PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN
KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP
KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA
KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH
JAKARTA SELATAN Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Nama : Choiriyatuz Zahidah
NIM : 106082002582
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
1
PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN
KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP
KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA
KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH
JAKARTA SELATAN Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Choiriyatuz Zahidah
NIM: 106082002582
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahamad Rodoni Reskino, SE.,Ak.,M.Si
NIP. 196902032001121003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
2
Hari ini Rabu Tanggal 15 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Choiriyatuz Zahidah NIM: 106082002582 dengan
judul Skripsi “Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan
Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM di
Wilayah Jakarta Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Fitri Damayanti, SE Ketua Sekretaris
Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli
3
Hari ini Tanggal 31 Bulan Agustus Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
nama Choiriyatuz Zahidah NIM: 106082002582 dengan judul Skripsi “Pengaruh
Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Dan Ketegasan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Wilayah Jakarta Selatan”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Reskino, SE., Ak., M.Si Ketua Sekretaris
Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA, CPA Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Choiriyatuz Zahidah
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 22 Juni 1987
3. Alamat : Jl. Kota Agung No.72 Taman Rejo
Bernung Gedong Tataan, Pesawaran
Lampung
4. Telepon : 085730294130
II. PENDIDIKAN
1. TK Diniyah Putri Lampung Tahun 1992-1993
2. SDN Tambak Rejo 1 Jombang Tahun 1993-1999
3. SLTP Negeri 2 Jombang Tahun 1999-2002
4. MAN Tambak Beras Jombang Tahun 2002-2005
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005-2010
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Choirul Chuluq
2. Ibu : Azimah Mushoffie
3. Alamat : Jl. Kota Agung No. 72 Ds. Taman Rejo
Kec.Bernung Kel. Gedong Tataan, Pesawaran
Lampung
4. Telepon : 08176050673 / 081369676404
5
THE INFLUENCE OF CONSEPT LEVEL, COMPLIANCE AND TAX SANCTION FIRMNESS TOWARD TO THE TAX OBLIGATION OF MIDDLE LOW INDUSTRY BUSINESSMAN IN SOUTH JAKARTA
ABSTRACT
This research exaimed to analyse the influence of concept
level,compliance and tax sanction firmness toward to the tax obligation of middle low industry businessman. The respondent from this research are middle low industry businessman in South Jakarta. The sampling method used is convenience sampling method. The data that used by this research was primary data it was collected by questionnaires. The questionnaires can be used in analysis total 65 questionnaires from 100 questionnaires were distributed. This research used multiple regression analysis to test the hypotesis. The result of this research found that the concept level, compliance and tax sanction firmness have significantly influence to the tax obligation of middle low industry businessman. Keywords: concept level, compliance, tax sanction firmness, tax obligation
6
PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN
PERPAJAKAN PENGUSAHA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI WILAYAH JAKARTA SELATAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pemahaman,
kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM. Responden dari penelitian ini adalah pengusaha UKM yang berada di wilayah Jakarta Selatan.
Metode penentuan sampel menggunakan metode convenience sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang bisa diolah adalah sejumlah 65 kuesioner dari 100 kuesioner yang disebarkan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk pengujian hipotesis.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM baik secara bersama maupun terpisah. Kata kunci: tingkat pemahaman, kepatuhan, ketegasan sanksi perpajakan,
kewajiban perpajakan
7
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Wilayah Jakarta Selatan . Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bpk. Choirul Chuluq dan Ibu Azimah Mushoffie, selaku orang tua terima
kasih atas bantuan dan doa yang senantiasa kalian berikan untukku, tanpa
mengenal lelah, kalian adalah sumber motivasiku.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Afif Sulfa SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Kakak dan adikku,
5. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8
9. Mbak Atik, Dhe’ Hanif, Dhe’ Rosyid dan si kecil Aziz yang telah memberikan
semangat, doa dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku Rahmah (Lili), Siwi, Oti, Rurry, Rochmah, Sari dan Zizah
yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama ini.
11. Kawan-kawanku di akuntansi D Rikawati, Iis, Zakiyah, Tiur, Ichi, Yuli, Asri,
Adzilah, Putri, Puput, Santi, Novia, Kibaq, Erna, Reza, Anwar (Alm), Mas
Mul, Andre, Ian, Ridho, Arif, Hirfan, Fauzi, Samsul, dan lain-lain.
12. Kawan-kawanku di Akuntansi Perpajakan Romi, Fani, Diyah, Sayuti, Tajir,
Aji, Dara, Made, Ani, Ida Hamadah, Ary dan lain-lain.
13. Rekan-rekan Audit dan Akuntansi Manajemen angkatan 2005 yang telah
memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
14. Teman Terdekat, yang telah memberikan motivasi dan perhatian yang tiada
henti-hentinya, yang dengan setia menjadi pendengar setia untuk semua keluh
kesahku.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga Allah SWT memberikan semua kebaikan, kepada pihak yang
telah disebutkan atas semua bantuannya kepada penulis. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dan rekan-rekan
mahasiswa atau mahasiswi lainnya.
Jakarta, 24 Agustus 2010
Choiriyatuz Zahidah
9
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif .................................................. iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi .............................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. v
Abstract ...................................................................................................... vi
Abstrak ....................................................................................................... vii
Kata Pengantar ......................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................... xv
Daftar Gambar .......................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………...……………………………. 1
B. Rumusan Masalah ........................………………………….. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum atas Perpajakan............................................. 9
1. Pengertian Perpajakan....................................................... 9
2. Fungsi Pajak....................................................................... 10
3. Jenis Pajak……………………………………………… . 12
10
4. Asas Pemungutan Pajak………………………………... . 14
5. Sistem Pemungutan Pajak……………………………… 15
B. Tingkat Pemahaman............................................................... 17
C. Tingkat Kepatuhan................................................................. 19
1. Pengertian Tingkat Kepatuhan........................................... 19
2. Pelayanan Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan.... 20
D. Ketegasan Sanksi Perpajakan................................................ 24
E. Pengusaha dan Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)...... 28
F. Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM............................... 29
G. Keterkaitan antar Variabel..................................................... 31
H. Penelitian Terdahulu.............................................................. 35
I. Kerangka Pemikiran.................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian……….......................................... 39
B. Metode Penentuan Sampel……..……………..…………….. 39
C. Metode Pengumpulan Data…………....……………………. 40
D. Metode Analisis Data……………………………………...... 41
1. Uji Kualitas Data………………………………………… 41
2. Uji Asumsi Klasik……………………………………….. 42
3. Uji Hipotesis……………………………………………... 44
E. Operasional Variabel Penelitian…………………………….. 46
11
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………. 50
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………………….. 54
C. Pembahasan………………………………………………….. 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………….. 72
B. Implikasi…………………………………………………….. 72
C. Saran………………………………………………………… 73
Daftar Pustaka........................................................................................ 75
Lampiran
12
Daftar Tabel
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 35
3.1 Tingkat Penilaian Jawaban .............................................................. 41
3.2 Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 47
4.1 Data Sampel Penelitian ................................................................... 51
4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 51
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 52
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.. 52
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja……… 53
4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 54
4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pemahaman………………… 55
4.8 Hasil Uji Validitas Setelah P2 Dikeluarkan……………………….. 56
4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan…………………………… 57
4.10 Hasil Uji Validitas setelah K7 dikeluarkan………………………... 58
4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan ............ 58
4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kewajiban Perpajakan……………… 59
4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pemahaman ...................... 59
4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan………………………… 60
4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan…….. 60
4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kewajiban Perpajakan……………. 61
4.17 Hasil Uji Multikolonieritas .............................................................. 62
4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 65
4.19 Hasil Uji Statistik t .......................................................................... 66
4.20 Hasil Uji Statistik F ......................................................................... 68
13
Daftar Gambar
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 38
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ............................ 63
4.2 Grafik Scatterplot ............................................................................... 63
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pajak merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap wajib
pajak, penguasaan terhadap peraturan perpajakan bagi wajib pajak akan
meningkatkan kepatuhan kewajiban perpajakan agar terhindar dari sanksi-
sanksi yang berlaku dalam ketentuan umum perpajakan. Sebagaimana
dimaklumi, suatu kebijakan berupa pengenaan sanksi dapat dipergunakan
untuk 2 (dua) maksud, yang pertama adalah untuk mendidik dan yang kedua
adalah menghukum. Dengan mendidik dimaksudkan agar mereka yang
dikenakan sanksi akan menjadi lebih baik dan lebih mengetahui hak dan
kewajibannya sehingga tidak lagi melakukan hal yang sama. Maksud yang
kedua adalah pengenaan sanksi menghukum, sehingga pihak yang terhukum
akan menjadi jera (Mulyodiwarno, 2007).
Oleh karena itu, pemahaman tentang pajak diberikan kepada pelajar
dan masyarakat, agar sejak dini pelajar dan masyarakat sudah mengetahui
pentingnya pajak terhadap negara. Pengetahuan tentang pajak atau perpajakan
sangat penting tidak hanya bagi pelajar maupun pengusaha tapi juga bagi
orang pribadi dan semua kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena
terkait dengan hak dan kewajiban perpajakannya. Bagaimana mereka bisa
melaksanakan hak dan kewajibannya kalau mereka tidak tahu dan paham
tentang peraturan perpajakan. Tentu saja dibutuhkan usaha untuk
15
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pajak. Hal ini merupakan tugas
utama dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk melakukan sosialisasi
tentang perpajakan (Rizal, Blog Pajak).
Dalam sistem self assessment, Wajib Pajak dipercaya untuk
menghitung, memperhitungkan sendiri, membayar, melaporkan kewajiban
perpajakannya ke DJP (Zein, 2003 dalam Hutagaol, 2006). Self assessment
system dapat berjalan dengan baik, jika pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jendral Pajak menjalankan ketiga fungsinya yaitu pelayanan, penyuluhan dan
penegakan hukum secara optimal. Kegiatan pelayanan meliputi segala jenis
pelayanan yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban maupun hak
Wajib Pajak dibidang perpajakan seperti penerbitan atau pencabutan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), permohonan keberatan dan permohonan restitusi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sedangkan kegiatan penyuluhan mencakup
penyebarluasan informasi tentang ketentuan perpajakan yang perlu diketahui
oleh wajib pajak guna pemenuhan kewajiban dan haknya dibidang perpajakan.
Kegiatan penegakan hukum terdiri dari tiga pilar yaitu, pemeriksaan pajak,
penyidikan pajak dan penagihan pajak. Kegiatan penegakan hukum bertujuan
mendorong wajib pajak untuk mematuhi ketentuan perpajakan yang berlaku.
Dengan demikian, penyuluhan maupun penegakan hukum merupakan bentuk
lain dari pelayanan pajak (Hutagaol, 2006). Dalam sistem ini diharapkan wajib
pajak memiliki kesadaran terhadap pemenuhan kewajibannya, kejujuran
dalam menghitung pajaknya, memiliki hasrat atau keinginan yang baik untuk
16
membayar pajak, dan disiplin dalam menjalankan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Kepatuhan pajak merupakan persoalan yang sudah biasa sejak dulu
ada di perpajakan. Di dalam negeri, rasio kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih
menunjukkan persentase yang tidak mengalami peningkatan secara berarti.
Hal ini didasarkan jika kita melihat perbandingan jumlah wajib pajak yang
memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika dibandingkan dengan
jumlah total wajib pajak terdaftar. Jika tingkat kepatuhan pajak rendah, maka
secara otomatis akan berdampak rendah terhadap penerimaan pajak, sehingga
menurunkan tingkat penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pula. Dari berbagai data indikator kepatuhan pajak tersebut, terlihat
bahwa terdapat permasalahan kepatuhan pajak di Indonesia yang masih
menunjukkan tingkat kepatuhan yang rendah (Widodo, 70:2010).
Dengan mematuhi hukum yang berlaku, secara tidak langsung wajib
pajak telah menegakkan budaya disiplin pada diri sendiri. Kedisiplinan yang
ia tetapkan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam hal
menentukan kebijakan, tentunya kebijakan yang terkait dengan dunia usaha.
Dengan patuh kepada hukum yang berlaku, setidaknya ia telah membuat
pemerintah merasa dihargai. Selain itu kepatuhan pengusaha tersebut
merupakan bentuk paling kecil dari tindakan yang dapat dilakukan terhadap
negara dan pemerintahan. Tentunya bukan dalam hal pemberian materi,
17
namun memberikan semangat kepatuhan dalam hukum (Susanta dan
Syamsudin, 11:2009).
Peranan usaha skala kecil dan menengah dalam perekonomian akhir-
akhir ini mulai banyak diperhitungkan dalam proses merencanakan suatu
kebijakan di bidang perpajakan. Hal tersebut adalah salah satu bagian dari
usaha meningkatkan peranan pengusaha dalam proses pengambilan keputusan
dan kebijakan dalam lingkungan otoritas pajak. Sebagai negara berkembang,
Indonesia perlu memperhatikan usaha kecil dan menengah (UKM) secara
serius. Dengan tumbuh kembangnya UKM membuat kinerja usaha lebih baik
sehingga mampu menyediakan tenaga kerja yang produktif dan meningkatkan
produktivitas. Adanya UKM ini dapat menjadi pendorong dan pendukung
hidupnya perusahaan-perusahaan besar (Susanta dan Syamsudin, 4:2009).
Apabila diperhatikan dengan lebih seksama, selama ini perekonomian
dalam negeri secara umum masih buruk, tetapi harus kita akui bahwa beberapa
sektor usaha (terutama sektor swasta), masih menunjukkan kinerja yang cukup
bagus. Usaha yang bisa dikatakan bertahan hidup dalam segala situasi dan kondisi
tersebut kebanyakan adalah usaha kecil dan menengah. Banyaknya usaha-usaha
tersebut, baik yang berskala kecil maupun menengah bila diperhatikan dengan
sungguh-sungguh merupakan sumber pajak yang dapat dipergunakan untuk
menambah pendapatan negara. Sebagai contoh adalah usaha yang mulai
meramaikan industri jasa maupun industri perdagangan di wilayah Jakarta Selatan
seperti di daerah Mampang, Pondok Pinang, Bintaro, Tebet, Kebayoran Lama,
Kebayoran Baru dan Lebak Bulus, dan sekitarnya.
