TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR (DECISION – MAKING) SERTA PENDEKATAN SOSIOLOGIS DAN EKONOMIS

14
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR (DECISION – MAKING) SERTA PENDEKATAN SOSIOLOGIS DAN EKONOMIS Makalah Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Teori dan Praktik BK Karir yang Diampu Oleh Dr. Hj. Sri Panca S., M.Pd Penyusun : 1.Aditya Wisnu Putra (11.1.01.01.0004) 2.Alfiani Nursyam Gumilang S. I. (11.1.01.01.0022) 3.Ardhi Rakhimi (11.1.01.01.0039)

Transcript of TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR (DECISION – MAKING) SERTA PENDEKATAN SOSIOLOGIS DAN EKONOMIS

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR

(DECISION – MAKING) SERTA PENDEKATAN

SOSIOLOGIS DAN EKONOMIS

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Teori dan Praktik BK Karir yang Diampu

Oleh Dr. Hj. Sri Panca S., M.Pd

Penyusun :1.Aditya Wisnu Putra

(11.1.01.01.0004)

2.Alfiani Nursyam Gumilang S. I.

(11.1.01.01.0022)

3.Ardhi Rakhimi

(11.1.01.01.0039)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2014

PEMBAHASAN

A. Teori Pengambilan Keputusan Karir

Penggunaan pendekatan teori social-learning

(pembelajaran sosial) dalam pemilihan karir telah

dipelopori oleh Krumboltz, Mitchell, dan Gelatt (1975).

Teori ini merupakan upaya untuk menyederhanakan proses

pemilihan karir, terutama didasarkan atas peristiwa-

peristiwa kehidupan yang berpengaruh terhadap penentuan

pilihan karir. Dalam teori ini, proses perkembangan

karir melibatkan empat faktor yaitu:

1) Warisan genetic dan kemampuan khusus. Warisan genetik

dan kemampuan khusus mencakup sejumlah kualitas

bawaan yang dapat membatasi kesempatan karir

individu.

2) Kondisi dan peristiwa lingkungan. Kondisi dan

peristiwa lingkungan dipandang sebagai faktor yang

berpengaruh yang sering kali berada di luar control

individu. Peristiwa-peristiwa dan keadaan tertentu

di dalam lingkungan individu mempengaruhi

perkembangan keterampilan, kegiatan, dan pilihan

karir.

3) Pengalaman belajar. Pengalaman belajar, mencakup

pengalaman belajar instrumental dan asosiatif.

- Pengalaman belajar instrumental adalah yang

dipelajari individu melalui reaksi terhadap

konsekuensi, tindakan yang hasilnya dapat

langsung teramati, dan melalui reaksi orang lain.

Konsekuensi kegiatan belajar dan pengaruhnya

terhadap perencanaan dan perkembangan karir

ditentukan terutama oleh reinforcement atau

nonreinforcement kegiatan tersebut, warisan genetic

individu, kemampuan dan keterampilan khususnya,

dan tugas pekerjaan itu sendiri.

- Pengalaman belajar asosiatif mencakup reaksi

negative dan positif terhadap pasangan situasi yang

sebelumnya bersifat netral. Misalnya,

pernyataan”semua politisi tidak jujur” dan “semua

banker kaya” berpengaruh terhadap persepsi

individu tentang okupasi ini. Asosiasi seperti

ini dapat juga dipelajari melalui observasi,

bacaan, dan film.

Krumboltz et al. menekankan bahwa pengalaman

belajar yang unik dari masing-masing individu selama

hidupnya menyebabkan berkembangnya pengaruh-pengaruh

primer yang mengarahkan pilihan karirnya. Pengaruh

tersebut mencakup:

a)Penggeneralisasian self berdasarkan pengalaman dan

kinerja yang terkait dengan standar yang

dipelajari,

b)Keterampilan yang dipergunakan dalam menghadapi

lingkungan, dan

c)Perilaku memasuki karir seperti melamar pekerjaan

atau memilih lembaga pendidikan atau pelatihan.

4) Keterampilan pendekatan tugas. Keterampilan

pendekatan tugas (tasks approach skills), mencakup

keterampilan-keterampilan yang sudah dikembangkan

oleh individu, seperti keterampilan problem-solving,

kebiasaan kerja, mental sets, respon emosional, dan

respon kognitif. Keterampilan-keterampilan ini

menentukan hasil masalah dan tugas yang dihadapi

oleh individu. Tasks approach skills sering kali

termodifikasi akibat pengalaman yang bagus maupun

jelek.

