Pendahuluan Teori Jaringan Aktor adalah pendekatan interdisipliner pada studi ilmu-ilmu sosial dan
studi teknologi. Actor-Network-Theory atau sering disingkat ANT yang digagas oleh
Latour, sebenarnya (sampai sekarang) telah berevolusi sangat jauh dan berkembang,
ANT di pakai oleh berbagai bidang pengetahuan, termasuk bidang seni dan teknologi.
Menurut Latour pada awalnya (konsep ini) belum menjadi teori, atau setidaknya belum
pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah teori. Menurut penulis, dengan
memahami teori ini dan atau menggunakan teori ini, kita akan mengetahui kenapa
seni tertentu dapat berkembang dan jenis seni lainnya mati dalam suatu masyarakat.
Kita juga akan mengetahui (melalui penelitian) bahwa ada lembaga-lembaga seni
seperti sekolah seni, perguruan tinggi seni, Taman Budaya, Museum, hanya sekedar
nama, dan tidak berfungsi dalam sebuah jaringan yang akan menunjang hidupnya
seni, seniman dan karyanya, dan sekaligus menghidupkan seni budaya dalam
masyarakat. Salah satu tokoh penulis dan kurator Indonesia, Jim Supangkat melihat
sisi aktor sejarah dan penulisan seni, dan menyatakan seni rupa Indonesia itu "tak
bunyi" tidak dikenal, karena ketiadaan "infrastruktur" seni. R. Gilang Cempaka dari
Universitas Paramadina, pernah meneliti seni dari segi ekonomi (market) melihat
bahwa aktor itu adalah seniman, institusi seni, yaitu galeri, art dealers, kurator,
kritikus, dan publik seni atau audiens. Yang keseluruhannya itu disebutnya sebagai Art
word (Dunia Seni) dalam konteks teori medan sosial seni Howard Becker). Dan secara
samar dia menyatakan bahwa perkembangan seni sekarang ini lebih dipengaruhi oleh
pasar, dan jaringan pasar .Menurut teori ANT seni itu hidup dalam sebuah jaringan,
dan hal ini juga akan menjawab pertanyaan, 'kenapa seorang seniman atau desainer
itu miskin? Karena dia tidak berada dalam sebuah jaringan, atau bolehjadi dia ada
dalam jaringan tetapi tertindas oleh aktor lain yang berfungsi sebagai aktan. Yang
menarik adalah teori ini berlawanan dengan teori sosial konvensional, dan anehnya
lagi teori ini telah berkembang sangat jauh dan dipakai untuk memahami jaringan
media, dan juga internet.
Bruno Latour, lahir 22 Juni 1947, adalah seorang
ilmuwan sosiologi dan antropologi Perancis, teorinya ini
berpengaruh besar ke bidang Studi Sains dan Teknologi (STS/
Saince & Technology Study) Setelah mengajar di. École des Mines
de Paris (Centre de sociologie de l'Inovasi) 1982-2006, dia
sekarang Profesor Ilmu Po di Paris (2006), di mana ia adalah
direktur ilmiah dari Ilmu Po Medialab. Ia terkenal karena bukunya
We Have Never Been Modern (1991; English translation, 1993),
Laboratory Life (dengan Steve Woolgar, 1979) dan Science in
Action (1987). (sumber foto: http://actu.epfl.ch/news/bruno-
latour-2/)
Maanen (2009), dalam penelitiannya dan bukunya menulis sebuah bab
yang berjudul: From Theory to the Methodology of Singularity Bruno Latour
and Nathalie Heinich (yang dapat diterjemahkan sebagai dari Teori
ke Metode “Tunggal (Ganjil) ” dari Bruno Latour dan Nathalie
Heinich. Hal ini dapat dimengerti sebab pengertian sosial dalam
ANT itu aneh, karena memasukkan nonmanusia sebagai bagian dari
“sosial”. Namun, dalam tulisan ini penulis ingin membahas
mengenai ANT dari sisi Bruno Latour saja, dan tidak akan
membahas tulisan Nathalie Heinich. Setelah gagasan ini muncul,
Latour kemudian mengembangkan ANT dalam upaya untuk memahami
proses inovasi dan penciptaan-pengetahuan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi, terutama pada pekerjaan di STS (Studi Sains dan
Teknologi ).Sekitar tahun 1990 dan seterusnya, ANT mulai menjadi
populer sebagai alat analisis dalam berbagai bidang di luar STS
(Science & Technology & Study) dikembangkan oleh penulis dalam
berbagai bidang, misalnya analisis organisasi, informatika, studi
kesehatan, geografi, sosiologi, antropologi, studi feminis dan
ekonomi, dan sebagainya. Jadi kalau kita mempelajari ANT menurut
bidang ilmu tertentu dapat salah tafsir --walaupun tidak banyak
perbedaannya dengan teori awal ANT -- sebab ANT telah
dikembangkan menurut versi kelompok bidang ilmu masing-masing
(Pasca ANT).
Menurut Wikipedia (2013) ANT pada STS (Studi Sains dan
Teknologi ), muncul sejak 1980-an, merupakan salah satu hasil
pengembangan ANT yang dirintis sejak dasawarsa 1960-an. Teori ini
awalnya digagas dan dikembangkan oleh Bruno Latour, Michel
Callon, dan John Law. Para penggagas ANT berpendirian bahwa
masyarakat itu bukan hanya sekadar berisi unsur-unsur individu
manusia serta norma yang mengatur kehidupan mereka, tetapi lebih
dari itu dia bergerak dalam sebuah “jaringan”. Teori Jaringan-
Aktor atau Actor-Network-Theory atau sering disingkat ANT
berpendapat bahwa sebuah penemuan ilmiah tidak berasal dari satu
orang tertutup saja. Namun demikian sebuah teori ilmiah berasal
dari jaringan-jaringan baik suatu subjek (manusia) maupun objek
mati (non-manusia).
