skripsi perbandingan pengetahuan dan sikap penggunaan ...

93
SKRIPSI PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG NURUL SAQINAH PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes KARYA PUTRA BANGSA TULUNGAGUNG 2018

Transcript of skripsi perbandingan pengetahuan dan sikap penggunaan ...

SKRIPSI

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA

MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN DI

KABUPATEN TULUNGAGUNG

NURUL SAQINAH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes KARYA PUTRA BANGSA

TULUNGAGUNG

2018

i

SKRIPSI

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA

MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN DI

KABUPATEN TULUNGAGUNG

NURUL SAQINAH

NIM: 1413206034

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES KARYA PUTRA BANGSA

TULUNGAGUNG

ii

2018

Lembar Pengesahan

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA

MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN DI

KABUPATEN TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada

Program Studi S1 Farmasi STIKes Karya Putra Bangsa

2018

Oleh:

NURUL SAQINAH

NIM: 1413206034

Skripsi ini telah disetujui

Tanggal 20 Juli 2018 oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Serta,

Dianipurwa Nofitasari, MMRS., AptNIDN. 07 050983 01

Binti Muzayyanah, M.Farm.Klin., AptNIP. 19710123 199203 2 002

KetuaSTIKes Karya Putra Bangsa

Ketua Program StudiS1 Farmasi

iii

dr. Denok Sri Utami, M.HNIDN. 07.050966.01

Tri Anita Sari, S.Farm, AptNP. 15.86.01.03

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Nurul Saqinah

NIM : 1413206034

Program Studi : S1 Farmasi

menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang saya tulis dengan judul:

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA MAHASISWA KESEHATAN DAN

NON KESEHATAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

Adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Apabila di kemudian hari

diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau hasil plagiarisme, bahwa

saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan

gelar yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Tulungagung, 1 Juni 2018

Nurul SaqinahNIM: 1413206034

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt, karena kehendak dan ridhaNya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti sadari skripsi ini tidak akan

selesai tanpa doa, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Adapun dalam

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan

kekuattan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu dr. Denok Sri Utami MH selaku ketua Stikes karya putra bangsa.

3. Ibu Tri Anita Sri, S.Farm.,Apt selaku kaprodi S1 Farmasi STIKes Karya

Putra Bangsa.

4. Bapak Dhanang Prawira Nugraha, S.Farm., Apt selaku dosen pembimbing

utama yang selalu memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.

5. Ibu Binti Muzayyanah, S.Farm., M.farm. Klin., Apt selaku dosen

pembimbing serta yang selalu memberikan saran dan masukan serta

menyemangati hingga skripsi ini bisa selesai.

6. Seluruh Tim Dosen STIKes Karya Putra Bangsa yang selalu senantiasa

memberikan bimbingan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.

7. Segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat hingga

skripsi ini bisa terselesaikan

8. Kakak terbawel Nurul safina dan kakak ternyiyir saya Nanang Budianto

yang telah memberikan motivasi dan selalu mengingatkan sampai saya

bosan dimanapun dan kapanpun untuk sesegera mungkin mengerjakan

skripsi, sehingga dapat menyelesaikan studi S1.

9. Adik saya Talitha Salma selaku tim hore yang slalu setia menemani saya

begadang setiap malam untuk menyelesaikan skripsi.

v

10. Teman-teman seperjuangan bimbingan Mala, Ganarsih, Dyah, Dani dan

A’afif, yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan semangat satu

sama lain untuk berjuang demi mendapatkan hasil terbaik dalam penulisan

skripsi.

11. Sahabat rumpi kak Angga, kak Katherina, Anggi yang salalu menghibur

dan menyemangati saya dikala suntuk

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

segalanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi.Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.Kritik dan saran yang

membangun penulis harapkan dari pembaca.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Tulungagung, 7 Juni 2018

Penulis

vi

RINGKASAN

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAANANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA MAHASISWA KESEHATAN DAN

NON KESEHATAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

Antibiotik merupakan golongan obat keras yang hanya bias didapatkandengan resep dokter dan diperoleh di apotek. Jika dalam menggunakan antibiotiktidak memperhatikan dosis, pemakaian dan peringatan,maka dapat menimbulkanresistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dansikap mahasiswa kesehatan dan non kesehatan tentang penggunaan antibiotiktanpa resep. Metode yang digunakan adalah menyebarkan kuisioner di lingkupmahasiswa kesehatandan non kesehatan yang berada di Kabupaten Tulungagung.Sampel yang diambil adalah 500 responden dengan menggunakan sampel acak.Hasil penelitian didapatkan bahwa berdasarkan data pada kategori pengetahuan,mahasiswa kesehatan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 49,2%, sedangkanmahasiswa non kesehatan berpengetahuan tinggi sebanyak 48%. kategori sikap,responden yang bersikap baik lebih banyak pada mahasiswa kesehatan (48,4%)daripada non kesehatan (35,2%). Pada tabulasi silang keseluruhan responden,mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi dan sikap baik, yakni sebanyak82%, Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kesehatan lebih memiliki wawasanluas dan penggunaan antibiotik tanpa resep yang benar apabila dibandingkandengan mahasiswa non kesehatan.

vii

ABSTRACT

COMPARISON OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF ANTIBIOTIC USEWITHOUT RECIPES MEDICAL STUDENTS AND NON MEDICAL

STUDENTS IN TULUNGAGUNG REGENCY

Antibiotics area category of potent drugs that can only be obtained byprescription and obtained at the pharmacy. If the use of antibiotics does not payattention to the dosage, consumption and caution, it can cause disadvantageousantibiotic resistance. This research goals are to determine the knowledge andattitude of medical student and non medical student about the use of antibioticswithout a prescription. The method used is the method using questionnaire ofmedical and non medical students in Tulungagung regency. Samples taken were500 respondents using random sampling. The result showed that based on theknowledge category data, high-knowledge medical students were 49.2%, whilehigh knowledge non medical students were 48%. In attitude category data, goodrespondents were more on medical students (48.4%) than non medical (35.2%) Inthe cross-tabulation of all respondents, the majority of respondents have highknowledge and good attitude, that is as many as 82%. It can be concluded thatmedical student have more broad insight and the correct use of antibioticswithout a prescription when compared with non-medical students.

Keywords : Antibiotic, knowledge, attitude.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................v

RINGKASAN ....................................................................................................vii

ABSTRACT.......................................................................................................viii

DAFTAR ISI......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xv

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................6

2.1 Pengetahuan ................................................................................................6

2.1.1 Definisi Pengetahuan.....................................................................................6

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan .................................................................................6

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan...........................................7

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan ......................................................................8

2.2 Sikap (Atittudde) ..........................................................................................9

2.2.1 Definisi Sikap......................................................................................9

2.2.2 Tingkatan Sikap ..................................................................................9

2.2.3 Komponen Sikap.................................................................................9

2.2.4 Karakteristik Sikap..............................................................................10

2.2.5 Pengukuran Sikap ...............................................................................11

2.3 Antibiotik.......................................................................................................11

2.3.1 Definisi Antibiotik ..............................................................................11

2.3.2 Mekanisme kerja antibiotic.................................................................11

ix

2.3.3 Resistensi Terhadap Antibiotik .....................................................................13

2.3.4 Aktivitas dan Spektrum Antibiotik .....................................................17

2.3.5 Golongan Antibiotik ...........................................................................18

2.3.6 Farmakokinetik .............................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................28

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................28

3.2 Definisi Operasional...............................................................................28

3.3 Lokasi dan waktu penelitian...................................................................29

3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................29

3.4.1 Populasi ........................................................................................29

3.4.2 Sampel ..........................................................................................29

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ............................30

3.6 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................32

3.7 Tekhnik Pengolahan Data .....................................................................32

3.8 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi .....................................................33

3.9 Skema Penelitian.....................................................................................34

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................35

4.1 Distribusi Frekuensi ..............................................................................35

4.1.1 Frekuensi Jenis Kelamin .............................................................35

4.1.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden .........................................35

4.1.3 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden...............................36

4.2 Deskripsi Pengetahuan ..........................................................................37

4.3 Diskripsi Sikap .......................................................................................39

4.4 Tabel Hasil PengujianValiditas dan Reabilitas ......................................41

4.5 Uji Chi-Square........................................................................................42

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................43

5.1 Kriteria Responden ................................................................................43

5.2 Deskripsi Variabel Pengetahuan............................................................45

5.3 Hasil Tabulasi ........................................................................................51

5.4 PengujianValiditas dan Reabilitas .........................................................52

5.6 Hasil Uji Chi square ..............................................................................54

x

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................55

6.1 Kesimpulan ................................................................................................55

6.2 Saran ..........................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................56

Lampiran .............................................................................................................59

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Frekuensi Jenis Kelamin Responden ............................................... 35Tabel 4.2 Frekuensi Usia Responden............................................................... 35Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden ................................... 36Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pasien dengan Pengetahuan ................................... 37Tabel 4.5 Tabulasi Pengetahuan Responden ................................................... 37Tabel 4.6 Tabulasi Skor Pengetahuan Responden .......................................... 38Tabel 4.7 Tingkatan Kategori Pengetahuan Responden .................................. 38Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Sikap ........................ 39Tabel 4.9 Skor Sikap ........................................................................................ 39Tabel 4.10 Kategori Sikap................................................................................ 40Tabel 4.11 Tabulasi Silang dan Hubungan Pengetahuan dengan Sikap .......... 40Tabel 4.12 Tabulasi Silang Sikap .................................................................... 41Tabel 4.13 Pengujian Validitas ........................................................................ 41Tabel 4.14 Pengujian Reliabilitas .................................................................... 42Tabel 4.14 Uji Chi Square................................................................................ 42

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 D Mekanisme Retensi Bakteri Gram Negatif .............................. 16Gambar 3.1 Skema Penelitian .......................................................................... 34

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian..................................................................... 59Lampiran 2 Hasil Analisis Kuesioner .............................................................. 68Lampiran 3 Surat Perizinan Penelitian............................................................. 70Lampiran 4 Pengisian Kuesioner ..................................................................... 75

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu organisme

hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara

sintetik, dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam

kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme (Siswandono, 2008).

Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan bahwa

sekitar 50 juta peresapan antibiotik yang tidak diperlukan dari 150 juta peresepan

setiap tahun. Menurut penelitian, 92% masyarakat Indonesia tidak menggunakan

antibiotik secara tepat (Eka, 2011).

Spanyol telah menetapkan larangan penjualan antibiotik tanpa resep

dokter. Tetapi pada 108 apotek yang menjual antibiotik, hanya 57 apotek (52,8%)

menjelaskan bahwa mereka tidak dapat memberikan antibiotik secara bebas untuk

menghindari resistensi antibiotik, dan penggunaan antibiotik tertinggi untuk

mengatasi infeksi saluran kencing 79.7% (Llor, 2009).

Dampak buruk dari penggunaan antibiotik secara tidak rasional adalah

muncul dan berkembangnya kuman- kuman kebal antibiotik sehingga terjadi

resistensi antibiotik. Hal ini mengakibatkan pengobatan yang diberikan menjadi

tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien, serta

meningkatnya biaya perawatan kesehatan (Hadi, 2008). resep serta alasan

ekonomi dan politik (Orton, 2001; Oyetunde, et al., 2010).

Di era saat ini penggunaan antibiotik berdampak karena dapat menyebar

informasi dengan cepat tanpa resep dokter, sementara pembelian obat tanpa resep

dokter dapat dengan mudah dilakukan. Pengetahuan mengenai resistensi antibiotik

bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga tenaga medis untuk dapat memberikan

pengobatan yang rasional. Evaluasi penggunaan obat khususnya antibiotik

merupakan salah satu bentuk tanggung jawab apoteker dalam rangka

mempromosikan penggunaan antibiotik yang rasional (Diaz Granados et al.,

2008).

2

Pada saat ini Antibiotik merupakan obat yang paling sering diresepkan,

dijual, dan digunakan di seluruh dunia.Di negara berkembang, antibiotik banyak

yang tersedia tanpa resep dan menyebabkan seseorang menggunakan antibiotik

dengan tidak bijak atau sewenang-wenang serta antibiotik digunakan dengan dosis

yang salah, indikasi penyakit yang salah, (Abimbola, 2013)

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) 35,2% Rumah tangga di

Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi, dengan proporsi tertinggi di DKI

Jakarta (56,4%) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (17,2%).Diantara 35,2%

RT yang menyimpan obat, 35,7% menyimpan obat keras dan 27,8% menyimpan

antibiotik. Adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi menunjukkan

penggunaan obat yang tidak rasional. 35,7% Rumah tangga yang menyimpan obat

keras, 81,9% rumah tangga menyimpan obat keras yang diperoleh tanpa resep

dokter. Sebanyak 32,1% RT menyimpan obat yang sedang digunakan, 47,0%

Rumah tangga menyimpan obat sisa dan 42,2 % Rumah tangga yang menyimpan

obat untuk persediaan. Obat sisa dalam hal ini adalah obat sisa resep dokter atau

obat sisa dari penggunaan sebelumnya yang tidak dihabiskan. Seharusnya obat

sisa resep secara umum tidak boleh disimpan karena dapat menyebabkan

penggunaan salah (misused) atau disalah gunakan atau rusak/kadaluarsa.

Secara nasional diperoleh data bahwa sumber utama mendapatkan obat

tanpa resep dokter sebanyak 41,1% diperoleh di apotek dan 37,2% di toko obat/

warung. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang memperoleh

obat di apotek lebih tinggi di perkotaan, sebaliknya proporsi rumah tangga

memperoleh obat langsung dari tenaga kesehatan (nakes) dengan proporsi

tertinggi di perdesaan (31,5%. Fakta lapangan menunjukkan bahwa peran tenaga

kesehatan sangat diperlukan dalam penggunaan obat rasional serta memberikan

edukasi kepada masyarakat agar terbangun pengetahuan, sikap dan perilaku yang

benar dalam penggunaan obat melalui interaksi dengan tenaga kesehatan.