Pembentukan keyakinan dan generalisasi individu

merupakan hal yang sangat penting dalam model social-

learning. Peranan konselor adalah menelusuri asumsi-

asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi

alternative keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan.

Membantu individu memahami sepenuhnya validitas

keyakinan individu merupakan komponen utama model social-

learning. Secara spesifik, konselor sebaiknya berusaha

mengatasi masalah-masalah berikut:

1. Individu mungkin tidak dapat mengakui bahwa

masalah yang dihadapinya dapat diatasi (mereka

berasumsi bahwa sebagian besar masalah merupakan

bagian dari kehidupan yang normal dan tidak dapat

diatasi).

2. Individu mungkin tidak dapat melakukan upaya yang

dibutuhkan untuk membuat keputusan atau memecahkan

masalah (mereka tidak banyak berusaha

mengeksplorasi alternatif).

3. Individu mungkin tidak menyadari adanya alternative

yang memuaskan (mereka melakukan overgeneralisasi

asumsi yang salah).

4. Individu mungkin memilih alternative yang buruk atau

alasan yang tidak tepat (individu tidak mampu

mengevaluasi karir secara realistic karena keyakinan

yang salah dan ekspektasi yang tidak realistik).

5. Individu mungkin mengalami kekecewaan dan

kecemasan akibat persepsi bahwa mereka tidak dapat

mencapai tujuan yang diinginkannya (tujuannya

mungkin tidak realistik atau konflik dengan tujuan

lain).

Krumboltz et al. juga memberikan beberapa observasi

untuk konseling karir sebagai berikut:

1. Pembuatan keputusan karir merupakan keterampilan

yang dipelajari.

2. Individu yang mengaku telah melakukan pilihan

karir memerlukan bantuan juga (pilihan karirnya

mungkin telah dilakukan berdasarkan informasi yang

tidak akurat dan alternative yang keliru).

3. Keberhasilan diukur berdasarkan keterampilan yang

telah ditunjukkan peserta didik dalam membuat

keputusan (diperlukan evaluasi terhadap

keterampilan membuat keputusan).

4. Konseli berasal dari berbagai macam kelompok.

5. Konseli tidak usah merasa bersalah jika mereka

tidak yakin tentang karir apa yang harus

dimasukinya.

6. Tidak ada satu okupasi yang dapat dipandang tepat

untuk semua orang.

Berbeda dengan teori non psikologis yang bertolak

dari anggapan bahwa pemilihan kerja ditentukan oleh

faktor-faktor dari luar individu, atau teori psikologis

yang bertolak dari bahasan tentang faktor-faktor dari

dalam diri seseorang. Setiap orang diasumsikan

mempunyai kebebasan yang sama dalam memilih pekerjaan

bila memiliki kemampuan untuk mengendalikan masa depan.

Hal ini mengandung makna bahwa pemilihan kerja

merupakan persaingan terbuka dan fair sehingga dapat

direncanakan sebelumnya. Keberhasilan pemilihan kerja

ditentukan oleh usaha memfungsikan potensi individu,

sedangkan lingkungan hanya mempengaruhi secara tidak

langsung. Ada beberapa teori pemilihan kerja yang

termasuk ke dalam kelompok teori psikologis, seperti :

teori sifat dan faktor, dan teori psikodinamis.

a. Teori Sifat dan Faktor

Teori sifat dan faktor mendasarkan analisisnya

pada hubungan antara karakteristik seseorang dengan

pilihan yang  diambil. Setiap individu memiliki

perbedaan-perbedaan baik berupa perbedaan bakat, minat,

atau kepribadian. Sedangkan di sisi lain, setiap

pekerjaan juga memiliki perbedaan karakteristik dan

tuntutannya. Dengan demikian, individu yang berbeda

akan memilih pekerjaan yang berbeda pula. Dalam

kaitannya dengan perbedaan-perbedaan ini sekurang-

kurangnya terdapat 3 langkah yang harus dilalui

seseorang dalam memilih pekerjaan.

Pertama, memahami bakat, kemampuan, minat, ambisi,

modal dan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada

dirinya.