Umumnya ANT mengembangkan konsep mengenai jaringan, aktor,
translasi, dan intermediari. Penjelasannya adalah sebagai
berikut. Konsep jaringan tidak hanya berfokus pada relasi sosial
aktor manusia, tetapi mencakup aktor-aktor nonmanusia--yaitu
sebuah jaringan heterogen (beragam). Aktor didefinisikan sebagai
sesuatu yang ikut beraksi, yang bukan hanya manusia, melainkan
juga merupakan obyek teknis. Translasi berarti penjajakan dan
penyesuaian aksi-aksi yang berlangsung antara aktor-aktor sampai
tercapai suatu relasi yang stabil sehingga obyek teknis dapat
terus berfungsi. Sedangkan intermediari adalah aktor yang
”bersirkulasi” di antara aktor-aktor dan yang memelihara relasi
di antara mereka.
Aktor
Aktor adalah pelaku, yang menjadi pertanyaan berapa banyak pelaku
dalam melaksanakan sebuah aksi. Sebagai contoh dari ANT ini,
misalnya Newton sebagai salah satu aktor tidak benar-benar
bertindak sendiri dalam menciptakan teori gravitasi, sebab ia
membutuhkan aktor lain yang (data pengamatan dari beberapa
temannya), Astronomer Royal dan John Flamsteed, sebagai pelaku
ilmu astronomi, membutuhkan aktor lain (dukungan publikasi dari
Royal Society dan anggotanya), Edmund Halley, membutuhkan
geometri Euclid, astronomi dari Kepler, Galileo bukan itu saja
ada aktor lain seperti ilmu mekanika, ruangan, laboratorium,
makanan. Trinity College, seorang asisten untuk bekerja di
laboratorium, ide mistik (yang akan disanggah), dan lebih banyak.
Jaringan Aktor/pelaku
Jaringan (network) adalah jejala, atau yang terangkai atau
terhubung. Sebagai illustrasi ketika berbisnis, menyetir mobil,
atau menulis dokumen, kita menggunakan kata prosesor (alat untuk
memproses data yang masuk), ada banyak hal yang mempengaruhi saat
beraksi. Misalnya, ketika mengendarai mobil, kita dipengaruhi
(diproses) oleh peraturan lalu lintas, diproses pengalaman
menyetir dan kemampuan manuver mobil. Kata prosesor = pelaku yang
memproses berdasar pengalaman sebelumnya. Semua faktor ini
terhubung (terjaring) yang menyebabkan bagaimana kita bertindak.
Kita tidak akan melakukan bisnis dalam keadaan kosong (tanpa
petunjuk) tetapi di bawah pengaruh berbagai faktor, semua faktor-
faktor yang mempengaruhi harus dipertimbangkan bersama-sama, yang
disebut dengan “Jaringan aktor”. Atau sebaliknya semua tindakan
yang terhubung bersama-sama, segala faktor-faktor yang
mempengaruhi, terhubung, akan menghasilkan jaringan.
Jaringan aktor terdiri dari jaringan bersama-sama baik elemen
teknis dan non-teknis. Sesuai dengan contoh di atas, tidak hanya
kapasitas mesin mobil, tetapi juga pelatihan mengemudi mobil,
oleh kaena itu ANT berbicara tentang sifat heterogenitas jaringan
aktor.
Aktan = Aktor Pengendali
Dalam teori jaringan (ANT) telah mengembangkan suatu kosa kata
yang tidak mengambil perbedaan antara subyek dan obyek, subjektif
dan objektif, ke dalam pertimbangan sebagai aktor. Aktor mungkin
terdaftar sebagai sekutu untuk memberi kekuatan untuk suatu
posisi. Sebuah aktor ada yang berdaya dan ada yang tidak berdaya
dalam mengendalikan sistem jaringan. Dalam teori ini disebutkan
terdapat aktor dan jaringan. Aktor adalah semua elemen yang
terhubung dalam sistem yang nantinya akan membentuk jaringan
secara alamiah. Aktor yang mampu mengontrol aktor lain disebut
sebagai aktan. Aktan memiliki kemampuan untuk bergerak masuk dan
keluar suatu jaringan berdasarkan kemauan dan kepentingannya.
Saat aktan memasuki suatu jaringan, maka jaringan tersebut akan
memberi nama atau julukan, aktifitas, perhatian, serta peranan
dalam jaringan tersebut. Dengan kata lain, aktan inilah elemen
utama dan menjadi penggerak dalam jaringan.
Sebagai ilustrasi, kita dapat mengambil contoh sistem akademik,
yang disebut aktor adalah mahasiswa, dosen, mata kuliah, IP,
ruang kelas, dan lain sebagainya. Dan yang disebut sebagai aktan
adalah mahasiswa dan dosen yang dapat mengendalikan aktor lain
seperti mahasiswa mampu mengendalikan mata kuliah yang akan
diambil atau dosen yang mampu mengendalikan IP mahasiswanya dan
lain-lain. Setiap aktan akan memiliki nama atau julukan seperti
“dosen pemrograman”, aktifitas “mengajar”, perhatian “evaluasi”,
serta peranan “mencerdaskan mahasiswa”.
ANT tidak menjelaskan kenapa ada Jaringan tetapi lebih tertarik
pada infrastukturnya, bagaimana dia terbentuk dan rusak dan lain
sebagainya. ANT memakai Principle of Generated Symmetry, dimana
manusia dan non-manusia digabungkan dalam sebuah framework
konseptual yang sama. Dalam hal ini manusia dan non-manusia
sering keduanya dapat bertindak sebagai ‘actant’ (aktan).