(RISKESDAS, 2013).

Sebuah penelitian yang dilakukan di Jakarta dalam rangka menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan

keputusan pembelian obat bebas terutama pembelian obat tanpa resep dokter,

3

didapatkan kesimpulan mengenai profil responden bahwa pembelian obat bebas

dilakukan baik oleh pria dan wanita. Pada Usia 20-40 tahun merupakan rentang

usia yang paling banyak melakukan pembelian obat bebas. Sedangkan dari tingkat

pendidikan, yang paling banyak membeli obat bebas adalah tingkat pendidikan

sarjana dan pelajar/mahasiswa. Dari data hasil survei, didapatkan bahwa dalam

pembelian obat bebas, konsumen melakukan pencarian informasi terlebih dahulu

pada proses pengambilan keputusan pembelian obat bebas. Rekomendasi dari

orang 18 lain pun merupakan hal yang penting bagi konsumen dalam pembelian

obat bebas. Dari penelitian didapatkan juga bahwa tempat yang paling sering

dijadikan tempat pembelian obat bebas oleh konsumen adalah apotek. Kemudian

di tempat kedua adalah warung dan pilihan terakhir adalah supermarket (Rafiqa,

2012)..

Pendidikan tentang pengetahuan antibiotik terhadap masyarakat menjadi

salah satu upaya untuk meminimalisasi terjadinya resistensi. Di beberapa negara

telah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai pengetahuan

penggunaan antibiotik yang tepat serta mencegah berkembangnya resistensi

antibiotik (Sun et al., 2011).

Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik adalah

tingkat pengetahuan individu itu sendiri mengenai antibiotik. Beberapa penelitian

telah menunjukan bahwa tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap

penggunaan antibiotik, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Negara

Malaysia yang telah memperlihatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan mengenai

antibiotik di negara tersebut sebesar 54,7% berpengetahuan sedang dengan

sumber antibiotik yang diperoleh melalui resep dokter, dan penelitian tersebut

telah menyimpulkan bahwa intervensi pengetahuan atau pendidikan sangat

diperlukan untuk mempromosikan penggunaan yang bijaksana terhadap antibiotik

(Oh et al, 2011).

Di Negara Indonesia telah dilakukan beberapa usaha. Salah satu usaha

tersebut yaitu diberlakukannya undang-undang tentang penjualan antibiotik yang

diatur dalam undang-undang obat keras No.419 tgl. 22 Desember 1949, pada

pasal 3 ayat 1. Selain itu diberlakukannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

4

2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang pedoman umum penggunaan antibiotik

(Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949; Permenkes, 2011).

Kemudahan akses informasi obat seperti internet juga bisa mempengaruhi

pengetahuan. Ilmu yang didapat selama perkuliahan adalah bentuk stimulus

lingkungan yang diterima mahasiswa. Tiap mahasiswa memiliki kebebasan untuk

menentukan sikap terhadap stimulus tersebut, yang selanjutnya diwujudkan dalam

perilakunya.Mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan (nakes) diharapkan

mempunyai wawasan yang lebih luas dan dapat menyikapi dengan bijak

penggunaan antibiotik tanpa resep.Untuk mahasiswa non kesehatan diharapkan

lebih dapat mengerti dan memahami tentang penggunaan antibiotik tanpa resep.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingkan pengetahuan dan sikap

tentang penggunaan antibiotik tanpa resep pada mahasiswa kesehatan dan non

kesehatan di Kabupaten Tulungagung.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun beberapa

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan tentang

penggunaan antibiotik tanpa resep ?

2. Bagaimana sikap mahasiswa kesehatan dan non kesehatan tentang penggunaan

antibiotik tanpa resep ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengetahuan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan tentang

penggunaan antibiotik tanpa resep.

2. Mengetahui sikap mahasiswa kesehatan dan non kesehatan tentang penggunaan

antibiotk tanpa resep.

5

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Umum

Menambah pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik serta sikap pada

mahasiswa kesehatan.

2. Khusus

a. Insititusi Pendidikan Kesehatan

Pentingnya kampus kesehatan memberikan pengetahuan

penggunaan antibiotik terhadap mahasiswanya agar menumbuhkan sikap

yang sesuai dengan pembelajaran

b. Institut Pendidikan Non Kesehatan

Dapat menyikapi dan lebih memahami penggunaan antibiotik tanpa

resep

c. Institusi kesehatan

Pengawasan terhadap peredaran obat antibiotik sesuai dengan

petunjuk teknis kesehatan yang telah ditetapkan.

d. Pemerintah

Memberlakukan peraturan tentang peredaran obat antibiotik di

fasilitas kesehatan seperti Apotek, Klinik Kesehatan, Rumah Sakit, dsb.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hal yang diperoleh manusia melalui panca indera.

Pengetahuan akan muncul ketika seseorang menggunakan inderanya untuk

menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya (Wijayanti, 2009)

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan :

2.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap rangsangan yang telah diterima (Azwar, 2010).

2.1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menjelaskan

dengan benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan apa yang telah dipelajari.

(Azwar, 2010).

2.1.2.3 Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

misalnya yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (Azwar,

2010).

2.1.2.4 Analisis (Analysis)

Kemampuan agar dapat menjabarkan materi atau obyek dalam suatu

komponen-komponen tertentu, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain (Azwar, 2010).

2.1.2.5 Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan suatu kemampuan untuk megetahui bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu adalah suatu

7

kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

telah ada. (Azwar, 2010).

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan suatu penelitian terhadap suatu materi atau

obyek berdasarkan suatu cerita yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada. (Azwar, 2010).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

2.1.3.1 Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, makan semakin mudah

untuk menerima atau mendapatkan informasi, Pendidikan salah satu kebutuhan

dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri karena semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima,

serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, Pengetahuan diperoleh dari

suatu informasi yang disampaikan oleh orang tua,teman-teman, guru, dan media

masa. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan (Notoatmodjo,2010).

2.1.3.2 Faktor pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses suatu

informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo,2010).

2.1.3.3 Faktor pengalaman

Pengalaman seseorang juga mempengaruhi pengetahuan, karena semakin

banyak pengalaman seseorang tentang, maka akan semakin bertambah pula

pengetahuan seseorang akan hal tersebut. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan angket atau wawancara yang menyatakan tantang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,2010).

2.1.3.4 Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara

turun-temurun, keyakinan negatif dan keyakinan positif dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

8

2.1.3. Sosial budaya

Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo,

2010).

2.1.3.6 Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman

pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan (Notoatmodjo,2010).

2.1.3.7 Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia

tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah

dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak

produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah

pengetahuan. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di

jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuannya. (Notoatmodjo,2010).

Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

mengalami kemunduran baik fisik maupun mental karena dapat diperkirakan

bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khusunya pada

beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan

umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup

cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Cuwin, 2009).

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas

Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

9

Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56% (Nursalam, 2008).

2.2 Sikap (Atittudde)

2.2.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap

dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek)

yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan

objeknya (Randi 2011).

2.2.2 Tingkatan Sikap

2.2.2.1 Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (Dewi,2010).

2.2.2.2 Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut

menerima ide itu (Dewi,2010).

2.2.2.3 Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (Dewi,2010).

2.2.2.4 Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi (Dewi,2010).

2.2.3 Komponen Sikap

2.2.3.1 Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang

dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversal.

(Azwar S, 2012)

10

2.2.3.2 Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. (Azwar S,

2012)

2.2.3.3 Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan komponen kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi

perilaku (Azwar S, 2012).

2.2.4 Karakteristik Sikap

Sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik yaitu sikap mempunyai

arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas. Arah disini maksudnya arah

positif atau negatif intensitas maksudnya kekuatan sikap itu sendiri, dimana setiap

orang belum tentu mempunyai kekuatan sikap yang sama. Dua orang yang sama-

sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, tidak menutup kemungkinan

adanya perbedaan kekuatan sikapnya, yang satu positif tetapi yang satu lagi lebih

positif. Sikap berorientasi kepada kesiapan respon seperti sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi pada suatu objek dengan menggunakan cara tertentu

(Rahayuningsih, 2008).

Konsisten adalah kesesuaian antara pernyataan sikap dengan responnya, atau

tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.Karakteristik sikap terakhir adalah

spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk mengatakan sikapnya secara

spontan.Suatu sikap dapat dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi, apabila

sikap dinyatakan bebas dr pengaruh orang lain dan tanpa pamrih (KBBI, 2017).

11

2.2.4 Pengukuran Sikap

Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau

fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum

digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan

dalam riset berupa survey (Djaali, 2008)

2.2.4.1 Pengukuran Sikap secara langsung

Pengukuran sikap Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat

atau pernyataan responden terhadap suatu obyek (Djaali, 2008)

2.2.4.2 Pengukuran sikap secara tidak langsung

Dapat dapat dilakukan dengan mengajukan pernyataan hipotesis kemudian

menanyakan pendapat responden dengan membatasi pada pilihan, misal: sangat

setuju, setuju, dan tidak setuju (Djaali, 2008).

2.3 Antibiotik

2.3.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah zat kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang

dalam jumlah kecil menghambat pertumbuhan atau menghancurkan

mikroorganisme lainnya (Tortora et al., 2010). Pustaka lain mendefinisikan

antibiotik adalah senyawa alami maupun sintetik yang dapat mensupresi

pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang dalam hal ini termasuk

bakteri, virus, jamur, protozoa dan parasit. Istilah antibiotik pada dasarnya

ditekankan kepada antimikroba dan pada beberapa pustaka dimaksudkan sebagai

antibakteri, antivirus dan antijamur (Wuryaningsih, L.E, 2010).

2.3.2 Mekanisme kerja antibiotik

Klasifikasi antibiotik berdasarkan cara kerja antibiotik tersebut terhadap

bakteri, yakni antibiotik bersifat primer bakteriostatik (bakteriostatik bekerja

dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, sehingga pembasmian

kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini

adalah sulfonamida, tetrasiklin). Sedangkan bakteriosid (Antibiotika yang

bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah

12

penisilin, sefalosporin, Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan

mekanisme atau tempat kerja antibiotik tersebut pada bakteri (Tortora et al.,

2010).

2.3.2.1 Menghambat sintesis dinding sel

Dinding sel bakteri terdiri dari jaringan makromolekul yang disebut

peptidoglikan. Peptidoglikan hanya ditemukan pada dinding sel bakteri.Senyawa

ini mencegah sintesis peptidoglikan menjadi utuh sehingga menghasilkan dinding

sel menjadi rapuh dan kemudian mengalami lisis(peristiwa pecahnya suatu sel

karena membrane atau selaputnya). Karena sasarannya adalah proses sintesis

peptidoglikan dinding sel, sehingga antimikroba ini hanya efektif melawan bakteri

yang sedang tumbuh, tidak dapat menghancurkan peptidoglikan yang sudah

terbentuk. Contoh senyawa golongan yang menghambat sintesis dinding sel

meliputi Penisilin, Sefalosporin, Vankomisin, Sikloserin, Bacitrasin (Tortora et

al., 2010)

2.3.2.2 Menghambat Sintesis Asam Nukleat

Antimikroba ini menghambat sintesis asam nukleat dengan cara

menghambat proses replikasi dan transkripsi DNA mikroorganisme. Contoh

senyawa yang menghambat sintesis asam nukleat adalah: Quinolon,

Fluoroquinolon dan Rifampisin (Tortora et al., 2010).

2.3.2.3 Menghambat Sintesis Protein

Antimikroba ini menghambat sintesis protein dengan cara mempengaruhi

fungsi dari subunit ribosom 30s dan 50s. Antimikroba ini bersifat toksik selektif

terhadap tubuh manusia karena ribosom bakteri (tempat sintesis protein) terdiri

dari subunit 50s dan 30s, sementara ribosom manusia memiliki subunit 60s dan

40s.Contoh antibiotik golongan ini Tetracycline dan Aminoglycosida yang

kerjanya terikat pada transferase dari subunit ribosom 50s.Macrolida terikat pada

subunit 50s, Linezolid terikat pada subunit 50s (Tortora et al., 2010).

2.3.2.4 Mempengaruhi Permeabilitas Membran Sel

Senyawa ini bekerja dengan cara mempengaruhi permeabilitas membran

sel dan menyebabkan keluarnya senyawa-senyawa intrasel sehingga kehilangan

metabolit penting dari sel mikroba. (Tortora et al., 2010).

13

2.3.2.5 Antimetabolit

Beberapa senyawa kemoterapi disebut antimetabolit, secara kompetitif

menghambat reaksi metabolit bakteri yang penting bagi bakteri

tersebut.Antimetabolit biasanya berupa analog substrat, senyawa dengan struktur

yang mirip dengan substrat dari suatu enzim sehingga berkompetisi pada sisi aktif

enzim.Contoh dari senyawa antimetabolit adalah antibiotika golongan

Sulfonamida dan Trimethoprim (Tortora et al., 2010).

2.3.3 Resistensi Terhadap Antibiotik

Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang

menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan

lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang

mampu bertahan hidup dan berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya.

Kepekaan bakteri terhadap kuman ditentukan oleh kadar hambat minimal

yang dapat menghentikan perkembangan bakteri (Bari,2008)

Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel

mikroba oleh antibiotik. Sifat ini bisa merupakan suatu mekanisme alamiah untuk

tetap bertahan hidup. Resistensi antibiotik merupakan salah satu ancaman

kesehatan yan paling besar di dunia. Infeksi dari bakteri yang resisten dan

beberapa bakteri patogen yang menjadi resisten sudah semakin meluas.

Penyebabnya juga dari berbagai faktor yang saling berhubungan. Menurunnya

keefektifan antibiotik akan mempengaruhi kemampuan proses penyembuhan.

(Larasari, 2015).

