TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ...
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN
BANGKALAN
SKRIPSI
Oleh:
ISMEA MUNAWAROH
NIM. 18930090
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN
BANGKALAN
SKRIPSI
Oleh :
ISMEA MUNAWAROH
NIM. 18930090
Diajukan Kepada :
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
MOTTO
إن مع العسر يسرا
Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan
So, keep trying, praying and always doing good
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, saya persembahkan
karya tulis ini kepada :
Ayahku tercinta
Bapak Sumardi, yang selalu bermimpi anaknya bisa menempuh
pendidikan tinggi sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain dan tiada henti
untuk selalu mendo’akan, memotivasi, semangat dan kasih sayang yang
tak pernah putus
Ibuku tercinta
Ibu Manelah, yang selalu menjadi panutan. Wanita terbaik sepanjang masa
yang selalu berjuang dan berdoa agar bisa mewujudkan mimpinya melihat
penulis bisa mendapatkan gelar sarjana.
Adikku tercinta
Abdur Rohim, terimakasih atas semangat dan do’a yang diberikan.
Semoga kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah menjadi kebanggaan
orang tua.
Dosen pembimbing saya Bapak apt. Hajar Sugihantoro, S.Farm.,M.P.H
dan Ibu Fidia Rizkiah Inayatilah,S.ST.,M.Keb yang selalu sabar,
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini
Dosen Penguji Utama Ibu apt. Yen Yen Ari Indrawijaya M.Farm.Klin
yang telah memberi evaluasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini
Dosen Penguji Agama Ibu Dr. Begum Fauziyah,S.Si.,M.Farm yang telah
memberikan arahan dan saran dalam skripsi ini
Teman-temanku terkasih
Keluarga Farmasi Bangkalan 2018 (Mila,Aulia,Dana), teman-teman
kontrakan Ambyar (Riznah,Diana,Destya,Nofita,Faza dan Sela) dan Fais
Alfarisi yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama
menempuh perkuliahan di tanah perantauan.Terimakasih untuk tidak
pernah meninggalkan saya.
Keluarga besar Program Studi Farmasi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Teman-taman tersayang angkatan 2018 (Polymerization)
khususnya Farmasi C yang telah mewarnai kehidupan dan menjadi
keluarga selama menempuh perkuliahan. Selamat dan sukses untuk
seluruh teman-teman tersayang
Terimakasih banyak kepada pihak yang telah membantu terselesainya
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Ismea Munawaroh / 18930090
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penggunaan Antibiotik Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu
Kabupaten Bangkalan” dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana kefarmasian (S.Farm) pada Program Studi
Farmasi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Bersamaan dengan ini penulis tak lupa menghanturkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya dengan ketulusan hati kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang
2. Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati P.W., M. Kes, Sp.Rad (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang
3. apt. Abdul Hakim, M.P.I., M.Farm selaku ketua program studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang
4. apt. Hajar Sugihantoro, M.P.H. selaku dosen pembimbing pertama yang selalu
sabar, memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini
5. Fidia Rizkiah Inayatilah, S.ST.,M.Keb. selaku dosen pembimbing kedua yang
juga selalu memberikan bimbingan dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
6. apt. Yen Yen Ari Indrawijaya, M.Farm.Klin, selaku dosen penguji utama yang
telah memberi evaluasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini
7. Dr. Begum Fauziyah, S.Si.,M.Farm selaku dosen penguji agama skripsi yang
telah memberikan saran dan arahan dalam skripsi ini
8. Segenap dosen dan civitas akademika program studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang
9. H. Bebus Salam, selaku Kepala Desa Banyior dan seluruh masyarakat Desa
Banyior yang telah meluangkan waktunya sehingga mempermudah penulis
dalam penyusunan skripsi ini
10.Kedua orang tua saya, Bapak Sumardi dan Ibu Manelah, adikku Abdur Rohim
dan Fais Alfarisi yang tanpa lelah berjuang untuk membesarkan saya, serta telah
memberikan doa dan dukungan kepada saya dalam menempuh S1
11.Teman-teman Polymerization 2018 yang memberikan arahan dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini
12. Teman-teman saya di grup “Skripsian” dan “Kontrakan Ambyar” yang telah
memberikan dukungan dan semangat
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi yang tidak
sempat saya sebutkan
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dan penulis berharap semoga karya tulis ini mampu
memberikan manfaat kepada masyarakat luas khusunya bagi penulis secara pribadi.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Batu, April 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
xii ....................................................................................................................الملخص
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Bagi Pemerintah ....................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 8
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................. 8
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengetahuan................................................................................. 9
2.1.1 Tingkat Pengetahuan............................................................................... 9
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................................ 11
2.1.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan ............................................................... 13
2.2 Definisi Masyarakat..................................................................................... 13
2.2.1 Ciri – Ciri Masyarakat .......................................................................... 14
2.2.2 Masyarakat Desa ................................................................................... 15
2.3 Gambaran Umum Desa Banyior ................................................................. 16
2.4 Definisi Obat ............................................................................................... 16
2.4.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Tingkat Keamanan .......................... 17
2.5 Antibiotik ..................................................................................................... 28
2.5.1 Sejarah antibiotik .................................................................................. 30
2.6 Penggolongan Antibiotik ............................................................................. 30
2.6.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia ........................ 30
2.6.2 Penggolongan Antibiotik Atas Dasar Mekanisme Kerja ...................... 31
2.6.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Tempat Kerjanya .................... 32
2.6.4 Penggolongan antibiotik Berdasarkan Spektrum .................................. 34
2.6.5 Efek Samping Antibiotika dan Penggunaan Antibiotika ...................... 34
2.6.7 Dampak Negatif dari Penggunaan Antibiotika Secara Bebas .............. 35
2.6.8 Prinsip Terapi Antibiotik ...................................................................... 36
2.6.8 Faktor Biaya .......................................................................................... 39
iv
2.6.9 Penggunaan Antibiotik Secara Tepat .................................................... 39
2.7 Resistensi ..................................................................................................... 42
2.7.1 Mekanisme Resistensi........................................................................... 42
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Bagan Kerangka Konseptual ....................................................................... 44
3.2 Uraian Kerangka Konseptual ...................................................................... 45
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................... 46
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 46
4.3 Populasi dan Sampel.................................................................................... 46
4.3.1 Populasi ................................................................................................. 46
4.3.2 Sampel .................................................................................................. 46
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 48
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 48
4.5 Intrumen Penelitian ..................................................................................... 60
4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................................................ 60
4.7 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 62
4.8 Analisis Data ............................................................................................... 63
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Alur penelitian ............................................................................................. 65
5.2 Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................... 66
5.2.1 Pengujian Validitas Instrumen .............................................................. 66
5.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen .......................................................... 67
5.3 Profil Penggunaan Antibiotik Masyarakat Desa Banyior ........................... 68
5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 68
5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ......................................... 69
5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................... 70
5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................. 71
5.3.5 Profil Antibiotik yang Digunakan Oleh Masyarakat Banyior .............. 72
5.3.6 Profil Tempat Diperolehnya Antibiotik Oleh Masyarakat Banyior...... 73
5.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik ......................... 75
5.4.1 Pengetahuan Tentang Indikasi Antibiotik............................................. 77
5.4.2 Pengetahuan Tentang Dosis Antibiotik ................................................ 81
5.4.3 Pengetahuan Tentang Interval Waktu Penggunaan Antibiotik ............. 82
5.4.4 Pengetahuan Tentang Lama Pemberian Antibiotik .............................. 84
5.4.5 Pengetahuan Tentang Efek Samping Antibiotik ................................... 85
5.4.6 Pengetahuan Tentang Informasi Antibiotik .......................................... 87
5.5 Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Banyior ......................... 90
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 96
6.2 Saran ............................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 106
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1 ..............................................23
Tabel 2.2 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 2 ..............................................24
Tabel 2.3 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1 ..............................................26
Tabel 4.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan ........................................50
Tabel 4.2 Kategori Reliabilitas Nilai Alpha ......................................................61
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner.............................................................67
Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner .........................................................68
Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................68
Tabel 5.4 Distribusi Berdasarkan Usia ..............................................................69
Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Pendidikan ...................................................70
Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan .....................................................71
Tabel 5.7 Antibiotik yang Pernah Digunakan ....................................................72
Tabel 5.8 Tempat Memperoleh Antibiotik ........................................................73
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden ........................................76
Tabel 5.10 Hasil Jawaban Responden Pada Indikasi Antibiotik ........................78
Tabel 5.11 Hasil Jawaban Responden Pada Dosis Antibiotik ...........................81
Tabel 5.13 Hasil Jawaban Responden Pada Interval Waktu ..............................83
Tabel 5.14 Hasil Jawaban Responden Pada Lama Pemberian Antibiotik .........84
Tabel 5.15 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik .............86
Tabel 5.16 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik .............88
Tabel 5.17 Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat .....................................90
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas ..........................................................................17
Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas.............................................................18
Gambar 2.3 Logo Peringatan Obat ...................................................................18
Gambar 2.4 Logo Obat Keras ............................................................................19
Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika ....................................................................21
Gambar 2.6 Mekanisme Resistensi Antibiotik .................................................32
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual ........................................................32
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian ........................................................................44
Gambar 5.1 Diagram Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Responden ..................62
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan .............................................................106
Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara Studi Pendahuluan .................................107
Lampiran 3. Dokumentasi Studi Pendahuluan ................................................108
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian .....................................................................111
Lampiran 5. Sertifikat Kelaikan Etik ...............................................................112
Lampiran 6. Penjelasan Persetujuan Penelitian (PSP) ....................................113
Lampiran 7. Informed consent .........................................................................114
Lampiran 8. Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................115
Lampiran 9. Hasil Uji Validitas ......................................................................118
Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................128
Lampiran 11. Kuesioner Penelitian ..................................................................129
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian .............................................................131
Lampiran 13. Rekapitulasi Skor Responden ....................................................135
Lampiran 14. Turnitin .......................................................................................143
viii
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
Depkes : Departemen Kesehatan
Menkes : Menteri Kesehatan
OWA : Obat Wajib Apotek
PerMenKes : Peraturan Menteri Kesehatan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
RI :Republik Indonesia
Riskesdes : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
UU :Undang-Undang
WHO :World Health Organization
ix
ABSTRAK
Munawaroh,Ismea.2022. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan
antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan.
Skripsi. Program studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing 1 : apt. Hajar Sugihantoro, M.P.H., Pembimbing II : Fidia
Rizkiah Inayatilah, S.ST., M.Keb., Penguji : apt. Yen Yen Ari
Indrawijaya M.Farm.Klin.
Pengetahuan dan penggunaan antibiotik yang tepat berperan sangat
penting pada proses keberhasilan terapi supaya tidak menyebabkan dampak
negatif seperti resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik di kalangan masyarakat
dari waktu kewaktu semakin meningkat dan seringsditemukan tanpa resep dokter
padahal antibiotik seharusnya diperoleh dengan resep dokter. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui profil dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan
antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif bersifat cross sectional. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan berupa
kuesioner tertutup. Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 18. Penelitian
dilakukan pada 352 masyarakat Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan pada bulan Oktober 2021- Januari 2022. Hasil yang diperoleh yakni
antibiotik yang banyak digunakan responden adalah Amoksisilin yakni sebesar
47% dan mayoritas responden memperoleh antibiotik dari toko obat/warung
sebesar 45%. Untuk tingkat pengetahuan menunjukkan 6,82% responden memiliki
tingkat pengetahuan baik, 19,60% responden memiliki pengetahuan cukup, dan
73,58% responden memiliki pengetahuan kurang. Antibiotik yang paling umum
digunakan responden pada penelitian ini adalah Amoksisilin dimana untuk cara
memperolehnya sebagian besar dari toko obat/warung dan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik mayoritas ditemukan termasuk dalam
kategori kurang.
Kata kunci : Antibiotik; Masyarakat Desa Banyior; Pengetahuan
x
ABSTRACT
Munawaroh,Ismea.2022. The Level of Community Knowledge about The Use of
Antibiotics in Banyior Village, Sepulu District, Bangkalan Regency.
Thesis. Pharmacy Study Program. Faculty of Medicine and Health
Science. Maulana Malik Ibrahim Islamic State University Malang.
Supervisor 1: apt. Hajar Sugihantoro, M.P.H., Supervisor II: Fidia
Rizkiah Inayatilah S.ST,M.Keb., Examiner : apt. Yen Yen Ari
Indrawijaya M.Farm.Klin.
Knowledge and the use of antibiotics has a great role and important on
the success of therapy so that there will be no negative effect such as antibiotics
resistance. The use of antibiotics on community from time to times has increased
significantly and there are some recipe found that is given without the known of the
doctor. Whereas, antibiotics should be obtained under the doctor’s recipe. The
purpose of this research is to determine the profile and the level of community
knowledge about the use of antibiotics in Banyior Village, Sepulu District,
Bangkalan Regency. This research is a cross sectional descriptive research. The
measurement tools used is closed questionnaires. The data are being analyzed by
using SPSS 18th version. The research has been done on 325 citizens in Banyior
Village, Sepulu District, Bangkalan Regency since October 2021 until December
2022. The result is the most widely used antibiotics by respondents is Amoxicillin
which has 47% percentage. Whereas the majority of the respondents got the
antibiotics from drug store or shop with 45% percentage. The level of community
knowledge shows good level of knowledge with 6.82%, average level of knowledge
with 19.60%, and low level of knowledge with 73.57%. The most common
antibiotic used by respondents in this study was Amoxicillin where the method of
obtaining it was mostly from drug stores/warungs and the level of public knowledge
about the use of antibiotics was found to be in the poor category.
Keywords : Antibiotics; Knowledge; Society in Banyior Village
xi
الملخص
مستوى معلومة المجتمع حول استخدام المضادات الحيوية في قرية ٢.٢٢. .مناورة، إسميا. البحث الجامعي. قسم الصيدلة، كلية الطب والعلوم الصحية، بانيور، بمنطقة سيفولو باعكاالن
هاجر .لحكومية اإلسالمية بماالنج. المشرف األول: صيدالنيجامعة موالنا مالك إبراهيم ا
سوكيهانتورو، ماجستير في الصحة العامة، المشرفة الثانية: فيديا رزقية عناية الله،
إندرا ويجايا، ين ين آري .بكالوريوس العلوم التطبيقية ماجستير القبالة ، الممتحن: صيدالني
.ماجستير الصيدلة السريرية
واالستخدام السليم للمضادات الحيوية دورا مهما للغاية في نجاح العالج لمعلومةا دورت
بحيث ال يسبب آثارا سلبية مثل مقاومة المضادات الحيوية. يتزايد استخدام المضادات الحيوية
بدون وصفة طبية على الرغم من ضرورة الحصول م وغالباما يتآلخر بين المجتمع من وقت
ف تحديد مستوى مل ا البحث يعنيالحيوية بوصفة طبية. كان الغرض من هذعلى المضادات
. باعكاالن ولوفسيبمنطقة المجتمع حول استخدام المضادات الحيوية في قرية بانيور، ومعلومة
ة. هادفالالعينات بطريقة أخذ العينات تم أخذ. بمنهج المستعرضة هذا البحث هو بحث وصفيمن مغلق. تم إجراء تحليل البيانات باستخدامالستبيان االمة هي أداة القياس المستخدأما
شهر في باعكاالن ولوفسيبمنطقة شخصا في قرية بانيور، ٣٥٢على البحث ىأجر .١٨نص
النتائج التي تم الحصول عليها هي أن كانت . ٢٠٢٢ديسمبر حتى شهر ٢٠٢١أكتوبر
بنسبة ينأموكسيسيل قبل المستجيبين هو الذي يستخدم على نطاق واسع من ةالحيوي اتالمضاد
نسبة بت أو الدكاكين وغالبية المستجيبين يحصلون على مضادات حيوية من الصيدليا ٪٤٧
، والمعلومةد من المستجيبين لديهم مستوى جي ٪٦،٨٢، فإن المعلومة. بالنسبة لمستوى ٪٤٥
كان المضاد الحيوي األكثر .قلة المعلومةلديهم ٪٧٣،٥٨، و كافة المعلومةلديهم ٪١٩،٦٠
شيوعا الذي استخدمه المستجيبون في هذه الدراسة هو األموكسيسيلين حيث كانت طريقة
الحصول عليه في الغالب من مخازن األدوية / وارونجز ووجد أن مستوى المعرفة العامة
.حول استخدام المضادات الحيوية في فئة الفقراء
المضادات الحيويةو ;رمجتمع قرية بانيوو ;المعلومة الرئيسية:الكلمات
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan seseorang yang dapat dikatakan sempurna
baik secara fisik,mental,spiritual maupun sosial. Kesehatan dalam hal ini berkaitan
dengan pola hidup sehat dan pengobatan (Depkes RI, 2009). Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan (PerMenKes) 917/Menkes/Per/x/1993, obat merupakan sediaan
atau paduan bahan yang telah siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki keadaan secara fisiologi atau patologi dalam hal pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan serta kontrasepsi. Obat juga
memiliki efek yang merugikan jika obat digunakan dalam dosis atau takaran yang
tidak tepat,seperti penggunaan antibiotik yang tidak tepat maka dapat menyebabkan
resistensi antibiotik (Rusli, 2018). Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan
oleh mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Juwono dan Prayitno,2003).
Selama 10 tahun, penggunaan antibiotik di seluruh dunia telah meningkat sebanyak
36%, dimana beberapa antibiotik seperti Sefalosporin, Penisilin, dan Floroquinolon
meningkat sebanyak 55% (Plump, 2014).
Penggunaan antibiotik lebih dari 80% di banyak provinsi di Indonesia dan
telah ditemukan sebanyak 30-80% kasus penggunaan antibiotik tidak tepat indikasi.
Penggunaan obat antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang tepat ini
akan meningkatkan kejadian resistensi antibiotik (Kementrian Kesehatan, 2011).
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba menyebutkan dari tahun 2013, 2016,
2
sampai 2019 bahwa tingkat resistensi antibiotik di Indonesia terus meningkat mulai
dari 40 persen,60 persen hingga 60,4 persen. Peningkatan kejadian resistensi
disebabkan karena adanya penggunaan antibiotik yang tidak terkendali. Bakteri
resisten dapat terjadi karena kesalahan penggunaan antibiotik (Kementrian
Kesehatan, 2011).
Penggunaan antibiotik di masyarakat sering ditemukan tanpa resep dokter
padahal antibiotik seharusnya menggunakan resep dokter. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdes) (2013) menunjukkan bahwa 35,2% masyarakat Indonesia
menyimpan obat pada rumah tangga, di antaranya sebanyak 27,8% ialah antibiotik.
Dari jumlah tersebut, 86,1% menyimpan antibiotik yang diperoleh tanpa resep.
Berdasarkan sumber mendapatkan obat menurut tempat tinggal, proporsi rumah
tangga yang memperoleh obat di apotek lebih tinggi di perkotaan yaitu 50,2% dan
pedesaan 25,5%, sebaliknya proporsi rumah tangga yang memperoleh obat di toko
obat/warung lebih tinggi di perdesaan yaitu 40,5% dan perkotaan 35,5%. Menurut
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2008) antibiotik
merupakan golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan
antibiotik yang benar serta tepat menjadi faktor pemicu resistensi antibiotik
(Kemenkes, 2011).
Pengetahuan masyarakat yang masih kurang sehingga beberapa masyarkat
belum mengetahui bahwa antibiotik tidak dapatsmelawan virus melainkansuntuk
melawan bakteri serta beberapa masyarakatstidaksmengetahui bahwa antibiotik
tidak dapat diperoleh secara bebas melainkan harus diperoleh menggunakan resep
3
dokter (Robert, dkk. 2011). Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 proporsi
masyarakat jawa timur yang menyimpan obat antibiotik tanpa resep yaitu sebesar
85,5%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa presentase masyarakat yang
menyimpan antibiotik tanpa resep cukup tinggi. Penggunaan tanpa aturan
menyebakan keefektifan antibiotik akan berkurang (Bellissimo, 2008). Pengobatan
menggunakan antibiotik bisa menguntungkan bila digunakan dengan tepat. Akan
tetapi, saat ini antibiotik telah digunakan secara bebas dan luas oleh masyarakat
tanpa mengetahui dampak negatif dari penggunaan tanpa aturan tersebut
(Bellissimo, 2008).
Pengetahuan yang baik diperlukan dalam penggunaan antibiotik guna
mencegah ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang bisa menyebabkan berbagai
macam masalah, diantaranya yaitu resistensi antibiotik, dampak negatif pada
ekonomi dan sosial yang tinggi seperti biaya akan lebih mahal, tidak mencapai efek
terapi,efek samping akan semakin tinggi serta menyebakan kejadiaan infeksi yang
lebih sulit diobati (Kemenkes RI, 2011). Dalam era modern dan era masyarakat
industri seperti sekarang ini, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
didukung oleh kemampuan akal sangat diperlukan. Contohnya dalam penggunaan
antibiotik, jika seseorang memiliki ilmu pengetahuan yang baik terkait indikasi,
dosis, cara pemberian dengan interval waktu, lama pemberian, keefektifan, mutu,
keamanan dan harga yang terjangkau maka ketidaktepatan terkait penggunaan
antibiotik dapat dicegah (Refdanita, 2004). Secara duniawi kedudukan seseorang
yang berilmu lebih terhormat dan lebih disegani, sedangkan secara ukhrawi derajat
4
mereka pun dihadapan Allah ditinggikan beberapa derajat, sebagaimana firman
Allah:
وا مك لهسح الل
سحوا يف
افمجلس ف
حوا فى ال س
فم ت
كا قيل ل
ا اذ
ومنذين ا
ها ال ي
اا قيل ي
ذ
م ذين ا
الهع الل
زوا يرف
شانزوا ف
ش ان
ون
عمل
بما ت
ه والل
رجت
م د
علوا ال
وتذين ا
وال
مكوا من
ن
بير خ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah
kelapangan didalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah
kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan."