Disinilah kemudian Bruno Latour menyebutkan perlunya memahami
asal-muasal sebuah realita. Latour Bruno menjelaskan adanya actor
atau subyek yang memulai untuk membuat sebuah realita. Kemudian,
karena aktor ini memiliki hubungan sosial dalam kehidupan sosial,
maka pemahaman si aktor terhadap realita sosial menjadi pemahaman
bersama di dalam kehidupan sosial. Aktor atau subyek berfungsi
dalam jaringan terdistribusi lebih besar dari interaksi timbal
balik dan umpan balik. Pemahaman si actor terhadap realita sosial
menjadi sumber referensi bagi individu lain dalam suatu kehidupan
sosial. Pemahaman itu kemudian menyebar melalui proses interaksi
sosial antara actor dengan individu lain. Hubungan harus berulang
kali “dilakukan” atau jaringan akan larut. Hubungan sosial
diproses dan harus dilakukan terus menerus.[1]
Translasi
ANT mempostulasikan bahwa di antara manusia dan obyek teknologi
berlangsung dua proses. Di satu sisi adalah proses translasi
dalam bentuk desain dan konstruksi. Sementara di sisi lain adalah
pembelajaran melalui pembuatan dan penggunaan. Melalui desain,
konstruksi, dan pembelajaran tersebut, obyek teknologi berubah
dan manusia pun berubah. Melalui proses pembelajaran itulah
nilai-nilai kemanusiaan diterapkan di ranah teknologi. Teknologi
ditata kelola sedemikian rupa agar tidak mengukuhkan relasi-
relasi sosial yang otoriter maupun hierarkis. Tidak cukup hanya
itu, sebaiknya pula teknologi selaras dengan prinsip-prinsip
kesetaraan dan keadilan sosial.
Secara harafiah, translasi artinya adalah "terjemahan", menurut
Gabriela Bosco ada dua bentuk translasi, (1) direc translation
dan (oblique translation). Teknik Direct Translation adalah
teknik Penerjemahan langsung digunakan ketika elemen struktural
dan konseptual dari bahasa sumber dapat dialihkan ke dalam bahasa
sasaran. Teknik penerjemahan langsung termasuk:(1) Peminjaman
(borrowing), (2)Teknik calque, (3) Literal Translation.
Peminjaman (borrowing) adalah mengambil kata-kata langsung dari
satu bahasa ke lain tanpa terjemahan. Banyak kata bahasa Inggris
yang "dipinjam" ke dalam bahasa lain, untuk perangkat lunak
misalnya dalam bidang teknologi dan funk dalam budaya. Bahasa
Inggris juga meminjam banyak kata dari bahasa lain, abbatoire,
kafe, passé dan resume dari Perancis, hamburger dan TK dari
Jerman, bandana, musk dan sugar dari bahasa Sansekerta dst.
Teknik Oblique Translation, Teknik Penerjemahan Oblique digunakan
ketika elemen struktural atau konseptual dari bahasa sumber tidak
dapat secara langsung diterjemahkan tanpa mengubah arti atau
mengganggu unsur-unsur tata bahasa dan gaya bahasa dari bahasa
target.Teknik penerjemahan Oblique meliputi: Transposisi,
Modulasi, Reformulasi atau Equivalence, Adaptasi, Kompensasi.
Keterangan lebih lanjut lih di Gabriela Bosco
http://www.interproinc.com/articles.asp?id=0303.
Dapat disimpulkan teknik translasi adalah bagian dari semiotika
bahasa yang dipakai untuk menterjemahkan /transfer kode tanda,
dari berbagai bahasa dan budaya untuk menentukan aktor dalam
jaringan.
Intermediary Intermediary merupakan sebuah layer, perantara, seorang perunding
yang bertindak sebagai penghubung antara pihak aktor atau
sekumpulan aktor , seseorang yang, atau hal yang akan menengahi;
antar inter-agent, atau perantara.
1. Awal Mula Teori Jaringan Aktor
Awal mula bagaimana timbulnya ide ANT ini dijelaskan oleh Maanen
(2009:84) dalam bukunya How To Study Art Worlds: On the Societal
Functioning, terbitan Amsterdam University Press. Berikutnya,
beberapa uraian di bawah ini adalah cuplikan tulisan Maanen yang
di maksud.
Menurut Maanen, (2009, ibid) secara umum, komentar kritis pada
teori medan Bourdieu (lihat mengenai Bourdieu) datang dari
sosiolog yang memiliki masalah dengan usahanya untuk mengungkap
'keobyektifan' hubungan dan mekanisme dalam bidang seni serta
pengembangkan teori yang didasarkan pada upaya ini. Heterodoksi
(aspek teoritis yang bertentangan) telah membela teori Gielen,
misalnya, kecenderungan memberikan posisi artistik yang
berlebihan dan penting bagi setiap kelembagaan seni, dengan
mengorbankan gagasan bahwa adanya aturan tertentu yang harus
ditaati secara umum adanya unsur-unsur lain yang berperan. [2]
Dalam pendekatannya kepada bidang tari dan seni visual di
Flanders (Belanda) dari perspektif teori sistem, Bourdieu jelas
sangat terinspirasi oleh karya/ tulisan Bruno Latour [3]dan
terutama oleh apa yang dia sebut The Glorious Entry of Nathalie
Heinich’ (Gielen 2003: 115). Kedua tulisan (Bourdieu dan Gielen )
itu menurut Maanen (2009) adalah Actor Network Theory (Teori
Jaringan Aktor) atau ANT, yaitu menarik garis tajam antara kaum
strukturalis dan sosiologi sesuai dengan praktik mereka sendiri,
yang disebut oleh Latour sebagai sosiologi asosiasi (versus
sosiologi sosial tradisional).
Pada halaman pertama dari Reassembling the Social (2005), Latour
menyatakan bahwa baik domain yang bisa disebut ‘social’
(kemasyarakatan), maupun entitas yang bisa disebut 'society'
(misal perkumpulan) dan yang seharusnya berfungsi sebagai konteks
untuk aktivitas manusia, itu harus diyakinkan benar-benar ada.
Sebaliknya, dalam sosiologi asosiasi, istilah 'sosial' menunjuk
'jenis hubungan diantara yang tidak sosial. Dalam pandangan ini
menurut Latour, sosiologi sosial menganggap dunia manusia juga
terbuat dari barang-barang sosial dan bekerja atas dasar struktur
sosial yang dapat menjelaskan aktivitas masyarakat.