2.3.2.1 Mekanisme timbulnya resistensi antibiotik

Mekanisme berdasarkan pada beberapa strategi untuk memodifikasi

struktur senyawa antibakteri dengan hidrolisis, jenis reaksi yang terjadi terutama

dengan agen β-laktam; transferensi kelompok fungsional (asil, fosforil, tiol,

nukleotidil, ADP-ribosil, glikosil), yang terjadi dengan banyak antibakteri, seperti

aminoglikosida, kloramfenikol, rifamisin, dan lincosamida; dan modifikasi kimia

lainnya (redoks, lyase), yang terjadi dengan tetrasiklin, rifamisin, dan

streptogramin ( Bhullar K., 2012).

14

Di antara kelimpahan enzim yang dapat memodifikasi senyawa

antibakteri, β-laktamas merupakan masalah utama dalam pengobatan bakteri

gram negatif. (Walsh TR, 2011) .penisilin, yang memberikan resistensi terhadap

penisilin, sefalosporin AmpC (misalnya MOXs, MIR, Keluarga FOX, keluarga

CMI, dan lainnya9 (merupakan golongan Klabsiela Pneumonia atau penyakit

paru), dan yang juga mampu menghidrolisis penisilin dan banyak sefalosporin

yang dapat menghindari penghambat β-laktamas klinis (misalnya asam

klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam). Mereka juga termasuk spektrum

diperluas β-laktamase (misalnya, SHV-1(ditemukan di Klebsiela Pneumonia),

TEM-1(Transmission Electron Microscop), TEM-2, CTX-Ms, dan lainnya), yang

mampu menghidrolisis penisilin dan sefalosporin (Walsh TR, 2011).

.Pada bakteri gram positif, β-laktam tidak mewakili masalah nyata. Hanya

penisilin yang dikenali dengan mekanisme penghambatan enzim, yang pada

gilirannya memberikan resistensi hanya terhadap penisilin (Rossolini,2010).

2.3.2.1.1 Modif Penisilin Binding Protein (PBP),

Lima komposisi Penisilin Binding Protein (PBP), diperlukan untuk

sintesis sel-dinding, harus dimutasi agar organisme sepenuhnya tahan terhadap

obat. Perkembangan resistensi kemungkinan dimulai dengan mutan dengan

Penisilin Binding Protein (PBP) dimodifikasi tunggal,mutan ini bisa mentolerir

konsentrasi penisilin sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan strain nonmutant.

paparan berikutnya untuk dosis rendah penisilin mungkin telah dipilih untuk strain

baru dari mutan ini, yang sekarang memiliki dua Penisilin Binding Protein (PBP)

yang dimodifikasi; ketegangan itu menjadi resisten terhadap obat. Proses ini

tampaknya diulang dari waktu ke waktu sampai semua lima Penisilin Binding

Protein (PBP) yang bermutasi penisilin sehingga mereka tidak lagi terikat.Strain

yang sangat resisten terhadap penisilin dan obat-obatan terkait. Hasilnya adalah

pneumoniae yang sangat resisten terhadap penisilin dan obat-obatan terkait

(Guilfoile 2007).

2.3.2.1.2 Mutasi Porin

Ada beberapa porins khas, seperti OmpF, OmpC, dan OmpE(protein tidak

spesifik dari membrane terluar e colli).Setiap spesies bakteri menghasilkan porin

15

tertentu, dan kehilangan atau penurunan satu atau lebih Omps adalah faktor

penyebab umum dalam membangun resistensi (misalnya, hilangnya OprD(Protein

spesifik yang memfalitasi penggunaan asam amino) di P. aeruginosa memberikan

ketahanan terhadap imipenem dan meropenem; pada spesies lain, hilangnya

OmpF dapat menyebabkan organisme dengan resisten multidrug (MDR) ( Gootz

,2010).Fenomena ini menghasilkan peningkatan konsentrasi hambat minimum

menjadi antimikroba hidrofilik dan mengurangi pilihan terapi antibakteri dalam

praktik klinis (Gootz ,2010).

Penurunan produksi porin (protein) adalah karakteristik beberapa bakteri,

seperti P. aeruginosa, yang memberikan kerentanan rendah terhadap agen β-

laktam.( Pages,2008). Pada beberapa strain, adalah mungkin untuk mengamati

pertukaran porin, yang mendorong pengurangan atau hilangnya afinitas dari

antibakteri dengan protein ini, yang kemudian kehilangan kemampuan mereka

untuk mengatasi membran luar dan masuk ke dalam sel (misalnya OmpK35

sampai OmpK36(protein membrane terluar di klebsiella pneumonia) yang

diisolasi dari pasien yang menggunakan terapi antibiotic ( Pages, 2008).

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan selektif yang

diberikan oleh penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama merupakan faktor

penting dalam munculnya bakteri MDR(bakteri yang resisten terhadap minimal 3

antibiotik), dan modifikasi porin merupakan faktor penting dalam proses

ini.Mekanisme yang paling umum terlibat dalam penurunan porin ekspresi dan

mutasi, yang pada gilirannya mencegah antibiotik masuk ke dalam sel (

Pages,2008).

2.3.2.1.3 Pompa Efflux

Mekanisme resistensi yang sangat efisien adalah produksi pompa efflux,

sebuah proton-dependent sistem yang mempengaruhi penghapusan antibiotik aktif

dari dalam sel.( Wright,2011) Ada lima keluarga protein eflux membran-spanning

termasuk major facilitators (disebut juga MF yaitu protein mengangkut membrane

tang memfalitasi zat terlarut), small multidrug resistance (disebutSMR protein

membrane integral yang memberikan resistensi obat terhadap senyawa beracun),

resistance nodulation cell division (disebut RND aktif mengangkut substrat di

16

membrane sitoplasma), ATP-binding cassette (ABC merupakan system

transportasi dan tertua yang ada dari prokariota ke manusia di semua filum)),dan

multidrug toxic compound extrusion (MATE merupakan protein yang berfungsi

sebagai obat)).

Gambar 2.1 Mekanisme Retensi Bakteri Gram Negatif

Semua anggota family ini memiliki tiga motif yang dilestarikan: motif A,

yang bertindak sebagai gerbang sitoplasma mengendalikan bagian substrat ke dan

dari sitoplasma; motif B, yang terlibat dalam energy kopel; dan motif C, yang

menentukan orientasi situs pengikat substrat yang tidak berpenghuni dan Dengan

demikian perintah arah transportasi. Karakteristik protein terbaik dalam keluarga

ini adalah tetrasiklin transporter (TetB), dari E. coli, yang telah terbukti berfungsi

sebagai antiportir elektrik sistem, mengkatalisis pertukaran kompleks tetrasiklin-

divalen-logam-kation untuk proton. 60 Pengangkut small multidrug resistance

(SMR) memiliki 140 residu asam amino, dan dibandingkan dengan transporter

protesependent lainnya, small multidrug resistance (SMR) berukuran kecil.

Analisis struktur small multidrug resistance (SMR) menunjukkan empat domain

hidrofobik transmembran yang dihubungkan oleh segmen hidrofilik fleksibel.

(Banigan,2015).

Mekanisme yang paling umum dari resistensi bakteri pada bakteri Gramnegatif.penghambatan enzimatik, dan modifikasi target obat. (Diwakili oleh

modifikasi dinding sel bakteri.)

17

Terhadap berbagai senyawa quaternary ammonium compounds (QAC),

selain kation lipofilik lainnya, menunjukkan eflux obat melalui gradien proton

elektrokimia. Karakterisasi filogenetik dan studi sekuensing genom pada keluarga

SMR menunjukkan tiga tingkat: pompa multidrug kecil, suppressor of groEL

mutation proteins (SUGs), and paired SMR protesin (PSMRs). Subclass pertama

ditandai oleh kemampuannya untuk memberikan ketahanan multi drug melawan

bakteri Gram-negatif, Gram-positif, dan Archaea dari ekspresi gen tunggal.

suppressor of groEL mutation proteins (SUG) menunjukkan aktivitas transportasi

isogenik dan potensi untuk mengimpor dan mengekspor berbagai substrat ini

sangat sempit dalam studi overaccumulation. PSMR adalah subkelas yang

berbeda karena persyaratan kedua salinan setiap homolog small multidrug

resistance (SMR) untuk diungkapkan secara bersamaan agarmemberikan fenotipe

resistensi obat..( Bay,2008).

2.3.4 Aktivitas dan Spektrum Antibiotik

2.3.4.1 Aktivitas Antibiotik

Secara prinsip, pemilihan antibiotik yang tepat harus mempertimbangkan

aktivitas mikrobiologi dan farmakodinamik masing-masing terhadap pola

sensitivitas kuman setempat.Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu antibiotik berspektrum sempit, seperti benzil penisilin dan

streptomisin, dan berspektrum luas seperti tetrasiklin dan kloramfenikol.Sifat anti

mikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya.Sebagai contoh, penisilin G

bersifat aktif terhadap bakteri Gram-positif, sedangkan bakteri Gram-negatif pada

umumnya tidak peka (resisten) terhadap penisilin G; tetrasiklin memiliki sifat

sebaliknya (Setiabudy, 2008).

2.3.4.2. Spektrum Antibiotik

Antibiotik digolongkan berdasarkan aktivitas, cara kerja maupun

struktur kimianya. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dibagi menjadi dua

golongan besar, yaitu antibiotik kerja luas dan antibiotik kerja sempit

Berdasarkan spektrum atau kisaran terjadinya, antibiotik dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu: (Pratiwi, 2008).

18

2.3.4.2.1 Antibiotik kerja luas (Broad spectrum),

Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik yang

dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun

negatif. Yang termasuk golongan ini yaitu tetrasiklin dan derivatnya,

kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin, carbapenem dan lain- lain (Pratiwi, 2008)

2.3.4.2.2 Antibiotik kerja sempit (Narrow spectrum)

Antibiotik yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri

saja, contohnya hanya menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja.

Yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, streptomisin dll (Pratiwi,

2008)

2.3.5 Golongan Antibiotik

Antibiotik memiliki tipe yang sangat banyak.Setiap antibiotik memiliki kerja

yang sedikit berbeda dan mempengaruhi bakteri yang berbeda pula.Hal ini,

merupakan alasan mengapa pasien harus memiliki resep dokter sebelum membeli

antibiotik. Dokter akan menentukan antibiotik terbaik untuk infeksi yang dialami

pasien. Beberapa jenis golongan antibiotik adalah:

2.3.5.1 Golongan senyawa Beta-laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang

mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu 12 penisilin, sefalosporin,

monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik

beta-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap

organisme Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis

dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis

peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada

dinding sel bakteri (Kemenkes, 2011).

2.3.5.1.1 Penisilin

Penisilin merupakan merupakan anti bakterial pertama yang digunakan

untuk terapi (sweetman, 2009). Golongan penisilin mempunyai persamaan sifat

kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, dan karakterisktik imunologis dengan

sefalosforin, monobaktam, karbapenem, dan penghambat beta-laktamase. Semua

19

obat tersebut merupakan senyawa beta laktam yang dinamakan demikian karena

mempunyai cincin laktam beranggota empat yang unik (Katzung, 2012).

Indikasi : Diindikasikan pada pasien dengan penyakit pneumonia, infeksi

tenggorokan, infeksi meningokokus(penyakit serius yang

biasanya mengakibatkan meningitis) (IDAI, 2012).

Dosis : 250 mg-500 mg ( Madscape)

Efek samping : gangguan fungsi hati,anemia hemolitik, ,alergi, (IDAI, 2012).

a. Amoksisilin

Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan

β-laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena obat tersebut dapat

menembus pori–pori dalam membran fosfolipid luar. Untuk pemberian oral,

amoksisilin merupakan obat pilihan karena di absorbsi lebih baik daripada

ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parenteral (Neal, 2007).

Indikasi : Diindikasikan untuk infeksi saluran kemih, pneumonia sinusitis,

bronkitis, pneumonia, abses gigi dan infeksi rongga mulut

lainnya (Neal,2007)

Dosis : 250 mg setiap 8 jam (Martin J. et al. 2009).

Efek samping : Sakit kepala ,Hiperaktif ,Uritkaria, Mual, perubahan warna

pada gigi (Lacy,2011).

b. Ampisillin

Ampisilin termasuk golongan dari Beta-Lactam.Aktivitasnya terrhadap

kokus gram-positif kurang daripada Penisilin G, jumlah Ampisillin dan senyawa

sejenisnya yang diabsorbsi pada pemberian oral dipegaruhi besarya dosis dan ada

tidaknya makanan dalam saluran cerna, dengan dosis yang lebih kecil persentase

yangdiabsorbsi lebih besar (Sullistia,2012)

Indikasi : Infeksi saluran kencing, otitis media,sinusitis, infeksi rongga

mulut bronkitis; meningitis listerial (Martin J. et al., 2009).

Dosis : 50-100 mg setiap 6 jam (Lacy.,2011)

Efek Samping : Uritkaria diare, muntah, Anemia, Anaphlaxis (Lacy.,2011)

20

2.3.5.1.2 Sefalosporin

Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti

antibiotik Betalaktam lain,mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah

dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi

transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi

spektrum masing-masing deriva tebervariasi.Sebagian besar dari sefalosporin

perlu diberikan parenteral dan terutama digunakan di rumah sakit. (Hardman,et

all,2001). Sefalosporin dibagi menjadi tiga generasi, yaitu :

a. Generasi I

Generasi I digunakan per oral pada infeksi saluran kemih ringan dan

sebagai obat pilihan kedua pada infeksi saluran napas dan kulit yang tidak begitu

parah dan bila terdapat alergi untuk penisilin contohnya seperti :

Sefadroksil

sebagai antibiotik Sefadroksil memiliki aktivitas terhadap bakteri Gram-

positif seperti Stapyhlococcus aureus, Stapyhlococcus epidermidis serta bakteri

gram negatif seperti Klebsiella pneumonia. Sefadroksil digunakan untuk

pengobatan infeksi pada saluran pernafasan ,saluran kencing,alat kelamin dan

system syaraf pusat (Makchit et al,2006)

Indikasi : Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti pada

infeksi saluran urogenital, saluran pernafasan, kulit dan jaringan

lunak, faringitis, Tonsilitis (Makchit et al,2006)

Dosis :1-2 gr sehari,bentuk sediaan adalah kapsul,tablet dan suspense

kering (McEvoy,2005).

