TEORI ANT BRUNO LATAOUR

29
Pendahuluan Teori Jaringan Aktor adalah pendekatan interdisipliner pada studi ilmu-ilmu sosial dan studi teknologi. Actor-Network-Theory atau sering disingkat ANT yang digagas oleh Latour, sebenarnya (sampai sekarang) telah berevolusi sangat jauh dan berkembang, ANT di pakai oleh berbagai bidang pengetahuan, termasuk bidang seni dan teknologi. Menurut Latour pada awalnya (konsep ini) belum menjadi teori, atau setidaknya belum pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah teori. Menurut penulis, dengan memahami teori ini dan atau menggunakan teori ini, kita akan mengetahui kenapa seni tertentu dapat berkembang dan jenis seni lainnya mati dalam suatu masyarakat. Kita juga akan mengetahui (melalui penelitian) bahwa ada lembaga-lembaga seni seperti sekolah seni, perguruan tinggi seni, Taman Budaya, Museum, hanya sekedar nama, dan tidak berfungsi dalam sebuah jaringan yang akan menunjang hidupnya seni, seniman dan karyanya, dan sekaligus menghidupkan seni budaya dalam masyarakat. Salah satu tokoh penulis dan kurator Indonesia, Jim Supangkat melihat sisi aktor sejarah dan penulisan seni, dan menyatakan seni rupa Indonesia itu "tak bunyi" tidak dikenal, karena ketiadaan "infrastruktur" seni. R. Gilang Cempaka dari Universitas Paramadina, pernah meneliti seni dari segi ekonomi (market) melihat bahwa aktor itu adalah seniman, institusi seni, yaitu galeri, art dealers, kurator, kritikus, dan publik seni atau audiens. Yang keseluruhannya itu disebutnya sebagai Art word (Dunia Seni) dalam konteks teori medan sosial seni Howard Becker). Dan secara samar dia menyatakan bahwa perkembangan seni sekarang ini lebih dipengaruhi oleh pasar, dan jaringan pasar .Menurut teori ANT seni itu hidup dalam sebuah jaringan, dan hal ini juga akan menjawab pertanyaan, 'kenapa seorang seniman atau desainer itu miskin? Karena dia tidak berada dalam sebuah jaringan, atau bolehjadi dia ada dalam jaringan tetapi tertindas oleh aktor lain yang berfungsi sebagai aktan. Yang menarik adalah teori ini berlawanan dengan teori sosial konvensional, dan anehnya

Transcript of TEORI ANT BRUNO LATAOUR

Pendahuluan Teori Jaringan Aktor adalah pendekatan interdisipliner pada studi ilmu-ilmu sosial dan

studi teknologi. Actor-Network-Theory atau sering disingkat ANT yang digagas oleh

Latour, sebenarnya (sampai sekarang) telah berevolusi sangat jauh dan berkembang,

ANT di pakai oleh berbagai bidang pengetahuan, termasuk bidang seni dan teknologi.

Menurut Latour pada awalnya (konsep ini) belum menjadi teori, atau setidaknya belum

pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah teori. Menurut penulis, dengan

memahami teori ini dan atau menggunakan teori ini, kita akan mengetahui kenapa

seni tertentu dapat berkembang dan jenis seni lainnya mati dalam suatu masyarakat.

Kita juga akan mengetahui (melalui penelitian) bahwa ada lembaga-lembaga seni

seperti sekolah seni, perguruan tinggi seni, Taman Budaya, Museum, hanya sekedar

nama, dan tidak berfungsi dalam sebuah jaringan yang akan menunjang hidupnya

seni, seniman dan karyanya, dan sekaligus menghidupkan seni budaya dalam

masyarakat. Salah satu tokoh penulis dan kurator Indonesia, Jim Supangkat melihat

sisi aktor sejarah dan penulisan seni, dan menyatakan seni rupa Indonesia itu "tak

bunyi" tidak dikenal, karena ketiadaan "infrastruktur" seni. R. Gilang Cempaka dari

Universitas Paramadina, pernah meneliti seni dari segi ekonomi (market) melihat

bahwa aktor itu adalah seniman, institusi seni, yaitu galeri, art dealers, kurator,

kritikus, dan publik seni atau audiens. Yang keseluruhannya itu disebutnya sebagai Art

word (Dunia Seni)  dalam konteks teori medan sosial seni Howard Becker). Dan secara

samar dia menyatakan bahwa perkembangan seni sekarang ini lebih dipengaruhi oleh

pasar, dan jaringan pasar .Menurut teori ANT seni itu hidup dalam sebuah jaringan,

dan hal ini juga akan menjawab pertanyaan, 'kenapa seorang seniman atau desainer

itu miskin? Karena dia tidak berada dalam sebuah jaringan, atau bolehjadi dia ada

dalam jaringan tetapi tertindas oleh aktor lain yang berfungsi sebagai aktan. Yang

menarik adalah teori ini berlawanan dengan teori sosial konvensional, dan anehnya

lagi teori ini telah berkembang sangat jauh dan dipakai untuk memahami jaringan

media, dan juga internet.

Bruno Latour, lahir 22 Juni 1947, adalah seorang

ilmuwan sosiologi dan  antropologi Perancis,  teorinya ini 

berpengaruh besar ke bidang Studi Sains dan Teknologi (STS/

Saince & Technology Study)  Setelah mengajar di. École des Mines

de Paris (Centre de sociologie de l'Inovasi) 1982-2006, dia

sekarang Profesor Ilmu Po di Paris (2006), di mana ia adalah

direktur ilmiah dari Ilmu Po Medialab. Ia terkenal karena bukunya

We Have Never Been Modern (1991; English translation, 1993),

Laboratory Life (dengan Steve Woolgar, 1979) dan Science in

Action (1987). (sumber foto: http://actu.epfl.ch/news/bruno-

latour-2/)

