TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ...

161
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN BANGKALAN SKRIPSI Oleh: ISMEA MUNAWAROH NIM. 18930090 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2022

Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ...

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN

BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh:

ISMEA MUNAWAROH

NIM. 18930090

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2022

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN

BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh :

ISMEA MUNAWAROH

NIM. 18930090

Diajukan Kepada :

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2022

30 Maret 2022

22 Mei 2022

MOTTO

إن مع العسر يسرا

Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan

So, keep trying, praying and always doing good

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, saya persembahkan

karya tulis ini kepada :

Ayahku tercinta

Bapak Sumardi, yang selalu bermimpi anaknya bisa menempuh

pendidikan tinggi sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain dan tiada henti

untuk selalu mendo’akan, memotivasi, semangat dan kasih sayang yang

tak pernah putus

Ibuku tercinta

Ibu Manelah, yang selalu menjadi panutan. Wanita terbaik sepanjang masa

yang selalu berjuang dan berdoa agar bisa mewujudkan mimpinya melihat

penulis bisa mendapatkan gelar sarjana.

Adikku tercinta

Abdur Rohim, terimakasih atas semangat dan do’a yang diberikan.

Semoga kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah menjadi kebanggaan

orang tua.

Dosen pembimbing saya Bapak apt. Hajar Sugihantoro, S.Farm.,M.P.H

dan Ibu Fidia Rizkiah Inayatilah,S.ST.,M.Keb yang selalu sabar,

memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini

Dosen Penguji Utama Ibu apt. Yen Yen Ari Indrawijaya M.Farm.Klin

yang telah memberi evaluasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini

Dosen Penguji Agama Ibu Dr. Begum Fauziyah,S.Si.,M.Farm yang telah

memberikan arahan dan saran dalam skripsi ini

Teman-temanku terkasih

Keluarga Farmasi Bangkalan 2018 (Mila,Aulia,Dana), teman-teman

kontrakan Ambyar (Riznah,Diana,Destya,Nofita,Faza dan Sela) dan Fais

Alfarisi yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama

menempuh perkuliahan di tanah perantauan.Terimakasih untuk tidak

pernah meninggalkan saya.

Keluarga besar Program Studi Farmasi UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang. Teman-taman tersayang angkatan 2018 (Polymerization)

khususnya Farmasi C yang telah mewarnai kehidupan dan menjadi

keluarga selama menempuh perkuliahan. Selamat dan sukses untuk

seluruh teman-teman tersayang

Terimakasih banyak kepada pihak yang telah membantu terselesainya

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ismea Munawaroh / 18930090

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis

mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang Penggunaan Antibiotik Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu

Kabupaten Bangkalan” dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana kefarmasian (S.Farm) pada Program Studi

Farmasi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Bersamaan dengan ini penulis tak lupa menghanturkan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya dengan ketulusan hati kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang

2. Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati P.W., M. Kes, Sp.Rad (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang

3. apt. Abdul Hakim, M.P.I., M.Farm selaku ketua program studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang

4. apt. Hajar Sugihantoro, M.P.H. selaku dosen pembimbing pertama yang selalu

sabar, memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini

5. Fidia Rizkiah Inayatilah, S.ST.,M.Keb. selaku dosen pembimbing kedua yang

juga selalu memberikan bimbingan dan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini

6. apt. Yen Yen Ari Indrawijaya, M.Farm.Klin, selaku dosen penguji utama yang

telah memberi evaluasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini

7. Dr. Begum Fauziyah, S.Si.,M.Farm selaku dosen penguji agama skripsi yang

telah memberikan saran dan arahan dalam skripsi ini

8. Segenap dosen dan civitas akademika program studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang

9. H. Bebus Salam, selaku Kepala Desa Banyior dan seluruh masyarakat Desa

Banyior yang telah meluangkan waktunya sehingga mempermudah penulis

dalam penyusunan skripsi ini

10.Kedua orang tua saya, Bapak Sumardi dan Ibu Manelah, adikku Abdur Rohim

dan Fais Alfarisi yang tanpa lelah berjuang untuk membesarkan saya, serta telah

memberikan doa dan dukungan kepada saya dalam menempuh S1

11.Teman-teman Polymerization 2018 yang memberikan arahan dan bantuan

dalam menyelesaikan skripsi ini

12. Teman-teman saya di grup “Skripsian” dan “Kontrakan Ambyar” yang telah

memberikan dukungan dan semangat

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi yang tidak

sempat saya sebutkan

ii

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan penulis berharap semoga karya tulis ini mampu

memberikan manfaat kepada masyarakat luas khusunya bagi penulis secara pribadi.

Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Batu, April 2022

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSTRACT ........................................................................................................... x

xii ....................................................................................................................الملخص

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 7

1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

1.4.1 Manfaat Bagi Pemerintah ....................................................................... 8

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 8

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................. 8

1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengetahuan................................................................................. 9

2.1.1 Tingkat Pengetahuan............................................................................... 9

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................................ 11

2.1.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan ............................................................... 13

2.2 Definisi Masyarakat..................................................................................... 13

2.2.1 Ciri – Ciri Masyarakat .......................................................................... 14

2.2.2 Masyarakat Desa ................................................................................... 15

2.3 Gambaran Umum Desa Banyior ................................................................. 16

2.4 Definisi Obat ............................................................................................... 16

2.4.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Tingkat Keamanan .......................... 17

2.5 Antibiotik ..................................................................................................... 28

2.5.1 Sejarah antibiotik .................................................................................. 30

2.6 Penggolongan Antibiotik ............................................................................. 30

2.6.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia ........................ 30

2.6.2 Penggolongan Antibiotik Atas Dasar Mekanisme Kerja ...................... 31

2.6.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Tempat Kerjanya .................... 32

2.6.4 Penggolongan antibiotik Berdasarkan Spektrum .................................. 34

2.6.5 Efek Samping Antibiotika dan Penggunaan Antibiotika ...................... 34

2.6.7 Dampak Negatif dari Penggunaan Antibiotika Secara Bebas .............. 35

2.6.8 Prinsip Terapi Antibiotik ...................................................................... 36

2.6.8 Faktor Biaya .......................................................................................... 39

iv

2.6.9 Penggunaan Antibiotik Secara Tepat .................................................... 39

2.7 Resistensi ..................................................................................................... 42

2.7.1 Mekanisme Resistensi........................................................................... 42

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Bagan Kerangka Konseptual ....................................................................... 44

3.2 Uraian Kerangka Konseptual ...................................................................... 45

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................... 46

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 46

4.3 Populasi dan Sampel.................................................................................... 46

4.3.1 Populasi ................................................................................................. 46

4.3.2 Sampel .................................................................................................. 46

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 48

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 48

4.5 Intrumen Penelitian ..................................................................................... 60

4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................................................................ 60

4.7 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 62

4.8 Analisis Data ............................................................................................... 63

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Alur penelitian ............................................................................................. 65

5.2 Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................... 66

5.2.1 Pengujian Validitas Instrumen .............................................................. 66

5.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen .......................................................... 67

5.3 Profil Penggunaan Antibiotik Masyarakat Desa Banyior ........................... 68

5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 68

5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ......................................... 69

5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................... 70

5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................. 71

5.3.5 Profil Antibiotik yang Digunakan Oleh Masyarakat Banyior .............. 72

5.3.6 Profil Tempat Diperolehnya Antibiotik Oleh Masyarakat Banyior...... 73

5.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik ......................... 75

5.4.1 Pengetahuan Tentang Indikasi Antibiotik............................................. 77

5.4.2 Pengetahuan Tentang Dosis Antibiotik ................................................ 81

5.4.3 Pengetahuan Tentang Interval Waktu Penggunaan Antibiotik ............. 82

5.4.4 Pengetahuan Tentang Lama Pemberian Antibiotik .............................. 84

5.4.5 Pengetahuan Tentang Efek Samping Antibiotik ................................... 85

5.4.6 Pengetahuan Tentang Informasi Antibiotik .......................................... 87

5.5 Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Banyior ......................... 90

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 96

6.2 Saran ............................................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 106

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1 ..............................................23

Tabel 2.2 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 2 ..............................................24

Tabel 2.3 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1 ..............................................26

Tabel 4.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan ........................................50

Tabel 4.2 Kategori Reliabilitas Nilai Alpha ......................................................61

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner.............................................................67

Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner .........................................................68

Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................68

Tabel 5.4 Distribusi Berdasarkan Usia ..............................................................69

Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Pendidikan ...................................................70

Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan .....................................................71

Tabel 5.7 Antibiotik yang Pernah Digunakan ....................................................72

Tabel 5.8 Tempat Memperoleh Antibiotik ........................................................73

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden ........................................76

Tabel 5.10 Hasil Jawaban Responden Pada Indikasi Antibiotik ........................78

Tabel 5.11 Hasil Jawaban Responden Pada Dosis Antibiotik ...........................81

Tabel 5.13 Hasil Jawaban Responden Pada Interval Waktu ..............................83

Tabel 5.14 Hasil Jawaban Responden Pada Lama Pemberian Antibiotik .........84

Tabel 5.15 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik .............86

Tabel 5.16 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik .............88

Tabel 5.17 Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat .....................................90

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Obat Bebas ..........................................................................17

Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas.............................................................18

Gambar 2.3 Logo Peringatan Obat ...................................................................18

Gambar 2.4 Logo Obat Keras ............................................................................19

Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika ....................................................................21

Gambar 2.6 Mekanisme Resistensi Antibiotik .................................................32

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual ........................................................32

Gambar 4.1 Prosedur Penelitian ........................................................................44

Gambar 5.1 Diagram Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Responden ..................62

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan .............................................................106

Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara Studi Pendahuluan .................................107

Lampiran 3. Dokumentasi Studi Pendahuluan ................................................108

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian .....................................................................111

Lampiran 5. Sertifikat Kelaikan Etik ...............................................................112

Lampiran 6. Penjelasan Persetujuan Penelitian (PSP) ....................................113

Lampiran 7. Informed consent .........................................................................114

Lampiran 8. Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................115

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas ......................................................................118

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................128

Lampiran 11. Kuesioner Penelitian ..................................................................129

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian .............................................................131

Lampiran 13. Rekapitulasi Skor Responden ....................................................135

Lampiran 14. Turnitin .......................................................................................143

viii

DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik

Depkes : Departemen Kesehatan

Menkes : Menteri Kesehatan

OWA : Obat Wajib Apotek

PerMenKes : Peraturan Menteri Kesehatan

PNS : Pegawai Negeri Sipil

RI :Republik Indonesia

Riskesdes : Riset Kesehatan Dasar

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

UU :Undang-Undang

WHO :World Health Organization

ix

ABSTRAK

Munawaroh,Ismea.2022. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan

antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan.

Skripsi. Program studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pembimbing 1 : apt. Hajar Sugihantoro, M.P.H., Pembimbing II : Fidia

Rizkiah Inayatilah, S.ST., M.Keb., Penguji : apt. Yen Yen Ari

Indrawijaya M.Farm.Klin.

Pengetahuan dan penggunaan antibiotik yang tepat berperan sangat

penting pada proses keberhasilan terapi supaya tidak menyebabkan dampak

negatif seperti resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik di kalangan masyarakat

dari waktu kewaktu semakin meningkat dan seringsditemukan tanpa resep dokter

padahal antibiotik seharusnya diperoleh dengan resep dokter. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui profil dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan

antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif bersifat cross sectional. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan berupa

kuesioner tertutup. Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 18. Penelitian

dilakukan pada 352 masyarakat Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten

Bangkalan pada bulan Oktober 2021- Januari 2022. Hasil yang diperoleh yakni

antibiotik yang banyak digunakan responden adalah Amoksisilin yakni sebesar

47% dan mayoritas responden memperoleh antibiotik dari toko obat/warung

sebesar 45%. Untuk tingkat pengetahuan menunjukkan 6,82% responden memiliki

tingkat pengetahuan baik, 19,60% responden memiliki pengetahuan cukup, dan

73,58% responden memiliki pengetahuan kurang. Antibiotik yang paling umum

digunakan responden pada penelitian ini adalah Amoksisilin dimana untuk cara

memperolehnya sebagian besar dari toko obat/warung dan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan antibiotik mayoritas ditemukan termasuk dalam

kategori kurang.

Kata kunci : Antibiotik; Masyarakat Desa Banyior; Pengetahuan

x

ABSTRACT

Munawaroh,Ismea.2022. The Level of Community Knowledge about The Use of

Antibiotics in Banyior Village, Sepulu District, Bangkalan Regency.

Thesis. Pharmacy Study Program. Faculty of Medicine and Health

Science. Maulana Malik Ibrahim Islamic State University Malang.

Supervisor 1: apt. Hajar Sugihantoro, M.P.H., Supervisor II: Fidia

Rizkiah Inayatilah S.ST,M.Keb., Examiner : apt. Yen Yen Ari

Indrawijaya M.Farm.Klin.

Knowledge and the use of antibiotics has a great role and important on

the success of therapy so that there will be no negative effect such as antibiotics

resistance. The use of antibiotics on community from time to times has increased

significantly and there are some recipe found that is given without the known of the

doctor. Whereas, antibiotics should be obtained under the doctor’s recipe. The

purpose of this research is to determine the profile and the level of community

knowledge about the use of antibiotics in Banyior Village, Sepulu District,

Bangkalan Regency. This research is a cross sectional descriptive research. The

measurement tools used is closed questionnaires. The data are being analyzed by

using SPSS 18th version. The research has been done on 325 citizens in Banyior

Village, Sepulu District, Bangkalan Regency since October 2021 until December

2022. The result is the most widely used antibiotics by respondents is Amoxicillin

which has 47% percentage. Whereas the majority of the respondents got the

antibiotics from drug store or shop with 45% percentage. The level of community

knowledge shows good level of knowledge with 6.82%, average level of knowledge

with 19.60%, and low level of knowledge with 73.57%. The most common

antibiotic used by respondents in this study was Amoxicillin where the method of

obtaining it was mostly from drug stores/warungs and the level of public knowledge

about the use of antibiotics was found to be in the poor category.

Keywords : Antibiotics; Knowledge; Society in Banyior Village

xi

الملخص

مستوى معلومة المجتمع حول استخدام المضادات الحيوية في قرية ٢.٢٢. .مناورة، إسميا. البحث الجامعي. قسم الصيدلة، كلية الطب والعلوم الصحية، بانيور، بمنطقة سيفولو باعكاالن

هاجر .لحكومية اإلسالمية بماالنج. المشرف األول: صيدالنيجامعة موالنا مالك إبراهيم ا

سوكيهانتورو، ماجستير في الصحة العامة، المشرفة الثانية: فيديا رزقية عناية الله،

إندرا ويجايا، ين ين آري .بكالوريوس العلوم التطبيقية ماجستير القبالة ، الممتحن: صيدالني

.ماجستير الصيدلة السريرية

واالستخدام السليم للمضادات الحيوية دورا مهما للغاية في نجاح العالج لمعلومةا دورت

بحيث ال يسبب آثارا سلبية مثل مقاومة المضادات الحيوية. يتزايد استخدام المضادات الحيوية

بدون وصفة طبية على الرغم من ضرورة الحصول م وغالباما يتآلخر بين المجتمع من وقت

ف تحديد مستوى مل ا البحث يعنيالحيوية بوصفة طبية. كان الغرض من هذعلى المضادات

. باعكاالن ولوفسيبمنطقة المجتمع حول استخدام المضادات الحيوية في قرية بانيور، ومعلومة

ة. هادفالالعينات بطريقة أخذ العينات تم أخذ. بمنهج المستعرضة هذا البحث هو بحث وصفيمن مغلق. تم إجراء تحليل البيانات باستخدامالستبيان االمة هي أداة القياس المستخدأما

شهر في باعكاالن ولوفسيبمنطقة شخصا في قرية بانيور، ٣٥٢على البحث ىأجر .١٨نص

النتائج التي تم الحصول عليها هي أن كانت . ٢٠٢٢ديسمبر حتى شهر ٢٠٢١أكتوبر

بنسبة ينأموكسيسيل قبل المستجيبين هو الذي يستخدم على نطاق واسع من ةالحيوي اتالمضاد

نسبة بت أو الدكاكين وغالبية المستجيبين يحصلون على مضادات حيوية من الصيدليا ٪٤٧

، والمعلومةد من المستجيبين لديهم مستوى جي ٪٦،٨٢، فإن المعلومة. بالنسبة لمستوى ٪٤٥

كان المضاد الحيوي األكثر .قلة المعلومةلديهم ٪٧٣،٥٨، و كافة المعلومةلديهم ٪١٩،٦٠

شيوعا الذي استخدمه المستجيبون في هذه الدراسة هو األموكسيسيلين حيث كانت طريقة

الحصول عليه في الغالب من مخازن األدوية / وارونجز ووجد أن مستوى المعرفة العامة

.حول استخدام المضادات الحيوية في فئة الفقراء

المضادات الحيويةو ;رمجتمع قرية بانيوو ;المعلومة الرئيسية:الكلمات

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan keadaan seseorang yang dapat dikatakan sempurna

baik secara fisik,mental,spiritual maupun sosial. Kesehatan dalam hal ini berkaitan

dengan pola hidup sehat dan pengobatan (Depkes RI, 2009). Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan (PerMenKes) 917/Menkes/Per/x/1993, obat merupakan sediaan

atau paduan bahan yang telah siap digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki keadaan secara fisiologi atau patologi dalam hal pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan serta kontrasepsi. Obat juga

memiliki efek yang merugikan jika obat digunakan dalam dosis atau takaran yang

tidak tepat,seperti penggunaan antibiotik yang tidak tepat maka dapat menyebabkan

resistensi antibiotik (Rusli, 2018). Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan

oleh mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat

pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Juwono dan Prayitno,2003).

Selama 10 tahun, penggunaan antibiotik di seluruh dunia telah meningkat sebanyak

36%, dimana beberapa antibiotik seperti Sefalosporin, Penisilin, dan Floroquinolon

meningkat sebanyak 55% (Plump, 2014).

Penggunaan antibiotik lebih dari 80% di banyak provinsi di Indonesia dan

telah ditemukan sebanyak 30-80% kasus penggunaan antibiotik tidak tepat indikasi.

Penggunaan obat antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang tepat ini

akan meningkatkan kejadian resistensi antibiotik (Kementrian Kesehatan, 2011).

Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba menyebutkan dari tahun 2013, 2016,

2

sampai 2019 bahwa tingkat resistensi antibiotik di Indonesia terus meningkat mulai

dari 40 persen,60 persen hingga 60,4 persen. Peningkatan kejadian resistensi

disebabkan karena adanya penggunaan antibiotik yang tidak terkendali. Bakteri

resisten dapat terjadi karena kesalahan penggunaan antibiotik (Kementrian

Kesehatan, 2011).

Penggunaan antibiotik di masyarakat sering ditemukan tanpa resep dokter

padahal antibiotik seharusnya menggunakan resep dokter. Hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdes) (2013) menunjukkan bahwa 35,2% masyarakat Indonesia

menyimpan obat pada rumah tangga, di antaranya sebanyak 27,8% ialah antibiotik.

Dari jumlah tersebut, 86,1% menyimpan antibiotik yang diperoleh tanpa resep.

Berdasarkan sumber mendapatkan obat menurut tempat tinggal, proporsi rumah

tangga yang memperoleh obat di apotek lebih tinggi di perkotaan yaitu 50,2% dan

pedesaan 25,5%, sebaliknya proporsi rumah tangga yang memperoleh obat di toko

obat/warung lebih tinggi di perdesaan yaitu 40,5% dan perkotaan 35,5%. Menurut

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2008) antibiotik

merupakan golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.

Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan

antibiotik yang benar serta tepat menjadi faktor pemicu resistensi antibiotik

(Kemenkes, 2011).

Pengetahuan masyarakat yang masih kurang sehingga beberapa masyarkat

belum mengetahui bahwa antibiotik tidak dapatsmelawan virus melainkansuntuk

melawan bakteri serta beberapa masyarakatstidaksmengetahui bahwa antibiotik

tidak dapat diperoleh secara bebas melainkan harus diperoleh menggunakan resep

3

dokter (Robert, dkk. 2011). Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 proporsi

masyarakat jawa timur yang menyimpan obat antibiotik tanpa resep yaitu sebesar

85,5%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa presentase masyarakat yang

menyimpan antibiotik tanpa resep cukup tinggi. Penggunaan tanpa aturan

menyebakan keefektifan antibiotik akan berkurang (Bellissimo, 2008). Pengobatan

menggunakan antibiotik bisa menguntungkan bila digunakan dengan tepat. Akan

tetapi, saat ini antibiotik telah digunakan secara bebas dan luas oleh masyarakat

tanpa mengetahui dampak negatif dari penggunaan tanpa aturan tersebut

(Bellissimo, 2008).

Pengetahuan yang baik diperlukan dalam penggunaan antibiotik guna

mencegah ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang bisa menyebabkan berbagai

macam masalah, diantaranya yaitu resistensi antibiotik, dampak negatif pada

ekonomi dan sosial yang tinggi seperti biaya akan lebih mahal, tidak mencapai efek

terapi,efek samping akan semakin tinggi serta menyebakan kejadiaan infeksi yang

lebih sulit diobati (Kemenkes RI, 2011). Dalam era modern dan era masyarakat

industri seperti sekarang ini, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

didukung oleh kemampuan akal sangat diperlukan. Contohnya dalam penggunaan

antibiotik, jika seseorang memiliki ilmu pengetahuan yang baik terkait indikasi,

dosis, cara pemberian dengan interval waktu, lama pemberian, keefektifan, mutu,

keamanan dan harga yang terjangkau maka ketidaktepatan terkait penggunaan

antibiotik dapat dicegah (Refdanita, 2004). Secara duniawi kedudukan seseorang

yang berilmu lebih terhormat dan lebih disegani, sedangkan secara ukhrawi derajat

4

mereka pun dihadapan Allah ditinggikan beberapa derajat, sebagaimana firman

Allah:

وا مك لهسح الل

سحوا يف

افمجلس ف

حوا فى ال س

فم ت

كا قيل ل

ا اذ

ومنذين ا

ها ال ي

اا قيل ي

ذ

م ذين ا

الهع الل

زوا يرف

شانزوا ف

ش ان

ون

عمل

بما ت

ه والل

رجت

م د

علوا ال

وتذين ا

وال

مكوا من

ن

بير خ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah

kelapangan didalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah

kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-

orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa

derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan."