Efek samping : Mual, muntah, diare,kulit kemerahan (Makchit et al.,2006

b. Generasi II

Generasi II digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten

terhadap amoksisilin dan sefalosporin generasi I, juga terkombinasi dengan

aminoglikosida (gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat

aktivitasnya. Begitu pula profilaksis pada antara lain bedah jantung, ususdan

ginekologi. Sefoksitin dan sefuroksim (generasi ke II) digunakan pada gonore

21

(kencing nanah) akibat gonokok yang membentuk lakamase (Makchit et al,2006),

contohnya seperti :

Sefuroksim

Sefuroksim merupakan sefalosporin generasi kedua yang kurang sensitif

terhadap inaktivasi oleh beta-laktamase dibandingkan dengan sefalosporin

generasi pertama sehingga antibiotik ini aktif terhadap bakteri tertentu yang

resisten terhadap antibiotik lain dan mempunyai aktivitas yang lebih besar

terhadap Haemophilus influenza dan Neisseria gonorrhoeae..(MIMS ,2014).

Indikasi : Infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, media otitis, infeksi

saluran urin, infeksi kulit dan jaringan kulit, tulang dan sendi

Dosis : Oral: 250-500 mg dua kali sehari. (MIMS,2014)

Efek sampng :,kehilangan pendengaran, reaksi Jarisch Herxheimer, spasmus otot

pada leher, keram otot, sakit dada, nafas pendek,(MIMS,2014)

c. Generasi III

Generasi II digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten

terhadap amoksisilin dan sefalosporin generasi I Seftriakson dan sefotaksim kini

sering dianggap sebagai obat pilihan pertama untuk gonore, terutama bila telah

timbul resistensi terhadap senyawa fluorkuinon (siprofloksasin). Sefoksitin

digunakan pada infeksi bacteroides fragilis. (Sulistia G.,G.,2012), contonhnya :

Seftriakson

Obat ini umumnya aktif terhadap kuman Grampositif, tetapi kurang aktif

dibandingkan dengan Sefalosporin generasi pertama,waktu paruhnya 8 jam. Obat

ini merupakan pilihan petama dari Uretritis oleh gonokokus tanpa komplikasi.

(Sulistia G.,G.,2012)

Indikasi : Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan

parah atau yang mengancam nyawa seperti meningitis. (Sulistia G.,G.,2012)

Dosis : Bentuk bubuk obat suntik 0,25; 0,5 dan 1 gr (Sulistia G.,G.,2012)

Efek samping :Reaksi alergi, gejalanya mirip dengan dengan reaksi alergi yang

ditimbulkan oleh penisilin. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis

dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi (Sulistia G.G.,

2012).

22

d. Generasi IV

Generasi IV mempunyai spektrum aaktivitas yang luas dari generasi tiga

dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada infeksi dengan

kuman Gram-positif (Sulistia G.,G.,2012), contohnya adalah :

Sefepim

Sefepim merupakan derivat sefalosporin generasi ke empat .Sefepim

relative resisten terhadap Beta-laktam tipe 1 kromomosomal dan Beta-laktam

yang berspektrum luas, antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi

abdominal, infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit dan struktur kulit

(Sullistia,2012)

Indikasi :Antibiotik Cefepime diindikasikan untuk pengobatan pneumonia,

(Sullistia,2012)

Dosis :diberikan secara injeksi IM dalam atau infus IV ,infeksi ringan

sampai sedang: 1-2 g/hari dalam 2 dosis terbagi. Infeksi berat :

Hingga 4 g sehari dalam 2 dosis terbagi. (Sullistia, 2012).

Efek samping :Gangguan lambung usus,diare, nausea dsb. (Tjay dan Raharja,

2007).

2.3.5.1.3 Tetrasiklin

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang

Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin berperan

menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan 7 pada bagian 16S

ribosom dan subunit 30S, sehingga mencegah aminoasil-tRNA terikat pada situs

A (situs aktif) pada ribosom (Pratiwi, 2008). Tetrasiklin sangat efektif terhadap

sejumlah bakteri Gram positif, Gram negatif, dan klamidia, sehingga terkenal

dengan antibiotik berspektrum luas (Goodman & Gilman, 2008).

Indikasi :Riketsiosis, infeksi klamidia, psitakosis, inclusion conjugtivitis,

trakomakne vulgaris (Sulistia G.G., 1995).

Dosis :250-500, 4 mg/hari (Sulistia G.G., 1995).

Efek samping :Erupsi morbiliformis, urtikaria, dermatitis eksfoliatif, udem reaksi

anafilaksis, iritasi lambung, diare, leukositosis, hepatotoksisitas,

disgenesis pada gigi susu maupun gigi tetap (Sulistia G.G., 1995).

23

2.3.5.1.4 Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi,

mengandung basa deoksistreptamin atau streptidin dan gula amino 3-

aminoglukosa, 6-aminoglukosa 2,6 diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin,L-

N-metilglukosamin, neosamin dan purpurosamin. Pada umumnya merupakan

senyawa bakterisid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan

Gram negatif serta efektif terhadap mikobakteri. Dalam bentuk garam sulfat untuk

hidroklorida bersifat mudah larut dalam air.Tidak diabsorbsi oleh saluran cerna

sehingga untuk pemakaian sistematik tidak dapat diberikan secara oral dan harus

diberikan secara parenterl.Biasanya melalui njeksi intramuscular. Turunan

aminoglikosida yang sering digunakan antara lain adalah streptomisin, kanamisin,

gentamisin, neomisin, tobramisin, amikasin, netilmisin, dibekasin dan

spektinomisin, contohnya

a. Gentamisin

Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida.Gentamisin

Sistemik hanya diterapkan pada infeksi yang berat, digunakan pada infeksi berat

yang disebabkanoleh bakteri negatif aerob terutama aktivitas bakterisidal terhadap

Pseudomonas aeroginosadan spesies Enterobacter (Kang dan Lee, 2009).

Indikasi :Untuk infeksi oleh kuman Gram-negatif yang meyebabkan

bakteimia, meningitis, pneumonia ,infeksi luka baka,infeksi saluran

kencing (Sullistia,2012)

Dosis :Tersedia larutan steril dalam Viaal atau ampul 60mg/1,5 ml;120 .

(Sullistia,2012)

Efek samping:Menimbulkan efek toksik sehingga penggunaan gentamisin

memerlukan pengawasan level obat dalam plasma dan penyesuaian

dosis untuk mencegah timbulnya efek toksik. (Kang dan Lee,

2009).

2.3.5.1.5 Makrolida

Sejarah makrolida diawali pada awal 1970-an, ketika perusahaan Sankyo

dan Merck berhasil mengisolasi milbemisin dan avermektin yang memiliki

struktur mirip, dan ternyata efektif digunakan sebagai insektisida.Keduanya

24

merupakan hasil fermentasi yang memanfaatkan Streptomyces yang berbeda.

Makrolida adalah salah satu kelas poliketida. Makrolida merupakan sekelompok

obat (khususnya antibiotik) yang aktivitasnya disebabkan karena keberadaan

cincin makrolida, cincin lakton besar yang berikatan dengan satu atau lebih gula

deoksi, biasanya kladinose dan desosamine..Antibiotik makrolida digunakan

untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteribakteri Gram positif

seperti Streptococcus Pnemoniae dan Haemophilus influenza. Penggunaannya

merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.Digunakan untuk mengobati

infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga,

infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan

jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang

ditularkan oleh serdadu sewaan).Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi

terhadap penisilin.Spektrum antimicrobial makrolida sedikit lebih luas

dibandingkan penisilin. Sekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di

pasaran obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin,

Klaritromisin dan Azithromisin.(Sullistia,2012), contohnya adalah

a. Erithromisin

Golongan Makrolida menghambat sintesis protein kuman dengan jalan

berikatan seara reversible da umumnya bersifat bakteriostatik Antibiotik ini tidak

stabil dalam suasana asam, Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis.

(Sullistia,2012)

Indikasi :Infeksi oral, campylobacter enteritis, sifilis, non-gonokokal

uretritis, infeksi saluran napas, infeksi kulit, prostatitis kronis;

profilaksis difteri, acne vulgaris. Peringatan: neonatus di bawah

2 minggu (risiko hipertrofik pyloric stenosis); penurunan fungsi

hati; gangguan ginjal (Sullistia,2012)

Dosis :Oral dewasa dan anak-anak dosis lebih dari 8 tahun, 250 – 500

mg setiap 6 jam atau 0,5-1 gram setiap 12 jam, sampai dengan 4

g sehari dalam dosis terbagi (Sullistia,2012)

Efek samping: Demam, eosinophilia dan eksantem, Hepatitis kolestati

(Sullistia,2012).

25

b. Azithromisin

Obat ini mempunyai indikasi klinik serupa dengan klaritomisin.

Indikasi :Infeksi saluran napas, otitis media; infeksi kulit dan jaringan

lunak, infeksi klamidia (Sullistia,2012).

Dosis: :500 mg sekali sehari selama 3 hari atau 500 mg pada hari pertama

kemudian 250 mg sekali sehari selama 4 hari (Martin J. et al.,

(Sullistia,2012).

Efek samping:anoreksia,dispepsia, perut kembung, pusing, sakit kepala,

mengantuk, kejang, arthralgia, dan gangguan dalam rasa dan bau,

sembelit, hepatitis, gagal hati, (Martin J. et al., 2009)

2.3.5.1.6 Sulfonamida

Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan

secara sistematik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada

manusia. Penggunaan sulfonamide kemudian terdesak oleh antibiotik.Pertengahan

tahun 1970 penemuan kegunaan sediaan kombinasi trimetoprim dan

sulfametoksazol meningktakan kembali penggunaan sulfonamide untuk

pengobatan penyakit infeksi tertentu. (Tjay, 2007).,Contohnya adalah

a. Co-trimoxazole

Co-trimoxazole adalah obat antibiotik yang memiliki spektrum luas yang

efektif terhadap kuman gram positif dan gram negatif.Obat ini biasa diresepkan

oleh dokter untuk mengatasi penyakit infeksi baik infeksi saluran napas atas,

infeksi saluran kemih dan infeksi saluran cerna seperti diare.cotrimoxazole adalah

antibiotik kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole yang digunakan untuk

mengobati berbagai macam infeksi bakteri. kombinasi ini dengan perbandingan

satu bagian trimethoprim dan lima bagian sulfamethoxazole (Martin J. et al.,

2009).

Indikasi :Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli.

Klebsiella sp, Enterobacter sp, e.Infeksi saluran pernafasan bagian

bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae. (Martin J. et al., 2009).

Dosis :oral (dewasa): 960mg setiap 12 jam (Martin J. et al., 2009).

26

Peringatan, menjaga asupan cairan yang cukup, hindari pada

kelainan darah (kecuali di bawah pengawasan spesialis);

memonitor jumlah darah pada pengobatan jangka panjang;

menghentikan segera jika kelainan darah atau ruam berkembang,

rentan terhadap defisiensi folat atau hiperkalemia (Martin J. et al.,

2009).

Efek samping:Mual, dire, sakit kepala, hiperkalemia; ruam, muntah, glositis,

anoreksia, kerusakan hati (Martin J. et al., 2009).

2.3.5.1.7 Quinolon dan Fluorokuinolon

Pada awal tahun 1980 ,diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan

atom Fluor pada Cincin Kuinolon.Perubahan struktur ini secara dramatis

meningkatkan daya antibakterinya ,memperlebar spektrum antibakteri,

memperlebar spektrum antibakteri memperbaiki penyerapan dan saluran

cerna,derta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Fluorokuinolon dapat

digunakan untuk infeksi sistemik.

Indikasi :Infeksi saluran kemih,unfeksi saluran cerna,infeksi saluran

nafas,infeksi tulang dan sendi,infeksi kulit (Martin J. et al., 2009).

Peringatan :Kuinolon harus digunakan dengan hati-hati dalam pasien yang

mempunyai riwayat epilepsi atau kondisi kejang, myasthenia

gravis (risiko eksaserbasi), gangguan ginjal; kehamilan, selama

menyusui, dan pada anak-anak (Martin J. et al., 2009).

Efek samping :Mual, muntah, dispepsia, nyeri rongga dada, diare, sakit kepala,

rash, anoreksia, cemas, depresi, halusinasi, tremor (Martin J. et al.,

2009).

2.3.6 Farmakokinetik

Penggunaan antibiotik. Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik

berdasarkan farmakokinetiknya.

2.3.6.1 Time dependent killing,

Untuk mengetahui lamanya antibiotik terdapat dalam darah dalam kadar

diatas KHM (Kadar Kadar Hambat Mikroba) n. Contoh antibiotik yang tergolong

time dependent killing yaitu penisilin, sefalosporin dan makrolida (Brander,2007).

27

2.3.6.2 Concentration dependent,

Semakin tinggi kadar KHM (Kadar Kadar Hambat Mikroba) maka

semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.Rejimen dosis yang dipilih

harus memiliki kadardalam serum atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM.

KHM merupakan kadar minimal yang digunakan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri Jika gagal mencapai kadar ini ditempat infeksi atau jaringan

akan mengakibatkan kegagalan terapi, atau timbulnya resistensi (Brander,2007).

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini

data diambil dengan membagikan kuisioner dan diisi oleh responden.

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kemampuan mahasiswa dalam memahami

antibiotik dan penggunaannya.

3.2.2 Sikap

Sikap merupakan kemampuan mahasiswa dalam menyikapi penggunaan

antibiotik.

3.2.3 Antibiotik

Antibiotik adalah suatu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang

disebabkan kuman.

3.2.4 Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk

menyiapkan dan/atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien

(Syamsuni, 2006).