Maanen (2009), dalam penelitiannya dan bukunya menulis sebuah bab

yang berjudul: From Theory to the Methodology of Singularity Bruno Latour

and Nathalie Heinich (yang dapat diterjemahkan sebagai dari Teori

ke Metode “Tunggal (Ganjil) ” dari Bruno Latour dan Nathalie

Heinich. Hal ini dapat dimengerti sebab pengertian sosial dalam

ANT itu aneh, karena memasukkan nonmanusia sebagai bagian dari

“sosial”. Namun, dalam tulisan ini penulis ingin membahas

mengenai ANT  dari sisi Bruno Latour  saja, dan tidak akan

membahas tulisan Nathalie Heinich. Setelah gagasan ini muncul,

Latour kemudian mengembangkan ANT dalam upaya untuk memahami

proses inovasi dan penciptaan-pengetahuan dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi, terutama pada pekerjaan di STS (Studi Sains dan

Teknologi ).Sekitar tahun 1990 dan seterusnya, ANT mulai menjadi

populer sebagai alat analisis dalam berbagai bidang di luar STS

(Science & Technology & Study) dikembangkan oleh penulis dalam

berbagai bidang, misalnya analisis organisasi, informatika, studi

kesehatan, geografi, sosiologi, antropologi, studi feminis dan

ekonomi, dan sebagainya. Jadi kalau kita mempelajari ANT menurut

bidang ilmu tertentu dapat salah tafsir --walaupun tidak banyak

perbedaannya dengan teori awal ANT -- sebab ANT telah

dikembangkan menurut versi kelompok bidang ilmu masing-masing

(Pasca ANT). 

Menurut Wikipedia (2013) ANT pada STS (Studi Sains dan

Teknologi ), muncul sejak 1980-an, merupakan salah satu hasil

pengembangan ANT yang dirintis sejak dasawarsa 1960-an. Teori ini

awalnya digagas dan dikembangkan oleh Bruno Latour, Michel

Callon, dan John Law. Para penggagas ANT berpendirian bahwa

masyarakat itu bukan hanya sekadar berisi unsur-unsur individu

manusia serta norma yang mengatur kehidupan mereka, tetapi lebih

dari itu dia bergerak dalam sebuah “jaringan”. Teori Jaringan-

Aktor atau Actor-Network-Theory atau sering disingkat ANT

berpendapat bahwa sebuah penemuan ilmiah tidak berasal dari satu

orang tertutup saja. Namun demikian sebuah teori ilmiah berasal

dari jaringan-jaringan baik suatu subjek (manusia) maupun objek

mati (non-manusia). 

Umumnya ANT mengembangkan konsep mengenai jaringan, aktor,

translasi, dan intermediari. Penjelasannya adalah sebagai

berikut. Konsep jaringan tidak hanya berfokus pada relasi sosial

aktor manusia, tetapi mencakup aktor-aktor nonmanusia--yaitu

sebuah jaringan heterogen (beragam). Aktor didefinisikan sebagai

sesuatu yang ikut beraksi, yang bukan hanya manusia, melainkan

juga merupakan obyek teknis. Translasi berarti penjajakan dan

penyesuaian aksi-aksi yang berlangsung antara aktor-aktor sampai

tercapai suatu relasi yang stabil sehingga obyek teknis dapat

terus berfungsi. Sedangkan intermediari adalah aktor yang

”bersirkulasi” di antara aktor-aktor dan yang memelihara relasi

di antara mereka. 

Aktor

Aktor adalah pelaku, yang menjadi pertanyaan berapa banyak pelaku

dalam melaksanakan sebuah aksi. Sebagai contoh dari ANT ini,

misalnya Newton sebagai salah satu aktor tidak benar-benar

bertindak sendiri dalam menciptakan teori gravitasi, sebab ia

membutuhkan aktor lain yang (data pengamatan dari beberapa

temannya), Astronomer Royal dan John Flamsteed, sebagai pelaku

ilmu astronomi, membutuhkan aktor lain (dukungan publikasi dari

Royal Society dan anggotanya), Edmund Halley, membutuhkan

geometri Euclid, astronomi dari Kepler, Galileo bukan itu saja

ada aktor lain seperti ilmu mekanika, ruangan, laboratorium,

makanan. Trinity College, seorang asisten untuk bekerja di

laboratorium, ide mistik (yang akan disanggah), dan lebih banyak.

Jaringan Aktor/pelaku

Jaringan (network) adalah jejala, atau yang terangkai atau

terhubung. Sebagai illustrasi ketika berbisnis, menyetir mobil,

atau menulis dokumen, kita menggunakan kata prosesor (alat untuk

memproses data yang masuk), ada banyak hal yang mempengaruhi saat

beraksi. Misalnya, ketika mengendarai mobil, kita dipengaruhi

(diproses) oleh peraturan lalu lintas, diproses pengalaman

menyetir dan kemampuan manuver mobil. Kata prosesor = pelaku yang

memproses berdasar pengalaman sebelumnya. Semua faktor ini

terhubung (terjaring) yang menyebabkan bagaimana kita bertindak.

Kita tidak akan melakukan bisnis dalam keadaan kosong (tanpa

petunjuk) tetapi di bawah pengaruh berbagai faktor, semua faktor-

faktor yang mempengaruhi harus dipertimbangkan bersama-sama, yang

disebut dengan “Jaringan aktor”. Atau sebaliknya semua tindakan

yang terhubung bersama-sama, segala faktor-faktor yang

mempengaruhi, terhubung, akan menghasilkan jaringan.

Jaringan aktor terdiri dari jaringan bersama-sama baik elemen

teknis dan non-teknis. Sesuai dengan contoh di atas, tidak hanya

kapasitas mesin mobil, tetapi juga pelatihan mengemudi mobil,

oleh kaena itu ANT berbicara tentang sifat heterogenitas jaringan

aktor.

Aktan = Aktor Pengendali 

Dalam teori jaringan (ANT) telah mengembangkan suatu kosa kata

yang tidak mengambil perbedaan antara subyek dan obyek, subjektif

dan objektif, ke dalam pertimbangan sebagai aktor. Aktor mungkin

terdaftar sebagai sekutu untuk memberi kekuatan untuk suatu

posisi. Sebuah aktor ada yang berdaya dan ada yang tidak berdaya

dalam mengendalikan sistem jaringan. Dalam teori ini disebutkan

terdapat aktor dan jaringan. Aktor adalah semua elemen yang

terhubung dalam sistem yang nantinya akan membentuk jaringan

secara alamiah. Aktor yang mampu mengontrol aktor lain disebut

sebagai aktan. Aktan memiliki kemampuan untuk bergerak masuk dan

keluar suatu jaringan berdasarkan kemauan dan kepentingannya.