Berdasarkan Tafsir Al-Misbah pada potongan ayat yang dimaksud ذينوال

م علوا ال

وت diatas yaitu yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan ا

menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Maka dari itu, ayat di atas membagi

kaum beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang

kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok

ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi

juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan

maupun keteladanan. Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu

agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Berdasarkan ayat diatas dapat

diketahui bahwa dalam penggunaan antibiotik sangat membutuhkan ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya terkait penggunaan

antibiotik dapat dijadikan sebagai pandangan dalam permasalahan-permasalahan

5

yang dihadapi. Ilmu pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan cara belajar

(Shihab, 2007).

Data diatas didukung dengan penelitian Hartayu, dkk (2013) tentang

tingkat pengetahuan masyarakat di empat Kecamatan (Mergangsan,

Gondokusuman, Umbulharjo dan Kotagede) di Kota Yogyakarta mengenai

antibiotika ini hanya 16% masyarakat Kecamatan Kota Gede dan 8% masyarakat

Kecamatan Mergangsan yang dalam kategori tinggi, selebihnya dalam kategori

sedang dan rendah. Sedangkan pengetahuan masyarakat Kecamatan

Gondokusuman terkait antibiotik sebagian besar (73%) dalam kategori sedang,

begitupun pada masyarakat Kecamatan Umbulharjo (64%). Penelitian lain yang

dilakukan pada pengunjung Apotek di Jebres Kota Surakarta menunjukkan bahwa

hanya 19,57% pengunjung Apotek yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi,

sedangkan sisanya masuk pada kategori tingkat pengetahuan sedang dan rendah.

Lebih parah lagi, pada penelitian Hartika (2018) yang dilakukan di Dusun

Pucangan Bumirejo Mungkid, tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik

termasuk dalam kategori rendah dengan skor rata-rata antara 43,75% - 56,25%.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa sangat penting pengetahuan

masyarakat mengenai antibiotika supaya penggunaan antibiotik menjadi lebih

rasional dan dengan begitu maka diharapkan bisa menurunkan angka risiko

resistensi antibiotika (Hartayu dkk, 2013).

Desa Banyior merupakan suatu Desa yang terletak di Kecamatan Sepulu

Kabupaten Bangkalan, mempunyai luas daerah 4,34 Km2 serta memiliki jumlah

penduduk 2.951 jiwa dengan pemukiman pedesaan yang padat dan mayoritas

6

beragama Islam. Desa Banyior mempunyai 2 Posyandu yaitu terletak di dusun

Lenden dan Blunkeng (BPS, 2021). Pemilihan Desa Banyior sebagai kawasan

penelitian karena berdasarkan survei awal kawasan ini banyak terdapat warung-

warung yang menjual antibiotik secara bebas. Desa Banyior Kecamatan Sepulu

merupakan salah satu bagian wilayah dari Kabupaten Bangkalan. Penelitian

mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik belum

pernah dilakukan di daerah ini. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan

terhadap 10 warung didaerah tersebut, menunjukkan bahwa 7 warung menjual

antibiotik jenis Amoksisilin, Ampisilin dan Supertetra. Pemilik warung

beranggapan antibiotik dapat di jual secara bebas dan dibeli tanpa resep dokter.

Kemudian ditanyakan kepada pemilik warung mengenai apakah pemilik warung

mengetahui dampak atau akibat dari penggunaan antibiotik tanpa resep dokter.

Pemilik warung menjawab mereka tidak mengetahui dampak penggunaan

antibiotik yang sembarangan. Selain itu, berdasarkan wawancara awal yang

dilakukan pada 15 orang penduduk Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten

Bangkalan menunjukkan bahwa 10 diantaranya belum mengetahui terkait apakah

yang disebut dengan antibiotik, bagaimana penggunaan antibiotik serta bagaimana

cara memperoleh obat tersebut dengan tepat. Masyarakat menjawab mereka tidak

mengetahui hal tersebut secara tepat.

Berdasarkan data studi pendahuluan tersebut penting dilakukan penelitian

mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa

Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan variabel mengenai profil penggunaan antibiotik dan tingkat

7

pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Peneliti ingin mengetahui profil dan

tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik berdasarkan

parameter indikasi antibiotik, dosis, interval waktu pemberian, lama pemberian

antibiotik, efek samping antibiotik dan informasi tentang antibiotik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil penggunaan antibiotik masyarakat di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik

Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui profil tentang penggunaan antibiotik masyarakat di Desa

Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan

2. Untuk mendapatkan data tingkat pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten

Bangkalan

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam pustaka

dan referensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di

Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan.

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk memberikan

informasi terkait pentingnya dalam menggunakan antibiotik secara tepat.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti

tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa

Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dilakukan padarmasyarakat Desa Banyior Kecamatan

Sepulu Kabupaten Bangkalan yang memenuhi kriteria inklusi dalamspenelitian.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran

dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor

pendidikan formal dan sangat erat hubungannya, harapannya dengan pendidikan

yang tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi tidak menutup

keungkinan orang yang berpendidikan rendah berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi

juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan

menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu

(Notoatmojo, 2014).

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010) pengetahuan seseorang terhadap suatu

objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis besar dibagi

menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1). Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai memanggil memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan yang paling

rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa

10

yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (Comprehention)

Memahami dapat diartikan jika seseorang dapt menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,

meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

3). Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan apabila seorang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi dan kondisi yang lain. Aplikasi juga dapat diartikan ssebagai

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang

lain.

4). Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau

memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen komponen dalam

suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan

objek tersebut.

5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang

11

sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

6). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain,sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain untuk menuju impian atau cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai suatu

tujuan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB

Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku akan

pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam

pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu usaha yang harus dilakukan demi menunjang

kehidupan.

12

c. Usia

Usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

(Nursalam, 2003). Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok baik

dalam hal positif maupun negatif.

e. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari

sikap dalam menerima informasi.

f. Minat

Minat merupakan dorongan kuat untuk sesuatu. Minat membuat individu

mencoba dan mengejar untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih lanjut.

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan peristiwa yang pernah dialami seseorang sebelumnya.

Secara umum, semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, semakin

banyak pengetahuan yang dapat dia peroleh.

h. Informasi

Seseorang yang memiliki lebih banyak sumber informasi akan memiliki

pengetahuan yang lebih banyak. Pada umumnya, semakin sederhana memperoleh

informasi, semakin cepat seseorang mendapat pengetahuan baru.

13

2.1.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Kriteria pengetahuan menurut (Arikunto, 2006), pada masing-masing

tingkat dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Pengetahuan baik jika jawaban dari kuesioner memiliki presentase 76 % -

100 %

2. Pengetahuan cukup jika jawaban dari kuesioner memiliki presentase 56 % -

75 %

3. Pengetahuan kurang jika jawaban dari kuesioner memiliki presentase :

< 56%

Kemudian setelah diketahui tingkat pengetahuan pada tiap-tiap responden,

maka untuk mengetahui banyaknya persentase tingkat pengetahuan responden

dihitung menggunakan rumus :

Setelah dihitung menggunakan rumus tersebut maka dapat diketahui hasil kategori

tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan antibiotik.

2.2 Definisi Masyarakat

Masyarakat merupakan sebuah kelompok atau komunitas orang yang telah

lama tinggal disuatu daerah dan saling bergantung antara yang satu dengan lainnya.

Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu

yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Syaikh Taqyuddin An-

Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang definisi masyarakat,

% Responden pada setiap kategori = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 100%

14

"sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat apabila mempunyai

pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama". Dengan kesamaan itu,

manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama mereka berdasarkan

kepentingan bersama (Akhmaddhian dan Fathanudien, 2015).

2.2.1 Ciri – Ciri Masyarakat

Menurut literatur Effendy (2007) Ciri-ciri masyarakat antara lain, sebagai

berikut:

1. Adanya interaksi diantara sesama anggota masyarakat

Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan hubungan sosial

yang dinamis dan menyangkut hubungan antar perseorangan, antar kelompok-

kelompok maupun antara perseorangan dengan kelompok, untuk terjadinya

interaksi sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu

Kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu

keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup

yang kecil (RT/RW), Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan bahkan Negara.

3. Saling tergantung satu dengan lainnya

Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling

tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-

tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan

profesi masing-masing. Mereka hidup saling melengkapi agar tetap berhasil dalam

kehidupannya.

4. Memiliki adat istiadat tertentu atau kebudayaan

15

Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan

bermasyarakat dan mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara

berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

5. Memiliki identitas bersama

Kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota

masyarakat lainnya, hal ini sangat enting untuk menopang kehidupan dalam

bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa bahasa, pakaian,

simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu seperti alat pertanian,

adat-istiadat,senjata tajam, kepercayaan dan sebagainya.

2.2.2 Masyarakat Desa

Ciri-ciri masyarakat desa Menurut Abdul Syani dalam Basrowi (2005)

menyebutkan bahwa masyarakat ditandai oleh empat ciri, yaitu adanya interaksi,

ikatan pola tingkah laku yang khas didalam semua aspek kehidupan yang bersifat

kontinyu, serta adanya rasa identtas terhadap kelompok, dimana individu yang

bersangkutan menjadi anggota kelompoknya. Sedangkan Soerjono Soekanto (2006:

156-157) menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk

kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok

sebagai berikut :

a. Manusia yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk wilayah yang cukup lama.

c. Mereka sadar merupakan sebuah kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

16

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap

anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

2.3 Gambaran Umum Desa Banyior

Desa Banyior merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan

Sepulu Kabupaten Bangkalan,dengan luas area permukaan 4,34 km². Desa banyior

memiliki lima dusun diantara nya adalah sebelah selatan Dusun Sabungan, sebelah

timur (tengah) Dusun Lenden, sebelah timur (pusat Desa) Dusun Banyior, sebelah

utara Dusun Kemmedan dan sebelah timur (perbatasan) Dusun Blungkeng. Desa

Banyior memiliki jumlah penduduk sebanyak 2,951 jiwa dengan 797 kartu

keluarga. Desa Banyior memiliki beberapa sarana pelayanan kesehatan diantaranya

yaitu memiliki 1 Klinik swasta dan 3 posyandu (BPS, 2021). Kecamatan Sepulu

merupakan salah satu Kecamatan yang berada sejajar dengan Kecamatan lain di

wilayah Kabupaten Bangkalan dan merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki

penduduk yang padat. Secara geografis batas-batas wilayah Kecamatan Sepulu

adalah sebagai berikut Sebelah Timur KecamatanTanjung Bumi, Sebelah Selatan

Kecamatan Geger, Sebelah Barat Kecamatan Klampis, Arosbaya dan Kabupaten

Bangkalan (BPS, 2021)

2.4 Definisi Obat

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang

dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit

berikut gejalanya (Tjay dan Rahardja, 2007).

17

2.4.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Tingkat Keamanan

Penggolongan obat yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan

ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Pengertian tersebut tercantum

dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X/1993.

Penggolongan obat ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib

apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika :

1. Obat bebas

Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh

tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat

bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya

adalah parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat esensial

(DOEN), dan obat batuk hitam (OBH). Berikut adalah logo obat bebas :

Gambar 2.1 Logo Obat Bebas (Depkes, 1993)

2. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W” menurut bahasa

Belanda “W” singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan. Obat bebas terbatas

adalah obat yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam daftar

obat “W” memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah Obat Keras yang dapat

diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi

18

persyaratan yang sebagaimana telah diatur dalam PERMENKES NOMOR :

919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 2380/A/SK/VI/83,

tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran warna biru dengan garis

tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga jelas

terlihat dan mudah dikenal sebagaimana yang dijelaskan pada gambar 2.2 di bawah.

Contohnya obat flu kombinasi (tablet), chlorpheniramin maleat (CTM), dan

mebendazol (Depkes, 1993).

Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas (Depkes, 1993)

Gambar 2.3 Logo Peringatan Obat (Depkes, 1993).

3. Obat keras

Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari

“Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika

pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran

19

bulatan warna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang

menyentuh garis tepi lihat gambar 2.4. salah satu contoh obat yang termasuk

golongan ini adalah amoksilin, asam mefenamat (Depkes, 1993)

Gambar 2.4 Logo Obat Keras (Depkes, 1993)

Obat keras dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu Obat Wajib

Apotek (OWA), obat daftar G, dan psikotropika :

1). Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di

apotek kepada pasien tanpa resep dokter (Keputusan Menteri Kesehatan No :

347/MENKES/VII/1990). Contoh : Antiparasit (obat cacing, mebendazol); Obat

Kulit Topikal (antibiotik, tetrasiklin); Obat Saluran Napas (obat asma, ketotifen).

Daftar ini menetapkan obat-obat keras yang dapat dibeli di apotek tanpa resep

dokter dalam jumlah dan potensi terbatas. Pasien diharuskan memberikan nama dan

alamatnya yang didaftarkan oleh apoteker bersama nama obat yang diserahkan.

Daftar tersebut meliputi antara lain pil anti-hamil, obat-obat lambung tertentu, obat

antimual metokolpramid, laksan bisakodil, salep sariawan triamsinolon, obat-obat

pelarut dahak bromheksin, asetil- dan karbo- sistein, obat-obat nyeri atau demam

asam mefenamat, glisfenin dan metamizol. Disamping itu daftar tersebut juga

mencakup sejumlah obat keras dalam bentuk salep atau krim, antibiotik, seperti

kloramfenikol, eritromisin, tetrasiklin, dan gentamisin, dan zat-zat antijamur

(mikonazol, ekonazol, nistatin dan tolnaftat) .

20

2). Obat G mencakup semua obat keras yang hanya dapat dibeli di apotek

berdasarkan resep dokter, seperti antibiotika, hormon kelamin, obat kanker, obat

penyakit gula, obat malaria, obat jiwa, jantung, tekanan darah tinggi, obat anti-

pembekuan darah dan semua sediaan dalam bentuk injeksi

3). Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika dibagi menjadi:

a. Psikotopika golongan 1 adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, dan mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : brolamfetamin

(DOB), tenamfetamin (MDA), dan lisergida (LSD).

b. Psikotropika golongan II dapat digunakan untuk pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :

amfetamin, deksamfetamin, dan metamfetamina.

c. Psikotropika golongan III dapat digunakan untuk pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : katina,

amobarbital, buprenofrina, dan pentobarbital.

d. Psikotropika golongan IV dapat digunakan untuk pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :

21

alprazolam, barbital, diazepam dan fenobarbital (Undang – Undang RI No : 3

tahun 2017).

4). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebebkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam

golongan–golongan (Undang – Undang RI No : 2 tahun 2017). Dalam kemasannya

narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna merah sebagaimana gambar 2.5.

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I, digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia

laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contohnya: heroina, katinona, amfetamin

dan metamfetamin.

b. Narkotika golongan II dan III, yang berupa bahan baku, baik alami maupun

sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri.

Contohnya : fentanil, morfina, petidina, dan kodeina. Mempunyai potensi kuat

mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : amfetamin, deksamfetamin, dan

metamfetamina.

Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika (Priyanto, 2010)

22

4. Obat Wajib Apotek

Obat wajib Apotek merupakan obat keras yang dapat diserahkan

Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter (Depkes, 1993). Tujuannya

yaitu:

a. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya

sendiri guna mengatasi masalah kesehatan

b. Untuk meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

c. Untuk meningkatkan peran Apoteker di dalam Apotek dalam pelayanan

KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) serta untuk meningkatkan

pelayanan obat kepada masyarakat dengan meningkatkan pengobatan

sendiri.

Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter (OWA) harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak

dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus ang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

23

Berikut daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan :

1). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang daftar

obat wajib apotek golongan 1.Berikut tabel daftar obat wajib apotek golongan 1:

Tabel 2.1 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1

No Nama Generik Golongan

Semula

Golongan Baru Pembatasan

1. Aminophyllin Obat keras

dalam

subslansi

Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

asma

2. Benzoxonium Obat Wajib

Apotek

(suppositoil)

Obat Bebas

Terbatas

Sebagai Obat

luar untuk mulut

dan tenggo-

rokan (Kadar

<0,05%)

3. Benzocain Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Anestetik mulut

dan tenggorokan

4. Bromhexin Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

batuk berdahak

5. Cetrimide Obat Keras /

Obat Wajib

Apotek

Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

infeksi kulit

kronis

6. Chlorhexidin Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Sebagai Obat

Luar untuk

anti.septik kulit

7. Choline

Theophyllinate

Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

asma

8. Dexbrompheni

ramine Meleate

Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

alergi

9. Diphenhydramie Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Obat untuk

meredahkan

10. Docusate

Sodium

Obat Bebas

Terbatas

dengan

batasan

Obat Bebas Obat sembelit

11. Hexetidinc Obat keras Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

luar untuk mulut

dan tenggorokan

(Kadar <0,1%)

24

No Nama Generik Golongan

Semula

Golongan Baru Pembatasan

12. Ibuprofen Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Tablet 200 mg,

kemasan tidak

lebih dari 10

tablet

13. Lidocain Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Anesletik mulut

dan tenggorokan

14. Mebendazol Obat Keras /

Obat Wajib

Apotek

Obat Bebas

Terbatas

Semua materi

untuk promosi

harus

menggemukakan

resiko bahaya

15. Oxymetazoline Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Obat semprot

hidung (kadar <

0,05%)

16. Theophylline Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Sebagai obat

asma

17. Tolnaftate Obat keras/

obat wajib

Apotek

Obat Bebas Sebagai obat luar

untuk infeksi

jamur local

(kadar < Ivo)

18. Triprolidine Obat Keras Obat Bebas

Terbatas

Antihistamin

2). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924 / Menkes /Per / X / 1993 tentang daftar

obat wajib apotek golongan 2.Berikut tabel daftar obat wajib apotek golongan 2:

Tabel 2.2 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 2

No Nama Generik

Obat

Jumlah Maksimal Tiap

Jenis Obat Per Pasien

Pembatasan

1. Albendazol tab 200 mg, 6 tab tab 400 mg,

3 tab

Infeksi tunggal

atau campuran

dari cacing

2. Bacitracin 1 tube Sebagai obat luar

untuk infeksi

bakteri pada kulit

3. Benorilate 10 tablet Sebagai obat

antipiretik

4. Bismuth subcitrate 10 tablet Sebagai obat

antidiare

5. Carbinoxamin 10 tablet Sebagai obat

antihistamin

25

No Nama Generik

Obat

Jumlah

Maksimal Tiap

Jenis Obat Per

Pasien

Pembatasan

6. Clindamicin 1 tube Sebagai obat luar untuk obat

acne

7. Dexametason 1 tube Sebagai obat luar untuk

inflamasi

8. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk kulit

9. Diclofenac 1 tube Sebagai obat luar untuk

inflamasi

10. Diponium 10 tablet Sebagai obat penurun asam

lambung

11. Fenoterol 1 tabung Inhalasi

12. Flumetason 1 tube Sebagai obat luar untuk

inflamasi

13. Hidrocortison

butyrate

1 tube Sebagai obat luar untuk

inflamasi

14. Ibuprofen Tab 400 mg, 10

tab tab 600 mg,

10 tab

Sebagai obat antipiretik dan

analgesik

15. Isoconazol Tube Sebagai obat luar untuk

infeksi jamur lokal

16. Ketokonazole Kadar ≤ 2% :

Krim 1 tube

Scalp sol 1 botol

Sebagai obat luar untuk

infeksi jamur local

17. Levamizole Tab 50 mg, 3 tab Sebagai obat penghambat

pertumbuhan sel kanker

18. Methylprednisolon 1 tube Sebagai obat infeksi cacing

19. Noretisteron 1 siklus Sebagai obat untuk gangguan

siklus menstruasi

20. Omeprazole 7 tablet Sebagai obat tukak lambung

21. Oxiconazole Kadar < 2%, 1

tube

Sebagai obat luar untuk

infeksi jamur local

22. Pipazetate Sirup 1 botol Obat batuk pada batuk iritatif

dan paroksimal

23. Piratiasin

Kloroteofilin

10 tablet Sebagai obat untuk mual dan

muntah

24. Pirenzepine 20 tablet Sebagai obat ulkus lambung

yang akut dan kronis

25. Piroxicam 1 tube Sebagai obat luar untuk

inflamasi

26

No Nama Generik

Obat

Jumlah

Maksimal Tiap

Jenis Obat Per

Pasien

Pembatasan

26. Polymixin B

Sulfate

1 tube Sebagai obat luar untuk

infeksi jamur local

27. Prednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk

inflamasi

28. Scopolamin 10 tablet Antikolinergik

29. Silver sulfadiazin 1 tube Sebagai obat luar untuk

infeksi bakteri pada kulit

30. Sucralfate 20 tablet Sebagai obat tukak pada usus

halus

31. Sulfasalazine 1 tube Sebagai obat antiradang

32. Tioconazole 1 tube Sebagai obat luar untuk

infeksi jamur local

3). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/ 1999 tentang daftar

obat wajib apotek golongan 3.Berikut tabel daftar obat wajib apotek golongan 3:

Tabel 2.2 Daftar Obat Wajib Apotek Golongan 3 :