18
Dalam sistem self assessment, wajib pajak memiliki kewajiban untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya, tidak terkecuali
wajib pajak kecil, dimana mereka memiliki kewajiban yang sama dengan wajib
pajak dalam negeri yang lain. Namun, bagi sebagian besar wajib pajak kecil,
untuk melakukan pembukuan transaksinya ini akan terasa sulit dilakukan.
Terutama kebijakan perpajakan yang membebani wajib pajak kecil ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Selain itu, ketidaktahuan mengenai kebijakan perpajakan bagi
wajib pajak kecil akan menghambat pelaksanaan kewajiban perpajakan (Widodo,
173:2010).
Program kemitraan usaha kecil menengah dengan industri-industri
skala besar pun digulirkan agar tercapai sinergi antar keduanya, khususnya
bagi usaha kecil menengah seperti peluang pasar, modal kerja dan manajemen.
UKM memiliki beberapa kelemahan antara lain adalah menghadapi
ketidakpastian pasar, ketidakpastian dapat bertahan hidup atau tidak dalam
tahun pertama usaha, serta adanya pembukuan yang tidak jelas. Kelemahan-
kelemahan inilah yang bisa mempengaruhi pemahaman dan kewajiban setiap
pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Harapan
selanjutnya yaitu adanya regulasi yang mendukung sekaligus mendorong
berkembangnya usaha kecil menengah tersebut secara menyeluruh, seperti
persoalan perpajakannya (Wibowo, 2004).
Dalam perkembangannya, UKM diharapkan kemandiriannya dan
menjadi salah satu elemen penting yang mendukung industri-industri besar
sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan. Upaya secara komprehensif sudah
19
saatnya dilakukan agar sektor usaha kecil menengah mampu tumbuh di
kancah perekonomian nasional, bahkan bersaing dalam bisnis global. Institusi
pemerintah yang terkait dengan sektor industri yang menjadi bidang
kompetensinya semestinya menjadi motivator penggerak usaha kecil
menengah, termasuk bagaimana Direktorat Jendral Pajak (DJP) peduli
terhadap pemajakan usaha kecil menengah ini. Pajak menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari pengembangan usaha kecil menengah secara
terintegrasi. Keberpihakan dan kepedulian Direktorat Pajak terhadap usaha
kecil menengah seperti pemberian insentif pajak yang menjadi sangat penting
jika tidak memungkinkan tax holiday. Rancangan Undang-Undang (RUU)
Perpajakan yang sedang menunggu pembahasan dari Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) merupakan salah satu yang dapat kita cermati secara seksama.
Jangan sampai terjadi undang-undang perpajakan yang baru justru
menyurutkan semangat berwirausaha kecil menengah tersebut (Wibowo,
2004).
Pajak memiliki fungsi budgeteir yaitu, untuk mengisi kas Negara
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Berdasarkan fungsi pajak sebagai fungsi
budgeter, maka sangat diperlukan adanya kesadaran dan kedisiplinan
masyarakat untuk memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan sebagai
warga negara Indonesia (Liana, 2007)
Selain sebagai fungsi budgeteir, pajak juga memiliki manfaat yaitu
menjadi sumber penerimaan negara yang juga berperan penting dalam
20
mengatur mekanisme berkembangnya sektor-sektor riil. Usaha kecil
menengah yang berkembang memberi harapan nyata terhadap tumbuhnya
sektor riil, yakni kegairahan perekonomian sekaligus membuka peluang
lapangan pekerjaan baru yang berarti mengurangi pengangguran. Kebijakan
pajak bagi usaha kecil menengah yang terdapat dalam Undang-Undang
Perpajakan yang baru mudah-mudahan tidak mengesampingkan peran usaha
kecil menengah dalam perekonomian nasional tersebut (Wibowo, 2004).
Liana (2007) melakukan penelitian mengenai analisis tingkat
pemahaman dan kepatuhan pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya di Yogyakarta. Dalam penelitiannya, Liana memberikan bukti
empiris bahwa terdapat perbedaan pada tingkat pemahaman pengusaha UKM
dalam hal pengisian SPT, penghitungan, penyetoran, pelaporan pajak dan
tingkat kepatuhan pengusaha UKM dalam hal penyetoran serta pelaporan
pajak dilihat dari tingkat pendidikan pengusaha UKM.
Ferry Dwi Prasetyo (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam pelaporan
kewajiban perpajakan di daerah Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut
menggunakan sampel penelitian sebanyak 50 perusahaan kecil dan menengah
di bidang usaha coffeshop yang terdaftar di wilayah Yogyakarta. Sementara
itu Sampel yang digunakan oleh Nugrahanti (2005) adalah perusahaan kecil
dan menengah sebanyak 78 perusahaan, dengan perincian untuk pengusaha
kecil berjumlah 43 dan pengusaha menengah berjumlah 31 perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu:
21
1. Adanya penambahan satu variabel independen berupa ketegasan sanksi
perpajakan yang diperoleh dari penelitian Sartika dan Rini (2009).
Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh tingkat pemahaman dan
kepatuhan pengusaha UKM terhadap kewajiban perpajakannya, sedangkan
penelitian ini menguji pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan
ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha
UKM.
2. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel pengusaha UKM yang
telah memiliki NPWP dan bergerak diberbagai jenis bidang usaha yang
berada di wilayah Jakarta Selatan, tidak di fokuskan kepada satu macam
bidang usaha saja.
3. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 100
perusahaan yang berada di wilayah Jakarta Selatan.
Mengingat banyak ditemukannya pelaku UKM tidak memahami
kewajiban pajak, atau tidak mengetahui apabila UKM memiliki kewajiban
dalam bidang perpajakan, seperti halnya perusahaan-perusahaan yang ada.
Saat ini sudah waktunya para pelaku UKM khususnya pengusaha memahami
aspek-aspek perpajakan yang terkait usahanya, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Tingkat Pemahaman,
Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan
Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Wilayah Jakarta Selatan”.
22
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanski perpajakan
berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha
UKM?
2. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi kewajiban
perpajakan pengusaha UKM?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari masalah yang ingin dibahas dalam penulisan ini
adalah untuk menguji secara empiris pengaruh yang ditimbulkan oleh
tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pengusaha UKM.
Dan tujuan penelitian ini juga untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal
sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan
sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM.
b. Menganalisis variabel yang paling dominan mempengaruhi kewajiban
perpajakan pengusaha UKM.
23
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Peneliti, sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan
berfikir dan rekan-rekan mahasiswa, khususnya jurusan akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Pengusaha UKM, agar memahami dan mematuhi peraturan perpajakan
yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
c. Pemerintah, sebagai masukan untuk perbaikan sistem pelayanan pajak
yang lebih baik lagi.
d. Masyarakat, yaitu sebagai sarana informasi mengenai masalah yang
berkenaan dengan perpajakan.
e. Peneliti selanjutnya, yaitu sebagai referensi ilmiah mengenai masalah
perpajakan yang akan diteliti.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum atas Perpajakan
1. Pengertian Perpajakan
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara
dalam menjalankan pemerintahan. Pajak ikut ambil bagian dalam
pembangunan di seluruh aspek kehidupan di negara ini. Tanpa pajak,
pembangunan tidak akan berjalan lancar karena besarnya pembiayaan
yang diperlukan tidak akan bisa ditutupi dengan pinjaman dan bantuan
luar negeri.
Menurut Soemitro (dalam Rahayu, 2010:22) pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontrapretasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang
berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.
Menurut Adriani dalam Brotodiharjo (2003:19), pajak adalah
iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
2511
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Dari pengertian-pengertian tersebut disimpulkan bahwa pajak
memiliki unsur-unsur (Rahayu, 2010:23):
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
b. Pajak dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan
perpajakan akan berakibat adanya sanksi.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapretasi
secara langsung oleh pemerintah.
d. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, tidak boleh dilakukan pihak swasta yang orientasinya adalah
mencari laba.
e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, maka akan
dipergunakan untuk membiayai public invesment.
2. Fungsi Pajak
Pengertian fungsi dalam fungsi pajak adalah pengertian fungsi
sebagai kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak adalah kegunaan pokok,
manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam
26
meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu negara dipastikan berharap
kesejahteraan ekonomi masyarakatnya selalu meningkat dengan pajak
sebagai salah satu sumber penerimaan negara, diharapkan banyak
pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan negara (Rahayu,
2010:25). Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi,
yaitu:
a. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, yaitu pajak
dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke
kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang-
undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk
memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas negara
atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan fungsi inilah pemerintah sebagai pihak yang
membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan
upaya pemungutan pajak ke penduduknya.
b. Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak
merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
Merupakan fungsi lain dari pajak selain fungsi budgetair. Disamping
usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak
dimaksudkan juga sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam
hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan
27
kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi regulerend juga disebut sebagai
fungsi tambahan, karena fungsi ini hanya sebagai tambahan atas fungsi
utama pajak yaitu fungsi budgetair.
3. Jenis Pajak
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan
menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Departemen Keuangan, sedangkan
Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:
a. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan
demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,
honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
28
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi,
perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap
barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN adalah
tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%.
Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, peraian, dan ruang udara
diatasnya.
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang
tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM, yang dimaksud dengan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:
1) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
2) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
3) Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi;
4) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;
5) Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral
masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat.
29
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan
tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun
demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada
Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
e. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan(BPHTB)
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah
dan atau bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola
oleh pemerintah pusat namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya
diserahkan kepada pemerintah daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan.
4. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai
asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak,
khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling
sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak
adalah (Rahayu, 2010:13):
a. Asas domisili, pengenaan pajak tergantung pada tempat tinggal wajib
pajak. Dimana wajib pajak tinggal di suatu negara, maka di negara
itulah ia dikenakan pajak atas segala hal yang berhubungan dengan
obyek yang dimiliki wajib pajak yang menurut undang-undang
dikenakan pajak. Di Indonesia wajib pajak yang tinggal di dalam
30
maupun luar negeri, maka dikenakan pajak atas seluruh
penghasilannya yang diterima di dalam maupun luar negeri tersebut.
b. Asas sumber, cara pemungutan pajak yang bergantung pada sumber di
mana obyek pajak diperoleh. Jika suatu negara terdapat sumber
penghasilan, negara tersebut berhak memungut pajak tanpa melihat
wajib pajak itu bertempat tinggal. Baik wajib pajak dalam negeri
maupun luar negeri yang memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia, akan dikenakan pajak di Indonesia.
c. Asas kebangsaan, adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak
yang dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Cara ini menurut
Brotodiharjo dipergunakan untuk menetapkan pajak obyektif.
5. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem perpajakan dikenal official assessment system, self
assessment system dan with holding system. Rahayu (2010:101) dalam
bukunya menguraikan sitem tersebut sebagai berikut:
a. Official Assesment system merupakan sistem perpajakan dimana
inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus.
Jadi dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedang fiskus bersifat
aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada
ketetapan pajak dari fiskus.
b. Self Assesment System, adalah sistem pemungutan pajak di mana wajib
pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak hanya bertugas
31
melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan
wajib pajak. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan ajaran
timbulnya utang pajak, maka self assesment system sesuai dengan
timbulnya utang pajak menurut ajaran materil, artinya utang pajak
apabila ada yang menyebabkan timbulnya utang pajak. Untuk
mensukseskan sistem tersebut dibutuhkan beberapa prasyarat dari
wajib pajak antara lain:
1) Kesadaran Wajib Pajak
2) Kejujuran dan kedisiplinan Wajib Pajak
3) Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak.
c. With Holding System, adalah sistem pemungutan pajak yang mana
besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak
ketiga yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja, dan
bendaharawan pemerintah.
Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan Reformasi
Perpajakan tahun 1983, sistem perpajakan di Indonesia menganut self
assessment system. Dari sistem tersebut yang paling utama yaitu adanya
kewajiban wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor,
melapor sendiri pajak yang terutang sesuai peraturan perundang-undangan
perpajakan. Harapan agar sistem perpajakan tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik diperlukan adanya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak serta
penegakan hukumnya.
32
Sebagai unsur penegakan hukum ini, dilakukan tindakan
pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak. Tindakan pemeriksaan ini
merupakan upaya dalam menilai tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan bagi setiap wajib pajak dengan perlakuan yang sama. Dengan
demikian, secara yuridis tidaklah terdapat perbedaan antara pemeriksaan
pada wajib pajak tertentu dibandingkan dengan wajib pajak lainnya
(Waluyo, 2009:59)
B. Tingkat Pemahaman
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pemahaman dapat
diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.
Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas
cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Jelas bahwa semakin
paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula
wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban
perpajakan mereka.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut
Soemitro (2010), merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya
undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk
menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai
kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan
bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga
33
menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak
maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Setiap akhir tahun para wajib pajak disibukkan dengan pengisian
SPT tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan melaporkannya paling
lambat tanggal 31 Maret serta kekurangan setoran PPh Pasal 29 dibayar paling
lambat tanggal 25 Maret. Meskipun pengisian SPT sudah menjadi hal rutin
yang dilakukan oleh Wajib Pajak, tetapi masih terdapat berbagai hal yang
terasa sulit dalam pengisiannya sehingga sering terjadi kesalahan-kesalahan.
Untuk memperkecil bahkan menghilangkan kesalahan-kesalahan tersebut,
berbagai kegiatan dan program telah dilakukan di antaranya pendekatan
penyuluhan dan sosialisasi pajak yang juga berguna untuk menciptakan
masyarakat patuh pajak.