Berdasarkan Tafsir Al-Misbah pada potongan ayat yang dimaksud ذينوال
م علوا ال
وت diatas yaitu yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan ا
menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Maka dari itu, ayat di atas membagi
kaum beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang
kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok
ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi
juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan
maupun keteladanan. Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu
agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Berdasarkan ayat diatas dapat
diketahui bahwa dalam penggunaan antibiotik sangat membutuhkan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya terkait penggunaan
antibiotik dapat dijadikan sebagai pandangan dalam permasalahan-permasalahan
5
yang dihadapi. Ilmu pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan cara belajar
(Shihab, 2007).
Data diatas didukung dengan penelitian Hartayu, dkk (2013) tentang
tingkat pengetahuan masyarakat di empat Kecamatan (Mergangsan,
Gondokusuman, Umbulharjo dan Kotagede) di Kota Yogyakarta mengenai
antibiotika ini hanya 16% masyarakat Kecamatan Kota Gede dan 8% masyarakat
Kecamatan Mergangsan yang dalam kategori tinggi, selebihnya dalam kategori
sedang dan rendah. Sedangkan pengetahuan masyarakat Kecamatan
Gondokusuman terkait antibiotik sebagian besar (73%) dalam kategori sedang,
begitupun pada masyarakat Kecamatan Umbulharjo (64%). Penelitian lain yang
dilakukan pada pengunjung Apotek di Jebres Kota Surakarta menunjukkan bahwa
hanya 19,57% pengunjung Apotek yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi,
sedangkan sisanya masuk pada kategori tingkat pengetahuan sedang dan rendah.
Lebih parah lagi, pada penelitian Hartika (2018) yang dilakukan di Dusun
Pucangan Bumirejo Mungkid, tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik
termasuk dalam kategori rendah dengan skor rata-rata antara 43,75% - 56,25%.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa sangat penting pengetahuan
masyarakat mengenai antibiotika supaya penggunaan antibiotik menjadi lebih
rasional dan dengan begitu maka diharapkan bisa menurunkan angka risiko
resistensi antibiotika (Hartayu dkk, 2013).
Desa Banyior merupakan suatu Desa yang terletak di Kecamatan Sepulu
Kabupaten Bangkalan, mempunyai luas daerah 4,34 Km2 serta memiliki jumlah
penduduk 2.951 jiwa dengan pemukiman pedesaan yang padat dan mayoritas
6
beragama Islam. Desa Banyior mempunyai 2 Posyandu yaitu terletak di dusun
Lenden dan Blunkeng (BPS, 2021). Pemilihan Desa Banyior sebagai kawasan
penelitian karena berdasarkan survei awal kawasan ini banyak terdapat warung-
warung yang menjual antibiotik secara bebas. Desa Banyior Kecamatan Sepulu
merupakan salah satu bagian wilayah dari Kabupaten Bangkalan. Penelitian
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik belum
pernah dilakukan di daerah ini. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan
terhadap 10 warung didaerah tersebut, menunjukkan bahwa 7 warung menjual
antibiotik jenis Amoksisilin, Ampisilin dan Supertetra. Pemilik warung
beranggapan antibiotik dapat di jual secara bebas dan dibeli tanpa resep dokter.
Kemudian ditanyakan kepada pemilik warung mengenai apakah pemilik warung
mengetahui dampak atau akibat dari penggunaan antibiotik tanpa resep dokter.
Pemilik warung menjawab mereka tidak mengetahui dampak penggunaan
antibiotik yang sembarangan. Selain itu, berdasarkan wawancara awal yang
dilakukan pada 15 orang penduduk Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan menunjukkan bahwa 10 diantaranya belum mengetahui terkait apakah
yang disebut dengan antibiotik, bagaimana penggunaan antibiotik serta bagaimana
cara memperoleh obat tersebut dengan tepat. Masyarakat menjawab mereka tidak
mengetahui hal tersebut secara tepat.
Berdasarkan data studi pendahuluan tersebut penting dilakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa
Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan variabel mengenai profil penggunaan antibiotik dan tingkat
7
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Peneliti ingin mengetahui profil dan
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan
parameter indikasi antibiotik, dosis, interval waktu pemberian, lama pemberian
antibiotik, efek samping antibiotik dan informasi tentang antibiotik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil penggunaan antibiotik masyarakat di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik
Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui profil tentang penggunaan antibiotik masyarakat di Desa
Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan
2. Untuk mendapatkan data tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam pustaka
dan referensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di
Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan.
1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk memberikan
informasi terkait pentingnya dalam menggunakan antibiotik secara tepat.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti
tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa
Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dilakukan padarmasyarakat Desa Banyior Kecamatan
Sepulu Kabupaten Bangkalan yang memenuhi kriteria inklusi dalamspenelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran
dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor
pendidikan formal dan sangat erat hubungannya, harapannya dengan pendidikan
yang tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi tidak menutup
keungkinan orang yang berpendidikan rendah berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi
juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan
menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu
(Notoatmojo, 2014).
2.1.1 Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2010) pengetahuan seseorang terhadap suatu
objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis besar dibagi
menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1). Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai memanggil memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan yang paling
rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa
10
yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
2). Memahami (Comprehention)
Memahami dapat diartikan jika seseorang dapt menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,
meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.
3). Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan apabila seorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi dan kondisi yang lain. Aplikasi juga dapat diartikan ssebagai
penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang
lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen komponen dalam
suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan
objek tersebut.
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang
11
sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain,sebagai berikut :
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain untuk menuju impian atau cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai suatu
tujuan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB
Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku akan
pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu usaha yang harus dilakukan demi menunjang
kehidupan.
12
c. Usia
Usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
(Nursalam, 2003). Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok baik
dalam hal positif maupun negatif.
e. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari
sikap dalam menerima informasi.
f. Minat
Minat merupakan dorongan kuat untuk sesuatu. Minat membuat individu
mencoba dan mengejar untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih lanjut.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan peristiwa yang pernah dialami seseorang sebelumnya.
Secara umum, semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, semakin
banyak pengetahuan yang dapat dia peroleh.
h. Informasi
Seseorang yang memiliki lebih banyak sumber informasi akan memiliki
pengetahuan yang lebih banyak. Pada umumnya, semakin sederhana memperoleh
informasi, semakin cepat seseorang mendapat pengetahuan baru.
13
2.1.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Kriteria pengetahuan menurut (Arikunto, 2006), pada masing-masing
tingkat dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pengetahuan baik jika jawaban dari kuesioner memiliki presentase 76 % -
100 %
2. Pengetahuan cukup jika jawaban dari kuesioner memiliki presentase 56 % -
75 %
3. Pengetahuan kurang jika jawaban dari kuesioner memiliki presentase :
< 56%
Kemudian setelah diketahui tingkat pengetahuan pada tiap-tiap responden,
maka untuk mengetahui banyaknya persentase tingkat pengetahuan responden
dihitung menggunakan rumus :
Setelah dihitung menggunakan rumus tersebut maka dapat diketahui hasil kategori
tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan antibiotik.
2.2 Definisi Masyarakat
Masyarakat merupakan sebuah kelompok atau komunitas orang yang telah
lama tinggal disuatu daerah dan saling bergantung antara yang satu dengan lainnya.
Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Syaikh Taqyuddin An-
Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang definisi masyarakat,
% Responden pada setiap kategori = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 100%
14
"sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat apabila mempunyai
pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama". Dengan kesamaan itu,
manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama mereka berdasarkan
kepentingan bersama (Akhmaddhian dan Fathanudien, 2015).
2.2.1 Ciri – Ciri Masyarakat
Menurut literatur Effendy (2007) Ciri-ciri masyarakat antara lain, sebagai
berikut:
1. Adanya interaksi diantara sesama anggota masyarakat
Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan hubungan sosial
yang dinamis dan menyangkut hubungan antar perseorangan, antar kelompok-
kelompok maupun antara perseorangan dengan kelompok, untuk terjadinya
interaksi sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
Kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu
keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup
yang kecil (RT/RW), Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan bahkan Negara.
3. Saling tergantung satu dengan lainnya
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling
tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-
tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan
profesi masing-masing. Mereka hidup saling melengkapi agar tetap berhasil dalam
kehidupannya.
4. Memiliki adat istiadat tertentu atau kebudayaan
15
Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan
bermasyarakat dan mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara
berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.
5. Memiliki identitas bersama
Kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota
masyarakat lainnya, hal ini sangat enting untuk menopang kehidupan dalam
bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa bahasa, pakaian,
simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu seperti alat pertanian,
adat-istiadat,senjata tajam, kepercayaan dan sebagainya.
2.2.2 Masyarakat Desa
Ciri-ciri masyarakat desa Menurut Abdul Syani dalam Basrowi (2005)
menyebutkan bahwa masyarakat ditandai oleh empat ciri, yaitu adanya interaksi,
ikatan pola tingkah laku yang khas didalam semua aspek kehidupan yang bersifat
kontinyu, serta adanya rasa identtas terhadap kelompok, dimana individu yang
bersangkutan menjadi anggota kelompoknya. Sedangkan Soerjono Soekanto (2006:
156-157) menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk
kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok
sebagai berikut :
a. Manusia yang hidup bersama.
b. Bercampur untuk wilayah yang cukup lama.
c. Mereka sadar merupakan sebuah kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
16
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap
anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
2.3 Gambaran Umum Desa Banyior
Desa Banyior merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan
Sepulu Kabupaten Bangkalan,dengan luas area permukaan 4,34 km². Desa banyior
memiliki lima dusun diantara nya adalah sebelah selatan Dusun Sabungan, sebelah
timur (tengah) Dusun Lenden, sebelah timur (pusat Desa) Dusun Banyior, sebelah
utara Dusun Kemmedan dan sebelah timur (perbatasan) Dusun Blungkeng. Desa
Banyior memiliki jumlah penduduk sebanyak 2,951 jiwa dengan 797 kartu
keluarga. Desa Banyior memiliki beberapa sarana pelayanan kesehatan diantaranya
yaitu memiliki 1 Klinik swasta dan 3 posyandu (BPS, 2021). Kecamatan Sepulu
merupakan salah satu Kecamatan yang berada sejajar dengan Kecamatan lain di
wilayah Kabupaten Bangkalan dan merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki
penduduk yang padat. Secara geografis batas-batas wilayah Kecamatan Sepulu
adalah sebagai berikut Sebelah Timur KecamatanTanjung Bumi, Sebelah Selatan
Kecamatan Geger, Sebelah Barat Kecamatan Klampis, Arosbaya dan Kabupaten
Bangkalan (BPS, 2021)
2.4 Definisi Obat
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit
berikut gejalanya (Tjay dan Rahardja, 2007).
17
2.4.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Tingkat Keamanan
Penggolongan obat yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Pengertian tersebut tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X/1993.
Penggolongan obat ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika :
1. Obat bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh
tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat
bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya
adalah parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat esensial
(DOEN), dan obat batuk hitam (OBH). Berikut adalah logo obat bebas :
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas (Depkes, 1993)
2. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W” menurut bahasa
Belanda “W” singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan. Obat bebas terbatas
adalah obat yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam daftar
obat “W” memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah Obat Keras yang dapat
diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi
18
persyaratan yang sebagaimana telah diatur dalam PERMENKES NOMOR :
919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 2380/A/SK/VI/83,
tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran warna biru dengan garis
tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga jelas
terlihat dan mudah dikenal sebagaimana yang dijelaskan pada gambar 2.2 di bawah.
Contohnya obat flu kombinasi (tablet), chlorpheniramin maleat (CTM), dan
mebendazol (Depkes, 1993).
Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas (Depkes, 1993)
Gambar 2.3 Logo Peringatan Obat (Depkes, 1993).
3. Obat keras
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari
“Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika
pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran
19
bulatan warna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang
menyentuh garis tepi lihat gambar 2.4. salah satu contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah amoksilin, asam mefenamat (Depkes, 1993)
Gambar 2.4 Logo Obat Keras (Depkes, 1993)
Obat keras dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu Obat Wajib
Apotek (OWA), obat daftar G, dan psikotropika :
1). Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di
apotek kepada pasien tanpa resep dokter (Keputusan Menteri Kesehatan No :
347/MENKES/VII/1990). Contoh : Antiparasit (obat cacing, mebendazol); Obat
Kulit Topikal (antibiotik, tetrasiklin); Obat Saluran Napas (obat asma, ketotifen).
Daftar ini menetapkan obat-obat keras yang dapat dibeli di apotek tanpa resep
dokter dalam jumlah dan potensi terbatas. Pasien diharuskan memberikan nama dan
alamatnya yang didaftarkan oleh apoteker bersama nama obat yang diserahkan.
Daftar tersebut meliputi antara lain pil anti-hamil, obat-obat lambung tertentu, obat
antimual metokolpramid, laksan bisakodil, salep sariawan triamsinolon, obat-obat
pelarut dahak bromheksin, asetil- dan karbo- sistein, obat-obat nyeri atau demam
asam mefenamat, glisfenin dan metamizol. Disamping itu daftar tersebut juga
mencakup sejumlah obat keras dalam bentuk salep atau krim, antibiotik, seperti
kloramfenikol, eritromisin, tetrasiklin, dan gentamisin, dan zat-zat antijamur
(mikonazol, ekonazol, nistatin dan tolnaftat) .
20
2). Obat G mencakup semua obat keras yang hanya dapat dibeli di apotek
berdasarkan resep dokter, seperti antibiotika, hormon kelamin, obat kanker, obat
penyakit gula, obat malaria, obat jiwa, jantung, tekanan darah tinggi, obat anti-
pembekuan darah dan semua sediaan dalam bentuk injeksi
3). Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi:
a. Psikotopika golongan 1 adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, dan mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : brolamfetamin
(DOB), tenamfetamin (MDA), dan lisergida (LSD).
b. Psikotropika golongan II dapat digunakan untuk pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
amfetamin, deksamfetamin, dan metamfetamina.
c. Psikotropika golongan III dapat digunakan untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : katina,
amobarbital, buprenofrina, dan pentobarbital.
d. Psikotropika golongan IV dapat digunakan untuk pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
21
alprazolam, barbital, diazepam dan fenobarbital (Undang – Undang RI No : 3
tahun 2017).
4). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebebkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan–golongan (Undang – Undang RI No : 2 tahun 2017). Dalam kemasannya
narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna merah sebagaimana gambar 2.5.
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Narkotika golongan I, digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contohnya: heroina, katinona, amfetamin
dan metamfetamin.
b. Narkotika golongan II dan III, yang berupa bahan baku, baik alami maupun
sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri.
Contohnya : fentanil, morfina, petidina, dan kodeina. Mempunyai potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : amfetamin, deksamfetamin, dan
metamfetamina.
Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika (Priyanto, 2010)
22
4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib Apotek merupakan obat keras yang dapat diserahkan
Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter (Depkes, 1993). Tujuannya
yaitu:
a. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan
b. Untuk meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.
c. Untuk meningkatkan peran Apoteker di dalam Apotek dalam pelayanan
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) serta untuk meningkatkan
pelayanan obat kepada masyarakat dengan meningkatkan pengobatan
sendiri.
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter (OWA) harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus ang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
23
Berikut daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan :
1). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang daftar
obat wajib apotek golongan 1.Berikut tabel daftar obat wajib apotek golongan 1:
Tabel 2.1 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1
No Nama Generik Golongan
Semula
Golongan Baru Pembatasan
1. Aminophyllin Obat keras
dalam
subslansi
Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
asma
2. Benzoxonium Obat Wajib
Apotek
(suppositoil)
Obat Bebas
Terbatas
Sebagai Obat
luar untuk mulut
dan tenggo-
rokan (Kadar
<0,05%)
3. Benzocain Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Anestetik mulut
dan tenggorokan
4. Bromhexin Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
batuk berdahak
5. Cetrimide Obat Keras /
Obat Wajib
Apotek
Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
infeksi kulit
kronis
6. Chlorhexidin Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Sebagai Obat
Luar untuk
anti.septik kulit
7. Choline
Theophyllinate
Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
asma
8. Dexbrompheni
ramine Meleate
Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
alergi
9. Diphenhydramie Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Obat untuk
meredahkan
10. Docusate
Sodium
Obat Bebas
Terbatas
dengan
batasan
Obat Bebas Obat sembelit
11. Hexetidinc Obat keras Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
luar untuk mulut
dan tenggorokan
(Kadar <0,1%)
24
No Nama Generik Golongan
Semula
Golongan Baru Pembatasan
12. Ibuprofen Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Tablet 200 mg,
kemasan tidak
lebih dari 10
tablet
13. Lidocain Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Anesletik mulut
dan tenggorokan
14. Mebendazol Obat Keras /
Obat Wajib
Apotek
Obat Bebas
Terbatas
Semua materi
untuk promosi
harus
menggemukakan
resiko bahaya
15. Oxymetazoline Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Obat semprot
hidung (kadar <
0,05%)
16. Theophylline Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Sebagai obat
asma
17. Tolnaftate Obat keras/
obat wajib
Apotek
Obat Bebas Sebagai obat luar
untuk infeksi
jamur local
(kadar < Ivo)
18. Triprolidine Obat Keras Obat Bebas
Terbatas
Antihistamin
2). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924 / Menkes /Per / X / 1993 tentang daftar
obat wajib apotek golongan 2.Berikut tabel daftar obat wajib apotek golongan 2:
Tabel 2.2 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 2
No Nama Generik
Obat
Jumlah Maksimal Tiap
Jenis Obat Per Pasien
Pembatasan
1. Albendazol tab 200 mg, 6 tab tab 400 mg,
3 tab
Infeksi tunggal
atau campuran
dari cacing
2. Bacitracin 1 tube Sebagai obat luar
untuk infeksi
bakteri pada kulit
3. Benorilate 10 tablet Sebagai obat
antipiretik
4. Bismuth subcitrate 10 tablet Sebagai obat
antidiare
5. Carbinoxamin 10 tablet Sebagai obat
antihistamin
25
No Nama Generik
Obat
Jumlah
Maksimal Tiap
Jenis Obat Per
Pasien
Pembatasan
6. Clindamicin 1 tube Sebagai obat luar untuk obat
acne
7. Dexametason 1 tube Sebagai obat luar untuk
inflamasi
8. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk kulit
9. Diclofenac 1 tube Sebagai obat luar untuk
inflamasi
10. Diponium 10 tablet Sebagai obat penurun asam
lambung
11. Fenoterol 1 tabung Inhalasi
12. Flumetason 1 tube Sebagai obat luar untuk
inflamasi
13. Hidrocortison
butyrate
1 tube Sebagai obat luar untuk
inflamasi
14. Ibuprofen Tab 400 mg, 10
tab tab 600 mg,
10 tab
Sebagai obat antipiretik dan
analgesik
15. Isoconazol Tube Sebagai obat luar untuk
infeksi jamur lokal
16. Ketokonazole Kadar ≤ 2% :
Krim 1 tube
Scalp sol 1 botol
Sebagai obat luar untuk
infeksi jamur local
17. Levamizole Tab 50 mg, 3 tab Sebagai obat penghambat
pertumbuhan sel kanker
18. Methylprednisolon 1 tube Sebagai obat infeksi cacing
19. Noretisteron 1 siklus Sebagai obat untuk gangguan
siklus menstruasi
20. Omeprazole 7 tablet Sebagai obat tukak lambung
21. Oxiconazole Kadar < 2%, 1
tube
Sebagai obat luar untuk
infeksi jamur local
22. Pipazetate Sirup 1 botol Obat batuk pada batuk iritatif
dan paroksimal
23. Piratiasin
Kloroteofilin
10 tablet Sebagai obat untuk mual dan
muntah
24. Pirenzepine 20 tablet Sebagai obat ulkus lambung
yang akut dan kronis
25. Piroxicam 1 tube Sebagai obat luar untuk
inflamasi
26
No Nama Generik
Obat
Jumlah
Maksimal Tiap
Jenis Obat Per
Pasien
Pembatasan
26. Polymixin B
Sulfate
1 tube Sebagai obat luar untuk
infeksi jamur local
27. Prednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk
inflamasi
28. Scopolamin 10 tablet Antikolinergik
29. Silver sulfadiazin 1 tube Sebagai obat luar untuk
infeksi bakteri pada kulit
30. Sucralfate 20 tablet Sebagai obat tukak pada usus
halus
31. Sulfasalazine 1 tube Sebagai obat antiradang
32. Tioconazole 1 tube Sebagai obat luar untuk
infeksi jamur local
3). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/ 1999 tentang daftar
obat wajib apotek golongan 3.Berikut tabel daftar obat wajib apotek golongan 3:
Tabel 2.2 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 3 :
No Terapi Nama Obat Jumlah Mak-
simal/ Jenis Obat/
Pasien
1. Saluran
Pencernaan dan
Metabolisme
Famotidin
Ranitidin
Maksimal 10 tablet 20
mg / 40 mg
2. Obat Kulit Asam Azeleat
Maksimal 10 tablet
150 mg
Asam Fusidat
Metretinida
Tolsiklat
Tretinoin
Maksimal 1 tube 5 g
3. Antiinfesksi
Umum Kategori
(2HMU4H3R3)
Kombipak II Fase awal :
- Isoniazid 300mg
- Rifampisin 450 mg
- pirazinamid 1500 mg
- Etambutol 750 mg
- Kombipak III Fase
lanjutan:
- Isoniazid 600 mg
Satu paket
27
No Terapi Nama Obat Jumlah
Mak-simal/ Jenis
Obat/ Pasien
Kategori (2HRZES/HMU5H3R3E3)
Kombipak II Fase awal :
- Isoniazid 300 mg
- Rifampisin 450 mg
- Pirazinamid 1.500 mg
- Etambutol 750 mg
- Streptomisin 0,75 mg
- Kombipak IV
Fase Lanjutan :
- Isoniazid 600 mg
- Rifampisin 450 mg
- Etambutol 1250 mg
Satu Paket
Kategori III
(2HRZ4H3R3)
- Kombipak I Fase awal
- Isoniazid 300 mg
- Rifampisin 450 mg
- Pirazinamid 1.500 mg
Kombinasi II Fase
Lanjutan
- Isoniazid 600 mg
- Rifampisin 450 mg
Satu Paket
4. Sistem
Muskuloske
Letal
Allupurinol Maksimal 10 tablet
100 mg
Diklofenak natrium Maksimal 10 tablet
25 mg
Piroksikam
Maksimal 10 tablet
10 mg
5. Sistem Saluran
Pernafasan
Klemastin Maksimal 10 tablet
Mequitazin Maksimal 10 tablet /
botol 60 ml
Orsiprenalin Maksimal 1 tube
inhaler
Prometazine teoklat Maksimal 10 tablet /
botol 60 ml
Setirizine Maksimal 10 tablet
Siprooheptadin Maksimal 10 tablet
28
No Terapi Nama Obat Jumlah Mak-
simal/ Jenis Obat/
Pasien
6. Organ-Organ
Sensorik
Gentamicin Maksimal 1 tube 5 gr
atau botol 5 ml
Kloramfenikol Maksimal 1 tube 5 gr
atau botol 5 ml
2.5 Antibiotik
Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu Anti
(Lawan) dan Bios (Hidup). Jadi, Antibiotik merupakan suatu zat kimia yang
dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri atau jamur berkhasiat obat) yang
mempunyai kemampuan untuk mengambat pertumbuhan atau mematikan
mikroorganisme (Setiabudy, 2011)
Antibiotik merupakan obat yang berasal dari seluruh bagian tertentu
mikroorganisme yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Antibiotik tidak efektif untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus,
karena virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya. (Tjay dan Rahardja,
2007). Antibiotik selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan reproduksi
bakteri juga membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk mengeleminasi bakteri
tersebut (Fernandez, 2013). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian
antibiotik ini adalah pemberian antibiotik pada kelompok khusus menurut Peraturan
Menteri Kesehatan 2011, seperti :
a. Penggunaan antibiotik pada anak
b. Penggunaan antibiotik pada wanita hamil dan menyusui
c. Penggunaan antibiotik pada usia lanjut
29
d. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Ginjal
e. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Hati
Pengunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi.
Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan melemahkan
daya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain berdampak pada morbiditas dan
mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat
tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun
juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae
(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Permenkes, 2011). Peningkatan
kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi dengan 2 cara, yaitu:
1. Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak secara
duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam
1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten. Jika seseorang
terinfeksi oleh bakteri yang resisten maka upaya penanganan infeksi dengan
antibiotik semakin sulit (Permenkes, 2011).
2. Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal ini
dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke orang
lain. Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten :
a. Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotik secara
bijak (prudent use of antibiotics).
b. Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan
meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar
(universal precaution).
30
2.5.1 Sejarah antibiotik
Antibiotik merupakan sekumpulan molekul, baik alami maupun sintetik,
yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaannya
dikhususkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Karena itulah,
antibiotik tidak tepat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus, jamur dan benda asing lainnya selain bakteri. Penemuan
antibiotik terjadi secara tidak sengaja pada tahun 1928 ketika seorang ilmuwan
Skotlandia yang bernama Alexander Fleming lupa membersihkan sediaan bakteri
pada media dalam sebuah cawan petri dan meninggalkannya selama beberapa hari.
Ketika akan membersihkan cawan tersebut, ia menemukan sebagian jamur telah
tumbuh pada media tersebut dan sebagian lain telah bersih dari bakteri yang
sebelumnya ada. Didasari oleh ketertarikannya pada fenomena tersebut, ia
melakukan penelitian lebih lanjut dan menemukan bahwa jamur yang tumbuh
tersebut adalah Penicillium chrysogenum atau sejenis jamur berwarna biru muda.
Lalu ia melakukan ekstraksi terhadap jamur tersebut dan hasil ekstraknya adalah
sebuah antibiotik alami pertama, yaitu Penicillin G (Ferdiansyah, 2017).
2.6 Penggolongan Antibiotik
2.6.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia
Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia antara lain sebagai
berikut : (Katzung, 2011) :
1. Antibiotik golongan Beta laktam
31
Antibiotik golongan beta laktam meliputi : Penisilin (contohnya: isoksazolil
penisilin, ampisilin, dan lainnya), Sefalosporin (contohnya: seftriakson,sefotakzim,
dan lainnya), Monobaktam (contohnya: azteonam), Karbapenem (contohnya:
imipenem).
2. Antibiotik golongan Tetrasiklin : contohnya tetrasiklin dan doksisiklin
3. Antibiotik golongan Makrolida : contohnya eritromisin dan klaritromisin
4. Antibiotik golongan Linkomisin : contohnya linkomisin dan klindamisin
5. Antibiotik golongan Kloramfenikol : Contohnya kloramfenikol dan
tiamfenikol
6. Antibiotik golongan Aminoglikosida : contohnya streptomisn, neomisin dan
gentamisin.
7. Antibiotik golongan Sulfonamida, contohnya: sulfadizin, sulfisoksazol dan
kotrimoksazol (kombinasi trimetroprim dan sulfametoksazol)
8. Antibiotik golongan Kuinolon, contohnya : asam nalidiksat dan
fluorokuinolon, contohnya: siprofloksasin dan levofloksasin
9. Antibiotik golongan Glikopeptida : contohnya vankomisin dan telkoplanin.
10. Antibiotik golongan Antimikrobakterium, isoniazid, rifampisin, pirazinamid.
11. Antibiotik golongan lain, contohnya polimiksin B, basitrasin,
oksazolidindion
2.6.2 Penggolongan Antibiotik Atas Dasar Mekanisme Kerja
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotik dibagi menjadi 2,yakni :
(Setiabudy, 2011)
1. Zat Bakterisida
32
Zat bakterisida merupakan zat yang membunuh bakteri. Zat bakterisida
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Zat yang bekerja pada fase tumbuh, contohnya : Sefalosporin,penisilin
b. Zat yang bekerja pada fase istirahat, contohnya : Aminglikosida dan
Kortimokzasol
2. Zat Bakteriostatik
Zat bakteriostatik merupakan zat yang menghambat pertumbuhan bakteri
Contohnya : sulfonamid, trimetroprim, kloramfenikol, tetrasiklin, linkomisin dan
klindamisin
2.6.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Tempat Kerjanya
Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya antara lain sebagai
berikut : (Finberg & Guharoy, 2012)
Gambar 2.6 Mekanisme Kerja Antibiotik (Finberg & Guharoy, 2012)
1. Antibiotik yang tempat kerjanya di dinding Sel. Mekanisme kerja antibiotik
dalam dinding sel yakni, menghambat sintesis atau merusak dinding sel
33
bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaing merupakan
komples polimer mukopeptida (glikopeptida). Obat ini dapat melibatkan
otolisin bakteri (enzim yang mendaur ulang dinding sel) yang ikut serta
berperan terhadap lisis sel. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini
contohnya seperti : antibiotik golongan beta-laktam (penisilin, sefalosporin,
monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan
vankomisin karena pada umumnya bersifat bakterisidal.
2. Antibiotik yang tempat kerjanya di membran Sel/ Mekanisme kerja antibiotik
dalam membran sel yakni, mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri
dengan cara mengacaukan sintesanya hingga menjadi permeabel. Contoh:
polimiksin.
3. Antibiotik yang tempat kerjanya di asam nukleat. Contohnya: mitomisin C
mekanisme nya dengan cara menghambat biosintesis DNA, bersifat pansidal
(antikanker), rifampisin (menghambat biosintesis mRNA) bersifat
bakterisidal yaitu dapat membunuh bekteri yang dapat menyebabkan infeksi,
griseofulvin (menghambat pembelahan sel mikrotubuli) bersifat fungistatik,
aktinomisin (menghambat biosintesis DNA dan mRNA) bersifat pansidal
yaitu antibiotik yang memiliki efektifitas sebagai antikanker.
4. Antibiotik yang tempat kerjanya di Ribosom. Mekanisme kerja antibiotik
pada Ribosom adalah sebagai berikut :
Pada ribosom sub unit 30 S prokariotik, contohnya: aminosiklin dan
tetrasiklin mekanismenya dengan cara menghambat biosintesis protein
bersifat bakterisidal dan bakteristatik.
34
Pada ribosom sub unit 50 S prokariotik, contohnya: amfenikol, makrolida,
linkosamida dengan cara menghambat biosintesis protein, bersifat
bakteriostatik.
Pada ribosom sub unit 60 S eukariotik, contohnya glutarimid dan asam
fusidat mekanisme kerjanya dengan cara menghambat biosintesis protein,
bersifat fungisidal dan bakterisidal.
2.6.4 Penggolongan antibiotik Berdasarkan Spektrum
Penggolongan aktibiotik berdasarkan spektrumnya dapat dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum)
Antibiotik jenis ini bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik bakteri gram
negatif maupun bakteri gram positif serta jamur. Contohnya: tetrasiklin dan
kloramfenikol.
2. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)
Antbiotik jenis ini bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja (jamur tidak
termasuk dalam sprektrum sempit) maka dari hal tersebut itu dinamakan sprektrum
sempit. Contohnya: penisilin hanya bekerja terhadap bakteri gram positif dan
gentamisin hanya bekerja terhadap bakteri gram negatif
2.6.5 Efek Samping Antibiotika dan Penggunaan Antibiotika
Efek samping yang paling umum dari antibiotika antara ain diare, muntah,
mual dan infeksi jamur pada saluran pencernaan dan mulut. Dalam kasus yang
jarang terjadi, antibiotika dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan darah,
gangguan pendengaran, pembekuan darah abnormal dan kepekaan terhadap sinar
35
matahari, serta terjadinya resistensi yaitu aktivitas kuman untuk melindungi diri
terhadap efek antibiotika. Sementara untuk penggunaan antibiotika, tidak
dihentikan sebelum waktu yang ditentukan, maka bakteri memiliki potensi untuk
tumbuh lagi dengan kecepatan yang cepat (Nawawi, Q., 2013)
2.6.7 Dampak Negatif dari Penggunaan Antibiotika Secara Bebas
Dampak negatif dari penggunaan antibiotika secara bebas akan mencakup
hal-hal sebagai berikut : (Staf pengajar Departemen Farmakologi, 2008 dalam
Ihya, 2013), yaitu :
1. Terjadinya resistensi bakteri. Timbulnya strain-strain bakteri yang resisten akan
sangat berkaitan dengan banyaknya pemakaian antibiotika dalam suatu unit
pelayanan.
2. Terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antbiotika, yang terjadi
secara langsung karena pengaruh antibiotik yang bersangkutan atau karena
terjadinya superinfeksi. Misalnya pada pemakaina linkomisin atau dapat terjadi
superinfeksi dengan kuman clostrium difficile yang menyebabkan colitis
pseudomembranosa.
3. Terjadinya peningkatan biaya misalnya karena pemakain antibiotik yang
berlebihan pada kasus-kasus yang kemungkinan sebenranya tidak memerlukan
antibiotika.
4. Tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam pencegahan maupun
pengobatan penyakit infeksi.
36
2.6.8 Prinsip Terapi Antibiotik
Prinsip terapi antibiotik dalam layanan kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu
(Gyssens, 2005; Kemenkes RI., 2011) :
1. Terapi empiris
Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah penghambatan
pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh
hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiri
yaitu jika ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri
tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi. Rute pemberian antibiotik
secara oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi
sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
parenteral.durasi pemberian pada antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu
48-72 jam.
2. Terapi definitif
Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif merupakan yang didasarkan
dalam penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri
penyebab dan pola resistensinya.Tujuan pemberian antibiotik ini adalah
penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan
hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif
adalah sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi. Rute
pemberian adalah antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi
infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan
antibiotik parenteral.Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik
37
parenteral harus segera diganti dengan antibiotik peroral.Durasi pemberian
antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai
diagnosis awal yang telah dikonfirmasi.
3. Terapi profilaksis
Tujuan pemberian antibiotik secara profilaksis yaitu untuk mencegah
timbulnya infeksi. Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam setelah
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi dan diharapkan pada saat operasi
antibiotik dijaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Penurunan morbiditas dan mortalitas
pasca operasi, Penghambatan muncul flora normal resistensi, Meminimalkan biaya
pelayanan kesehatan, Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas
operasi yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi.
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah :
a. Penggunaan antibiotik dengan menggunakan antibiotik spektrum sempit
pada inidikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama
pemberian yang tepat.
b. Penggunaan antibiotik dengan mengutamakan antibiotik lini pertama dan
pembatasan penggunaan anibiotik.
c. Pembatasan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman
penggunaan antibiotik, penerapan antibiotik secara terbatas, dan penerapan
kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu.
d. Indikasi yang ketat dan tepat.
38
e. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasarkan :
1. Informasi yang spketrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan
kuman terhadap antibotik.
2. Hasil dari pemeriksaan mikrobiologi dan perkiraan kuman penyebab
infeksi.
f. Farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
g. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak, dilakukan dengan
meningkatkan kepahaman tenaga kesehatan tehadap penggunaan
antibiotik secara bijak, meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas
penunjang, dengan penguatan pada laboraroium yang berkaitan dengan
penyakit infeksi, menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang
berkompeten dibidang infeksi, mengembangkan sistem penanganan
pneyakit infeksi secara tim, membentuk tim pengendali antibiotik secara
intensif dan berkesinambungan, menetapkan kebijakan dan pedoman
penggunaan antibotik secara lebih rinci.
h. Rute pemberian antibiotik profilaksis yaitu antibiotik profilaksis diberikan
secara intravena, dan untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan
dianjurkan pemberian antibiotik intravena drip.
i. Waktu pemberian antibiotik profilaksis diberikan 30 kg/m2 umumnya
digunakan untuk mendefinisikan obesitas. Presentase lemak tubuh (>25%
pada pria dan >31% pada wanita)dapat memprediksikan lebih baik resiko
ILO karena mungkin BMI tidak mencerminkan komposisi tubuh .
j. Durasi pemberian antibiotik profilaksis adalah dosis tunggal. Dosis
39
ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500ml atau
operasi berlangsung > 3 jam (Kemenkes, 2011).
2.6.8 Faktor Biaya
Antibiotika yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat
merek dagang, obat originator atau obat yang masih dalam lindungan hak paten
(obat paten). Harga antibiotika pun sangat beragam. Harga antibiotika dengan
kandungan yang sama bisa berbeda hingga 100 kali lebih mahal dibanding
generiknya. Apalagi untuk sediaan parenteral yang bisa 1000 kali lebih mahal dari
sediaan oral dengan kandungan yang sama. Peresepan antibiotika yang mahal,
dengan harga di luar batas kemampuan keuangan pasien akan berdampak pada
tidak terbelinya antibiotika oleh pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya
kegagalan terapi. Setepat apa pun antibiotika yang diresepkan apabila jauh dari
tingkat kemampuan keuangan pasien tentu tidak akan bermanfaat (Permenkes,
2011).
2.6.9 Penggunaan Antibiotik Secara Tepat
Keberhasilan terapi merupakan tujuan utama dalam setiap pengobatan.
Tujuan tersebut dapat tercapai dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan terapi, terutama antibiotik. Penggunaan antibiotik harus secara
rasional agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. (Kemenkes RI,
2011).
Kerasionalan pemberian obat didasarkan pada beberapa kriteria,
diantaranya (Kemenkes RI, 2011):
a. Ketepatan Diagnosis. Pemberian terapi mengacu pada diagosis yang telah
40
dilakukan. Jika terdapat kesalahan dalam diagnosis, maka pemberian obat
akan mengalami kesalahan juga
b. Ketepatan Indikasi Obat diberikan sesuai dengan terapi tujuannya, sehingga
tujuan terapi akan tercapai. gunakan obat sesuai dengan anjuran medis agar
tidak terjadi efek samping obat
c. Ketepatan Obat Yang Dipilih. Obat yang digunakan harus sesuai dengan
spekrum penyakit yang telah terdiagnosa.
d. Ketepatan Dosis. Dosis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pengobatan. Dosis yang terlalu besar dapat menyebabkan overdosis,
sedangkan dosis yang terlalu kecil, akan menyebabkan sulit tercapinya
keberhasilan terapi.
e. Ketepatan Cara Pemberian. Beberapa obat memerlukan perhatian khusus
dalam penggunaannya, seperti antasida dan antibiotik. Cara konsumsinya
berpengaruh terhadap absorbsi dan nasibnya dalam tubuh.
f. Ketepatan Interval. Pemberian obat dengan cara yang praktis dan pengulangan
yang tidak terlalu banyak sehingga akan meningkatkan kepatuhan pasien.
g. Ketepatan Lama Pemberian Obat. Lama penggunaan obat harus sesuai dengan
karakteristik masing-masing penyakit, tidak boleh terlalu lama atau terlalu
singkat karena akan mempengaruhi keberhasilan terapi.
h. Waspada Efek Samping. Selain memiliki manfaat terapi, obat juga memiliki
efek samping. Sehingga perlu diwaspadai beberapa efek samping yang timbul
dalam pengobatan agar dapat ditangani dengan tepat.
i. Ketepatan Penilaian Kondisi Pasien. Tiap individu memiliki respon yang
41
beragam pada obat, tergatung dengan kondisi atau penyakit lain yang sedang
dialami
j. Efektif, aman, mutu terjamin, dan selalu tersedia Obat-obat yang digunakan
hendaknya dapat dijangkau dengan mudah. baik dari segi
ketersediaan,maupun harga.
k. Ketepatan informasi. Informasi tentang obat harus jelas agar keberhasilan
terapi tercapai.
l. Kepatuhan pasien. Kepatuhan pasien dalam pengobatan akan semakin
menunjang keberhasilan terapi. Selain itu, jika pasien tidak patuh dalam
konsumsi obat akan timbul berbagai macam efek yang tidak diinginkan.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan antibiotik adalah
waktu pemberiannya, frekuensi konsumsi, dan lama pengobatan, serta kondisi
pasien (Kemenkes RI, 2011). Selain beberapa hal yang harus diperhatikan diatas,
perlu diketahui bahwa antibiotik merupakan golongan obat keras, dimana untuk
menggunakannya harus dengan resep dokter dan tidak dapat dipergunakan untuk
kepentingan pengobatan sendiri atau swamedikasi (Ihsan dkk., 2016).
Penggunaan antibiotik ini ternyata tidak hanya diperuntukkan untuk
pengobatan infeksi bakteri pada manusia, tetapi telah digunakan juga dalam
bidang peternakan (Suharsono dkk., 2010). Antibiotik digunakan untuk
mengontrol penyakit infeksi bakteri dalam hewan ternak. Penggunaannya dapat
dengan cara disuntikkan, direndam, atau dengan cara dicampur dengan pakan
(Nurhasnawati dkk., 2016), Beberapa contoh hewan ternak yang diberikan
antibiotik adalah ayam broiler dan ikan air tawar (Suharsono, 2010).
42
2.7 Resistensi
Resistensi CYial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap obat
antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang resisten (termasuk bakteri,
virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat antimikroba, seperti
antibiotik, antivirus, dan lainnya. Sehingga standar pengobatan menjadi tidak
efektif dan infeksi tetap persisten dan mungkin menyebar. Resistensi antibiotik
merupakan konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang salah, dan perkembangan
dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen
resistensi yang didapat (WHO, 2005).
2.7.1 Mekanisme Resistensi
Bakteri dapat menjadi resisten terhadap suatu antibiotik dengan beberapa
cara sebagai berikut:
Gambar 2.7 Mekanisme Resistensi Antibiotik (Giguere, et al., 2013)
1. Mengurangi Permeabilitas Membran Luar atau Membran Sel
Bakteri patogen dapat menjadi resisten dengan mencegah masuknya
antibiotik ke dalam sel bakteri. Perubahan yang terjadi pada permeabilitas membran
terjadi ketika terdapat informasi genetik baru yang mengubah protein secara alami
sudah berada pada membran bakteri. Perubahan yang terjadi dapat merubah sistem
transport pada membran sehinga obat antibiotik tidak dapat masuk melewati
43
membran bakteri. Mekanisme resistensi ini telah terjadi pada kasus resistensi
Salmonella typhi terhadap antibiotik kuinolon, tetrasiklin dan beberapa
aminoglikosida (Ugboko dan De, 2014).
