
dingin maupun daging unggas beku.
Secara umum ruang pemrosesan unggas tersebut
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu daerah kotor dan daerah
bersih. Daerah kotor adalah daerah dengan tingkat
pencemaran biologik, kimiawi dan fisik yang tinggi
sedangkan daerah bersih adalah daerah dengan tingkat
pencemaran biologik, kimiawi dan fisik yang rendah.
Daerah kotor meliputi kegiatan :
1. Penurunan (unloading), pemeriksaan ante mortem
dan penggantungan unggas hidup
2. Pemingsanan (stunning)
3. Penyembelihan (killing)
4. Pencelupan ke air panas (Scalding tank)
5. Pencabutan bulu (defeathering)
6. Pencucian karkas
7. Pengeluaran jeroan (evisceration) dan pemeriksaan
post mortem
8. Penanganan jeroan
Daerah bersih kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Pencucian karkas
2. Pendinginan karkas (chilling)
3. Seleksi (grading)
4. Penimbangan karkas (cutting)
5. Pemotongan karkas (parting)
6. Pemisahan daging dari tulang (deboning)
7. pengemasan (packing) dan
8. penyimpanan segar (chilling room). (SNI)
Proses produksi pada RPA ditunjukkan pada process
flow diagram (PFD) berikut ini :
Diagram alir produksi RPA
Persyaratan Lokasi dan Sarana
RPU harus bersesuaian dengan Rancangan Umum Tata
Ruang (RUTR), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di
masing-masing daerah Kabupaten/Kota. Selain itu RPU
tidak boleh berada di bagian kota yang padat
penduduknya serta letaknya lebih rendah dari pemukiman
penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran
lingkungan, tidak berada di dekat industri logam dan
kimia, tidak berada di daerah rawan banjir, bebas dari
asap, debu, bau dan kontaminan-kontaminan lain dan yang
menjadi tidak kalah pentingnya adalah luas lahan yang
harus cukup luas untuk pengembangan Rumah Potong Unggas
(SNI).
Sarana yang harus dimiliki oleh RPU diantaranya
adalah sarana jalan yang baik yang dapat dilalui
kendaraan pengangkut unggas hidup dan daging unggas,
sumber air yang cukup dan memenuhi persyaratan baku
mutu air minum sesuai dengan SNI 01-0220-1987, yang
mana persediaan air yang minimum harus disediakan yaitu
25-35 liter/ekor/hari, selain itu harus memiliki tenaga
listrik yang memadai, memiliki persediaan air
bertekanan 1,05 kg/cm2 (15 psi), serta fasilitas air
panas dengan suhu minimal 82 0C, selain itu RPU juga
harus memiliki kendaraan pengangkut daging unggas.
Dalam komplek RPU, secara umum harus memiliki
Bangunan utama, tempat penurunan unggas hidup, kantor
tempat istirahat pegawai, ruang ganti pakaian dan
locker, kamar mandi dan WC, sarana penanganan limbah,
insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara air, dan
gardu listrik. Kompleks RPU ini harus dipagar untuk
mencegah keluar masuk orang yang tidak berkepentingan
dan hewan liar. Pintu masuk unggas hidup sebaiknya
terpisah dari pintu keluar daging unggas. Selain itu
dalam kompleks RPU semestinya dilengkapi dengan Ruang
pembekuan cepat (Blast freezer), Ruang penyimpanan beku
(Cold Storage), Ruang pengolahan daging unggas dan
Laboratorium. (SNI).
2. Distribusi Pemasaran Telur Konsumsi
Telur merupakan salah satu komoditi ekonomi yang
lahir karena adanya permintaan yang cukup banyak dari
konsumen. Permintaan dari konsumen didukung oleh
peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat sehingga
mampu mempengaruhi pola konsumsi masyarakat terhadap
telur.
Saluran Pemasaran yang digunakan dalam pemasaran
telur ayam ras dan telur itik ada 3 jalur diantaranya :
Jalur I : Produsen (peternak) → Pengepul → PedagangMenengah → Pedagang Kecil → Konsumen
Jalur II : Produsen (peternak) →Pengepul → PedagangMenengah → Konsumen
Jalur III : Produsen (peternak) →Pengepul → Konsumen
B. Industri Jasa Transportasi Unggas
Sektor jasa transportasi memiliki peranan yang
sangat penting dalam mendukung berbagai aktivitas
perekonomian dalam suatu mata rantai pembangunan
nasional. Sesuai dengan definisi dari DLLAJR (Dinas
Lalu lintas Angkutan Jalan Raya), perusahaan angkutan
adalah suatu usaha yang melakukan kegiatan untuk
mengangkut penumpang dan atau barang/ternak dari satu
tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat
angkut, baik melalui darat, air, maupun udara dengan
mendapat balas jasa. Sedangkan definisi perusahaan jasa
angkutan barang adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke
tempat lainnya melalui darat dengan mendapatkan balas
jasa dan menggunakan mobil barang sesuai dengan jenis
layanan angkutan barang yang ada. Berdasarkan kedua
definisi tersebut, maka perusahaan jasa angkutan truk
termasuk perusahaan jasa angkutan barang yang
menggunakan jenis kendaraan truk. Di Indonesia,
angkutan unggas lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan truk, karena bisa menjangkau lokasi
peternak unggas terpencil. Pengangkutan unggas hidup
dilakukan dengan crate /karamba yang dibawa dengan
kendaraan bak terbuka (lihat gambar).