Tidak mudah untuk meningkatkan kepatuhan pajak pada saat ini,
diperlukan adanya kepercayaan masyarakat, baik terhadap integritas
administrasi perpajakan maupun sistem perpajakan sebagai sarana untuk
mensejahterakan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus dapat secara
nyata membuktikan dan bila memang terbukti bahwa dana pajak telah
terdistribusi dengan baik untuk meningkatkan pembangunan dan memperbaiki
kesejahteraan secara luas akibat kontribusi tidak langsung dari uang pajak
(Rahayu, 2010:29).
Jika yang terdengar masih seputar isu mengenai kebocoran-
kebocoran keuangan negara, terutama dana dari pajak, tentu sulit untuk
meyakinkan masyarkat untuk mau patuh dalam membayar pajak. Dalam hal
34
ini, DJP harus memastikan target penerimaan pajak dapat tercapai bila perlu
Gijzeling ‘hukuman badan’ bagi wajib pajak yang tidak patuh pajak. Selain itu
diperlukan reformasi administrasi perpajakan yang meliputi prosedur, tata cara
atau proses pemajakan, fungsi, sistem, dan kelembagaan (Prasetyo, 2006).
Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas
cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Jelas bahwa semakin
paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula
wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban
perpajakan mereka. Pada Harian Kedaulatan Rakyat, 4 Agustus 2001 (dalam
Prasetyo, 2006) menyatakan bahwa pemahaman peraturan perpajakan sangat
kecil. Setiap wajib pajak yang telah memahami peraturan perpajakan sangat
baik, biasanya akan melakukan aturan perpajakan yang ada sesuai dengan apa
yang tercantum di dalam peraturan yang ada.
Mungkin semua yang dilakukan DJP adalah sebuah metode
pencapaian target pajak dengan penyadaran pajak melalui penyuluhan dan
dengan terpaksa diikuti dengan law inforcement bagi setiap penyelenggaranya.
Penyuluhan pajak yang efektif menjadi ujung tombak DJP untuk
memasyarakatkan pajak dan meningkatkan kepatuhan pajak.
C. Tingkat Kepatuhan
1. Pengertian Tingkat Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005), patuh berarti suka menurut perintah, taat
pada perintah atau aturan, berisiplin. Sedangkan kepatuhan berarti bersifat
35
patuh, ketaatan, tunduk, atau patuh pada ajaran atau aturan. Adapun
definisi kepatuhan yang dijabarkan oleh tim subdit verifikasi Dit PPh
Ditjen Pajak menyatakan bahwa: “Kepatuhan biasanya berkisar pada
istilah tingkat sampai dimana wajib pajak memenuhi Undang-Undang dan
administrasi perpajakan, tanpa perlunya kegiatan penegakan hukum.”
Kepatuhan wajib pajak dalam teori psikologi, yaitu rasa bersalah dan rasa
malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang
mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.
Tingkat kepatuhan perpajakan yaitu suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Kewajiban pajak tersebut berupa: tepat waktu dalam
menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan dalam dua tahun
terakhir, tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda, dan membayar
pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hak pajak yang
dimaksud adalah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak (Nurmantu, 2005 dalam Rahayu, 2010).
2. Pelayanan Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan
Pelayanan perpajakan sebagai pelayanan publik. Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993
mengartikan pelayanan umum atau pelayanan publik adalah sebagai
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di pusat, daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam
36
bentuk barang dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-
undangan. Pelayanan pajak merupakan produk pelayanan produk dari
instansi pemerintah yang khusus berwenang mengurusi pajak yaitu
Direktorat Jendral Pajak. Kendati DJP tidak memberikan pelayanan secara
maksimal, penerimaan pajak yang ditetapkan dalam target penerimaan
tetap akan tercapai, berbeda dengan organisasi lain. Hal ini disebabkan
karena adanya sistem perpajakan yang disebut Self assesment system
(Rahayu, 134:2010).
Salah satu langkah penting yang dilakukan DJP sebagai wujud
nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan
pelayanan prima kepada wajib pajak dalam mengoptimalkan penerimaan
negara. Untuk itu pada awal tahun 2003 dibentuk Tim Modernisasi
Administrasi Perpajakan Jangka Menengah yang menyusun administrasi
perpajakan modern dengan sasaran:
1. Tercapainya tingkat kepatuhan sukarela wajib pajak yang tinggi.
2. Tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan
yang tinggi.
3. Tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
Terdapat dua macam kepatuhan, yakni: (1) kepatuhan formal
adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan
secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak
37
Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak
telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh)
Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah
memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi
ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara
substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat
meliputi kepatuhan formal. (2) kepatuhan material adalah wajib pajak
yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT)
sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak
sebelum batas waktu berakhir (Nurmantu, 2005 dalam Rahayu, 2010).
Kepatuhan wajib pajak dibentuk oleh dimensi pemeriksaan
pajak, penegakan hukum dan kompensasi pajak. Tujuan pemeriksaan
pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Kajian mengenai pemeriksaan juga banyak
dilakukan oleh peneliti di negara Barat. Menurut Karanta yang dikutip
oleh Suryadi (2006) menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak akan
mendeteksi upaya wajib pajak untuk menghindar. Audit perpajakan juga
dapat menemukan kesalahan pelaporan pajak oleh wajib pajak.
Menurut Suryadi (2006), apabila penegakan hukum dapat
memberikan keadilan dan kepastian hukum maka Wajib Pajak akan taat,
patuh, dan disiplin dalam membayar pajak. Demikian pula bila Wajib
38
Pajak merasa kompensasi pajak telah memenuhi harapan mereka maka
mereka akan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Wajib Pajak yang tergolong patuh dapat mencerminkan bahwa
dalam diri jiwa wajib pajak telah tertanam jiwa kebangsaan yang kuat
dalam mempertahankan kemaslahatan hidup manusia, sepanjang dalam
membayar pajak tersebut tidak merasa adanya unsur paksaan, walaupun
secara teori paksaan merupakan unsur pengertian pajak. Penekanan jiwa
kebangsaan dalam diri Wajib Pajak patuh berkaitan dengan pelayanan
yang diberikan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan adalah hal yang
wajar terlebih dalam era reformasi dan transparansi yang saat ini di tuntut
oleh pemerintah (Burton, 2006).
Kriteria untuk di tetapkan sebagai Wajib Pajak patuh Keputusan
Menteri Keuangan No. 235/KMK.03/2003 tentang kriteria Wajib Pajak
yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
192/PMK.03/2007 adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT dalam 2 tahun terakhir.
b. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT masa yang terlambat tidak
lebih dari 3 tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak
berturut-turut.
c. SPT Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat batas waktu
penyampaian SPT Masa pajak berikutnya.
d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk jenis pajak:
39
1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan untuk 2 dua masa pajak terakhir.
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
Kepatuhan Wajib Pajak adalah sifat patuh atau ketaatan wajib
pajak pada perintah-perintah yang dimaksud dalam Keputusan Menteri
Keuangan No 235/KMK.03/2003 tentang kriteria Wajib Pajak yang dapat
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
192/PMK.03/2007, tentang kriteria wajib pajak yang dapat diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Jadi, tingkat
kepatuhan wajib pajak adalah tingkat ketaatan wajib pajak pada perintah-
perintah sebagaimana dimaksud dalam keputusan diatas.
D. Ketegasan Sanksi Perpajakan
Menurut Resmi (2008:71), sanksi perpajakan terjadi karena terdapat
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga
apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi
kebijakan perpajakan dan undang-undang perpajakan.
Sebagaimana dimaklumi, suatu kebijakan berupa pengenaan sanksi
dapat dipergunakan untuk 2 (dua) maksud, yang pertama adalah untuk
mendidik dan yang kedua adalah untuk menghukum. Dengan mendidik
40
dimaksudkan agar mereka yang dikenakan sanksi akan menjadi lebih baik dan
lebih mengetahui hak dan kewajibannya sehingga tidak lagi melakukan
kesalahan yang sama. Maksud yang kedua adalah untuk menghukum sehingga
pihak yang terhukum akan menjadi jera dan tidak lagi melakukan kesalahan
yang sama (Mulyodiwarno, 2007)
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu
sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan
apabila wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang
ditentukan dalam UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda dan
kenaikan. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa hukuman kurungan dan
hukuman penjara (Rahayu, 2010:213). Pelaksanaan pengenaan sanksi
perpajakan kepada wajib pajak dapat berupa sanksi administrasi saja, sanksi
pidana saja atau kedua-duanya.
Sanksi merupakan imbalan atas kesalahan atau pelanggaran yang
pernah dilakukan. Sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dimana semakin besar
kesalahan yang dilakukan seorang wajib pajak, maka sanksi yang diberikan
juga akan semakin berat. Contoh pelanggaran yang sering dilakukan adalah
keterlambatan dalam membayar pajak, kurang bayar dan kesalahan dalam
pengisian SPT (Sartika dan Rini, 2009).
Sanksi perpajakan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mengikat wajib pajak akan tanggungjawabnya. Pemerintah sebaiknya
memberikan sanksi yang tegas karena dapat meningkatkan kedisiplinan wajib
41
pajak dalam hal ketepatan waktu membayar pajak, ketelitian dalam pengisian
dan pelaporan SPT dan ketelitian dalam melaksanakan pencatatan dan
pembukuan (Sartika dan Rini, 2009).
Permasalahan dalam bidang penegakkan hukum perpajakan dapat di
klarifikasikan sebagai berikut (Tambunan, 2005):
1. Peraturan Perundang-Undangan Kurang Kondusif
Pada umumnya peraturan perundang-undangan perpajakan kita masih sulit
dimengerti Wajib Pajak, tarifnya tidak kompetitif karena relatif lebih
tinggi dan dengan lapisan yang lebih banyak dibanding negara tetangga.
Pesatnya perkembangan praktek bisnis dan keuangan yang diikuti dengan
pemanfaatan teknologi informasi modern sering terlambat diantisipasi
peraturan perundang-undangan dan disamping itu masih terdapat peraturan
perundang-undangan lain yang tidak sejalan dengan ketentuan perpajakan
2. Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak Masih Rendah
Kondisi ini merupakan produk dari berbagai faktor-faktor kehidupan
masyarakat. Kurangnya kontraprestasi pembayaran pajak yang dirasakan
oleh wajib pajak karena banyaknya kebocoran mengakibatkan kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengelola keuangan
negara. Ketimpangan tersebut menimbulkan persepsi dalam masyarakat
seolah-olah pajak tersebut merupakan bentuk pemerasan terhadap rakyat.
keadaan ini lebih dipertajam lagi dengan adanya alokasi anggaran dalam
APBN yang tidak tepat sasaran.
42
Kepatuhan wajib pajak juga sangat dipengaruhi budaya pajak masyarakat
yang rendah. Fenomena ini dipengaruhi persepsi lama bahwa, pajak
hanyalah untuk kepentingan penguasa. Disamping itu tingkat pendidikan
wajib pajak yang rendah mengakibatkan ketidakmampuan memahami
fungsi dan manfaat pajak.
3. Aparatur Pajak Kurang Profesional
Permasalahan dari aspek aparatur antara lain, sebagai akibat dari
kesejahteraan aparatur yang tidak memadai sedangkan tantangan, tawaran,
godaan, dan kesempatan KKN memungkinkan. Kurangnya kesejahteraan
ini juga mengakibatkan dedikasi dan integritas aparatur yang lemah.
Pendidikan dan pelatihan aparatur juga sering tertinggal dari pesatnya
perkembangan kemajuan praktek bisnis, keuangan dan teknologi informasi
di masyarakat global dewasa ini. Sistem birokrasi yang kurang
memberikan penghargaan bagi aparatur berprestasi dan kurang tegas
memberi hukuman bagi aparat yang melanggar aturan menyebabkan
aparatur kurang profesional.
4. Administrasi Perpajakan Belum Kondusif
Sistem dan prosedur administrasi perpajakan masih kurang sederhana dan
sebagian besar masih bersifat manual sehingga menyulitkan wajib pajak.
Sistem informasi dan komunikasi data belum memadai karena basis data
dan informasi perpajakan masih parsial di berbagai unit kantor dan belum
sepenuhnya terintegrasi secara elektronis menjadi satu kesatuan sehingga
dapat dimanfaatkan secara optimal.
43
E. Pengusaha dan Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)
Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000,
pengusaha adalah Orang pribadi atau Badan (dalam bentuk apapun) yang
kegiatan usaha atau pekerjaannya :
a. Menghasilkan barang
b. Mengimpor barang
c. Mengekspor barang
d. Melakukan usaha perdagangan
e. Memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
f. Melakukan usaha jasa
g. Memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut
Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria usaha kecil
menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus
Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu
Milyar Rupiah).
44
c. Milik Warga Negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Jadi pengertian pengusaha UKM adalah orang pribadi atau badan
hukum yang memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan
sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan atau mempunyai hasil penjualan
rata-rata pertahun sebanyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri
sendiri.
F. Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM
Kewajiban perpajakan adalah merupakan perwujudan dari
pengabdian dan sarana peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional dengan tanggung jawab atas kewajiban
pelaksanaannya dipercayakan sepenuhnya kepada anggota masyarakat
(Kustadi Arianta, 1984 dalam Prasetyo, 2006).
Berdasarkan pengertian diatas, hal-hal atau keadaan-keadaan yang
dapat melatarbelakangi pemilik usaha kecil menengah dalam melaporkan
kewajiban perpajakan adalah:
45
1. Pengetahuan pengusaha UKM tentang Pajak
Pengetahuan pengusaha UKM tentang pajak adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
2. Pemahaman Pengusaha UKM terhadap Peraturan Perpajakan
Pemahaman Pengusaha UKM terhadap peraturan perpajakan adalah cara
pengusaha UKM dalam memahami peraturan perpajakan yang telah ada.
3. Manfaat pajak yang dirasakan Pengusaha UKM sebagai Wajib Pajak
Manfaat pajak yang dirasakan Wajib Pajak adalah guna atau faedah atau
baik dan buruknya pajak yang dapat diterima atau dirasakan oleh Wajib
Pajak.