2. Aktivasi Efflux
Aktivasi efflux mengakibatkan pemompaan agen antimikroba kembali ke
ruang periplasmik (seperti pada tetrasiklin pompa efflux pada Enterbacteriaceae)
atau langsung ke lingkungan luar. Peningkatan aktivitas pompa keluaran (efflux
pump) pada transmembran, sehingga bakteri akan membawa obat keluar sebelum
memberikan efek (Peleg dan Hooper, 2010).
3. Inaktivasi Obat
Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap
golongan aminoglikosida dan beta laktam karena mikroba mampu membuat enzim
yang merusak kedua golongan antibiotik tersebut (Gunawan, 2007).
4. Modifikasi Lokasi Target
Mekanisme ini terlihat pada Staphylococcus Aureus yang resisten terhadap
MRSA. Bakteri ini mengubah Penicillin Binding Protein (PBP) sehingga
afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik beta laktam lain (Gunawan,
2007).
44
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Bagan Kerangka Konseptual
Keterangan
Penggunaan Antibiotik
Indikasi
Dosis
Interval waktu
Lama pemberian
Efek samping
informasi
Output
Kategori pengetahuan
(Arikunto,2006)
Baik : 76% - 100%
Cukup : 56% - 75%
Kurang : < 56%
Parameter pengetahuan
(Kemenkes,2011)
Diagnosis
Pemilihan obat
Penilaian kondisi
pasien
Cara pemberian
: Tidak Diteliti : Diteliti
Pengetahuan Sikap Perilaku Profil
Identitas
responden
Jenis antibiotik
yang
digunakan
Tempat memperoleh
antibiotik
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual
45
3.2 Uraian Kerangka Konseptual
Antibiotik merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (bakteri atau jamur berkhasiat obat) yang mempunyai kemampuan
untuk mengambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme (Setiabudy,
2011). Dalam penggunaan antibiotik terdapat beberapa faktor antara lain yaitu
profil penggunaan antibiotik, pengetahuan, sikap dan perilaku (Insany, 2015).
Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti terkait profil dan pengetahuan
penggunaan antibiotik. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui
indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan yang
harus dimiliki oleh masyarakat sebagai pedoman dalam ketepatan penggunaan
antibiotik sesuai dengan modul penggunaan obat rasional yang disusun oleh
Kementrian Kesehatan RI (2011) yaitu pengetahuan tentang indikasi antibiotik,
dosis, interval waktu pemberian antibiotik, lama pemberian antibiotik, efek
samping, informasi terkait tentang antibiotik, diagnosis, pemilihan obat, dan
penilaian kondisi pasien. Namun dalam penelitian ini parameter pengetahuan
tentang diagnosis, pemilihan obat, dan penilaian kondisi pasien dan cara pemberian
antibiotik tidak diukur dikarenakan hal tersebut merupakan wewenang dari seorang
dokter. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, berdasarkan literatur Arikunto
(2006) dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni pengetahuan baik jika skor setelah
dilakukan perhitungan sebesar >76%, pengetahuan cukup jika skor 56-76% dan
pengetahuan kurang jika skor <56%.
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bersifat cross sectional yaitu
penelitian yang bertujuan menggambarkan mengenai fenomena yang ditemukan
pada satu waktu dan satu kali, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau
hasil (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan memperoleh data dari
responden dengan mengedarkan lembar pertanyaan (Kuesioner) ke responden
secara langsung.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2021-Januari 2022.
Penelitian ini dilakukan di Desa Banyior Kecamatan Sepulu kabupaten Bangkalan.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Desa
Banyior yang berjumlah 2.951 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Rumus yang digunakan untuk
menentukan sampel yaitu (Arikunto, 2006)
47
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑2)
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi (2.951)
𝑑2 = kesalahan yang mungkin terjadi (0.5)
Jadi,
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑2)
n = 2.951
1+(2.951 𝑥 0,052)
n = 2.951
1+ (2951 𝑥 0,0025)
n = 2.951
1+7,377
n = 352,274
n = 352 jiwa
Dari hasil perhitungan dihasilkan jumlah responden atau sampel (n) pada
penelitian ini adalah 352 jiwa. Pemilihan responden dipilih berdasarkan teknik
purposive sampling yaitu non random sampling yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan pembagian
wilayah, Desa Banyior memiliki 5 Dusun yaitu Sabungan, Lenden, Banyior,
Kemmedan dan Blunkeng. Setiap Dusun akan dipilih 88 responden berdasarkan
kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Akan tetapi, untuk Dusun Blukeng akan
dipilih 30 responden karena di Dusun ini akan digunakan sebagai sampel pada uji
validitas dan uji reliabilitas sehingga pada saat pengambilan sampel penelitian
48
dusun ini tidak digunakan kembali. Dari 4 Dusun, peneliti menyebarkan 400
kuesioner sehingga setiap Dusun mendapatkan 100 kuesioner yang dipilih
berdasarkan non random sampling. Penyebaran 100 kuesioner pada setiap Dusun
bertujuan untuk mendapatkan jumlah minimal responden yang telah ditetapkan
pada setiap dusunnya (88 responden setiap dusun) dan mengantisipasi responden
yang tidak memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini.
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu
non random sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2014). Selain itu, dalam pengambilan sampel perlu ditentukan
kriteria inklusi dan eksklusi supaya kriteria sampel tidak menyimpang dari
populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain :
1). Masyarakat dewasa minimal usia 18 tahun
2) Masyarakat yang pernah menggunakan antibiotik
3) Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
4) Mampu membaca dan menulis
5) Bersedia menjadi Responden penelitian
Sedangkan kriteria eksklusi adalah masyarakat desa Banyior yang tidak
selesai mengisi kuesioner
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang diperoleh oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian
49
tertentu (Notoatmodjo, 2012). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan dan profil tentang penggunaan antibiotik . Definisi operasional
variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
50
Tabel 4.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Indikator Pernyataan Skala
Ukur
Output
1. Profil
penggunaan
antibiotik
Profil
penggunaan
antibiotik adalah
gambaran obat
antibiotik dan
tempat
memperoleh
antibiotik yang
digunakan oleh
masyarakat
Jenis antibiotik
yang digunakan
responden dan
tempat
memperoleh
antibiotik
Responden
mengetahui
jenis
antibiotik
yang
digunakan
Apakah antibiotik
yang pernah
digunakan ?
Nominal -
Responden
mengetahui
tempat
memperoleh
antibiotik
yang
digunakan
Dari manakah
antibiotik
didapatkan?
2. Tingkat
pengetahuan
penggunaan
antibiotik
Pengetahuan
adalah segala
hal yang
diketahui oleh
responden
tentang
antibiotik
Pengetahuan
tentang indikasi
antibiotik
Responden
mengetahui
indikasi
(tujuan
pemakaian)
antibiotik
adalah untuk
Obat antibiotik dapat
digunakan untuk
penyakit infeksi
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Ordinal 1. Pengetahuan
baik : >76%
2. Pengetahuan
cukup: 56%-
75%
3. Pengetahuan
kurang : <56%
51
mengobati
infeksi
Antibiotik bekerja
dengan cara
membunuh dan
menghambat bakteri
untuk tumbuh
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Penyakit demam dan
flu dapat diobati
dengan
mengkonsumsi
antibiotik
Jawab :
Benar : 0
Salah : 1
52
Pemberian antibiotik
seperti kloramfenikol,
dapat diberikan untuk
penderita typhus
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Antibiotik seperti
supertetra boleh
digunakan untuk
mengatasi flu
Jawaban :
Benar : 0
Salah : 1
Pengetahuan
tentang dosis
antibiotik
Responden
mengetahui
penggunaan
dosis
antibiotik
yang tepat
Dosis penggunaan
obat antibiotik harus
dikonsumsi sampai
habis
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Ordinal
53
Penggunaan
antibiotik harus
dihentikan jika sudah
membaik meskipun
obat antibiotik masih
ada
Jawaban :
Benar : 0
Salah : 1
Jumlah dosis obat
yang diberikan tidak
boleh dikurangi
kecuali konsultasi
kepada dokter
terlebih dahulu
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
54
Pengetahuan
tentang interval
waktu
penggunaan
antibiotik
Responden
mengetahui
interval waktu
penggunaan
antibiotik
sesuai yang
diresepkan
dokter
Semua antibiotik
boleh dikonsumsi 2-3
kali dalam sehari
Jawaban :
Benar : 0
Salah : 1
Pada etiket obat
Antibiotik terdapat
keterangan
Amoksisilin “3X1”
maka antibiotik
digunakan 3 kali
dalam sehari
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
55
Pengetahuan
tentang lama
pemberian
antibiotik
Responden
mengetahui
waktu
minimal
dalam
penggunaan
antibiotik
Responden
dapat
mengetahui
bahwa
antibiotik
tidak boleh
digunakan
secara terus
menerus
Waktu minimal
dalam mengkonsumsi
obat antibiotik adalah
3-7 hari
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Antibiotik yang diberikan secara terus
menerus dan tanpa
resep dokter akan
menyebabkan
resistensi antibiotik
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
56
Pengetahun
tentag efek
samping
antibiotik
Responden
mengetahui
definisi efek
samping
Efek samping
merupakan Respons
tehadap obat yang
tidak diinginkan
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Responden
mengetahui
efek samping
penggunaan
antibiotik jika
tidak
digunakan
dengan tepat
Antibiotik yang
digunakan secara
tidak tepat dapat
menimbulkan
resitensi antibiotik
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Efek samping
antibiotik
kloramfenikol adalah
hipertensi
Jawaban :
Benar : 0
Salah : 1
57
Efek samping dari
Amoksisilin yaitu
mual dan
muntah,diare dan
nyeri sendi
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Pengetahuan
tentang
informasi
antibiotik
Responden
mengetahui
cara
penyimpanan
antibiotik
Antibiotik sebaiknya
disimpan pada tempat
bersih,kering dan
terlindungi dari
paparan sinar
matahari langsung
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
58
Responden
mengetahui
antibiotik
tidak boleh
disimpan
karena bukan
swamedikasi
Anibiotik boleh
diberikan ke saudara
jika mengalami sakit
yang sama
Jawaban :
Benar : 0
Salah : 1
Responden
mengetahui
contoh obat
antibiotik
Contoh obat
Antibiotik yaitu
Amoksisilin,
Ampisilin,Cefadroxil,
dan Supertetra
Jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Responden
mengetahui
bahwa
antibiotik
harus
didapatkan
Antibiotik harus
diperoleh dengan
resep dokter karena
merupakan obat keras
Jawaban :
60
4.5 Intrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar pengumpul
data (LPD) berupa lembar kuesioner sehingga memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data. Data yang diperoleh dicatat dan di hitung dalam bentuk
persen (%) dengan menggunakan Microsoft Office Excel.
4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.6.1 Uji Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan bahwa alat ukur
benar-benar mengukur apa yang diukur, untuk mengetahui apakah kuesioner yang
disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antara skor (nilai) tiap pertanyaaan dengan skor total kuesioner tersebut.
Apabila semua pertanyaan mempunyai korelasi yang bermakna (construct
validity) berarti semua pertanyaaan yang ada di dalam kuesioner dapat mengukur
konsep yang akan diukur (Notoatmodjo, 2012).
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Momet.
Instrumen dapat dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ r tabel. Begitu pula
sebaliknya, instrumen dinyatakan tidak valid apabila nilai r hitung ≤ r tabel
(Riwidikdo, 2009). Uji ini menggunakan software SPSS. Jika nilai r hitung lebih
besar dari nilai r tabel, maka dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang
digunakan adalah valid. Dapat pula menggunakan perbandingan antara nilai
siginifikasi dengan alpha, maka dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang
digunakan adalah valid (Sugiyono, 2007).
61
4.6.1 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2012). Adapun uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Cronbach Alpha. Kereliabilitasan suatu kuesioner dapat diketahui
berdasarkan nilai alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki minimum nilai
alpha sebesar 0,7 (Riwidikdo, 2009). Disebutkan oleh Putra, dkk (2014), kriteria
reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kategori Reliabilitas Nilai Alpha
No Nilai Alpha Kategori
1. 0,70-0,90 Reliabilitas tinggi
2. 0,50-0,70 Reliabilitas moderat
3. <0,50 Reliabilitas rendah
62
4.7 Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan dengan prosedur penelitian sebagai berikut :
Pengajuan izin penelitian dari pihak program studi Farmasi UIN
Malang ke Kepala Desa Banyior
Survey melalui studi pendahuluan ke Desa Banyior
Mengurus kelaiakan etik
Proposal penelitian
Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di
Desa Banyior
Memberikan kuesioner yang telah valid dan reliabel kepada responden Di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan
Melakukan pengelolaan data
Kesimpulan hasil..penelitian
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian
Diperoleh kuesioner dengan hasil valid dan reliabel
63
4.8 Analisis Data
Analisis data hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang
antibiotik. Penelitian tingkat pengetahuan menggunakan pernyataan dalam
kuesioner, soal dalam kuesioner berjumlah 20. Setiap jawaban yang tepat dari
masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika jawaban tidak tepat diberi nilai
0 (Sugiyono, 2000). Data yang telah diisi oleh responden untuk menghindari
kesalahan dalam analisis data dilakukan penyuntingan data terlebih dahulu. Jika
masih ada data yang kurang jelas dan kurang lengkap, maka akan dilakukan
konfirmasi ulang kepada responden yang bersangkutan. Data yang telah
dikumpulkan dari hasil kuisoner tingkat pengetahuan tersebut dapat dikategorikan
dalam kategori baik, cukup dan kurang. Adapun presentase pengetahuan
baik,cukup dan kurang adalah sebagai berikut : (Nursalam, 2016)
1. Pengetahuan baik : 76% - 100%
2. Pengetahuan cukup : 56% - 75%
3. Pengetahuan kurang : < 56%
Pengolahan data tingkat pengetahuan responden menggunakan analisis
deskriptif untuk menjelaskan karakteristik dari variabel. Data kualitatif yang
dianalisis meliputi parameter pengetahuan yang terdiri atas terdiri atas parameter
Indikasi, dosis, interval waktu, lama pemberian, efek samping dan informasi.
Adapun rumus untuk mengetahui skor persentase (Arikunto, 2006) :
64
p = 𝑥
𝑛 x 100%
keterangan
p : persentase
x : jumlah jawaban yang benar
n : jumlah seluruh item soal
65
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Alur penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Desa Banyior kecamatan
Sepulu Kabupaten Bangkalan pada tanggal 24 Desember 2021- 20 Januari 2022..
Desa Banyior memiliki 5 Dusun antara lain yaitu Blunkeng, Kemmedan, Banyior,
Lenden dan Sabungan. Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
pengujian instrumen yang meliputi uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut
dilakukan di Dusun Blunkeng. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data
menggunakan SPSS 18 sehingga diperoleh pernyataan dalam kuesioner yang valid
dan reliabel. Langkah berikutnya yaitu kuesioner yang telah valid dan reliabel
disebarkan kepada responden masyarakat Desa Banyior (Kemmedan, Banyior,
Lenden dan Sabungan). Jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 352. Akan tetapi,
peneliti meyebarkan 400 kuesioner sehingga setiap Dusun mendapatkan 100
kuesioner yang dipilih berdasarkan non random sampling. Penyebaran 100
kuesioner pada setiap Dusun bertujuan untuk mendapatkan jumlah minimal
responden yang telah ditetapkan pada setiap dusunnya (88 responden setiap Dusun)
dan mengantisipasi responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi pada penelitian
ini.
Alur penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi responden pada setiap
rumah kemudian meminta izin melakukan penelitian setelah itu memberikan
penjelasan sebelum penelitian pada calon responden. Jika masyarakat bersedia
menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi maka peneliti membagikan
kuesioner penelitian kepada responden. Selama mengisi kuesioner, responden
66
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Dan selanjutnya, kuesioner yang
telah diisi dikumpulkan dan segera diperiksa kelengkapan datanya. Setelah
responden selesai mengisi kuesioner peneliti memberikan penjelasan singkat terkait
penggunaan antibiotik dimana dengan adanya penelitian ini diharapkan responden
mendapatkan informasi terkait penggunaan antibiotik yang tepat.
5.2 Pengujian Instrumen Penelitian
5.2.1 Pengujian Validitas Instrumen
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji Korelasi Product Momet
dimana dengan menggunakan 35 responden yang merupakan masyarakat Dusun
Blunkeng Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan yang telah
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian ini. Kuesioner yang diberikan kepada
responden untuk uji validitas terdiri dari 20 Item pernyataan tentang pengetahuan
penggunaan antibiotik. Setelah dilakukan uji validitas, maka hasil yang diperoleh
diuji menggunakan software SPSS 18 dan didapatkan hasil item-item pernyataan
yang valid yaitu item soal yang memiliki nilai r hitung lebih tinggi dari pada r
tabel. Berikut adalah hasil uji validitas kuesioner tentang pengetahuan penggunaan
antibiotik :
67
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner
No
Soal
Indikator R Hitung R Tabel
(n=35)
Keterangan
1 Indikasi antibiotik 0,693 0,334 Valid
2 0,290 Tidak valid
3 0,693 Valid
4. 0,702 Valid
5. 0,404 Valid
6. Dosis antibiotik 0,121 Tidak valid
7. 0,702 Valid
8. 0,192 Tidak valid
9 Interval waktu penggunaan antibiotik 0,467 valid
10 0,152 Tidak valid
11 Lama pemberian antibiotik 0,361 Valid
12 0,163 Tidak valid
13 Efek samping antibiotik 0,707 Valid
14 0,210 Tidak valid
15 0,332 Tidak valid
16 0,506 Valid
17 Informasi tentang antibiotik -0,020 Tidak valid
18 0,544 Valid
19 0,432 Valid
20 0,638 Valid
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 20 pernyataan dalam
kuesioner hanya terdapat 12 item pernyataan pengetahuan yang valid yaitu
didapatkan nilai R hitung lebih besar dari nilai R tabel, dimana R tabel untuk 35
responden adalah 0,334. Pernyataan yang tidak valid dihapus dari instrument
penelitian yang akan disebarkan. Total pernyataan yang digunakan yaitu 12
pernyataan, dimana telah mewakili setiap parameter variabel pengetahuan dalam
penelitian ini.
5.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Cronbach
Alpha menggunakan Software SPSS 18. Kereliabilitasan suatu kuesioner dapat
diketahui berdasarkan nilai alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki
minimum nilai alpha sebesar 0,7 (Riwidikdo, 2009).
68
Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
No Variabel Nilai Alpha Keterangan
1. Tingkat pengetahuan
penggunaan
antibiotik
0,829 Realibilitas tinggi
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa item pernyataan
pengetahuan, didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,829 maka dapat diketahui nilai
tersebut lebih besar dari 0.70 yang berati semua pernyatan dinyatakan reliabel.
Menurut Putra, dkk (2014), jika nilai alpha 0,70 maka termasuk dalam kriteria
reliabilitas tinggi.
5.3 Profil Penggunaan Antibiotik Masyarakat Desa Banyior
Penelitian ini dilakukan di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan. Berikut hasil data karakteristik responden yang diperoleh pada
penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, profil
penggunaan antibiotik yang digunakan responden dan profil tempat diperolehnya
antibiotik yang digunakan responden. Hasil data tersebut dijelaskan sebagaimana
dibawah ini.
5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1. Laki- laki 146 41%
2. Perempuan 206 59%
Total 352 100%
69
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 59% (206 responden). Hal ini sesuai
dengan data jumlah penduduk Desa Banyior yaitu penduduk berjenis kelamin
perempuan sebanyak 1.549 dan laki-laki sebanyak 1.402. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk laki-laki (BPS, 2021). Jenis kelamin responden tidak
berpengaruh dalam penggunaan antibiotik. Maka, jenis kelamin seseorang tidak
dapat dijadikan sebagai tolak ukur perbandingan baik atau tidaknya pengetahuan
yang dimiliki seseorang (Kurniawan, dkk. 2020).
5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data demografi responden
berdasarkan usia sebagai berikut :
Tabel 5.4 Distribusi Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
1. 18-40 235 67%
2. 40-60 117 33%
3. >60 0 0%
Total 352 100%
Menurut Hurlock (2002) usia digolongkan menjadi menjadi 3 golongan
yaitu usia dewasa dini (18-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun) dan lanjut usia
(usia ˃ 60). Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian
ini mayoritas berusia antara 18-40 tahun dengan berjumlah sebanyak 67% (235
responden). Hal tersebut sesuai dengan data Badan pusat statistika Kabupaten
Bangkalan dimana menunjukkan bahwa usia penduduk Desa Banyior pada rentang
15-39 tahun merupakan yang paling banyak yakni sebanyak 40%, kemudian usia
70
40-59 tahun sebanyak 27%.
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) usia merupakan salah-satu faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pertambahan usia dapat
menyebabkan perubahan dalam diri seseorang baik dalam segi psikis maupun
psikologis (Kurniawati, dkk. 2019). Usia 18-40 tahun merupakan usia dimana
seseorang dalam kategori dewasa dini (Hurlock, 2002). Menurut Dariyo (2004),
pada masa dewasa muda biasanya seseorang telah mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang matang. Sedangkan pada usia 40-60 tahun
dimana seseorang dalam kategori dewasa madya, ada berbagai perubahan yang
terjadi seperti perubahan biologis, dalam hal ini kemampuan melihat dan
mendengar yang paling menyusahkan dan paling tampak, daya akomodasi mata
mengalami penurunan paling tajam serta mulai mengalami kemunduran dalam
daya ingat (Azizah, 2014).