Hal ini terutama penting bagi sosiolog - sering dipahami oleh
Latour, Heinich dan Gielen sebagai (pasca) sosiolog strukturalis
- yang berhutang dan membayar untuk pergeseran makna ini. Ketika
dihadapkan dengan situasi baru dan benda-benda baru, [sosiologi
kritis, atau HVM] [4], risikonya bahwa mereka hanya mengulangi
rajutan dari repertoar kecil sebuah terminologi yang sudah diakui
misalnya: kekuasaan, dominasi, eksploitasi, legitimasi,
fetishization, reifikasi. (...) Masalah sosiologi kritis adalah
bahwa hal itu tidak pernah bisa tidak berhasil menjadi benar. [5]
Kemudian, sudut pandang ini, sekarang sudah dekat dengan teori
Actor Network Theory (Teori Jaringan Aktor /ANT), yang menekankan
proses yang terus menerus dari perubahan dalam apa yang terjadi
di antara aktor: sebab menurutnya aktorlah yang membuat aktor-
aktor lain melakukan hal-hal, seperti bepergian dari satu titik
ke titik lain dalam jaringan yang lain, yang tidak bisa terjadi
tanpa perubahan sosial, adalah makna yang aneh dari re-asosiasi
dan pemasangan kembali sang aktor', yang berarti bahwa asosiasi,
koneksi dan hubungan yang bukan hanya akibat dari 'sosial',
tetapi dibentuk dan diperbaharui lagi dan lagi dalam sebuah
jaringan (tanpa perubahan sosial). Disinilah para pemikir ANT
berpendapat bahwa mereka berbeda secara mendasar dari sosiologi
konvensional.
Menurut Maanen (2009) Teori Jaringan Aktor dan Setelah tahun-
tahun (1999, 2004) tidak hanya menyajikan sejumlah diskusi baru
dan aplikasi dalam ANT, namun juga ditelaah langsung melalui
sumbangan pemikiran Bruno Latour dan John Law secara langsung.
Latour membahas apa yang dia sebut 'empat paku (pemaku)' yang dia
pakai untuk 'membuat kotak (peti) ANT', setiap unsur itu disebut
pendekatan: (1) aktor/ Actor, (2) jaringan (Network), (3) teori/
Theory (4) “Hypens” atau hubung antara aktor dan network. [6]
Menurut Latour pada awalnya (konsep ini) belum menjadi teori,
atau setidaknya belum pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah
teori. Kempat faktor ini, seperti yang kemudian kita lihat
berubah maknanya sesuai dengan pengembangan ilmu yang menggunakan
ANT sebagai titik awal pandangannya (lihat uraian selanjutnya)
Pada dasarnya, ANT lebih dapat dilihat sebagai salah satu gerakan
anti-esensialis, yang menurut Latour [7], tampaknya menandai
akhir abad ke-20. Seperti yang telah kita lihat sebelumnya dalam
teori seni, anti-esensialis ini sudah hadir pada titik sebelumnya
di abad ketika Moritz Weiss dan George Dickie merumuskan
pernyataan mereka pada kurangnya fitur intrinsik atau esensi dari
karya seni. Kemudian, postmodernisme menguatkan cara berpikir ini
dan disebarluaskan ke seluruh dunia teoritik.
Latour menghubungkan sifat non-teoritis ANT yang kuat dengan
salah satu latar belakang yang paling penting, yaitu
ethnomethodology, didasarkan pada wawasan bahwa 'aktor tahu apa
yang mereka lakukan dan kita harus belajar dari mereka bukan
hanya apa yang mereka lakukan, tapi bagaimana dan mengapa mereka
melakukan itu (Latour 2004: 19). Dia melihat ANT sebagai 'metode
untuk belajar dari aktor tanpa memaksakan pada mereka definisi
secara apriori' atas dunia mereka, dan dia mengkritik pretensi
ilmuwan sosial 'yang bertindak sebagai legislator'. Menurut
Latour 'Ikuti aktor' adalah sebuah slogan, dan karenanya harus
ada observasi, wawancara yang berfokus ke kelompok (jaringan
aktor?) dan analisis dokumen -- yang juga memainkan peran penting
dalam karya Heinich -- termasuk metode penelitian standar ANT.
Pendekatan ini tidak mencoba untuk menjelaskan perilaku sosial
dengan bantuan gagasan teoritis, tetapi mencoba untuk menemukan
bagaimana orang menggunakan prosedur dalam kegiatan sosial
(prosesnya bagaimana, prosedurnya bagaimana? Apa saja yang
terlibat), akibatnya elemen nonhuman juga terlibat dan ikut
“menjadi aktor”.
Oleh karena itu, praktik ANT menurut pendapat Latour itu,
'menyimpulkan interaksi melalui berbagai jenis perangkat seperti:
inskripsi, bentuk, formula dapat menjadi lokus, sangat lokal dan
sangat praktis, sangat kecil' (Latour, idem: 17). Hal ini dapat
mengejutkan, dengan cara, bagaimana formulasi ini dapat
menerapkan konsep Howard Becker tentang sebuah “lembaga” --
seperti yang dikritik oleh Bourdieu -- namun dipuji oleh Latour,
karena deskripsi nya tetap selalu tidak lengkap, terbuka berakhir
dan ragu-ragu (Latour 2005: 243).
Istilah kunci dalam praktik ANT adalah, tidak diragukan lagi,
'jaringan'. Kedua orang itu baik Latour dan Law mendiskusikan
gagasan ini lebih jauh lagi. Latour menunjukkan bahwa, istilah
ANT dan jaringan adalah istilah yang segar dan terbuka, yang
memberikan kesempatan untuk menghadapi konsep yang lebih baru,
dalam era teknologi baru, masyarakat baru yang digunakan di
institusi ataupun masyarakat.