No Terapi Nama Obat Jumlah Mak-

simal/ Jenis Obat/

Pasien

1. Saluran

Pencernaan dan

Metabolisme

Famotidin

Ranitidin

Maksimal 10 tablet 20

mg / 40 mg

2. Obat Kulit Asam Azeleat

Maksimal 10 tablet

150 mg

Asam Fusidat

Metretinida

Tolsiklat

Tretinoin

Maksimal 1 tube 5 g

3. Antiinfesksi

Umum Kategori

(2HMU4H3R3)

Kombipak II Fase awal :

- Isoniazid 300mg

- Rifampisin 450 mg

- pirazinamid 1500 mg

- Etambutol 750 mg

- Kombipak III Fase

lanjutan:

- Isoniazid 600 mg

Satu paket

27

No Terapi Nama Obat Jumlah

Mak-simal/ Jenis

Obat/ Pasien

Kategori (2HRZES/HMU5H3R3E3)

Kombipak II Fase awal :

- Isoniazid 300 mg

- Rifampisin 450 mg

- Pirazinamid 1.500 mg

- Etambutol 750 mg

- Streptomisin 0,75 mg

- Kombipak IV

Fase Lanjutan :

- Isoniazid 600 mg

- Rifampisin 450 mg

- Etambutol 1250 mg

Satu Paket

Kategori III

(2HRZ4H3R3)

- Kombipak I Fase awal

- Isoniazid 300 mg

- Rifampisin 450 mg

- Pirazinamid 1.500 mg

Kombinasi II Fase

Lanjutan

- Isoniazid 600 mg

- Rifampisin 450 mg

Satu Paket

4. Sistem

Muskuloske

Letal

Allupurinol Maksimal 10 tablet

100 mg

Diklofenak natrium Maksimal 10 tablet

25 mg

Piroksikam

Maksimal 10 tablet

10 mg

5. Sistem Saluran

Pernafasan

Klemastin Maksimal 10 tablet

Mequitazin Maksimal 10 tablet /

botol 60 ml

Orsiprenalin Maksimal 1 tube

inhaler

Prometazine teoklat Maksimal 10 tablet /

botol 60 ml

Setirizine Maksimal 10 tablet

Siprooheptadin Maksimal 10 tablet

28

No Terapi Nama Obat Jumlah Mak-

simal/ Jenis Obat/

Pasien

6. Organ-Organ

Sensorik

Gentamicin Maksimal 1 tube 5 gr

atau botol 5 ml

Kloramfenikol Maksimal 1 tube 5 gr

atau botol 5 ml

2.5 Antibiotik

Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu Anti

(Lawan) dan Bios (Hidup). Jadi, Antibiotik merupakan suatu zat kimia yang

dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri atau jamur berkhasiat obat) yang

mempunyai kemampuan untuk mengambat pertumbuhan atau mematikan

mikroorganisme (Setiabudy, 2011)

Antibiotik merupakan obat yang berasal dari seluruh bagian tertentu

mikroorganisme yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotik tidak efektif untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus,

karena virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya. (Tjay dan Rahardja,

2007). Antibiotik selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan reproduksi

bakteri juga membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk mengeleminasi bakteri

tersebut (Fernandez, 2013). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian

antibiotik ini adalah pemberian antibiotik pada kelompok khusus menurut Peraturan

Menteri Kesehatan 2011, seperti :

a. Penggunaan antibiotik pada anak

b. Penggunaan antibiotik pada wanita hamil dan menyusui

c. Penggunaan antibiotik pada usia lanjut

29

d. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Ginjal

e. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Hati

Pengunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi.

Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan melemahkan

daya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain berdampak pada morbiditas dan

mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat

tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun

juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae

(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Permenkes, 2011). Peningkatan

kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi dengan 2 cara, yaitu:

1. Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak secara

duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam

1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten. Jika seseorang

terinfeksi oleh bakteri yang resisten maka upaya penanganan infeksi dengan

antibiotik semakin sulit (Permenkes, 2011).

2. Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal ini

dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke orang

lain. Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten :

a. Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotik secara

bijak (prudent use of antibiotics).

b. Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan

meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar

(universal precaution).

30

2.5.1 Sejarah antibiotik

Antibiotik merupakan sekumpulan molekul, baik alami maupun sintetik,

yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaannya

dikhususkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Karena itulah,

antibiotik tidak tepat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi yang

disebabkan oleh virus, jamur dan benda asing lainnya selain bakteri. Penemuan

antibiotik terjadi secara tidak sengaja pada tahun 1928 ketika seorang ilmuwan

Skotlandia yang bernama Alexander Fleming lupa membersihkan sediaan bakteri

pada media dalam sebuah cawan petri dan meninggalkannya selama beberapa hari.

Ketika akan membersihkan cawan tersebut, ia menemukan sebagian jamur telah

tumbuh pada media tersebut dan sebagian lain telah bersih dari bakteri yang

sebelumnya ada. Didasari oleh ketertarikannya pada fenomena tersebut, ia

melakukan penelitian lebih lanjut dan menemukan bahwa jamur yang tumbuh

tersebut adalah Penicillium chrysogenum atau sejenis jamur berwarna biru muda.

Lalu ia melakukan ekstraksi terhadap jamur tersebut dan hasil ekstraknya adalah

sebuah antibiotik alami pertama, yaitu Penicillin G (Ferdiansyah, 2017).

2.6 Penggolongan Antibiotik

2.6.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia

Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia antara lain sebagai

berikut : (Katzung, 2011) :

1. Antibiotik golongan Beta laktam

31

Antibiotik golongan beta laktam meliputi : Penisilin (contohnya: isoksazolil

penisilin, ampisilin, dan lainnya), Sefalosporin (contohnya: seftriakson,sefotakzim,

dan lainnya), Monobaktam (contohnya: azteonam), Karbapenem (contohnya:

imipenem).

2. Antibiotik golongan Tetrasiklin : contohnya tetrasiklin dan doksisiklin

3. Antibiotik golongan Makrolida : contohnya eritromisin dan klaritromisin

4. Antibiotik golongan Linkomisin : contohnya linkomisin dan klindamisin

5. Antibiotik golongan Kloramfenikol : Contohnya kloramfenikol dan

tiamfenikol

6. Antibiotik golongan Aminoglikosida : contohnya streptomisn, neomisin dan

gentamisin.

7. Antibiotik golongan Sulfonamida, contohnya: sulfadizin, sulfisoksazol dan

kotrimoksazol (kombinasi trimetroprim dan sulfametoksazol)

8. Antibiotik golongan Kuinolon, contohnya : asam nalidiksat dan

fluorokuinolon, contohnya: siprofloksasin dan levofloksasin

9. Antibiotik golongan Glikopeptida : contohnya vankomisin dan telkoplanin.

10. Antibiotik golongan Antimikrobakterium, isoniazid, rifampisin, pirazinamid.

11. Antibiotik golongan lain, contohnya polimiksin B, basitrasin,

oksazolidindion

2.6.2 Penggolongan Antibiotik Atas Dasar Mekanisme Kerja

Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotik dibagi menjadi 2,yakni :

(Setiabudy, 2011)

1. Zat Bakterisida

32

Zat bakterisida merupakan zat yang membunuh bakteri. Zat bakterisida

dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Zat yang bekerja pada fase tumbuh, contohnya : Sefalosporin,penisilin

b. Zat yang bekerja pada fase istirahat, contohnya : Aminglikosida dan

Kortimokzasol

2. Zat Bakteriostatik

Zat bakteriostatik merupakan zat yang menghambat pertumbuhan bakteri

Contohnya : sulfonamid, trimetroprim, kloramfenikol, tetrasiklin, linkomisin dan

klindamisin

2.6.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Tempat Kerjanya

Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya antara lain sebagai

berikut : (Finberg & Guharoy, 2012)

Gambar 2.6 Mekanisme Kerja Antibiotik (Finberg & Guharoy, 2012)

1. Antibiotik yang tempat kerjanya di dinding Sel. Mekanisme kerja antibiotik

dalam dinding sel yakni, menghambat sintesis atau merusak dinding sel

33

bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaing merupakan

komples polimer mukopeptida (glikopeptida). Obat ini dapat melibatkan

otolisin bakteri (enzim yang mendaur ulang dinding sel) yang ikut serta

berperan terhadap lisis sel. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini

contohnya seperti : antibiotik golongan beta-laktam (penisilin, sefalosporin,

monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan

vankomisin karena pada umumnya bersifat bakterisidal.

2. Antibiotik yang tempat kerjanya di membran Sel/ Mekanisme kerja antibiotik

dalam membran sel yakni, mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri

dengan cara mengacaukan sintesanya hingga menjadi permeabel. Contoh:

polimiksin.

3. Antibiotik yang tempat kerjanya di asam nukleat. Contohnya: mitomisin C

mekanisme nya dengan cara menghambat biosintesis DNA, bersifat pansidal

(antikanker), rifampisin (menghambat biosintesis mRNA) bersifat

bakterisidal yaitu dapat membunuh bekteri yang dapat menyebabkan infeksi,

griseofulvin (menghambat pembelahan sel mikrotubuli) bersifat fungistatik,

aktinomisin (menghambat biosintesis DNA dan mRNA) bersifat pansidal

yaitu antibiotik yang memiliki efektifitas sebagai antikanker.

4. Antibiotik yang tempat kerjanya di Ribosom. Mekanisme kerja antibiotik

pada Ribosom adalah sebagai berikut :

Pada ribosom sub unit 30 S prokariotik, contohnya: aminosiklin dan

tetrasiklin mekanismenya dengan cara menghambat biosintesis protein

bersifat bakterisidal dan bakteristatik.

34

Pada ribosom sub unit 50 S prokariotik, contohnya: amfenikol, makrolida,

linkosamida dengan cara menghambat biosintesis protein, bersifat

bakteriostatik.

Pada ribosom sub unit 60 S eukariotik, contohnya glutarimid dan asam

fusidat mekanisme kerjanya dengan cara menghambat biosintesis protein,

bersifat fungisidal dan bakterisidal.

2.6.4 Penggolongan antibiotik Berdasarkan Spektrum

Penggolongan aktibiotik berdasarkan spektrumnya dapat dibagi menjadi 2,

yaitu:

1. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum)

Antibiotik jenis ini bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik bakteri gram

negatif maupun bakteri gram positif serta jamur. Contohnya: tetrasiklin dan

kloramfenikol.

2. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)

Antbiotik jenis ini bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja (jamur tidak

termasuk dalam sprektrum sempit) maka dari hal tersebut itu dinamakan sprektrum

sempit. Contohnya: penisilin hanya bekerja terhadap bakteri gram positif dan

gentamisin hanya bekerja terhadap bakteri gram negatif

2.6.5 Efek Samping Antibiotika dan Penggunaan Antibiotika

Efek samping yang paling umum dari antibiotika antara ain diare, muntah,

mual dan infeksi jamur pada saluran pencernaan dan mulut. Dalam kasus yang

jarang terjadi, antibiotika dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan darah,

gangguan pendengaran, pembekuan darah abnormal dan kepekaan terhadap sinar

35

matahari, serta terjadinya resistensi yaitu aktivitas kuman untuk melindungi diri

terhadap efek antibiotika. Sementara untuk penggunaan antibiotika, tidak

dihentikan sebelum waktu yang ditentukan, maka bakteri memiliki potensi untuk

tumbuh lagi dengan kecepatan yang cepat (Nawawi, Q., 2013)

2.6.7 Dampak Negatif dari Penggunaan Antibiotika Secara Bebas

Dampak negatif dari penggunaan antibiotika secara bebas akan mencakup

hal-hal sebagai berikut : (Staf pengajar Departemen Farmakologi, 2008 dalam

Ihya, 2013), yaitu :

1. Terjadinya resistensi bakteri. Timbulnya strain-strain bakteri yang resisten akan

sangat berkaitan dengan banyaknya pemakaian antibiotika dalam suatu unit

pelayanan.

2. Terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antbiotika, yang terjadi

secara langsung karena pengaruh antibiotik yang bersangkutan atau karena

terjadinya superinfeksi. Misalnya pada pemakaina linkomisin atau dapat terjadi

superinfeksi dengan kuman clostrium difficile yang menyebabkan colitis

pseudomembranosa.

3. Terjadinya peningkatan biaya misalnya karena pemakain antibiotik yang

berlebihan pada kasus-kasus yang kemungkinan sebenranya tidak memerlukan

antibiotika.

4. Tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam pencegahan maupun

pengobatan penyakit infeksi.

36

2.6.8 Prinsip Terapi Antibiotik

Prinsip terapi antibiotik dalam layanan kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu

(Gyssens, 2005; Kemenkes RI., 2011) :

1. Terapi empiris

Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah penghambatan

pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh

hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiri

yaitu jika ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri

tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi. Rute pemberian antibiotik

secara oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi

sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik

parenteral.durasi pemberian pada antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu

48-72 jam.

2. Terapi definitif

Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif merupakan yang didasarkan

dalam penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri

penyebab dan pola resistensinya.Tujuan pemberian antibiotik ini adalah

penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan

hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif

adalah sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi. Rute

pemberian adalah antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi

infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan

antibiotik parenteral.Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik

37

parenteral harus segera diganti dengan antibiotik peroral.Durasi pemberian

antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai

diagnosis awal yang telah dikonfirmasi.

3. Terapi profilaksis

Tujuan pemberian antibiotik secara profilaksis yaitu untuk mencegah

timbulnya infeksi. Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam setelah

operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi dan diharapkan pada saat operasi

antibiotik dijaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang efektif

untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Penurunan morbiditas dan mortalitas

pasca operasi, Penghambatan muncul flora normal resistensi, Meminimalkan biaya

pelayanan kesehatan, Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas

operasi yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi.

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah :

a. Penggunaan antibiotik dengan menggunakan antibiotik spektrum sempit

pada inidikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama

pemberian yang tepat.

b. Penggunaan antibiotik dengan mengutamakan antibiotik lini pertama dan

pembatasan penggunaan anibiotik.

c. Pembatasan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman

penggunaan antibiotik, penerapan antibiotik secara terbatas, dan penerapan

kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu.

d. Indikasi yang ketat dan tepat.

38

e. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasarkan :

1. Informasi yang spketrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan

kuman terhadap antibotik.

2. Hasil dari pemeriksaan mikrobiologi dan perkiraan kuman penyebab

infeksi.

f. Farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.

g. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak, dilakukan dengan

meningkatkan kepahaman tenaga kesehatan tehadap penggunaan

antibiotik secara bijak, meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas

penunjang, dengan penguatan pada laboraroium yang berkaitan dengan

penyakit infeksi, menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang

berkompeten dibidang infeksi, mengembangkan sistem penanganan

pneyakit infeksi secara tim, membentuk tim pengendali antibiotik secara

intensif dan berkesinambungan, menetapkan kebijakan dan pedoman

penggunaan antibotik secara lebih rinci.

h. Rute pemberian antibiotik profilaksis yaitu antibiotik profilaksis diberikan

secara intravena, dan untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan

dianjurkan pemberian antibiotik intravena drip.

i. Waktu pemberian antibiotik profilaksis diberikan 30 kg/m2 umumnya

digunakan untuk mendefinisikan obesitas. Presentase lemak tubuh (>25%

pada pria dan >31% pada wanita)dapat memprediksikan lebih baik resiko

ILO karena mungkin BMI tidak mencerminkan komposisi tubuh .

j. Durasi pemberian antibiotik profilaksis adalah dosis tunggal. Dosis

39

ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500ml atau

operasi berlangsung > 3 jam (Kemenkes, 2011).

2.6.8 Faktor Biaya

Antibiotika yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat

merek dagang, obat originator atau obat yang masih dalam lindungan hak paten

(obat paten). Harga antibiotika pun sangat beragam. Harga antibiotika dengan

kandungan yang sama bisa berbeda hingga 100 kali lebih mahal dibanding

generiknya. Apalagi untuk sediaan parenteral yang bisa 1000 kali lebih mahal dari

sediaan oral dengan kandungan yang sama. Peresepan antibiotika yang mahal,

dengan harga di luar batas kemampuan keuangan pasien akan berdampak pada

tidak terbelinya antibiotika oleh pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya

kegagalan terapi. Setepat apa pun antibiotika yang diresepkan apabila jauh dari

tingkat kemampuan keuangan pasien tentu tidak akan bermanfaat (Permenkes,

2011).

2.6.9 Penggunaan Antibiotik Secara Tepat

Keberhasilan terapi merupakan tujuan utama dalam setiap pengobatan.

Tujuan tersebut dapat tercapai dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan

dalam pemilihan terapi, terutama antibiotik. Penggunaan antibiotik harus secara

rasional agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. (Kemenkes RI,

2011).

Kerasionalan pemberian obat didasarkan pada beberapa kriteria,

diantaranya (Kemenkes RI, 2011):

a. Ketepatan Diagnosis. Pemberian terapi mengacu pada diagosis yang telah

40

dilakukan. Jika terdapat kesalahan dalam diagnosis, maka pemberian obat

akan mengalami kesalahan juga

b. Ketepatan Indikasi Obat diberikan sesuai dengan terapi tujuannya, sehingga

tujuan terapi akan tercapai. gunakan obat sesuai dengan anjuran medis agar

tidak terjadi efek samping obat

c. Ketepatan Obat Yang Dipilih. Obat yang digunakan harus sesuai dengan

spekrum penyakit yang telah terdiagnosa.

d. Ketepatan Dosis. Dosis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

pengobatan. Dosis yang terlalu besar dapat menyebabkan overdosis,

sedangkan dosis yang terlalu kecil, akan menyebabkan sulit tercapinya

keberhasilan terapi.

e. Ketepatan Cara Pemberian. Beberapa obat memerlukan perhatian khusus

dalam penggunaannya, seperti antasida dan antibiotik. Cara konsumsinya

berpengaruh terhadap absorbsi dan nasibnya dalam tubuh.

f. Ketepatan Interval. Pemberian obat dengan cara yang praktis dan pengulangan

yang tidak terlalu banyak sehingga akan meningkatkan kepatuhan pasien.

g. Ketepatan Lama Pemberian Obat. Lama penggunaan obat harus sesuai dengan

karakteristik masing-masing penyakit, tidak boleh terlalu lama atau terlalu

singkat karena akan mempengaruhi keberhasilan terapi.

h. Waspada Efek Samping. Selain memiliki manfaat terapi, obat juga memiliki

efek samping. Sehingga perlu diwaspadai beberapa efek samping yang timbul

dalam pengobatan agar dapat ditangani dengan tepat.

i. Ketepatan Penilaian Kondisi Pasien. Tiap individu memiliki respon yang

41

beragam pada obat, tergatung dengan kondisi atau penyakit lain yang sedang

dialami

j. Efektif, aman, mutu terjamin, dan selalu tersedia Obat-obat yang digunakan

hendaknya dapat dijangkau dengan mudah. baik dari segi

ketersediaan,maupun harga.

k. Ketepatan informasi. Informasi tentang obat harus jelas agar keberhasilan

terapi tercapai.

l. Kepatuhan pasien. Kepatuhan pasien dalam pengobatan akan semakin

menunjang keberhasilan terapi. Selain itu, jika pasien tidak patuh dalam

konsumsi obat akan timbul berbagai macam efek yang tidak diinginkan.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan antibiotik adalah

waktu pemberiannya, frekuensi konsumsi, dan lama pengobatan, serta kondisi

pasien (Kemenkes RI, 2011). Selain beberapa hal yang harus diperhatikan diatas,

perlu diketahui bahwa antibiotik merupakan golongan obat keras, dimana untuk

menggunakannya harus dengan resep dokter dan tidak dapat dipergunakan untuk

kepentingan pengobatan sendiri atau swamedikasi (Ihsan dkk., 2016).

Penggunaan antibiotik ini ternyata tidak hanya diperuntukkan untuk

pengobatan infeksi bakteri pada manusia, tetapi telah digunakan juga dalam

bidang peternakan (Suharsono dkk., 2010). Antibiotik digunakan untuk

mengontrol penyakit infeksi bakteri dalam hewan ternak. Penggunaannya dapat

dengan cara disuntikkan, direndam, atau dengan cara dicampur dengan pakan

(Nurhasnawati dkk., 2016), Beberapa contoh hewan ternak yang diberikan

antibiotik adalah ayam broiler dan ikan air tawar (Suharsono, 2010).

42

2.7 Resistensi

Resistensi CYial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap obat

antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang resisten (termasuk bakteri,

virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat antimikroba, seperti

antibiotik, antivirus, dan lainnya. Sehingga standar pengobatan menjadi tidak

efektif dan infeksi tetap persisten dan mungkin menyebar. Resistensi antibiotik

merupakan konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang salah, dan perkembangan

dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen

resistensi yang didapat (WHO, 2005).

2.7.1 Mekanisme Resistensi

Bakteri dapat menjadi resisten terhadap suatu antibiotik dengan beberapa

cara sebagai berikut:

Gambar 2.7 Mekanisme Resistensi Antibiotik (Giguere, et al., 2013)

1. Mengurangi Permeabilitas Membran Luar atau Membran Sel

Bakteri patogen dapat menjadi resisten dengan mencegah masuknya

antibiotik ke dalam sel bakteri. Perubahan yang terjadi pada permeabilitas membran

terjadi ketika terdapat informasi genetik baru yang mengubah protein secara alami

sudah berada pada membran bakteri. Perubahan yang terjadi dapat merubah sistem

transport pada membran sehinga obat antibiotik tidak dapat masuk melewati

43

membran bakteri. Mekanisme resistensi ini telah terjadi pada kasus resistensi

Salmonella typhi terhadap antibiotik kuinolon, tetrasiklin dan beberapa

aminoglikosida (Ugboko dan De, 2014).