4. Sikap Optimis Pengusaha UKM sebagai Wajib Pajak terhadap Pajak
Sikap optimis Wajib Pajak terhadap pajak adalah pandangan yang
mengandung harapan baik karena tidak khawatir akan rugi atau tidak
untung dari Wajib Pajak terhadap pajak.
Kewajiban Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2009) adalah:
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
b. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
c. Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisinya dengan benar
dan memasukkannya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas
waktu yang telah ditetapkan.
d. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.
46
e. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau
dokumen serta keterangan yang diminta Wajib Pajak terikat oleh suatu
kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan
itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
f. Jika diperiksa, wajib:
1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek terutang pajak.
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
guna memperlancar pemeriksaan.
G. Keterkaitan Antar Variabel
1. Tingkat Pemahaman Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam
pelaporan kewajiban perpajakan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pemahaman pengusaha UKM terhadap peraturan perpajakan mempunyai
pengaruh positif dan berpengaruh kuat terhadap kesadaran wajib pajak
dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugrahanti (2005)
dalam Januar Eko Prasetyo, Windyastuti dan Andhika Ari Winindyah
(2006) mengenai pengaruh pemahaman wajib pajak badan pelaksanaan
self assessment system (studi empiris wajib pajak badan pengusaha kecil
47
dan menengah di kota Yogyakarta dengan menggunakan sampel adalah
perusahaan kecil dan menengah yang terdaftar di KPP D.I Yogyakarta
minimal 4 tahun. Sampel yang digunakan 78 perusahaan, dengan perincian
untuk pengusaha kecil berjumlah 43 dan pengusaha menengah berjumlah
31 prusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman
wajib pajak badan mengenai Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dan Pajak Penghasilan wajib pajak badan pengusaha kecil
dan menengah tidak berbeda dan tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan
self assessment system.
Hasil penelitian Nugrahanti (2005) tidak konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hero (2002). Hero (2002) menyimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak badan pengusaha kecil dan pengusaha
menengah tidak berbeda namun pemahaman tersebut berpengaruh
terhadap pelaksanaan self assessment system (Nugrahanti, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2005) mengenai
pengaruh pemahaman akuntansi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan di KPP Palembang
Ilir Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi
pajak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal
tersebut dikarenakan sebagian besar badan atau perusahaan masih
menggunakan jasa konsultan dalam pengisian SPT. Berdasarkan hasil
penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel tingkat
48
pemahaman berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan. Oleh karena itu
tingkat pemahaman diduga berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan,
sehingga hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
Ha1: Tingkat pemahaman wajib pajak mengenai pajak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
2. Tingkat Kepatuhan Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2004),
penelitian ini ingin menguji pengaruh penilaian wajib pajak tentang
kualitas pelayanan publik terhadap kepatuhan pajaknya. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 57,39%
cenderung memiliki sikap yang tidak patuh terhadap kewajiban
perpajakannya. Sehingga dihasilkan korelasi sebesar 58,8% dan 73,1%
menandakan besarnya pengaruh antara kualitas pelayanan publik terhadap
kepatuhan pajak. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa variabel tingkat kepatuhan berpengaruh terhadap
kewajiban perpajakan. Oleh karena itu tingkat kepatuhan diduga
berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan, sehingga hipotesis penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut.
Ha2: Tingkat kepatuhan wajib pajak mengenai pajak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
49
3. Ketegasan Sanksi Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sartika dan Rini
(2009) mengenai pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak
dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Hasil penelitian Sartika dan Rini (2009)
menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak dan
ketegasan sanksi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi wajib pajak. Hal ini berarti bahwa kecerdasan spiritual, kinerja
pelayanan pajak dan ketegasan sanksi perpajakan mampu memberikan
kesadaran kepada wajib pajak sehingga mereka bertanggung jawab dan
jujur dalam memenuhi kewajibannya, memberikan keamanan dan
kenyamanan kepada wajib pajak sehingga mereka termotivasi untuk
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian-
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel ketegasan sanksi
perpajakan berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan. Oleh karena itu
ketegasan sanksi perpajakan diduga berpengaruh terhadap kewajiban
perpajakan, sehingga hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
Ha3: Ketegasan sanksi perpajakan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan wajib
pajak.
50
4. Tingkat Pemahaman, Tingkat Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi
Perpajakan Bersama-sama Berpengaruh Terhadap Kewajiban
Perpajakan Wajib Pajak
Apabila tingkat pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan
sanksi perpajakan yang mempengaruhi kewajiban perpajakannya, jelas
bahwa semakin tinggi pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi
perpajakan maka kewajiban perpajakannya akan terpenuhi. Hal ini berarti
bahwa, kewajiban perpajakan akan terpenuhi apabila didukung oleh
tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan tersebut.
Oleh karena itu tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi
perpajakan diduga berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan, sehingga
hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
Ha4: Tingkat Pemahaman, Tingkat Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi
Perpajakan Bersama-sama Mempunyai Pengaruh yang
Signifikan Terhadap Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak.
H. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, maka tertarik adanya penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat
Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap
Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Wilayah Jakarta Selatan”.
51
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Rini dan Sartika (2009)
Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya
Kecerdasan spritual (X1), kinerja pelayanan pajak (X2), ketegasan sanksi perpajakan (X3), motivasi wajib pajak (Y)
Analisis data menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression)
kecerdasan spritual, kinerja pelayanan pajak dan ketegasan sanksi perpajakan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi wajib pajak
Ferry Dwi Prasetyo (2006)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilik usaha kecil menengah dalam Pelaporan kewajiban perpajakan di daerah Jogjakarta
Pengetahuan WP tentang Pajak (X1) Pemahaman WP terhadap Peraturan Perpajakan (X2) Manfaat Pajak yang dirasakan WP (X3) Sikap Optimis WP terhadap Pajak (X4) Kesadaran Perpajakan WP (Y)
Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda
Faktor pengetahuan WP, faktor pemahamanWP, faktor manfaat, faktor sikap optimis tentang pajak mempunyai pengaruh positif terhadap kesadaran WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Rulyanti Susi
Wardhani (2005)
Pengaruh Pemahaman Akuntansi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilan di KPP Palembang Ilir Timur
Pemahaman Akuntansi Pajak (X1) Kepatuhan WP Badan dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (Y)
Analisis Regresi Sederhana
Pemahaman Akuntansi Pajak memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan
Bersambung ke halaman selanjutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Terdahulu
Ahmed Riahi-
Belkaoui (2004)
Relationship Between Tax Compliance Internationally and Selected Determination of Tax Morale
TCi: Tax compliance scare for country EFi: Economic fredom index for country IOEMi: Importance og equity market for country CPi: Serious crime per 100,000 population for country CLi: Effectiveness of competition laws Ui: Residual term
The following regression equation
Tax compliance internationally is positively related to the level of economic freedom, the level of importance of the equity market and the effectiveness of competition laws and negatively related to crime rate as a proxy for moral norms.
Herbert Marshall Oktavian Manurung
(2004)
Pengaruh kualitas pelayanan publik terhadap kepatuhan pajak
Kualitas pelayanan publik (X1) Kepatuhan pajak (Y)
Analisis regresi sederhana
Tingkat kepatuhan WP sebesar 57,3% cenderung memiliki sikap yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya
Liana (2007)
Analisis tingkat pemahaman dan kepatuhan pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di Yogyakarta
Tingkat pemahaman (X1). Kepatuhan (X2), Kewajiban Perpajakan (Y)
One Way Anova
Terdapat perbedaan pada tingkat pemahaman pengusaha UKM dalam hal pengisian SPT, penghitungan, penyetoran, pelaporan pajak dan tingkat kepatuhan pengusaha UKM dalam hal penyetoran serta pelaporan pajak
53
dilihat dari tingkat pendidikan pengusaha UKM
I. Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan penghasilan negara yang saat ini sudah diandalkan
sebagai modal pembangunan. Pemerintah mencoba untuk merubah kesadaran
masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya, yang semula tidak mengerti
sama sekali masalah pajak sedikit demi sedikit diberikan penyuluhan
mengenai perpajakan agar pengusaha UKM memahami dan mematuhi
mengenai kewajiban perpajakannya. Selain itu, ketegasan sanksi perpajakan
juga mampu memberikan kesadaran kepada pengusaha UKM sehingga
mereka bertanggung jawab dan jujur dalam memenuhi kewajibannya,
memberikan keamanan dan kenyamanan kepada pengusaha UKM sehingga
mereka termotivasi untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian
kewajiban perpajakan akan terpenuhi apabila didukung oleh tingkat
pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan pengusaha UKM.
Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai
berikut:
54
Variabel Independen Variabel Dependen
Tingkat Pemahaman (X1)
Tingkat Kepatuhan (X2)
Ketegasan Sanksi Perpajakan
(X3)
Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM
(Y)
Gambar 2.1 Model Penelitian
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pemahaman,
kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan
pengusaha UKM. Populasi penelitian ini adalah para pengusaha yang
mempunyai perusahaan kecil dan menengah yang terletak di Jakarta Selatan.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengusaha UKM yang
telah mempunyai nomor pokok wajib pajak yang masih membuka usahanya di
Jakarta Selatan. Dasar pemilihan sampel ini menggunakan metode
Convenience sampling. Convenience sampling adalah metode pemilihan
sampel berdasarkan kemudahan, dimana metode ini memilih sampel dari
elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi
yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti
memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat (Nur Indriantoro dan
Bambang Supomo, 2002). Responden yang digunakan dalam penelitian ini
adalah para pengusaha dan akuntan perusahaan kecil dan menengah, karena
mereka memiliki informasi yang lengkap dan menyeluruh untuk mengelola
usaha mereka yang berada di wilayah mereka.
5642
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Peneliti memperoleh data yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis,
internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah pengusaha UKM
yang mempunyai perusahaan. Peneliti memperoleh data dengan
mengirimkan kuesioner kepada 100 pengusaha UKM secara langsung
ataupun melalui perantara.
Bobot penilaian angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai
dengan yang digambarkan dalam skala ordinal, yaitu metode yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Skala ordinal yang dipergunakan untuk menjawab bagian pernyataan
penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel di bawah
ini:
57
Tabel 3.1 Tingkat Penilaian Jawaban
No Jenis Jawaban Bobot 1 SS = Sangat Setuju 5 2 S = Setuju 4 3 R = Ragu-Ragu 3 4 TS = Tidak Setuju 2 5 STS = Sangat Tidak Setuju 1
D. Metode Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data
yang terdapat dalam kuesioner dapat mengukur senyatanya (actually)
dan seakuratnya (accurately) apa yang harus diukur dari konsep,
sehingga pengujian validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur
untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya dan keberhasilan dari
pengujian ini ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS
versi 16.0, dengan metode Pearson Correlation, yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan
dengan total skor masing-masing variabel. Suatu instrumen dikatakan
valid atau tidak adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikasi dibawah
0,05 maka butir pertanyaan tebut dikatakan valid, dan jika korelasi
58
skor masing-masing butir-butir pertanyaan dengan total skor
mempunyai tingkat signifikansi diatas 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid (Ghozali, 2005).
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dalam pengukurnya.
Realibilitas berhubungan dengan akurasi dan konsistensi dari
pengukurnya, dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap
subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda). Uji reliabilitas hanya dapat
dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang
digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan
hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari
Cronbach Alpha di atas 0,60 maka data tersebut mempunyai keandalan
yang tinggi (Ghozali, 2005). Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan
metode Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS 16.0.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas data ini adalah untuk mengetahui apakah
data dalam model regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk
mengujinya dapat dilakukan dengan melihat normal probability plot
59
yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi komulatif dari distribusi normal, dimana data
dikatakan normal jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Ghozali, 2005).
b. Uji Multikoloniaritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoloniaritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari:
1) Nilai tolerance atau lawannya.
2) Variance Inflation Factor (VIF)
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai variance inflation factor
(VIF) tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menujukkan
adanya multikoloniaritas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama
dengan nilai VIF >100 (Ghozali, 2005)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut ”Homoskedastisitas” dan jika
berbeda disebut ”Heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah
homoskedasitas (Ghozali, 2005).
60
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda, uji koefisien determinasi, uji statistik t dan uji statistik F.
Persamaan regresi bertujuan untuk memprediksi besar variabel terikat
yaitu, kewajiban perpajakan pengusaha UKM dengan menggunakan data
variabel bebas yaitu, tingkat pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan
sanksi perpajakan.
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Y= a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan: Y : Kewajiban Perpajakan Pengusaha UKM
a : Konstanta
β : Koefisien Regresi
X1 : Tingkat Pemahaman
X2 : Tingkat Kepatuhan
X3 : Ketegasan Sanksi Perpajakan
e : Error
a. Uji R² (Koefisien Determinasi)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menentukan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, nilai
koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas.
61
b. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen. Cara untuk melakukan uji t ada 2 (dua), yaitu dengan
melihat tingkat signifikasi dan dengan membandingkan antara nilai t
hitung dengan nilai t tabel. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen digunakan tingkat signifikasi sebesar α=0,05,
sedangkan untuk membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis
menurut tabel digunakan dengan ketentuan bahwa apabila nilai
statistik t lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2005:85).
c. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen, untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan
tingkat signifikansi sebesar α < 0,05. jika nilai probability F lebih besar
maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen atau dengan kata lain variabel indepenen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel independen.
62
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari tingkat
pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan sanksi.
a. Variabel Tingkat Pemahaman (X1)
Pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami
atau memahamkan. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan
perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak
taat. Jelas bahwa semakin paham wajib pajak terhadap peraturan
perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi
yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka.