Jika jaringan dianggap oleh orang lain sebagai struktur hubungan
antara pelaku (manusia), jaringan di ANT adalah struktur yang
terstruktur yang dibangun oleh peneliti sendiri --yang berubah
dan berkembang terus-menerus-- dan di mana pelaku bisa
'bepergian, berangkat lebih jauh' dengan memasukkan koneksi baru,
seperti kata-kata Pascal Gielen ' sebuah persimpangan dan titik
hubung satu sama lain' (2003:130).
Akibatnya, batas antara jaringan yang berbeda, seperti dari
bidang seni, pendidikan, politik atau ekonomi, jauh lebih terbuka
dibandingkan dalam pendekatan lainnya. Bidang ini memiliki rezim
mereka sendiri, tetapi justru dalam jalinan-jalinan, dan
sebuah/seorang aktor bisa diubah dengan memindahkannya dari satu
titik ke yang titik lain. 'Akibatnya, sebuah karya seni,
misalnya, adalah sesuatu yang bermuka banyak: dia dapat bermuka
ekonomis, politik, pedagogis dan sekaligus artistik dan bahan
organik, sesuai dengan terjemahan mereka dalam jaringan' (ibid.).
Ini juga berarti bahwa ketika pelaku masuk ke dalam koneksi baru,
mereka, pada prinsipnya, berubah:
'Aktor adalah akibat efek' jaringan, atau bahkan, seperti Callon,
Law dan Rip mengatakan, 'aktor adalah jaringan dan titik yang
baik di dalamnya. Itu akan muncul dan-- tidak mengherankan bahwa
susunan yang relatif kecil-- dari istilah yang digunakan dalam
studi Jaringan Aktor, termasuk sejumlah besar yang merujuk pada
gerakan dan perubahan dari: bacaan, terjemahan, transmutasi, dan
pusat penerjemahannya adalah inti dalam ANT.
Memahami Jaringan dan Terjemahannya Bagian jaringan dapat dipahami dalam dua cara:
1. Sebagai kegiatan yang akan melalui sebuah pusat penerjemahan
dari satu (tempat dalam) jaringan ke yang lain jaringan,
atau
2. Sebagai pusat penerjemahan itu sendiri yang harus dilewati.
Sedangkan Maanen (2009) lebih memilih gagasan pertama, Gielen
memilih untuk yang kedua: "Dalam ANT bagian ini juga disebut
terjemahan pusat '(2003: 131). Tapi Moser dan Law menggambarkan
sebuah bagian sebagai 'Gerakan di antara kekhususan' sedangkan
gerakan ini 'juga merupakan kekhususan dalam dirinya sendiri'
(2004: 200-201). 'Kekhususan' harus dipahami di sini sebagai set
tertentu dari hubungan antara bahan, aktor dan entitas lainnya,
seperti sekelas sekolah yang mengunjungi teater, ruang publik
persegi dari museum, pertemuan politik dan siarannya, atau karya
seni yang menjadi obyek ekonomi. Bagian dan akibat terjemahan
dapat terjadi dalam satu jaringan tertentu, misalnya ketika
seseorang ingin menikmati drama dan untuk alasan ini dia
mengunjungi teater.
Tapi sebuah pusat penerjemahan, juga dapat terletak di perbatasan
antara jaringan, misalnya ketika seorang direktur museum, bangga
dan setia kepada koleksinya sebagai kurator, harus menjual salah
satu karyanya dan menemukan dirinya dalam hubungan murni semata
ekonomi (berubah dari pelaku museum ke aktor ekonomi).
Dalam kedua kasus, para aktor berubah karena dua alasan. (1)
posisi baru dalam jaringan menghasilkan satu set hubungan baru di
mana fungsi seorang aktor, dan karenanya seorang aktor baru juga.
Atau karena seorang aktor dianggap sebagai hasil dari hubungan
dengan badan lain, seperti yang kita lihat di atas. (2)
terjemahan pusat, seperti pengaturan kelembagaan formal dan
informal teater, galeri, organisasi pendidikan atau debat
politik, meminta aktor lewat untuk beradaptasi dalam kaitannya
dengan pengaturan ini.
Terjemahan ini juga disebut transmutasi, karena pada prinsipnya
berasal dari perubahan aktor. Akibatnya, Gielen benar ketika ia
menunjukkan bahwa apa yang benar-benar penting dalam dunia seni
adalah pengorganisasian bagian-bagian di mana aktor (misalnya,
karya seni) dapat memainkan peran mereka sebagai mediator dan
menyadari nilai-nilai mereka (Gielen 2003: 194)
Penulis menulis terutama tentang tanda hubung antara aktor dan
jaringan. Dari awal Latour keberatan dengan tanda hubung
(hypens), karena akan mengingatkan sosiolog dari perdebatan
tentang struktur kelembagaan ini, dan menggiring mereka untuk
menempatkan ANT di dalam frame ini. ANT tidak mencoba untuk
mengambil posisi dalam perdebatan ini, juga tidak mencoba untuk
mengatasi kontradiksi antara agen dan struktur, dan hanya ingin
mengabaikannya. Untuk menjelaskan hal ini, Latour bergeser dari
kecenderungan sosiolog 'untuk memilih antara (1) struktur
(structure) dan (2) lembaga (institutional) untuk melihat
ketidakpuasan kecenderung dua jenis sosiolog ini.
Pertama, kebutuhan untuk penjelasan yang lebih abstrak ketimbang
fakta-fakta konkret, dan kedua, sebaliknya, kebutuhan untuk
memahami dunia pada tingkat yang lebih konkret daripada abstrak,
seperti budaya, struktur, nilai-nilai, dan sebagainya,
memungkinkan. Latour melihat ANT 'sebagai cara memperhatikan
kedua ketidakpuasan' itu (Latour 2004: 17), bukan untuk
mengatasinya, tetapi untuk memahami mereka.