5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data demografi responden
berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Presentase
1. SD 164 47%
2. SMP 61 17%
3. SMA 98 29%
4. Diploma/Sarjana 28 7%
Total 352 100%
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini
mayoritas merupakan berpendidikan terakhir SD dengan berjumlah sebanyak 47%
(164 responden). Hal ini sesuai dengan data jumlah penduduk Desa Banyior
berdasarkan pendidikan terakhir yaitu sebanyak 841 penduduk tidak sekolah, 162
71
tidak tamat SD, 1,592 tamat SD, 203 tamat SMP, 126 tamat SMA, 1 lulusan D1,
6 lulusan D3, 22 lulusan D4/S1, 2 lulusan S2 dan 2 penduduk berpendidikan
terakhir S3.
5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data demografi responden
berdasarkan pekerjaan responden adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Presentase
1. Petani 121 34,3%
2. Pedagang 92 26 %
3. Ibu rumah tangga 45 13%
4. Wiraswasta 31 9%
5. Mahasiswa 18 5,1%
6. Pegawai swasta 14 4%
7. Guru 14 4%
8. Tidak bekerja 8 2,3%
9. Bidan 3 0,8%
10. PNS 3 0,8%
11. Perawat 2 0,5%
12. Apoteker 1 0,2%
Total 352 100%
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pekerjaan yang mendominasi
pada penelitian ini adalah sebagai petani yaitu sebanyak 34,3% (121 responden).
Hal tersebut sejalan dengan data jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan
pada Desa Banyior yakni mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai petani
dengan jumlah sebesar (31,89%), kemudian pedagang (10,03%), Ibu rumah tangga
(8,44%), belum/tidak bekerja (21,08%), Wiraswasta (4,78%), Pelajar/Mahasiswa
(16,20%%), Pegawai swasta (4,54%), Guru (2,47%), Bidan (0,27%), Pegawai
negeri sipil (0,10%), Perawat (0,14%), Apoteker (0,03%), Kepala Desa (0,03%)
(BPS, 2021).
72
5.3.5 Profil Penggunaan Antibiotik yang Digunakan oleh Masyarakat Desa
Banyior
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data antibiotik yang pernah
digunakan oleh responden adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7 Antibiotik yang Pernah Digunakan
No Nama Antibiotik Jumlah Presentase
1. Amoksisilin 166 47%
2. Supertetra 130 37%
3. Ampisilin 34 10%
4. Cefadroxil 16 4%
5. Lain-lain 6 2%
Total 352 100%
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis
antibiotik yang digunakan oleh responden adalah Amoksisilin yaitu sebanyak 47%
(166 reponden). Jenis lain-lain pada antibiotik yang pernah digunakan oleh
responden ini tidak dapat diketahui dikarenakan kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner tertutup, sehingga jenis antibiotik yang dapat diketahui hanya yang
termasuk dalam pilihan dikuesioner. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widayati (2011) terkait penggunaan antibiotik di Yogyakarta yaitu
ia menyebutkan bahwa obat yang paling banyak dikonsumsi oleh responden
adalah Amoksisilin (77%). Hal tersebut dikarenakan Amoksisilin sudah umum
ditelinga masyarakat dan beberapa apotek juga dapat dikatakan masih banyak kita
jumpai yang menjual obat antibiotik Amoksisilin ini secara bebas (Pertiwi, 2018).
Penggunaan antibiotik secara bebas sering kali menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan seperti terjadinya resistensi bakteri, peningkatan efek samping dan
73
toksisitas antibiotik, peningkatan biaya serta tidak tercapainya manfaat klinik yang
optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit infeksi (Ihya, 2013).
5.3.6 Profil Tempat Diperolehnya Antibiotik Oleh Masyarakat Desa Banyior
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sumber responden untuk
memperoleh obat antibiotik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8 Tempat Memperoleh Antibiotik
No Tempat Jumlah Presentase
1. Praktik Dokter 77 22%
2. Apotek 88 25%
3. Toko obat/warung 159 45%
4. Penjual obat keliling 28 8%
Total 352 100%
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa tempat responden untuk
memperoleh antibiotik sebagain besar dari toko obat atau warung yaitu sebanyak
45% (159 responden). Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratomo dan Dewi (2018) tentang tingkat pengetahuan masyarakat
Desa Anjir Mambulau Tengah terhadap Penggunaan Antibiotik ia menyebutkan
bahwa 66,99% masyarakat Desa Anjir Mambulau yang membeli antibiotik di
warung atau toko obat. Hal tersebut dikarenakan antibiotik dijual bebas dan bisa
dibeli tanpa resep dokter serta tidak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah
(Ambuk,2020). Selain itu, jarak Desa Banyior ke fasilitas kesehatan seperti tempat
praktik dokter mandiri, pusat kesehatan masyarakat dan klinik yaitu ≤5KM.
Sedangkan jarak ke rumah sakit yaitu yaitu ≤34KM. Jarak rumah responden ke
fasilitas kesehatan juga mempengaruhi kemudahan memperoleh obat, dimana
masyarakat lebih memilih membeli obat di toko obat/warung terdekat dibandingkan
harus pergi ke fasilitas kesehatan. Jarak antara tempat tinggal dengan lokasi
pembelian obat yang dekat memberikan keuntungan kepada pasien, diantaranya
74
yaitu tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk memperoleh obat serta dapat
menghemat waktu.
Masyarakat perlu mengetahui bahwa antibiotik merupakan golongan obat
keras, dimana untuk menggunakan obat tersebut harus dengan resep dokter karena
antibiotik tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan pengobatan sendiri atau
swamedikasi (Ihsan dkk., 2016). Obat antibiotik hanya dapat diperoleh di Instalasi
Farmasi seperti Apotek dengan menggunakan resep dari dokter karena pemakaian
antibiotik harus dengan pengawasan dokter, agar tidak menimbulkan efek yang
tidak dikehendaki (Rudiansyah, 2020). Hal serupa juga dijelaskan dalam
PerMenKes RI nomor 28 tahun 2021 tentang pedoman penggunaan antibiotik
bahwa dalam penggunaan antibiotik harus berdasarkan resep dokter (Depkes,
2021).
Menurut peraturan perundangan di Indonesia, dikenal adanya OWA (Obat
Wajib Apotek) yakni obat keras yang bisa diserahkan oleh Apoteker tanpa resep
dokter, namun hanya bisa diserahkan oleh Apoteker sendiri (bukan tenaga teknis
kefarmasian). Daftar obat wajib apotek tertera dalam Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 347/Menkes/SK/VII/ 1990, nomor 924 / Menkes /Per / X / 1993
dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/ 1999. Berkaitan
dengan penelitian ini antibiotik yang paling banyak digunakan oleh responden
adalah antibiotik per oral jenis Amoksisilin dimana sebagian besar diperoleh dari
toko obat/warung. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI tentang obat wajib
apotek, antibiotik yang termasuk OWA adalah jenis antibiotik topikal (untuk
pemakaian luar) sedangkan antibiotik yang digunakan per oral seperti Amoksisilin
75
tidak termasuk dalam daftar OWA jadi tidak dapat diperoleh secara bebas atau
tanpa resep dokter. Selain itu, didalam undang-undang obat keras No. 419 tgl. 22
Desember 1949 pada pasal ayat 1 ayat 1a dikatakan bahwa antibiotik termasuk ke
dalam golongan obat keras, di mana pada pasal 3 a yat 1 di katakan bahwa obat
keras tidak boleh digunakan secara pribadi tanpa menggunakan resep dokter.
Kemenkes juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik. Pedoman ini ditujukan untuk memberikan acuan bagi
tenaga kesehatan yang menggunakan antibiotik dalam pemberian pelayanan
kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan serta pemerintah dalam kebijakan
penggunaan antibiotik (Depkes, 2011). Namun realita yang ada, masyarakat justru
menggunakan antibiotika secara bebas, yang dapat diperoleh dengan sangat mudah
tanpa menggunakan resep dokter bahkan antibiotik dalam penelitian ini
kebanyakan diperoleh dari toko obat/warung.
5.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik
Pada penelitian ini, terdapat 12 soal pernyataan-pernyataan dengan jawaban
BENAR dan SALAH yang mewakili indikator tingkat pengetahuan masyarakat
tentang penggunaan obat antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Hasil data tersebut dijelaskan
sebagaimana tabel dibawah ini :
76
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden
Berdasarkan tabel 5.9, dapat diketahui bahwa responden masyarakat Desa
Banyior memiliki presentase tertinggi jawaban tepat pada indikator efek samping
antibiotik dan presentase jawaban tepat terendah yakni pada indikator dosis
antibiotik. Presentase tertinggi yaitu sejumlah 56,25% responden yang menjawab
dengan jawaban tepat pada indikator efek samping yang terdiri dari 2 butir
pertanyaan yaitu “Efek samping merupakan respon tehadap obat yang tidak
diinginkan” dan “Efek samping dari Amoksisilin yaitu mual dan muntah,diare dan
nyeri sendi” dengan jawaban TEPAT adalah benar. Hal ini dikarenakan mayoritas
responden telah mengetahui efek samping dari antibiotik,seperti efek samping
yang sering muncul yakni pada antibiotik golongan penisilin yaitu hipersensitasi,
gangguan lambung (mual,muntah dan diare) dan pada dosis tinggi dapat
menyebabkan neurotoksis dan nefrotoksis. (Tjay, 2007). Hal tersebut, juga
dimungkinkan karena masyarakat telah membaca mengenai efek samping pada
kemasan obat yang telah digunakan.
Presentase jawaban tepat terendah yakni pada indikator dosis antibiotik
yaitu hanya sejumlah 25,57% responden yang menjawab tepat dan 74,43% lainnya
No Indikator Rata-Rata
TEPAT TIDAK TEPAT
1. Indikasi antibiotik 40,20% 59,80%
2. Dosis antibiotik 25,57% 74,43%
3. Interval waktu penggunaan
antibiotik
37,50% 62,50%
4. Lama pemberian antibiotik 48,58% 51,42%
5. Efek samping antibiotik 56,25% 43,75%
6. Informasi 48,01% 51,99%
77
menjawab tidak tepat. Pada indikator terdapat terdapat 1 butir pernyataan yaitu
“Penggunaan antibiotik harus dihentikan jika sudah membaik meskipun obat
antibiotik masih ada” dengan jawaban TEPAT adalah salah. ”. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2021) sebagian besar responden
menjawab dengan tidak tepat pada indikator dosis antibiotik yakni hanya sebesar
38,10% yang menjawab dengan tepat. Hal ini diakibatkan karena kebanyakan
masyarakat umum belum mengetahui dosis penggunaan antibiotik yang tepat,
kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk mengurangi dosis dan menghentikan
penggunaan antibiotik jika kondisi sudah membaik (Dewi, 2021). Masyarakat
seharusnya tidak dengan mudah mengurangi atau menambah dosis yang telah
diresepkan oleh dokter, karena hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan (Yanti, 2016). Pengetahuan mengenai dosis antibiotik sangat penting
diketahui oleh masyarakat karena jika antibiotik digunakan dengan dosis yang
terlalu besar maka akan menyebabkan overdosis dan jika digunakan dengan dosis
terlalu kecil maka tidak akan memberikan efek yang diinginkan sehingga
efektivitasnya akan berkurang, serta akan menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan seperti resistensi (Sahputri, 2020).
5.4.1 Pengetahuan Tentang Indikasi Antibiotik
Indikator pertama dalam penelitian ini yaitu tentang indikasi antibiotik.
Sebelum menggunakan suatu obat antibiotik sangat penting memiliki pengetahuan
tentang indikasi obat tersebut agar tujuan terapi dapat tercapai. Pada penelitian ini,
pernyataan yang mewakili indikator tentang indikasi antibiotik ada 4 yakni pada
pernyataan nomor 1,2,3 dan 4. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari
78
jawaban responden pada indikator indikasi antibiotik:
Tabel 5.10 Hasil Jawaban Responden Pada Indikasi Antibiotik No
soal
Indikator Pernyataan Jawaban
Rata-rata
Tepat Tidak
tepat
Tepat Tidak
tepat
1. Indikasi
antibiotik
Obat antibiotik dapat
digunakan untuk
penyakit infeksi
70,45% 29,55% 40,20% 59,80%
2. Penyakit demam dan flu
dapat diobati dengan
mengkonsumsi antibiotik
24,72% 75,28%
3. Pemberian antibiotik
seperti kloramfenikol,
dapat diberikan untuk
penderita typhus
19,60% 80,40%
4. Antibiotik seperti
supertetra boleh
digunakan untuk
mengatasi flu
46,02% 53,98%
Berdasarkan tabel 5.10 pernyataan yang mewakili indikator tentang indikasi
antibiotik yakni ada”4” pernyataan. Pernyataan pertama (nomor 1) yakni “Obat
antibiotik dapat digunakan untuk penyakit infeksi”. Jawaban yang TEPAT adalah
“BENAR” dan sebanyak 248 responden (70,45%) menjawab dengan jawaban tepat
(pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Khairunnisa (2018) di kalangan masyarakat Kota Medan ia menyebutkan bahwa
sebanyak 83,7% responden telah mengetahui tentang indikasi antibiotik untuk
mengobati infeksi akibat bakteri. Hal ini diakibatkan karena responden telah
mengetahui bahwa antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi yang diakibatkan oleh bakteri, bukan diakibatkan oleh virus, jamur, atau
parasit (Dewi, 2019). Menurut Kemenkes R1 (2011) jika indikasi obat yang
diberikan tepat dan sesuai dengan tujuannya maka tujuan terapi akan tercapai.
Begitu pula sebaliknya, jika masyarakat tidak mengetahui dan memahami indikasi
79
dari antibiotik, maka dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaannya.
Pernyataan kedua (nomor 2) yakni “Penyakit demam dan flu dapat diobati
dengan mengkonsumsi antibiotik”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH” dan
sebanyak 265 responden (74,38%) menjawab dengan jawaban tidak tepat (pilihan
jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratomo dan
Dewi (2018) di kalangan masyarakat Desa Anjir Mambulau Tengah ia
menyebutkan bahwa sebanyak 53,40% responden belum mengetahui tentang
indikasi antibiotik bahwa tidak bisa digunakan untuk mencegah demam dan flu. Hal
ini diakibatkan karena masyarakat masih belum mengetahui tentang perbedaan
antara penyebab penyakit infeksi yang terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Masyarakat menganggap bahwa antibiotik dapat digunakan untuk semua penyakit
infeksi termasuk yang sebabkan oleh virus, jamur, dan parasit (Dewi, 2019).
Menurut literatur antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan tidak efektif untuk melawan infeksi yang
disebabkan oleh virus, karena virus tidak memiliki proses metabolisme
sesungguhnya. (Tjay dan Rahardja, 2007).
Pernyataan ketiga, (nomor 3) yakni “Pemberian antibiotik seperti
kloramfenikol, dapat diberikan untuk penderita typhus”. Jawaban yang tepat adalah
“BENAR” dan sebanyak 69 responden (19,60%) menjawab dengan jawaban tepat
(pilihan jawaban benar) serta sebanyak 283 responden (80,40%) menjawab dengan
jawaban tidak tepat (pilihan jawaban salah). Typus merupakan penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhi (Mansjoer,2003). Terapi
spesifik untuk pengobatan Typhus adalah pemberian antibiotik. Penggunaan
80
antibiotik yang tepat, dapat menyembuhkan 99% penderita dengan cara
menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman (Tjay dan Rahardja, 2007).
Antibiotik yang dapat digunakan pada penderita thypus salah satunya adalah
kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat
dicadangkan untuk penanganan infeksi seperti typhus (BPOM RI, 2022).
Mekanisme kerja obat ini bekerja menghambat sintesis protein kuman dengan cara
berikatan pada ribosom 50S sehingga menghambat pembentukan rantai peptida
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Pernyataan keempat (nomor 4) yakni “Antibiotik seperti supertetra boleh
digunakan untuk mengatasi flu”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH” dan
sebanyak 162 responden (46,02%) menjawab dengan jawaban tepat (pilihan
jawaban salah) serta sebanyak 190 responden (53,98%) menjawab dengan jawaban
tidak tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini dimungkinkan karena keyakinan dan
kebiasaan masyarakat yang tidak tepat tentang penggunaan antibiotik supertetra.
Hal ini merupakan cerminan dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Supertetra
merupakan antibiotik golongan tertrasiklin yang ditujukan untuk penggunaan oral
(Ansel, 2011). Maka dari itu, dimungkinkan masyarakat berinisitif sendiri untuk
menggunakan supertetra dalam mengatasi flu karena penggunaannya yang sangat
mudah.
Penggunaan antibiotik untuk mencegah demam atau flu merupakan
cerminan penggunaan antibiotik yang salah atau tidak rasional karena antibiotik
merupakan obat yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri bukan virus.
Namun, penyakit influenza (flu) yang sering kali kita jumpai sebagian besar sering
81
disebabkan oleh virus. Seringkali dokter meresepkan ataupun juga pasien
berinisiatif sendiri untuk menggunakan antibiotik. Seharusnya antibiotik bisa
digunakan bila influenza sudah disertai infeksi sekunder dari bakteri. Hal tersebut
dapat terlihat dari adanya tanda-tanda terjadinya infeksi. Penggunaan antibiotik
yang kurang tepat seperti ini dapat menyebabkan bakteri yang awalnya “lemah”
akan menjadi bakteri yang “kuat” sehingga akan menjadi resisten atau resistensi
bakteri (Indriani dan Susanti, 2017). Pengetahuan responden mengenai indikasi
antibiotik sangat penting dimiliki untuk mencegah kesalahan dalam penggunannya.
5.4.2 Pengetahuan Tentang Dosis Antibiotik
Indikator yang kedua dari penelitian ini yaitu tentang dosis antibiotik. Dosis
merupakan hal yang sangat penting diketahui dalam penggunaan obat antibiotik.
Pada penelitian ini, ada 1 pernyataan yang mewakili indikator dosis antibiotik yakni
pada pernyataan 5. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban
responden pada indikator dosis antibiotik.
Tabel 5.11 Hasil Jawaban Responden Pada Dosis Antibiotik
No
soal
Indikator Pernyataan Jawaban
Total
Tepat Tidak
tepat
5 Dosis
antibiotik
Penggunaan
antibiotik harus
dihentikan jika
sudah membaik
meskipun obat
antibiotik masih ada
25,57% 74,43% 100%
Berdasarkan tabel 5.11 pernyataan yang meewakili indikator dosis
antibiotik adalah pernyataan nomor 5 yakni “Penggunaan antibiotik harus
82
dihentikan jika sudah membaik meskipun obat antibiotik masih ada”. Jawaban yang
tepat adalah “SALAH” dan sebanyak 262 responden (74,43%) menjawab dengan
jawaban tidak tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kondoj (2020) di Kota Manado diketahui bahwa 66,90% responden
menjawab tidak tepat. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat belum mengetahui
dosis penggunaan antibiotik yang tepat, kebanyakan dari mereka lebih memilih
untuk mengurangi dosis dan menghentikan penggunaan antibiotik jika kondisi
sudah membaik (Kondoj, 2020). Menurut Rachmawati (2020), penggunaan
antibiotik tidak boleh dihentikan meskipun pasien sudah merasa kondisinya mulai
membaik, antibiotik harus tetap digunakan sesuai dengan aturan pakai yang
dianjurkan oleh Dokter sampai semua obatnya habis. Penggunaan antibiotik yang
tidak sesuai dengan anjuran dari dokter dan tidak sampai habis akan mengakibatkan
terbunuhnya bakteri yang sensitif saja sedangkan bakteri yang relatif kuat masih
ada (Indriani dan Susanti, 2017). Pengetahuan tentang dosis antibiotik juga
dianggap penting untuk diketahui masyarakat, sehingga masyarakat tidak dengan
mudah berinisiatif untuk mengurangi atau menambah dosis yang telah diresepkan
oleh dokter.
5.4.3 Pengetahuan Tentang Interval Waktu Penggunaan Antibiotik
Indikator ketiga pada penelitian ini yakni interval waktu penggunaan
antibiotik. Ketepatan interval penggunaan pada tiap antibiotik berbeda, hal ini
diatur sedemikian rupa supaya kadar obat didalam tubuh tetap terjaga dan akan
mempengaruhi efek antibakterinya. Pada penelitian ini, pernyataan yang mewakili
indikator interval waktu penggunaan antibiotik yakni pada pernyataan nomor “6”.