2. Aktivasi Efflux

Aktivasi efflux mengakibatkan pemompaan agen antimikroba kembali ke

ruang periplasmik (seperti pada tetrasiklin pompa efflux pada Enterbacteriaceae)

atau langsung ke lingkungan luar. Peningkatan aktivitas pompa keluaran (efflux

pump) pada transmembran, sehingga bakteri akan membawa obat keluar sebelum

memberikan efek (Peleg dan Hooper, 2010).

3. Inaktivasi Obat

Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap

golongan aminoglikosida dan beta laktam karena mikroba mampu membuat enzim

yang merusak kedua golongan antibiotik tersebut (Gunawan, 2007).

4. Modifikasi Lokasi Target

Mekanisme ini terlihat pada Staphylococcus Aureus yang resisten terhadap

MRSA. Bakteri ini mengubah Penicillin Binding Protein (PBP) sehingga

afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik beta laktam lain (Gunawan,

2007).

44

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Bagan Kerangka Konseptual

Keterangan

Penggunaan Antibiotik

Indikasi

Dosis

Interval waktu

Lama pemberian

Efek samping

informasi

Output

Kategori pengetahuan

(Arikunto,2006)

Baik : 76% - 100%

Cukup : 56% - 75%

Kurang : < 56%

Parameter pengetahuan

(Kemenkes,2011)

Diagnosis

Pemilihan obat

Penilaian kondisi

pasien

Cara pemberian

: Tidak Diteliti : Diteliti

Pengetahuan Sikap Perilaku Profil

Identitas

responden

Jenis antibiotik

yang

digunakan

Tempat memperoleh

antibiotik

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

45

3.2 Uraian Kerangka Konseptual

Antibiotik merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh

mikroorganisme (bakteri atau jamur berkhasiat obat) yang mempunyai kemampuan

untuk mengambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme (Setiabudy,

2011). Dalam penggunaan antibiotik terdapat beberapa faktor antara lain yaitu

profil penggunaan antibiotik, pengetahuan, sikap dan perilaku (Insany, 2015).

Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti terkait profil dan pengetahuan

penggunaan antibiotik. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui

indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan yang

harus dimiliki oleh masyarakat sebagai pedoman dalam ketepatan penggunaan

antibiotik sesuai dengan modul penggunaan obat rasional yang disusun oleh

Kementrian Kesehatan RI (2011) yaitu pengetahuan tentang indikasi antibiotik,

dosis, interval waktu pemberian antibiotik, lama pemberian antibiotik, efek

samping, informasi terkait tentang antibiotik, diagnosis, pemilihan obat, dan

penilaian kondisi pasien. Namun dalam penelitian ini parameter pengetahuan

tentang diagnosis, pemilihan obat, dan penilaian kondisi pasien dan cara pemberian

antibiotik tidak diukur dikarenakan hal tersebut merupakan wewenang dari seorang

dokter. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, berdasarkan literatur Arikunto

(2006) dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni pengetahuan baik jika skor setelah

dilakukan perhitungan sebesar >76%, pengetahuan cukup jika skor 56-76% dan

pengetahuan kurang jika skor <56%.

46

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bersifat cross sectional yaitu

penelitian yang bertujuan menggambarkan mengenai fenomena yang ditemukan

pada satu waktu dan satu kali, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau

hasil (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan memperoleh data dari

responden dengan mengedarkan lembar pertanyaan (Kuesioner) ke responden

secara langsung.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2021-Januari 2022.

Penelitian ini dilakukan di Desa Banyior Kecamatan Sepulu kabupaten Bangkalan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Desa

Banyior yang berjumlah 2.951 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa

Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Rumus yang digunakan untuk

menentukan sampel yaitu (Arikunto, 2006)

47

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑2)

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi (2.951)

𝑑2 = kesalahan yang mungkin terjadi (0.5)

Jadi,

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑2)

n = 2.951

1+(2.951 𝑥 0,052)

n = 2.951

1+ (2951 𝑥 0,0025)

n = 2.951

1+7,377

n = 352,274

n = 352 jiwa

Dari hasil perhitungan dihasilkan jumlah responden atau sampel (n) pada

penelitian ini adalah 352 jiwa. Pemilihan responden dipilih berdasarkan teknik

purposive sampling yaitu non random sampling yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan pembagian

wilayah, Desa Banyior memiliki 5 Dusun yaitu Sabungan, Lenden, Banyior,

Kemmedan dan Blunkeng. Setiap Dusun akan dipilih 88 responden berdasarkan

kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Akan tetapi, untuk Dusun Blukeng akan

dipilih 30 responden karena di Dusun ini akan digunakan sebagai sampel pada uji

validitas dan uji reliabilitas sehingga pada saat pengambilan sampel penelitian

48

dusun ini tidak digunakan kembali. Dari 4 Dusun, peneliti menyebarkan 400

kuesioner sehingga setiap Dusun mendapatkan 100 kuesioner yang dipilih

berdasarkan non random sampling. Penyebaran 100 kuesioner pada setiap Dusun

bertujuan untuk mendapatkan jumlah minimal responden yang telah ditetapkan

pada setiap dusunnya (88 responden setiap dusun) dan mengantisipasi responden

yang tidak memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu

non random sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2014). Selain itu, dalam pengambilan sampel perlu ditentukan

kriteria inklusi dan eksklusi supaya kriteria sampel tidak menyimpang dari

populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain :

1). Masyarakat dewasa minimal usia 18 tahun

2) Masyarakat yang pernah menggunakan antibiotik

3) Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia

4) Mampu membaca dan menulis

5) Bersedia menjadi Responden penelitian

Sedangkan kriteria eksklusi adalah masyarakat desa Banyior yang tidak

selesai mengisi kuesioner

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang diperoleh oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian

49

tertentu (Notoatmodjo, 2012). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tingkat pengetahuan dan profil tentang penggunaan antibiotik . Definisi operasional

variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

50

Tabel 4.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan

No Variabel Definisi

Operasional

Parameter Indikator Pernyataan Skala

Ukur

Output

1. Profil

penggunaan

antibiotik

Profil

penggunaan

antibiotik adalah

gambaran obat

antibiotik dan

tempat

memperoleh

antibiotik yang

digunakan oleh

masyarakat

Jenis antibiotik

yang digunakan

responden dan

tempat

memperoleh

antibiotik

Responden

mengetahui

jenis

antibiotik

yang

digunakan

Apakah antibiotik

yang pernah

digunakan ?

Nominal -

Responden

mengetahui

tempat

memperoleh

antibiotik

yang

digunakan

Dari manakah

antibiotik

didapatkan?

2. Tingkat

pengetahuan

penggunaan

antibiotik

Pengetahuan

adalah segala

hal yang

diketahui oleh

responden

tentang

antibiotik

Pengetahuan

tentang indikasi

antibiotik

Responden

mengetahui

indikasi

(tujuan

pemakaian)

antibiotik

adalah untuk

Obat antibiotik dapat

digunakan untuk

penyakit infeksi

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Ordinal 1. Pengetahuan

baik : >76%

2. Pengetahuan

cukup: 56%-

75%

3. Pengetahuan

kurang : <56%

51

mengobati

infeksi

Antibiotik bekerja

dengan cara

membunuh dan

menghambat bakteri

untuk tumbuh

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Penyakit demam dan

flu dapat diobati

dengan

mengkonsumsi

antibiotik

Jawab :

Benar : 0

Salah : 1

52

Pemberian antibiotik

seperti kloramfenikol,

dapat diberikan untuk

penderita typhus

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Antibiotik seperti

supertetra boleh

digunakan untuk

mengatasi flu

Jawaban :

Benar : 0

Salah : 1

Pengetahuan

tentang dosis

antibiotik

Responden

mengetahui

penggunaan

dosis

antibiotik

yang tepat

Dosis penggunaan

obat antibiotik harus

dikonsumsi sampai

habis

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Ordinal

53

Penggunaan

antibiotik harus

dihentikan jika sudah

membaik meskipun

obat antibiotik masih

ada

Jawaban :

Benar : 0

Salah : 1

Jumlah dosis obat

yang diberikan tidak

boleh dikurangi

kecuali konsultasi

kepada dokter

terlebih dahulu

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

54

Pengetahuan

tentang interval

waktu

penggunaan

antibiotik

Responden

mengetahui

interval waktu

penggunaan

antibiotik

sesuai yang

diresepkan

dokter

Semua antibiotik

boleh dikonsumsi 2-3

kali dalam sehari

Jawaban :

Benar : 0

Salah : 1

Pada etiket obat

Antibiotik terdapat

keterangan

Amoksisilin “3X1”

maka antibiotik

digunakan 3 kali

dalam sehari

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

55

Pengetahuan

tentang lama

pemberian

antibiotik

Responden

mengetahui

waktu

minimal

dalam

penggunaan

antibiotik

Responden

dapat

mengetahui

bahwa

antibiotik

tidak boleh

digunakan

secara terus

menerus

Waktu minimal

dalam mengkonsumsi

obat antibiotik adalah

3-7 hari

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Antibiotik yang diberikan secara terus

menerus dan tanpa

resep dokter akan

menyebabkan

resistensi antibiotik

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

56

Pengetahun

tentag efek

samping

antibiotik

Responden

mengetahui

definisi efek

samping

Efek samping

merupakan Respons

tehadap obat yang

tidak diinginkan

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Responden

mengetahui

efek samping

penggunaan

antibiotik jika

tidak

digunakan

dengan tepat

Antibiotik yang

digunakan secara

tidak tepat dapat

menimbulkan

resitensi antibiotik

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Efek samping

antibiotik

kloramfenikol adalah

hipertensi

Jawaban :

Benar : 0

Salah : 1

57

Efek samping dari

Amoksisilin yaitu

mual dan

muntah,diare dan

nyeri sendi

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Pengetahuan

tentang

informasi

antibiotik

Responden

mengetahui

cara

penyimpanan

antibiotik

Antibiotik sebaiknya

disimpan pada tempat

bersih,kering dan

terlindungi dari

paparan sinar

matahari langsung

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

58

Responden

mengetahui

antibiotik

tidak boleh

disimpan

karena bukan

swamedikasi

Anibiotik boleh

diberikan ke saudara

jika mengalami sakit

yang sama

Jawaban :

Benar : 0

Salah : 1

Responden

mengetahui

contoh obat

antibiotik

Contoh obat

Antibiotik yaitu

Amoksisilin,

Ampisilin,Cefadroxil,

dan Supertetra

Jawaban :

Benar : 1

Salah : 0

Responden

mengetahui

bahwa

antibiotik

harus

didapatkan

Antibiotik harus

diperoleh dengan

resep dokter karena

merupakan obat keras

Jawaban :

59

dengan resep

dokter

Benar : 1

Salah : 0

60

4.5 Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar pengumpul

data (LPD) berupa lembar kuesioner sehingga memudahkan peneliti untuk

mengumpulkan data. Data yang diperoleh dicatat dan di hitung dalam bentuk

persen (%) dengan menggunakan Microsoft Office Excel.

4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan bahwa alat ukur

benar-benar mengukur apa yang diukur, untuk mengetahui apakah kuesioner yang

disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji

korelasi antara skor (nilai) tiap pertanyaaan dengan skor total kuesioner tersebut.

Apabila semua pertanyaan mempunyai korelasi yang bermakna (construct

validity) berarti semua pertanyaaan yang ada di dalam kuesioner dapat mengukur

konsep yang akan diukur (Notoatmodjo, 2012).

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Momet.

Instrumen dapat dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ r tabel. Begitu pula

sebaliknya, instrumen dinyatakan tidak valid apabila nilai r hitung ≤ r tabel

(Riwidikdo, 2009). Uji ini menggunakan software SPSS. Jika nilai r hitung lebih

besar dari nilai r tabel, maka dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang

digunakan adalah valid. Dapat pula menggunakan perbandingan antara nilai

siginifikasi dengan alpha, maka dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang

digunakan adalah valid (Sugiyono, 2007).

61

4.6.1 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2012). Adapun uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Cronbach Alpha. Kereliabilitasan suatu kuesioner dapat diketahui

berdasarkan nilai alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki minimum nilai

alpha sebesar 0,7 (Riwidikdo, 2009). Disebutkan oleh Putra, dkk (2014), kriteria

reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kategori Reliabilitas Nilai Alpha

No Nilai Alpha Kategori

1. 0,70-0,90 Reliabilitas tinggi

2. 0,50-0,70 Reliabilitas moderat

3. <0,50 Reliabilitas rendah

62

4.7 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten

Bangkalan dengan prosedur penelitian sebagai berikut :

Pengajuan izin penelitian dari pihak program studi Farmasi UIN

Malang ke Kepala Desa Banyior

Survey melalui studi pendahuluan ke Desa Banyior

Mengurus kelaiakan etik

Proposal penelitian

Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di

Desa Banyior

Memberikan kuesioner yang telah valid dan reliabel kepada responden Di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan

Melakukan pengelolaan data

Kesimpulan hasil..penelitian

Gambar 4.1 Prosedur Penelitian

Diperoleh kuesioner dengan hasil valid dan reliabel

63

4.8 Analisis Data

Analisis data hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang

antibiotik. Penelitian tingkat pengetahuan menggunakan pernyataan dalam

kuesioner, soal dalam kuesioner berjumlah 20. Setiap jawaban yang tepat dari

masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika jawaban tidak tepat diberi nilai

0 (Sugiyono, 2000). Data yang telah diisi oleh responden untuk menghindari

kesalahan dalam analisis data dilakukan penyuntingan data terlebih dahulu. Jika

masih ada data yang kurang jelas dan kurang lengkap, maka akan dilakukan

konfirmasi ulang kepada responden yang bersangkutan. Data yang telah

dikumpulkan dari hasil kuisoner tingkat pengetahuan tersebut dapat dikategorikan

dalam kategori baik, cukup dan kurang. Adapun presentase pengetahuan

baik,cukup dan kurang adalah sebagai berikut : (Nursalam, 2016)

1. Pengetahuan baik : 76% - 100%

2. Pengetahuan cukup : 56% - 75%

3. Pengetahuan kurang : < 56%

Pengolahan data tingkat pengetahuan responden menggunakan analisis

deskriptif untuk menjelaskan karakteristik dari variabel. Data kualitatif yang

dianalisis meliputi parameter pengetahuan yang terdiri atas terdiri atas parameter

Indikasi, dosis, interval waktu, lama pemberian, efek samping dan informasi.

Adapun rumus untuk mengetahui skor persentase (Arikunto, 2006) :

64

p = 𝑥

𝑛 x 100%

keterangan

p : persentase

x : jumlah jawaban yang benar

n : jumlah seluruh item soal

65

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Alur penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Desa Banyior kecamatan

Sepulu Kabupaten Bangkalan pada tanggal 24 Desember 2021- 20 Januari 2022..

Desa Banyior memiliki 5 Dusun antara lain yaitu Blunkeng, Kemmedan, Banyior,

Lenden dan Sabungan. Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

pengujian instrumen yang meliputi uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut

dilakukan di Dusun Blunkeng. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data

menggunakan SPSS 18 sehingga diperoleh pernyataan dalam kuesioner yang valid

dan reliabel. Langkah berikutnya yaitu kuesioner yang telah valid dan reliabel

disebarkan kepada responden masyarakat Desa Banyior (Kemmedan, Banyior,

Lenden dan Sabungan). Jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 352. Akan tetapi,

peneliti meyebarkan 400 kuesioner sehingga setiap Dusun mendapatkan 100

kuesioner yang dipilih berdasarkan non random sampling. Penyebaran 100

kuesioner pada setiap Dusun bertujuan untuk mendapatkan jumlah minimal

responden yang telah ditetapkan pada setiap dusunnya (88 responden setiap Dusun)

dan mengantisipasi responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi pada penelitian

ini.

Alur penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi responden pada setiap

rumah kemudian meminta izin melakukan penelitian setelah itu memberikan

penjelasan sebelum penelitian pada calon responden. Jika masyarakat bersedia

menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi maka peneliti membagikan

kuesioner penelitian kepada responden. Selama mengisi kuesioner, responden

66

diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Dan selanjutnya, kuesioner yang

telah diisi dikumpulkan dan segera diperiksa kelengkapan datanya. Setelah

responden selesai mengisi kuesioner peneliti memberikan penjelasan singkat terkait

penggunaan antibiotik dimana dengan adanya penelitian ini diharapkan responden

mendapatkan informasi terkait penggunaan antibiotik yang tepat.

5.2 Pengujian Instrumen Penelitian

5.2.1 Pengujian Validitas Instrumen

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji Korelasi Product Momet

dimana dengan menggunakan 35 responden yang merupakan masyarakat Dusun

Blunkeng Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan yang telah

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian ini. Kuesioner yang diberikan kepada

responden untuk uji validitas terdiri dari 20 Item pernyataan tentang pengetahuan

penggunaan antibiotik. Setelah dilakukan uji validitas, maka hasil yang diperoleh

diuji menggunakan software SPSS 18 dan didapatkan hasil item-item pernyataan

yang valid yaitu item soal yang memiliki nilai r hitung lebih tinggi dari pada r

tabel. Berikut adalah hasil uji validitas kuesioner tentang pengetahuan penggunaan

antibiotik :

67

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner

No

Soal

Indikator R Hitung R Tabel

(n=35)

Keterangan

1 Indikasi antibiotik 0,693 0,334 Valid

2 0,290 Tidak valid

3 0,693 Valid

4. 0,702 Valid

5. 0,404 Valid

6. Dosis antibiotik 0,121 Tidak valid

7. 0,702 Valid

8. 0,192 Tidak valid

9 Interval waktu penggunaan antibiotik 0,467 valid

10 0,152 Tidak valid

11 Lama pemberian antibiotik 0,361 Valid

12 0,163 Tidak valid

13 Efek samping antibiotik 0,707 Valid

14 0,210 Tidak valid

15 0,332 Tidak valid

16 0,506 Valid

17 Informasi tentang antibiotik -0,020 Tidak valid

18 0,544 Valid

19 0,432 Valid

20 0,638 Valid

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 20 pernyataan dalam

kuesioner hanya terdapat 12 item pernyataan pengetahuan yang valid yaitu

didapatkan nilai R hitung lebih besar dari nilai R tabel, dimana R tabel untuk 35

responden adalah 0,334. Pernyataan yang tidak valid dihapus dari instrument

penelitian yang akan disebarkan. Total pernyataan yang digunakan yaitu 12

pernyataan, dimana telah mewakili setiap parameter variabel pengetahuan dalam

penelitian ini.

5.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Cronbach

Alpha menggunakan Software SPSS 18. Kereliabilitasan suatu kuesioner dapat

diketahui berdasarkan nilai alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki

minimum nilai alpha sebesar 0,7 (Riwidikdo, 2009).

68

Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

No Variabel Nilai Alpha Keterangan

1. Tingkat pengetahuan

penggunaan

antibiotik

0,829 Realibilitas tinggi

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa item pernyataan

pengetahuan, didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,829 maka dapat diketahui nilai

tersebut lebih besar dari 0.70 yang berati semua pernyatan dinyatakan reliabel.

Menurut Putra, dkk (2014), jika nilai alpha 0,70 maka termasuk dalam kriteria

reliabilitas tinggi.

5.3 Profil Penggunaan Antibiotik Masyarakat Desa Banyior

Penelitian ini dilakukan di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten

Bangkalan. Berikut hasil data karakteristik responden yang diperoleh pada

penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, profil

penggunaan antibiotik yang digunakan responden dan profil tempat diperolehnya

antibiotik yang digunakan responden. Hasil data tersebut dijelaskan sebagaimana

dibawah ini.

5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui distribusi

responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1. Laki- laki 146 41%

2. Perempuan 206 59%

Total 352 100%

69

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 59% (206 responden). Hal ini sesuai

dengan data jumlah penduduk Desa Banyior yaitu penduduk berjenis kelamin

perempuan sebanyak 1.549 dan laki-laki sebanyak 1.402. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan

jumlah penduduk laki-laki (BPS, 2021). Jenis kelamin responden tidak

berpengaruh dalam penggunaan antibiotik. Maka, jenis kelamin seseorang tidak

dapat dijadikan sebagai tolak ukur perbandingan baik atau tidaknya pengetahuan

yang dimiliki seseorang (Kurniawan, dkk. 2020).

5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data demografi responden

berdasarkan usia sebagai berikut :

Tabel 5.4 Distribusi Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

1. 18-40 235 67%

2. 40-60 117 33%

3. >60 0 0%

Total 352 100%

Menurut Hurlock (2002) usia digolongkan menjadi menjadi 3 golongan

yaitu usia dewasa dini (18-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun) dan lanjut usia

(usia ˃ 60). Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian

ini mayoritas berusia antara 18-40 tahun dengan berjumlah sebanyak 67% (235

responden). Hal tersebut sesuai dengan data Badan pusat statistika Kabupaten

Bangkalan dimana menunjukkan bahwa usia penduduk Desa Banyior pada rentang

15-39 tahun merupakan yang paling banyak yakni sebanyak 40%, kemudian usia

70

40-59 tahun sebanyak 27%.

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) usia merupakan salah-satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pertambahan usia dapat

menyebabkan perubahan dalam diri seseorang baik dalam segi psikis maupun

psikologis (Kurniawati, dkk. 2019). Usia 18-40 tahun merupakan usia dimana

seseorang dalam kategori dewasa dini (Hurlock, 2002). Menurut Dariyo (2004),

pada masa dewasa muda biasanya seseorang telah mampu menguasai ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang matang. Sedangkan pada usia 40-60 tahun

dimana seseorang dalam kategori dewasa madya, ada berbagai perubahan yang

terjadi seperti perubahan biologis, dalam hal ini kemampuan melihat dan

mendengar yang paling menyusahkan dan paling tampak, daya akomodasi mata

mengalami penurunan paling tajam serta mulai mengalami kemunduran dalam

daya ingat (Azizah, 2014).

5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data demografi responden

berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Presentase

1. SD 164 47%

2. SMP 61 17%

3. SMA 98 29%

4. Diploma/Sarjana 28 7%

Total 352 100%

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini

mayoritas merupakan berpendidikan terakhir SD dengan berjumlah sebanyak 47%

(164 responden). Hal ini sesuai dengan data jumlah penduduk Desa Banyior

berdasarkan pendidikan terakhir yaitu sebanyak 841 penduduk tidak sekolah, 162

71

tidak tamat SD, 1,592 tamat SD, 203 tamat SMP, 126 tamat SMA, 1 lulusan D1,

6 lulusan D3, 22 lulusan D4/S1, 2 lulusan S2 dan 2 penduduk berpendidikan

terakhir S3.

5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data demografi responden

berdasarkan pekerjaan responden adalah sebagai berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Presentase

1. Petani 121 34,3%

2. Pedagang 92 26 %

3. Ibu rumah tangga 45 13%

4. Wiraswasta 31 9%

5. Mahasiswa 18 5,1%

6. Pegawai swasta 14 4%

7. Guru 14 4%

8. Tidak bekerja 8 2,3%

9. Bidan 3 0,8%

10. PNS 3 0,8%

11. Perawat 2 0,5%

12. Apoteker 1 0,2%

Total 352 100%

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pekerjaan yang mendominasi

pada penelitian ini adalah sebagai petani yaitu sebanyak 34,3% (121 responden).

Hal tersebut sejalan dengan data jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan

pada Desa Banyior yakni mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai petani

dengan jumlah sebesar (31,89%), kemudian pedagang (10,03%), Ibu rumah tangga

(8,44%), belum/tidak bekerja (21,08%), Wiraswasta (4,78%), Pelajar/Mahasiswa

(16,20%%), Pegawai swasta (4,54%), Guru (2,47%), Bidan (0,27%), Pegawai

negeri sipil (0,10%), Perawat (0,14%), Apoteker (0,03%), Kepala Desa (0,03%)

(BPS, 2021).

72

5.3.5 Profil Penggunaan Antibiotik yang Digunakan oleh Masyarakat Desa

Banyior

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data antibiotik yang pernah

digunakan oleh responden adalah sebagai berikut :

Tabel 5.7 Antibiotik yang Pernah Digunakan

No Nama Antibiotik Jumlah Presentase

1. Amoksisilin 166 47%

2. Supertetra 130 37%

3. Ampisilin 34 10%

4. Cefadroxil 16 4%

5. Lain-lain 6 2%

Total 352 100%

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis

antibiotik yang digunakan oleh responden adalah Amoksisilin yaitu sebanyak 47%

(166 reponden). Jenis lain-lain pada antibiotik yang pernah digunakan oleh

responden ini tidak dapat diketahui dikarenakan kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup, sehingga jenis antibiotik yang dapat diketahui hanya yang

termasuk dalam pilihan dikuesioner. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Widayati (2011) terkait penggunaan antibiotik di Yogyakarta yaitu

ia menyebutkan bahwa obat yang paling banyak dikonsumsi oleh responden

adalah Amoksisilin (77%). Hal tersebut dikarenakan Amoksisilin sudah umum

ditelinga masyarakat dan beberapa apotek juga dapat dikatakan masih banyak kita

jumpai yang menjual obat antibiotik Amoksisilin ini secara bebas (Pertiwi, 2018).

Penggunaan antibiotik secara bebas sering kali menimbulkan dampak yang tidak

diinginkan seperti terjadinya resistensi bakteri, peningkatan efek samping dan

73

toksisitas antibiotik, peningkatan biaya serta tidak tercapainya manfaat klinik yang

optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit infeksi (Ihya, 2013).

5.3.6 Profil Tempat Diperolehnya Antibiotik Oleh Masyarakat Desa Banyior

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sumber responden untuk

memperoleh obat antibiotik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.8 Tempat Memperoleh Antibiotik

No Tempat Jumlah Presentase

1. Praktik Dokter 77 22%

2. Apotek 88 25%

3. Toko obat/warung 159 45%

4. Penjual obat keliling 28 8%

Total 352 100%

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa tempat responden untuk

memperoleh antibiotik sebagain besar dari toko obat atau warung yaitu sebanyak

45% (159 responden). Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pratomo dan Dewi (2018) tentang tingkat pengetahuan masyarakat

Desa Anjir Mambulau Tengah terhadap Penggunaan Antibiotik ia menyebutkan

bahwa 66,99% masyarakat Desa Anjir Mambulau yang membeli antibiotik di

warung atau toko obat. Hal tersebut dikarenakan antibiotik dijual bebas dan bisa

dibeli tanpa resep dokter serta tidak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah

(Ambuk,2020). Selain itu, jarak Desa Banyior ke fasilitas kesehatan seperti tempat

praktik dokter mandiri, pusat kesehatan masyarakat dan klinik yaitu ≤5KM.

Sedangkan jarak ke rumah sakit yaitu yaitu ≤34KM. Jarak rumah responden ke

fasilitas kesehatan juga mempengaruhi kemudahan memperoleh obat, dimana

masyarakat lebih memilih membeli obat di toko obat/warung terdekat dibandingkan

harus pergi ke fasilitas kesehatan. Jarak antara tempat tinggal dengan lokasi

pembelian obat yang dekat memberikan keuntungan kepada pasien, diantaranya

74

yaitu tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk memperoleh obat serta dapat

menghemat waktu.

Masyarakat perlu mengetahui bahwa antibiotik merupakan golongan obat

keras, dimana untuk menggunakan obat tersebut harus dengan resep dokter karena

antibiotik tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan pengobatan sendiri atau

swamedikasi (Ihsan dkk., 2016). Obat antibiotik hanya dapat diperoleh di Instalasi

Farmasi seperti Apotek dengan menggunakan resep dari dokter karena pemakaian

antibiotik harus dengan pengawasan dokter, agar tidak menimbulkan efek yang

tidak dikehendaki (Rudiansyah, 2020). Hal serupa juga dijelaskan dalam

PerMenKes RI nomor 28 tahun 2021 tentang pedoman penggunaan antibiotik

bahwa dalam penggunaan antibiotik harus berdasarkan resep dokter (Depkes,

2021).

Menurut peraturan perundangan di Indonesia, dikenal adanya OWA (Obat

Wajib Apotek) yakni obat keras yang bisa diserahkan oleh Apoteker tanpa resep

dokter, namun hanya bisa diserahkan oleh Apoteker sendiri (bukan tenaga teknis

kefarmasian). Daftar obat wajib apotek tertera dalam Keputusan Menteri

Kesehatan nomor 347/Menkes/SK/VII/ 1990, nomor 924 / Menkes /Per / X / 1993

dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/ 1999. Berkaitan

dengan penelitian ini antibiotik yang paling banyak digunakan oleh responden

adalah antibiotik per oral jenis Amoksisilin dimana sebagian besar diperoleh dari

toko obat/warung. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI tentang obat wajib

apotek, antibiotik yang termasuk OWA adalah jenis antibiotik topikal (untuk

pemakaian luar) sedangkan antibiotik yang digunakan per oral seperti Amoksisilin

75

tidak termasuk dalam daftar OWA jadi tidak dapat diperoleh secara bebas atau

tanpa resep dokter. Selain itu, didalam undang-undang obat keras No. 419 tgl. 22

Desember 1949 pada pasal ayat 1 ayat 1a dikatakan bahwa antibiotik termasuk ke

dalam golongan obat keras, di mana pada pasal 3 a yat 1 di katakan bahwa obat

keras tidak boleh digunakan secara pribadi tanpa menggunakan resep dokter.

Kemenkes juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotik. Pedoman ini ditujukan untuk memberikan acuan bagi

tenaga kesehatan yang menggunakan antibiotik dalam pemberian pelayanan

kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan serta pemerintah dalam kebijakan

penggunaan antibiotik (Depkes, 2011). Namun realita yang ada, masyarakat justru

menggunakan antibiotika secara bebas, yang dapat diperoleh dengan sangat mudah

tanpa menggunakan resep dokter bahkan antibiotik dalam penelitian ini

kebanyakan diperoleh dari toko obat/warung.

5.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik

Pada penelitian ini, terdapat 12 soal pernyataan-pernyataan dengan jawaban

BENAR dan SALAH yang mewakili indikator tingkat pengetahuan masyarakat

tentang penggunaan obat antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data

pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Hasil data tersebut dijelaskan

sebagaimana tabel dibawah ini :

76

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden

Berdasarkan tabel 5.9, dapat diketahui bahwa responden masyarakat Desa

Banyior memiliki presentase tertinggi jawaban tepat pada indikator efek samping

antibiotik dan presentase jawaban tepat terendah yakni pada indikator dosis

antibiotik. Presentase tertinggi yaitu sejumlah 56,25% responden yang menjawab

dengan jawaban tepat pada indikator efek samping yang terdiri dari 2 butir

pertanyaan yaitu “Efek samping merupakan respon tehadap obat yang tidak

diinginkan” dan “Efek samping dari Amoksisilin yaitu mual dan muntah,diare dan

nyeri sendi” dengan jawaban TEPAT adalah benar. Hal ini dikarenakan mayoritas

responden telah mengetahui efek samping dari antibiotik,seperti efek samping

yang sering muncul yakni pada antibiotik golongan penisilin yaitu hipersensitasi,

gangguan lambung (mual,muntah dan diare) dan pada dosis tinggi dapat

menyebabkan neurotoksis dan nefrotoksis. (Tjay, 2007). Hal tersebut, juga

dimungkinkan karena masyarakat telah membaca mengenai efek samping pada

kemasan obat yang telah digunakan.

Presentase jawaban tepat terendah yakni pada indikator dosis antibiotik

yaitu hanya sejumlah 25,57% responden yang menjawab tepat dan 74,43% lainnya

No Indikator Rata-Rata

TEPAT TIDAK TEPAT

1. Indikasi antibiotik 40,20% 59,80%

2. Dosis antibiotik 25,57% 74,43%

3. Interval waktu penggunaan

antibiotik

37,50% 62,50%

4. Lama pemberian antibiotik 48,58% 51,42%

5. Efek samping antibiotik 56,25% 43,75%

6. Informasi 48,01% 51,99%

77

menjawab tidak tepat. Pada indikator terdapat terdapat 1 butir pernyataan yaitu

“Penggunaan antibiotik harus dihentikan jika sudah membaik meskipun obat

antibiotik masih ada” dengan jawaban TEPAT adalah salah. ”. Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2021) sebagian besar responden

menjawab dengan tidak tepat pada indikator dosis antibiotik yakni hanya sebesar

38,10% yang menjawab dengan tepat. Hal ini diakibatkan karena kebanyakan

masyarakat umum belum mengetahui dosis penggunaan antibiotik yang tepat,

kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk mengurangi dosis dan menghentikan

penggunaan antibiotik jika kondisi sudah membaik (Dewi, 2021). Masyarakat

seharusnya tidak dengan mudah mengurangi atau menambah dosis yang telah

diresepkan oleh dokter, karena hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan

pengobatan (Yanti, 2016). Pengetahuan mengenai dosis antibiotik sangat penting

diketahui oleh masyarakat karena jika antibiotik digunakan dengan dosis yang

terlalu besar maka akan menyebabkan overdosis dan jika digunakan dengan dosis

terlalu kecil maka tidak akan memberikan efek yang diinginkan sehingga

efektivitasnya akan berkurang, serta akan menimbulkan dampak yang tidak

diinginkan seperti resistensi (Sahputri, 2020).

5.4.1 Pengetahuan Tentang Indikasi Antibiotik

Indikator pertama dalam penelitian ini yaitu tentang indikasi antibiotik.

Sebelum menggunakan suatu obat antibiotik sangat penting memiliki pengetahuan

tentang indikasi obat tersebut agar tujuan terapi dapat tercapai. Pada penelitian ini,

pernyataan yang mewakili indikator tentang indikasi antibiotik ada 4 yakni pada

pernyataan nomor 1,2,3 dan 4. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari

78

jawaban responden pada indikator indikasi antibiotik:

Tabel 5.10 Hasil Jawaban Responden Pada Indikasi Antibiotik No

soal

Indikator Pernyataan Jawaban

Rata-rata

Tepat Tidak

tepat

Tepat Tidak

tepat

1. Indikasi

antibiotik

Obat antibiotik dapat

digunakan untuk

penyakit infeksi

70,45% 29,55% 40,20% 59,80%

2. Penyakit demam dan flu

dapat diobati dengan

mengkonsumsi antibiotik

24,72% 75,28%

3. Pemberian antibiotik

seperti kloramfenikol,

dapat diberikan untuk

penderita typhus

19,60% 80,40%

4. Antibiotik seperti

supertetra boleh

digunakan untuk

mengatasi flu

46,02% 53,98%

Berdasarkan tabel 5.10 pernyataan yang mewakili indikator tentang indikasi

antibiotik yakni ada”4” pernyataan. Pernyataan pertama (nomor 1) yakni “Obat

antibiotik dapat digunakan untuk penyakit infeksi”. Jawaban yang TEPAT adalah

“BENAR” dan sebanyak 248 responden (70,45%) menjawab dengan jawaban tepat

(pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Khairunnisa (2018) di kalangan masyarakat Kota Medan ia menyebutkan bahwa

sebanyak 83,7% responden telah mengetahui tentang indikasi antibiotik untuk

mengobati infeksi akibat bakteri. Hal ini diakibatkan karena responden telah

mengetahui bahwa antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati

infeksi yang diakibatkan oleh bakteri, bukan diakibatkan oleh virus, jamur, atau

parasit (Dewi, 2019). Menurut Kemenkes R1 (2011) jika indikasi obat yang

diberikan tepat dan sesuai dengan tujuannya maka tujuan terapi akan tercapai.

Begitu pula sebaliknya, jika masyarakat tidak mengetahui dan memahami indikasi

79

dari antibiotik, maka dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaannya.

Pernyataan kedua (nomor 2) yakni “Penyakit demam dan flu dapat diobati

dengan mengkonsumsi antibiotik”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH” dan

sebanyak 265 responden (74,38%) menjawab dengan jawaban tidak tepat (pilihan

jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratomo dan

Dewi (2018) di kalangan masyarakat Desa Anjir Mambulau Tengah ia

menyebutkan bahwa sebanyak 53,40% responden belum mengetahui tentang

indikasi antibiotik bahwa tidak bisa digunakan untuk mencegah demam dan flu. Hal

ini diakibatkan karena masyarakat masih belum mengetahui tentang perbedaan

antara penyebab penyakit infeksi yang terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Masyarakat menganggap bahwa antibiotik dapat digunakan untuk semua penyakit

infeksi termasuk yang sebabkan oleh virus, jamur, dan parasit (Dewi, 2019).

Menurut literatur antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati

infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan tidak efektif untuk melawan infeksi yang

disebabkan oleh virus, karena virus tidak memiliki proses metabolisme

sesungguhnya. (Tjay dan Rahardja, 2007).

Pernyataan ketiga, (nomor 3) yakni “Pemberian antibiotik seperti

kloramfenikol, dapat diberikan untuk penderita typhus”. Jawaban yang tepat adalah

“BENAR” dan sebanyak 69 responden (19,60%) menjawab dengan jawaban tepat

(pilihan jawaban benar) serta sebanyak 283 responden (80,40%) menjawab dengan

jawaban tidak tepat (pilihan jawaban salah). Typus merupakan penyakit infeksi akut

usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhi (Mansjoer,2003). Terapi

spesifik untuk pengobatan Typhus adalah pemberian antibiotik. Penggunaan

80

antibiotik yang tepat, dapat menyembuhkan 99% penderita dengan cara

menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman (Tjay dan Rahardja, 2007).

Antibiotik yang dapat digunakan pada penderita thypus salah satunya adalah

kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat

dicadangkan untuk penanganan infeksi seperti typhus (BPOM RI, 2022).

Mekanisme kerja obat ini bekerja menghambat sintesis protein kuman dengan cara

berikatan pada ribosom 50S sehingga menghambat pembentukan rantai peptida

(Tjay dan Rahardja, 2007).

Pernyataan keempat (nomor 4) yakni “Antibiotik seperti supertetra boleh

digunakan untuk mengatasi flu”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH” dan

sebanyak 162 responden (46,02%) menjawab dengan jawaban tepat (pilihan

jawaban salah) serta sebanyak 190 responden (53,98%) menjawab dengan jawaban

tidak tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini dimungkinkan karena keyakinan dan

kebiasaan masyarakat yang tidak tepat tentang penggunaan antibiotik supertetra.

Hal ini merupakan cerminan dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Supertetra

merupakan antibiotik golongan tertrasiklin yang ditujukan untuk penggunaan oral

(Ansel, 2011). Maka dari itu, dimungkinkan masyarakat berinisitif sendiri untuk

menggunakan supertetra dalam mengatasi flu karena penggunaannya yang sangat

mudah.

Penggunaan antibiotik untuk mencegah demam atau flu merupakan

cerminan penggunaan antibiotik yang salah atau tidak rasional karena antibiotik

merupakan obat yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri bukan virus.

Namun, penyakit influenza (flu) yang sering kali kita jumpai sebagian besar sering

81

disebabkan oleh virus. Seringkali dokter meresepkan ataupun juga pasien

berinisiatif sendiri untuk menggunakan antibiotik. Seharusnya antibiotik bisa

digunakan bila influenza sudah disertai infeksi sekunder dari bakteri. Hal tersebut

dapat terlihat dari adanya tanda-tanda terjadinya infeksi. Penggunaan antibiotik

yang kurang tepat seperti ini dapat menyebabkan bakteri yang awalnya “lemah”

akan menjadi bakteri yang “kuat” sehingga akan menjadi resisten atau resistensi

bakteri (Indriani dan Susanti, 2017). Pengetahuan responden mengenai indikasi

antibiotik sangat penting dimiliki untuk mencegah kesalahan dalam penggunannya.

5.4.2 Pengetahuan Tentang Dosis Antibiotik

Indikator yang kedua dari penelitian ini yaitu tentang dosis antibiotik. Dosis

merupakan hal yang sangat penting diketahui dalam penggunaan obat antibiotik.

Pada penelitian ini, ada 1 pernyataan yang mewakili indikator dosis antibiotik yakni

pada pernyataan 5. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban

responden pada indikator dosis antibiotik.

Tabel 5.11 Hasil Jawaban Responden Pada Dosis Antibiotik

No

soal

Indikator Pernyataan Jawaban

Total

Tepat Tidak

tepat

5 Dosis

antibiotik

Penggunaan

antibiotik harus

dihentikan jika

sudah membaik

meskipun obat

antibiotik masih ada

25,57% 74,43% 100%

Berdasarkan tabel 5.11 pernyataan yang meewakili indikator dosis

antibiotik adalah pernyataan nomor 5 yakni “Penggunaan antibiotik harus

82

dihentikan jika sudah membaik meskipun obat antibiotik masih ada”. Jawaban yang

tepat adalah “SALAH” dan sebanyak 262 responden (74,43%) menjawab dengan

jawaban tidak tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kondoj (2020) di Kota Manado diketahui bahwa 66,90% responden

menjawab tidak tepat. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat belum mengetahui

dosis penggunaan antibiotik yang tepat, kebanyakan dari mereka lebih memilih

untuk mengurangi dosis dan menghentikan penggunaan antibiotik jika kondisi

sudah membaik (Kondoj, 2020). Menurut Rachmawati (2020), penggunaan

antibiotik tidak boleh dihentikan meskipun pasien sudah merasa kondisinya mulai

membaik, antibiotik harus tetap digunakan sesuai dengan aturan pakai yang

dianjurkan oleh Dokter sampai semua obatnya habis. Penggunaan antibiotik yang

tidak sesuai dengan anjuran dari dokter dan tidak sampai habis akan mengakibatkan

terbunuhnya bakteri yang sensitif saja sedangkan bakteri yang relatif kuat masih

ada (Indriani dan Susanti, 2017). Pengetahuan tentang dosis antibiotik juga

dianggap penting untuk diketahui masyarakat, sehingga masyarakat tidak dengan

mudah berinisiatif untuk mengurangi atau menambah dosis yang telah diresepkan

oleh dokter.

5.4.3 Pengetahuan Tentang Interval Waktu Penggunaan Antibiotik

Indikator ketiga pada penelitian ini yakni interval waktu penggunaan

antibiotik. Ketepatan interval penggunaan pada tiap antibiotik berbeda, hal ini

diatur sedemikian rupa supaya kadar obat didalam tubuh tetap terjaga dan akan

mempengaruhi efek antibakterinya. Pada penelitian ini, pernyataan yang mewakili

indikator interval waktu penggunaan antibiotik yakni pada pernyataan nomor “6”.

83

Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban responden pada indikator

interval waktu penggunaan antibiotik:

Tabel 5.13 Hasil Jawaban Responden Pada Interval Waktu Pengguaan Antibiotik

No

soal

Indikator Pernyataan Jawaban

Total

Tepat Tidak

tepat

6 Interval

waktu

pengguaan

antibiotik

Semua antibiotik boleh

dikonsumsi 2 -3 kali dalam

sehari

37,50% 62,50% 100%

Berdasarkan tabel 5.13 pernyataan yang mewakili indikator interval

waktu pengguaan antibiotik adalah pernyataan nomor 6 yakni “Semua antibiotik

boleh dikonsumsi 2 -3 kali dalam sehari”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH”

dan sebanyak 220 responden (60,80%) menjawab dengan jawaban tidak tepat

(pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Zulfa dan

Handayyani (2020) yang dilakukan di Surabaya diketahui bahwa sebesar 72,40%

responden belum mengetahui terkait interval waktu penggunaan antibiotik yang

tepat. Responden tidak mengetahui bahwa interval penggunaan pada tiap antibiotik

berbeda. Antibiotik memiliki interval waktu penggunaan yang berbeda, misalnya

Amoksisilin diminum 3x sehari setiap 8 jam, sedangkan Ampisilin diminum 4x

sehari setiap 6 jam (Juwita, dkk. 2017). Cara konsumsinya berpengaruh terhadap

absorbsi dan nasibnya dalam tubuh (Kemenkes RI, 2011).

Menurut WHO (2002) dalam Indriani dan Susanti (2017) salah satu tata cara

pemakaian obat yang benar, yaitu harus memperhatikan interval waktu pemberian,

misalnya untuk pemakaian tiga kali sehari dilakukan selang 8 jam. Apabila interval

penggunaan antibiotik tidak tepat maka akan menyebabkan hal fatal seperti terjadi

84

efek samping antibotik ataupun tidak tercapainya tujuan terapi (Juwita, dkk. 2017).

5.4.4 Pengetahuan Tentang Lama Pemberian Antibiotik

Indikator keempat pada penelitian ini yakni lama pemberian antibiotik.

Seiring banyaknya antibiotik yang diresepkan oleh Dokter disesuaikan dengan

penyakit yang diderita oleh setiap pasien. Penggunaan antibiotik oleh pasien harus

memperhatikan waktu, frekuensi dan lama pemberian sesuai rejimen terapi dan

memperhatikan kondisi pasien. Akan tetapi, sering ditemukan antibiotik yang

digunakan dihentikan meskipun belum pada waktu yang telah diresepkan Dokter.

Padahal penghentian otomatis pemberian antibiotik dapat dilakukan bila

penggunaan sudah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Contohnya

Apoteker perlu melakukan konfirmasi dengan dokter jika ingin mengganti sediaan

antibiotik seperti intravena dengan antibiotik oral. Jangka waktu penggunaan

tersebut dapat dilakukan dalam waktu 72 jam jika antibiotik memiliki spektrum

yang sesuai dengan hasil tes sensitivitas dengan memperhatikan farmakodinamik

dan farmakokinetik (Kemenkes RI, 2011).

Pernyataan yang mewakili indikator lama pemberian antibiotik yaitu

pernyataan nomor “7”. Berikut data dari hasil jawaban responden mengenai

pernyataan tentang lama pemberian antibiotik :

Tabel 5.14 Hasil Jawaban Responden Pada Lama Pemberian Antibiotik

No

soal

Indikator Pernyataan Jawaban

Total

Tepat Tidak

tepat

7 Lama

pemberian

antibiotik

Waktu minimal dalam

mengkonsumsi obat

antibiotik adalah 3 -7 hari

48,58% 51,42% 100%

85

Berdasarkan tabel 5.14 pernyataan yang mewakili indikator lama pemberian

antibiotik adalah pernyataan nomor 6 yakni “Waktu minimal dalam mengkonsumsi

obat antibiotik adalah 3 -7 hari”. Jawaban yang tepat adalah “BENAR” dan hanya

sebanyak 171 responden (48,58%) yang menjawab dengan jawaban tepat (pilihan

jawaban benar). Berdasarkan efikasi klinis untuk eradikasi mikroba atau sesuai

protokol terapi, lama pemberian antibiotik misalnya pada pasien Cystitis yakni 3

hari dan sebagian besar infeksi seperti pneumonia, Septikemia adalah 5 – 7 hari

karena antibiotik mulai bekerja segera setalah digunakan dan efeknya akan terasa

selama dua hingga tiga hari (Kemenkes RI, 2011).

Penggunaan antibiotik yang belum sampai dengan jangka waktu yang

ditentukan, seperti contoh penggunaan antibiotik 3-7 hari akan mengakibatkan

bakteri yang masih hidup menjadi bakteri yang resisten dan dapat berkembang biak

serta memerlukan antibiotik yang lebih kuat (Indriani dan Susanti, 2017). Perlu

adanya edukasi kepada masyarakat bahwa waktu minimal dalam mengkonsumsi

antibiotik adalah sesuai yang diresepkan Dokter contohnya 3-7 hari. Maka, tidak

boleh menghentikan pemberian antibiotik sesuai keiginan sendiri.

5.4.5 Pengetahuan Tentang Efek Samping Antibiotik

Indikator yang kelima pada penelitian ini yakni mengenai pengetahuan efek

samping antibiotik. Obat berpotensi memiliki efek samping yang tidak diinginkan

bukan hanya antibiotik yang memiliki efek samping, melainkan semua obat yang

berbahan kimia dapat berpotensi menimbulkan efek samping. Pernyataan yang

mewakili indikator efek samping antibiotik ada 2 pernyataan yakni pada pernyataan

nomor 8 dan 9. Berikut data hasil yang diperoleh dari jawaban dari responden

86

mengenai pernyataan tentang efek samping antibiotik :

Tabel 5.15 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik

No

soal

Indikator Pernyataan Jawaban

Rata-rata

Tepat Tidak

tepat

Tepat Tidak

tepat

8 Efek

samping

antibiotik

Efek samping

merupakan Respons

tehadap obat yang

tidak diinginkan

59,38% 40,63% 56,25% 43,75%

9 Efek samping dari

Amoksisilin yaitu

mual dan

muntah,diare dan

nyeri sendi

53,12% 46,88%

Berdasarkan tabel 5.15 pernyataan yang mewakili indikator efek samping

antibiotik ada 2 yakni pernyataan nomor 8 dan 9. Pernyataan pertama (nomor 8)

“Efek samping merupakan Respons tehadap obat yang tidak diinginkan”. Jawaban

yang tepat adalah “BENAR” dan sebanyak 209 responden (59,38%) menjawab

dengan jawaban tepat (pilihan jawaban benar) serta sebanyak 143 responden

(40,63%) menjawab dengan tidak tepat (pilihan jawaban salah). Menurut literatur

Ratman,dkk (2019) efek samping obat merupakan respon suatu obat yang

merugikan dan tidak diinginkan terjadi saat digunakan pada manusia baik untuk

pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit (Ratman, dkk. 2019).

Pernyataan kedua (nomor 9) “Efek samping dari Amoksisilin yaitu mual

dan muntah,diare dan nyeri sendi”. Jawaban yang tepat adalah “BENAR” dan

sebanyak 187 responden (53,13%) menjawab dengan jawaban tepat (pilihan

jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2019)

terkait penggunaan antibiotik di Desa Cikedung Lor Blok Tarikolot, Kecamatan

87

Cikedung, Kabupaten Indramayu ia menyebutkan bahwa sebesar 54,76%

responden mampu menjawab dengan tepat terkait efek samping antibiotik. Contoh

efek samping obat antibiotik pada golongan penisilin yang sering muncul yaitu efek

samping hipersensitasi, gangguan lambung (mual,muntah dan diare) dan pada dosis

tinggi dapat menyebabkan neurotoksis dan nefrotoksis. (Tjay, 2007).

Pengetahuan terkait efek samping sangat penting untuk diketahui oleh

masyarakat, karena dengan mengetahui efek samping yang mungkin terjadi maka

masyarakat akan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika terjadi efek

samping. Apabila timbul efek samping seperti mual atau muntah maka penggunaan

obat tersebut harus dihentikan dan segera konsultasikan atau menghubungi kepada

Apoteker ataupun Dokter.

5.4.6 Pengetahuan Tentang Informasi Antibiotik

Indikator keenam pada penelitian ini yakni informasi lain tentang antibiotik.

Selain mengetahui tentang indikator-indikator di atas, berbagai informasi mengenai

antibiotik juga penting untuk diketahui oleh masyarakat. Informasi dalam penelitian

ini termasuk contoh antibiotik, penyimpanan, dan penggolongan obat serta cara

memperoleh antibiotik yang tepat. Pernyataan yang mewakili indikator ini yaitu ada

3, yakni pada pernyataan nomor 10,11 dan 12. Berikut data hasil yang diperoleh

dari jawaban responden mengenai pernyataan tentang informasi antibiotik :

88

Tabel 5.16 Hasil Jawaban Responden Pada Efek Samping Antibiotik

No

soal

Indikator Pernyataan Jawaban

Rata-rata

Tepat Tidak

tepat

Tepat Tidak

tepat

10 Informasi

antibiotik

Anibiotik boleh

diberikan ke saudara

jika mengalami sakit

yang sama

40,34% 59,66% 47,92% 52,08%

11 Contoh obat

Antibiotik yaitu

Amoksisilin,

Ampisilin,Cefadroxil,

dan Supertetra

67,61% 32,39%

12 Antibiotik harus

diperoleh dengan

resep dokter karena

merupakan obat keras

35,20% 64,80%

Berdasarkan tabel 5.16 pernyataan yang mewakili indikator informasi lain

tentang antibiotik ada 3 yakni pernyataan nomor 10,11 dan 12. Pernyataan pertama

(nomor 10) “Antibiotik boleh diberikan ke saudara jika mengalami sakit yang

sama”. Jawaban yang tepat adalah “SALAH” dan sebanyak 142 responden

(40,34%) menjawab tepat (pilihan jawaban salah) serta sebanyak 210 responden

(59,66%) menjawab tidak tepat (pilihan jawaban benar). Ketika Dokter

memberikan suatu resep antibiotik kepada pasien, maka pasien wajib mematuhi

aturan. minum yang telah ditentukan yaitu harus mengkonsumsinya hingga habis

dan tidak boleh disimpan. Informasi ini sangat penting untuk diketahui oleh

masyarakat, dimana dengan informasi ini diharapkan dapat meningkatkan

kepatuhan seseorang dalam lama penggunaan antibiotik yang diberikan dokter dan

meminimalisir persentase masyarakat yang menyimpan antibiotik sebagai

swamedikasi karena perlu diketahui bahwa antibiotik merupakan obat yang tidak

89

dapat dipergunakan untuk kepentingan pengobatan sendiri atau swamedikasi (Ihsan

dkk., 2016).

Pernyataan kedua, nomor 11 “Contoh obat Antibiotik yaitu Amoksisilin,

Ampisilin, Cefadroxil dan Supertetra” dan sebanyak 238 responden (67,61%)

menjawab tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2021) ia menyebutkan bahwa sebesar 69,05% responden

mengetahui tentang contoh antibiotik. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena

responden telah mengetahui informasi mengenai contoh obat antibiotik yang dapat

ditemui di pasaran seperti Amoksisilin dan Ampisilin (Dewi,2019). Mengetahui

contoh-contoh obat yang tergolong dalam antibiotik sangat penting diketahui

masyarakat dengan begitu diharapkan masyarakat mengetahui contoh-contoh

antibiotik sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam penggunaan antibiotik.

Pernyataan ketiga, nomor 12 “Antibiotik harus diperoleh dengan resep

dokter karena merupakan obat keras” dan hanya sebanyak 126 responden (35,80%)

menjawab tepat (pilihan jawaban benar). Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pratomo dan Dewi (2018) dimana hanya 24,27 % masyarakat

Desa Anjir Mambulau yang membeli atau memperoleh antibiotik dengan resep

dokter. Begitu pula, pada penelitian ini diperoleh data bahwa mayoritas responden

memperoleh antibiotik dari toko obat/warung sejumlah 159 (45%). Hal tersebut

dikarenakan antibiotik dijual bebas dan bisa dibeli tanpa resep dokter serta tidak

adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah (Ambuk,2020). Seharusnya obat

antibiotik hanya dapat diperoleh di Instalasi Farmasi seperti Apotek dengan

menggunakan resep dari dokter (Rudiansyah, 2020). Pengetahuan tentang

90

informasi obat antibiotik ini sangat penting diketahui oleh masyarkat agar

masyarakat tidak sembarang dalam membeli obat antibiotik sehingga dapat

eminimalisir terjadinya efek samping antibiotik.

5.5 Kategori Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Masyarakat Desa Banyior

Menurut Arikunto (2006) kategori pengetahuan dikelompokkan menjadi

3 golongan yakni pengetahuan baik (>76%), pengetahuan cukup (56% - 75%) dan

pengetahuan kurang (<56%). Berikut tabel kategori tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu

Kabupaten Bangkalan:

Tabel 5.17 Kategori Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan

Antibiotik Di Desa Banyior

Kategori Frekuensi

Jumlah Presentase (%)

Baik 24 6,82%

Cukup 69 19,60%

Kurang 259 73,58%

Total 352 100%

Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden

terbanyak yaitu memiliki pengetahuan kurang sebanyak 259 responden (73,58%).

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang terdiri dari umur, pengalaman,

tingkat pendidikan, pekerjaan, minat, lingkungan, dan informasi

(Notoadmodjo,2010). Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas pendidikan

terakhir responden adalah SD yaitu sebanyak 164 (47%). Dimana, menurut

Undang-undang no. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan

formal terdiri atas pendidikan rendah (SD dan SMP), pendidikan menengah

(SMA) dan pendidikan tinggi (diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor).

91

Berkaitan dengan penelitian ini, mayoritas pendidikan responden dalam penelitian

ini termasuk kedalam kategori pendidikan rendah dan pendidikan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Novelni (2020) ia menyebutkan bahwa seseorang dengan

pendidikan akhir SD pengetahuannya lebih baik seseorang yang berpendidikan

terakhir perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

pengetahuan yang dimiliki juga akan semakin bertambah. Tingkat pendidikan

berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta

kemampuan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang

memiliki pendidikan lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan

wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi dan

dapat ikut berperan serta dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan

keluarganya (Yuswantina, dkk. 2019). Pernyataan tersebut didukung dengan

pernyataan dalam Ivoryanto (2017) ia menyebutkan bahwa seseorang yang telah

lulus dari perguruan tinggi 2.39 kali lebih mengerti penggunaan antibiotik yang

benar dibandingkan seseorang dengan level pendidikan sekolah dasar.

Pekerjaan sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu diperoleh

data pekerjaan responden terbanyak yakni sebagai petani dengan jumlah

responden 121 (34,3%). Berkaitan dengan penelitian ini, pekerjaan seseorang akan

berpengaruh terhadap pengetahuan penggunaan antibiotik. Mayoritas pengetahuan

responden terkait antibiotik pada penelitian ini adalah kurang. Hal ini disebabkan

oleh pekerjaan responden sebagai petani dimana pekerjaan yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi proses dalam mencari informasi terhadap suatu hal.

92

Semakin mudah mencari informasi maka semakin banyak pula informasi yang

didapat sehingga pengetahuan yang dimiliki seseorang pun akan meningkat

(Notoatmodjo, 2010). Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Syarifuddin

(2019) ia menyebutkan bahwa pengalaman dalam bekerja dapat memberikan

pengetahuan dan keterampilan seseorang sehingga pengetahuan yang dimiliki

dapat berkembang. Hal serupa juga disebutkan oleh Pangesti (2012) saat orang

bekerja akan menggunakan otak dan kemampuan tubuh sehingga bisa menyimpan

atau ada peningkatan daya ingat karena sering melakukannya.

Informasi juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, dimana kemudahan

memperoleh informasi dapat membantu seseorang untuk secara cepat memperoleh

pengetahuan yang baru. Pada umumnya, semakin banyak memperoleh informasi,

semakin cepat seseorang mendapat pengetahuan baru. Berkaitan dengan penelitian

ini, responden pada penelitian ini mayoritas mendapatkan obat antibiotik yang

digunakan dari toko obat/warung dengan jumlah 159 (45%) maka dimungkinkan

masyarakat tidak memperoleh informasi yang tepat mengenai informasi

penggunaan antibiotik yang tepat. Berdasarkan literatur obat antibiotik hanya

dapat diperoleh di Instalasi Farmasi seperti Apotek dengan menggunakan resep

dari dokter (Rudiansyah, 2020).

Hasil penelitian ini dimana pengetahuan masyarakat tentang antibiotik

masih dalam kategori kurang, maka menjadi perhatian khusus dalam dunia

kesehatan khususnya bagi Apoteker agar tidak menimbulkan efek dari tindakan

yang dilakukan masyarakat karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan yang

masih kurang terkait penggunaan antibiotik yang tepat dapat menimbulkan efek

93

samping yang cukup membahayakan salah satunya seperti terjadinya resistensi

antibiotik (Loni, 2020). Apoteker sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan,

memiliki peran dan tanggungjawab yang besar pada penggunaan antibiotik. Tingkat

kesadaran masyarakat kurang mengenai antibiotik, oleh karena itu apokeker

berperan sangat penting dalam memberikan edukasi dan konseling tentang

pengendalian resistensi antibiotik kepada tenaga kesehatan, masyarakat ataupun

kepada anggota keluarga. Edukasi dan konseling dapat dilakukan di apotek pada

saat konsumen membeli antibiotik. Setelah diberikan konseling dilakukan evaluasi

pengetahuan pasien untuk memastikan pasien memahami informasi yang telah

diberikan. Selain itu dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk

melakukan penyuluhan kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat luas mengenai antibiotik dan penggolongan obat. Disamping itu,

pemerintah juga dapat membuat kebijakan terkait pengawasan antibiotik dipasaran

sehingga dapat meminimalisir antibiotik yang dijual secara bebas baik di apotek

ataupun toko obat/warung.

Uraian diatas menunjukkan bahwa penting memiliki pengetahuan terkait

penggunaan antibiotik yang tepat agar tidak mudah mengikuti sesuatu yang tidak

diketahui kebenarannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 36 yang berbunyi :

ىك كان عنه مسـول ول تقف ما ليس لك به علم ان السمع والبصر والفؤاد كل اول

Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena

pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta

pertanggungjawabannya (Q.S. Al-Isra:36)

94

Berdasarkan tafsir Al-Misbah ayat diatas menjelaskan bahwasanya Allah

melarang menurut saja, menurut dengan tidak mengetahui sebab musabab. Awal

ayat ini terdapat kata “ ول تقف” : Kata taqfu ialah mengikuti jejak, seseorang diberi

hati, akal dan fikiran untuk menimbang baik dan buruk. Sedangkan pendengaran

dan penglihatan adalah penghubung hati sanubari dengan segala sesuatu untuk

diperhatikan dan dipertimbangkan muḍarat dan manfaatnya, atau baik dan

buruknya. Dalam hidup beragama sjbjangat diperlukan penggunaan pendengaran,

penglihatan dan hati untuk menimbang. Dari satu sisi ayat 36 surah al-isra’ di atas,

mencegah sekian banyak keburukan seperti tuduhan, sangka buruk, kebohongan

dan kesaksian palsu. Disisi lain, ia memberikan tuntunan untuk menggunakan

pendengaran, penglihatan dan hati sebagai alat-alat untuk meraih pengetahuan.

Oleh karena itu, sepatutnya seorang hamba yang mengetahui bahwa ucapan dan

perbuatannya akan diminta pertanggungjawaban menyiapkan jawaban untuknya

(Shihab, 2007)

Ayat tersebut berkaitan dengan penelitian ini yang menjelaskan bahwa

Allah melarang seseorang untuk mengikuti sesuatu tanpa mengetahui sebab dari

suatu hal tersebut karena diberi hati, akal dan fikiran untuk menimbang baik dan

buruk segala sesuatu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan efek dan manfaat

atau baik dan buruknya. Maka dari itu, seseorang harus mengetahui sebab terlebih

dahulu sebelum menggunakan antibiotik agar memperoleh manfaat dan tidak

menimbulkan efek samping dari penggunaan yang tanpa dilandasi pengetahuan

yang tepat karena pada dasarnya setiap manusia tidak boleh sembarangan

berbicara dan berbuat sesuatu tanpa dilandasi ilmu dan kebenaran informasi serta

95

tidak semua hal yang terdengar di telinga, terlintas dalam benak fikiran dan juga

semua yang sampai kepada kita harus bisa kita terima.

96

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Pada penelitian ini diperoleh hasil antibiotik yang paling banyak digunakan

responden adalah Amoksisilin yaitu sebanyak 166 reponden (47%) serta cara

memperolehnya kebanyakan masyarakat membelinya ditoko obat/warung

dengan jumlah sebanyak 159 responden (45%).

2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan diperoleh data bahwa dari 352

responden terdapat 24 responden (6,82%) berpengetahuan baik, sebanyak 69

(19,60%) berpengetahuan cukup dan sebanyak 259 (73,58%) berpengetahuan

kurang.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan dilakukan edukasi kepada masyarakat terkait cara penggunaan obat

yang tepat khususnya antibiotik oleh tenaga kesehatan ataupun pemerintah. Hal

tersebut dapat dilakukan melalui acara seminar ataupun penyuluhan.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang hal-hal yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan di Desa Banyior (dikarenakan nilai tingkat pengetahuan rendah)

97

3. Perlu dilakukan penelitian terkait edukasi untuk meningkatkan pengetahuan

penggunaan obat antibiotik di Desa Banyior

98

DAFTAR PUSTAKA

Ambuk, Y. L. 2020. Penggunaan Antibiotik Oleh Masyarakat Di Kelurahan Watu

Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai Sebagai

Pengobatan Gigi Sendiri. Doctoral dissertation, Poltekes Kemenkes

Kupang.

Ardenari, M. P., 2011, Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan

masyarakat Kecamatan Kotagede Yogyakarta tentang antibiotika pada

tahun 2011, Skripsi, Prodi. Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Akhmaddhian, S., & Fathanudien, A.2015. Partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan Kuningan sebagai Kabupaten konservasi. Jurnal

Unifikasi, Vol 2, 67-90

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

A. Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia, Yogyakarta : Nuha Medika

Azizah, Nur.2014. Dinamika psikologis penderita obsessive compulsif disorder

(OCD). Skripsi.Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Badan POM RI.2011. Gunakan Antibiotik secara rasional. Info POM 12(2)

Maret-April 2011.

Badan POM RI. Pusat Informasi Obat Nasional. Available from:

https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/518-

antibiotik-lain/5181-kloramfenikol. Diakses 25 Februari 2022

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta : Insan Cendekia

Bellissimo-Rodrigues F.2008. Center for disease control and prevention, emerging

infectious disease. Antimicrobial drug use and antibiotic-resistant

bacteria. antimicrobial drug use and antibiotic resistant bacteria .

(diunduh 31 Oktober 2021). Tersedia dari: Url: Hyperlink

http://wwwnc. cdc.gov/eid/article/14/1/07-1028.htm.

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2021. Kecamatan Sepulu Dalam Angka. Badan Pusat

Statistik Kota Bangkalan

Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.

Departemen Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor nomor

347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang obat wajib apotek golongan 1.

99

Departemen Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 924 / Menkes

/Per / X / 1993 tentang daftar obat wajib apotek golongan 2.

Departemen Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1176/Menkes/SK/X/ 1999 917/Menkes/Per/X/l993 tentang Daftar Wajib

Apotek Golongan 3.

Departemen kesehatan RI, 2008, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36

tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta

Departemen Kesehatan RI.2011. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2406/MENKES /PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotika

Departemen kesehatan RI.2021.Pedoman Penggunaan Antibiotik. Jakarta

Dewi,Dede Puspita.2021.Peran Edukasi Penggunaan Antibiotik Terhadap

Pengetahuan Masyarakat.Skripsi. Farmasi Universitas Jenderal Ahmad

Yani : Yogyakarta

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung :

PT Remaja Rosdakarya

Ferdishansyah,Decky.2017.Co-Evolusi Antibiotik dalam Pola Penggunaan

Antibiotik Menurut Pendekatan Teori Jaringan-Aktor. Majalah

Farmasetika, Vol.2 No.3

Fernandez B.A., 2013. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Kabupaten

Manggarai dan Manggarai Barat – NTT.Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya. 2(2): 9-10

Finberg, R. W. & Guharoy, R., 2012. Clinical Use of Anti-infective Agents. New

York: Springer.

Gyssens, I.C. 2005. Audit for monitoring the quality of antimicrobial prescription.

New York: Kluwer Academic Publishers.

Gunawan, S G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia

Hartayu,dkk.2013.Pemahaman masyarakat kecamatan mergangsan,

gondokusuman,umbulharjo dan kotagede yogyakarta terkait antibiotika.

Jurnal farmasi sains dan komunitas, hlm. 22-28 Vol. 10 No. 1

Hartika,A.N.2018.Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

100

Penggunaan Antibiotik Di Dusun Pucangan Bumirejo Mungkid. Karya

Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Magelang

Hurlock, Elizabeth.1998. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga

Ihsan, S; Kartika dan Aki, N.I. 2016. Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep di

Apotek Komunitas Kota Kendari. Media Farmasi. Volume 13 Nomor

Indriani, Ervita dan Susanti, Nazmi Syahida.2017. Flu dan Batuk, Perlukah

Antibiotik?. Majalah Farmasetika. Vol.2 No.5.

Ivoryanto, Evelyne.dkk.,2017.Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat

terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan Antibiotika Oral di Apotek

Kecamatan Klojen. Pharmaceutical Journal Of Indonesia. 2(2)

Juwita, D.A; Arifin, H. dan Yulianti, N. 2017. Kajian Deskripstif Retrospektif

Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M.

Djamil Padang. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Volume 3 Nomor 2.

Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Hari Kesehatan

Sedunia. Jakarta.

Kemenkes RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan

Kefarmasian, Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan

Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik. Jakarta: Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2012. Survei Kesehatan Dasar Indonesia. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Kemenkes RI.

Khairunnisa, K., Tanjung, H. R., & Sumantri, I. B.2018. Penilaian Pengetahuan,

Persepsi Dan Kepercayaan Masyarakat Kota Medan Terhadap

Penggunaan Antibiotik. Journal of Tropical Medicine Conference

Series, 1(1).

Kondoj, Inchristy Victoria,dkk.2020. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Sikap

Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Apotek Kimia Farma 396

Tuminting Kota Manado. Pharmacon Vol.9 No.2.

101

Kurniawan,Adin Hakim., Wardiyah.,Tadashi., Yuri.2019. The Correlation

Between Knowledge With Community Behavior In Antibiotic Use In

Kelurahan Petukangan Utara With Home Pharmacy Care. Jurnal

Teknologi Dan Seni Kesehatan. Vol 10 (2).

Kurniawati, Laili Hani.2019. Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku

Penggunaan Antibiotik Pada Konsumen Tiga Apotek di Kecamatan

Glagah Kabupaten Lamongan.Skripsi. Program Studi Farmasi :

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Lisnawati., Pangesti, Wilis Dwi. 2012. Hubungan Pemberian Pendidikan

Kesehatan dengan Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh Kembang Balita di

Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja. Jurnal UMP.

Loni, Sinthya Putri Uli. 2020. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Penggunaan Antibiotika. Karya Tulis Ilmiyah. Kupang : Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kupang

Muflih, Andi.2014. Pengobatan dalam islam, skripsi. Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar. Makassar.

Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Nawawi, Q., 2013, Efek samping komsumsi Antibiotik dan penggunaannya.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Rineka Cipta

Notoatmodjo,S.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S.2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S., 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Nurhasnawati, H; Jubaidah, S. dan Elfia, N. 2016. Penentuan Kadar Residu

Tetrasiklin HC1 Pada Ikan Air Tawar Yang Beredar di Padar Segiri

Menggunakan Metode Spektofotometri Ultra Violet. Jurnal Ilmiah

Manuntung. Vol 4 No 2.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

102

Nursalam.2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba

Medika.

Pambudi dan Utari,2020. Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik pada

mahasiswa kesehatan universitas sahid surakarta. Jurnal Dunia

Farmasi. Vol 4 No 3.

Paramitasari, Radhitia dan Alfian, Ilham Nur. 2012. Hubungan antara Kematangan

Emosi dengan Kecenderungan Memaafkan pada Remaja Akhir. Jurnal

Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Surabaya: Vol. 1, No. 02.

Peleg, A dan Hooper, D. 2010. Hospital-Acquired Infections Due to Gram-

Negative Bacteria. New England Journal of Medicine. Vol 362. No 19.

Pertiwi,Rini Anggraeni.2018. Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada

Mahasiswa Universitas Muslim Nusantara. Skripsi. Medan:Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Plump,W,2014.Study Shows Significant Increase in Antibiotic Use Across The

World. Princeton University

Pratiwi, Ageng I., Wiyono, Weny I..,Jayanto, Imam.2020.Pengetahuan Dan

Penggunaan Antibiotik Secara Swamedikasi Pada Masyarakat Kota.

Jurnal Biomedik. 12(3):176-185

Pratomo,Guntur Satrio & Dewi,Nuria Ayu.2018. Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Desa Anjir Mambulau Tengah Terhadap Penggunaan

Antibiotik. Jurnal Surya Medika Volume 4 No. 1

Prayitno A., Juwono, R., 2003, Terapi Antibiotik, dalam Aslam, M., Tan, C.K.,

Prayitno, A., Farmasi Klinis, 321-328, PT Elex Media Komputindo

Gramedia, Jakarta.

Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.

Jakarta: Pleskonfi.

Putri, Chotimah Kusuma. 2017. Evaluasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang Penggunaan Antibiotik di Kabupaten Klaten. Skripsi.

Surakarta: Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ratman, Siti Hardianti,dkk.2019.Pemantauan Efek Samping Antibiotik Yang

Merugikan Pada Pasien Anak Yang Berobat Di Puskesmas Kecamatan

Pontianak Timur.Jmfarmasi Untan.

Refdanita, dkk. 2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika Di Ruang

Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002.

103

Dalam : Makara, Kesehatan. 8(02) : 41-48.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Jakarta

Riwidikdo, handoko.2009. Statistik Kesehetan: Belajar mudah teknik analisis data

dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS).

Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Robert M, Kliegmen.2011. Nelson textbook of pediatrics. USA: Elsevier.

Rudiansyah, L., Hasani Furdiyanti, N., & Yuswantina, R. 2020. Studi Penggunaan

Antibiotik Tanpa Resep Pada Masyarakat Desa Langensari

Kecamatan Ungaran Barat. Doctoral dissertation. Universitas

Ngudi Walyo

Rusli,2018.Bahan Ajar Farmasi : Farmasi Klinik Edisi 2018, Makassar.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sahputri,Juwita & Z, Khairunnisa. 2020. Tingkat Pengetahuan Penggunaan

Antibiotik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fk

Unimal Angkatan 2019. Jurnal Averrous Vol. 6 No.2 : 84-92.

Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan. 2008. Dasar-Dasar Metodologi

PenelitianKlinis Edisi ke – 3. Jakarta: Sagung Seto.

Setiabudy, R. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI.

Shihab, M. Quraish.2007. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian

Alquran, Jakarta: Lentera Hati

Sholih, M. G., Ahmad M., dan Siti S. 2015. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

di Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Jurnal

Farmasi Klinik Indonesia. 4(1): 63-70.

Simbolon, O. M. (2020). Edukasi Cara Penggunaan Antibiotik yang Baik dan

Benar Dengan Metode CBIA Pada Kader Posyandu di Kelurahan Jawa.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Kasih, 2(1).

Suharsono. 2010. Probiotik. Basis Ilmiah, Aplikasi, dan Aspek Prakstis. Bandung:

Penerbit Widya Padjajaran.

Sugiyono, 2000.Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta.

104

Sugiyono.2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Staf Pengajar Farmakologi UNSRI, 2008, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi

2, EGC, Jakarta, Hal: 404-405

Syarifuddin,Nuraeni.,dkk.2019.Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa

Carawali Kabupaten Sidenreng Rappang Dengan Tingkat Pengetahuan

Terhadap Penggunaan Antibiotik. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra. Vol. 7

No.1

Tjay,Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,

Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. Jakarta

Ulumuddin, Iihya. 2013. Tingkat pengetahuan Pasien Apotek Kimia Farmas

Assyifa Kota Bima Tentang Penggunaan Antibiotik. Karya Tulis

Ilmiah. Jurusan Farmasi Kesehatan Makassar. Makassar

Undang-Undang Obat Keras St. No.419 tgl 22 Desember 1949. Direktorat Jendral

Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesetan. Jakarta

Ugboko, H dan De, N. 2014. Review Article Mechanism of Antibiotik Resistance

in Salmonella typhi. International Journal of Current Microbiology and

Applied Science. Vol 3. No 12

Utami. 2012. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. International

Journal of Stroke. Vol 13 No 5. Hal 469-472.

Virgiawan,Ryan. 12 Maret 2019. Faktanya, Perempuan Lebih Peduli Kesehatan

Dibanding Pria. Mata Indonesia News.

Widayati, A., Suryawati, S., de Crespigny, C., Hiller, J.E., 2011, Self medication

with antibiotics in Yogyakarta City Indonesia: a cross Sectional

population-based survey, BMC Res Note

World Health Organization (WHO). 2005. Maternal Mortality. Geneva:

Departement of Reproductive Health and Research WHO.

World Health Organization (WHO). 2015. Guidelines for ATC Classification and

DDD Assigment. Norway: Norwegian Institute of Public Health.

Wowiling,Chalvy.dkk.2013.Pengaruh Penyuluhan Penggunaan Antibiotika

Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Kota Manado. Jurnal

Ilmiah Farmasi.Vol. 2 No. 03

Yanti, Y.E.. Nurmainah dan Hariyanto. 2016. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

pada Pasien Rawat Inap Balita Penderita Pneumonia dengan Pendekatan

Gyssens di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Skripsi.

105

Pontianak: Farmasi Universitas Tanjungpurų.

Yarza HL, Yanwirasti Y, Irawati L.2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan

Sikap Dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter. Jurnal

Kesehatan Andalas. 4(1):151–6.

Yuswantina,Richa.,dkk.2019. Hubungan Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan

Terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotik di Kelurahan Sidorejo

Kidul. Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product. Vol. 02

No. 01

Zulfa, I. M., & Handayani, W. (2020). Survei Kepatuhan Penggunaan Antibiotik

Oral Jangka Pendek di Beberapa Puskesmas di Surabaya. Jurnal

Farmasi Indonesia, 17(2)

106

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan

107

Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara Studi Pendahuluan

PERTANYAAN STUDI PENDAHULUAN

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Bapak/Ibu

mengetahui tentang

antibiotik?

2. Apakah Bapak/Ibu

mengetahui bagaimana cara

penggunaan obat antibiotik

yang tepat ?

3. Apakah Bapak/Ibu

mengetahui dampak atau

akibat dari penggunaan

antibiotik tanpa resep dokter.

4. Apakah Bapak/Ibu

mengetahui kalau antibiotik

harus diperoleh dengan resep

dokter?

5. Apakah Antibiotik bisa

digunakan untuk mengobati

demam,flue dan luka?

108

Lampiran 3. Dokumentasi Studi Pendahuluan Di Beberapa Warung dan

Masyarakat Desa Banyior Kecamatan Sepulu

a. Wawancara bersama salah satu masyarakat Desa Banyior

b.Wawancara bersama pemilik Toko Al-Az**

109

c. Wawancara bersama karyawan Toko

d. Wawancara bersama pemilik Toko Id**

110

e. Wawancara bersama masyarakat Desa Banyior

f. Wawancara bersama masyarakat Desa Banyior

111

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

112

Lampiran 5. Sertifikat Kelaikan Etik

113

Lampiran 6. Penjelasan Persetujuan Penelitian (PSP)

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI

PENELITIAN

(PSP)

1. Saya Ismea Munawaroh berasal dari Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang dengan ini meminta saudara/i untuk berpartisipasi dengan

sukarela dalam penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang Penggunaan Antibiotik Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu

Kabupaten Bangkalan”

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior Kecamatan Sepulu

Kabupaten Bangkalan berdasarkan parameter tentang indikasi antibiotik,

dosis,intervalkwaktu,lama penggunaan antibiotik, efek samping dan informasi

antibiotik yang dapat memberi manfaat bagi peneliti berupa tingkat

pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Banyior

Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini akan berlangsung

selama 30 menit dan saudara/i adalah orang yang memenuhi persyaratan untuk

terlibat dalam penelitian ini

3. Prosedure pengambilan data/bahan penelitian dilakukan dengan cara mengisi

kuesioner yang membutuhkan waktu 30 menit. Cara ini mungkin

menyebabkan ketidak nyamanan yaitu menyita waktu tetapi tidak perlu

khawatir karena dalam penelitian ini akan dilakukan dengan waktu seefisien

mungkin dan tidak ada bahaya yang diakibatkan saya berharap saudara/i

bersedia menjadi partisipan pada penelitian ini dan dapat menjawab dengan

jujur semua pertanyaan dan mengkuti dengan ikhlas setiap aktivitas yang akan

kami lakukan.

4. Keuntungan yang saudra/i peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini

adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang pentingnya

penggunaan antibiotik secara tepat dan sebagai tanda terima kasih saya pada

akhir kegiatan saudara/i akan menerima souvenir atas ketersediaanya menjadi

responden

5. Seandainya saudara/i tidak menyetujui cara ini maka saudara/i boleh tidak

mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu saudara/i tidak akan dikenakan

sanksi apapun

6. Nama dan jati diri serta seluruh data yang terkumpul akan dijaga

kerahasiaannya

7. Apabila saudara memerlukan informasi/bantuan yang terkait dengan penelitian

ini, silahkan menghubung Ismea Munawaroh, 081939571612 sebagai peneliti

Peneliti

(Ismea Munawaroh)

114

Lampiran 7. Informed consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan

oleh Ismea Munawaroh dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Penggunaan Antibiotik Di Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten

Bangkalan”. Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi

apapun

Bangkalan,_-_- 2021

Mengetahui,

Peneliti Yang Memberikan persetujuan

(Ismea Munawaroh) (....................................)

Saksi

(.................................)

115

Lampiran 8. Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas

KUISIONER UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN

BANGKALAN

No. Responden :

A. Karakteristik Responden 1. Nama : ....................................................

2. Umur : ............. tahun

3. Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)

4. Pekerjaan : ...................................................

5. Pendidikan Terakhir : .................................................

*(pilih salah satu (√))

6. Apakah pernah menggunakan antibiotik?

□Ya □Tidak

7. Apakah antibiotik yang pernah atau sering digunakan ?

□Amoksisilin □Ampisilin □Supertetra □Cefadroxil □Dan lain-lain

8. Apakah antibiotik yang dikonsumsi dari resep dokter ?

□Ya □Tidak

9. Dari manakah antibiotik didapatkan?

□Tempat praktik dokter □Apotek □ Toko obat/warung □Penjual obat keliling

B. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik Di

Desa Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan

Beri tanda (√) pada keterangan BENAR atau SALAH, menurut pendapat

saudara/i mengenai pernyataan di bawah ini!

No Pernyataan Benar Salah

1. 1. Obat antibiotik dapat digunakan untuk

penyakit infeksi

2. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh

dan menghambat bakteri untuk tumbuh

3. Penyakit demam dan Flu dapat dicegah

dengan mengkonsumsi antibiotik

116

4. Pemberian antibiotik seperti kloramfenikol,

dapat diberikan untuk penderita typhus

5. Antibiotik seperti supertetra boleh digunakan

untuk mengatasi flu

2. 1. Dosis penggunaan obat antibiotik harus

dikonsumsi sampai habis

2. Penggunaan antibiotik harus dihentikan jika

sudah membaik meskipun obat antibiotik

masih ada

3. Jumlah dosis obat yang diberikan tidak boleh

dikurangi kecuali konsultasi kepada dokter

terlebih dahulu

3. 1. Semua antibiotik boleh dikonsumsi 2-3 kali

dalam sehari

2. Pada etiket obat Antibiotik terdapat

keterangan Amoksisilin“3X1” maka antibiotik

digunakan 3 kali dalam sehari

4. 1. Waktu minimal dalam mengkonsumsi obat

antibiotik adalah 3-7 hari

2. Antibiotik yang diberikan secara terus

menerus dan tanpa resep dokter akan

menyebabkan resistensi antibiotik

5.

6.