3.2.5 Mahasiswa

Mahasiswa kesehatan adalah mahasiswa Farmasi Stikes Karya Putra

Bangsa, mahasiswa Analis Kesehatan Stikes Karya Putra Bangsa, mahasiswa

Keperawatan Stikes Hutama Abdi Husada dan mahasiswa Analis Kesehatan

Stikes Hutama Abdi Husada.

29

3.3 Lokasi dan waktu penelitian

3.3.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di Univesitas kesehatan meliputi Stikes

Karya Putra Bangsa, dan Stikes Hutama Abdi Husada , dan Universitas non

kesehatan meliputi Universitas Tulungagung, Institut agama Islam Negri (IAIN),

Sekolah Tinggi Keguruan dn Ilmu Pendidikan (STKIP).

3.3.2 Waktu

Dilakukan pada bulan Januari-Februri 2018,Sampai terpenuhinya jumlah

sampel.

3.4 Populasi dan sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kesehatan dan non

kesehatan di kabupaten Tulungagung meliputi mahasiswa farmasi Stikes Karya

Putra Bangsa, Mahasiswa Analis Kesehatan Stikes Karya Putra Bangsa dan

mahasiswa Hutama Abdi Husada serta mahasiswa Kebidanan Universitas

Tulungagung. Institut agama Islam Negri (IAIN), Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu

Pendidikan (STKIP), dengan jumlah total 38,285 mahasiswa.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota

populasi (Ferdinand, 2006). Penganbilan sampel diambil dengan pertimbangan

bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya, sehingga tidak memungkinkan

untuk meneliti seluruh populasi yang ada, sehingga dibentuk sebuah perwakilan

populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Sampling

yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak..

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 500 responden,

yang terdiri dari 250 mahasiswa kesehatan dan 250 mahasiswa non kesehatan.

penentuan ukuran sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin, Dalam

pengambilan sampel. Jika hasil penelitian diharapkan mencapai taraf signifikansi

tinggi (taraf kesalahan karena faktor kebetulan kecil), maka jumlah sampel

dituntut lebih banyak dibandingkan harapan taraf signifikansi lebih rendah (Umar,

2008).

30

= 1 +n = ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Tolerir kesalahan pengambilan sampel (5%) (Umar, 2008:78).

= 38,2851 + 38,285. (0,05)= 38,2851 + 95,7125= 38,28596,7125= 395,862= 396

Karena 396 adalah nilai sampel minimum maka peneliti

menambahkan 104 sampel agar jumlah sampel peneliti tidak terlalu rendah

sehingga jumlah sampel menjadi 500 responden

Dari 500 responden 250 diantaranya adalah mahasiswa kesehatan,

sisanya adalah mahasiswa non kesehatan

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan data

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulandata penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini

adalah:

3.5.1.1 Data demografi Responden

Data responden yang meliputi nama, ,jenis kelamin,alamat/tempat

tinggal, program studi, Umur.

3.5.1.2 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, 2002).

31

3.5.2 Teknik Pengambilan Data

3.5.2.1 Kuesioner

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner

kepada responden yang kemudian diisi mengenai data demografi, dan kuisonerr

pengetahuan dan sikap, terhadap penggunaan antibiotik.

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data dengan

kuesioner kepada mahasiswa Kesehatan, sebagai respondennya yang akan

menjawab semua item pertanyaan. Pertanyaan yang disediakan dalam kuesioner

adalah pertanya an yang sifatnya tertutup, model tersebut juga disediakan pilihan

jawabannya, sehingga responden hanya memilih dari alternative yang sesuai

dengan pendapat atau pilihannya (Supardi, 2005).

Untuk mengukur Pengetahuan dari daftar pertanyaan yang diajukan pada

responden diolah dengan skala Guttman Yaitu skala yang menginginkan tipe

jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah, ya - tidak, pernah - tidak pernah,

positif - negatif, tinggi - rendah, baik - buruk, dan seterusnya. Pada skala

Guttman, hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju.Skala Guttman

dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist.

1 = jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya .

0 = jawaban negatif seperti salah, tidak, rendah, buruk, dan semacamnya.

Untuk mengukur tingkat sikap responden menggunkan Skala Likert.

Menurut Djaali Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

gejala atau fenomena pendidikan (Djali, 2008) Skala Liket berisi lima tingkat

preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut :

1 = Sangat kurang setuju

2= Kurang setuju

3 = Cukup setuju

4 = Setuju

5 = Sangat setuju (Djali, 2008)

32

3.6 Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

3.6.1 Peneliti bertemu dengan mahasiswa kesehatan dan menilai mahasiswa

tersebut memenuhi kriteria atau tidak.

3.6.2 Apabila memenuhi kriteria mahasiswa tersebut diberi informed consent.

3.6.3 Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada mahasiswa.

3.6.4 Mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada

kuesioner sesuai dengan petunjuk yang ada. Mahasiswa dapat bertanya

pada peneliti apabila mempunyai kesulitan dalam mengisi kuesioner dan

peneliti harus memberi penjelasan tentang kesulitan tersebut.

3.6.5 Lembar kuesioner yang telah diisi mahasiswa kemudian dikumpulkan oleh

peneliti dan selanjutnya dilakukan analisis.

3.6.6.1 Pembuatan Kuesioner

3.6.6.2 Uji Validitas Kuesioner dan Uji Realibilitas

3.7 Teknik Pengolahan Data

3.7.1 Editing (Pemeriksaan Data)

Editing merupakan kegiatan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner

sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban

dengan pertanyaan, dan konsisten.Kalau ternyata masih ada data atau informasi

yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka

kuesioner tersebut dilekuarkan (drop out).

3.7.2 Coding (Pemberian Kode)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.Pemberian kode bertujuan untuk mempermudah

analisis data dan entry data.

3.7.3 Skoring

Pemberian skor atau nilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh

responden.

33

3.7.4 Tabulasi

Tabulasi dimaksudkan untuk memasukan data ke dalam tabel-tabel dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori.

3.7.5 Entry (Memasukkan Data)

Memasukkan data yang diperoleh ke dalam komputer/laptop

3.8 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.8.1 Kriteria Inklusi.

3.8.1.1 Mahasiswa kesehatan dan non keesehatan Bersedia menjadi responden

3.8.2 Kriteria Eksklu

3.8.2.1 Pengisian kuesioner tidak lengkap

34

3.9 SKEMA PENELITIAN

Gambar 3.1 Skema Penelitian

Tujuan penelitian

Perumusan masalah

Melakukan studiliteratur dan pustaka

Penyusunan kerangkaberpikir

Memberikan kuesioneruntuk diisi

Pembuatan kuesionerdan validasi

Penentuan populasidan sampel

Kesimpulan

Pengolahan dan analisisdata

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Frekuensi

4.1.1 Frekuensi Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Frekuensi Persen

ValidL 163 32,6P 337 67,4Total 500 100,0

L : Laki-laki , P : Perempuan

Diketahui bahwa, sebanyak 163 responden atau 32,6% berjenis kelamin

laki-laki dan sebanyak 337 responden atau 67,4% berjenis kelamin perempuan

4.1.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden

Tabel 4.2 Frekuensi Usia Responden

Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada usia 500 responden yang diteliti

pada table di atas dapat diketahui bahwa, sebanyak 3 responden atau 0,6% berusia

18 tahun, sebanyak 38 responden atau 7,6% berusia 19 tahun

.

UmurFrekuensi Persent

Valid

18,00 3 ,619,00 38 7,620,00 65 13,021,00 103 20,622,00 91 18,223,00 138 27,624,00 62 12,4Total 500 100,0

36

4.1.3 Distribusi Frekuensi Tanggapan RespondenPengetahuan tentang AntibiotikTabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

NoJawaban

Rata-Rata Standar DeviasiTidak Setuju (0) Setuju (1)F % F %

1 80 16,0 420 84,0 0,8400 0,36697

2 79 15,8 421 84,2 0,8420 0,36511

3 19 3,8 481 96,2 0,9620 0,19139

4 36 7,2 464 92,8 0,9280 0,25875

5 43 8,6 457 91,4 0,9140 0,28064

6

7

89 17,8 411 82,2 0,8220 0,38290

16 3,2 484 96,8 0,9680 0,17618

8 34 6,8 466 93,2 0,9320 0,25200

9 29 5,8 471 94,2 0,9420 0,23398

10 41 8,2 459 91,8 0,9180 0,27464

11 31 6,2 469 93,8 0,9380 0,24140

12 25 5,0 475 95,0 0,9500 0,21816

Berdasarkan hasil data diatas diketahui bahwa tanggapan responden

terhadap variabel pengetahuan tentang antibiotik dengan 12 soal dan 500

responden.

37

4.2 Deskripsi Pengetahuan

4.2.1 Tabulasi Pengetahuan

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pasien dengan Pengetahuan

Pasien * Kategori.PengetahuanCrosstabulationKategori.Pengetahuan TotalSedang Tinggi

Responden

Kesehatan Jumlah 4 246 250

% oTotal 0,8% 49,2% 50,0%

NonKesehatan

Jumlah 10 240 250

% Total 2,0% 48,0% 50,0%

TotalJumlah 14 486 500

% Total 2,8% 97,2% 100,0%

Responden kesehatan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak

4 orang atau 0,8% dan memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 246 orang

atau 49,2%.

4.2.2 Skor Pengetahuan Responden

Tabel 4.5 Tabulasi Pengetahuan Responden

ReportResponden Skor.Pengetahuan Skor.Sikap

Kesehatan N 250 250Mean 11,6200 50,9760Std. Deviation ,87100 3,47212

Non Kesehatan N 250 250Mean 10,2920 45,6440Std. Deviation 1,41092 4,02169

TotalN 500 500Mean 10,9560 48,3100Std. Deviation 1,34673 4,60525

Skor Pengetahuan pada responden kesehatan memiliki rata-rata 11,620 dan

pada responden non kesehatan memiliki rata-rata 10,2920

38

4.2.3 Skor Pengetahuan Responden

Tabel 4.6 Tabulasi Skor Pengetahuan Responden

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Skor.Pengetahuan 500 5,00 12,00 10,9560 1,34673

Valid N 500

Dari keseluruhan jawaban responden dengan 12 soal dan 500 responden

dapat diperoleh skor total minimum 5, maksimum 12, rata-rata 10,9560 dan

standar deviasi 1,34673.

4.2.4 Tingkatan Kategori Pengetahuan

Tabel 4.7 Tingkatan Kategori Pengetahuan Responden

Frekuensi Persen

ValidSedang 14 2,8

Tinggi 486 97,2Total 500 100,0

Skor total tersebut dikategorikan maka didapatkan tingkatan pengetahuan

pada tabel diatas. Dari 500 responden yang diteliti, sebanyak 14 responden atau

2,8% memiliki pengetahuan dengan kategori sedang dan sebanyak 486 responden

atau 97,2% memiliki pengetahuan dengan kategori tinggi

39

4.3 Diskripsi Sikap

4.3.1 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Sikap

NoJawaban

Rata-Rata

StandarDeviasiSTS (1) TS (2) CS (3) S (4) SS (5)

F % F % F % F % F %

1 5 1,0 31 6,2 50 10,0 250 50,0 164 32,8 4,0740 0,87295

2 0 0,0 12 2,4 61 12,2 277 55,4 150 30,0 4,1300 0,70859

3 1 0,2 4 0,8 71 14,2 116 23,2 308 61,6 4,4520 0,77776

4 4 0,8 66 13,2 121 24,2 191 38,2 118 23,6 3,7060 0,99677

5 1 0,2 9 1,8 105 21,0 219 43,8 166 33,2 4,0800 0,79174

6 1 0,2 8 1,6 84 16,8 220 44,0 187 37,4 4,1680 0,77264

7 4 0,8 9 1,8 126 25,2 227 45,4 134 26,8 3,9560 0,81449

8 0 0,0 16 3,2 122 24,4 228 45,6 134 26,8 3,9600 0,79980

9 11 2,2 44 8,8 79 15,8 236 47,2 130 26,0 3,8600 0,97483

10 1 0,2 12 2,4 84 16,8 248 49,6 155 31,0 4,0880 0,76513

11 3 0,6 24 4,8 109 21,8 220 44,0 144 28,8 3,9560 0,86693

12 7 1,4 23 4,6 123 24,6 217 43,4 130 26,0 3,8800 0,89622

STS: Sangat tidak setuju, TS: Tidak setuju,CS: Cukup setuju,S : Setuju, SS: Sangat setuju

Berdasarkan hasil data diatas diketahui bahwa tanggapan responden

terhadap variabel sikap tentang penggunaan antibiotik dengan 12 soal dan

500 responden.

4.3.2 Skor Sikap

Tabel 4.9 Skor Sikap

Deskriptiv Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Skor.Sikap 500 33,00 58,00 48,3100 4,60525

Valid N (listwise) 500

40

Dari keseluruhan jawaban responden dengan 12 soal dan 500

responden dapat diperoleskor total minimum 33, maksimum 58, rata-rata

48,3100 dan standar deviasi 4,60525.

4.3.3 Kategori Sikap

Tabel 4.10 Kategori Sikap

Frekuensi Percent

Valid Sedang 82 16,4

Baik 418 83,6Total 500 100,0

Apabila skor total tersebut dikategorikan maka didapatkan tingkatan

sikap pada tabel diatas. Dari 500 responden yang diteliti, sebanyak 82

responden atau 16,4% memiliki sikap dengan kategori sedang dan sebanyak

418 responden atau 83,6% memiliki sikap dengan kategori baik.