Dalam rangka melakukan tindakan preventif
penyebaran Flu Burung, Pemerintah mencanangkan
Restrukturisasi Perunggasan. Salah satu programnya di
masa mendatang, lokasi peternakan dan lokasi rumah
pemotongan ayam (RPA) diupayakan berdekatan, sehingga
lalu lintas unggas hidup dapat dibatasi. Pasokan
daging unggas antar kota/provinsi akan dilakukan dengan
mengangkut daging unggas dalam bentuk karkas (daging
unggas yang sudah disembelih dan dipotong) yang
dibekukan, sehingga risiko penularan flu burung dapat
diminimalisasi. Walaupun demikian, program relokasi ini
memerlukan jangka waktu lama, sehingga diperlukan
mekanisme pengangkutan unggas/ayam hidup yang aman.
Selain itu, angkutan anak ayam (DOC, day old chicken)
banyak dilakukan dengan melintasi provinsi/pulau.
Terdapat banyak breeding farm di Jawa Barat yang
mengirimkan anak ayam ke provinsi/pulau lain termasuk
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan Kalimantan.
Apa saja manfaat yang didapat dari sarana KA untuk
angkutan unggas? Berikut adalah komparasi penggunaan KA
dibandingkan dengan truk sebagai sarana angkutan
unggas.
Komparasi Kereta Api dan Truk
1. Dengan menggunakan gerbong kereta tertutup yang
didesain khusus, dapat dihindari penyebaran virus
flu burung melalui udara, selain juga menyediakan
perlindungan bagi unggas dari terik matahari dan
hujan. Di dalam gerbong dapat dipasang fan/kipas
angin untuk menyediakan sirkulasi udara, selain
juga pembersih udara elektronik (air purifier)
yang dapat mematikan virus airborne. Hal ini untuk
mencegah kemungkinan penyebaran virus di gerbong
ini ataupun ke gerbong lain. Fasilitas sirkulasi
dan pembersih udara akan lebih efisien dan mudah
disediakan untuk KA daripada truk bak tertutup,
karena ketersediaan listrik/daya dan kapasitas
muat KA yang lebih besar dibandingkan dengan
truk.
2. Dari survey ke perusahaan ekspedisi truk dan KA
barang di Bandung, dilakukan komparasi biaya
angkutan unggas, dan didapatkan kesimpulan bahwa
untuk angkutan antar kota jarak jauh, biaya KA
lebih kecil dibandingkan biaya truk. Pada tabel
komparasi berikut ini, untuk jarak dekat yaitu
Bandung ke Tasikmalaya, perbedaan biaya antara KA
dan truk adalah sekitar Rp. 3.775/karamba,
sedangkan untuk jarak jauh yaitu Bandung ke
Surabaya, perbedaan biaya antara KA dan truk
adalah Rp.+5.715/karamba. Kapasitas keseluruhan 1
gerbong dioptimalkan sedemikian rupa agar dapat
memuat banyak karamba, dengan memperhatikan aspek
sanitasi, higienis dan ’kenyamanan’ unggas selama
perjalanan. Hal ini dilakukan dengan memberlakukan
karamba berukuran standard sebagai tempat
penyimpanan ayam, dan menyediakan rak-rak
berukuran standard dalam gerbong khusus ini.
Desain gerbong juga musti memudahkan dilakukannya
disinfektasi gerbong KA. Dengan desain gerbong
khusus untuk angkutan unggas seperti disebutkan di
atas, diharapkan prosentase penyusutan unggas yang
berkisar antara 5-10%, baik yang disebabkan karena
kematian ataupun kurangnya pakan selama
perjalanan, dapat diturunkan.