83
Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban responden pada indikator
interval waktu penggunaan antibiotik:
Tabel 5.13 Hasil Jawaban Responden Pada Interval Waktu Pengguaan Antibiotik
No
soal
Indikator Pernyataan Jawaban
Total
Tepat Tidak
tepat
6 Interval
waktu
pengguaan
antibiotik
Semua antibiotik boleh
dikonsumsi 2 -3 kali dalam
sehari
37,50% 62,50% 100%
Berdasarkan tabel 5.13 pernyataan yang mewakili indikator interval
waktu pengguaan antibiotik adalah pernyataan nomor 6 yakni “Semua antibiotik
boleh dikonsumsi 2 -3 kali dalam sehari”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH”
dan sebanyak 220 responden (60,80%) menjawab dengan jawaban tidak tepat
(pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Zulfa dan
Handayyani (2020) yang dilakukan di Surabaya diketahui bahwa sebesar 72,40%
responden belum mengetahui terkait interval waktu penggunaan antibiotik yang
tepat. Responden tidak mengetahui bahwa interval penggunaan pada tiap antibiotik
berbeda. Antibiotik memiliki interval waktu penggunaan yang berbeda, misalnya
Amoksisilin diminum 3x sehari setiap 8 jam, sedangkan Ampisilin diminum 4x
sehari setiap 6 jam (Juwita, dkk. 2017). Cara konsumsinya berpengaruh terhadap
absorbsi dan nasibnya dalam tubuh (Kemenkes RI, 2011).
Menurut WHO (2002) dalam Indriani dan Susanti (2017) salah satu tata cara
pemakaian obat yang benar, yaitu harus memperhatikan interval waktu pemberian,
misalnya untuk pemakaian tiga kali sehari dilakukan selang 8 jam. Apabila interval
penggunaan antibiotik tidak tepat maka akan menyebabkan hal fatal seperti terjadi
84
efek samping antibotik ataupun tidak tercapainya tujuan terapi (Juwita, dkk. 2017).
5.4.4 Pengetahuan Tentang Lama Pemberian Antibiotik
Indikator keempat pada penelitian ini yakni lama pemberian antibiotik.
Seiring banyaknya antibiotik yang diresepkan oleh Dokter disesuaikan dengan
penyakit yang diderita oleh setiap pasien. Penggunaan antibiotik oleh pasien harus
memperhatikan waktu, frekuensi dan lama pemberian sesuai rejimen terapi dan
memperhatikan kondisi pasien. Akan tetapi, sering ditemukan antibiotik yang
digunakan dihentikan meskipun belum pada waktu yang telah diresepkan Dokter.
Padahal penghentian otomatis pemberian antibiotik dapat dilakukan bila
penggunaan sudah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Contohnya
Apoteker perlu melakukan konfirmasi dengan dokter jika ingin mengganti sediaan
antibiotik seperti intravena dengan antibiotik oral. Jangka waktu penggunaan
tersebut dapat dilakukan dalam waktu 72 jam jika antibiotik memiliki spektrum
yang sesuai dengan hasil tes sensitivitas dengan memperhatikan farmakodinamik
dan farmakokinetik (Kemenkes RI, 2011).
Pernyataan yang mewakili indikator lama pemberian antibiotik yaitu
pernyataan nomor “7”. Berikut data dari hasil jawaban responden mengenai
pernyataan tentang lama pemberian antibiotik :
Tabel 5.14 Hasil Jawaban Responden Pada Lama Pemberian Antibiotik
No
soal
Indikator Pernyataan Jawaban
Total
Tepat Tidak
tepat
7 Lama
pemberian
antibiotik
Waktu minimal dalam
mengkonsumsi obat
antibiotik adalah 3 -7 hari
48,58% 51,42% 100%
85
Berdasarkan tabel 5.14 pernyataan yang mewakili indikator lama pemberian
antibiotik adalah pernyataan nomor 6 yakni “Waktu minimal dalam mengkonsumsi
obat antibiotik adalah 3 -7 hari”. Jawaban yang tepat adalah “BENAR” dan hanya
sebanyak 171 responden (48,58%) yang menjawab dengan jawaban tepat (pilihan
jawaban benar). Berdasarkan efikasi klinis untuk eradikasi mikroba atau sesuai
protokol terapi, lama pemberian antibiotik misalnya pada pasien Cystitis yakni 3
hari dan sebagian besar infeksi seperti pneumonia, Septikemia adalah 5 – 7 hari
karena antibiotik mulai bekerja segera setalah digunakan dan efeknya akan terasa
selama dua hingga tiga hari (Kemenkes RI, 2011).
Penggunaan antibiotik yang belum sampai dengan jangka waktu yang
ditentukan, seperti contoh penggunaan antibiotik 3-7 hari akan mengakibatkan
bakteri yang masih hidup menjadi bakteri yang resisten dan dapat berkembang biak
serta memerlukan antibiotik yang lebih kuat (Indriani dan Susanti, 2017). Perlu
adanya edukasi kepada masyarakat bahwa waktu minimal dalam mengkonsumsi
antibiotik adalah sesuai yang diresepkan Dokter contohnya 3-7 hari. Maka, tidak
boleh menghentikan pemberian antibiotik sesuai keiginan sendiri.
5.4.5 Pengetahuan Tentang Efek Samping Antibiotik
Indikator yang kelima pada penelitian ini yakni mengenai pengetahuan efek
samping antibiotik. Obat berpotensi memiliki efek samping yang tidak diinginkan
bukan hanya antibiotik yang memiliki efek samping, melainkan semua obat yang
berbahan kimia dapat berpotensi menimbulkan efek samping. Pernyataan yang
mewakili indikator efek samping antibiotik ada 2 pernyataan yakni pada pernyataan
nomor 8 dan 9. Berikut data hasil yang diperoleh dari jawaban dari responden
86
mengenai pernyataan tentang efek samping antibiotik :
Tabel 5.15 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik
No
soal
Indikator Pernyataan Jawaban
Rata-rata
Tepat Tidak
tepat
Tepat Tidak
tepat
8 Efek
samping
antibiotik
Efek samping
merupakan Respons
tehadap obat yang
tidak diinginkan
59,38% 40,63% 56,25% 43,75%
9 Efek samping dari
Amoksisilin yaitu
mual dan
muntah,diare dan
nyeri sendi
53,12% 46,88%
Berdasarkan tabel 5.15 pernyataan yang mewakili indikator efek samping
antibiotik ada 2 yakni pernyataan nomor 8 dan 9. Pernyataan pertama (nomor 8)
“Efek samping merupakan Respons tehadap obat yang tidak diinginkan”. Jawaban
yang tepat adalah “BENAR” dan sebanyak 209 responden (59,38%) menjawab
dengan jawaban tepat (pilihan jawaban benar) serta sebanyak 143 responden
(40,63%) menjawab dengan tidak tepat (pilihan jawaban salah). Menurut literatur
Ratman,dkk (2019) efek samping obat merupakan respon suatu obat yang
merugikan dan tidak diinginkan terjadi saat digunakan pada manusia baik untuk
pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit (Ratman, dkk. 2019).
Pernyataan kedua (nomor 9) “Efek samping dari Amoksisilin yaitu mual
dan muntah,diare dan nyeri sendi”. Jawaban yang tepat adalah “BENAR” dan
sebanyak 187 responden (53,13%) menjawab dengan jawaban tepat (pilihan
jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2019)
terkait penggunaan antibiotik di Desa Cikedung Lor Blok Tarikolot, Kecamatan
87
Cikedung, Kabupaten Indramayu ia menyebutkan bahwa sebesar 54,76%
responden mampu menjawab dengan tepat terkait efek samping antibiotik. Contoh
efek samping obat antibiotik pada golongan penisilin yang sering muncul yaitu efek
samping hipersensitasi, gangguan lambung (mual,muntah dan diare) dan pada dosis
tinggi dapat menyebabkan neurotoksis dan nefrotoksis. (Tjay, 2007).
Pengetahuan terkait efek samping sangat penting untuk diketahui oleh
masyarakat, karena dengan mengetahui efek samping yang mungkin terjadi maka
masyarakat akan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika terjadi efek
samping. Apabila timbul efek samping seperti mual atau muntah maka penggunaan
obat tersebut harus dihentikan dan segera konsultasikan atau menghubungi kepada
Apoteker ataupun Dokter.
5.4.6 Pengetahuan Tentang Informasi Antibiotik
Indikator keenam pada penelitian ini yakni informasi lain tentang antibiotik.
Selain mengetahui tentang indikator-indikator di atas, berbagai informasi mengenai
antibiotik juga penting untuk diketahui oleh masyarakat. Informasi dalam penelitian
ini termasuk contoh antibiotik, penyimpanan, dan penggolongan obat serta cara
memperoleh antibiotik yang tepat. Pernyataan yang mewakili indikator ini yaitu ada
3, yakni pada pernyataan nomor 10,11 dan 12. Berikut data hasil yang diperoleh
dari jawaban responden mengenai pernyataan tentang informasi antibiotik :
88
Tabel 5.16 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik
No
soal
Indikator Pernyataan Jawaban
Rata-rata
Tepat Tidak
tepat
Tepat Tidak
tepat
10 Informasi
antibiotik
Anibiotik boleh
diberikan ke saudara
jika mengalami sakit
yang sama
40,34% 59,66% 47,92% 52,08%
11 Contoh obat
Antibiotik yaitu
Amoksisilin,
Ampisilin,Cefadroxil,
dan Supertetra
67,61% 32,39%
12 Antibiotik harus
diperoleh dengan
resep dokter karena
merupakan obat keras
35,20% 64,80%
Berdasarkan tabel 5.16 pernyataan yang mewakili indikator informasi lain
tentang antibiotik ada 3 yakni pernyataan nomor 10,11 dan 12. Pernyataan pertama
(nomor 10) “Antibiotik boleh diberikan ke saudara jika mengalami sakit yang
sama”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH” dan sebanyak 142 responden
(40,34%) menjawab tepat (pilihan jawaban salah) serta sebanyak 210 responden
(59,66%) menjawab tidak tepat (pilihan jawaban benar). Ketika Dokter
memberikan suatu resep antibiotik kepada pasien, maka pasien wajib mematuhi
aturan. minum yang telah ditentukan yaitu harus mengkonsumsinya hingga habis
dan tidak boleh disimpan. Informasi ini sangat penting untuk diketahui oleh
masyarakat, dimana dengan informasi ini diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan seseorang dalam lama penggunaan antibiotik yang diberikan dokter dan
meminimalisir persentase masyarakat yang menyimpan antibiotik sebagai
swamedikasi karena perlu diketahui bahwa antibiotik merupakan obat yang tidak
89
dapat dipergunakan untuk kepentingan pengobatan sendiri atau swamedikasi (Ihsan
dkk., 2016).
Pernyataan kedua, nomor 11 “Contoh obat Antibiotik yaitu Amoksisilin,
Ampisilin, Cefadroxil dan Supertetra” dan sebanyak 238 responden (67,61%)
menjawab tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi (2021) ia menyebutkan bahwa sebesar 69,05% responden
mengetahui tentang contoh antibiotik. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena
responden telah mengetahui informasi mengenai contoh obat antibiotik yang dapat
ditemui di pasaran seperti Amoksisilin dan Ampisilin (Dewi,2019). Mengetahui
contoh-contoh obat yang tergolong dalam antibiotik sangat penting diketahui
masyarakat dengan begitu diharapkan masyarakat mengetahui contoh-contoh
antibiotik sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam penggunaan antibiotik.
Pernyataan ketiga, nomor 12 “Antibiotik harus diperoleh dengan resep
dokter karena merupakan obat keras” dan hanya sebanyak 126 responden (35,80%)
menjawab tepat (pilihan jawaban benar). Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pratomo dan Dewi (2018) dimana hanya 24,27 % masyarakat
Desa Anjir Mambulau yang membeli atau memperoleh antibiotik dengan resep
dokter. Begitu pula, pada penelitian ini diperoleh data bahwa mayoritas responden
memperoleh antibiotik dari toko obat/warung sejumlah 159 (45%). Hal tersebut
dikarenakan antibiotik dijual bebas dan bisa dibeli tanpa resep dokter serta tidak
adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah (Ambuk,2020). Seharusnya obat
antibiotik hanya dapat diperoleh di Instalasi Farmasi seperti Apotek dengan
menggunakan resep dari dokter (Rudiansyah, 2020). Pengetahuan tentang
90
informasi obat antibiotik ini sangat penting diketahui oleh masyarkat agar
masyarakat tidak sembarang dalam membeli obat antibiotik sehingga dapat
eminimalisir terjadinya efek samping antibiotik.
5.5 Kategori Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik
Masyarakat Desa Banyior
Menurut Arikunto (2006) kategori pengetahuan dikelompokkan menjadi
3 golongan yakni pengetahuan baik (>76%), pengetahuan cukup (56% - 75%) dan
pengetahuan kurang (<56%). Berikut tabel kategori tingkat pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu
Kabupaten Bangkalan:
Tabel 5.17 Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan
Antibiotik Di Desa Banyior
Kategori Frekuensi
Jumlah Presentase (%)
Baik 24 6,82%
Cukup 69 19,60%
Kurang 259 73,58%
Total 352 100%
Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden
terbanyak yaitu memiliki pengetahuan kurang sebanyak 259 responden (73,58%).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang terdiri dari umur, pengalaman,
tingkat pendidikan, pekerjaan, minat, lingkungan, dan informasi
(Notoadmodjo,2010). Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas pendidikan
terakhir responden adalah SD yaitu sebanyak 164 (47%). Dimana, menurut
Undang-undang no. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan rendah (SD dan SMP), pendidikan menengah
(SMA) dan pendidikan tinggi (diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor).
91
Berkaitan dengan penelitian ini, mayoritas pendidikan responden dalam penelitian
ini termasuk kedalam kategori pendidikan rendah dan pendidikan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Novelni (2020) ia menyebutkan bahwa seseorang dengan
pendidikan akhir SD pengetahuannya lebih baik seseorang yang berpendidikan
terakhir perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
pengetahuan yang dimiliki juga akan semakin bertambah. Tingkat pendidikan
berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta
kemampuan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang
memiliki pendidikan lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan
wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi dan
dapat ikut berperan serta dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan
keluarganya (Yuswantina, dkk. 2019). Pernyataan tersebut didukung dengan
pernyataan dalam Ivoryanto (2017) ia menyebutkan bahwa seseorang yang telah
lulus dari perguruan tinggi 2.39 kali lebih mengerti penggunaan antibiotik yang
benar dibandingkan seseorang dengan level pendidikan sekolah dasar.
Pekerjaan sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu diperoleh
data pekerjaan responden terbanyak yakni sebagai petani dengan jumlah
responden 121 (34,3%). Berkaitan dengan penelitian ini, pekerjaan seseorang akan
berpengaruh terhadap pengetahuan penggunaan antibiotik. Mayoritas pengetahuan
responden terkait antibiotik pada penelitian ini adalah kurang. Hal ini disebabkan
oleh pekerjaan responden sebagai petani dimana pekerjaan yang dimiliki
seseorang akan mempengaruhi proses dalam mencari informasi terhadap suatu hal.
92
Semakin mudah mencari informasi maka semakin banyak pula informasi yang
didapat sehingga pengetahuan yang dimiliki seseorang pun akan meningkat
(Notoatmodjo, 2010). Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Syarifuddin
(2019) ia menyebutkan bahwa pengalaman dalam bekerja dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan seseorang sehingga pengetahuan yang dimiliki
dapat berkembang. Hal serupa juga disebutkan oleh Pangesti (2012) saat orang
bekerja akan menggunakan otak dan kemampuan tubuh sehingga bisa menyimpan
atau ada peningkatan daya ingat karena sering melakukannya.
Informasi juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, dimana kemudahan
memperoleh informasi dapat membantu seseorang untuk secara cepat memperoleh
pengetahuan yang baru. Pada umumnya, semakin banyak memperoleh informasi,
semakin cepat seseorang mendapat pengetahuan baru. Berkaitan dengan penelitian
ini, responden pada penelitian ini mayoritas mendapatkan obat antibiotik yang
digunakan dari toko obat/warung dengan jumlah 159 (45%) maka dimungkinkan
masyarakat tidak memperoleh informasi yang tepat mengenai informasi
penggunaan antibiotik yang tepat. Berdasarkan literatur obat antibiotik hanya
dapat diperoleh di Instalasi Farmasi seperti Apotek dengan menggunakan resep
dari dokter (Rudiansyah, 2020).
Hasil penelitian ini dimana pengetahuan masyarakat tentang antibiotik
masih dalam kategori kurang, maka menjadi perhatian khusus dalam dunia
kesehatan khususnya bagi Apoteker agar tidak menimbulkan efek dari tindakan
yang dilakukan masyarakat karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan yang
masih kurang terkait penggunaan antibiotik yang tepat dapat menimbulkan efek
93
samping yang cukup membahayakan salah satunya seperti terjadinya resistensi
antibiotik (Loni, 2020). Apoteker sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan,
memiliki peran dan tanggungjawab yang besar pada penggunaan antibiotik. Tingkat
kesadaran masyarakat kurang mengenai antibiotik, oleh karena itu apokeker
berperan sangat penting dalam memberikan edukasi dan konseling tentang
pengendalian resistensi antibiotik kepada tenaga kesehatan, masyarakat ataupun
kepada anggota keluarga. Edukasi dan konseling dapat dilakukan di apotek pada
saat konsumen membeli antibiotik. Setelah diberikan konseling dilakukan evaluasi
pengetahuan pasien untuk memastikan pasien memahami informasi yang telah
diberikan. Selain itu dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
melakukan penyuluhan kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat luas mengenai antibiotik dan penggolongan obat. Disamping itu,
pemerintah juga dapat membuat kebijakan terkait pengawasan antibiotik dipasaran
sehingga dapat meminimalisir antibiotik yang dijual secara bebas baik di apotek
ataupun toko obat/warung.
Uraian diatas menunjukkan bahwa penting memiliki pengetahuan terkait
penggunaan antibiotik yang tepat agar tidak mudah mengikuti sesuatu yang tidak
diketahui kebenarannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 36 yang berbunyi :
ىك كان عنه مسـول ول تقف ما ليس لك به علم ان السمع والبصر والفؤاد كل اول
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya (Q.S. Al-Isra:36)
94
Berdasarkan tafsir Al-Misbah ayat diatas menjelaskan bahwasanya Allah
melarang menurut saja, menurut dengan tidak mengetahui sebab musabab. Awal
ayat ini terdapat kata “ ول تقف” : Kata taqfu ialah mengikuti jejak, seseorang diberi
hati, akal dan fikiran untuk menimbang baik dan buruk. Sedangkan pendengaran
dan penglihatan adalah penghubung hati sanubari dengan segala sesuatu untuk
diperhatikan dan dipertimbangkan muḍarat dan manfaatnya, atau baik dan
buruknya. Dalam hidup beragama sjbjangat diperlukan penggunaan pendengaran,
penglihatan dan hati untuk menimbang. Dari satu sisi ayat 36 surah al-isra’ di atas,
mencegah sekian banyak keburukan seperti tuduhan, sangka buruk, kebohongan
dan kesaksian palsu. Disisi lain, ia memberikan tuntunan untuk menggunakan
pendengaran, penglihatan dan hati sebagai alat-alat untuk meraih pengetahuan.
Oleh karena itu, sepatutnya seorang hamba yang mengetahui bahwa ucapan dan
perbuatannya akan diminta pertanggungjawaban menyiapkan jawaban untuknya
(Shihab, 2007)
Ayat tersebut berkaitan dengan penelitian ini yang menjelaskan bahwa
Allah melarang seseorang untuk mengikuti sesuatu tanpa mengetahui sebab dari
suatu hal tersebut karena diberi hati, akal dan fikiran untuk menimbang baik dan
buruk segala sesuatu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan efek dan manfaat
atau baik dan buruknya. Maka dari itu, seseorang harus mengetahui sebab terlebih
dahulu sebelum menggunakan antibiotik agar memperoleh manfaat dan tidak
menimbulkan efek samping dari penggunaan yang tanpa dilandasi pengetahuan
yang tepat karena pada dasarnya setiap manusia tidak boleh sembarangan
berbicara dan berbuat sesuatu tanpa dilandasi ilmu dan kebenaran informasi serta
95
tidak semua hal yang terdengar di telinga, terlintas dalam benak fikiran dan juga
semua yang sampai kepada kita harus bisa kita terima.
96
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pada penelitian ini diperoleh hasil antibiotik yang paling banyak digunakan
responden adalah Amoksisilin yaitu sebanyak 166 reponden (47%) serta cara
memperolehnya kebanyakan masyarakat membelinya ditoko obat/warung
dengan jumlah sebanyak 159 responden (45%).
2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan diperoleh data bahwa dari 352
responden terdapat 24 responden (6,82%) berpengetahuan baik, sebanyak 69
(19,60%) berpengetahuan cukup dan sebanyak 259 (73,58%) berpengetahuan
kurang.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dilakukan edukasi kepada masyarakat terkait cara penggunaan obat
yang tepat khususnya antibiotik oleh tenaga kesehatan ataupun pemerintah. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui acara seminar ataupun penyuluhan.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang hal-hal yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan di Desa Banyior (dikarenakan nilai tingkat pengetahuan rendah)
97
3. Perlu dilakukan penelitian terkait edukasi untuk meningkatkan pengetahuan
penggunaan obat antibiotik di Desa Banyior
98
DAFTAR PUSTAKA
Ambuk, Y. L. 2020. Penggunaan Antibiotik Oleh Masyarakat Di Kelurahan Watu
Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai Sebagai
Pengobatan Gigi Sendiri. Doctoral dissertation, Poltekes Kemenkes
Kupang.
Ardenari, M. P., 2011, Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan
masyarakat Kecamatan Kotagede Yogyakarta tentang antibiotika pada
tahun 2011, Skripsi, Prodi. Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Akhmaddhian, S., & Fathanudien, A.2015. Partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan Kuningan sebagai Kabupaten konservasi. Jurnal
Unifikasi, Vol 2, 67-90
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
A. Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia, Yogyakarta : Nuha Medika
Azizah, Nur.2014. Dinamika psikologis penderita obsessive compulsif disorder
(OCD). Skripsi.Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Badan POM RI.2011. Gunakan Antibiotik secara rasional. Info POM 12(2)
Maret-April 2011.