Kedua, menguasai pengetahuan tentang tuntutan dan

kondisi yang menentukan kesuksesan,

keuntungan/kerugian, kompensasi, kesempatan, dan masa

depan pekerjaan.

Ketiga, menilai kesesuaian antara kemampuan dan

disposisi yang dimiliki seseorang terhadap tuntutan

pekerjaan. Seseorang harus yakin benar bahwa pekerjaan

yang akan dipilih memang sesuai dengan kemampuan dan

keinginannya. Bila terdapat kesesuaian antara kedua hal

ini, maka pekerjaan itulah yang sebaiknya dipilih.

b. Teori psikodinamis

Teori psikodinamis berusaha untuk menjelaskan dan

membahas keadaan kejiwaan manusia yang menyebabkan

perubahan tingkah laku sesuai dengan motif dan dorongan

yang ada pada diri seseorang. Di samping itu juga

menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan tersebut.

Teori pemilihan kerja yang termasuk ke dalam

kelompok teori psikodinamis adalah teori psikoanalitis,

teori kebutuhan dan teori diri. Ketiga teori ini

bertolak dari anggapan dasar bahwa faktor yang paling

menentukan dalam pemilihan kerja adalah faktor motivasi

dan proses yang ditempuh seseorang. Dengan demikian

sangat kontras dengan teori sifat dan faktor yang lebih

bertumpu pada tingkah laku yang dapat diamati, bukan

pada kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu.

B. Model Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli:

1. Japson dan Dilley (1974) serta Wight (1984).

Japson dan Dilley membagi model yang mereka

diskusikan kedalam 2 kelompok:

a. Model perspektif, yaitu model yang mendeskripsikan

bagaimana keputusan sebaiknya dibuat,

b. Model deskriptif, yang menjelaskan bagaimana

keputusan-keputusan sebenarnya dibuat.

Mereka juga mengatakan bahwa proses meliputi

seorang pengambil keputusan dan situasi dimana

terdapat 2 alternatif atau lebih yang membawa hasil

potensial dari faktor-faktor penting untuk pembuat

keputusan. Hal-hal yang penting dari proses ini

adalah untuk mengidentifikasikan dan menentukan

nilai-nilai relatif kepada altrernatif-alternatif dan

konsekuensi mereka sehingga dia dapat memaksimalkan

hasilnya.

2. Mitchel (1975) memodifikasi sebuah model yang

sebelumnya telah dikemukakan oleh Restle (1961)

sehingga dapat diaplikasikan ke proses pengambilan

keputusan dalam karir. Restle mengatakan bahwa

pembuat keputusan mencocokkan situasi yang dihadapi

dengan pandangannya tentang sesuatu yang ideal

kemudian memilih alternataif yang paling mirip dengan

situasi yang ideal. Mitchel mengidentifikasikan 4

elemen yang dianut oleh pengambil keputusan, yakni:

a. Batasan mutlak yaitu faktor-faktor yang harus

disajikan atau ditiadakan untuk alternatif agar

menjadi aktif.

b. Karakteristik negatif yaitu adalah aspek-aspek

yang tidak diinginkan.

c. Karakteristik positif adalah aspek-aspek yang

diinginkan.

d. Karakteristik netral adalah aspek-aspek yang ada

namun tidak relevan dengan pilihan yang dibuat.

Pengambil keputusan dapat menggunakan elemen-elemen

ini dengan beberapa cara, sebagai pembanding, hanya

katrakteristik-karakteristik positif.

3. Janis dan Mann (1997) beranggapan bahwa konflik

terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan mengambil

sebuah keputusan, hal ini menimbulkan tekanan dan

ketidakyakinan. Proses dimulai ketika pembuat

keputusan menjadi waspada akan ancaman yang ia rasa

perlu untuk dipertimbangkan.

Konselor karir menghadapi sebuah dilema serius

ketika membantu para konseli dalam proses pengambilan

keputusan. Sekarang tidak satupun dari model-model yang

telah dijelaskan digabungkan kedalam teori-teori umum.

Hal ini muncul seperti bahwa sebuah model dapat

membantu beberapa konseli dan beberapa situasi lebih

baik dan yang lainya mungkin lebih memuaskan hasilnya

untuk keadaan yang berbeda. Ironisnya, konselor harus

menggunakan model dalam menentukan kombinasi dari

beberapa model yang muncul atau sebuah model yang

sepertinya paling bagus untuk konselinya saat ini.