4.3.4 Tabulasi Silang dan Hubungan Pengetahuan dengan Sikap.

Tabel 4.11 Tabulasi Silang dan Hubungan Pengetahuan dengan Sikap

Kategori.Sikap TotalSedang Baik

Kategori PengetahuanSedang Jumlah 8 6 14

% Total 1,6% 1,2% 2,8%

TinggiJumlah 74 412 486% Total 14,8% 82,4% 97,2%

TotalJumlah 82 418 500% Total 16,4% 83,6% 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel diatas dapat diketahui

bahwa pada responden dengan tingkat pengetahuan sedang dan tingkat sikap

sedangsebanyak 8 responden atau 1,6%, sedangkan yatingkat pengetahuan

sedang dan tingkat sikap baik sebanyak 6 responden atau 1,2%.

Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi dan tingkat sikap

sedang sebanyak 74 responden atau 14,8%, sedangkan yangtingkat

pengetahuan tinggi dan tingkat sikap baik sebanyak 412 responden atau

82,4%.

41

4.3.5 Tabulasi Silang d Sikap.

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Sikap

Pasien * Kategori.SikapCrosstabulationKategori.Sikap Total

Sedang Baik

RespondenKesehatan

Jumlah 8 242 250% Total 1,6% 48,4% 50,0%

NonKesehatan

Jumlah 74 176 250% oTotal 14,8% 35,2% 50,0%

TotalJumlah 82 418 500% Total 16,4% 83,6% 100,0%

Responden kesehatan yang memiliki tingkat sikap sedang sebanyak

8 orang atau 1,6% dan memiliki tingkat sikap tinggi sebanyak 242 orang atau

48,4%

4.4 Tabel Hasil PengujianValiditas dan Reabilitas

4.4.1 Table Pengujian VAliditas

Tabel 4.13 Pengujian Validitas

Variabel NO. SOAL R hitung Keterangan

Pengetahuan

1 0,557 Valid2 0,412 Valid3 0,341 Valid4 0,341 Valid5 0,525 Valid6 0,342 Valid7 0,557 Valid8 0,478 Valid9 0,525 Valid10 0,527 Valid11 0,409 Valid12 0,525 Valid

Sikap

1 0,477 Valid2 0,470 Valid3 0,640 Valid4 0,314 Valid5 0,380 Valid6 0,493 Valid7 0,548 Valid8 0,704 Valid9 0,353 Valid10 0,686 Valid11 0,731 Valid12 0,361 Valid

42

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh soal memiliki nilai r hitung>

r nila table dapat dilihat pada lampiran r tabel di file excel dengan jumlahdata 50

responden.

4.4.2 Tabel Hasil Pengujian Reliabilitas

Tabel 4.14 Pengujian Reliabilitas

Reliability StatistiksPengetahuanCronbach's Alpha N of Items

,780 12

Reliability Statistiks SikapCronbach's Alpha N of Items

,825 12

Dari hasil pengujian Reliabilitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa

berdasarkan dari jawaban responden pada seluruh variabel diperoleh nilai

cronbach alpha > 0,6 maka terbukti reliabel

4.5 Uji Chi-Square

Tabel 4.15 Uji Chi Square

Chi-Square TestsValue Df Asymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 17,439a 1 ,000ContinuityCorrectionb 14,515 1 ,000

Likelihood Ratio 12,452 1 ,000Fisher's Exact Test ,000 ,000Linear-by-LinearAssociation

17,404 1 ,000

N of Valid Cases 500

Berdasarkan hasil pengujian statistik di atas dapat diketahui bahwa nila

signifikansi 0,000 < 0,05.

43

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tanggapan responden, maka dibawah ini akan penulis

jelaskan terlebih dahulu mengenai identitas responden. Berikut disajikan hasil

penelitian dari identifikasi karakteristik responden.

5.1 Kriteria Responden

5.1.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data berdasarkan hasil perhitungan

statistik pada jenis kelamin yang berjumlah total 500 yang terdiri dari 250

mahasiswa kesehatan dan 250 mahasiswa non kesehatan yang diteliti pada table di

atas dapat diketahui bahwa, sebanyak 163 responden dengan persentase 32,6%

berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 337 responden dengan persentase 67,4%

berjenis kelamin perempuan

5.1.2 Profil Responden Berdasarkan Umur

Pada 500 responden yang diteliti pada table di atas dapat diketahui bahwa,

sebanyak 3 responden dengan persentase 0,6%. berusia 18 tahun, sebanyak 38

responden dengan persentase 7,6% berusia 19 tahun, sebanyak 65 responden

dengan persentase 13,0% berusia 20 tahun,sebanyak 103 responden dengan

persentase 20,6% 21 tahun, sebanyak 91 responden dengan persentase 18,2% 22

tahun, sebanyak 138 responden dengan persentase 27,6% 23 tahun dan sebanyak

62 responden dengan persentase 12,4% berusia 24 tahun.

5.2 Deskripsi Variabel Pengetahuan

5.2.1 Distribusi Frekuensi Tanggapan(Pengetahuan tentang Antibiotik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 500 responden

melalui penyebaran kuesioner mendapatkan kecenderungan jawaban responden

mengenai pengetahuan tentang antibiotik akan didasarkan pada rentang skor

jawaban sebagaimana pada lampiran.

44

Standard deviation (simpangan baku) ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat

(derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rata-ratanya

(Ridwan,2013)

Berdasarkan hasil data diatas diketahui bahwa tanggapan responden terhadap

variabel pengetahuan tentang antibiotik dengan 12 soal dan 500 responden yang

diteliti dapat diketahui dengan rincian sebagai berikut:

Pada distribusi tanggapan responden kuisoner pengetahuan tentang

antibiotik tanpa resep yang memilik pertanyaan sebanyak 12 soal,

Pada soal no 1 diketahui bahwa 80 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 16,0.Responden menjawab setuju sebanyak 420 responden

dengan persentase 84,0 dengan rata-rata 0,8400 dan standar deviasi 0,36697.

Pada soal no 2 diketahui bahwa 79 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 15,8 Responden menjawab setuju sebanyak 421 responden

dengan persentase 84,2% dengan rata-rata 0,8420 dan standar deviasi 0,36511

Pada soal no 3 diketahui bahwa 19 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 3,8%.Responden menjawab setuju sebanyak 481 responden

dengan persentase 96,2% dengan rata-rata 0,9620 dan standar deviasi 0,19139

Pada soal no 4 diketahui bahwa 36 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 7,2% Responden menjawab setuju sebanyak 464 responden

dengan persentase 92,8 dengan rata-rata 0,8420 dan standar deviasi 0,36511.

Pada soal no 5 diketahui bahwa 43 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 8,6%.Responden menjawab setuju sebanyak 457 responden

dengan persentase 91,4% dengan rata-rata 0,9140 dan standar deviasi 0,28064.

Pada soal no 6 diketahui bahwa 89 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 17,8%.Responden menjawab setuju sebanyak 411 responden

dengan persentase 82,2% dengan rata-rata 0,8220 dan standar deviasi 0,38290.

Pada soal no 7 diketahui bahwa 16 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 3,2%.Responden menjawab setuju sebanyak 484 responden

dengan persentase 96,8% dengan rata-rata 0,9680 dan standar deviasi 0,17618.

45

Pada soal no 8 diketahui bahwa 34 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 6,8%.Responden menjawab setuju sebanyak 466 responden

dengan persentase 93,2% dengan rata-rata 0,9320dan standar deviasi 0,25200.

Pada soal no 9 diketahui bahwa 29 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 5,8%.Responden menjawab setuju sebanyak 471 responden

dengan persentase 94,4% dengan rata-rata 0,9420 dan standar deviasi 0,23398.

Pada soal no 10 diketahui bahwa 41 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 8,2%.Responden menjawab setuju sebanyak 459 responden

dengan persentase 91,8% dengan rata-rata 0,9180 dan standar deviasi 0,27464.

Pada soal no 11 diketahui bahwa 31 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 6,2%.Responden menjawab setuju sebanyak 469 responden

dengan persentase 93,8% dengan rata-rata 0,9380 dan standar deviasi 0,24140.

Pada soal no 12 diketahui bahwa 25 responden menjawab tidak setuju

dengan persentase 5,0%.Responden menjawab setuju sebanyak 475 responden

dengan persentase 95,0% dengan rata-rata 0,9500 dan standar deviasi 0,21816.

5.2.2 Tabulasi Pengetahuan

Pada hasil tabulasi silang Responden dengan tingkat pengetahuan pada

table diatas dapat diketahui bahwa :

Mahasiswa kesehatan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak

4 responden dengan persentase 0,8% dan memiliki tingkat pengetahuan tinggi

sebanyak 246 responden dengan persentase 49,2%. Sedangkan mahasiswa non

kesehatan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 10 responden

dengan persentase 2,0% dan memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 240

responden dengan persentase 48,0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

responden kesehatan memiliki tingkat pengetahuan kategori tinggi berjumlah

lebih banyak dibandingkan responden non kesehatan.

5.2.3 Skor Pengetahuan Responden dan Sikap

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat diketahui bahwa:

Skor Pengetahuan pada responden kesehatan memiliki rata-rata 11,620 dan pada

responden non kesehatan memiliki rata-rata skor responden 10,2920, sehingga

46

dapat disimpulkan bahwa skor pengetahuan pada responden kesehatan lebih

tinggi daripada responden non kesehatan.

Skor sikap pada responden kesehatan memiliki rata-rata 50,9760 dan pada

respond en non kesehatan memiliki rata-rata 45,6440, sehingga dapat disimpulkan

bahwa skor sikap pada responden kesehatan lebih tinggi dari pada responden non

kesehatan.

5.2.4 Skor Pengetahuan Responden

Skor pengetahuan menggunakan skala Gutttmana 0-12

Dari keseluruhan jawaban responden dengan 12 soal dari 500 responden

dapat diperoleh skor terendah 5, tertinggi12, rata-rata 10,9560 dan standar deviasi

1,34673.

5.2.5 Tingkatan Kategori Pengetahuan

Apabila skor total tersebut dikategorikan maka didapatkan tingkatan

pengetahuan pada tabel diatas. Dari 500 responden yang diteliti, sebanyak 14

responden atau 2,8% memiliki pengetahuan dengan kategori sedang dan

sebanyak 486 responden atau 97,2% memiliki pengetahuan dengan kategori

tinggi.

Perhitungan kategori tingkat pengetahuan bisa dihitung sebagai berikut:

Variabel Pengetahuan terdiri dari 12 butir soal dengan nilai minimal 0 dan

maksmal 1 untuk setiap butir soal, sehingga:

Skor maksimal yang diperoleh adalah 12 x 1 = 12

Skor minimal yang diperoleh adalah 12 x 0 = 0

Proses pencarian mean teoritis dan standar deviasi dibagi dalam tiga

kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus penghitungan

rating scale Azwar (2006). Pembagian Rating Scale adalah sebagai berikut :

X < μ-1,0σ : rendah

(μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) : sedang

(μ+1,0σ) ≤ X : tinggi

Keterangan :

X : hasil jawaban responden

μ : mean teoritis ( skor maksimal+skor minimal)/2

47

: (12+0)/2 = 6

σ : satuan standar deviasi [1/6x(skor maksimal-skor minimal)]

: (12-0)/6 =2

Sehingga diperoleh interval sebagai berikut:

X < 4 : rendah

4 ≤ X < 8 : sedang

8 ≤ X : tinggi

5.2.6 Deskripsi (Pengetahuan)

Hasil Distribusi Frekuensi Tanggapan Respon

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 500 responden

melalui penyebaran kuesioner. Untuk mendapatkan kecenderungan jawaban

responden mengenai sikap tentang penggunaan antibiotik akan didasarkan pada

rentang skor jawaban sebagaimana pada lampiran

Berdasarkan hasil data diatas diketahui bahwa tanggapan responden

terhadap variabel sikap tentang penggunaan antibiotikdengan 12 soal dan 500

responden yang diteliti dapat diketahui dengan rincian sebagai berikut:

Pada soal no 1 diketahui bahwa 5 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 1,0%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 31 responden

dengan persentase 6,2%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 50

responden dengan persentase 10,0 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 250 responden dengan persentase 50,0%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 164 responden dengan persentase 32,8 dengan rata-rata 4,0740

dan standar deviasi 0,87295.

Pada soal no 2 diketahui bahwa 0 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,0%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 12 responden

dengan persentase 2,4%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 61

responden dengan persentase 12,2 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 277 responden dengan persentase 55,4%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 150 responden dengan persentase 30,0 dengan rata-rata 4,1300

dan standar deviasi 0,70859.

48

Pada soal no 3 diketahui bahwa 1 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,2%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 4 responden

dengan persentase 0,8%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 71

responden dengan persentase 14,2 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 116 responden dengan persentase 23,2%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 308 responden dengan persentase 61,6 dengan rata-rata 4,4520

dan standar deviasi 0,77776.

Pada soal no 4 diketahui bahwa 4 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,8%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 66 responden

dengan persentase 13,2%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 121

responden dengan persentase 24,2 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 191 responden dengan persentase 38,2%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 118 responden dengan persentase 23,6% dengan rata-rata 3,7060

dan standar deviasi 0,99677.

Pada soal no 5 diketahui bahwa 1 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,2%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 9 responden

dengan persentase 1,8%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 105

responden dengan persentase 21,0% sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 219 responden dengan persentase 43,8%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 16 responden dengan persentase 33,2 dengan rata-rata 4,0800 dan

standar deviasi 0,79174.

Pada soal no 6 diketahui bahwa 1 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,2%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 8 responden

dengan persentase 1,6%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 84

responden dengan persentase 16,8% sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 220 responden dengan persentase 44,0%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 187 responden dengan persentase 37,4% dengan rata-rata 4,1680

dan standar deviasi 0,77264.

Pada soal no 7 diketahui bahwa 4 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,8%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 9 responden

dengan persentase 1,8%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 126

49

responden dengan persentase 25,2 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 227 responden dengan persentase 45,4%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 134 responden dengan persentase 26,8 dengan rata-rata 3,9560

dan standar deviasi 0,81449.

Pada soal no 8 diketahui bahwa 0 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan persentase 0,0%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 16 responden

dengan persentase 3,2%, responden menjawab cukup setuju sebanyak 122

responden dengan persentase 24,4% sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 228 responden dengan persentase 45,6%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 134 responden dengan persentase 26,8 dengan rata-rata 3,9600

dan standar deviasi 0,79980.