Badan POM RI. Pusat Informasi Obat Nasional. Available from:
https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/518-
antibiotik-lain/5181-kloramfenikol. Diakses 25 Februari 2022
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta : Insan Cendekia
Bellissimo-Rodrigues F.2008. Center for disease control and prevention, emerging
infectious disease. Antimicrobial drug use and antibiotic-resistant
bacteria. antimicrobial drug use and antibiotic resistant bacteria .
(diunduh 31 Oktober 2021). Tersedia dari: Url: Hyperlink
http://wwwnc. cdc.gov/eid/article/14/1/07-1028.htm.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2021. Kecamatan Sepulu Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kota Bangkalan
Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Departemen Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor nomor
347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang obat wajib apotek golongan 1.
99
Departemen Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 924 / Menkes
/Per / X / 1993 tentang daftar obat wajib apotek golongan 2.
Departemen Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1176/Menkes/SK/X/ 1999 917/Menkes/Per/X/l993 tentang Daftar Wajib
Apotek Golongan 3.
Departemen kesehatan RI, 2008, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta
Departemen Kesehatan RI.2011. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2406/MENKES /PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotika
Departemen kesehatan RI.2021.Pedoman Penggunaan Antibiotik. Jakarta
Dewi,Dede Puspita.2021.Peran Edukasi Penggunaan Antibiotik Terhadap
Pengetahuan Masyarakat.Skripsi. Farmasi Universitas Jenderal Ahmad
Yani : Yogyakarta
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Ferdishansyah,Decky.2017.Co-Evolusi Antibiotik dalam Pola Penggunaan
Antibiotik Menurut Pendekatan Teori Jaringan-Aktor. Majalah
Farmasetika, Vol.2 No.3
Fernandez B.A., 2013. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Kabupaten
Manggarai dan Manggarai Barat – NTT.Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya. 2(2): 9-10
Finberg, R. W. & Guharoy, R., 2012. Clinical Use of Anti-infective Agents. New
York: Springer.
Gyssens, I.C. 2005. Audit for monitoring the quality of antimicrobial prescription.
New York: Kluwer Academic Publishers.
Gunawan, S G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia
Hartayu,dkk.2013.Pemahaman masyarakat kecamatan mergangsan,
gondokusuman,umbulharjo dan kotagede yogyakarta terkait antibiotika.
Jurnal farmasi sains dan komunitas, hlm. 22-28 Vol. 10 No. 1
Hartika,A.N.2018.Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
100
Penggunaan Antibiotik Di Dusun Pucangan Bumirejo Mungkid. Karya
Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Magelang
Hurlock, Elizabeth.1998. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga
Ihsan, S; Kartika dan Aki, N.I. 2016. Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep di
Apotek Komunitas Kota Kendari. Media Farmasi. Volume 13 Nomor
Indriani, Ervita dan Susanti, Nazmi Syahida.2017. Flu dan Batuk, Perlukah
Antibiotik?. Majalah Farmasetika. Vol.2 No.5.
Ivoryanto, Evelyne.dkk.,2017.Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat
terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan Antibiotika Oral di Apotek
Kecamatan Klojen. Pharmaceutical Journal Of Indonesia. 2(2)
Juwita, D.A; Arifin, H. dan Yulianti, N. 2017. Kajian Deskripstif Retrospektif
Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Volume 3 Nomor 2.
Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Hari Kesehatan
Sedunia. Jakarta.
Kemenkes RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan
Kefarmasian, Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2012. Survei Kesehatan Dasar Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.
Khairunnisa, K., Tanjung, H. R., & Sumantri, I. B.2018. Penilaian Pengetahuan,
Persepsi Dan Kepercayaan Masyarakat Kota Medan Terhadap
Penggunaan Antibiotik. Journal of Tropical Medicine Conference
Series, 1(1).
Kondoj, Inchristy Victoria,dkk.2020. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Apotek Kimia Farma 396
Tuminting Kota Manado. Pharmacon Vol.9 No.2.
101
Kurniawan,Adin Hakim., Wardiyah.,Tadashi., Yuri.2019. The Correlation
Between Knowledge With Community Behavior In Antibiotic Use In
Kelurahan Petukangan Utara With Home Pharmacy Care. Jurnal
Teknologi Dan Seni Kesehatan. Vol 10 (2).
Kurniawati, Laili Hani.2019. Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku
Penggunaan Antibiotik Pada Konsumen Tiga Apotek di Kecamatan
Glagah Kabupaten Lamongan.Skripsi. Program Studi Farmasi :
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Lisnawati., Pangesti, Wilis Dwi. 2012. Hubungan Pemberian Pendidikan
Kesehatan dengan Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh Kembang Balita di
Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja. Jurnal UMP.
Loni, Sinthya Putri Uli. 2020. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Penggunaan Antibiotika. Karya Tulis Ilmiyah. Kupang : Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang
Muflih, Andi.2014. Pengobatan dalam islam, skripsi. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Makassar.
Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Nawawi, Q., 2013, Efek samping komsumsi Antibiotik dan penggunaannya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo,S.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S.2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S., 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nurhasnawati, H; Jubaidah, S. dan Elfia, N. 2016. Penentuan Kadar Residu
Tetrasiklin HC1 Pada Ikan Air Tawar Yang Beredar di Padar Segiri
Menggunakan Metode Spektofotometri Ultra Violet. Jurnal Ilmiah
Manuntung. Vol 4 No 2.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
102
Nursalam.2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba
Medika.
Pambudi dan Utari,2020. Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik pada
mahasiswa kesehatan universitas sahid surakarta. Jurnal Dunia
Farmasi. Vol 4 No 3.
Paramitasari, Radhitia dan Alfian, Ilham Nur. 2012. Hubungan antara Kematangan
Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Surabaya: Vol. 1, No. 02.
Peleg, A dan Hooper, D. 2010. Hospital-Acquired Infections Due to Gram-
Negative Bacteria. New England Journal of Medicine. Vol 362. No 19.
Pertiwi,Rini Anggraeni.2018. Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada
Mahasiswa Universitas Muslim Nusantara. Skripsi. Medan:Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Plump,W,2014.Study Shows Significant Increase in Antibiotic Use Across The
World. Princeton University
Pratiwi, Ageng I., Wiyono, Weny I..,Jayanto, Imam.2020.Pengetahuan Dan
Penggunaan Antibiotik Secara Swamedikasi Pada Masyarakat Kota.
Jurnal Biomedik. 12(3):176-185
Pratomo,Guntur Satrio & Dewi,Nuria Ayu.2018. Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Desa Anjir Mambulau Tengah Terhadap Penggunaan
Antibiotik. Jurnal Surya Medika Volume 4 No. 1
Prayitno A., Juwono, R., 2003, Terapi Antibiotik, dalam Aslam, M., Tan, C.K.,
Prayitno, A., Farmasi Klinis, 321-328, PT Elex Media Komputindo
Gramedia, Jakarta.
Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.
Jakarta: Pleskonfi.
Putri, Chotimah Kusuma. 2017. Evaluasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penggunaan Antibiotik di Kabupaten Klaten. Skripsi.
Surakarta: Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ratman, Siti Hardianti,dkk.2019.Pemantauan Efek Samping Antibiotik Yang
Merugikan Pada Pasien Anak Yang Berobat Di Puskesmas Kecamatan
Pontianak Timur.Jmfarmasi Untan.
Refdanita, dkk. 2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika Di Ruang
Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002.
103
Dalam : Makara, Kesehatan. 8(02) : 41-48.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Jakarta
Riwidikdo, handoko.2009. Statistik Kesehetan: Belajar mudah teknik analisis data
dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS).
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Robert M, Kliegmen.2011. Nelson textbook of pediatrics. USA: Elsevier.
Rudiansyah, L., Hasani Furdiyanti, N., & Yuswantina, R. 2020. Studi Penggunaan
Antibiotik Tanpa Resep Pada Masyarakat Desa Langensari
Kecamatan Ungaran Barat. Doctoral dissertation. Universitas
Ngudi Walyo
Rusli,2018.Bahan Ajar Farmasi : Farmasi Klinik Edisi 2018, Makassar.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Sahputri,Juwita & Z, Khairunnisa. 2020. Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Antibiotik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fk
Unimal Angkatan 2019. Jurnal Averrous Vol. 6 No.2 : 84-92.
Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan. 2008. Dasar-Dasar Metodologi
PenelitianKlinis Edisi ke – 3. Jakarta: Sagung Seto.
Setiabudy, R. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI.
Shihab, M. Quraish.2007. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Alquran, Jakarta: Lentera Hati
Sholih, M. G., Ahmad M., dan Siti S. 2015. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
di Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia. 4(1): 63-70.
Simbolon, O. M. (2020). Edukasi Cara Penggunaan Antibiotik yang Baik dan
Benar Dengan Metode CBIA Pada Kader Posyandu di Kelurahan Jawa.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kasih, 2(1).
Suharsono. 2010. Probiotik. Basis Ilmiah, Aplikasi, dan Aspek Prakstis. Bandung:
Penerbit Widya Padjajaran.
Sugiyono, 2000.Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta.
104
Sugiyono.2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Staf Pengajar Farmakologi UNSRI, 2008, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi
2, EGC, Jakarta, Hal: 404-405
Syarifuddin,Nuraeni.,dkk.2019.Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa
Carawali Kabupaten Sidenreng Rappang Dengan Tingkat Pengetahuan
Terhadap Penggunaan Antibiotik. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra. Vol. 7
No.1
Tjay,Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. Jakarta
Ulumuddin, Iihya. 2013. Tingkat pengetahuan Pasien Apotek Kimia Farmas
Assyifa Kota Bima Tentang Penggunaan Antibiotik. Karya Tulis
Ilmiah. Jurusan Farmasi Kesehatan Makassar. Makassar
Undang-Undang Obat Keras St. No.419 tgl 22 Desember 1949. Direktorat Jendral
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesetan. Jakarta
Ugboko, H dan De, N. 2014. Review Article Mechanism of Antibiotik Resistance
in Salmonella typhi. International Journal of Current Microbiology and
Applied Science. Vol 3. No 12
Utami. 2012. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. International
Journal of Stroke. Vol 13 No 5. Hal 469-472.
Virgiawan,Ryan. 12 Maret 2019. Faktanya, Perempuan Lebih Peduli Kesehatan
Dibanding Pria. Mata Indonesia News.
Widayati, A., Suryawati, S., de Crespigny, C., Hiller, J.E., 2011, Self medication
with antibiotics in Yogyakarta City Indonesia: a cross Sectional
population-based survey, BMC Res Note
World Health Organization (WHO). 2005. Maternal Mortality. Geneva:
Departement of Reproductive Health and Research WHO.
World Health Organization (WHO). 2015. Guidelines for ATC Classification and
DDD Assigment. Norway: Norwegian Institute of Public Health.
Wowiling,Chalvy.dkk.2013.Pengaruh Penyuluhan Penggunaan Antibiotika
Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Kota Manado. Jurnal
Ilmiah Farmasi.Vol. 2 No. 03
Yanti, Y.E.. Nurmainah dan Hariyanto. 2016. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Rawat Inap Balita Penderita Pneumonia dengan Pendekatan
Gyssens di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Skripsi.
105
Pontianak: Farmasi Universitas Tanjungpurų.
Yarza HL, Yanwirasti Y, Irawati L.2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter. Jurnal
Kesehatan Andalas. 4(1):151–6.
Yuswantina,Richa.,dkk.2019. Hubungan Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan
Terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Sidorejo
Kidul. Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product. Vol. 02
No. 01
Zulfa, I. M., & Handayani, W. (2020). Survei Kepatuhan Penggunaan Antibiotik
Oral Jangka Pendek di Beberapa Puskesmas di Surabaya. Jurnal
Farmasi Indonesia, 17(2)
107
Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara Studi Pendahuluan
PERTANYAAN STUDI PENDAHULUAN
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Bapak/Ibu
mengetahui tentang
antibiotik?
√
2. Apakah Bapak/Ibu
mengetahui bagaimana cara
penggunaan obat antibiotik
yang tepat ?
√
3. Apakah Bapak/Ibu
mengetahui dampak atau
akibat dari penggunaan
antibiotik tanpa resep dokter.
√
4. Apakah Bapak/Ibu
mengetahui kalau antibiotik
harus diperoleh dengan resep
dokter?
√
5. Apakah Antibiotik bisa
digunakan untuk mengobati
demam,flue dan luka?
√
108
Lampiran 3. Dokumentasi Studi Pendahuluan Di Beberapa Warung dan
Masyarakat Desa Banyior Kecamatan Sepulu
a. Wawancara bersama salah satu masyarakat Desa Banyior
b.Wawancara bersama pemilik Toko Al-Az**
113
Lampiran 6. Penjelasan Persetujuan Penelitian (PSP)
PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI
PENELITIAN
(PSP)
1. Saya Ismea Munawaroh berasal dari Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang dengan ini meminta saudara/i untuk berpartisipasi dengan
sukarela dalam penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penggunaan Antibiotik Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu
Kabupaten Bangkalan”
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tingkat pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu
Kabupaten Bangkalan berdasarkan parameter tentang indikasi antibiotik,
dosis,intervalkwaktu,lama penggunaan antibiotik, efek samping dan informasi
antibiotik yang dapat memberi manfaat bagi peneliti berupa tingkat
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini akan berlangsung
selama 30 menit dan saudara/i adalah orang yang memenuhi persyaratan untuk
terlibat dalam penelitian ini
3. Prosedure pengambilan data/bahan penelitian dilakukan dengan cara mengisi
kuesioner yang membutuhkan waktu 30 menit. Cara ini mungkin
menyebabkan ketidak nyamanan yaitu menyita waktu tetapi tidak perlu
khawatir karena dalam penelitian ini akan dilakukan dengan waktu seefisien
mungkin dan tidak ada bahaya yang diakibatkan saya berharap saudara/i
bersedia menjadi partisipan pada penelitian ini dan dapat menjawab dengan
jujur semua pertanyaan dan mengkuti dengan ikhlas setiap aktivitas yang akan
kami lakukan.
4. Keuntungan yang saudra/i peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini
adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang pentingnya
penggunaan antibiotik secara tepat dan sebagai tanda terima kasih saya pada
akhir kegiatan saudara/i akan menerima souvenir atas ketersediaanya menjadi
responden
5. Seandainya saudara/i tidak menyetujui cara ini maka saudara/i boleh tidak
mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu saudara/i tidak akan dikenakan
sanksi apapun
6. Nama dan jati diri serta seluruh data yang terkumpul akan dijaga
kerahasiaannya
7. Apabila saudara memerlukan informasi/bantuan yang terkait dengan penelitian
ini, silahkan menghubung Ismea Munawaroh, 081939571612 sebagai peneliti
Peneliti
(Ismea Munawaroh)
114
Lampiran 7. Informed consent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed consent)
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan
oleh Ismea Munawaroh dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Penggunaan Antibiotik Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan”. Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun
Bangkalan,_-_- 2021
Mengetahui,
Peneliti Yang Memberikan persetujuan
(Ismea Munawaroh) (....................................)
Saksi
(.................................)
115
Lampiran 8. Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas
KUISIONER UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN
BANGKALAN
No. Responden :
A. Karakteristik Responden 1. Nama : ....................................................
2. Umur : ............. tahun
3. Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)
4. Pekerjaan : ...................................................
5. Pendidikan Terakhir : .................................................
*(pilih salah satu (√))
6. Apakah pernah menggunakan antibiotik?
□Ya □Tidak
7. Apakah antibiotik yang pernah atau sering digunakan ?
□Amoksisilin □Ampisilin □Supertetra □Cefadroxil □Dan lain-lain
8. Apakah antibiotik yang dikonsumsi dari resep dokter ?
□Ya □Tidak
9. Dari manakah antibiotik didapatkan?
□Tempat praktik dokter □Apotek □ Toko obat/warung □Penjual obat keliling
B. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik Di
Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan
Beri tanda (√) pada keterangan BENAR atau SALAH, menurut pendapat
saudara/i mengenai pernyataan di bawah ini!
No Pernyataan Benar Salah
1. 1. Obat antibiotik dapat digunakan untuk
penyakit infeksi
2. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh
dan menghambat bakteri untuk tumbuh
3. Penyakit demam dan Flu dapat dicegah
dengan mengkonsumsi antibiotik
116
4. Pemberian antibiotik seperti kloramfenikol,
dapat diberikan untuk penderita typhus
5. Antibiotik seperti supertetra boleh digunakan
untuk mengatasi flu
2. 1. Dosis penggunaan obat antibiotik harus
dikonsumsi sampai habis
2. Penggunaan antibiotik harus dihentikan jika
sudah membaik meskipun obat antibiotik
masih ada
3. Jumlah dosis obat yang diberikan tidak boleh
dikurangi kecuali konsultasi kepada dokter
terlebih dahulu
3. 1. Semua antibiotik boleh dikonsumsi 2-3 kali
dalam sehari
2. Pada etiket obat Antibiotik terdapat
keterangan Amoksisilin“3X1” maka antibiotik
digunakan 3 kali dalam sehari
4. 1. Waktu minimal dalam mengkonsumsi obat
antibiotik adalah 3-7 hari
2. Antibiotik yang diberikan secara terus
menerus dan tanpa resep dokter akan
menyebabkan resistensi antibiotik
5.
6.