Variabel ini diukur dengan skala ordinal 5 poin.
b. Variabel Tingkat Kepatuhan (X2)
Tingkat Kepatuhan pajak dalam hal ini diartikan bahwa wajib pajak
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya
sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan,
investigasi, seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan
sanksi baik hukum maupun administrasi. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala ordinal 5 poin berdasarkan pertanyaan yang
dikembangkan oleh Susi Dianawati (2008)
c. Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan (X3)
Ketegasan sanksi perpajakan terjadi karena pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga apabila terjadi
63
pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan
perpajakan dan undang-undang perpajakan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala ordinal 5 poin dengan menggunakan pertanyaan
yang dikembangkan oleh Rina Haerani dan Yulia Kartika Sari (2008).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kewajiban
Perpajakan Pengusaha UKM (Y). Kewajiban perpajakan adalah
merupakan perwujudan dari pengabdian dan sarana peran serta Wajib
Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan perpajakan
yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional
dengan tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaannya dipercayakan
sepenuhnya kepada anggota masyarakat (Kustadi Arianta, 1984:4 dalam
Fery Dwi Prasetyo, 2006). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
ordinal 5 poin berdasarkan pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti
dengan mengacu pada teori yang ada dalam buku Siti Kurnia Rahayu
(2010).
Tabel 3.2 Tabel Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
1. Tingkat Pemahaman Pengusaha UKM (X1)
Pemahaman pengusaha UKM tentang pajak
1. proses belajar 2. motivasi 3. kepribadian
Skala ordinal
Bersambung ke halaman selanjutnya
64
Tabel 3.2 (Lanjutan) Tabel Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
2 Tingkat Kepatuhan Pengusaha UKM (X2)
a. menghitung pajak.
b. memperhitungkan
c. membayar d. melapor e. melaksanakan
peraturan pajak yang berlaku
f. pemeriksaan pajak
g. pengetahuan pajak
1. Menghitung dengan benar pajak yang harus dibayar.
2. Dilakukan sendiri 3. Menghitung surat
setoran pajak (SSP) dan surat pemberitahuan (SPT) Massa dan Tahunan dengan benar.
4. Tepat waktu membayar pajak.
5. Tepat waktu melaporkan SPT Massa dan Tahunan.
6. Tidak memiliki tunggakan pajak.
7. Tidak melakukan kejahatan.
8. Tidak pernah mendapat sanksi atau denda perpajakan.
9. Membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak.
10. Peraturan kriteria wajib pajak patuh.
Skala ordinal
Bersambung ke halaman selanjutnya
65
Tabel 3.2 (Lanjutan) Tabel Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
3. Ketegasan Sanksi Perpajakan (X3)
Tegasnya sanksi administrasi dan pidana yang dikenakan fiskus kepada pengusaha UKM
1. Tindakan penghindaran pajak
2. sanksi dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan
3. pengaruh sanksi dan kepatuhan wajib pajak
4. dikenakan sanksi perpajakan
5. motivasi atas pembebanan sanksi
6. keuntungan dari penghapusan sanksi
Skala ordinal
4. Kewajiban Perpajakan (Y)
Kewajiban membayar pajak yang harus dipenuhi pengusaha UKM
1. kewajiban melaporkan usahanya untuk di kukuhkan sebagai PKP
2. memungut PPN dan PPnBM terutang
3. menyetor PPN dan PPnBM terutang
4. melaporkan PPN dan PPnBM terutang
5. kewajiban mempunyai NPWP dan NPPKP
Skala ordinal
66
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap pengusaha usaha kecil dan
menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan data
dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung
kepada pengusaha UKM. Penyebaran serta pengembalian kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 13 April 2010 hingga 20 Mei 2010. Penelitian
ini mengambil sampel sebanyak 100 UKM yang berada di wilayah Jakarta
Selatan.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 buah dan jumlah
kuesioner yang kembali adalah sebanyak 70 kuesioner atau 70%.
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 30 buah atau 30%. Kuesioner
yang dapat diolah berjumlah 65 buah atau 92,86%, sedangkan kuesioner
yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh responden
sebanyak 5 buah atau 7,14%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat
dilihat pada tabel 4.1.
6753
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Auditor Persentase1. Jumlah kuesioner yang disebar 100 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 70 70% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 30 30% 4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 5 7,14% 5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 65 92,86%
Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha UKM di wilayah
Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden
penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan
lama bekerja.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan
jenis kelamin.
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 41 63.1 63.1 63.1
Perempuan 24 36.9 36.9 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sekitar 41 orang atau 63,1%
responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 24
orang atau 36,9% responden berjenis kelamin wanita. Hal ini disebabkan
68
karena pengusaha UKM yang berjenis kelamin laki-laki lebih memiliki
kemampuan untuk merintis dan memulai usahanya dengan baik, sehingga
tingkat pemahaman, kepatuhan dalam hal kewajiban perpajakan akan
semakin baik. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk dikenakan sanksi
perpajakan karena memiliki kesadaran akan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Sedangkan wanita, hanya sedikit yang menginginkan
dirinya menjadi seorang pengusaha UKM. Ini berarti kemampuan wanita
dalam merintis atau memulai usaha sangat terbatas, sehingga wanita
cenderung kurang memiliki pemahaman akan perpajakan.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan
usia.
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 35 Tahun 35 53.8 53.8 53.8
35-45 Tahun 21 32.3 32.3 86.2
>45 Tahun 9 13.8 13.8 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 35 orang atau 53,8%
responden berusia kurang dari 35 tahun, ini disebabkan karena pada usia <
35 banyak orang yang ingin memulai untuk membuka usaha kecil-kecilan
dan menjadi seorang pengusaha UKM yang sukses dan berpengetahuan,
69
sehingga mereka termotivasi untuk mencoba melakukan bisnis. Ini berarti
pada usia < 35 pengusaha UKM lebih mempunyai kesadaran terhadap
kewajiban perpajakan, sehingga besar kemungkinan untuk melakukan
kewajiban perpajakannya dan meminimalkan sanksi yang dikenakan
apabila pengusaha tersebut melanggar aturan. Sedangkan 21 orang atau
32,3% responden berusia 35 sampai 45 tahun, ini berarti pada usia 35
sampai 45 pengusaha UKM cukup mempunyai pemahaman dan kesadaran
terhadap kewajiban perpajakan. Dan sisanya sebesar 9 orang atau 13,8%
responden berusia lebih dari 45 tahun. Hal ini disebabkan pada usia ini
mereka kurang paham mengenai perpajakan, sehingga mereka menyewa
jasa konsultan untuk mengatasi permasalahan perpajakannya.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan
pendidikan terakhir.
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SMA 24 36.9 36.9 36.9
Diploma I, II, III 8 12.3 12.3 49.2
Strata 1 30 46.2 46.2 95.4
Strata 2 3 4.6 4.6 100.0
Total 65 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 30
responden atau 46,2%. Sisanya sebesar 36,9% atau sebanyak 24 orang
70
berpendidikan terakhir SLTA, Diploma sebanyak 8 orang atau 12,3% dan
sebesar 4,6% atau sebanyak 3 orang berpendidikan terakhir Strata Dua
(S2). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa responden
berpendidikan S1 merupakan responden terbanyak, karena dapat dikatakan
mereka yang berpendidikan ini memiliki pemahaman yang memadai
mengenai pajak, sehingga akan patuh dalam kewajiban perpajakannya dan
dapat meminimalkan sanksi yang diterima apabila ia melanggar peraturan
perpajakan.
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama bekerja
Berikut ini adalah tabel hasil uji deskripsi responden berdasarkan
lama bekerja.
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 3 Tahun 22 33.8 33.8 33.8
3-10 Tahun 32 49.2 49.2 83.1
> 10 Tahun 11 16.9 16.9 100.0
Total 65 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, responden yang telah menjadi
pengusaha UKM kurang dari 3 tahun berjumlah 22 orang atau sebesar
33,8%. Sedangkan bagi responden yang telah menjadi pengusaha UKM
selama 3 sampai 10 tahun berjumlah 32 orang atau sebesar 49,2%, jumlah
ini merupakan jumlah responden terbanyak dalam kategori lama menjadi
71
pebgusaha UKM jika dibandingkan dengan jumlah responden pada
kategori yang sama. Responen yang telah menjadi pengusaha UKM lebih
dari 10 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 16,9%. Dari data di atas
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir
Strata Satu (S1) dengan jumlah 30 responden atau 60%. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengalaman yang dimiliki pengusaha UKM lebih
banyak dibandingkan dengan masa kerja lainnya. Karena dapat dikatakan
tingkat pemahaman pajak yang dimiliki oleh pengusaha UKM lebih
matang, sehingga mereka menyadari bahwa peran perpajakan dalam
perekonomian suatu negara akan berjalan dengan baik serta meningkatkan
pendapatan negara yang bersumber dari pajak.
72
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji validitas
dari empat variabel dengan 65 sampel responden. Tabel dibawah ini
adalah hasil uji validitas variabel tingkat pemahaman pengusaha UKM
terhadap kewajiban perpajakannya.
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman
Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,276* 0,026 Valid Pertanyaan 2 0,210 0,093 Tidak Valid Pertanyaan 3 0,512** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,545** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,499** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,423** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,459** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,485** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,496** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,483** 0,000 Valid Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 4.7 (Lanjutan) Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman
Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 11 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,277* 0,026 Valid Pertanyaan 13 0,363** 0,003 Valid Pertanyaan 14 0,515** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,457** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,283* 0,022 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
73
Tabel 4.7 menunjukkan variabel pemahaman mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05, terkecuali satu pertanyaan dari pemahaman yaitu
pertanyaan P2 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai
signifikansi diatas 0,05, ini menandakan bahwa untuk butir pertanyaan
2 tidak mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur, sehingga
harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data
selanjutnya. Karena jika diikutsertakan maka akan menghasilkan data
yang tidak valid dan akan berdampak pada tingkat reliabilitas dan
signifikansinya.
Tabel berikut ini adalah hasil uji validitas variabel tingkat
pemahaman pengusaha UKM terhadap kewajiban perpajakannya
setelah pertanyaan ke-2 dikeluarkan.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Setelah P2 Dikeluarkan
Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,276* 0,026 Valid Pertanyaan 3 0,512** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,545** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,499** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,423** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,459** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,485** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,496** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,483** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,277* 0,026 Valid Pertanyaan 13 0,363** 0,003 Valid Pertanyaan 14 0,515** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,457** 0,000 Valid
74
Pertanyaan 17 0,466** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,283* 0,022 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel tingkat pemahaman
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan
untuk variabel tingkat pemahaman dapat dikatakan valid, yakni
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen
penelitian dan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.
Tabel berikut ini adalah hasil uji validitas variabel tingkat
kepatuhan pengusaha UKM terhadap kewajiban perpajakannya.
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan
Sumber: Data primer yang diolah
Butir Pertanyaan Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,703** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,530** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,287* 0,020 Valid Pertanyaan 4 0,412** 0,001 Valid Pertanyaan 5 0,533** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,654** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,198 0,144 Tidak Valid Pertanyaan 8 0,581** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,565** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,390** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,536** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,417** 0,001 Valid
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kepatuhan mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05, terkecuali satu pertanyaan dari kepatuhan yaitu butir
75
pertanyaan 7 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai
signifikansi diatas 0,05, ini menandakan bahwa untuk butir pertanyaan
7 tidak mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur, sehingga
harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data
selanjutnya. Karena jika diikutsertakan maka akan menghasilkan data
yang tidak valid dan akan berdampak pada tingkat reliabilitas dan
signifikansinya.
Tabel dibawah ini adalah hasil uji validitas variabel tingkat
kepatuhan pengusaha UKM mengenai kewajiban perpajakannya,
setelah pertanyaan ke-7 dikeluarkan.
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas setelah K7 dikeluarkan
Sumber: Data primer yang diolah
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,703** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,530** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,287* 0,020 Valid Pertanyaan 4 0,412** 0,001 Valid Pertanyaan 5 0,533** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,654** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,581** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,565** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,390** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,536** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,417** 0,001 Valid
Tabel 4.10 menunjukkan variabel kepatuhan mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan untuk
variabel tingkat kepatuhan dapat dikatakan valid, yakni mampu
76
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen penelitian dan
dapat dugunakan untuk penelitian selanjutnya.
Tabel dibawah ini adalah hasil uji validitas variabel
ketegasan sanksi perpajakan.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan Butir Pertanyaan Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,652** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,631** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,602** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,697** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,549** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,719** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel ketegasan sanksi perpajakan
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan
untuk variabel ketegasan sanksi perpajakan dapat dikatakan valid,
yakni mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen
penelitian dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Tabel dibawah ini adalah hasil uji validitas variabel kewajiban
perpajakan pengusaha UKM.
77
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kewajiban Perpajakan
Butir Pertanyaan Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,764** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,620** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,547** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,709** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,708** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,742** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan variabel kewajiban perpajakan
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti butir pertanyaan
untuk variabel kewajiban perpajakan dapat dikatakan valid, yakni
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada instrumen
penelitian dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas variabel tingkat
pemahaman pengusaha UKM.
Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Pemahaman
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.736 .751 17
Sumber: Data primer yang diolah
78
Tabel 4.13 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
pemahaman sebesar 0,736, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya bahwa, pernyataan
dalam variabel tingkat pemahaman dapat dikatakan konsisten dari
instrumen penelitian.
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas variabel tingkat kepatuhan
pengusaha UKM.
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Kepatuhan
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items.707 .740 11
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
kepatuhan sebesar 0,707, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya bahwa, pernyataan
dalam variabel tingkat kepatuhan dapat dikatakan konsisten dari
instrumen penelitian.
79
Tabel 4.15 Hasil Uji Realibiltas Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items.714 .716 6
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
ketegasan sanksi perpajakan sebesar 0,714, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya
bahwa, pernyataan dalam variabel tingkat kepatuhan dapat dikatakan
konsisten dari instrumen penelitian.
Berikut ini adalah tabel hasil uji realibilitas variabel ketegasan
sanksi perpajakan.
Tabel 4.16 Hasil Uji Realibilitas Variabel
Kewajiban Perpajakan
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items.757 .771 6
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.16 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
kewajiban perpajakan sebesar 0,757, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
80
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Artinya bahwa, pernyataan
dalam variabel ketegasan sanksi perpajakan dapat dikatakan konsisten
dari instrumen penelitian.
Hal ini menunjukkan bahwa, setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti,
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas dilihat dari besaran VIF (Variance
Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas dari problem
multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10, maka
data tersebut dikatakan tidak terjadi multikolonieritas. Berikut ini
adalah tabel hasil dari uji multikolonieritas.
Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 TP .693 1.442
TK .521 1.920
TKS .670 1.493 Sumber: Data yang diolah
81
Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance
0,693; 0,521; 0,670 untuk variabel tingkat pemahaman, tingkat
kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan, sedangkan untuk
perhitungan VIF sebesar 1,442; 1,920; dan 1,493 untuk variabel
tingkat pemahaman, tingkat kepatuhan dan ketegasan sanksi
perpajakan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
semua variabel independen tidak memiliki masalah multikolonieritas
dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hasil uji
normalitas.
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
82
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hasil uji
heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.1
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2
Grafik Scatterplot
83
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan
bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y
dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut.
Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
kewajiban perpajakan atas pengusaha UKM berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi
perpajakan.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
a. Uji Koefisien Determinasi
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji koefisien
determinasi.
Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .962a .925 .922 .932
a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.18 menunjukkan nilai R sebesar 0,962 atau 96,2%. Hal
ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara pemahaman,
kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban
84
perpajakan adalah sangat kuat karena berada dikisaran 0,80-1,00
(Riduwan dan Ahmad, 2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar
0,922 atau 92,2%, ini menunjukkan bahwa variabel kewajiban
perpajakan yang dapat dijelaskan oleh variabel pemahaman,
kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan adalah sebesar 92,2%,
sedangkan sisanya sebesar 0,078 atau 7,8% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.
b. Hasil Uji Statistik t
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.19, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.313 1.417 5.866 .000
TP -.018 .005 -.143 -3.900 .000
TK -.066 .028 -.081 -2.319 .024
TKS .832 .034 .912 24.802 .000
a. Dependent Variable: TKP Sumber: Data primer yang diolah
85
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh tingkat pemahaman terhadap
kewajiban perpajakan pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.19, variabel
pemahaman mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,00. Hal ini
berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman
berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pemahaman lebih kecil dari
0,05.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh kepatuhan terhadap kewajiban
perpajakan pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.19, variabel
kepatuhan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,024. Hal ini
berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman
berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kepatuhan lebih kecil dari
0,05.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh ketegasan sanksi perpajakan
terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.19, variabel
ketegasan sanksi perpajakan mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,000, dengan nilai beta yang dihasilkan sebesar 24,802. Hal ini berarti
menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ketegasan
sanksi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban
86
perpajakan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel ketegasan
sanksi perpajakan lebih kecil dari 0,05.
c. Hasil Uji Statistik F
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji statistik F.
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 656.200 3 218.733 252.042 .000a
Residual 52.939 61 .868
Total 709.138 64
a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP
b. Dependent Variable: TKP Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh pemahaman, kepatuhan dan
ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.20 nilai F diperoleh
sebesar 252,042 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha4 diterima, sehingga dapat
dikatakan bahwa pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi
perpajakan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
kewajiban perpajakan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh pemahaman terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
variabel pemahaman 0,000 < 0,05 dengan nilai unstandardized coefficients
87
-0,018, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman
berpengaruh negatif signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Dengan
demikian, semakin tinggi pemahaman pengusaha UKM terhadap peraturan
perpajakan maka kesadaran dalam pelaporan kewajiban perpajakannya akan
semakin rendah. Hal ini disebabkan karena para pengusaha UKM
mempunyai kesadaran yang rendah dalam hal pelaporan kewajiban
perpajakannya, serta kurang tegasnya sanksi yang diberikan oleh petugas
pajak, sehingga mereka kurang menyadari betapa pentingnya pelaporan
pajak yang dilakukan oleh pengusaha UKM dan menganggap sanksi yang
akan diberikan oleh petugas pajak kepada pengusaha UKM hanya main-
main dan tidak akan pernah dilaksanakan, karena di negara Indonesia
masih banyak pengusaha yang menghindari pajak serta menunggak pajak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyo (2006) dan Wardhani (2005).
2. Pengaruh kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
variabel tingkat kepatuhan 0,000 < 0,05 dengan nilai unstandardized
coefficient -0,066 sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Dengan
demikian, semakin tinggi kepatuhan pengusaha UKM terhadap peraturan
perpajakan maka kewajiban perpajakan dalam pelaporan kewajiban
perpajakannya akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena para
pengusaha UKM kurang menyadari ketegasan sanksi yang akan diberikan
88
kepada pengusaha UKM yang berusaha menghindari pajak atau tidak
melaporkan pajaknya yang sesuai dengan sebenarnya, sehingga kewajiban
pengusaha UKM dalam melaksanakan perpajakannya tidak dapat
dijalankan dengan baik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Manurung (2004).
3. Pengaruh ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan
pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
variabel ketegasan sanksi perpajakan 0,000 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh positif
signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Dengan demikian dengan
adanya ketegasan sanksi perpajakan, para pengusaha UKM akan
mematuhi peraturan perpajakan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan
karena para pengusaha UKM menyadari peraturan dan sanksi yang akan
diterima apabila tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika dan
Rini (2009).
4. Pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan
terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
variabel tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan
terhadap kewajiban perpajakan adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi
89
perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban perpajakan.
Hal ini disebabkan karena para pengusaha UKM menyadari peraturan dan
sanksi yang akan diterima apabila tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat
pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban
perpajakan pengusaha UKM. Responden penelitian ini berjumlah 100
pengusaha UKM yang terletak di Jakarta Selatan. Berdasarkan pada data yang
telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunkan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan:
a. Tingkat pemahaman pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap
kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Karena
tingkat pemahaman yng tidak dilandasi tingkat kesadaran akan
membuat pengusaha UKM tidak dapat melaksanakan kewajiban
perpajakannya dalam hal pelaporan pajaknya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) dan
Wardhani (2005) yang menyatakan bahwa pemahaman pengusaha
usaha kecil dan menengah terhadap peraturan perpajakan mempunyai
pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak dalam pelaporan kewajiban
perpajakannya.
91
b. Tingkat kepatuhan pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap
kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Karena
tingkat kepatuhan yang tidak disertai peraturan yang tegas akan
membuat pengusaha UKM bermain-main dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya, sehingga pengusaha UKM cenderung
mempunyai sikap yang baik dalam melaporkan pajaknya. Hasil
penelitian penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Manurung (2004) yang menyatakan bahwa kepatuhan
pajak cenderung memiliki sikap yang tidak patuh terhadap kewajiban
perpajakannya.
c. Ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap
kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika
dan Rini (2009) yang menyatakan bahwa ketegasan sanksi perpajakan
mampu memberikan kesadaran kepada wajib pajak sehingga mereka
bertanggung dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kewajiban perpajakan
pengusaha UKM adalah ketegasan sanksi perpajakan, karena peraturan
yang tegas akan membuat pengusaha UKM untuk patuh dan melaksanakan
kewajiban pajaknya.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa kewajiban
perpajakan pengusaha UKM di wilayah Jakarta Selatan dipengaruhi oleh
92
tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan. Hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung antara pemahaman
wajib pajak terhadap peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak dalam
pelaporan kewajiban perpajakannya. Pemahaman wajib pajak mempunyai
pengaruh yang positif terhadap peraturan perpajakan. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan maka
semakin tinggi pula kepatuhan perpajakannya serta adanya ketegasan sanksi
dalam perpajakan. Peneliti berharap agar diadakannya suatu pelatihan atau
sosialisasi sehubungan dengan peraturan perpajakan, yang dilakukan oleh pihak
terkait tentang peraturan perpajakan yang ada serta tentang pentingnya
pembayaran pajak bagi penyelenggaraan negara. Suatu pelatihan atau sosialisasi
tersebut akan menambah pemahaman wajib pajak akan perpajakan, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kepatuhan perpajakannya. Sanksi perpajakan
merupakan upaya pemerintah untuk mengikat wajib pajak akan
tanggungjawabnya. Pemerintah sebaiknya memberikan sanksi yang tegas karena
dapat meningkatkan kedisiplinan pengusaha UKM dalam hal melaporakan
kewajiban perpajakannya.
C. Saran
Berdasarkan implikasi yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pihak terkait. Hendaknya pihak-
pihak terkait tersebut mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
wajib pajak dalam pelaporan kewajiban perpajakannya terutama mengenai faktor
pemahaman wajib pajak mengenai peraturan perpajakan, karena faktor tersebut
terbukti sangat berpengaruh terhadap wajib pajak untuk melakukan kewajiban
93
perpajakannya. Sehingga dengan sering diadakannya suatu pelatihan atau
sosialisasi mengenai perpajakan yang dapat menambah pemahaman dari wajib
pajak terhadap peraturan perpajakan dapat membantu meningkatkan kesadaran
wajib pajak. Dari pihak wajib pajak sendiri, dengan pendidikan dan pengetahuan
yang tinggi terhadap pajak memungkinkan wajib pajak melakukan penghindaran
pajak, yang pada akhirnya akan mengurangi kesadaran perpajakan mereka. Tetapi
dari pengetahuan yang dimiliki, wajib pajak akan menjadi patuh dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan dengan contoh mereka dengan sadar akan
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, tetapi dengan
NPWP tersebut dari pihak kantor pajak akan menekan terus para pemilik NPWP.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel
independen lainnya atau menambahkan variabel moderating guna mengetahui
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau
memperlemah variabel dependen. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah
jumlah sampel penelitian serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan
hanya di Jakarta Selatan tetapi juga di kota kota besar lainnya, sehingga dapat
diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
94
DAFTAR PUSTAKA
Anonime. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2005.
Brotodiharjo, R. Santoso, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. PT. Refika Aditama, Bandung, 2009
Burton, Richard. “Wajib Pajak Patuh”. Jurnal Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006
Dianawati, Susi. “Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
Haerani, Rina. “Analisis Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak
Badan terhadap Sunset Policy (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama). UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, 2008
Hamid, Abdul . “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007
Hidayat, Nur. “Aspek Perpajakan UKM” Jurnal Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006.
Hutagaol, Jhon. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Penerapan Strategi Pelayanan dan Penegakan Hukum” Jurnal Perpajakan Indonesia. Jakarta: 2006
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, “Metodologi Penelitian dan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE. Yogyakarta: 2004
Liana, ”Analisis Tingkat Pemahaman dan Kepatuhan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya di Yogyakarta” Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta: 2007
Mardiasmo, “Perpajakan”, Andi Offset, Yogyakarta: 2009
Mulyodiwarno, Nuryadi. “Catatan Tentang Kebijakan Sanksi Perpajakan sejak Undang-Undang KUP 1983 hingga Undang-Undang KUP 2007”. Inside Tax. Jakarta:2007
Murtadho, Faisal, “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap tingkat Kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak”. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006
Pemerintah RI, “Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”, Pemerintah RI, Jakarta, 2007
95
Prasetyo, Ferry Dwi. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilik Usaha Kecil Menengah dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan Di Daerah Jogjakarta”Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2006
Prasetyo, Januar Eko dkk, “Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan
Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak” Jurna Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006
Rahayu, Siti Kurnia. “Perpajakan Indonesia”. Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Yogyakarta:2010 Resmi, Siti. “Perpajakan Teori dan Kasus”. Edisi Ketiga. Salemba Empat,
Jakarta:2008 Riduwan dan Ahmad. ”Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”.
Cetakan pertama. Alfabeta, Bandung: 2007 Sari, Yulia Kartika. “Sanksi Pidana dan Sanksi Administrasi Perpajakan di
Indonesia dan Implikasinya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
Sartika dan Rini. “Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan
Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya” UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta:2009
Suandy, Erly. “Hukum Pajak”, Edisi ketiga. Salemba Empat. Jakarta: 2005
-----------------. “Perpajakan”. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta: 2006
Sudarmanto, R.Gunawan., “Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS”, Graha Ilmu, Jogjakarta, 2005
Suryadi. “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur”. Jurnal Keuangan Publik, Jakarta:2006
Susanta Gatut, Syamsudin Azrin. “Cara Mudah Mendirikan & Mengelola
UMKM”. Raih Asa Sukses, Depok, 2009 Tambunan, T.H. Tulus. “Perekonomian Indonesia”. Ghalia Indonesia: 2003
Tambunan, Sumihar Petrus. “Peningkatan Penegakan Hukum Perpajakan Guna Mendukung Keberhasilan Pembangunan Nasional dalam Rangka Memelihara Keutuhan NKRI”. Jurnal Perpajakan Indonesia, Jakarta:2005
Waluyo, “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
96
97
Wardhani, Rulyanti Susi, “Pengaruh pemahaman Akuntansi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilan di KPP Palembang Ilir Timur” Fordema: 2005
KUESIONER PENELITIAN
“PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN DAN
KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP
KEWAJIBAN PERPAJAKAN PENGUSAHA
USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
DI WILAYAH DKI JAKARTA” Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu (S1)
Diajukan Oleh:
Choiriyatuz Zahidah NIM: 106082002582
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
84
Jakarta, April 2010
Kepada Yth: Bapak/Ibu Responden Ditempat
Dengan Hormat
Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1), Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang saat ini tengah mengadakan penelitian dalam rangka menyusun tugas akhir
berupa skripsi.
Nama : Choiriyatuz Zahidah
Nim : 106082002582
Dalam penyusunan skripsi ini, besar harapan saya kepada Bapak/Ibu untuk
berkenan meluangkan waktunya sejenak guna mengisi kuesioner yang
dilampirkan bersama surat ini. Sebelumnya saya mohon maaf telah mengganggu
waktu bekerja Bapak/Ibu.
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini merupakan suatu survey yang dilakukan untuk
mengukur “Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan
Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) di Wilayah DKI Jakarta”. Data yang diperoleh hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti menjamin sepenuhnya
kerahasian identitas seluruh jawaban Bapak/Ibu sesuai dengan etika penelitian.
Peneliti mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan atas hadirnya kuesioner ini.