Pada soal no 9 diketahui bahwa 11 responden menjawab sangat tidak

setuju dengan persentase 2,2%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 44

responden dengan persentase 8,8%, responden menjawab cukup setuju sebanyak

79 responden dengan persentase 15,8 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 236 responden dengan persentase 47,2%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 130 responden dengan persentase 26,0% dengan rata-rata 3,8600

dan standar deviasi 0,97483.

Pada soal no 10 diketahui bahwa 1 responden menjawab sangat tidak

setuju dengan persentase 0,2%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 12

responden dengan persentase 2,4%, responden menjawab cukup setuju sebanyak

84 responden dengan persentase 16,8 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 248 responden dengan persentase 49,6%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 155 responden dengan persentase 31,0 dengan rata-rata 4,0880

dan standar deviasi 0,76513

Pada soal no 11 diketahui bahwa 3 responden menjawab sangat tidak

setuju dengan persentase 0,6%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 24

responden dengan persentase 4,8%, responden menjawab cukup setuju sebanyak

109 responden dengan persentase 21,8 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 220 responden dengan persentase 44,0%, responden menjawab sangat

50

setuju sebanyak 144 responden dengan persentase 28,8 dengan rata-rata 3,9560

dan standar deviasi 0,86693.

Pada soal no 12 diketahui bahwa 7 responden menjawab sangat tidak

setuju dengan persentase 1,4%, responden menjawab tidak setuju sebanyak 23

responden dengan persentase 4,6%, responden menjawab cukup setuju sebanyak

123 responden dengan persentase 24,6 % sedangkan responden menjawab setuju

sebanyak 217 responden dengan persentase 43,4%, responden menjawab sangat

setuju sebanyak 130 responden dengan persentase 26,0 dengan rata-rata 3,8800

dan standar deviasi 0,89622.

5.2.7 Skor Sikap

Skor Sikap menggunakan skala Gutttmana 1-60

Dari keseluruhan jawaban responden dengan 12 soal dan 500 responden

dapat diperoleh skor total terendah 33, tertinggi 58, rata-rata skor responden

48,3100 dan standar deviasi 4,60525.

5.2.8 Kategori Sikap

Apabila skor total tersebut dikategorikan maka didapatkan tingkatan sikap

pada tabel diatas. Dari 500 responden yang diteliti, sebanyak 82 responden atau

16,4% memiliki sikap dengan kategori sedang dan sebanyak 418 responden atau

83,6% memiliki sikap dengan kategori baik.

Perhitungan kategori tingkat sikap bisa dihitung sebagai berikut:

Variabel sikap terdiri dari 12 butir soal dengan nilai minimal 1 dan maksimal 5

untuk setiap butir soal, sehingga:

Skor maksimal yang diperoleh adalah 12 x 5 = 60

Skor minimal yang diperoleh adalah 12 x 1 = 12

Proses pencarian mean teoritis dan standar deviasi dibagi dalam tiga

kategori yaitu buruk, sedang, dan baik menggunakan rumus penghitungan rating

scale Azwar (2006). Pembagian Rating Scale adalah sebagai berikut :

X < μ-1,0σ : buruk

(μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) : sedang

(μ+1,0σ) ≤ X : baikKeterangan :X : hasil jawaban responden

51

μ : mean teoritis ( skor maksimal+skor minimal)/2: (60+12)/2 = 36

σ :satuan standar deviasi [1/6x(skor maksimal-skor minimal)]: (60-12)/6 =8

Sehingga diperoleh interval sebagai berikut:X < 28 :buruk28 ≤ X < 44 : sedang44 ≤ X : baik

5.3 Hasil Tabulasi

5.3.1 Tabulasi Silang dan Hubungan Pengetahuan dengan Sikap

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel diatas dapat diketahui bahwa

pada responden dengan tingkat pengetahuan sedang dan tingkat sikap sedang

sebanyak 8 responden dengan persentase ,6%, sedangkan yang tingkat

pengetahuan sedang dan tingkat sikap baik sebanyak 6 responden dengan

persentase 1,2%.

Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi dan tingkat sikap sedang

sebanyak 74 responden dengan persentase 14,8%, sedangkan pada tingkat

pengetahuan tinggi dengan tingkat sikap baik sebanyak 412 responden 82,4%.

Dari tabulasi diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan tingkat tinggi cenderung memiliki sikap yang baik terhadap

penggunaan antibiotik.

5.3.2 Tabulasi Silang dan Hubungan Pengetahuan dengan Sikap

Padahasil tabulasi silang Responden dengan tingkat sikap pada table diatas

dapat diketahui bahwa:

Mahasiswa kesehatan yang memiliki tingkat sikap sedang sebanyak 8 responden

dengan persentase 1,6% dan memiliki tingkat sikap baik sebanyak 242 responden

dengan persentase 48,4%. Responden non kesehatan yang memiliki tingkat sikap

sedang sebanyak 74 responden dengan persentase 14,8% dan memiliki tingkat

sikap baik sebanyak 176 responden dengan persentase 35,2%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa responden kesehatan memiliki tingkat sikap kategori baik

berjumlah lebih banyak dibandingkan responden non kesehatan.

52

5.4 PengujianValiditas dan Reabilitas

5.4.1 Uji Validitas

bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya

suatu kuesioner dengan menggunakan SPSS. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut. Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu

koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk

menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau

tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien

korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi

signifikan terhadap skor total.

(Ghozali, 2009)

Nilai r hitung dapat dilihat pada output SPSS pada kolom Corrected Item

Total Correlation. Sedangkan nilai r tabel dapat dilihat pada lampiran r tabel di

file excel dengan jumlah data 50 responden

Dari tabel validitas tersebut diketahui bahwa item kuisoner soal

pengetahuan yang bejumlah 1-12 dan item soal sikap 1-12 dinyatakan valid/

53

signifikan karena nilai r hitung > 0,05..Nilai r tabel untuk data sejumlah 50

responden dapat diketahui bahwa seluruh soal memiliki nilai r hitung > r tabel

0,02787.

5.4.2 Uji Reliabilitas

Skala ukur dinyatakan reliabel jika selalu mendapatkan hasil yang tetap

sama dari gejala pengukuran yang tidak berubah. Reliabilitas adalah indek yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan.Pengujian ini menggunakan SPSS ,Untuk menguji digunakan Alpha

Cronbach dengan rumus (Arikunto, 2002) :

α= ( ) 1 −Keterangan :

= reliabilitas instrumen

k =banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soalΣ = jumlah varians butir

= varians total

Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Alpha Cronbach .Bila alpha

lebih kecil dari 0,6 maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya jika diatas 0.6

dikatakan reliabel.

Dari hasil pengujian Reliabilitas pada tabel di atas dapat diketahui dari 12

item soal pengetahuan diperoleh nilai cronbach alpha ,780 maka terbukti reliable

Dari hasil pengujian Reliabilitas pada tabel di atas dapat diketahui dari 12

item soal pengetahuan diperoleh nilai cronbach alpha ,825 maka terbukti reliable

54

5.5 Hasil Uji Chi Square

Chi Square adalah tehnik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis

deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas data berbentuk

nominal dan sampelnya besar (Sugiono,2013).

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang

antibiotik dengan sikap terhadap penggunaan antibiotik maka dilakukan uji chi

square. Berdasarkan hasil pengujian statistik di atas dapat diketahui bahwa nilai

Pearson Chi-squarei 0,000 < 0,05. dikatakan signifikan < 0,05, begitu pula

sebaliknya Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara

pengetahuan tentang antibiotik dengan sikap terhadap penggunaan antibiotic tanpa

resep.

ii

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pada kategori pengetahuan, mahasiswa kesehatan yang berpengetahuan tinggi

sebanyak 49,2%, sedangkan mahasiswa non kesehatan berpengetahuan tinggi

sebanyak 48%.

2. Berdasarkan data kategori sikap, responden yang bersikap baik lebih banyak

pada mahasiswa kesehatan (48,4%) daripada non kesehatan (35,2%).

Dari tabulasi silang keseluruhan, mayoritas responden memiliki

pengetahuan tinggi dan sikap baik, yakni sebanyak 82,4% dari 500 responden.

Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kesehatan lebih memiliki

wawasan luas dan penggunaan antibiotik tanpa resep yang benar apabila

dibandingkan dengan mahasiswa non kesehatan.

6.2 Saran

1. Umum

Dapat meminimalisir penggunaan Antibuotik tanpa resep

2. Institusi Pendidilkan Kesehatan

Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik tanpa resep untuk

meminimalisasi terjadinya resistensi bakteri.

3. Institusi pendidikan non kesehatan

Perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku mahasiswa non kesehatan mengenai penggunaan antibiotik.

4. Institusi Kesehatan

Memberikan penyuluhan terkait penggunaan antibiotik tanpa resep kepada

masyarakat awam termasuk mahasiswa non kesehatan agar memiliki

pemahaman yang cukup terkait antibiotik tanpa resep

5. Pemerintah

Lebih mengawasi proses distribusi atau peredaran antibiotik secara bebas di

masyarakat, agar pihak apotek tidak memperjual belikan antibiotik tanpa resep

dokter .

DAFTAR PUSTAKA

iii

Aminov RI. A brief history of the antibiotik era: lessons learned and challengesfor the future. Front Microbiol 2010;1:134..

Hadi, U., 2008, Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. PusatPenerbitan departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jakarta.

Banigan JR, Gayen A, Cho MK, Traaseth NJ. A structured loop modulatescoupling between the substrate-binding and dimerization domains in themultidrug resistance transporter EmrE. J Biol Chem 2015;290(2):805_14.

Bay DC, Rommens KL, Turner RJ. Small multidrug resistance proteins: amultidrug transporter family that continues to grow. Biochim Biophys Acta2008;1778(9):1814_38.

Bhullar K, Waglechner N, Pawlowski A, Koteva K, Banks ED, Johnston MD, etal. Antibiotik resistance is prevalent in an isolated cave microbiome. PLoS One2012;7(4):e34953.

Cetinkaya S, Karatas Y, Antmen AB, Alhan SE (2010). Knowledge and behaviorof the pediatricians on rational use of antibiotiks. Afr. J.Pharm. Pharacol.,4: 783-792.

Cornaglia G, Akova M, Amicosante G, Canton R, Cauda R, Docquier JD, et al.Metallo-beta-lactamases as emerging resistance determinants in Gram-negatif pathogens: open issues. Int J Antimicrob Agents 2007;29(4):380_8.

Diaz Granados CA, Cardo DM, McGowan JE (2008). Antimicrobial resistance:International control strategies with a focus on resource limited settings,Int. J. Antimicroba Agents, 32: 1-9.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 5th

ed. Farmakologi dan Terapi.Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Ghadeer A.R.Y., Suaifan, Mayada Shehadeh, Dana A. Darwis, Hebah Al-Ije, Al-Motassem M., Yousef, Rula M. Darwis, 2012. A cross-sectional Study onKnowledge, Attitude, and Behavior Related to Antibiotik Use andResistance, among Medical and Non-medical University Students inJordan, Faculty of Pharmacy, The University of Jordan, Amman, Jordan.

Gootz TD. The global problem of antibiotik resistance. Crit Rev Immunol2010;30(1):79_93.

Hadi, U. (2008). Antibiotik Usage and Antimicrobial Resistance inIndonesia.Surabaya : Airlangga University Press.

Kang, J.S., dan Lee, M.H., 2009, Overview of Therapeutic Drug Monitoring, TheKorean Journal of Internal Medicine, 24 (1): 1-10....

Martin J, Anne, Jordan, B., Patterson, AF., Ryan, R; Wagle, S., Macfarlane, CR.,2009, British National Formulary, 57rd ed, BMJ Publishing Group and

iv

Royal Pharmaceutical of Great Britain, London, United Kingdom, p 283-366.

Tjay T. H. & Rahardja S, 2008.Obat-obat Penting. Penerbit PT. Elex MediaComputindo kelompok kompas-Gramedia : Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo, 2007, Pendidikian dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:Rineka Cipta.

Oyetunde OO, Olugbake OA, Famudehin KF (2010). Evaluation of use ofantibiotik without prescription among young adults. Afr. J. Pharm.Pharacol., 4 : 760-762.

Pages JM, James CE, Winterhalter M. The porin and the permeating antibiotik: aselective diffusion barrier in Gram-negatif bacteria. Nat Rev Microbiol2008;6(12):893_903.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum PenggunaanAntibiotika.

Riset Kesehatan Dasar, 2013, Hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar),(online), (Hasil Riskedas 2013, diakses 28-8-2014).

Rossolini GM, Mantengoli E, Montagnani F, Pollini S. Epidemiology and clinicalrelevance of microbial resistance determinants versus anti-Gram-positiveagents. Curr Opin Microbiol 2010;13(5):582_8.

Sande AS, Kapusnik-Uner JE, dan Mandell GL. 1990. Antimicrobial Agents,General Considerations. Dalam : Gilman AG, Rall TW, Nies AS, danTaylor P (Eds), Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis ofTherapeutics, 8th ed., Pergamon Press, 1018 – 1046.

Setiabudy R, 2008. Antimikroba: Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Siswandono, Bambang Soekardjo (2008). Kimia Medisinal edisi kedua, AirlanggaUniversity Press, Surabaya: 109-161

Stavri M, Piddock LJ, Gibbons S. Bacterial efflux pump inhibitors from naturalsources. J Antimicrob Chemother 2007;59(6):1247_60.

Sulistia G.Gan, 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Gaya Baru, Jakarta: 571-701. 667-668. 685-686.714-717. 723-724.

Sun et al.,2011, Public Knowledge and Attitudes Regarding Antibiotic Use inSouth Korea, J Korean Acad Nurs Vol.41 No.6, South Korea

v

Sun S, Selmer M, Andersson DI. Resistance to beta-lactam antibiotiks conferredby point mutations in penisilin-binding proteins PBP3, PBP4 and PBP6 inSalmonella enterica. PloS One 2014;9(5):e97202.