'Mungkin', tulisnya, 'sosial memiliki properti aneh tidak terbuat
dari lembaga dan struktur sama sekali, melainkan adalah sebuah
entitas yang beredar' (ibid.). Dalam ANT tidak ada 'binatang
besar yang masuk akal dari interaksi lokal, tetapi hanya sebagai
interaksi melalui berbagai jenis perangkat, tulisan, bentuk dan
formula, menjadi sangat lokal, sangat praktis lokus, sangat kecil
'(ibid.), di mana seluruh elemen kecil sosial hadir, tanpa
struktur (struktur yang pasti).
Akhirnya, kita bisa kembali ke aktor itu sendiri, aktor adalah
sebuah titik dalam jaringan yang merupakan hasil pada saat
tertentu: 'Jika seorang aktor dalam jaringan-aktor, itu adalah
pertama-tama untuk digarisbawahi, bahwa aktor itu merupakan
sumber utama ketidakpastian tentang asal-usul sebuah tindakan
'(Latour 2005: 46), atau dengan kata lain:' aktor adalah apa yang
dibuat atau tindakan banyak orang '(ibid.). Di sisi lain, seorang
aktor hanya aktor jika mewakili dan yang memodifikasi suatu
keadaan, dengan kata lain jika ia meninggalkan jejak.
Apa pun yang membuat perbedaan dapat dipahami sebagai seorang
aktor: orang, organisasi, binatang dan benda-benda juga, asalkan
'mereka mungkin terkait sedemikian rupa sehingga mereka membuat
orang lain melakukan sesuatu hal' (idem: 107). Atas dasar ini,
Latour bahkan cenderung untuk mengatakan selamat tinggal pada
gagasan aktor (yang lama), (kecuali jaringan), tidak hanya karena
akan dengan mudah dipahami sebagai aktor manusia, tetapi terutama
karena istilah menunjukkan inisiatif atau titik awal saja.
2. Actor–Network -Theory (ANT) dan Fungsi
Seni
Pada pandangan pertama, ANT tidak menawarkan banyak kesempatan
untuk menemukan koneksi yang stabil antara bagaimana dunia seni
diatur, atau bagaimana fungsi seni dalam masyarakat. Dia hanya
menyimpulkan adanya interaksi, membuat perhitungan deskriptif,
menelusuri singularitas dan mengikuti aktor, semua tampaknya
hanya untuk memberikan berbagai data empiris - termasuk tentang
koneksi - tetapi pada saat yang sama kegiatan ini muncul untuk
menghalangi pola yang lebih umum atau dinamikanya. Menurut Maanen
(2009) hal itu tidak terlalu aneh, karena penulis ANT hanya
mencari senjata yang dapat digunakan untuk menyerang sosiologi
strukturalis, yang, menurut mereka, mengubah dunia agar terbalik
dengan menganalisa dari segi konsep kalibrasi (pengujian)
sosiologis.
Sebagai hasilnya, Maanen (2009) berpendapat bahwa pada halaman-
halaman awal teks ANT, pembaca sering dihadapkan pada karikatur
(pasca) sosiolog strukturalis. Seperti jika rekan mengklaim bahwa
apa yang terjadi di dunia seni sepenuhnya ditentukan oleh pasar
dan pergerakan ekonomi (yang terstruktur itu), atau bahwa
hubungan kekuasaan harus dianggap sebagai konsep sentral dalam
mempelajari seni. Karikatur ini berguna - dan bahkan mungkin
diperlukan - untuk mendapatkan perhatian untuk cara berpikir yang
baru di lapangan, tetapi pembaca yang telah melalui bagian ini
akan menemukan beberapa tempat di mana radikalisme ANT adalah
lemah dan bahkan dalam beberapa kasus mendekati musuhnya itu. Dua
aspek dari pekerjaan ini khususnya pembahasan di atas menunjukkan
pendekatan ini, atau setidaknya kesulitan dalam melarikan diri
dari itu. Pertama, ketika Nathalie Heinich membahas otonomi
artis, dan kedua, ketika ingin mengungkapkan gambaran tentangnya.
Menurut Maanen (2009) tidak ada yang lebih terbatas dibandingkan
dengan seniman dalam berkarya, karena jika ia mencoba untuk
menyeberangi perbatasan lapangan dan bekerja sesuai dengan aturan
sendiri, maka ia akan dikeluarkan. Berarti dia memang mencoba
untuk memperbaiki teori institusional Dickie dengan memberikan
kegiatan para seniman 'tempat di dalamnya - mengatakan bahwa
pengakuan kelembagaan adalah hasil dari manipulasi oleh seniman -
tapi dia juga menekankan bahwa manipulasi sesuai dengan aturan
yang sama sesuai dengan kategori dan klasifikasi karya seni
lembaga. Ingat contoh pemain catur, merasa dirinya benar-benar
bebas dalam pilihan gerakannya, tetapi sebenarnya sepenuhnya
terikat oleh aturan permainan. Nathalie Heinich menyebut
kebebasan seniman hanya kedok saja, yang oleh sosiolog disebut
'keyakinan ilusi', 'seseorang yang lebih siap untuk memahami
kendala kolektif yang mendasari kegiatan sosialisasinya'.
Menurut Maanen (2009) Teori Jaringan Aktor (ANT) menawarkan dua
konsep penting yang dapat membantu dalam memahami bagaimana
organisasi dunia seni, dalam tahap yang berbeda dari produksi,
distribusi dan penerimaan, terhubung dengan fungsi karya seni
dalam kehidupan manusia.
1. Yang pertama adalah gagasan bahwa aktor ANT (benda, orang,
hewan, organisasi) melakukan sesuatu atau, lebih baik,
membuat aktor lain melakukan hal-hal, sehingga mereka
mengubah keadaan. Apa yang mereka lakukan harus ditelusuri
oleh para peneliti. Heinich meringkas daftar aktor karya
seni yang bisa dilakukan, seperti orang yang bergerak,
mereka yang bicara dan menulis, atau yang mengubah kerangka
persepsi, adalah aspek penting tentang fungsi seni dalam
masyarakat. Teori ANT berguna untuk melihat organisasi dalam
dunia seni, seperti perusahaan, tempat, museum dan
departemen mereka, apa yang mereka lakukan sebagai
kontribusi, atau dalam hubungannya dengan, apa karya seni
lakukan dalam masyarakat.