C. Pendekatan Sosiologis dan Ekonomis

a. Pendekatan Sosiologis

Menurut Osipow (1983) teori ini secara

fundamental didasarkan kepada pemikiran bahwa

elemen-elemen di luar individu memiliki pengaruh

kuat terhadap individu dalam sepanjang hidupnya,

termasuk pendidikan dan keputusaan pekerjaan. Para

pendukung teori ini juga berpandangan bahwa derajat

kebebasan individu dalam pilihan pekerjaan / jabatan

adalah jauh dari apa yang semula diasumsikan dan

harapan diri seseorang tidaklah bebas dari harapan

masyarakatnya. Sebaliknya, masyarakat menyajikan

peluang pekerjaan / jabatan dalam suatu pola-pola

yang berhubungan dengan keanggotaan kelas sosial.

Berkaitan dengan kelas sosial dan perkembangan

karir, Lipsett (Osipow, 1983) menyatakan bahwa

keanggotaan kelas sosial berpengaruh terhadap

pilihan karir tertentu ketika ia mencapai usia

remaja. Sejalan dengan itu Sewell dan Shah (Osipow,

1983) juga menyatakan bahwa walaupun tahapan dalam

pengambilan keputusan pendidikan atau karir secara

mendasar tidak berbeda dari kelas ke kelas, namun

waktu dan pilihannya tampaknya berbeda. Pada remaja

dari kelas sosial yang lebih rendah, disamping

pengambilan keputusan dilakukan pada usia yang lebih

muda, pilihan karirnya juga berbeda, dibandingkan

dengan kelas sosial yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Gibson dan Mitchell (1995)

bahwa pilihan karir lebih berhubungan dengan

kesempatan dari pada sesuatu yang sengaja

direncanakan. Kesempatan tersebut salah satunya

dipengaruhi oleh kelas sosial, disamping faktor-

faktor lain seperti budaya, kondisi-kondisi yang

dibawa sejak lahir atau muncul kemudian, kesempatan

pendidikan, dan observasi terhadap model.

b. Pendekatan Ekonomis

Sebagaimana yang diterangkan dalam buku pengantar

sosiologi ekonomi karangan Prof. Dr. Damsar yang

mengatakan bahwa pendekatan individu dalam analisis

ekonomi berakar dari utilitarianisme dan ekonomi

politik Inggris. Utilitarianisme mengasumsikan bahwa

individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa

menghitung dan membuat pilihan yang dapat

memperbesar kesenangan pribadi atau keuntungan

pribadi, dan mengurangi penderitaan atau menekan

biaya. Sementara ekonomi politik Inggris dibangun

diatas prinsip “laissez faire” yaitu “biarkan hal-

hal sendiri, biarkan hal yang baik masuk”. Artinya

biarkan individu mengatur dirinya, karena individu

tahu yang dimauinya.

Menurut Gibson dan Mitchell (1995) teori ini

menekankan pentingnya faktor-faktor ekonomi dalam

pilihan karir. Hal ini terutama terkait dengan

tersedianya beberapa tipe pekerjaan versus

tersedianya pekerja-pekerja yang qualified untuk

pekerjaan tersebut. Faktor utama dalam pilihan karir

adalah : “Apa jenis pekerjaan yang dapat saya

peroleh?”. Pilihan karir terutama berdasar kepada

pertimbangan apakah pekerjaan tersebut dapat

memenuhi kebutuhan dasar diri sendiri dan

keluarganya, keamanan pekerjaan, keuntungan

(khususnya asuransi kesehatan serta rencana pensiun)

atau faktor-faktor yang dianggap paling

menguntungkan dan paling bernilai pada individu

tersebut (tidak selalu dalam bentuk uang).

DAFTAR RUJUKAN

http://konselor008.blogspot.com/2013/03/teori-

bimbingan-karir-pengambilan.html

http://berbagaiilmukomputer.blogspot.com/2012/01/teori-

pengambilan-keputusan.html

http://mu-tafi.blogspot.com/2012/09/bimbingan-

karir.html

http://akshawa.blogspot.com/2012/06/konsep-pendekatan-sosiologis-dalam.html

http://wakhinuddin.wordpress.com/2012/12/07/teori-

karir-pendekatan-psikologis/