Saat aktan memasuki suatu jaringan, maka jaringan tersebut akan

memberi nama atau julukan, aktifitas, perhatian, serta peranan

dalam jaringan tersebut. Dengan kata lain, aktan inilah elemen

utama dan menjadi penggerak dalam jaringan.

Sebagai ilustrasi, kita dapat mengambil contoh sistem akademik,

yang disebut aktor adalah mahasiswa, dosen, mata kuliah, IP,

ruang kelas, dan lain sebagainya. Dan yang disebut sebagai aktan

adalah mahasiswa dan dosen yang dapat mengendalikan aktor lain

seperti mahasiswa mampu mengendalikan mata kuliah yang akan

diambil atau dosen yang mampu mengendalikan IP mahasiswanya dan

lain-lain. Setiap aktan akan memiliki nama atau julukan seperti

“dosen pemrograman”, aktifitas “mengajar”, perhatian “evaluasi”,

serta peranan “mencerdaskan mahasiswa”.

ANT tidak menjelaskan kenapa ada Jaringan tetapi lebih tertarik

pada infrastukturnya, bagaimana dia terbentuk dan rusak dan lain

sebagainya. ANT memakai Principle of Generated Symmetry, dimana

manusia dan non-manusia digabungkan dalam sebuah framework

konseptual yang sama. Dalam hal ini manusia dan non-manusia

sering keduanya dapat bertindak sebagai ‘actant’ (aktan).

Disinilah kemudian Bruno Latour menyebutkan perlunya memahami

asal-muasal sebuah realita. Latour Bruno menjelaskan adanya actor

atau subyek yang memulai untuk membuat sebuah realita. Kemudian,

karena aktor ini memiliki hubungan sosial dalam kehidupan sosial,

maka pemahaman si aktor terhadap realita sosial menjadi pemahaman

bersama di dalam kehidupan sosial. Aktor atau subyek berfungsi

dalam jaringan terdistribusi lebih besar dari interaksi timbal

balik dan umpan balik. Pemahaman si actor terhadap realita sosial

menjadi sumber referensi bagi individu lain dalam suatu kehidupan

sosial. Pemahaman itu kemudian menyebar melalui proses interaksi

sosial antara actor dengan individu lain. Hubungan harus berulang

kali “dilakukan” atau jaringan akan larut. Hubungan sosial

diproses dan harus dilakukan terus menerus.[1]

Translasi

ANT mempostulasikan bahwa di antara manusia dan obyek teknologi

berlangsung dua proses. Di satu sisi adalah proses translasi

dalam bentuk desain dan konstruksi. Sementara di sisi lain adalah

pembelajaran melalui pembuatan dan penggunaan. Melalui desain,

konstruksi, dan pembelajaran tersebut, obyek teknologi berubah

dan manusia pun berubah. Melalui proses pembelajaran itulah

nilai-nilai kemanusiaan diterapkan di ranah teknologi. Teknologi

ditata kelola sedemikian rupa agar tidak mengukuhkan relasi-

relasi sosial yang otoriter maupun hierarkis. Tidak cukup hanya

itu, sebaiknya pula teknologi selaras dengan prinsip-prinsip

kesetaraan dan keadilan sosial.

Secara harafiah, translasi artinya adalah "terjemahan", menurut

Gabriela Bosco ada dua bentuk translasi, (1) direc translation

dan (oblique translation). Teknik Direct Translation adalah

teknik Penerjemahan langsung digunakan ketika elemen struktural

dan konseptual dari bahasa sumber dapat dialihkan ke dalam bahasa

sasaran. Teknik penerjemahan langsung termasuk:(1) Peminjaman

(borrowing), (2)Teknik calque, (3) Literal Translation.

Peminjaman (borrowing) adalah mengambil kata-kata langsung dari

satu bahasa ke lain tanpa terjemahan. Banyak kata bahasa Inggris

yang "dipinjam" ke dalam bahasa lain, untuk perangkat lunak

misalnya dalam bidang teknologi dan funk dalam budaya. Bahasa

Inggris juga meminjam banyak kata dari bahasa lain, abbatoire,

kafe, passé dan resume dari Perancis, hamburger dan TK dari

Jerman, bandana, musk dan sugar dari bahasa Sansekerta dst.

Teknik Oblique Translation, Teknik Penerjemahan Oblique digunakan

ketika elemen struktural atau konseptual dari bahasa sumber tidak

dapat secara langsung diterjemahkan tanpa mengubah arti atau

mengganggu unsur-unsur tata bahasa dan gaya bahasa dari bahasa

target.Teknik penerjemahan Oblique meliputi: Transposisi,

Modulasi, Reformulasi atau Equivalence, Adaptasi, Kompensasi.

Keterangan lebih lanjut lih di Gabriela Bosco

http://www.interproinc.com/articles.asp?id=0303.

Dapat disimpulkan teknik translasi adalah bagian dari semiotika

bahasa yang dipakai untuk menterjemahkan /transfer kode tanda,

dari berbagai bahasa dan budaya untuk menentukan aktor dalam

jaringan.

Intermediary Intermediary merupakan sebuah layer, perantara, seorang perunding

yang bertindak sebagai penghubung antara pihak aktor atau

sekumpulan aktor , seseorang yang, atau hal yang akan menengahi;

antar inter-agent, atau perantara.

1. Awal Mula Teori Jaringan Aktor

Awal mula bagaimana timbulnya ide ANT ini dijelaskan oleh Maanen

(2009:84) dalam bukunya How To Study Art Worlds: On the Societal

Functioning, terbitan Amsterdam University Press. Berikutnya,

beberapa uraian di bawah ini adalah cuplikan tulisan Maanen yang

di maksud.

Menurut Maanen, (2009, ibid) secara umum, komentar kritis pada

teori medan Bourdieu (lihat mengenai Bourdieu) datang dari

sosiolog yang memiliki masalah dengan usahanya untuk mengungkap

'keobyektifan' hubungan dan mekanisme dalam bidang seni serta

pengembangkan teori yang didasarkan pada upaya ini. Heterodoksi

(aspek teoritis yang bertentangan) telah membela teori Gielen,

misalnya, kecenderungan memberikan posisi artistik yang

berlebihan dan penting bagi setiap kelembagaan seni, dengan

mengorbankan gagasan bahwa adanya aturan tertentu yang harus

ditaati secara umum adanya unsur-unsur lain yang berperan. [2]

Dalam pendekatannya kepada bidang tari dan seni visual di

Flanders (Belanda) dari perspektif teori sistem, Bourdieu jelas

sangat terinspirasi oleh karya/ tulisan Bruno Latour [3]dan

terutama oleh apa yang dia sebut The Glorious Entry of Nathalie

Heinich’ (Gielen 2003: 115). Kedua tulisan (Bourdieu dan Gielen )

itu menurut Maanen (2009) adalah Actor Network Theory (Teori

Jaringan Aktor) atau ANT, yaitu menarik garis tajam antara kaum

strukturalis dan sosiologi sesuai dengan praktik mereka sendiri,

yang disebut oleh Latour sebagai sosiologi asosiasi (versus

sosiologi sosial tradisional).

Pada halaman pertama dari Reassembling the Social (2005), Latour

menyatakan bahwa baik domain yang bisa disebut ‘social’

(kemasyarakatan), maupun entitas yang bisa disebut 'society'

(misal perkumpulan) dan yang seharusnya berfungsi sebagai konteks

untuk aktivitas manusia, itu harus diyakinkan benar-benar ada.

Sebaliknya, dalam sosiologi asosiasi, istilah 'sosial' menunjuk

'jenis hubungan diantara yang tidak sosial. Dalam pandangan ini

menurut Latour, sosiologi sosial menganggap dunia manusia juga

terbuat dari barang-barang sosial dan bekerja atas dasar struktur

sosial yang dapat menjelaskan aktivitas masyarakat.

Hal ini terutama penting bagi sosiolog - sering dipahami oleh

Latour, Heinich dan Gielen sebagai (pasca) sosiolog strukturalis

- yang berhutang dan membayar untuk pergeseran makna ini. Ketika

dihadapkan dengan situasi baru dan benda-benda baru, [sosiologi

kritis, atau HVM] [4], risikonya bahwa mereka hanya mengulangi

rajutan dari repertoar kecil sebuah terminologi yang sudah diakui

misalnya: kekuasaan, dominasi, eksploitasi, legitimasi,

fetishization, reifikasi. (...) Masalah sosiologi kritis adalah

bahwa hal itu tidak pernah bisa tidak berhasil menjadi benar. [5]

Kemudian, sudut pandang ini, sekarang sudah dekat dengan teori

Actor Network Theory (Teori Jaringan Aktor /ANT), yang menekankan

proses yang terus menerus dari perubahan dalam apa yang terjadi

di antara aktor: sebab menurutnya aktorlah yang membuat aktor-

aktor lain melakukan hal-hal, seperti bepergian dari satu titik

ke titik lain dalam jaringan yang lain, yang tidak bisa terjadi

tanpa perubahan sosial, adalah makna yang aneh dari re-asosiasi

dan pemasangan kembali sang aktor', yang berarti bahwa asosiasi,

koneksi dan hubungan yang bukan hanya akibat dari 'sosial',

tetapi dibentuk dan diperbaharui lagi dan lagi dalam sebuah

jaringan (tanpa perubahan sosial). Disinilah para pemikir ANT

berpendapat bahwa mereka berbeda secara mendasar dari sosiologi

konvensional.

Menurut Maanen (2009) Teori Jaringan Aktor dan Setelah tahun-

tahun (1999, 2004) tidak hanya menyajikan sejumlah diskusi baru

dan aplikasi dalam ANT, namun juga ditelaah langsung melalui

sumbangan pemikiran Bruno Latour dan John Law secara langsung.

Latour membahas apa yang dia sebut 'empat paku (pemaku)' yang dia

pakai untuk 'membuat kotak (peti) ANT', setiap unsur itu disebut

pendekatan: (1) aktor/ Actor, (2) jaringan (Network), (3) teori/

Theory (4) “Hypens” atau hubung antara aktor dan network. [6]

Menurut Latour pada awalnya (konsep ini) belum menjadi teori,

atau setidaknya belum pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah

teori. Kempat faktor ini, seperti yang kemudian kita lihat

berubah maknanya sesuai dengan pengembangan ilmu yang menggunakan

ANT sebagai titik awal pandangannya (lihat uraian selanjutnya)

Pada dasarnya, ANT lebih dapat dilihat sebagai salah satu gerakan

anti-esensialis, yang menurut Latour [7], tampaknya menandai

akhir abad ke-20. Seperti yang telah kita lihat sebelumnya dalam

teori seni, anti-esensialis ini sudah hadir pada titik sebelumnya

di abad ketika Moritz Weiss dan George Dickie merumuskan

pernyataan mereka pada kurangnya fitur intrinsik atau esensi dari

karya seni. Kemudian, postmodernisme menguatkan cara berpikir ini

dan disebarluaskan ke seluruh dunia teoritik.

Latour menghubungkan sifat non-teoritis ANT yang kuat dengan

salah satu latar belakang yang paling penting, yaitu

ethnomethodology, didasarkan pada wawasan bahwa 'aktor tahu apa

yang mereka lakukan dan kita harus belajar dari mereka bukan

hanya apa yang mereka lakukan, tapi bagaimana dan mengapa mereka

melakukan itu (Latour 2004: 19). Dia melihat ANT sebagai 'metode

untuk belajar dari aktor tanpa memaksakan pada mereka definisi

secara apriori' atas dunia mereka, dan dia mengkritik pretensi

ilmuwan sosial 'yang bertindak sebagai legislator'. Menurut

Latour 'Ikuti aktor' adalah sebuah slogan, dan karenanya harus

ada observasi, wawancara yang berfokus ke kelompok (jaringan

aktor?) dan analisis dokumen -- yang juga memainkan peran penting

dalam karya Heinich -- termasuk metode penelitian standar ANT.

Pendekatan ini tidak mencoba untuk menjelaskan perilaku sosial

dengan bantuan gagasan teoritis, tetapi mencoba untuk menemukan

bagaimana orang menggunakan prosedur dalam kegiatan sosial

(prosesnya bagaimana, prosedurnya bagaimana? Apa saja yang

terlibat), akibatnya elemen nonhuman juga terlibat dan ikut

“menjadi aktor”.