2. Konsep kedua yang sangat membantu adalah bahwa 'bagian'nya,
dengan alam yang mentransmutasikan nya. Aktor, yaitu sering
disebut orang, dapat dilihat kembali dalam koneksi lanskap
baru, ketika mereka melalui sebuah pusat penerjemahan: aktor
lain untuk berhubungan dengannya, benar-benar menjadi aktor
lain, serta dipaksa oleh sifat dari pusat penerjemahan itu
sendiri - gereja, sebuah teater tempat, pusat komunitas,
alun-alun publik, sekolah, stadion, taman, trem, pusat
pertemuan, kantor, museum, studio, ruang konser - untuk
membuat koneksi yang memadai dengan aktor-aktor lain ( karya
seni, orang-orang di sekitarnya dan pusat penerjemahan itu
sendiri). Ini akan menjadi jelas bahwa gambaran apa yang
terjadi dengan kelompok-kelompok orang yang berbeda ketika
mereka pergi melalui berbagai jenis bagian dunia seni yang
disediakan, juga di pusat pertanyaan tentang bagaimana seni
dibuat untuk berfungsi dalam masyarakat. Sebaliknya, konsep
yang menantang dunia seni adalah untuk berpikir tentang
bagaimana terjemahannya “fungsi pusat”, dan mungkin bisa
ditata ulang untuk menghasilkan efek lain atau tambahan.
Teori jaringan aktor atau Actor-Network Theory yang lebih dikenal
dengan ANT merupakan analisis dari serangkaian “susunan” yang
menggambarkan bagaimana kemajuan sebuah jaringan -- di mana
antara manusia dan non-manusia -- diidentifikasi (diakui) sebagai
aktor (pelaku) sesuai dengan strategi yang berlaku pada sebuah
interaksi (dalam jaringan). Identitas dan kualitas aktor/pelaku
ditetapkan selama negosiasi diantara wakil manusia dan non-
manusia/non-human. Dalam perspektif ini, representasi (gambaran)
aktor dipahami dalam dimensi politik (kekuasaan) sebagai proses
pendelegasian.
Yang paling penting dalam negosiasi, adalah penafsiran tentang
interaksi multi-aset di mana aktor/pelaku “umum” membangun sebuah
definisi dan makna. Mendefinisikan representativities
(keterwakilan), dan kooptasi (pemilihan anggota) satu sama lain
(human dan non human) dalam mengejar tujuan individual dan
kolektif. Dalam teori jaringan aktor ini, baik aktor dan berbagi
adegan dalam rekonstruksi interaksi jaringan selalu mengarah pada
pemantapan sistem. Namun perbedaan penting antara mereka adalah
bahwa hanya aktor/pelaku yang mampu menetapkan bagaimana sebuah
posisi (anggota) yang beredar dalam sistem.Teori jaringan aktor
dapat dilihat sebagai cara yang sistematis untuk menciptakan
infrastruktur yang biasanya berada di luar bidang sain dan
teknologi.
Gambar: 2 Implementasi teori jaringan aktor sederhana untuk
melihat aktor mana yang berinteraksi tidak sesuai dengan
perencanaan inisiatornya yaitu Pemkot Bandung, Masih melihat
dalam struktur kelembagaan sumber:
http://dc352.4shared.com/doc/i41coxdR/preview_html_m1258c6b2.png
Penutup
Uraian di atas adalah bagian dari kajian Sosiologi Seni yang
relatif baru dikenal di Indonesia, terutama untuk dipakai sebagai
alat penelitian di bidang seni dan budaya, hal ini dapat dipahami
karena kajian sosiologi seni secara internasionalpun masih
relatif baru, misalnya kalau tidak salah seminar internasional
tentang sosiologi seni yang pertama diadakan di Spanyol, baru
tahun 2005.
Komitmen teoretis ANT dalam penataan sosial, yakni komitmen untuk
bersandar pada prinsip kemitraan, konsultasi, dan proses
pengambilan keputusan yang bersifat partisipatif dan bukan
akumulasi kekuasaan dan kelembagaan. Itulah sebabnya mengapa ANT
relevan sebagai dasar teoretis maupun kerangka analitis bagi tata
kelola (governance) dan teknologi.
ANT umumnya memakai Principle of generated symmetry, dimana
manusia dan non manusia digabungkan dalam sebuah framework
konseptual yang sama. Kedua aktor manusia dan non-manusia dapat
direferensi sebagai ‘actant’. Aktan (actant, yaitu istilah yang
dipakai untuk aktor yang dapat mengatur aktor lain, misalnya
dalam jaringan Akademik, dosen dan mahasiswa adalah aktan), yang
membentuk suatu jaringan yang terhubung satu dengan yang lainnya.
Actor Network Theory menjelaskan kaitan antara artefak dan
konteks sosial, termasuk proses penyesuaian antara karakteristik
teknologi dan kemauan manusia. Dengan teori ini, maka semua
aktor, baik dari pihak artefak maupun dari pihak pemanfaat atau
pengguna, masuk dalam hitungan.
Latour menyatakan dalam Actor-Network-Theory bahwa kehidupan
sosial ibarat tubuh dan manusia sebagai sel jaringan yang
membentuk tubuh itu sendiri. Menurut Latour, tidak ada
pengetahuan dunia yang begitu saja terjadi. Pengetahuan ada
karena “dibangun” melalui bahasa dan semua tanda-tanda bebas yang
kemudian disepakati bersama.
Latour berpendapat bahwa ada yang dianggap hilang dari teori-
teori sosial sebelumnya, yaitu elemen nonmanusia (nonhumans).
