PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN...

120
PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: Nama : Choiriyatuz Zahidah NIM : 106082002582 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M 1

Transcript of PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN...

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN

KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP

KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA

KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH

JAKARTA SELATAN Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Nama : Choiriyatuz Zahidah

NIM : 106082002582

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

1

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN

KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP

KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA

KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH

JAKARTA SELATAN Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Choiriyatuz Zahidah

NIM: 106082002582

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahamad Rodoni Reskino, SE.,Ak.,M.Si

NIP. 196902032001121003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

2

Hari ini Rabu Tanggal 15 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas nama Choiriyatuz Zahidah NIM: 106082002582 dengan

judul Skripsi “Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan

Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM di

Wilayah Jakarta Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut

selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Fitri Damayanti, SE Ketua Sekretaris

Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli

3

Hari ini Tanggal 31 Bulan Agustus Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas

nama Choiriyatuz Zahidah NIM: 106082002582 dengan judul Skripsi “Pengaruh

Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Dan Ketegasan Sanksi Perpajakan

Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) di Wilayah Jakarta Selatan”. Memperhatikan penampilan mahasiswa

tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Agustus 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Reskino, SE., Ak., M.Si Ketua Sekretaris

Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA, CPA Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II

4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Choiriyatuz Zahidah

2. Tempat & Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 22 Juni 1987

3. Alamat : Jl. Kota Agung No.72 Taman Rejo

Bernung Gedong Tataan, Pesawaran

Lampung

4. Telepon : 085730294130

II. PENDIDIKAN

1. TK Diniyah Putri Lampung Tahun 1992-1993

2. SDN Tambak Rejo 1 Jombang Tahun 1993-1999

3. SLTP Negeri 2 Jombang Tahun 1999-2002

4. MAN Tambak Beras Jombang Tahun 2002-2005

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005-2010

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Choirul Chuluq

2. Ibu : Azimah Mushoffie

3. Alamat : Jl. Kota Agung No. 72 Ds. Taman Rejo

Kec.Bernung Kel. Gedong Tataan, Pesawaran

Lampung

4. Telepon : 08176050673 / 081369676404

5

THE INFLUENCE OF CONSEPT LEVEL, COMPLIANCE AND TAX SANCTION FIRMNESS TOWARD TO THE TAX OBLIGATION OF MIDDLE LOW INDUSTRY BUSINESSMAN IN SOUTH JAKARTA

ABSTRACT

This research exaimed to analyse the influence of concept

level,compliance and tax sanction firmness toward to the tax obligation of middle low industry businessman. The respondent from this research are middle low industry businessman in South Jakarta. The sampling method used is convenience sampling method. The data that used by this research was primary data it was collected by questionnaires. The questionnaires can be used in analysis total 65 questionnaires from 100 questionnaires were distributed. This research used multiple regression analysis to test the hypotesis. The result of this research found that the concept level, compliance and tax sanction firmness have significantly influence to the tax obligation of middle low industry businessman. Keywords: concept level, compliance, tax sanction firmness, tax obligation

6

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN

PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH JAKARTA SELATAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pemahaman,

kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM. Responden dari penelitian ini adalah pengusaha UKM yang berada di wilayah Jakarta Selatan.

Metode penentuan sampel menggunakan metode convenience sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang bisa diolah adalah sejumlah 65 kuesioner dari 100 kuesioner yang disebarkan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk pengujian hipotesis.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM baik secara bersama maupun terpisah. Kata kunci: tingkat pemahaman, kepatuhan, ketegasan sanksi perpajakan,

kewajiban perpajakan

7

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) di Wilayah Jakarta Selatan . Penyusunan skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bpk. Choirul Chuluq dan Ibu Azimah Mushoffie, selaku orang tua terima

kasih atas bantuan dan doa yang senantiasa kalian berikan untukku, tanpa

mengenal lelah, kalian adalah sumber motivasiku.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Afif Sulfa SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Kakak dan adikku,

5. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

penulisan skripsi ini.

7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

8

9. Mbak Atik, Dhe’ Hanif, Dhe’ Rosyid dan si kecil Aziz yang telah memberikan

semangat, doa dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Rahmah (Lili), Siwi, Oti, Rurry, Rochmah, Sari dan Zizah

yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama ini.

11. Kawan-kawanku di akuntansi D Rikawati, Iis, Zakiyah, Tiur, Ichi, Yuli, Asri,

Adzilah, Putri, Puput, Santi, Novia, Kibaq, Erna, Reza, Anwar (Alm), Mas

Mul, Andre, Ian, Ridho, Arif, Hirfan, Fauzi, Samsul, dan lain-lain.

12. Kawan-kawanku di Akuntansi Perpajakan Romi, Fani, Diyah, Sayuti, Tajir,

Aji, Dara, Made, Ani, Ida Hamadah, Ary dan lain-lain.

13. Rekan-rekan Audit dan Akuntansi Manajemen angkatan 2005 yang telah

memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.

14. Teman Terdekat, yang telah memberikan motivasi dan perhatian yang tiada

henti-hentinya, yang dengan setia menjadi pendengar setia untuk semua keluh

kesahku.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan

kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Semoga Allah SWT memberikan semua kebaikan, kepada pihak yang

telah disebutkan atas semua bantuannya kepada penulis. Akhir kata semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dan rekan-rekan

mahasiswa atau mahasiswi lainnya.

Jakarta, 24 Agustus 2010

Choiriyatuz Zahidah

9

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................... i

Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................... ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif .................................................. iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi .............................................................. iv

Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. v

Abstract ...................................................................................................... vi

Abstrak ....................................................................................................... vii

Kata Pengantar ......................................................................................... viii

Daftar Isi .................................................................................................... x

Daftar Tabel ............................................................................................... xv

Daftar Gambar .......................................................................................... xvi

Daftar Lampiran ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………...……………………………. 1

B. Rumusan Masalah ........................………………………….. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum atas Perpajakan............................................. 9

1. Pengertian Perpajakan....................................................... 9

2. Fungsi Pajak....................................................................... 10

3. Jenis Pajak……………………………………………… . 12

10

4. Asas Pemungutan Pajak………………………………... . 14

5. Sistem Pemungutan Pajak……………………………… 15

B. Tingkat Pemahaman............................................................... 17

C. Tingkat Kepatuhan................................................................. 19

1. Pengertian Tingkat Kepatuhan........................................... 19

2. Pelayanan Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan.... 20

D. Ketegasan Sanksi Perpajakan................................................ 24

E. Pengusaha dan Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)...... 28

F. Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM............................... 29

G. Keterkaitan antar Variabel..................................................... 31

H. Penelitian Terdahulu.............................................................. 35

I. Kerangka Pemikiran.................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian……….......................................... 39

B. Metode Penentuan Sampel……..……………..…………….. 39

C. Metode Pengumpulan Data…………....……………………. 40

D. Metode Analisis Data……………………………………...... 41

1. Uji Kualitas Data………………………………………… 41

2. Uji Asumsi Klasik……………………………………….. 42

3. Uji Hipotesis……………………………………………... 44

E. Operasional Variabel Penelitian…………………………….. 46

11

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………. 50

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………………….. 54

C. Pembahasan………………………………………………….. 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………….. 72

B. Implikasi…………………………………………………….. 72

C. Saran………………………………………………………… 73

Daftar Pustaka........................................................................................ 75

Lampiran

12

Daftar Tabel

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 35

3.1 Tingkat Penilaian Jawaban .............................................................. 41

3.2 Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 47

4.1 Data Sampel Penelitian ................................................................... 51

4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 51

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 52

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.. 52

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja……… 53

4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 54

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pemahaman………………… 55

4.8 Hasil Uji Validitas Setelah P2 Dikeluarkan……………………….. 56

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan…………………………… 57

4.10 Hasil Uji Validitas setelah K7 dikeluarkan………………………... 58

4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan ............ 58

4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kewajiban Perpajakan……………… 59

4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pemahaman ...................... 59

4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan………………………… 60

4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan…….. 60

4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kewajiban Perpajakan……………. 61

4.17 Hasil Uji Multikolonieritas .............................................................. 62

4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 65

4.19 Hasil Uji Statistik t .......................................................................... 66

4.20 Hasil Uji Statistik F ......................................................................... 68

13

Daftar Gambar

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 38

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ............................ 63

4.2 Grafik Scatterplot ............................................................................... 63

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap wajib

pajak, penguasaan terhadap peraturan perpajakan bagi wajib pajak akan

meningkatkan kepatuhan kewajiban perpajakan agar terhindar dari sanksi-

sanksi yang berlaku dalam ketentuan umum perpajakan. Sebagaimana

dimaklumi, suatu kebijakan berupa pengenaan sanksi dapat dipergunakan

untuk 2 (dua) maksud, yang pertama adalah untuk mendidik dan yang kedua

adalah menghukum. Dengan mendidik dimaksudkan agar mereka yang

dikenakan sanksi akan menjadi lebih baik dan lebih mengetahui hak dan

kewajibannya sehingga tidak lagi melakukan hal yang sama. Maksud yang

kedua adalah pengenaan sanksi menghukum, sehingga pihak yang terhukum

akan menjadi jera (Mulyodiwarno, 2007).

Oleh karena itu, pemahaman tentang pajak diberikan kepada pelajar

dan masyarakat, agar sejak dini pelajar dan masyarakat sudah mengetahui

pentingnya pajak terhadap negara. Pengetahuan tentang pajak atau perpajakan

sangat penting tidak hanya bagi pelajar maupun pengusaha tapi juga bagi

orang pribadi dan semua kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena

terkait dengan hak dan kewajiban perpajakannya. Bagaimana mereka bisa

melaksanakan hak dan kewajibannya kalau mereka tidak tahu dan paham

tentang peraturan perpajakan. Tentu saja dibutuhkan usaha untuk

15

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pajak. Hal ini merupakan tugas

utama dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk melakukan sosialisasi

tentang perpajakan (Rizal, Blog Pajak).

Dalam sistem self assessment, Wajib Pajak dipercaya untuk

menghitung, memperhitungkan sendiri, membayar, melaporkan kewajiban

perpajakannya ke DJP (Zein, 2003 dalam Hutagaol, 2006). Self assessment

system dapat berjalan dengan baik, jika pemerintah dalam hal ini Direktorat

Jendral Pajak menjalankan ketiga fungsinya yaitu pelayanan, penyuluhan dan

penegakan hukum secara optimal. Kegiatan pelayanan meliputi segala jenis

pelayanan yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban maupun hak

Wajib Pajak dibidang perpajakan seperti penerbitan atau pencabutan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP), permohonan keberatan dan permohonan restitusi

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sedangkan kegiatan penyuluhan mencakup

penyebarluasan informasi tentang ketentuan perpajakan yang perlu diketahui

oleh wajib pajak guna pemenuhan kewajiban dan haknya dibidang perpajakan.

Kegiatan penegakan hukum terdiri dari tiga pilar yaitu, pemeriksaan pajak,

penyidikan pajak dan penagihan pajak. Kegiatan penegakan hukum bertujuan

mendorong wajib pajak untuk mematuhi ketentuan perpajakan yang berlaku.

Dengan demikian, penyuluhan maupun penegakan hukum merupakan bentuk

lain dari pelayanan pajak (Hutagaol, 2006). Dalam sistem ini diharapkan wajib

pajak memiliki kesadaran terhadap pemenuhan kewajibannya, kejujuran

dalam menghitung pajaknya, memiliki hasrat atau keinginan yang baik untuk

16

membayar pajak, dan disiplin dalam menjalankan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Kepatuhan pajak merupakan persoalan yang sudah biasa sejak dulu

ada di perpajakan. Di dalam negeri, rasio kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih

menunjukkan persentase yang tidak mengalami peningkatan secara berarti.

Hal ini didasarkan jika kita melihat perbandingan jumlah wajib pajak yang

memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika dibandingkan dengan

jumlah total wajib pajak terdaftar. Jika tingkat kepatuhan pajak rendah, maka

secara otomatis akan berdampak rendah terhadap penerimaan pajak, sehingga

menurunkan tingkat penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) pula. Dari berbagai data indikator kepatuhan pajak tersebut, terlihat

bahwa terdapat permasalahan kepatuhan pajak di Indonesia yang masih

menunjukkan tingkat kepatuhan yang rendah (Widodo, 70:2010).

Dengan mematuhi hukum yang berlaku, secara tidak langsung wajib

pajak telah menegakkan budaya disiplin pada diri sendiri. Kedisiplinan yang

ia tetapkan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam hal

menentukan kebijakan, tentunya kebijakan yang terkait dengan dunia usaha.

Dengan patuh kepada hukum yang berlaku, setidaknya ia telah membuat

pemerintah merasa dihargai. Selain itu kepatuhan pengusaha tersebut

merupakan bentuk paling kecil dari tindakan yang dapat dilakukan terhadap

negara dan pemerintahan. Tentunya bukan dalam hal pemberian materi,

17

namun memberikan semangat kepatuhan dalam hukum (Susanta dan

Syamsudin, 11:2009).

Peranan usaha skala kecil dan menengah dalam perekonomian akhir-

akhir ini mulai banyak diperhitungkan dalam proses merencanakan suatu

kebijakan di bidang perpajakan. Hal tersebut adalah salah satu bagian dari

usaha meningkatkan peranan pengusaha dalam proses pengambilan keputusan

dan kebijakan dalam lingkungan otoritas pajak. Sebagai negara berkembang,

Indonesia perlu memperhatikan usaha kecil dan menengah (UKM) secara

serius. Dengan tumbuh kembangnya UKM membuat kinerja usaha lebih baik

sehingga mampu menyediakan tenaga kerja yang produktif dan meningkatkan

produktivitas. Adanya UKM ini dapat menjadi pendorong dan pendukung

hidupnya perusahaan-perusahaan besar (Susanta dan Syamsudin, 4:2009).

Apabila diperhatikan dengan lebih seksama, selama ini perekonomian

dalam negeri secara umum masih buruk, tetapi harus kita akui bahwa beberapa

sektor usaha (terutama sektor swasta), masih menunjukkan kinerja yang cukup

bagus. Usaha yang bisa dikatakan bertahan hidup dalam segala situasi dan kondisi

tersebut kebanyakan adalah usaha kecil dan menengah. Banyaknya usaha-usaha

tersebut, baik yang berskala kecil maupun menengah bila diperhatikan dengan

sungguh-sungguh merupakan sumber pajak yang dapat dipergunakan untuk

menambah pendapatan negara. Sebagai contoh adalah usaha yang mulai

meramaikan industri jasa maupun industri perdagangan di wilayah Jakarta Selatan

seperti di daerah Mampang, Pondok Pinang, Bintaro, Tebet, Kebayoran Lama,

Kebayoran Baru dan Lebak Bulus, dan sekitarnya.

18

Dalam sistem self assessment, wajib pajak memiliki kewajiban untuk

menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya, tidak terkecuali

wajib pajak kecil, dimana mereka memiliki kewajiban yang sama dengan wajib

pajak dalam negeri yang lain. Namun, bagi sebagian besar wajib pajak kecil,

untuk melakukan pembukuan transaksinya ini akan terasa sulit dilakukan.

Terutama kebijakan perpajakan yang membebani wajib pajak kecil ini akan

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban

perpajakannya. Selain itu, ketidaktahuan mengenai kebijakan perpajakan bagi

wajib pajak kecil akan menghambat pelaksanaan kewajiban perpajakan (Widodo,

173:2010).

Program kemitraan usaha kecil menengah dengan industri-industri

skala besar pun digulirkan agar tercapai sinergi antar keduanya, khususnya

bagi usaha kecil menengah seperti peluang pasar, modal kerja dan manajemen.

UKM memiliki beberapa kelemahan antara lain adalah menghadapi

ketidakpastian pasar, ketidakpastian dapat bertahan hidup atau tidak dalam

tahun pertama usaha, serta adanya pembukuan yang tidak jelas. Kelemahan-

kelemahan inilah yang bisa mempengaruhi pemahaman dan kewajiban setiap

pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Harapan

selanjutnya yaitu adanya regulasi yang mendukung sekaligus mendorong

berkembangnya usaha kecil menengah tersebut secara menyeluruh, seperti

persoalan perpajakannya (Wibowo, 2004).

Dalam perkembangannya, UKM diharapkan kemandiriannya dan

menjadi salah satu elemen penting yang mendukung industri-industri besar

sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan. Upaya secara komprehensif sudah

19

saatnya dilakukan agar sektor usaha kecil menengah mampu tumbuh di

kancah perekonomian nasional, bahkan bersaing dalam bisnis global. Institusi

pemerintah yang terkait dengan sektor industri yang menjadi bidang

kompetensinya semestinya menjadi motivator penggerak usaha kecil

menengah, termasuk bagaimana Direktorat Jendral Pajak (DJP) peduli

terhadap pemajakan usaha kecil menengah ini. Pajak menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari pengembangan usaha kecil menengah secara

terintegrasi. Keberpihakan dan kepedulian Direktorat Pajak terhadap usaha

kecil menengah seperti pemberian insentif pajak yang menjadi sangat penting

jika tidak memungkinkan tax holiday. Rancangan Undang-Undang (RUU)

Perpajakan yang sedang menunggu pembahasan dari Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) merupakan salah satu yang dapat kita cermati secara seksama.

Jangan sampai terjadi undang-undang perpajakan yang baru justru

menyurutkan semangat berwirausaha kecil menengah tersebut (Wibowo,

2004).

Pajak memiliki fungsi budgeteir yaitu, untuk mengisi kas Negara

sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara. Berdasarkan fungsi pajak sebagai fungsi

budgeter, maka sangat diperlukan adanya kesadaran dan kedisiplinan

masyarakat untuk memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan sebagai

warga negara Indonesia (Liana, 2007)

Selain sebagai fungsi budgeteir, pajak juga memiliki manfaat yaitu

menjadi sumber penerimaan negara yang juga berperan penting dalam

20

mengatur mekanisme berkembangnya sektor-sektor riil. Usaha kecil

menengah yang berkembang memberi harapan nyata terhadap tumbuhnya

sektor riil, yakni kegairahan perekonomian sekaligus membuka peluang

lapangan pekerjaan baru yang berarti mengurangi pengangguran. Kebijakan

pajak bagi usaha kecil menengah yang terdapat dalam Undang-Undang

Perpajakan yang baru mudah-mudahan tidak mengesampingkan peran usaha

kecil menengah dalam perekonomian nasional tersebut (Wibowo, 2004).

Liana (2007) melakukan penelitian mengenai analisis tingkat

pemahaman dan kepatuhan pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya di Yogyakarta. Dalam penelitiannya, Liana memberikan bukti

empiris bahwa terdapat perbedaan pada tingkat pemahaman pengusaha UKM

dalam hal pengisian SPT, penghitungan, penyetoran, pelaporan pajak dan

tingkat kepatuhan pengusaha UKM dalam hal penyetoran serta pelaporan

pajak dilihat dari tingkat pendidikan pengusaha UKM.

Ferry Dwi Prasetyo (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam pelaporan

kewajiban perpajakan di daerah Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut

menggunakan sampel penelitian sebanyak 50 perusahaan kecil dan menengah

di bidang usaha coffeshop yang terdaftar di wilayah Yogyakarta. Sementara

itu Sampel yang digunakan oleh Nugrahanti (2005) adalah perusahaan kecil

dan menengah sebanyak 78 perusahaan, dengan perincian untuk pengusaha

kecil berjumlah 43 dan pengusaha menengah berjumlah 31 perusahaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu:

21

1. Adanya penambahan satu variabel independen berupa ketegasan sanksi

perpajakan yang diperoleh dari penelitian Sartika dan Rini (2009).

Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh tingkat pemahaman dan

kepatuhan pengusaha UKM terhadap kewajiban perpajakannya, sedangkan

penelitian ini menguji pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan

ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha

UKM.

2. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel pengusaha UKM yang

telah memiliki NPWP dan bergerak diberbagai jenis bidang usaha yang

berada di wilayah Jakarta Selatan, tidak di fokuskan kepada satu macam

bidang usaha saja.

3. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 100

perusahaan yang berada di wilayah Jakarta Selatan.

Mengingat banyak ditemukannya pelaku UKM tidak memahami

kewajiban pajak, atau tidak mengetahui apabila UKM memiliki kewajiban

dalam bidang perpajakan, seperti halnya perusahaan-perusahaan yang ada.

Saat ini sudah waktunya para pelaku UKM khususnya pengusaha memahami

aspek-aspek perpajakan yang terkait usahanya, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Tingkat Pemahaman,

Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan

Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Wilayah Jakarta Selatan”.

22

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanski perpajakan

berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha

UKM?

2. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi kewajiban

perpajakan pengusaha UKM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari masalah yang ingin dibahas dalam penulisan ini

adalah untuk menguji secara empiris pengaruh yang ditimbulkan oleh

tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap

pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pengusaha UKM.

Dan tujuan penelitian ini juga untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal

sebagai berikut:

a. Menganalisis pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan

sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM.

b. Menganalisis variabel yang paling dominan mempengaruhi kewajiban

perpajakan pengusaha UKM.

23

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Peneliti, sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan

berfikir dan rekan-rekan mahasiswa, khususnya jurusan akuntansi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Pengusaha UKM, agar memahami dan mematuhi peraturan perpajakan

yang telah di tetapkan oleh pemerintah.

c. Pemerintah, sebagai masukan untuk perbaikan sistem pelayanan pajak

yang lebih baik lagi.

d. Masyarakat, yaitu sebagai sarana informasi mengenai masalah yang

berkenaan dengan perpajakan.

e. Peneliti selanjutnya, yaitu sebagai referensi ilmiah mengenai masalah

perpajakan yang akan diteliti.

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum atas Perpajakan

1. Pengertian Perpajakan

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara

dalam menjalankan pemerintahan. Pajak ikut ambil bagian dalam

pembangunan di seluruh aspek kehidupan di negara ini. Tanpa pajak,

pembangunan tidak akan berjalan lancar karena besarnya pembiayaan

yang diperlukan tidak akan bisa ditutupi dengan pinjaman dan bantuan

luar negeri.

Menurut Soemitro (dalam Rahayu, 2010:22) pajak adalah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontrapretasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang

berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak

rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan

surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public investment.

Menurut Adriani dalam Brotodiharjo (2003:19), pajak adalah

iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum

2511

(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung

dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

Dari pengertian-pengertian tersebut disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur (Rahayu, 2010:23):

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

b. Pajak dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan

perpajakan akan berakibat adanya sanksi.

c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapretasi

secara langsung oleh pemerintah.

d. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah, tidak boleh dilakukan pihak swasta yang orientasinya adalah

mencari laba.

e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, maka akan

dipergunakan untuk membiayai public invesment.

2. Fungsi Pajak

Pengertian fungsi dalam fungsi pajak adalah pengertian fungsi

sebagai kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak adalah kegunaan pokok,

manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik

perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam

26

meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu negara dipastikan berharap

kesejahteraan ekonomi masyarakatnya selalu meningkat dengan pajak

sebagai salah satu sumber penerimaan negara, diharapkan banyak

pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan negara (Rahayu,

2010:25). Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi,

yaitu:

a. Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, yaitu pajak

dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke

kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang-

undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk

memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas negara

atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan fungsi inilah pemerintah sebagai pihak yang

membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan

upaya pemungutan pajak ke penduduknya.

b. Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak

merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.

Merupakan fungsi lain dari pajak selain fungsi budgetair. Disamping

usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak

dimaksudkan juga sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam

hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan

27

kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi regulerend juga disebut sebagai

fungsi tambahan, karena fungsi ini hanya sebagai tambahan atas fungsi

utama pajak yaitu fungsi budgetair.

3. Jenis Pajak

Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan

menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak

yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola

oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Departemen Keuangan, sedangkan

Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah

baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:

a. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.

Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan

demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,

honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

28

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak

atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi,

perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap

barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,

kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN adalah

tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%.

Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik

Indonesia yang meliputi wilayah darat, peraian, dan ruang udara

diatasnya.

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang

tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM, yang dimaksud dengan

Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:

1) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;

2) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;

3) Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat

berpenghasilan tinggi;

4) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;

5) Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral

masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat.

29

d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan

tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun

demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada

Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

e. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan(BPHTB)

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah

dan atau bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola

oleh pemerintah pusat namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya

diserahkan kepada pemerintah daerah baik Propinsi maupun

Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan.

4. Asas Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai

asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak,

khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling

sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak

adalah (Rahayu, 2010:13):

a. Asas domisili, pengenaan pajak tergantung pada tempat tinggal wajib

pajak. Dimana wajib pajak tinggal di suatu negara, maka di negara

itulah ia dikenakan pajak atas segala hal yang berhubungan dengan

obyek yang dimiliki wajib pajak yang menurut undang-undang

dikenakan pajak. Di Indonesia wajib pajak yang tinggal di dalam

30

maupun luar negeri, maka dikenakan pajak atas seluruh

penghasilannya yang diterima di dalam maupun luar negeri tersebut.

b. Asas sumber, cara pemungutan pajak yang bergantung pada sumber di

mana obyek pajak diperoleh. Jika suatu negara terdapat sumber

penghasilan, negara tersebut berhak memungut pajak tanpa melihat

wajib pajak itu bertempat tinggal. Baik wajib pajak dalam negeri

maupun luar negeri yang memperoleh penghasilan yang bersumber

dari Indonesia, akan dikenakan pajak di Indonesia.

c. Asas kebangsaan, adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak

yang dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Cara ini menurut

Brotodiharjo dipergunakan untuk menetapkan pajak obyektif.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam sistem perpajakan dikenal official assessment system, self

assessment system dan with holding system. Rahayu (2010:101) dalam

bukunya menguraikan sitem tersebut sebagai berikut:

a. Official Assesment system merupakan sistem perpajakan dimana

inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus.

Jadi dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedang fiskus bersifat

aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada

ketetapan pajak dari fiskus.

b. Self Assesment System, adalah sistem pemungutan pajak di mana wajib

pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan

melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak hanya bertugas

31

melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan

wajib pajak. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan ajaran

timbulnya utang pajak, maka self assesment system sesuai dengan

timbulnya utang pajak menurut ajaran materil, artinya utang pajak

apabila ada yang menyebabkan timbulnya utang pajak. Untuk

mensukseskan sistem tersebut dibutuhkan beberapa prasyarat dari

wajib pajak antara lain:

1) Kesadaran Wajib Pajak

2) Kejujuran dan kedisiplinan Wajib Pajak

3) Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak.

c. With Holding System, adalah sistem pemungutan pajak yang mana

besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak

ketiga yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja, dan

bendaharawan pemerintah.

Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan Reformasi

Perpajakan tahun 1983, sistem perpajakan di Indonesia menganut self

assessment system. Dari sistem tersebut yang paling utama yaitu adanya

kewajiban wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor,

melapor sendiri pajak yang terutang sesuai peraturan perundang-undangan

perpajakan. Harapan agar sistem perpajakan tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik diperlukan adanya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak serta

penegakan hukumnya.

32

Sebagai unsur penegakan hukum ini, dilakukan tindakan

pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak. Tindakan pemeriksaan ini

merupakan upaya dalam menilai tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan bagi setiap wajib pajak dengan perlakuan yang sama. Dengan

demikian, secara yuridis tidaklah terdapat perbedaan antara pemeriksaan

pada wajib pajak tertentu dibandingkan dengan wajib pajak lainnya

(Waluyo, 2009:59)

B. Tingkat Pemahaman

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pemahaman dapat

diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.

Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas

cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Jelas bahwa semakin

paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula

wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban

perpajakan mereka.

Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut

Soemitro (2010), merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya

undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk

menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai

kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan

bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga

33

menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak

maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Setiap akhir tahun para wajib pajak disibukkan dengan pengisian

SPT tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan melaporkannya paling

lambat tanggal 31 Maret serta kekurangan setoran PPh Pasal 29 dibayar paling

lambat tanggal 25 Maret. Meskipun pengisian SPT sudah menjadi hal rutin

yang dilakukan oleh Wajib Pajak, tetapi masih terdapat berbagai hal yang

terasa sulit dalam pengisiannya sehingga sering terjadi kesalahan-kesalahan.

Untuk memperkecil bahkan menghilangkan kesalahan-kesalahan tersebut,

berbagai kegiatan dan program telah dilakukan di antaranya pendekatan

penyuluhan dan sosialisasi pajak yang juga berguna untuk menciptakan

masyarakat patuh pajak.

Tidak mudah untuk meningkatkan kepatuhan pajak pada saat ini,

diperlukan adanya kepercayaan masyarakat, baik terhadap integritas

administrasi perpajakan maupun sistem perpajakan sebagai sarana untuk

mensejahterakan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus dapat secara

nyata membuktikan dan bila memang terbukti bahwa dana pajak telah

terdistribusi dengan baik untuk meningkatkan pembangunan dan memperbaiki

kesejahteraan secara luas akibat kontribusi tidak langsung dari uang pajak

(Rahayu, 2010:29).

Jika yang terdengar masih seputar isu mengenai kebocoran-

kebocoran keuangan negara, terutama dana dari pajak, tentu sulit untuk

meyakinkan masyarkat untuk mau patuh dalam membayar pajak. Dalam hal

34

ini, DJP harus memastikan target penerimaan pajak dapat tercapai bila perlu

Gijzeling ‘hukuman badan’ bagi wajib pajak yang tidak patuh pajak. Selain itu

diperlukan reformasi administrasi perpajakan yang meliputi prosedur, tata cara

atau proses pemajakan, fungsi, sistem, dan kelembagaan (Prasetyo, 2006).

Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas

cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Jelas bahwa semakin

paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula

wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban

perpajakan mereka. Pada Harian Kedaulatan Rakyat, 4 Agustus 2001 (dalam

Prasetyo, 2006) menyatakan bahwa pemahaman peraturan perpajakan sangat

kecil. Setiap wajib pajak yang telah memahami peraturan perpajakan sangat

baik, biasanya akan melakukan aturan perpajakan yang ada sesuai dengan apa

yang tercantum di dalam peraturan yang ada.

Mungkin semua yang dilakukan DJP adalah sebuah metode

pencapaian target pajak dengan penyadaran pajak melalui penyuluhan dan

dengan terpaksa diikuti dengan law inforcement bagi setiap penyelenggaranya.

Penyuluhan pajak yang efektif menjadi ujung tombak DJP untuk

memasyarakatkan pajak dan meningkatkan kepatuhan pajak.

C. Tingkat Kepatuhan

1. Pengertian Tingkat Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005), patuh berarti suka menurut perintah, taat

pada perintah atau aturan, berisiplin. Sedangkan kepatuhan berarti bersifat

35

patuh, ketaatan, tunduk, atau patuh pada ajaran atau aturan. Adapun

definisi kepatuhan yang dijabarkan oleh tim subdit verifikasi Dit PPh

Ditjen Pajak menyatakan bahwa: “Kepatuhan biasanya berkisar pada

istilah tingkat sampai dimana wajib pajak memenuhi Undang-Undang dan

administrasi perpajakan, tanpa perlunya kegiatan penegakan hukum.”

Kepatuhan wajib pajak dalam teori psikologi, yaitu rasa bersalah dan rasa

malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang

mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.

Tingkat kepatuhan perpajakan yaitu suatu keadaan dimana wajib

pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya. Kewajiban pajak tersebut berupa: tepat waktu dalam

menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan dalam dua tahun

terakhir, tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda, dan membayar

pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hak pajak yang

dimaksud adalah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan

pembayaran pajak (Nurmantu, 2005 dalam Rahayu, 2010).

2. Pelayanan Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan

Pelayanan perpajakan sebagai pelayanan publik. Keputusan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993

mengartikan pelayanan umum atau pelayanan publik adalah sebagai

bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah di pusat, daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam

36

bentuk barang dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-

undangan. Pelayanan pajak merupakan produk pelayanan produk dari

instansi pemerintah yang khusus berwenang mengurusi pajak yaitu

Direktorat Jendral Pajak. Kendati DJP tidak memberikan pelayanan secara

maksimal, penerimaan pajak yang ditetapkan dalam target penerimaan

tetap akan tercapai, berbeda dengan organisasi lain. Hal ini disebabkan

karena adanya sistem perpajakan yang disebut Self assesment system

(Rahayu, 134:2010).

Salah satu langkah penting yang dilakukan DJP sebagai wujud

nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan

pelayanan prima kepada wajib pajak dalam mengoptimalkan penerimaan

negara. Untuk itu pada awal tahun 2003 dibentuk Tim Modernisasi

Administrasi Perpajakan Jangka Menengah yang menyusun administrasi

perpajakan modern dengan sasaran:

1. Tercapainya tingkat kepatuhan sukarela wajib pajak yang tinggi.

2. Tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan

yang tinggi.

3. Tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.

Terdapat dua macam kepatuhan, yakni: (1) kepatuhan formal

adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan

secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak

37

Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak

telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh)

Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah

memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi

ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai

isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat

meliputi kepatuhan formal. (2) kepatuhan material adalah wajib pajak

yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT)

sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak

sebelum batas waktu berakhir (Nurmantu, 2005 dalam Rahayu, 2010).

Kepatuhan wajib pajak dibentuk oleh dimensi pemeriksaan

pajak, penegakan hukum dan kompensasi pajak. Tujuan pemeriksaan

pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Kajian mengenai pemeriksaan juga banyak

dilakukan oleh peneliti di negara Barat. Menurut Karanta yang dikutip

oleh Suryadi (2006) menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak akan

mendeteksi upaya wajib pajak untuk menghindar. Audit perpajakan juga

dapat menemukan kesalahan pelaporan pajak oleh wajib pajak.

Menurut Suryadi (2006), apabila penegakan hukum dapat

memberikan keadilan dan kepastian hukum maka Wajib Pajak akan taat,

patuh, dan disiplin dalam membayar pajak. Demikian pula bila Wajib

38

Pajak merasa kompensasi pajak telah memenuhi harapan mereka maka

mereka akan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Wajib Pajak yang tergolong patuh dapat mencerminkan bahwa

dalam diri jiwa wajib pajak telah tertanam jiwa kebangsaan yang kuat

dalam mempertahankan kemaslahatan hidup manusia, sepanjang dalam

membayar pajak tersebut tidak merasa adanya unsur paksaan, walaupun

secara teori paksaan merupakan unsur pengertian pajak. Penekanan jiwa

kebangsaan dalam diri Wajib Pajak patuh berkaitan dengan pelayanan

yang diberikan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan adalah hal yang

wajar terlebih dalam era reformasi dan transparansi yang saat ini di tuntut

oleh pemerintah (Burton, 2006).

Kriteria untuk di tetapkan sebagai Wajib Pajak patuh Keputusan

Menteri Keuangan No. 235/KMK.03/2003 tentang kriteria Wajib Pajak

yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran

pajak sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

192/PMK.03/2007 adalah:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT dalam 2 tahun terakhir.

b. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT masa yang terlambat tidak

lebih dari 3 tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut.

c. SPT Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat batas waktu

penyampaian SPT Masa pajak berikutnya.

d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk jenis pajak:

39

1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajak;

2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang

diterbitkan untuk 2 dua masa pajak terakhir.

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

Kepatuhan Wajib Pajak adalah sifat patuh atau ketaatan wajib

pajak pada perintah-perintah yang dimaksud dalam Keputusan Menteri

Keuangan No 235/KMK.03/2003 tentang kriteria Wajib Pajak yang dapat

diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

192/PMK.03/2007, tentang kriteria wajib pajak yang dapat diberikan

pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Jadi, tingkat

kepatuhan wajib pajak adalah tingkat ketaatan wajib pajak pada perintah-

perintah sebagaimana dimaksud dalam keputusan diatas.

D. Ketegasan Sanksi Perpajakan

Menurut Resmi (2008:71), sanksi perpajakan terjadi karena terdapat

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga

apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi

kebijakan perpajakan dan undang-undang perpajakan.

Sebagaimana dimaklumi, suatu kebijakan berupa pengenaan sanksi

dapat dipergunakan untuk 2 (dua) maksud, yang pertama adalah untuk

mendidik dan yang kedua adalah untuk menghukum. Dengan mendidik

40

dimaksudkan agar mereka yang dikenakan sanksi akan menjadi lebih baik dan

lebih mengetahui hak dan kewajibannya sehingga tidak lagi melakukan

kesalahan yang sama. Maksud yang kedua adalah untuk menghukum sehingga

pihak yang terhukum akan menjadi jera dan tidak lagi melakukan kesalahan

yang sama (Mulyodiwarno, 2007)

Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu

sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan

apabila wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang

ditentukan dalam UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda dan

kenaikan. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa hukuman kurungan dan

hukuman penjara (Rahayu, 2010:213). Pelaksanaan pengenaan sanksi

perpajakan kepada wajib pajak dapat berupa sanksi administrasi saja, sanksi

pidana saja atau kedua-duanya.

Sanksi merupakan imbalan atas kesalahan atau pelanggaran yang

pernah dilakukan. Sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dimana semakin besar

kesalahan yang dilakukan seorang wajib pajak, maka sanksi yang diberikan

juga akan semakin berat. Contoh pelanggaran yang sering dilakukan adalah

keterlambatan dalam membayar pajak, kurang bayar dan kesalahan dalam

pengisian SPT (Sartika dan Rini, 2009).

Sanksi perpajakan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

mengikat wajib pajak akan tanggungjawabnya. Pemerintah sebaiknya

memberikan sanksi yang tegas karena dapat meningkatkan kedisiplinan wajib

41

pajak dalam hal ketepatan waktu membayar pajak, ketelitian dalam pengisian

dan pelaporan SPT dan ketelitian dalam melaksanakan pencatatan dan

pembukuan (Sartika dan Rini, 2009).

Permasalahan dalam bidang penegakkan hukum perpajakan dapat di

klarifikasikan sebagai berikut (Tambunan, 2005):

1. Peraturan Perundang-Undangan Kurang Kondusif

Pada umumnya peraturan perundang-undangan perpajakan kita masih sulit

dimengerti Wajib Pajak, tarifnya tidak kompetitif karena relatif lebih

tinggi dan dengan lapisan yang lebih banyak dibanding negara tetangga.

Pesatnya perkembangan praktek bisnis dan keuangan yang diikuti dengan

pemanfaatan teknologi informasi modern sering terlambat diantisipasi

peraturan perundang-undangan dan disamping itu masih terdapat peraturan

perundang-undangan lain yang tidak sejalan dengan ketentuan perpajakan

2. Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak Masih Rendah

Kondisi ini merupakan produk dari berbagai faktor-faktor kehidupan

masyarakat. Kurangnya kontraprestasi pembayaran pajak yang dirasakan

oleh wajib pajak karena banyaknya kebocoran mengakibatkan kurangnya

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengelola keuangan

negara. Ketimpangan tersebut menimbulkan persepsi dalam masyarakat

seolah-olah pajak tersebut merupakan bentuk pemerasan terhadap rakyat.

keadaan ini lebih dipertajam lagi dengan adanya alokasi anggaran dalam

APBN yang tidak tepat sasaran.

42

Kepatuhan wajib pajak juga sangat dipengaruhi budaya pajak masyarakat

yang rendah. Fenomena ini dipengaruhi persepsi lama bahwa, pajak

hanyalah untuk kepentingan penguasa. Disamping itu tingkat pendidikan

wajib pajak yang rendah mengakibatkan ketidakmampuan memahami

fungsi dan manfaat pajak.

3. Aparatur Pajak Kurang Profesional

Permasalahan dari aspek aparatur antara lain, sebagai akibat dari

kesejahteraan aparatur yang tidak memadai sedangkan tantangan, tawaran,

godaan, dan kesempatan KKN memungkinkan. Kurangnya kesejahteraan

ini juga mengakibatkan dedikasi dan integritas aparatur yang lemah.

Pendidikan dan pelatihan aparatur juga sering tertinggal dari pesatnya

perkembangan kemajuan praktek bisnis, keuangan dan teknologi informasi

di masyarakat global dewasa ini. Sistem birokrasi yang kurang

memberikan penghargaan bagi aparatur berprestasi dan kurang tegas

memberi hukuman bagi aparat yang melanggar aturan menyebabkan

aparatur kurang profesional.

4. Administrasi Perpajakan Belum Kondusif

Sistem dan prosedur administrasi perpajakan masih kurang sederhana dan

sebagian besar masih bersifat manual sehingga menyulitkan wajib pajak.

Sistem informasi dan komunikasi data belum memadai karena basis data

dan informasi perpajakan masih parsial di berbagai unit kantor dan belum

sepenuhnya terintegrasi secara elektronis menjadi satu kesatuan sehingga

dapat dimanfaatkan secara optimal.

43

E. Pengusaha dan Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)

Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000,

pengusaha adalah Orang pribadi atau Badan (dalam bentuk apapun) yang

kegiatan usaha atau pekerjaannya :

a. Menghasilkan barang

b. Mengimpor barang

c. Mengekspor barang

d. Melakukan usaha perdagangan

e. Memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

f. Melakukan usaha jasa

g. Memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut

Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah

“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang

secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk

mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria usaha kecil

menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus

Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu

Milyar Rupiah).

44

c. Milik Warga Negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Jadi pengertian pengusaha UKM adalah orang pribadi atau badan

hukum yang memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan

sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan atau mempunyai hasil penjualan

rata-rata pertahun sebanyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri

sendiri.

F. Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM

Kewajiban perpajakan adalah merupakan perwujudan dari

pengabdian dan sarana peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan

bersama-sama melaksanakan perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan

negara dan pembangunan nasional dengan tanggung jawab atas kewajiban

pelaksanaannya dipercayakan sepenuhnya kepada anggota masyarakat

(Kustadi Arianta, 1984 dalam Prasetyo, 2006).

Berdasarkan pengertian diatas, hal-hal atau keadaan-keadaan yang

dapat melatarbelakangi pemilik usaha kecil menengah dalam melaporkan

kewajiban perpajakan adalah:

45

1. Pengetahuan pengusaha UKM tentang Pajak

Pengetahuan pengusaha UKM tentang pajak adalah proses pengubahan

sikap dan tata laku seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

2. Pemahaman Pengusaha UKM terhadap Peraturan Perpajakan

Pemahaman Pengusaha UKM terhadap peraturan perpajakan adalah cara

pengusaha UKM dalam memahami peraturan perpajakan yang telah ada.

3. Manfaat pajak yang dirasakan Pengusaha UKM sebagai Wajib Pajak

Manfaat pajak yang dirasakan Wajib Pajak adalah guna atau faedah atau

baik dan buruknya pajak yang dapat diterima atau dirasakan oleh Wajib

Pajak.

4. Sikap Optimis Pengusaha UKM sebagai Wajib Pajak terhadap Pajak

Sikap optimis Wajib Pajak terhadap pajak adalah pandangan yang

mengandung harapan baik karena tidak khawatir akan rugi atau tidak

untung dari Wajib Pajak terhadap pajak.

Kewajiban Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2009) adalah:

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP).

b. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

c. Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisinya dengan benar

dan memasukkannya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas

waktu yang telah ditetapkan.

d. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.

46

e. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau

dokumen serta keterangan yang diminta Wajib Pajak terikat oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan

itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

f. Jika diperiksa, wajib:

1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,

pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek terutang pajak.

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

guna memperlancar pemeriksaan.

G. Keterkaitan Antar Variabel

1. Tingkat Pemahaman Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam

pelaporan kewajiban perpajakan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

pemahaman pengusaha UKM terhadap peraturan perpajakan mempunyai

pengaruh positif dan berpengaruh kuat terhadap kesadaran wajib pajak

dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugrahanti (2005)

dalam Januar Eko Prasetyo, Windyastuti dan Andhika Ari Winindyah

(2006) mengenai pengaruh pemahaman wajib pajak badan pelaksanaan

self assessment system (studi empiris wajib pajak badan pengusaha kecil

47

dan menengah di kota Yogyakarta dengan menggunakan sampel adalah

perusahaan kecil dan menengah yang terdaftar di KPP D.I Yogyakarta

minimal 4 tahun. Sampel yang digunakan 78 perusahaan, dengan perincian

untuk pengusaha kecil berjumlah 43 dan pengusaha menengah berjumlah

31 prusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman

wajib pajak badan mengenai Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan dan Pajak Penghasilan wajib pajak badan pengusaha kecil

dan menengah tidak berbeda dan tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan

self assessment system.

Hasil penelitian Nugrahanti (2005) tidak konsisten dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hero (2002). Hero (2002) menyimpulkan

bahwa pemahaman wajib pajak badan pengusaha kecil dan pengusaha

menengah tidak berbeda namun pemahaman tersebut berpengaruh

terhadap pelaksanaan self assessment system (Nugrahanti, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2005) mengenai

pengaruh pemahaman akuntansi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan di KPP Palembang

Ilir Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi

pajak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal

tersebut dikarenakan sebagian besar badan atau perusahaan masih

menggunakan jasa konsultan dalam pengisian SPT. Berdasarkan hasil

penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel tingkat

48

pemahaman berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan. Oleh karena itu

tingkat pemahaman diduga berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan,

sehingga hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Ha1: Tingkat pemahaman wajib pajak mengenai pajak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pemenuhan kewajiban

perpajakannya.

2. Tingkat Kepatuhan Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2004),

penelitian ini ingin menguji pengaruh penilaian wajib pajak tentang

kualitas pelayanan publik terhadap kepatuhan pajaknya. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 57,39%

cenderung memiliki sikap yang tidak patuh terhadap kewajiban

perpajakannya. Sehingga dihasilkan korelasi sebesar 58,8% dan 73,1%

menandakan besarnya pengaruh antara kualitas pelayanan publik terhadap

kepatuhan pajak. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa variabel tingkat kepatuhan berpengaruh terhadap

kewajiban perpajakan. Oleh karena itu tingkat kepatuhan diduga

berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan, sehingga hipotesis penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut.

Ha2: Tingkat kepatuhan wajib pajak mengenai pajak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pemenuhan kewajiban

perpajakannya.

49

3. Ketegasan Sanksi Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sartika dan Rini

(2009) mengenai pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak

dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakan. Hasil penelitian Sartika dan Rini (2009)

menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak dan

ketegasan sanksi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

motivasi wajib pajak. Hal ini berarti bahwa kecerdasan spiritual, kinerja

pelayanan pajak dan ketegasan sanksi perpajakan mampu memberikan

kesadaran kepada wajib pajak sehingga mereka bertanggung jawab dan

jujur dalam memenuhi kewajibannya, memberikan keamanan dan

kenyamanan kepada wajib pajak sehingga mereka termotivasi untuk

memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian-

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel ketegasan sanksi

perpajakan berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan. Oleh karena itu

ketegasan sanksi perpajakan diduga berpengaruh terhadap kewajiban

perpajakan, sehingga hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Ha3: Ketegasan sanksi perpajakan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan wajib

pajak.

50

4. Tingkat Pemahaman, Tingkat Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi

Perpajakan Bersama-sama Berpengaruh Terhadap Kewajiban

Perpajakan Wajib Pajak

Apabila tingkat pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan

sanksi perpajakan yang mempengaruhi kewajiban perpajakannya, jelas

bahwa semakin tinggi pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi

perpajakan maka kewajiban perpajakannya akan terpenuhi. Hal ini berarti

bahwa, kewajiban perpajakan akan terpenuhi apabila didukung oleh

tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan tersebut.

Oleh karena itu tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi

perpajakan diduga berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan, sehingga

hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Ha4: Tingkat Pemahaman, Tingkat Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi

Perpajakan Bersama-sama Mempunyai Pengaruh yang

Signifikan Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak.

H. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti

sebelumnya, maka tertarik adanya penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat

Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap

Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di

Wilayah Jakarta Selatan”.

51

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Rini dan Sartika (2009)

Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya

Kecerdasan spritual (X1), kinerja pelayanan pajak (X2), ketegasan sanksi perpajakan (X3), motivasi wajib pajak (Y)

Analisis data menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression)

kecerdasan spritual, kinerja pelayanan pajak dan ketegasan sanksi perpajakan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi wajib pajak

Ferry Dwi Prasetyo (2006)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilik usaha kecil menengah dalam Pelaporan kewajiban perpajakan di daerah Jogjakarta

Pengetahuan WP tentang Pajak (X1) Pemahaman WP terhadap Peraturan Perpajakan (X2) Manfaat Pajak yang dirasakan WP (X3) Sikap Optimis WP terhadap Pajak (X4) Kesadaran Perpajakan WP (Y)

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda

Faktor pengetahuan WP, faktor pemahamanWP, faktor manfaat, faktor sikap optimis tentang pajak mempunyai pengaruh positif terhadap kesadaran WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Rulyanti Susi

Wardhani (2005)

Pengaruh Pemahaman Akuntansi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilan di KPP Palembang Ilir Timur

Pemahaman Akuntansi Pajak (X1) Kepatuhan WP Badan dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (Y)

Analisis Regresi Sederhana

Pemahaman Akuntansi Pajak memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan

Bersambung ke halaman selanjutnya

52

Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Terdahulu

Ahmed Riahi-

Belkaoui (2004)

Relationship Between Tax Compliance Internationally and Selected Determination of Tax Morale

TCi: Tax compliance scare for country EFi: Economic fredom index for country IOEMi: Importance og equity market for country CPi: Serious crime per 100,000 population for country CLi: Effectiveness of competition laws Ui: Residual term

The following regression equation

Tax compliance internationally is positively related to the level of economic freedom, the level of importance of the equity market and the effectiveness of competition laws and negatively related to crime rate as a proxy for moral norms.

Herbert Marshall Oktavian Manurung

(2004)

Pengaruh kualitas pelayanan publik terhadap kepatuhan pajak

Kualitas pelayanan publik (X1) Kepatuhan pajak (Y)

Analisis regresi sederhana

Tingkat kepatuhan WP sebesar 57,3% cenderung memiliki sikap yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya

Liana (2007)

Analisis tingkat pemahaman dan kepatuhan pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di Yogyakarta

Tingkat pemahaman (X1). Kepatuhan (X2), Kewajiban Perpajakan (Y)

One Way Anova

Terdapat perbedaan pada tingkat pemahaman pengusaha UKM dalam hal pengisian SPT, penghitungan, penyetoran, pelaporan pajak dan tingkat kepatuhan pengusaha UKM dalam hal penyetoran serta pelaporan pajak

53

dilihat dari tingkat pendidikan pengusaha UKM

I. Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan penghasilan negara yang saat ini sudah diandalkan

sebagai modal pembangunan. Pemerintah mencoba untuk merubah kesadaran

masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya, yang semula tidak mengerti

sama sekali masalah pajak sedikit demi sedikit diberikan penyuluhan

mengenai perpajakan agar pengusaha UKM memahami dan mematuhi

mengenai kewajiban perpajakannya. Selain itu, ketegasan sanksi perpajakan

juga mampu memberikan kesadaran kepada pengusaha UKM sehingga

mereka bertanggung jawab dan jujur dalam memenuhi kewajibannya,

memberikan keamanan dan kenyamanan kepada pengusaha UKM sehingga

mereka termotivasi untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian

kewajiban perpajakan akan terpenuhi apabila didukung oleh tingkat

pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan pengusaha UKM.

Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai

berikut:

54

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pemahaman (X1)

Tingkat Kepatuhan (X2)

Ketegasan Sanksi Perpajakan

(X3)

Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM

(Y)

Gambar 2.1 Model Penelitian

55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pemahaman,

kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan

pengusaha UKM. Populasi penelitian ini adalah para pengusaha yang

mempunyai perusahaan kecil dan menengah yang terletak di Jakarta Selatan.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengusaha UKM yang

telah mempunyai nomor pokok wajib pajak yang masih membuka usahanya di

Jakarta Selatan. Dasar pemilihan sampel ini menggunakan metode

Convenience sampling. Convenience sampling adalah metode pemilihan

sampel berdasarkan kemudahan, dimana metode ini memilih sampel dari

elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi

yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti

memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat (Nur Indriantoro dan

Bambang Supomo, 2002). Responden yang digunakan dalam penelitian ini

adalah para pengusaha dan akuntan perusahaan kecil dan menengah, karena

mereka memiliki informasi yang lengkap dan menyeluruh untuk mengelola

usaha mereka yang berada di wilayah mereka.

5642

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti

menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder

(Indriantoro dan Supomo, 2002). Peneliti memperoleh data yang berkaitan

dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis,

internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti

memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada

penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah pengusaha UKM

yang mempunyai perusahaan. Peneliti memperoleh data dengan

mengirimkan kuesioner kepada 100 pengusaha UKM secara langsung

ataupun melalui perantara.

Bobot penilaian angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai

dengan yang digambarkan dalam skala ordinal, yaitu metode yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Skala ordinal yang dipergunakan untuk menjawab bagian pernyataan

penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel di bawah

ini:

57

Tabel 3.1 Tingkat Penilaian Jawaban

No Jenis Jawaban Bobot 1 SS = Sangat Setuju 5 2 S = Setuju 4 3 R = Ragu-Ragu 3 4 TS = Tidak Setuju 2 5 STS = Sangat Tidak Setuju 1

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data

yang terdapat dalam kuesioner dapat mengukur senyatanya (actually)

dan seakuratnya (accurately) apa yang harus diukur dari konsep,

sehingga pengujian validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur

untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya dan keberhasilan dari

pengujian ini ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS

versi 16.0, dengan metode Pearson Correlation, yaitu dengan cara

menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor masing-masing variabel. Suatu instrumen dikatakan

valid atau tidak adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir

pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikasi dibawah

0,05 maka butir pertanyaan tebut dikatakan valid, dan jika korelasi

58

skor masing-masing butir-butir pertanyaan dengan total skor

mempunyai tingkat signifikansi diatas 0,05 maka butir pertanyaan

tersebut tidak valid (Ghozali, 2005).

b. Uji Reliabilitas

Realibilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dalam pengukurnya.

Realibilitas berhubungan dengan akurasi dan konsistensi dari

pengukurnya, dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap

subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (terdapat

kesamaan data dalam waktu yang berbeda). Uji reliabilitas hanya dapat

dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang

digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan

hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari

Cronbach Alpha di atas 0,60 maka data tersebut mempunyai keandalan

yang tinggi (Ghozali, 2005). Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan

metode Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS 16.0.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas data ini adalah untuk mengetahui apakah

data dalam model regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk

mengujinya dapat dilakukan dengan melihat normal probability plot

59

yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya

dengan distribusi komulatif dari distribusi normal, dimana data

dikatakan normal jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Ghozali, 2005).

b. Uji Multikoloniaritas

Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel

independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoloniaritas di

dalam model regresi dapat dilihat dari:

1) Nilai tolerance atau lawannya.

2) Variance Inflation Factor (VIF)

Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai variance inflation factor

(VIF) tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menujukkan

adanya multikoloniaritas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama

dengan nilai VIF >100 (Ghozali, 2005)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut ”Homoskedastisitas” dan jika

berbeda disebut ”Heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah

homoskedasitas (Ghozali, 2005).

60

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda, uji koefisien determinasi, uji statistik t dan uji statistik F.

Persamaan regresi bertujuan untuk memprediksi besar variabel terikat

yaitu, kewajiban perpajakan pengusaha UKM dengan menggunakan data

variabel bebas yaitu, tingkat pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan

sanksi perpajakan.

Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

Y= a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan: Y : Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM

a : Konstanta

β : Koefisien Regresi

X1 : Tingkat Pemahaman

X2 : Tingkat Kepatuhan

X3 : Ketegasan Sanksi Perpajakan

e : Error

a. Uji R² (Koefisien Determinasi)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk menentukan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, nilai

koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen amat terbatas.

61

b. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing

variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel

dependen. Cara untuk melakukan uji t ada 2 (dua), yaitu dengan

melihat tingkat signifikasi dan dengan membandingkan antara nilai t

hitung dengan nilai t tabel. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen digunakan tingkat signifikasi sebesar α=0,05,

sedangkan untuk membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis

menurut tabel digunakan dengan ketentuan bahwa apabila nilai

statistik t lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka menerima

hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2005:85).

c. Uji Statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel

dependen, untuk mengetahui apakah variabel independen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan

tingkat signifikansi sebesar α < 0,05. jika nilai probability F lebih besar

maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel

dependen atau dengan kata lain variabel indepenen secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel independen.

62

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari tingkat

pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan sanksi.

a. Variabel Tingkat Pemahaman (X1)

Pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami

atau memahamkan. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan

perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak

taat. Jelas bahwa semakin paham wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi

yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka.

Variabel ini diukur dengan skala ordinal 5 poin.

b. Variabel Tingkat Kepatuhan (X2)

Tingkat Kepatuhan pajak dalam hal ini diartikan bahwa wajib pajak

mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan,

investigasi, seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan

sanksi baik hukum maupun administrasi. Variabel ini diukur dengan

menggunakan skala ordinal 5 poin berdasarkan pertanyaan yang

dikembangkan oleh Susi Dianawati (2008)

c. Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan (X3)

Ketegasan sanksi perpajakan terjadi karena pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga apabila terjadi

63

pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan

perpajakan dan undang-undang perpajakan. Variabel ini diukur dengan

menggunakan skala ordinal 5 poin dengan menggunakan pertanyaan

yang dikembangkan oleh Rina Haerani dan Yulia Kartika Sari (2008).

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kewajiban

Perpajakan Pengusaha UKM (Y). Kewajiban perpajakan adalah

merupakan perwujudan dari pengabdian dan sarana peran serta Wajib

Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan perpajakan

yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional

dengan tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaannya dipercayakan

sepenuhnya kepada anggota masyarakat (Kustadi Arianta, 1984:4 dalam

Fery Dwi Prasetyo, 2006). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala

ordinal 5 poin berdasarkan pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti

dengan mengacu pada teori yang ada dalam buku Siti Kurnia Rahayu

(2010).

Tabel 3.2 Tabel Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran

1. Tingkat Pemahaman Pengusaha UKM (X1)

Pemahaman pengusaha UKM tentang pajak

1. proses belajar 2. motivasi 3. kepribadian

Skala ordinal

Bersambung ke halaman selanjutnya

64

Tabel 3.2 (Lanjutan) Tabel Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran

2 Tingkat Kepatuhan Pengusaha UKM (X2)

a. menghitung pajak.

b. memperhitungkan

c. membayar d. melapor e. melaksanakan

peraturan pajak yang berlaku

f. pemeriksaan pajak

g. pengetahuan pajak

1. Menghitung dengan benar pajak yang harus dibayar.

2. Dilakukan sendiri 3. Menghitung surat

setoran pajak (SSP) dan surat pemberitahuan (SPT) Massa dan Tahunan dengan benar.

4. Tepat waktu membayar pajak.

5. Tepat waktu melaporkan SPT Massa dan Tahunan.

6. Tidak memiliki tunggakan pajak.

7. Tidak melakukan kejahatan.

8. Tidak pernah mendapat sanksi atau denda perpajakan.

9. Membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak.

10. Peraturan kriteria wajib pajak patuh.

Skala ordinal

Bersambung ke halaman selanjutnya

65

Tabel 3.2 (Lanjutan) Tabel Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran

3. Ketegasan Sanksi Perpajakan (X3)

Tegasnya sanksi administrasi dan pidana yang dikenakan fiskus kepada pengusaha UKM

1. Tindakan penghindaran pajak

2. sanksi dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan

3. pengaruh sanksi dan kepatuhan wajib pajak

4. dikenakan sanksi perpajakan

5. motivasi atas pembebanan sanksi

6. keuntungan dari penghapusan sanksi

Skala ordinal

4. Kewajiban Perpajakan (Y)

Kewajiban membayar pajak yang harus dipenuhi pengusaha UKM

1. kewajiban melaporkan usahanya untuk di kukuhkan sebagai PKP

2. memungut PPN dan PPnBM terutang

3. menyetor PPN dan PPnBM terutang

4. melaporkan PPN dan PPnBM terutang

5. kewajiban mempunyai NPWP dan NPPKP

Skala ordinal

66

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap pengusaha usaha kecil dan

menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan data

dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung

kepada pengusaha UKM. Penyebaran serta pengembalian kuesioner

dilaksanakan mulai tanggal 13 April 2010 hingga 20 Mei 2010. Penelitian

ini mengambil sampel sebanyak 100 UKM yang berada di wilayah Jakarta

Selatan.

Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 buah dan jumlah

kuesioner yang kembali adalah sebanyak 70 kuesioner atau 70%.

Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 30 buah atau 30%. Kuesioner

yang dapat diolah berjumlah 65 buah atau 92,86%, sedangkan kuesioner

yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh responden

sebanyak 5 buah atau 7,14%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat

dilihat pada tabel 4.1.

6753

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Auditor Persentase1. Jumlah kuesioner yang disebar 100 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 70 70% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 30 30% 4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 5 7,14% 5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 65 92,86%

Sumber: Data primer yang diolah

2. Karakteristik Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha UKM di wilayah

Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden

penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan

lama bekerja.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan

jenis kelamin.

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 41 63.1 63.1 63.1

Perempuan 24 36.9 36.9 100.0

Total 65 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sekitar 41 orang atau 63,1%

responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 24

orang atau 36,9% responden berjenis kelamin wanita. Hal ini disebabkan

68

karena pengusaha UKM yang berjenis kelamin laki-laki lebih memiliki

kemampuan untuk merintis dan memulai usahanya dengan baik, sehingga

tingkat pemahaman, kepatuhan dalam hal kewajiban perpajakan akan

semakin baik. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk dikenakan sanksi

perpajakan karena memiliki kesadaran akan pemenuhan kewajiban

perpajakannya. Sedangkan wanita, hanya sedikit yang menginginkan

dirinya menjadi seorang pengusaha UKM. Ini berarti kemampuan wanita

dalam merintis atau memulai usaha sangat terbatas, sehingga wanita

cenderung kurang memiliki pemahaman akan perpajakan.

b. Deskripsi responden berdasarkan usia

Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan

usia.

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid < 35 Tahun 35 53.8 53.8 53.8

35-45 Tahun 21 32.3 32.3 86.2

>45 Tahun 9 13.8 13.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 35 orang atau 53,8%

responden berusia kurang dari 35 tahun, ini disebabkan karena pada usia <

35 banyak orang yang ingin memulai untuk membuka usaha kecil-kecilan

dan menjadi seorang pengusaha UKM yang sukses dan berpengetahuan,

69

sehingga mereka termotivasi untuk mencoba melakukan bisnis. Ini berarti

pada usia < 35 pengusaha UKM lebih mempunyai kesadaran terhadap

kewajiban perpajakan, sehingga besar kemungkinan untuk melakukan

kewajiban perpajakannya dan meminimalkan sanksi yang dikenakan

apabila pengusaha tersebut melanggar aturan. Sedangkan 21 orang atau

32,3% responden berusia 35 sampai 45 tahun, ini berarti pada usia 35

sampai 45 pengusaha UKM cukup mempunyai pemahaman dan kesadaran

terhadap kewajiban perpajakan. Dan sisanya sebesar 9 orang atau 13,8%

responden berusia lebih dari 45 tahun. Hal ini disebabkan pada usia ini

mereka kurang paham mengenai perpajakan, sehingga mereka menyewa

jasa konsultan untuk mengatasi permasalahan perpajakannya.

c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan

pendidikan terakhir.

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMA 24 36.9 36.9 36.9

Diploma I, II, III 8 12.3 12.3 49.2

Strata 1 30 46.2 46.2 95.4

Strata 2 3 4.6 4.6 100.0

Total 65 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 30

responden atau 46,2%. Sisanya sebesar 36,9% atau sebanyak 24 orang

70

berpendidikan terakhir SLTA, Diploma sebanyak 8 orang atau 12,3% dan

sebesar 4,6% atau sebanyak 3 orang berpendidikan terakhir Strata Dua

(S2). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa responden

berpendidikan S1 merupakan responden terbanyak, karena dapat dikatakan

mereka yang berpendidikan ini memiliki pemahaman yang memadai

mengenai pajak, sehingga akan patuh dalam kewajiban perpajakannya dan

dapat meminimalkan sanksi yang diterima apabila ia melanggar peraturan

perpajakan.

d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama bekerja

Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan

lama bekerja.

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 3 Tahun 22 33.8 33.8 33.8

3-10 Tahun 32 49.2 49.2 83.1

> 10 Tahun 11 16.9 16.9 100.0

Total 65 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, responden yang telah menjadi

pengusaha UKM kurang dari 3 tahun berjumlah 22 orang atau sebesar

33,8%. Sedangkan bagi responden yang telah menjadi pengusaha UKM

selama 3 sampai 10 tahun berjumlah 32 orang atau sebesar 49,2%, jumlah

ini merupakan jumlah responden terbanyak dalam kategori lama menjadi

71

pebgusaha UKM jika dibandingkan dengan jumlah responden pada

kategori yang sama. Responen yang telah menjadi pengusaha UKM lebih

dari 10 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 16,9%. Dari data di atas

dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir

Strata Satu (S1) dengan jumlah 30 responden atau 60%. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengalaman yang dimiliki pengusaha UKM lebih

banyak dibandingkan dengan masa kerja lainnya. Karena dapat dikatakan

tingkat pemahaman pajak yang dimiliki oleh pengusaha UKM lebih

matang, sehingga mereka menyadari bahwa peran perpajakan dalam

perekonomian suatu negara akan berjalan dengan baik serta meningkatkan

pendapatan negara yang bersumber dari pajak.

72

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji validitas

dari empat variabel dengan 65 sampel responden. Tabel dibawah ini

adalah hasil uji validitas variabel tingkat pemahaman pengusaha UKM

terhadap kewajiban perpajakannya.

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman

Butir Pertanyaan

Pearson Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,276* 0,026 Valid Pertanyaan 2 0,210 0,093 Tidak Valid Pertanyaan 3 0,512** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,545** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,499** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,423** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,459** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,485** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,496** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,483** 0,000 Valid Bersambung ke halaman selanjutnya

Tabel 4.7 (Lanjutan) Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman

Butir Pertanyaan

Pearson Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 11 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,277* 0,026 Valid Pertanyaan 13 0,363** 0,003 Valid Pertanyaan 14 0,515** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,457** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,283* 0,022 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

73

Tabel 4.7 menunjukkan variabel pemahaman mempunyai

kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05, terkecuali satu pertanyaan dari pemahaman yaitu

pertanyaan P2 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai

signifikansi diatas 0,05, ini menandakan bahwa untuk butir pertanyaan

2 tidak mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur, sehingga

harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data

selanjutnya. Karena jika diikutsertakan maka akan menghasilkan data

yang tidak valid dan akan berdampak pada tingkat reliabilitas dan

signifikansinya.

Tabel berikut ini adalah hasil uji validitas variabel tingkat

pemahaman pengusaha UKM terhadap kewajiban perpajakannya

setelah pertanyaan ke-2 dikeluarkan.

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Setelah P2 Dikeluarkan

Butir Pertanyaan

Pearson Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,276* 0,026 Valid Pertanyaan 3 0,512** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,545** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,499** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,423** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,459** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,485** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,496** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,483** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,277* 0,026 Valid Pertanyaan 13 0,363** 0,003 Valid Pertanyaan 14 0,515** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,457** 0,000 Valid

74

Pertanyaan 17 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,283* 0,022 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.8 menunjukkan variabel tingkat pemahaman

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan

untuk variabel tingkat pemahaman dapat dikatakan valid, yakni

mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen

penelitian dan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.

Tabel berikut ini adalah hasil uji validitas variabel tingkat

kepatuhan pengusaha UKM terhadap kewajiban perpajakannya.

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan

Sumber: Data primer yang diolah

Butir Pertanyaan Pearson Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,703** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,530** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,287* 0,020 Valid Pertanyaan 4 0,412** 0,001 Valid Pertanyaan 5 0,533** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,654** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,198 0,144 Tidak Valid Pertanyaan 8 0,581** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,565** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,390** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,536** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,417** 0,001 Valid

Tabel 4.9 menunjukkan variabel kepatuhan mempunyai kriteria

valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05, terkecuali satu pertanyaan dari kepatuhan yaitu butir

75

pertanyaan 7 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai

signifikansi diatas 0,05, ini menandakan bahwa untuk butir pertanyaan

7 tidak mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur, sehingga

harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data

selanjutnya. Karena jika diikutsertakan maka akan menghasilkan data

yang tidak valid dan akan berdampak pada tingkat reliabilitas dan

signifikansinya.

Tabel dibawah ini adalah hasil uji validitas variabel tingkat

kepatuhan pengusaha UKM mengenai kewajiban perpajakannya,

setelah pertanyaan ke-7 dikeluarkan.

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas setelah K7 dikeluarkan

Sumber: Data primer yang diolah

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,703** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,530** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,287* 0,020 Valid Pertanyaan 4 0,412** 0,001 Valid Pertanyaan 5 0,533** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,654** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,581** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,565** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,390** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,536** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,417** 0,001 Valid

Tabel 4.10 menunjukkan variabel kepatuhan mempunyai

kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan untuk

variabel tingkat kepatuhan dapat dikatakan valid, yakni mampu

76

mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen penelitian dan

dapat dugunakan untuk penelitian selanjutnya.

Tabel dibawah ini adalah hasil uji validitas variabel

ketegasan sanksi perpajakan.

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan Butir Pertanyaan Pearson

Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,652** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,631** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,602** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,697** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,549** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,719** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.11 menunjukkan variabel ketegasan sanksi perpajakan

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan

untuk variabel ketegasan sanksi perpajakan dapat dikatakan valid,

yakni mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen

penelitian dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Tabel dibawah ini adalah hasil uji validitas variabel kewajiban

perpajakan pengusaha UKM.

77

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kewajiban Perpajakan

Butir Pertanyaan Pearson Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,764** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,620** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,547** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,709** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,708** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,742** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.12 menunjukkan variabel kewajiban perpajakan

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan

untuk variabel kewajiban perpajakan dapat dikatakan valid, yakni

mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen

penelitian dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas variabel tingkat

pemahaman pengusaha UKM.

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Pemahaman

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.736 .751 17

Sumber: Data primer yang diolah

78

Tabel 4.13 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel

pemahaman sebesar 0,736, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya bahwa, pernyataan

dalam variabel tingkat pemahaman dapat dikatakan konsisten dari

instrumen penelitian.

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas variabel tingkat kepatuhan

pengusaha UKM.

Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Kepatuhan

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items.707 .740 11

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.14 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel

kepatuhan sebesar 0,707, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya bahwa, pernyataan

dalam variabel tingkat kepatuhan dapat dikatakan konsisten dari

instrumen penelitian.

79

Tabel 4.15 Hasil Uji Realibiltas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items.714 .716 6

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.15 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel

ketegasan sanksi perpajakan sebesar 0,714, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena

mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya

bahwa, pernyataan dalam variabel tingkat kepatuhan dapat dikatakan

konsisten dari instrumen penelitian.

Berikut ini adalah tabel hasil uji realibilitas variabel ketegasan

sanksi perpajakan.

Tabel 4.16 Hasil Uji Realibilitas Variabel

Kewajiban Perpajakan

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items.757 .771 6

Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.16 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel

kewajiban perpajakan sebesar 0,757, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

80

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya bahwa, pernyataan

dalam variabel ketegasan sanksi perpajakan dapat dikatakan konsisten

dari instrumen penelitian.

Hal ini menunjukkan bahwa, setiap item pernyataan yang

digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti,

bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang

relatif sama dengan jawaban sebelumnya.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas dilihat dari besaran VIF (Variance

Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas dari problem

multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10, maka

data tersebut dikatakan tidak terjadi multikolonieritas. Berikut ini

adalah tabel hasil dari uji multikolonieritas.

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 TP .693 1.442

TK .521 1.920

TKS .670 1.493 Sumber: Data yang diolah

81

Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat bahwa nilai tolerance

mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar

angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance

0,693; 0,521; 0,670 untuk variabel tingkat pemahaman, tingkat

kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan, sedangkan untuk

perhitungan VIF sebesar 1,442; 1,920; dan 1,493 untuk variabel

tingkat pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan sanksi

perpajakan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

semua variabel independen tidak memiliki masalah multikolonieritas

dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

b. Hasil Uji Normalitas

Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hasil uji

normalitas.

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

82

Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini

menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hasil uji

heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.1

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.2

Grafik Scatterplot

83

Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan

bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y

dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut.

Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan

regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi

kewajiban perpajakan atas pengusaha UKM berdasarkan variabel yang

mempengaruhinya, yaitu pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi

perpajakan.

4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis

regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:

a. Uji Koefisien Determinasi

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji koefisien

determinasi.

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .962a .925 .922 .932

a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.18 menunjukkan nilai R sebesar 0,962 atau 96,2%. Hal

ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara pemahaman,

kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban

84

perpajakan adalah sangat kuat karena berada dikisaran 0,80-1,00

(Riduwan dan Ahmad, 2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar

0,922 atau 92,2%, ini menunjukkan bahwa variabel kewajiban

perpajakan yang dapat dijelaskan oleh variabel pemahaman,

kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan adalah sebesar 92,2%,

sedangkan sisanya sebesar 0,078 atau 7,8% dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

b. Hasil Uji Statistik t

Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.19, jika nilai

probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,

sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima dan menolak Ha.

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.313 1.417 5.866 .000

TP -.018 .005 -.143 -3.900 .000

TK -.066 .028 -.081 -2.319 .024

TKS .832 .034 .912 24.802 .000

a. Dependent Variable: TKP Sumber: Data primer yang diolah

85

Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh tingkat pemahaman terhadap

kewajiban perpajakan pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.19, variabel

pemahaman mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,00. Hal ini

berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman

berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan karena

tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pemahaman lebih kecil dari

0,05.

Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh kepatuhan terhadap kewajiban

perpajakan pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.19, variabel

kepatuhan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,024. Hal ini

berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman

berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan karena

tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kepatuhan lebih kecil dari

0,05.

Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh ketegasan sanksi perpajakan

terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.19, variabel

ketegasan sanksi perpajakan mempunyai tingkat signifikansi sebesar

0,000, dengan nilai beta yang dihasilkan sebesar 24,802. Hal ini berarti

menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ketegasan

sanksi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban

86

perpajakan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel ketegasan

sanksi perpajakan lebih kecil dari 0,05.

c. Hasil Uji Statistik F

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji statistik F.

Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 656.200 3 218.733 252.042 .000a

Residual 52.939 61 .868

Total 709.138 64

a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP

b. Dependent Variable: TKP Sumber: Data primer yang diolah

Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh pemahaman, kepatuhan dan

ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan.

Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.20 nilai F diperoleh

sebesar 252,042 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha4 diterima, sehingga dapat

dikatakan bahwa pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi

perpajakan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap

kewajiban perpajakan.

C. Pembahasan

1. Pengaruh pemahaman terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi

variabel pemahaman 0,000 < 0,05 dengan nilai unstandardized coefficients

87

-0,018, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman

berpengaruh negatif signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Dengan

demikian, semakin tinggi pemahaman pengusaha UKM terhadap peraturan

perpajakan maka kesadaran dalam pelaporan kewajiban perpajakannya akan

semakin rendah. Hal ini disebabkan karena para pengusaha UKM

mempunyai kesadaran yang rendah dalam hal pelaporan kewajiban

perpajakannya, serta kurang tegasnya sanksi yang diberikan oleh petugas

pajak, sehingga mereka kurang menyadari betapa pentingnya pelaporan

pajak yang dilakukan oleh pengusaha UKM dan menganggap sanksi yang

akan diberikan oleh petugas pajak kepada pengusaha UKM hanya main-

main dan tidak akan pernah dilaksanakan, karena di negara Indonesia

masih banyak pengusaha yang menghindari pajak serta menunggak pajak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prasetyo (2006) dan Wardhani (2005).

2. Pengaruh kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi

variabel tingkat kepatuhan 0,000 < 0,05 dengan nilai unstandardized

coefficient -0,066 sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan

berpengaruh negatif signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Dengan

demikian, semakin tinggi kepatuhan pengusaha UKM terhadap peraturan

perpajakan maka kewajiban perpajakan dalam pelaporan kewajiban

perpajakannya akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena para

pengusaha UKM kurang menyadari ketegasan sanksi yang akan diberikan

88

kepada pengusaha UKM yang berusaha menghindari pajak atau tidak

melaporkan pajaknya yang sesuai dengan sebenarnya, sehingga kewajiban

pengusaha UKM dalam melaksanakan perpajakannya tidak dapat

dijalankan dengan baik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Manurung (2004).

3. Pengaruh ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan

pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi

variabel ketegasan sanksi perpajakan 0,000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh positif

signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Dengan demikian dengan

adanya ketegasan sanksi perpajakan, para pengusaha UKM akan

mematuhi peraturan perpajakan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan

karena para pengusaha UKM menyadari peraturan dan sanksi yang akan

diterima apabila tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika dan

Rini (2009).

4. Pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan

terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi

variabel tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan

terhadap kewajiban perpajakan adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi

89

perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan.

Hal ini disebabkan karena para pengusaha UKM menyadari peraturan dan

sanksi yang akan diterima apabila tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya.

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat

pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban

perpajakan pengusaha UKM. Responden penelitian ini berjumlah 100

pengusaha UKM yang terletak di Jakarta Selatan. Berdasarkan pada data yang

telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan

dengan menggunkan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi ditemukan:

a. Tingkat pemahaman pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap

kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Karena

tingkat pemahaman yng tidak dilandasi tingkat kesadaran akan

membuat pengusaha UKM tidak dapat melaksanakan kewajiban

perpajakannya dalam hal pelaporan pajaknya. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) dan

Wardhani (2005) yang menyatakan bahwa pemahaman pengusaha

usaha kecil dan menengah terhadap peraturan perpajakan mempunyai

pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak dalam pelaporan kewajiban

perpajakannya.

91

b. Tingkat kepatuhan pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap

kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Karena

tingkat kepatuhan yang tidak disertai peraturan yang tegas akan

membuat pengusaha UKM bermain-main dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya, sehingga pengusaha UKM cenderung

mempunyai sikap yang baik dalam melaporkan pajaknya. Hasil

penelitian penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Manurung (2004) yang menyatakan bahwa kepatuhan

pajak cenderung memiliki sikap yang tidak patuh terhadap kewajiban

perpajakannya.

c. Ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap

kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika

dan Rini (2009) yang menyatakan bahwa ketegasan sanksi perpajakan

mampu memberikan kesadaran kepada wajib pajak sehingga mereka

bertanggung dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kewajiban perpajakan

pengusaha UKM adalah ketegasan sanksi perpajakan, karena peraturan

yang tegas akan membuat pengusaha UKM untuk patuh dan melaksanakan

kewajiban pajaknya.

B. Implikasi

          Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa kewajiban

perpajakan pengusaha UKM di wilayah Jakarta Selatan dipengaruhi oleh

92

tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan.  Hasil dari

penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung antara pemahaman

wajib pajak terhadap peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak dalam

pelaporan kewajiban perpajakannya. Pemahaman wajib pajak mempunyai

pengaruh yang positif terhadap peraturan perpajakan. Hal ini berarti bahwa

semakin tinggi pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan maka

semakin tinggi pula kepatuhan perpajakannya serta adanya ketegasan sanksi

dalam perpajakan. Peneliti berharap agar diadakannya suatu pelatihan atau

sosialisasi sehubungan dengan peraturan perpajakan, yang dilakukan oleh pihak

terkait tentang peraturan perpajakan yang ada serta tentang pentingnya

pembayaran pajak bagi penyelenggaraan negara. Suatu pelatihan atau sosialisasi

tersebut akan menambah pemahaman wajib pajak akan perpajakan, yang pada

akhirnya akan meningkatkan kepatuhan perpajakannya. Sanksi perpajakan

merupakan upaya pemerintah untuk mengikat wajib pajak akan

tanggungjawabnya. Pemerintah sebaiknya memberikan sanksi yang tegas karena

dapat meningkatkan kedisiplinan pengusaha UKM dalam hal melaporakan

kewajiban perpajakannya.

C. Saran

Berdasarkan implikasi yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pihak terkait. Hendaknya pihak-

pihak terkait tersebut mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

wajib pajak dalam pelaporan kewajiban perpajakannya terutama mengenai faktor

pemahaman wajib pajak mengenai peraturan perpajakan, karena faktor tersebut

terbukti sangat berpengaruh terhadap wajib pajak untuk melakukan kewajiban

93

perpajakannya. Sehingga dengan sering diadakannya suatu pelatihan atau

sosialisasi mengenai perpajakan yang dapat menambah pemahaman dari wajib

pajak terhadap peraturan perpajakan dapat membantu meningkatkan kesadaran

wajib pajak. Dari pihak wajib pajak sendiri, dengan pendidikan dan pengetahuan

yang tinggi terhadap pajak memungkinkan wajib pajak melakukan penghindaran

pajak, yang pada akhirnya akan mengurangi kesadaran perpajakan mereka. Tetapi

dari pengetahuan yang dimiliki, wajib pajak akan menjadi patuh dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan dengan contoh mereka dengan sadar akan

mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi dengan

NPWP tersebut dari pihak kantor pajak akan menekan terus para pemilik NPWP.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel

independen lainnya atau menambahkan variabel moderating guna mengetahui

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau

memperlemah variabel dependen. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah

jumlah sampel penelitian serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan

hanya di Jakarta Selatan tetapi juga di kota kota besar lainnya, sehingga dapat

diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.

94

DAFTAR PUSTAKA

Anonime. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2005.

Brotodiharjo, R. Santoso, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. PT. Refika Aditama, Bandung, 2009

Burton, Richard. “Wajib Pajak Patuh”. Jurnal Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006

Dianawati, Susi. “Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008

Haerani, Rina. “Analisis Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak

Badan terhadap Sunset Policy (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama). UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, 2008

Hamid, Abdul . “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007

Hidayat, Nur. “Aspek Perpajakan UKM” Jurnal Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006.

Hutagaol, Jhon. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Penerapan Strategi Pelayanan dan Penegakan Hukum” Jurnal Perpajakan Indonesia. Jakarta: 2006

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, “Metodologi Penelitian dan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE. Yogyakarta: 2004

Liana, ”Analisis Tingkat Pemahaman dan Kepatuhan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya di Yogyakarta” Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta: 2007

Mardiasmo, “Perpajakan”, Andi Offset, Yogyakarta: 2009

Mulyodiwarno, Nuryadi. “Catatan Tentang Kebijakan Sanksi Perpajakan sejak Undang-Undang KUP 1983 hingga Undang-Undang KUP 2007”. Inside Tax. Jakarta:2007

Murtadho, Faisal, “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap tingkat Kesadaran

dan kepatuhan wajib pajak”. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006

Pemerintah RI, “Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”, Pemerintah RI, Jakarta, 2007

95

Prasetyo, Ferry Dwi. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilik Usaha Kecil Menengah dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan Di Daerah Jogjakarta”Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2006

Prasetyo, Januar Eko dkk, “Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan

Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak” Jurna Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006

Rahayu, Siti Kurnia. “Perpajakan Indonesia”. Edisi Pertama. Graha Ilmu.

Yogyakarta:2010 Resmi, Siti. “Perpajakan Teori dan Kasus”. Edisi Ketiga. Salemba Empat,

Jakarta:2008 Riduwan dan Ahmad. ”Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”.

Cetakan pertama. Alfabeta, Bandung: 2007 Sari, Yulia Kartika. “Sanksi Pidana dan Sanksi Administrasi Perpajakan di

Indonesia dan Implikasinya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008

Sartika dan Rini. “Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan

Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya” UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta:2009

Suandy, Erly. “Hukum Pajak”, Edisi ketiga. Salemba Empat. Jakarta: 2005

-----------------. “Perpajakan”. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta: 2006

Sudarmanto, R.Gunawan., “Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS”, Graha Ilmu, Jogjakarta, 2005

Suryadi. “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur”. Jurnal Keuangan Publik, Jakarta:2006

Susanta Gatut, Syamsudin Azrin. “Cara Mudah Mendirikan & Mengelola

UMKM”. Raih Asa Sukses, Depok, 2009 Tambunan, T.H. Tulus. “Perekonomian Indonesia”. Ghalia Indonesia: 2003

Tambunan, Sumihar Petrus. “Peningkatan Penegakan Hukum Perpajakan Guna Mendukung Keberhasilan Pembangunan Nasional dalam Rangka Memelihara Keutuhan NKRI”. Jurnal Perpajakan Indonesia, Jakarta:2005

Waluyo, “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

96

97

Wardhani, Rulyanti Susi, “Pengaruh pemahaman Akuntansi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilan di KPP Palembang Ilir Timur” Fordema: 2005

KUESIONER PENELITIAN

“PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN

KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP

KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

DI WILAYAH DKI JAKARTA” Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu (S1)

Diajukan Oleh:

Choiriyatuz Zahidah NIM: 106082002582

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

  84

Jakarta, April 2010

Kepada Yth: Bapak/Ibu Responden Ditempat

Dengan Hormat

Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1), Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang saat ini tengah mengadakan penelitian dalam rangka menyusun tugas akhir

berupa skripsi.

Nama : Choiriyatuz Zahidah

Nim : 106082002582

Dalam penyusunan skripsi ini, besar harapan saya kepada Bapak/Ibu untuk

berkenan meluangkan waktunya sejenak guna mengisi kuesioner yang

dilampirkan bersama surat ini. Sebelumnya saya mohon maaf telah mengganggu

waktu bekerja Bapak/Ibu.

Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini merupakan suatu survey yang dilakukan untuk

mengukur “Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan

Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil

dan Menengah (UKM) di Wilayah DKI Jakarta”. Data yang diperoleh hanya

akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti menjamin sepenuhnya

kerahasian identitas seluruh jawaban Bapak/Ibu sesuai dengan etika penelitian.

Peneliti mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan atas hadirnya kuesioner ini.

Atas kesediaan dan perhatian serta kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Choiriyatuz Zahidah

  85

A. Identitas Responden:

Berilah tanda silang (x) sesuai dengan jawaban yang anda pilih

1. Nama Responden : (boleh tidak diisi)

2. Institusi Responden : (boleh tidak diisi)

3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Usia :

a. dibawah 30 tahun b. 30 - 40 tahun c. Diatas 40 tahun

5. Pendidikan formal terakhir

a. SLTA / Sederajat b. Akademi (D/I, D/II, D/III) c. Sarjana (SI / Sederajat) d. S2, S3

6. Lama Bekerja : a. < 3 tahun b. 3-10 tahun c. >10 tahun

Tanggal Pengisian :

Tanda Tangan

  86

B. Pertanyaan Pilihlah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (√ ) pada salah satu

angka diantara nomor 1 s/d 5. 5 = Sangat Setuju (SS) 4 = Setuju (S) 3 = Ragu (R) 2 = Tidak Setuju (TS) 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Variabel Tingkat Pemahaman

No. Pertanyaan STS TS R S SS

1. Yang menjadi objek pajak menurut undang-undang pajak penghasilan adalah penghasilan yang diperoleh wajib pajak

2. Seandainya perusahaan menerima kembali pajak yang telah dibebankan sebagai biaya maka dicatat oleh perusahaan sebagai penghasilan yang akan dikenakan pajak.

3. Selisih lebih dari penjualan asset yang dilakukan oleh perusahaan termasuk objek pajak penghasilan.

4. Pengeluaran yang didapat dikategorikan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk tunjangan kesehatan dan tunjangan pajak.

5. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan adalah tindakan yang sangat penting untuk mengenakan jumlah pajak yang adil dan wajar sesuai kemapuan perusahaan.

6. Penghasilan kena pajak merupakan dasar perhitungan untuk menentukan pajak terutang.

7. SPT merupakan alat untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak terutang.

8. Jika perusahaan melaksanakan pembukuan maka sekurang-kurangnya berisikan informasi tentang harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian. Sehingga dapat dihitung pajak terutang.

  87

No. Pertanyaan STS TS R S SS

9. NPWP berfungsi sebagai tanda pengenal

10. NPWP perusahaan tetap berlaku meskipun usahanya telah ditutup atau berpindah ke luar negeri.

11. SPT perusahaan boleh di tandatangani oleh karyawan atau orang lain.

12. SPT tahunan seharusnya dilaporkan paling lambat 4 bulan setelah tahun pajak berakhir.

13. Jika penghasilan netto karyawan tetap di atas PTKP, maka akan dipotong pajak penghasilan sebesar tarif yang berlaku.

14. Penyelenggaraan pembukuan dimaksudkan untuk memudahkan penghitungan penghasilan kena pajak.

15. Jika omset usaha Rp.500 juta dalam setahun, maka wajip pajak wajib menyelenggarakan pembukuan.

16. Jika omset usaha Rp.700 juta dalam setahun, maka wajib pajak wajib menyelenggarakan pencatatan

17. Jika perusahaan diperiksa oleh fiskus, maka fiskus tersebut tidak dapat memaksa wajib pajak memperlihatkan pembukuan atau pencatatan perusahaan

  88

Variabel Tingkat Kepatuhan

1. Sebagai WP, saya melakukan pembukuan atau pencatatan dengan benar.

2. Sebagai WP, saya telah menghitung pajak terutang dengan benar dalam SPT masa dan tahunan

3. Saya telah menghitung dengan benar dalam mengisi SSP dan fiskus telah menghitung pajak secara pasti

4. Saya selalu menyetor dan melaporkan SPT masa dengan tepat waktu setiap bulannya

5. Saya tepat waktu dalam menyampaikan SPT tahunan setiap tahunnya

6. Saya bersedia memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak selama ini , jika ada

7. Saya akan membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak bila diperiksa oleh petugas pajak

8. Saya bersdia memberikan data yang diperlukan dalam proses pemeriksaan pajak

9. Saya masih merasa takut bila berhubungan dengan pemeriksaan pajak

10. Saya tidak pernah melakukan kejahatan di bidang perpajakan

11. Saya tidak pernah mendapat sanksi atau denda pajak karena kelalaian saya

  89

  90

Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan

No. Pertanyaan STS TS R S SS

1. Tindakan WP dalam usaha menghindari pajak harus di kenakan sanksi

2. Sanksi perpajakan yang terdapat dalam undang-undang perpajakan dapat dikatakan sesuatu yang menakutkan bagi pengusaha UKM

3. Besar kecilnya sanksi yang dikenakan kepada WP sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan WP

4. Pembebanan sanksi administrasi memotivasi saya untuk melakukan pembetulan SPT, ketika merasa ada pajak yang kurang dibayar.

5. Saya merasa diuntungkan dengan adanya penghapusan sanksi administrasi

6. Saya pernah dijatuhi hukuman atau sanksi perpajakan karena melakukan tindak pidana perpajakan

Variabel Kewajiban Perpajakan

No. Pertanyaan STS TS R S SS

1. Pengusaha berkewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak

2. Pengusaha selalu memungut Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Barang Mewah.

3. Setiap wajib pajak mendaftarkan diri pada kantor pelayanan pajak yang berada di wilayah kerjanya

4. Pengusaha berkewajiban mempunyai NPWP dan NPPKP

5. Pengusaha selalu menyetor Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Barang Mewah

6. Pengusaha selalu melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Barang Mewah

2 4 5 4 4 4 2 4 4

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 TP K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 TK KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 TKS KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 TKP3 5 1 2 5 5 2 4 5 5 2 2 4 4 5 5 5 2 66 4 4 5 4 5 5 4 4 4 1 4 2 46 4 2 4 4 4 5 23 4 5 4 5 5 4 272 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 64 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 43 2 4 3 3 4 4 20 3 3 4 4 4 4 224 4 3 3 2 5 5 4 4 1 1 1 2 2 3 2 2 2 50 4 4 3 4 4 4 4 2 3 2 3 3 40 3 3 4 4 3 3 20 3 4 3 4 3 4 214 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 1 4 4 4 4 4 4 63 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 45 1 1 4 1 4 5 16 1 4 1 4 4 4 184 2 4 4 4 5 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 244 4 2 4 2 5 3 4 4 2 2 1 4 4 5 3 3 2 58 4 4 5 4 4 4 5 5 4 2 4 2 47 5 4 4 4 4 4 25 4 1 4 5 4 4 224 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 67 4 4 3 5 5 3 4 5 5 2 5 2 47 4 4 5 4 4 4 25 4 4 4 4 4 4 244 4 3 4 3 5 4 4 4 4 2 2 1 2 4 3 4 4 61 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 50 4 3 4 4 5 4 24 4 3 2 4 4 4 214 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 44 5 2 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 244 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 65 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 45 4 2 4 3 3 4 20 4 4 4 4 4 4 245 4 4 4 5 5 2 4 5 1 5 1 5 4 5 5 1 4 69 4 3 3 5 5 3 2 5 5 1 5 5 46 5 2 2 4 4 5 22 4 2 4 5 4 4 235 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 3 4 3 3 3 60 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 5 5 49 5 4 3 5 3 5 25 4 4 5 4 3 3 235 4 2 5 3 4 3 5 5 4 3 1 3 2 4 4 2 4 63 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 5 3 4 4 4 4 24 5 4 5 4 3 5 264 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 2 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 5 2 4 4 4 4 23 5 5 4 5 5 5 294 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5 3 75 5 4 4 5 5 4 4 5 4 2 4 4 50 5 2 4 4 4 5 24 5 4 4 5 4 4 264 5 2 2 5 4 3 4 2 4 2 1 2 3 4 4 4 2 57 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 1 42 5 3 4 2 4 4 22 4 1 4 5 5 5 244 5 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 2 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 244 4 2 4 3 5 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 4 64 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 44 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 244 3 3 5 5 5 5 5 5 4 3 3 5 5 5 4 4 1 74 5 5 5 5 5 4 1 4 4 5 5 5 53 2 5 5 5 5 5 27 2 2 5 2 2 2 155 5 5 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 77 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 48 4 4 2 4 4 4 22 4 4 4 4 3 3 224 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 4 4 2 69 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 48 4 4 2 4 4 4 22 4 4 4 4 3 3 225 4 3 1 4 4 3 4 4 1 5 1 4 1 5 5 5 4 63 4 4 5 4 5 4 1 5 4 3 4 5 48 4 5 4 5 4 4 26 4 5 5 4 5 4 274 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 4 4 2 70 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 48 4 4 3 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 244 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4 2 73 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 4 48 4 4 2 4 4 4 22 4 4 4 4 3 3 225 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 1 4 5 5 4 2 73 5 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 5 50 4 4 2 5 5 4 24 4 4 4 5 3 3 234 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 5 25 4 4 4 4 4 4 245 4 4 2 4 4 2 3 4 4 3 1 3 3 4 4 5 4 63 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 45 4 4 3 4 4 5 24 2 3 2 3 3 3 164 4 2 3 3 5 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 2 1 19 4 3 4 4 4 4 2344 2 22 22 44 55 4 5 4 44 22 22 44 44 4 44 44 22 6262 33 44 44 44 44 44 22 4 44 2 44 44 4433 44 44 4 22 4 44 22 4 4 4 4 4 4 2422 4 4 4 4 4 4 244 4 2 2 2 4 3 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 57 4 2 3 4 2 3 4 4 4 1 4 4 39 2 4 4 2 4 2 18 4 2 4 4 4 4 224 4 3 3 4 5 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 4 3 64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 5 3 3 4 4 3 22 4 3 4 4 4 4 234 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 3 4 4 4 3 53 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 4 2 41 4 5 3 3 4 5 24 4 4 2 4 4 4 224 4 3 2 4 5 5 5 5 5 3 3 4 4 5 5 5 3 74 4 3 3 4 4 4 5 5 5 2 5 5 49 5 5 5 4 4 5 28 5 5 5 5 5 5 304 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 71 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 44 3 4 4 4 4 2 21 4 4 4 4 4 4 244 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 243 4 2 4 3 4 4 5 4 4 2 2 4 3 4 4 2 2 60 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 47 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 244 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 4 4 4 4 4 4 24 5 5 5 5 5 5 304 2 5 2 5 5 2 2 5 5 2 4 4 4 2 2 2 2 59 5 5 5 3 5 5 5 5 5 1 5 5 54 5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 5 303 4 2 2 4 4 3 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 3 59 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 42 3 4 4 3 4 4 22 4 3 4 4 3 3 214 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 66 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 48 1 2 2 3 5 2 15 4 1 4 4 2 2 174 4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 60 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 45 4 3 4 4 4 4 23 4 3 4 4 4 4 23

4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 66 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 40 4 3 4 3 3 3 20 4 4 4 4 3 3 224 3 2 1 2 5 3 3 5 4 1 1 4 3 5 5 5 5 61 5 4 3 4 4 5 5 5 5 3 5 5 53 4 4 4 5 5 5 27 5 5 5 5 5 5 304 4 2 3 4 4 5 4 3 4 5 2 4 3 3 4 4 2 64 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 46 4 3 3 4 4 4 22 3 3 4 4 4 4 224 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 1 2 52 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 5 4 46 5 2 4 5 2 2 20 5 3 2 5 4 5 244 3 4 4 4 5 4 3 4 4 5 2 4 2 4 4 3 4 67 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 43 4 3 4 2 4 4 21 4 4 3 4 2 4 215 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 1 5 2 4 5 5 1 68 5 5 5 5 5 3 2 5 5 2 4 1 47 5 4 4 5 5 5 28 4 3 5 4 5 5 264 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 5 5 4 78 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 48 5 4 5 4 4 5 27 4 3 4 4 4 4 234 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 49 4 4 4 4 4 5 25 4 2 4 4 2 4 204 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 70 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 44 4 3 4 4 5 4 24 4 5 5 5 5 5 292 4 1 3 5 2 1 3 2 1 5 4 2 1 2 4 3 2 47 3 2 3 4 2 1 3 5 4 3 4 3 37 1 2 2 3 5 4 17 3 4 3 2 2 3 174 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 2 4 3 3 3 19 4 3 4 4 4 4 235 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 66 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 45 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 243 5 3 1 5 3 3 1 3 2 4 1 3 2 3 5 3 1 51 1 5 4 4 5 2 1 1 2 2 3 3 33 3 3 1 2 3 2 14 1 2 2 3 5 3 164 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 3 76 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 46 4 5 4 4 4 4 25 4 2 5 5 4 4 245 4 4 3 2 3 5 4 2 1 1 4 5 3 5 2 3 1 57 4 3 4 1 3 2 5 2 3 1 3 5 36 1 3 2 5 4 3 18 4 3 5 1 2 4 194 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 60 2 3 4 4 4 2 4 4 4 1 3 4 39 2 1 1 1 1 2 8 5 4 4 4 4 4 254 4 4 3 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 2 4 3 3 3 19 4 3 4 4 4 4 235 1 4 3 1 4 2 4 1 4 2 2 2 3 2 4 4 2 50 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 44 2 4 4 3 2 2 17 4 4 4 4 4 4 244 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 69 4 4 3 5 5 5 4 5 4 5 5 5 54 5 4 5 4 4 5 27 4 4 3 4 4 4 235 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5 4 78 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 57 5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 5 304 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 2 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 4 3 4 4 4 5 24 4 4 4 4 4 4 244 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 2 60 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 42 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 2 224 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 2 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 4 4 4 2 4 22 4 4 4 4 4 4 245 2 4 4 4 5 5 5 5 4 2 2 4 4 4 4 4 2 69 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 5 4 45 4 3 4 4 4 4 23 5 4 4 5 4 4 26

96

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KEPATUHAN

Correlations

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 TK

K1 Pearson Correlation 1 .300* .224 .149 .260* .475** .234 .427** .498** .120 .362** .175 .703**

Sig. (2-tailed) .015 .073 .235 .036 .000 .061 .000 .000 .342 .003 .164 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K2 Pearson Correlation .300* 1 .458** .326** .649** .385** -.183 -.010 .107 .216 .080 .016 .530**

Sig. (2-tailed) .015 .000 .008 .000 .002 .145 .939 .398 .084 .527 .898 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K3 Pearson Correlation .224 .458** 1 -.061 .369** .182 -.185 .030 .105 -.031 -.021 -.050 .287*

Sig. (2-tailed) .073 .000 .627 .002 .147 .140 .810 .406 .804 .870 .690 .020

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K4 Pearson Correlation .149 .326** -.061 1 .404** .095 -.298* .349** .277* .271* .199 -.115 .412**

Sig. (2-tailed) .235 .008 .627 .001 .449 .016 .004 .026 .029 .111 .364 .001

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K5 Pearson Correlation .260* .649** .369** .404** 1 .344** -.255* .230 .230 .024 .140 .071 .533**

Sig. (2-tailed) .036 .000 .002 .001 .005 .040 .066 .066 .849 .266 .572 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K6 Pearson Correlation .475** .385** .182 .095 .344** 1 .246* .261* .267* .108 .247* .171 .654**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .147 .449 .005 .049 .036 .032 .390 .047 .173 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K7 Pearson Correlation .234 -.183 -.185 -.298* -.255* .246* 1 .124 .154 -.115 .061 .099 .198

Sig. (2-tailed) .061 .145 .140 .016 .040 .049 .326 .219 .361 .630 .431 .114

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K8 Pearson Correlation .427** -.010 .030 .349** .230 .261* .124 1 .647** -.011 .414** .059 .581**

Sig. (2-tailed) .000 .939 .810 .004 .066 .036 .326 .000 .928 .001 .639 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K9 Pearson Correlation .498** .107 .105 .277* .230 .267* .154 .647** 1 -.068 .256* .071 .565**

Sig. (2-tailed) .000 .398 .406 .026 .066 .032 .219 .000 .588 .039 .576 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K10 Pearson Correlation .120 .216 -.031 .271* .024 .108 -.115 -.011 -.068 1 .071 .203 .390**

Sig. (2-tailed) .342 .084 .804 .029 .849 .390 .361 .928 .588 .572 .104 .001

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K11 Pearson Correlation .362** .080 -.021 .199 .140 .247* .061 .414** .256* .071 1 .339** .536**

Sig. (2-tailed) .003 .527 .870 .111 .266 .047 .630 .001 .039 .572 .006 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

K12 Pearson Correlation .175 .016 -.050 -.115 .071 .171 .099 .059 .071 .203 .339** 1 .417**

97

Sig. (2-tailed) .164 .898 .690 .364 .572 .173 .431 .639 .576 .104 .006 .001

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

TK Pearson Correlation .703** .530** .287* .412** .533** .654** .198 .581** .565** .390** .536** .417** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .020 .001 .000 .000 .114 .000 .000 .001 .000 .001

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-

tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-

tailed).

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN

Correlations

KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 TKS

KS1 Pearson Correlation 1 .189 .360** .416** .027 .388** .652**

Sig. (2-tailed) .132 .003 .001 .831 .001 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KS2 Pearson Correlation .189 1 .296* .430** .262* .248* .631**

Sig. (2-tailed) .132 .017 .000 .035 .046 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KS3 Pearson Correlation .360** .296* 1 .223 .125 .299* .602**

Sig. (2-tailed) .003 .017 .074 .323 .016 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KS4 Pearson Correlation .416** .430** .223 1 .320** .313* .697**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .074 .009 .011 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KS5 Pearson Correlation .027 .262* .125 .320** 1 .536** .549**

Sig. (2-tailed) .831 .035 .323 .009 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KS6 Pearson Correlation .388** .248* .299* .313* .536** 1 .718**

Sig. (2-tailed) .001 .046 .016 .011 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

TKS Pearson Correlation .652** .631** .602** .697** .549** .718** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

98

HASIL UJI VALIDITAS KEWAJIBAN PERPAJAKAN Correlations

KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 TKP

KP1 Pearson Correlation 1 .349** .528** .543** .247* .487** .764**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .047 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KP2 Pearson Correlation .349** 1 .174 .210 .320** .307* .620**

Sig. (2-tailed) .004 .165 .093 .009 .013 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KP3 Pearson Correlation .528** .174 1 .162 .142 .199 .547**

Sig. (2-tailed) .000 .165 .196 .261 .112 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KP4 Pearson Correlation .543** .210 .162 1 .591** .495** .709**

Sig. (2-tailed) .000 .093 .196 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KP5 Pearson Correlation .247* .320** .142 .591** 1 .636** .708**

Sig. (2-tailed) .047 .009 .261 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

KP6 Pearson Correlation .487** .307* .199 .495** .636** 1 .742**

Sig. (2-tailed) .000 .013 .112 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

TKP Pearson Correlation .764** .620** .547** .709** .708** .742** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

99

HASIL UJI RELIABILITAS PEMAHAMAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 65 100.0

Excludeda 0 .0

Total 65 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.736 .751 17

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 4.08 .620 65

P3 3.23 1.027 65

P4 3.22 1.023 65

P5 3.69 .967 65

P6 4.25 .662 65

P7 3.75 .830 65

P8 3.97 .684 65

P9 3.95 .856 65

P10 3.62 1.085 65

P11 2.98 1.231 65

P12 2.40 1.058 65

P13 3.37 .977 65

P14 3.46 .903 65

P15 3.95 .694 65

P16 3.92 .756 65

P17 3.83 .876 65

P18 2.94 1.074 65

100

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 56.54 44.502 .198 .379 .733

P3 57.38 40.022 .419 .471 .714

P4 57.40 39.900 .431 .504 .712

P5 56.92 41.103 .362 .528 .720

P6 56.37 42.987 .357 .348 .723

P7 56.86 41.965 .360 .404 .721

P8 56.65 42.357 .415 .502 .718

P9 56.66 41.352 .403 .410 .717

P10 57.00 40.094 .382 .432 .717

P11 57.63 40.518 .286 .520 .730

P12 58.22 43.515 .135 .398 .743

Inter-Item Correlation Matrix

P1 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18

P1 1.000 .364 .195 -.194 .181 .189 .264 .125 -.002 .002 -.167 .133 .075 .262 .079 .053 .054

P3 .364 1.000 .383 .246 .076 .251 .055 .101 .137 .238 .230 .147 .305 .015 .084 .148 .098

P4 .195 .383 1.000 .242 .197 .303 .456 .119 .174 .276 .237 .013 .314 .146 .022 -.063 .041

P5 -.194 .246 .242 1.000 .047 -.076 -.062 .171 .198 .534 .229 .139 .255 .095 .352 .159 -.079

P6 .181 .076 .197 .047 1.000 .226 .293 .406 .286 -.034 -.120 .316 .199 .229 .101 .127 .176

P7 .189 .251 .303 -.076 .226 1.000 .482 .204 .240 -.050 .167 .172 .300 .251 -.080 .178 -.017

P8 .264 .055 .456 -.062 .293 .482 1.000 .211 .236 -.038 .039 .181 .302 .392 .116 .174 .083

P9 .125 .101 .119 .171 .406 .204 .211 1.000 .300 .148 .073 .151 .271 .364 .163 .031 .150

P10 -.002 .137 .174 .198 .286 .240 .236 .300 1.000 .007 .204 -.041 .359 .038 .154 .341 .140

P11 .002 .238 .276 .534 -.034 -.050 -.038 .148 .007 1.000 .281 -.021 -.036 .017 .385 .128 .070

P12 -.167 .230 .237 .229 -.120 .167 .039 .073 .204 .281 1.000 -.175 .229 -.208 -.215 -.027 -.116

P13 .133 .147 .013 .139 .316 .172 .181 .151 -.041 -.021 -.175 1.000 .247 .302 .187 .111 .052

P14 .075 .305 .314 .255 .199 .300 .302 .271 .359 -.036 .229 .247 1.000 .209 -.016 .140 -.083

P15 .262 .015 .146 .095 .229 .251 .392 .364 .038 .017 -.208 .302 .209 1.000 .410 .372 .185

P16 .079 .084 .022 .352 .101 -.080 .116 .163 .154 .385 -.215 .187 -.016 .410 1.000 .546 .148

P17 .053 .148 -.063 .159 .127 .178 .174 .031 .341 .128 -.027 .111 .140 .372 .546 1.000 .205

P18 .054 .098 .041 -.079 .176 -.017 .083 .150 .140 .070 -.116 .052 -.083 .185 .148 .205 1.000

P13 57.25 42.720 .223 .299 .733

P14 57.15 40.757 .429 .413 .714

P15 56.66 42.540 .386 .526 .720

P16 56.69 42.591 .340 .581 .723

P17 56.78 41.765 .352 .531 .721

P18 57.68 43.441 .136 .198 .744

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

60.62 46.522 6.821 17

HASIL UJI RELIABILITAS KEPATUHAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 65 100.0

Excludeda 0 .0

Total 65 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.707 .740 11

101

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

K1 3.95 .623 65

K2 3.86 .634 65

K3 3.82 .610 65

K4 3.95 .648 65

K5 4.17 .627 65

K6 3.72 .801 65

K8 4.08 .777 65

K9 3.95 .598 65

K10 2.72 1.083 65

K11 4.12 .650 65

K12 3.85 .939 65

102

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

K1 38.25 13.907 .570 .449 .659

K2 38.34 14.321 .462 .606 .673

K3 38.38 15.647 .192 .319 .708

K4 38.25 14.782 .350 .448 .688

K5 38.03 14.249 .487 .548 .670

K6 38.48 13.535 .470 .332 .667

K8 38.12 13.922 .417 .562 .676

Inter-Item Correlation Matrix

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K8 K9 K10 K11 K12

K1 1.000 .300 .224 .149 .260 .475 .427 .498 .120 .362 .175

K2 .300 1.000 .458 .326 .649 .385 -.010 .107 .216 .080 .016

K3 .224 .458 1.000 -.061 .369 .182 .030 .105 -.031 -.021 -.050

K4 .149 .326 -.061 1.000 .404 .095 .349 .277 .271 .199 -.115

K5 .260 .649 .369 .404 1.000 .344 .230 .230 .024 .140 .071

K6 .475 .385 .182 .095 .344 1.000 .261 .267 .108 .247 .171

K8 .427 -.010 .030 .349 .230 .261 1.000 .647 -.011 .414 .059

K9 .498 .107 .105 .277 .230 .267 .647 1.000 -.068 .256 .071

K10 .120 .216 -.031 .271 .024 .108 -.011 -.068 1.000 .071 .203

K11 .362 .080 -.021 .199 .140 .247 .414 .256 .071 1.000 .339

K12 .175 .016 -.050 -.115 .071 .171 .059 .071 .203 .339 1.000

K9 38.25 14.626 .429 .505 .678

K10 39.48 14.347 .174 .242 .733

K11 38.08 14.510 .406 .323 .680

K12 38.35 14.701 .189 .250 .720

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

42.20 16.944 4.116 11

103

HASIL UJI RELIABILITAS KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 65 100.0

Excludeda 0 .0

Total 65 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.714 .716 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KS1 3.83 1.084 65

KS2 3.45 .985 65

KS3 3.65 .926 65

KS4 3.74 .906 65

KS5 3.86 .788 65

KS6 3.92 .973 65

104

Inter-Item Correlation Matrix

KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6

KS1 1.000 .189 .360 .416 .027 .388

KS2 .189 1.000 .296 .430 .262 .248

KS3 .360 .296 1.000 .223 .125 .299

KS4 .416 .430 .223 1.000 .320 .313

KS5 .027 .262 .125 .320 1.000 .536

KS6 .388 .248 .299 .313 .536 1.000

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

KS1 18.62 9.334 .424 .363 .685

KS2 19.00 9.750 .422 .244 .683

KS3 18.80 10.100 .400 .201 .689

KS4 18.71 9.523 .531 .352 .650

KS5 18.58 10.778 .370 .388 .697

KS6 18.52 9.160 .544 .439 .644

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

22.45 13.313 3.649 6

HASIL UJI RELIABILITAS KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 65 100.0

Excludeda 0 .0

Total 65 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

105

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.757 .771 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KP1 3.95 .799 65

KP2 3.60 .997 65

KP3 3.94 .846 65

KP4 4.11 .732 65

KP5 3.85 .833 65

KP6 3.92 .714 65

Inter-Item Correlation Matrix

KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6

KP1 1.000 .349 .528 .543 .247 .487

KP2 .349 1.000 .174 .210 .320 .307

KP3 .528 .174 1.000 .162 .142 .199

KP4 .543 .210 .162 1.000 .591 .495

KP5 .247 .320 .142 .591 1.000 .636

KP6 .487 .307 .199 .495 .636 1.000

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

KP1 19.42 7.653 .631 .620 .687

KP2 19.77 7.962 .378 .200 .764

KP3 19.43 8.718 .330 .325 .767

KP4 19.26 8.165 .569 .554 .706

KP5 19.52 7.847 .544 .594 .710

KP6 19.45 8.063 .618 .528 .696

106

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

23.37 11.080 3.329 6

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1. HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 TP .693 1.442

TK .521 1.920

TKS .670 1.493

a. Dependent Variable: TKP

Coefficient Correlationsa

Model TKS TP TK

1 Correlations TKS 1.000 -.016 -.499

TP -.016 1.000 -.472

TK -.499 -.472 1.000

Covariances TKS .030 .000 -.011

TP .000 .004 -.004

TK -.011 -.004 .016

a. Dependent Variable: TKP

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) TP TK TKS

1 1 3.981 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .010 20.015 .06 .20 .00 .73

3 .006 26.681 .74 .57 .00 .03

4 .003 35.351 .20 .23 1.00 .23

a. Dependent Variable: TKP

2. HASIL UJI NORMALITAS

3. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

107

108

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TP 65 43 74 60.62 6.821

TK 65 31 53 42.20 4.116

TKS 65 8 30 22.45 3.649

TKP 65 15 30 23.37 3.329

Valid N (listwise) 65

HASIL UJI REGRESI BERGANDA

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 TKS, TK, TPa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: TKP

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .962a .925 .922 .932

a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 656.200 3 218.733 252.042 .000a

Residual 52.939 61 .868

Total 709.138 64

a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP

b. Dependent Variable: TKP

109

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.313 1.417 5.866 .000

TP -.018 .005 -.143 -3.900 .000

TK -.066 .028 -.081 -2.319 .024

TKS .832 .034 .912 24.802 .000

a. Dependent Variable: TKP