Oleh karena itu, praktik ANT menurut pendapat Latour itu,

'menyimpulkan interaksi melalui berbagai jenis perangkat seperti:

inskripsi, bentuk, formula dapat menjadi lokus, sangat lokal dan

sangat praktis, sangat kecil' (Latour, idem: 17). Hal ini dapat

mengejutkan, dengan cara, bagaimana formulasi ini dapat

menerapkan konsep Howard Becker tentang sebuah “lembaga” --

seperti yang dikritik oleh Bourdieu -- namun dipuji oleh Latour,

karena deskripsi nya tetap selalu tidak lengkap, terbuka berakhir

dan ragu-ragu (Latour 2005: 243).

Istilah kunci dalam praktik ANT adalah, tidak diragukan lagi,

'jaringan'. Kedua orang itu baik Latour dan Law mendiskusikan

gagasan ini lebih jauh lagi. Latour menunjukkan bahwa, istilah

ANT dan jaringan adalah istilah yang segar dan terbuka, yang

memberikan kesempatan untuk menghadapi konsep yang lebih baru,

dalam era teknologi baru, masyarakat baru yang digunakan di

institusi ataupun masyarakat.

Jika jaringan dianggap oleh orang lain sebagai struktur hubungan

antara pelaku (manusia), jaringan di ANT adalah struktur yang

terstruktur yang dibangun oleh peneliti sendiri --yang berubah

dan berkembang terus-menerus-- dan di mana pelaku bisa

'bepergian, berangkat lebih jauh' dengan memasukkan koneksi baru,

seperti kata-kata Pascal Gielen ' sebuah persimpangan dan titik

hubung satu sama lain' (2003:130).

Akibatnya, batas antara jaringan yang berbeda, seperti dari

bidang seni, pendidikan, politik atau ekonomi, jauh lebih terbuka

dibandingkan dalam pendekatan lainnya. Bidang ini memiliki rezim

mereka sendiri, tetapi justru dalam jalinan-jalinan, dan

sebuah/seorang aktor bisa diubah dengan memindahkannya dari satu

titik ke yang titik lain. 'Akibatnya, sebuah karya seni,

misalnya, adalah sesuatu yang bermuka banyak: dia dapat bermuka

ekonomis, politik, pedagogis dan sekaligus artistik dan bahan

organik, sesuai dengan terjemahan mereka dalam jaringan' (ibid.).

Ini juga berarti bahwa ketika pelaku masuk ke dalam koneksi baru,

mereka, pada prinsipnya, berubah:

'Aktor adalah akibat efek' jaringan, atau bahkan, seperti Callon,

Law dan Rip mengatakan, 'aktor adalah jaringan dan titik yang

baik di dalamnya. Itu akan muncul dan-- tidak mengherankan bahwa

susunan yang relatif kecil-- dari istilah yang digunakan dalam

studi Jaringan Aktor, termasuk sejumlah besar yang merujuk pada

gerakan dan perubahan dari: bacaan, terjemahan, transmutasi, dan

pusat penerjemahannya adalah inti dalam ANT.

Memahami Jaringan dan Terjemahannya Bagian jaringan dapat dipahami dalam dua cara:

1. Sebagai kegiatan yang akan melalui sebuah pusat penerjemahan

dari satu (tempat dalam) jaringan ke yang lain jaringan,

atau 

2. Sebagai pusat penerjemahan itu sendiri yang harus dilewati. 

Sedangkan Maanen (2009) lebih memilih gagasan pertama, Gielen

memilih untuk yang kedua: "Dalam ANT bagian ini juga disebut

terjemahan pusat '(2003: 131). Tapi Moser dan Law menggambarkan

sebuah bagian sebagai 'Gerakan di antara kekhususan' sedangkan

gerakan ini 'juga merupakan kekhususan dalam dirinya sendiri'

(2004: 200-201). 'Kekhususan' harus dipahami di sini sebagai set

tertentu dari hubungan antara bahan, aktor dan entitas lainnya,

seperti sekelas sekolah yang mengunjungi teater, ruang publik

persegi dari museum, pertemuan politik dan siarannya, atau karya

seni yang menjadi obyek ekonomi. Bagian dan akibat terjemahan

dapat terjadi dalam satu jaringan tertentu, misalnya ketika

seseorang ingin menikmati drama dan untuk alasan ini dia

mengunjungi teater.

Tapi sebuah pusat penerjemahan, juga dapat terletak di perbatasan

antara jaringan, misalnya ketika seorang direktur museum, bangga

dan setia kepada koleksinya sebagai kurator, harus menjual salah

satu karyanya dan menemukan dirinya dalam hubungan murni semata

ekonomi (berubah dari pelaku museum ke aktor ekonomi).

Dalam kedua kasus, para aktor berubah karena dua alasan. (1)

posisi baru dalam jaringan menghasilkan satu set hubungan baru di

mana fungsi seorang aktor, dan karenanya seorang aktor baru juga.

Atau karena seorang aktor dianggap sebagai hasil dari hubungan

dengan badan lain, seperti yang kita lihat di atas. (2)

terjemahan pusat, seperti pengaturan kelembagaan formal dan

informal teater, galeri, organisasi pendidikan atau debat

politik, meminta aktor lewat untuk beradaptasi dalam kaitannya

dengan pengaturan ini.

Terjemahan ini juga disebut transmutasi, karena pada prinsipnya

berasal dari perubahan aktor. Akibatnya, Gielen benar ketika ia

menunjukkan bahwa apa yang benar-benar penting dalam dunia seni

adalah pengorganisasian bagian-bagian di mana aktor (misalnya,

karya seni) dapat memainkan peran mereka sebagai mediator dan

menyadari nilai-nilai mereka (Gielen 2003: 194)

Penulis menulis terutama tentang tanda hubung antara aktor dan

jaringan. Dari awal Latour keberatan dengan tanda hubung

(hypens), karena akan mengingatkan sosiolog dari perdebatan

tentang struktur kelembagaan ini, dan menggiring mereka untuk

menempatkan ANT di dalam frame ini. ANT tidak mencoba untuk

mengambil posisi dalam perdebatan ini, juga tidak mencoba untuk

mengatasi kontradiksi antara agen dan struktur, dan hanya ingin

mengabaikannya. Untuk menjelaskan hal ini, Latour bergeser dari

kecenderungan sosiolog 'untuk memilih antara (1) struktur

(structure) dan (2) lembaga (institutional) untuk melihat

ketidakpuasan kecenderung dua jenis sosiolog ini.

Pertama, kebutuhan untuk penjelasan yang lebih abstrak ketimbang

fakta-fakta konkret, dan kedua, sebaliknya, kebutuhan untuk

memahami dunia pada tingkat yang lebih konkret daripada abstrak,

seperti budaya, struktur, nilai-nilai, dan sebagainya,

memungkinkan. Latour melihat ANT 'sebagai cara memperhatikan

kedua ketidakpuasan' itu (Latour 2004: 17), bukan untuk

mengatasinya, tetapi untuk memahami mereka.

'Mungkin', tulisnya, 'sosial memiliki properti aneh tidak terbuat

dari lembaga dan struktur sama sekali, melainkan adalah sebuah

entitas yang beredar' (ibid.). Dalam ANT tidak ada 'binatang

besar yang masuk akal dari interaksi lokal, tetapi hanya sebagai

interaksi melalui berbagai jenis perangkat, tulisan, bentuk dan

formula, menjadi sangat lokal, sangat praktis lokus, sangat kecil

'(ibid.), di mana seluruh elemen kecil sosial hadir, tanpa

struktur (struktur yang pasti).

Akhirnya, kita bisa kembali ke aktor itu sendiri, aktor adalah

sebuah titik dalam jaringan yang merupakan hasil pada saat

tertentu: 'Jika seorang aktor dalam jaringan-aktor, itu adalah

pertama-tama untuk digarisbawahi, bahwa aktor itu merupakan

sumber utama ketidakpastian tentang asal-usul sebuah tindakan

'(Latour 2005: 46), atau dengan kata lain:' aktor adalah apa yang

dibuat atau tindakan banyak orang '(ibid.). Di sisi lain, seorang

aktor hanya aktor jika mewakili dan yang memodifikasi suatu

keadaan, dengan kata lain jika ia meninggalkan jejak.

Apa pun yang membuat perbedaan dapat dipahami sebagai seorang

aktor: orang, organisasi, binatang dan benda-benda juga, asalkan

'mereka mungkin terkait sedemikian rupa sehingga mereka membuat

orang lain melakukan sesuatu hal' (idem: 107). Atas dasar ini,

Latour bahkan cenderung untuk mengatakan selamat tinggal pada

gagasan aktor (yang lama), (kecuali jaringan), tidak hanya karena

akan dengan mudah dipahami sebagai aktor manusia, tetapi terutama

karena istilah menunjukkan inisiatif atau titik awal saja.

2. Actor–Network -Theory (ANT) dan Fungsi

Seni

Pada pandangan pertama, ANT tidak menawarkan banyak kesempatan

untuk menemukan koneksi yang stabil antara bagaimana dunia seni

diatur, atau bagaimana fungsi seni dalam masyarakat. Dia hanya

menyimpulkan adanya interaksi, membuat perhitungan deskriptif,

menelusuri singularitas dan mengikuti aktor, semua tampaknya

hanya untuk memberikan berbagai data empiris - termasuk tentang

koneksi - tetapi pada saat yang sama kegiatan ini muncul untuk

menghalangi pola yang lebih umum atau dinamikanya. Menurut Maanen

(2009) hal itu tidak terlalu aneh, karena penulis ANT hanya

mencari senjata yang dapat digunakan untuk menyerang sosiologi

strukturalis, yang, menurut mereka, mengubah dunia agar terbalik

dengan menganalisa dari segi konsep kalibrasi (pengujian)

sosiologis.

Sebagai hasilnya, Maanen (2009) berpendapat bahwa pada halaman-

halaman awal teks ANT, pembaca sering dihadapkan pada karikatur

(pasca) sosiolog strukturalis. Seperti jika rekan mengklaim bahwa

apa yang terjadi di dunia seni sepenuhnya ditentukan oleh pasar

dan pergerakan ekonomi (yang terstruktur itu), atau bahwa

hubungan kekuasaan harus dianggap sebagai konsep sentral dalam

mempelajari seni. Karikatur ini berguna - dan bahkan mungkin

diperlukan - untuk mendapatkan perhatian untuk cara berpikir yang

baru di lapangan, tetapi pembaca yang telah melalui bagian ini

akan menemukan beberapa tempat di mana radikalisme ANT adalah

lemah dan bahkan dalam beberapa kasus mendekati musuhnya itu. Dua

aspek dari pekerjaan ini khususnya pembahasan di atas menunjukkan

pendekatan ini, atau setidaknya kesulitan dalam melarikan diri

dari itu. Pertama, ketika Nathalie Heinich membahas otonomi

artis, dan kedua, ketika ingin mengungkapkan gambaran tentangnya.

Menurut Maanen (2009) tidak ada yang lebih terbatas dibandingkan

dengan seniman dalam berkarya, karena jika ia mencoba untuk

menyeberangi perbatasan lapangan dan bekerja sesuai dengan aturan

sendiri, maka ia akan dikeluarkan. Berarti dia memang mencoba

untuk memperbaiki teori institusional Dickie dengan memberikan

kegiatan para seniman 'tempat di dalamnya - mengatakan bahwa

pengakuan kelembagaan adalah hasil dari manipulasi oleh seniman -

tapi dia juga menekankan bahwa manipulasi sesuai dengan aturan

yang sama sesuai dengan kategori dan klasifikasi karya seni

lembaga. Ingat contoh pemain catur, merasa dirinya benar-benar

bebas dalam pilihan gerakannya, tetapi sebenarnya sepenuhnya

terikat oleh aturan permainan. Nathalie Heinich menyebut

kebebasan seniman hanya kedok saja, yang oleh sosiolog disebut

'keyakinan ilusi', 'seseorang yang lebih siap untuk memahami

kendala kolektif yang mendasari kegiatan sosialisasinya'.

Menurut Maanen (2009) Teori Jaringan Aktor (ANT) menawarkan dua

konsep penting yang dapat membantu dalam memahami bagaimana

organisasi dunia seni, dalam tahap yang berbeda dari produksi,

distribusi dan penerimaan, terhubung dengan fungsi karya seni

dalam kehidupan manusia.

1. Yang pertama adalah gagasan bahwa aktor ANT (benda, orang,

hewan, organisasi) melakukan sesuatu atau, lebih baik,

membuat aktor lain melakukan hal-hal, sehingga mereka

mengubah keadaan. Apa yang mereka lakukan harus ditelusuri

oleh para peneliti. Heinich meringkas daftar aktor karya

seni yang bisa dilakukan, seperti orang yang bergerak,

mereka yang bicara dan menulis, atau yang mengubah kerangka

persepsi, adalah aspek penting tentang fungsi seni dalam

masyarakat. Teori ANT berguna untuk melihat organisasi dalam

dunia seni, seperti perusahaan, tempat, museum dan

departemen mereka, apa yang mereka lakukan sebagai

kontribusi, atau dalam hubungannya dengan, apa karya seni

lakukan dalam masyarakat. 

2. Konsep kedua yang sangat membantu adalah bahwa 'bagian'nya,

dengan alam yang mentransmutasikan nya. Aktor, yaitu sering

disebut orang, dapat dilihat kembali dalam koneksi lanskap

baru, ketika mereka melalui sebuah pusat penerjemahan: aktor

lain untuk berhubungan dengannya, benar-benar menjadi aktor

lain, serta dipaksa oleh sifat dari pusat penerjemahan itu

sendiri - gereja, sebuah teater tempat, pusat komunitas,

alun-alun publik, sekolah, stadion, taman, trem, pusat

pertemuan, kantor, museum, studio, ruang konser - untuk

membuat koneksi yang memadai dengan aktor-aktor lain ( karya

seni, orang-orang di sekitarnya dan pusat penerjemahan itu

sendiri). Ini akan menjadi jelas bahwa gambaran apa yang

terjadi dengan kelompok-kelompok orang yang berbeda ketika

mereka pergi melalui berbagai jenis bagian dunia seni yang

disediakan, juga di pusat pertanyaan tentang bagaimana seni

dibuat untuk berfungsi dalam masyarakat. Sebaliknya, konsep

yang menantang dunia seni adalah untuk berpikir tentang

bagaimana terjemahannya “fungsi pusat”, dan mungkin bisa

ditata ulang untuk menghasilkan efek lain atau tambahan. 

Teori jaringan aktor atau Actor-Network Theory yang lebih dikenal

dengan ANT merupakan analisis dari serangkaian “susunan” yang

menggambarkan bagaimana kemajuan sebuah jaringan -- di mana

antara manusia dan non-manusia -- diidentifikasi (diakui) sebagai

aktor (pelaku) sesuai dengan strategi yang berlaku pada sebuah

interaksi (dalam jaringan). Identitas dan kualitas aktor/pelaku

ditetapkan selama negosiasi diantara wakil manusia dan non-

manusia/non-human. Dalam perspektif ini, representasi (gambaran)

aktor dipahami dalam dimensi politik (kekuasaan) sebagai proses

pendelegasian.

Yang paling penting dalam negosiasi, adalah penafsiran tentang

interaksi multi-aset di mana aktor/pelaku “umum” membangun sebuah

definisi dan makna. Mendefinisikan representativities

(keterwakilan), dan kooptasi (pemilihan anggota) satu sama lain

(human dan non human) dalam mengejar tujuan individual dan

kolektif. Dalam teori jaringan aktor ini, baik aktor dan berbagi

adegan dalam rekonstruksi interaksi jaringan selalu mengarah pada

pemantapan sistem. Namun perbedaan penting antara mereka adalah

bahwa hanya aktor/pelaku yang mampu menetapkan bagaimana sebuah

posisi (anggota) yang beredar dalam sistem.Teori jaringan aktor

dapat dilihat sebagai cara yang sistematis untuk menciptakan

infrastruktur yang biasanya berada di luar bidang sain dan

teknologi.

Gambar: 2 Implementasi teori jaringan aktor sederhana untuk

melihat aktor mana yang berinteraksi tidak sesuai dengan

perencanaan inisiatornya yaitu Pemkot Bandung,  Masih melihat

dalam struktur kelembagaan sumber:

http://dc352.4shared.com/doc/i41coxdR/preview_html_m1258c6b2.png

Penutup

Uraian di atas adalah bagian dari kajian Sosiologi Seni yang

relatif baru dikenal di Indonesia, terutama untuk dipakai sebagai

alat penelitian di bidang seni dan budaya, hal ini dapat dipahami

karena kajian sosiologi seni secara internasionalpun masih

relatif baru, misalnya kalau tidak salah seminar internasional

tentang sosiologi seni yang pertama diadakan di Spanyol, baru

tahun 2005.

Komitmen teoretis ANT dalam penataan sosial, yakni komitmen untuk

bersandar pada prinsip kemitraan, konsultasi, dan proses

pengambilan keputusan yang bersifat partisipatif dan bukan

akumulasi kekuasaan dan kelembagaan. Itulah sebabnya mengapa ANT

relevan sebagai dasar teoretis maupun kerangka analitis bagi tata

kelola (governance) dan teknologi.

ANT umumnya memakai Principle of generated symmetry, dimana

manusia dan non manusia digabungkan dalam sebuah framework

konseptual yang sama. Kedua aktor manusia dan non-manusia dapat

direferensi sebagai ‘actant’. Aktan (actant, yaitu istilah yang

dipakai untuk aktor yang dapat mengatur aktor lain, misalnya

dalam jaringan Akademik, dosen dan mahasiswa adalah aktan), yang

membentuk suatu jaringan yang terhubung satu dengan yang lainnya.

Actor Network Theory menjelaskan kaitan antara artefak dan

konteks sosial, termasuk proses penyesuaian antara karakteristik

teknologi dan kemauan manusia. Dengan teori ini, maka semua

aktor, baik dari pihak artefak maupun dari pihak pemanfaat atau

pengguna, masuk dalam hitungan.

Latour menyatakan dalam Actor-Network-Theory bahwa kehidupan

sosial ibarat tubuh dan manusia sebagai sel jaringan yang

membentuk tubuh itu sendiri. Menurut Latour, tidak ada

pengetahuan dunia yang begitu saja terjadi. Pengetahuan ada

karena “dibangun” melalui bahasa dan semua tanda-tanda bebas yang

kemudian disepakati bersama.