1. Efek samping merupakan Respons tehadap
obat yang tidak diinginkan
2. Antibiotik yang digunakan secara tidak tepat
dapat menimbulkan resitensi antibiotik
3. Efek samping antibiotik kloramfenikol adalah
hipertensi
4. Efek samping dari Amoksisilinyaitu mual dan
muntah,diare dan nyeri sendi
1. Antibiotik sebaiknya disimpan pada tempat
bersih,kering dan terlindungi dari paparan sinar
matahari langsung
117
2.Anibiotik boleh diberikan ke saudara jika
mengalami sakit yang sama
3.Contoh obat Antibiotik yaitu Amoksisilin,
Ampisilin,Cefadroxil, dan Supertetra
4.Antibiotik harus diperoleh dengan resep dokter
karena merupakan obat keras
118
Lampiran 9. Hasil Uji Validitas
HASIL UJI VALIDITAS DENGAN KORELASI PERSON
MENGGUNAKAN SPSS 18
UJI VALIDITAS TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN
119
Correlations
VAR000
01 VAR000
02 VAR000
03 VAR000
04 VAR000
05 VAR000
06 VAR000
07 VAR000
08 VAR000
09
VAR00001
Pearson Correlation
1 ,314 1,000** ,017 ,248 ,364* ,248 ,410* ,409*
Sig. (2-tailed) ,067 ,000 ,925 ,150 ,031 ,150 ,015 ,015
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00002
Pearson Correlation
,314 1 ,314 ,026 ,141 -,203 ,141 -,037 -,165
Sig. (2-tailed) ,067 ,067 ,881 ,419 ,242 ,419 ,832 ,342
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00003
Pearson Correlation
1,000** ,314 1 ,017 ,248 ,364* ,248 ,410* ,409*
Sig. (2-tailed) ,000 ,067 ,925 ,150 ,031 ,150 ,015 ,015
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00004
Pearson Correlation
,017 ,026 ,017 1 ,079 -,036 ,079 ,007 -,374*
Sig. (2-tailed) ,925 ,881 ,925 ,652 ,837 ,652 ,969 ,027
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00005
Pearson Correlation
,248 ,141 ,248 ,079 1 -,151 1,000** -,112 ,491**
Sig. (2-tailed) ,150 ,419 ,150 ,652 ,386 ,000 ,522 ,003
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00006
Pearson Correlation
,364* -,203 ,364* -,036 -,151 1 -,151 ,600** -,004
Sig. (2-tailed) ,031 ,242 ,031 ,837 ,386 ,386 ,000 ,984
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00007
Pearson Correlation
,248 ,141 ,248 ,079 1,000** -,151 1 -,112 ,491**
Sig. (2-tailed) ,150 ,419 ,150 ,652 ,000 ,386 ,522 ,003
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00008
Pearson Correlation
,410* -,037 ,410* ,007 -,112 ,600** -,112 1 -,011
Sig. (2-tailed) ,015 ,832 ,015 ,969 ,522 ,000 ,522 ,950
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00009
Pearson Correlation
,409* -,165 ,409* -,374* ,491** -,004 ,491** -,011 1
Sig. (2-tailed) ,015 ,342 ,015 ,027 ,003 ,984 ,003 ,950
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
120
VAR00010
Pearson Correlation
,427* -,081 ,427* -,244 -,244 ,349* -,244 ,591** ,011
Sig. (2-tailed) ,011 ,643 ,011 ,157 ,157 ,040 ,157 ,000 ,950
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00011
Pearson Correlation
-,017 -,026 -,017 ,036 ,382* -,424* ,382* -,007 ,127
Sig. (2-tailed) ,925 ,881 ,925 ,837 ,024 ,011 ,024 ,969 ,467
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00012
Pearson Correlation
,198 -,258 ,198 ,026 -,318 ,256 -,318 ,673** -,042
Sig. (2-tailed) ,254 ,134 ,254 ,881 ,063 ,138 ,063 ,000 ,810
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00013
Pearson Correlation
,679** ,213 ,679** -,015 ,247 ,379* ,247 ,495** ,306
Sig. (2-tailed) ,000 ,219 ,000 ,932 ,152 ,025 ,152 ,003 ,074
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00014
Pearson Correlation
-,118 ,490** -,118 -,047 ,539** -,398* ,539** -,386* ,075
Sig. (2-tailed) ,500 ,003 ,500 ,789 ,001 ,018 ,001 ,022 ,667
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00015
Pearson Correlation
-,033 ,428* -,033 ,141 ,600** -,433** ,600** -,392* ,204
Sig. (2-tailed) ,851 ,010 ,851 ,419 ,000 ,009 ,000 ,020 ,240
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00016
Pearson Correlation
,050 ,264 ,050 -,132 ,795** -,248 ,795** -,290 ,462**
Sig. (2-tailed) ,775 ,125 ,775 ,448 ,000 ,150 ,000 ,091 ,005
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00017
Pearson Correlation
-,471** -,093 -,471** ,187 ,304 -,398* ,304 -,386* ,075
Sig. (2-tailed) ,004 ,594 ,004 ,281 ,075 ,018 ,075 ,022 ,667
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00018
Pearson Correlation
,198 ,085 ,198 -,089 ,370* ,141 ,370* ,081 ,204
Sig. (2-tailed) ,254 ,627 ,254 ,613 ,028 ,419 ,028 ,643 ,240
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00019
Pearson Correlation
,215 -,256 ,215 ,151 ,036 ,151 ,036 ,349* ,004
Sig. (2-tailed) ,214 ,138 ,214 ,386 ,837 ,386 ,837 ,040 ,984
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
121
VAR00020
Pearson Correlation
,649** ,081 ,649** ,125 ,125 ,482** ,125 ,510** ,244
Sig. (2-tailed) ,000 ,643 ,000 ,473 ,473 ,003 ,473 ,002 ,158
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
TOTAL Pearson Correlation
,693** ,290 ,693** ,121 ,702** ,192 ,702** ,404* ,467**
Sig. (2-tailed) ,000 ,091 ,000 ,488 ,000 ,269 ,000 ,016 ,005
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
122
Correlations
VAR000
10 VAR000
11 VAR000
12 VAR000
13 VAR000
14 VAR000
15 VAR000
16 VAR000
17 VAR000
18
VAR00001
Pearson Correlation
,427* -,017 ,198 ,679** -,118 -,033 ,050 -,471** ,198
Sig. (2-tailed) ,011 ,925 ,254 ,000 ,500 ,851 ,775 ,004 ,254
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00002
Pearson Correlation
-,081 -,026 -,258 ,213 ,490** ,428* ,264 -,093 ,085
Sig. (2-tailed) ,643 ,881 ,134 ,219 ,003 ,010 ,125 ,594 ,627
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00003
Pearson Correlation
,427* -,017 ,198 ,679** -,118 -,033 ,050 -,471** ,198
Sig. (2-tailed) ,011 ,925 ,254 ,000 ,500 ,851 ,775 ,004 ,254
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00004
Pearson Correlation
-,244 ,036 ,026 -,015 -,047 ,141 -,132 ,187 -,089
Sig. (2-tailed) ,157 ,837 ,881 ,932 ,789 ,419 ,448 ,281 ,613
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00005
Pearson Correlation
-,244 ,382* -,318 ,247 ,539** ,600** ,795** ,304 ,370*
Sig. (2-tailed) ,157 ,024 ,063 ,152 ,001 ,000 ,000 ,075 ,028
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00006
Pearson Correlation
,349* -,424* ,256 ,379* -,398* -,433** -,248 -,398* ,141
Sig. (2-tailed) ,040 ,011 ,138 ,025 ,018 ,009 ,150 ,018 ,419
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00007
Pearson Correlation
-,244 ,382* -,318 ,247 ,539** ,600** ,795** ,304 ,370*
Sig. (2-tailed) ,157 ,024 ,063 ,152 ,001 ,000 ,000 ,075 ,028
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00008
Pearson Correlation
,591** -,007 ,673** ,495** -,386* -,392* -,290 -,386* ,081
Sig. (2-tailed) ,000 ,969 ,000 ,003 ,022 ,020 ,091 ,022 ,643
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00009
Pearson Correlation
,011 ,127 -,042 ,306 ,075 ,204 ,462** ,075 ,204
Sig. (2-tailed) ,950 ,467 ,810 ,074 ,667 ,240 ,005 ,667 ,240
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
123
VAR00010
Pearson Correlation
1 ,125 ,629** ,317 -,338* -,554** -,546** -,700** -,199
Sig. (2-tailed) ,473 ,000 ,064 ,047 ,001 ,001 ,000 ,251
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00011
Pearson Correlation
,125 1 ,318 ,146 ,164 ,089 ,132 ,164 ,203
Sig. (2-tailed) ,473 ,063 ,402 ,347 ,613 ,448 ,347 ,242
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00012
Pearson Correlation
,629** ,318 1 ,344* -,560** -,601** -,545** -,327 -,144
Sig. (2-tailed) ,000 ,063 ,043 ,000 ,000 ,001 ,055 ,410
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00013
Pearson Correlation
,317 ,146 ,344* 1 -,214 -,179 ,113 -,347* ,344*
Sig. (2-tailed) ,064 ,402 ,043 ,218 ,303 ,517 ,041 ,043
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00014
Pearson Correlation
-,338* ,164 -,560** -,214 1 ,723** ,589** ,286 ,140
Sig. (2-tailed) ,047 ,347 ,000 ,218 ,000 ,000 ,096 ,422
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00015
Pearson Correlation
-,554** ,089 -,601** -,179 ,723** 1 ,726** ,373* ,428*
Sig. (2-tailed) ,001 ,613 ,000 ,303 ,000 ,000 ,027 ,010
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00016
Pearson Correlation
-,546** ,132 -,545** ,113 ,589** ,726** 1 ,471** ,495**
Sig. (2-tailed) ,001 ,448 ,001 ,517 ,000 ,000 ,004 ,002
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00017
Pearson Correlation
-,700** ,164 -,327 -,347* ,286 ,373* ,471** 1 ,140
Sig. (2-tailed) ,000 ,347 ,055 ,041 ,096 ,027 ,004 ,422
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00018
Pearson Correlation
-,199 ,203 -,144 ,344* ,140 ,428* ,495** ,140 1
Sig. (2-tailed) ,251 ,242 ,410 ,043 ,422 ,010 ,002 ,422
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
VAR00019
Pearson Correlation
,363* ,309 ,548** ,409* -,304 -,256 -,099 -,070 ,203
Sig. (2-tailed) ,032 ,071 ,001 ,015 ,075 ,138 ,570 ,688 ,242
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
124
VAR00020
Pearson Correlation
,224 -,125 ,318 ,765** -,386* -,155 ,068 -,266 ,318
Sig. (2-tailed) ,196 ,473 ,063 ,000 ,022 ,372 ,697 ,123 ,063
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
TOTAL Pearson Correlation
,152 ,361* ,163 ,707** ,210 ,332 ,506** -,020 ,544**
Sig. (2-tailed) ,385 ,033 ,350 ,000 ,225 ,051 ,002 ,908 ,001
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
125
Correlations
VAR00019 VAR00020 VAR00021
VAR00001 Pearson Correlation ,215 ,649** ,693**
Sig. (2-tailed) ,214 ,000 ,000
N 35 35 35
VAR00002 Pearson Correlation -,256 ,081 ,290
Sig. (2-tailed) ,138 ,643 ,091
N 35 35 35
VAR00003 Pearson Correlation ,215 ,649** ,693**
Sig. (2-tailed) ,214 ,000 ,000
N 35 35 35
VAR00004 Pearson Correlation ,151 ,125 ,121
Sig. (2-tailed) ,386 ,473 ,488
N 35 35 35
VAR00005 Pearson Correlation ,036 ,125 ,702**
Sig. (2-tailed) ,837 ,473 ,000
N 35 35 35
VAR00006 Pearson Correlation ,151 ,482** ,192
Sig. (2-tailed) ,386 ,003 ,269
N 35 35 35
VAR00007 Pearson Correlation ,036 ,125 ,702**
Sig. (2-tailed) ,837 ,473 ,000
N 35 35 35
VAR00008 Pearson Correlation ,349* ,510** ,404*
Sig. (2-tailed) ,040 ,002 ,016
N 35 35 35
VAR00009 Pearson Correlation ,004 ,244 ,467**
Sig. (2-tailed) ,984 ,158 ,005
N 35 35 35
VAR00010 Pearson Correlation ,363* ,224 ,152
Sig. (2-tailed) ,032 ,196 ,385
N 35 35 35
VAR00011 Pearson Correlation ,309 -,125 ,361*
Sig. (2-tailed) ,071 ,473 ,033
N 35 35 35
126
VAR00012 Pearson Correlation ,548** ,318 ,163
Sig. (2-tailed) ,001 ,063 ,350
N 35 35 35
VAR00013 Pearson Correlation ,409* ,765** ,707**
Sig. (2-tailed) ,015 ,000 ,000
N 35 35 35
VAR00014 Pearson Correlation -,304 -,386* ,210
Sig. (2-tailed) ,075 ,022 ,225
N 35 35 35
VAR00015 Pearson Correlation -,256 -,155 ,332
Sig. (2-tailed) ,138 ,372 ,051
N 35 35 35
VAR00016 Pearson Correlation -,099 ,068 ,506**
Sig. (2-tailed) ,570 ,697 ,002
N 35 35 35
VAR00017 Pearson Correlation -,070 -,266 -,020
Sig. (2-tailed) ,688 ,123 ,908
N 35 35 35
VAR00018 Pearson Correlation ,203 ,318 ,544**
Sig. (2-tailed) ,242 ,063 ,001
N 35 35 35
VAR00019 Pearson Correlation 1 ,587** ,432**
Sig. (2-tailed) ,000 ,010
N 35 35 35
VAR00020 Pearson Correlation ,587** 1 ,638**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 35 35 35
TOTAL Pearson Correlation ,432** ,638** 1
Sig. (2-tailed) ,010 ,000
N 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
127
Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas
HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER TENTANG TINGKAT
PENGETAHUAN
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 35 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 35 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,829 12
128
Lampiran 11. Kuesioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN
BANGKALAN
No. Responden :
A. Karakteristik Responden 1. Nama : ....................................................
2. Umur : ............. tahun
3. Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)
4. Pekerjaan : ...................................................
5. Pendidikan Terakhir : .................................................
*(pilih salah satu (√))
6. Apakah pernah menggunakan antibiotik?
□Ya □Tidak
7. Apakah antibiotik yang pernah atau sering digunakan ?
□Amoksisilin □Ampisilin □Supertetra □Cefadroxil □Dan lain-lain
8. Apakah antibiotik yang dikonsumsi dari resep dokter ?
□Ya □Tidak
9. Dari manakah antibiotik didapatkan?
□Tempat praktik dokter □Apotek □ Toko obat/warung □Penjual obat keliling
129
B. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik Di Desa
Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan
Beri tanda (√) pada keterangan BENAR atau SALAH, menurut pendapat
saudara/i mengenai pernyataan di bawah ini!
No Pernyataan Benar Salah
1. 1. Obat antibiotik dapat digunakan untuk
penyakit infeksi
2. Penyakit demam dan Flu dapat dicegah
dengan mengkonsumsi antibiotik
3. Pemberian antibiotik seperti kloramfenikol,
dapat diberikan untuk penderita typhus
4. Antibiotik seperti supertetra boleh digunakan
untuk mengatasi flu
2. 1. Penggunaan antibiotik harus dihentikan jika
sudah membaik meskipun obat antibiotik
masih ada
3. 1. Semua antibiotik boleh dikonsumsi 2-3 kali
dalam sehari
4. 1. Waktu minimal dalam mengkonsumsi obat
antibiotik adalah 3-7 hari
5. 1. Efek samping merupakan Respons tehadap
obat yang tidak diinginkan
2. Efek samping dari Amoksisilin yaitu mual dan
muntah,diare dan nyeri sendi
6. 1. Anibiotik boleh diberikan ke saudara jika
mengalami sakit yang sama
2. Contoh obat Antibiotik yaitu Amoksisilin,
Ampisilin,Cefadroxil, dan Supertetra
3. Antibiotik harus diperoleh dengan resep
dokter karena merupakan obat keras
134
Lampiran 13. Rekapitulasi Skor Responden
Lembar Penilaian Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik
No No
Responden Soal
Total
skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 Kurang
3 3 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 5 Kurang
4 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 Kurang
5 5 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 Cukup
6 6 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang
7 7 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang
8 8 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 Kurang
9 9 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8 Cukup
10 10 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 7 Cukup
11 11 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 5 Kurang
12 12 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang
13 13 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 Cukup
14 14 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 Cukup
15 15 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 Kurang
16 16 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 Kurang
17 17 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang
18 18 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup
19 19 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang
20 20 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 Kurang
21 21 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9 Cukup
22 22 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang
23 23 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 7 Cukup
24 24 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 Kurang
25 25 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 Cukup
26 26 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 Cukup
27 27 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 8 Cukup
28 28 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 8 Cukup
29 29 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 5 Kurang
30 30 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 Kurang
31 31 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 7 Cukup
32 32 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 7 Cukup
33 33 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 6 Kurang
34 34 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 7 Cukup
135
35 35 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang
36 36 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6 Kurang
37 37 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6 Kurang
38 38 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 7 Cukup
39 39 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 Kurang
40 40 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 Kurang
41 41 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 Kurang
42 42 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 6 Kurang
43 43 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 Cukup
44 44 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 Kurang
45 45 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 7 Cukup
46 46 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 7 Cukup
47 47 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 Kurang
48 48 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 Cukup
49 49 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 Kurang
50 50 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 6 Kurang
51 51 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 Kurang
52 52 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 Kurang
53 53 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 Kurang
54 54 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 6 Kurang
55 55 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 5 Kurang
56 56 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 Kurang
57 57 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 Kurang
58 58 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 Kurang
59 59 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 8 Cukup
60 60 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 Cukup
61 61 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5 Kurang
62 62 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8 Cukup
63 63 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 7 Cukup
64 64 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 Kurang
65 65 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 8 Cukup
66 66 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 8 Cukup
67 67 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 Baik
68 68 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
69 69 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 7 Cukup
70 70 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 Kurang
71 71 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 Kurang
72 72 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 Kurang
73 73 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang
74 74 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang
75 75 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
136
76 76 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4 Kurang
77 77 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 Kurang
78 78 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang
79 79 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
80 80 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 Kurang
81 81 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 Kurang
82 82 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 Baik
83 83 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
84 84 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7 Cukup
85 85 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 Kurang
86 86 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 8 Cukup
87 87 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
88 88 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 Kurang
89 89 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 7 Cukup
90 90 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang
91 91 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 Cukup
92 92 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 5 Kurang
93 93 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 Kurang
94 94 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 Kurang
95 95 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5 Kurang
96 96 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang
97 97 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang
98 98 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 4 Kurang
99 99 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 Kurang
100 100 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang
101 101 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 Kurang
102 102 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
103 103 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
104 104 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 5 Kurang
105 105 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 Kurang
106 106 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik
107 107 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 Kurang
108 108 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 Kurang
109 109 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 5 Kurang
110 110 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 Cukup
111 111 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang
112 112 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5 Kurang
113 113 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 Kurang
114 114 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 Baik
115 115 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3 Kurang
116 116 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
137
117 117 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4 Kurang
118 118 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang
119 119 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 Kurang
120 120 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 Kurang
121 121 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 Kurang
122 122 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang
123 123 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang
124 124 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 Kurang
125 125 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 7 Cukup
126 126 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang
127 127 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 Cukup
128 128 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 Kurang
129 129 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Kurang
130 130 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 5 Kurang
131 131 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 6 Kurang
132 132 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 6 Kurang
133 133 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 Cukup
134 134 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang
135 135 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 Cukup
136 136 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 5 Kurang
137 137 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 Kurang
138 138 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 Cukup
139 139 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 Kurang
140 140 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 5 Kurang
141 141 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 6 Kurang
142 142 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 Cukup
143 143 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7 Cukup
144 144 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 Cukup
145 145 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6 Kurang
146 146 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 Cukup
147 147 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 Cukup
148 148 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 Kurang
149 149 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 7 Cukup
150 150 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 Kurang
151 151 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang
152 152 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6 Kurang
153 153 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup
154 154 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 Kurang
155 155 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 Kurang
156 156 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6 Kurang
157 157 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 Cukup
138
158 158 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 6 Kurang
159 159 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 Cukup
160 160 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Kurang
161 161 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 Cukup
162 162 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 Cukup
163 163 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 5 Kurang
164 164 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 5 Kurang
165 165 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 8 Cukup
166 166 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 5 Kurang
167 167 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 6 Kurang
168 168 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 Kurang
169 169 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6 Kurang
170 170 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5 Kurang
171 171 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang
172 172 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Cukup
173 173 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang
174 174 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang
175 175 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4 Kurang
176 176 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
177 177 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang
178 178 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 Kurang
179 179 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 Kurang
180 180 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 4 Kurang
181 181 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 Kurang
182 182 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 Kurang
183 183 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 7 Cukup
184 184 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang
185 185 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 6 Kurang
186 186 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 6 Kurang
187 187 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 7 Cukup
188 188 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 Kurang
189 189 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 Kurang
190 190 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 Kurang
191 191 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 7 Cukup
192 192 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 8 Cukup
193 193 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 5 Kurang
194 194 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 Baik
195 195 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 Kurang
196 196 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 Kurang
197 197 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 Kurang
198 198 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 Kurang
139
199 199 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 Kurang
200 200 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 Kurang
201 201 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3 Kurang
202 202 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang
203 203 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 6 Kurang
204 204 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang
205 205 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 Kurang
206 206 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Cukup
207 207 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Kurang
208 208 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 Kurang
209 209 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 5 Kurang
210 210 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 5 Kurang
211 211 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6 Kurang
212 212 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 6 Kurang
213 213 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang
214 214 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 Cukup
215 215 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup
216 216 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup
217 217 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 Kurang
218 218 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup
219 219 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 6 Kurang
220 220 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 8 Cukup
221 221 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 Kurang
222 222 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5 Kurang
223 223 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 5 Kurang
224 224 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 Cukup
225 225 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 5 Kurang
226 226 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 8 Cukup
227 227 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 6 Kurang
228 228 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 Kurang
229 229 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8 Cukup
230 230 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 5 Kurang
231 231 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5 Kurang
232 232 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 Kurang
233 233 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 4 Kurang
234 234 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 7 Cukup
235 235 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 Kurang
236 236 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 8 Cukup
237 237 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 Cukup
238 238 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
239 239 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
140
240 240 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
241 241 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
242 242 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
243 243 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
244 244 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
245 245 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
246 246 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik
247 247 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik
248 248 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9 Cukup
249 249 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang
250 250 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
251 251 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang
252 252 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang
253 253 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
254 254 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 Kurang
255 255 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Kurang
256 256 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Kurang
257 257 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
258 258 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
259 259 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 Kurang
260 260 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang
261 261 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
262 262 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 Baik
263 263 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang
264 264 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 Kurang
265 265 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3 Kurang
266 266 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang
267 267 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 Kurang
268 268 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 Kurang
269 269 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 5 Kurang
270 270 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
271 271 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
272 272 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
273 273 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 Kurang
274 274 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
275 275 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 Kurang
276 276 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 Kurang
277 277 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6 Kurang
278 278 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang
279 279 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
280 280 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 10 Baik
141
281 281 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 6 Kurang
282 282 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 Kurang
283 283 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
284 284 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 9 Cukup
285 285 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
286 286 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang
287 287 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang
288 288 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang
289 289 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang
290 290 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 Kurang
291 291 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 Kurang
292 292 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang
293 293 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 Kurang
294 294 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang
295 295 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 Kurang
296 296 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7 Cukup
297 297 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 6 Kurang
298 298 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 Kurang
299 299 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 Kurang
300 300 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 3 Kurang
301 301 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 Kurang
302 302 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
303 303 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 6 Kurang
304 304 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 6 Kurang
305 305 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang
306 306 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 Kurang
307 307 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang
308 308 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang
309 309 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang
310 310 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3 Kurang
311 311 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang
312 312 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang
313 313 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3 Kurang
314 314 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang
315 315 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Kurang
316 316 0 0 0 0 0 0 1 0 11 0 0 0 12 Baik
317 317 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 Kurang
318 318 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 Kurang
319 319 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
320 320 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 4 Kurang
321 321 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 Kurang
142
322 322 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang
323 323 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang
324 324 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang
325 325 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 Kurang
326 326 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 Kurang
327 327 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang
328 328 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Kurang
329 329 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 3 Kurang
330 330 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 Kurang
331 331 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang
332 332 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 Kurang
333 333 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 Kurang
334 334 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 Kurang
335 335 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 Kurang
336 336 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 Kurang
337 337 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang
338 338 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang
339 339 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3 Kurang
340 340 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 Kurang
341 341 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 Kurang
342 342 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 Kurang
343 343 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 Kurang
344 344 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang
345 345 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 3 Kurang
346 346 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 Kurang
347 347 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 Kurang
348 348 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 Kurang
349 349 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 Kurang
350 350 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 Kurang
351 351 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 Kurang
352 352 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang