tingkat pemahaman masyarakat terhadap - Universitas ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of tingkat pemahaman masyarakat terhadap - Universitas ...
TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP
PERILAKU MEMBAYAR ZAKAT
DI KAB.SINJAI
SKRIPSI
Oleh
MUH. IKBAL
NIM 105741103816
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
i
HALAMAN JUDUL
TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP
PERILAKU MEMBAYAR ZAKAT
DI KAB.SINJAI
Oleh MUH. IKBAL
NIM 105741103816
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Strata 1 Ekonomi Islam
PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2021
ii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‟alamin atas ridho dan rahmat Allah SWT, Skripsi
yang berjudul„‟ Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku
Membayar Zakat di Kabupaten Sinjai ini kupersembahkan untuk kedua orang
Orang tua tercinta bapak Abdul Hakim dan ibu Abeng atas segala
pengorbanan, doa, dukungan, materi serta curahan kasih sayangnya yang
tak terhingga serta saudara-saudara saya dan keluarga besar saya yang
selama ini senantiasa memberi dukungan moralnya baik secara langsung
maupun tidak langsung.
MOTTO HIDUP
‘’Jawaban dari Sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar dan Tak
Kenal Putus Asa’’
vi
ABSTRAK
Muh. Ikbal, 2021. Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku Membayar Zakat di Kab. Sinjai, Skripsi Program Studi Ekonom Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing Oleh Agus Salim HR selaku pembimbing I dan Agusdiwana Suarni selaku pembimbing II
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman
masyarakat terhadap perilaku membayar zakat di Kabupaten Sinjai. Jenis Penelitian
yang digunakan adalah Kualitatif dengan responden sebanyak 7 orang yaitu 2 orang
Staf BAZNAS Kabupaten Sinjai, dan 5 orang masyarakat Kabupaten Sinjai.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat
Pemahaman Masyarakat Kabupaten Sinjai dalam Membayar Zakat dari data yang
telah diperoleh dari BAZNAS Kabupaten Sinjai maka dapat diketahui bahwa tingkat
pemahaman zakat oleh masyarakat Kabupaten Sinjai masih sangat rendah, hal ini
dibuktikan dari Pengumpulan Zakat di Kabupaten Sinjai masih lebih unggul kepada
zakat fitrah dengan jumlah yang dikumpulkan pada tahun 2019 sebesar
Rp.2.080.481.805,00 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 3.375.641.270,00 dan pada
tahun 2021 sebesar Rp. 3.675.096.500,00 sedangkan untuk zakat mal masih rendah
yaitu pada tahun 2019 sebesar Rp. 556.023.973,00 dan pada tahun 2020 Rp.
539.641.270,00 dan pada tahun 2021 sebesar Rp. 318.373.024,00
Kata Kunci: Tingkat Pemahaman, Zakat, Masyarakat
vii
ABSTRACT
Muh.Ikbal, 2021.Level of Public Understanding of Zakat Paying Behavior in Kab. Sinjai, Thesis of Islamic Economist Study Program Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar, Guided by Agus Salim HR as supervisor I and Agusdiwana Suarni as mentor II. The purpose of this study was to determine the level of public understanding of the behavior of paying zakat in Sinjai Regency. The type of research used is qualitative with 7 respondents, namely 2 BAZNAS staff in Sinjai Regency, and 5 people in Sinjai Regency. The results obtained in this study indicate that the level of understanding of the people of Sinjai Regency in Paying Zakat from the data that has been obtained from the BAZNAS of Sinjai Regency, it can be seen that the level of understanding of zakat by the people of Sinjai Regency is still very low, this is evidenced by the collection of Zakat in Sinjai Regency. superior to zakat fitrah with the amount collected in 2019 amounting to IDR 2.080481.805.00 and in 2020 amounting to IDR 3.375.093.225.00 and in 2021 amounting to IDR 3.675.096.500,00 while zakat mal is still low, namely in 2019 of Rp. 556.023.973,00 and in 2020 Rp. 539.641.270,00 and in 2021 it will be Rp. 318.373.024,00. Keywords: Level of Understanding, Zakat, Society
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya berupa ilmu pengetahuan petunjuk,
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat
Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku Membayar Zakat Di Kab.Sinjai”
Skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1) Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse,S,Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2) Bapak Dr. Andi Jam‟an, SE, M.SI selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
3) Ibunda Agusdiwana Suarni SE.,M.ACC selaku ketua Prodi Ekonomi Islam dan
Pembimbing II, yang senantiasa memberikan arahan, koreksi serta motivasi
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4) Ayahanda Dr. Agus Salim Harrang, SE, MM selaku Pembimbing I, yang
senantiasa memberikan arahan dalam bimbingannya.
5) Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
ix
6) Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7) Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program studi Ekonomi
Islam angkatan 2016 yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kepada semua pihak khususnya para pembaca,
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi
ini.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, 18 Agustus 2021
Muh. Ikbal
x
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………….... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN ............................................................. ....... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9
A. Tingkat Pemahaman Masyarakat ................................................ 9
1. Tingkat Pemahaman Masyarakat ......................................... 9
B. Zakat ........................................................................................... 11
1. Pengertian Zakat .................................................................... 11
2. Prinsip Umum Pembayaran Zakat .......................................... 15
3. Syarat-syarat wajibnya Zakat ................................................. 18
4. Jenis-Jenis Zakat ................................................................... 19
C. Tinjauan Empiris ......................................................................... 22
D. Kerangka Konsep ....................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31
xi
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 31
B. Fokus Penelitian ....................................................................... 31
C. Tempat dan Waktu penelitian .................................................. 31
D. Sumber Data ............................................................................ 32
E. Pengumpulan Data ................................................................... 32
F. Instrumen Penelitian ................................................................. 34
G. Metode Analisis ........................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. ............................ 37
1. Sejarah Kabupaten Sinjai.................................................... 37
2. Letak geografis dan Batas Wilayah..................................... 40
3. Kondisi penduduk................................................................. 41
4. Visi dan Misi Kabupaten Sinjai............................................. 41
B. Hasil Penelitian………………………………………………….. .. 43
C. Pembahasan .......................................................................... 51
BAB V PENUTUP……………………………………………………………….. 55
A. Kesimpulan……………………………………………………….. .. 55
B. Saran………………………………………………………………. . 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 57
LAMPIRAN ................................................................................................. 60
BIOGRAFI PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1.1 Pendapatan Zakat BAZNAS Kab.Sinjai................................................. 6 Tabel 1.2 Potensi zakat Kab. Sinjai........................................................................ 7 Tabel 3.1 Data Informan......................................................................................... 34 Tabel 4.1 Deskripsi Narasumber………………………………………………............. 43 Tabel 4.2 Daftar pertanyaan................................................................................... 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1 Bagan kerangka Pikir………………………………………………. ......... ............. 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Penelitian Terdahulu.................................................................................... 61
2. Pedoman wawancara................................................................................... 71
3. Transkip........................................................................................................ 73
4. Data Reduksi................................................................................................ 82
5. Dokumentasi penelitian................................................................................ 85
6. Rekomendasi penelitian.............................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Awal abad ke 7 Masehi Islam masuk ke Nusantara. Pada saat itu
kesadaran masyarakat Islam terhapat zakat nyatanya masih memandang Zakat
itu tidak sepenting sholat serta puasa. Sementara itu zakat merupakan satu dari
ajaran Islam yang dianggap menyebabkan kolonial Belanda kesusahan menjajah
bangsa Indonesia utamanya di Aceh selaku pinta masuknya.
Pada kala itu juga warga Aceh sendiri telah sudah memakai sebagian
dana zakat buat membiayai perang yang ingin dilakukan dengan bangsa
Belanda. Sebagaimana Belanda membiayai perangnya dengan memakai
sebagian dana pajak. Selaku cerminan, pengumpulan zakat di Aceh sudah
dimulai sejak kerajaan Aceh. Mulai berdiri pada tahun 1539-1567 yaitu pada
masa Sultan Alauddin Riayat Syah. Pada waktu kerajaan Aceh cara
mengumpulkan zakat masih sangat simpel serta hanya dilakukan hanya pada
saat bulan ramadhan. Adapun jenisnya yaitu zakat fitrah yang langsung
diserahkan ke panitia yang sudah ditentukan ditempat tertentu seperti tempat
ibadah seperti masjid. Pada saat itu, sudah berdiri Balai Baitul Maal tetapi tidak
diketahui fungsi yang jelasnya dalam mengelolah zakat yang mereka ketahui
hanyalah sebagai organisasi yang mengurus keuangan dan perbendaharaan
negara, dimana pada saat itu yang menjadi pemimpin adalah seorang wazir yang
bergelar orang kaya Seri Maharaja.
2
K.H. Ahmad Dahlan selaku pimpinan Muhammadiyah mengambil langkah
ketika terdapat tradisi zakat yang dikelolah secara individual oleh umat Islam dan
mengatur pengumpulan zakat dikalangan anggotanya. Pada tahun 1943 praktik
pengelolaan zakat juga telah dilakukan oleh umat islam oleh Majelis‟ Ala
Indonesia (MIAI), mendirikan Baitul Maal untuk mengorganisasikan pengelolaan
zakat secara teratur. Lembaga ini dikepalai oleh Ketua MIAI sendiri,
Windoamiseno dengan anggota komite sebanyak 5 orang, diantaranya Mr.
Kasman Singodimedjo, S.M. Kartosuwirjo, Moh. Safei, K. Taufiqurrachman, serta
Anwar Tjokroaminoto.
Baitul Maal telah sukses didirikan di 35 kabupaten dari 67 kabupaten yang
ada di pulau Jawa pada waktut itu dalam waktu singkat. Kemudian hal ini yang
menyebabakan Jepang khawatir akan adanya gerakan anti Jepang. Pada tanggal
24 Oktober 1943, Jepang memaksa MIAI untuk dibubarkan. Akibatnya sejak saat
itu tidak ditemukan lagi lembaga pengelolah zakat yang terkenal. Pada tahun
1969 pemerintah mengemukakan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1969 tentang
Pembentukan Panitia Penggunaan Uang Zakat yang telah diketahui Menko Kesra
Dr. KH. Idham Chalid. Kemudian perkembangan selanjutnya dilingkungan
pegawai kementrian atau lembaga BUMN dibuat pengelolaan zakat di bawah
perintah badan kerohanian Islam setempat.
Pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan UU No. 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat. Dalam UU tersebut terdapat dua lembaga pengelolah
zakat diantaranya Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat kemudian dikukuhkan
3
oleh pemerintah. BAZ terdiri dari BAZNAS pusat, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS
Kabupaten atau Kota.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 sebagai implementasi pemerintah
membentuk BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dengan Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 8 Tahun 2001. Surat Keputusan ini berisi tugas
dan fungsi BAZNAS yakni untuk melakukan pengumpulan serta pendayagunaan
zakat. Metode awal yang dilakukan adalah mengupayakan untuk memudahkan
pelayanan, kemudian BAZNAS menerbitkan nomor pokok wajib zakat (NPWZ)
serta bukti setor zakat (BSZ) yang bekerja sama dengan perbankan dengan
langkah membuka rekening penerimaan.
Perkembangan pengelolaan zakat di Indonesia semakin hari menujukkan
hasil yang signifikan hal tersebut dilihat dengan pertambahan lembaga pengelola
zakat resmi yang berbadan hukum yang didukung oleh kesadaran warga guna
mengeluarkan zakat melalui lembaga zakat. Selanjutnya dengan upaya negara
dalam mengeluarkan berbagai regulasi serta kebijakan terus dilakukan guna
menjadikan zakat sebagai salah satu instrumen ekonomi dengan adannya UU
Nomor 23 Tahun 2011 mengenai pengelolaan zakat. Kemudian peran negara
dalam upaya peningkatan pengelolaan zakat menjadi salah satu bukti bahwa
negara tidak abai terhadap kepentingan masyarakat khususnya orang islam.
Keberadaan LAZ selaku lembaga pengelolah zakat yang diiniasisi oleh
masyarakat juga turut memberikan dampak besar dalam terhadap pengumpulan
dan pendistribusian zakat secara optimal. Berdasarkan dari data pengelolah
informasi serta dokumentasi (PID) BAZNAS pada tahun 2019 sudah terdapat 19
4
LAZ Nasional , 9 LAZ Provinsi, dan 25 LAZ kabupaten atau kota. Dengan jumlah
yang LAZ cukup banyak ini harusnnya penggalian potensi zakat di Indonesia
dapat dimaksimalkan dengan pendistribusian zakat optimal. Permasalahan yang
seringkali dihadapi oleh lembaga amil zakat yaitu berkaitan dengan minimnya
sumber daya manusia yang terbatas dan peta muzakki dengan mustahik belum
terhubung satu sama lain, akibatnya pengelolaan programnya belum optimal, baik
pada muzakki selaku donator dan mustahik sebagai penerima program.
Seiring berjalannya waktu, Provinsi Sul-Sel merupakan daerah dengan
penduduk mayoritas umat Muslim. Sul-Sel memiliki potensi zakat yang sangat
besar namun potensi ini belum bisa dimaksimalkan baik dari segi pengumpulan
dan pengelolaan, bahkan pengelolaannya masih banyak dilakukan secara
individual, sehingga dibentuklah BAZNAS sebagai suatu lembaga yang berfungsi
untuk mengelolah dana zakat secara terstruktur di wilayah Sul-Sel. BAZNAS
Sulawesi Selatan berfungsi untuk mengumpulkan, mengkoordinasi, dan
mengawasi pelaksanaan zakat serta menyalurkannya kepada mustahik secara
tepat berdasarkan ajaran agama Islam yang ada di wilayah Provinsi Su-Sel.
Selanjutnya demi mencapai tujuan itu maka dibentuk juga BAZNAS disetiap
Kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Sul-Sel.
Pada tahun 2019-2020 perkembangan zakat di Provinsi Sulawesi Selatan
mengalami perkembangan cukup pesat hal ini bisa dilihat dari pencapaian yang
diraih karena berhasil masuk ketiga besar secara Nasional. Adapun target yang
ingin dicapai tiap tahunnya yaitu sekitar 150 Milyar, yang mana pendapatan zakat
yang paling banyak dikelolah terdapat di kabupaten Barru yakni dengan jumlah
5
20 milyar, kemudian diikuti Makassar, Enrekang karena ketiga kabupaten
tersebut mayoritas pengusaha selain itu kabupaten Wajo dan Soppeng termasuk
wilayah dengan pendapatan yang lumayan tinggi karena jiwa dagangnnya yang
tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan zakat di Provinsi Sulawesi
Selatan sudah termasuk kategori baik, tetapi belum maksimal dikarenakan masih
banyak kabupaten lainnya yang belum maksimal dalam pengelolaan zakatnya
termasuk kabupaten Sinjai dikarenakan masih kurangnnya pemahaman
masyarakat tentang zakat.
Pemahaman masyarakat tentang zakat di Kab. Sinjai sebelumnya sudah
ada sejak zaman nenek moyang hanya saja pada saat itu masyarakat hanya
malalukannya dengan cara budaya sendiri, karena kurangnya pemahaman
tentang agama, masyarakat hanya memahami tentang budaya saling memberi
kepada fakir miskin dan meyakini bahwa itu adalah cara untuk memanjangkan
umur, Seiring berjalannya waktu masyarakat pun sedikit demi sedikit memahami
tentang zakat namun tidak sepenuhnnya.
Pada tahun 1998 mulai bermunculan beberapa lembaga-lembaga yang
bersifat dakwah dan sosial seperti Dompet Duafa yang memberikan pemahaman
tentang zakat kepada masyarakat, sehingga masyarakat lebih paham tentang
zakat, dan mulai melakukan zakat yang sesuai dengan anjuran agama Islam.
Tidak sampai disitu saja, namun pemerintah mempunyai tugas yang baru dimana
pemerintah harus meyakinkan masyarakat agar bisa mengubah pola pikir bahwa
zakat yang mereka lakukan itu merupakan hak mereka sebagai sarana untuk
menyabarkan mereka terutama kaum duafah ini agar bersabar dengan
6
keadaannya bahwa itulah yang telah ditakdirkannya. Dengan adanya zakat ini
merupakan bentuk perhatian antara orang yang mampu dan orang-orang yang
tidak mampu disutulah peran pengelolah zakat.
Pada tahun 2011 pemerintah telah membentuk sebuah lembaga yang sah
untuk mengelolah zakat, lembaga tersebut yaitu Badan Zakat Daerah (BAZDA)
yang dikelolah oleh aparat sipil negara namun badan zakat ini tidak bertahan
lama, sehingga BAZDA vakum sekitar empat tahun sehingga dana yang
sebelumnnya di BAZDA dialihkan ke BAZNAS. kemudian Kepala pemerintah
Kab. Sinjai yaitu Bapak Bupati Sinjai A. Seto Ganista kembali mengaktifkan
namun telah berubah nama dari BAZDA menjadi BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional). Kemudian pada tanggal 14 juni 2019 BAZNAS Sinjai resmi dilantik dan
memiliki dua unsur yaitu unsur pimpinan dan unsur pelaksana, unsur pimpinan
terdiri dari 5 komisioner yang dipimpin oleh satu orang ketua dan 4 wakil ketua,
adapun yang di tunjuk sebagai ketua yaitu Ahmad Muzakkir.
Adapun jumlah pengumpulan zakat di BAZNAS Kab. Sinjai yaitu sebagai
berikut:
TABEL 1.1
PENGUMPULAN ZAKAT
No Tahun Zakat fitrah Zakat Mal
1 2019 Rp. 2.080.481.805 RP. 556.023.973
2 2020 Rp. 3.375.093.225 RP. 539.641.270
3 2021 RP. 3.675.096.500 RP. 318.373.024
Sumber: data 24 Juli 2021, BAZNAS Kab. Sinjai.
Adapun potensi penerimaan zakat harta dan zakat fitrah BAZNAS
Kab.Sinjai
7
TABEL 1.2
POTENSI ZAKAT
NO. Tahun Zakat Fitrah Zakat Mal
1 2019 Rp. 5.905.850.000 Rp. 2.000.000.000
2 2020 Rp. 6.324.612.000 Rp. 2.500.000.000
3 2021 Rp. 7.784.340.000 Rp. 2.700.000.000
Sumber: data 18 Agustus 2021, BAZNAS Kab.Sinjai
Berdasarkan hal di atas, bagaimana tingkat pemahaman masyarakat
terhadap perilaku membayar zakat di kabupaten Sinjai? apakah karena
pengelolaan zakat yang tidak maksimal sehingga sebagian besar masyarakat
belum sadar sepenuhnya menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama
Islam? oleh sebab itu, saya ingin meneliti tentang zakat, yang berjudul “Tingkat
Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku Membayar Zakat Di Kabupaten
Sinjai”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pemahaman masyarakat terhadap
perilaku membayar zakat di Kabupaten Sinjai?
C. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiaan ini adalah untuk mengetahui
tingkat pemahaman masyarakat terhadap perilaku membayar zakat di
Kabupaten Sinjai.
D. Manfaat Penelitian
8
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan memiliki manfaat
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini
diantaranya sebagai yaitu:
1. Manfaat akademik yakni dapat memberikan sumbangsi pemikiran serta
sebagai pijakan dan referensi untuk peneliti berikutnya mengenai tingkat
pemahaman masyarakat terhadap perilaku membayar zakat di
Kabupaten Sinjai.
2. Manfaat praktis yakni penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat
dalam meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap perilaku
membayar zakat di Kabupaten Sinjai.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tingkat Pemahaman Masyarakat
Pemahaman berasal dari kata „faham‟ yang mempunyai makna
tanggap, mengerti, benar, pandangan, jarang. Sedangkan dalam KBBI
(kamus besar bahasa indonesia: 2001). yaitu pemahaman berarti proses,
cara perbuatan memahami atau memahamkan.
Menurut Sujono (Dalam irwan; 53) Pemahaman (compression)
merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti serta memahami sesuatu
yang telah diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami yaitu
mengetahui tentang sesuatu dan melihatnnya dari berbagai arah. Jadi
pemahaman adalah tingkatan kemampuan seseorang mengerti serta
memahami suatu fakta yang telah diketahui serta diingat berdasarkan
penglihatan kemudian selanjutnya mengambil sebuah keputusan.
Pemahaman yang dimaksud disini yaitu pengertian warga atau umat
Muslim mengenai zakat. Pemahaman masyarakat sangat terbatas apabila
dibandingkan dengan pemahaman mereka mengenai shalat dan puasa, salah
satunya disebabkan karena pendidikan keagamaan Islam di masa lalu kurang
menjelaskan mengenai zakat. Akibat kurangnya pemahaman sebagian umat
Islam maka pelaksanaannyapun kurang.
Ketidakpercayaan terhadap pengelola zakat sebenarnya ditujukan
kepada individu atau sekelompok yang mengelola zakat, misalnya kurangnya
10
kepercayaan kepada pengelola zakat karena kesalahan pengelola. Salah satu
dampaknya yaitu muzakki tidak puas menggunakan layanan untuk
mengalokasikan kewajiban zakat mereka, yaitu mengalokasikan zakat secara
terpisah, dan muzakki juga akan mencari mustahik secara terpisah.
Sikap lain yang menghambat adalah kebiasaan wajib zakat,
khususnya di pedesaan, zakat tidak diberikan kepada delapan golongan yang
berhak menerima zakat, melainkan kepada para pemuka agama setempat .
Para pemuka agama tidak bertindak sebagai amil yang wajib menyalurkan
zakat, melainkan sebagai mustahik (penerima zakat) dalam kategori sabilillah,
yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Cara dan sikap tersebut tidak
sepenuhnya salah, tetapi harus dibuang, termasuk menghindari penimbunan
zakat pada orang-orang tertentu, demi kemaslahatan umat.
2. Perilaku masyarakat dalam membayar zakat
Perilaku dalam membayar zakat bagi muzakki adalah langkah yang
dilakukan muzakki dalam melaksanakan kewajiban atas harta yang ada pada
dirinya sebagai seorang muslim yang taat pada ketetntuan-ketentuan yang
merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Adapun beberapa perilaku muzakki di Indonesia dalam mengeluarkan
zakat yang didasarkan pada (Uzaifah, 2007:125):
1. Cara menghitung zakat, yaitu zakat harta (uang, emas, dan perak)
dibayarkan 2,5% apabila telah sempurna dimiliki selama satu tahun
berapapun banyaknya jumlah harta. Zakat pencarian dan profesi
11
dibayarkan 2,5% pendapatan bersih atau kotor. Zakat kekayaan dagang
dibayarkan 2,5% keuntungan atau 2,5% modal yang berputar.
2. Bentuk dari zakat yang disalurkan bisa berupa barang atau bisa juga
berupa uang.
3. Media penyaluran zakat dapat melalui Masjid, Yayasan sosial, Alim ulama,
melalui Amil zakat, atau langsung disalurkan secara individu.
4. Waktu pembayaran zakat, yaitu zakat harta (uang, emas, dan perak) serta
zakat kekayaan dagang dibayarkan setahun sekali sekitar bulan Ramadhan
atau sekali di luar bulan Ramadhan. Untuk zakat pencarian dan profesi
dibayarkan setiap mendapat hasil profesi atau setahun sekali.
5. Jalur pembayaran zakat dapat melalui institusi tempat muzakki bekerja
ataupun bukan melalui institusi tempat muzakki bekerja.
B. Zakat
1. Pengertian zakat
Dalam pandangan umat Islam zakat bukanlah suatu hal yang baru.
Umat Islam percaya serta yakin bahwa zakat adalah salah satu dari pilar
agama Islam. Sebagian besar orang Islam yakin bahwa zakat memiliki peran
yang penting dalam kemaslahatan umat.
Secara etimologi zakat artinya berkembang (an namaan) atau
pensucian (at tahrir). Kata dasarnya (masdar) dari “zaka” yang artinya tumbuh,
berkah, bersih dan baik. Sesuatu yang “zaka” berarti tumbuh dan berkembang,
dan seseorang itu “zaka” berarti orang itu baik. Zakat memiliki dua arti yaitu
“sejumlah (nilai/ukuran) tertentu yang wajib dikeluarkan dari harta yang
12
sejenisnya kemudian ditentukan pula. Secara bahasa (lungat) artinya
berkembang, bertambah. Orang Arab mengatakan zakaa az-zar‟u ketika az-
Zar‟u (tanaman) Zakat an-nafaqatu ketika nafaqah (biaya hidup) itu diberkahi.
Dengan mengeluarkan zakat dapat mensucikan orang dari dosa,
mendapatkan pahala dari harta orang tersebut. Menurut syara zakat yaitu hak
yang wajib dikuluarkan pada harta. Malikiyah mendefenisikan zakat yaitu
mengeluarkan sebagian harta tertentu dari harta yang telah sampai nishab
untuk orang yang berhak menerima, apabila kepemilikan/haul (genap satu
tahun ) telah cukup selain barang tambang, tanaman dan harta temuan.
Hanafiyah mendefenisikan bahwa zakat merupakan pemberian hak
kepemilikan atas sebagian harta tertentu yang telah ditentukan oleh syariat
Islam, semata-mata karena Allah. Kata “pemberian hak kepemilikan” tidak
masuk didalamnya „sesuatu yang hukumnya boleh‟. Jika seseorang
memberikan makanan kepada anak yatim dengan niat zakat, maka tidak
cukup dianggap sebagai zakat kecuali jika orang tersebut menyerahkan
pakaian kepada pada anak yatim tersebut.
Allah SWT berfirman dalam (Q.S At-Taubah(9):60)
ا الصمدقات للفقراء و المساكني و العاملني عليها و المؤلمفة ق لوب هم و ف إنمبيل فريضة من اهلل و الرقاب و الغارمني و ف اهلل عليم سبيل اهلل و ابن السم
حكيم
13
Terjemahan:
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan ) orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.
Sedangkan menurut hukum Islam (syara), zakat yaitu nama bagi suatu
pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu serta untuk
diberikan kepada golongan tertentu. Selain kata zakat, disebutkan juga
dengan nama lain diantaranya yaitu infaq, shadaqah, haq atau Afuw di dalam
Al-Qur‟an
Peraturan tentang zakat dimuat dalam UU Republik Indonesia No. 23
tahun 2011 mengenai pengelolaan zakat, yang telah diundangkan untuk
mengubah UU No. 38 tahun 1999 megenai pengelolaan zakat sebagai hukum
positif. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang tersebut,
dinyatakan bahwa: ”zakat yaitu harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam”.
Zakat adalah ibadah ma‟aliyah ijtima‟iyyah yang mempunyai posisi
sangat penting serta strategis, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi
14
pembangun kesejahteraan umat menurut Yusuf Qardhawi. Zakat adalah
nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang
kepada fakir miskin menurut Sayyid Sabiq. Dinamakan zakat karena di
dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh keberkahan,
membersihkan jiwa serta memupuknya dalam berbagai perilaku kebaikan.
Istilah shadaqah digunakan untuk menyebut zakat, begitu pula sebaliknya
istilah zakat digunakan untuk istilah shadaqah” menurut Abdul Qadim.
Zakat adalah salah satu dari rukun Islam, serta menjadi salah satu
sumber pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh karena itu, hukum zakat
adalah wajib (fardhu) atas setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat merupakan salah satu ibadah (shalat, haji, dan puasa)
yang telah diatur secara paten serta rinci berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-
Sunnah, juga termasuk amal sosial kemasyarakatan serta kemanusiaan yang
bisa berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Disebutkan pula dalam riwayat lain bahwa Abu Lubabah dan kedua
temannya setelah dilepaskan datang menghadap kepada Rasulullah dengan
membawa harta bendanya, kemudian berkata” ya Rasulullah! Ini adalah harta
benda kami, shadaqakanlah atas nama kami“ Nabi menjawab:aku tidak
diperintahkan untuk menerima harta sedikitpun”. Maka turunlah Surah at-
Taubah (9):103 yang memerintahkan untuk menerima shadaqahnya dan
mendoakan baginya.
Disebutkan pula dalam riwayat oleh Ibnu Jarir dari Ali bin Abi Thalhah
yang bersumber dari Ibnu Abbas, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir seperti
15
riwayat yang dikemukakan oleh Ali bin Abi thalhah yang bersumber dari Sa‟id
bin Jubair, dialah hak Zaid bin Aslan.
Untuk mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di Ibu Kota Negara, Provinsi, dan
Kabupaten atau Kota. BAZNAS adalah lembaga non struktural pemerintah
yang bersifat mandiri, bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan
zakat secara nasional. Dalam rangka membantu BAZNAS dalam pelaksanaan
pengumpulan, penyaluran, serta penggunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Zakat wajib disalurkan kepada
mustahik sesuai dengan syariat Islam. Penyalurannya berdasarkan prioritas
dengan memperhatikan prinsip asas keadilan. Apabila penanganan fakir
miskin serta peningkatan kualitas kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi
maka zakat dapat digunakan untuk usaha produktif.
Islam memberikan konsep zakat yang menjanjikan dimensi
kemaslahatan serta pengelolaan potensi sumber daya ekonomi yang potensial
dalam kehidupan masyarakat. Pengembangan ekonomi Islam dngan
pendekatan transformatif melalui gerakan zakat sebagai gerakan ekonomi
dengan berlandaskan syariat Islam, merupakan aktualisasi operasional
ekonomi Islam dalam mewujudkan kemaslahatan umat. Zakat adalah sala satu
wujud pilar perekonomian Islam dalam menjalankan fungsinya untuk
mengelolah serta menyalurkan dana kepada umat yang berhak menerima.
2. Prinsip Umum Pembayaran Zakat
16
Karena zakat merupakan kewajiban Ilahiah, menjalankannya
merupakan keharusan, sangat penting, dan tidak bisa dihindarkan. Islam tidak
hanya menempatkan kaidah-kaidah, formalitas, dan aturan cara
melaksanakannya, tetapi juga menghadapkan kita pada prinsip-prinsip dasar
umum dan aturan-aturan pasti dalam membelanjakan harta di jalan Allah SWT.
Prinsip-prinsip ini menolong masyarakat mencetak dan membentuk sikap dan
perkehidupan yang teratur dan Islami.
Sebenarnya, Al-Ghazali RA dengan wataknya yang kuat dan
mendalam serta jalan yang terilhami membimbing kita, memperhatikan
masalah ini agar menjadi sikap hati dan tugas kewajiban para pembayar zakat
a. Maksud dan Makna Zakat
Penting memahami kepentingan dan makna mengeluarkan zakat,
bagaimana zakat merupakan ujian keimanan, dan mengapa zakat menjadi
salah satu rukun Islam. Padahal, zakat merupakan transaksi finansial,
bukan ibadah gerak fisik
Terdapat tiga hal yang menjadi pertimbangan, yakni:
1) Untuk menguji derajat kecintaan terhadap Allah SWT.
Mengucapkan dua kalimat syahadat aku bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah semata dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Merupakan kewajiban sebagai
penegasan keesaan lillahi dan kesaksian akan ketunggalan
Tuhan yang disembah. Pemenuhan menyeluruh terhadap
keesaan Iillahi harus menunjukkan ketidakcintaan kepada
17
siapapun kecuali Allah Yang Maha Kuasa, tidak ada sekutu bagi-
Nya.
2) Mengurangi kekikiran
Pernyataan Allah SWT yang memerintahkan hamba-Nya untuk
membelanjakan harta mereka, juga signifikan dan hubungannya
dengan kekikiran yang merupakan salah satu dosa besar.
Rasulullah SAW bersabda,” Tiga hal yang sangat berbahaya,
yaitu ketamakan, memperurutkan hawa nafsu, dan keangkuhan.”
3) Ungkapan rasa syukur
Faktor ketiga adalah sebagai rasa syukur terhadap keuntungan
yang diraih. Seorang hamba berutang budi kepada Allah atas
karunia diri pribadi dan harta benda. Secara fisik, gerak ibadah
merupakan ungkapan rasa syukur akan karunia jasmani,
sementara ibadah finansial merupakan ungkapan rasa syukur
atas karunia harta kekayaan.
b. Pembayaran pada Waktu yang Tepat
Kewajiban kedua adalah menyangkut waktu pembayaran. Salah
satu perilaku masyarakat beragama adalah memperhatikan waktu telah tiba
dan menyenangkan hati orang-orang miskin. Menepati waktu biasa dihitung
sebagai kebajikan. Waspadalah terhadap bahaya penundaan. Seorang
hamba dianggap tidak patuh bila menunda-nunda hingga di luar waktu yang
telah ditetapkan.
c. Pembayaran secara Rahasia
18
Kewajiban ketiga adalah kerahasiaan, yakni agar terhindar dari sifat
munafik. Rasulullah bersabda, ”Hal yang paling bermanfaat dari sedekah
adalah usaha untuk menolong si miskin, rahasiakanlah dari orang yang
meremehkannya”.
d. Pembayaran secara Terbuka
Kewajiban keempat, apabila seseorang mengeluarkan sedekah
dengan maksud agar orang lain mengikuti apa yang ia perbuat, maka
diperbolehkan memberikan sedekah secara terang-terangan. Dalam
melakukannya, tentu saja orang itu harus bertekad memerangi
kemunafikan. Allah berfirman, jika kamu menampakkan sedekahmu, maka
itu adalah baik sekali (Q.S. Al-Baqarah (2):271).
3. Syarat-Syarat Wajibnya Zakat
Adapun syarat-syarat diwajibkannya zakat adalah sebagai berikut:
a. Beragama Islam
Syarat pertama yaitu wajib beragama Islam.
b. Merdeka
Karena ia dan hartanya menjadi milik tuannya maka zakat tidak
diwajibkan untuk budak serta hamba sahaya.
c. Harta zakat telah mencapai nishab (jumlah tertentu)
Nishab yaitu jumlah minimal kewajiban dikeluarkannya zakat. Adapun
syarat-syarat nishab, yaitu:
1) Nishab adalah sisa dari kebutuhan pokok seseorang seperti makanan,
pakaian, serta tempat tinggal. Karena kewajiban zakat diperuntukkan
19
membantu orang-orang fakir, oleh karena itu muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat) tidak lagi membutuhkan harta yang dizakatkan
tersebut.
2) Harta yang masuk dalam ukuran nishab merupakan secara penuh milik
muzakki. Sehingga zakat tidak wajib dikeluarkan dari harta yang bukan
milik pribadi.
d. Telah cukup haul
Haul yaitu satu tahun penuh berdasarkan paada tanggal hijriyah.
Yaitu ketika harta telah dimiliki selama satu tahun penuh (12 bulan)
berdasarkan tanggal hijriyah. Syarat ini berlaku bagi jenis zakat harta
berupa perak dan emas, komoditi dagang dan binatang ternak. Adapula
harta zakat berupa hasil pertanian, tumbuh-tumbuhan, barang tambang,
dan hasil temuan maka haul dalam kewajiban zakatnya tidak
dipersyaratkan.
4. Jenis-Jenis Zakat
Zakat terbagi atas 2 bagian yaitu:
a. Zakat fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib dikeluarkan disetiap bulan
ramadhan sebelum merayakan idul fitrih. Hukum mengeluarkan zakat fitrah
adalah wajib bagi setiap muslim sebelum hari raya idul fitrih. Jumlah zakat
fitrah sebesar 1 shaa‟ dari kelebihan konsumsi seseorang serta konsumsi
keluarganya.
20
Zakat fitrah dikeluarkan 2 atau 3 hari sebelum hari raya idul fitrih
bukan setelah pelaksanaan shalat idul fitri. Hal ini diriwayatkan dalam salah
satu hadsit hadist Ibnu Umar RA.
“ Dan beliau memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebelum
orang keluar melaksanakan sholat idul fitri.” Hadist dari Ibnu Abbas RA
disebutkan, “ barang siapa yang mengeluarkannya sebelum melaksanakan
sholat idul fitri, maka ia termasuk zakat yang diterima, namun barang siapa
yang mengeluarkannya setelah melaksanakan setelah salat idul fitri maka
ia dianggap sedekah biasa.”. Jumlah zakat fitrah yang dikeluarkan setiap
orang yaitu 3,25 Kg dari makanan pokok masyarakat setempat seperti
beras, kurma, atau gandum dan sejenisnya. Hal ini didasarkan pada hadis
Abu sa‟id al AL-Khudri RA, ia berkata, “ kami dahulu di zaman Rasulullah
mengeluarkan zakat fitrah sebesar 1 sha’ dari makanan kami. “ kemudian
Abu sa‟id melanjutkan, “ Dan dahulu makanan kami adalah gandum,
anggur, keju dan kurma.
b. Zakat Mal (harta)
Kata mal jamak berasal dari kata amwal yang artinya sebagai segala
sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk dimiliki dan
menyimpannya. Pada awalnya kekayaan sepadan dengan emas dan perak,
kemudian mengalami perkembangan menjadi segala barang yang dimiliki
serta disimpan.
21
Disebutkan dalam kitab Fathul Mu‟in zakat mal (harta benda) adalah
zakat yang dikeluarkan dari harta benda tertentu seperti emas, perak,
binatang, tumbuhan (biji-bijian), serta harta perniagaan.
Definisi zakat mal menurut para pemikir ekonomi Islam kontemporer
yaitu sebagain harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat
berwenang, kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat
dan final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah
sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan 8 golongan penerima zakat yang telah ditentukan di
dalam Al-Qur‟an, serta untuk memenuhi tuntutan politik bagi keuangan
umat Islam.
c. orang- orang yang berhak menerima zakat
Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat adalah sebagai
berikut:
1) Orang-orang fakir
2) Orang-orang miskin
3) „Amil zakat
4) Orang-orang muallaf
5) Untuk memerdekakan budak
6) Gharimun ( seseorang yang berutang)
7) Fi Sabiilillah ( orang-orang yang berjihad dan berjuang di jalan ALLAH
SWT )
22
8) Ibnu sabil (orang musafir yang kehabisan makanan/bekal dalam
perjalanannya).
C. TINJAUAN EMPIRIS
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas topik yang
sama adalah sebagai berikut:
Magfira dan Thamrin logawali tahun 2017 dengan judul “Kesadaran
Masyarakat Dalam Melakukan Pembayaran Zakat Pertanian Padi Di Desa
Bontomacinna Kec. Gantarang Kabupaten Bulukumba” hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) Respon masyarakat terhadap kesadaran pembayaran
zakat hasil pertanian di Desa Bontomacinna sebagian sudah cukup baik namun
masih ada beberapa orang diantara mereka yang tidak langsung membayar
zakat setiap kali panen, ada yang langsung menjual hasil panen atau dibagikan
dengan petani penggarap kemudian dijual. (2) Praktek zakat pertanian yang
dijalankan oleh masyarakat di Desa Bontomacinna dalam mengeluarkan zakat
pertanian masih memakai adat atau kebiasaan , yaitu memberikan zakatnya
kepada orang yang diinginkan seharusnya kepada amil zakat .
Herfita Riski Hasanah Gurning tahun 2016 dengan judul “Analisis Tingkat
Kesadaran Masyarakat Kecamatan Medan Baru Dalam Membayar Zakat”
Adapun hasil penelitiannya yaitu tingkat kesadaran masyarakat kecamatan
medan baru dalam membayar zakat fitrah lebih tinggi dibandingkan dengan
kesadaran masyarakat dalam membayar zakat mal dimana kesadaran
masyarakat dalam membayar zakat fitrah berada pada skala yang dinyatakan
pada kategori baik sedangkan untuk zakat mal itu sendiri berada pada skala
23
yang dinyatakan pada kategori baik. Serta kepuasan masyarakat terhadap
Layanan Lembaga Organisasi Pengelola Zakat masih relative baik.
Muhammad Syafitra tahun 2013 dengan judul “Persepsi Normatif
Masyarakat Terhadap Pembayaran Zakat Fitrah Melalui Lembaga Amil Zakat
Studi di Kecamatan Mamajang Kota Makassar” Adapun hasil dari penelitian ini
yaitu persepsi normatif masyarakat mengenai kondisi pelaksanaan pembayaran
zakat fitrah di Kecamatan mamajang kota makasssar masyarakat setuju dengan
pengumpulan zakat fitrah melalui undangan dan masyarakat lebih setuju
penyaluran zakat melalui kupon. Faktor yang dapat mendorong masyarakat
membayar zakat fitrah secara langsung ke mustahik dipengaruhi oleh faktor dari
luar dan dari dalam diri. Faktor dalam diri yaitu kebiasaan dan sikap kurang
percaya kepada badan amil zakat, sedangkan faktor dari luar dipengaruhi oleh
tradisi masyarakat.
Haji Muliati tahun 2019 dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap
Kesadaran Muzakki Dalam Membayar Zakat Di Kabupaten Pinrang” Adapun
hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kesadaran
muzakki dalam mengeluarkan zakat secara nasional di Kabupaten Pinrang
sebagai lembaga pengumpulan zakat di bawah naungan pemerintah merupakan
lembaga pengumpulan zakat yang lebih terprogram dengan mengusahakan
perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, pelaporan pertanggung jawaban,
dan pendayagunaan zakat yang adil, optimal serta efektif. Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam mengeluarkan zakat yaitu
faktor religiusitas ibadah, pengetahuan muzakki terhadap zakat, harta kekayaan
24
atau pendapatan, peran pemerintah atau ulama, dan kredibilitas lembaga amil
zakat. Faktor iman dan religiutas seseorang merupakan tingkat keyakinan yang
dimiliki dalam melakukan sesuatu dengan berharap ke berkahan dari Allah SWT.
Marlina dkk, tahun 2018 dengan judul “Pemahaman Zakat Di Kalangan
Pengusaha Rumah Makan Di Kota Mataram” Adapaun hasil dalam penelitian ini
yaitu berdasarkan dari data badan statistik kota mataram yang menunjukkan
bahwa perekonomian di kota mataram mengalami peningkatan dalam usaha
rumah makan, pemahaman zakat dari para pengusaha rumah makan yang ada
di kota mataram sudah sesuai dengan anjuran dan ajaran Islam yang mana
wajib dilaksanakan sebagai seorang muslim.
Ade Irawan dkk, tahun 2019 dengan judul “ Pemahaman Masyarakat
Dalam Pembayaran Zakat Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Air Hitam
Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir” Adapun Hasil penelitiannya adalah
mengenai pemahaman masyarakat dalam pembayaran zakat hasil perkebunan
kelapa sawit di desa air hitam kecamatan pujud kabupaten rokan hilir, masih
banyak masyarakat Desa Air Hitam yang tidak tahu dengan adanya zakat
perkebunan kelapa sawit, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang zakat perkebunan, belum ada lembaga yang
mengatur masalah zakat perkebunan di Desa Air Hitam.
Mursalim Muddin dkk, tahun 2019 dengan judul “Persepsi Publik Terhadap
Penggunaan Zakat Bagi Pembiayaan Infrastuktur Transportasi” Adapun tujuan
dari penelitian untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai penggunaan
dana zakat untuk pembiayaan proyek infrastruktur. Hasil yang diperoleh yaitu
25
umumnya responden setuju dengan penggunaan dana zakat untuk pembiayaan
infrastruktur. Proporsi responden pria lebih banyak setuju daripada proporsi
wanita. Sedangkan hasil yang berbeda diperoleh dari responden wanita dimintai
persepsi atau pendapat tentang pembiayaan investasi infrastruktur oleh
BAZNAS yang bekerja sama dengan badan usaha (swasta) sebagai kontraktor
atau operator. Untuk skema ini mayoritas responden menyatakan tidak setuju
bila dana zakat digunakan.
Irma Lailan dkk, Tahun 2018 dengan judul “ Tingkat Kesadaran Terhadap
Pelaksanaan Zakat Profesi (Study Kasus Universitas IBN Bogor)” Adapun hasil
dari penelitian yang dilakukan bahwasanya faktor-faktor yang berpengaruh besar
terhadap seseorang dalam mengeluarkan zakat profesi yaitu kurangnya
pengetahuan tentang zakat profesi, kurangnya andil pemerintah dalam
mewajibkan zakat profesi, kurangnya peran ulama dalam menyiarkan tentang
kewajiban membayar zakat profesi, kurangnya promosi tentang kewajiban zakat
profesi, serta beban ganda untuk membayar pajak serta zakat profesi
menjadikan pemicu utama rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar
zakat profesi.
Asep Sudarman, tahun 2018 dengan judul “Stategis Komunikasi Untuk
Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Zakat Mal” Adapun
hasil dari penelitian ini yaitu perencanaan komunikasi Unit Pengumpul Zakat
Kecamatan Rancasari Kota Bandung, merupakan pelaksanaan fungsi dasar dari
proses manajemen komunikasi, bisa diartikan sebagai aktivitas berjalannya
proses pengelolaan zakat mal sehingga timbul kepercayaan masyarakat untuk
26
membayar zakat. Perencanaan secara internal dan eksternal didukung oleh
peran ketua yang menjalankan komando organisasi dengan mengoptimalkan
bidang-bidang yang ada di dalam kelembagaan Unit Pengumpul Zakat
Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Pelaksanaan implementasi Unit
Pengumpul Zakat Kecamatan Rancasari masih pada kegiatan diluar zakat mal.
Implementasi secara internal menguatkan kembali hasil perencanaan, namun
adanya beberapa masalah di lapangan disebabkan oleh kebiasaan masyarakat
setempat sehingga kepercayaan kepada Unit Pengumpul Zakat masih kurang.
Unit Pengumpul Zakat Kecamatan Rancasari Kota Bandung dari segi evaluasi
lebih menitik beratkan pada sosialisasi. Sebab pada pengumpulan serta
penyaluran didukung oleh kinerja anggota yang tersebar ditiap Kelurahan
sampai pada tingkat Dewan Kemakmuran Masjid. Kegiatan sosialisasi pun
masih pada tataran penyampaian secara verbal pada perkumpulan atau forum
tertentu saja.
Khairul Amri & Marwiyati, tahun 2019 dengan judul “Prefensi Muzakki
Membayar Zakat Melalui Baitul Mal: Study Empiris di Kota Banda Aceh” Adapun
hasil penelitiannya yaitu preferensi muzakki dalam membayar zakat melalui
Baitul Mal di kota Banda Aceh relatif berbeda satu sama lain. Preferensi yang
paling dominan mendorong mereka membayar zakat melalui lembaga dalam
lingkungan muzakki itu sendiri, kemudian diikuti oleh pelayanan Baitul Mal,
pemahaman terhadap pengelolaan zakat oleh Baitul Mal, persepsi mereka
tentang kemudahan menjangkau lokasi Baitul Mal. Hasil pengujian statistik
menyimpulkan bahwa preferensi muzakki berbeda signifikan berdasarkan jenis
27
kelamin, pekerjaan dan pendapatan /bulan, tetapi tidak signifikan berdasarkan
tingkatan usia, status perkawinan serta tingkat pendidikan. Berdasarkan hal
tersebut, maka rekomendasi utama penelitian ini adalah Baitul Mal sebagai
lembaga pengelola zakat di Kota Banda Aceh perlu meningkatkan intensitas
sosialisasi lembaga tersebut kepada seluruh lapisan masyarakat. Upaya
sosialisasi sebaiknya juga seiring dengan upaya peningkatan pemahaman
masyarakat tentang pengelolaan zakat oleh lembaga tersebut sehingga zakat
bisa dimaksimalkan.
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan
antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti, baik dalam penelitian hukum
normatif maupun empiris. Biasanya telah merumuskan dalam defenisi-defenisi
tertentu atau telah menjalankan lebih lanjut dari konsep tertentu.
Bagi umat Islam zakat bukanlah sesuatu hal baru. Umat Islam sangat
meyakini bahwa zakat merupakan salah satu dari pilar agama Islam. Sebagian
besar umat Islam juga percaya bahwa zakat memeiliki peran yang sangat
penting dalam memberdayakan umat. Dengan mengeluarkan zakat dapat
mensucikan diri dari dosa serta mendapat pahala dan harta orang tersebut.
Zakat menurut syara adalah hak yang wajib atas harta benda. Malikiyah men
defenisikan zakat sebagai mengeluarkan sebagian tertentu dari harta yang telah
mencapaii nishab kepada orang yang berhak, jika kepemilikan/haul (genap satu
tahun) telah cukup selain barang tambang, tanaman dan harta temuan.
28
Adapun ayat yang membahas tentang zakat terdapat pada surah At-
Taubah Ayat :103
يهم با و صل عليهم إنم صالتك رهم و ت زك خذ من أموالم صدقة تطه
سكن لم و اهلل سيع عليم
Terjemahan:
Ambillah sebagian harta mereka sebagai zakat yang dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan (pada
saat kamu mengambil zakat), berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doamu itu (menjadi sumber) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (At-
Taubah: 103)
Adapun hadist yang membahas tentang zakat adalah sebagai berikut:
Seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah bin Umar
mengapa kamu tidak berperang? dia menjawab, Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah SAW berkata ”Sesungguhnya Islam didirikan
atas 5 dasar. Persaksian bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Allah, mendirikan Sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
ramadhan serta berhaji ke Baitullah. (Hadist Riwayat Tirmizi).
Jika salah satu dari kelima tiang pokok ajaran tersebut tidak dijalankan,
dapat mengakibatkan timbulnya ketidakharmonisan dalam diri seseorang tentu
akan memberi dampak negatif dalam suatu kehidupan, karena zakat memiliki
dimensi sosial, selain dimensi agama, bila zakat tidak ditunaikan akan
29
menyebabkan kesenjangan sosial seperti banyaknya pengangguran, fakir
miskin, serta terjadilah jurang antara yang kaya dan yang miskin.
Karena zakat merupakan kewajiban ilahiah, menjalankannya merupakan
keharusan, sangat penting dan tidak bisa dihindarkan. Islam tidak hanya
menempatkan kaidah-kaidah, formalitas dan aturan cara melaksanakannya,
tetapi juga menghadapkan kita pada prinsip-prinsip dasar umum dan aturan-
aturan pasti dalam membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Prinsip-prinsip ini
menolong masyarakat mencetak dan membentuk sikap dan perkehidupan yang
teratur dan Islami.
Adapun tujuan dari kerangka konsep ini yaitu merupakan konsep
pemahaman warga ketika mengeluarkan zakatnya, serta bertujuan
mengetahui apakah warga paham dalam mengeluarkan zakatnya, Dalam
mengeluarkan zakat pemahaman mengenai zakat sangat penting
sebagaimana dalam melakukan zakat terlebih dahulu masyarakat harus
memahami zakat, agar dalam membayar zakat tidak sekedar melakukannya
saja melainkan masyarakat tau zakat itu apa, manfaat dan bagaimana cara
menunaikan zakat sesuai dengan hukum Islam atau anjuran agama Islam.
Setelah masyarakat memahami, masyarakat pun akan sadar dalam
mengeluarkan zakat. Dimana zakat itu sendiri merupakan kewajiban bagi
setiap umat muslim.
30
Gambar1.1 Bagan Kerangka Pikir
MASYARAKAT KABUPATEN SINJAI
MUZAKKI
PEMAHAMAN MASYARAKAT
ZAKAT
A
ZAKAT MAL ZAKAT FITRAH
Q.S At-Taubah ayat 103
HASIL PENELITIAN
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tujuan penelitian
kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Penulis mengelolah data yang dilapangan disusun secara
sistematis sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, yang bersifat deskripsi
analisis yaitu penulis menggambarkan permasalahan yang ada secara objektif
guna mendeskripsikan Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku
Membayar Zakat di Kabupaten Sinjai.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus kepada penetapan masalah yang menjadi
pusat penelitian peneliti yang mana fokus penelitian ini adalah tingkat
pemahaman masyarakat terhadap perilaku membayar zakat di Kabupaten
Sinjai.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sinjai.
Adapun alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini, karena ingin
mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terhadap perilaku membayar
zakat di Kabupaten Sinjai.
2. Waktu penelitian
32
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu berlangsung kurang
lebih 2 bulan yaitu pada tanggal 24 November- 23 Januari 2021.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
diperoleh. Peneliti dalam penelitian ini memperoleh data dari berbagai sumber
seperti buku-buku maupun karya tulis lainnya yang mendukung dan relevan
dengan penelitian.
Berdasarkan sumbernya, sumber data dalam penelitian ini terbagi
dalam 2 jenis yaitu:
1. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data dalam penelitian ini diperoleh
langsung dari sumber data yang ada di BAZNAS Kab. Sinjai dan
masyarakat kabupaten Sinjai .
2. Data sekunder yaitu sumber yang data tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder
yang dimaksud disini yaitu sumber yang berupa data yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini, seperti buku-buku, jurnal, laporan-laporan, maupun media
lainnya yang bersifat menunjang dalam penelitian ini.
.
E. Pengumpulan Data
Data penelitian dapat diperoleh dengan adanya metode pengumpulan
data. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
33
Observasi (Pengamatan) dilakukan dengan cara mengamati gejala
yang diteliti, kemudian dicatat secara sistematis pada keseluruhan aktivitas
yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini penyusun melakukan
pengamatan secara langsung dilapangan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Tehnik mengumpulkanan data melalui observasi digunakan
apabila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala
alam serta jika responden yang diamati tidak terlalu banyak. Dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi ternagi menjadi 2 jenis
diantaranya. Apabila peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati dan yang dipakai sebagai sumber data penelitian disebut
participant observation (observasi berperan serta). Sedangkan observasi non
partisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Jadi tehnik pengumpulan data dalam hal observasi yang akan digunakan
adalah observasi non participant dimana peneliti tidak terlibat langsung hanya
sebagai pengamat independen.
2. Wawancara Terstruktur
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Wawancara dilakukan secara langsung dengan bertatap muka
antar responden dengan pewawancara. Wawancara terstruktur digunakan
dalam rangka untuk mendapatkan penjelasan dari suatu fenomena atau
kejadian. Dalam tehnik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara
terstruktur penulis lebih mudah memperoleh fakta dari sumbernya. Adapun
data informan sebagai berikut:
34
Tabel 3.1
Data Informan
No Nama Jenis
Kelamin Usia Keterangan
1. Ishak Amin
S.ag L 45
Wakil Ketua 4 BAZNAS Kabupaten Sinjai
2. Kamal Fauzi L 32 Admnistrasi SDM dan Umum BAZNAS Sinjai
3. Indriani P 30 Masyarakat
4. Nur Baya P 42 Masyarakat
5. Nur Aeni P 45 Masyarakat
6. Syamsuddin L 52 Masyarakat
7 Abdul Hakim L 60 Masyarakat
Sumber: data diperoleh melalui wawancara
3. Dokumen
Dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun kemudian dipilih sesuai
dengan tujuan dan fokus masalah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan yang dilakukan menjadi
sistematis. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya adalah
observasi, wawancara, dokumen, serta menggunakan media seperti laptop
dan hp.
35
G. Metode Analisis
Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya peneliti
melakukan analisis melalui beberapa langkah yaitu
1. Collection Data
Ketika selesai melakukan penyusunan rancangan penelitian, langka
selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan kegitan
mencari data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Oleh karena itu, validitas instrumen pengumpulan
data serta kualifikasi pengumpulan data sangat diperlukan untuk memperoleh
data yang berkualitas. Semakin valid sebuah instrumen pengumpul data,
semakin valid pula data yang diperoleh.
2. Reduksi Data
Setelah peneliti mendapatkan semua informasi yang diperlukan maka
selanjutnya peneliti menjalankan tahapan awal dalam menganalisis data yaitu
mereduksi data dengan cara memilih kemudian memfokuskan informasi yang
cocok dengan permasalahan yang akan diteliti nanti.
3. Penyajian Data
Langka berikutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dikerjakan
guna menjelaskan, mendeskripsikan, meringkas, serta menyederhanakan data
yang kompleks dalam bentuk teks naratif. Selain itu, agar lebih mudah
dimengerti juga dapat disajikan dalam bentuk gambar, grafik serta tabel.
Tujuan dari penyajian data yaitu memperkuat data hasil penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dalam analisis data.
Dalam penelitian kualitatif tujuan dari penarikan kesimpulan yaitu menjawab
36
rumusan masalah yang terdapat didalam penelitian. Penarikan kesimpulan
dijalnkan ketika peneliti melakukan reduksi data serta penyajian data,
selanjutnya dikaji secara berulang-ulang guna mendapatkan penarikan
kesimpulan yang benar serta sesuai berdasarkan fokus penelitian peneliti.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Kabupaten Sinjai
Tellulimpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir
pantai yakni kerajaan Tondong, Bulo-bulo, dan Lamatti, serta Pitu Limpoe
adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan
Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
Kabupaten Sinjai memiliki niai historis tersendiri, dibanding dengan
kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari
beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam
federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam
federasi Pitu Limpoe. Watak dan karakter masyarakat tercermin dari sistem
pemerintah demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di
antara kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan
yakni Sippakatau yakni saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-
nilai konsep „‟Sirui Mendre‟ Tessirui No‟ yakni saling menarik ke atas,
pantang saling menarik ke bawah, mallilu sippakkainge yang bermakna bila
khilaf saling mengingatkan.
Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut bergabung ke dalam
persekutuan Kerajaan Tellu Limpo‟e namun pelaksanaan roda
pemerintahan tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada
pertentangan dan peperangan yang terjadi diantara mereka. Bila ditelusuri
38
hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa
lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali
kekeluargaannya yang dalam bahasa bugis artinya sama jahitannya. Hal ini
diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X
untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti
dengan ungkapannya; PASIJA SINGKKENGRUNNA LAMATTI BULO-
BULO‟‟ artinya satukan keyakinan lamatti dengan Bulo-bulo, sehingga
setelah meninggal dunia beliau digelarkan dengan PUANTA MATTINDROE
RISIJAINA.
Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten
Sinjai di masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun
1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab
didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Sinjai.
Disamping itu, benteng inipun dikenal degan nama Benteng Tellulimpoe,
karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti,
Bulo-Bulo, dan Tondong lalu dipagar oleh oleh Belanda melalui perang
Mangngarabombang. Agresi Belanda tahun 1859-1561 terjadi pertempuran
yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal dengan nama Rumpa‟na
Mangngarabombang atau perang Mangngarabombang, dan tahun 1559
Benteng Balangnipa jatuh ke tangan Belanda.
Belanda mulai datang ke daerah Sinjai pada tahun 1636 Kerajaan-
kerajaan di Sinjai sangat menentang keras dengan upaya Belanda untuk
mengadu domba menentang keras upaya Belanda untuk memecah belah
39
persatuan Kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Hal ini
mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap
oang-orang Belanda yang membujuk kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan
perang terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi tahun 1639. Hal ini
disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap berpegang teguh pada PERJANJIAN
TOPEKKONG, Tahun 1824 Gubernur Jendral Hindia Belanda VAN DER
CAPPELLAG datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG Bulo-
Bulo XXI agar menerima perjanjian Bogaya dan mengizinkan Belanda
mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolak dengan tegas.
Pada Tahun 1861 Berdasarkan Surat Keputusan yang telah di
putuskan Gubernur Sulawesi Selatan dan Daerah, Takluknya wilayah
Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintah dengan sebutan
Goster Districten. Tanggal 24 februari 1940, Gubernur Grote Gost
menetapkan pembagian administratif untuk daerah timur termasuk residensi
Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya
berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari beberapa adat
Gemenchap, yaitu Cost Bulo-Bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West,
Bulo-Bulo, Manipi dan Turungeng. Pada masa pendudukan Jepang struktur
pemerintah dan namanya ditatah sesuai dengan kebutuhan Bala Tentara
Jepang yang bermarkas di Gojeng.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Kemerdekaan 1945 yakni tanggal
20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah Kabupaten berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959. Pada tanggal 17 Februari 1960
40
Abdul Latief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingkat II Sinjai yang Pertama.
Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 9 (sembilan) orang
putera terbaik dan saat ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak Andi Seto
Gadhista Asapa, SH, LLM Dengan Motto SINJAI BERSATU Kabupaten
Sinjai terus maju dan berkembang menuju masa depan yang cerah.
2. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten Sinjai merupakan salah satu daerah tingkat II di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Balangnipa adalah Ibu kota dari kabupaten ini
terletak di 220 km dari Kota Makassar. Kabupaten Sinjai mempunyai luas
wilayah 819,96 km2 serta penduduknya sebanyak 268.496 jiwa. Secara
geografis Kabupaten Sinjai terdiri dari wilayah pesisir, dataran rendah serta
dataran tinggi dengan ketinggian antara 0-2.871 meter di atas permukaan
air laut )mdpl). Terdapat 9 pulau di Teluk Bone yang masuk ke dalam
wilayah kecamatan Pulau Sembilan . Disepanjang batas sebelah timur yaitu
Kecamatan Sinjai Timur, kecamatan Sinjai Utara serta kecamatan yang
merupakan daaerah pesisir di kab.Sinjai yaitu Tellulimpoe. Berikutnya
Kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai borong merupakan daerah dataran tinggi
yang merupakan lereng timur Gunung Bawakaraeng dan Gunung
Lompobattang . Adapun Kecamatan Bulupoddo yang termasuk dalam
dataran tinggi meliputi pegunungan Bohonglangi. Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Sinjai yaitu, dari utara terdapat Kabupaten Bone, dari
Timur terdapat teluk Bone dari Selatan terdapat Kabupaten Bulukumba dan
41
Kabupaten Bantaeng Barat sedangkan dari arah barat terdapat Kabupataen
Gowa.
3. Kondisi Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Sinjai pada tahun 2020 Sinjai kurang
lebih sebanyak 268.496 jiwa. Dengan persentase jumlah orang islam
sebanyak 99,93%. Adapun kepadatan penduduknya 327 jiwa/km² di
Kecamatan Sinjai Utara merupakan daerah yang terpadat penduduknya
dengan 1.471 jiwa/km² dan Kecamatan Bulupoddo merupakan daerah yang
terjarang penduduknya dengan 158 jiwa/km².
4. Visi dan Misi Kabupaten Sinjai
a. Visi
Terwujudnya masyarakat sinjai yang mandiri berkeadilan dan religius
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berdaya
saing‟‟merupakan visi kab.sinjai
b. Misi
1) Mewujudkan pemerintah yang efektif, efesien, bersih dan demokratis
melalui penyelenggaraan pemerintah yang profesional, aspiratif,
partisipatif dan transparan.
2) Membangun kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha dan
kelompok-kelompok masyarakat untuk mempercepat kesejahteraan
masyarakat.
3) Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada
42
pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dengan tetap
berpegang pada kelestarian lingkungan.
4) Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi
investasi pembangunan melalui penciptaan iklim yang kondusif
untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja.
5) Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber
daerah, khususnnya APBD untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
6) Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang beriman dan bertaqwa atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa.
7) Meningkatkan peran Kabupaten Sinjai secara lebih efektif guna
menjadikan Kabupaten Sinjai sebagai pusat pelayanan di Provinsi
Sulawesi Selatan utamanya dalam bidang agama, pendidikan,
kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi kerakyatan,
informasi dan transportasi, perdagangan dan pariwisata.
8) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
9) Menata kelembagaan ekonomi masyarakat agar mempunyai daya
saing dengan mendorong iklim berusaha dan investasi yang
kondusif dalam menopang terciptannya ketentraman dan ketertiban
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat melalui
43
pembuatan peraturan daerah, penegakan peraturan dan
pelaksanaan hukum yang berkeadilan.
10) Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat melalui
pembuatan peraturan daerah, penegakan peraturan dan
pelaksanaan hukum yang berkeadilan.
B. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Karakteristik Responden Penelitian
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 7 orang yaitu 2
orang Staf Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sinjai dan 5
orang masyarakat kabupaten sinjai. Berikut ini data subjek yang peneliti
dapatkan:
Tabel 4.1
Identitas Responden
No Nama Jenis
Kelamin Usia Keterangan
1. Ishak Amin
S.ag L 45
Wakil Ketua 4 BAZNAS Kabupaten Sinjai
2. Kamal Fauzi L 32 Admnistrasi SDM dan Umum BAZNAS Sinjai
3. Indriani P 30 Masyarakat
4. Nur Baya P 42 Masyarakat
5. Nur Aeni P 45 Masyarakat
6. Syamsuddin L 52 Masyarakat
7 Abdul Hakim L 60 Masyarakat
Sumber: data diperoleh melalui wawancara
Adapun daftar pertanyaan informan yaitu
44
TABEL 4.2
Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan untuk Masyarakat
1 Bagaimana pemahaman bapak/ibu tentang zakat?
2 Apa yang mendorong bapak/ibu untuk berzakat?
3 Berapa besar zakat yang bapak/ibu keluarkan?
4 Dimana bapak/ibu membayar zakat? Apakah di lembaga tertentu atau
langsung memberikannya ke masyarakat yang membutuhkan ?
5 Apakah distribusi zakat sudah sesuai dengan masyarakat yang berhak
menerima?
No Pertanyaan untuk Staf Baznas Kab.Sinjai
1 Bagaimana pemahaman masyarakat tentang zakat di kab.Sinjai?
2 Bagaimana teknis pembayaran zakat di kabupaten Sinjai?
3 Berapa jumlah masyarakat yang berhak menerima zakat di kab.Sinjai?
4 Bagaimana prosedur distribusi zakat di kabupaten Sinjai?
5 Apakah distribusi zakat di kabupaten sinjai sudah sesuai kepada
delapan golongan asnaf?
6 Bagaimana tingkat partisipasi dan antuisiasme masyarakat dalam
mengeluarkan zakat?
7 Kendala apa saja yang di hadapi dalam pengelolaan zakat masyarakat
di kabupaten sinjai?
Sumber:Rendy, Nico Asy Syams (2020) Pemahaman Masyarakat Mengenai Mekanisme Pembagian Zakat
Fitrah Secara Merata Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Mushola Baiturrahman Kelurahan Metro
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro). Undergraduate thesis.Metro.Fakultas Syariah IAIN Metro.
45
2.Tingkat Pemahaman Masyarakat Kab. Sinjai dalam Membayar Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah serta merupakan kewajiban
mengeluarkan sebagian harta untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dan
mewujudkan keadilan sosial masyarakat. Zakat merupakan sarana atau tali
pengikat yang kuat untuk mengikat hubungan vertikal antara manusia
dengan Tuhan dan hubungan horizontal antara sesama manusia, utamanya
antara yang kaya dengan yang miskin, dan saling memberi keuntungan moril
maupun material, baik dari pihak pemberi (muzakki) dengan penerima
(mustahik).
Zakat fitrah belangsung di bulan ramadhan dan sebelum Idul Fitrih,
semua umat muslim yang melaksanakan ibadah puasa berkewajiban
mengeluarkan zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib
dikeluarkan, diperuntukkan bagi semua umat muslim dari anak kecil hingga
dewasa. Orang yang tidak mengeluarkan zakatnya namun ia mampu maka,
orang tersebut dianggap menyimpang dari ajaran Islam. Zakat fitrah tidak
ditentukan nisabnya berbeda dengan zakat mal. Dilihat berdasarkan pada
kecukupan seorang muzakki, artinya orang yang benar-benar tidak memiliki
kecukupan kebutuhan pokok hidupnya maka tidak wajib membayar zakat
fitrah. Bahkan yang menjadi mustahiqnya apabila memiliki sedikit dari
kebutuhan pokok, maka orang tersebut wajib mengeluarkan zakatnya dan
akan mendapat bagian dari zakat fitrah tersebut karena tergolong orang yang
berhak menerimanya.
46
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait tingkat pemahaman masyarakat
terkait membayar zakat di Kabupaten Sinjai maka peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut :
Sebagaimana yang dikemukakan oleh IAS selaku wakil ketua 4
BAZNAS Kab. Sinjai tentang pemahaman masyarakat tentang zakat, beliau
mengemukakan bahwa “ tingkat pemahaman masyarakat tentang zakat fitrah
sebenarnya masih butuh sedikit pemahaman karena sebagian masyarakat
mengikuti kebiasaannya sendiri misalnya, terkadang masyarakat itu sendiri
yang langsung memberikan/menyalurkan zakatnya kepada orang yang tidak
mampu ataupun masyarakat memberikan imamnya untuk menyalurkannya.
Akan tetapi, sebenarnya hal itu sudah ditetapkan bahwa yang sebaiknya
menyalurkan zakat itu adalah Amil zakat. Yaitu orang yang diangkat oleh
pejabat atau orang yang diberi kewenangan untuk hal tersebut. Namun,
setelah dibentuknya BAZNAS kami sendirilah yang turun langsung kesetiap
kecamatan-kecamatan”, tuturnya.
Dalam hal lain informan yang selaku Administrasi SDM dan Umum
BAZNAS Kab. Sinjai yang berinisial KF beliau mengatakan bahwa :
“ Pemahaman masyarakat jika dilihat dari zakat fitrahnya sudah
lumayan bagus tinggal mengubah sedikit pola pikirnya seperti halnya masih
ada masyarakat yang masih mengeluarkan zakat hanya langsung ke fakir
miskin saja tidak melalui BAZNAS, sedangkan untuk pemahaman zakat mal
masih sangat rendah hanya sekitar 10% yang paham dan sadar untuk
menunaikannya. Dan untuk hal jumlah yang berhak menerima zakat di
47
kabupaten Sinjai kami selaku pengelola BAZNAS sendiri belum memiliki data
yang signifikan tetapi kami sementara melakukan pendataan yang lebih
relevan lagi, akan tetapi kami sudah menyalurkan sekitar 800 kepada
keluarga yang membutuhkan bantuan tersebut”.
Di lihat dari kedua pernyataan yang dikemukakan oleh pengelola
BAZNAS dapat dikemukakan bahwa rendahnya pemahaman masyarakat
tentang zakat fitrah maupun zakat maal disebabkan oleh pola pikir,
kebiasaan, dan tingkat kesadaran masyarakat dalam hal mengeluarkan
zakat.
Peneliti juga mengadakan wawancara dengan Wakil ketua IV
BAZNAS Kab.Sinjai mengenai pendistribusian zakat di Kab. Sinjai apakah
sudah sesuai dengan delapan golongan asnaf, sebagai berikut :
“Kalau soal distribusi zakat sudah sesuai dengan delapan golongan
asnaf, alhamdulillah tinggal satu yang kami belum tersentuh yaitu muallaf,
dimana kita kekurangan informasi dengan golongan itu”.
Berdasarkan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa pembagian
zakat fitrah sesuai dengan ajaran Islam yaitu dibagikan kepada delapan
golongan asnaf yaitu orang fakir, orang miskin, amil zakat, orang muallaf,
orang memerdekakan budak, dan orang berhutang, sabilillhah, serta orang
yang sedang dalam perjalanan dalam mengajarkan agama dan berdakwah.
Hal ini dikarenakan zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang yang
berjuang dalam Islam juga mempunyai hak untuk menerima zakat dan
memerlukan bantuan sesama umat muslim.Tujuan zakat dapat mendorong
48
masyarakat yang tidak mempunyai penghidupan yang layak dengan
memberikan motivasi dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan serta
dapat mendorong mereka untuk meraih kehidupan yang layak karena zakat
bukanlah hanya menghasilkan kesuburan bagi harta yang berzakat
melainkan, zakat dapat mensucikan dirinya dan dapat dikatakan manifestasi
dari kegotongroyongan antara para hartawan dan fakir miskin.
Apabila zakat dibagikan pada orang yang mampu maka secara tidak
langsung akan menghapus tujuan dari zakat tersebut yaitu tidak
mensejahterakan rakyat dan tidak menghapuskan kesenjangan antara si
kaya dan si miskin namun adanya akan memperkaya keadaan orang yang
kaya. Pada hakikatnya apabila orang kaya sadar akan tujuan zakat maka ia
tentunya akan menolak hal ini dikarenakan orang kaya adalah orang yang
tidak berhak menerima zakat fitrah maupun zakat mal.
Dalam hal lain, sebagaimana yang dikutip dalam wawancara dengan
KF sebagai pengelola Administrasi SDM dan umum BAZNAS Kab.Sinjai
mengenai tekhnis pembayaran zakat di Kab.Sinjai, sebagai berikut :
“Teknis pembayarannya yaitu kalau zakat mal bisa langsung ke
kantor atau ditransfer, kalau zakat fitrah memang sudah ditentukan setiap
bulan ramadhan, bisa langsung ke BAZNAS, bisa juga langsung ke imam
mesjid atau ke panitia zakat yang sudah ditunjuk khusus, kalau zakat
pertanian itu masih sementara proses karena butuh dana yang banyak untuk
melakukan, untuk zakat profesi itu teknisnya langsung potong gaji di Bank
49
SULSEL-BAR kemudian pihak Bank yang mengirim ke BAZNAS khusus
PNS”
Selanjutnya, informan NB selaku masyarakat mengemukakan “ zakat
yang telah dikeluarkan berupa beras 3,5 liter/orang atau uang
Rp.25.000/orang tetapi terkadang berubah setiap tahunnya”. Kemudian
peneliti melakukan wawancara dengan informan inisial SY mengenai jumlah
zakat yang dikeluarkan, beliau mengatakan untuk zakat fitrah berupa beras
3,5 liter/orang, dan untuk pembayarannya kalau disini biasanya di Mesjid, di
pak Imam atau langsung ke fakir miskin”.
Berdasarkan wawancara terhadap informan diatas dapat dikemukan
bahwa takaran zakat fitrah untuk satu orang dinilai 3,5 liter/orang atau uang
Rp. 25.000/orang yang mana dibayar melalui panitia zakat di mesjid.
Sebagaimana yang di kutip dalam wawancara dengan Informan I
beliau mengatakan bahwa :
“Selama ini hanya menunaikan zakat fitrah karena zakat yang lain
hanya pernah didengar dan belum ada pendekatan secara spesifik oleh
BAZNAS Kab. Sinjai baik dari segi sosialisasi maupun pendekatan personal,
hal ini membuat saya juga bingung harus menyalurkan zakat lewat mana dan
bagaimana tata cara pengeluarannya, saya berharap kedepannya Lembaga
Zakat Kabupaten sinjai bisa bergerak lebih efisien sehingga zakat di
Kabupaten ini dapat dioptimalkan dengan baik. Mengingat jumlah
masyarakat muslim di Kabupaten Sinjai mayoritas dan tingkat ekonominya
juga banyak yang terbilang mampu”.
50
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa pemahaman tentang
zakat harus dioptimalkan dengan baik oleh BAZNAS melalui pendekatan
secara spesifik, dari segi sosialisasi maupun pendekatan personal meilhat
jumlah masyarakat di kab.Sinjai yang mayoritas muslim dan tingkat
ekonominya yang kebanyakan terbilang mampu sehingga tidak terjadi
kekeliruan masyarakat saat akan mengeluarkan zakat.
Selain itu, menurut informan berinisial NB juga mengatakan hal yang
sama dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Informan berinisial I beliau
juga menambahkan bahwa pengefektivitasan zakat d Kabupaten Sinjai
belum bisa dikatakan optimal karena kurangnya sosialisasi dan kinerja dari
BAZNAS Kabupaten Sinjai itu sendiri.
Disisi lain dari pandangan Informan berinisial NA beliau mengatakan
bahwa selama ini yang beliau ketahui hanya terkait zakat fitrah yang harus
dibayarkan setiap penghujung bulan puasa atau di bulan ramadhan untuk
zakat yang lain beliau belum mengetahuinya, baik itu zakat mal, ataupun
zakat profesi.
Selain, itu dalam wawancara lain dengan Informan berinisial SY
beliau mengatakan bahwa, “beliau telah mengetahui beberapa zakat selain
zakat mal hanya saja karena kesenjangan ekonomi yang membuat beliau
hanya mampu membayar zakat fitrah di setiap bulan ramadhan. Dan untuk
penyalurannya kepada orang yang berhak menerima zakat belum sesuai
karena masih ada orang yang seharusnya layak mendapatkan akan tetapi
mereka tidak diberikan”.
51
Dari kutipan pernyataan diatas menunjukkan bahwa kesenjangan
ekonomi masyarakat yang menjadi penghambat seseorang untuk membayar
zakat mal, dan pendistribusian zakat yang belum sesuai karena tingkat
pemahaman yang rendah tentang pengeloaan zakat.
Sedangkan menurut informan AH, beliau mengemukakan bahwa
zakat mal dapat dikeluarkan ketika nisabnya telah terpenuhi, sedangkan
zakat fitrah itu wajib hukumnya untuk dikeluarkan oleh setiap muslim
diseluruh dunia sekali setahun pada bulan ramadhan.
Dari wawancara yang dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat pemahaman masyarakat tentang zakat di Kabupaten Sinjai
masih tergolong rendah namun apabila dilihat dari segi zakat firtrahnya maka
Zakat di Kabupaten Sinjai bisa dikatakan optimal namun untuk zakat mal
masih rendah jadi secara keseluruhan pemahaman masyarakat Kabupaten
Sinjai tentang zakat masih termasuk dalam kategori rendah.
C. Pembahasan
Dari data yang telah diperoleh dari BAZNAS Kabupaten Sinjai maka
dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman zakat masyarakat Kabupaten
Sinjai masih rendah, hal ini dibuktikan dari pengumpulan Zakat di Kabupaten
Sinjai masih lebih unggul kepada zakat fitrah dengan jumlah yang
dikumpulkan tahun 2019 Rp 2.080.481.805,00, tahun 2020 Rp.
3.375.093.225,00 dan tahun 2021 3.675.096.500,00 sedangkan untuk zakat
mal masih rendah yaitu pada tahun 2019 Rp.556.023.973,00 kemudian tahun
52
2020 Rp. 539.641.270,00 dan tahun 2021 Rp. 318.373.024,00. Hal ini
menunjukan bahwa dalam pengoptimalan lembaga zakat terkait zakat yang
lain belum bisa dikatakan optimal perlu strategi seperti sosialisasi, baik
secara individu atau kelompok agar masyarakat yang tidak paham terkait
zakat yang lainnya dapat memahami dan juga dapat ditunaikan sehingga
zakat mal, ataupun zakat profesi dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan
dengan baik, sehingga dapat membantu mustahik dalam pemberdayaan
ekonominya.
Adapun prosedur distribusi zakat di BAZNAS Kab.Sinjai yaitu :
Mustahik melaporkan keluhannya melalui via medsos, telepon
atau mendatangi kantor BAZNAS
Staf bidang II menerima mustahik sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku
Staf bidang II mengidentifikasi kebutuhan mustahik dan
melakukan pencatatan kedalam database mustahik
Kemudian melaporkan ke wakil ketua II/ ketua hasil identifikasi
Memerintahkan untuk melakukan verifikasi faktual
Melaporkan hasil verifikasi faktual
Setelah itu membuat memorandum persetujuan penyaluran
dana zakat, infak, dan sedekah
Seterusnya mengajukan kebidang keuangan untuk diproses
dan yang terakhir melakukan pendistribusian.
53
Berdasarkan dari data yang telah diperoleh dari BAZNAS kabupaten
Sinjai dan masyarakat ada beberapa masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan zakat di Kabupaten Sinjai diantaranya yaitu :
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang zakat mal
sehingga pengumpulan zakat mal masih rendah dibandingkan
dengan zakat fitrah
Kurangnya ketegasan pemimpin daerah dalam hal
pengelolaan zakat maupun pemilihan amil zakat di setiap
desa
SDM di BAZNAS Sinjai yang yang belum maksimal sehingga
pengelolaan zakat belum optimal.
Kurangnya sosialisasi antara pengelola zakat dengan
masyarakat sehingga pengelolaan zakat tidak berjalan optimal
.
Penelitian terdahulu yang menjadi landasan pada penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Herfita Riski Hasanah Gurning pada tahun
2016, statistik deskriptif merupakan metode analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kesadaran masyarakat dalam mengeluarkan zakatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat
kecamatan medan baru dalam membayar zakat. Adapun hasil penelitiannya
yaitu tingkat kesadaran masyarakat kecamatan medan baru dalam
membayar zakat fitrah lebih tinggi dibanding kesadaran masyarakat dalam
membayar zakat mal. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian
54
saya yaitu fokus kepada masyarakat dalam hal pembayaran zakat.
Perbedaan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian
kuantitatif sedangkan saya menggunakan metode penelitian kualitatif
Adapun penelitian lain yang menjadi landasan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Irma Lailan Dkk pada tahun 2018. Metode yang digunakan
adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui
tingkat kesadaran terhadap pelakasanaan zakat profesi (studi kasus
universitas IBN Bogor) . Adapun hasil penelitiannya yaitu faktor-faktor yang
berpengaruh besar terhadap seseorang dalam membayar zakat yaitu
minimnya pengetahuan warga mengenai zakat profesi, kurangnya ketegasan
pemerintah dalam mewajibkan pembayaran zakat profesi, masih kurangnya
peran ulama dalam mensosialisasikan mengenai kewajiban mengeluarkan
zakat profesi, hal yang menyebabkan pembayaran zakat profesi masyarakat
rendah yaitu membayar pajak dan zakat yang mengakibatkan bertambahnya
beban. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang saya ambil adalah
berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, faktor-faktor yang menjadi
penyebab rendahnya zakat mal atau profesi yaitu kurangnya pemahaman
tentang zakat mal atau profesi, kurangnya kontribusi pemerintah dalam
menetapkan aturan pembayaran zakat mal atau profesi serta rendahnya
sosialisasi tentang zakat mal atau profesi. Perbedaan pada penelitian ini
yaitu menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan saya
menggunakan metode penelitian kualitatif.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Tingkat
Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku Membayar Zakat di Kab. Sinjai,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat Pemahaman Masyarakat Kab.Sinjai
Berdasarkan dari data yang telah diperoleh dari BAZNAS Kabupaten
Sinjai maka dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman zakat masyarakat
Kabupaten Sinjai secara keseluruhan masih rendah, untuk zakat fitrah sudah
bagus sedangkan untuk zakat mal masih rendah, hal ini dibuktikan dari
pengumpulan zakat di Kabupaten Sinjai masih lebih unggul kepada zakat
fitrah dengan jumlah yang dikumpulkan tahun 2019 sebanyak Rp
2.080.481.805,00, tahun 2020 Rp 3.375.093.225,00 dan tahun 2021
3.675.096.500,00 sedangkan untuk zakat mal masih rendah yaitu tahun 2019
Rp. 556.023.973,00, tahun 2020 Rp. 539.641.270,00 dan tahun 2021 Rp.
318.373.024,00
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, terkait
dengan penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
beberapa pihak, yaitu:
1. Pemerintah Kabupaten Sinjai diharapkan untuk kerja samanya dengan
BAZNAS Kabupaten Sinjai terkait penerapan kebijakan sehingga dalam
56
pengoptimalan zakat di Kabupaten Sinjai dapat dimanfaatkan dan
dioptimalkan dengan baik.
2. Untuk lembaga zakat yaitu BAZNAS Kabupaten Sinjai diharapkan
pengoptimalan kinerjanya serta membuat strategi yang baik dalam
mensosialisasikan zakat seperti melakukan kerja sama dengan setiap
kantor desa yang ada disetiap kecamatan yang ada di Kab.Sinjai untuk
membangun pemahaman zakat di masyarakat sehingga zakat mal atau
zakat profesi juga dapat dioptimalkan bukan hanya dari segi zakat fitrah
sehingga pemberdayaan mustahik juga dapat berjalan baik.
3. Untuk Masyarakat disarankan untuk mencari tahu zakat yang lain
sehingga potensi zakat di Kabupaten Sinjai dapat dioptimalkan karena
tingkat pemahaman zakat yang baik maka akan memberikan kontribusi
yang besar dalam segi pengelolaan zakat di daerah ini.
57
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟anAl-Karim
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional,
(Online),(https://baznas.garutkab.go.id/sejarah-pengelolaan-zakat-nasional/,
diakses pada 28 Agustus 2020
Adil Muhammad. 2019.Pengendalian Intern Pada Penerimaan Dan Penyaluran
Dana Zakat, Infaq,Dan Shadaqah Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznaz)
Sulawesi Selatan, (Online), Vol. 8, No. 7,
(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1028166 diakses pada 28
Agustus 2020
Amri,K., dan Marwiyati. 2019. Jurnal Manajemen dan Sains. Preferensi Muzakki
Membayar Zakat Melalui Baitul Maal:StudiEmpiris di Kota Banda Aceh,
(Online),Vol.4,No.2,(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1241369di
akses padatanggal 15 April 2020)
Al-Syaikh, Y.I. 2006, Cara Mudah Menunaikan Zakat, Salam Prima Media, Bandung.
Bahammam, D. A. 2014, Fiqih Ibadah Bergambar, Mutiara Publishing: Jakarta
Gurnin,H.R.H. 2016. Jurnal ekonomi dan keuangan; Analisis Tingkat Kesadaran
Masyarakat Kecamatan Medan Baru Dalam Membayar Zakat, (Online),Vol.
3, No. 7, (http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1428531, diakses
pada tanggal 15 April 2020).
Hasanah, Niswatun, 2019. Pengaruh perilaku muzakki dalam membayar zakat
terhadap tingkat pemahaman zakat (Studi analisis pegawai di lingkungan
pengadilan agama gresik), (online), Vol 5, No. 2,
(https://scholar.google.com/scholar?q=%2Bintitle%3A%22PENGARUH+PERI
LAKU+MUZAKKI+DALAM+MEMBAYAR+ZAKAT+TERHADAP+TINGKAT+P
EMAHAMAN+ZAKAT+Studi+Analisis+Pegawai+di+Lingkungan+Pengadilan+
Agama+Gresik%22#d=gs_qabs&u=%23p%3DrxEArXYjTx4J diakses pada
10 Agustus 2021)
Irwan Ade dkk, 2019, Jurnal Al- Amwal, Pemahaman Masyarakat Dalam
Pembayaran Zakat Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Air Hitam
Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir, (Online), Vol. 8, No. 1
(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1255545diakses pada tanggal
28 Agustus 2020)
58
Logawali, T., dan Magfira 2017. Kesadarann Masyarakat Dalam Melakukan
Pembayaran Zakat Pertanian Padi di Desa Bontomacinna Kec. Gantarang
Kabupaten Bulukumba, (Online), Vol. 5, No.
1,(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1087662,
diaksespadatanggal 4, April 2020).
Lailan Irma. 2018, Tingkat Kesadaran Terhadap Pelaksanaan Zakat Profesi (Study
Kasus Universitas IBN Bogor), (Online), Vol. 7 No. 2.
(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/958649 diakses pada tanggal
28 Agustus 2020).
Makhrus. 2019. Pengelolahan Zakat Produktif Dalam Upaya Pengentasan
Kemiskinan Di Indonesia, (Online), Vol. 2, No. 1,
(go.id/documenhttp://garuda.ristekbrin.ts/detail/1300169 diakses pada
tanggal 28 agustus 2020)
Marlina dkk. 2018. Jurnal Hukum Islam. Pemahaman Zakat diKalangan Pengusaha
Rumah Makan Di Kota Mataram, (Online), Vol. 17, No.
1,(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/906057 diakses pada tanggal
28 Agustus 2020)
Mudin, Mursalim dkk.2019. Persepsi Publik Terhadap Penggunaan Zakat Bagi
Pembiayaan Infrastuktur Transportasi (Online) Vol. 5, No.
1,(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/526966, diakses pada
tanggal 20 April 2020).
Muliati, Haji. 2019. Persepsi Masyarakat Terhadap Kesadaran Muzakki Dalam
Membayar Zakat Di Kabupaten Pinrang, (Online), Vol. 17, No. 1,
(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1087662, diakses pada
tanggal 13 April 2020).
Rendy,N.A.S. 2020. Pemahaman masyarakat mengenai mekanisme pembagian
zakat fitrah secara merata dalam perspektif hukum islam, (Online),
(https://repository.metrouniv.ac.id/view/creators/Rendy=3ANico_Asy_Syams=
3A=3A.html, diakses pada 25 September 2020
Sudarman, Asep. 2018. Communicatus: Jurnal Ilmu Komputer; Stategi Komunikasi
Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Zakat
Maal (Online), Vol. 2, No. 1,
(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1016867, diakses pada
tangga l 15 April 2020).
59
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta
2007), h. 277
Syafitra, Muhammad. 2013.Persepsi Normatif Masyarakat Terhadap Pembayaran
Zakat Fitrah Melalui Lembaga Amil Zakat Studi di kecamatan Mamajang
Kota Makassar (Online), Vol. III, No. 4,
(http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/554967, diakses pada tanggal
5 April 2020).
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
2011. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
1999. Jakarta
Yanti, E., danNasution. 2017. Jurnal Ekonomi Kawan; Pengaruh Pendidikan,
Pendapatan Dan Kesadaran Terhadap Minat Masyarakat Membayar Zakat Di
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS): Studi Kasus Kota Medan (Online),
Vol 17, No. 2 (http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/564041 diakses
pada tanggal 24 juni 2020).
61
Lampiran 1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
penelitian
Metode Hasil
1. Magfira Dan
Thamrin
Logawali
(2017)
Kesadaran
Masyarakat
Dalam
Melakukan
Pembayaran
Zakat Pertanian
Padi Di Desa
Bontomacinna
Kec. Gantarang
Kabupaten
Bulukumba
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
deskriptif. Metode
deskriptif yaitu
metode yang didasarkan
pada analisis dengan
pendiskripsian pengaruh
yang berhubungan
dengan masalah yang
dimaksud untuk
melukiskan atau
menggambarkan
sejumlah variabel yang
berkenaan dengan
masalah yang diteliti
sebagai pendukung
analisis kuantitatif.
Sedangkan metode
kuantitatif adalah
penelitian yang dilakukan
dengan untuk mencari
barbagai variabel
yang menjadi objek
penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan pada Desa
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa:
Respon masyarakat
terhadap kesadaran
pembayaran zakat hasil
pertanian di Desa
Bontomacinna sebagian
sudah cukup baik
namun masih ada
beberapa orang
diantara mereka yang
tidak langsung
membayar zakat setiap
kali panen, ada yang
langsung menjual hasil
panen atau dibagi
dengan petani
penggarap dan
kemudian dijual.
62
Bontomacinna Kec.
Gantarang Kab.
Bulukumba dengan
nantinya akan mengolah
data tentang kondisi
sosial masyarakat dan
pelaksanaan praktek
zakat pertanian dengan
memberikan kuesioner
langsung kepada
masyarakat yang
berprofesi sebagai
petani.
2. Herfita Riski
Hasanah
Gurning(201
6)
Analisis Tingkat
Kesadaran
Masyarakat
Kecamatan
Medan Baru
Dalam
Membayar
Zakat
Metode Analisis Data
yang di gunakan yaitu
Statistik Deskriptif
Untuk mendeskripsikan
bagaimana tingkat
kesadaran masyarakat
dalam membayar zakat
penulis menggunakan
statistik deskriptif, yaitu
metode statistik yang
berusaha menjelaskan
atau menggambarkan
berbagai karakteristik
data seperti berapa rata-
ratanya, seberapa jauh
data-data bervariasi, dan
lain sebagainya
(Muhamad 2008: 200)
Adapun hasil penelitian
yaitu tingkat kesadaran
masyarakat kecamatan
medan baru dalam
membayara zakat fitrah
lebih tinggi dibanding
kesadaran masyarakat
dalam membayar zakat
maal di mana
kesadaran masyarakat
dalam membayar zakat
fitrah berada pada skala
yang dinyatakanpada
kategori baik sedangkan
untuk zakat mal itu
sendiri berada pada
skala yang dinyatakan
pada kategori baik. Dan
63
kepuasan masyarakat
terhadap Layanan
Lembaga Organisasi
Pengelola Zakat masih
relative baik.
3. Muhammad
Syafitra(201
3)
Persepsi
Normatif
Masyarakat
Terhadap
Pembayaran
Zakat
FitrahMelalui
Lembaga Amil
Zakat Study di
kecamatan
Mamajang Kota
Makassar
Metode penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian secara
kualitatif dengan sampel
sebanyak
175 kepala keluarga.
Teknik penarikan
sampel dalam penelitian
ini adalah menggunakan
teknik area probability
sample dan proporsive
sampling. Sedangkan
tehnik pengumpulan data
melalui Observasi,
wawancara dan
penyebaran angket,
serta teknik analisis data
menggunakan analisis
deskriptif.
Adapun hasil penelitian
yaitumasyarakat setuju
dengan pengumpulan
zakat fitrah melalui
undangan, masyarakat
lebih setuju penyaluran
zakat melalui dengan
kupon. Faktor yang
dapat
mendorongmasyarakat
membayar zakat fitrah
secara langsung ke
mustahik dipengaruhi
oleh factor dari luar dan
dalam diri
4. Haji Muliati
(2019)
Persepsi
Masyarakat
Terhadap
Kesadaran
Muzakki Dalam
Membayar
Zakat Di
pengumpulan data
penelitian melalui
instrumen wawancara
menunjukkan bahwa
variabel pengetahuan
zakat berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Adapun hasil
penelitianfaktor
determinan kesadaran
muzakki dalam
mengeluarkan zakat
nasional di Kabupaten
Pinrang sebagai
64
Kabupaten
Pinrang
minat para muzakki
dalam mengeluarkan
zakat, akan tetapi minat
tersebut tidak
berpengaruh secara
siginifikan terhadap
besarnya nilai
zakat. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa
determinasi muzakki
pada instrumen
pengetahuan tentang
zakat berpengaruh
signifikan dalam
mengeluarkan
dan membayar zakat.
lembaga pengumpulan
zakat di bawah naungan
pemerintah merupakan
lembaga pengumpulan
zakat yang lebih
terprogram dengan
mengusahakan
perencanaan,
pengumpulan,
pendistribusian,
pelaporan pertanggung
jawaban, dan
pendayagunaan zakat
yang adil, optimal dan
efektif
5. Marlina dkk
(2018)
Pemahaman
Zakat Di
Kalangan
Pengusaha
Rumah Makan
Di Kota
Mataram
Metode penelitian yang
digunakan penelitian
kualitatif yang
prosesnnya
menggunakan tehnik
pengumpulan data dan
menganalisa hasilnnya.
Adapaun hasil
penelitiannnya dalam
tesis ini berdasarkan
data dari badan statistik
kota mataram yang
menunjukkan bahwa
perekonomian di kota
mataram mengalami
peningkatan dalam
usaha rumah makan,
pemahaman zakat yang
sudah dilaksanakan
oleh para pengusaha
rumah makan yang ada
di kota mataram sudah
65
sesuai dengan perintah
dan syariat islam yang
wajib dilaksanakan
sebagai seorang muslim
yaitu perintah zakat.
6. Ade Irwan
dkk (2019)
Pemahaman
Masyarakat
Dalam
Pembayaran
Zakat Hasil
Perkebunan
Kelapa Sawit Di
Desa Air Hitam
Kecamatan
Pujud
Kabupaten
Rokan Hilir
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini
Adalah metode Deskriptif
kualitatif di mana
setelahbdata-data di
kumpulkan dan di susun
secara sistematis maka
langka selanjutnny
adalah menganalisa data
dan kemudian data-data
yang telah diolah akan di
paparkan dalam bentuk
kata-kata sehingga
tehnik ini di sebut
deskriptif kualitatif.
Pemahaman
Masyarakat Dalam
Pembayaran Zakat
Hasil Perkebunan
Kelapa Sawit Di Desa
Air Hitam Kecamatan
Pujud Kabupaten Rokan
Hilir” Adapun Hasil
penelitiannya adalah
Dalam Pemahaman
Masyarakat Dalam
Pembayaran Zakat
Hasil Perkebunan
Kelapa Sawit Di Desa
Air Hitam Kecamatan
Pujud Kabupaten Rokan
Hilir, masih banyak
masyarakat Desa Air
Hitam yang tidakntahu
dengan adannya zakat
perkebunan kelapa
sawit, dikarenakan
faktor-faktor tertentu,
faktor-faktor tersebut
seperti, Kurangnnya
ilmu pengetahuan
66
masyarakat mengenai
zakat perkebunan, tidak
adanya lembaga yang
mengatur masalah
zakat perkebunan di
Desa Air Hitam.
7. Mursalim
Mudin dkk
(2019)
Persepsi Publik
Terhadap
Penggunaan
Zakat Bagi
Pebiayaan
Infrastuktur T
Ransportasi
Metode penelitian pada
study ini dikaji persepsi
atau pendapat publik
tentang penggunaan
dana zakat untuk
digunakan untuk
pembiayaan
infrastruktur.
Untuk mengetahui
persepsi atau pendapat
tersebut disiapkan
kuesioner yang
didistribusikan kepada
responden yang dipilih.
Kuesioner yang telah
disiapkan dibagikan
kepada sejumlah
responden, yang terdiri
atas dosen, praktisi, dan
mahasiswa atau
mahasiswi yang
dianggap memahami
pembiayaaan
infrastruktur, khususnya
infrastruktur transportasi.
Adapun hasil
penelitiannya
mengetahui persepsi
atau pendapat publik
tentang penggunaan
dana zakat untuk
pembiayaan proyek
infrastruktur hasil yang
diperoleh adalah
umumnya responden
setuju dengan
penggunaan dana zakat
untuk pembiayaan
infrastruktur.
67
Lokasi yang dipilih untruk
penyebaran kuesioner,
adalah Universitas Islam
Negeri Alauddin
Makassar, Politeknik
Negeri Ujung
Padang (PNUP), dan
dua instansi pemerintah.
8. Irma Lailan
dkk (2018)
Tingkat
Kesadaran
Terhadap
Pelaksanaan
Zakat Profesi
(Study Kasus
Universitas IBN
Bogor)
Adapun metode yang
digunakan adalah
kuantitatif metode
kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang
bertujuan untuk
menjelaskan hubungan
atau pengaruh yang
terukur, meramalakan
dan mengontrol
berdasarkan data yang
diperoleh dari laporan-
laporan yang sudah di
publikasikan yang sudah
tersedia sehingga
memberikan informasi
untuk menganalisa
masalah yang di selidiki.
Adapun hasil penelitian
Penulis menemukan
dalam penelitian yang
dilakukan bahwasannya
faktor-faktor tersebut
berpengaruh besar
terhadap seseorang
melakukan zakat profesi
seperti kurangnnya
pengetahuan tentang
zakat profesi,
kurangnnta andil
pemerintah dalam
mewajibkan zakat
profesi, kurangnnya
peran ulama terhadap
menyiarkan kewajiban
membayar zakat
profesi, kurangnya
promosi tentang
68
kewajiban zakat profesi,
dan beban ganda untuk
membayar pajak dan
zakat profesi
menjadikan pemicu
utama rendahnnya
masyarakat untuk
membayar zakat
profesi.
9. Asep
Sudarman
(2018)
Stategi
Komunikasi
Untuk
Meningkatkan
Kesadaran
Masyarakat
Dalam
Membayar
Zakat Mal
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini
dalah observasi,
wawancara mendalam
dan dokumentasi. Hasil
dari penelitian ini:
Perencanaan baik
secara internal dan
eksternal didukung oleh
peran ketua yang
menjalankan komando
organisasi dengan
mengoptimalkan bidang-
bidang yang ada.
Pelaksanaan
implementasi Unit
Pengumpul Zakat
Kecamatan Rancasari
masih pada kegiatan
diluar zakat mal.
Kepercayaan kepada
Unit Pengumpul Zakat
Adapun hasil penelitian
merupakan
pelaksanaan fungsi
dasar dari proses
manajemen komunikasi
bisa diartikan sebagai
aktivitas yang
berlangsung proses
pengelolaan Zakat mal
sehingga timbul
kepercayaan
masyarakat untuk
membayar.
Pelaksanaan
implementasi Unit
Pengumpul Zakat
Kecamatan Rancasari
masih pada kegiatan
diluar zakat mal.
Implementasi secara
internal menguatkan
kembali hasil
69
masih kurang. perencanaan.
10 Khairul Amri
& Marwiyati
(2019)
Prefensi
Muzakki
Membayar
Zakat Melalui
Baitul Mal: Stadi
Empiris di Kota
Banda Aceh
Selanjutnya peralatan
analisis data yang
digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari
statistik deskriptif dan
statisticinfrensial.Statistik
deskripsi yang
digunakan adalah
metode rata-rata.
Selanjutnya statistik
inferensi yang digunakan
adalah uji beda metode
Mann-Whitney (U-Test).
Adapun hasil penelitian
Mengacu pada hasil
penelitian dapat
disimpulkan bahwa
preferensi muzakki
membayar zakat melalui
Baitul Mal di kota Banda
Aceh relatif berbeda
satu sama lain.
Preferensi yang paling
dominan mendorong
mereka membayar
zakat melalui lembaga
tersebut lingkungan
muzakki itu sendiri,
kemudian diikuti oleh
pelayanan Baitul Mal,
pemahaman terhadap
pengelolaan zakat oleh
Baitul Mal persepsi
mereka tentang
kemudahan
menjangkau lokasi
Baitul Mal. Upaya
sosialisasi sebaiknya
juga seiring dengan
upaya peningkatan
pemahaman
masyarakat tentang
71
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
No Rumusan Masalah Coding
1 Bagaimana pemahaman bapak/ibu
tentang zakat? NB, I, NA, SY, AH
2 Apa yang mendorong bapak/ibu untuk
berzakat? NB, I, NA, SY, AH
3 berapa besar zakat yang bapak/ibu
keluarkan? NB, I, NA, SY, AH
4
Dimana bapak/ibu membayar zakat?
apakah di lembaga tertentu atau
langsung memberikannya ke masyarakat
yang membutuhkan ?
NB, I, NA, SY, AH
5
Menurut Bapak/Ibu apakah distribusi
zakat sudah sesuai dengan masyarakat
yang berhak menerima?
NB, I, NA, SY,AH
No Rumusan Masalah Coding
1 Bagaimana pemahaman masyarakat
tentang zakat di Kabupaten Sinjai? IAS, KF
2 Bagaimana teknis pembayaran Zakat di
Kabupaten Sinjai? IAS, KF
3 Berapa jumlah masyarakat yang berhak
menerima Zakat di Kabupaten Sinjai? IAS, KF
72
4 Bagaimana prosedur distribusi zakat di
kabupaten sinjai? IAS, KF
5
Apakah distribusi zakat di kabupaten
sinjai sudah sesuai kepada delapan
golongan asnaf?
IAS, KF
6
Bagaimana tingkat partisipasi dan
antuisiasme masyarakat dalam
mengeluarkan zakat?
IAS, KF
7 Kendala apa saja yang dihadapi dalam
pengelolaan zakat masyarakat? IAS, KF
73
Lampiran 3
Transkip
No Coding Transkip
1 IAS 1.1 Pemahaman zakat masyarakat kalau zakat
fitrahnya sebenarnya masih butuh sedikit pemahaman
karna dimana kebiasaan masyarakat kan kadang
masyarakat sendiri yg kasih langsung ke orang yang
tdk mampu kadang juga pak imamnya yang yang
langsung menyalurkan, sebenarnya kalau begitu kami
beranggapan itu tidak merata karena kadang ada
orang yang sudah mendapat lalu dapat lagi
sedangkan masih ada orang yang lebih butuh tapi
tidak kebagian ini pola pikir masyarakat yang susah
untuk di ubah karena sudah mendara daging tapi kami
dari BAZNAS sendiri mengusahakan sekuat mungkin
dengan cara sosialisasi terus menerus karna kami
beranggapan karena kalau ini yang terus menerus
terjadi yang rugi masyarakat sendiri. Karena yang
berhak menerima zakat kan adalah fakir miskin dan
amil bagaimana kalau tidak miskin baru naakui dirinya
miskin dan sih amil ini catat semua. Sedangkan devisi
dari Amil sendiri yakni adalah orang-orang yang di
angkat oleh pejabat atau orang-orang yang punya
kewenangan disuatu daerah yang berhak berhak
melakukan. Jadi semisalnya ada pemgumpulan zakat
di mesjid itu sebenarnya bukan amil melaikan panitia
pemungut zakat namun setelah adanya BAZNAS kita
yang turun langsung ke setiap kecamatan-kecamatan.
1.2 Teknis pembayaran Zakatnya bisa melalui
Transfer, bisa datang langsung ke kantor BAZNAS.
74
1.3 kalau masalah berapa yang berhak menerima itu
kami masih sementara proses pendataan ke setiap
kacamatan tapi untuk yang sudah menerima kami
sudah Memberikan sekitar 800 kepala kelurga dimana
sudah termasuk, fakir miskin, orang tertimpa musibah
seperti rumah kebakaran, rumah yang tertimpah
pohon, dan korban longsor.
1.4 Adapun prosedur ditribusi zakat di kabupaten
Sinjai yaitu Mustahik melaporkan keluhannya Via
medsos, Telpon atau mendatangi kantor BAZNAS,
kemudian Staf Bidang II menerima mustahik sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku, kemudian
Staf Bidang II menjelaskan alur prosedur layanan
mustahik reguler, kemudian Staf Bidang II
mengidentifikasi kebutuhan mustahik dan melakukan
pencatatan ke dalam data base Mustahik, kemudian
melaporkan ke Wakil Ketua II/Ketua hasil identifikasi,
kemudian memerintahkan untuk melakukan Verifikasi
Faktual, kemudian melaporkan hasil verfikasi faktual,
setelah itu membuat memorandum persetujuan
penyaluran Dana Zakat, Infak, dan Sedekah,
seterusnya mengajukan ke bidang keuangan untuk
diproses, dan yang terakhir melakukan
pendistribusian.
1.5 Alhamdulillah kalau distribusi zakat dengan 8
golongan asnaf alhamdulillah tinggal 1 kami belum
tersentuh yaitu muallaf dimana kita kekurangan
informasi. Di satu sisi kita tidak tahu si muallaf ini
mau muallafnya sampai kapan apakah hanya 1 tahun
atau 2 tahun atau seterusnya itu kita masih panjang
pemikiran kesitu.
75
1.6 kalau partisipasi dan antuisiasme masyarakat
dalam mengelurkan zakat kalau untuk zakat fitrah
alhamdulillah sudah lumayan bagus sisa zakat
Mallnya masih kurang.
1.7 kendala kami yaitu kurangnya pemahaman
masyarakat tentang zakat mal, dan kurangnya
ketegasan pemimpin daerah bukan berarti pemimpin
daerah tidak peduli hanya saja tidak tegas mengapa
saya mengatakan demikian karena andaiakan
pemimpin daerah tegas membuat peraturan ASN
untuk zakat itu pasti mendukung perkembangan dan
peningkatan dana di BAZNAS dan kapasitas yang ada
di pengurusan kali ini harus memang diakui bahwa
belum memenuhi standar yang ada karena
berdasarkan lembaga sertifikasi BAZNAS saat ini baru
beberapa orang yang sudah melalukan sertifikasi di
pusat jadi belum sepenuhnya bagian staf, baru 5
orang yang sudah melakukan pelatihan sedangkan
jumlah staf 13 orang. Menurut saya pribadi itulah
salah satu faktornya, itulah kendala-kendalanya tapi
yang paling utama sifat ketegasan pemerintah.
2 KF 2.1 Pemahaman masyarakat tentang zakat di
kabupaten sinjai kalau mengenai zakat fitrah
alhamdulillah sudah bagus meskipin masih ada sedikit
yang perlu diubah dari pola pikir masyarakat seperti
halnya yang masih ada masyarakat yang masih
mengeluarkan zakat hanya langsung ke fakir miskin
saja tidak melalui Baznas padahal kitakan di bentuk
untuk mengatur itu semua. Sedangkan kalau zakat
malnya masih sangat rendah sekali hanya sekitar 10
% yang sadar mungkin mereka paham hanya saja
76
mereka belum ada kesadaranlah dalam
menunaikannya.
2.2 kalau teknis pembayarannya itu kalau zakat mal
bisa langsung ke kantor bisa juga trasfer kalau zakat
fitrahkan memang sudah di tentukan setiap bulan
ramadhan bisa langsung ke BAZNAS bisa juga
langsung ke imam masing-masing atau ke panitia
zakat yang sudah di tunjuk khusus, kalau zakat
pertanian itu kami masih sementara proses karna
butuh dana banyak untuk melakukan dan untuk zakat
profesi itu teknisnya langsung potong gaji di Bank
SUL-SEL BAR kemudian pihak BANK yang mengirim
ke BAZNAS khusus PNS.
2.3 kalau jumlah yang berhak menrima zakat itu kami
belum mendapatkan data-datanya, kami sementara
proses pendataan tetapi zakat yang sudah kami
salurkan sekitar 800 kepala keluarga untuk orang
yang membutuhkan dan bantuan lainnya.
2.4 Adapun prosedur ditribusi zakat di kabupaten
Sinjai yaitu Mustahik melaporkan keluhannya Via
medsos, Telpon atau mendatangi kantor BAZNAS,
kemudian Staf Bidang II menerima mustahik sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku, kemudian
Staf Bidang II menjelaskan alur prosedur layanan
mustahik reguler, kemudian Staf Bidang II
mengidentifikasi kebutuhan mustahik dan melakukan
pencatatan ke dalam database Mustahik, kemudian
melaporkan ke Wakil Ketua II/Ketua hasil identifikasi,
kemudian memerintahkan untuk melakukan Verifikasi
Faktual, kemudian melaporkan hasil verfikasi faktual,
setelah itu membuat memorandum persetujuan
77
penyaluran Dana Zakat, Infak, dan Sedekah,
seterusnya mengajukan ke bidang keuangan untuk
diproses, dan yang terakhir melakukan
pendistribusian.
2.5 kalau distribusi zakat sudah sesuai dengan 8
golongan asnaf sisa 1 yang belum kami salurkan
yakni untuk muallaf karna kami belum punya data-
datanya.
2.6 kalau mengenai zakat fitrahnya alhamdulillah
sudah lumayan bagus untuk partisipasinya dan
antusiasmenya sudah bagus kecuali untuk zakat
malnya masih kurang sekali.
2.7 kalau berbicara tentang kendala ada 3 kendalanya
diantaranya, pemahaman masyarakat yang masih
kurang sehingga zakat di kabupaten sinjai belum
maksimal. Yang kedua, minimnya amil atau orang
yang mengelolah untuk 1 kabupaten ini diperlukan
banyak orang, kami juga sebagai pengurus terjun
langsung di bidang ini selain itu beberapa pihak juga
harus ikut membantu untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, dan yang ketiga anggaran dalam
pengelolaan zakat ini yang belum cukup sehingga itu
berpengaruh karena banyak dana yang diperlukan
untuk terjun langsung mendata ke desa-desa.
3 NB 3.1 Pemahaman saya tentang zakat yaitu zakat
dikeluarkan harta setiap tahun kalau sudah mencapai
tafsiran perhitungan kalau zakat mal, kalau zakat
fitrah yaitu zakat dikeluarkan setiap bulan ramadhan.
3.2 Yang mendorong saya dalam berzakat yaitu
karena adanya himbauan dari pemerintah dan
kewajiban umat Islam.
78
3.3 Kalau pembayaran zakatnya disini Berupa beras
3,5 liter setiap orangnya tapi biasa berubah.
3.4 kalau disini biasanya di panitia LAZ, atau mesjid
biasa juga langsung ke fakir miskin.
3.5 Kalau soal pembagian zakatnya disini
menurut saya pribadi masih ada yang tidak
sesuai karena saya perhatikan masih ada yang
lebih berhak menerima tapi tidak di kasih tau ada
juga yang bisa dibilang mampu tapi di kasih.
4 I 4.1 Pemahaman saya tentang zakat yaitu
mengeluarkan sebagian harta untuk disalurkan ke
fakir miskin/orang yang membutuhkan untuk
menyempurnakan salah satu rukun Islam, selama
ini saya hanya menunaikan zakat fitrah karena
zakat yang lain hanya pernah saya dengar dan
belum ada pendekatan secara spesifik dari
BAZNAS Kab.Sinjai baik dari segi sosialisasi
maupun pendekatan personal, hal ini membuat
saya bingung harus menyalurkan zakat lewat
mana dan bagaimana tata cara pengeluarannya,
saya berharap kedepannya lembaga zakat Kab.
Sinjai bisa bergerak lebih efisien sehingga zakat
di Kabupaten ini dapat dioptimalkan dengan baik,
mengingat jumlah masyarakat muslim di
Kabupaten Sinjai mayoritas dan tingkat
ekonominya juga banyak yang terbilang mampu
4.2 Dorongan saya dalam berzakat yaitu ikhlas
karena zakat merupakan kewajiban.
79
4.3 pembayaran zakatnya disini sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan/disampaikan pak
imam, kalau beras 3,5 liter per orang kalau uang
Rp 25.000 tapi saya biasa kucampur.
4.4 Kalau saya pribadi di mesjid karena dominan
orang disini membayarnya di mesjid, tapi ada
juga langsung ke fakir miskin .
4.5 kalau disini bisa dibilang sudah sesuai karena
kalau saya perhatikan dapat semuaji yang berhak
atau tergolong tidak mampu.
5 NA 5.1 Selama ini yang saya ketahui hanya terkait
zakat fitrah yang harus dibayarkan setiap
penghujung bulan puasa atau di bulan Ramadhan
untuk zakat yang lain saya belum
mengetahuinya, baik itu zakat mal, ataupun zakat
profesi.
5.2 Dorongan saya dalam berzakat yaitu ikhlas
karena Allah SWT.
5.3 Kalau pembayaran zakatnya disini sesuai dengan
aturan pemerintah yang disampaikan pak imam di
Mesjid, zakat saya pribadi beras yang biasanya 3,5
liter /orang. Kalau uang Rp 25.000.
5.4 Kalau saya di pak imam tapi banyak juga disini
langsung ke orang miskin atau ke orang tua yang
janda.
5.5 alhamdulillah sudah sesuai karena bagusji kuliat
p.iman carannya membagikan nakasih merataji sama
orang-orang yang berhak menerima.
6 SY 6.1 Yang saya ketahui tentang zakat yaitu zakat
80
fitrah dan mal hanya saja kerena kesenjangan
ekonomi yang membuat saya hanya mampu
membayar zakat fitrah di bulan Ramadhan.
6.2 Dorongan saya dalam berzakat yaitu karena
merupakan anjuran Islam yang diwajibkan dan saling
menolong antar sesama.
6.3 Kalau soal pembayaran zakatnya disini sesuai
yang disampaikan pak imam di mesjid, berupa beras
3,5 lier /orang atau uang Rp 25.000.
6.4 Kalau disini biasanya di Mesjid, di pak imam atau
langsung ke fakir miskin.
6.5 kalau saya liat belum sesuai karena kuliat disini
ada tetangga yang berhak menerima tapi tidak pernah
dikasih padahal tergolong tidak mampu jadi
menurutku tidak sesuai.
7 AH 7.1 yang saya ketahuai tentang zakat yaitu ada
zakat mal, dan zakat fitrah dimana zakat mal
adalah zakat harta yang dikeluarkan ketika
nisabnya sudah tercapai sedangkan zakat fitrah
adalah zakat yang wajib dikeluarkan bagi orang
yang mampu sekali setahun pada bulan
Ramadhan yang dilakukan bagi setiap muslim di
seluruh dunia.
7.2 yang pertama itu karena merupakan
kewajiban, selain itu dengan adanya zakat kita
bisa saling membantu orang-orang disekitar kita
yang membutuhkan.
7.3 kalau zakat yang saya keluarkan berupa
beras 3,5 liter/orang sedangkan saya dalam 1
81
kluarga 4 orang jadi sisa 4x3,5=14 liter
semuanya.
7.4 Biasanya langsung ke rumah p. Imam biasa
juga langsung ke rumah masyarakat yang sangat
membutuhkan.
7.5 Menurut saya bisa dibilang sudah sesuai
karena saya perhatikan orang-orang yang
tergolong tidak mampu di kampung ini dapat
semuaji.
82
Lampiran 4
Data Reduksi
STAF BAZNAS
No Coding Reduksi
1 IAS, KF Semua informan menjawab bahwa pemahaman masyarakat kab. Sinjai tentang zakat fitrah sudah bagus tapi belum maksimal sedangkan untuk zakat malnya masih sangat kurang.
2 IAS, KF Teknis pembayaran zakat di kab. Sinjai yaitu untuk zakat fitrah berupa beras sebanyak 3,5 liter atau uang senilai Rp. 25.000. sedangkan untuk zakat mal apabila nizab harta sudah tercapai contonnya emas apabila emas mencapai 85 gram maka ia wajib mengelurkan zakatnya.
3 IAS, KF Secara spesifik belum ada data yang jelas. Tapi kami dari BAZNAS Kab.Sinjai sudah menyalurkan bantuan sekitar 800 kepala keluarga.
4 IAS, KF Adapun prosedur distribusi zakat di kabupaten Sinjai yaitu Mustahik melaporkan keluhannya Via medsos, Telpon atau mendatangi kantor BAZNAS, kemudian Staf Bidang II menerima mustahik sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku, kemudian Staf Bidang II menjelaskan alur prosedur layanan mustahik reguler, kemudian Staf Bidang II mengidentifikasi kebutuhan mustahik dan melakukan pencatatan ke dalam data base Mustahik, kemudian melaporkan ke Wakil Ketua II/Ketua hasil identifikasi, kemudian memerintahkan untuk melakukan Verifikasi Faktual, kemudian melaporkan hasil verfikasi faktual, setelah itu membuat memorandum persetujuan penyaluran Dana Zakat, Infak, dan Sedekah, seterusnya mengajukan ke bidang keuangan untuk diproses, dan yang
83
terakhir melakukan pendestribusian.
5 IAS, KF Distribusi zakat sudah sesuai dengan 8 golongan asnaf kecuali muallaf karena pihak BAZNAS sendiri tidak memiliki data.
6 IAS, KF Mengenai partisipasi dan antusiasme masyarakat dalam berzakat untuk zakat fitrah sudah bagus sedangkan zakat mal masihsangat kurang.
7 IAS, KF ada 3 kendala dalam pengelolaan zakat di Kabupaten Sinjai diantaranya, pemahaman masyarakat tentang zakat yang masih kurang sehingga zakat di kabupaten Sinjai belum maksimal,yang kedua kurangnya ketegasan dari pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan zakat ,dan yang terakhir SDM di BAZNAS yang masih kurang sehingga masih perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan BAZNAS kabupaten Sinjai.
MASYARAKAT
1
NB, I, NA, SY, AH Hampir semua informan menjawab zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk mengeluarakan sebagian dari harta untuk orang yang membutuhkan, adapun pembagian zakat yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah yaitu zakat yang dikeluarkan di setiap bulan ramadhan sedangkan zakat mal yaitu mengeluarkan sebagian harta apabila telah mencapai nizabnya. Kecuali I dan NA hanya mengetahui tentang zakat fitrah
2 NB, I, NA, SY, AH Semua informan menjawab salah satu hal yang mendorong untuk berzakat yaitu karena merupakan kewajiban sebagai umat Muslim selain itu dengan adanya zakat kita bisa saling tolong-menolong.
3 NB, I, NA, SY, AH Semua informan menjawab untuk pembayaran zakat sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah yaitu berupa beras 3,5 liter per orang atau uang sebesar
84
Rp 25.000 per orang.
4 NB, I, NA, SY, AH Semua informan menjawab bahwa mereka membayar zakat di Mesjid atau melalui pak imam
5 NB, I, NA, SY, AH Hampir semua informan menjawab distribusi zakat masyarakat Kab. Sinjai sudah sesuai dengan masyarakat yang berhak menerima kecuali informan NB dan SY menjawab belum sesuai karena menurutnya masih ada masyarakat yang lebih membutuhkan tapi tidak mendapatkan zakat tersebut.
85
Lampiran 5
Dokumentasi Penelitian
Ibu Nur Baya Masyarakat Kabupaten Sinjai
Ibu Indriani Masyarakat Kabupaten Sinjai
87
BAPAK ISHAK AMIN S,Ag WAKIL KETUA IV BAZNAS SINJAI
BAPAK KAMAL FAUZI STAF ADMINISTRASI
DAN SDM BAZNAS SINJAI
93
BIOGRAFI PENULIS
Muh.Ikbal lahir pada tanggal 15 Mei 1998 di Sinjai Provinsi Sulawesi
Selatan. Penulis merupakan anak ke empat dari 4 bersaudara dari
pasangan Abd.Hakim dan Abeng. Peneliti sekarang bertempat
tinggal di Desa Salohe Kec. Sinjai Timur Kab.Sinjai. Penulis pertama
kali menempuh pendidikan formal di SDN 28 Pakkita pada tahun
2004 dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Sinjai Timur dan lulus tahun 2013, kemudian
penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA di SMAN 1 Sinjai Timur dan lulus
tahun 2016, dan pada tahun yang sama penulis mengikuti program S1 Ekonomi
Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar sampai
sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai
mahasiswa program S1 Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah Makassar