3. Dengan KA, bisa diterapkan connecting train yaitu
KA luar kota dilanjutkan KA dalam kota, dengan
cara memindahkan gerbong unggas dari satu
lokomotif ke lokomotif lain. Sebagai contoh :
angkutan ayam/unggas dari Surabaya ke Bandung
dapat dilakukan dengan menggunakan KA luar kota,
setelah itu untuk angkutan dari stasiun Bandung ke
salah satu pasar, misalnya ke Pasar Gedebage dapat
dilakukan dengan menggunakan KA dalam kota dengan
tujuan akhirnya Stasiun Gedebage. Selain
connecting train juga bisa digunakan connecting
modes (intermoda), karena KA tidak mungkin
sendirian menyediakan jasa pengangkutan unggas
sampai ke tempat pembeli/pasar. Untuk angkutan
unggas jarak dekat, diperlukan redesain angkutan
truk bak tertutup yang steril dengan sirkulasi
udara yang baik. Kemungkinan ini perlu dijajaki
sebagai bagian dari langkah preventif penyebaran
Flu Burung.
Perencanaan Kereta Api sebagai Kendaraan Angkutan
Unggas
Apa saja yang musti direncanakan oleh pengelola
Kereta Api?
Untuk perencanaan Stasiun KA, di stasiun
pemberangkatan disediakan area ’docking zone’ tertutup
yang dapat dibuka/tutup, sebagai tempat bongkar muat
angkutan yang steril. Terdapat ruang ’check point’
untuk pemeriksaan kesehatan hewan, yang dilengkapi
dengan peralatan yang memadai untuk pemeriksaan
unggas/hewan lain (lihat ilustrasi denah). Untuk
unggas yang dikirimkan ke luar kota akan melewati
pemeriksaan di check point, setelah itu dibawa ke
docking zone untuk diload ke dalam kereta. Sebaliknya
untuk unggas yang datang dari luar kota akan diturunkan
di docking zone, kemudian melalui prosedur pemeriksaan
di check point. Sterilisasi dan disinfektasi ‘docking
zone’ dan ‘check point’ musti dilakukan untuk
menghindari penyebaran virus flu burung, selain
tersedianya peralatan untuk memudahkan bongkar muat
unggas. Operasional ’check point’ ini dilakukan oleh
petugas paramedik dari Dinas Peternakan dan Departemen
Pertanian sebagai otoritas yang berwenang dalam
pemeriksaan lalulintas unggas, bekerjasama dengan PT.
KAI. Untuk mendukung petugas paramedik, diperlukan
pembuatan sistem informasi yang terhubung ke server
pusat melalui jaringan telekomunikasi, sehingga
análisis kesehatan hewan dapat didukung dokter hewan
di kantor pusat, apabila diperlukan.
Jasa transportasi unggas yang lain adalah lewat
udara menggunakan pesawat dan lewat laut menggunakan
kapal barang. Pelayanan pengangkutan via udara
termasuk:
1. Kargo Pick-up & Pengiriman2. Inspeksi dan pemuatan kargo saksi3. Packing / Barcode / crating / Palletizing4. Mengukur berat & ukuran5. Air Cargo Pemesanan dan Manajemen6. Kustom deklarasi dan pembersihan7. Pergudangan & distribusi ke pelanggan8. Asuransi kargo udara
Beberapa Maskapai Pelayaran Nusantara seperti :1. Tanto Line2. Tempura Mas3. Meratus4. Mentari Sejati
5. Tresna Muda Sejati5. Dan Lain lain
Pelayanan Pengiriman internasional dan pelayaranyaitu : NORASIA, Maersk, APL, COSCO, Hanjin, EVERGREEN,MSC OOCL, CHINA SHIPPING. pelayanan angkutan lautyang bertanggung jawab meliputi:
1) Global NVOCC FCL, LCL2) CARGO INSPEKSI & LOADING SAKSI3) Vendor Single & beberapa layanan konsolidasi4) Biaya transportasi multimode hemat seperti laut / udara, laut / kereta api, laut / darat dll5) Cargo penjemputan dan pengiriman6) Ruang pemesanan dan penjatahan7) Custom clearance dan deklarasi8) Fumigasi, lisensi kargo inspeksi, ekspor lisensi sebagai agen
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Standarisasi Nasional. 1999. SNI 01-6160-1999tentang Rumah Pemotongan Unggas. DepartemenPertanian, Jakarta.
http://www.jasakirimbarang.com/pengiriman-via-laut.html.diakses 27 september 2014
http://www.jasakirimbarang.com/pengiriman-via-udara.html.diakses 27 september 2014.
Kompas. 2005. Wabah Flu Burung dan Karakter InvestorSejati, 28 MaretKusuma M. E.W; H. D. Utami dan B.A.Nugroho.2013 Analisis
Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras Di KecamatanKarangploso Kabupaten Malang. Brawijaya Press.Malang
Moedomo, Ria L, I. Prasetyo, F.F. Moercahyono. 2010.Sistem Angkutan Unggas dengan Kereta Api sebagaiLangkah Preventif Flu Burung : Suatu Utopiakah?.Bandung press. Bandung