Oleh sebab itu, dibutuhkan pendefinisian ulang mengenai apa itu
”masyarakat” (sosial). Dalam hal ini, masyarakat merupakan suatu
kolektivitas yang terdiri dari dua elemen. Elemen manusia
(entitas sosial) dan elemen nonmanusia (entitas teknis). ANT
memandang masyarakat sebagai asosiasi-asosiasi heterogen yang
terdiri dari elemen-elemen yang tidak stabil, yang saling
memengaruhi, dan yang mencoba mendefinisikan ulang secara terus-
menerus.
Catatan Kaki
[1] Kontrofersi dan profokasi karena gerakan ANT membuat Bruno Latour
menegaskan ada empat kata yang dapat dikelirukan penafsirannya dalam ANT, kata
Actor, Network, Theory dan Hypen. Dia kemudian berceramah untuk meredefinisi
term-term itu dan untuk menempatkannya pada diskursus yang dia bantu untuk
ciptakan sendiri.
[2] Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, Bourdieu secara khusus telah
menyatakan bagaimana, dalam pandangannya tentang struktur harapan (illusio,
orthoand heterodoksi, nomos, dll) dan peran (posisi, pendudukan posisi,
habitus, dll) serta fungsi.
[3] Meskipun studinya praktek ilmiah berada di satu waktu
yang berkaitan dengan konstruksionis sosial, pendekatan filsafat
ilmu, Latour telah menyimpang secara signifikan dari pendekatan
tersebut. Latour terkenal karena menarik diri dari divisi
subjektif / obyektif dan mengembangkan pendekatan untuk bekerja
dalam praktek . Seiring dengan Michel Callon dan John Law, Latour
adalah salah satu pengembang utama dari aktor-teori jaringan
(ANT),. pendekatan konstruksionisnya dipengaruhi oleh
ethnomethodology dari Harold Garfinkel, semiotika generatif
Greimas, dan (baru-baru ini) sosiologi saingan Durkheim Gabriel
Tarde. Monograf Nya membuatnya mendapatkan tempat 10 di antara
yang paling-dikutip penulis buku di humaniora dan ilmu sosial
sejak tahun 2007.[4] HVM adalah Hierarchical Value Map: Sebuah HVM direpresentasikan oleh
total kumpulan ladder yang membentuk beberapa rantai (chains) di dalam sebuah
peta. Tujuan dalam membuat sebuah HVM adalah untuk menghubungkan semua rantai
yang memiliki arti di dalam sebuah peta. Setelah penyusunan selesai dilakukan,
dapat diperhatikan jumlah hubungan langsung dan tidak langsung dari elemen –
elemen untuk menentukan orientasi persepsi dominan
[5] Actor–network theory (Aktor-teori jaringan), sering
disingkat sebagai ANT, adalah pendekatan berbasis agen (agent-
based approach) untuk teori sosial dan penelitiannya, yang
berasal dari bidang studi ilmu, yang memperlakukan benda sebagai
bagian dari jaringan sosial. Meskipun terkenal karena penekanan
yang kontroversial di lembaga non-humans, ANT juga berkaitan
dengan kritik konvensional yang kuat dan sebagai sosiologi
kritis. Dikembangkan oleh penelitian ilmu pengetahuan dan
teknologi sarjana Michel Callon dan Bruno Latour, sosiolog John
Law, dan lain-lain, dapat lebih teknis digambarkan sebagai metode
"semiotik-materi" ("material-semiotic"). Ini berarti bahwa dia
memetakan hubungan yang simultan antara materi (antara hal-hal)
dan semiotika (antara konsep-konsep). Ini mengasumsikan bahwa
banyak hubungan yang baik material dan semiotik. Secara umum, ANT
adalah pendekatan kelompok konstruktivis , yang dalam hal itu
menghindari penjelasan esensialis peristiwa atau inovasi
(misalnya menjelaskan teori sukses dengan mengatakan itu adalah
"benar" dan yang lain adalah "palsu"). Namun, dibedakan dari STS
lain dan teori jaringan sosiologis (sociological network theory)
untuk membedakannya dari pendekatan semiotik-materi
[6] Dalam karyanya Reassembling the Social (2005) Latour
meminta maaf karena memakai istilah ANT, daripada orang (bidang
sosial konvensional) terus mengkritik istilah Actor Network
Theory yang dikemukakannya. Sekarang justru ia melihat akronim
ini netral, dan terbuka untuk koneksi apapun.
[7] Bagi Anti-Esensialisme, tidak ada kebenaran, subyek,
ataupun identitas yang berada di luar bahasa. Dalam pandangan
ini, kategori—sebagai konstruksi diskursif—mengubah maknanya
sesuai waktu, tempat dan penggunaannya. Sebagai contoh, karena
tidak mengacu pada esensi, identitas dianggap bukan sebagai
sesuatu yang universal, melainkan deskripsi-deskripsi dalam
bahasa. Bahasa dipandang tidak memiliki acuan tetap, dan karena
itu tidak mungkin bisa merepresentasi identitas atau kebenaran-
kebenaran yang tetap. Dengan demikian, identitas kulit hitam
bukan sesuatu yang tetap dan universal, melainkan deskripsi-
deskripsi (Barker, 2005: 27). Pada dasarnya, Anti-Esensialisme
tidak melarang kita bicara tentang kebenaran identitas. Hanya
saja, Anti-Esensialisme memandang bahwa kebenaran atau identitas
bukanlah sesuatu yang universal, yang berasal dari alam,
melainkan hasil produksi budaya dalam waktu dan tempat tertentu.
Subyek yang berbicara selalu tergantung pada posisi-posisi
diskursif yang lebih dulu ada. Kebenaran bukan sesuatu yang
ditemukan, melainkan diciptakan, dan identitas adalah konstruksi
diskursif. Jika Esensialisme memberikan kepastian ilmiah, maka
Anti-Esensialisme menawarkan ironi, yaitu suatu kesadaran akan
sifat tidak tetap dan terkonstruksi dari keyakinan dan pemahaman-
pemahaman kita yang tidak memiliki landasan universal.