Latour berpendapat bahwa ada yang dianggap hilang dari teori-

teori sosial sebelumnya, yaitu elemen nonmanusia (nonhumans).

Oleh sebab itu, dibutuhkan pendefinisian ulang mengenai apa itu

”masyarakat” (sosial). Dalam hal ini, masyarakat merupakan suatu

kolektivitas yang terdiri dari dua elemen. Elemen manusia

(entitas sosial) dan elemen nonmanusia (entitas teknis). ANT

memandang masyarakat sebagai asosiasi-asosiasi heterogen yang

terdiri dari elemen-elemen yang tidak stabil, yang saling

memengaruhi, dan yang mencoba mendefinisikan ulang secara terus-

menerus.

Catatan Kaki

[1] Kontrofersi dan profokasi karena gerakan ANT membuat Bruno Latour

menegaskan ada empat kata yang dapat dikelirukan penafsirannya dalam ANT, kata

Actor, Network, Theory dan Hypen. Dia kemudian berceramah untuk meredefinisi

term-term itu dan untuk menempatkannya pada diskursus yang dia bantu untuk

ciptakan sendiri.

[2] Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, Bourdieu secara khusus telah

menyatakan bagaimana, dalam pandangannya tentang struktur harapan (illusio,

orthoand heterodoksi, nomos, dll) dan peran (posisi, pendudukan posisi,

habitus, dll) serta fungsi.

[3] Meskipun studinya praktek ilmiah berada di satu waktu

yang berkaitan dengan konstruksionis sosial, pendekatan filsafat

ilmu, Latour telah menyimpang secara signifikan dari pendekatan

tersebut. Latour terkenal karena menarik diri dari divisi

subjektif / obyektif dan mengembangkan pendekatan untuk bekerja

dalam praktek . Seiring dengan Michel Callon dan John Law, Latour

adalah salah satu pengembang utama dari aktor-teori jaringan

(ANT),. pendekatan konstruksionisnya dipengaruhi oleh

ethnomethodology dari Harold Garfinkel, semiotika generatif

Greimas, dan (baru-baru ini) sosiologi saingan Durkheim Gabriel

Tarde. Monograf Nya membuatnya mendapatkan tempat 10 di antara

yang paling-dikutip penulis buku di humaniora dan ilmu sosial

sejak tahun 2007.[4] HVM adalah Hierarchical Value Map: Sebuah HVM direpresentasikan oleh

total kumpulan ladder yang membentuk beberapa rantai (chains) di dalam sebuah

peta. Tujuan dalam membuat sebuah HVM adalah untuk menghubungkan semua rantai

yang memiliki arti di dalam sebuah peta. Setelah penyusunan selesai dilakukan,

dapat diperhatikan jumlah hubungan langsung dan tidak langsung dari elemen –

elemen untuk menentukan orientasi persepsi dominan

[5]   Actor–network theory (Aktor-teori jaringan), sering

disingkat sebagai ANT, adalah pendekatan berbasis agen (agent-

based approach) untuk teori sosial dan penelitiannya, yang

berasal dari bidang studi ilmu, yang memperlakukan benda sebagai

bagian dari jaringan sosial. Meskipun terkenal karena penekanan

yang kontroversial di lembaga non-humans, ANT juga berkaitan

dengan kritik konvensional yang kuat dan sebagai sosiologi

kritis. Dikembangkan oleh penelitian ilmu pengetahuan dan

teknologi sarjana Michel Callon dan Bruno Latour, sosiolog John

Law, dan lain-lain, dapat lebih teknis digambarkan sebagai metode

"semiotik-materi" ("material-semiotic"). Ini berarti bahwa dia

memetakan hubungan yang simultan antara materi (antara hal-hal)

dan semiotika (antara konsep-konsep). Ini mengasumsikan bahwa

banyak hubungan yang baik material dan semiotik. Secara umum, ANT

adalah pendekatan kelompok konstruktivis , yang dalam hal itu

menghindari penjelasan esensialis peristiwa atau inovasi

(misalnya menjelaskan teori sukses dengan mengatakan itu adalah

"benar" dan yang lain adalah "palsu"). Namun, dibedakan dari STS

lain dan teori jaringan sosiologis (sociological network theory)

untuk membedakannya dari pendekatan semiotik-materi

[6] Dalam karyanya Reassembling the Social (2005) Latour

meminta maaf karena memakai istilah ANT, daripada orang (bidang

sosial konvensional) terus mengkritik istilah Actor Network

Theory yang dikemukakannya. Sekarang justru ia melihat akronim

ini netral, dan terbuka untuk koneksi apapun.

[7] Bagi Anti-Esensialisme, tidak ada kebenaran, subyek,

ataupun identitas yang berada di luar bahasa. Dalam pandangan

ini, kategori—sebagai konstruksi diskursif—mengubah maknanya

sesuai waktu, tempat dan penggunaannya. Sebagai contoh, karena

tidak mengacu pada esensi, identitas dianggap bukan sebagai

sesuatu yang universal, melainkan deskripsi-deskripsi dalam

bahasa. Bahasa dipandang tidak memiliki acuan tetap, dan karena

itu tidak mungkin bisa merepresentasi identitas atau kebenaran-

kebenaran yang tetap. Dengan demikian, identitas kulit hitam

bukan sesuatu yang tetap dan universal, melainkan deskripsi-

deskripsi (Barker, 2005: 27). Pada dasarnya, Anti-Esensialisme

tidak melarang kita bicara tentang kebenaran identitas. Hanya

saja, Anti-Esensialisme memandang bahwa kebenaran atau identitas

bukanlah sesuatu yang universal, yang berasal dari alam,

melainkan hasil produksi budaya dalam waktu dan tempat tertentu.

Subyek yang berbicara selalu tergantung pada posisi-posisi

diskursif yang lebih dulu ada. Kebenaran bukan sesuatu yang

ditemukan, melainkan diciptakan, dan identitas adalah konstruksi

diskursif. Jika Esensialisme memberikan kepastian ilmiah, maka

Anti-Esensialisme menawarkan ironi, yaitu suatu kesadaran akan

sifat tidak tetap dan terkonstruksi dari keyakinan dan pemahaman-

pemahaman kita yang tidak memiliki landasan universal.