Atas kesediaan dan perhatian serta kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Choiriyatuz Zahidah
85
A. Identitas Responden:
Berilah tanda silang (x) sesuai dengan jawaban yang anda pilih
1. Nama Responden : (boleh tidak diisi)
2. Institusi Responden : (boleh tidak diisi)
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Usia :
a. dibawah 30 tahun b. 30 - 40 tahun c. Diatas 40 tahun
5. Pendidikan formal terakhir
a. SLTA / Sederajat b. Akademi (D/I, D/II, D/III) c. Sarjana (SI / Sederajat) d. S2, S3
6. Lama Bekerja : a. < 3 tahun b. 3-10 tahun c. >10 tahun
Tanggal Pengisian :
Tanda Tangan
86
B. Pertanyaan Pilihlah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (√ ) pada salah satu
angka diantara nomor 1 s/d 5. 5 = Sangat Setuju (SS) 4 = Setuju (S) 3 = Ragu (R) 2 = Tidak Setuju (TS) 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
Variabel Tingkat Pemahaman
No. Pertanyaan STS TS R S SS
1. Yang menjadi objek pajak menurut undang-undang pajak penghasilan adalah penghasilan yang diperoleh wajib pajak
2. Seandainya perusahaan menerima kembali pajak yang telah dibebankan sebagai biaya maka dicatat oleh perusahaan sebagai penghasilan yang akan dikenakan pajak.
3. Selisih lebih dari penjualan asset yang dilakukan oleh perusahaan termasuk objek pajak penghasilan.
4. Pengeluaran yang didapat dikategorikan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk tunjangan kesehatan dan tunjangan pajak.
5. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan adalah tindakan yang sangat penting untuk mengenakan jumlah pajak yang adil dan wajar sesuai kemapuan perusahaan.
6. Penghasilan kena pajak merupakan dasar perhitungan untuk menentukan pajak terutang.
7. SPT merupakan alat untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak terutang.
8. Jika perusahaan melaksanakan pembukuan maka sekurang-kurangnya berisikan informasi tentang harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian. Sehingga dapat dihitung pajak terutang.
87
No. Pertanyaan STS TS R S SS
9. NPWP berfungsi sebagai tanda pengenal
10. NPWP perusahaan tetap berlaku meskipun usahanya telah ditutup atau berpindah ke luar negeri.
11. SPT perusahaan boleh di tandatangani oleh karyawan atau orang lain.
12. SPT tahunan seharusnya dilaporkan paling lambat 4 bulan setelah tahun pajak berakhir.
13. Jika penghasilan netto karyawan tetap di atas PTKP, maka akan dipotong pajak penghasilan sebesar tarif yang berlaku.
14. Penyelenggaraan pembukuan dimaksudkan untuk memudahkan penghitungan penghasilan kena pajak.
15. Jika omset usaha Rp.500 juta dalam setahun, maka wajip pajak wajib menyelenggarakan pembukuan.
16. Jika omset usaha Rp.700 juta dalam setahun, maka wajib pajak wajib menyelenggarakan pencatatan
17. Jika perusahaan diperiksa oleh fiskus, maka fiskus tersebut tidak dapat memaksa wajib pajak memperlihatkan pembukuan atau pencatatan perusahaan
88
Variabel Tingkat Kepatuhan
1. Sebagai WP, saya melakukan pembukuan atau pencatatan dengan benar.
2. Sebagai WP, saya telah menghitung pajak terutang dengan benar dalam SPT masa dan tahunan
3. Saya telah menghitung dengan benar dalam mengisi SSP dan fiskus telah menghitung pajak secara pasti
4. Saya selalu menyetor dan melaporkan SPT masa dengan tepat waktu setiap bulannya
5. Saya tepat waktu dalam menyampaikan SPT tahunan setiap tahunnya
6. Saya bersedia memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak selama ini , jika ada
7. Saya akan membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak bila diperiksa oleh petugas pajak
8. Saya bersdia memberikan data yang diperlukan dalam proses pemeriksaan pajak
9. Saya masih merasa takut bila berhubungan dengan pemeriksaan pajak
10. Saya tidak pernah melakukan kejahatan di bidang perpajakan
11. Saya tidak pernah mendapat sanksi atau denda pajak karena kelalaian saya
89
90
Variabel Ketegasan Sanksi Perpajakan
No. Pertanyaan STS TS R S SS
1. Tindakan WP dalam usaha menghindari pajak harus di kenakan sanksi
2. Sanksi perpajakan yang terdapat dalam undang-undang perpajakan dapat dikatakan sesuatu yang menakutkan bagi pengusaha UKM
3. Besar kecilnya sanksi yang dikenakan kepada WP sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan WP
4. Pembebanan sanksi administrasi memotivasi saya untuk melakukan pembetulan SPT, ketika merasa ada pajak yang kurang dibayar.
5. Saya merasa diuntungkan dengan adanya penghapusan sanksi administrasi
6. Saya pernah dijatuhi hukuman atau sanksi perpajakan karena melakukan tindak pidana perpajakan
Variabel Kewajiban Perpajakan
No. Pertanyaan STS TS R S SS
1. Pengusaha berkewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
2. Pengusaha selalu memungut Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Barang Mewah.
3. Setiap wajib pajak mendaftarkan diri pada kantor pelayanan pajak yang berada di wilayah kerjanya
4. Pengusaha berkewajiban mempunyai NPWP dan NPPKP
5. Pengusaha selalu menyetor Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Barang Mewah
6. Pengusaha selalu melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Barang Mewah
2 4 5 4 4 4 2 4 4
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 TP K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 TK KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 TKS KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 TKP3 5 1 2 5 5 2 4 5 5 2 2 4 4 5 5 5 2 66 4 4 5 4 5 5 4 4 4 1 4 2 46 4 2 4 4 4 5 23 4 5 4 5 5 4 272 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 64 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 43 2 4 3 3 4 4 20 3 3 4 4 4 4 224 4 3 3 2 5 5 4 4 1 1 1 2 2 3 2 2 2 50 4 4 3 4 4 4 4 2 3 2 3 3 40 3 3 4 4 3 3 20 3 4 3 4 3 4 214 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 1 4 4 4 4 4 4 63 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 45 1 1 4 1 4 5 16 1 4 1 4 4 4 184 2 4 4 4 5 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 244 4 2 4 2 5 3 4 4 2 2 1 4 4 5 3 3 2 58 4 4 5 4 4 4 5 5 4 2 4 2 47 5 4 4 4 4 4 25 4 1 4 5 4 4 224 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 67 4 4 3 5 5 3 4 5 5 2 5 2 47 4 4 5 4 4 4 25 4 4 4 4 4 4 244 4 3 4 3 5 4 4 4 4 2 2 1 2 4 3 4 4 61 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 50 4 3 4 4 5 4 24 4 3 2 4 4 4 214 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 44 5 2 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 244 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 65 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 45 4 2 4 3 3 4 20 4 4 4 4 4 4 245 4 4 4 5 5 2 4 5 1 5 1 5 4 5 5 1 4 69 4 3 3 5 5 3 2 5 5 1 5 5 46 5 2 2 4 4 5 22 4 2 4 5 4 4 235 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 3 4 3 3 3 60 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 5 5 49 5 4 3 5 3 5 25 4 4 5 4 3 3 235 4 2 5 3 4 3 5 5 4 3 1 3 2 4 4 2 4 63 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 5 3 4 4 4 4 24 5 4 5 4 3 5 264 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 2 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 5 2 4 4 4 4 23 5 5 4 5 5 5 294 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5 3 75 5 4 4 5 5 4 4 5 4 2 4 4 50 5 2 4 4 4 5 24 5 4 4 5 4 4 264 5 2 2 5 4 3 4 2 4 2 1 2 3 4 4 4 2 57 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 1 42 5 3 4 2 4 4 22 4 1 4 5 5 5 244 5 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 2 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 244 4 2 4 3 5 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 4 64 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 44 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 244 3 3 5 5 5 5 5 5 4 3 3 5 5 5 4 4 1 74 5 5 5 5 5 4 1 4 4 5 5 5 53 2 5 5 5 5 5 27 2 2 5 2 2 2 155 5 5 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 77 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 48 4 4 2 4 4 4 22 4 4 4 4 3 3 224 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 4 4 2 69 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 48 4 4 2 4 4 4 22 4 4 4 4 3 3 225 4 3 1 4 4 3 4 4 1 5 1 4 1 5 5 5 4 63 4 4 5 4 5 4 1 5 4 3 4 5 48 4 5 4 5 4 4 26 4 5 5 4 5 4 274 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 4 4 2 70 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 48 4 4 3 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 244 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4 2 73 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 4 48 4 4 2 4 4 4 22 4 4 4 4 3 3 225 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 1 4 5 5 4 2 73 5 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 5 50 4 4 2 5 5 4 24 4 4 4 5 3 3 234 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 5 25 4 4 4 4 4 4 245 4 4 2 4 4 2 3 4 4 3 1 3 3 4 4 5 4 63 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 45 4 4 3 4 4 5 24 2 3 2 3 3 3 164 4 2 3 3 5 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 2 1 19 4 3 4 4 4 4 2344 2 22 22 44 55 4 5 4 44 22 22 44 44 4 44 44 22 6262 33 44 44 44 44 44 22 4 44 2 44 44 4433 44 44 4 22 4 44 22 4 4 4 4 4 4 2422 4 4 4 4 4 4 244 4 2 2 2 4 3 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 57 4 2 3 4 2 3 4 4 4 1 4 4 39 2 4 4 2 4 2 18 4 2 4 4 4 4 224 4 3 3 4 5 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 4 3 64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 5 3 3 4 4 3 22 4 3 4 4 4 4 234 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 3 4 4 4 3 53 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 4 2 41 4 5 3 3 4 5 24 4 4 2 4 4 4 224 4 3 2 4 5 5 5 5 5 3 3 4 4 5 5 5 3 74 4 3 3 4 4 4 5 5 5 2 5 5 49 5 5 5 4 4 5 28 5 5 5 5 5 5 304 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 71 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 44 3 4 4 4 4 2 21 4 4 4 4 4 4 244 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 243 4 2 4 3 4 4 5 4 4 2 2 4 3 4 4 2 2 60 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 47 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 244 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 4 4 4 4 4 4 24 5 5 5 5 5 5 304 2 5 2 5 5 2 2 5 5 2 4 4 4 2 2 2 2 59 5 5 5 3 5 5 5 5 5 1 5 5 54 5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 5 303 4 2 2 4 4 3 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 3 59 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 42 3 4 4 3 4 4 22 4 3 4 4 3 3 214 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 66 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 48 1 2 2 3 5 2 15 4 1 4 4 2 2 174 4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 60 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 45 4 3 4 4 4 4 23 4 3 4 4 4 4 23
4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 66 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 40 4 3 4 3 3 3 20 4 4 4 4 3 3 224 3 2 1 2 5 3 3 5 4 1 1 4 3 5 5 5 5 61 5 4 3 4 4 5 5 5 5 3 5 5 53 4 4 4 5 5 5 27 5 5 5 5 5 5 304 4 2 3 4 4 5 4 3 4 5 2 4 3 3 4 4 2 64 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 46 4 3 3 4 4 4 22 3 3 4 4 4 4 224 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 1 2 52 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 5 4 46 5 2 4 5 2 2 20 5 3 2 5 4 5 244 3 4 4 4 5 4 3 4 4 5 2 4 2 4 4 3 4 67 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 43 4 3 4 2 4 4 21 4 4 3 4 2 4 215 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 1 5 2 4 5 5 1 68 5 5 5 5 5 3 2 5 5 2 4 1 47 5 4 4 5 5 5 28 4 3 5 4 5 5 264 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 5 5 4 78 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 48 5 4 5 4 4 5 27 4 3 4 4 4 4 234 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 49 4 4 4 4 4 5 25 4 2 4 4 2 4 204 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 70 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 44 4 3 4 4 5 4 24 4 5 5 5 5 5 292 4 1 3 5 2 1 3 2 1 5 4 2 1 2 4 3 2 47 3 2 3 4 2 1 3 5 4 3 4 3 37 1 2 2 3 5 4 17 3 4 3 2 2 3 174 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 2 4 3 3 3 19 4 3 4 4 4 4 235 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 66 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 45 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 243 5 3 1 5 3 3 1 3 2 4 1 3 2 3 5 3 1 51 1 5 4 4 5 2 1 1 2 2 3 3 33 3 3 1 2 3 2 14 1 2 2 3 5 3 164 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 3 76 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 46 4 5 4 4 4 4 25 4 2 5 5 4 4 245 4 4 3 2 3 5 4 2 1 1 4 5 3 5 2 3 1 57 4 3 4 1 3 2 5 2 3 1 3 5 36 1 3 2 5 4 3 18 4 3 5 1 2 4 194 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 60 2 3 4 4 4 2 4 4 4 1 3 4 39 2 1 1 1 1 2 8 5 4 4 4 4 4 254 4 4 3 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 2 4 3 3 3 19 4 3 4 4 4 4 235 1 4 3 1 4 2 4 1 4 2 2 2 3 2 4 4 2 50 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 44 2 4 4 3 2 2 17 4 4 4 4 4 4 244 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 69 4 4 3 5 5 5 4 5 4 5 5 5 54 5 4 5 4 4 5 27 4 4 3 4 4 4 235 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5 4 78 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 57 5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 5 304 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 2 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 4 3 4 4 4 5 24 4 4 4 4 4 4 244 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 2 60 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 42 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 2 224 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 2 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 4 4 4 2 4 22 4 4 4 4 4 4 245 2 4 4 4 5 5 5 5 4 2 2 4 4 4 4 4 2 69 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 5 4 45 4 3 4 4 4 4 23 5 4 4 5 4 4 26
96
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KEPATUHAN
Correlations
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 TK
K1 Pearson Correlation 1 .300* .224 .149 .260* .475** .234 .427** .498** .120 .362** .175 .703**
Sig. (2-tailed) .015 .073 .235 .036 .000 .061 .000 .000 .342 .003 .164 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K2 Pearson Correlation .300* 1 .458** .326** .649** .385** -.183 -.010 .107 .216 .080 .016 .530**
Sig. (2-tailed) .015 .000 .008 .000 .002 .145 .939 .398 .084 .527 .898 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K3 Pearson Correlation .224 .458** 1 -.061 .369** .182 -.185 .030 .105 -.031 -.021 -.050 .287*
Sig. (2-tailed) .073 .000 .627 .002 .147 .140 .810 .406 .804 .870 .690 .020
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K4 Pearson Correlation .149 .326** -.061 1 .404** .095 -.298* .349** .277* .271* .199 -.115 .412**
Sig. (2-tailed) .235 .008 .627 .001 .449 .016 .004 .026 .029 .111 .364 .001
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K5 Pearson Correlation .260* .649** .369** .404** 1 .344** -.255* .230 .230 .024 .140 .071 .533**
Sig. (2-tailed) .036 .000 .002 .001 .005 .040 .066 .066 .849 .266 .572 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K6 Pearson Correlation .475** .385** .182 .095 .344** 1 .246* .261* .267* .108 .247* .171 .654**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .147 .449 .005 .049 .036 .032 .390 .047 .173 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K7 Pearson Correlation .234 -.183 -.185 -.298* -.255* .246* 1 .124 .154 -.115 .061 .099 .198
Sig. (2-tailed) .061 .145 .140 .016 .040 .049 .326 .219 .361 .630 .431 .114
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K8 Pearson Correlation .427** -.010 .030 .349** .230 .261* .124 1 .647** -.011 .414** .059 .581**
Sig. (2-tailed) .000 .939 .810 .004 .066 .036 .326 .000 .928 .001 .639 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K9 Pearson Correlation .498** .107 .105 .277* .230 .267* .154 .647** 1 -.068 .256* .071 .565**
Sig. (2-tailed) .000 .398 .406 .026 .066 .032 .219 .000 .588 .039 .576 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K10 Pearson Correlation .120 .216 -.031 .271* .024 .108 -.115 -.011 -.068 1 .071 .203 .390**
Sig. (2-tailed) .342 .084 .804 .029 .849 .390 .361 .928 .588 .572 .104 .001
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K11 Pearson Correlation .362** .080 -.021 .199 .140 .247* .061 .414** .256* .071 1 .339** .536**
Sig. (2-tailed) .003 .527 .870 .111 .266 .047 .630 .001 .039 .572 .006 .000
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
K12 Pearson Correlation .175 .016 -.050 -.115 .071 .171 .099 .059 .071 .203 .339** 1 .417**
97
Sig. (2-tailed) .164 .898 .690 .364 .572 .173 .431 .639 .576 .104 .006 .001
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
TK Pearson Correlation .703** .530** .287* .412** .533** .654** .198 .581** .565** .390** .536** .417** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .020 .001 .000 .000 .114 .000 .000 .001 .000 .001
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN
Correlations
KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 TKS
KS1 Pearson Correlation 1 .189 .360** .416** .027 .388** .652**
Sig. (2-tailed) .132 .003 .001 .831 .001 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KS2 Pearson Correlation .189 1 .296* .430** .262* .248* .631**
Sig. (2-tailed) .132 .017 .000 .035 .046 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KS3 Pearson Correlation .360** .296* 1 .223 .125 .299* .602**
Sig. (2-tailed) .003 .017 .074 .323 .016 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KS4 Pearson Correlation .416** .430** .223 1 .320** .313* .697**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .074 .009 .011 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KS5 Pearson Correlation .027 .262* .125 .320** 1 .536** .549**
Sig. (2-tailed) .831 .035 .323 .009 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KS6 Pearson Correlation .388** .248* .299* .313* .536** 1 .718**
Sig. (2-tailed) .001 .046 .016 .011 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
TKS Pearson Correlation .652** .631** .602** .697** .549** .718** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
98
HASIL UJI VALIDITAS KEWAJIBAN PERPAJAKAN Correlations
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 TKP
KP1 Pearson Correlation 1 .349** .528** .543** .247* .487** .764**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .047 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KP2 Pearson Correlation .349** 1 .174 .210 .320** .307* .620**
Sig. (2-tailed) .004 .165 .093 .009 .013 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KP3 Pearson Correlation .528** .174 1 .162 .142 .199 .547**
Sig. (2-tailed) .000 .165 .196 .261 .112 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KP4 Pearson Correlation .543** .210 .162 1 .591** .495** .709**
Sig. (2-tailed) .000 .093 .196 .000 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KP5 Pearson Correlation .247* .320** .142 .591** 1 .636** .708**
Sig. (2-tailed) .047 .009 .261 .000 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
KP6 Pearson Correlation .487** .307* .199 .495** .636** 1 .742**
Sig. (2-tailed) .000 .013 .112 .000 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
TKP Pearson Correlation .764** .620** .547** .709** .708** .742** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 65 65 65 65 65 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
99
HASIL UJI RELIABILITAS PEMAHAMAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.736 .751 17
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 4.08 .620 65
P3 3.23 1.027 65
P4 3.22 1.023 65
P5 3.69 .967 65
P6 4.25 .662 65
P7 3.75 .830 65
P8 3.97 .684 65
P9 3.95 .856 65
P10 3.62 1.085 65
P11 2.98 1.231 65
P12 2.40 1.058 65
P13 3.37 .977 65
P14 3.46 .903 65
P15 3.95 .694 65
P16 3.92 .756 65
P17 3.83 .876 65
P18 2.94 1.074 65
100
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 56.54 44.502 .198 .379 .733
P3 57.38 40.022 .419 .471 .714
P4 57.40 39.900 .431 .504 .712
P5 56.92 41.103 .362 .528 .720
P6 56.37 42.987 .357 .348 .723
P7 56.86 41.965 .360 .404 .721
P8 56.65 42.357 .415 .502 .718
P9 56.66 41.352 .403 .410 .717
P10 57.00 40.094 .382 .432 .717
P11 57.63 40.518 .286 .520 .730
P12 58.22 43.515 .135 .398 .743
Inter-Item Correlation Matrix
P1 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18
P1 1.000 .364 .195 -.194 .181 .189 .264 .125 -.002 .002 -.167 .133 .075 .262 .079 .053 .054
P3 .364 1.000 .383 .246 .076 .251 .055 .101 .137 .238 .230 .147 .305 .015 .084 .148 .098
P4 .195 .383 1.000 .242 .197 .303 .456 .119 .174 .276 .237 .013 .314 .146 .022 -.063 .041
P5 -.194 .246 .242 1.000 .047 -.076 -.062 .171 .198 .534 .229 .139 .255 .095 .352 .159 -.079
P6 .181 .076 .197 .047 1.000 .226 .293 .406 .286 -.034 -.120 .316 .199 .229 .101 .127 .176
P7 .189 .251 .303 -.076 .226 1.000 .482 .204 .240 -.050 .167 .172 .300 .251 -.080 .178 -.017
P8 .264 .055 .456 -.062 .293 .482 1.000 .211 .236 -.038 .039 .181 .302 .392 .116 .174 .083
P9 .125 .101 .119 .171 .406 .204 .211 1.000 .300 .148 .073 .151 .271 .364 .163 .031 .150
P10 -.002 .137 .174 .198 .286 .240 .236 .300 1.000 .007 .204 -.041 .359 .038 .154 .341 .140
P11 .002 .238 .276 .534 -.034 -.050 -.038 .148 .007 1.000 .281 -.021 -.036 .017 .385 .128 .070
P12 -.167 .230 .237 .229 -.120 .167 .039 .073 .204 .281 1.000 -.175 .229 -.208 -.215 -.027 -.116
P13 .133 .147 .013 .139 .316 .172 .181 .151 -.041 -.021 -.175 1.000 .247 .302 .187 .111 .052
P14 .075 .305 .314 .255 .199 .300 .302 .271 .359 -.036 .229 .247 1.000 .209 -.016 .140 -.083
P15 .262 .015 .146 .095 .229 .251 .392 .364 .038 .017 -.208 .302 .209 1.000 .410 .372 .185
P16 .079 .084 .022 .352 .101 -.080 .116 .163 .154 .385 -.215 .187 -.016 .410 1.000 .546 .148
P17 .053 .148 -.063 .159 .127 .178 .174 .031 .341 .128 -.027 .111 .140 .372 .546 1.000 .205
P18 .054 .098 .041 -.079 .176 -.017 .083 .150 .140 .070 -.116 .052 -.083 .185 .148 .205 1.000
P13 57.25 42.720 .223 .299 .733
P14 57.15 40.757 .429 .413 .714
P15 56.66 42.540 .386 .526 .720
P16 56.69 42.591 .340 .581 .723
P17 56.78 41.765 .352 .531 .721
P18 57.68 43.441 .136 .198 .744
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
60.62 46.522 6.821 17
HASIL UJI RELIABILITAS KEPATUHAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.707 .740 11
101
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
K1 3.95 .623 65
K2 3.86 .634 65
K3 3.82 .610 65
K4 3.95 .648 65
K5 4.17 .627 65
K6 3.72 .801 65
K8 4.08 .777 65
K9 3.95 .598 65
K10 2.72 1.083 65
K11 4.12 .650 65
K12 3.85 .939 65
102
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
K1 38.25 13.907 .570 .449 .659
K2 38.34 14.321 .462 .606 .673
K3 38.38 15.647 .192 .319 .708
K4 38.25 14.782 .350 .448 .688
K5 38.03 14.249 .487 .548 .670
K6 38.48 13.535 .470 .332 .667
K8 38.12 13.922 .417 .562 .676
Inter-Item Correlation Matrix
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K8 K9 K10 K11 K12
K1 1.000 .300 .224 .149 .260 .475 .427 .498 .120 .362 .175
K2 .300 1.000 .458 .326 .649 .385 -.010 .107 .216 .080 .016
K3 .224 .458 1.000 -.061 .369 .182 .030 .105 -.031 -.021 -.050
K4 .149 .326 -.061 1.000 .404 .095 .349 .277 .271 .199 -.115
K5 .260 .649 .369 .404 1.000 .344 .230 .230 .024 .140 .071
K6 .475 .385 .182 .095 .344 1.000 .261 .267 .108 .247 .171
K8 .427 -.010 .030 .349 .230 .261 1.000 .647 -.011 .414 .059
K9 .498 .107 .105 .277 .230 .267 .647 1.000 -.068 .256 .071
K10 .120 .216 -.031 .271 .024 .108 -.011 -.068 1.000 .071 .203
K11 .362 .080 -.021 .199 .140 .247 .414 .256 .071 1.000 .339
K12 .175 .016 -.050 -.115 .071 .171 .059 .071 .203 .339 1.000
K9 38.25 14.626 .429 .505 .678
K10 39.48 14.347 .174 .242 .733
K11 38.08 14.510 .406 .323 .680
K12 38.35 14.701 .189 .250 .720
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
42.20 16.944 4.116 11
103
HASIL UJI RELIABILITAS KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.714 .716 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KS1 3.83 1.084 65
KS2 3.45 .985 65
KS3 3.65 .926 65
KS4 3.74 .906 65
KS5 3.86 .788 65
KS6 3.92 .973 65
104
Inter-Item Correlation Matrix
KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6
KS1 1.000 .189 .360 .416 .027 .388
KS2 .189 1.000 .296 .430 .262 .248
KS3 .360 .296 1.000 .223 .125 .299
KS4 .416 .430 .223 1.000 .320 .313
KS5 .027 .262 .125 .320 1.000 .536
KS6 .388 .248 .299 .313 .536 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KS1 18.62 9.334 .424 .363 .685
KS2 19.00 9.750 .422 .244 .683
KS3 18.80 10.100 .400 .201 .689
KS4 18.71 9.523 .531 .352 .650
KS5 18.58 10.778 .370 .388 .697
KS6 18.52 9.160 .544 .439 .644
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
22.45 13.313 3.649 6
HASIL UJI RELIABILITAS KEWAJIBAN PERPAJAKAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
105
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.757 .771 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KP1 3.95 .799 65
KP2 3.60 .997 65
KP3 3.94 .846 65
KP4 4.11 .732 65
KP5 3.85 .833 65
KP6 3.92 .714 65
Inter-Item Correlation Matrix
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6
KP1 1.000 .349 .528 .543 .247 .487
KP2 .349 1.000 .174 .210 .320 .307
KP3 .528 .174 1.000 .162 .142 .199
KP4 .543 .210 .162 1.000 .591 .495
KP5 .247 .320 .142 .591 1.000 .636
KP6 .487 .307 .199 .495 .636 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KP1 19.42 7.653 .631 .620 .687
KP2 19.77 7.962 .378 .200 .764
KP3 19.43 8.718 .330 .325 .767
KP4 19.26 8.165 .569 .554 .706
KP5 19.52 7.847 .544 .594 .710
KP6 19.45 8.063 .618 .528 .696
106
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
23.37 11.080 3.329 6
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 TP .693 1.442
TK .521 1.920
TKS .670 1.493
a. Dependent Variable: TKP
Coefficient Correlationsa
Model TKS TP TK
1 Correlations TKS 1.000 -.016 -.499
TP -.016 1.000 -.472
TK -.499 -.472 1.000
Covariances TKS .030 .000 -.011
TP .000 .004 -.004
TK -.011 -.004 .016
a. Dependent Variable: TKP
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) TP TK TKS
1 1 3.981 1.000 .00 .00 .00 .00
2 .010 20.015 .06 .20 .00 .73
3 .006 26.681 .74 .57 .00 .03
4 .003 35.351 .20 .23 1.00 .23
a. Dependent Variable: TKP
108
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TP 65 43 74 60.62 6.821
TK 65 31 53 42.20 4.116
TKS 65 8 30 22.45 3.649
TKP 65 15 30 23.37 3.329
Valid N (listwise) 65
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 TKS, TK, TPa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: TKP
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .962a .925 .922 .932
a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 656.200 3 218.733 252.042 .000a
Residual 52.939 61 .868
Total 709.138 64
a. Predictors: (Constant), TKS, TK, TP
b. Dependent Variable: TKP
Top Related