1. Efek samping merupakan Respons tehadap

obat yang tidak diinginkan

2. Antibiotik yang digunakan secara tidak tepat

dapat menimbulkan resitensi antibiotik

3. Efek samping antibiotik kloramfenikol adalah

hipertensi

4. Efek samping dari Amoksisilinyaitu mual dan

muntah,diare dan nyeri sendi

1. Antibiotik sebaiknya disimpan pada tempat

bersih,kering dan terlindungi dari paparan sinar

matahari langsung

117

2.Anibiotik boleh diberikan ke saudara jika

mengalami sakit yang sama

3.Contoh obat Antibiotik yaitu Amoksisilin,

Ampisilin,Cefadroxil, dan Supertetra

4.Antibiotik harus diperoleh dengan resep dokter

karena merupakan obat keras

118

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas

HASIL UJI VALIDITAS DENGAN KORELASI PERSON

MENGGUNAKAN SPSS 18

UJI VALIDITAS TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN

119

Correlations

VAR000

01 VAR000

02 VAR000

03 VAR000

04 VAR000

05 VAR000

06 VAR000

07 VAR000

08 VAR000

09

VAR00001

Pearson Correlation

1 ,314 1,000** ,017 ,248 ,364* ,248 ,410* ,409*

Sig. (2-tailed) ,067 ,000 ,925 ,150 ,031 ,150 ,015 ,015

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00002

Pearson Correlation

,314 1 ,314 ,026 ,141 -,203 ,141 -,037 -,165

Sig. (2-tailed) ,067 ,067 ,881 ,419 ,242 ,419 ,832 ,342

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00003

Pearson Correlation

1,000** ,314 1 ,017 ,248 ,364* ,248 ,410* ,409*

Sig. (2-tailed) ,000 ,067 ,925 ,150 ,031 ,150 ,015 ,015

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00004

Pearson Correlation

,017 ,026 ,017 1 ,079 -,036 ,079 ,007 -,374*

Sig. (2-tailed) ,925 ,881 ,925 ,652 ,837 ,652 ,969 ,027

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00005

Pearson Correlation

,248 ,141 ,248 ,079 1 -,151 1,000** -,112 ,491**

Sig. (2-tailed) ,150 ,419 ,150 ,652 ,386 ,000 ,522 ,003

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00006

Pearson Correlation

,364* -,203 ,364* -,036 -,151 1 -,151 ,600** -,004

Sig. (2-tailed) ,031 ,242 ,031 ,837 ,386 ,386 ,000 ,984

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00007

Pearson Correlation

,248 ,141 ,248 ,079 1,000** -,151 1 -,112 ,491**

Sig. (2-tailed) ,150 ,419 ,150 ,652 ,000 ,386 ,522 ,003

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00008

Pearson Correlation

,410* -,037 ,410* ,007 -,112 ,600** -,112 1 -,011

Sig. (2-tailed) ,015 ,832 ,015 ,969 ,522 ,000 ,522 ,950

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00009

Pearson Correlation

,409* -,165 ,409* -,374* ,491** -,004 ,491** -,011 1

Sig. (2-tailed) ,015 ,342 ,015 ,027 ,003 ,984 ,003 ,950

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

120

VAR00010

Pearson Correlation

,427* -,081 ,427* -,244 -,244 ,349* -,244 ,591** ,011

Sig. (2-tailed) ,011 ,643 ,011 ,157 ,157 ,040 ,157 ,000 ,950

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00011

Pearson Correlation

-,017 -,026 -,017 ,036 ,382* -,424* ,382* -,007 ,127

Sig. (2-tailed) ,925 ,881 ,925 ,837 ,024 ,011 ,024 ,969 ,467

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00012

Pearson Correlation

,198 -,258 ,198 ,026 -,318 ,256 -,318 ,673** -,042

Sig. (2-tailed) ,254 ,134 ,254 ,881 ,063 ,138 ,063 ,000 ,810

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00013

Pearson Correlation

,679** ,213 ,679** -,015 ,247 ,379* ,247 ,495** ,306

Sig. (2-tailed) ,000 ,219 ,000 ,932 ,152 ,025 ,152 ,003 ,074

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00014

Pearson Correlation

-,118 ,490** -,118 -,047 ,539** -,398* ,539** -,386* ,075

Sig. (2-tailed) ,500 ,003 ,500 ,789 ,001 ,018 ,001 ,022 ,667

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00015

Pearson Correlation

-,033 ,428* -,033 ,141 ,600** -,433** ,600** -,392* ,204

Sig. (2-tailed) ,851 ,010 ,851 ,419 ,000 ,009 ,000 ,020 ,240

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00016

Pearson Correlation

,050 ,264 ,050 -,132 ,795** -,248 ,795** -,290 ,462**

Sig. (2-tailed) ,775 ,125 ,775 ,448 ,000 ,150 ,000 ,091 ,005

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00017

Pearson Correlation

-,471** -,093 -,471** ,187 ,304 -,398* ,304 -,386* ,075

Sig. (2-tailed) ,004 ,594 ,004 ,281 ,075 ,018 ,075 ,022 ,667

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00018

Pearson Correlation

,198 ,085 ,198 -,089 ,370* ,141 ,370* ,081 ,204

Sig. (2-tailed) ,254 ,627 ,254 ,613 ,028 ,419 ,028 ,643 ,240

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00019

Pearson Correlation

,215 -,256 ,215 ,151 ,036 ,151 ,036 ,349* ,004

Sig. (2-tailed) ,214 ,138 ,214 ,386 ,837 ,386 ,837 ,040 ,984

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

121

VAR00020

Pearson Correlation

,649** ,081 ,649** ,125 ,125 ,482** ,125 ,510** ,244

Sig. (2-tailed) ,000 ,643 ,000 ,473 ,473 ,003 ,473 ,002 ,158

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

TOTAL Pearson Correlation

,693** ,290 ,693** ,121 ,702** ,192 ,702** ,404* ,467**

Sig. (2-tailed) ,000 ,091 ,000 ,488 ,000 ,269 ,000 ,016 ,005

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

122

Correlations

VAR000

10 VAR000

11 VAR000

12 VAR000

13 VAR000

14 VAR000

15 VAR000

16 VAR000

17 VAR000

18

VAR00001

Pearson Correlation

,427* -,017 ,198 ,679** -,118 -,033 ,050 -,471** ,198

Sig. (2-tailed) ,011 ,925 ,254 ,000 ,500 ,851 ,775 ,004 ,254

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00002

Pearson Correlation

-,081 -,026 -,258 ,213 ,490** ,428* ,264 -,093 ,085

Sig. (2-tailed) ,643 ,881 ,134 ,219 ,003 ,010 ,125 ,594 ,627

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00003

Pearson Correlation

,427* -,017 ,198 ,679** -,118 -,033 ,050 -,471** ,198

Sig. (2-tailed) ,011 ,925 ,254 ,000 ,500 ,851 ,775 ,004 ,254

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00004

Pearson Correlation

-,244 ,036 ,026 -,015 -,047 ,141 -,132 ,187 -,089

Sig. (2-tailed) ,157 ,837 ,881 ,932 ,789 ,419 ,448 ,281 ,613

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00005

Pearson Correlation

-,244 ,382* -,318 ,247 ,539** ,600** ,795** ,304 ,370*

Sig. (2-tailed) ,157 ,024 ,063 ,152 ,001 ,000 ,000 ,075 ,028

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00006

Pearson Correlation

,349* -,424* ,256 ,379* -,398* -,433** -,248 -,398* ,141

Sig. (2-tailed) ,040 ,011 ,138 ,025 ,018 ,009 ,150 ,018 ,419

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00007

Pearson Correlation

-,244 ,382* -,318 ,247 ,539** ,600** ,795** ,304 ,370*

Sig. (2-tailed) ,157 ,024 ,063 ,152 ,001 ,000 ,000 ,075 ,028

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00008

Pearson Correlation

,591** -,007 ,673** ,495** -,386* -,392* -,290 -,386* ,081

Sig. (2-tailed) ,000 ,969 ,000 ,003 ,022 ,020 ,091 ,022 ,643

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00009

Pearson Correlation

,011 ,127 -,042 ,306 ,075 ,204 ,462** ,075 ,204

Sig. (2-tailed) ,950 ,467 ,810 ,074 ,667 ,240 ,005 ,667 ,240

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

123

VAR00010

Pearson Correlation

1 ,125 ,629** ,317 -,338* -,554** -,546** -,700** -,199

Sig. (2-tailed) ,473 ,000 ,064 ,047 ,001 ,001 ,000 ,251

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00011

Pearson Correlation

,125 1 ,318 ,146 ,164 ,089 ,132 ,164 ,203

Sig. (2-tailed) ,473 ,063 ,402 ,347 ,613 ,448 ,347 ,242

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00012

Pearson Correlation

,629** ,318 1 ,344* -,560** -,601** -,545** -,327 -,144

Sig. (2-tailed) ,000 ,063 ,043 ,000 ,000 ,001 ,055 ,410

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00013

Pearson Correlation

,317 ,146 ,344* 1 -,214 -,179 ,113 -,347* ,344*

Sig. (2-tailed) ,064 ,402 ,043 ,218 ,303 ,517 ,041 ,043

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00014

Pearson Correlation

-,338* ,164 -,560** -,214 1 ,723** ,589** ,286 ,140

Sig. (2-tailed) ,047 ,347 ,000 ,218 ,000 ,000 ,096 ,422

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00015

Pearson Correlation

-,554** ,089 -,601** -,179 ,723** 1 ,726** ,373* ,428*

Sig. (2-tailed) ,001 ,613 ,000 ,303 ,000 ,000 ,027 ,010

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00016

Pearson Correlation

-,546** ,132 -,545** ,113 ,589** ,726** 1 ,471** ,495**

Sig. (2-tailed) ,001 ,448 ,001 ,517 ,000 ,000 ,004 ,002

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00017

Pearson Correlation

-,700** ,164 -,327 -,347* ,286 ,373* ,471** 1 ,140

Sig. (2-tailed) ,000 ,347 ,055 ,041 ,096 ,027 ,004 ,422

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00018

Pearson Correlation

-,199 ,203 -,144 ,344* ,140 ,428* ,495** ,140 1

Sig. (2-tailed) ,251 ,242 ,410 ,043 ,422 ,010 ,002 ,422

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

VAR00019

Pearson Correlation

,363* ,309 ,548** ,409* -,304 -,256 -,099 -,070 ,203

Sig. (2-tailed) ,032 ,071 ,001 ,015 ,075 ,138 ,570 ,688 ,242

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

124

VAR00020

Pearson Correlation

,224 -,125 ,318 ,765** -,386* -,155 ,068 -,266 ,318

Sig. (2-tailed) ,196 ,473 ,063 ,000 ,022 ,372 ,697 ,123 ,063

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

TOTAL Pearson Correlation

,152 ,361* ,163 ,707** ,210 ,332 ,506** -,020 ,544**

Sig. (2-tailed) ,385 ,033 ,350 ,000 ,225 ,051 ,002 ,908 ,001

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

125

Correlations

VAR00019 VAR00020 VAR00021

VAR00001 Pearson Correlation ,215 ,649** ,693**

Sig. (2-tailed) ,214 ,000 ,000

N 35 35 35

VAR00002 Pearson Correlation -,256 ,081 ,290

Sig. (2-tailed) ,138 ,643 ,091

N 35 35 35

VAR00003 Pearson Correlation ,215 ,649** ,693**

Sig. (2-tailed) ,214 ,000 ,000

N 35 35 35

VAR00004 Pearson Correlation ,151 ,125 ,121

Sig. (2-tailed) ,386 ,473 ,488

N 35 35 35

VAR00005 Pearson Correlation ,036 ,125 ,702**

Sig. (2-tailed) ,837 ,473 ,000

N 35 35 35

VAR00006 Pearson Correlation ,151 ,482** ,192

Sig. (2-tailed) ,386 ,003 ,269

N 35 35 35

VAR00007 Pearson Correlation ,036 ,125 ,702**

Sig. (2-tailed) ,837 ,473 ,000

N 35 35 35

VAR00008 Pearson Correlation ,349* ,510** ,404*

Sig. (2-tailed) ,040 ,002 ,016

N 35 35 35

VAR00009 Pearson Correlation ,004 ,244 ,467**

Sig. (2-tailed) ,984 ,158 ,005

N 35 35 35

VAR00010 Pearson Correlation ,363* ,224 ,152

Sig. (2-tailed) ,032 ,196 ,385

N 35 35 35

VAR00011 Pearson Correlation ,309 -,125 ,361*

Sig. (2-tailed) ,071 ,473 ,033

N 35 35 35

126

VAR00012 Pearson Correlation ,548** ,318 ,163

Sig. (2-tailed) ,001 ,063 ,350

N 35 35 35

VAR00013 Pearson Correlation ,409* ,765** ,707**

Sig. (2-tailed) ,015 ,000 ,000

N 35 35 35

VAR00014 Pearson Correlation -,304 -,386* ,210

Sig. (2-tailed) ,075 ,022 ,225

N 35 35 35

VAR00015 Pearson Correlation -,256 -,155 ,332

Sig. (2-tailed) ,138 ,372 ,051

N 35 35 35

VAR00016 Pearson Correlation -,099 ,068 ,506**

Sig. (2-tailed) ,570 ,697 ,002

N 35 35 35

VAR00017 Pearson Correlation -,070 -,266 -,020

Sig. (2-tailed) ,688 ,123 ,908

N 35 35 35

VAR00018 Pearson Correlation ,203 ,318 ,544**

Sig. (2-tailed) ,242 ,063 ,001

N 35 35 35

VAR00019 Pearson Correlation 1 ,587** ,432**

Sig. (2-tailed) ,000 ,010

N 35 35 35

VAR00020 Pearson Correlation ,587** 1 ,638**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

N 35 35 35

TOTAL Pearson Correlation ,432** ,638** 1

Sig. (2-tailed) ,010 ,000

N 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

127

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas

HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER TENTANG TINGKAT

PENGETAHUAN

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 35 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 35 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,829 12

128

Lampiran 11. Kuesioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK DI DESA BANYIOR KECAMATAN SEPULU KABUPATEN

BANGKALAN

No. Responden :

A. Karakteristik Responden 1. Nama : ....................................................

2. Umur : ............. tahun

3. Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)

4. Pekerjaan : ...................................................

5. Pendidikan Terakhir : .................................................

*(pilih salah satu (√))

6. Apakah pernah menggunakan antibiotik?

□Ya □Tidak

7. Apakah antibiotik yang pernah atau sering digunakan ?

□Amoksisilin □Ampisilin □Supertetra □Cefadroxil □Dan lain-lain

8. Apakah antibiotik yang dikonsumsi dari resep dokter ?

□Ya □Tidak

9. Dari manakah antibiotik didapatkan?

□Tempat praktik dokter □Apotek □ Toko obat/warung □Penjual obat keliling

129

B. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik Di Desa

Banyior Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan

Beri tanda (√) pada keterangan BENAR atau SALAH, menurut pendapat

saudara/i mengenai pernyataan di bawah ini!

No Pernyataan Benar Salah

1. 1. Obat antibiotik dapat digunakan untuk

penyakit infeksi

2. Penyakit demam dan Flu dapat dicegah

dengan mengkonsumsi antibiotik

3. Pemberian antibiotik seperti kloramfenikol,

dapat diberikan untuk penderita typhus

4. Antibiotik seperti supertetra boleh digunakan

untuk mengatasi flu

2. 1. Penggunaan antibiotik harus dihentikan jika

sudah membaik meskipun obat antibiotik

masih ada

3. 1. Semua antibiotik boleh dikonsumsi 2-3 kali

dalam sehari

4. 1. Waktu minimal dalam mengkonsumsi obat

antibiotik adalah 3-7 hari

5. 1. Efek samping merupakan Respons tehadap

obat yang tidak diinginkan

2. Efek samping dari Amoksisilin yaitu mual dan

muntah,diare dan nyeri sendi

6. 1. Anibiotik boleh diberikan ke saudara jika

mengalami sakit yang sama

2. Contoh obat Antibiotik yaitu Amoksisilin,

Ampisilin,Cefadroxil, dan Supertetra

3. Antibiotik harus diperoleh dengan resep

dokter karena merupakan obat keras

130

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

131

132

133

134

Lampiran 13. Rekapitulasi Skor Responden

Lembar Penilaian Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

No No

Responden Soal

Total

skor Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik

2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 Kurang

3 3 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 5 Kurang

4 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 Kurang

5 5 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 Cukup

6 6 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

7 7 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

8 8 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 Kurang

9 9 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8 Cukup

10 10 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 7 Cukup

11 11 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 5 Kurang

12 12 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

13 13 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 Cukup

14 14 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 Cukup

15 15 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 Kurang

16 16 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 Kurang

17 17 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

18 18 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup

19 19 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang

20 20 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 5 Kurang

21 21 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9 Cukup

22 22 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang

23 23 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 7 Cukup

24 24 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 Kurang

25 25 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 Cukup

26 26 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 Cukup

27 27 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 8 Cukup

28 28 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 8 Cukup

29 29 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 5 Kurang

30 30 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 Kurang

31 31 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 7 Cukup

32 32 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 7 Cukup

33 33 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 6 Kurang

34 34 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 7 Cukup

135

35 35 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

36 36 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6 Kurang

37 37 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6 Kurang

38 38 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 7 Cukup

39 39 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 Kurang

40 40 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 Kurang

41 41 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 Kurang

42 42 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 6 Kurang

43 43 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 Cukup

44 44 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 Kurang

45 45 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 7 Cukup

46 46 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 7 Cukup

47 47 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 Kurang

48 48 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 Cukup

49 49 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 Kurang

50 50 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 6 Kurang

51 51 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 Kurang

52 52 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 Kurang

53 53 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 Kurang

54 54 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 6 Kurang

55 55 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 5 Kurang

56 56 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 Kurang

57 57 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 Kurang

58 58 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 Kurang

59 59 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 8 Cukup

60 60 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 Cukup

61 61 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5 Kurang

62 62 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8 Cukup

63 63 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 7 Cukup

64 64 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 Kurang

65 65 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 8 Cukup

66 66 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 8 Cukup

67 67 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 Baik

68 68 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

69 69 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 7 Cukup

70 70 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

71 71 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 Kurang

72 72 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 Kurang

73 73 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

74 74 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang

75 75 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

136

76 76 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4 Kurang

77 77 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 Kurang

78 78 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

79 79 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

80 80 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 Kurang

81 81 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 Kurang

82 82 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 Baik

83 83 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

84 84 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7 Cukup

85 85 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 Kurang

86 86 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 8 Cukup

87 87 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

88 88 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 Kurang

89 89 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 7 Cukup

90 90 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang

91 91 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 Cukup

92 92 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 5 Kurang

93 93 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 Kurang

94 94 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 Kurang

95 95 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5 Kurang

96 96 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang

97 97 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang

98 98 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 4 Kurang

99 99 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 Kurang

100 100 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang

101 101 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 Kurang

102 102 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

103 103 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

104 104 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 5 Kurang

105 105 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 Kurang

106 106 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik

107 107 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 Kurang

108 108 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 Kurang

109 109 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 5 Kurang

110 110 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 Cukup

111 111 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

112 112 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5 Kurang

113 113 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 Kurang

114 114 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 Baik

115 115 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3 Kurang

116 116 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

137

117 117 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4 Kurang

118 118 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang

119 119 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 Kurang

120 120 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 Kurang

121 121 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 Kurang

122 122 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang

123 123 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang

124 124 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 Kurang

125 125 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 7 Cukup

126 126 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang

127 127 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 Cukup

128 128 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 Kurang

129 129 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Kurang

130 130 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 5 Kurang

131 131 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 6 Kurang

132 132 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 6 Kurang

133 133 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 Cukup

134 134 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang

135 135 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 Cukup

136 136 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 5 Kurang

137 137 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 Kurang

138 138 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 Cukup

139 139 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 Kurang

140 140 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 5 Kurang

141 141 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 6 Kurang

142 142 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 Cukup

143 143 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7 Cukup

144 144 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 Cukup

145 145 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6 Kurang

146 146 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 Cukup

147 147 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 Cukup

148 148 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 Kurang

149 149 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 7 Cukup

150 150 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 Kurang

151 151 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang

152 152 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6 Kurang

153 153 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup

154 154 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

155 155 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 Kurang

156 156 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6 Kurang

157 157 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 Cukup

138

158 158 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 6 Kurang

159 159 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 Cukup

160 160 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Kurang

161 161 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 Cukup

162 162 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 Cukup

163 163 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 5 Kurang

164 164 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 5 Kurang

165 165 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 8 Cukup

166 166 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 5 Kurang

167 167 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 6 Kurang

168 168 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 Kurang

169 169 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6 Kurang

170 170 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5 Kurang

171 171 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang

172 172 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Cukup

173 173 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang

174 174 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Kurang

175 175 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4 Kurang

176 176 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

177 177 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang

178 178 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 Kurang

179 179 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 Kurang

180 180 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 4 Kurang

181 181 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 Kurang

182 182 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 Kurang

183 183 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 7 Cukup

184 184 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang

185 185 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 6 Kurang

186 186 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 6 Kurang

187 187 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 7 Cukup

188 188 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 Kurang

189 189 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 Kurang

190 190 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 Kurang

191 191 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 7 Cukup

192 192 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 8 Cukup

193 193 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 5 Kurang

194 194 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 Baik

195 195 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 Kurang

196 196 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 Kurang

197 197 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 Kurang

198 198 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 Kurang

139

199 199 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 Kurang

200 200 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 Kurang

201 201 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3 Kurang

202 202 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang

203 203 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 6 Kurang

204 204 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang

205 205 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 Kurang

206 206 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Cukup

207 207 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Kurang

208 208 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 Kurang

209 209 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 5 Kurang

210 210 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 5 Kurang

211 211 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6 Kurang

212 212 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 6 Kurang

213 213 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang

214 214 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 Cukup

215 215 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup

216 216 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup

217 217 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 Kurang

218 218 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup

219 219 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 6 Kurang

220 220 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 8 Cukup

221 221 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 Kurang

222 222 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5 Kurang

223 223 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 5 Kurang

224 224 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 Cukup

225 225 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 5 Kurang

226 226 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 8 Cukup

227 227 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 6 Kurang

228 228 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 Kurang

229 229 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8 Cukup

230 230 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 5 Kurang

231 231 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5 Kurang

232 232 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 Kurang

233 233 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 4 Kurang

234 234 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 7 Cukup

235 235 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 Kurang

236 236 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 8 Cukup

237 237 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 Cukup

238 238 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang

239 239 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang

140

240 240 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

241 241 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

242 242 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

243 243 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik

244 244 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

245 245 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik

246 246 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik

247 247 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik

248 248 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9 Cukup

249 249 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang

250 250 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

251 251 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang

252 252 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang

253 253 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

254 254 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 Kurang

255 255 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Kurang

256 256 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

257 257 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

258 258 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

259 259 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 Kurang

260 260 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang

261 261 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

262 262 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 Baik

263 263 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang

264 264 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 Kurang

265 265 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3 Kurang

266 266 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang

267 267 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 Kurang

268 268 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 Kurang

269 269 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 5 Kurang

270 270 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang

271 271 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang

272 272 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang

273 273 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 Kurang

274 274 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 Kurang

275 275 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 Kurang

276 276 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 Kurang

277 277 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6 Kurang

278 278 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

279 279 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

280 280 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 10 Baik

141

281 281 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 6 Kurang

282 282 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 Kurang

283 283 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

284 284 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 9 Cukup

285 285 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

286 286 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang

287 287 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang

288 288 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang

289 289 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang

290 290 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 Kurang

291 291 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 Kurang

292 292 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang

293 293 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 Kurang

294 294 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang

295 295 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 Kurang

296 296 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7 Cukup

297 297 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 6 Kurang

298 298 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 Kurang

299 299 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 Kurang

300 300 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 3 Kurang

301 301 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 Kurang

302 302 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

303 303 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 6 Kurang

304 304 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 6 Kurang

305 305 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 Kurang

306 306 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 Kurang

307 307 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang

308 308 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang

309 309 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

310 310 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3 Kurang

311 311 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 Kurang

312 312 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 Kurang

313 313 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3 Kurang

314 314 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang

315 315 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Kurang

316 316 0 0 0 0 0 0 1 0 11 0 0 0 12 Baik

317 317 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 Kurang

318 318 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 Kurang

319 319 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

320 320 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 4 Kurang

321 321 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 Kurang

142

322 322 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang

323 323 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang

324 324 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 Kurang

325 325 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 Kurang

326 326 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 Kurang

327 327 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

328 328 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

329 329 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 3 Kurang

330 330 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 Kurang

331 331 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 3 Kurang

332 332 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 Kurang

333 333 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 Kurang

334 334 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 Kurang

335 335 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 Kurang

336 336 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 Kurang

337 337 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

338 338 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 Kurang

339 339 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3 Kurang

340 340 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 Kurang

341 341 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

342 342 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 Kurang

343 343 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 Kurang

344 344 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

345 345 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 3 Kurang

346 346 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 Kurang

347 347 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 Kurang

348 348 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 Kurang

349 349 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 Kurang

350 350 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 Kurang

351 351 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 Kurang

352 352 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang

143

Lampiran 14. Turnitin