Tortora, GJ., Funke, BR., Case, CL, 2010, Microbiology an introduction, 10th ed,United State of america, Pearson Education, Inc: 592..

Vila J, Marti S, Sanchez-Cespedes J. Porins, efflux pumps and multidrugresistance in Acinetobacter baumannii. J Antimicrob Chemother2007;59(6):1210_15.

Walsh TR, Weeks J, Livermore DM, Toleman MA. Dissemination of NDM-1positive bacteria in the New Delhi environment and its implications forhuman health: an environmental point prevalence study. Lancet Infect Dis2011;11(5):355_62.

Wright GD. Molecular mechanisms of antibiotik resistance. Chem Commun2011;47(14):4055_61.

Wuryaningsih, L.E, 2010, Aksi Obat 3, Surabaya, Sandira Surabaya.

Wutzke SE, Artist MA, Kehoe LA, Fletcher M, Mackson JM, Weekes LM (2007).Evaluation of a national programme to reduce inappropriate use ofantibiotiks for upper respiratory tract infections: effects on consumerawareness, beliefs, attitudes and behaviour in Australia. Health Promot.Int., 22: 53-64.

Wuwur L, 2012, Studi Penggunaan Antibiotika Tanpa Resep Dokter Di BeberapaApotek Kecamatan Rungkut Surabaya, Universitas Surabaya.

Riduwan . 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Abimbola, I. O.2013. Knowledge and practices in the use of antibiotics among agroup of Nigerian university students.International Journal of InfectionControl. 9 (7), 1-8

Oh et al., 2011. Public Knowledge and Attitudes Towards Antibiotics Usage: ACross Sectional Study Among The General Public in The State of Penang,Malaysia. J Infect Dev Ctries. 5(5):338-47

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

INFORMED CONSENT

vi

“PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP PADA MAHASISWA

KESEHATAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG”

Saya mahasiswa jurusan Farmasi Stikes Karya Putra Bangsa Tulungagung,

bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan

dan Sikap tentang penggunaan Antibiotik tanpa resep pada Mahasiswa Kesehatan

Di Kapupaten Tulungagung”.

Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan

menyebarkan kuesioner kepada responden.Penelitian ini tidak akan menimbulkan

akibat yang merugikan bagi responden. Semua informasi dari hasil penelitian

akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan

penelitian. Sehubungan dengan itu, saya memohon kesediaan Responden untuk

mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisiannya .Atas perhatian dan

kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Nurul Saqinah)

I. Data Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

II PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan penyataan

dibawah !

I. Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotik

vii

No Pernyataan SetujuTidakSetuju

1 Antibiotik dapat membunuh bakteri tetapi tidak bisa

membunuh virus.

2 Antibiotik tidak dapat menurunkan demam. apabila

panas tidak cukup tinggi maka tidak perlu terlalu takut,

kemungkinan hanya perlu beristirahat dan memimunum

obat penurun panas seperti Parasetamol.

3 Amoxisillin adalah contoh antibiotik. Antibiotik

digunakan untuk mengobati infeksi bakteri Beberapa

penyakit yang biasa diobati dengan Amoxicillin antara

lain infeksi pada telinga tengah, radang tonsil, radang

tenggorokan,

4 Parasetamol bukan merupakan contoh antibiotik,

Parasetamol digunakan untuk menurunkan panas

5 Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi.

Penggunaan antibiotik secara berlebihan dan secara

tidak tepat merupakan masalah yang dapat mendorong

resistensi, sekaligus berpotensi menimbulkan efek

samping dan reaksi alergi

6 Antibiotik dapat menimbulkan alergi ataupun dapat

menyebabkan kematian.

viii

No Pernyataan Setuju TidakSetuju

7 Antibiotik tidak bisa menyembuhkan infeksi yang

disebabkan oleh virus

8 Setiap antibiotik memiliki efek samping yang berbeda

–beda

9 Terlalu sering menggunakan antibiotik meningkatkan

risiko resistensi antibiotik. terciptanya kuman yang

kebal, dengan kemungkinan menyebabkan infeksi baru

dan sulit diobati baik pada diri sendiri maupun orang di

sekitarnya.

10 Dalam kebanyakan kasus, tidak perlu untuk mengobati

flu biasa dengan antibiotik.

11 penggunaan antibiotik yang diresepkan dokter harus

dikonsumsi sampai habis walaupun gejala infeksi

sudah sembuh

12 Dalam penggunaan Antibiotik harus sesuai dosis /

petunjuk dokter

ix

Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan penyataan

dibawah !

2. Pernyataan Responden Sikap tentang penggunaan Antibiotik

No Pernyataan SangatSetuju Setuju

CukupSetuju

TidakSetuju

Sangattidaksetuju

1 Antibiotik yang saya

gunakan tidak dapat

diberikan kepada keluarga

yang sakit. Karena Hal ini

justru akan menunda

penyembuhan dan memicu

kekebalan bakteri.

2 Tidak semua Antibiotik

yang mahal semakin efektif

tergantung dengan jenis

bakterinyaa.

3 Anda akan mengikuti

instruksi/ anjuran dokter

ketika mendapat resep

antibiotik. Antibiotik ini

harus dibeli dengan

menggunakan resep dokter,

karena penggunaannya

harus tepat dan sesuai

dengan kebutuhan atau

dosis yang diberikan.

4 Ketika sakit kepala lebih

baik minum antibiotik

tetapi harus berkonsultasi

dengan dokter terdahulu.

x

No PernyataanSangatSetuju Setuju

CukupSetuju

TidakSetuju

Sangattidaksetuju

5 Penyakit flu dan diare

bukan merupakan penyakit

infeksi. Jadi tidak perlu

diobati dengan antibiotik,

kecuali berdasarkan

pemeriksaan dokter

penyakit tersebut memiliki

komplikasi terinfeksi

bakteri.

6 Jika Alergi terhadap

antibiotik lebih baik

memeriksakan ke dokter

7 Pentingnya Memanfaatkan

media internet untuk lebih

mengetahui antibiotik.

8 Saya tidak pernah

mengubah dosis Antibiotik

yang diresepkan oleh

dokter, karena hal tersebut

justru akan meningkatkan

potensi antibiotik untuk

menjadi resisten.

9 Antibiotik tetap dipakai

lagi setelah gejala hilang.

10 Menghabiskan Antibiotik

yang digunakan untuk

mengindari rsesistensi

merupakan hal yang benar.

xi

No PernyataanSangatSetuju Setuju

CukupSetuju

TidakSetuju

Sangattidaksetuju

11. Penyakit flu (batuk, pilek,

demam) dan diare diobati

dengan antibiotik karena

Penyakit flu dan diare

bukan merupakan penyakit

infeksi. Jadi tidak perlu

diobati dengan antibiotik,

kecuali berdasarkan

pemeriksaan dokter

penyakit tersebut memiliki

komplikasi terinfeksi

bakteri.

12 menggunakan antibiotik

tanpa resep dokter sebagai

bagian pengobatan sendiri

makin banyak dilakukan.

Padahal antibiotik

merupakan jenis golongan

obat resep dan tidak

semestinya dapat dibeli

secara bebas.

xii

II Skor Sikap tentang penggunaan Antibiotik

No Pernyataan SetujuTidak

Setuju

1 Antibiotik dapat membunuh bakteri tetapi tidak bisa membunuh

virus.

1 0

2 Antibiotik tidak dapat menurunkan demam. apabila panas tidak

cukup tinggi maka tidak perlu terlalu takut, kemungkinan hanya perlu

beristirahat dan memimunum obat penurun panas seperti Parasetamol

1 0

3 Amoxicillin adalah contoh antibiotik. Antibiotik digunakan untuk

mengobati infeksi bakteri Beberapa penyakit yang biasa diobati

dengan Amoxicillin antara lain infeksi pada telinga tengah, radang

tonsil, radang tenggorokan,

1 0

4 Parasetamol bukan merupakan contoh antibiotik ,Parasetamol

digunakan untuk menurunkan panas

1 0

5 Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi. Penggunaan

antibiotik secara berlebihan dan secara tidak tepat merupakan

masalah yang dapat mendorong resistensi, sekaligus berpotensi

menimbulkan efek samping dan reaksi alergi

1 0

6 Antibiotik dapat menimbulkan alergi ataupun dapat menyebabkan

kematian.

1 0

7 Antibiotik tidak bisa menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh

virus

1 0

8 Setiap antibiotik memiliki efek samping yang berbeda –beda 1 0

9 Terlalu sering menggunakan antibiotik meningkatkan risiko resistensi

antibiotik. terciptanya kuman yang kebal, dengan kemungkinan

menyebabkan infeksi baru dan sulit diobati baik pada diri sendiri

maupun orang di sekitarnya.

1 0

10 Dalam kebanyakan kasus, tidak perlu untuk mengobati flu biasa

dengan antibiotik.

1 0

11 penggunaan antibiotik yang diresepkan dokter harus dikonsumsi

sampai habis walaupun gejala infeksi sudah sembuh

1 0

12 Dalam penggunaan Antibiotik harus sesuai dosis / petunjuk dokter 1 0

I.Skor Sikap tentang penggunaan Antibiotik

xiii

No Pernyataan SangatSetuju Setuju

CukupSetuju

TidakSetuju

Sangat tidaksetuju

1 Antibiotik yang saya gunakan tidak dapat

diberikan kepada keluarga yang sakit. Karena

Hal ini justru akan menunda penyembuhan

dan memicu kekebalan bakteri.

5 4 3 2 1

2 Tidak semua Antibiotik yang mahal semakin

efektif tergantung dengan jenis bakterinyaa.

5 4 3 2 1

3 Anda akan mengikuti instruksi/ anjuran

dokter ketika mendapat resep antibiotik.

Antibiotik ini harus dibeli dengan

menggunakan resep dokter, karena

penggunaannya harus tepat dan sesuai dengan

kebutuhan atau dosis yang diberikan.

5 4 3 2 1

4 Ketika sakit kepala lebih baik minum

antibiotik tetapi harus berkonsultasi dengan

dokter terdahulu.

5 4 3 2 1

5 Penyakit flu dan diare bukan merupakan

penyakit infeksi. Jadi tidak perlu diobati

dengan antibiotik, kecuali berdasarkan

pemeriksaan dokter penyakit tersebut

memiliki komplikasi terinfeksi bakteri.

5 4 3 2 1

6 Jika Alergi terhadap antibiotik lebih baik

memeriksakan ke dokter

5 4 3 2 1

7 Pentingnya Memanfaatkan media internet

untuk lebih mengetahui antibiotic

5 4 3 2 1

8 Saya tidak pernah mengubah dosis Antibiotik

yang diresepkan oleh dokter, karena hal

tersebut justru akan meningkatkan potensi

antibiotik untuk menjadi resisten.

5 4 3 2 1

xiv

No Pernyataan SangatSetuju Setuju

CukupSetuju

TidakSetuju

Sangat tidaksetuju

9 Antibiotik tetap dipakai lagi setelah gejala

hilang

5 4 3 2 1

10 Menghabiskan Antibiotik yang digunakan

untuk mengindari rsesistensi merupakan hal

yang benar.

5 4 3 2 1

11 Penyakit flu (batuk, pilek, demam) dan diare

diobati dengan antibiotik karena Penyakit flu

dan diare bukan merupakan penyakit infeksi.

Jadi tidak perlu diobati dengan antibiotik,

kecuali berdasarkan pemeriksaan dokter

penyakit tersebut memiliki komplikasi

terinfeksi bakteri

5 4 3 2 1

12 menggunakan antibiotik tanpa resep dokter

sebagai bagian pengobatan sendiri makin

banyak dilakukan. Padahal antibiotik

merupakan jenis golongan obat resep dan

tidak semestinya dapat dibeli secara bebas.

5 4 3 2 1

xv

Lampiran 2Jenis Kelamin

Frequency Persent Valid Percent CumulativePercent

ValidL 163 32,6 32,6 32,6P 337 67,4 67,4 100,0Total 500 100,0 100,0

Umur

Frequency Persen Valid Percent CumulativePercent

Valid

18,00 3 ,6 ,6 ,619,00 38 7,6 7,6 8,220,00 65 13,0 13,0 21,221,00 103 20,6 20,6 41,822,00 91 18,2 18,2 60,023,00 138 27,6 27,6 87,624,00 62 12,4 12,4 100,0Total 500 100,0 100,0

Kategori.Sikap

Frequency Persent Valid Percent CumulativePercent

ValidSedang 82 16,4 16,4 16,4Baik 418 83,6 83,6 100,0Total 500 100,0 100,0

Skor Pengetahuan dan Sikap

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. DeviationSkor.Pengetahuan 500 5,00 12,00 10,9560 1,34673Skor.Sikap 500 33,00 58,00 48,3100 4,60525Valid N (listwise) 500

Crosstabs

Case Processing SummaryCases

Valid Missing TotalN Percent N Percent N Percent

Kategori.Pengetahuan *Kategori.Sikap

500 100,0% 0 0,0% 500 100,0%

xvi

Kategori.Pengetahuan * Kategori.SikapCrosstabulationKategori.Sikap Total

Sedang Baik

Kategori.PengetahuanSedang

Count 8 6 14% of Total 1,6% 1,2% 2,8%

TinggiCount 74 412 486% of Total 14,8% 82,4% 97,2%

TotalCount 82 418 500% of Total 16,4% 83,6% 100,0%

Uji Chi-Square TestsValue df Asymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 17,439a 1 ,000

Continuity Correctionb 14,515 1 ,000

Likelihood Ratio 12,452 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000Linear-by-LinearAssociation

17,404 1 ,000

N of Valid Cases 500

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,30.b. Computed only for a 2x2 table

xvii

Lampiran 3

xviii

xix

xx

xxi

xxii

Lampiran 4

xxiii

xxiv

xxv

xxvi